BAB IV Data Penelitian dan Pembahasan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV Data Penelitian dan Pembahasan"

Transkripsi

1 BAB IV Data Penelitian dan Pembahasan IV.1 Observasi Data contoh kasus diambil dari pipa baja karbon yang digunakan sebagai penyalur gas lepas pantai dari sebuah satelit pengumpul (GTS) ke anjungan manifold (MP), sebagaimana ditunjukkan dalam data teknikal dan operasi pada Lampiran 1. Pipa trunkline lepas pantai ini digunakan untuk mengalirkan gas basah pada temperatur tinggi (temperatur desain 105 C). Standar acuan pemilihan material adalah NACE MR0175 yang memuat ketentuan untuk material sour service fluids, tidak mempersyaratkan secara khusus pemilihan material untuk lingkungan gas yang tidak mengandung H 2 S. Mengingat data laju top-of-line corrosion (TLC) pada kasuskasus tertentu bisa mencapai mm/tahun pada beberapa bulan pertama produksi [4], dengan material baja karbon untuk pipa (API 5L X-65 atau X-52), maka desain proteksi sebaiknya juga mempertimbangkan pemilihan dan aplikasi material internal lining, seperti corrosion resistant alloy (CRA) atau organic coating. Terkait dengan CRA, salah satu standar yang dapat digunakan adalah API 5LC (Specification for CRA Line Pipe) atau API 5LD (Specification of CRA Clad or Lined Steel Pipe). Salah satu contoh CRA adalah duplex stainless steel yang memiliki kekuatan luluh sebanding dengan API 5L X60 atau diatasnya. Namun, kemungkinan kerugian aplikasi CRA adalah biayanya yang mahal. Perbedaan biaya antara opsi pemilihan baja karbon dan baja karbon dengan CRA clad mencapai sekitar US$70 juta [5]. Teknologi untuk rebuilt dengan coating organik pada internal surface sepanjang pipeline tidak menjamin kesempurnaan suatu aplikasi yang standar sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengembangkan jenis inhibitor korosi yang lebih optimal untuk kasus TLC. 34

2 IV.2 Identifikasi Korosi a. Permasalahan korosi Hasil inspeksi tahun 2005 menunjukkan bahwa permasalahan yang dihadapi adalah korosi eksternal dan internal. Pipa dikonstruksi tahun 1997 dan mengalami penipisan dari korosi eksternal mencapai 32% dan dari korosi internal mencapai 37%. Korosi internal disini masih terjadi pada bagian bottom line di beberapa titik, walaupun dominasi korosi internal didominasi dengan penipisan pada bagian langit-langit pipa sebagaimana data pada Lampiran 2. Namun demikian, penipisan pada bottom line ini tetap merupakan data yang dimasukkan untuk perhitungan umur sisa dan kekuatan sisa. TLC dipicu oleh kondensasi (pengembunan) cepat dari uap air pada langit-langit pipa. Pendinginan pipa gas dengan temperatur tinggi oleh lingkungan luar yang lebih dingin (air sungai) menyebabkan kondensasi itu terjadi di lokasi-lokasi yang tidak mendapat insulasi panas yang cukup, misalnya ketika pipa tidak terkubur pada kedalaman tertentu atau ditempat terjadinya upheaval buckling (UHB) (Gambar IV.1). Kedalaman pipa sejak tahun 2006 telah disyaratkan 2 meter untuk mengantisipasi UHB [4], selain karena adanya pengaruh signifikan antara kedalaman pipa yang dikubur terhadap laju kondensasi air (Gambar IV.2). Jadi, upaya menghambat laju perpindahan panas merupakan salah satu faktor pengendali TLC, diluar lingkup dampak yang ditimbulkan jika proses pengolahan gas di hilir harus didesain agar sesuai dengan temperatur yang masih tinggi. Secara khusus pipa tidak menggunakan thermal insulation coating untuk menahan perpindahan panas yang diperlukan untuk pencegahan TLC, sehingga untuk desain pipa baru harus mempertimbangkan pemasangan thermal insulation misalnya polypropylene foam atau yang memiliki nilai konduktifitas termal minimum. 35

3 Gambar IV.1 Contoh lokasi yang rawan terhadap TLC [29] Gambar IV.2 Hasil studi laju kondensasi air untuk beberapa kedalaman pipa [8] b. Penyebab korosi Identifikasi penyebab korosi dimulai dengan: (1) menentukan dari mana korosi dan agen-agen korosi dimulai berikut posisinya, dan (2) menentukan faktor-faktor yang berperan dalam mekanisme korosi. 36

4 Korosi Eksternal Kemungkinan korosi eksternal diilustrasikan pada Gambar IV.3 sebagai akibat dari coating yang tidak efektif, baik dari segi kualitas material coating, kualitas aplikasi coating atau kerusakan mekanik. Ini mengindikasikan perlunya pengawasan yang lebih baik saat coating coating diaplikasikan, baik material protective coating-nya maupun concrete weight coating (CWC). Kerusakan pada CWC dapat menyebabkan terpaparnya air laut pada coating yang memicu kerusakan karena coating tidak diperuntukkan untuk kondisi terbasahi pada temperatur tinggi. PP Polypropylene 2 mm atau 1,8 1,8 mm mm atau FBE 500 μm atau neophrene 12 mm + CTE 6 mm atau neophrene 12 mm + FBE 500 μm atau PP 2mm + FBE 500 μm Kemungkinan korosi Concrete weight coating 25,4 mm Gambar IV.3 Ilustrasi korosi eksternal dan susunan sistem coating yang dibuat dalam penelitian ini untuk pipa yang ditinjau Pemantauan proteksi katodik yang selama ini hanya dilakukan pada kedua riser (inlet dan outlet) tidak dapat mencerminkan kondisi pada bagian lain, karenanya perlu melakukan survey untuk mendapatkan data potensial pipa pada burial section misalnya trailing wire/towed fish survey (Gambar IV.4). Korosi Internal Fenomena TLC pada pipa penyalur diakibatkan oleh interaksi logam dan gas basah. Faktor-faktor yang menentukan terjadinya TLC adalah gas CO 2, air, dinamika fluida berupa regime aliran yang terstratifikasi dan adanya lokasi-lokasi yang menyebabkan terjadinya pengembunan cepat. Kandungan asam organik di lapangan ini berkisar antara 200 ppm 2100 ppm. Adanya asam-asam organik terutama kandungan asam 37

