AJARAN SUSILA HINDU DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AJARAN SUSILA HINDU DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI"

Transkripsi

1 AJARAN SUSILA HINDU DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Oleh: I Nyoman Alit Supandi Fakultas Dharma Acharya Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar madjaketut@gmail.com Abstract In this world there are many religions, each religion to go its own way in accordance with his belief, but the goal is to find one that is god. Each Religion has a different bhakti sujud, in Hindu Religion has a belief with the existence of Ida Sang Hyang Widhi Wasa source from all sources, either as creator, preserver, and penglebur, Hindu religion thus has the obligation to do good or implement moral teachings, Performing bhakti prostration to Ida Sang Hyang Widhi Wasa as well as other fellow creatures. Susila plays a very important role in life so that later avoid unpleasant actions in the community environment, family and school environment. The era of globalization is a lot of mental degeneration in the field of education, economic, social, political, security and so forth. This should not happen, if we carry out moral teachings. Besides, sometimes humans forget the law of karma, this can be called karma phala. From that let's invite the early child to carry out moral teachings, why like that, because early childhood white paper that should not be arbitrarily written, and if written this paper should be good. Likewise let us pour good doctrine to early childhood one of them is moral teachings, and the very importance of education in early childhood. This is the right behavioral behavior in addition there are rules about behavior. This rule arises because people live together with other people, therefore humans are called social beings. Good behavior is done in this life, in order to achieve peace, tranquility, harmony in society, family and in education. Keywords: Hindu Susila, Early Childhood Education 62 I. Pendahuluan Agama Hindu memiliki tri kerangka dasar yang dapat dipergunakan oleh umatnya, sebagai landasan untuk memahami mengamalkan ajaran-ajarannya dalam kehidupannya. Kerangka dasar tersebut terdiri atas tiga unsur, yaitu Tattwa adalah Inti kebenaran itu sendiri atau yang

2 menjadi dasar atau jiwa agama yang terdiri dari: Brahman, Atman, Karma Phala, Punarbhawa, dan Moksa (Rudia Adiputra, 2003: 32), Susila, dan Acara. ketiga unsur kerangka dasar itu merupakan satu kesatuan yang utuh dan tak terpisahkan. Untuk dapat memahami dan mengamalkan ajaran Agama Hindu secara utuh dalam kehidupan sehari-hari, maka setiap umat Hindu memiliki kewajiban menjadikan kerangka dasar Agama Hindu sebagai pedoman. Dengan demikian mereka dapat mewujudkan hidup dan kehidupan ini menjadi sejahtera dan bahagia (Sudirga, 2007:36). Berdasarkan uraian tersebut di atas, Agama Hindu sangat menekankan kesucian hati sebagai wujud transformasi diri, karena sesungguhnya akhir dari pendidikan agama adalah perubahan karakter, usaha untuk menyucikan diri merupakan langkah menuju kesatuan dengan- Nya, yang berarti juga menumbuhkan kesadaran persaudaraan sejati terhadap semua makhluk ciptaan-nya. Tentu saja, susila dalam agama Hindu dan norma agama yang dijadikan titik tolak berpikir. Demikianlah pola-pola kepercayaan, agama Hindu mempunyai kedudukan yang amat penting dalam susila Hindu. Kepercayaan agama Hindu berpangkal dari kepercayaan kepada gunung dan Tuhan yang berada di mana-mana, yang mengetahui segalanya. Ia adalah saksi agung yang menjadi saksi segala perbuatan manusia. Karena itu manusia tidak dapat menyembunyikan segala perbuatannya terhadap Tuhan, baik perbuatan itu baik maupun perbuatan yang buruk. Sebenarnya manusia itu takut berbuat apabila perbuatan atau prilakunya menyimpang dari ajaran Agama Hindu. Fenomena yang dapat kita perhatikan di masyarakat, bila kita mau secara jujur mengatakan, sesungguhnya banyak tanda-tanda kemerosotan moral yang terjadi di lingkungan masyarakat, dikalangan anak-anak, para remaja, dan orang tua misalnya :, banyaknya terdapat geng motor, terjadinya pembunuhan, pencurian, berkata yang tidak baik, berpikiran yang kurang baik, kurang tertanamnya jiwa agama pada setiap individu seseorang, kurangnya Implementasi dari Ajaran Tat Twam Asi, Keadaan masyarakat yang kurang stabil, baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, sosial, politik dan keamanan. Pendidikan moral sudah terlaksana tetapi belum terlaksana sebagaimana mestinya baik itu disekolah, masyarakat, maupun dilingkungan rumah tangga, etika seseorang dalam bertingkah laku didalam kehidupan seharihari yang kini semakin jauh dan memudar dari kenyataan, karena generasi muda lebih banyak terpengaruh oleh adegan yang mereka peroleh dari situs situs internet yang semakin canggih pada saat ini. zaman teknologi canggih, kebutuhan akan hp/gadget bukan lagi milik orang dewasa, melainkan juga remaja dan anak-anak, ini mencerminkan kenyataan yang jauh 63

3 64 menjadi dekat dan yang dekat menjadi jauh, nah kenapa seperti itu. Banyak kita jumpai sekarang generasi muda sangat jarang berkomunikasi dengan teman di sebelahnya, melainkan lebih baik dia berkomunikasi dengan teman yang tidak tau betul keberadaannya melalui Hp/gadget, Jika tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya, tentu hal ini dapat membawa dampak ke arah yang negatip. Inilah kurangnya merealisasikan ajaran susila sehingga banyak terjadi penyimpangan di masyarakat. padahal dapat kita ketahui apapun yang kita lakukan itulah yang nantinya kita terima, baik kita lakukan baik pula yang kita terima. Buruk kita lakukan buruk pula yang kita terima.dan kita mengetahui dan memiliki kepercayaan bahwa Ida Sang Hyang Widhi Wasa itu ada dimana-mana dan beliau maha tahu dan sumber segalanya. Disamping keyakinan bahwa Tuhan mengetahui semua perbuatan orang, penganut agama Hindu meyakini adanya hukum karma yang menyatakan bahwa setiap perbuatan itu ada akibatnya. Ada tiga jenis karma phala yaitu: 1. Prarabda karma, karma ini diumpamakan sebagai anak panah yang sudah dilepas, dari busurna, tidak dapat ditarik kembali; maksudnya ialah, bahwa karma ini telah menghasilkan buahnya dalam hidup sekarana. 2. Sancita kharma phala karma ini diumpamakan sebagai anak panah yang telah siap sedia untuk dilepaskan dari busurnya. Maksudnya ialah, bahwa ini telah menghasilkan buahnya dalam hidup yang sekarang ini yang memberi corak pada mental dan kecendrungankecendrungan, tetapi masih dapat mengubahnya dengan jalan jnana, seperti pendidikan yang baik dalam lapangan moral. 3. Agami atau kryamana karma karma ini yang sedang dibuat dalam hidup sekarang ini (Jelantik 2009;32).Berdasarkan perbuatan yang tidak baik, sehingga disini terlihat kurangnya terjadi keharmonisan dalam rumah tangga, masyarakat maupun di lingkungan sekolah, dari sini dapat kita ketahui bersama bahwa melaksanakan ajaran susila sangat penting didalam kehidupan. Salah satu menuangkan ajaran susila di dunia pendidikan anak usia dini. Kalau kita perhatikan anak usia dini ibaratkan seperti kertas putih, tanpa noda sehingga keberadaannya masih bersih, dan Sekarang tergantung yang menulisnya atau mengisinya, jika keberadaan tulisnya baik, bagus, benar, indah anak itu pasti akan menjadi anak yang patuh dan taat dalam melaksanakan prilaku dalam kehidupan beragama. Sedangkan jika sebaliknya, tulisannya jelek tidak dapat dibaca sudah pasti dalam melaksanakan aktifitas kehidupan, anak itu akan tidak bisa mencari kejelasan dalam kehidupan atau dalam melaksanakan ajaran agama. Sangat jarang terjadi jika anak sudah dididik kemudian perilakunya menyimpang dari ajaran agama. Dari sinilah penulis tertarik menulis ajaran Susila untuk anak usia dini yang menitik

