SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN KEBIJAKAN DAN PROGRAM PERTANIAN PADA PERTEMUAN SAUDAGAR MAKASSAR TAHUN 2005 MAKASSAR, 11 NOVEMBER 2005

Transkripsi

1 SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN KEBIJAKAN DAN PROGRAM PERTANIAN PADA PERTEMUAN SAUDAGAR MAKASSAR TAHUN 2005 MAKASSAR, 11 NOVEMBER 2005 Yang saya hormati: Para Saudagar Makassar, Para Undangan dan Hadirin Sekalian, Assalaamu alaikum Warakhmatulaahi Wabarakhaatuh, Pertama-tama saya mengucap syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat-nya kita dapat hadir pada acara Pertemuan Saudagar Makassar tahun 2005 ini, dimana pertemuan ini saya anggap penting karena membahas tentang perean saudagar atau swasta dalam pembangunan pertanian. Memang saya sangat mengharapkan peran serta saudagar dalam peningkatan kapasitas pembangunan sektor pertanian karena ke depan peran pemerintah hanya sebatas memberikan fasilitasi bagi berkembangnya sektor riil bidang pertanian yang dikelola para saudagar sekalian. Saudara-saudara Sekalian Mengawali sambutan ini, saya ingin menguraikan tentang Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) yang telah dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 11 Juni 2005 di Jatiluhur. Seperti saudara ketahui bahwa usaha pembangunan harus dipandang sebagai usaha untuk memerdekakan rakyat Indonesia dari kondisi keterjajahan dalam berbagai aspeknya. Kemiskinan, pengangguran, keterbelakangan, ketidak-mampuan bersaing, dan berbagai bentuk ketidak-berdayaan lain merupakan wujud keterjajahan rakyat oleh kondisi yang tidak diinginkannya dan harus dapat segera dihapuskan. Dan karenanya pembangunan Indonesia dalam segala aspek dan bentuknya harus diarahkan untuk menegakkan kedaulatan dan mengatasi bentuk keterjajahan tersebut, serta untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan turut serta dalam memajukan perdamaian dunia. Kabinet Indonesia Bersatu telah menterjemahkan amanah rakyat tersebut dengan menetapkan sasaran program pembangunan nasional untuk menurunkan V-45

2 jumlah penduduk miskin menjadi hanya 8,2 persen pada tahun 2009 dari sekitar 16,6 persen pada tahun Jumlah pengangguran terbuka juga akan diusahakan untuk diturunkan dari sekitar 9,5 % tahun 2004 menjadi 5,1 persen tahun Untuk mencapai sasaran tersebut pertumbuhan ekonomi diupayakan meningkat dari 5,5 persen tahun 2005 menjadi 7,6 persen tahun 2009 atau ratarata tumbuh 6,6 persen per tahun. Investasi masyarakat diupayakan meningkat dari 16,0 persen tahun 2004 menjadi 24,4 persen tahun 2009, ekspor meningkat dari 5,5 persen menjadi 8,7 persen dan sektor pertanian (termasuk didalamnya pertanian, perikanan, dan kehutanan), industri pengolahan non-migas, dan sektor lain masing-masing tumbuh rata-rata sekitar 3,5 persen, 8,6 persen, dan 6,8 persen per tahun. Pertanian, perikanan, dan kehutanan (PPK) memegang peranan sangat besar dalam pengurangan kemiskinan, pengurangan pengangguran, pertumbuhan ekonomi makro, peningkatan investasi, peningkatan ekspor, dan penumbuhan sektor-sektor ekonomi utama. Revitalisasi Pertanian Perikanan dan Kehutanan (RPPK) merupakan strategi umum untuk meningkatkan kesejahteraan petani, nelayan, dan petani-hutan; meningkatkan daya saing produk pertanian, perikanan, dan kehutanan; serta menjaga kelestarian sumberdaya pertanian, perikanan, dan kehutanan. Tujuan RPPK adalah untuk mengurangi kemiskinan, mengurangi pengangguran, meningkatkan daya saing kegiatan dan produk, membangun ketahanan pangan; membangun perdesaan, membangun daerah dan mengurangi ketimpangan antar wilayah, dan membangun kesinambungan kegiatan serta melestarian lingkungan hidup. Melalui RPPK ini harapan perbaikan terhadap kondisi petani, nelayan, dan petani-hutan adalah : (1) Terjadi pengurangan petani gurem dengan laju pengurangan 5 persen per tahun. (2) Petani, nelayan, dan petani-hutan menguasai kegiatan usaha yang sesuai dengan skala keekonomiannya, termasuk dengan pengusahaan lahan petani yang lebih luas dari kondisi saat ini serta pengusahaan yang lebih intensif sekaligus ramah lingkungan dengan dukungan teknologi yang memadai. (3) Pangsa jumlah petani dalam struktur tenaga kerja nasional seimbang dengan pangsa kontribusi pertanian dalam struktur pendapatan nasional. (4) Petani, nelayan, dan petani-hutan memiliki akses untuk turut melakukan dan menguasai kegiatan hulu dan hilir dalam sistem produksi-distribusi pertanian (sistem agribisnis). V-46