5 asetat yang tinggi ( ppm) menyebabkan ph air kondensat sekitar 3 3,5 [4], dan ini merupakan faktor yang mempercepat TLC. Riser TRAINLING WIRECONNECTING TRAILING WIRE CONNECTING DATA LOGGER TO RISER DATA LOGGER TO RISER SUBSEA SUBSEA PIPELINE PIPELINE Ref. Cell Gambar IV.4 Ilustrasi trailing wire survey proteksi katodik yang dibuat untuk pipa yang ditinjau pada penelitian ini Injeksi inhibitor menghambat korosi pada bagian bawah tempat berkumpulnya cairan dengan bentuk korosi yang umumnya merata dengan laju rendah [4], sedangkan di bagian atas praktis tidak dapat diinhibisi atau belum mempunyai kemampuan ganda untuk menetralkan asam-asam organik pada fasa gasnya berdasarkan jenis inhibitor non volatile yang dipakai saat ini. Dengan demikian, timbulnya TLC (dalam tinjauan proses korosinya) pada pipa penyalur adalah sebagai akibat : 1. tidak adanya unit pemisahan air di satelit pengumpul (GTS) 2. kurangnya kemampuan inhibitor menciptakan lapisan penghalang antara gas basah dengan logam (pipa) di bagian langit-langit pipa 3. tidak adanya penetralisir keasaman cairan pada bottom line 4. tidak adanya isolasi panas yang efektif 5. perubahan lingkungan seabed yang memungkinkan perubahan kedalaman pipa yang terkubur sehingga memicu buckling dan laju pendinginan tinggi 38

6 Analisa proteksi korosi Pemisahan air di upstream (inlet pipa) tidak dilakukan karena tidak ekonomis, baik biaya pemasangan alat pendingin dan pemisah maupun inspeksi rutin yang jauh dari sumur/satelit pengumpul, begitu juga injeksi MDEA untuk menetralisir keasaman. Dari data Lampiran 2, dengan efektifitas inhibitor saat ini, laju penipisan rata-rata adalah 0,40 mm/thn, laju penipisan maksimum 0,61 mm/tahun, dan umur sisa berdasarkan reliability-nya pada desain faktor keamanan 2,7 adalah 11 tahun (dari tahun inspeksi 2005). Bila umur sisa merujuk ke standar ASME B31G sebagaimana diadopsi saat ini, maka umur sisa adalah 20,5 tahun lagi. Disini terlihat manfaat pendekatan reliability sebagai untuk memprediksi kondisi pipa dan mempersiapkan manajemen pemeliharaan. Optimalisasi inhibitor perlu dilakukan dengan pertimbangan yang didasarkan kepada kenyataan laju korosi yang masih tinggi tinggi: Tabel IV.1 Laju korosi beberapa pipa penyalur lain dalam lapangan gas yang ditinjau [29] Pipeline Lainnya Tahun Instalasi Tebal nominal pipa (mm) Laju korosi rata-rata (mm/tahun) hasil intelligent pigging terakhir GTS-R ,63 0,33; 0,41; 0,27; 0,85 GTS-I ,63 1,67; 0,91 GTS-Y ,01 0,69 GTS-D ,88 0,22 Bila kondisi di atas tidak berubah, maka untuk pipa baru memerlukan pertimbangan aplikasikan coating internal, misalnya epoxy phenolic [24, 25] pada area yang temperaturnya sudah turun ke 84 C atau yang diformulasi khusus terutama untuk tahan pada temperatur desainnya, atau aplikasi CRA (corrosion resistant alloy) lining. IV.3 Penilaian Keandalan Pipa Penyalur dan Peluang Kegagalannya Penipisan akibat korosi, baik internal maupun eksternal, sebagaimana telah dijelaskan, menyebabkan umur pakai dan kekuatannya berkurang. Metode perhitungan yang diadopsi industri perminyakan dan gas ini terhadap umur sisa maupun penjadualan inspeksi berikutnya adalah berdasarkan standar ASME B31G, sebagaimana cuplikan data yang disebutkan dalam poin (b) Lampiran 2. Penelitian 39

7 ini memberikan metode alternatif, yakni dari pendekatan reliability (keandalan), dimana umur sisa diasumsi merupakan tahun operasi ketika dengan target reliability tercapai dan penjadualan inspeksi berikutnya diasumsi merupakan tahun operasi ketika peluang kegagalan masih berada dalam level relatif rendah. Selain itu, perhitungan kekuatan sisa masih belum diadopsi untuk mengevaluasi kinerja pipa agar bertahan pada kondisi tekanan operasi maksimum yang diijinkan (existing MAOP), sehingga dalam penilitian ini kekuatan sisa tersebut akan dihitung. Analisa distribusi normal berdasarkan pola distribusi kumulatif normal untuk sebaran data ketebalan dan data laju korosi dalam kasus ini telah mendekati garis lurus, menghasilkan nilai rata-rata (μ), deviasi standar (σ) dari tebal dinding pipa (R) dan laju penipisannya (S), serta hasil perhitungan first-order second-moment (FOSM) untuk indeks reliability (safety factor, β), nilai keandalan (reliability, Z) dan peluang kegagalan (Pof) adalah sebagai berikut : Tabel IV.2 Hasil perhitungan indeks reliability, nilai keandalan (reliability) dan peluang kegagalan yang dilakukan dalam penelitian ini untuk segmen pipa yang ditinjau dengan μ R = mm, μ S = 0.40 mm/thn, σ R = 1.61 mm, dan σ S = 0.12 mm/thn Tahun ke- Tahun μ Z σ 2 S (t) 2 σ Z β Z Pof

8 Peluang kegagalan untuk modus/ancaman korosi internal dan eksternal pipa dideskripsikan sebagai berikut : Tabel IV.3 Kriteria peluang kegagalan menurut DnV RP-F-107 [22] Category 5 (very high) 4 (high) 3 (medium) 2 (low) 1 (very low) Probability of failure (Pof) Event individually may be expected to occur more than once during lifetime Event individually may be expected to occur during the lifetime of the pipeline. (Typically a 100 year storm) Event individually not expected to happen, but when summarized over a large number of pipelines have the credibility to happen once a year Pof > < Pof < < Pof < 10-3 Event rarely expected to occur 10-5 < Pof < 10-4 So low frequency that event considered negligible Pof < 10-5 Berdasarkan hasil perhitungan di atas, peluang kegagalan pipa berada pada kondisi relatif relatif rendah adalah hingga tahun 2012, diindikasikan dengan peluang kegagalan, Pof < Kriteria ini dapat dipertimbangan sebagai dasar untuk menjadi jadual pemeriksaan berikutnya, bila penentuan secara deterministik berdasarkan kriteria ASME B31G dinilai terlalu konservatif, sehingga biaya inspeksi dapat lebih hemat. Dibandingkan dengan penentuan umur pipa secara deterministik per ASME B31G (poin b, Lampiran 2), pipa dapat dipakai hingga tahun 2025, sementara dengan setting indeks reliability, β, agar berada pada target reliability 2,78 (berdasarkan tabel diatas), maka usia pakai (lifetime) yang relatif andal adalah hingga tahun 2016 sehingga program perbaikan (untuk mempertahankan faktor keamanan sedemikian) atau program penggantian pipa yang ditinjau ini, disiapkan sebelum tahun Berdasarkan pendekatan reliability, target reliability untuk pipa penyalur lepas pantai berdasarkan Offshore Reliability Data, OREDA [28] adalah 2,7. 41

