HASIL DAN PEMBAHfiSf?N. Rangkuman hasil penelitian pengaruh tingkat pemberian. Terlihat bahwa ada kecenderungan penurunan prrtaa-

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHfiSf?N. Rangkuman hasil penelitian pengaruh tingkat pemberian. Terlihat bahwa ada kecenderungan penurunan prrtaa-"

Transkripsi

1 IV HASIL DAN PEMBAHfiSf?N Penaaruh Perlakuan Terhadav Hasil Pruduksi Rangkuman hasil penelitian pengaruh tingkat pemberian pakan PI (100%), PI= (80%), dan PI (60X) pada berbagai umur potong U1 (90 hari), U2 (120 hari), U3 (150 hari) dan U4 (180 hari) pada jantan dan betina tercantum pada Ta- be1 6. Terlihat bahwa ada kecenderungan penurunan prrtaa- bahan bobot badan dan ef isiensi penggunaan ransum pada kelinci Rex jantan dan betina pada masing-masinq tingkat pemberian pakan dengan meninqkatnya umur potong- Bobot kulit segar, bobut karkas, dan luas kulit memperlihatkan kecenderungan peningkatan dengan bertambahnya umur potong, sedangkan persentale keprimaan kulit memperlihatkan yang bervariasi pada.berbagai tingkat umur patong. hasil Rataan konsumsi ransum meningkat sesuai dengan peningkatan umur. Rataan konsumsi ransum jantan sebesar g/hari, se- danqkan betina g/hari. Sehingga kisaran konsumsi ransum kelinci Rex berkisar antara g/hari. 1. Pertambahan Bobot Hidup Pertumhuhan adalah pertambahan bobot dari organ- urgan atau struktur jaringan seperti urat daging dan

2 Tabel 6. Hataan Hasil Produksi Kelinci Rex Menurut Tingkat 69 Pemberian Pakan dan Umur Patong - j (hari) Jan t an 1. Pertambahan bobot badan (gram) 2. Efisiensi pemberian ransum (2) 3. Bobot potonq (gram) 4. Bobot Kuli t Seqar (gram) 5. Bobot karkas (gram) 6. Luas kullt (ems) 7. Keprimaan (%) Betina Pertambahan bobat badan (gram) 2. Eflsiensi pemberlan ransum (2) 3. Bobot potanq (gram) Bobot Kuli t Segar (gram) 5. Bobot karkas (gram) Luas kull t (cnb) Keprlmaan (2)

3 tulang-. Menurut Soeharsono (19761, salah satu ukuran un- tuk mengukur pertumbuhan' adalah bobot badan- Selanjutnya menurut Williamson dan Payne (19681, untuk proses pertumbuhan pada hewan percobaan digunakan peubah pertambahan bobot badan per satuan waktu. Rataan pertambahan bobot. hidup kelinci Rex hasil penelitian, yang diberi pakan PI (100%). PI= <80%1 dan PIII (&B%) pada berbagai tingkat umur potong U1 (98 hari), UZ (128 hari), Us (158 hari) dan U4 (188 hari) pada jantan dan betina <Tabel 71, menunjukkan bahwa pertambahan bcbot badan tertinggi diperlihatkan uleh kelinci yang rnendapat perlakuan PI (188%) dengan umur potong U1 (90 hari). Se- lanjutnya terlihat pula bahwa semakin neningkat umur po- tong maka semakin menurun pertambahan bobot hidupnya. Hal ini dituniang cleh pendapat Crampton dan Harris (1969) bahwa kurva laju pertumbuhan dibagi dua yaitu, garis per- tama merupakan prases pertumbuhan yang ber~alan sangat ce- pat (pertambahan bobot badan rata-rata setiap hari me- ningkat dengan taiam) dan garis ke dua merupakan proses pertumbuhan yang rnenurun (pertambahan bobot badan rata- rata setiap hari makin kecil sampai berhenti sama se- kali). Selanjutnya Hammond dan marshal (1958) menqemuka- kan bahwa dalam pertumbuhan setelah lahir dikenal adanya face pertumbuhan dipercepat (accelerating) dan pertumbuhan

4 fabel 7- Rataan Pertambahan Bobot Badan (glharil Kelinci Rex pada Berbagai Tingkat Pakan, Umur Potong, dan Jenis Kelamin Tingkat Umur Pertambahan Bobot Badan (g/hari) Pemberian Potong... Pakan (%I (hari) Jantan Betina Rataan Rataan Ra taan Rataan diperlambat (deccelerating). Pertumbuhan dipercepat ter- iadi pada waktu lahir sampai mencapai umur dewasa. Pada ternak kelinci Rao et al. (1970) dan Lebas (1979) mengemu- kakan bahwa pada kelinci muda pertumbuhan berlangsung le- bih cepat daripada kelinci dewasa. Pada ternak kelinci

5 pertumbuhan dipercepat dicapai sampai dengan umur 8 minggu dan fase pertumbuhan diperlambat dicapai pada umur remaia sampai umur dewasa, Untuk mengetahui grafik pertumbuhan kumulatif dari ternak keiinci Rex hasil penelitian dapat dilihat pada Ilustrasi 6, terlihat bahwa pertumbuhan kumu- latif tertinggi diperlihatkan oleh kelinci Rex yang diberi pakan ad libitum <PI), kemudian diikuti oleh kelinci-yanq diberi pakan PII dan yang terendah diperlihatkan oleh ke- linci Rex yang diberi pakan PIII- Dari masing-masing tingkat pemberian pakan terlihat bahwa pertumbuhan kumulatif pada jantan lebih tinggi dari betina, ha1 ini disebabkan pada jantan terdapat hormon testosteron yang berfungsi dalam pemhentukan sperma, pertumbuhan organ seks sekunder dan mengantrol pertumbuhan, Pada jantan hormon ini diproduksi sedangkan pada betina tidak diproduksi (Dukes, 1955). Hasil analisis Sidik Ragam pengaruh ienis kelamin terhadap pertambahan bobut hidup kelinci Rex, dapat dili- hat pada Lampiran 1. Terlihat bahwa ienis kelamin penga- ruhnya tidak nyata terhadap pertambahan bobot badan se- lama penelitian yanq berarti memperlihatkan profil yang sama pada setiap minggu pengamatan. Hal ini disebabkan pertambahan bobot badan per minggu antara jantan dan be- tina kecil sekali sehingga dapat dianggap sama-.

6 ,., 100% % % (betina) 100% % SO % (jantan) Umur (minggu) Ilustrasi 6. Grafik Pertumbuhan Kumulatif Kelinci Rex

7 Secara keseluruhan pertambahan bobot badan kelinci Rex yang diberi perlakuan PI g, PI g, dan PI g- Kelinci yang diberi pakan ad libitum (PI) memberikan rataan pertambahan bobot badan yang tertinggi, diikuti oleh PI dan terendah diperlihatkan oleh PIXI- Pakan sangat menentukan pertumbuhan seekar tcmak, sesuai dengan pendapat De Blass (1981), bahwa pertumbuhan ternak kelinci dipengaruhi oleh -akanan, umur dan jenis kelamin. Pengaruh tinglat pemberian pakan terhadap pertambahan bob^+ hidup (Lampiran 11, sangat nyata (P<Gl,81) dengan me~~oerlihatkan profil yang berbeda-beda selama 28 minqgu penelitian (Ilustrasi 71, Perbedaan tingkat pakan 20% cukup berarti terhadap pertambahan bobot hidup. Keadaan ini diperkuat dengan hasil yang diperoleh dari perhitungan konsum5i ransum, yanq rnenunjukkan bahwa tingkat pemberian pakan, nyata pengaruhnya terhadap konsumsi ransum, yang akhirnya berpenqaruh terhadap pertambahan bobot badan- nya, Menurut Timothy et dl. (1984), pemberian pakan harus cukup untuk rnempertahankan fungsi tubuh dan stimulasi per- tumbuhan, selanjutnya kelinci yang diberi pakan terbatas mernperlihatkan perturnbuhan yang nyata lebih kecil (P<0.05) eibandingkan ad libitcrm. dengan pertumbuhan kelinci yang diberi pakan Selanjutnya Eusobio (19741, yang disitir oleh Soeharsono (1976) menyatakan bahwa ada hubungan yang nyata

8 Wektu (m-inggu) - Ilustrasi 7. Profil Pertambahan Bobot Radan Kelinci Rex per minggu

9 antara pertambahan bobot hidup dengan kualitas pakan yang diberikan. Untuk melihat pertambahan bobot hidup kelinci Rex dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Ilus- trasi 8, 2. Efisiensi Penaaunaan Ransum Efisiensi penggunaan ransum adalah kilogram pertam- bahan bobot dibagi jumlah kilogram ransum yang dikonsumsi badan dikali 1BBX. Pada Tabel 8, terlihat bahwa semakin meningkat umur ternak, semakin rendah efisiensi penggunaan ransumnya. Hal ini disebabkan semakin meningkat umur ternak pertambahan bobot badannya semakin menurun, baik pada tingkat pemberian pakan ad libitum (PI) maupun PII dan PIII, sedangkan kebutuhan makanan akan semakin meningkat terutama untuk hidup pokak karena bobot badannya semakin tinggi. Oleh karena itu, bila pertambahan bobat badan rendah sedangkan konsumsi ransum semakin meningkat, maka efisiensi penggu- naan ransum yang diperoleh akan semakin menurun. Selan- jutnya Saeharsono (197&) mengemukakan bahwa pengaruh ma- kanan mempunyai batas tertentu sehingga secara ekono- mis pemberian makanan yang terlalu baik akan merugikan bila ditinjau dari konversi makanan, karena erat kait- annya dengan sifat genetik dari hewan tersebut- Selain