4 beratkan kepada tata aturan, dalam bertingkah laku yang tertuang dalam konsep Tri Kaya Parisudha.Tri kaya parisudha artinya tiga gerak prilaku manusia yang harus disucikan, yaitu berpikir yang bersih dan suci (manacika), berkata yang benar (Wacika) dan berbuat yang jujur (kaika). Jadi dari pikiran yang bersih akan timbul perkataan yang baik dan perbuatan yang jujur, tri kaya parisuda ini timbul adanya sepuluh pengendalian diri, yaitu tiga macam berdasarkan pikiran, empat macam berdasarkan perkataan dan tiga macam lagi berdasarkan perbuatan. Tiga macam yang berdasarkan pikiran adalah tidak menginginkan sesuatu yang tidak halal, tidak berpikiran buruk, terhadap makhluk lain dan tidak mengingkarkan adanya hokum karma phala, sedangkan empat macam yang berdasarkan atas perkataan adalah tidak suka mencaci maki, tidak berkata kasar kepada makhluk lain, tidak memfitnah dan tidak ingkar pada janji atau ucapan. Selanjutnya, tiga macam pengendalian yang berdasarkan atas perbuatan adalah tidak menyiksa atau membunuh makhluk lain, tidak melakukan kecurangan terhadap harta benda dan tidak berjina ( Netra 2001: 38-39).Adapun pembagiannya adalah (1) Manacika Parisuda yaitu berpikir yang suci, (2) Wacika Parisudha yaitu berkata yang benar, (3) Kayika Parisudha yaitu berbuat yang benar, dari latar belakang inilah penulis ingin menerapkan ajaran susila di imlikasikan dalam tri kaya parisuda pada anak usia dini. II. Pembahasan 2.1 Ajaran Suaila Hindu dalam Pendidikan Anak Usia Dini Kata Susila terdiri dari dua suku kata yaitu: Su dan Sila. Su berarti baik, mulia, sopan singkatnya semua yang memenuhi unsur-unsur yang baik dan terpuji. Sila artinya praktek, tingkah laku, watak, diposisi, moralitas, kelakuan baik (Jelantik 2009: Jadi Susila adalah tingkah laku manusia yang baik mulia dan sopan sesuai dengan ketentuanketentuan dharma atau kebenaran.pengertian Susila menurut pandangan Agama Hindu adalah tingkah laku hubungan timbal balik yang selaras dan harmonis antara sesama manusia dengan alam semesta(lingkungan) yang berlandaskan atas korban suci (Yadnya), keikhlasan dan kasih sayang. Pola hubungan tersebut adalah berprinsip pada ajaran Tat Twam Asi, menolong orang lain berarti menolong diri sendiri, dan sebaliknya menyakiti orang lain berarti pula menyakiti diri sendiri. Dalam Wrhaspati Tattwa dinyatakan sebagai berikut: Sila ngaranya angraksa acara rahayu. Artinya: Kata susila mengandung pengertian perbuatan baik atau tingkah laku yang baik.susila adalah istilah lain dari kata etika dan moral. Etika 65

5 dan moral merupakan dua kata yang dipergunakan silih berganti untuk maksud yang sama. Berdasarkan uraian di atas dapat kita pahami bahwa etika merupakan ajaran perilaku atau perbuatan yang bersifat sistematis tentang perilaku (karma).ajaran susila hendaknya diterapkan dalam kehidupan kita di dunia ini karena dunia inilah tempat kita berkarma memperbaiki kehidupan. Pembenahan diri sendiri merupakan prioritas utama di samping pembenahan diri dalam hubungannya dengan orang lain. Untuk dapat meningkatkan diri, manusia harus mampu meningkatkan sifat-sifat baik dan mulia yang ada pada dirinya. Pada dasarnya dalam diri manusia ada dua kecenderungan, yaitu kecenderungan berbuat baik dan kecenderungan berbuat buruk. Sri Kresna dalam Kitab Bhagawadgita telah membagi kecenderungan budi manusia atas dua bagian yaitu:1. Daiwi Sampad, yaitu sifat-sifat kedewaan2. Asuri Sampad, yaitu sifat-sifat keraksasaan. Daiwi Sampad bermaksud menuntun perasaan manusia ke arah keselarasan antar sesama manusia. Sifat-sifat ini perlu dibina, Ajaran susila merupakan pondasi dalam bertingkah laku yang baik dan benar. Adapun tujuan susila adalah Untuk terbinanya umat Hindu dan memelihara hubungan dengan baik., menghindarkan adanya hukum rimba, menjadi manusia yang baik dan berbudi luhur. bersikap dan bertingkah laku baik. Ajaran susila bukan saja penting untuk dipahami, tetapi lebih penting untuk diimplementasikan didalam kehidupan sehari-hari. Manusia diciptakansang Hyang Widhi untuk berbuat baik dan benar agar mendapatkan kebahagiaan, kesejahteraan dan ketentraman. Hidup sekarang ini merupakan kesempatan yang baik untuk mengubah perilaku yang tidak baik menjadi lebih baik dan melaksanakan dharma, sehingga nantinya tidak mengalami kelahiran kembali di samping itu tujuan Agama Hindu adalah untuk mencapai Moksa. Jadi tujuan susila adalah menjadi manusia yang berbudi luhur dan berpribadi mulia.sekarang bagaimana caranya kita mendidik anak usia dini dengan melaksanakan ajaran susila di implementasikan dalam tri kaya parisudha, tidak adalain bagaimana caranya memiliki pikiran yang baik dan benar, perkataan yang baik dan benar kemudian perbuatan yang baik dan benar. 66 A. Berpikir yang benar Pikiran sangat memegang peranan yang sangat penting didalam kehidupan manusia. Perjalanan hidup seseorang sangat ditentukan oleh aspek yang menjadi motifasi kehidupan, tentu sangat beraneka ragam. Meskipun demikian setiap motivasi hidup itu hendaknya di kembalikan agar selalu berada pada garis yang dibenarkan oleh darma( Wiana 2005:101). kenapa seperti itu. Karena Semua penjelmaan (manusia, hewan