9 IV.4 Penilaian Criticallity Penilaian criticallity atau konsekuensi kegagalan umumnya dibagi dalam 3 kelompok, yakni konsekuensi safety, konsekuensi lingkungan dan konsekuensi ekonomi. a. Konsekuensi safety Tabel IV.4 Kriteria konsekuensi kegagalan terhadap safety menurut DnV RP-F-107 [22] Category Description 5 (High) Multiple fatalities possible (gas cloud ignition) 4 (not used) 3 (Medium) Serious injury, one fatality (working accident) 2 (not used) 1 (Low) No person(s) are injuried b. Konsekuensi lingkungan Tabel IV.5 Kriteria konsekuensi kegagalan terhadap lingkungan menurut DnV RP-F-107 [22] Category 5 (High) Description Large release of high polluting medium which can not be removed and will use long time to decompose or neutralise by air or sea water 4 Large release of polluting medium which can be removed, or will after some time decompose or neutralise by air or sea water 3 (Medium) Moderate release of polluting medium. The released media will use some time to decompose or neutralise by air or sea water, or can easily be removed 2 Mminor rlease of polluting media. The release media will decompose or be neutralised rapidly by air or sea water 1 (Low) Non, small or insignificant on the environment. Either due to no release of internal medium or only insignificant release 42

10 c. Konsekuensi ekonomi/operability Tabel IV.6 Kriteria konsekuensi kegagalan terhadap kerugian ekonomi menurut DnV RP-F-107 [22] Category 5 (High) 4 3 (Medium) 2 1 (Low) Description Total loss of pipeline and possible also loss of other structural parts of the platform. Large cost of repair including long time of shutdown of production or Failure resulting in shutdown of the total hydrocarbon production for a longer period Failure causes indefinite shutdown and significant facility or system failure costs. Rectification requires unscheduled underwater operation without pre-qualified repair system before further production or Failure resulting in shorter periods of shutdown of major parts of (or all of) the hydrocarbon production for the field Failure causes extended unscheduled loss of facility or system and significant repair costs. Rectification requires unscheduled underwater operation with pre-qualified repair system before further production Repair can be deferred untill scheduled shutdown, some repair cost will occur Insignificant effect on operation; small or insignificant cost of repair Production delay/downtime 1 3 years 3 12 months 1 3 months < 1 month 0 days Karena konsekuensi lingkungan kurang relevan untuk fluida gas [27], begitu juga terhadap konsekuensi safety untuk lokasi lepas pantai dapat diabaikan, sehingga analisa konsekuensi didasarkan pada konsekeunsi kerugian ekonomi. Kegagalan yang terjadi pada pipa gas dengan laju alir 100 MMSCFD ini terkategori harus segera diperbaiki (tidak dapat ditangguhkan hingga shutdown yang dijadualkan), biaya perbaikan yang signifikan dan operasi bawah air yang tidak terjadual, sehingga peringkat konsekuensinya adalah : Kategori tertinggi : Konsekuensi ekonomi Peringkat : 3 (menengah) 43

11 IV.5 Penilaian Resiko Penilaian resiko merupakan kombinasi peluang kegagalan dan konsekuensi kegagalan. Berdasarkan peringkat konsekuensi 3 dan peluang kegagalan dengan Pof < 10-5, maka pipa masuk dalam kategori beresiko rendah (Gambar IV.5). Posisi pemetaan resiko untuk pipa yang ditinjau pada tahun inspeksi berjalan (2005) Gambar IV.5 Posisi pemetaan resiko untuk pipa penyalur yang ditinjau dalam penelitian ini Bila Pof diset pada kriteria rendah (kurang dari 10-4 ) dan konsekuensi kegagalan diasumsi masih dalam kategori menengah, maka jadual inspeksi berikutnya adalah tahun 2012, yang dipilih berdasarkan pendekatan resiko ini. 44

12 Peringkatan deskriptif fungsi kinerja pipeline GTS-A Reliability 1.00 dengan perbaikan 0.98 jenis inhibitor Reliability pada Sf = 2, Tahun Gambar IV.6 Peringkatan deskriptif fungsi kinerja pipa b. Evaluasi kekuatan sisa Evaluasi kekuatan pipeline berdasarkan data pada laju penipisan tertinggi : laju penipisan maks. : 0,61 mm/tahun diameter pipa : 20 in (508 mm) tebal dinding pipa (t) : mm (0,653 inch) (tahun 2002) : 14,86 mm (0,585 inch) (tahun 2005) SMYS : psi (448,056 Mpa) MAOP saat ini : 120 bar Tekanan desain : 120 bar Folias factor (M) dari persamaan (3.3) : 1,95 Berdasarkan persamaan (3.2), MAOP pada 120 bar dapat dipakai hingga tahun 2016 (lihat Gambar IV.7). 45

13 Grafik Grafik tekanan Tekanan operasi Operasi maksimum Maksimum yang yang diijinkan Diijinkan terhadap untuk pipa tahun GTS-Aoperasi Tekanan yang Diijinkan (bar) Tahun Operasi Gambar IV.7 Hubungan tekanan yang diijinkan terhadap tahun operasi mendatang untuk pipa yang ditinjau berdasarkan data inspeksi tahun

Pipeline Risk Assessment

Pipeline Risk Assessment Pipeline Risk Assessment Ahmad Taufik Metal Performance Assessment Group Engineering Consulting and Training Services dan Rekayasa Pertambangan - Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung pipa gagal

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III PROSEDUR ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA BAB III PROSEDUR ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini akan membahas tentang prosedur penelitian yang tergambar dalam diagram metodologi pada gambar 1.1. Selain itu bab ini juga akan membahas pengolahan

Lebih terperinci

TESIS. ILMI IKHSAN NIM : Program Studi Teknik Mesin

TESIS. ILMI IKHSAN NIM : Program Studi Teknik Mesin SISTEM MANAJEMEN KOROSI DAN STUDI APLIKASINYA UNTUK PIPA PENYALUR GAS LEPAS PANTAI YANG BERESIKO TOP-OF-LINE CORROSION TESIS Karya ilmiah sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi

Lebih terperinci

4.1 INDENTIFIKASI SISTEM

4.1 INDENTIFIKASI SISTEM BAB IV ANALISIS 4.1 INDENTIFIKASI SISTEM. 4.1.1 Identifikasi Pipa Pipa gas merupakan pipa baja API 5L Grade B Schedule 40. Pipa jenis ini merupakan pipa baja dengan kadar karbon maksimal 0,28 % [15]. Pipa

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5 BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini, hasil pengolahan data untuk analisis jaringan pipa bawah laut yang terkena korosi internal akan dibahas lebih lanjut. Pengaruh operasional pipa terhadap laju korosi dari

Lebih terperinci

Metode Seleksi Material pada Pengilangan Minyak dan Gas Menggunakan Neraca Massa dan Energi dan Diagram Alir Proses

Metode Seleksi Material pada Pengilangan Minyak dan Gas Menggunakan Neraca Massa dan Energi dan Diagram Alir Proses Metode Seleksi Material pada Pengilangan Minyak dan Gas Menggunakan Neraca Massa dan Energi dan Diagram Alir Proses Material Selection Methodology in Oil and gas Refinery using Heat Material Balances and

