BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Internasional. Hal ini dibuktikan pada tanggal 2 Oktober 2009 silam ketika UNESCO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Internasional. Hal ini dibuktikan pada tanggal 2 Oktober 2009 silam ketika UNESCO"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan salah satu contoh hasil seni budaya yang hidup kembali setelah sempat dilupakan dalam waktu yang lama di dunia modern ini. Kembali populernya batik tak hanya menjadi perhatian di Indonesia, tetapi juga di kancah Internasional. Hal ini dibuktikan pada tanggal 2 Oktober 2009 silam ketika UNESCO (United Nations of Educational Scientific and Cultural Organisation) mengukuhkan batik sebagai warisan budaya tak benda dari Indonesia (Ginanjar, 2015). Berangkat dari pengakuan tersebut, kemudian banyak daerah-daerah penghasil batik di Indonesia mulai muncul di daerah masing-masing, tidak terkecuali di wilayah Kudus. Menurut Yuli Astuti seorang pelopor dan pembangkit berkembangnya batik Kudus mengatakan bahwa Kudus merupakan salah satu Kota penghasil produk batik yang mempunyai bentuk ragam hias khas di setiap motifnya. Batik Kudus merupakan salah satu batik yang memiliki kualitas tinggi tetapi belum terlalu terekspose di masyarakat, sehingga masih sedikit yang tahu. Menurut kolektor batik Hartono Sumarsono, dalam buku yang berjudul Batik Pusaka Indonesia: Koleksi Hartono Sumarsono mengatakan bahwa, Batik Kudus muncul pada abad ke 17 dan berkembang tahun 1880 hingga 1940.Pada tahun 1975, apresiasi masyarakat terhadap Batik Kudus mulai menurun. Secara perlahan Batik Kudus pun mulai mengalami kemunduran (Iswara, 2011). 1

2 2 Perkembangannya selanjutnya, seiring dengan berbagai macam usaha yang gencar dilakukan para pengrajin Batik Kudus, muncullah kembali sebuah harapan. Pada tahun 2000 Batik Kudus mulai berkembang lagi dengan mereproduksi motif batik Klasik Kudus dan juga mengembangkan motif batik yang menggambarkan keadaan Kudus. Berbagai motif Batik Kudus yang berkembang selanjutnya antara lain adalah Motif Dlorong Kembang, Busana Kelir, Pakis Haji Muria, Ornamen Kaligrafi, Merak Kateliu, Merak Pelataran, Biji Mentimun, Motif Batik Buket Beras Kecer, Dlorong Buketan, Sekar Jagad, Ayam Malah, Lunglungan. Motif-motif batiktersebut banyak dipengaruhi oleh corak-corak batik pesisiran dan kebudayaan di daerah Kudus. Kemudian belakangan muncul motif batik kreasi baru yang banyak menggambarkan keadaan sekitar kota Kudus seperti Motif Batik Gula Tumbu, Motif Batik Tembakau, Motif Batik Cengkeh, Motif Batik Daun Talas, Motif Batik Pamelo, Motif Batik Menara Kudus, Motif Batik Gunung Muria Kudus, Motif Batik Jenang Kudus, Motif Batik Kopi, Motif Batik Gebyok Kudus Dan Motif Batik Parijoto. Salah satu yang motif yang kurang diminati dari motif-motif batik kreasi baru adalah motif Parijoto. Motif ini mengambil inspirasi dari buah yang bernama sama, yaitu Parijoto. Dari segi visual, buah Parijotomemiliki keunikan tersendiri. Buah Parijoto memiliki batang dan cabang berkayu berwarna pink tua. Daun berwarna hijau berbentuk lonjong dengan ujung lancip dengan tulang daun melengkung. Buah tersusun dalam untaian yang tersusun secara bergerombol dengan masing-masing buah berbentuk bulat kecil menyerupai bunga. Buah Parijoto ini banyak tumbuh di Lereng Gunung Muria, Kudus.

3 3 Selain itu, motif batik Parijotosendiri mempunyai sisi historis yang kuat dibalik keindahan visualnya. Kisahnya berawal ketika istri sunan muria Kudus sedang hamil. Beliau kemudian memakan buah Parijoto yang didapatkan dari dalam hutan. Saat dilahirkan ternyata bayi keluar dengan sehat dan berkulit bersih. Sejak itu berkembanglah mitos bahwa seorang ibu yang sedang hamil apabila memakan buah Parijoto, maka anak yang lahir akan memiliki paras yang tampan atau cantik, sehat, dan berkulit bersih. Kendati demikian, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa motif Parijoto ini kurang begitu populer.menurut wawancara dengan Yuli Astuti, selaku pelopor dan penggerak kebangkitan batik Kudus mengatakan bahwa motif batik Parijoto ini kurang diminati di masyarakat. Hal tersebut dikarenakan masih sangat minimnya pengembangan visual motif Parijoto yang selama ini dilakukan. Berdasarkan fakta-fakta dan penjelasan yang telah diuraikan diatas tadi, perancangan ini mencoba menggali dan mengembangkan kekayaan Batik Kudus. Pengembangan yang dilakukan mengambil sumber ide buah Parijoto untuk pembuatan motif batik alternatif baru. Alasan pemilihan sumber ide ini adalah motif Parijoto menyimpan potensi estetik yang besar untuk dikembangkan secara visual. Perancangan motif batik alternatif baru ini dirasa penting, mengingat masih sedikit yang mengembangkan Batik Kudus umumnya, dan motif Parijoto khususnya.

