BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1

2

3 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Pengumpulan data melalui berbagai sumber dilakukan dalam proses untuk mendukung perancangan Tugas Akhir, pengumpulan data dapat melalui data literatur seperti buku, koran, majalah, melalui media online-website serta wawancara dengan narasumber yang bergerak di bidangnya. Data ini akan digunakan sebagai referensi materi perancangan Pengertian Museum Menurut International Council of Museums/ICOM (ICOM Statutes, adopted by the 22 nd General Assembly, Vienna, 2007), pengertian museum adalah : A museum is a non-profit, permanent institution in the service of society and its development, open to the public, which acquires, conserves, researches, communicates and exhibits the tangible and intangible heritage of humanity and its environment for the purposes of education, study and enjoyment. Yang dapat diartikan juga sebagai museum adalah lembaga non-profit permanen dalam melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, dimana museum bertugas untuk mengumpulkan, melestarikan, meneliti dan memamerkan waeisan sejarah kemanusiaan yang berwujud barang maupun jasa beserta lingkungannya untuk tujuan pendidikan, penelitian dan hiburan. Melalui aktivitas pengumpulan dana, perawatan, penataan dan pameran, museum dapat dijadikan tempat penelitian dan sumber pengetahuan dan inspirasi. Museum juga merupakan sarana pendidikan dengan nilai edukasi yang tinggi sekaligus juga sebagai objek wisata yang menyenangkan. Hari Museum Internasional diperingati setiap tanggal 18 Mei. 7

4 Perkembangan Museum di Indonesia Perkembangan museum di Indonesia pada dasarnya cukup meningkat. Perhatian masyarakat pada lembaga museum adalah fenomena perkembangan yang cukup menarik untuk dicermati, jumlah pengunjung yang memperlihatkan kecenderungan naik adalah bentuk perhatian yang kongkrit dari masyarakat. Secara kelembagaan kepedulian ditandai dengan munculnya keinginan yang kuat lembaga-lembaga pemerintah dan swasta untuk mendirikan museum. Meningkatnya perhatian masyarakat tersebut seiring dengan meningkatnya tuntutan hidup di antaranya pengembangan dunia ilmu pengetahuan, kebudayaan dan interaksi antarnegara, museum menjadi alternatif bagi kepentingan pemenuh kebutuhan estetis budaya (Sudharto, 2001:26). Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, mencatat jumlah museum di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 275 museum. Museum-museum tersebut ada yang berada di bawah naungan Direktorat Museum, kementrian atau departemen atau lembaga pemerintah, pemerintah daerah, BUMN, perusahaan swasta, yayasan dan badan-badan lainnya, serta perseorangan atau pribadi. (Akbar, 2010:10-11). Angka yang relatif besar tersebut adalah potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai media yang bermanfaat untuk masyarakatnya. Berikut beberapa anggapan keliru dari masyarakat luas mengenai pandangan mereka tentang museum : 1. Museum adalah lembaga identik dengan masa lalu. 2. Museum tidak mempunyai dinamika. 3. Museum merupakan tempat menyimpan benda-benda kuno. 4. Masyarakat masih belum merasakan manfaat dari kehadiran museum. (Munandar dkk, 2004:4)

5 Jenis-Jenis Museum Menurut penyelenggaraannya, museum dapat dibagi menjadi : 1. Museum Pemerintah, yaitu museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh pemerintah baik pemerintah pusat atau pemerintah daerah. 2. Museum Swasta, yaitu museum yang didirikan dan diselenggarakan oleh perseorangan. Berdasarkan tingkat koleksinya, meseum dibagi menjadi : 1. Museum Nasional, yaitu museum yang memiliki benda koleksi dalam taraf nasional atau dari berbagai daerah di Indonesia. 2. Museum Regional, yaitu museum yang benda koleksinya terbatas dalam lingkup daerah regional. 3. Musuem Lokal, yaitu museum yang benda koleksinya hanya terbatas pada hasil budaya daerah tersebut. Tipe museum menurut Josep Montaner (1990) ditinjau secara bersama- sama dari segi program, ukuran, bentuk, dan kompleksitasnya adalah sebagai berikut : 1. Kompleks Kebudayaan Kompleks kebudayaan merupakan suatu tempat yang di dalamnya terdapat museum dan ruang-ruang yang digunakan untuk kegiatan pameran. Di dalam kompleks kebudayaan ini kegiatan museum merupakan bagian dari seluruh kegiatan yang ada. Selain itu, ada ruang-ruang pendukung seperti perpustakaan, auditorium, teater, pusat administrasi, lembaga kebudayaan, pusat kegiatan komersial seperti restoran, pertokoan, dan sebagainya. 2. Galeri Seni Nasional Jenis galeri ini termasuk dalam kelompok tipe museum yang ada di dalamnya mewadahi koleksi-koleksi berbagai macam seni. Jenis seni yang diwadahi berkaitan erat dengan kebudayaan wilayah setempat yang memiliki nilai historis.

6 10 3. Museum Seni Kontemporer Museum difungsikan sebagai wadah koleksi benda-benda seni kontemporer. Benda-benda seni yang dipamerkan merupakan hasil perkembangan seni yang telah mulai meninggalakan kesan tradisionalnya. 4. Museum IPTEK dan Industri Karakteristik museum ini terdapat pada koleksinya yang berupa benda yang berhubungan dengan kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta hasil-hasil kemajuan industri. Museum ini juga berfungsi sebagai pusat pendidikan atau pusat penelitian. 5. Museum yang Bertemakan Sejarah dan Kebudayaan Suatu Kota Pada jenis museum ini karakteristik ruang-ruang pameran berhubungan erat dengan koleksi yang bernilai sejarah. 6. Galeri dan Pusat Seni Kontemporer Pada prinsipnya Galeri dan Pusat Seni Kontemporer ini memiliki tipologi bangunan yang sama denganm Museum Seni Kontemporer. Perbedaan karakteristiknya dilihat dari masing-masing kegiatan. Galeri ini bersifat privat dari segi kepemilikan, sedangkan untuk Pusat Seni Kontemporer lebih bersifat umum. Sifat pamerannya lebih kearah non-pameran dan ada suatu kegiatan promosi dari sang seniman dalam menggelar karya-karya seninya. Dalam hal ini campur tangan seniman banyak berpengaruh pula terhadap penataan ruang pamerannya Tugas dan Fungsi Museum Tugas Museum: 1. Diarahakan kepada kegiatan untuk menetapkan agar melalui benda, dokumentasi visual dan bahan-bahan pendukung tambahan lainnya, aspek-aspek kebutuhan, aspek-aspek lingkungan hidup/kombinasi diantara keduanya, yang menjadi bidang garapan museum tersebut, menjadi sumber informasi yang mantap. 2. Kegiatan yang berkaitan dengan penyerahan/penyampaian sumbersumber informasi yang sudah mantap kepada pengunjung.

7 11 Fungsi Museum: International Council of Museums (ICOM) menyatakan bahwa fungsi museum ada 9, yang biasa disebut sebagai Nawa Darma : 1. Tempat pengumpulan dan pengaman warisan budaya dan alam. 2. Tempat dokumentasi dan penelitian ilmiah. 3. Konservasi dan preservasi. 4. Media penyebaran dan penyertaan ilmu untuk umum. 5. Tempat pengenalan dan penghayatan kesenian. 6. Visualisasi warisan budaya dan alam. 7. Media perkenalan budaya antar daerah dan antar bangsa. 8. Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia. 9. Pembangkit rasa bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan YME Tata Pameran Museum Dalam merancang sebuah museum, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, salah satunya adalah tata pameran museum. Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun tata pameran di museum : 1. Motivate Visitor Tata pameran yang baik harus mampu memotivasi pengunjung, kepada siapa informasi ditujukan, apakah pengunjung umum atau pengunjung khusus. 2. Focus Content Informasi yang disampaikan haruslah singkat dan padat sehingga pengunjung tidak dijejali informasi yang mengakibatkan malas untuk menerima informasi tersebut. 3. Immesion Informasi yang disajikan harus mampu untuk membuat pengunjung merasa terilbat dalam sebuah cerita dan membangkitkan rasa ingin tahu lebih lanjut. 4. Modularity Penyusunan tema-tema kecil haruslah bersifat menyeluruh dan mudah dipahami. Penyajian satu tema besar yang rumit tidaklah dianjurkan.

8 12 5. Skimmability Skimmablity adalah kemampuan sebuah informasi untuk dapat dicerna dalam waktu yang singkat. Sistem tata pameran dalam museum harus dibuat sedemikian rupa sehingga pengunjung dapat memahami informasi dengan mudah walaupun pengujung hanya membaca/melihat sepintas. 6. Patterns Pola sirkulasi pengunjung merupakan hal yang harus diperhatikan demi kemudahan mereka dalam memahami informasi yang disampaikan. 7. Capture Curiosity Bangkitkan rasa ingin tahu pengunjung dengan menggunakan teknik storytelling dan membuat mereka bertahan menikmati sebuah informasi. 8. Interaction Adanya koleksi yang dapat disentuh oleh pengunjung merupakan salah satu cara untuk membangun interaksi. 9. Integrate Technology Teknologi yang digunakan harus dapat meningkatkan pengalaman pengunjung, bukan sebaliknya. Teknologi sederhana yang dapat mengundang rasa ingin tahu pengunjung kadang-kadang lebih bermanfaat dibandingkan teknologi rumit yang akan membuat pengunjung bermain dengan perangkat teknologi yang ada (bukan mempelajari kandungan informsi yang ada dalam perangkat teknologi tersebut). 10. Layer Content Sajikan informasi secara berjenjang (layer) agar pengunjung mudah memahami apa yang ingin disampaikan Tata Cara Penyajian Koleksi Berdasarkan cara penyajian objek pamer dilakukan dengan memamerkan pbjek pamer melalui sarana penyajian yang ada. Penyajian yang palin tepat yaitu dengan menggunakan pameran, baik berbentuk tetap, pameran khusus, maupun pameran keliliung. Teknik pameran adalah suatu