Lebih terperinci

BAB IV Pengaruh Parameter Desain, Kondisi Operasi dan Pihak Ketiga

BAB IV Pengaruh Parameter Desain, Kondisi Operasi dan Pihak Ketiga BAB IV Pengaruh Parameter Desain, Kondisi Operasi dan Pihak Ketiga Pada bab ini dianalisis pengaruh dari variasi parameter kondisi pipeline terhadap kategori resiko pipeline. Dengan berbagai macam parameter

Lebih terperinci

BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI

BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI III. 1 DATA DESAIN Data yang digunakan pada penelitian ini adalah merupakan data dari sebuah offshore platform yang terletak pada perairan Laut Jawa, di utara Propinsi

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. [CO 2 ] = H. pco 2 (2.1) pco 2 = (mol % CO 2 ) x (gas pressure) (2.2)

BAB 2 DASAR TEORI. [CO 2 ] = H. pco 2 (2.1) pco 2 = (mol % CO 2 ) x (gas pressure) (2.2) iv BAB 2 DASAR TEORI Sistem produksi minyak dan gas terutama untuk anjungan lepas pantai memerlukan biaya yang tinggi untuk pemasangan, pengoperasian dan perawatan. Hal ini diakibatkan faktor geografis

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN 2 1 A B C D E CONSEQUENCE CATEGORY. Keterangan : = HIGH = MEDIUM = MEDIUM HIGH = LOW

BAB IV PEMBAHASAN 2 1 A B C D E CONSEQUENCE CATEGORY. Keterangan : = HIGH = MEDIUM = MEDIUM HIGH = LOW BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Analisis Kategorisasi Risiko Pada penelitian kali ini didapatkan hasil berupa nilai kategorisasi risiko pada bagian ini akan membahas tentang hasil dari risiko pipa Kurau dan Separator

Lebih terperinci

SIDANG P3 JULI 2010 ANALISA RESIKO PADA ELBOW PIPE AKIBAT INTERNAL CORROSION DENGAN METODE RBI. Arif Rahman H ( )

SIDANG P3 JULI 2010 ANALISA RESIKO PADA ELBOW PIPE AKIBAT INTERNAL CORROSION DENGAN METODE RBI. Arif Rahman H ( ) SIDANG P3 JULI 2010 ANALISA RESIKO PADA ELBOW PIPE AKIBAT INTERNAL CORROSION DENGAN METODE RBI Arif Rahman H (4305 100 064) Dosen Pembimbing : 1. Ir. Hasan Ikhwani, M.Sc 2. Ir. Daniel M. Rosyid, Ph.D Materi

Lebih terperinci

NAJA HIMAWAN

NAJA HIMAWAN NAJA HIMAWAN 4306 100 093 Ir. Imam Rochani, M.Sc. Ir. Hasan Ikhwani, M.Sc. ANALISIS PERBANDINGAN PERANCANGAN PADA ONSHORE PIPELINE MENGGUNAKAN MATERIAL GLASS-REINFORCED POLYMER (GRP) DAN CARBON STEEL BERBASIS

Lebih terperinci

Muhammad

Muhammad Oleh: Muhammad 707 100 058 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pembimbing: Ir. Muchtar Karokaro M.Sc Sutarsis ST, M.Sc Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG Pada lingkungan industri modern saat ini, kegagalan sistem (failure) akibat korosi adalah hal yang tidak ditolerir, terutama ketika hal tersebut melibatkan penghentian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Offshore Pipeline merupakan pipa sangat panjang yang berfungsi untuk mendistribusikan fluida (cair atau gas) antar bangunan anjungan lepas pantai ataupun dari bangunan

Lebih terperinci

RISK MANAGEMENT PROCESS. Proses Manajemen Risiko

RISK MANAGEMENT PROCESS. Proses Manajemen Risiko RISK MANAGEMENT PROCESS Proses Manajemen Risiko Manajemen risiko merupakan suatu kegiatan yang menerus (ongoing), yang harus dilakukan: Sekarang, bila belum pernah dilakukan Ketika ada pekerjaan baru direncanakan

Lebih terperinci

Tugas Akhir (MO )

Tugas Akhir (MO ) Company Logo Tugas Akhir (MO 091336) Aplikasi Metode Pipeline Integrity Management System pada Pipa Bawah Laut Maxi Yoel Renda 4306.100.019 Dosen Pembimbing : 1. Prof. Ir. Daniel M. Rosyid, Ph.D. 2. Ir.

Lebih terperinci

1 BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korosi merupakan salah satu masalah utama dalam dunia industri. Tentunya karena korosi menyebabkan kegagalan pada material yang berujung pada kerusakan pada peralatan

Lebih terperinci

Analisa Resiko Penggelaran Pipa Penyalur Bawah Laut Ø 6 inch

Analisa Resiko Penggelaran Pipa Penyalur Bawah Laut Ø 6 inch Analisa Resiko Penggelaran Pipa Penyalur Bawah Laut Ø 6 inch Oleh : NOURMALITA AFIFAH 4306 100 068 Dosen Pembimbing : Ir. Jusuf Sutomo, M.Sc Prof. Ir. Daniel M. Rosyid, Ph.D Agenda Presentasi : Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN IV. 1 PERHITUNGAN CORROSION RATE PIPA Berdasarkan Corrosion Rate Qualitative Criteria (NACE RP0775-99), terdapat empat (4) tingkat laju korosi (hilangnya ketebalan per mm/

Lebih terperinci

RISK BASED UNDERWATER INSPECTION

RISK BASED UNDERWATER INSPECTION Bab 4 RISK BASED UNDERWATER INSPECTION 4.1 Pendahuluan Dalam laporan tugas akhir ini area platform yang ditinjau berada di daerah laut jawa dimana pada area ini memiliki 211 platform yang diantaranya terdapat

Lebih terperinci

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP Pengaruh Variasi Bentuk dan Ukuran Scratch Polyethylene Wrap Terhadap Proteksi Katodik Anoda Tumbal Al-Alloy pada Baja AISI 1045 di Lingkungan Air Laut Moch. Novian Dermantoro NRP. 2708100080 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB IV DATA SISTEM PERPIPAAN HANGTUAH

BAB IV DATA SISTEM PERPIPAAN HANGTUAH BAB IV DATA SISTEM PERPIPAAN HANGTUAH 4.1. Sistem Perpipaan 4.1.1. Lokasi Sistem Perpipaan Sistem perpipaan yang dianalisis sebagai studi kasus pada tugas akhir ini adalah sistem perpipaan milik Conoco

Lebih terperinci

Perhitungan Teknis LITERATUR MULAI STUDI SELESAI. DATA LAPANGAN : -Data Onshore Pipeline -Data Lingkungan -Mapping Sector HASIL DESAIN

Perhitungan Teknis LITERATUR MULAI STUDI SELESAI. DATA LAPANGAN : -Data Onshore Pipeline -Data Lingkungan -Mapping Sector HASIL DESAIN MULAI STUDI LITERATUR DATA LAPANGAN : -Data Onshore Pipeline -Data Lingkungan -Mapping Sector DATA NON LAPANGAN : -Data Dimensi Anode -Data Harga Anode DESAIN MATERIAL ANODE DESAIN TIPE ANODE Perhitungan