6 dan tumbuhan), hanya menjelma sebagai manusia saja yang paling sempurna, karena hanya manusia saja yang dapat berbuat baik dan buruk, demikian pula hanya sebagai manusia saja yang dapat memperbaiki perbuatannya. Tidak ada yang lebih utama dari menjelma menjadi manusia. Karenanya berbahagialah bersyukurlah kita dapat menjelma menjadi manusia walau nista sekalipun.penjelmaan menjadi manusia bagaikan tangga untuk naik pada taraf kehidupan untuk bersatu dengan asalnya.langkah bagaimana kita bisa memiliki pola piker yang positif, ciri khas berpikir positif akan kekayaan budaya itu yang paling menonjol adalah kedinamisan dalam berpikir. Berpikir secara dinamis artinya ada langkah-langkah hidup yang pasti. Langkah idup yang dinamis seperti apa? Langkah hidup yang dinamis seperti usaha atau perjuangan untuk merealisasikan tujuan-tujuan positif. Atau, target-target positif, bukannya terlibat dalam konflik-konflik yang alot. Proses perjuangan itu seharusnya berkelanjutan. Sehingga proses ini menghasilkan pencapaian hidup, yaitu; Hari ini lebih baik dari pada hari kemarin dan hari esok lebih baik dari pada hari ini ( Tantra 2014; 3). Dari sini kita dapat petik bahwa pikiran yang sangat memegang peranan penting yang terpengaruh dengan cepat dalam kehidupan, jika pikiran kita salah, ini pasti akan terpengaruh baik itu perkataan maupun perbuatan, dari pada itu pikiran harus dikendalikan apabila pikiran kita bertentangan dengan ajaran agama. Nah sekarang bagaimana caranya anak usia dini supaya pikirnya baik atau positif. 1. Tidak menginginkan sesuatu yang tidak halal, 2. Tidak berpikiran buruk terhadap makhluk lain, 3. Tidak mengingkari akan karmaphala (Sudharta 2001:53). Misalnya kalau kita kaitkan kepada anak usia dini dalam kehidupan sehari-hari, kita harus mengasi tau bagaimanapun caranya supaya anak itu tidak menginginkan sesuatu yang tidak halal. Kalau kita ingin sesuatu oaring lain bagaimanapun kita harus memberitahu terlebih dahulu kepada pemiliknya bahwa saya ingin benda itu atau benda anda. Didalam kita berpikir apa bila pikiran satwika yang sangat kuat merupakan pikiran yang tidak tercemar, pikiran yang suci, pikiran yang jernih dan baik. Pikiran satwika dapat membuka jalan menuju moksa. Pikiran satwika menyebabkan atman mencapai moksa karena pikiran itu jernih, bersih dan suci. Pikiran satwika itulah yang menyebabkan ajaran agama dapat berjalan dengan baik. Kemudian bagaimana jika pikiran rajas lebih kuat, jika pengaruh rajas lebih kuat, maka pikiran akan diliputi oleh marah. Jika pikiran diliputi oleh marah, maka kekuatan amarahlah yang bekerja dalam melakukan perbuatan jahat. Hal ini akan menyebabkan atman masuk neraka dan mendapatkan segala siksaan. Kemudian bagaimana jika pikiran tamas lebih kuat, maka pikiran akan 67

7 menjadi lesu dan bingung. Pengaruh tamas terhadap pikiran menyebabkan atman lahir menjadi hewan seperti ternak, binatang buas, burung, binatang melata dan ikan (suhardana 2010; 50). Berdasarkan petikan diatas bagaimana kita lebih cendrung berpikir yang lebih baik untuk meningkatkan tahapan hidup yang lebih tinggi, guna nantinya kita dapat menyatuna diri dengan sang pencipta. B. Perkataan yang Benar Kata-kata ibarat pisau bedah bermata dua, disatu pihak mendatangkan kebahagiaan dan disatu pihak mendatangkan penderitaan. Dimana hal tersebut termuat dalam Kitab Nitisastra yaitu sebagai berikut: Wasita nimittanta manemu laksmi, Wasita nimittanta pati kapangguh, Wasita nimittanta manemu duka, Wasita nimittanta manemu mitra. Artinya : Oleh perkataan engkau akan mendapatkan kebahagiaan, Oleh perkataan engkau akan menemui ajalmu Oleh perkataan engkau akan mendapatkan kesusahan Oleh perkataan engkau akan mendapatkan sahabat. 68 Empat macam berdasar pada perkataan yaitu: 1. Tidak suka mencaci maki. 2. Tidak berkata kasar pada makhluk lain.3 Tidak memfitnah.4. tidak ingkar pada janji atau ucapan (Sudharta 2001:53). Disamping itu adapun empat cara untuk Menyucikan Perkataan yaitu:1. Tidak berkata jahat dengan siapapun. Kata-kata jahat yang terucap akan dapat mencemarkan vibrasi kesucian. Karena dalam kata-kata yang jahat terdapat gelombang yang mengganggu keseimbangan vibrasi kesucian dalam bhuana agung dan bhuana alit.2. Tidak berkata kasar Seperti mencaci dan mencela. Kata-kata kasar dapat menyakiti perasaan orang lain yang mendengarkannya. Karena kata-kata kasar akan dapat mengurangi vibrasi kesucian bagi yang mengucapkannya disamping itu berkata kasar akan mengakibatkan suatu keburukan.3. Tidak Memfitnah (Raja Pisuna) Ada pepatah yang mengatakan memfitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Dalam jaman era globalisasi seperti sekarang ini banyak orang dalam persaingan hidup melakukan persaingan hidup dengan carayang tidak baik seperti memfitnah agar lawan dengan mudah dapat dikalahkan.4. Tidak mengeluarkan kata-kata yang mengandung kebohongan Perbuatan berbohong sering dilakukan oleh orang untuk menutupi kekurangan yang ada