9 13 pengetahuan yang berkaitan dengan fantasi, imajinasi, daya improvisasi dan ketrampilan tekns dan artistik tersendiri. Untuk karya dua dimensi hanya diperlukan dinding pameran dan penempatannya menggunakan ukuran penglihatan baku, sedangkan untuk karya tiga dimensi diperlukan ruangan yang cukup luas dan diupayakan supaya karya seni tiga dimensi itu dapat dilihat dari segala arah dan komposisi ruangan dan isinya cukup memberi rasa lega Integrasi dengan Masyarakat Museum sering dianggap sebagai bangunan penting atau landmark sebuah kota ataupun negara. Namun, pengalaman pengunjung juga harus nyaman dan ramah. Bentuk-bentuk yang familiar, perbandingan dimensi manusia dengan gedung dapat digunakan untuk menciptakan rasa nyaman. Penggunaan bentuk yang asing dapat digunakan sebagai pusat perhatian (command attention). Koreografi dari hubungan bentuk bangunan, material, detail, dan pemandangan memiliki kontribusi yang besar dalam menciptakan pengalaman pada pengunjung. Beberapa museum menggunakan hiburan untuk mengubah persepsi masyarakat dan untuk menarik pengunjung. Meskipun hiburan bisa menjadi alternatif dalam pameran museum, hiburan tidak boleh dominan untuk tetap menjaga fungsi utama dari museum dan koleksinya Standarisasi Ruang Organisasi Museum Museum dapat beroperasi dengan baik jika memilki denah yang sederhana dan jelas, diagram organisasi ruangan harus didasarkan pada lima zona dasar (Glenn Arbonies, 1973:680) : 1. Public/no collections 2. Public/collections 3. Non Public/no collections 4. Non Public/collections 5. Collections storage

10 14 Museum memiliki kebutuhan operasional yang sangat spesifik di setiap zona ini. Dua kebutuhan operasional yang paling penting adalah keamanan koleksi dan sistem HVAC dalam mempertahankan suhu secara konstan dan kelembaban relatif pada koleksi yang berumur selama 24 jam per hari. Perancangan dari pintu masuk hingga sirklasi dalam museum adalah hal paling penting dalam menjelajahi isi museum itu sendiri. Sirkulasi ini akan meningkatkan pengalaman pengunjung. Sirkulasi ini baik secara eksterior dan interior harus jelas dan logis. Dari ilustrasi diatas maka zona fungsi yang ideal dapat dibagi sebagai berikut: 1. Public Areas (Non-Collection) Checkroom Theater Food Services Information Desk Main Public Toilets Museum Lobby Retail (Museum Store) 2. Public Areas (Collection Spaces) Classrooms Exhibition Galleries Orientation 3. Non-Public Areas (Collections-Related) Workshop Crafting/Uncrafting Freight Elevator Collection Loading Dock Receiving 4. Non-Collection-Related Catering Kitchen Electrical Room Food Services/Kitchen General Storage

11 15 Mechanical Storage Museum Store Office Offices Conference Rooms Security Office 5. Super-Secure Spaces Collection Storafe Computer Network Room Security Equipment Room Fleksibilitas Museum membutuhkan fleksibilitas untuk berkembang dan menanggapi perkembangan teknologi baru, ide-ide pameran baru dan informasi. Oleh karena itu, perancangan museum harus menyediakan ruang dan hubungan tidak lebih spesifik dari yang diperlukan. Organisasi ruang dan pola sirkulasi yang dirancang haruslah dapat mengantisipasi potensi terjadinya perubahan. (Glenn Arbonies, 1973:680) Sirkulasi Pengunjung Jumlah orang yang akan ditampung oleh museum dalam setahun, hari biasa dan pada hari-hari puncak dalam sebulan penting untuk diketahui sebagai paduan dalam merancang sirkulasi ruangan. Pada angka itu juga anak-anak sekolah biasanya mewakili porsi yang signifikan dari angka penunjung museum. Perancangan dan peletakan signage juga harus diperhatikan. Ini penting agar museum dapat mengakomodasi tingkat kunjungan dengan sirkulasi yang maksimal. Meja informasi / keamanan juga harus ditempatkan dengan baik. Meja informasi memiliki peranan penting dalam membimbing pengujung dalam museum dan membuat staf mudah dalam menanggapi kebutuhan dan pertanyaan dari penunjung (Glenn Arbonies, 1973:681).

12 Toilet Umum Toilet umum harus bisa diakses dari lobby, selain itu juga harus dalam melayani fasilitas lain seperti auditorium, teater, dan retail (Glenn Arbonies, 1973:683) Exhibition Spaces Desain dalam museum harus dapat meningkatkan keterlibatan pengunjung dengan koleksi dalam museum. Beberapa museum bahkan berusaha untuk menciptakan keterlibatan pengujung secara menyeluruh (vertikal dan horizontal) dengan semua elemen dalam museum. Beberapa museum tidak mengharuskan adanya cahaya alami di daerah pameran, jika ada maka tingkatan cahaya alami akan disaring untuk menghilangkan gelombang panjang yang berbahaya. Biasanya cahaya alami akan dikontrol tergantung pada isi pameran. Ruang pameran haruslah murni ruangan visual tanpa adanya kekurangan dalam suhu, kelembaban, peletakan panel akses, signage dan alat pemadam kebakaran. Permukaan dinding juga harus mudah dicat ulang untuk memungkinkan museum mengontrol warna untuk memenuhi kebutuhan pameran yang dapat berubah. Ketinggian dinding pameran pada museum-museum baru adalah minimal 12ft (3.6m), namun untuk kebutuhan musuem kontemporer harus memiliki ketinggian yang jauh lebih tinggi yaitu 20ft (6m) ketinggian fleksibel. Museum bisa memberikan pengalaman melalui koleksinya tidak hanya melalui ruang pameran, tetapi juga bisa pada lobi utama, disamping itu berbagai koleksi 3 dimensi dapat ditampilkan secara sementara maupun permanen. Ruang administrasi, ruang rapat dan area sirkulasi juga bisa ditempatkan koleksi museum namun bukan karya yang paling berharga. (Glenn Arbonies, 1973:683)

13 17 Dua pintu (masuk-keluar) diperlukan dalam sebuah ruang pameran untuk menjaga dan pembentukan pola sirkulasi pengujung Standar Suhu pada Museum Beberapa museum sangat jarang dan memiliki transisi yang lama dalam perubahan suhu dan kelembaban. Koleksi museum umunya lebih toleran terhadap variasi suhu daripada kelembaban relatif. Namun kelembaban relatif sangat sensitif terhadap perubahan suhu dan itulah kenapa suhu harus dijaga secara konstan agar kelembaban relatif dapat dikontrol dalam kisaran 2% dari yang sudah ditentukan. Meskipun orang pada umumnya nyaman pada suhu 23 C 25 C, suhu 20 C 22 C adalah kisaran suhu rekomendasi pada museum (Glenn Arbonies, 1973:687) Standar Kelembaban Relatif pada Museum Pada umumnya, museum merekomendasikan kelembaban relatif secara konstan pada tingkatan 50%, kelembaban relatif yang konstan diperlukan karena barang koleksi biasanya sangat sensitif terhadap sedikit perubahan kelembaban. Pada kondisi yang palin buruk, karya-karya yang terbuat dari bahan-bahan yang berbeda dapat mengalami perubahan tekstur dan ukuran yang dapat menyebabkan kerusakan pada benda koleksi. Faktanya, setiap benda koleksi dan benda koleksi yang dipinjamkan ke museum kemungkinan besar memiliki kebutuhan dengan spesifikasi tersendiri (Glenn Arbonies, 1973:687) Pencahayaan Buatan dan Alami pada Museum Untuk penggunaan yang fleksibel, museum biasanya dirancang dengan kapasitas pencahayaan yang lebih dari minimum, terutama di ruang pameran. Kebutuhan dan sistem pencahayaan bervariasi sesuai dengan fungsi ruang dan jenis pameran. Contohnya, sebuah museum sejarah hanya membutuhkan sedikit distribusi cahaya pada area sirkulasi, sedangkan

14 18 pada bagian pameran membutuhkan cahaya yang lebih tinggi dan fokus. Kerusakan yang disebabkan oleh pencahayaan umumnya sulit dihindari. Mempertahankan benda koleksi tetap mengundang dengan tetap mengikuti standar pencahayaan sangatlah sulit. Energi yang dihasilkan dari cahaya menaikan suhu permukaan objek dan menciptakan micro-climate dari berbagai kelembaban relatif dan reaksi kimia. Museum harus mampu mengendalikan tingkat cahaya pada setiap koleksi agar tidak mempercepat penuaan pada koleksi (Glenn Arbonies, 1973:689) Akustik pada Museum Kebutuhan akustik bervariasi secara substansial dalam museum. Akustik dalam semua ruangan harus senyaman mungkin bagi individu maupun kelompok. Penting bagi pemandu museum untuk dapat didengar oleh para kelompok pengunjung tanpa mengganggu pengunjung lain. Beberapa ruangan seperti ruang administrasi, auditorium dan ruang konferensi dirancang dengan akustik yang khusus dan berbeda berdasarkan fungsinya (Glenn Arbonies, 1973:691) Keamanan pada Museum Standar operasional pada museum harus aman, tidak hanya pada sistem penjagaan manusia maupun penjagaan elektronik, tetapi juga dengan tata letak dan desain ruangan. Semua aspek pada museum harus dirancang untuk keamanan koleksi. Koleksi museum harus aman dari ancaman pencurian dan penyalahgunaan. Ini berlaku untuk masyarakat yang menujungi dan juga oleh staf (staff theft). Haruslah ada satu pintu masuk publik dan satu pintu masuk staf terpisah (bergantung pada ukuran museum). Prioritas utama keamanan adalah pada keamanan koleksi museum, dimana sistem keamanan museum berbeda dengan standar keamanan bangunan lain (Glenn Arbonies, 1973:681)

15 Proteksi Kebakaran pada Museum Pengelolaan museum memerlukan alat deteksi kebakaran dan sistem preventif yang dapat memberikan pengertian dini untuk perlindungan yang maksimal. Sistem ini harus terintegrasi dengan sistem keamanan untuk melaporkan kondisi yang menyebabkan alarm tersebut untuk dilakukan pengecekan dan tindakan korektif oleh para staf terlatih, sistem ini dilakukan untuk mencegah koleksi yang dapat rusak karena air yang berasal dari sprinkler yang disebabkan oleh aktuasi, kebocoran dan false alarms (Glenn Arbonies, 1973:691) Pengertian Geologi Geologi adalah suatu bidang ilmu pengetahuan kebumian yang mempelajari segala sesuatu mengenai planet Bumi beserta isinya yang pernah ada. Merupakan kelompok ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur, proses-proses yang bekerja baik didalam maupun diatas permukaan bumi, kedudukannya di Alam Semesta serta sejarah perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang. Geologi dapat digolongkan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang komplek, mempunyai pembahasan materi yang beraneka ragam namun juga merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan yang menarik untuk dipelajari. Ilmu ini mempelajari dari benda-benda hingga seukuran benua dan samudera. Hampir semua kebutuhan kita sehari-hari diperoleh dari bumi mulai dari perhiasan, perlengkapan rumah tangga, alat transportasi hingga ke bahan energiny, seperti minyak dan gas bumi serta batubara. Dan hampir setiap bentuk kegiatan manusia akan berhubungan dengan bumi, baik itu berupa pembangunan teknik sipil seperti bendungan, jembatan, gedunggedung bertingkat yang dibangun diatas permukaan bumi, maupun untuk memenuhi kebutuhannya seperti bahan tambang maupun energi seperti migas dan batubara, yang harus digali dan diambil dari dalam bumi. Kaitannya yang sangat erat dalam bidang geologi menyebabkan ilmu ini semakin banyak dipelajari, tidak saja oleh para geolog, tetapi juga bagi lainnya yang bidang profesinya mempunyai kaitan yang erat dengan bumi.