4 4 Pengembangan motif batik Parijoto ini diharapkan mampu menambah alternatif desain baru dari buah Parijoto, sehingga dapat memunculkan motif-motif batik alternatif baru yang memperkaya khasanah batik Kudus itu sendiri. B. Kajian Pustaka Penelitian Batik Kudus sudah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian dalam bentuk skripsi, seperti penelitian Miftahul Fuad pada tahun 2011 berjudul Simbolisme Motif Batik Kapal Kandas. Penelitian tersebut mengkaji tentang keberadaan motif batik kapal kandas di Kudus dan perkembangannya dari waktu ke waktu serta makna simbolis dalam motif batik kapal kandas (Miftahul, 2011). Penelitian berikutnya dilakukan oleh Bidadari Meilisa Nuraini pada tahun 2012 berjudul Pengenalan Motif Dan Proses MembatikMelalui Eduwisata Di SanggarMuria Batik Kudus. Penelitian tersebut mengkaji dari segi pelestarian dan pengembangan budaya yaitu tentang motif-motif batik yang ada di sanggar Muria Batik Kudus dan proses membatik melalui kegiatan Eduwisata (Bidadari, 2012). Penelitian Sulistiyowati Arni Maryanto pada tahun 2013 berjudul Bentuk Dan Makna Nama-nama Motif Batik Kudus. Penelitian tersebut mengkaji tentang bentuk nama-nama batik Kudus berdasarkan satuan lingual dan makna leksikal namanama batik Kudus. Dalam penelitian ini Sulistiyowati menyebutkan bahwa dari segi bahasa nama-nama batik Kudus berbentuk kata berafiks, kata ulang, dan kata majemuk (Sulistiyowati, 2013).

5 5 Pengembangan desain batik Kudus menawarkan nuansa yang berbeda dalam ekspresi estetis dan visual menarik. Dalam kajian pustaka ini akan dipilih beberapa pustaka yang berkaitan dengan proyek TA seperti buku, kumpulan tulisan dalam bentuk jurnal penelitian, maupun esai yang berhubungan dengan batik, batik Kudus dan pengembangan desain. 1. Batik Pesisir Pada zaman penjajahan Belanda, batik dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yakni batik pedalaman dan batik pesisir. Batik pedalaman adalah batik dari daerah Surakarta, Yogyakarta, Purworejo, Kebumen, Banyumas, Purbalingga, Wonosobo dan Temanggung, sedangkan batik pesisir adalah batik yang dihasilkan didaerah pesisiran Jawa bagian utara dengan beraneka ragam hias dan warna yang dipengaruhi berbagai kebudayaan asing yang menampilkan ragam hias natural sebagai pengembangan dari batik pedalaman atau keraton dan dikembangkan sesuai dengan kekhasan daerah asal, sehingga dalam pemberian nama motif batik tidak mengandung makna tertentu (Ramelan, 2010). Pola yang ada pada batik pesisir lebih bebas dan warnanya lebih beraneka ragam, dikarenakan pengaruh budaya luar yang begitu kuat. Dalam sejarah perkembangan batik pesisir mengalami kemajuan sekitar abad ke-19, hal yang menyebabkan kemajuannya adalah karena adanya kemunduran produksi tekstil dari India yang selama itu menjadi salah satu produsen kain terbesar yang dijual ke pulau jawa dan mengakibatkan banyak konsumen beralih ke kain batik.

6 6 Batik pesisir tumbuh dengan pesat sekitar tahun 1870 an didukung oleh kemajuan transportasi dengan adanya kereta api dan kapal uap. Pedagang dan penghasil batik berusaha memenuhi selera konsumen yang beragam yang senantiasa menuntut inovasi baru, sehingga batik yang dibuat disepanjang pesisir mempunyai corak yang dinamis. Puncak perkembangan batik pesisir di masa pengusaha Indo- Belanda berperan pada usaha pembatikan. Batik tersebut dikenal dengan nama "Batik Belanda". Selain pengusaha dari belanda pengusaha Cina juga ikut dalam usaha pengembangan batik pesisir.batik pesisir memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Ragam hias motif batiknya bersifat natural dan mendapat pengaruh kebudayaan asing secara dominan. 2. Warna beraneka ragam Kemiripan corak batik dari berbagai daerah di pesisir utara Jawa dapat dimengerti karena adanya pengaruh akulturasi budaya lokal dan budaya asing yang membentuk karakter dan corak yang beraneka ragam. Namun, pada setiap daerah tersebut masih mempertahankan identitas lokal yang menjadikan kekhasan tersendiri. Secara garis besar batik yang dihasilkan di daerah pesisir memiliki ciri pada ragam hiasnya yang bersifat naturalistik dan mendapat pengaruh dari berbagai kebudayaan asing yang terlihat kuat serta warna yang beraneka ragam (Nian S. Djoemena, 1990) 2. Batik Kudus Perjalanan munculnya batik di daerah Kudus mulai dikenal pada abad 17. Sejumlah literatur menyebutkan, batik telah menjadi bagian identitas dari masyarakat

7 7 Kudus pada rentang waktu antara tahun 1880 hingga Batik Kudus untuk pertama kali berjaya sekitar tahun , namun pada tahun 1975 secara perlahan batik Kudus yang sarat akan keunikannya mengalami kemunduran dan mulai tidak mendapatkan apresiasi dari masyarakat luas, khususnya di Kudus sendiri. Menurut Ummu Asyiati sebagai pengrajin batik Kudus, batik Kudus ini merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia, umumnya Jawa dan khususnya daerah Kudus dan sekitarnya. Orang Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan. Seorang kolektor bernama Hartono Sumarsono mengatakan bahwa corak dan motif batik Kudus sangat beragam karena pada masa itu pengarajin batik Kudus ada yang dari etnis keturunan Cina dan penduduk asli atau pribumi. Batik Kudus yang dibuat oleh pengrajin Cina dikenal dengan batik nyonya atau batik saudagaran yang mempunyai ciri khas kehalusan dan kerumitannya dengan isen-isennya. Kebanyakan batik ini dipakai oleh kalangan menengah ke atas dengan menggunakan corak perpaduan antara batik pesisir dan batik Mataraman dengan warna sogan(iswara, 2011). Menurut Yuli Astuti, batik Kudus yang dibuat oleh pengrajin asli Kudus atau pribumi dipengaruhi oleh budaya sekitar dan coraknya juga dipengaruhi olah batik pesisiran. Batik Kudus selalu mempunyai dasar yang rumit, memiliki tingkat kehalusan tinggi dan unik di detailnya. Batik yang dibuat mempunyai arti ataupun kegunaan dan ada motif yang bernafaskan budaya Islam atau motif Islamik kaligrafi karena dipengaruhi oleh sejarah Walisongo yang berada di Kudus. Hal inilah yang