8 dalam dirinya agar tidak dianggap lemah oleh orang lain. Berdasarkan petikan diatas bahwa kita hidup sebagai manusia sesungguhnya sangat mulia, orang yang tidak menyadari sesungguhnya orang tersebut tidak bersyukur terhadap dirinya sendiri, apalagi pada saat kita hidup didunia ini, tidak ada lain untuk berbuat baik atau dharma. Fenomena yang terjadi pada saat ini banyak orang yang meninggal karena ulah dari suatu perkataan, jangan pernah kita mengatakan bahwa berbicara itu gampang, mudah, ini sesungguhnya sebaliknya orang sekarang berkata berkata itu sudah baik akan tetapi baik itu belum tentu benar menurut orang banyak. Kenapa seperti itu misalanya baik menurut orang yang mengatakan sesuatu, akan tetapi belum tentu benar menurut orang banyak. Dapat disimpulkan bahwa baik itu belum tentu benar tetapi bernar itu sudah pasti baik. C. Perbuatan yang benar Tiga macam pengendalian berdasarkan perbuatan ialah: 1. Tidak menyiksa atau membunuh mahluk lain. 2. Tidak melakukan kecurangan terhadap harta benda. 3. Tidak berjinah (Sudharta 2001:54). Dalam, kitab Sarasamuscaya menegaskan sebagai berikut. pranatipatam stainyam ca paradaranathapi va, Trini papani kayena sarwatah parivarjayet Nihan yang tan ulahakena, syamatimati mangahalahal, Siparadara, Nahan tang telu tan ulahakena ring asing ring parihasa,ring apatkala,ri pangipyan tuwi singgahana jugeka. Artinya: Inilah yang tidak patut dilakukan: membunuh, mencuri, berbuat zinah, ketiganya itu jangan hendaknya dilakukan terhadap siapa pun, baik keadaan darurat, hendaknya dihindari saja ketiganya itu.kutipan sloka ini memberikan informasi tentang pentingnya makna kesucian tindakan seseorang, atau Tiga tindakan suci. Susila merupakan pilar yang kokoh, sebab dalam susila struktur bhakti yoga bersandar. Susila adalah gerbang menuju realisasi Tuhan.Tanpa kesempurnaan susila, tak mungkin ada kemajuan spiritual atau realisasi.seorang siswa yoga atau calon, harus secara ketat menekankan pada masalah susila. Ia harus jujur dan murni dalam pikiran, perkataan dan perbuatan. Ia harus melaksanakan secara tegas pemikiran yang benar, perkataan dan perbuatan yang baik. ajaran susila untuk meningkatkan khidupan manusia. Bhatara Iswara juga menjelaskan bahwa karena tidak mempunyai ilmu, maka pandangan manusia terhadap sesuatu itupun berbeda, itulah yang terjadi pada manusia.ini dinamakan kebingungan, karena mereka berada dalam kegelapan, dalam pengertian ilmu pengetahuannya masih kurang, karena itu dalam mempelajari ilmu pengetahuan suci berhati-hatilah. Ilmun pengetahuan suci itu hanya diberikan kepada Bhagawan Wrhaspati sebagai guru di sorga. Murid-muridnya nanti yang akan mengajarkannya 69

9 kepada manusia ( Suardana 2010; 6-7). Berdasarkan petikan diatas bahwa ilmu pengetahuan sangat penting dalam suatu kehidupan, untuk mencapai suatu kesempurnaan jasmani dan rohani. Ketika kita belajar apalagi mampu merealisasikan misalnya perbuatan baik ini akan membawa dampak yang positif bagi kita semuanya baik itu bhuana agung maupun bhuana alit. Disamping itu kerja atau perbuatan adalah suatu yajna. Bhagavadgita,111.10Sesungguhnya sejak dahulu dikatakan, Tuhan setelah menciptakan manusia melalui yadnya, berkata: dengan mi engkau akan berkembang, bagaimana sapi perah yang memenuhi keinginanmu. Dari ungkapan ini, dapat dipahami bahwa yajna dapat diberi makna secara filosofis mengingatkan kepada setiap orang bahwa dalam kehidupan senantiasa dilakukan melalui kerja dengan sepirit persembahan (yajna), sesuai dengan sifat tuhan dalam menciptakan manusia dan alam semesta beseta isinya ( Atmaja 2009:86). Berdasarkan pemaparan diatas, ajaran susila Hindu dalam pendidikan anak usia dini dapat kita tarik bahwa Di samping mengendalikan atau larangan yang berdasarkan trikaya parisudha itu ada lagi tuntunan susila yang lebih banyak rinciannya. Yaitu; (Sudarta 2001 :54-57)Ada Panca Yama dan Panca Nyama Brata dan ada Dasa Yama serta Dasa Niyama Brata. Yang termasuk dalam golongan Panca Yama Brata ialah: 1. Ahimsa artinya tidak menyiksa / membunuh 2. Brahmacari artinya tidak melakukan pengetahuan / ilmu Ketuhanan. 3. Satya artinya setia akan janji yang menyebabkan senangnya orang lain 4. Awyawaharika artinya melakukan usaha-usaha yang selalu bersumber kedamaian/dan ketulusan. 5. Asteya artinya tidak mencuri, tidak curang. 70 Panca Niyama Brata itu adalah: 1. Akrodha artinya tidak dikuasai oleh kemarahan 2. Guru susrusa artinya hormat, taat dan tekun melakukan ajaran-ajaran guru 3. Sauca artinya kesucian lahir batin 4. Aharalagawa artinya mengatur macam dan waktu makan dan tidak berfoya-foya. 5. Apramada artinya taat tanpa ketakaburan mempelajari dan mengamalkan ajaran suci. Di samping Panca Yama dan Panca Niyama ini ada perincian yang lebih banyak lagi yaitu: yang disebut Dasa-Yama Brata dan Dasa-Niyama Brata, masing-masing berjumlah sepuluh: Dasa-Yama Brata ini terdiri dari:

10 1. Anrsansya atau arimbawa artinya tidak mementingkan diri sendiri 2. Ksama artinya suka mengampuni dan tahan uji dalam kehidupan 3. Satya artinya setia dengan ucapan sehingga menyenangkan serta hidup 4. Ahimsa artinya tidak membunuh dan tidak menyiksa, menyakiti 5. Dama artinya dapat menasehati diri sendiri 6. Arjawa artinya jujur mempertahankan kebenaran 7. Priti artinya cinta kasih sayang terhadap sesama makhluk 8. Prasada artinya berpikir dan berhati suci dan tanpa pamrih 9. Madhurya artinya ramah tamah, lemah, sopan santun 10. Mardawa artinya rendah hati Dasa Niyama Brata yaitu: 1. Dana artinya pemberian sedekah 2. Ijya artinya pemujaan terhadap Sang Hyang Widhi dan leluhur 3. Tapa artinya menggembleng diri untuk menimbulkan daya tahan 4. Dhyana artinya tekun memusatkan pikiran terhadap Sang Hyang Widhi 5. Swadhyaya artinya mempelajari dan memahami ajaranajaran suci 6. Upasthanigraha artinya mengendalikan hawa nafsu kelamin 7. Brata artinya taat akan sumpah 8. Upawasa artinya berpuasa 9. Mona artinya membatasi perkataan 10. Snana artinya melakukan pensucian diri tiap-tiap hari dengan jalan membesarkan badan dan bersembahyang. III. Penutup Agama Hindu memiliki kerangka dasar yang dapat dipergunakan oleh umatnya sebagai landasan untuk memahami, mengalami dan mengamalkan ajaran-ajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Kerangka dasar tersebut terdiri atas tiga unsur, yaitu: 1. Tattwa atau filsafat Agama Hindu, 2. Susila atau Etika, dan 3. Acara atau Ritual Agama Hindu Susila dalam Agama Hindu merupakan kerangka dasar yang kedua. Susila berasal dari kosa kata bahasa Sanskerta yang artinya tingkah laku yang baik atau menunjukkan kebaikan. Susila adalah istilah lain dari kata etika dan moral. Etika dan moral merupakan dua kata yang dipergunakan silih berganti untuk 71