3 (5) Petani, nelayan, dan petani-hutan memiliki akses sepenuhnya terhadap layanan dan sumberdaya produktif, seperti lahan, pembiayaan, informasi, teknologi, dan pasar. (6) Petani, nelayan, dan petani-hutan dilindungi dalam melakukan kegiatan usaha PPK. (7) Petani, nelayan, dan petani-hutan memiliki kemampuan dan keberdayaan untuk mengembangkan kegiatan PPK yang dilakukannya. (8) Petani, nelayan, dan petani-hutan memiliki tingkat pendidikan, Status gizi dan ketahanan pangan, serta kesetaraan gender yang baik. Sejalan dengan harapan terhadap kondisi petani, nelayan, dan petanihutan; harapan terhadap kondisi pelaku usaha PPK Indonesia, termasuk BUMN dan swasta besar nasional adalah : (1) Pelaku usaha PPK mendapat perlindungan dan kepastian hukum terhadap, kegiatan usaha yang dilakukan. (2) Pelaku usaha PPK memperoleh kondisi lingkungan usaha, khususnya berbagai peraturan yang terkait dengan kegiatan usaha; yang dapat mendorong peningkatan daya saing, dan produktivitas usaha. (3) Pelaku usaha PPK memiliki akses terhadap dukungan pembiayaan, informasi, dan teknologi yang aktual dan sesuai dengan perkembangan usaha dan dinamika bisnis yang terjadi. Masa depan produk dan bisnis PPK diharapkan akan mampu mengatasi berbagai permasalahan di atas dan memiliki kemampuan untuk menyandarkan keunggulan produksi dan distribusinya pada kekuatan dan kehandalan kegiatan luar usahatani, khususnya agroindustri dan agroservices dalam satu sistem yang integratif. Strategi utama dalam pengembangan produk PPK Indonesia adalah diferensiasi yang menonjolkan keunggulan produk tropis yang berkelanjutan, disertai dengan mutu dan produktivitas yang bersaing. Kegiatan usaha PPK mengembangkan jenis-jenis produk dengan mengedepankan optimal value dari produk yang bersangkutan, membangun merek (brand) yang menghasilkan citra (image) positif, termasuk merek bersama (collective brand) dan merek wilayah (regional brand), yang mendukung pengembangan merek Indonesia (Indonesian brand). Dalam RPPK kebijakan dan strategi PPK disusun bersifat integratif, baik kebijakan dipertanian, perikanan, dan kehutanan (policy on agriculture), maupun kebijakan untuk pertanian, perikanan, dan kehutanan (di sektor atau bidang lain) atau policy for agriculture; harus memadukan kebijakan yang bersifat jangka panjang dan kegiatan operasional jangka pendek; serta harus memadukan V-47