16 20 Seorang ahli geologi disebut Geologis, mempunyai tugas disamping melakukan penelitian-penelitian untuk mengungkapkan misteri yang masih menyelimuti proses-proses yang berhubungan dengan bahanbahan yang membentuk bumi, gerak-gerak dan perubahan yang terjadi seperti gempa bumi dan meletusnya gunung api, juga mencari dan mencoba menemukan bahan-bahan yang kita butuhkan yang diambil dari dalam bumi seperti bahan tambang, minyak dan gas bumi. Dengan semakin berkembangnya penghuni bumi, dimana sebelumnya pemilihan wilayah pemukiman bukan merupakan masalah, sekarang ini pengembangan wilayah harus memperhatikan dukungan terhadap lingkungan yang ditentukan oleh faktor-faktor geologi agar pembangunannya tidak merusak keseimbangan alam. Selain itu seorang ahli geologi juga mempelajari sifat-sifat bencana alam, seperti banjir, longsor, gempa bumi, dll; meramalkan dan bagaimana cara menghindarinya Ruang Lingkup Geologi Dasar Ilmu geologi dibagi dalam berbagai cabang ilmu, berikut cabang-cabang ilmu geologi: 1. Geologi Struktur Ilmu yang mempelajari tentang susunan bumi serta hubungannya dengan jenis-jenis batuan yang terbentuk dikerak bumi. 2. Geologi Pertambangan Ilmu yang mempekajari tentang kandungan mineral atau bahan-bahan tambang yang dimungkinkan untuk dimanfaatkan untuk keperluan industri atau keperluan lainnya. 3. Geologi Minyak Ilmu yang mempelajari tentang kemungkinan adanya bahan fosil yang dapat dipergunakan sebagai bahan bakar (sumber energi) minyak dan gas bumi.

17 21 4. Geologi Teknik Ilmu yang mempelajari tentang keadaan permukaan bumi yang dikaitkan dengan kekuatan tanah untuk penopang konstruksi bangunan (jembatan, terowongan, dll) 5. Petrologi Ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat batuan penyusun bumi dan manfaatnya. 6. Mineralogi Ilmu yang mempelajari tentang sifat dan ciri mineral-mineral yang terdapat dalam bumi dan manfaatnya bagi manusia serta dampaknya terhadap sifat dan ciri tanah. 7. Vulkanologi Ilmu yang mempelajari tentang sifat, ciri serta pembentukan gunungapi serta pengaruhnya terhadap kehidupan. 8. Seismologi Ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat gerakan kerak bumi berupa gempa bumi serta dampaknya terhadap susunan kerak bumi dan bentuk permukaan bumi. 9. Stratigrafi Ilmu yang mempelajari tentang lapisan-lapisan bumi baik dari sifat lapisan maupun proses terjadinya pelapisan. 10. Geofisika Ilmu yang mempelajari tentang pembentukan keadaan permukaan bumi dan atmosfer seperti perubahan angin iklim dan beberapa sifat fisiknya lainnya yang mempengaruhi permukaan bumi. 11. Geokimia Ilmu yang mempelajari tentang sistem penyusun bum dilihat dari aspek kimia seperti kelarutan unsur dan karakteristi unsur dalam tanah. 12. Geologi Sejarah Ilmu yang mempelajari tentang evolusi kehidupan di permukaan bumi yang meliputi peradapan manusia di permukaan bumi dan pengaruhnya terhadap lingkungan.

18 Paleontologi Ilmu yang mempelajari tentang keadaan fosil-fosil yang terkandung dalam batuan yang dapat mengungkapkan sejarah masa lalu. 14. Geomorfologi Ilmu yang tentang proses-proses yang berhubungan dengan pembentukan permukaan bumi dan pengaruhnya terhadap kondisi setempat. 15. Sedimentologi Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang seluk-beluk batuan endapan (batuan sedimen) meliputi klasifikasi, jenis dan macamnya serta pembentukannya Sejarah Bumi dan Kehidupannya Berikut adalah pembagian masa kehidupan yang dikutip dari buku Physical Geology. 1. Masa Arkeozoikum (4,5 2,5 milyar tahun lalu) Arkeozoikum artinya Masa Kehidupan Purba Masa Arkeozoikum (Arkean) merupakan masa awal pembentukan batuan kerak bumi yang kemudian berkembang menjadi protokontinen. Batuan masa ini ditemukan di beberapa bagian dunia yang lazim disebut kraton/perisai benua. Batuan tertua tercatat berumur kira-kira tahun. Masa ini juga merupakan awal terbentuknya Indrosfer dan Atmosfer serta awal muncul kehidupan primitif di dalam samudera berupa mikroorganisma (bakteri dan ganggang). Fosil tertua yang telah ditemukan adalah fosil Stromatolit dan Cyanobacteria dengan umur kira-kira tahun. 2. Masa Proterozoikum (2,5 milyar 290 juta tahun lalu) Proterozoikum artinya masa kehidupan awal. Masa Proterozoikum merupakan awal terbentuknya hidrosfer dan

19 23 atmosfer. Pada masa ini kehidupan mulai berkembang dari organisme bersel tunggal menjadi bersel banyak (enkaryotes dan prokaryotes). Menjelang akhir masa ini organisme lebih kompleks, jenis invertebrata bertubuh lunak seperti uburubur, cacing dan koral mulai muncul di laut-laut dangkal, yang bukti-buktinya dijumpai sebagai fosil sejati pertama. Masa Arkeozoikum dan Proterozoikum bersama-sama dikenal sebagai masa Pra-Kambrium 3. Zaman Kambrium ( juta tahun lalu) Kambrium berasal dari kata Cambria nama latin untuk daerah Wales di Inggris, dimana batuan berumur kambrium pertama kali dipelajari. Banyak hewan invertebrata mulai muncul pada zaman Kambrium. Hampir seluruh kehidupan berada di lautan. Hewan zaman ini mempunyai kerangka luar dan cangkang sebagai pelindung. Fosil yang umum dijumpai dan penyebarannya luas adalah, Alga, Cacing, Sepon, Koral, Moluska, Ekinodermata, Brakiopoda dan Artropoda (Trilobit). Sebuah daratan yang disebut Gondwana (sebelumnya pannotia) merupakan cikal bakal Antartika, Afrika, India, Australia, sebagian Asia dan Amerika Selatan. Sedangkan Eropa, Amerika Utara, dan Tanah Hijau masih berupa benua-benua kecil yang terpisah 4. Zaman Ordovisium ( juta tahun lalu) Zaman Ordovisium dicirikan oleh munculnya ikan tanpa rahang (hewan bertulang belakang paling tua) dan beberapa hewan bertulang belakang yang muncul pertama kali seperti Tetrakoral, Graptolit, Ekinoid (Landak Laut), Asteroid (Bintang Laut), Krinoid (Lili Laut) dan Bryozona. Koral dan Alaga berkembang membentuk karang, dimana trilobit dan Brakiopoda mencari mangsa. Graptolit dan Trilobit melimpah, sedangkan Ekinodermata dan Brakiopoda mulai menyebar. Meluapnya Samudra dari Zaman Es merupakan

20 24 bagian peristiwa dari zaman ini. Gondwana dan benua-benua lainnya mulai menutup celah samudera yang berada di antaranya. 5. Zaman Silur ( juta tahun lalu) Zaman silur merupakan waktu peralihan kehidupan dari air ke darat. Tumbuhan darat mulai muncul pertama kalinya termasuk Pteridofita (tumbuhan paku). Sedangkan Kalajengking raksasa (Eurypterid) hidup berburu di dalam laut. Ikan berahang mulai muncul pada zaman ini dan banyak ikan mempunyai perisai tulang sebagai pelindung. Selama zaman Silur, deretan pegunungan mulai terbentuk melintasi Skandinavia, Skotlandia dan Pantai Amerika Utara. 6. Zaman Devon ( juta tahun lalu) Zaman Devon merupakan zaman perkembangan besarbesaran jenis ikan dan tumbuhan darat. Ikan berahang dan ikan hiu semakin aktif sebagai pemangsa di dalam lautan. Serbuan ke daratan masih terus berlanjut selama zaman ini. Hewan Amfibi berkembang dan beranjak menuju daratan. Tumbuhan darat semakin umum dan muncul serangga untuk pertama kalinya.samudera menyempit sementara, benua Gondwana menutupi Eropa, Amerika Utara dan Tanah Hijau (Green Land) 7. Zaman Karbon ( juta tahun lalu) Reptilia muncul pertama kalinya dan dapat meletakkan telurnya di luar air. Serangga raksasa muncul dan ampibi meningkat dalam jumlahnya. Pohon pertama muncul, jamur Klab, tumbuhan ferm dan paku ekor kuda tumbuh di rawarawa pembentuk batubara. Pada zaman ini benua-benua di muka bumi menyatu membentuk satu masa daratan yang disebut Pangea, mengalami perubahan lingkungan untuk berbagai bentuk kehidupan. Di belahan bumi utara, iklim