11 maksud yang sama. Etika yang berasal dari bahasa Yunani ethos, dalam tiga pengertian, yaitu, ilmu tentang apa yang baik dan buruk dan tentang hak dan kewajiban moral, kumpulan asas kebenaran atau nilai yang berkenaan dengan baik, atau nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat. dahulu etika dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Etika lalu diartikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan atau sebagai ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak atau moral. Etika dan moralitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengendalian sikap dan tingkah laku manusia. Fungsi etika membimbing perilaku manusia agar dapat menjadi orang yang baik. Etika dan moralitas dalam kaitan ini dapat dikatakan memberikan arahan atau pedoman kepada manusia bagaimana sebaiknya bertingkah laku dalam masyarakat. Tuntunan, bimbingan ataupun petunjuk itu sangat diperlukan agar pergaulan manusia dapat berjalan dengan baik dan harmonis. Etika dan moralitas memberikan petunjuk apakah perbuatan itu baik atau buruk, salah atau benar, sehingga boleh dilakukan atau tidak. Etika dan moralitas juga menunjukkan larangan yang patut diikuti. Dalam hubungan ini, masyarakat tentu harus mengikuti norma-norma yang berlaku. Berdasarkan uraian di atas dapat kita pahami bahwa etika merupakan ajaran perilaku atau perbuatan yang bersifat sistematis tentang perilaku (karma).ajaran susila hendaknya diterapkan dalam kehidupan kita di dunia ini karena dunia inilah tempat kita berkarma. Jika kita mampu menerapkan ajaran susila kita akan bisa, Menghancurkan Kebodohan, Membangkitkan Kesadaran, Mendekatkan diri kepada Hyang Widhi, Mempermudah Ajaran Veda, Mengembangkan Ajaran Veda, Merealisasikan Tujuan Hidup yang. Tertinggi. Daftar Pustaka 72 Adiputra I Gd. Rudia Pengetahuan Dasar Agama Hindu Anak Agung Gde Oka Nerta D.rs Tuntunan Dasar Agama Hindu. Departemen Agama Hindu Atmaja Nada I Made, Siwa, Sadasiwa dan Pramasiwa (Siwaratri). Penerbit: Paramita Jelantik Ida Pedanda Gde Nyoman Oka, Sanatana Hindu Dharma. Penerbit Widya Dharma Denpasar Komang Tantra, Dewa, Membaca Perubahan Bali. Penerbit Wisnu Press Sudarta Tjok Rai Upadesa Tentang Ajaran Ajaran Agama Hindu. Penerbit Paramita Surabaya

12 Sudarsana, I. K. (2015, June). Pentingnya Kearifan Lokal dalam Pendidikan Karakter bagi Remaja Putus Sekolah. In Seminar Nasional (No. ISBN : , pp ). Fakultas Dharma Acarya IHDN Denpasar. Suhardana, K.M Wrhaspati Tattwa. Penerbit: Paramita Surabaya. Wiana I Ketut Memelihara Tradisi Veda. Penerbit: BP 73

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar henysari74@gmail.com ABSTRAK Dalam pengenalan ajaran agama tidak luput dari

Lebih terperinci

I Ketut Sudarsana. > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari

I Ketut Sudarsana. > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari I Ketut Sudarsana > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari Ajaran Tri Kaya Parisudha dapat dilaksanakan dengan cara memberikan arahan

Lebih terperinci

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan) Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar Kelas 1 Kompetensi Inti KD Lama KD Baru 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya Menunjukkan contoh-contoh ciptaan

Lebih terperinci

LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK

LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK Dosen : Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag., M.Pd.H OLEH: I PUTU CANDRA SATRYASTINA 15.1.2.5.2.0800 PRODI

Lebih terperinci

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA - 1254 - D. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD 27. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan dirumuskan

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA - 446 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tradisional yang tersimpan dalam naskah lontar banyak dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan yang berhubungan

Lebih terperinci

INTEGRASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR

INTEGRASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR INTEGRASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR Oleh: I Made Sedana, S.Pd., M.Pd.. Abstrak Sekolah merupakan institusi sosial yang dibangun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.

Lebih terperinci

3. Pengertian Hukum Karmaphala dalam Ajaran Agama Hindu adalah

3. Pengertian Hukum Karmaphala dalam Ajaran Agama Hindu adalah 1. Pengertian Atman adalah. a. Percikan terkecil dari Sang Hyang Widhi Wasa b. Tidak terlukai oleh api c. Tidak terlukai oleh senjata d. Tidak bergerak e. Subha Karma Wasa 2. Fungsi Atman dalam mahluk

Lebih terperinci

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E) 21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

SILABUS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI

SILABUS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SILABUS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI Satuan Pendidikan : SMP MAHATMA GANDHI Mata Pelajaran : dan Budi Pekerti Kelas : VII Kompetensi Inti : KI 1 : menghargai

Lebih terperinci

Lampiran 07 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Tri Sëmaya pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu di SMA Negeri 8 Denpasar

Lampiran 07 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Tri Sëmaya pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu di SMA Negeri 8 Denpasar Lampiran 07 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Tri Sëmaya pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu di SMA Negeri 8 Denpasar RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Kelas / Semester

Lebih terperinci

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD)

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD) 16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PERANAN GURU AGAMA HINDU DALAM MENANGGULANGI DEGRADASI MORAL PADA SISWA SMA NEGERI 2 TABANAN

PERANAN GURU AGAMA HINDU DALAM MENANGGULANGI DEGRADASI MORAL PADA SISWA SMA NEGERI 2 TABANAN 307 PERANAN GURU AGAMA HINDU DALAM MENANGGULANGI DEGRADASI MORAL PADA SISWA SMA NEGERI 2 TABANAN Oleh Kadek Dewi Setiawati Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar dsetiawati445@gmail.com Abstrak Diera globalisasi

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI

Lebih terperinci

17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

Nirwana dan Cara Pencapaiannya dalam Agama Hindu

Nirwana dan Cara Pencapaiannya dalam Agama Hindu Oleh : Hj. A. Nirawana Abstract Menggapai nirwanan adalah sebuah tujuan spiritual dalam agama hindu. Tulisan berikut ingin menelusuri sejauhmana makna nirwana dan langkahlangkah pencapaiannya bagi penganut

Lebih terperinci

34. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMP

34. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMP 34. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMP KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku

Lebih terperinci

PERAN ORANG TUA DALAM MENERAPKAN AJARAN TRI KAYA PARISUDHA PADA ANAK DI BANJAR TUNJUNG SARI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH.

PERAN ORANG TUA DALAM MENERAPKAN AJARAN TRI KAYA PARISUDHA PADA ANAK DI BANJAR TUNJUNG SARI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH. PERAN ORANG TUA DALAM MENERAPKAN AJARAN TRI KAYA PARISUDHA PADA ANAK DI BANJAR TUNJUNG SARI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH Gede Merthawan * Staff Pengajar STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah ABSTRAK

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU

KODE ETIK DOSEN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU KODE ETIK DOSEN VISI : Terdepan dalam dharma, widya dan budaya MISI : 1. Meningkatkan Kualitas dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hindu melalui Pendidikan Tinggi Hindu; 2. Mengembangkan sumber daya manusia

Lebih terperinci

MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL.

MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL. MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL. H DISUSUN OLEH: I WAYAN AGUS PUJAYANA ORANG SUCI Orang suci adalah

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN AGAMA HINDU

PEMBELAJARAN AGAMA HINDU PEMBELAJARAN AGAMA HINDU I KETUT SUDARSANA iketutsudarsana@ihdn.ac.id www.iketutsudarsana.com Secara etimologi agama berasal dari bahasa sanskerta, yaitu dari kata a dan gam. a berarti tidak dan gam berarti

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG A. Analisis tentang Upaya Guru PAI dalam Membina Moral Siswa SMP Negeri 1 Kandeman Batang Sekolah adalah lingkungan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... SAMPUL DEPAN... SAMPUL DALAM... LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN... PERSYARATAN KEASLIAN...

DAFTAR ISI... SAMPUL DEPAN... SAMPUL DALAM... LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN... PERSYARATAN KEASLIAN... 2 DAFTAR ISI SAMPUL DEPAN... SAMPUL DALAM... i ii LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN... PERSYARATAN KEASLIAN... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... iii iv v vi

Lebih terperinci

BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN. Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru)

BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN. Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru) BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru) Puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang

Lebih terperinci

KONSEP NAFSU DALAM AGAMA ISLAM DAN BUDDHA

KONSEP NAFSU DALAM AGAMA ISLAM DAN BUDDHA No. 459/PAG-U/SU-S1/2014 KONSEP NAFSU DALAM AGAMA ISLAM DAN BUDDHA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Ushuluddin OLEH : AMIRUL FAHMI

Lebih terperinci

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA HINDU MELALUI EFEKTIVITAS POLA INTERAKSI DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA HINDU MELALUI EFEKTIVITAS POLA INTERAKSI DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA HINDU MELALUI EFEKTIVITAS POLA INTERAKSI DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH Oleh : I Ketut Sudarsana Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar iketutsudarsana@ihdn.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER Oleh : Drs. I Ketut Rindawan, SH.,MH. ketut.rindawan@gmail.com Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra Abstrak

Lebih terperinci

PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK : ANALISIS TERHADAP PERAN GURU DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK DIDIK MELALUI REVITALISASI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DI SEKOLAH

PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK : ANALISIS TERHADAP PERAN GURU DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK DIDIK MELALUI REVITALISASI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DI SEKOLAH PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK : ANALISIS TERHADAP PERAN GURU DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK DIDIK MELALUI REVITALISASI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DI SEKOLAH Oleh Ni Luh Putu Novita Martiani Institut Hindu Dharma

Lebih terperinci

ETIKA PERGAULAN DI MASYARAKAT

ETIKA PERGAULAN DI MASYARAKAT ETIKA PERGAULAN DI MASYARAKAT Materi Pembekalan KKN PPM/Bud/2015 Materi Pembekalan KKN PPM/Bud/2011 Materi Pembekalan KKN PPM/Bud/2011 LANGKAH AWAL KKN DI DESA Mencari Posko Bersama DPL menemui kepala

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG 77 BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG A. Analisis Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

PENGANTAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU

PENGANTAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU PENGANTAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU I KETUT SUDARSANA 1. Pengertian Pendidikan Sanjana (2006:2) menyatakan bahwa adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar proses pembelajaran yang efektif,

Lebih terperinci

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA TUGAS AGAMA DEWA YADNYA NAMA ANGGOTA KELOMPOK 7 KETUT ALIT WIRA ADI KUSUMA (05) ( KETUA ) NI LUH LINA ANGGRENI (27) ( SEKETARIS ) NI LUH DIAH CITRA URMILA DEWI (14) I PUTU PARWATA (33) SMP N 2 RENDANG

Lebih terperinci

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar KAJIAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM TRADISI NGAYAH DI TENGAH AKSI DAN INTERAKSI UMAT HINDU DI DESA ADAT ANGGUNGAN KELURAHAN LUKLUK KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut

Lebih terperinci

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNAGRAHITA

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNAGRAHITA - 987 - D. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNAGRAHITA KELAS : VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Modul ke: 11 Fakultas DESAIN SENI KREATIF Pancasila dan Implementasinya Bagian I Pada Modul ini kita akan mempelajari mengenai keterkaitan sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) dengan Prinsip pembangunan

Lebih terperinci

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) 16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk

Lebih terperinci

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMPLB AUTIS

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMPLB AUTIS - 1829 - D. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMPLB AUTIS KELAS : VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar UPACARA NILAPATI BAGI WARGA MAHA GOTRA PASEK SANAK SAPTA RSI DI BANJAR ROBAN DESA TULIKUP KECAMATAN GIANYAR KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut

Lebih terperinci

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Kata agama berasal dari kata dalam bahasa Pali atau bisa juga dari kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu dari akar kata gacc, yang artinya adalah pergi

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KONSEP MANUSIA MENURUT PANDANGAN PLATO DENGAN AJARAN ISLAM

BAB IV IMPLEMENTASI KONSEP MANUSIA MENURUT PANDANGAN PLATO DENGAN AJARAN ISLAM BAB IV IMPLEMENTASI KONSEP MANUSIA MENURUT PANDANGAN PLATO DENGAN AJARAN ISLAM Landasan berfikir, zaman, dan tempat yang berbeda secara tidak langsung akan menimbulkan perbedaan, walaupun dalam pembahasan

Lebih terperinci

L A M P I R A N L A M P I R A

L A M P I R A N L A M P I R A L A M P I R A N L A M P I R A N LAMPIRAN I Daftar Wawancara DAFTAR WAWANCARA UNTUK SUBYEK A. Gambaran kontrol diri menurut subyek 1. Menurut Anda apakah ukuran seseorang memiliki kontrol 2. Menurut Anda,

Lebih terperinci

Jadi keenam unsur kepercayaan (keimanan) tersebut di atas merupakan kerangka isi Dharma (kerangka isi Agama Hindu). Bab 4 Dasar Kepercayaan Hindu

Jadi keenam unsur kepercayaan (keimanan) tersebut di atas merupakan kerangka isi Dharma (kerangka isi Agama Hindu). Bab 4 Dasar Kepercayaan Hindu Bab 4 Dasar Kepercayaan Hindu 4.1 Dasar Kepercayaan Hindu Bersumber Pada Atharwa Weda Dasar kepercayaan (keimanan) dalam agama Hindu disebut Sraddha, yang dinyatakan di dalam ayat suci Atharwa Weda berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi terhadap semua ciptaan-nya baik dari segi yang terkecil hingga ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN. terjadi terhadap semua ciptaan-nya baik dari segi yang terkecil hingga ciptaan- 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Alam semesta jagat raya dengan seisinya bergerak berputar tiada hentinya dengan perputaran yang teratur sesuai dengan hukumnya. Hukum perputaran terjadi terhadap semua