4 kebijakan yang mempengaruhi pasar (harga, perdagangan) dan kebijakan yang melakukan peningkatan kondisi struktural (infrastruktur, teknologi); serta kebijakan-kebijakan yang terkait dengan aspek kelembagaan. Kebijakan dan strategi operasional Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) dinyatakan dalam setiap instrumen kebijakan dan keputusan, dengan prioritas-prioritas sebagai berikut: 1. Investasi dan pembiayaan. a. Fasilitasi pembiayaan investasi dan pembiayaan modal kerja dengan mendorong business plan perbankan, termasuk perbankan syariah, bagi PPK, antara lain dengan mendorong realisasi kredit untuk UMKM - PPK yang diharapkan mencapai Rp. 51 trilyun yang telah dialokasikan pada tahun 2005; baik untuk modal investasi maupun modal kerja. b. Mengembangkan dan memfasilitasi sistem penjaminan kredit bagi petani, nelayan, dan petani-hutan. c. Mengembangkan sistem pembiayaan jangka panjang dan pembiayaan yang lebih sesuai dengan karakter dan siklus usaha PPK. d. Mengembangkan pembiayaan non-bank, seperti koperasi simpan-pinjam dan pegadaian, serta non-bank-non-koperasi khususnya keuangan mikro berikut keterkaitannya dengan perbankan; bagi petani, nelayan, dan petani-hutan. 2. Manajemen pertanahan dan tataruang. a. Penetapan dan penggunaan kebijakan perpajakan untuk mendorong pemanfaatan lahan produktif yang ditelantarkan dan untuk pengurangan laju alih fungsi lahan, khususnya pada hamparan pertanian yang telah mendapat fasilitas infrastruktur pertanian. b. Penegakan hukum tata-ruang, termasuk tata-ruang wilayah pesisir c. Penetapan, penegasan, dan penegakan hukum bagi tersedianya lahan pertanian abadi seluas 15 juta hektar lahan beririgasi dan 15 juta hektar lahan kering. d. Memberikan fasilitasi dan infrastruktur bagi pengembangan pertanian lahan kering. e. Memberikan pengakuan, perhatian, dan perlindungan atas status tanah komunal dan sumberdaya lokal yang berciri terbuka (seperti mata air, danau, situ, dan sebagainya), untuk dimanfaatkan bagi kepentingan bersama. V-48

5 f. Memberikan hak penggunaan tanah dalam jangka waktu yang memadai bagi pengembangan kegiatan usaha PPK yang sesuai. g. Melakukan proses hukum pertanahan secara tegas dan adil menghukum kasus pelanggaran hukum pertanahan, serta mempublikasikannya. h. Mengembangkan sistem informasi pertanahan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang handal dan aktual. 3. Pengelolaan lingkungan dan sumberdaya alam. a. Penetapan, penegasan, dan penegakan hukum bagi kawasan lindung dan sumberdaya alam terlindungi; disertai pembatasan menuju penghentian konversi lahan pertanian dan Daerah Aliran Sungai. b. Pengembangan dan penguatan pengelolaan sumberdaya alam partisipatif, khususnya bagi sumberdaya yang berada di beberapa wilayah administrasi pemerintahan. 4. Infrastruktur pedesaan a. Pengarahkan investasi pemerintah untuk infrastruktur bagi infrastruktur pedesaan, berupa irigasi, jalan desa, listrik desa, air bersih desa, dan telepon desa; serta infrastruktur pesisir dan pulau-pulau kecil. b. Memfasilitasi prakarsa lokal bagi pembangunan infrastruktur pedesaan, termasuk perencanaan partisipatif, serta pembangunan dan peme1iharaan oleh masyarakat lokal. 5. Pengembangan SDM dan pemberdayaan petani-nelayan a. Pengembangan sistem penyuluhan serta perekrutan dan pemberdayaan penyuluh. b. Pengembangan pendidikan dan latihan bagi petani/nelayan/ petani hutan, keluarga tani, dan petugas pemerintah daerah bidang PPK berbasis komunitas. c. Pemberdayaan petani serta kelembagaan pertanian dan pedesaan secara partisipatoris. 6. Riset dan pengembangan teknologi a. Kebijakan perpajakan untuk memberikan insentif bagi pengembangan riset dan teknologi terkait pertanian, perikanan, dan kehutanan. b. Pengadaan dana riset dan fokus riset jangka panjang berorientasi pemecahan masalah dan peningkatan dayasaing bagi pengembangan PPK. V-49