10 Umur Potcng (hari) Ilustrasi 8. Grafik Pertambahan Bobot Badan pada Berbagai Tingkat Umur dan Tingkat Pemberian Pakan

11 Tabel 8. Rataan Efisiensi Penggunaan Ransum <XI Kelinci Rex, pada Berbagai Tingkat Pakan, Umur Potong, dan Jenis Kelamin Tingkat Umur Efiniensi Penggunaan Ransum Pemberian Potong... Pakan (%) (hari) Jantan Betina Rataan U C % 0-2 u Rataan Rataan Rataan

12 itu pertumbuhan yang cepat akibat pemberian pakan yanq baik dapat menyebabkan waktu untuk mencapai bcbot badan sampai diiual atau dipotong dicapai seminirnal mungkin, Pada tingkat pemberian pakan PI, PII, dan PIII umur 180 hari <U4) (Tabel 81, terlihat bahwa kelinci yang mendapat perlakuan PIII (19%) lebih efisien dalam penggunaan ransumnya dibandingkan dengan PII (18%) dan PI (17-5X)- Hal ini disebabkan pada PI dan PIT mempunyai bobot hidup yang lebih tinggi, sehingga kebutuhan untuk hidup pokoknya akan semakin meninqkat dibandingkan dengan kelinci yang mendapat perlakuan PIII selain faktor tersebut maka dise- habkan pula oieh waktu cerna yang lebih lama dan freku- ensi peristaltik yang lebih rendah. Hasil analisis Sidik Ragam pengaruh tingkat pakan dan ienis kelamin terhadap efisiensi penggunaan makanan diperlihatkan dalam Lampiran 2. Terlihat bahwa jenis kelamin tidak nyata pengaruhnya terhadap efisiensi penggunaan ransum kelinci Rex. Hal ini disebabkan efisiensi penggunaan ransum diperoleh dari pertambahan bobot hidup dibagi konsumsi ransum per minggu, sedangkan dari hasil pertambahan bobot hidup antara jantan dan betina tidak nyata, yang akhirnya akan berpengaruh terhadap efisiensi penggunaan ransum. Hasil penelitian Sarstry dan Wahajan (1981>, Rodriguez et al. (1982), juga

13 melaporkan bahwa jenis kelamin tidak ada pengaruhnya ter- hadap konversi ransum. Tingkat pemberian pakan pengaruhnya sangat nyata (P<O-05> terhadap efisiensi penggunaan ransum. Hal ini ada kaitannya dengan psrtambahan bobot badan dan konsumsi ransum. Tingkat perbedaan 20% nyata pengaruhnya terhadap pertambahan bobot badan dan konsumsi ransum, sehingga akan menghasilkan efisiensi pengqunaan ransum yang nyata pula, sesuai dengan hasil penelitian Sastry dan Mahajan <1981), yaitu bahwa ransum sangat nyata pengaruhnya terhadap efisiensi penggunaan bahan kering. Selanjutnya hasil penelitian Siregar et al. (1981) melaporkan bahwa pernberian jumfah ransum yang terbatas sebesar 90, BB, dan 7G3 persen dari ad libitum pada ayam pedaging, menghasilkan pertambahan bobot badan dan bobot akhir yang lebih rendah jika dibandingk.an dengan pemberian makanan ad libitum yang akhirnya penggunaan makanannya lebih efisien. Efisiensi penggunaan ransum untuk setiap tingkat pemberian pakan dan peningkatan umur, dapat dilihat pada Ilustraei Robot Radan Saat Dipotona Robot badan 5aat dipotong diperoleh dengan card me- nimbang bobat badan kelinci pada saat akan dipotong- Rataan bobot potong kelinci Rex, yang diberi perlakuan PI PI, (BIZ%) dan PIII (bb%) dengan tingkat umur yang

14 Umur Potong (hari) Ilustrasi 9. Grafik Efiniensi Penggunaan Ransum Kelinci Rex pada Tingkat Pakan dan Umur Potong yang Berbeda

15 berbeda.u1 (90 hari), U2 (120 hari). Ug (150 hari) dan U4 (180 hari) pada jantan dan betina dapat dilihat pada Tabel 9. Terlihat bahwa pada tingkat pemberian pakan 100%, 80% Tabel 9. Rataan Robot Patong Kelinci Rex (g) pada Berbagai Tingkat Pakan, Umur Potong dan Jeni5 Kelamin Tingkat Umur Eobot Potonq Pemberian potong... Pakan (%) thari) Jan tan Betina Ra taan Ra taan k Rataan iiB.5~ Rataan 1889, s45-4 dan 60%, bobot potongnya semakin menurun dengan penurunan tingkat pemberian pakan. Bobot potong semakin meningkat

16 dengan meningkatnya umur ternak (Ilustrasi 18). Chen et al. (1970) melaporkan bahwa semakin meningkat umur ternak maka semakin meningkat pula bobot hidupnya. Kelinci "New Zealand White" umur 12 mingqu mencapai bobot hidup g, sedangkan pada umur 16 minggu mencapai bobot potong g, Bobat potong yang diperoleh pada penelitian ini lebih rendah, karena kelinci yang diqunakan berbeda jenlsnya, dan kelinci Rex merupakan kelinci tipe bulu, sehinqga pcrtumbuhannya tidak eebaik keiinci tipe daging (Nugroho, 1982). Untuk mengetahui penqaruh perlakuan terhadap bobot potong kelinci Rex dilakukan analisis Sidik Ragam (Lampiran 3). TerIihat bahwa jenis kelamin pengaruhnya sangat nyata (P<8.81) terhadap bobot badan saat dipotong- Tingkat pemberian ransum pengaruhnya sangat nyata (P<O.01) terhadap bobot potong kelinci Rex, yang memper- lihatkan respon linear. Keadaan ini'menunjukkan bahwa se- makin meninqkat jumlah ransum yang diberikan semakin meningkat pula babot badannya, dan memberikan pengaruh sebesar 32% terhadap bobot badan saat dipotong. Hal ini jelas karena pakan merupakan faktor lingkungan yang pen- ting untuk produksi seekor ternak. Dalam ha1 ini, Roy (1980) men~elaskan bahwa faktor lingkungan mempunyai peran yanq sanqat besar yaitu 70% dan pengaruh genetik sebesar

17 Umur Potong (hari) Ilustrasi 1Q. Grafik Bobot Badan saat dipotong pada Kelinci Rex pada Umur Potong dan Tingkat Pakan yang Berbeda.

18 30%. Semakin tinggi tingkat pemberian pakan maka pertam- bahan bobot badan semakin tinggi pula yang akhirnya akan dicapai bubo* potong yang tinggi pula- Pada uji Sidik Ragam (Lampiran 3) terlihat bahwa umur pengaruhnya sangat nyata tp<0.01) terhadap bobot potong dan memperlihatkan kecenderungan respon linear, yang ber- arti remakin tua umur ternak maka semakin besar bobot badannya. Hal ini disebabkan semakin tua umur ternak akan bertambah pula ukuran daging, tulang, alat-alat dalam dan organ-organ tubuh lainnya (Ensminger, 1969), dan terjadi suatu proses pendewasaan yang tidak dapat dinyatakan dengan ukuran-ukuran. Dalam hasil analisis Sidik Ragam (Lampiran 3) terli- hat adanya interaksi yang sangat nyata (P<0.011 antara ransum dan umur potong dengan kecenderungan respon linear dan mempunyai pengaruh sebesar 62.70%. Hal ini berarti bahwa disamping pengaruh tingkat pakan terhadap babot potong juga dipengaruhi oleh faktor umur dengan persamaan regresi : Y = Xl X ,966X ~ Z8.026X2X3 ~ ~ ~ ~ (Y = bobot potong; X1 = jenis kelamin; X2 = tingkat pem- berian ransum; Xg = umur potonq) dengan koefisien de- terminasi uz = Selanjutnya persamaan ini dapat

19 dipakai menduga bobot badan terhak saat dipotong pada umur tertentu. Untuk melihat bobot badan setiap umur potong dan tingkat pemberian pakan dapat dilihat pada Ilustrasi Bobot Karkas Menurut Rao et al. (1978) yang dimaksud dengan karkas kelinci yaitu bagian dari tubuh tanpa darah, kepala, kulit, kaki, ekor, dan saluran pencernaan beserta isinya, dan isi rongga dada- Rataan bobot karkas kelinci Rex yang diberi pakan I%%% (PI), 80X (PIi) dan 60% <PIII) pada berbagai umur potong U1 (9% hari), U2 <I20 haril, U3 <I58 haril dan U4 (180 haril, pada jantan dan betina dapat dilihat pada Tabel 1%. Untuk Iebih jelas bobot karkas pada setiap peningkatan umur dapat dilihat pada Ilustrasi iqt. Kelinci yang mendapat perlakuan PI membsrikan persentase karkas yang lebih tinggi yaitu perkisar antara %, sedangkan kelinci yang mendapat perlakuan PII berkisar %, dan karkas kelinci yang diberi perlakuan PIII berkisar antara %. Pada tingkat pemberian pakan PII, dengan umur potong 150 hari memberikan persen- tase karkas sebesar 55.12%, yang hasilnya hampir sama dengan persentase karkak kelinci yang mendapat pe.rlakuan PI umur potong ibm hari (55.35%). Menurut evaluasi Sanford

20 Tabel 10. Rataan Bobot Karkas Kelinci Rex lg) pada Tingkat Pakan, Umur Potang dan Jenis Kelamin Tingkat Umur Bobot Karkas (g) Pemberian Potong... Pakan (%I (hari.1 Jantan Betina Rataan Rataan e Rataan , ,9 Ra taan , , bobot karkan yang ideal diperoleh dari kelas medium dengan bobut 1.36 kg dan umur pernotongan kurang dari -5 bulan- Selanjutnya Templeton (1968) mengemukakan bahwa kelinci dewasa (Roaster) rnenghasilkan persentase karkas