8 8 menjadi keunikan karena perbedaan serta keragaman budaya yang tecermin di motifnya. Yuli Astuti, seorang pengrajin batik Kudus, mengatakan bahwa pengembangan motif batik Kudus dilakukan dengan melakukan riset lapangan, sehingga batik yang dihasilkan memiliki nilai edukasi, seni, budaya, dan nilai ekonomi yang tinggi. 3. Motif Batik Parijoto Gambar 1: Buah Parijoto Sumber: Hamida, 2016 Motif batik Parijoto merupakan motif kreasi baru dari motif batik Kudus. Ada beberapa perancang batik Kudus yang mengembangkan motif batik Parijoto. Motif batik ini diangkat menjadi motif karena motif ini terkait dengan buah Parijoto yang terkenal di kota Kudus. Parijoto merupakan buah yang tampak menyerupai bunga yang banyak tumbuh di Gunung Muria Kudus. Saat masih muda, buah berwarna pink yang memiliki rasa asam agak sepet namun semakin memerah keunguan setelah masak dan rasanya lebih dominan kesepet. Buah Parijoto memiliki batang dan cabang

9 9 berwarna pink tua. Daun berwarna hijau berbentuk lonjong dengan ujung lancip dengan tulang daun melengkung. Buah tersusun dalam untaian yang besar dengan masing-masing buah berbentuk bulat kecil. Buah Parijoto ini juga merupakan salah satu tanaman yang buahnya dipercaya mampu menyuburkan kandungan. Mitos yang terkait tentang buah Parijoto berawal ketika istri Sunan Muria Kudus hamil. Kemudian beliau memakan buah Parijoto yang didapatinya dari dalam hutan. Saat dilahirkan ternyata bayi keluar dengan sehat dan berkulit bersih. Sejak itu berkembanglah mitos bahwa saat ibu yang sedang hamil memakan buah Parijoto maka anak yang dilahirkannya akan menjadi tampan atau cantik, terlahir sehat dan berkulit bersih. Mitos ini boleh dipercaya atau pun tidak, tetapi tanaman ini memiliki kandungan zat kardenolin, saponin, flavonid dan tanin (alamendah.wordpress.com, pada tanggal 11/9/2014). Sampai sekarang, buah Parijoto banyak diperjual belikan di sekitar area pemakaman Sunan Muria Kudus. Yuli Astuti, seorang pengrajin batik Kudus, mengatakan bahwa pengembangan motif batik Kudus dilakukan dengan melakukan riset lapangan, sehingga batik yang dihasilkan memiliki nilai edukasi, seni, budaya, dan nilai ekonomi yang tinggi. Motif batik Parijoto dikembangkan dengan mempertimbangkan unsur-unsur estetika meliputi motif dan warna. Ada beberapa perancang batik di Kudus yang mengembangkan visual buah Parijoto sebagai motif batik.

10 10 1. Yuli Astuti seorang perancang batik sekaligus pelestari batik Kudus yang a. mengembangkan motif batik Parijoto dan mempunyai Galeri Batik Kudus. Motif Kapal Kandas Motif Parijoto Motif Keramik Cina Gambar 2 : Motif BatikParijotokarya Yuli Astuti Sumber: Keterangan gambar: Motif batik Parijoto ini menggambarkan tentang kandasnya sebuah kapal Cina yang bermukim di Lereng Gunung Muria. Kapal tersebut membawa rempah-rempah termasuk buah Parijoto. Melihat sejarah tersebut Yuli Astuti berkreasi membuat visual kedalam motif batik. Motif batik yang digunakan adalah buah Parijoto, kapal kandas, keramik Cina dan isen-isen. Motif batik ini lebih banyak digunakan oleh wanita sebagai busana atasan ataupun dress. Pewarna yang digunakan menggunakan pewarna sintetis yaitu zat warna naftol dan rapit. Warna biru, hijau, kuning adalah warna pada motif sedangkan warna merah menjadi warna dasar pada desain batik ini. Bahan yang digunakan adalah kain katun primisima dengan pemakaian teknik batik cap.

11 11 b. Motif Kapal Kandas Motif Buketan Parijoto Gambar 3 : Motif Batik Parijoto karya Yuli Astuti Sumber: Keterangan gambar: Pengembangan motif batik lainnya yang terkait buah parijoto adalah kombinasi antara buketan parijoto dan kapal kandas.motif batik parijoto ini menggambarkan tentang kandasnya sebuah kapal Cina yang bermukim di Lereng Gunung Muria. Kapal tersebut membawa rempah-rempah termasuk buah parijoto. Melihat sejarah tersebut Yuli Astuti berkreasi membuat visual kedalam motif batik. Pewarna yang digunakan menggunakan pewarna sintetis yaitu zat warna naftol dan rapit. Warna biru, hijau, kuning, merah adalah warna pada motif sedangkan warna hitam menjadi warna dasar pada desain batik ini. Bahan yang digunakan adalah kain katun primisima. Teknik yang digunakan teknik batik cap dengan menggunakan motif buketan Parijoto. Motif batik ini lebih banyak digunakan oleh wanita sebagai busana dan dress.

12 12 c. Motif Buketan Parijoto Gambar 4: Motif Batik Parijoto karya Yuli Astuti Sumber: Keterangan gambar: Pengembangan motif batik lainnya yang terkait buah Parijoto adalah buketan Parijoto dengan perpaduan isen-isen agar terlihat menarik. Buah Parijoto ini merupakan hasil alam di Kota Kudus yang sangat terkenal akan mitosnya, sehingga menjadi ide untuk perancangan motif batik Kudus. Pewarna yang digunakan menggunakan pewarna sintetis yaitu zat warna naftol dan rapit. Warna biru, hijau, kuning, orange adalah warna pada motif sedangkan warna merah maroon menjadi warna dasar pada desain batik ini. Bahan yang digunakan adalah kain katun primisima. Teknik yang digunakan teknik batik cap dengan menggunakan motif buketan Parijoto. Motif batik ini lebih banyak digunakan oleh wanita sebagai busana dan dress.