21 tropis menghasilkan secara besar-besaran, rawa-rawa yang berisi dan sekarang tersimpan sebagai batubara Zaman Perm ( juta tahun lalu) Perm adalah nama sebuah propinsi tua di dekat pegunungan Ural, Rusia. Reptilia meningkat dan serangga modern muncul, begitu juga tumbuhan konifer dan Grikgo primitif. Hewan Ampibi menjadi kurang begitu berperan. Zaman perm diakhiri dengan kepunahan micsa dalam skala besar, Tribolit, banyak koral dan ikan menjadi punah. Benua Pangea bergabung bersama dan bergerak sebagai satu massa daratan, Lapisan es menutup Amerika Selatan, Antartika, Australia dan Afrika, membendung air dan menurunkan muka air laut. Iklim yang kering dengan kondisi gurun pasir mulai terbentuk di bagian utara bumi. 9. Zaman Trias ( juta tahun lalu) Gastropoda dan Bivalvia meningkat jumlahnya, sementara amonit menjadi umum. Dinosaurus dan reptilia laut berukuran besar mulai muncul pertama kalinya selama zaman ini. Reptilia menyerupai mamalia pemakan daging yang disebut Cynodont mulai berkembang. Mamalia pertamapun mulai muncul saat ini. Dan ada banyak jenis reptilia yang hidup di air, termasuk penyu dan kura-kura. Tumbuhan sikada mirip palem berkembang dan Konifer menyebar. Benua Pangea bergerak ke utara dan gurun terbentuk. Lembaran es di bagian selatan mencair dan celahcelah mulai terbentuk di Pangea. 10. Zaman Jura ( juta tahun lalu) Pada zaman ini, Amonit dan Belemnit sangat umum. Dinosaurus menguasai daratan, Ichtiyosaurus berburu di dalam lautan danpterosaurus merajai angkasa. Banyak dinosaurus tumbuh dalam ukuran yang luar biasa. Burung

22 26 sejati pertama (Archeopterya) berevolusi dan banyak jenis buaya berkembang. Tumbuhan Konifer menjadi umum, sementara Bennefit dan Sequola melimpah pada waktu ini. Pangea terpecah dimana Amerika Utara memisahkan diri dari Afrika sedangkan Amerika Selatan melepaskan diri dari Antartika dan Australia. Zaman ini merupakan Zaman yang paling menarik anak-anak setelah difilmkannya Jurrasic Park. 11. Zaman Kapur ( juta tahun lalu) Banyak dinosaurus raksasa dan reptilia terbang hidup pada zaman ini. Mamalia berari-ari muncul pertama kalinya. Pada akhir zaman ini Dinosaurus, Ichtiyosaurus, Pterosaurus, Plesiosaurus, Amonit dan Belemnit punah. Mamalia dan tumbuhan berbunga mulai berkembang menjadi banyak bentuk yang berlainan. Iklim sedang mulai muncul. India terlepas jauh dari Afrika menuju Asia. Zaman ini adalah Zaman akhir dari kehidupan biantang-binatang raksasa. 12. Zaman Tersier (65 1,7 juta tahun lalu) Pada zaman tersier terjadi perkembangan jenis kehidupan seperti munculnya primata dan burung tak bergigi berukuran besar yang menyerupai burung unta, sedangkan fauna laut sepert ikan, moluska dan echinodermata sangat mirip dengan fauna laut yang hidup sekarang. Tumbuhan berbunga pada zaman Tersier terus berevolusi menghasilkan banyak variasi tumbuhan, seperti semak belukar, tumbuhan merambat dan rumput. Pada zaman Tersier Kuarter, pemunculan dan kepunahan hewan dan tumbuhan saling berganti seiring dengan perubahan cuaca secara global. 13. Zaman Kuarter (1,7 juta tahun lalu sekarang) Zaman Kuarter terdiri dari kala Plistosen dan Kala Holosen. Kala Plistosen mulai sekitar 1,8 juta tahun yang lalu dan berakhir pada tahun yang lalu. Kemudian diikuti oleh

23 27 Kala Holosen yang berlangsung sampai sekarang. Pada Kala Plistosen paling sedikit terjadi 5 kali Zaman es (Zaman glasial). Pada Zaman glasial sebagian besar Eropa, Amerika utara dan Asia bagian utara ditutupi es, begitu pula Pegunungan Alpen, Pegunungan Cherpatia dan Pegunungan Himalaya Di antara 4 Zaman es ini terdapat Zaman Intra Glasial, dimana iklim bumi lebih hangat. Manusia purba jawa (Homo erectus yang dulu disebut Pithecanthropus erectus) muncul pada Kala Plistosen. Manusia Modern yang mempunyai peradaban baru muncul pada Kala Holosen. Flora dan fauna yang hidup pada Kala Plistosen sangat mirip dengan flora dan fauna yang hidup sekarang. 2.2 Tinjauan Khusus Museum Geologi Bandung Keberadaan Museum Geologi sangat erat kaitannya dengan sejarah penyelidikan geologi di Indonesia yang telah dimulai sejak tahun 1850-an. Pada saat itu, lembaga yang mengkoordinasikan penyelidikan geologi adalah Dienst van het Mijnwezen. Museum Geologi diresmikan pada 16 Mei 1929, bertepatan dengan pembukaan Kongres Ilmu Pengetahuan Pasifik ke-iv yang diselenggarakan di Institut Teknologi Bandung. Gedung ini berfungsi sebagai perkantoran yang dilengkapi dengan saran perkantoran yang dilengkapi dengan sarana laboratorium geologi dan museum untuk menyimpan dan memperagakan hasil survei geologi. Sejalan dengan dinamika sejarah, secara kelembagaan Museum Geologi terus mengalami perubahan. Pada zaman pemerintahan Belanda ( ), Museum Geologi disebut Geologisch Laboratorium dan merupakan unit kerja dari Dienst van het Mijnwezen yang berganti nama menjadi Dienst van den Mijnbouw. Kemudian pada Zaman pendudukan Jepang ( ). Dienst van den Mijnbouw diganti namanya menjadi Kogyoo Zimusho yang kemudian

24 28 berganti nama menjadi Tisitutyosazyo dimana Museum Geologi sebagai bagian dari Laboratorium Paleontologi dan Kimia. Setelah Indonesia merdeka pada 1945, pengelolaan Museum Geologi berada di bawah Pusat Djawatan Tambang dan Geologi (PDTG, ) institusi ini berganti nama menjadi Djawatan Pertambangan Republik Indonesia ( ), berganti nama lagi menjadi Djawatan Geologi ( ), Pusat Djawatan Geologi ( ), Djawatan Geologi ( ), Direktorat Geologi ( ), Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi ( ). Pada 2003 Museum Geologi menjadi Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi (UPT MG), di bawah Pusat Survei Geologi, Badan Geologi, Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral. Pada 2013, berdasarkan Permen ESDM No. 12 Tahun 2013, Museum Geologi menjadi Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi (UPT MG), dibawah Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral. Salah satu tugas fungsi Badan Geologi, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) adalah menyebarluaskan informasi kegeologian kepada seluruh lapisan masyarakat, oleh karean itu dibangunlah beberapa museum kegeologian di beberapa daerah dalam era kemerdekaan ini setelah keberadaan Museum Geologi di Bandung sejak 16 Mei Museum-museum kegeologian yang dikelola dan dipelihara oleh Badan Geologi, KESDM : Museum Geologi di Bandung, Jawa Barat Museum Kars Indonesia di Wonogiri, Jawa Tengah Museum Gunungapi Batur di Bangli, Bali Museum Gunung Merapi di Sleman, Yogyakarta Museum Tsunami di Banda Aceh, Aceh (Dua buah Museum di bawah KESDM, namun di luar Badan Geologi adalah Museum Minyak dan Gas Bumi Gawitra, dan Museum Listrik dan Energi Baru, di TMII, Jakarta).

25 29 Salah satu tujuan didirikannya Museum Kegeologian adalah untuk memasyarakatkan geologi. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidan dilmu kebumian, serta banyakanya fenomena geologi yang terjadi, Museum Kegeologian di Indonesia mulai bermunculan dengan tema yang sesuai dengan potensi geologi dan potensi kebencanaan serta fenomena geologi yang terjadi serta kebutuhan informasi bagi masyarakat. Geopark adalah konsep pengembangan kawasan berbasis pemanfaatan potensi geodiversity secara terintegrasi dengan biodiversity dan cultural diversity dengan menerapkan prinsip konservasi yang disinergikan dengan rencana tata ruang. Geotourism adalah konsep pengembangan wisata minat khusus dengan memanfaatkan informasi geologi populer untuk menjelaskan keindahan, keunikan dan kelangkaan objek-objek geodiversity. Ecotourism adalah konsep pengembangan wisata alam dan budaya berbasis komunitas lokal (community-based tourism) yang diselenggarakan sesuai standar tertentu dengan memanfaatkan aspek biodiversity, cultural diversity dan geodiversity. Geosite adalah situs geologi yang terbentuk secara alami dan mengandung komponen keragaman geologi tertentu yang unik, langka dan bernilai keilmuan tinggi. Geotope adalah objek atau bagian tertentu yang terbentuk secara alami di permukaan bumi yang memiliki ciri geologi dan geomorfologi bersifat luar biasa (outstanding) sehingga perlu dilindungi dari pengaruh-pengaruh kegiatan manusia (anthropogenic) yang dapat merusak keberadaannya. Geoheritage adalah warisan geologi yang terbentuk secara alami dan memiliki nilai tinggi karena mempresentasikan rekaman proses geologi yang saling berhubungan sehingga secara keilmuan merupakan bagian penting dari sejarah dinamika bumi.