6 c. Pengembangan kerja sama dan sinergi antara semua komponen pemerintah, perguruan tinggi, swasta, dan lembaga riset bagi pengembangan dan diseminasi teknologi. 7. Kebijakan perdagangan. a. Memberikan perlindungan bagi perdagangan yang tidak adil, khususnya di pasar internasional. b. Memperjuangkan kondisi kesepakatan internasional, khususnya WTO, yang mengedepankan kepentingan Indonesia. c. Mengurangi hambatan perdagangan antar wilayah. d. Meningkatkan fasilitas perdagangan, angkutan, dan penyimpanan bagi produk pertanian, perikanan, dan kehutanan. 8. Promosi dan pemasaran a. Pengembangan, penguatan, dan perlindungan merek (brand) PPK Indonesia, termasuk merek kolektif dan merek regional. b. Mengembangan strategi dan kegiatan pemasaran yang sistematik dan berkesinambungan bagi peningkatan citra kegiatan dan produk PPK Indonesia, baik di dalam maupun di luar negeri. 9. Perpajakan dan retribusi a. Pengecualian pajak pendapatan dan pertambahan nilai bagi petani, nelayan, dan petani-hutan; dan produk yang dihasilkannya. b. Peninjauan dan penghapusan segala bentuk retribusi yang menciptakan ekonomi biaya tinggi dalam produksi dan distribusi PPK. c. Mengembangkan sistem perpajakan yang kondusif bagi berbagai kebijakan lain bidang PPK 10. Dukungan langsung bagi petani, nelayan, dan petani-hutan a. Meningkatkan kecukupan pangan dan gizi bagi petani, nelayan, dan petani-hutan; terutama ibu, bayi, dan balita. b. Meningkatkan layanan kesehatan bagi petani, nelayan, dan petani-hutan dan keluarganya, khususnya bagi ibu, bayi, dan balita. c. Meningkatkan pelayanan pendidikan yang murah/bebas biaya dan bermutu bagi petani, nelayan, dan petani-hutan. d. Mengusahakan dukungan bagi ketersediaan rumah yang layak, lingkungan yang sehat, dan air bersih, bagi petani, nelayan, dan petanihutan. V-50

7 11. Kebijakan pangan a. Mendorong dan mengembangkan penganeka-ragaman pangan khususnya yang berbasis tepung bahan baku lokal sebagai salah satu basis ketahanan pangan. b. Mengembangkan sistem pencadangan pangan lokal dan regional, khususnya yang dilakukan dan kelola oleh masyarakat. c. Mengembangkan sistem isyarat dini serta sistem pemantauan dan pendataan kondisi pangan yang handal dan aktual. d. Melindungan pasar pangan domestik dari kondisi perdagangan pangan yang tidak adil. 12. Agroindustrialisasi pedesaan a. Mengembangkan sistem insentif dan dukungan bagi pengembangan agroindustri pedesaan, termasuk industri perikanan, terutama yang berbahan baku dan memiliki keterkaitan erat dengan kegiatan PPK lokal. b. Pengembangan pembiayaan bagi investasi dan modal kerja khusus bagi agroindustri pedesaan. c. Pengembangan teknologi disertai penyuluhan dan pendidikan bagi peningkatan kemampuan dan kapasitas tenaga kerja pedesaan dalam lingkup agroindustri. Saudara-saudara sekalian yang saya hormati, Operasionalisasi revitalisasi pertanian dalam lingkup Departemen Pertanian tertuang dalam program pembangunan pertanian periode Ada tiga prioritas program pembangunan pertanian lima tahun ke depan ( ) yaitu : (1) Program Peningkatan Ketahanan Pangan, (2) Program Pengembangan Agribisnis; dan (3) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani. Program peningkatan ketahanan pangan diarahkan untuk memberikan fasilitasi bagi terjaminnya masyarakat memperoleh pangan yang cukup setiap saat, sehat dan halal. Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah: (1) dicapainya ketersediaan pangan tingkat nasional, regional dan rumah tangga yang cukup, aman dan halal, (2) meningkatnya keragaman produksi dan konsumsi pangan masyarakat, dan (3) meningkatnya kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalah kerawanan pangan. Rencana tindak program peningkatan ketahanan pangan yang utama antara lain: (1) Intensifikasi dan ekstensifikasi produksi komoditas pangan pokok, (2) Pengembangan sumber pangan alternatif lokal, (3) Pengembangan pola konsumsi pangan lokal non-beras, (4) Fasilitasi subsidi input produksi, (5) Perumusan dan penetapan kebijakan harga pangan, (6) Pengelolaan V-51