Lebih terperinci

Bab V Analisis Tegangan, Fleksibilitas, Global Buckling dan Elekstrostatik GRP Pipeline

Bab V Analisis Tegangan, Fleksibilitas, Global Buckling dan Elekstrostatik GRP Pipeline Bab V Analisis Tegangan, Fleksibilitas, Global Buckling dan Elekstrostatik GRP Pipeline 5.1 Analisis Tegangan dan Fleksibilitas Analisis tegangan dan fleksibilitas pipeline ini dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BAB V ANALISIS. 5.1 Analisis History

BAB V ANALISIS BAB V ANALISIS. 5.1 Analisis History BAB V ANALISIS 5.1 Analisis History Seperti telah diuraikan di Bab III bahwa hasil perkiraan tingkat risiko yang dijadikan dasar untuk membuat Corrosion Mapping disandingkan dengan data historis yang dapat

Lebih terperinci

ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK

ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK SALMON PASKALIS SIHOMBING NRP 2709100068 Dosen Pembimbing: Dr. Hosta Ardhyananta S.T., M.Sc. NIP. 198012072005011004

Lebih terperinci

BAB. 1.1 Umum ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB. 1.1 Umum ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum Minyak bumi, gas alam, logam merupakan beberapa contoh sumberdaya mineral yang sangat penting dan dibutuhkan bagi manusia. Dan seperti yang kita ketahui, negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

SIDANG P3 TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK KELAUTAN 28 JANUARI 2010

SIDANG P3 TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK KELAUTAN 28 JANUARI 2010 SIDANG P3 TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK KELAUTAN 28 JANUARI 2010 Analisa Resiko pada Reducer Pipeline Akibat Internal Corrosion dengan Metode RBI (Risk Based Inspection) Oleh: Zulfikar A. H. Lubis 4305 100

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PERUMUSAN MASALAH. Bagaimana pengaruh interaksi antar korosi terhadap tegangan pada pipa?

PENDAHULUAN PERUMUSAN MASALAH. Bagaimana pengaruh interaksi antar korosi terhadap tegangan pada pipa? PENDAHULUAN Korosi yang menyerang sebuah pipa akan berbeda kedalaman dan ukurannya Jarak antara korosi satu dengan yang lain juga akan mempengaruhi kondisi pipa. Dibutuhkan analisa lebih lanjut mengenai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam aplikasi sistem perpipaan seperti pada proses kimia, proses produksi dan distribusi minyak dan gas sering dijumpai junction (percabangan). Ketika aliran dua fase

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG DESAIN PROTEKSI BAHAYA INTERNAL SELAIN KEBAKARAN DAN LEDAKAN

Lebih terperinci

Prasetyo Muhardadi

Prasetyo Muhardadi ANALISA KEKUATAN SISA PIPELINE AKIBAT CORROSION BERBASIS KEANDALANDI PETROCHINA-PERTAMINA TUBAN Oleh: Prasetyo Muhardadi 4305 100 039 Dosen Pembimbing: 1.Prof. Ir. Daniel M. Rosyid, PhD 2. Prof. Ir. Soegiono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia industri. Boiler berfungsi untuk menyediakan kebutuhan panas di pabrik dengan mengubah air menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kini, misalnya industri gas dan pengilangan minyak. Salah satu cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. kini, misalnya industri gas dan pengilangan minyak. Salah satu cara untuk BAB I PENDAHULUAN Sistem Perpipaan merupakan bagian yang selalu ada dalam industri masa kini, misalnya industri gas dan pengilangan minyak. Salah satu cara untuk mentransportasikan fluida adalah dengan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN Analisis Tekanan Isi Pipa

BAB IV PEMBAHASAN Analisis Tekanan Isi Pipa BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini akan dilakukan analisis studi kasus pada pipa penyalur yang dipendam di bawah tanah (onshore pipeline) yang telah mengalami upheaval buckling. Dari analisis ini nantinya

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN HASIL SURVEY

BAB III METODE DAN HASIL SURVEY BAB III METODE DAN HASIL SURVEY 3.1 SURVEY 3.1.1 Pengukuran Ketebalan Pipa Dan Coating. Pengukuran ketebalan pipa dan coating dilakukan untuk mengetahui ketebalan aktual pipa dan coating. Sebelum dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa korosi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa korosi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tanpa 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Peristiwa korosi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tanpa disadari begitu dekat dengan kehidupan kita, misalnya paku berkarat, tiang listrik berkarat,

Lebih terperinci

ANALISIS PELUANG KEGAGALAN PERMUKAAN DALAM JARINGAN PIPA BAWAH LAUT DENGAN MODEL NORSOK

ANALISIS PELUANG KEGAGALAN PERMUKAAN DALAM JARINGAN PIPA BAWAH LAUT DENGAN MODEL NORSOK ANALISIS PELUANG KEGAGALAN PERMUKAAN DALAM JARINGAN PIPA BAWAH LAUT DENGAN MODEL NORSOK Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan tingkat sarjana Program Studi Teknik Metalurgi Fakultas Teknik Pertambangan

Lebih terperinci

ANALISA DESAIN SISTEM SS IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION (ICCP) PADA OFFSHORE PIPELINE MILIK JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA

ANALISA DESAIN SISTEM SS IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION (ICCP) PADA OFFSHORE PIPELINE MILIK JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA ANALISA DESAIN SISTEM SS IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION (ICCP) PADA OFFSHORE PIPELINE MILIK JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA OLEH : Rizky Ayu Trisnaningtyas 4306100092 DOSEN PEMBIMBING : 1. Ir.

Lebih terperinci

SKRIPSI PURBADI PUTRANTO DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008 OLEH

SKRIPSI PURBADI PUTRANTO DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008 OLEH PENILAIAN KELAYAKAN PAKAI (FFS ASSESSMENTS) DENGAN METODE REMAINING WALL THICKNESS PADA PIPING SYSTEM DI FLOW SECTION DAN COMPRESSION SECTION FASILITAS PRODUKSI LEPAS PANTAI M2 SKRIPSI OLEH PURBADI PUTRANTO

Lebih terperinci

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran. LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN Pencegahan Kebakaran

Lebih terperinci

OPTIMASI DESAIN ELBOW PIPE

OPTIMASI DESAIN ELBOW PIPE OPTIMASI DESAIN ELBOW PIPE PADA JARINGAN PIPA TRANSPORTASI MIGAS MILIK JOINT OPERATING BODY PERTAMINA-PETROCHINA EAST JAVA (JOB P-PEJ) TUBAN DENGAN BERBASIS KEANDALAN S. M. Yusuf 1, D. M. Rosyid 2, H.

Lebih terperinci

DESAIN BASIS DAN ANALISIS STABILITAS PIPA GAS BAWAH LAUT

DESAIN BASIS DAN ANALISIS STABILITAS PIPA GAS BAWAH LAUT LABORATORIUM KEANDALAN DAN KESELAMATAN JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SIDANG HASIL P3 DESAIN BASIS DAN ANALISIS STABILITAS PIPA GAS BAWAH

Lebih terperinci

15. Probabilistic Life Assessment, Failure Analysis and Prevention ASM Handbook Vol. 11, ASM International, Haldar, A.

15. Probabilistic Life Assessment, Failure Analysis and Prevention ASM Handbook Vol. 11, ASM International, Haldar, A. Daftar Pustaka 1. INDOCOR, Training Sertifikasi Korosi, Indonesian Corrosion Association, 2001 2. US DOI, Minerals Management Service Data Base, Dept. of the Interior, 1997 3. Pipeline Integrity Management

Lebih terperinci

Muhammad (NRP )

Muhammad (NRP ) IMPLEMENTASI RISK ASSESSMENT PADA PIPELINE GAS JALUR BADAK - BONTANG Muhammad (NRP. 2707100058) Dosen Pembimbing : Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. ; Sutarsis, ST. M.Sc., Fakultas Teknologi Industri Institut

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : Buku 3 ISSN (E) :

Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : Buku 3 ISSN (E) : KOMPARASI HARAPAN UMUR PAKAI ANTARA DESAIN AWAL PIPA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN ERF PIGGING PADA JARINGAN PIPA DISTRIBUSI GAS PT. XYZ DARI TEMPINO KECIL KE PAYO SELINCAH, JAMBI Hary Munandar

Lebih terperinci

Gambar 4.1. Diagram Alir Proses Stasiun Pengolahan Gas (PFD)

Gambar 4.1. Diagram Alir Proses Stasiun Pengolahan Gas (PFD) BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Analisa Klasifikasi Awal 4.1.1 Analisa Ruang Lingkup RBI Berdasarkan ruang lingkup yang telah ditentukan di awal bahwa penelitian ini akan dilaksanakan pada suatu stasiun pengolahan

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISIS

BAB IV DATA DAN ANALISIS 52 BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Kondisi Umum Pipa Kondisi umum pipa penyalur gas milik Salamander Energy yang digunakan sebagai studi kasus analisis resiko adalah sebagai berikut: Pipa penyalur ini merupakan

Lebih terperinci

PIPELINE STRESS ANALYSIS PADA ONSHORE DESIGN JALUR PIPA BARU DARI CENTRAL PROCESSING AREA(CPA) JOB -PPEJ KE PALANG STATION DENGAN PENDEKATAN CAESAR

PIPELINE STRESS ANALYSIS PADA ONSHORE DESIGN JALUR PIPA BARU DARI CENTRAL PROCESSING AREA(CPA) JOB -PPEJ KE PALANG STATION DENGAN PENDEKATAN CAESAR P3 PIPELINE STRESS ANALYSIS PADA ONSHORE DESIGN JALUR PIPA BARU DARI CENTRAL PROCESSING AREA(CPA) JOB -PPEJ KE PALANG STATION DENGAN PENDEKATAN CAESAR II P3 PIPELINE STRESS ANALYSIS ON THE ONSHORE DESIGN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu

BAB I PENDAHULUAN. Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu bahan akibat berinteraksi dengan lingkungan yang bersifat korosif. Proses korosi adalah

Lebih terperinci

Manajemen Resiko Korosi pada Pipa Penyalur Minyak

Manajemen Resiko Korosi pada Pipa Penyalur Minyak JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Manajemen Resiko Korosi pada Pipa Penyalur Minyak Bagus Indrajaya, Daniel M. Rosyid, dan Hasan Ikhwani Jurusan Teknik Kelautan,

Lebih terperinci

DESAIN DAN ANALISIS FREE SPAN PIPELINE

DESAIN DAN ANALISIS FREE SPAN PIPELINE DESAIN DAN ANALISIS FREE SPAN PIPELINE Nur Khusnul Hapsari 1 dan Rildova 2 Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesha 10 Bandung 40132

Lebih terperinci

PANDUAN PERHITUNGAN TEBAL PIPA

PANDUAN PERHITUNGAN TEBAL PIPA PANDUAN PERHITUNGAN TEBAL PIPA 1.1 Alur Analisa Untuk mendesain sebuah pipa yang akan digunakan untuk moda distribusi, hal pertama yang perlu dilakukan adalah menghitung tebal pipa minimum yang paling

Lebih terperinci

Manajemen Resiko Korosi Internal pada Pipa Penyalur Minyak

Manajemen Resiko Korosi Internal pada Pipa Penyalur Minyak Manajemen Resiko Korosi Internal pada Pipa Penyalur Minyak Oleh : Bagus Indrajaya 4309 100 026 Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Daniel M. Rosyid, Ph.D.,M.RINA Ir. Hasan Ikhwani, M. Sc. Outline Pendahuluan

Lebih terperinci

ABOVE WATER TIE IN DAN ANALISIS GLOBAL BUCKLING PADA PIPA BAWAH LAUT

ABOVE WATER TIE IN DAN ANALISIS GLOBAL BUCKLING PADA PIPA BAWAH LAUT ABOVE WATER TIE IN DAN ANALISIS GLOBAL BUCKLING PADA PIPA BAWAH LAUT Diyan Gitawanti Pratiwi 1 Dosen Pembimbing : Rildova, Ph.D Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Separator minyak dan pipa-pipa pendukungnya memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu proses pengilangan minyak. Separator berfungsi memisahkan zat-zat termasuk

Lebih terperinci

ANALISA KONFIGURASI PIPA BAWAH LAUT PADA ANOA EKSPANSION TEE

ANALISA KONFIGURASI PIPA BAWAH LAUT PADA ANOA EKSPANSION TEE ANALISA KONFIGURASI PIPA BAWAH LAUT PADA ANOA EKSPANSION TEE Oleh: WIRA YUDHA NATA 4305 100 014 JURUSAN TEKNIK KELAUTAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 ANALISA

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahan bakar fosil yang terdiri atas gas dan minyak bumi masih menjadi kebutuhan pokok yang belum tergantikan sebagai sumber energi dalam semua industri proses. Seiring

Lebih terperinci

ANALISA STABILITAS SUBSEA CROSSING GAS PIPELINE DENGAN SUPPORT PIPA BERUPA CONCRETE MATTRESS DAN SLEEPER

ANALISA STABILITAS SUBSEA CROSSING GAS PIPELINE DENGAN SUPPORT PIPA BERUPA CONCRETE MATTRESS DAN SLEEPER ANALISA STABILITAS SUBSEA CROSSING GAS PIPELINE DENGAN SUPPORT PIPA BERUPA CONCRETE MATTRESS DAN SLEEPER (Studi Kasus Crossing Pipa South Sumatera West Java (SSWJ) milik PT.Perusahaan Gas Negara (Persero)

Lebih terperinci

INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN 1% 4 JENUH CO2

INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN 1% 4 JENUH CO2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegagalan yang terjadi pada suatu material bisa disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu penyebabnya adalah korosi. Korosi adalah suatu kerusakan yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil BAB II LANDASAN TEORI II.1 Teori Dasar Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat atau bejana yang disusun untuk mengubah air menjadi uap dengan jalan pemanasan, dimana energi kimia diubah menjadi energi panas.

Lebih terperinci

Bab IV Analisis Perancangan Struktur GRP Pipeline Berdasarkan ISO 14692

Bab IV Analisis Perancangan Struktur GRP Pipeline Berdasarkan ISO 14692 Bab IV Analisis Perancangan Struktur GRP Pipeline Berdasarkan ISO 14692 4.1 Flowchart Perancangan GRP Pipeline Menurut ISO 14692-3 bagian 7.10 perancangan sistem perpipaan dengan menggunakan material komposit

Lebih terperinci

Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline

Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline Sidang Tugas Akhir Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline HARIONO NRP. 4309 100 103 Dosen Pembimbing : 1. Dr. Ir. Handayanu, M.Sc 2. Yoyok Setyo H.,ST.MT.PhD

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pipa penyalur (pipeline) merupakan sarana yang banyak digunakan untuk mentransmisikan fluida pada industri minyak dan gas (migas). Penggunaannya cukup beragam, antara

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR Perencanaan Modifikasi Evaporator

BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR Perencanaan Modifikasi Evaporator BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR 3.1. Perencanaan Modifikasi Evaporator Pertumbuhan pertumbuhan tube ice mengharuskan diciptakannya sistem produksi tube ice dengan kapasitas produksi yang lebih besar, untuk

Lebih terperinci

UJIAN P3 TUGAS AKHIR 20 JULI 2010

UJIAN P3 TUGAS AKHIR 20 JULI 2010 UJIAN P3 TUGAS AKHIR 20 JULI 2010 ANALISA RISIKO TERHADAP PIPA GAS BAWAH LAUT KODECO AKIBAT SCOURING SEDIMEN DASAR LAUT OLEH : REZHA RUBBYANTO 4306.100.026 DOSEN PEMBIMBING : 1. Dr. Ir. Wahyudi, M. Sc

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI II. 1 PROSES PENGOLAHAN MIGAS

BAB II DASAR TEORI II. 1 PROSES PENGOLAHAN MIGAS BAB II DASAR TEORI II. 1 PROSES PENGOLAHAN MIGAS Minyak dan gas alam yang akan diolah diambil dari dalam tanah dengan menggunakan sumur-sumur pompa, baik di darat (onshore) maupun lepas pantai (offshore).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cooling tower system merupakan sarana sirkulasi air pendingin yang

BAB I PENDAHULUAN. Cooling tower system merupakan sarana sirkulasi air pendingin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cooling tower system merupakan sarana sirkulasi air pendingin yang sangat berperan dalam berbagai industri. Air pendingin dalam cooling tower system didistribusikan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.1. Perhitungan Ketebalan Pipa (Thickness) Penentuan ketebalan pipa (thickness) adalah suatu proses dimana akan ditentukan schedule pipa yang akan digunakan. Diameter pipa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Perhitungan Ketebalan Minimum ( Minimum Wall Thickess) Dari persamaan 2.13 perhitungan ketebalan minimum dapat dihitung dan persamaan 2.15 dan 2.16 untuk pipa bending

Lebih terperinci

ANALISIS DESAIN SACRIFICIAL ANODE CATHODIC PROTECTION PADA JARINGAN PIPA BAWAH LAUT

ANALISIS DESAIN SACRIFICIAL ANODE CATHODIC PROTECTION PADA JARINGAN PIPA BAWAH LAUT ANALISIS DESAIN SACRIFICIAL ANODE CATHODIC PROTECTION PADA JARINGAN PIPA BAWAH LAUT Fajar Alam Hudi 1 dan Rildova, Ph.D 2 Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada jaman sekarang minyak masih menjadi kebutuhan bahan bakar yang utama bagi manusia. Minyak sangat penting untuk menggerakkan kehidupan dan roda perekonomian.

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PELAKSANAAN Kerja praktek dilaksanakan pada tanggal 01 Februari 28 februari 2017 pada unit boiler PPSDM MIGAS Cepu Kabupaten Blora, Jawa tengah. 4.1.1 Tahapan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, minyak bumi masih memegang peranan penting bagi perekonomian indonesia, baik sebagai penghasil devisa maupun sebagai pemasok kebutuhan masyarakat dalam negeri.

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Firman Nurrakhmad NRP Pembimbing : Totok Ruki Biyanto, PhD. NIP

Disusun Oleh : Firman Nurrakhmad NRP Pembimbing : Totok Ruki Biyanto, PhD. NIP Disusun Oleh : Firman Nurrakhmad NRP. 2411 105 002 Pembimbing : Totok Ruki Biyanto, PhD. NIP. 1971070219988021001 LATAR BELAKANG Kegagalan dalam pengoperasian yang berdampak pada lingkungan sekitar Pengoperasian

Lebih terperinci

Bab III Penilaian Kondisi

Bab III Penilaian Kondisi Bab III Penilaian Kondisi 3.1. Latar Belakang Penggunaan Penilaian Kondisi 3.1.1. Pengertian Penilaian Kondisi Penilaian Kondisi merupakan suatu metode penilaian terhadap suatu obyek yang berdasarkan pada

Lebih terperinci

Proses Desain dan Perancangan Bejana Tekan Jenis Torispherical Head Cylindrical Vessel di PT. Asia Karsa Indah.

Proses Desain dan Perancangan Bejana Tekan Jenis Torispherical Head Cylindrical Vessel di PT. Asia Karsa Indah. Proses Desain dan Perancangan Bejana Tekan Jenis Torispherical Head Cylindrical Vessel di PT. Asia Karsa Indah. Dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat, telah diciptakan suatu alat yang bisa menampung,

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra 3.3 KOROSI Korosi dapat didefinisikan sebagai perusakan secara bertahap atau kehancuran atau memburuknya suatu logam yang disebabkan oleh reaksi kimia

Lebih terperinci

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR 27 BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR 4.1 Pemilihan Sistem Pemanasan Air Terdapat beberapa alternatif sistem pemanasan air yang dapat dilakukan, seperti yang telah dijelaskan dalam subbab 2.2.1 mengenai

Lebih terperinci

4.1 ANALISA PENGUJIAN KEKERASAN MATERIAL

4.1 ANALISA PENGUJIAN KEKERASAN MATERIAL xxxiii BAB IV ANALISA 4.1 ANALISA PENGUJIAN KEKERASAN MATERIAL Dari pengujian kekerasan material dapat disimpulkan bahwa nilai kekerasan material master block, wing valve dan loop spool berada dalam rentang

Lebih terperinci

STUDI PARAMETER PENGARUH TEMPERATUR, KEDALAMAN TANAH, DAN TIPE TANAH TERHADAP TERJADINYA UPHEAVAL BUCKLING PADA BURRIED OFFSHORE PIPELINE

STUDI PARAMETER PENGARUH TEMPERATUR, KEDALAMAN TANAH, DAN TIPE TANAH TERHADAP TERJADINYA UPHEAVAL BUCKLING PADA BURRIED OFFSHORE PIPELINE 1 STUDI PARAMETER PENGARUH TEMPERATUR, KEDALAMAN TANAH, DAN TIPE TANAH TERHADAP TERJADINYA UPHEAVAL BUCKLING PADA BURRIED OFFSHORE PIPELINE Saiful Rizal 1), Yoyok S. Hadiwidodo. 2), dan Joswan J. Soedjono

Lebih terperinci

BAB 4 DATA HASIL PENGUJIAN

BAB 4 DATA HASIL PENGUJIAN 30 BAB 4 DATA HASIL PENGUJIAN Data data hasil penelitian mencakup semua data yang dibutuhkan untuk penentuan laju korosi dari metode metode yang digunakan (kupon, software, dan metal loss). Pengambilan

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan pustaka

BAB II Tinjauan pustaka BAB II Tinjauan pustaka II.1 Tinjauan Umum Korosi Korosi merupakan suatu proses degradasi (perusakan atau penurunan kualitas) material akibat interaksi dengan lingkungannya. Bentuk-bentuk kerusakan pada

Lebih terperinci

ANALISIS MID-POINT TIE-IN PADA PIPA BAWAH LAUT

ANALISIS MID-POINT TIE-IN PADA PIPA BAWAH LAUT ANALISIS MID-POINT TIE-IN PADA PIPA BAWAH LAUT Mulyadi Maslan Hamzah (mmhamzah@gmail.com) Program Studi Magister Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Jl Ganesha

Lebih terperinci

RISK ASSESSMENT OF SUBSEA GAS PIPELINE PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk.

RISK ASSESSMENT OF SUBSEA GAS PIPELINE PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. RISK ASSESSMENT OF SUBSEA GAS PIPELINE PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk. Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Oleh : Ilham Khoirul

Lebih terperinci

FULL DEVELOPMENT OF PIPELINE NETWORKING AT X FIELD

FULL DEVELOPMENT OF PIPELINE NETWORKING AT X FIELD Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 1 ISSN (E) : 2540-7589 FULL DEVELOPMENT OF PIPELINE NETWORKING AT X FIELD Fazri Apip Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Kebumian

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing: 1. Ir. Imam Rochani, M.Sc. 2. Ir. Handayanu, M.Sc., Ph.D.

Dosen Pembimbing: 1. Ir. Imam Rochani, M.Sc. 2. Ir. Handayanu, M.Sc., Ph.D. Sidang Tugas Akhir (P3) Surabaya, 7 Agustus 2014 PERANCANGAN RISER DAN EXPANSION SPOOL PIPA BAWAH LAUT: STUDI KASUS KILO FIELD PT. PERTAMINA HULU ENERGI OFFSHORE NORTHWEST JAVA Oleh: Hidayat Wusta Lesmana

Lebih terperinci

QUANTITATIVE RISK ASSESSMENT UNTUK EQUIPMENT DALAM GAS PROCESSING UNIT DI TOPSIDE OFFSHORE PLATFORM

QUANTITATIVE RISK ASSESSMENT UNTUK EQUIPMENT DALAM GAS PROCESSING UNIT DI TOPSIDE OFFSHORE PLATFORM QUANTITATIVE RISK ASSESSMENT UNTUK EQUIPMENT DALAM GAS PROCESSING UNIT DI TOPSIDE OFFSHORE PLATFORM TUGAS SARJANA Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh Reza Hadyansyah

Lebih terperinci

ANALISIS KEGAGALAN AKIBAT KOROSI DAN KERETAKAN PADA PIPA ALIRAN GAS ALAM DI NEB#12 PETROCHINA INTERNATIONAL JABUNG LTD

ANALISIS KEGAGALAN AKIBAT KOROSI DAN KERETAKAN PADA PIPA ALIRAN GAS ALAM DI NEB#12 PETROCHINA INTERNATIONAL JABUNG LTD ANALISIS KEGAGALAN AKIBAT KOROSI DAN KERETAKAN PADA PIPA ALIRAN GAS ALAM DI NEB#12 PETROCHINA INTERNATIONAL JABUNG LTD Nama Mahasiswa : B A S U K I NRP : 2702 100 017 Jurusan : Teknik Material FTI-ITS

Lebih terperinci

KEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL

KEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL KEKUATAN MATERIAL Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL Kompetensi Dasar Mahasiswa memahami sifat-sifat material Mahasiswa memahami proses uji tarik Mahasiswa mampu melakukan

Lebih terperinci

Bab III Data Perancangan GRP Pipeline

Bab III Data Perancangan GRP Pipeline Bab III Data Perancangan GRP Pipeline 3.2 Sistem Perpipaan Sistem perpipaan yang dirancang sebagai studi kasus pada tugas akhir ini adalah sistem perpipaan penyalur fluida cair yaitu crude dan well fluid

Lebih terperinci

Studi Pemanfaatan Condensate Outlet Steam Trap Sebagai Air Umpan Boiler di Pabrik Amoniak Pusri-IB

Studi Pemanfaatan Condensate Outlet Steam Trap Sebagai Air Umpan Boiler di Pabrik Amoniak Pusri-IB 20 Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 7, No. 1, 2013 Studi Pemanfaatan Condensate Outlet Steam Trap Sebagai Air Umpan Boiler di Pabrik Amoniak Pusri-IB Alfa Widyawan* dan Ferlyn Fachlevie PT. Pupuk Sriwidjaja

Lebih terperinci

PENGARUH ph LARUTAN NaCl DENGAN INHIBITOR ASAM ASKORBAT 200 ppm DAN PELAPISAN CAT EPOXY TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON RENDAH

PENGARUH ph LARUTAN NaCl DENGAN INHIBITOR ASAM ASKORBAT 200 ppm DAN PELAPISAN CAT EPOXY TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON RENDAH PENGARUH ph LARUTAN NaCl DENGAN INHIBITOR ASAM ASKORBAT 200 ppm DAN PELAPISAN CAT EPOXY TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON RENDAH SKRIPSI Oleh : FAJAR PRATOMO K2509023 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir. Saudah Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA

Laporan Tugas Akhir. Saudah Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA Laporan Tugas Akhir PENGARUH KONSENTRASI INHIBITOR ORGANIK SARANG SEMUT TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON API 5L GRADE B DI LINGKUNGAN HCL 0.5M DAN H 2 SO 4 Saudah 2710100113 Dosen Pembimbing Prof. Dr.

Lebih terperinci

Existing : 790 psig Future : 1720 psig. Gambar 1 : Layout sistem perpipaan yang akan dinaikkan tekanannya

Existing : 790 psig Future : 1720 psig. Gambar 1 : Layout sistem perpipaan yang akan dinaikkan tekanannya 1. PENDAHULUAN Jika ditemukan sumber gas yang baru, maka perlu dipertimbangkan pula untuk mengalirkannya melalui sistem perpipaan yang telah ada. Hal ini dilakukan untuk menghemat biaya pengadaan sistem

Lebih terperinci

Boundary condition yang digunakan untuk proses simulasi adalah sebagai berikut :

Boundary condition yang digunakan untuk proses simulasi adalah sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil dari simulasi penelitian fluktuasi tekanan pada kondensasi Steam pada pipa konsentrik dengan pendinginan searah pada ruang anulus dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam tugas akhir ini akan dilakukan perancangan bejana tekan vertikal dan simulasi pembebanan eksentrik pada nozzle dengan studi kasus pada separator kluster 4 Fluid

Lebih terperinci