Lebih terperinci

Semarang, 8 November 2016

Semarang, 8 November 2016 Semarang, 8 November 2016 Tahun Pelajaran 2015/2016 Permohonan orang tua kepada sekolah untuk melayani peserta didik penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa 1.UUD 45 ps 31 (1) setiap warga

Lebih terperinci

Oleh Wayan Suprapta Institut HinduDharmaNegeri Denpasar

Oleh Wayan Suprapta Institut HinduDharmaNegeri Denpasar PENDEKATAN PEMBELAJARAN KLASIKAL YANG DITERAPKAN DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB NEGERI 1 TABANAN KECAMATAN TABANAN KABUPATEN TABANAN Oleh Wayan Suprapta

Lebih terperinci

Oleh Ni Putu Nita Pratiwi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh Ni Putu Nita Pratiwi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar AJARAN HINDU DAN PEMBENTUKAN KARAKTER : IMPLEMENTASI AJARAN KESUSILAAN HINDU DALAM MEMBENTUK PERSPEKTIF LOGIS DAN KARAKTER AGAMAIS MANUSIA HINDU PADA ERA GLOBAL Oleh Ni Putu Nita Pratiwi Institut Hindu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan yang bermula dari seluruh negara di dunia yang dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan early childhood

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan karakter saat ini sangat penting untuk mendidik generasi muda di Indonesia. Karakter perlu dikembangkan mengingat banyak sekali penyimpangan sosial

Lebih terperinci

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) 16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk

Lebih terperinci

Makna Pancasila sebagai Sistem Etika

Makna Pancasila sebagai Sistem Etika Modul ke: Fakultas MKCU PENDIDIKAN PANCASILA Makna Pancasila sebagai Sistem Etika Amiruddin, Drs,S.Pd,MM. Program Studi www.mercubuana.ac.id Indikator Mampu melakukan kajian dengan proses kajian pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sebelumnya yang Relevan Penelitian tentang nilai-nilai moral sudah pernah dilakukan oleh Lia Venti, dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Pokok Permasalahan.

BAB I PENDAHULUAN. B. Pokok Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran dana punia dijumpai dalam berbagai pustaka suci terutama bagian Smertinya, bahkan dalam Upanishad (Chandogya Upanishad) telah tercantum, pengamalan ajaran tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia anak-anak merupakan usia yang sangat penting dalam perkembangan psikis seorang manusia. Pada usia anak-anak terjadi pematangan fisik yang siap merespon apa yang

Lebih terperinci

MEMBANGUN KEMATANGAN JIWA KEAGAMAAN GENERASI MUDA HINDU MELALUI PEMBELAJARAN ASTANGGA YOGA

MEMBANGUN KEMATANGAN JIWA KEAGAMAAN GENERASI MUDA HINDU MELALUI PEMBELAJARAN ASTANGGA YOGA MEMBANGUN KEMATANGAN JIWA KEAGAMAAN GENERASI MUDA HINDU MELALUI PEMBELAJARAN ASTANGGA YOGA Oleh Ida Bagus Kade Yoga Pramana Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstrak Astangga Yoga merupakan suatu metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #20 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #20 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #20 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #20 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

PERSIAPAN KKN PPM Materi Pembekalan KKN PPM/Bud/2011

PERSIAPAN KKN PPM Materi Pembekalan KKN PPM/Bud/2011 PERSIAPAN KKN PPM Persiapan Fisik - Perlengkapan - Kesehatan Persiapan Mental - Kesiapan dgn kondisi & lingkungan baru Langkah Awal Mencari Posko Bersama DPL menemui kepala desa Posko sebaiknya Nyaman

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I BALI, Menimbang : a. bahwa kepariwisataan

Lebih terperinci

PERGESERAN POLA PIKIR REMAJA TENTANG KONSEP PANDANGAN HIDUP DAN UPAYA MENJADIKAN PANCASILA SEBAGAI SEMANGAT HIDUP REMAJA.

PERGESERAN POLA PIKIR REMAJA TENTANG KONSEP PANDANGAN HIDUP DAN UPAYA MENJADIKAN PANCASILA SEBAGAI SEMANGAT HIDUP REMAJA. BAB II PERGESERAN POLA PIKIR REMAJA TENTANG KONSEP PANDANGAN HIDUP DAN UPAYA MENJADIKAN PANCASILA SEBAGAI SEMANGAT HIDUP REMAJA. 2.1 Pancasila Sebagai Pedoman Bangsa Pancasila adalah ideologi bangsa dan

Lebih terperinci

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Ni Putu Sri Ratna Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang penuh dengan keanekaragaman Suku Bangsa, Bahasa, Agama, dan Kebudayaan. Keberagaman budaya bangsa Indonesia bukan berarti untuk

Lebih terperinci

SEMUA ORANG BERDOSA. Sebab tidak ada perbedaan. Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.

SEMUA ORANG BERDOSA. Sebab tidak ada perbedaan. Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Lesson 3 for October 21, 2017 SEMUA ORANG BERDOSA Seperti ada tertulis: Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah. Semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, serta kepercayaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, serta kepercayaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk yang terdiri dari berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, serta kepercayaan. Fenomena tersebut,

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA - 1266 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN A. Analisis Tujuan Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga Nelayan di Desa Pecakaran Kec. Wonokerto.

Lebih terperinci

Ni Luh Ayu Eka Damayanti * ABSTRAK

Ni Luh Ayu Eka Damayanti * ABSTRAK IMPLEMENTASI PENDIDIKAN TRI KAYA PARISUDHA DALAM MENINGKATKAN NILAI ETIKA SISWA DI SEKOLAH DASAR NEGERI PURWOSARI KECAMATAN TORUE KABUPATEN PARIGI MOUTONG Ni Luh Ayu Eka Damayanti * Staff Pengajar STAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Akhlak dapat terbentuk. Dalam kehidupan sehari-hari akhlak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Akhlak dapat terbentuk. Dalam kehidupan sehari-hari akhlak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting, dan tidak dapat ditinggalkan dalam setiap kehidupan manusia. Hal itu dikarenakan bahwa dengan pendidikanlah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN AGAMA ISLAM ANAK KARYAWAN PT. PISMATEX DI DESA SAPUGARUT

BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN AGAMA ISLAM ANAK KARYAWAN PT. PISMATEX DI DESA SAPUGARUT BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN AGAMA ISLAM ANAK KARYAWAN PT. PISMATEX DI DESA SAPUGARUT Pada bab ini, peneliti akan menganalisis kegiatan bimbingan agama Islam anak karyawan PT. Pismatex di desa Sapugarut

Lebih terperinci

Budaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa

Budaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa Mata Kuliah : Landasan Pendidikan NamaDosen : Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag, M.Pd.H. Budaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa Oleh; PUTU

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA - 1090 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

SEGI TIGA KESEIMBANGAN: TUHAN, MANUSIA DAN ALAM RAYA

SEGI TIGA KESEIMBANGAN: TUHAN, MANUSIA DAN ALAM RAYA SEGI TIGA KESEIMBANGAN: TUHAN, MANUSIA DAN ALAM RAYA MANUSIA MAKHLUK BUDAYA: HAKEKAT MANUSIA Manusia Makhluk ciptaan Tuhan, terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai kesatuan utuh. Manusia merupakan makhluk

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. isinya. Beberapa pengkajian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

BAB VI PENUTUP. isinya. Beberapa pengkajian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Peribahasa Jawa cukup banyak jumlahnya dan beraneka ragam isinya. Beberapa pengkajian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ajaran moral yang cukup tinggi terkandung di dalamnya.