8 tata niaga pangan, (7) Penyusunan dan penerapan standar kualitas dan keamanan pangan, dan (8) Pengembangan sistem kewaspadaan pangan dan gizi. Program Pengembangan Agribisnis diarahkan untuk memfasilitasi kegiatan yang berorientasi memperluas cakupan kegiatan ekonomi produktif petani serta peningkatan efisiensi dan dayasaing. Perluasan kegiatan ekonomi yang memungkinkan dilakukan adalah: (1) peningkatan nilai tambah melalui pengolahan dan perbaikan kualitas; dan (2) mendorong kegiatan usahatani secara terpadu mencakup beberapa komoditas (sistem integrasi tanaman-ternak atau sistem integrasi tanaman-ternak-ikan). Adapun sasaran dari program ini adalah: (1) berkembangnya usaha di sektor hulu, usahatani (on-farm), hilir (agroindustri) dan usaha jasa penunjang; (2) meningkatnya pertumbuhan PDB sektor pertanian; dan (3) meningkatnya ekspor produk pertanian segar dan olahan. Selanjutnya rencana tindak program pengembangan agribisnis yang utama antara lain: (1) Pengembangan sentra produksi komoditas unggulan, (2) Penyuluhan, pendampingan, pendidikan dan pelatihan kewirausahaan, (3) Pengembangan varietas/jenis ternak unggul, (4) Pengembangan teknologi mekanisasi pertanian untuk peningkatan produktivitas dan efisiensi, serta pemanfaatan sumberdaya energi terbarukan, (5) Pemanfaatan bioteknologi untuk perbaikan tanaman dan ternak, (6) Penerapan teknologi pasca panen, (7) Pengembangan agroindustri di kawasan sentra produksi, dan (8) Penyesuaian kebijakan tarif impor dan subsidi ekspor. Program peningkatan kesejahteraan petani diarahkan untuk memfasilitasi peningkatan pendapatan petani melalui pemberdayaan, peningkatan akses terhadap sumberdaya usaha pertanian, pengembangan kelembagaan, dan perlindungan terhadap petani. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah: (1) meningkatnya kapasitas dan posisi tawar petani, (2) semakin kokohnya kelembagaan petani, (3) meningkatnya akses petani terhadap sumberdaya produktif; dan (4) meningkatnya pendapatan petani. Rencana tindak program peningkatan kesejahteraan petani yang utama antara lain: (1) Penguatan kelembagaan penyuluhan dan pertanian lain di perdesaan, (2) Pengembangan diversifikasi usaha rumahtangga berbasis pertanian, (3) Advokasi penataan hak pemilikan, sertifikasi dan pencegahan konversi lahan, (4) Perumusan kebijakan penataan, pemanfaatan dan pajak progresif lahan, (5) Pemberian insentif usaha dan promosi investasi, (6) Fasilitasi investasi dan kemitraan usaha, (7) peningkatan infrastruktur perdesaan, dan (8) Pengembangan model kelembagaan usahatani berbasis inovasi pertanian. V-52