21 sebesar 55-65%. Bobot karkas hasil penelitian ini mende- kati hasil penelitian Templeton (1968). Hal ini disebab- kan kelinci Rex dipotong mendekati grade roaster dan ke- linci Rex ~ uga termasuk tipe medium. Pengaruh tingkat pemberian pakan. umur potong dan ~ e- nis kelamin, pada hasil analisis Sidik Ragam (Lampiran 4>, terlihat bahwa tingkat pemberian pakan sangat nyata pengaruhnya (P<8.01) terhadap bobot karkas dengan respon linear yang memberikan pengaruh sebesar 31.72%. Semakin banyak jumlah ransum yang diberikan, semakin baik pula pertumbuhan seekor ternak, yang selanjutnya akan berpe- ngaruh pula terhadap bobot karkas, karena bobut karkas erat kaitannya dengan bobot potong yang dihasilkan. Oleh Forrest et al. (1975) dikemukakan bahwa bobot potong yang tinggi akan menghasilkan bobot karkas yang tinggi pula. Pada Lampiran 4 terlihat bahwa umur potong penga- ruhnya sanqat nyata CP<0.813 terhadap bobot karkas dengan re5pon linear- Umur potong memberikan pengaruhnya terhadap bobot karkas cukup besar, yaitu 61.67%. Hal ini berarti bahwa umur mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap bobot karkas. Makin meningkat umur maka bobot karkas makin besar, karena semakin meningkat pula bobot tubuh, ukuran tubuh, dan komponen-komponen tubuh lainnya yang akan berpengaruh pula terhadap bobot karkaa. Hasil

22 I Umur potong (hari) Ilustrasi 11. Grafik Bobot Karkas Kelinci Rex pada Berbagai Tingkat Pakan dan Umur Potong.

23 penelitian Rao et al. (1978) menunjukkan bahwa makin -me- ningkat umur potong maka makin meningkat pula persentase bobot karkasnya, pada umur 4, 12 dan 16 minggu, persentase karkas masing-masing yaitu sebesar persen, persen, dan persen. Pada Sidik Ragam (Lampiran 4) terlihat bahwa ienis kelamin pengaruhnya sangat nyata <P<B.B1) terhadap bobot karkas namun hanya memberikan pengaruh sebesar 1.6%. Jenis kelamin nyata pengaruhnya karena menurut Shafie et a1- (19613, bobot karkas kelinci jantan lebih berat dari pada bobat karkas kelinci betina pada waktu muda, tetapi karena pertambahan bobot badan kelinci jantan pada waktu muda lebih tinggi, selaniutnya dengan bertambahnya umur maka bobot karkas betina lebih tinggi dari pada bobot karka5 jantan karena perlemakan pada karkas kelinci betina lebih banyak, Pada masa pertumbuhan jantan mempunyai jaringan lemak yang lebih sedikit dibandingkan dengan hewan betina, dan untuk menghaailkan satu unit jaringan lemak dibutuhkan makanan yang lebih banyak dibandingkan untuk menghasilkan satu unit iaringan tulang atau urat daging (Hafez dan Dyer Dari hasil analiris Sidik Ragam (Lampiran 4) terlihat pula ada interaksi yang sangat nyata (P<Gl.01) antara jenis kelamin dan umur potcng dengan respon kuadratik. Kemudian

24 terlihat pula adanya interaksi yang sangat nyata (P<0.011 antara ransum denqan umur yang responnya linear, dengan persamaan : Y = X X ~~~ + 21,353Xs X2X3 (Y = bobot karkas, X1 = jenia kelamin, XZ = tingkat pemberian pakan, Xg = umur potong) dengan kaefisien determinasi R~ = 0,9482. Perramaan di atas dapat dipakai untuk menduga bobot karkas dengan tingkat ketepatan yang cukup baik. Hasil ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh De Blass et az ) bahwa bobot karkas pada kelinci dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu banqsa, ienis kelamin, umur dan makanan. 5. Bobot KuIit Seqar Judoamid~ojo (1979) mengemukakan bahwa yang dimakrud kulit segar adalah kulit hewan yang baru dilepas atau di- kuliti dari tubuh hewan.. Pada penelitian ini yang dimak- sud bobot kulit segar adalah bobt kulit yang ditimbang setelah kulit dilepas dari tubuh kelinci. Rataan bobot kulit segar kelinci Rex yang diberi perlakuan PI 1161i?%), PII (80X), dan PII1 (6aX) pads umur p~tong yang berbeda U1 I90 hari). U2 (120 harib, U3 (150 hari) dan U4 (180 hari) pada jantan dan betina dapat

25 dilihat pada Tabel 11, Terlihat bahwa kelinci Rex yanq diberi tinqkat pakan menghasilkan bobot kulit segar g yang lebih tinggi dibandingkan denqan bobot kulit segar yang diberi pakan PxI 1228 g), dan PIII ( g). Pada semua tingkat pakan terlihat semakin meningkat umur TabeZ 11. Rataan Bobot Kulit Seqar ig) Kelinci Rex pada Tingkat Ransum, Umur Potong dan Jenis Kelamin Tingkat Umur Bobot Kulit Segar 19) Pemberian potong... Pakan (X) (hari) Jan tan Betina Rataan Rataan Ra taan 242.2fh Rataan Z@ la7,

26 potong, semakin meningkat pula bobot kulit segarnya CIlus- trasi 12). Bobot kulit segar jantan lebih tinggi dari pada bobot kulit segar betina. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pemberian pakan, umur potong dan jenis kelamin, dilakukan analisis Sidik Ragam (Lampiran S), yang hasilnya menunjukkan bahwa pengaruh tingkat pemberian pakan sangat nyata <P<%.81) terhadap bobot kulit segar, dan pengaruhnya sebesar 18.12%. Faktor pakan erat hubungannya dengan kon- disi seekor ternak, demikian pula terhadap sifat dan kua- litas kulitnya, Hewan dengan kualitaa pakan yang baik akan menghasilkan kulit yang tebal dan padat substansinya, rehingga akan mempengaruhi bobot kulitnya. Clarke et al, (1937) yang dikutip oleh Judaamid30~0 (1981) mrlaporkan bahwa kelompok anak domba kembar yang mendapat makanan bergizi lengkap menghasilkan bobot kulit hampir dua kali lipat dari kelompak domba yang mendapat pakan bergizi rendah. Pada Lampiran 5 terlihat pula bahwa umur potong pengaruhnya sanqat nyata (P<%.01> terhadap bobot kulit seqar. Besarnya pengaruh umur potong terhadap bobat kulit segar cukup tinggi yaitu 82.91%, Pengaruh umur erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan seekor C-r- nak. Ukuran dan berat kulit hewan bei-variari mensikuti umur. Luas, bobot dan tebal kulit da.-i berbaqai bangsa

27 Umur potong (hari) Ilustrasi 12. Grafik Bobct Kulit Segar KeIinci Rex padb Berbagai Tingkat Pakan dan Umur Patong yang Berbeda.

28 akan bervariasi; ternak yang berumur lebih tua memberikan bobot, luas dan tebal yang lebih tinggi ( Trautman dan Febiger, 1957; Blom dan Fawcett, 1977). Jenis kelamin pengaruhnya sangat nyata (P<O-Ol) ter- hadap bobot kulit segar-besarnya pengaruh ienis kelamin terhadap bobot kulit segar adalah 4-93 persen yang berarti bobot kulit segar jantan lebih tinggi dari betina. Hal ini sejalan denqan pernyataan Edrlman dan Liebman (1959) yang disitir oleh Oanong (1988) bahwa kandungan air tubuh jantan lebih tinggi dibandingkan dengan air tubuh betina, yang akhirnya akan mempengaruhi bobot kul i t seqar. Pada lampiran 5 terlihat adanya interaksi yang nyata (P<0.05) dengan antara tingkat pemberian pakan dan umur potong, respon yang linear, dengan persamaan regresi se- baqai berikut : Y = &.653X X3 <Y = bahot kulit segar, X1 = jenis kelamin, X3 = umur pu- tong1 dengan koefisien determinasi R~ = , yane ber- arti sebesar 89.88% bobot kulit segar dipengaruhi oleh perlakuan. Dengan demikian persamaan tersebut dapat dipa- kai untuk menduga bobot kulit segar kelinci Rex. Pada domba hasil penelitian Umiyasih et al. (1989) juga menunjukkan adanya korelasi yang nyata, positip (P<0.05) antara bobot kulit dengan bahot hidup.