Lebih terperinci

KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA

KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA Dosen : Drs.Tahajudin Sudibyo N a m a : Argha Kristianto N I M : 11.11.4801 Kelompok : C Program Studi dan Jurusan : S1 TI SEKOLAH TINGGI TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM

Lebih terperinci

PERAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN BAGI ANAK USIA DINI DALAM KELUARGA. Oleh Ni Wayan Restiti Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

PERAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN BAGI ANAK USIA DINI DALAM KELUARGA. Oleh Ni Wayan Restiti Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar PERAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN BAGI ANAK USIA DINI DALAM KELUARGA Oleh Ni Wayan Restiti Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstrak Peran orang tua mempunyai posisi penting terhadap

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG Ni Made Sri Windati Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar sriwindati95@gmail.com

Lebih terperinci

Oleh: Desak Made Wirasundari Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Dr. Dra. Ida Ayu Tary Puspa, S.Ag, M.Par.

Oleh: Desak Made Wirasundari Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Dr. Dra. Ida Ayu Tary Puspa, S.Ag, M.Par. KEDUDUKAN DAN PERANAN IBU RUMAH TANGGA DALAM PENDIDIKAN SOSIAL PADA ANAK USIA DINI DESA ADAT AMBENGAN DI DESA AYUNAN KECAMATAN ABIANSEMAL KABUPATEN BADUNG Oleh: Desak Made Wirasundari Dewi wirasundaridewi@gmail.com

Lebih terperinci

Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela.

Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela. Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #5 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #5 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. dalam penulisan skripsi ini, mencoba mengambil beberapa kesimpulan yakni :

BAB III PENUTUP. dalam penulisan skripsi ini, mencoba mengambil beberapa kesimpulan yakni : BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dalam penjelasan yang tertuang dalam bab-bab terdahulu permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini, mencoba mengambil beberapa kesimpulan yakni : Berdasarkan uraian

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA (I)

PANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA (I) PANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA (I) Modul ke: 08 Udjiani Fakultas EKONOMI DAN BISNIS A. Pengertian Etika B. Etika Pancasila Hatiningrum, SH.,M Si Program Studi Manajemen A. Pengertian Etika. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai orang tua kadang merasa jengkel dan kesal dengan sebuah kenakalan anak. Tetapi sebenarnya kenakalan anak itu suatu proses menuju pendewasaan dimana anak

Lebih terperinci

43. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK

43. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK 43. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan Skripsi. yang pesat dalam dunia industri, serta eksistensi agama Buddha menjadi salah satu

Bab 5. Ringkasan Skripsi. yang pesat dalam dunia industri, serta eksistensi agama Buddha menjadi salah satu Bab 5 Ringkasan Skripsi Jepang adalah salah satu negara maju di dunia dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat dalam dunia industri, serta eksistensi agama Buddha menjadi salah satu faktor penting yang menyertai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang

Lebih terperinci

Pengertian Etika. Nur Hidayat TIP FTP UB 2/18/2012

Pengertian Etika. Nur Hidayat  TIP FTP UB 2/18/2012 Nur Hidayat http://nurhidayat.lecture.ub.ac.id TIP FTP UB Pengertian Etika Berasal dari Yunani -> ethos artinya karakter, watak kesusilaan atau adat. Fungsi etika: Sebagai subjek : Untuk menilai apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan wahana pendidikan formal dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai peserta didik yang mampu melahirkan nilai-nilai pancasila

Lebih terperinci

2 Kebiasaan (Folksway) Norma yang menunjukan perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama

2 Kebiasaan (Folksway) Norma yang menunjukan perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama C. Lembaga Sosial 1. Pengertian Lembaga Sosial dan Norma Lembaga Sosial suatu sistem norma yg bertujuan utk mengatur tindakan tindakan maupun kegiatan masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan pokok dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pancasila lahir pada tanggal 1 Juni 1945 dan resmikan pada tanggal 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Kematian merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Siapa saja bisa mengalami hal itu, baik tua atau pun muda, miskin atau pun kaya, baik perempuan atau

Lebih terperinci

YODI PERMANA PENGAMALAN PANCASILA PENDIDIKAN PANCASILA JURUSAN SISTEM INFORMASI

YODI PERMANA PENGAMALAN PANCASILA PENDIDIKAN PANCASILA JURUSAN SISTEM INFORMASI TUGAS AKHIR YODI PERMANA 11.12.5667 PENGAMALAN PANCASILA PENDIDIKAN PANCASILA JURUSAN SISTEM INFORMASI DOSEN : Drs. Muhammad Idris P, M PENDAHULUAN Sebagai warga negara yang setia pada nusa dan bangsa,

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013 Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERESMIAN PESTA KESENIAN BALI KE-35 DI ART CENTRE, ARDHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mana merupakan wujud cinta kasih sayang kedua orang tua. Orang tua harus membantu merangsang anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Moral dalam kehidupan manusia memiliki kedudukan yang sangat penting. Nilai-nilai moral sangat diperlukan bagi manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota suatu

Lebih terperinci

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa 1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dalam perjuangan untuk mencapai kehidupan yang lebih sempurna, senantiasa memerlukan nilai-nilai luhur yang dijunjungnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Manusia pada zaman modern ini mungkin patut berbangga atas pencapaian yang telah diraih manusia hingga sampai pada saat ini dan kemajuan dalam segala

Lebih terperinci

KODE ETIK PENGAWAS PERIKANAN, PENYIDIK PERIKANAN DAN AWAK KAPAL PENGAWAS PERIKANAN TYPE SPEED BOAT

KODE ETIK PENGAWAS PERIKANAN, PENYIDIK PERIKANAN DAN AWAK KAPAL PENGAWAS PERIKANAN TYPE SPEED BOAT KODE ETIK PENGAWAS PERIKANAN, PENYIDIK PERIKANAN DAN AWAK KAPAL PENGAWAS PERIKANAN TYPE SPEED BOAT PANGKALAN PENGAWASAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN BITUNG DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

Masih Spiritualitas Bisnis

Masih Spiritualitas Bisnis c Prestasi, bukan Prestise d Masih Spiritualitas Bisnis Oleh Nurcholish Madjid Dalam uraian mengenai spiritualitas bisnis pekan lalu, kita menyadari bahwa adanya kombinasi antara ihsān dan itqān dalam

Lebih terperinci