9 Saudara-saudara sekalian yang saya hormati, Pada kesempatan ini saya ingin menjelaskan program pertanian tahun 2006 mengenai Pengembangan Kawasan. Kegiatan pembangunan pada dasarnya dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah berperan membangkitkan sebesar besarnya partisipasi/peran serta tersebut dalam pembangunan pertanian. Dikaitkan dengan pengembangan komoditas pertanian fasilitasi pemerintah lebih difokuskan kepada peningkatan produksi komoditas unggulan dan strategis yang bersifat nasional dan komoditas strategis daerah. Fasilitasi dana APBN difokuskan kepada fasilitasi komoditas strategis nasional, sebagai berikut: Tanaman Pangan : Padi, Jagung, Kedele, Ubi.kayu, Kacang Tanah; Hortikultura : Kentang, Cabe Merah, Bawang Merah, Mangga, Manggis, Pisang, Durian, Jeruk, Anggrek, Rimpang; Perkebunan : Karet, Kelapa, Kelapa Sawit, Kopi, Kakao, Jambu Mete, Lada, Tebu, Serat, Tembakau; Peternakan: Sapi Potong, Kambing, Domba, Ayam Buras, Itik., Babi. Sedangkan komoditas lainnya yang menjadi unggulan/andalan daerah diharapkan dibiayai oleh APBD. Dengan cara ini akan jelas tercermin sharing pemerintah pusat, propinsi, Kabupaten/kota dalam pembangunan pertanian. Pembangunan pertanian diarahkan dalam rangka pendayagunaan sumberdaya pertanian secara optimal, termasuk sumberdaya lahan dan air. Dalam rangka Peningkatan produksi pangan, Kegiatan Intensifikasi akan dilakukan pada kawasan sentra produksi yang saat ini lebih banyak berada di Kawasan Barat Indonesia, Sementara kegiatan perluasan areal yang akan mendayagunakan lahan lahan rawa pasang surut dan lebak yang sebagian besar akan dilakukan di Kawasan Timur Indonesia. Disamping pemantapan kawasan yang telah dibangun juga terus dilakukan pengembangan kawasan baru sentra produksi komoditas unggulan, yang lebih diarahkan kepada daerah di luar Jawa terutama di Kawasan Timur Indonesia. Perhatian lebih besar juga diberikan pada pengembangan di daerah rawan pangan, daerah bencana dan daerah konflik. Secara khusus perhatian diberikan dalam rangka rehabilitasi dan rekontruksi pertanian di propinsi NAD dan Nias yang terkena bencana Tsunami. Pembinaan kawasan pengembangan komoditas unggulan meliputi :(a) Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (KIMBUN); (b) Kawasan Industri Peternakan (KINAK) bagi 6 komoditi di 195 kawasan / kabupaten/kota di 32 propinsi; (c) Kawasan Agribisnis Hortikultura (KAH) dari 10 komoditi unggulan di 262 kabupaten /kota di 33 propinsi; (d) Pelayanan Pengolahan dan Pemasaran V-53

10 Hasil Pertanian (P3HP) di 72 kabupaten di 33 propinsi; (e) Pembinaan Agropolitan di 53 Kabupaten/Kota. Pemantapan kawasan terpadu dilakukan melalui; (a) pemantapan agribisnis komoditi unggulan melalui pola terpadu dilakukan di 68 Kabupaten/Kota di 32 Propinsi, dan (b) Pengembangan Primatani di 21 Kabupaten/Kota, di 13 Propinsi. Pengembangan pertanian terpadu di daerah khusus dilakukan di: (1) pengembangan desa mandiri pangan dalam rangka penanggulangan rawan pangan di 124 kabupaten di 29 propinsi; (2) pengembangan daerah perbatasan di 12 Kabupaten daerah perbatasan di 4 propinsi; (3) pengembangan pertanian terpadu di kabupaten pasca konflik di Maluku, Maluku Utara, Sulawesi tengah dan Sulawesi Barat. Saudara-saudara sekalian yang saya hormati, Sejalan dengan revitalisasi pertanian dan permasalahan yang berkembang, pembangunan pertanian tahun 2006 diarahkan kepada: (a) pembinaan sentra/kawasan pengembangan komoditas unggulan/strategis yang sedang dibangun; (b) pemantapan kawasan agribisnis komoditi unggulan melalui pola terpadu; dan (c) pengembangan pertanian terpadu di daerah khusus: daerah rawan pangan, daerah perbatasan dan daerah konflik. Kegiatan pembangunan pertanian tahun 2006 difokuskan kepada tujuh aspek, yaitu: (1) penataan sistem pasar kooditas pertanian; (2) kelembagaan usaha pertanian; (3) penerapan iptek dan good agricultural practices; (4) penjaminan kredit pertanian; (5) pengembangan infrastruktur pertanian termasuk irigasi; (6) penanganan rawan pangan/perbaikan gizi; (7) pengembangan daerah perbatasan. Keberhasilan pengembangan pertanian terpadu menjadi tanggung jawab pemerintah Kabupaten/Kota masing masing yang dikoordinasikan oleh Pemerintah Propinsi. Saudara-saudara sekalian yang saya hormati, Alokasi APBN sektor pertanian tahun 2006 sebesar Rp 4,38. triliun. Dana tersebut berasal dari anggaran rupiah murni sebesar Rp 3,79 triliun dan Pinjaman/Hibah Luar Negeri sebesar Rp 0,59 triliun. Dibandingkan dengan total anggaran TA 2005 sebesar Rp 4,02 triliun, maka anggaran TA 2006 meningkat sebesar 8,89 persen. Anggaran tersebut akan dialokasikan untuk membiayai: (a) Program Peningkatan Ketahanan Pangan; (b) Program Pengembangan Agribisnis; (c) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani. Dibandingkan dengan kebutuhan investasi pembangunan pertanian, maka anggaran pembangunan tersebut sangat kecil. Namun diharapkan anggaran V-54