29 6, Luas Kulit Seaar Luas kulit adalah panjang kulit dikalikan lebar kulit. Rataan luas kulit segar pada tingkat penberian pakan PI (100%), PII (80%) dan PIII (68%) dengan tingkat umur potong U1 (90 hari), U2 (120 hari), U3 (150 hari) dan U4 (180 hari) pada jantan dan betina disaiikan pada Tabel 12- Tabel 12- Rataan Luas Kulit Segar Kelinci Rex tcaz) pada Tingkat Pakan, Umur Potong, dan Jsnis Kelamin Tingkat Umur- Luas Kulit Segar (cml) Pemberian potong... Pakan <X) <hark) Jantan Betina Rataan Ui ab6?9+, 1 ass. 597-a so Uz aas.ca9. i 9rarr,ea, a us 945+.sS U a m91.i Rataan. 888,~i%i04, Rataan ,0270, m.3

30 Dari Tabel 12 terlihat bahwa rata-rata luas kulit pada tingkat pemberian ransum PI menghasilkan luas kulit ( cm2) yang lebih besar dari pada luas kufit kelinci yang diberi perlakuan PII ( cm2) dan PIII ( cm2>. Dari hasil analisis Sidik Ragam (Lampiran 5>, pengaruh jenis kelamin tidak berbeda nyata dan pengaruhnya terhadap luas kulit kecil sekali, yaitu sebesar 0.802%, sehingga luas kulit iantan dan betina adalah sama. Dari Tabel 12 secara keseluruhan dapat dilihat bahwa semakin meningkat umur, aemakin meningkat pula luas kulit segar kelinci Rex. Umur sangat nyata pengaruhnya.(p<d-ol) terhadap luas kulit kelinci segar dan kecenderungan respon linear yang herarti semakin meningkat umur, aemakin me- ningkat pula luas kulit yang dihasilkan dan pengaruh umur terhadap luas kulit sebesar persen. Hal ini erat kaitannya dengan pertumbuhan; semakin bertambah umur, 5e- makin besar pula ukuran tubuh ternak. yang akhirnya akan mempengaruhi luas kulit. Dari Sidik Ragam (Lampiran 5) terlihat pula bahwa tingkat pemberian pakan sangat nyata pengaruhnya terhadap luas kulit kelinci Rex, dengan respon linear, yang berarti semakin meningkat jumlah ransum yang diberikan maka sema- kin luas pula kulit yang dihasilkan aleh ternak kelinci tersebut, Tingkat pernberian pakan sangat nyata tp<o.di)

31 pengaruhnya terhadap luas kulit dan tingkat pakan terhadap luas kulit pengaruhnya sebesar i5.96 persen. Hasil yang sama dilaporkan oleh Taylor (1994) bahwa kelinci yang diberi ransum sebanyak 50 persen dari konsumsi normal memperlihatkan luas pelt yang nyata lebih kecil dibandingkan dengan luas kulit kelinci yang diberi ransum ad libitum sedangkan yang diberi 75% dari jumlah ransum yang dikonsumsi, memperlihatkan luas pelt yang hampir sama besar dengan luas pelt kulit kelinci yang diberi pakan ad libitum. Dari haril analisis Sidik Ragam terlihat berbagai interaksi, tetapi interakri yang memberikan pengaruh yang sangat nyata <P<0.01) adalah antara ransum dan umur potong (6.39%), dengan respon linear, yang berarti semakin rneninqkat umur dan jumlah pakan yang diberikan, akan remakin luas kulit yang dihasilkan, dan tampak pula adanya inter- aksi yang nyata (P<B.B5) antara ranaum kuadratik dengan umur kubik. Dalam ha1 ini Dolnick's (1966) mengemukakan bahwa hewan lebih dulu membutuhkan makanan untuk hidup pokok dan pertumbuhan dari pada produksi kulit. 7. Persentase Keprimaan "Fur" "Fur" kelinci dapat dikatakan "Prime" bilamana pada permukaan kulit bagian dalam tempat melekatnya bulu ti- dak ditemukan bercak-bercak pigmen atau permukaan kulit

32 berwarna Krem dan pigmen pada kulit sudah seluruhnya ter- serap ke dalam bulu (Hafez, 1969). Rataan persentase ke- primaan kulit kelinci Rex pada berbaqai tingkat pemberian pakan PI (100X), PII (80%) dan PIIl (60%) dengan umur po- tong U1 (90 hari), U2 C120 hari), U3 (150 hari), dan U4 (190 hari) pada jantan dan betina (Tabel 13), terlihat Tabel 13. Rataan Persentase Keprimaan Kulit (XI Kelinci Rex pada Tingkat Pakan, Umur Potong dan Jenis Kelamin Tingkat Umur Keprimaan Kulit (%) Pemberian Putang... Pakan CX) (hari) Jantan Betina Rataan Rataan Rataan

33 persentase keprimaan kulit bervariasi dari 60-71%. Keprimaan kulit kelinci Rex pada perlakuan PI adalah , PI 67,62%, dah PI 61.87%- Perrentare keprimaan kulit jantan antara , sedangkan pada betina %. Persentase keprimaan kulit tertinggi diperlihatkan oleh kelinci Rex yang diberi pakan PI dengan umur potong 150 hari sebesar 71%, sedangkan pada PI 67-50% dan PI ba.58x. Pada umur 90 hari hasil terendah diperlihatkan oleh ternak kelinci yang mendapat perlakuan PI (68%), kemu- dian PI sebesar 63.50% dan PI sebesar 69.08%- Persentase keprimaan kulit yang diperoleh pada anal penyeruaian pemberian makanan mempunyai nilai yang paling ekanomis, karena dengan biaya yang rendah diperoleh kulit yang telah "prime", sesuai dengan pendapat Wehr et dl. (19821 menyatakan bahwa kualitas dan kuantitas nakanan berpengaruh terhadap pembentukan keprimaan kulit. Dari hasil analisis Sidik Ragam (Lampiran 7), terli- hat bahwa jenir kelamin, umur potong dan pakan pengaruh- nya tidak nyata (P>D.DS) terhadap persentase keprimaan kulit kelinci Rex. Hal ini berlawanan dengan hasil pene- litian Timothy et al. (1984) bahwa kelinci Rex yang diberi ransum 50% dari iumlah ransum yang dikonrumsi memberikan perrentase kulit yang "prime" nyata lebih tinq.gi dihan- dingkan dengan prime kulit kelinci yang diberi ransum

34 ad libitum. Hal ini disebabkan perlakuannya berbeda, dan pigmen kulit ditentukan secara genetik, sehingga faktor pakan, umur dan jenis kelamin tidak begitu banyak pengaruhnya terhadap keprimaan kulit. Selanjutnya Hafez dan Dyer (1963) mengemukakan bahwa siklus pertumbuhan bulu secara langsunq dipengaruhi oleh heriditas, hormon, dan secara tidak langsung dipengaruhi oleh temperatur. Penparuh Perlakuan Terhadau U i i Kimia Kulit Seaar Kelinci Rex Rataan hasil uji kimia k u l i t segar kelinci Rex jantan dan betina pada berbagai tingkat pakan PI (100%), PIX (BaX), dart PIII (68%) dengan umur potonq yanq berbeda U1 (90 hari), UZ (120 hari), Us (150 hari), dan U4 (IS0 hari), dapat dilihat pada Tabel 14. Tampak bahwa kadar lemak k u l i t mentah segar kelinci Rex jantan pada tingkat pemberian pakan 100% meningkat sampai umur 120 hari, pada tingkat pemberian pakan 85% meningkat sampai dengan 150 hari, dan pada tingkat pemberian pakan 68% terdapat kecenderungan penurunan kadar lemak dengan meningkatnya umur potong, Pada kelinci betina dengan tingkat pemberian pakan 1@0%, peningkatan sampai umur 150 hari diikuti dengan peningkatan kadar lemak k u l i t segar. Pada pemberian pakan 8m% dan 60% terjadi

35 peningkatan kadar lemak 5ampai umur potong 120 hari sete- lah itu kadar lemak kulit menurun dengan meningkatnya umur potong. Meskipun kadar lemak k u l i t kelinci Rex bervariasi, tapi masih berada pada kisaran 6-8%, sesuai dengan yang dilaporkan oleh Judoamidjojo (1981) bahwa kulit mengandung lemak sekitar 7-8%. Kadar protein kulit segar kelinci Rex jantan denqan pemberian pakan PI (1%%%) meningkat sampai umur 120 hari sedangkan untuk betina kadar protein cenderung menurun dengan meningkatnya umur potong. Pada tingkat pakan PII <80X), kadar protein k u l i t segar kelinci Rex jantan cen- derung menurun dengan meningkatnya umur potong, sedangkan untuk betina kadar protein bervariasi sampai umur potong 150 hari. Pada pemberian pakan A=%, kadar pratein kulit segar kelinci Rex jantan menurun denqan meningkatnya umur potong, tetapi pada kelinci betina meningkat sampai umur pemotongan 158 hari. Kadar sulfur kulit mentah seqar jantan memperlihatkan penurunan dan peningkatan pada berbagai tingkat pem- berian pakan PI (1@0%), PIX (80%), dan PIII (60X). Pen- berian pakan 1G30% dan SGT% rnemperlihatkan kecenderungan peningkatan kadar sulfur sampai umur pemotongan 188 hari, sedangkan tingkat pemberian pakan 60% kadar 5ulfur ku- lit segar memperlihatkan peningkatan dan penurunan sampai umur potong 18lU hari, Secara keseluruhan terlihat bahwa

36 Tabel 14 Rataan Hasil U ji Kimia Kulit Mentah Kelinci Rex Menurut Tingkat Pemberian Pakan dan Umur Potong (hari Jan t an 1. Lelnak Protein Sulfur Betlna 1. Lemak Protein Sulfur L

37 kadar sulfur, kadar lemak. dan kadar protein kulit segar yang diberi pakan PI meningkat sampai umur 150 hari kemu- dian menurun, sedangkan pada pemberian pakan PII dan PIII, kadar sulfur, lemak dan protein kulit aegar meningkat sampai umur 1ZO hari, kemudian menurun sampai dengan umur 180 hari, 1 Kadar Lemak Kulit Seaar Rataan kadar lemak kulit segar kelinri Rex yang dibe- ri pakan PI <100%l, PI= (8%%), dan PIII <6%%l, dengan umur potong U1 (90 hari), U2 (1ZB haril, U3 <I50 hari) dan U4 (180 hari) jantan dan betina dicantumkan pada Tabel 15. Dari Tabel 15, dapat dihitung kadar lemak kulit segar kelinci Rex yang diberi pakan PI pada jantan adalah 7.14X dan betina sebesar 7.76%. Selanjutnya kelinci yang diberi pakan PII untuk jantan 7.13% dan betina 7.7%. sedangkan kadar lemak kulit seqar kelinci yang diberi per- lakuan PIII untuk jantan 7.69% dan betina 6.94%. Persen- tase kadar lemak betina untuk PI dan PII lebih tinggi da- ripada j antan, karena masa pertumbuhan hewan iantan mem- punyai jaringan lemak yang lebih sedikit daripada betina, hewan jantan mampu mengubah makanan men~adi jaringan tu- buh yang lebih baik daripada hewan betina. Untuk mengha- ailkan satu unit jaringan lemak dibutuhkan makanan yang