26 Informasi Umum Geologi Bandung Lokasi : Jl. Diponegoro No. 57 Kelurahan Cihaurgeulis, Kec. Cibeunying Kaler Bandung Biaya Tiket : Mahasiswa / Pelajar Rp 2.000,- Umum Rp 3.000,- Asing / Pelajar Asing Rp ,- Jam Operasional : Senin Kamis ( WIB) Sabtu Minggu ( WIB) Telp : Fax : museumgeologi@grdc.esdm.go.ig Ketinggian : 703 m dpl Koleksi museum : batuan dan mineral, fosil Koleksi yang : mineral, batuan dan fosil dipamerkan Visi dan Misi Museum Geologi Bandung Visi Mewujudkan sumber informasi berupa dokumentasi koleksi dan warisan geologi Indonesia yang profesional untuk masyarakat. Misi 1. Memperagakan dan mengkomunikasikan koleksi museum 2. Menyediakan informasi dan materi edukasi geologi 3. Mengdokumentasikan dan mngkonservasi koleksi museum 4. Melakukan penelitian koleksi dan pengembangan museum 5. Melakukan pameran museum dan geologi 6. Melakukan penyuluhan serta sosialisasi geologi 7. Melakukan kerja sama dengan instansi dan sekolah-sekolah

27 31 8. Melakukan pengelolaan museum secara profesional serta memberikan jasa permuseuman Data Pengunjung Museum Geologi Bandung ( ) Tabel 2.1 Tabel Data Pengunjung Museum Geologi Bandung ( ) Tahun Jumlah Kunjungan Total Pelajar Umum Asing Tabel 2.1 Tabel Data Pengunjung Museum Geologi Bandung ( ) Dari data tabel diatas dapat disimpulkan persentase pengunjung di Museum Geologi Bandung adalah 84% pelajar (SD tingkat 5- SMA tingkat 3, mahasiswa), 14,5% umum, dan 1,5 wisatawan asing Layanan Museum Geologi Bandung Ruang Peragaan 1. Peragaan Sejarah Kehidupan Ruang Sejarah Kehidupan menggambarkan perkembangan kehidupan di muka bumi yang dimulai sejak kelahiran bumi 4,6 milyar tahun lalu,

28 32 terbentuknya litosfer, atmosfer dan hidrosfer sekitar 3,8 milyar tahun lalu, munculnya kehidupan awal berupa mikro-organisme sejenis ganggang & bakteri sekitar 3,5 milyar tahun lalu yang diwaliki oleh fosil tertua, yaitu Stromatolit. Kemudian ditampilkan juga perkembangan kehidupan dari zaman ke zaman, mulai dari kehidupan di dalam air hingga migrasi ke darat, mulai dari organisme bersel satu hingga organisme bersel banyak, mulai dari hewan invertebrata hingga vertebrata, mulai dari tumbuhan paku hingga tumbuhan berbunga. Kemudian dilanjutkan dengan kehidupan dari zaman ke zaman sejak masa Prakambrium hingga masa sekarang. Bagian ini diakhiri dengan sejarah geologi Bandung yang mengisahkan terbentuknya danau Bandung purba (Situ Hiang) dan berbagai fosil yang ditemukan di wilayah Bandung. Pada peragaan ini juga tersedia ruang khusus yang memajang berbagai replika fosil manusia purba di dunia dan fosil manusia purba Indonesia seperti Homo erectus yang dikenal di seluruh dunia dengan sebutan Java Man. 2. Peragaan Geologi Indonesia Peragaan ini diawali dengan proses pembentukan bumi dalam tata surya keluarga matahari. Di sini ditampilkan koleksi meteorit dan tektit. Selanjutnya digambarkan tentang perkembangan kepulauan Indonesia sejak 50 juta tahun lalu hingga kondisinya sekarang menurut teori tektonik lempeng terkait dengan keberadaan kepulauan Indonesia diantara 3 lempeng tektonik : Eurasia, Pasifik dan Indo-Australia yang menyebabkan terjadinya berbagai fenomena geologi seperti gempabumi, tsunami dan aktivitas gunungapi. Pada peragaan ini juga menampilkan berbagai jenis dan

29 klasifikasi mineral maupun batuan beserta cara mengenalnya Peragaan Sumber Daya Geologi Mengupas berbagai jenis potensi sumber daya mineral dan energi serta air tanah yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Sumber daya mineral meliputi berbagai jenis mineral logam dan non-logam, termasuk di dalamnya batu mulia. Sumber daya energi meliputi energi konvensional seperti minyak bumi, gas bumi dan batubara serta energi alternatif seperti panas bumi. Sumber daya air khususnya air tanah merupakan potensi yang sangat dibutuhkan bagi kelangsungan hidup manusia. 4. Peragaan Manfaat dan Bencana Geologi dalam Kehidupan Manusia Pada baigan peragaan ini tedapat berbagai sejarah bencana geologi yang pernah terjadi di Indonesia yang mempengaruhi kehidupan manusia, pengunjung juga diberkan edukasi melalui simulasi-simulasi bencana alam yang dapat merangsang otak kita ketika terjadi bencana alam Outdoor Exhibition Di beberapa sudut strategis di luar Museum Geologi terpajang koleksi batuan dan fosil kayu. Koleksi batuan berupa bongkah batu gamping merah dan rijang dari Karangsambung yang merupakan penciri endapan laut dalam. Koleksi fosil kayu langka yang didatangkan dari Sukabumi dan Banten dipajang sebagai ornamen dan penciri Museum Geologi.

30 34 Juga terdapat sarana bermain untuk anak-anak berupa kolam pasir yang diisi replika fosil vertebrata sebagai ajang pengenalan interaktif kegiatan pencarian dan rekonstruksi fosil Toko Cinderamata & Kafetaria Menyediakan aneka cinderamata berupa bantuan & fosil, buku & CD pengetahuan geologi, kit edukasi seperti batuan untuk pembelajaran siswa, peralatan geologi sepert palu, kompas, komparator, dll Auditorium & Ruang Edukasi Saran untuk pemutaran film, seminar, ceramah, sosialisasi, dll Guide / Private Tour Untuk melakukan tur keliling museum dengan bantuan guide, dapat melakukan reservasi pada meja resepsionis Kunjungan Sekolah & Rombongan Museum menerima kunjungan sekolah atau rombongan secara khusus, juga menawarkan program khusus berupa materi pendidikan yang menarik bagi anakanak.

31 Struktur Organisasi Museum Geologi Bandung Struktur Organsisasi Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi : Kepala Museum Geologi Kepala Sub Bagian Tata Usaha - Perencana Pertama Aspirasi - Pertama Analis Kepegawaian Pertama - Penyusun Rencana Pranata Komputer - Pertama Pranata Komputer Pelaksana - Lanjutan Pengadministrasi Keuangan - Pengelola Barang Milik Negara - Pengelola Perbendaharaan - Pengadministrasi Umum - Pengadministrasi - Kepegawaian - Bendahara Kepala Seksi Dokumentasi dan Konservasi Kepala Seksi Edukasi dan Informasi Kepala Seksi Peragaan - Kurator Museum - Surveyor Pemetaan Pelaksana - Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan - Teknisi Litkayasa Pelaksana - Teknisi Survei - Pengadministrasi Data - Kurator Museum - Pemandu Museum - Pengadministrasi Data - Peneliti Madya - Peneliti Pertama - Peneliti Muda - Penyelidik Bumi Madya - Penyelidik Bumi Muda - Penyelidik Bumi Pertama - Perekayasa Utama - Perekayasa Madya - Kurator Museum - Pemandu Museum - Pengadministrasi Data Diagram 2.1 Struktur Organisasi Museum Geologi Bandung (Sumber : Museum Geologi Bandung, 2014)

32 Pembagian Ruang Museum Geologi Bandung 1. Resepsionis 2. Ruang Orientasi 3. Ruang Peragaan 4. Auditorium 5. Toilet Umum 6. Toilet Staff 7. Klinik 8. Perpustakaan 9. Ruang Humas 10. Ruang Pemandu 11. Ruang Audio Visual 12. Ruang Dokumentasi 13. Ruang Koleksi 1, 2, 3, & Ruang Pendataan 15. Ruang Penelitian & Pengambilan Sample 16. Ruang Fosil Wawancara dengan Bapak Erwan Wawancara diadakan pada hari Senin tanggal 09 Februari 2015, di Gedung Museum Geologi, Bandung bersama dengan salah satu staff bagian informasi, Bapak Erwan Setiawan S,Pd. Bapak Erwan merupakan salah satu dari sepuluh staff yang bertugas memberikan informasi tentang Museum Geologi dimulai dari sejarah, konsep hingga susunan museum. Bapak Erwan menjelaskana Museum Geologi memiliki simbol geologi yang mempresentasikan udara, air, api dan tanah. Museum Geologi merupakan peninggalan nasional dan berada di bawah perlindungan pemerintah. Museum ini menyimpan dan mengelola materi geologi yang berlimpah, seperti fosil, batuan, mineral, yang dikumpulkan selama kerja lapangan di Indonesia sejak Menurut Bapak Erwan, Museum Geologi adalah sebuah peninggalan bersejarah yang harus dilestarikan, namun dibutuhkan juga sebua gebrakan inovasi dalam beberapa aspek, seperti misalnya

33 37 aspek komunukasi kepada masyarakat. Penulis pun diberikan beberapa brosur tentang Museum Geologi dengan desain yang sangat terbatas, beliau memberitahukan bahwa hal-hal seperti inilah yang harus diperhatikan dan dikembangkan. Perhatian dari pemerintah pun dirasakan kurang, anggaran yang terlambat menyebabkan terhambatnya perkembangan fasilitas dan interior museum. Ketika ditanyakan mengenai data pengunjung, beliau mengatakan bahwa museum hanya akan banyak pengunjung dan wisatawan asing pada akhir pekan, pada hari biasa dipenuhi dengan rombongan anakanak sekolahan. Salah satu kendala yang dialami oleh Museum Geologi adalah kurangnya SDM (Sumber Daya Manusia), sehingga ketika banyaknya rombongan yang datang, para staff pemandu mengalami kewalahan, padahal peran seorang pemandu atau yang bisa disebut juga sebagai tour guide museum sangatlah penting dalam kelangsungan perjalanan dan penyampaian informasi di dalam museum. Saya pengen banget museum kita ini memiliki inovasi baru. Seperti misalnya desain brosur, interior dan teknologi yang mendukung. Kayak buku katalog ini, menurut saya merupakan langkah pertama dari gebrakan inovasi. Kalau desain museumnya bagus, pasti turis turis dari mancanegara akan sadar akan keberadaan museum di Indonesia. Juga pengen meng-impulse generasi muda untuk datang ke tempat kami jika mereka bosan dengan mall atau tempat rekreasi lainnya. - Bapak Erwan Setiawan S,Pd Wawancara dengan Bapak Danang Wawancara kedua dilakukan oleh penulis pada tanggal 9 Maret 2015 di Museum Geologi Bandung, kali ini penulis melakukan wawancara berasama Bapak Danang untuk mendapatkan informasi dan data yang lebih detail dari Museum Geologi. Bapak Danang sendiri bekerja di bagian pemandu dan seksi peragaan. Beliau menjelaskan bahwa Museum Geologi sedang dalam tahap perkembangan desain interior ke arah yang lebih modern dan di dukung dengan teknologi yang dapat membantu dan meningkatkan pengalaman pengunjung.saat