13 13 2. Ummu Asyiati seorang pengrajin batik Kudus yang mempunyai usaha batik Alfa Batik Kudus a. Motif Kupu-kupu Motif Parijoto Gambar 5: Motif Batik Parijoto karya Ummu Asyiati Sumber: Hamida, 2014 Keterangan gambar: Ide dalam pembuatan motif batik ini adalah karena tanaman buah Parijoto merupakan salah satu hasil alam di Kota Kudus yang terkenal dengan mitosnya. Perancangan desain batik ini mengkombinasikan tanaman buah Parijoto dengan kupu kupu dan penambahan isen isen pada backgrounnya. Motif ini dirancang secara panel dengan teknik batik tulis. Pewarna yang digunakan adalah pewarna naftol dan indigosol. Pada motif berwarna biru tua, ungu, merah muda dan line berwarna coklat sedangkan backgrounnya berwarna biru tosca. Bahan yang digunakan yaitu kain katun primisima. Motif ini bisa digunakan oleh wanita dan laki laki sebagai busana ataupun kemeja.

14 14 b. Motif Parijoto Motif Kupu-kupu Gambar 6: Motif Batik Parijoto karya Ummu Asyiati Sumber: Hamida, 2014 Keterangangambar: Ide dalam pembuatan motif batik ini adalah karena tanaman buah Parijoto merupakan salah satu hasil alam di Kota Kudus yang terkenal dengan mitosnya. Perancangan desain batik ini mengkombinasikan tanaman buah parijoto dengan kupu kupu dan penambahan isen isen pada backgrounnya. Motif ini dirancang secara panel dengan teknik batik tulis. Pewarna yang digunakan adalah pewarna naftol dan indigosol. Pada motif berwarna hijau tua, merah, biru tua dan line berwarna coklat sedangkan backgrounnya berwarna putih. Bahan yang digunakan yaitu kain katun primisima. Motif ini bisa digunakan oleh wanita dan laki laki sebagai busana ataupun kemeja. Selain di kota Kudus motif batik Parijoto juga mulai dikembangkan di daerah Yogyakarta tepatnya di Sleman. Motif batik Sinom Parijoto merupakan nama motif batik yang dikreasikan oleh Susilo Radi Yunianto, seorang warga Sleman yang dua tahun lalu menjadi pemenang lomba desain Batik di Sleman. Motif Sinom Parijoto ini mengangkat hasil alam dari tanaman Parijoto dan Salak yang menjadi sumber

15 15 daya alam di Kabupaten Sleman. Beberapa motif batik Sinom Parijoto yang ada di UKM Ayu Arimbi di Dusun Plapahan Pandowoharjo Sleman : a. Motif Parijoto Motif BuahSalak Pondoh Keterangan gambar: Motif ini menggambarkan elemen tangkai, daun, bunga Parijoto, daun Salak dan bunga Salak. Posisi tanaman Parijoto dirancang dengan komposisi diagonal yang di sela-sela bidangnya diisi dengan motif buah dan daun Salak Pondoh. Latar belakang motif diberi isen-isen cecek (titik-titik) yang menyebar merata. b. Gambar 7: Motif Batik Sinom Parijoto Sumber: Penulispro.com, 2014 Motif Daun Salak Motif Bunga Parijoto Motif Salak Pondoh Motif Daun Salak Gambar 8: Motif Batik Sinom Parijoto Sumber: Penulispro.com, 2014

16 16 Keterangan gambar: Pada motif batik ini menggambarkan bunga Parijoto yang berwarna biru dan putih dengan komposisi arahan diagonal dan susunan daun Parijoto yang terlihat estetis. Sementara itu, daun Salak Pondoh dikomposisikan secara acak tetapi selalu berdekatan dengan buahnya. Warna pada daun Salak adalah coklat dan gabungan antara coklat dan putih, sedangkan buah Salak dibuat warna coklat, putih dan kuning. 4. Serat Sutra Sutra adalah serat berbentuk filamen yang diperoleh dari sejenis serangga yang disebut Lepidoptera. Serat tersebut dihasilkan oleh larva ulat sutera sewaktu membentuk kepompong, yaitu bentuk ulat sebelum menjadi kupu kupu. Kegunaan serat sutera antara lain untuk bahan pakaian yang bermutu tinggi seperti bahan pakain wanita, kaus kaki wanita, dasi, sapu tangan, untuk keperluan alat alat rumah tangga seperti kain gorden, sprei, untuk benang jahit, benang sulam, isolasi listrik, kain parasut, senar alat alat musik, dan lain lain. Untuk mengenal serat dari protein dapat dilakukan dengan membakar serat. Serat protein jika dibakar akan berbau rambut atau tanduk terbakar dan meninggalkan noda hitam (Ernawati, dkk, 2008). 5. Zat Warna Sintetis Zat warna yang digunakan dalam pembuatan kain batik ini menggunakan zat warna sintetis. Zat warna sintetis dipilih karena zat warna ini dapat menghasilkan

17 17 beragam warna. Menurut Ruwahdi dalam buku Panduan Zat Warna Sintetis (2005) zat warna yang dipakai dalam pembatikan antara lain: 1) Zat Warna Napthol Zat warna Napthol termasuk golongan pigmen yang banyak digunakan dalam proses pembatikan, karena kualitasnya yang cukup baik dan cara pemakaian yang cukup mudah. Pewarnaan dengan zat warna Napthol ini melalui 2 tahap, karena zat warna ini terdiri dari 2 komponen yang masing-masing tidak dapat memberikan warna, tapi bila sudah digabungkan maka akan memunculkan warna. Komponen pertama adalah Napthol dan komponen kedua disebut garam Diazo. Umumnya perbandingan Napthol dan garam Diazo adalah 1:2 /1:3. 2) Zat Warna Indigosol Zat warna ini termasuk golongan zat warna bejana yang larut dalam air. Larutan zat warna merupakan suatu larutan yang berwarna kuning jernih. Pewarnaan pada zat warna ini juga melalui 2 tahap yaitu pewarnaan dengan larutan warna dan pembangkitan warna. Pewarnaan pada larutan pertama belum diperoleh warna yang dikehendaki, baru setelah diberi larutan asam, akan diperoleh warna yang dikehendaki. Obat pembantu yang diperlukan pada pencelupan dengan zat warna Indigosol adalah Natrium Nitrit dan Larutan Asam (HCL) atau Soda Abu untuk membantu melarutkan zat warnanya. Perbandingan Natrium Nitrit dengan Indigosol adalah 1:2.