38 Tabel 15. Rataan Kadar Lemak Kulit Segar (%) Kelinci Rex pada Tingkat Pakan, Umur Potong dan Jenis Kelamin Tingkat Urnur Kadar Lemak Kulit Pemberian Potong... Pakan <%I Chari) Jantan Betina Rataan Rataan , Rataan 7.135GJ G Rataan 7.09kE lebih banyak dibandingkan untuk menghasilkan tulang dan urat daginq (Hafez dan Dyer, 1969). Pengaruh jenis kelamin terhadap kadar lemak kulit kecil sekali, yaitu sebesar 3-38%, ditunjang oleh haail analisis Sidik Ragam (Lampiran a), terlihat bahwa jenis kelamin pengaruhnya tidak nyata (P>0.05) terhadap kadar lemak kulit segar,

39 Kadar lemak kulit meningkat sejalan dengan meningkatnya umur, tetapi pada umur tertentu kadar lemak k u l i t akan me- nurun kembali. Pada kelinci yang diberi perlakuan PI, ka- dar lemak meningkat sampai umur 15lB hari, kemudian me- nurun lagi, sedangkan kadar lemak k u l i t kelinci yang di- beri pakan PII dan PIII, meninqkat rampai umur 120 hari, kemudian menurun kembali sampai umur 188 hari. Kadar lemak mempunyai variasi yang kecil, sehingga dikatakan sama, Hal ini ditunjang oleh haril analisis Sidik Ragas bahua umur pengaruhnya tidak nyata tp>0-05) terhadap ka- dar lemak kulit segar kelinci Rex. Hal ini direbabkan umur kelinci rnaaih berada pada fa~e remaja sampai mencapai dewaaa tubuh. Jadi masih berada pada fase pertumbuhan "decelerating". Dalam hubungan ini, Gasnier (1948) yang disitir Magdalena (1983), m engemukakan bahua pertumbuhan ternak dibagi menjadi lima bagian sesuai dengan umurnya, yaitu (1) u mur hari yaitu kira-kira saat penyapihan, (2,) saat umur sapih, (3) masa remaja, kira-kira umur lqlql hari, (4) umur 150 hari yaitu saat kelinci mencapai keseimbangan hormonal, dan C51 umur 200 hari, saat kelinci mencapai dewaea tubuh. Tingkat pemberian pakan mempunyai pengaruh yang tidak nyata <P>0,85> terhadap kadar lemak. Hal ini disebabkan karena kelinci merupakan ternak yang mengandung sedikit

40 kadar lemak, sehingga akhirnya akan mempengaruhi kadar lemak kulit. Anggorodi (1980) menyimpulkan bahwa kekurangan zat makanan akan memperlambat puncak pertumbuhan urat daging dan akan memperlambat laju penimbunan lemak, sedangkan makanan yang sempurna sebaliknya akan mempercepat terjadinya pertumbuhan reekor ternak, 2. Kadar Protein Kulit Seaar Rataan kadar protein kulit seqar kelinci Rex yang diberi pakan PI (180%), PII (88%), dan PIII <6%%1, pada berbagai unur U1 (90 hari), U2 (120 hari), U3 (150 hari), dan U4 (I88 hari) jantan dan betina dapat dilihat pada Tabel 16. Terlihat bahwa kadar protein kulit aegar kelinci Rex yang diberi tingkat pakan PI adalah 71.75%, PII seberar 70-94% dan PIII ~ebesar 7m.44%. Kadar protein kulit segar kelinci Rex yang diheri perlakuan PI memperlihatkan hasil yang hampir sama dengan PIX dan PIIT. Kadar protein k u l i t segar kelinci Rex berkisar antara % dari bahan k u l i t segai-. Hasil yang hampir sama dilaporkan oleh Sharphouse (19573 bahwa protein kulit mentah segar 33%, sehingga j i k a dikonversikan ke dalam bentuk kering dengan kadar air 64%. Hasil penelitian ini hampir mendekati, dengan kadar air kulit segar berkisar 50-55X, sehingga biia dikonversikan ke dalam bentuk segar kadar protein berkisar %. Perbedaan ini disebabkan

41 bangsa ternak dan ransum yang digunakan berbeda (Hoist, Dari hasil analiris Sidik Ragam (Lampiran 9), me- nunjukkan bahwa tingkat pemberian pakan, umur potong dan ienis kelamin pengaruhnya tidak nyata (P>0.85) terhadap Tabel 16, Rataan Kadar Protein Kulit Segar.(%) Kelinci Rex pada Tingkat Pakan, Umur Potong dan Jertis Kelamin Tingkat Umur Kadar Protein Kulit Pemberian Potong... Pakan (X) (hari) Jantan Betina Rataan Rataan 67, Rataan Rataan 67,825s k

42 kadar protein kulit seqar kelinci Rex. Hal ini disebabkan adanya sifat coprophaqi pada kelinci, sehingga dapat me-. manfaatkan protein yang lebih efisien dan ini terjadi pada kelinci yang diberi pakan PI, PII maupun PIXI- Selain itu jumlah protein yang dikonsumsi. Protein dibutuhkan ba- gi ternak dengan fungai cukup kompleks yaitu untuk per- tumbuhan, mengganti jaringan yang rusak, untuk produksi dan membentuk jaringan baru yang akhirnya akan mempenga- ruhi kadar protein kulit. 3. Kadar Sulfur Kulit Seaar Rataan kadar sulfur kufit 5egar kelinci Rex yang diberi perlakuan PI (150%), PII (80%). PIII (&a%) dan ber- bagai tingkat.umur potong U1 (90 hari), U2 I125 hari), Us <150 haril dan U4 (1BGl hari) jantan dan betina dapat dilihat pada Tabel 17, Dari Tabel 17, terlihat bahwa kadar sulfur kulit segar kelinci Rex pada tingkat pemberian pakan PJ, PIX, dan PIII masing-masing sehesar 0-38%, 0.25%, dan 0.23%. Hasil analisis Sidik Ragam (Lampiran ib) menunjukkan bahwa tingkat pemberian pakan pengaruhnya sangat nyata (P<0.01) terhadap kadar sulfur kulit segar dengan kecenderungan respons linear, yang berarti semakin meningkat jumfah ransum yang diberikan, maka semakin meningkat pula

43 Tabel 17. Rataan Kadar Sulfu; Kulit Segar tx) Kelinci Rex pada Tingkat Pakan, Umur-Potong dan Jenis Kelamin Tingkat Umur Kadar Sulfur <%I pemberian potong... Pakan (XI (hari) Jantan Betina Rataan Ra taan 0-41* ,07 Rataan G3.04 Ra taan kadar sulfur dan k u l i t segar kelinci Rex. Hal ini ada ka- itannya dengan konsumsi protein, karena makin banyak ran- sum yang dikonrumsi, makin tinggi pula jumlah protein yang dikonsumsi dibandingkan dengan kelinci yang diberi ran- sum terbatas, yang akhirnya akan berpengaruh terhadap

44 komposisi asam-asam amino yang terdapat dalam protein kulit, karena sulfur merupakan jembatan antara dua asam amino sistein (JudoaaidJojo, 19811, SelanJutnya dikemu- kakan pula bahwa salah satu karakteristik dari keratin adalah berkadar sulfur yang tinggi, Pada kulit terdapat dua golongan keratin, yaitu keratin keras dan keratin lu- nak. Keratin lunak adalah lapisan luar dari epidermis, yang sifatnya lunak dan k~mposisinya relatif longgar, se- dangkan keratin keras adalah rambut, kuku dan tanduk yang strukturnya lebih padat. Umur potong pengaruhnya sangat nyata (P<0.01) terha- dap kadar sulfur kulit segar, yaitu sekitar 3.9% dengan kecenderungan respon yang linear yang berarti semakin meningkat umur potang, semakin meningkat pula kadar sulfur kulit segar kelinci Rex. Dari daftar Sidik Ragam {Lampiran la) terdapat interaksi yang sangat nyata ~P<Ei.Ol) antara tingkat pakan dengan respon linear dan umur potonq dengan respon kubik. Ini berarti bahwa penga- ruh tingkat pakan terhadap kadar sulfur kulit dipengaruhi pula oleh faktor umur. Karena respon terhadap pakan li- near berarti semakin meningkat iumlah pakan yang diberikan maka kadar sulfur =emakin meningkat pula. Namun demikian, karena teriadi pula interaksi antara ransum linear dengan