34 38 melakukan kunjungan, museum sedang kedatangan dari rombongan pelajar tingkat SMP dan SD yang berjumlah sekitar 3800 pelajar. Dari jumlah pengunjung yang ada beliau mengakui pihak museum kewalahan dalam mennampung dan mengurus rombongan, ruang peragaan hanya dapat menampung 200 orang dalam keadaan padat, dimana standar museum seharusnya menampung orang maksimal. Auditorium dengan kapasitas 200 orang pun terkadang harus dipaksa hingga 250 orang dimana 50 orang tidak mendapatkan kursi (lesehan). Untuk menjaga kualitas museum, koleksi-koleksi museum dibersihkan setiap hari Jumat dan untuk koleksi hasil laboratiurm dibersihakan sebulan sekali secara rutin. Suhu ruangan yang dianjurkan untuk bebatuan dan fosil yang dipamerkan adalah 24 C 26 C. Dalam pemindahan benda koleksi seperti kerangka dinosaurus harus di pindahkan dalam keadaan terpisah dan disusun kembali di ruang peragaan, benda koleksi juga harus dicatat apa, siapa kapan barang itu dipindahakan. Setelah itu penulis pun bertanya mengenai kekurangan apa saja yang dialami pihak museum dan museum itu sendiri. Salah satu perhatian paling besar adalah pada keamanan koleksi dan pengunjung, dikarenakan tidak semua koleksi berat dapat dijaga secara utuh oleh para pemandu, masih banyak anak-anak maupun orang dewasa yang berusaha untuk menerobos batas aman koleksi untuk sekedar menyentuh benda koleksi. Selain itu juga museum geologi masih kebingungan dalam menentukan maskot mereka, untuk sementara pihak museum masih menggunakan Gajah Blora (Elephas hysudrindricus) sebagai maskot. Dan juga dengan sumber daya manusia yang sedikit, para staff museum pun sangat berharap adanya tambahan SDM ataupun bantuan teknologi yang dapat memudahkan pengawasan dan kelancaran dalam memandu. Setalah wawancara, beliau pun mengajak penulis untuk melakukan observasi dan pengambilan foto-foto.

35 Observasi Pengamatan langsung atau survei lapangan dilakukan langsung oleh penulis di Museum Geologi, Bandung. Bangunan museum terlihat terawat dan dikelilingi oleh perpohonan dan taman di sekitarnya. Lapangan parkir yang tersedia pun cukup luas sehingga pengunjung tidak kewalahan ketika berkunjung ke sini. Ketika mulai memasuki museum, kita diharuskan membeli tiket terlebih dahulu di ruang cinderamata / souvenir, lalu dilanjutkan ke bagian resepsionis untuk melakukan penitipan barang. Di dalam museum kita disambut oleh para pemandu yang ramah dan sebuah artefak tulang Gajah Purba, di setiap bagian gedung diberi signage sebagai petunjuk arah bagi pengunjung, juga terdapat banyak spanduk acara, standing banner yang terlihat sedikit berantakan. Penulis pun memulai tur museum dari peraga Sejarah Kehidupan yang berisi tentang gambaran perkembangan kehidupan di muka bumi dan terdapat juga kerangka Tyrannosaurus (T.rex) yang megah, di peragaan ini juga terdapat ruangan khusus yang menceritakan tentang manusia purba dan juga menampilkan tengkorak manusia purba. Di peragaan lantai 1 museum geologi terlihat kuno dan penjelasan barang-barang museum sudah ada yang mulai tidak terbaca. Pencahayaan pada ruangan ini juga tidak konsisten, dan juga gabungan desain yang kurang sesuai.di lantai 2 suasana museum jauh berbeda dibanding lantai 1, di sini pengunjung di manjakan dengan teknologi dan desain yang lebih modern dan sangat menarik perhatian, namun penulis mendapatkan penjelasan barang yang tercantaum atau digrafir di kaca sulit dibaca oleh pengunjung museum, alat-alat simulasi pun masih dalam tahap perbaikan yang tak kunjung selesai. Secara keseluruhan museum geologi tergolong museum yang memeliki tata letak dan sirkulasi yang rapi dan bersih, hampir tidak ditemukan pendingin ruangan (AC) di ruang peragaan dikarenakan suhu di kota Bandung sudah mendukung barang koleksi.

GEOLOGI SEJARAH RANGKUMAN SKALA WAKTU GEOLOGI. Oleh: MOHAMAD IKBAL GANI NIM Dosen Pengampu: RONAL HUTAGALUNG, S.T, M.

GEOLOGI SEJARAH RANGKUMAN SKALA WAKTU GEOLOGI. Oleh: MOHAMAD IKBAL GANI NIM Dosen Pengampu: RONAL HUTAGALUNG, S.T, M. GEOLOGI SEJARAH RANGKUMAN SKALA WAKTU GEOLOGI Oleh: MOHAMAD IKBAL GANI NIM. 471 413 023 Dosen Pengampu: RONAL HUTAGALUNG, S.T, M.T UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA JURUSAN ILMU

Lebih terperinci

ANGGOTA. Andisa Fardhana K. W (02) Aulia kusuma Fitrianti (05) Dhaifan Nur (07) Farah Raisyaputri Andu (13) Hanin Amalia Putri (19) Lalili Adi (24)

ANGGOTA. Andisa Fardhana K. W (02) Aulia kusuma Fitrianti (05) Dhaifan Nur (07) Farah Raisyaputri Andu (13) Hanin Amalia Putri (19) Lalili Adi (24) MASA MESOZOIKUM ANGGOTA Andisa Fardhana K. W (02) Aulia kusuma Fitrianti (05) Dhaifan Nur (07) Farah Raisyaputri Andu (13) Hanin Amalia Putri (19) Lalili Adi (24) Nur sekti (28) Rheza Kanzi (30) PETA KONSEP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peradaban manusia merupakan proses berkelanjutan yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Peradaban manusia merupakan proses berkelanjutan yang menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peradaban manusia merupakan proses berkelanjutan yang menghasilkan sebuah kebudayaan. Karakteristik kebudayaan suatu bangsa berbeda bergantung pada tempat

Lebih terperinci

JAWABAN PERTANYAAN EVOLUSI TUGAS

JAWABAN PERTANYAAN EVOLUSI TUGAS JAWABAN PERTANYAAN EVOLUSI TUGAS disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evolusi Oleh: Kelompok 10 Pendidikan Biologi A 2014 Ane Yuliani 1400537 Hanifa Ahsanu A. 1403883 Meilinda Alfiana 1403318

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung merupakan kota yang identik dengan pariwisata, mulai dari wisata alam, wisata kuliner, wisata belanja, wisata tempat bersejarah, dan masih banyak lagi.

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 88 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan dari seluruh uraian bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal terkait dengan hasil penelitian ini sebagai berikut : 1. Dari segi

Lebih terperinci

PERENCANAAN INTERIOR AREA PAMER GEODIVERSITY, BIODIVERSITY & CULTUREDIVERSITY ETALASE GEOPARK GUNUNG SEWU - PACITAN

PERENCANAAN INTERIOR AREA PAMER GEODIVERSITY, BIODIVERSITY & CULTUREDIVERSITY ETALASE GEOPARK GUNUNG SEWU - PACITAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI MUSEUM GEOLOGI LAPORAN PENGEMBANGAN DESAIN (AKHIR) PERENCANAAN INTERIOR AREA PAMER GEODIVERSITY, BIODIVERSITY & CULTUREDIVERSITY ETALASE GEOPARK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bandung merupakan kota yang sering dijuluki dengan kota paris van java karena banyaknya bangunan-bangunan heritage seperti kota paris dan pertunjukan kesenian atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan adalah kekayaan warisan yang harus tetap dijaga, dan dilestarikan dengan tujuan agar kebudayaan tersebut bisa bertahan terus menerus mengikuti perkembangan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PROYEK

BAB III PERENCANAAN PROYEK BAB III PERENCANAAN PROYEK 3.2.1 Deskripsi Proyek Judul : Taman Budaya Sunda Lokasi : Wilayah Pasirlayung Cimenyan, Bandung Sifat Proyek : Non Institusional semi komersial Status : Fiktif, dikelola oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 P e n d a h u l u a n

BAB I PENDAHULUAN. 1 P e n d a h u l u a n BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Astronomi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan murni yang melibatkan pengamatan dan penjelasan tentang kejadian yang terjadi di luar bumi dan atmosfernya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia membutuhkan hiburan untuk melepaskan diri dari padatnya aktivitas sehari-hari. Pekerjaan dan rutinitas yang dilakukan setiap hari membutuhkan konsentrasi

Lebih terperinci

2015 PERANAN MEDIA VISUAL TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG

2015 PERANAN MEDIA VISUAL TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daya tarik wisata berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009 merupakan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Sumber : KAK Sayembara Arsitektur Museum Batik Indonesia Gambar 40 Lokasi Museum Batik Indonesia 1. Data Tapak - Lokasi : Kawasan Taman Mini Indonesia

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 3. Mengenal Planet Bumilatihan soal 3.4

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 3. Mengenal Planet Bumilatihan soal 3.4 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 3. Mengenal Planet Bumilatihan soal 3.4 1. Muncul kehidupan manusia di bumi menurut kala geologi terdapat pada zaman. Prekambrium Kaenozoikum Paleozoikum Karbon Mesozoikum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri atas 17.504 pulau besar dan kecil. Hal inilah yang membuat Indonesa kaya akan bentang alam yang indah,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI MUSEUM GUNUNG API MERAPI (MGM)

BAB II DESKRIPSI MUSEUM GUNUNG API MERAPI (MGM) 45 BAB II DESKRIPSI MUSEUM GUNUNG API MERAPI (MGM) A. Sekilas tentang Museum Gunung Api Merapi Indonesia merupakan negara yang terletak di jalur pertemuan lempengan bumi sehingga menjadi negara yang rawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Keadaan Museum di Indonesia Keberadaan museum di dunia dari zaman ke zaman telah melalui banyak perubahan. Hal ini disebabkan oleh berubahnya fungsi dan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi.