18 18 3) Zat Warna Rapid Zat warna ini termasuk golongan zat warna reaktif dan tidak pernah digunakan untuk pencelupan, karena hasilnya tidak rata umumnya hanya digunakan untuk coletan. Zat warna ini umunya digunakan untuk tekstil printing. 4) Zat Warna Soga Koppel (Garuda Soga) Zat warna ini termasuk zat warna Soga Sintetis dari Golongan cat langsung dan disebut juga Soga Garam karena untuk pengerjaan iringnya (pengunci) menggunakan garam Diazo. Zat warna ini khusus memberi warna soga (coklat). 5) Zat Warna Remasol Zat warna ini termasuk zat warna reaktif yang mengandung gugus reaktif Vynil Sulfon yang dapat bereaksi berikatan langsung dengan serat, sehingga merupakan bagian dari serat. Zat warna ini tanpa adanya alkali tidak reaktif, sehingga zat warna ini sebelum ditambah alkali (kostik soda) dapat disimpan dalam waktu agak lama, tetapi bila sudah ditambah kaustik soda harus segera digunakan.

19 19 C. Fokus Permasalahan Fokus permasalahan proyek perancangan ini adalah: Bagaimana visualisasi pengembangan motif batik Parijoto yang terkait dengan buah Parijoto untuk dijadikan motif alternatif baru?

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang muncul, pertama mencari data tentang motif Parijoto yang terkait dengan hasil alam kota

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Batik Kudus Perancangan Motif Batik Buah Parijoto sebagai sumber pengembangan motif batik Parijoto Konsep desain Aspek Estetis Aspek Bahan Aspek Teknik

Lebih terperinci

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Cetak Saring Desain Motif Karakter Visual Ragam Hias Flora Fauna Perancangan Desain Motif Tekstil Cinderamata dengan Penerapan Ragam hias relief candi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari motif itu sendiri. Motif pada kain batik yang beredar dipasaran antara lain

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari motif itu sendiri. Motif pada kain batik yang beredar dipasaran antara lain BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Motif merupakan unsur pokok dalam batik, karena batik tidak bisa lepas dari motif itu sendiri. Motif pada kain batik yang beredar dipasaran antara lain motif geometri,

Lebih terperinci

ABSTRAK PERANCANGAN BUKU INTERAKTIF BATIK KUDUS. Oleh Maria Angelia NRP :

ABSTRAK PERANCANGAN BUKU INTERAKTIF BATIK KUDUS. Oleh Maria Angelia NRP : ABSTRAK PERANCANGAN BUKU INTERAKTIF BATIK KUDUS Oleh Maria Angelia NRP : 1064015 Salah satu hasil kebudayaan dari kota Kudus adalah Batik Kudus. Batik Kudus memiliki keunikan pada motifnya yang mendapat

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah A. Perancangan Motif Batik Geometri Permasalahan: 1. Pemahaman konsep perancangan. 2. Perancangan motif batik Geometri 3. Visualisasi bentuk dan warna

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB III KONSEP PERANCANGAN A. BAB III KONSEP PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Perancangan Motif teratai sebagai hiasan tepi kain lurik Sumber Ide teratai Identifikasi Masalah 1. Perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat dominan dalam menunjang keberhasilan pembangunan Bangsa dan Negara. Oleh karena itu perlu diupayakan langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan kebutuhan dasar manusia sepanjang hidupnya. Semakin tinggi taraf ekonomi seseorang, kebutuhan berbusana juga akan meningkat. Peningkatan tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada permasalahan yang muncul dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan faktor penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Definisi Batik Batik, adalah salah satu bagian dari kebudayaan Indonesia, Belum ada di negara manapun yang memiliki kekayaan desain motif batik seperti yang dimiliki

Lebih terperinci

KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 TEKNIK PEMBUATAN BATIK TULIS ALAT 1. GAWANGAN 2. KUAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik sudah dikenal sekitar abad ke-13, yang pada saat itu masih ditulis dan dilukis pada

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka Tujuan dari penelitian ini adalah memperkenalkan kepada khalayak ramai tentang batik Salatiga, dengan menggunakan sarana buku. Untuk itu penting bagi peneliti memahami dengan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia. Diantara berbagai jenis kain tradisional Indonesia lainnya yang dibuat dengan proses celup rintang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MOTIF PARIJOTO PADA BATIK KUDUS

PENGEMBANGAN MOTIF PARIJOTO PADA BATIK KUDUS PENGEMBANGAN MOTIF PARIJOTO PADA BATIK KUDUS PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar SarjanaSeni Rupa Program Studi Kriya Seni/Tekstil Fakultas Seni

Lebih terperinci

BAB IV VISUALISASI. sesuai dengan semboyan Pati Bumi Mina Tani. Pengembangan visual desain batik

BAB IV VISUALISASI. sesuai dengan semboyan Pati Bumi Mina Tani. Pengembangan visual desain batik BAB IV VISUALISASI Visualisasi pada proyek perancangan ini adalah, merancang batik dengan berdasarkan mata pencaharian desa Bakaran, secara umum banyak menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian, sektor

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBUATAN IKAT CELUP DAN PEWARNAAN