45 umur kubik berarti semakin tingqi jumlah ransum yang di- berikan semakin meningkat kadar sulfur kulit karena penga- ruh umur kubik maka pada umur tertentu kadar sulfur akan menurun, Penaaruh Perlakuan Terhada~ Gambaran Histoloair Kulit Seaar Kelinci Rex Gambaran histologis kulit mentah kelinci Rex jantan pada umur potong U1 dan U4 dengan tingkat pakan 100% (ad libitum), 80% dan 60% diperlihatkan pada Ilustrasi 13 sampai dengan 1B. Dari hasil ubservasi ketebalan epidermis dan dermis dari masing-masing perlakuan {Tabel 18), tampak bahwa pada tinqkat pemberian pakan 188%, ketebalan epi- dermis kulit mentah kelinci Rex jantan meningkat sejalan dengan meningkatnya umur pstong sampai umur la0 hari sedanqkan pada betina peningkatan ketebalan epidermis hanya sampai umur potong 120 hari dan setelah itu ketebalannya hampir 5ama- Pada tingkat pemberian pakan 8m1, ketebalan epidermis kulit mentah bervariasi pada berbagai umur potong, demikian pula pada kelifxci Rex betina dengan perlakuan bb%, sedangkan Fads jantan terlihat kecenderungan peningkatan ke~ebalan epidermis sampai umur potong

46 Tabel 18. Gambaran Histologis vulit Kelinci Rex Menurut Tingkat Pemberian Pakan dan Umur Potong. 100 I 80 I Jan t an 1. Ketebalan epidermis (y 2. Ketebalan dermis (p) $ Betina 1. Ketebalan epidermis (JJ) 2. Ketebalan dermis (JJ)

47 150 hari dan setelah itu teriadi penurunan karena teriadi- nya pelekukan epidermis k e dalam dermis. Ketebalan dermis k u l i t mentah kelinci Rex jantan dan betina meningkat pada berbagai tingkat pakan sejalan dengan peningkatan umur potong kelinci, sedangkan pada tingkat pakan 60% terjadi penurunan pada umur 150 hari untuk betina, dan pada iantan umur 180 hari. 1 Ketebalan Epidermis K u l i t Seaar Lapisan epidermis merupakan lapisan kulit paling luar yang sangat tipis. Rataan ketebalan lapisan epidermis ku- lit seqar k e l i n c i Rex jantan dan betina pada tingkat pakan dan umur potong yang berbeda diperlihatkan pada Tabel 19, terlihat bahwa ketebalan epidermis iantan hampir sama dibandingkan dengan ketebalan epidermis betina pada berbagai t i n g k a t pakan. Secara statistik melalui Sidik Ragam (Lampiran 11) terlihat bahwa pengaruh jenis kelamin tidak nyata (P>0.05) terhadap ketehalan lapisan epiderm i s k u l i t segar. Ketebalan epidermis k u l i t kelinci pada pemberian pa- kan 60% sebesar mikron lebih tinggi dari pada tingkat pemberian pakan la0 % sebesar mikron, dan pemberian pakan 88% sebesar mikron, dengan rataan perbedaan sebesar mikron.

48 ermi: li s Gambaran Histologi Kulit Kelinci Rex pada Tingkat Pemberian Pakan ad libitum (PI) pada Umrtr Potong 90 hari (H&E, 1316,4 x).,,.,....;..,./...,,; :, ;:, :.. > % b

49 Invaginasi Epidermis 4' Papilaris T Retikularis Epide d Ilustrasi 14. Gambaran Histologi Kulit Kelinci Rex pada Tingkat Pemberian Pakan ad libitum (PI) pada Umur Potong 180 hari (H&E, 1316,4 x)

50 Tabel 19, Rataan Tebal Epidermis Kulit Seqar I U) Kelinci Rex pada Tingkat Pakan, Umur Potong dan Jenis Kelamin Ting kat Umur Tebal Epidermis < U) Pemberian potong... Pakan (%> ihari) Jantan Betina Rataan Rataan k ,7520, Rataan rn.4 Rataan % G3.3

51 Dar-i hasil analisis Sidik Ragam (Lampiran 11) terli- hat bahwa pengaruh tingkat pemberian pakan tidak nyata (P>0,05) terhadap ketebalan epidermis kulit segar kelinci Rex. Hal ini disebabkan lapisan epidermis telah terbentuk sejak teriadinya foetus (Hafez dan Dyer, 1969), dan per- sentase pengaruh pakan yaitu sebesar 18.5%. gang peranan penting terhadap lapisan epidermis kecil, Tebal lapisan epidermis cukup meme- dalam elastisitas kulit yang akhir- nya mempengaruhi kekenyalan tusuk kulit (O'flaherty et al, 1956). Pada lampiran I1 terlihat bahwa pengaruh umur sangat nyata P(<0,01) terhadap ketebalan epidermis kulit segar kelinci Rex dengan respon linear yang berarti seha- kin meningkat umur maka epidermis semakin tebal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambaran histalogisnya (Ilustrasi 13 dan 141, yang menuniukkan bahwa pada kelinci yang diberi pakan ad libitum dengan umur potong 90 hari, lapisan epidermisnya tipis dan belun memperlihatkan ter- jadinya invaginasi (pelekukan) lapisan epidermis ke dalam dermis. 2. Lapisan Dermis Kulit Seaar Lapisan dermis (kcriuml, adalah baqian kulit yang sesungguhnya dan merupakan bahan utama -dalam proses penyamakan kulit yang akan diubah menjadi "leather".

52 Papilaris L Retikularis 1 ide Hypodermis Ilustrasi 15. Gambaran Histologi Kulit Kelinci Rex pada Tingkat Pakan 80% <PII), Umur Potong 90 hari (HIE, 1316,4 x)

53 Invaginasi Epidermis 1' F Ret Ilustrasi 16. Gambaran Histologi Kulit Kelinci Rex pada Tingkat Pakan 80% (PII), Umur Potong 180 hari (H&E, 1316,4 x)

54 Trautman dan Febigers (1957) dan Mann (1966) menyatakan bahwa kurium terdiri atas jaringan pengikat padat yang tersusun oleh serat-serat kolagen, elastin dan retikulin, pembuluh darah, jaringan lemak dan iaringan syaraf. Serabut-serabut ini menentukan kualitas kulit jadi. Rataan ketebaian lapisan dermis kulit segar kelinci Rex pada berbagai tingkat pemberian pakan, umur potong dan jenis kelamin diperlihatkan pada Tabel 20. Terfihat bahwa pada berbagai tingkat pemberian pakan dan umur potong, dermis hewan jantan lebih tebal dari betina, Hasil analisis Sidik Ragam (Lampiran 12) memperlihat- kan bahwa ienis kelamin pengaruhnya sangat nyata (P<0.81). Hal ini disebabkan serara histologis serat kolagen dan retikulin pada jantan lebih besar dari pada serat betina yang akibatnya mempengaruhi ketebalan dermis. Pada tingkat pakan berbeda, tampak bahwa ketebalan dermis kulit segar kelinci Rex yang diberi pakan PI lebih tinggi dibandingkan PII dan PIII- Haail analisir Sidik Ragam (Lampiran 12) memperlihatkan bahwa tingkat pakan pengaruhnya sangat nyata CP<El.OI) terhadap ketebalan dermis kulgt segar kelinci Rex dengan kecenderungan respon kuadratik yang berarti peningkatan pemberian ransum selalu diikuti dengan peninqkatan ketebalan dermis tidak kulit. Hal ini dapat dibuktikan secara mikrarkopis, karena pada

55 Tabel 20. Rataan Tebal Dermis Kulit Seqar < U) Kelinci Rex pada Tingkat Pakan, Umur Potong dan Jenis Kelamin Tingkat Umur Tebal Dermis ( U) pemberian potong... Pakan I%) (hari) Jantan Betina Rataan Rataan Rataan % Rataan lapisan dermis kulit yang diberi pakan ad libieun, serabut kalagen, retikulin agak jarang dan besar-besar, sedangkan pada ransum yang dibatasi terlihat bahwa lapisan dermisnya semakin tipis karena serabut kolagen, retikulin lebih rapat yang akhirnya akan mempengaruhi ketebalan dermis.

56 Dari hasil analisis Sidik Ragam (Lampiran 12) tampak bahwa umur potnnq penqaruhnya sangat nyata terhadap ketebalan dermis kulit dengan kecenderungan respon linear, yang berarti bahwa semakin meningkat umur maka semakin meningkat pula ketebalan dermis, Hal ini dapat terlihat secara mikroskopis, yaitu pada umur 90 hari belum terjadi 'pergantian bulu, dan serabut kolagen.-asih jarang dan lebih halus, sedangkan pada xmur 180 hari gejala pergantian bulu telah t~mpak, serat kalagen, retikulin, elastin semakin tebal dan rapat. D - Lampiran 12 tampak pula bahwa terdapat interaksi, namun dari seluruh interaksi ternyata interaksi an- tara ransum linear dengan umur kuadratik, yang memberikan pengaruh paling besar (5.38%)- Interaksinya sangat nyata (P<0.01) yanq berarti penqaruh tingkat pakan terhadap ke- tebalan dermis nyata pula dipengaruhi oleh faktor umur- Untuk melihat gambaran histologis lapisan dermis pada tingkat umur U1 clan U4 dengan tinqkat pakan yang berbeda (Ilustrasi 13 sampai dengan 1s) terlihat babwa dengan 5emakin tua umur ternak lapisam dermis semakin tebal dan rapat, demikian pula semakin meningkat jumlah pakan yang diberikan semakin tebal lapisan dermisnya-