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi. PENDAHULUAN BAB 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Museum Negeri Provinsi Papua telah dirintis sejak tahun 1981/ 1982 oleh Kepala Bidang Permuseuman, Sejarah dan Kepurbakalaan Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan kain khas masyarakat Indonesia. Batik ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 yang juga ditetapkan sebagai

Lebih terperinci

BABV ADAPTIVE RE-USE. Upaya yang akan dilakukan untuk perencanaan perubahan fungsi bangunan Omah Dhuwur Gallery adalah sebagai berikut:

BABV ADAPTIVE RE-USE. Upaya yang akan dilakukan untuk perencanaan perubahan fungsi bangunan Omah Dhuwur Gallery adalah sebagai berikut: BABV ADAPTIVE RE-USE Dengan melihat kondisi eksisting Omah Dhuwur Gallery pada Bab III dan analisa program pada Bab IV, maka pembahasan-pembahasan tersebut di atas digunakan sebagai dasar pertimbangan

Lebih terperinci

JAGAD RAYA DAN TATA SURYA VI

JAGAD RAYA DAN TATA SURYA VI KTSP & K-13 Kelas X geografi JAGAD RAYA DAN TATA SURYA VI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami karakteristik lapisan dan struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu Negara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu Negara kepulauan dengan beraneka ragam kekayaan alam dan budaya, berbagai produk agrikultur iklim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang. Pesatnya laju pembangunan di Indonesia menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri Pariwisata merupakan salah satu sektor jasa yang menjadi unggulan di tiap-tiap wilayah di dunia. Industri Pariwisata, dewasa ini merupakan salah satu

Lebih terperinci

TIPOLOGI MUSEUM, fachrimuhammadabror A. Definisi Museum

TIPOLOGI MUSEUM, fachrimuhammadabror A. Definisi Museum TIPOLOGI MUSEUM, fachrimuhammadabror A. Definisi Museum Museum berdasarkan definisi yang diberikan International Council of Museums, adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan

Lebih terperinci

MUSEUM GUNUNG KRAKATAU DI ANYER, BANTEN

MUSEUM GUNUNG KRAKATAU DI ANYER, BANTEN MUSEUM GUNUNG KRAKATAU DI ANYER, BANTEN MUSEUM GUNUNG KRAKATAU DI ANYER, BANTEN Oleh : Bayu Aditya Perdana, Resza Riskiyanto, Djoko Indrosaptono Gunung Krakatau terletak ditengah laut. Tepatnya di Selat

Lebih terperinci

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM BAB 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN Pada bab kali ini akan membahas penyelesaian persoalan perancangan dari hasil kajian yang dipaparkan pada bab sebelumnya. Kajian yang telah dielaborasikan menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sejak dahulu manusia memiliki beragam pertanyaan mengenal langit, antariksa, planet, bintang dan galaksi. Ketertarikan manusia terhadap pergerakan benda-benda langit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut beberapa data statistik dan artikel di berbagai media, pariwisata di Indonesia sejauh ini dapat dikatakan kurang dikenal di mancanegara, maupun di Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN BAB IV: KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Dasar (Tema) 4.1.1. Pengertian Arsitektur Kontemporer Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arsitektur memiliki dua pengertian yaitu: seni dan ilmu merancang serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN. Judul Perancangan yang terpilih adalah Gorontalo Art Gallery Centre, dengan

BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN. Judul Perancangan yang terpilih adalah Gorontalo Art Gallery Centre, dengan BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN 2.1. Pengertian Judul Judul Perancangan yang terpilih adalah Gorontalo Art Gallery Centre, dengan pengertian sebagai berikut. Gorontalo adalah nama dari daerah Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini.

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bumi merupakan satu-satunya tempat tinggal bagi makhluk hidup. Pelestarian lingkungan dilapisan bumi sangat mempengaruhi kelangsungan hidup semua makhluk hidup. Suhu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kelayakan Proyek Dewasa ini perkembangan dunia pariwisata di Indonesia semakin meningkat, dimana negara indonesia sendiri telah banyak melakukan promosi ke

Lebih terperinci

Modul pertama Ekologi Manusia dan Alam Semesta, Modul ke-dua Bumi dan Kehidupan

Modul pertama Ekologi Manusia dan Alam Semesta, Modul ke-dua Bumi dan Kehidupan i M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah Ekologi Manusia membahas seluk-beluk ruang dalam kehidupan, termasuk benda, energi, tatanan dan makhluk hidup khususnya hal-ikhwal keberadaan manusia di dalamnya. Atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layaknya fenomena alam yang telah terjadi di dunia ini, evolusi makhluk hidup termasuk ke dalam subyek bagi hukum-hukum alam yang dapat di uji melalui berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Proyek Judul Proyek : Pusat Data & Informasi Bencana Alam Tema : Form Follow Function Lokasi : Kelurahan Gunung Sahari, Jakarta Pusat Sifat Proyek : Fiktif Kepemilikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa dan menyimpan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, ibukota negara Indonesia, merupakan kota yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, ibukota negara Indonesia, merupakan kota yang terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta, ibukota negara Indonesia, merupakan kota yang terus berkembang di berbagai aspek, baik itu dari aspek sosial, budaya, ekonomi maupun teknologi. Banyak sekali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sejarah, budaya, dan kekayaan alamnya. Sejak masih jaman Kerajaan, masyarakat dari seluruh pelosok dunia datang ke

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terletak di pertemuan tiga lempeng aktif (triple junction) yang saling

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terletak di pertemuan tiga lempeng aktif (triple junction) yang saling BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia memiliki tatanan tektonik yang kompleks, hal ini karena wilayah Indonesia yang terletak di pertemuan tiga lempeng aktif (triple junction) yang saling bertumbukan,

Lebih terperinci

MUSEUM TSUNAMI ACEH PENGERTIAN

MUSEUM TSUNAMI ACEH PENGERTIAN MUSEUM TSUNAMI ACEH PENGERTIAN Pengertian umumnya adalah sebuah konsep desain yang beradaptasi dengan lingkungan yang tropis Tetapi bukan berarti melupakan sisi estetika. Hanya disini hal yang paling utama

Lebih terperinci

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dimana sebagian besar dari seluruh luas Indonesia adalah berupa perairan. Karena itu indonesia memiliki potensi laut yang besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Project Pada zaman sekarang ini, manusia selalu memperoleh tekanan untuk bertahan hidup. Tekanan untuk bertahan hidup ini mendorong manusia

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkebunan, kelautan dan perikanan, serta pertambangan Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. perkebunan, kelautan dan perikanan, serta pertambangan Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata secara umum merupakan salah satu prioritas unggulan penghasil devisa negara selain migas, pertanian dan agro industri, kehutanan dan perkebunan, kelautan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak geologis, Indonesia dapat terlihat dari beberapa sudut,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak geologis, Indonesia dapat terlihat dari beberapa sudut, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan letak geologis, Indonesia dapat terlihat dari beberapa sudut, yakni dari sudut formasi geologinya, keadaan batu-batuannya, dan jalur-jalur pegunungannya.

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM 2.1 Pengertian dan Sejarah Museum Dalam era pembangunan teknologi yang cepat berkembang dewasa ini, peranan museum sangat diharapkan untuk mengumpulkan, merawat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PRINSIP PERANCANGAN MUSEUM

BAB II TINJAUAN PRINSIP PERANCANGAN MUSEUM BAB II TINJAUAN PRINSIP PERANCANGAN MUSEUM 2.1 Museum. Museum berdasarkan definisi yang diberikan International Council of Museums, adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan

Lebih terperinci

Perancangan Green Map Kebun Binatang Surabaya guna. memudahkan Informasi Wisatawan BAB I PENDAHULUAN

Perancangan Green Map Kebun Binatang Surabaya guna. memudahkan Informasi Wisatawan BAB I PENDAHULUAN Perancangan Green Map Kebun Binatang Surabaya guna memudahkan Informasi Wisatawan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebun Binatang Surabaya merupakan salah satu destinasi wisata kota yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Provinsi Bali Tahun 2013-2018 peranan Bali dengan sektor unggulan pariwisata telah memiliki posisi strategis pada

Lebih terperinci

SOSIALISASI KAWASAN DAN POTENSI GEOPARK MERANGIN JAMBI KE SMA DI KABUPATEN MERANGIN. Staf Pengajar Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi 2

SOSIALISASI KAWASAN DAN POTENSI GEOPARK MERANGIN JAMBI KE SMA DI KABUPATEN MERANGIN. Staf Pengajar Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi 2 SOSIALISASI KAWASAN DAN POTENSI GEOPARK MERANGIN JAMBI KE SMA DI KABUPATEN MERANGIN 1 Nasri MZ dan 2 Dedy Antony 1 Staf Pengajar Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi 2 Staf Pengajar Fakultas

Lebih terperinci

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD by NURI DZIHN P_3204100019 Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD Kurangnya minat warga untuk belajar dan mengetahui tentang budaya asli mereka khususnya generasi muda. Jawa Timur memiliki budaya

Lebih terperinci

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gua Pawon dengan segala bentuk temuan prasejarah yang terkandung di dalamnya, begitu juga dengan lingkungannya bila di kaitkan dengan Undang- Undang Nomor 11 Tahun

Lebih terperinci

Hary Hermawan, GEOWISATA : Perencanaan Pariwisata Berbasis Konsevasi

Hary Hermawan, GEOWISATA : Perencanaan Pariwisata Berbasis Konsevasi 1 PENGANTAR Pariwisata belum lama diresmikan menjadi ilmu mandiri. Oleh karena itu buku-buku yang membahas mengenai ilmu pariwisata yang tersedia saat ini masih sangat minim. Sehingga, mahasiswa yang ingin

Lebih terperinci

MUSEUM GERABAH NUSANTARA Penerapan arsitektur bangunan berbahan gerabah pada bentuk bangunan

MUSEUM GERABAH NUSANTARA Penerapan arsitektur bangunan berbahan gerabah pada bentuk bangunan BAB III ANALISIS 3.1 Pelaku, Aktivitas pengguna, kebutuhan ruang dan Besaran Ruang 3.1.1 Pelaku dan Aktivitas Pengguna Musuem Pelaku dalam museum dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu pengelola museum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Sejarah merupakan hal penting yang harus dipelajari turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Lewat sejarah generasi muda belajar untuk mengenal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Kegiatan Kegiatan Utama

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Kegiatan Kegiatan Utama BAB IV ANALISIS 4. Analisis Kegiatan 4.. Kegiatan Utama Kegiatan ini antara lain berupa penyelenggaraan pameran, penerangan dan peragaan. a. Jenis pameran museum ini dapat dibagi: ) Berdasarkan gerak,