11 tersebut dapat memacu investasi masyarakat yang jauh lebih besar. Untuk itu guna menarik investor masuk ke sektor pertanian diperlukan dukungan dari instansi terkait antara lain dari Departemen PU, Depperin, Deperdag, Meneg Koperasi/UKM, Depnakertrans dan instansi terkait lainnya. Rancangan alokasi RAPBN 2006 memperhatikan keseimbangan antara pusat-daerah, yaitu alokasi anggaran di Pusat Rupiah Murni sebesar 26,79 persen, sedangkan alokasi untuk daerah (propinsi dan kabupaten/kota) sebesar 73,21 persen. Alokasi anggaran ke daerah disalurkan dalam bentuk Dana Dekonsentrasi di propinsi untuk kegiatan non-fisik, sedangkan kegiatan di kabupaten/kota diarahkan untuk kegiatan operasional dan fisik. Alokasi anggaran di Pusat dipergunakan untuk kegiatan operasional pembinaan dan pengendalian dalam kerangka regulasi dan kerangka anggaran Selain anggaran lingkup Departemen Pertanaian, pembangunan pertanaian juga masih memerlukan anggaran-anggaran lain seperti: subsidi pupuk, subsidi benih, kredit agribisnis, kredit ketahanan pangan dan pembangunan infrastruktur. Pada tahun 2006, kebutuhan anggaran untuk subsidi pupuk sekitar Rp 3,7 triliun, untuk subsidi benih padi dan kedelai sekitar Rp 100 milyar, untuk kredit agribisnis sekitar Rp 12,4 triliun, dan untuk kredit ketahanan pangan diperkirakan sebesar Rp 2,0 triliun. Sedangkan alokasi DAK sektor pertanian tahun 2006 sebesar Rp 243 milyar, yaitu untuk membiayai kegiatan penyediaan sarana/infrastruktur pertanian kabupaten/kota, perbenihan dan penyuluhan pertanian. Saudara-saudara sekalian yang saya hormati, Pelaksanaan pembangunan Pertanian didasarkan kepada peta kewenangan sesuai dengan UU Nomor: 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah, dan UU Nomor: 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Pemerintahan Daerah. Berdasarkan kebijakan otonomi daerah, pemerintah Kabupaten/Kota memiliki kewenangan pembangunan Pertanian yang wajib dilaksanakan dan tidak dapat dilimpahkan kepada propinsi. Kewenangan provinsi mencakup bidang pemerintahan yang bersifat lintas Kabupaten/Kota serta bidang pemerintahan tertentu lainnya dan dapat melaksanakan kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota. Pemerintah pusat memiliki kewenangan untuk menetapkan kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, V-55

12 pembinaan dan pemberdayaan sumberdaya mnusia, pendayagunaan sumberdaya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi dan standardisasi nasional. Ada beberapa aspek strategis yang memerlukan perhatian pemerintah daerah, yaitu antara lain : (1) Penyediaan Infrastruktur Pertanian, (2) Pengelolaan Lahan Pertanian, (3) Pemberdayaan Penyuluhan, (4) Pengembangan Instansi Lingkup Pertanian; (5) Deregulasi Untuk Menghilangkan Pungutan Yang Mengurangi Daya saing Pertanian; (6) Alokasi APBD Yang Memadai. Demikian sambutan saya, atas perhatian para undangan dan hadirin sekalian, serta kesempatan yang telah diberikan panitia untuk menyampaikan sambutan ini, saya mengucapkan terima kasih. Wassalaamu alaikum Warakhmatulaahi Wabarakhaatuh, Menteri Pertanian, ANTON APRIYANTONO D:\data\data\Anjak-2005\Pidato Mentan Sulsel V-56