TEKNIK PEMBUATAN IKAT CELUP DAN PEWARNAAN ABSTRAK Di Indonesia kain jumputan dikenal dengan nama nama yang berbedabeda, masyarakat Jawa menyebutnya Jumputan, di daerah Bali dikenal dengan nama Sangsangan, sedangkan di Palembang orang menamakannya

Lebih terperinci

Written by Anin Rumah Batik Tuesday, 06 November :59 - Last Updated Tuesday, 06 November :10

Written by Anin Rumah Batik Tuesday, 06 November :59 - Last Updated Tuesday, 06 November :10 Pada awalnya batik dibuat di atas bahan berwarna putih yang dibuat dari kapas (kain mori). Sekarang ini semakin berkembang dengan bahan-bahan semacam sutera, poliester, rayon, dan bahan sintetis lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang memiliki keanekaragaman dan warisan budaya yang bernilai tinggi yang mencerminkan budaya bangsa. Salah satu warisan

Lebih terperinci

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD)

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD) Pengenalan Teknologi Dasar Kelas VII PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD) KELAS VII Disusun Oleh : BAB I PENGENALAN BATIK 1.1 DEFINISI BATIK Dari segi etimologi (bahasa), Batik berasal dari bahasa Jawa, yaitu

Lebih terperinci

A. Bagan Pemecahan Masalah

A. Bagan Pemecahan Masalah 39 BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Dampak Fast Fashion dan Pewarna Sintetis Permasalahan Merancang karya tekstil dengan eco printing yang maksimal dengan menggunakan potensi alam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun (Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun

Lebih terperinci

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan BAB. III PROSES PENCIPTAAN A. Data Acuan Penulis menjadikan pengalaman pribadi dalam menciptakan karya seni kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan pembuatan motif

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Batik Kreasi Baru Sumber: Makanan Hidangan Istimewa Kampung Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan hidangan istimewa

Lebih terperinci

MEDIA INFORMASI MENGENAL BATIK PEKALONGAN

MEDIA INFORMASI MENGENAL BATIK PEKALONGAN BAB II MEDIA INFORMASI MENGENAL BATIK PEKALONGAN II.1 Batik Batik merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia yang sudah ada sejak lama. Pengertian batik itu sendiri adalah suatu proses teknik pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini akan dijabarkan mengenai latar belakang Galeri Kain Tenun Endek di Kota Denpasar, rumusan masalah, tujuan, dan metode penelitian yang digunakan. 1.1 Latar Belakang Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang muncul dalam mengembangkan relief candi menjadi sebuah motif. Pertama, permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik, merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang sudah sangat terkenal, baik lokal maupun di dunia internasional. Batik sudah diakui dunia sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan salah satu seni budaya Indonesia yang sudah menyatu dengan masyarakat Indonesia sejak beberapa abad lalu. Batik menjadi salah satu jenis seni kriya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak negara di dunia yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaan di Indonesia tersebar di hampir semua aspek kehidupan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pelestarian budaya bukan hanya yang berhubungan dengan masa lalu, namun justru membangun masa depan yang menyinambungkan berbagai potensi masa lalu

Lebih terperinci

BATIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER IDE. Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana PKK FPTK UPI

BATIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER IDE. Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana PKK FPTK UPI BATIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER IDE Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana PKK FPTK UPI Nama Djawa Hokokai mengikuti nama organisasi propaganda Jepang yaitu organisasi Putera menjadi Organisasi

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal BAB I GAMBARAN USAHA 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Seni batik di Indonesia usianya telah sangat tua, namun belum diketahui secara pasti kapan mulai berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa. Banyak negara

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari :

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari : 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari : Internet Wawancara dengan owner Survey terhadap target audience 2.2 DATA UMUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia terdiri dari berbagai daerah dan suku bangsa yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke, dan hampir di setiap daerah-daerah terdapat warisan hasil

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Ambor Baju Pesta Balita Perempuan merupakan baju pesta untuk usia 1-5 tahun. Faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar MEMBUAT TEKSTIL DENGAN TEKNIK REKALATAR 87 Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari cara membuat ragam hias dengan teknik rekalatar. Melalui kegiatan ini

Lebih terperinci

2014 EKSPERIMEN WARNA ALAM MANGGA ARUMANIS, MANGGA GEDONG GINCU DAN MANGGA SIMANALAGI SEBAGAI PEWARNA KAIN SUTERA

2014 EKSPERIMEN WARNA ALAM MANGGA ARUMANIS, MANGGA GEDONG GINCU DAN MANGGA SIMANALAGI SEBAGAI PEWARNA KAIN SUTERA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awalnya proses pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam. Namun, seiring kemajuan teknologi dengan ditemukannya zat warna sintetis untuk tekstil, maka semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan busana yang terus meningkat pesat membuat para desainer. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan busana yang terus meningkat pesat membuat para desainer. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang mempunyai berbagai macam kebutuhan, antara lain sandang, pangan, dan papan. Sandang merupakan kebutuhan primer yang digunakan manusia

Lebih terperinci

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014 Desain Kerajinan Unsur unsur Desain Unsur desain merupakan bagian-bagian dari desain yang disusun untuk membentuk desain secara keseluruhan. Dalam sebuah karya desain masing-masing unsur tidak dapat dilepaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenun ikat atau kain ikat adalah kriya tenun Indonesia berupa kain yang ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan

Lebih terperinci

Kerajinan Batik Tulis

Kerajinan Batik Tulis Kerajinan Batik Tulis Indonesia memiliki banyak warisan budaya yang menjadi Identitas bangsa salah satunya batik, pada tanggal 2 Oktober 2009 pengesahan batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Negara Cina yang merupakan salah satu dengan penduduk terbanyak di dunia memiliki berbagai seni budaya maupun mitos yang masih sangat kental. Acara-acara besar yang

Lebih terperinci

BAB IV VISUALISASI. Visualisasi pada proyek perancangan ini adalah terciptanya desain batik tulis