57 Serabut Kolaaen dan Retikulin Kulit Seaar Serabut kolagen dan retikulin mempunyai peranan pen- ting dalam menentukan kualitas kulit jadi. Lapisan ini terdapat pada dermis. Dermis dibedakan meniadi dua bagian, yaitu pars papilaris dan pars retikularis. Pars papilaris merupakan daerah kantong rambut, sel lemak, kelenjar sebaceus, lapisan ink menentukan rupa kulit samaknya (Fahidin, 1977)- Serabut iaringan pengikat yang utama pada Pars papilaris adalah serabut kolagen yang merupakan penyusun utama pembentukan kulit luar. Semua kolagen dalam kulit berpengaruh terhadap sifat fisik kulit, Pars retikularis dari dermis lebih tebal dari pada Pars papilaris, dan terdiri atas jarinqan penyambung padat irregular, mempunyai serabut tenunan pengikat lebih banyak dan jaringan lebih redikit. Sebagian lapisan ini tersusun pula dari anyaman serat kolagen. Pada lapisan ini terda- pat pembuluh darah, dan tenunan lemak. Antara lapisan pa- pilaris dan retikularis tidak terdapat pembatas yang jelas (Sharphouse, 1975; Thakur dan Puranik, 1981). Dari gambaran histologis pengaruh tingkat pemberian pakan dan umur potonq, tampak bahwa pada umur 98 hari dengan tingkat pakan 100%, serabut kolagen dan reti- kulin, agak tebal tetapi serabutnya jaranq, demikian pula pada pemberian pakan PII- Tetapi pada pakan PIII dengan

58 rmis. S Ilustrasi 17. Gambaran Histologi Kulit Kelinci Rex pada Tingkat Pakan 60-7 (PIII), Umur Potong 90 hari (H&E, 1316,4 x)

59 potonng umur 90 hari, kolagen dan retikulin jaringannya lebih rapat, #an padat. Pada umur la0 hari dengan tingkat pakan 100% tampak bahwa lapisan kolagen dan retikulin le- bih tebal dan agak rapat, hampir sama dengan tingkat pemberian pakan PI= sedangkan pada tingkat pemberian pa- kan PI. serabut kolagen dan retikulinnya 5emaki.n rapat sehingga ketebalannya berkurang. Untuk lebih jelasnya qapat dilihat pada Ilustrasi 17 dan 18, terlihat bahwa se- makin meningkat umur maka semakin rapat jalinan serabut- nya dart juga semakin besar serabut-serabutnya, dan telah terjadi invaginasi kantung rambut ke dalam dermis, yang pada gilirannya akan mempengaruhi sifat fisik kulit. Pada tingkat pemberian pakan PI terlihat serabut-serabut kolagen dan retikulin semakin banyak, namun disamping itu tampak pula rongga-rongga jaringan lemak yang aemakin besar, sehingga dengan demikian tingkat pemberian pakan yang baik akan tampak pada gambaran hi~toiogisnya. Histoloqi Jarinnan Lemak Kulit Sesar Kelinci Di bawah mikroskop tampak bahwa pada umur muda yaitu umur potong 98 hari pada perlakuan 100%, 80% dan 60%, jaringan lemaknya tidak begitu banyak perbedaan. Pada tingkat pakan 180% umur 90 hari, terlihat jarinqan lemak - yang sedikit, namun lebih banyak dibandingkan dengan ting- kat pemherian pakan 88%. Sedangkan pada tingkat pemberian

tas dan kuantitasnya perlu diperhatikan.

tas dan kuantitasnya perlu diperhatikan. V KESIMPULAN UMUM Ternak kelinci merupakan salah satu alternatif peng- hasil daging dan kulit yang mempunyai nilai tinggi, Ba- nyak aspek yang menarik pada ternak kelinci, antara lain mempunyai kemampuan

Lebih terperinci

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh,

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh, II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Domba Garut Asal usul domba Garut diyakini berasal dari Kabupaten Garut sebagai Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh, Cikandang, dan Cikeris,

Lebih terperinci

TERHlDAP BOBOT HIDUP, KARKAS DAN SlFAT DASAR KULlT KELlNCl REX"

TERHlDAP BOBOT HIDUP, KARKAS DAN SlFAT DASAR KULlT KELlNCl REX y ' FENGARUH PIKAW, UMUR POTONG DAN JENlS KELAMIN TERHlDAP BOBOT HIDUP, KARKAS DAN SlFAT DASAR KULlT KELlNCl REX" Oleh : HUSMY YURMIATY FAKULTAS PASCASARJANA R I NGKASAN HUSMY YURMIATY. Pengaruh Pakan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum Rataan konsumsi bahan kering dan protein ransum per ekor per hari untuk setiap perlakuan dapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum Banyaknya pakan yang dikonsumsi akan mempengaruhi kondisi ternak, karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan dapat ditentukan banyaknya zat makanan yang masuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Wonosobo Domba Wonosobo merupakan domba hasil persilangan antara domba Texel yang didatangkan pada tahun 1957 dengan Domba Ekor Tipis dan atau Domba Ekor Gemuk yang secara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Populasi domba terbesar terdapat di Kabupaten Garut yang termasuk salah

PENDAHULUAN. Populasi domba terbesar terdapat di Kabupaten Garut yang termasuk salah I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi domba terbesar terdapat di Kabupaten Garut yang termasuk salah satu Kabupaten di Jawa Barat dengan jumlah populasi pada Tahun 2013 yaitu 1.129.633 ekor dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Domba merupakan ternak yang keberadaannya cukup penting dalam dunia peternakan, karena kemampuannya untuk menghasilkan daging sebagai protein hewani bagi masyarakat. Populasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan, dan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya gizi bagi kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Domba pada umumnya dipelihara sebagai penghasil daging (Edey, 1983). Domba Lokal yang terdapat di Indonesia adalah Domba Ekor Tipis, Priangan dan Domba Ekor Gemuk.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Babi Babi adalah binatang yang dipelihara dari dahulu, dibudidayakan, dan diternakkan untuk tujuan tertentu utamanya untuk memenuhi kebutuhan akan daging atau

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Kampung Super

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Kampung Super 31 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Kampung Super Data nilai rataan bobot bagian edible Ayam Kampung Super yang diberi perlakuan tepung pasak bumi dicantumkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KambingKacang Kambing Kacang merupakan salah satu kambing lokal di Indonesia dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh yang relatif kecil,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi, permintaan masyarakat akan produkproduk peternakan

Lebih terperinci

B. Struktur Kulit Ikan

B. Struktur Kulit Ikan B. Struktur Kulit Ikan 1. Struktur Kulit Kulit adalah lapisan luar tubuh hewan yang merupakan suatu kerangka luar dan tempat bulu hewan tumbuh atau tempat melekatnya sisik (Sunarto, 2001). Kulit tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Peranakan Etawa dengan kambing Kacang. Kambing ini memiliki komposisi darah kambing

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Rumpun Domba Rumpun adalah segolongan hewan dari suatu jenis yang mempunyai bentuk dan sifat keturunan yang sama. Jenis domba di Indonesia biasanya diarahkan sebagai domba pedaging

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakasanakan di Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan Keadaan hewan pada awal penelitian dalam keadaan sehat. Sapi yang dimiliki oleh rumah potong hewan berasal dari feedlot milik sendiri yang sistem pemeriksaan kesehatannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah, 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya di panen pada umur 4-5 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul. Tabel 4. Bobot Edible Ayam Sentul pada Masing-Masing Perlakuan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul. Tabel 4. Bobot Edible Ayam Sentul pada Masing-Masing Perlakuan 27 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul Data nilai rataan bobot bagian edible ayam sentul yang diberi perlakuan tepung kulit manggis dicantumkan pada Tabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan spesies Gallusdomesticus. Ayam broiler merupakan ayam tipe pedaging yang lebih muda dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707 TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Ayam broiler merupakan galur ayam hasil rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomi dan pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi ransum rendah,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian Kandungan Nutrisi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan Penelitian Kandungan nutrisi pakan tergantung pada bahan pakan yang digunakan dalam pakan tersebut. Kandungan nutrisi pakan penelitian dari analisis proksimat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong merupakan bangsa-bangsa kambing yang terdapat di wilayah Jawa Tengah (Dinas Peternakan Brebes

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karkas domba Lokal Sumatera (Tabel 9) mempunyai koefisien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karkas domba Lokal Sumatera (Tabel 9) mempunyai koefisien HASIL DAN PEMBAHASAN Tumbuh-Kembang Karkas dan Komponennya Karkas domba Lokal Sumatera (Tabel 9) mempunyai koefisien pertumbuhan relatif (b) terhadap bobot tubuh kosong yang nyata lebih tinggi (1,1782)

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging, I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Ras Pedaging Menurut Indro (2004), ayam ras pedaging merupakan hasil rekayasa genetik dihasilkan dengan cara menyilangkan sanak saudara. Kebanyakan induknya diambil dari Amerika

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Performa Produksi Bobot Badan Akhir dan Pertambahan Bobot Badan Harian Bobot badan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui performa produksi suatu ternak. Performa produksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Mikro Kandang Kandang Penelitian Kandang penelitian yang digunakan yaitu tipe kandang panggung dengan dinding terbuka. Jarak lantai kandang dengan tanah sekitar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering (BK) Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok, produksi, dan reproduksi. Ratarata konsumsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu sebanyak-banyaknya, disamping hasil lainnya. Macam - macam sapi perah yang ada di dunia adalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan komoditas ternak, khususnya daging. Fenomena

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5 TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci domestik (Oryctolagus cuniculus) merupakan keturunan dari kelinci liar Eropa yang berasal dari negara sekitar Laut Mediterania dan dibawa ke Inggris pada awal abad 12 (NRC,

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Bali Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli yang dikembangkan di Indonesia. Ternak ini berasal dari keturunan asli banteng liar yang telah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancabolang, Bandung. Tempat pemotongan milik Bapak Saepudin ini

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancabolang, Bandung. Tempat pemotongan milik Bapak Saepudin ini IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Assolihin Aqiqah bertempat di Jl. Gedebage Selatan, Kampung Rancabolang, Bandung. Tempat pemotongan milik Bapak Saepudin ini lokasinya mudah ditemukan