Lebih terperinci

BAB 4. Analisa. Berdasarkan studi banding dan studi literatur, dapat disimpulkan beberapa bagian fungsional seperti berikut:

BAB 4. Analisa. Berdasarkan studi banding dan studi literatur, dapat disimpulkan beberapa bagian fungsional seperti berikut: BAB 4 Analisa 4.1 Analisa Fungsional Berdasarkan studi banding dan studi literatur, dapat disimpulkan beberapa bagian fungsional seti berikut: 1. Fungsi pameran Yaitu fungsi kegiatan yang memtunjukan/memlihatkan

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5 1. Perubahan iklim global yang terjadi akibat naiknya suhu permukaan air laut di Samudra Pasifik, khususnya sekitar daerah ekuator

Lebih terperinci

Tema I Potensi dan Upaya Indonesia Menjadi Negara Maju

Tema I Potensi dan Upaya Indonesia Menjadi Negara Maju Tema I Potensi dan Upaya Indonesia Menjadi Negara Maju Peta Konsep Potensi lokasi Potensi Sumber Daya Alam Potensi Sumber Daya Manusia Potensi Sumber Daya Manusia Upaya Pemanfaatan Potensi lokasi, Sumber

Lebih terperinci

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I. BAB I. GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. Pendahuluan BATU PUTIH. GALERI SENI UKIR BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang a. Kelayakan Proyek Daerah Istimewa Yogyakarta secara geografis berada di pesisir pantai

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. merupakan salah satu tujuan wisata yang cukup terkenal di Indonesia. Kekayaan

BAB I PENGANTAR. merupakan salah satu tujuan wisata yang cukup terkenal di Indonesia. Kekayaan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang kaya akan budaya. Masing-masing provinsi di Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang beda antara satu daerah dengan daerah lainnya.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Berdasarkan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 18165 / Kep tertanggal 23 Juli didirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Banyak orang merasa bingung mengisi hari libur mereka yang hanya berlangsung sehari atau dua hari seperti libur pada sabtu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kekayaan Indonesia akan flora dan faunanya membawa indonesia kepada sederet rekor dan catatan kekayaan di dunia. Tanahnya yang subur dan iklim yang menunjang, memiliki

Lebih terperinci

PERANCANGAN DESAIN INTERIOR MUSEUM KOPI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

PERANCANGAN DESAIN INTERIOR MUSEUM KOPI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1 PERANCANGAN DESAIN INTERIOR MUSEUM KOPI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin maju dan modern, serta meningkatnya kemajuan akan ilmu pengetahuan menuntut manusia

Lebih terperinci

Jenis Bahaya Geologi

Jenis Bahaya Geologi Jenis Bahaya Geologi Bahaya Geologi atau sering kita sebut bencana alam ada beberapa jenis diantaranya : Gempa Bumi Gempabumi adalah guncangan tiba-tiba yang terjadi akibat proses endogen pada kedalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun 2010 telah dicanangkan oleh PBB sebagai Tahun Internasional Biodiversity (keanekaragaman hayati) dengan tema Biodirvesity is life, Biodirvesity is Our

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya

Lebih terperinci

Lokasi yang direkomendasikan Peruntukan lahan Zoning plan Rencana tapak Zona skematik Arsitektur bangunan Tata pamer Program ruang MUSEUM BATIK

Lokasi yang direkomendasikan Peruntukan lahan Zoning plan Rencana tapak Zona skematik Arsitektur bangunan Tata pamer Program ruang MUSEUM BATIK Mei 2012 Sudut pandang tentang batik Konsep pemikiran Museum Batik Indonesia Lokasi pilihan Orientasi bangunan sebagai titik tolak harmonisasi kawasan Situasi tapak Zoning plan Block plan dan konsep bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Parwisata berasal dari Bahasa Sanskerta, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap. Wisata berarti perjalanan, bepergian,

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Konsep Makro Konsep makro merupakan konsep dasar perancangan bangunan secara makro yang bertujuan untuk menentukan garis besar hotel bandara yang akan dirancang. Konsep makro

Lebih terperinci

MUSEUM BATIK YOGYAKARTA Oleh : Pinasthi Anindita, Bharoto, Sri Hartuti Wahyuningrum

MUSEUM BATIK YOGYAKARTA Oleh : Pinasthi Anindita, Bharoto, Sri Hartuti Wahyuningrum MUSEUM BATIK YOGYAKARTA Oleh : Pinasthi Anindita, Bharoto, Sri Hartuti Wahyuningrum Kerajinan batik merupakan kerajinan khas Indonesia yang merupakan warisan budaya lokal dan menjadi warisan budaya yang

Lebih terperinci

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Propinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata ( DTW ) Propinsi di Indonesia, memiliki keanekaragaman daya tarik wisata baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. Lokasi Museum Geologi Bandung (Museum Geologi, 2008) Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. Lokasi Museum Geologi Bandung (Museum Geologi, 2008) Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Museum Geologi merupakan museum yang mempunyai lokasi cukup strategis, terletak di Jl. Diponegoro 57 Bandung yang berdekatan dengan pusat/ibu kota pemerintahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ><

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang >< BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan adalah sesuatu yang tidak dipisahkan dari negara Indonesia yang terkenal akan keanekaragamannya. Keanekaragaman ini menjadi unsur perekat kesatuan dan persatuan

Lebih terperinci

MUSEUM SAINS & TEKNOLOGI di YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

MUSEUM SAINS & TEKNOLOGI di YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Eksistensi proyek Indonesia termasuk negara yang rata-rata tingkat pendidikannya rendah. Sementara di sisi lain sering terdengar prestasi siswa-siswi indonesia di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah lama diakui bahwa Negara Indonesia memiliki posisi yang sangat strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia serta diantara

Lebih terperinci

2014, No Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran

2014, No Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran No.159, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN ESDM. Jabatan. Kelas. Struktural. Fungsional. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 103 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Museum Taman Prasasti adalah salah satu museum di Jakarta yang mempunyai daya tarik dan keunikan tersendiri. Daya tarik tersebut berupa lokasi museum yang

Lebih terperinci

PENDALAMAN MATERI LETAK (ASTRONOMIS DAN GEOGRAFIS) SERTA DAMPAKNYA BAGI KEHIDUPAN SOSIAL; EKONOMI; IKLIM DAN MUSIM

PENDALAMAN MATERI LETAK (ASTRONOMIS DAN GEOGRAFIS) SERTA DAMPAKNYA BAGI KEHIDUPAN SOSIAL; EKONOMI; IKLIM DAN MUSIM MODUL ONLINE 21.2 DAMPAK LETAK GEOGRAFIS, LETAK ASTRONOMIS DAN LETAK GEOLOGI INDONESIA PENDALAMAN MATERI LETAK (ASTRONOMIS DAN GEOGRAFIS) SERTA DAMPAKNYA BAGI KEHIDUPAN SOSIAL; EKONOMI; IKLIM DAN MUSIM

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari daratan dan lautan seluas ± 5,8 juta Km 2 dan sekitar 70 %

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari daratan dan lautan seluas ± 5,8 juta Km 2 dan sekitar 70 % PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari daratan dan lautan seluas ± 5,8 juta Km 2 dan sekitar 70 % wilayahnya merupakan perairan laut dengan garis pantai sepanjang

Lebih terperinci

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang EKONOMI SOSIAL POLITIK INDUSTRI PARIWISATA BUDAYA mengalami perkembangan mengikuti kemajuan zaman meningkatkan

Lebih terperinci

CAD LANJUTAN MUSEUM SAINS & TEKNOLOGI

CAD LANJUTAN MUSEUM SAINS & TEKNOLOGI CAD LANJUTAN MUSEUM SAINS & TEKNOLOGI DOSEN: - HERU SUBIYANTORO, ST. Penyusun : Yan ardi anugrah (0851010056) Satrio budi (0851010081) Chris Andistya (0851010086) UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN

Lebih terperinci

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 Latar Belakang Pemilihan Kasus Kebudayaan memiliki unsur budi dan akal yang digunakan dalam penciptaan sekaligus pelestariannya. Keluhuran dan kemajuan suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sragen Convention Centre. : Kabupaten yang berada di bagian Timur Provinsi Jawa Tengah. (id.wikipedia.org/wiki/kabupaten_sragen)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sragen Convention Centre. : Kabupaten yang berada di bagian Timur Provinsi Jawa Tengah. (id.wikipedia.org/wiki/kabupaten_sragen) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Sragen Convention Centre Untuk menjabarkan mengenai pengertian judul di atas maka kalimat judul dapat diuraikan berdasarkan pengertian dari kamus besar bahasa indonesia

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK 26 BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK 5.1 Konsep Pengembangan Ancol Ecopark Hingga saat ini Ancol Ecopark masih terus mengalami pengembangan dalam proses pembangunannya. Dalam pembentukan konsep awal,

Lebih terperinci

MUSEUM GEOLOGI BLORA

MUSEUM GEOLOGI BLORA TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM GEOLOGI BLORA Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berwisata ke museum selain bertujuan untuk berlibur juga dapat menambah ilmu pengetahuan sekaligus ikut menjaga pelestarian kekayaan budaya bangsa. Menurut situs kebudayaan.kemdikbud.go.id

Lebih terperinci

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014 \ 1 A. TATANAN TEKTONIK INDONESIA MITIGASI BENCANA GEOLOGI Secara geologi, Indonesia diapit oleh dua lempeng aktif, yaitu lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik yang subduksinya dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wonogiri, sebuah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan kota. GAPLEK dan merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Wonogiri, sebuah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan kota. GAPLEK dan merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wonogiri, sebuah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan kota GAPLEK dan merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang mempunyai keindahan alam yang pantas untuk diperhitungkan.

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Taman Pintar dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang publik yang semakin menurun, salah satunya adalah Taman Senaputra di kota Malang. Seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Profil Perusahaan Sejarah Perusahaan 1.2 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Profil Perusahaan Sejarah Perusahaan 1.2 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan Nama Usaha : Siete Cafe & Garden Tahun Berdiri : Mei 2012 Alamat : Jalan Sumur Bandung No. 20 Telepon : 022-2500453 Jam Operasi :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni Kota Yogyakarta merupakan kota yang terkenal dengan anekaragam budayanya, seperti tatakrama, pola hidup yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

2 Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa

2 Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEHUTANAN. Museum. Cagar Budaya. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 195) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN

Lebih terperinci