BAB IV VISUALISASI. Visualisasi pada proyek perancangan ini adalah terciptanya desain batik tulis 29 BAB IV VISUALISASI Visualisasi pada proyek perancangan ini adalah terciptanya desain batik tulis yang eksklusif, dengan merancangmotif dari sumber ide cerita pewayangan Dewi Sinta melalui teknik batik

Lebih terperinci

BISNIS BATIK ONLINE STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Mata Kuliah Lingkungan Bisnis : AKHMAD DAHLAN NIM :

BISNIS BATIK ONLINE STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Mata Kuliah Lingkungan Bisnis : AKHMAD DAHLAN NIM : BISNIS BATIK ONLINE Mata Kuliah Lingkungan Bisnis NAMA KELAS : AKHMAD DAHLAN : 11-S1TI-01 NIM : 11.11.4658 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Seiring dengan perkembangan batik yang ada di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman dari waktu ke waktu, yang diiringi dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi, telah membawa manusia kearah modernisasi dan globalisasi.

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Dalam perancangan produk clothing ini penulis melakukan analisa pada masing-masing produk yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknik ikat celup sudah mendunia di berbagai Negara, Contohnya di Negara India mempunyai teknik Bandhni, Jepang dengan Shibori, dan Thailand dengan Mudmeenya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam dan keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan bumi pertiwi terkenal di mata internasional. Tidak terlepas oleh pakaian adat dan

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara RAGAM HIAS TENUN IKAT NUSANTARA 125 Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari sejarah teknik tenun ikat pada saat mulai dikenal masyarakat Nusantara. Selain itu, akan

Lebih terperinci

IV. KONSEP PERANCANGAN

IV. KONSEP PERANCANGAN IV. KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN Pengunaan bahan baby kanvas dan blacu sebagai bahan utama pengaplikasian teknik shibori pada produk tas ini di dasarkan pada hasil pengamatan di lapangan, sebagin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, Indonesia menyimpan kekayaan alam tropis yang tak ternilai harganya dan dipandang di dunia internasional. Tidak sedikit dari wilayahnya ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Touch of Batik merupakan konsep yang menggabungkan dua latar belakang yang berbeda, yaitu batik hasil karya seni Indonesia pada gayastreetstyle. Batik yang diangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beragam budaya dan tradisi Indonesia membuat banyaknya kerajinan tradisional di Indonesia. Contohnya yang saat ini lagi disukai masyarakat Indonesia yaitu kerajinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang besar dan memiliki berbagai macam kebudayaan, mulai dari tarian, pakaian adat, makanan, lagu daerah, kain, alat musik, lagu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Penciptaan Taj Mahal adalahsalah satu keajaiban dunia yang ditetapkan oleh UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang bernama Agra

Lebih terperinci

Menata Pola Ragam Hias Tekstil

Menata Pola Ragam Hias Tekstil MENATA POLA RAGAM HIAS TEKSTIL 81 Menata Pola Ragam Hias Tekstil A. RINGKASAN Dalam bab ini kita akan belajar menata pola ragam hias tekstil. Sebelumnya kita telah memiliki pengetahuan tentang keragaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan Indonesia tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh wilayahnya. Setiap daerah di Indonesia memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik 43 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Konsep Berkarya Pada tugas akhir penciptaan berjudul Padi sebagai Sumber Ide Penciptaan Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kabuki merupakan teater asal Jepang yang terkenal dan mendunia, ceritanya didasarkan pada peristiwa sejarah, drama percintaan, konfilk moral, dan kisah kisah tragedi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MOTIF PARIJOTO PADA BATIK KUDUS

PENGEMBANGAN MOTIF PARIJOTO PADA BATIK KUDUS PENGEMBANGAN MOTIF PARIJOTO PADA BATIK KUDUS PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar SarjanaSeni Rupa Program Studi Kriya Seni/Tekstil Fakultas Seni

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Studi Pustaka 1. Seni Batik Lukis Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik lukis dikerjakan dengan teknik tutup celup, menggunakan malam bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kerajinan merupakan suatu benda hasil karya seni manusia yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kerajinan merupakan suatu benda hasil karya seni manusia yang berkaitan A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kerajinan merupakan suatu benda hasil karya seni manusia yang berkaitan dengan keterampilan tangan. Selain memiliki nilai estetis bentuk benda kerajinan tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA

BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA IV. Kajian Estetika Feldman Kajian motif bunga mawar pada kelom geulis Sheny menggunakan teori Estetika Feldman, untuk mengkaji objek

Lebih terperinci

Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik

Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik Seni batik merupakan salah satu kebudayaan lokal yang telah mengakar di seluruh kalangan masyarakat Indonesia. Bila awalnya kerajinan batik hanya berkembang

Lebih terperinci

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi SENI KRIYA Oleh: B Muria Zuhdi PENGERTIAN SENI KRIA Kriya dalam konteks masa lampau dimaknai sebagai suatu karya seni yang unik dan karakteristik yang di dalamnya mengandung muatan nilai estetik, simbolik,

Lebih terperinci

BASIC TECHNOLOGY EDUCATION (PTD)

BASIC TECHNOLOGY EDUCATION (PTD) FINAL TEST BASIC TECHNOLOGY EDUCATION (PTD) GRADE 7 2011/2012 1. Konsep PTD adalah PGBU, yaitu... a. Pikir, Gambar, Buat, Ulangan b. Palu, Gergaji, Baut, Ulir c. Pikir, Gambar, Buat, Uji d. Pikir, Gabung,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kreasi yang mempunyai arti tersendiri, yang kadang-kadang dihubungkan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kreasi yang mempunyai arti tersendiri, yang kadang-kadang dihubungkan dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni batik merupakan salah satu kesenian khas Indonesia yang telah berabad-abad lamanya hidup dan berkembang, sehingga merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan pemenuh kebutuhan primer manusia akan sandang, terkhusus untuk tujuan utama busana sebagai pelindung tubuh terhadap cuaca. Selain kebutuhan untuk melindungi