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Asal-Usul dan Klasifikasi Domba Domba yang dijumpai saat ini merupakan hasil domestikasi yang dilakukan manusia. Pada awalnya domba diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mouflon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Salah satu komoditas kekayaan plasma nutfah nasional di sub sektor peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang dapat memproduksi susu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendek, yaitu pada umur 4-5 minggu berat badannya dapat mencapai 1,2-1,9 kg

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendek, yaitu pada umur 4-5 minggu berat badannya dapat mencapai 1,2-1,9 kg BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ternak ayam yang pertumbuhan badannya sangat cepat dengan perolehan timbangan berat badan yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek, yaitu

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2011. Pemeliharaan domba dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Ternak Ruminansia Kecil sedangkan

Lebih terperinci

Gambar 1. Mencit Putih (M. musculus)

Gambar 1. Mencit Putih (M. musculus) TINJAUAN PUSTAKA Mencit (Mus musculus) Mencit (Mus musculus) merupakan hewan mamalia hasil domestikasi dari mencit liar yang paling umum digunakan sebagai hewan percobaan pada laboratorium, yaitu sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemeliharaan Sapi Pedet

TINJAUAN PUSTAKA. Pemeliharaan Sapi Pedet 4 TINJAUAN PUSTAKA Pemeliharaan Sapi Pedet Umur 1-8 bulan sapi masih digolongkan pedet. Pada fase sapi pedet pertumbuhan mulai memasuki fase percepatan, dimana fase ini sapi akan tumbuh dengan maskimal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah yang dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah Friesian Holstein (FH) dan Peranakan Friesian Holstein (PFH) (Siregar, 1993). Sapi FH memiliki ciri-ciri

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4. PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Rata-rata suhu lingkungan dan kelembaban kandang Laboratotium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja sekitar 26,99 0 C dan 80,46%. Suhu yang nyaman untuk domba di daerah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah menghasilkan karkas dengan bobot yang tinggi (kuantitas), kualitas karkas yang bagus dan daging yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi PT. Purwakarta Agrotechnopreneur Centre (PAC), terletak di desa Pasir Jambu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Berdasarkan data statistik desa setempat, daerah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai oleh masyarakat. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau konsumen lebih banyak memilih

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yaitu kerupuk berbahan baku pangan nabati (kerupuk singkong, kerupuk aci,

PENDAHULUAN. yaitu kerupuk berbahan baku pangan nabati (kerupuk singkong, kerupuk aci, 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerupuk adalah bahan cemilan bertekstur kering, memiliki rasa yang enak dan renyah sehingga dapat membangkitkan selera makan serta disukai oleh semua lapisan masyarakat.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum Tinggi dan rendahnya konsumsi ransum dapat diperoleh dari selisih antara jumlah pakan yang diberikan dengan sisa pakan (g/ekor/hari). Konsumsi ransum dihitung setiap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping (by product) berupa anak ayam jantan petelur. Biasanya, satu hari setelah

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsumsi ransum Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu. Ransum yang dikonsumsi oleh ternak digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu unggas yang sangat efisien dalam menghasilkan daging dan digemari oleh masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja (kandang B) pada bulan Mei sampai dengan bulan November 2010. Analisis sampel dilakukan

Lebih terperinci

[Evaluasi Hasil Produksi Ternak Unggas]

[Evaluasi Hasil Produksi Ternak Unggas] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Evaluasi Hasil Produksi Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang adalah salah satu kebutuhan penting dalam peternakan. Fungsi utama kandang adalah untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran dan memudahkan pemantauan

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Bobot Potong Ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB) umur 60 hari Bobot potong merupakan hasil identifikasi yang paling sederhana untuk mengukur pertumbuhan yakni dengan cara menimbang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Hasil analisa proksimat digunakan sebagai acuan dalam menentukan kualitas nutrien bahan pakan dan dalam menghitung komponen nutrien karena kualitas nutrien bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biskuit Pakan Biskuit pakan merupakan inovasi bentuk baru produk pengolahan pakan khusus untuk ternak ruminansia. Pembuatan biskuit pakan menggunakan prinsip dasar pembuatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING

HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING Agung Gilang Pratama*, Siti Nurachma, dan Andiana Sarwestri Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Burung Puyuh Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa burung liar yang mengalami proses domestikasi. Ciri khas yang membedakan burung

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%)

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Blok B, Unit Unggas. Pemotongan puyuh dan penelitian persentase karkas dilakukan di Laboratorium Unggas serta uji mutu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh Analisis terhadap kandungan kolesterol daging, hati dan telur dilakukan saat puyuh berumur 14 minggu, diperlihatkan pada Tabel 5 dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Domba Priangan Domba adalah salah satu hewan yang banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat potensial untuk dikembangkan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor peternakan merupakan sektor yang strategis, mengingat dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan dan mencerdaskan bangsa, sektor peternakan berperan penting melalui penyediaan

Lebih terperinci

MATERI. Lokasi dan Waktu

MATERI. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pelet ransum komplit

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut

PENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan daging sapi terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut Direktorat Jendral Peternakan (2012)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Ransum Terhadap Bobot Potong Ayam dan Lemak Abdominal Persentase lemak abdominal ayam perlakuan cenderung didapatkan hasil yang lebih rendah dibandingkan ayam pembanding.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh Puyuh yang digunakan dalam penilitian ini adalah Coturnix-coturnix japonica betina periode bertelur. Konsumsi pakan per hari, bobot

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Sapi bali adalah sapi lokal Indonesia keturunan banteng yang telah didomestikasi. Sapi bali banyak berkembang di Indonesia khususnya di pulau bali dan kemudian menyebar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Sejarah UPTD BPPTD Margawati Garut Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba atau disingkat UPTD BPPTD yaitu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban TINJAUAN PUSTAKA Kurban Menurut istilah, kurban adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah baik berupa hewan sembelihan maupun yang lainnya (Anis, 1972). Kurban hukumnya sunnah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang Penelitian Rataan suhu kandang pada pagi, siang, dan sore hari selama penelitian secara berturut-turut adalah 25,53; 30,41; dan 27,67 C. Suhu kandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak membutuhkan modal dan tidak memerlukan lahan yang luas serta sebagai

BAB I PENDAHULUAN. banyak membutuhkan modal dan tidak memerlukan lahan yang luas serta sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelinci sebagai salah satu komoditas ternak mudah berkembangbiak, tidak banyak membutuhkan modal dan tidak memerlukan lahan yang luas serta sebagai hewan kesayangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak 34 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak diekskresikan dalam feses (Tillman, dkk., 1998). Zat

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. pertama kali diternakkan di Amerika Serikat pada tahun 1870.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. pertama kali diternakkan di Amerika Serikat pada tahun 1870. 7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang pertama kali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki keunggulan antara lain pemeliharaan yang mudah serta memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh

I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat Indonesia pada daging sapi segar dan berkualitas beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh berbagai aspek diantaranya,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Ayam Ras petelur Ayam ras petelur merupakan tipe ayam yang secara khusus menghasilkan telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Tepung Kaki Ayam Broiler sebagai Subtitusi Tepung Ikan di dalam Ransum terhadap Konsumsi Pakan Ayam Arab (Gallus turcicus). Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternakan di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat di pedesaan. Ternak itik sangat potensial untuk memproduksi telur

I. PENDAHULUAN. masyarakat di pedesaan. Ternak itik sangat potensial untuk memproduksi telur I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, kebutuhan masyarakat akan protein hewani semakin meningkat. Hal ini seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. komoditas utamanya adalah telur. Jenis puyuh peteur ini mayoritas diternakan di

PENDAHULUAN. komoditas utamanya adalah telur. Jenis puyuh peteur ini mayoritas diternakan di I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Puyuh Jepang (Cortunix-cortunix japonica) merupakan unggas kecil yang komoditas utamanya adalah telur. Jenis puyuh peteur ini mayoritas diternakan di Indonesia untuk produksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Konsumsi Ransum Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk hidup pokok dan produksi. Konsumsi ransum adalah jumlah ransum yang dihabiskan oleh ternak pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam Bangkok merupakan jenis ayam lokal yang berasal dari Thailand dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada daya adaptasi tinggi karena

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Sapi Sapi menurut Blakely dan Bade (1992), diklasifikasikan ke dalam filum Chordata (hewan bertulang belakang), kelas Mamalia (menyusui), ordo Artiodactile (berkuku atau berteracak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Lokal di Indonesia Menurut Hardjosubroto (1994) bahwa sapi potong asli indonesia adalah sapi-sapi potong yang sejak dulu sudah terdapat di Indonesia, sedangkan sapi lokal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kampung Ayam kampung dikenal sebagai jenis unggas yang mempunyai sifat dwi fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong. Wahju (2004) yang menyatakan bahwa Ayam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini produktivitas ayam buras masih rendah, untuk meningkatkan produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan kualitas dan kuantitas pakan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur merupakan ternak unggas petelur yang banyak dikembangkan di Indonesia. Strain ayam petelur ras yang dikembangkan di Indonesia antara lain Isa Brown,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada kebanyakan hanya untuk menghasilkan hewan kesayangan dan materi

BAB I PENDAHULUAN. ada kebanyakan hanya untuk menghasilkan hewan kesayangan dan materi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelinci sebagai salah satu sumber protein hewani pada saat ini di Indonesia belum dapat diterima sepenuhnya oleh masyarakat, sehingga budidaya kelinci yang ada saat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Selama penelitian pada masa adaptasi terjadi kematian delapan ekor puyuh. Faktor perbedaan cuaca dan jenis pakan serta stres transportasi mungkin menjadi penyebab kematian

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam Pedaging adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci