Hary Hermawan, GEOWISATA : Perencanaan Pariwisata Berbasis Konsevasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Hary Hermawan, GEOWISATA : Perencanaan Pariwisata Berbasis Konsevasi"

Transkripsi

1 1

2 PENGANTAR Pariwisata belum lama diresmikan menjadi ilmu mandiri. Oleh karena itu buku-buku yang membahas mengenai ilmu pariwisata yang tersedia saat ini masih sangat minim. Sehingga, mahasiswa yang ingin mendalami ilmu pariwisata saat ini masih banyak bergantung pada karyakarya ilmuan luar negeri. Kontradisksi bahwa karakteristik pariwisata sebagai ilmu sosial tidak dapat berlaku universal membuat beberapa teoriteori kepariwisata yang dirumuskan cendikiawan asing terkadang tidak dapat diaplikasikan di Indonesia karena perbedaan nilai-nilai sosial budaya. Modul kuliah geowisata ini merupakan karya yang diperuntukan bagi mahasiswa yang ingin mendalami ilmu pariwisata. Modul ini disusun berdasarkan teori-teori hasil riset para ahli, yang tentunya mengandung prinsip-prinsip dan nilai yang sudah sesuai untuk diaplikasikan di masyarakat kita. Tentunya karya ini masih jauh dari sempurna oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun demi perbaikan materi sangat diharapkan, dapat disampaikan melalui alamat atau website di Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak, serta para peneliti yang hasil karyanya saya kutip hingga terselesainya karya ini. Bandung, 04 Oktober 2017 Penulis Hary Hermawan i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II MENGENAL ILMU GEOLOGI... 4 A. Ruang Lingkup Geologi... 4 B. Sejarah Terbentunya Bumi... 7 C. Jenis-Jenis Bantuan D. Struktur Geologi dan Stratifigrafi BAB III KONSEP ILMU PARIWISATA A. Konsep Pariwisata B. Wisatawan C. Jenis dan Pola Kunjungan Wisata D. Para Pelaku Paiwisata BAB IV PERENCANAAN GEOWISATA A. Mengenal Geowisata B. Kriteria Daya Tarik Wisata Geologi C. Geowisata sebagai Daya Tarik Wisata Minat Khusus. 54 D. Prinsip-prinsip Geowisata E. Peranan Intepreter dalam Geowisata BAB V MENGELOLA DAMPAK PARIWISATA DAFTAR PUSTAKA PROFIL PENULIS ii

4 BAB I PENDAHULUAN Kegiatan kepariwisataan memang banyak terkait dengan alam, terutama yang berkaitan dengan pengembangan atraksi wisata. Semuanya erat hubunganya dengan masalah lingkungan yang alami yang tidak terlepas dengan yang bernuansa geologi, khususnya juga terkait dengan daya dukung lingkungan. Daya dukung lingkuungan erat kaitanya juga dengan ekosistem, dan keduanya merupakan satu jaringan sistem yang saling terkait (interdependensi) dengan hukum alam, membentuk tempat manusia bermukim serta membentuk suatu tata alam tempat manusia bermasyarakat. Dalam masyarakat inilah manusia kemudian mampu mengambangkan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya. Dengan dukungan sosial ekonomi yang mantap maka budaya manusia dapat menciptakan berbagai macam tata binaan yang mau tidak mau mengacu matra ruang, waktu dan ilmu pengetahuan/ teknologi. Berdasarkan konsep diatas, maka setiap destinasi wisata, baik alam, budaya maupun minat khusus pada hakikatnya merupakan pariwisata ekologi. Sementara itu, ekologi merupakan panduan ilmu 1

5 pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial dengan disiplin ilmu pengetahuan geologi yang paling kuat pengaruhnya (Ahman Sya, 2012). Indosesia sendiri merupakan Negara yang sangat luas serta memiliki bentang alam yang sangat indah, berbagai bentukan alam khas geologi seperti kawah gunung api, sungai dan air terjunya, pegunungan kapur (kars) dengan jaringan goa di bawahnya, pantai dengan berbagai keunikanya semua dimiliki Negara Indonesia sebagai sebuah anugerah potensi wisata geologi yang sangat melimpah. Tetapi, perlu diketahui bahwa tidak semua daya tarik wisata alam cocok dengan pola pengembangan wisata masal, yaitu pariwisata yang berusaha mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya. Karena tinggi rendahnya daya dukung lingkungan akan sangat tergantung pada topografi medan dan bertumpu pada tata geologinya. Seperti telah disinggung diatas bahwa budaya manusia bersumber pada hukum alam dan bermuara pada kinerja binaanya yang keseluruhanya tidak lepas dari pengaruh sifat dan gejala alam yang ada di bumi, maka disiplin ilmu pengetahuan geologi sebagai sumber daya kepariwisataan perlu sekali digunakan untuk menghasilkan daya tarik wisata geologi yang berkelanjutan. Daya tarik wisata berkelanjutan dapat tercipta dengan pengelolaan yang bijak yang sesuai dengan daya dukung lingkunganya yang dapat digali menurut ilmu geologi pariwisata dan manajemen pariwisata yang baik. Oleh karena itu buku ini saya sajikan sebagai upaya 2

6 pengenalan geologi pariwisata atau sering dikenal dengan geowisata, termasuk pendekatan dalam pengelolaan keariwisataanya. 3

7 BAB II MENGENAL ILMU GEOLOGI A. Ruang Lingkup Geologi Geologi merupakan ilmu pengetahuan yang berfokus untuk memperlajari materi penyusun kerak bumi, proses berlangsungnya (sebelum, selama dan setelah) pembentukanya beserta segala bentuk mahluk hidup yang pernah ada atau hidup di sekitarnya. Pada saat ini ilmu geologi modern terbagi menjadi dua bagian yang saling berhubungan erat yaitu dinamic geology dan historycal geology, bahkan juga dianggap sebagai dua macam ilmu yang berbeda/ terpisah. 1. Dinamic Geology (Physical Geology), yaitu ilmu geologi yang mempelajari sebab-sebab atau proses-proses yang berhubungan dengan perubahan bumi atau dinamika bumi. 2. Historycal Geology, yaitu ilmu geologi yang mempelajari perubahan-perubahan pada lapisan-lapisan bumi khususnya kerak bumi dari masa ke masa, dan hubungan antara perkembangan dunia organik dengan lapisan kulit (kerak) bumi. Tetapi disini ditekankan bahwa ilmu geologi yang dipelajari memiliki objek dari permukaan bumi ke bawah, sedangkan 4

8 bumi kita ini seutuhnya memiliki lapisan-lapisan, antara lain: 1. Lithosfer = lapisan batuan yang menyusun bumi 2. Hidrosfer = lapisan air 3. Biosfer = lapisan tempat hidup organisme. 4. Atmosfer = lapisan udara. Ilmu geologi mempunyai ruang lingkup yang luas, didalamnya terdapat kajian-kajian yang kemudian berkembang menjadi ilmu yang berdiri sendiri walaupun pada praktek sebenarnya tidak dapat dipisahkan dan saling menunjang satu sama lainnya. 1. Mineralogi Adalah ilmu yang mempelajari tentang mineral, cara mendeskripsi suatu mineral secara megaskopis (melalui sifat fisiknya, seperti belahan, goresan, kilap dll) dan menentukan nama mineral dari hasil deskripsi tersebut. 2. Petrologi Adalah ilmu tentang batuan yang meliputi asal mula kejadiannya (proses terbentuknya batuan tersebut), dan menjelaskan pula tentang lingkungan pembentukannya, serta penyebarannya baik di permukaan maupun di dalam bumi. 3. Paleontologi Adalah ilmu tentang segala aspek kehidupan jaman dahulu, yaitu berupa fosil (baik makro maupun mikro) 5

9 yang ditemukan dalam batuan. Paleontologi dapat digunakan untuk membantu dalam menentukan umur relatif dan lingkungan pengendapan serta menjelaskan perubahan-perubahan geologi sepanjang sejarah bumi 4. Geologi Struktur Adalah ilmu tentang bentuk dan geometri batuan sebagai kesatuan penyusun kulit (kerak) bumi serta proses-proses yang menyebabkan bentuk dan geometri tersebut. 5. Geomorfologi Adalah ilmu tentang bentuk bentang alam dan prosesproses yang mempengaruhinya. Ilmu ini dapat membantu menentukan struktur geologi dan jenis batuan yang berkembang pada suatu daerah. 6. Stratigrafi Adalah ilmu tentang urut-urutan perlapisan batuan, pemeriannya dan proses-proses sepanjang sejarah pembentukan perlapisan batuan tersebut. 7. Geologi Terapan Yaitu penerapan ilmu geologi untuk kepentingan manusia pada bidang tertentu, misalnya : geologi pertambangan, geologi batubara, geologi minyak dan juga geologi pariwisata (geowisata). 6

10 B. Sejarah Terbentuknya Bumi Bumi yang saat ini kita diami telah terbentuk sejak beberpa milyar tahun yang lalu, memperlajari sejarah pembentukan bumi dijelaskan menjadi beberapa periode masa sebegai berikut : 1. Masa Arkeozoikum (4,5 2,5 milyar tahun lalu) Arkeozpoikum artinya Masa Kehidupan Purba, Masa Arkeozoikum (Arkean) merupakan masa awal pembentukan batuan kerak bumi yang kemudian berkembang menjadi protokontinen. Batuan masa ini ditemukan di beberapa bagian dunia yang lazim disebut kraton/perisai benua. Kerak bumi terbentuk setelah pendinginan bagian tepi dari balon bumi (bakal calon bumi). Plate tectonic / Lempeng tektonik yang terbentuk pada masa ini. Lingkungan hidup mas itu tentunya mirip dengan lingkungan disekitar mata-air panas. Batuan tertua tercatat berumur kira-kira tahun. Masa ini juga merupakan awal terbentuknya Indrosfer dan Atmosfer serta awal muncul kehidupan primitif di dalam samudera berupa mikroorganisma (bakteri dan ganggang). Fosil tertua yang telah ditemukan adalah fosil Stromatolit dan Cyanobacteria dengan umur kira-kira tahun. 7

11 2. Masa Proterozoikum (2,5 milyar 290 juta tahun lalu) Proterozoikum artinya masa kehidupan awal. Masa Proterozoikum merupakan awal terbentuknya hidrosfer dan atmosfer. Pada masa ini kehidupan mulai berkembang dari organisme bersel tunggal menjadi bersel banyak (enkaryotes dan prokaryotes). Enkaryotes ini akan menjadi tumbuhan dan prokaryotes nantinya akan menjadi binatang. Menjelang akhir masa ini organisme lebih kompleks, jenis invertebrata bertubuh lunak seperti ubur-ubur, cacing dan koral mulai muncul di laut-laut dangkal, yang bukti-buktinya dijumpai sebagai fosil sejati pertama. Masa Arkeozoikum dan Proterozoikum bersama-sama dikenal sebagai masa Pra-Kambrium. 3. Zaman Kambrium ( juta tahun lalu) Kambrium berasal dari kata Cambria nama latin untuk daerah Wales di Inggeris sana, dimana batuan berumur kambrium pertama kali dipelajari. Banyak hewan invertebrata mulai muncul pada zaman Kambrium. Hampir seluruh kehidupan berada di lautan. Hewan zaman ini mempunyai kerangka luar dan cangkang sebagai pelindung. Fosil yang umum dijumpai dan penyebarannya luas adalah, Alga, Cacing, Sepon, Koral, Moluska, Ekinodermata, Brakiopoda dan 8

12 Artropoda (Trilobit). Sebuah daratan yang disebut Gondwana (sebelumnya pannotia) merupakan cikal bakal Antartika, Afrika, India, Australia, sebagian Asia dan Amerika Selatan. Sedangkan Eropa, Amerika Utara, dan Tanah Hijau masih berupa benua-benua kecil yang terpisah. 4. Zaman Ordovisium ( juta tahun lalu) Zaman Ordovisium dicirikan oleh munculnya ikan tanpa rahang (hewan bertulang belakang paling tua) dan beberapa hewan bertulang belakang yang muncul pertama kali seperti Tetrakoral, Graptolit, Ekinoid (Landak Laut), Asteroid (Bintang Laut), Krinoid (Lili Laut) dan Bryozona. Koral dan Alga berkembang membentuk karang, dimana trilobit dan Brakiopoda mencari mangsa. Graptolit dan Trilobit melimpah, sedangkan Ekinodermata dan Brakiopoda mulai menyebar. Meluapnya Samudra dari Zaman Es merupakan bagian peristiwa dari zaman ini. Gondwana dan benua-benua lainnya mulai menutup celah samudera yang berada di antaranya. 5. Zaman Silur ( juta tahun lalu) Zaman silur merupakan waktu peralihan kehidupan dari air ke darat. Tumbuhan darat mulai muncul pertama kalinya termasuk Pteridofita (tumbuhan paku). Sedangkan Kalajengking 9

13 raksasa (Eurypterid) hidup berburu di dalam laut. Ikan berahang mulai muncul pada zaman ini dan banyak ikan mempunyai perisai tulang sebagai pelindung. Selama zaman Silur, deretan pegunungan mulai terbentuk melintasi Skandinavia, Skotlandia dan Pantai Amerika Utara 6. Zaman Devon ( juta tahun lalu) Zaman Devon merupakan zaman perkembangan besarbesaran jenis ikan dan tumbuhan darat. Ikan berahang dan ikan hiu semakin aktif sebagai pemangsa di dalam lautan. Serbuan ke daratan masih terus berlanjut selama zaman ini. Hewan Amfibi berkembang dan beranjak menuju daratan. Tumbuhan darat semakin umum dan muncul serangga untuk pertama kalinya. Samudera menyempit sementara, benua Gondwana menutupi Eropa, Amerika Utara dan Tanah Hijau (Green Land). 7. Zaman Karbon ( juta tahun lalu) Reptilia muncul pertama kalinya dan dapat meletakkan telurnya di luar air. Serangga raksasa muncul dan ampibi meningkat dalam jumlahnya. Pohon pertama muncul, jamur Klab, tumbuhan ferm dan paku ekor kuda tumbuh di rawa-rawa pembentuk batubara. Pada zaman ini benua-benua di muka bumi menyatu membentuk satu masa daratan yang disebut Pangea, mengalami perubahan lingkungan untuk 10

14 berbagai bentuk kehidupan. Di belahan bumi utara, iklim tropis menghasilkan secara besar-besaran, rawa-rawa yang berisi dan sekarang tersimpan sebagai batubara. 8. Zaman Perm ( juta tahun lalu) Perm adalah nama sebuah propinsi tua di dekat pegunungan Ural, Rusia. Reptilia meningkat dan serangga modern muncul, begitu juga tumbuhan konifer dan Grikgo primitif. Hewan Ampibi menjadi kurang begitu berperan. Zaman perm diakhiri dengan kepunahan micsa dalam skala besar, Tribolit, banyak koral dan ikan menjadi punah. Benua Pangea bergabung bersama dan bergerak sebagai satu massa daratan, Lapisan es menutup Amerika Selatan, Antartika, Australia dan Afrika, membendung air dan menurunkan muka air laut. Iklim yang kering dengan kondisi gurun pasir mulai terbentuk di bagian utara bumi. 9. Zaman Trias ( juta tahun lalu) Gastropoda dan Bivalvia meningkat jumlahnya, sementara amonit menjadi umum. Dinosaurus dan reptilia laut berukuran besar mulai muncul pertama kalinya selama zaman ini. Reptilia menyerupai mamalia pemakan daging yang disebut Cynodont mulai berkembang. Mamalia pertamapun mulai muncul saat 11

15 ini. Dan ada banyak jenis reptilia yang hidup di air, termasuk penyu dan kura-kura. Tumbuhan sikada mirip palem berkembang dan Konifer menyebar. Benua Pangea bergerak ke utara dan gurun terbentuk. Lembaran es di bagian selatan mencair dan celah-celah mulai terbentuk di Pangea. 10. Zaman Jura ( juta tahun lalu) Pada zaman ini, Amonit dan Belemnit sangat umum. Reptilia meningkat jumlahnya. Dinosaurus menguasai daratan, Ichtiyosaurus berburu di dalam lautan dan Pterosaurus merajai angkasa. Banyak dinosaurus tumbuh dalam ukuran yang luar biasa. Burung sejati pertama (Archeopterya) berevolusi dan banyak jenis buaya berkembang. Tumbuhan Konifer menjadi umum, sementara Bennefit dan Sequola melimpah pada waktu ini. Pangea terpecah dimana Amerika Utara memisahkan diri dari Afrika sedangkan Amerika Selatan melepaskan diri dari Antartika dan Australia. Zaman ini merupakan zaman yang paling menarik anak-anak setelah difilmkannya Jurrasic Park. 11. Zaman Kapur ( juta tahun lalu) Banyak dinosaurus raksasa dan reptilia terbang hidup pada zaman ini. Mamalia berari-ari muncul pertama kalinya. Pada akhir zaman ini Dinosaurus, Ichtiyosaurus, 12

16 Pterosaurus, Plesiosaurus, Amonit dan Belemnit punah. Mamalia dan tumbuhan berbunga mulai berkembang menjadi banyak bentuk yang berlainan. Iklim sedang mulai muncul. India terlepas jauh dari Afrika menuju Asia. zaman ini adalah zaman akhir dari kehidupan biantang-binatang raksasa. 12. Zaman Tersier (65 1,7 juta tahun lalu) Pada zaman tersier terjadi perkembangan jenis kehidupan seperti munculnya primata dan burung tak bergigi berukuran besar yang menyerupai burung unta, sedangkan fauna laut sepert ikan, moluska dan echinodermata sangat mirip dengan fauna laut yang hidup sekarang. Tumbuhan berbunga pada zaman Tersier terus berevolusi menghasilkan banyak variasi tumbuhan, seperti semak belukar, tumbuhan merambat dan rumput. Pada zaman Tersier Kuarter, pemunculan dan kepunahan hewan dan tumbuhan saling berganti seiring dengan perubahan cuaca secara global 13. Zaman Kuarter (1,7 juta tahun lalu sekarang) Zaman Kuarter terdiri dari kala Plistosen dan Kala Holosen. Kala Plistosen mulai sekitar 1,8 juta tahun yang lalu dan berakhir pada tahun yang lalu. Kemudian diikuti oleh Kala Holosen yang berlangsung sampai sekarang. Pada Kala Plistosen paling sedikit terjadi 5 kali jaman es 13

17 (jaman glasial). Pada jaman glasial sebagian besar Eropa, Amerika utara dan Asia bagian utara ditutupi es, begitu pula Pegunungan Alpen, Pegunungan Cherpatia dan Pegunungan Himalaya Di antara 4 jaman es ini terdapat jaman Intra Glasial, dimana iklim bumi lebih hangat. Manusia purba jawa (Homo erectus yang dulu disebut Pithecanthropus erectus) muncul pada Kala Plistosen. Manusia Modern yang mempunyai peradaban baru muncul pada Kala Holosen. Flora dan fauna yang hidup pada Kala Plistosen sangat mirip dengan flora dan fauna yang hidup sekarang. C. Jenis-Jenis Batuan 1. Batuan Beku Batuan beku merupakan jenis batuan yang terbentuk karena pembentukan magma dan lava yang membeku. Magma adalah batuan cair dan sangat panas yang berada di dalam kerak bumi/perut bumi. Sedangkan lava adalah magma yang mencapai permukaan bumi. Jenis-jenis bakuan beku diantaranya : a. Batu Apung Batu apung memiliki ciri khas warna keabu-abuan, berpori-pori, bergelembung, ringan, terapung dalam air. Batu apung terbentuk dari pendinginan magma 14

18 yang bergelembung-gelembung gas. Pemanfaatan batu apung sehari-hari untuk mengamplas atau menghaluskan kayu, di bidang industri digunakan sebagai bahan pengisi (filler), isolator temperatur tinggi dan lain-lain. b. Batu Obsidian Batu obsidian memiliki ciri khas warna hitam, seperti kaca, tidak ada kristal-kristal. Batu obsidian terbentuk dari lava permukaan yang mendingin dengan cepat. Batu obsidian sering dimanfaatkan untuk alat pemotong atau ujung tombak (pada masa purbakala) dan bisa dijadikan kerajinan 15

19 c. Batu Granit Batu ini memiliki ciri khas warna beraneka macam terdiri atas kristal-kristal kasar, warna putih sampai abu-abu, kadang-kadang jingga, Batuan ini banyak di temukan di daerah pinggiran pantai dan di pinggiran sungai besar ataupun di dasar sungai. Terbentuk dari proses pendinginan magma yang terjadi dengan lambat di bawah permukaan bumi. Batu Granit banyak dimanfaatkan untuk benda-benda kerajinan, hiasan dan sebagainya. d. Batu Andesit Ciri khas batuan andesit adalah bertekstur halus, berwarna abu-abu hijau tetapi sering merah atau jingga. Batu andesit terbentuk oleh lelehan lava gunung merapi yang meletus, terbentuk (membeku) ketika temperatur lava yang meleleh turun antara 900 sampai dengan 1,100 derajat Celsius. Pemanfaatan batuan andesit biasanya sebagai bahan Nisan kuburan, 16

20 Cobek, Arca untuk hiasan, Batu utama pembuat candi-candi di Jawa Tengah seperti candi Prambanan, Borobudur dan lainya. e. Batu Diorit Batuan diorit memiliki ciri khas warna abu-abu bercampur putih, atau hitam bercampur putih. Batuan diorit terbentuk dari hasil peleburan lantai samudra. Batu diorit sering digunakan sebagai batu ornamen dinding maupun lantai bangunan gedung dan sbg bahan bangunan (hiasan) f. Batu Gabro Ciri khas batu gabro memiliki warna hitam, hijau, dan abu-abu gelap. Struktur batuan ini adalah massive, tidak terdapat rongga atau lubang udara maupun retakan-retakan. Batuan ini memeiliki tekstur fanerik karena mineral-mineralnya dapat dilihat langsung secara kasat mata dan mineral yang besar 17

21 menunjukkan bahwa mineral tersebut terbentuk pada suhu pembekuan yang relatif lambat sehingga bentuk mineralnya besar-besar. Batuan gabro terbentuk dari magma yang membeku di dalam gunung. Kegunaan sering diunakan sebagai penghasil pelapis dinding ( sebagai marmer dinding ) g. Batu Liparit Ciri khas batu liparit yaitu bertekstur porfiris dan umumnya berwarna putih, mineral pembentuknya feldspar, kuarsa, biotit dan mungkin juga mineral berwarna gelap. 2. Batuan Endapan Batuan Endapan terbentuk karena pengendapan / hasil pelapukan dan pengikisan batuan yang dihanyutkan oleh air atau terbawa oleh tiupan angin. Kemudian, endapan ini menjadi keras karena tekanan atau ada zat-zat yang merekat pada bagian-bagian endapan tersebut. Jenis-jenis batuan endapan yang biasanya dikenal adalah sebagai berikut : a. Batu Konglomerat Batu Konglomerat memiliki ciri khas yaitu material penyusun yang terdiri dari kerikil-kerikil bulat, batubatu dan pasir yang merekat satu sama lainnya. Batu konglomerat terbentuk dari bahan-bahan yang lepas 18

22 karena gaya beratnya menjadi terpadatkan dan terikat. Batu ini biasa digunkan untuk bahan bangunan. b. Batu Pasir Batu pasir tersusun dari butiran-butiran pasir, warna abu-abu, kuning, merah. Batu pasir terbentuk dari bahan-bahan yang lepas karena gaya beratnya menjadi terpadatkan dan terikat. Batu pasir sering digunakan sebagai material di dalam pembuatan gelas/kaca dan sebagai kontruksi bangunan. c. Batu kapur Batu kapur berwarna putih keabu-abuan, membentuk gas karbon dioksida kalau ditetesi asam. Batu kapur terbentuk dari cangkang binatang lunak seperti siput, kerang, dan binatang laut yang telah mati. Rangkanya yang terbuat dari kapur tidak akan musnah, tapi memadat dan membentuk batu kapur. Batu kapur sering dimanfaatkan sebagai bahan baku semen, alat tulis dan sebagainya. 3. Batu Malihan atau metamorf Batu Malihan terbentuk dari batuan yang berasal dari batuan sedimen dan batuan beku yang mengalami perubahan karena panas dan tekanan. Contoh dari batu malihan diantaranya adalah : 19

23 a. Batu marmer Batu marmer memiliki campuran warna berbedabeda, mempunyai pita-pita warna, kristal-kristalnya sedang sampai kasar, bila ditetesi asam akan mengeluarkan bunyi mendesah, keras dan mengkilap jika dipoles. Batu marmer terbemtuk oleh batu kapur yang mengalami perubahan suhu dan tekanan tinggi. Batu marmer biasa digunakan untuk membuat patung dan lantai/ubin b. Batu sabak Memiliki ciri khas warna abu-abu kehijau-hijauan dan hitam, dapat dibelah-belah menjadi lempeng-lempeng tipis. Batu sabak terbentuk bila batu serpih kena suhu dan tekanan tinggi. Pemanfaatan pada batu sabak adalah dijadikan sbg kerajinan, sbg batu tulis, sbg bahan bangunan, dan untuk membuat atap rumah (semacam genting). 20

24 D. Struktur Geologi dan Stratigrafi 1. Struktur geologi Struktur geologi merupakan bangunan alam nonhayati baik di bawah maupun diatas permukaan bumi yang dibangun oleh tenaga yang bekerja di dalam dan diatas permukaan bumi. Tenaga yang berkerja di bawah permukaan bumi disebut endogen, sedang yang bekerja diatas permukaan bumi disebut eksogen (Ahman Sya, 2012). Bangunan semacam ini dapat terjadi disebabkan oleh pergerakan magma yang masuk kedalam kerak bumi dan jika membeku berubah menjadi batuan beku membentuk bangunan non hayati yang unik, seperti teras gunung api, aliran lava yang membeku, atau lainya. Penampilan yang unik dari struktur geologi inilah yang menarik dalam kegiatan wisata sebagai daya tarik, yang lebih baik lagi jika dikemas dengan menceritakan (interprestasi) sejarah keterjadianya, fungsi fisik dan non fisiknya dalam memenuhi hajat hidup masyarakat disekitarnya dan lain sebagainya. 2. Stratifigrafi Stratifigrafi merupakan ilmu yang memperlajari masalah lapisan batuan degan segala macam jenis batuan, struktur, sifat dan gejala yang ditimbulkan berdasarkan gambaran perlapisanya (Ahman Sya, 2012). 21

25 Keindahan stratifigrafi mampu menjadi daya tarik wisata yang unik terutama yang ada di tebing sungai yang dapat dilayari atau di tebing jalan raya yang dapat dilintasi kendaraan. Salah satu stratifigrafi yang indah dan terkenal di Indonesia adalah Grand Canyon atau Cukang Taneuh di Pangandaran. 3. Topografi Secara ilmu geologi topografi dibentuk oleh tenaga endogen dan eksogen dan oleh karena itu topografi selalu berubah, contohnya : kubah magma berubah akibat letusan beru gunung berapi, sungai membentuk alur baru akibat banjir, gelombang laut merubah garis pantai, gempa menimbulkan gerakan tanah dan beberapa lainya. Ada juga topografi yang berubah akibat kegiatan manusia, misalnya penggundulan hutan yang berakibat lingsor, pembabatan hutan bakau yang menyebabkan pengikisan garis pantai dan sebagainya. Perubahan topografi ini dapat dipantau untuk menanggulangi dampak yang muncul. 22

26 BAB III KONSEP ILMU PARIWISATA A. Konsep Pariwisata Istilah pariwisata berasal dari bahasa sang sekerta yang terdiri dari 2 kata yaitu pari berarti keliling atau bersama dan kata wisata yang berarti perjalanan (I. Pitana, 2009). Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Jika dipandang dari dimensi akademis pariwisata didefinisikan sebagai studi yang mempelajari perjalanan manusia keluar dari lingkunganya, termasuk industry yang merespon kebutuhan manusia yang melakukan perjalanan. Lebih jauh lagi pariwisata mempelajari dampak yang ditimbulkan oleh pelaku perjalanan maupun industry terhadap lingkungan sosial budaya, ekonomi, maupun lingkungan fisik setempat. (Garter dalam Utama dan Mahadewi, 2012) Sedangkan jika dipandang dari dimensi sosial-budaya difinisi pariwisata adalah interaksi antar elemen lingkungan fisik, ekonomi, dan sosial budaya seperti yang dikemukakan Leiper dalam Utama dan Mahadewi (2012) sebagai berikut. 23

27 An open system of five interacting with broader environments; the human elemen; tourists; and an economic element, the tourist industry. H fve arranged in functional and spatial conection, interacting with phycal, technological, sosial, cultural, economic an political faktor. The dynamic element comprises person undertaking trave wich is to some extent, lisure-based and which involves a temporary stay away from home of at least one night. Jika melihat definisi pariwisata yang dikemukakan oleh para ahli maka akan ditemui banyaknya perbedaan, namun menurut I. Pitana (2009), meskipun ada variasi batasan, namun ada beberapa komponen pokok yang secara umum disepakati dalam batasan pariwisata (khususnya pariwisata internasional), yaitu sebagai berikut : 1. Traveler, adalah orang yang melakukan perjalanan antar dua atau lebih lokalitas 2. Visitor, adalah orang yang melakukan perjalanan ke daerah yang bukan merupakan tempat tinggalnya, kurang dari 12 bulan dengan tujuan perjalanan bukan untuk mencari nafkah, pendapatan atau penghidupan di tempat tujuan 3. Tourist, adalah bagian dari visitor yang menghabiskan waktu paling tidak satu malam (24 jam) di daerah yang dikunjungi. Semua difinisi tentang pariwisata yang dikemukakan selalu mengandung beberapa unsur pokok, yaitu : 24

28 1. Adanya unsur travel (perjalanan), yaitu pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lain 2. Adanya unsur tinggal sementara di tempat yang bukan merupakan tempat tinggal yang biasanya; dan 3. Tujuan utama dari pergerakan manusia tersebut bukan untuk mencari penghidupan atau pekerjaan di tempat tujuan (Richarson dan Fluker dalam Pitana dan Diarta, 2009). Sedangkan menurut ilmu sosiologi, Matheison dan Wall dalam I. G. Pitana & Gayatri (2005), mengatakan bahwa pariwisata mencakup tiga elemen utama, yaitu : 1. A dynamic element, yaitu travel ke suatu destinasi wisata 2. A static element, yaitu singgah di daerah tujuan 3. A consequential element, atau akibat dari dua hal diatas (khususnya pada masyarakat lokal), yang meliputi dampak ekonomi, sosial-budaya dan fisik dari adanya kontak dengan wisatawan Pengertian potensi wisata menurut Mariotti dalam Yoeti (2002), adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata, dan merupakan daya tarik sehingga wisatawan berminat mengunjungi tempat tersebut. Jadi yang dimaksud dengan potensi wisata adalah sesuatu yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata. Potensi wisata dibagi menjadi tiga macam, yaitu: potensi alam, potensi kebudayaan dan potensi manusia. 25

29 1. Potensi Alam Yang dimaksud dengan potensi alam adalah keadaan dan jenis flora dan fauna suatu daerah bentang alam suatu daerah, misalnya pantai, hutan, dll (keadaan fisik suatu daerah). Kelebihan dan keunikan yang dimiliki oleh alam jika dikembangkan dengan memperhatikan keadaan lingkungan sekitarnya niscaya akan menarik wisatawan untuk berkunjung ke daya tarik wisata tersebut. 2. Potensi Kebudayaan Yang dimaksud dengan potensi budaya adalah semua hasil cipta, rasa dan karsa manusia baik berupa adat istiadat, kerajinan tangan, kesenian, peninggalan bersejarah nenek moyang berupa bangunan, monument, dan lain sebagainya 3. Potensi Manusia Manusia juga memiliki potensi yang dapat digunakan sebagai daya tarik wisata, lewat pementasan tarian / pertunjukan dan pementasan seni budaya suatu daerah. Potensi manusia juga dapat menjadi sumber daya yang akan diturut sertakan dalam pengelolaan pariwisata. 26

30 B. Wisatawan Menurut Pitana & Diarta (2009), kata wisatawan (tourist) merujuk pada orang. Secara umum wisatawan menjadi subset atau bagian dari traveler atau visitor untuk dapat disebut wisatawan. Sedangkan pengertian wisatan yang lainya diungkapkan dengan patokan yang lebih lengkap misalnya pendapat Theobal dalam Pitana dan Diarta (2009), mengemukakan beberapa elemen yang dipakai sebagai patokan untuk menentukan apakah seseorang dapat dikatakan sebagai wisatawan atau tidak menurut standar internasional sebagai berikut: 1. Berdasarkan tujuan perjalanan (purpose trip). Wisatawan adalah orang yang melakukan selain untuk tujuan bisnis (leisure traveling) walaupun ada kalanya sebuah perjalanan bisnis juga dapat diikuti oleh kegiatan wisata (non-bisnis). 2. Jarak perjalanan dari tempat asal (distance traveled). Untuk tujuan statistik, ketika memperhitungkan jarak perjalanan wisata, beberapa Negara memakai jarak total ulang-alik (round trip) antara tempat tinggal dan tujuan wisata. Umumnya jarak yang dipakai bervariasi antara km (0-100 mil) tergantung ketentuan masing masing Negara. 3. Lama perjalanan (duration of strip). Umumnya definisi mengenai wisatawan mencakup perjalanan paling tidak satu malam (over ninght) di tempat yang menjadi tujuan perjalanan. Namun ada kalanya persyaratan ini 27

31 dikesampingkan pada kasus perjalanan wisata yang kurang dari 24 jam tetapi nyata-nyata berdampak pada kegiatan bisnis pariwisata, seperti restoran, atraksi wisata, hotel, dan sebagainya di daerah tujuan wisata. Devinisi periwisata memang tidak sama persis di antara para ahli, begitu jula yang terjadi di kalangan akademis maka berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan pengertian wisatawan sebagai seseorang yang melakukan perjalanan dari tempat asal ke tempat tujuan wisata dengan jarak dan waktu tertentu yang menimbulkan dampak positive bagi kegiatan bisnis pariwisata. 1. Klasifikasi wisatawan Cohen (1984) mengklasifikasikan wisatawan atas dasar tingkat familiarisasi dari daerah yang akan dikunjungi, serta tingkat pengorganisasian perjalanan wisatanya. Atas dasar ini Cohen menggolongkan wisatawan menjadi empat, yaitu : a. Drifter, yaitu wisatawan yang ingin mengunjungi daerah yang sama sekali belum diketahui, yang berpergian dalam jumlah kecil. b. Explorer, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan dengan mengatur perjalananya sendiri dan tidak mau mengikuti jalan-jalan wisata yang sudah umum melainkan mencari hal yang tidak umum. Wisatawan seperti ini bersedia memanfaatkan fasilitas 28

32 dengan standar lokal dan tingkat interaksinya dengan masyarakat lokal juga tinggi c. Individual Mass Tourist, yaitu wisatawan yang menyerahkan pengaturan perjalanannya kepada agen perjalanan, dan mengunjungi daerah tujuan wisata yang sudah terkenal. d. Organized-Mass Tourist, yaitu wisatawan yang hanya mau mengunjungi daerah tujuan wisata yang sudah dikenal, dengan fasilitas yang seperti yang dapat ditemuinya di tempat tinggalnya, dan perjalanannya selalu dipandu oleh pemandu wisata. Wisatawan seperti ini sangat terkukung oleh apa yang disebut environmental buble. 2. Alasan Orang Berwisata Menurut Krippendorf (2010), motivasi seseorang melakukan perjalanan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu faktor motivasi yang terbentuk karena adanya kebutuhan dan keinginan manusia yang dimulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan bersosial, kebutuhan prestis, kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan sosial dan kebutuhan aktualisasi diri lebih dominan memperngaruhi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata. Sedangkan faktor ektrinsik adalah motivasi yang 29

33 disebabkan oleh faktor eksternal seperti jenuh dengan rutinitas kerja, tekanan keluarga dan sosial serta lain-lain. Teori mengenai motivasi perjalanan wisata yang lain disampaikan oleh Richardson & Fluker (2004), yang menyatakan bahwa motivasi perjalanan wisata dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor pendorong (push) dan faktor penarik (pull) : a. Faktor pendorong Merupakan faktor internal dalam diri individu seseorang yang umumnya bersifat sosial psikologis seperti : melepas rutinitas, rasa bosan, berinteraksi dengan teman dan saudara, mencari kebersamaan, mencari sesuatu yang baru dan sebagainya. b. Faktor penarik Merupakan faktor eksternal yang melekat pada citra destinasi, antara lain faktor keindahan atraksi, lokasi yang mudah ditempuh, tersedianya sarana dan prasarana dan sebagainya. Sebenarnya motivasi berwisata tidak hanya dipengaruhi oleh satu kebutuhan saja tetapi merupakan perpaduan dari beberapa hirarki kebutuhan dan faktor secara ekstrinsik, faktor pendorong dan faktor penarik. Jadi motivasi seseorang dalam melakukan perjalanan wisata sangat beragam. 30

34 3. Interaksi Wisatawan dengan Masyarakat Lokal Wisatawan yang mengunjungi destinasi wisata antara lain didorong oleh keinginan untuk mengenal, mengetahui atau memperlajari daerah dan kebudayaan masyarakat lokal. Selama berada di daerah tujuan wisata, wisatawan pasti berinteraksi dengan masyarakat lokal, bukan saja dengan mereka yang secara langsung melayani kebutuhan wisatawan (karyawan hotel, pemandu wisata, karyawan restoran dan lain sebagainya) melainkan juga dengan masyarakat secara luas. Dalam karyanya, Plog (1972) dan Fridgen (1990) telah mengembangkan tipologi wisatawan yang dibedakan menurut minat dan pola kunjungan wisatanya menjadi 2 jenis wisatawan, yaitu allocentric dan psychocentric. Allocentric merupakan tipe wissatawan yang lebih menyukai tempattempat yang belum banyak diketahui atau dijangkau orang lain, kegiatan yang bersifat menantang/ petualangan serta lebih suka memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh masyarakat lokal. Sedangkan yang dimaksud wisatawan berkarakter psychocentric adalah wisatawan yang hanya mau mengunjungi destinasi wisata yang sudah memiliki fasilitas penunjang yang langkap, atau standar sesuai yang ada di daerah asalnya, wisatawan jenis ini lebih suka berwisata menggunakan jasa usaha perjalanan dengan program yang sudah pasti. Ada kemungkinan juga wisatawan berkarakter 31

35 antara allocentric dan psychocentric, atau dapat disebut midcentric. Interaksi dengan masyarakat luas akan lebih intensif jika jenis pariwisata yang dikembangkan adalah pariwisata budaya, karena kebudayaan melekat pada kehidupan masyarakat sehari-hari. Pada jenis pariwisata lain, seperti marine tourism, adventure toruism atau geotoruism interaksi dengan masyarakat lokal mungkin menjadi kurang intensif, karena daya tarik yang ditemui adalah alam dan benda mati (I. G. Pitana & Gayatri, 2005). Oleh karena itu, pengemasan aktifitas khususnya dalam geotourism dengan muatan edukasi menjadi sangat penting demi memperkaya pengalaman wisatawan. 4. Faktor Psikografis Wisatawan Cooper, dkk., (1993) mengatakan bahwa karakteristik wisatawan salah satunya berkaitan dengan pemilihan transportasi, bentuk kunjungan serta biaya rekreasi. Dengan demikian faktor psikografis atau karakteristik wisatawan dapat dikelompokan menurut kategori berikut: a. Motif berwisata Motif merupakan bentuk rencana kegiatan yang akan dilakukan wisatawan di destinasi misalnya senangsenang, jalan-jalan, belajar dan sebagainya 32

36 b. Bentuk kunjungan Kunjungan wisatawan dapat dilakukan dalam bentuk kunjungan besar secara masal, kelompok-kelompok kecil, atau berpasangan bahkan dilakukan sendirian. c. Lama tinggal Bull (1995) mengatakan bahwa lama tinggal menunjukan ketertarikan wisatawan terhadap produk wisata. Semakin lama wisatawan tinggal akan semakin besar pula dampak yang ditimbulkan bagi lingkungan dan kehidupan masyarakatnya lokalnya, baik terhadap ekonomi maupun sistem sosial-budayanya. Adapun dampak ini bisa berupa positif maupun dampak negatif. d. Aktifitas atau kegiatan berwisata Antara motif berwisata dengan kegiatan berwisata belum tentu sama, kecenderungan aktifitas yang hendak dilakukan tidak sama dengan motif berwisata merpakan hal yang wajar, apalagi suatu kawasan memiliki banyak atraksi yang ditawarkan. Semakin banyak wisatawan melakukan aktifitasnya akan semakin banyak watu serta uang yang dibelanjakan. e. Karakteristik sosial dan ekonomi wisatawan Menurut Wall dan Heath (1992) faktor sosial ekonomi dan demografi meliputi usia, daerah asal, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, status perkawinan. Adapun 33

37 karakter secara umum untuk wisatawan menurut Marpaung (2002) sebagai berikut : 1) Usia Usia muda cenderung memilih destinasi dalam bentuk petualangan, cenderung melakukan perjalanan sendiri, menginginkan fasilitas yang murah dan cenderung buruk dalam bertingkah laku. Sedangkan wisatawan dengan usia dewasa cenderung berkarakter sebaliknya. 2) Jenis Kelamin Wisatawan laki-laki cenderung lebih butuh pada perasaan cinta dan rasa menjadi bagian dalam kelompok sedangkan perempuan lebih tertarik untuk belanja, rumah makan dan cenderung mudah lelah. 3) Tingkat pendidikan Berhubungan dengan motif dalam berwisata. Bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan wisatawan maka tingkat keterlibatan wisatawan terhadap aktifitas berwisata semakin tinggi. 4) Tingkat penghasilan Tingkat penghasilan merupakan faktor yang mampu membentuk permintaan wisatawan terhadap kegiatan berwisata. 34

38 Dalam perencanaan geowisata perlu diperhatikan bagaimana wisatawan yang datang, apakah sesuai dalam artian cocok dengan motivasi dan karakteristik wisatawan. sebagai contoh geowisata dengan kegiatan panjat tebing dan tracking akan menjadi tidak sesuai jika menargetkan wisatawan yang ada sudah terlalu berumur. Wisata adventure akan lebih cocok bagi golongan wisatawan muda yang berkarakteristik drifter. C. Jenis dan Pola Kunjungan Wisata Ada berbagai macam bentuk perjalanan wisata ditinjau dari beberapa macam segi, yaitu : 4. Dari segi jumlahnya, wisata dibedakan atas : a. Individual Tour (wisatawan perorangan atau wisata minat khsusus) Individual tour adalah suatu perjalan yang dilakukan oleh satu dua orang dengan jumlah yang relatif sedikit. Wisata ini biasanya dilakukan dengan tujuan bukan hanya untuk bersenang- senang semata. Jenis wisata Individual Tour ini biasanya tidak menggunakan jasa travel agent dan diatur sendiri susunan kegiatan perjalanannya. Lama tinggal dalam suatu tempat tujuan wisata akan cenderung lebih lama, dan spending money nya pun juga cenderung lebih banyak. Interaksi yang dilakukan dengan masyarakat setempat biasanya lebih 35

39 intensif dan dilakukan secara langsung. Sehingga akan memberikan peluang yang lebih banyak untuk dapat memberikan kontribusi atau pengetahuan dan pendidikan bagi masyarakat ataupun lingkungan secara langsung. Biasanya hubungan sosial yang terjalin juga akan berjalan dengan baik antara wisatawan dengan masyarakat setempat. Untuk jenis Individual tour ini terdapat juga istilah Backpacker, dimana wisatawan melakukan perjalanan dengan jumlah orang yang sedikit dan tidak menggunakan jasa travel agent. Wisata ini tidak terlalu mementingkan kenyamanan yang akan didapatkan dalam melakukan perjalanan wisata, namun lebih cenderung untuk mendapatkan pengalaman yang jauh lebih menantang dengan biaya atau budget yang tidak terlalu tinggi. b. Family Group Tour (wisata keluarga) Family group tour merupakan suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh serombongan keluarga, yang masih mempunyai hubungan kekerabatan satu sama lain. Wisata ini biasanya dilakukan untuk melakukan liburan bersama keluarga, atau juga dapat dilakukan 36

40 dengan berkunjung atau bersilaturahmi ke tempat kerabat atau sanak saudara. Wisata keluarga sebenarnya tidak jauh berbeda dengan wisata massal atau Group Tour, karena wisata keluarga ini juga biasanya lebih menyukai destinasi yang cenderung terkenal dan didatangi oleh banyak orang. Dengan alasan mencari kemudahan dan mengurangi resiko yang tinggi dalam melakukan perjalanan. Sehingga kegiatan wisata akan lebih sedikit menemui tantangan dan lebih cenderung bertujuan untuk bersenang-senang. c. Group Tour (wisata rombongan) Group tour atau dikenal juga dengan istilah wisata masal (Mass Tourism), adalah kegiatan wisata yang dilakukan oleh sekelompok orang atau rombongan dalam jumlah yang banyak, biasanya kegiatan wisata ini menggunakan jasa travel agent dan lama tinggal yang relatif singkat, dengan dipimpin oleh seseorang yang bertanggung jawab atas keselamatan dan kebutuhan seluruh anggotanya. Kegiatan wisata masal ini lebih cenderung menyukai destinasi atau tempat tujuan wisata yang sudah banyak dikunjungi oleh banyak orang dan sudah cukup terkenal. Sehingga dapat meminimalisir resiko yang akan terjadi. Dan juga mengurangi resiko kekecewaan atas suatu ekspektasi 37

41 pada suatu destinasi yang akan dikunjungi dan belum pernah dikunjungi. Jadi mengapa pelaku kegiatan wisata masal ini lebih cenderung untuk memilih destinsi yang sudah sering dikunjungi oleh banyak orang, karena dengan banyaknya pendapat-pendapat banyak orang tentang suatu destinasi tersebut, maka akan memberikan sedikit banyak gambaran tentang destinasi tersebut, sehingga wisatawan dapat mempertimbangankan terlebih dahulu untuk memutuskan dimana tempat tujuan wisata yang akan mereka kunjungi. Dengan intensitas lama tinggal yang sebentar maka spending money pun juga akan cenderung lebih lebih sedikit. 2. Dari segi kepengaturannya, wisata dibedakan atas : a. Pre-arranged Tour Pre-arranged tour adalah suatu perjalanan wisata yang jauh hari sebelumnya telah diatur segala sesuatunya, baik transportasi, akomodasi, maupun objek-objek yang akan dikunjungi. Sehingga sesampai di suatu destinasi, wisatawan sudah mendapatkan semua hal yang dibutuhkan dalam kegiatan wisata yang sedang dilakukan mulai dari mereka bertolak dari tempat asalnya menuju destinasi dan hingga kembali lagi ke tempat asalnya. Dalam hal ini pelaku wisata sangat memanfaatkan kemajuan tekhnologi yang ada, 38

42 misalnya untuk mecari tahu informasi tentang destinasi yang akan dikunjungi, memesan kamar di suatu penginapan, dan mecari tahu tentang transportasi yang dapat digunakan dalam melakukan kegiatan wisata tersebut. Package Tour (wisata paket atau paket wisata) b. Package tour Package tour merupakan suatu produk wisata yang merupakan suatu komposisi perjalanan yang disusun dan dijual guna memberikan kemudahan dan kepraktisan dalam melakukan perjalanan. Paket wisata lahir dari kreativitas seorang tokoh bernama Thomas Cook, yang diakui sebagai Arsitek atau Bapak Kepariwisataan Modern. Pada tanggal 5 Juli 1841, Thomas Cook membuat sesuatu kegiatan perjalanan pulang pergi dengan kereta apai mulai dari Leicester ke Loughborough untuk menyaksikan sebuah pameran yang sedang diselenggarakan di sana, sedangkan biaya yang dikenakan bagi setiiap orang esertanya dengan biaya satu shilling. Dan dengan promosi yang dilakukannya melalui sebuah iklan, jumlah peserta paket wisata mencapai 570 orang (Young S.G dalam Kodhyat, 1996). Paket wisata ini biasanya diminati oleh pelaku wisata masal atau kelompok atau grup. Sehingga mereka tidak 39

43 akan terlalu repot dalam menyiapkan dan memenuhi kebutuhan mereka dalam kegiatan perjalanan yang akan mereka lakukan, karena sudah ada yang bertanggungjawab untuk soal penginapan, transportasi dan juga destinasi yang akan dikunjungi. Walaupun juga tidak menutup kemungkinan akan adanya pelaku wisata individu yang menggunakan jasa paket wisata ini. Jasa paket wisata ini biasanya disediakan oleh travel agent atau biro perjalanan, yang sudah melakukan kerjasama dengan berbagai usaha wisata yang ada. Untuk paket wisata yang disediakan, wisatawan juga bisa mengajukan permintaan atau request, sehingga travel agent dapat menyusun renacana dan jadwal perjalanan sesuai dengan keinginan wisatawan. Dalam pembuatan paket wisata sendiri juga banyak hal yang harus dipertimbangkan mulai dari biaya, jarak, kemudahan infrastuktur sehingga wisatawan dapat dengan mudah untk mengakses suatu destinasi wisata. c. Coach Tour Coach tour adalah suatu paket perjalanan ekskursi yang dijual oleh biro perjalanan dengan dipimpin oleh seorang pemandu wisata dan merupakan perjalanan wisata yang diselenggarakan secara rutin, dalam jangka 40

44 yang telah ditetapkandan dengan rute perjalanan yang tertentu pula. d. Special Arranged Tour (wisata khusus) Wisata khusus adalah suatu perjalanan wisata yang disusun secara khusus guna memenuhi permintaan seorang langganan atau lebih sesuai dengan kepentingannya. e. Optional Tour Wisata tamabahan adalah suatu perjalanan wisata tambahan diluar pengaturan yang telah disusun dan diperjanjikan pelaksanaannya, yang dilakukan atas permintaan pelanggan. Seperti yang dibahas sebelumnya pada paket wisata bahwa pelanggan dapat mengajukan permintaan tentang susunan perjalanan wisata yang akan dilakukannya. Namun pihak biro perjalanan pun harun tetap mempertimbangkan faktor biaya, jarak, dan waktu yang akan berpengaruh pada kegiatan perjalanan nanti. 3. Dari segi maksud dan tujuannya, wisata dibedakan atas : a. Holliday Tour (wisata liburan) Suatu perjalanan wisata yang diselenggarakan dan diikuti oleh anggotanya guna berlibur, bersenangsenang dan menghibur diri. Dalam kegiatan wisata yang bertujuan untuk bersenang-senang ini biasanya 41

45 pelaku wisata menggunakan jasa biro perjalanan atau paket wisata yang dijual. b. Familiarization Tour (wisata pengenalan) Suatu perjalanan anjangsana yang dimaksudkan guna mengenal lebih lanjut bidang atau daerah yang mempunyai kaitan dengan pekerjaannya. Misalnya perjalanan yang dilakukan di suatu daerah yang memiliki potensi wisata yang besar, dan direncanakan akan dibangun dan dikembangkannya suatu produk wisata yang bisa dijual dan memberikan keuntungan bagi masyarakat lokal. Contoh lainnya adalah seorang pemandu wisata yang melakuakan perjalanan wisata karena harus memimpin suatu grup atau rombongan wisata di suatu destinasi. c. Education Tour (wisata pendidikan) Suatu perjalanan wisata yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran, studi perbandingan ataupun pengetahuan mengenai bidang pendidikan yang dikunjunginya. Education tour ini dilakukan untuk mengembangkan wawasan dan ilmu pengetahuan bagi para pelakunya. Pelaku yang melakukan perjalanan wisata pendidikan biasanya tidak terlalu mementingkan kemewahan yang berlebihan dalam melakukan kegiatan perjalanan. 42

46 d. Scientific Tour (wisata pengetahuan) Perjalanan wisata yang tujuan pokoknya adalah memperoleh pengetahuan atau penyelidikan suatu bidang ilmu pengetahuan. e. Pilgrimage Tour (wisata keagamaan) Perjalanan wisata guna melakukan ibadah keagamaan. Atau sering juga disebut dengan wisata ziarah. Kegiatan perjalanan wisata ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rohaninya yang dilakukan untuk hubungannya antara dia dan Tuhaannya. Wisata ziarah ini biasanya dilakukan secara rombogan. Seperti contoh ibadah Haji yang dilakukan rutin setiap tahunnya yang dilakukan oleh para umat islam untuk menyempurnakan rukun islamnya, di kota Makkah, Saudi Arabia. Ada juga wisata ziarah yang dilakukan oleh para umat budha yang dilakukan di Candi Borobudur, Jawa Tengah di setiap tahunnya. Selain itu ada juga wisata ziarah yang dilakukan para umat kristiani yang dilakukan di Yarusalem. Bukan hanya itu, wisata ziarah juga dapat dilakukan di makam-makam atau tempattempat yang disucikan atau disakralkan olehh suatu agama. 43

47 f. Special Mission Tour (wisata kunjungan khusus) Perjalanan wisata dengan suatu maksud khusus, misalnya misi dagang, misi kesenian dan lain-lain. Dengan tujuan wisata special Mission Tour ini, maka dapat dikatakan sebagai kegiatan wisata yang bersifat pragmatis. Seperti zaman dahulu pada saat pedagang arab yang melakukan perjalanan hingga menyebrangi pulau untuk berdagang. Perjalanan yang dilakukan oleh wali songo di berbagai pulau unntuk menyebarkan ajaran agama islam. g. Special Program Tour (wisata program khusus) Suatu perjalanan wisata yang bertujuan untuk mengisi kekosongan khusus. h. Hunting Tour (wisata perburuan) Suatu kunjungan wisata wisata yang dimaksudkan untuk menyelenggarakan pemburuan binatang yang diijinkan oleh penguasa setempat, untuk hiburan semata. 44

48 4. Dari segi penyelenggaraanya, wisata dibedakan atas : a. Ekskursi (excursion) Suatu perjalanan wisata jarak pendek yang ditempuh kurang dari 24 jam guna mengunjungi satu atau lebih objek wisata b. Safari Tour Suatu perjalanan wisata yang diselenggarakan secara khusus dengan perlengkapan atau peralatan khusus pula. c. Cruise Tour Perjalanan wisata yang menggunakan kapal pesiar mengunjungi objek-objek wisata bahari, dan objek wisata di darat tetapi menggunakan kapal pesiar sebagai basis pemberangkatannya. d. Youth Tour (wisata remaja) Suatu kunjungan wisata yang penyelenggaraannya khusus diperuntukan bagi para remaja menurut golongan umus yang ditetapkan oleh hukum negara masing-masing. e. Marine Tour (wisata bahari) Suatu kunjungan objek wisata khususnya untuk menyaksikan kaindahan lautan. 45

49 D. Para Pelaku Pariwisata Pelaku yang terlibat dalam pasar wisata sangat beragam. Meskipun peran mereka masing massing berbeda, tetapi mutlak harus diperhitungkan dalam perencanaan pariwisata yaitu terdiri dari wisatawan, industri pariwisata, pendukung jasa pariwisata, pemerintah, masyarakat lokal dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) (Damanik & Weber, 2006). Adapun para pelaku pariwisata antara lain : 1. Wisatawan Wisatawan adalah konsumen atau pengguna produk dan layanan, perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka berdampak langsung pada kebutuhan wisata, yang dalam hal ini permintaan wisata. 2. Industri Pariwisata Industri pariwisata adalah salah satu pendukung kegiatan pariwisata baik itu Jasa maupun produk pariwisata. Industri pariwisata dapat digolongkan ke dalam dua golongan utama yaitu : a. Pelaku langsung, yaitu usaha-usaha yang menawarkan jasa secara langsung kepada wisatawan atau jasanya lansung dibutuhkan oleh wisatawan, seperti hotel, restoran, biro perjalanan, pusat informasi wisata dan atraksi. Dalam kegiatan desa wisata pelaku langsung yang menjadi sentral kegiatan desa wisata adalah 46

50 Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di desa wisata setempat. b. Pelaku tidak langsung, yakni pelaku usaha yang mengkhususkan diri pada produk-produk yang secara tidak langsung mendukung pariwisata, seperti usaha kerajinan tangan, lembar panduan wisata dan lain-lain. c. Pendukung jasa wisata Kelompok ini adalah usaha yang tidak secara khusus menawarkan produk dan jasa wisata tetapi sering kali bergantung pada wisatawan pengguna jasa dan produk ini, seperti penyedia jasa fotografi, jasa kecantikan, bank, olahraga dan sebagainya. d. Pemerintah Pelaku yang tidak kalah penting adalah pemerintah. Pemerintah mempunyai otoritas dalam pengaturan, penyediaan dan peruntukan berbagai infrastruktur yang terkait dengan kebutuhan pariwisata serta membuat kebijakan makro yang menjadi panduan bagi stakeholder yang lain di dalam memainkan peranan masing-masing. e. Masyarakat lokal Masyarakat lokal terutama penduduk asli yang bermukim di kawasan wisata, menjadi salah satu pemain kunci dalam pariwisata, karena sesungguhnya merekalah yang akan menyediakan sebagian besar 47

51 atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Oleh karena itu peran mereka terutama tampak dalam bentuk penyediaan akomodasi dan jasa guiding dan penyediaan tenaga kerja. f. Lembaga Swadaya Masyarakat Banyak Lembaga Swadaya Masyarakat, baik lokal, regional maupun internasional yang melakukan kegiatan di kawasan wisata. Bahkan jauh sebelum pariwisata berkembang, organisasi non pemerintah ini sudah melakukan aktivitas baik secara particular maupun bekerjasama dengan masyarakat. 48

52 BAB IV PERENCANAAN GEOWISATA A. Mengenal Geowisata Sampai saat ini, istilah geotourism atau geowisata masih kurang populer dibanding ekowisata (ecotourism), atau agrowisata misalnya. Istilah geotourism muncul pada pertengahan tahun an. Menurut beberapa sumber, seorang ahli Geologi dari Buckinghamshire Chilterns University di Inggris bernama Tom Hose adalah orang yang pertama aktif memperkenalkan istilah itu. Bahkan ia pernah menulis di Geological Society pada 1996 suatu makalah berjudul Geotourism, or can tourists become casual rock hounds: Geology on your doorstep (Dirgantara, n.d.). Taman Nasional Baluran sebagai Daya Tarik Geologi dan Ekologi 49

53 Geowisata (geotourism) sebenarnya merupakan istilah yang berasal dari gabungan dua kata yaitu geologi dan pariwisata, atau geologi dan tourism. Geologi berasal dari Yunani: γη- (ge-, "bumi") dan λογος (logos, "kata", "alasan) adalah sains yang mempelajari bumi, komposisinya, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah, dan proses pembentukannya ( Menurut Purbohadiwijoyo (1967), geologi dapat diartikan sebagai ilmu yang berhubungan dengan bumi, meneliti sejarahnya dengan kehidupan yang ada, susunan keraknya, bangun dalamnya, berbagai gaya yang bekerja padanya, dan evolusi yang dialaminya. Sedangkan pariwisata secara umum dapat dimaknai sebagai kegiatan perjalanan seseorang atau sekelompok orang dari satu tempat ke tempat lain dan bersifat tidak menetap, yang bertujuan untuk memperoleh kesenangan dan wawasan baru dari destinasi wisata yang dikunjunginya. Geowisata adalah suatu kegiatan wisata alam yang berkelanjutan dengan fokus utama pada kenampakan geologis permukaan bumi dalam rangka mendorong pemahaman akan lingkungan hidup dan budaya, apresiasi dan konservasi serta kearifan lokal. Geowisata menawarkan konsep wisata alam yang menonjolkan keinahan, keunikan, kelangkaan dan keajaiban suatu fenomena alam yang berkaitan erat dengan gejala-gejala geologi 50

54 yang dijabarkan dalam bahasa populer atau sederhana (Kusumahbrata, 1999 dalam Hidayat, 2002). Pariwisata terjadi karena adanya fenomena ritual inversi. Ritual inversi adalah kecenderungan seseorang untuk mengunjungi tempat baru yang berbeda dari lingkungan atau tempat biasa mereka tinggal dalam waktu sementara, bertujuan untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan baru, atau sekedar melepaskan kepenatan (I. G. Pitana & Putu, 2009). Oleh karena itu, wisatawan atau calon wisatawan akan cenerung mencari tempat-tempat yang indah, unik, serta berbeda dari tempat biasanya mereka hidup untuk sementara. Sebagai contoh ritual inversi yaitu, Orang kota memiliki kecenderungan untuk senang berwisata ke desa yang memiliki lingkungan tenang, asri dan juga bentang alam yang unik dan indah, misalnya wisata ke kaliurang dan pendakian Gunung Merapi, Kawasan Kars Pegunungan seribu dan tempat-tempat menarik lainya. Contoh lain, Orang eropa yang biasa tinggal di iklim dingin, untuk sementara berwisata ke Negara beriklim tropis. Keinginan seseorang untuk mengunjungi kawasan wisata yang memiliki bentang alam yang berbeda dari tempat biasa mereka tinggal serta kawasan alamiah yang memiliki keunikan telah mendorong muncul dan berkembangnya geowisata. Perkembangan geowisata juga didukung oleh meningkatnya permintaan wisata oleh wisatawan yang memiliki minat khusus, yaitu wisatawan-wisatawan yang menyukai destinasi wisata yang 51

55 tidak biasa serta menyukai aktifitas wisata yang juga tidak biasa (Hermawan, 2017), dalam bahasa keilmuanya sering disebut wisatawan drifter (I. G. Pitana & Putu, 2009). Wisatawan jenis ini tidak akan puas berkunjung ke destinasi wisata alam hanya untuk melihat-lihat panorama alam saja, atau sekedar berfoto selfi, sebagaimana pola mayoritas kunjungan wisatawan saat berwisata saat ini. B. Kriteria Daya Tarik Wisata Geologi Menurut Darsoprajitno (2002), perbedaan unsur alam, budaya masyarakat, dan unsur binaan di setiap belahan bumi yang merangsang seseorang atau sekelompok orang untuk mewisatainya, kemudian dikembangkan untuk kepentingan kepariwisataan, disebut daya tarik wisata. Lebih lanjut disebutkan bahwa daya tarik wisata terdiri dari tata alam, masyarakat, dan hasil binaan. Dari ketiganya, ada beberapa unsur yang dapat dikembangkan secara khusus, sehingga disebut daya tarik wisata minat khusus. Daya tarik wisata merupakan segala sesuatu yang mempunyai daya tarik, keunikan, dan inlai yang tinggi, yang menjadi tujuan wisatawan datang ke suatu daerah tertentu (Suryadana, 2015). Sedangkan data tarik wisata alam, menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009, dijelasakan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, keaslian, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. 52

56 Crouch dan Ritchie dalam Stevianus (2014) mengatakan bahwa daya tarik wisata menjadi salah satu faktor kunci yang menentukan motivasi wisatawan untuk berwisata serta merupakan alasan fundamental yang menjadi pertimbangan mengapa seseorang memilih satu destinasi dan meninggalkan destinasi yang lain. Suryadana (2015) menambahkan bahwa daya tarik wisata memiliki kekuatan tersendiri sebagai komponen produk pariwisata karena dapat memunculkan motivasi bagi wisatawan dan menarik wisatawan untuk melakukan perjalan wisata, hal demikian terlebih terjadi di destinasi pariwisata yang memiliki beragam dan bervariasi daya tarik wisatanya. Geowisata adalah suatu kegiatan wisata alam yang berkelanjutan dengan fokus utama pada kenampakan geologis permukaan bumi dalam rangka mendorong pemahaman akan lingkungan hidup dan budaya, apresiasi, dan konservasi serta kearifan lokal. Data dan informasi geologi yang sudah terekam dalam peta geologi dapat digunakan dalam perencanaan kegiatan wisata. Dalam peta geologi data mengenai topografi (bentukan alam geologi) beserta berbagai macam rekayasa budaya manusia disertai dengan latar belakang sejarah yang fantastik dapat dibina menjadi daya tarik wisata di sepanjang jalur perjalan atau masing masing dapat menjadi point of interest destinasi. Begitu juga hubungan timbal balik antara mnusia dan alam lingkunganya yang secara ekologi menghasilkan perilaku budaya penduduk yang khas. 53

57 Dalam mengembangkan daya tarik wisata geologi dapat juga mengadaptasi kriteria kualitas daya tarik wisata yang diajukan Damanik dan Weber (2006) sebagai berikut : 1. Harus ada keunikan, keunikan diartikan sebagai kombinasi kelangkaan dan daya tarik yang khas melekat pada suatu objek wisata; 2. Originalitas atau keaslian mencerminkan keaslian atau kemurnian, yakni seberapa jauh suatu produk tidak terkontaminasi oleh atau tidak mengadopsi model atau nilai yang berbeda dengan nilai aslinya; 3. Otentisitas, mengacu pada keaslian. Bedanya, otenstisitas lebih sering dikaitkan dengan derajat keantikan atau eksotisme budaya sebagai daya tarik wisata; 4. Keragaman atau diversitas produk artinya, keanekaragaman produk dan jasa yang ditawarkan. Wisatawan harus diberikan banyak pilihan produk dan jasa yang secara kualitas berbeda beda. Berdasarkan waktu pemanfaatanya, daya tarik wisata alam dalam kegiatan geowisata dibagi menjadi 2, antara lain berupa atraksi alam yang tidak bergerak, dimana wisatawan dapat secara langsung memanfaatkanya tanpa harus menunggu, contohnya : pantai, gunung, bukit, goa alami dan seterusnya. Sedangkan, yang dimaksud atraksi alam yang bergerak, dimana wisatawan harus menunggu atau tidak langsung memanfaatkan, contonya adalah fenomena lava pijar (Sammeng, 2001). Daya tarik wisata alam atau atraksi alam hendaknya memiliki kriteria sebagai berikut (Sammeng, 2001) : a. Aspek informasi 54

58 Kualitas informasi merupakan faktor utama yang dibutuhkan bagi wisatawan, karena pada dasarnya motif utamanya adalah mencari sesuatu hal yang baru sebagai upaya pengkayaan diri. Bagi wisatawan dengan motif petualangan aspek infrmasi juga menjadi syarat mutlak bagi penyelenggaraan wisata alam, karena mereka selalu membutuhkan informasi tentang gejala alam untuk mengntisipasi timbulnya bahaya. Hal ini juga berhubungan dengan faktor dan sarana keselamatan. b. Aspek keanekaragaman Destinasi wisata yang baik setidaknya banyak memiliki alternatif daya tarik baik flora maupun fauna yang dapat dinikmati wisatawan. Hal ini akan menjadi nilai unggul destinasi. c. Keindahan dan keunikan Atraksi alam terbentuk karena proses fenomena alam serta hanya terjadi pada saat tertentu maka tidak ada kemiripann antara suatu kawasan dengan kawasan wisata lain, sehingga atraksi alam memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan atraksi budaya dan atraksi buatan, terlebih karena atraksi alam hanya dapat dinikmati secara utuh di ekosistemnya. d. Petualangan lintas alam Motif wisatawan selain menikmati wisata alam dapat juga untuk melakukan penelitian, pendidikan, dan konservasi alam terdapat minat khusus yang bersifat petualangan, sehingga perlu adanya kawasan yang benar-benar masih alami, tanpa adanya 55

59 atraksi yang bersifat artificial atau buatan yang justru mengganggu aktifitas mereka. e. Tersedianya ekosistem yang alami Suatu atraksi alam hendaknya tetap menyediakan kawasan dengan ekosistem yang masih alami. Ekosistem yang alami berarti sebuah ekosistem alam yang berjalan alami, bukan hasil sebuah rekayasa buatan manusia atau artificial. C. Geowisata Sebagai Daya Tarik Wisata Minat Khusus Destinasi wisata alam umumnya tidak pernah berdiri sendiri mengadalkan alam semata. Daya tarik wisata alam tidak sekedar menjual lansekap pemandangan dan wisatawan diharapkan cukup puas dengan mengamatinya. Akan tetapi daya tarik wisata mengadalkan alam sering dipadukan dengan daya tarik wisata lain berupa daya tarik wisata minat khusus untuk menambah nilai jual dari aktifitas wisata. Pada prinsipnya, pariwisata minat khusus mempunyai kaitan dengan petualangan (adventure). Wisatawan secara fisik dapat menguras tenaga dan ada unsur tantangan yang harus dilakukan, karena bentuk pariwisata ini banyak terdapat di daerah terpencil, seperti kegiatan : tracking, hiking, pendakian gunung, rafting di sungai, dan lainnya. Pariwisata minat khusus ini juga dikaitkan dengan upaya pengayaan pengalaman atau enriching bagi wisatawan yang 56

60 melaksanakan perjalanan ke daerah-daerah yang masih belum terjamah atau ke daerah yang masih alami. Ada beberapa kriteria menurut Fandeli dalam Sudana (2013), yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam menetapkan suatu bentuk wisata minat khusus yakni : a. Learning, pariwisata yang mendasar pada unsur belajar. b. Rewarding, pariwisata yang memasukkan unsur pemberian penghargaan. c. Enriching, pariwisata yang memasukkan peluang terjadinya pengkayaan pengetahuan antara wisatawan dengan masyarakat. d. Adventuring, pariwisata yang dirancang dan dikemas sehingga terbentuk wisata petualangan. D. Prinsip-Prinsip Geowisata Wisata geologi (geowisata) dapat dijadikan media bagi sosialisasi ilmu pengetahuan alam, pendidikan lingkungan dan pelestarian alam dan pada akhirnya diharapkan akan terwujud pembangunan pariwisata yang berkelanjutan berbasis kearifan lokal. Prinsip yang harus diperhatikan dalam mengembangkan geowisata diantaranya diantaranya : 1. Geologically Based (Berbasis Geologi) Artinya destinasi dan daya tarik wisata yang dijadikan sebagai geowisata merupakan bentukkan hasil proses geologi. Dalam hal ini berati alami dan bukan artifisial (buatan manusia) 57

61 seperti halnya dalam kritteria daya tarik wisata yang telah penulis sampaikan sebelumnya bahwa kriteria daya tarik wisata alam haruslah memiliki keaslian dan otentisitas. Aspek fisik yang dijadikan daya tarik wisata tersebut dapat berupa kondisi tanah, kandungan mineral, jenis batuan dan lainnya yang masih berhubungan dengan geologi. Gunung Api Purba Nglanggeran sebagai Daya Tarik Wisata 2. Suistanable (Berkelanjutan) Artinya pengembangan dan pengelolaan geowisata haruslah berkelanjutan agar kelestariannya dapat terjaga. Pembangunan atau pengembangan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan hidup saat ini tanpa merusak atau menurunkan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (World Commission on Environmenoutal and Development, 1987). 58

62 Pengembangan pariwisata berkelanjutan telah didefinisikan sebagai pariwisata yang "memaksimalkan potensi pariwisata untuk memberantas kemiskinan dengan mengembangkan strategi yang tepat dalam kerjasama dengan semua kelompok utama, masyarakat adat dan masyarakat lokal", (Komisi PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan 1999). Rumusan yang lebih spesifik dalam pariwisata berkelanjutan adalah memenuhi kebutuhan wisatawan dan tuan rumah saat ini daerah sekaligus melindungi dan meningkatkan peluang pemenuhan kebutuhan masa depan. Hal ini dipertimbangkan dalam manajerial untuk mengelola semua sumber daya dengan sedemikian rupa, sehingga ekonomi, sosial, dan kebutuhan estetika dapat terpenuhi dengan tetap menjaga nilai-nilai kearifan budaya, perlindungan ekologis penting, keragaman unsur biologi serta sistem pendukung kehidupan lainya (Insula dalam Berno & Bricker, 2001). Piagam pariwisata berkelanjutan menekankan bahwa pariwisata harus didasarkan pada kriteria yang berkelanjutan yang intinya adalah pembangunan harus didukung secara ekologis dalam jangka panjang dan sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat lokal (Arida, 2006). Konsep pariwisata berkelanjutan yaitu : a. kegiatan kepariwisataan tersebut dapat memberikan manfaat ekonomi terhadap masyarakat setempat; b. kegiatan kepariwisataan 59

63 tersebut tidak merusak lingkungan; c. kegiatan kepariwisataan tersebut bertanggung-jawab secara sosial; dan d. kegiatan kepariwisataan tersebut tidak bertentangan dengan budaya setempat. Secara ekologis terdapat tiga persyaratan yang dapat menjamin tercapainya pembangunan berkelanjutan, yaitu: a. keharmonisan spasial; b. kapasitas asimilasi; dan c. pemanfaatan berkelanjutan (Dahuri, Rais, Ginting, & Sitepu, 1996). Keharmonisan spasial (spatial suitability) mensyaratkan, bahwa dalam suatu wilayah pembangunan memiliki tiga zona, yaitu zona preservasi, konservasi dan pemanfaatan (utlilization), wilayah pembangunan hendaknya tidak seluruhnya diperuntukkan bagi zona pemanfaatan, tetapi juga dialokasikan untuk zona lindung (preservasi dan konservasi). Beragamnya kondisi geologi Indonesia menyebabkan banyak ditemukannya potensi kandungan mineral-mineral berharga yang dapat memancing oknum tidak bertanggung jawab untuk mengambil dan merusak lingkungan disekitarnya. 3. Geologically informative (Bersifat Informasi Geologi) Geowisata (geotourism) merupakan pariwisata minat khusus dengan memanfaatkan seluruh potensi sumber daya alam, sehingga diperlukan peningkatan pengayaan wawasan dan pemahaman proses fenomena fisik alam. Contoh objek geowisata adalah gunung berapi, danau, air panas, pantai,sungai, dan lainlain.yang di dalamnya tentu saja memiliki aspek dalam bidang 60

64 pendidikan sebagai pengetahuan geodeverity keragaman warisan bumi yang perlu dilestarikan (Nainggolan, 2016). Destinasi geowisata sebaiknya dilengkapi dengan informasi tentang sejarah terbentuknya bentukkan geologi tersebut, jadi wisatawan paham akan proses proses alam yang terjadi. Dengan adanya informasi tersebut diharapkan masyarakat akan sadar dan tidak berupaya merusak keindahan lingkungan di sekitar objek geowisata. Education Tour (wisata pendidikan), merupakan bentuk pengemasan tour yang cocok dengan geowisata. Education Tour merupakan suatu perjalanan wisata yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran, studi perbandingan ataupun pengetahuan mengenai bidang pendidikan yang dikunjunginya. Education tour ini dilakukan untuk mengembangkan wawasan dan ilmu pengetahuan bagi para pelakunya. Pelaku yang melakukan perjalanan wisata pendidikan biasanya tidak terlalu mementingkan kemewahan yang berlebihan dalam melakukan kegiatan perjalanan. 4. Locally beneficial (Bermanfaat Secara Lokal) Keberadaan geowisata diharapkan mampu memberikan manfaat bagi masyarakat/ komunitas yang berada di sekitarnya. Manfaat tersebut dapat berupa dampak positif yang dapan dinikmati seperti : ekonomi, sosial, peningkatan kualitas lingkungan atau lainnya (Hermawan, 2016b) dan (Hermawan, 61

65 2016a). Dengan geowisata diharapkan proses pembangunan di daerah tersebut semakin meningkat. Salah satu model pengelolaan yang cocok untuk geowisata adalah pariwisata berbasis kerakyatan/ masyarakat atau dikenal dengan Community Based Tourism (CBT). Dimana dalam CBT paiwisata diinisiasi oleh masyarakat lokal sendiri, dikembangkan bersama oleh masyarakat lokal, dan benefit dari pariwisata diharapkan dapat dinikmati masyarakat seutuhnya ( Kyrgyz Community Based Tourism, n.d., diakses tanggal 15 Agustus 2016); (ASEAN Community Based Tourism Standart 2016). 5. Tourist satisfaction (Kepuasan Pengunjung) Mewujudkan kepuasan wisatawan berarti pengelolaan geowisata dapat memberikan kepuasan lahir dan batin bagi wisatawan yang mengunjunginya. Kepuasan wisatawan dapat diperoleh dengan tata kelola wisata yang bagus, setidaknya mampu menyajikan daya tarik wisata yang indah, unik dan asli; mampu memberikan jaminan terrhadap keamanan dan keselamatan bagi wisatawan; serta didukung pelayanan yang prima (Hermawan, 2017). 62

66 E. Peranan Interpreter dalam Pengelolaan Geowisata Wisatawan berkualitas tentu menuntut akan perolehan manfaat yang didapat berupa pengalaman berrkualitas serta wawasan baru yang selama berwisata. Oleh karena itu, dalam geowisata dituntut adanya pelayanan yang prima, yaitu pelayanan mampu memenuhi harapan wisatawan akan perolehan pengalaman berharga dan informasi/edukasi terkait destinasi alam yang dikunjunginya. Salah satu langkah yang dapat diwujudkan pengelola geowisata dalam mewujudkan pelayanan prima kepada wisatawan dengan cara mamenyediakan interpreter-interpreter atau pemandu wisata khusus yang berkualitas. Trekking.., atau pendakian gunung yang dilakukan wisatawan tentu akan terasa biasa saja tanpa adanya seorang intrepreter yang akan menjelaskan mengenai kenapa, dan bagaimana batuan atau fenomena alam dalam volcanotrekking terjadi, tentunya dengan interpretasi ilmiah sehingga dapat menjadi tambahan ilmu bagi wisatawan. Ada beberapa point yang perlu diperhatikan dalam inteprestasi atau memandu wisatawan, diantaranya (Dirgantara, n.d.) : 1. Pemilikan informasi faktual yang memadai, hasil penelitian ataupun dari sumber tertulis, maupun dari sumber yang tidak dibukukan, seperti kepercayaan yang tumbuh dalam masyarakat, persepsi masyarakat tentang sesuatu, serta informasi teknis tentang objek. 63

67 2. Kemampuan untuk mengungkap kebenaran melalui informasi yang dimiliki. 3. Pemanfaatan informasi untuk menunjukkan keterkaitan antara objek yang sedang diinterpretasi dengan para pengunjung. Keterkaitan ini berbeda untuk kelompok pengunjung yang berbeda, misalnya antara anak-anak dengan manusia dewasa, atau antara wisatawan Jepang dengan wisatawan Eropa atau domestik. Mengkaitkan sesuatu yang ditafsirkan dengan keseharian kelompok pengunjungnya 4. Kemampuan untuk membujuk agar pengunjung menjadi tertarik, melalui keterampilan dan media komunikasi untuk menarik perhatian. Interpreter harus memiliki pemahaman tentang ketertarikan (interest) pengunjung. 5. Menyampaikan penafsiran secara utuh, tidak memberikan kesan bahwa kita hanya sekedar tahu tetapi paham betul tentang apa yang sedang ditafsirkan. Beberapa pedoman bagi interpreter : 1. Ikutilah perkembangan berita terkini baik berita lokal maupun global, termasuk berita-berita isu lingkungan. 2. Bawalah selalu peralatan interpreteran seperti buku catatan lapangan, buku referensi, P3K dan lain-lain. 3. Berilah motivasi pada pengunjung tentang pentingnya isu-isu lingkungan, baik secara lokal maupun global, dengan demikian kunjungan ke tempat wisata alam (eco-site) menjadi batu 64

68 loncatan terhadap upaya konservasi dan berpikir rasional dalam memanfaatkan sumber daya alam, baik di dalam maupun di luar. 4. Membantu memantau dampak-dampak terhadap lingkungan, termasuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan wisata. 5. Tingkatkan teknik interpreteran dan pengetahuan umum anda. Sebagai contoh, setiap bulan memberikan laporan resmi pada organisasinya masing-masing berkaitan dengan perkembangan subyek di lapangan. 6. Jangan ragu-ragu untuk menengahi atau memberi tahu dengan sopan dan baik apabila terlihat pengunjung melakukan interaksi dengan alam/objek yang bersifat merusak/mengganggu untuk mencegah dampak yang lebih besar. 7. Belajarlah untuk berkata saya tidak tahu. Hal yang lebih penting adalah bukan hanya seberapa banyak Anda tahu, tetapi seberapa baiknya anda menyampaikan informasi pada pengunjung. 8. Jangan terlalu muluk berjanji pada pengunjung. Sebagai contoh, hari ini kita bisa melihat lumba-lumba, atau kita akan melihat penyu, atau satwa lain di habitatnya, karena fenomena alam itu tidak passti. 9. Pakailah perasaan dan berbuatlah jujur. 10. Interpreter adalah pemimpin dan model panutan. Sebagai contoh, jika anda tidak membuang sampah sembarangan, 65

69 mungkin pengunjung pun akan menirunya dan mencoba menghargai alam. 11. Berilah pujian atau penghargaan dengan tulus daripada hanya berkata basa-basi. Hal-hal yang dapat diinterpretasikan oleh interpreter : 1. Suasana lokasi yang akan dijadikan objek wisata 2. Ekosistem alam, hewan tumbuhan dan sebagainya (fungsi, peran, ancaman terhadap habitat dan populasinya) 3. Menumbuhkan empati (misalnya jika manusia berada dalam kondisi atau situasi ancaman dan kehancuran seperti pada kondisi terumbu karang yang sedang dikunjungi) 4. Pertanyaan yang bersifat memancing pengunjung, contohnya, Bagaimana sikap kita dalam melestarikan terumbu karang 5. Tingkatan penyampaian pesan kepada pengunjung atau wisatawan meliputi : 6. Tingkat pendekatan, lakukan aktivitas untuk menarik perhatian pengunjung, salah satunya adalah dengan perkenalan, diskusi, atau permainan. 7. Tingkat pengalaman, ajaklah pengunjung untuk merasakan ke lima indera perasa. Contohnya adalah mempersilahkan pengunjung untuk mengamati dan menikmati keindahan batuan gunung berapi. 8. Tingkat menemukan dan tertarik, pengujung sadar akan sesuatu. Salah satu caranya adalah bertanya pada mereka. 66

70 9. Tingkat Interpretasi, seorang interpreter harus menjawab pertanyaan dengan ilmu pengetahuan dan informasi yang ada. Interpreter memberikan pengalaman yang berkesan kepada pengunjung, sehingga pengalaman itu tertanam dalam pikiran pengunjung. 10. Tingkat Pengembangan, bila setelah program pengunjung merubah pola hidupnya, maka itu berarti anda telah melakukan interpretasi dengan hebat. Mereka memahami bahwa batuan dan harus dilindungi dan dilestarikan, mengingat besar fungsi dan manfaatnya bagi kehidupan. Kesimpulan dapat diambil bahwa : Interpreter wisata memiliki peran yang sangat vital bagi kepuasan dan pengalaman berkunjung wisatawan, menjaga keselamatan wisatawan dari faktor risiko alam dan kecelakaan, serta berkewajiban dalam mengarahkan wisatawan dalam menjaga keberlanjutan lingkungan alam. 67

71 BAB V MENGELOLA DAMPAK PARIWISATA Segala bentuk pengembangan daya tarik wisata tujuan akhirnya berupa peningkatan manfaat yaitu : peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar dan juga peningkatan kualitas lingkungan. Akan tetapi, tidak jarang dari kegiatan pariwisata yang dilakukan jutru menimbulkan berbagai masalah yang muncul. Secara teoritis, semakin lama wisatawan tinggal akan semakin besar pula dampak yang ditimbulkan bagi lingkungan dan kehidupan masyarakatnya lokalnya, baik terhadap ekonomi maupun sistem sosialbudayanya. Potensi dampak ini bisa berupa positif maupun dampak negatif (Bull, 1995). Adanya berbagai manfaat dan juga tantangan memberikan gambaran bahwa pengembangan pariwisata bagaikan mengelola api, dimana pengelola dapat memanfaatkanya untuk kemaslahatan masyarakat namun di satu sisi dapat menimbulkan kerugian jika pengelolaan yang dilakukan tidak tepat (Asian Provert dalam Hermawan, 2016). Kunci dalam optimalisasi potensi dampak positif dan minimalisasi dampak negatif adalah dengan menyiapkan masyarakat lokalnya dalam menerima pariwisata sebaik-baiknya. Dengan kesiapan masyarakat lokal yang baik dari segi tingkat pendidikan, pengetahuan, serta tingkat 68

72 keterlibatan masyarakat dalam perencanaan dan pengembangan wisata, masyarakat akan mampu menanggulangi berbagai potensi dampak negatif yang muncul, serta mampu memaksimalkan potensi berupa peluang peningkatan ekonomi, sosialyang tercipta (Hermawan, 2016). Serta kemungkinan masyarakat mencintai dan menjaga lingkungan alam akan menjadi semakin tinggi. 69

73 DAFTAR PUSTAKA Ahman Sya, M. (2012). Geologi Pariwisata. Bandung: Universitas BSI Press. Arida, S. (2006). Krisis Lingkungan Bali dan Peluang Ekowisata. INPUT Jurnal Ekonomi Dan Sosial, 1(2). ASEAN Community Based Tourism Standart. (2016). Jakarta: ASEAN Secretariat. Retrieved from Berno, T., & Bricker, K. (2001). Sustainable tourism development: the long road from theory to practice. International Journal of Economic Development, 3(3), Bull, A. (1995). Economics of travel and tourism. Longman Australia Pty Ltd. Cohen, E. (1984). The sociology of tourism: approaches, issues, and findings. Annual Review of Sociology, 10(1), Cooper, C., Fletcher, J., Gilbert, D., & Wanhill, S. (1993). An introduction to tourism. Tourism: Principles and Practice, Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S. P., & Sitepu, M. J. (1996). Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu (Vol. 305). Jakarta: Pradnya Paramita. 70

74 Damanik, J., & Weber, H. F. (2006a). Perencanaan Ekowisata dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta: Andi Offset. Damanik, J., & Weber, H. F. (2006b). Perencanaan Ekowisata dari Teori ke Aplikasi. diterbitkan atas kerjasama Pusat Studi Pariwisata (PUSPAR) Universitas Gadjah Mada dan Penerbit Andi. Yogyakarta. Darsoprajitno, S. (2002). Ekologi Pariwisata. Bandung: Penerbit Angkasa. Dirgantara, A. R. (n.d.). Peran Interpreter dalam Kegiatan Geowisata: Studi Kasus Gunung Tangkuban Perahu. Hermawan, H. (2016). Dampak Pengembangan Desa Wisata Nglanggeran Terhadap Ekonomi Masyarakat Lokal. Jurnal Pariwissata, III(2). Hermawan, H. (2016). Dampak Pengembangan Desa Wisata Nglanggeran Terhadap Sosial Budaya Masyarakat Lokal. In Seminar Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Komputer Nusa Mandiri Pertama Tahun 2016 (Vol. 1, pp ). SNIPTEK Nusa Mandiri. Hermawan, H. (2016). Dampak Pengembangan Desa Wisatanglanggeran Terhadap Sosial Budaya Masyarakat Lokal. In Seminar Nasional Ilmu Pengetahuan dan Komputer (SNIPTEK) Nusa Mandiri (pp ). Bandung Indonesia: SNIPTEK

75 Retrieved from ue/view/1%0a Hermawan, H. (2017). Pengaruh Daya Tarik Wisata, Keselamatan dan Sarana Wisata Terhadap Kepuasan serta Dampaknya terhadap Loyalitas Wisatawan : Studi Community Based Tourism di Gunung Api Purba Nglanggeran. Jurnal Media Wisata, 15(1). Hidayat, N. (2002). Analisis Pengelolaan Kawasan Eksokarst Gunungkidul sebagai Kawasan Geowisata. Institut Pertanian Bogor. IGB, R. U., & Eka Mahadewi, N. M. (2012). Metode Penelitian Pariwisata dan Perhotelan. Yogyakarta: Andi Offset. Kodhyat, H. (1996). Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya di Indonesia. Gramedia Widiasarana Indonesia untuk Lembaga Studi Pariwisata Indonesia. Krippendorf, J. (2010). Holiday makers. Taylor & Francis. Kyrgyz Community Based Tourism. (2017). Retrieved from Marpaung, H. (2002). Pengantar Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta. Nainggolan, R. (2016). Informasi Geologi Lingkungan Berbasis Partisipasi Masyarakat debagai Kawasan Geowisata Danau Toba 72

76 di Kabupaten Samosir. Jurnal Penelitian Pendidikan Sosial Dan Humaniora, 1(1), Pitana, I. (2009). Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: andi. Pitana, I. G., & Gayatri, P. G. (2005). Sosiologi pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi. Pitana, I. G., & Putu, G. (2009). Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi. Purbohadiwijoyo, M. M. (1967). Hydrogeology of Strato-volcanoes: A Geomorphic Approach. In Memoires IAH Congress 1965 (pp ). Richardson, J. I., & Fluker, M. (2004). Understanding and managing tourism. Pearson Education Australia. Sammeng, A. M. (2001). Cakrawala pariwisata. Balai Pustaka. Stevianus, S. (2014). Pengaruh Atraksi Wisata, Fasilitas Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pengunjung Di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta. Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, 19(3). Sudana, I. P. (2013). Strategi Pengembangan Desa Wisata Ekologis Di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan. Analisis Pariwisata, 13(1), Suryadana, M. V. O. (2015). Pengantar Pemasaran Pariwisata. Bandung Indonesia: Alfabeta. 73

77 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, Sekretariat Negara. Jakarta (2009). Indonesia. Wall, E. H. G., & Heath, E. (1992). Marketing Tourism Destinations A strategic Planning Approach. John Wilky & Sens. World Commission on Environmenoutal and Development. (1987) (Our Common). Oxford University Press. Yoeti, O. A. (2002). Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Jakarta: Pradnya Paramita. 74

78 PROFIL PENULIS Hary Hermawan, lahir di Yogyakarta tepatnya di Sleman pada tanggal 30 September Lulus Sarjana di STP AMPTA Yogyakarta tahun 2015 dengan gelar Sarjana Pariwisata (S.Par), kemudian menempuh S2 magister manajemen pariwisata di Universitas Sarjana Wiyata Tamansiswa Yogyakarta (UST). Selain dari akademis, penulis juga seorang praktisi pariwisata. Selama masa kuliah S1 sampai lulus penulis juga bekerja di Hotel Grand Aston Yogyakarta. Setelah itu penulis bekerja di Jogja Expo Center sebagai koordinator food and beverage selama 2 tahun, selama itu juga sebagai seorang koordinator dan pendiri salah satu Event Organizer yang telah beberapa kali sukses mengelola event di Kota Yogyakarta, diantaranya lomba burung berkicau JEC jogja, food festival, band, bazar ramadhan dan lain sebagainya. Setelah mantap mendalami pariwisata di dunia praktisi, penulis memulai karir akademis sebagai pengajar di alamamater STP AMPTA Yogyakarta dan pada saat ini bekerja sebagai dosen tetap di STP ARS Internasional Bandung mengampu mata kuliah pariwisata berkelanjutan dan geologi pariwisata. 75

GEOLOGI SEJARAH RANGKUMAN SKALA WAKTU GEOLOGI. Oleh: MOHAMAD IKBAL GANI NIM Dosen Pengampu: RONAL HUTAGALUNG, S.T, M.

GEOLOGI SEJARAH RANGKUMAN SKALA WAKTU GEOLOGI. Oleh: MOHAMAD IKBAL GANI NIM Dosen Pengampu: RONAL HUTAGALUNG, S.T, M. GEOLOGI SEJARAH RANGKUMAN SKALA WAKTU GEOLOGI Oleh: MOHAMAD IKBAL GANI NIM. 471 413 023 Dosen Pengampu: RONAL HUTAGALUNG, S.T, M.T UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA JURUSAN ILMU

Lebih terperinci

GEOWISATA. Perencanaan Pariwisata Berbasis Konservasi

GEOWISATA. Perencanaan Pariwisata Berbasis Konservasi 1 GEOWISATA Perencanaan Pariwisata Berbasis Konservasi 2 GEOWISATA 3 Perencanaan Pariwisata Berbasis Konservasi Penulis Hary Hermawan & Erlangga Brahmanto GEOWISATA 4 Perencanaan Pariwisata Berbasis Konservasi

Lebih terperinci

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH Proses Pembentukan Tanah. Tanah merupakan lapisan paling atas pada permukaan bumi. Manusia, hewan, dan tumbuhan memerlukan tanah untuk tempat hidup. Tumbuh-tumbuhan tidak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Kata Penganar... Daftar Isi...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Kata Penganar... Daftar Isi... i ii DAFTAR ISI Halaman Judul... Kata Penganar... Daftar Isi... i ii iii BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II KONSEP-KONSEP KEPARIWISATAAN... 3 A. Pariwisata... 3 B. Wisatawan... 6 C. Jenis dan Pola Kunjungan

Lebih terperinci

ANGGOTA. Andisa Fardhana K. W (02) Aulia kusuma Fitrianti (05) Dhaifan Nur (07) Farah Raisyaputri Andu (13) Hanin Amalia Putri (19) Lalili Adi (24)

ANGGOTA. Andisa Fardhana K. W (02) Aulia kusuma Fitrianti (05) Dhaifan Nur (07) Farah Raisyaputri Andu (13) Hanin Amalia Putri (19) Lalili Adi (24) MASA MESOZOIKUM ANGGOTA Andisa Fardhana K. W (02) Aulia kusuma Fitrianti (05) Dhaifan Nur (07) Farah Raisyaputri Andu (13) Hanin Amalia Putri (19) Lalili Adi (24) Nur sekti (28) Rheza Kanzi (30) PETA KONSEP

Lebih terperinci

BAB 12 BATUAN DAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH

BAB 12 BATUAN DAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH BAB 12 BATUAN DAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH Tujuan Pembelajaran Kamu dapat mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan dan mengidentifikasi jenis-jenis tanah. Di sekitar kita terdapat berbagai

Lebih terperinci

JAWABAN PERTANYAAN EVOLUSI TUGAS

JAWABAN PERTANYAAN EVOLUSI TUGAS JAWABAN PERTANYAAN EVOLUSI TUGAS disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evolusi Oleh: Kelompok 10 Pendidikan Biologi A 2014 Ane Yuliani 1400537 Hanifa Ahsanu A. 1403883 Meilinda Alfiana 1403318

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 3. Mengenal Planet Bumilatihan soal 3.4

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 3. Mengenal Planet Bumilatihan soal 3.4 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 3. Mengenal Planet Bumilatihan soal 3.4 1. Muncul kehidupan manusia di bumi menurut kala geologi terdapat pada zaman. Prekambrium Kaenozoikum Paleozoikum Karbon Mesozoikum

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SURAT IJIN PENELITIAN

LAMPIRAN 1 SURAT IJIN PENELITIAN 88 LAMPIRAN 1 SURAT IJIN PENELITIAN 89 LAMPIRAN 2 SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN 90 91 LAMPIRAN 3 INSTRUMEN MOTIVASI BELAJAR IPA SEBELUM UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS No Pernyataan 1. Saya senang

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. Berdasarkan ketentuan World Association of Travel Agent (WATA)

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. Berdasarkan ketentuan World Association of Travel Agent (WATA) BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Wisata dan Pariwisata Berdasarkan ketentuan World Association of Travel Agent (WATA) pengertian Wisata adalah perjalanan keliling selama tiga hari,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya alam. Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang tinggi, baik

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata Kata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

Lebih terperinci

SD kelas 5 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 11. PEMBETUKAN TANAH SUBUR DAN STRUKTUR BUMILATIHAN SOAL BAB 11. magma. kawah. lahar. lava

SD kelas 5 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 11. PEMBETUKAN TANAH SUBUR DAN STRUKTUR BUMILATIHAN SOAL BAB 11. magma. kawah. lahar. lava SD kelas 5 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 11. PEMBETUKAN TANAH SUBUR DAN STRUKTUR BUMILATIHAN SOAL BAB 11 1. Batuan cair dan panas yang terdapat di dalam perut bumi adalah. magma kawah lahar lava Magma adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata, wisata dan wisata alam Pariwisata merupakan perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lain yang bukan tempat tinggalnya dan menetap sementara waktu

Lebih terperinci

PRIYAMBODO, M.SC. FOSIL DAN BATUAN

PRIYAMBODO, M.SC. FOSIL DAN BATUAN PRIYAMBODO, M.S C. FOSIL DAN BATUAN FOSIL Bahasa Latin, fossilis: menggali FOSIL Segala macam petunjuk atau bukti kehidupan masa lalu yang terdapat di berbagai lapisan tanah atau batuan Bagian tubuh yang

Lebih terperinci

Proses Pembentukan dan Jenis Batuan

Proses Pembentukan dan Jenis Batuan Proses Pembentukan dan Jenis Batuan Penulis Rizki Puji Diterbitkan 23:27 TAGS GEOGRAFI Kali ini kita membahas tentang batuan pembentuk litosfer yaitu batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf serta

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. Siklus I Pertemua I

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. Siklus I Pertemua I LAMPIRAN Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Siklus I Pertemua I Sekolah : SDN 2 Lamuk Wonosobo Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Kelas/Semester : V/2 Alokasi Waktu : 2x 35 Menit A. Standar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata. berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata. berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata Pada dasarnya pengembangan pariwisata adalah suatu proses yang berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.1

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.1 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.1 1. Jenis-jenis batuan : Contoh batuan: 1. karst 2. granit 3. marmer 4. giok 5. intan 6. konglomerat Batuan yang mempunyai nilai

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SURAT PENELITIAN

LAMPIRAN 1 SURAT PENELITIAN 66 LAMPIRAN 1 SURAT PENELITIAN 67 Ijin Uji Coba Validitas 68 Ijin Observasi danp enelitian 69 Ijin Observasi danp enelitian 70 Keterangan Uji Validitas 71 Keterangan Penelitian 72 Keterangan Penelitian

Lebih terperinci

DEFINISI- DEFINISI A-1

DEFINISI- DEFINISI A-1 DEFINISI- DEFINISI Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari

Lebih terperinci

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen 73 74 Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen 75 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARN (RPP) Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester Alokasi Waktu : Ilmu Pengetahuan Alam :

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Berbagai penelitian mengenai Pariwisata dan dukungan teknologi di dalamnya yang bertujuan untuk memajukan daerah pariwisata itu sendiri telah banyak dipublikasikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata dewasa ini adalah sebuah Negara bisnis. Jutaan orang mengeluarkan triliunan dollar Amerika, meninggalkan rumah dan pekerjaan untuk memuaskan atau membahagiakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Pengumpulan data melalui berbagai sumber dilakukan dalam proses untuk mendukung perancangan Tugas Akhir, pengumpulan data dapat melalui data literatur seperti buku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Parwisata berasal dari Bahasa Sanskerta, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap. Wisata berarti perjalanan, bepergian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan yang dapat menjadi suatu aset dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain sektor pertanian,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Obyek Wisata Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata dan salah satu alasan pengunjung melakukan perjalanan ( something to see).

Lebih terperinci

JAGAD RAYA DAN TATA SURYA VI

JAGAD RAYA DAN TATA SURYA VI KTSP & K-13 Kelas X geografi JAGAD RAYA DAN TATA SURYA VI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami karakteristik lapisan dan struktur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

BATU ALAM. Eko Sri Haryanto

BATU ALAM. Eko Sri Haryanto BATU ALAM Eko Sri Haryanto BATU ALAM Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil alam termasuk Batu Alam di dalamnya. Berbagai jenis batu Alam sejak dulu sudah dimanfaatkan hal ini terbukti dengan

Lebih terperinci

BAB I BENTUK MUKA BUMI

BAB I BENTUK MUKA BUMI BAB I BENTUK MUKA BUMI Tujuan Pembelajaran: Peserta didik mampu mendeskripsikan proses alam endogen yang menyebabkan terjadinya bentuk muka bumi. 2. Peserta didik mempu mendeskripsikan gejala diastropisme

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN 1 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN I. UMUM Tuhan Yang Maha Esa telah menganugerahi bangsa Indonesia kekayaan berupa sumber daya yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Lampung merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan Propinsi

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR ANALISIS LANSEKAP TEKTONISME

TUGAS TERSTRUKTUR ANALISIS LANSEKAP TEKTONISME TUGAS TERSTRUKTUR ANALISIS LANSEKAP TEKTONISME Oleh: Nama : Wulan Kartika Wardani NIM : 135040200111089 Kelas : D PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 TEKTONISME

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,

Lebih terperinci

Modul pertama Ekologi Manusia dan Alam Semesta, Modul ke-dua Bumi dan Kehidupan

Modul pertama Ekologi Manusia dan Alam Semesta, Modul ke-dua Bumi dan Kehidupan i M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah Ekologi Manusia membahas seluk-beluk ruang dalam kehidupan, termasuk benda, energi, tatanan dan makhluk hidup khususnya hal-ikhwal keberadaan manusia di dalamnya. Atas

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar, di antaranya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar, di antaranya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar, di antaranya adalah wisata alam, wisata budaya, wisata sejarah, wisata belanja, dan masih banyak lagi. Dari

Lebih terperinci

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR Oleh : MUKHAMAD LEO L2D 004 336 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hanisa Aprilia, 2014 Analisis Preferensi Wisatawan Terhadap Pengembangan Atraksi Wisata Di Cipanas Cileungsing

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hanisa Aprilia, 2014 Analisis Preferensi Wisatawan Terhadap Pengembangan Atraksi Wisata Di Cipanas Cileungsing 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan terbesar di dunia yang diapit oleh dua Samudra dan juga dua Benua. Pada bagian barat laut Indonesia berbatasan dengan Benua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam atau biasa disingkat SDA adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar GeografiLatihan Soal Objek studi geografi. Objek formal. Objek material.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar GeografiLatihan Soal Objek studi geografi. Objek formal. Objek material. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar GeografiLatihan Soal Objek studi geografi 1. Cara pandang atau metode untuk memecahkan permasalahan dalam persepsi geografi dapat digunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB 3. Pembentukan Lautan

BAB 3. Pembentukan Lautan BAB 3. Pembentukan Lautan A. Pendahuluan Modul ini membahas tentang teori dan analisa asal-usul lautan yang meliputi hipotesa pelepasan lempeng, teori undasi dan teori tektonik lempeng. Selain itu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaysia menemukan bahwa faktor destination awareness, motivation, WOM

BAB I PENDAHULUAN. Malaysia menemukan bahwa faktor destination awareness, motivation, WOM BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Isa dan Ramli (2014) dalam penelitiannya pada FRI Aquarium di Penang Malaysia menemukan bahwa faktor destination awareness, motivation, WOM memiliki pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutlak diperlukan guna untuk mencapai hasil yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. mutlak diperlukan guna untuk mencapai hasil yang diinginkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi pada saat ini menjadi bagian yang sangat penting di dalam kehidupan manusia. Hal tersebut didasarkan pada perkembangan jaman menuju arah yang lebih

Lebih terperinci

BATUAN BATUAN BEKU, BATUAN SEDIMEN, DAN BATUAN MALIHAN/METAMORF

BATUAN BATUAN BEKU, BATUAN SEDIMEN, DAN BATUAN MALIHAN/METAMORF BAB 3 LITOSFER PENGERTIAN LITOSFER Litosfer adalah lapisan kerak bumi, berasal dari bahasa latin litho yang berarti batuan dan sphaira yang berarti lingkungan atau bola. Lapisan ini terdiri atas zat padat

Lebih terperinci

Tema I Potensi dan Upaya Indonesia Menjadi Negara Maju

Tema I Potensi dan Upaya Indonesia Menjadi Negara Maju Tema I Potensi dan Upaya Indonesia Menjadi Negara Maju Peta Konsep Potensi lokasi Potensi Sumber Daya Alam Potensi Sumber Daya Manusia Potensi Sumber Daya Manusia Upaya Pemanfaatan Potensi lokasi, Sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata 2.1.1 Defenisi Pariwisata berasal dari dua suku kata bahasa Sansekerta, pari yang berarti banyak atau berkali-kali dan wisata yang berarti perjalanan atau bepergian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Travel & Tourism Competitiveness Report dari World Economic

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Travel & Tourism Competitiveness Report dari World Economic BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Travel & Tourism Competitiveness Report dari World Economic Forum disebutkan bahwa peringkat Pariwisata Indonesia naik dari peringkat ke- 70 pada tahun 2013 menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata sebagai kegiatan perekonomian telah menjadi andalan potensial dan prioritas pengembangan bagi sejumlah negara, terlebih bagi negara berkembang

Lebih terperinci

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dimana sebagian besar dari seluruh luas Indonesia adalah berupa perairan. Karena itu indonesia memiliki potensi laut yang besar

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman. BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi Penelitian xviii

DAFTAR ISI Halaman. BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi Penelitian xviii DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PRASARAT GELAR... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRAK... ix ABSTRACT...

Lebih terperinci

Pendahuluan Umur Relatif

Pendahuluan Umur Relatif Pendahuluan Upaya membagi sejarah bumi telah dilakukan sejak lama, tidak hanya secara relatif, tetapi juga secara absolut. Sebelum ada ilmu pengetahuan tentang geoiogi, di Eropa sudah berkembang perkiraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun. World Tourism

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun. World Tourism 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata telah menjadi industri terbesar dan memperlihatkan pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun. World Tourism Organization memperkirakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang turut mengembangkan perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki kekayaan

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH. A.Pembentukan Tanah

PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH. A.Pembentukan Tanah PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH A.Pembentukan Tanah Pada mulanya, permukaan bumi tidaklah berupa tanah seperti sekarang ini. Permukaan bumi di awal terbentuknya hanyalah berupa batuan-batuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring waktu berlalu, kondisi dunia bisnis yang kian kompetitif membuat banyak perusahaan harus mengatasi beratnya kondisi tersebut dengan membuat strategi

Lebih terperinci

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

III.1 Morfologi Daerah Penelitian TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 Morfologi Daerah Penelitian Morfologi suatu daerah merupakan bentukan bentang alam daerah tersebut. Morfologi daerah penelitian berdasakan pengamatan awal tekstur

Lebih terperinci

Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun

Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun MINGGU 4 Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun Lingkungan Alamiah Dan Buatan Manusia Para dipahami

Lebih terperinci

Seisme/ Gempa Bumi. Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang disebabkan kekuatan dari dalam bumi

Seisme/ Gempa Bumi. Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang disebabkan kekuatan dari dalam bumi Seisme/ Gempa Bumi Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang disebabkan kekuatan dari dalam bumi Berdasarkan peta diatas maka gempa bumi tektonik di Indonesia diakibatkan oleh pergeseran tiga lempeng besar

Lebih terperinci

BAB II SEKILAS TENTANG OBJEK WISATA. budaya serta bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya

BAB II SEKILAS TENTANG OBJEK WISATA. budaya serta bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya BAB II SEKILAS TENTANG OBJEK WISATA 2.1 Pengertian Objek Wisata Objek wisata adalah perwujudan ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dengan berbagai suku dan keunikan alam yang terdapat di Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai salah satu destinasi wisatawan yang cukup diminati, terbukti

Lebih terperinci

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, pasal

Lebih terperinci

BENTUK-BENTUK MUKA BUMI

BENTUK-BENTUK MUKA BUMI BENTUK-BENTUK MUKA BUMI Lili Somantri,S.Pd Dosen Jurusan Pendidikan Geografi UPI Disampaikan dalam Kegiatan Pendalaman Materi Geografi SMP Bandung, 7 September 2007 Peserta workshop: Guru Geografi SMP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang mempunyai pesisir dan lautan yang sangat luas, dengan garis pantai sepanjang 95.181 km dan 17.480 pulau (Idris, 2007). Indonesia

Lebih terperinci

kepada budi adi luhur masyarakat Bali sendiri. Penetapan pariwisata budaya yang

kepada budi adi luhur masyarakat Bali sendiri. Penetapan pariwisata budaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebagai Daerah Tujuan Wisata yang sudah dikenal secara luas, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, telah memberikan dampak positif terhadap perkembangan

Lebih terperinci

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Propinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata ( DTW ) Propinsi di Indonesia, memiliki keanekaragaman daya tarik wisata baik

Lebih terperinci

Lampiran 1 151

Lampiran 1 151 LAMPIRAN 150 Lampiran 1 151 152 153 ` 154 155 156 Lampiran 2 Data Mentah Uji Validitas Siklus I NOMOR SOAL NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata dan kawasan pengembangan pariwisata Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

BAB II TINJAUAN TEORITIS KEPARIWISATAAN BAB II TINJAUAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1. Pengertian Kepariwisataan, Pariwisata, dan Wisata Sesunguhnya pariwisata telah dimulai sejak dimulainya peradaban manusia itu sendiri, yang ditandai oleh adanya

Lebih terperinci

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. (a) (c) (b) (d) Foto 3.10 Kenampakan makroskopis berbagai macam litologi pada Satuan

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap.

Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap. Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap. Bersyukurlah, tanah kelahiran kita Cilacap Bercahaya dianugerahi wilayah dengan alam yang terbentang luas yang kaya

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Tari Seni tari merupakan seni menggerakkan tubuh secara berirama, biasanya sejalan dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu gagasan

Lebih terperinci

Jilid 1. Penulis : Arief Harisa Muhammad. Copyright 2013 pelatihan-osn.com. Cetakan I : Oktober Diterbitkan oleh : Pelatihan-osn.

Jilid 1. Penulis : Arief Harisa Muhammad. Copyright 2013 pelatihan-osn.com. Cetakan I : Oktober Diterbitkan oleh : Pelatihan-osn. Jilid 1 Penulis : Arief Harisa Muhammad Copyright 2013 pelatihan-osn.com Cetakan I : Oktober 2012 Diterbitkan oleh : Pelatihan-osn.com Kompleks Sawangan Permai Blok A5 No.12 A Sawangan, Depok, Jawa Barat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. satu-satunya planet dalam sistem tatasurya yang memiliki sebuah kehidupan,

I. PENDAHULUAN. satu-satunya planet dalam sistem tatasurya yang memiliki sebuah kehidupan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bumi merupakan sebuah planet dengan ukuran yang tergolong cukup kecil. Walaupun demikian bumi memiliki keunikannya sendiri. Planet bumi hanyalah satu-satunya planet dalam

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5 1. Perubahan iklim global yang terjadi akibat naiknya suhu permukaan air laut di Samudra Pasifik, khususnya sekitar daerah ekuator

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, api) adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu (Suwantoro, 1997: 35). Terbukti bahwa saat ini segala yang dapat menunjang

BAB I PENDAHULUAN. satu (Suwantoro, 1997: 35). Terbukti bahwa saat ini segala yang dapat menunjang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pariwisata di Indonesia telah dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi penting, bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor satu (Suwantoro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, ibukota negara Indonesia, merupakan kota yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, ibukota negara Indonesia, merupakan kota yang terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta, ibukota negara Indonesia, merupakan kota yang terus berkembang di berbagai aspek, baik itu dari aspek sosial, budaya, ekonomi maupun teknologi. Banyak sekali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki potensi besar dalam lingkup pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki potensi besar dalam lingkup pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki potensi besar dalam lingkup pariwisata. Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri yang memiliki prospek dan potensi cukup besar untuk

Lebih terperinci

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata untuk dikembangkan dan diupayakan menjadi daya tarik wisata daerah. Potensi wisata tersebut

Lebih terperinci

Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan Travel.

Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan Travel. Wisata Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kepariwisataan (Irawan, 2010:11) menjabarkan kata kata yang berhubungan dengan kepariwisataan sebagai berikut: Wisata : Perjalanan, dalam bahasa

Lebih terperinci

KERAGAMAN BENTUK MUKA BUMI: Proses Pembentukan, dan Dampaknya Terhadap Kehidupan

KERAGAMAN BENTUK MUKA BUMI: Proses Pembentukan, dan Dampaknya Terhadap Kehidupan KERAGAMAN BENTUK MUKA BUMI: Proses Pembentukan, dan Dampaknya Terhadap Kehidupan 1. Proses Alam Endogen Hamparan dataran yang luas, deretan pegunungan yang menjulang tinggi, lembah-lembah dimana sungai

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 6. Perkembangan Danau Borobudur dipengaruhi oleh adanya aktivitas vulkanik, tektonik, dan manusia. Ekosistem

Lebih terperinci

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada.

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada. DESKRIPSI BATUAN Deskripsi batuan yang lengkap biasanya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Deskripsi material batuan (atau batuan secara utuh); 2. Deskripsi diskontinuitas; dan 3. Deskripsi massa batuan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gunan di bidang pariwisata, salah satunya yaitu Tour and Travel. Terlebih

BAB I PENDAHULUAN. gunan di bidang pariwisata, salah satunya yaitu Tour and Travel. Terlebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia industri pariwisata di Indonesia telah tumbuh dan semakin berkembang. Perkembangan ini tidak terlepas dari peranan keberhasilan pemban gunan di bidang

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL PRA UTS BAB 2 SEBARAN BARANG TAMBANG DI INDONESIA

LATIHAN SOAL PRA UTS BAB 2 SEBARAN BARANG TAMBANG DI INDONESIA LATIHAN SOAL PRA UTS BAB 2 SEBARAN BARANG TAMBANG DI INDONESIA Kerjakan soal di bawah ini dengan menyilang huruf A,B,C,D, atau E yang kamu anggap benar! 1. Barang tambang yang disebut kastobiolith cair

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:www.google.com, 2011.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:www.google.com, 2011. BAB I PENDAHULUAN AQUARIUM BIOTA LAUT I.1. Latar Belakang Hampir 97,5% luas permukaan bumi merupakan lautan,dan sisanya adalah perairan air tawar. Sekitar 2/3 berwujud es di kutub dan 1/3 sisanya berupa

Lebih terperinci

DERET BOWEN DAN KLASIFIKASI BATUAN BEKU ASAM DAN BASA

DERET BOWEN DAN KLASIFIKASI BATUAN BEKU ASAM DAN BASA DERET BOWEN DAN KLASIFIKASI BATUAN BEKU ASAM DAN BASA Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah mineralogi Dosen pengampu : Dra. Sri Wardhani Disusun oleh Vanisa Syahra 115090700111001

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

Kita awali fenomena geosfer dari yang pertama: Atmosfer

Kita awali fenomena geosfer dari yang pertama: Atmosfer Geosfer merupakan satu istilah yang tidak pernah lepas dari ilmu geografi, karena pada dasarnya geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya gejala-gejala maupun fenomena geosfer berdasarkan

Lebih terperinci