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas, timbul permasalahan dalam perancangan batik dengan sumber inspirasi makanan hidangan istimewa kampung. Pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi produksi dan pengelolaan pada industri tekstil serta pengolahan kain dewasa ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Kemajuan tersebut telah

Lebih terperinci

KESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau

KESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau 1 KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau penyalinan naskah-naskah Jawa mengalami perkembangan pesat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengakuan United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) untuk batik Indonesia sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk menyebutkan kain batik yang dihasilkan pengrajin batik dari daerah Blora,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk menyebutkan kain batik yang dihasilkan pengrajin batik dari daerah Blora, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik Blora merupakan istilah atau sebutan untuk produk batik khas dari daerah Blora (Ceviana, 2013). Penyebutan batik Blora pada awalnya digunakan untuk menyebutkan

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas, maka terdapat tiga permasalahan sehubungan dengan perancangan batik tulis dengan sumber ide tanaman buah kakao.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Analisis Visual Motif dan Makna Simbolis Batik Majalengka yang telah di uraikan, akhirnya peneliti memperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Kebutuhan pangan berupa makanan, sandang berupa pakaian, dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya zaman, fungsi busana mengalami sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan tekstil di era modern seperti sekarang ini semakin dibutuhkan.batik adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN/KOMUNITAS Di zaman yang sudah modern saat ini dan masuknya budaya asing kedalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tetapi Di Indonesia gaya bohemian ini sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis telah berkembang pesat saat ini baik dalam pasar domestik

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis telah berkembang pesat saat ini baik dalam pasar domestik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis telah berkembang pesat saat ini baik dalam pasar domestik (nasional) maupun dimasa internasional, dimana untuk memenangkan persaingan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin maju dan modern serta meningkatnya akan ilmu pengetahuan menuntut manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup yang modern. Maka perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Warna memiliki peranan dan fungsi penting dalam kehidupan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Warna memiliki peranan dan fungsi penting dalam kehidupan yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Warna memiliki peranan dan fungsi penting dalam kehidupan yang dapat menciptakan nuansa keindahan saat diaplikasikan pada sebuah objek ataupun benda. Dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan kerajinan yang memiliki keindahan corak, warna, serta berbagai motif tradisional bernilai seni tinggi yang telah diakui dunia. Terbukti pada

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan

BAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan BAB III KONSEP PERANCANGAN 3.1. Sintesis Perancangan sistem merupakan suatu kegiatan yang merupakan tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan inti dari semua proses yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Mata Kuliah Kriya Tekstil dan Batik III Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya Tekstil dan Batik II. Mata kuliah Kriya Tekstil

Lebih terperinci

juga sangat mendukung sekali untuk terciptanya sebuah produk alas kaki yang indah dan menarik (wawancara dengan H. Otang Suherman, 10 Oktober 2012).

juga sangat mendukung sekali untuk terciptanya sebuah produk alas kaki yang indah dan menarik (wawancara dengan H. Otang Suherman, 10 Oktober 2012). BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kelom Geulis merupakan produk kerajinan masyarakat Tasikmalaya hasil kreatifitas yang memiliki nilai fungsi sekaligus memiliki nilai estetis. Kelom diambil

Lebih terperinci

Sejarah Perkembangan Makna dan Nilai Filosofis Batik Srikit Khas Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah

Sejarah Perkembangan Makna dan Nilai Filosofis Batik Srikit Khas Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah Sejarah Perkembangan Makna dan Nilai Filosofis Batik Srikit Khas Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah Oleh : Diah Ayu Purnamasari Progam Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Jawa diahayupurnamasari45@yahoo.com

Lebih terperinci

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL TEKNIK RAGAM JENIS PENGERTIAN DAN HIAS SIFAT BAHAN TEKSTIL BAHAN PEWARNA TEKSTIL Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris

Lebih terperinci

LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL

LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT PROVINSI JAWA TIMUR Sidoarjo, September 2014 LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL Disusun Oleh : Drs. Syamsudin, M. Sn. Ir. Sri Herlina, M.Si. PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut juga dengan Batik Girli (Pinggir Kali) 1980-an. Sebab, pionir kerajinan batik di Sregen umunya pernah bekerja

BAB I PENDAHULUAN. disebut juga dengan Batik Girli (Pinggir Kali) 1980-an. Sebab, pionir kerajinan batik di Sregen umunya pernah bekerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sragen merupakan sebuah kota ramai yang berada di wilayah provinsi Jawa Tengah. Sebagai kota yang berada di sebelah selatan sungai Bengawan Solo, Sragen mempunyai

Lebih terperinci

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Batik merupakan salah satu warisan leluhur Indonesia yang telah dikenal secara luas oleh masyarakat Indonesia, tetapi banyak masyarakat yang belum mengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik ialah seni kerajinan yang ada sejak zaman kerajaan Majapahit abad

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik ialah seni kerajinan yang ada sejak zaman kerajaan Majapahit abad 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik ialah seni kerajinan yang ada sejak zaman kerajaan Majapahit abad 18 atau awal abad 19. Batik diakui sebagai warisan budaya asli Indonesia milik dunia

Lebih terperinci

Teknik dasar BATIK TULIS

Teknik dasar BATIK TULIS Teknik dasar BATIK TULIS Bandung, November 2009 Pengertian Batik 1. Batik adalah karya seni rupa pada kain dengan pewarnaan rintang, yang menggunakan lilin batik sebagai perintang. Menurut konsensus Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan suatu perpaduan antara seni (art) dan kerajinan (craft)

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan suatu perpaduan antara seni (art) dan kerajinan (craft) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan suatu perpaduan antara seni (art) dan kerajinan (craft) pada selembar kain dengan menggunakan teknik pelapisan lilin secara tradisional. Batik merupakan

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah 1 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO menetapkan batik sebagai warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia. UNESCO juga menyatakan bahwa batik sebagai

Lebih terperinci

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyak kota di Indonesia yang memproduksi batik dan tiap kota memiliki ciri tersendiri akan batik yang diproduksinya, seperti di Solo, Yogyakarta, Cirebon

Lebih terperinci