BAB II KARAKTERISTIK KAWASAN PANTAI PURNAMA
|
|
- Sri Tanuwidjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KARAKTERISTIK KAWASAN PANTAI PURNAMA Pada bab ini akan menjelaskan tentang segala potensi dan permasalahan yang terdapat di Pantai Purnama berpatokan pada 8 elemen perancangan kawasan beserta data-data baik itu data fisik maupun data nonfisik sebagai acuan dalam merancang tema, konsep dasar, dan fasilitas-fasilitas yang dapat menampung kebutuhan pengunjung maupun masyarakat sekitar SEJARAH PERKEMBANGAN PANTAI PURNAMA Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak kelihan banjar Gelumpang Desa Sukawati pada maret 2015 menyatakan bahwa, pada awalnya Pantai Purnama tidak begitu dikenal masyarakat luas. Keadaan pantainya sendiri kurang begitu terawat dan tidak teratur alur sirkulasi antara pemedek dari Pura Er jeruk dengan pengunjung pantai. Pantai Purnama sendiri memiliki satu jalur dengan Pura Er Jeruk yang dimana pura ini merupakan salah satu dari pura hayangan jagat yang terletak di Kabupaten Gianyar yang dikunjungi pemedek dari seluruh wilayah pesisir Gianyar pada saat upacara nangluk merana setiap sasih keenem (antara tanggal 10 November sampai 22 desember dalam kalender Bali). Keramaian yang ditimbulkan dari prosesi upacara adat di jalan Pantai Purnama sendiri secara tidak langsung mengundang wisatawan asing untuk masuk dan menyaksikan jauh lebih dalam hingga ke areal pantai. 7
2 Lama-kelamaan wisatawan yang mengunjungi Pura Erjeruk mulai tertarik dengan Pantai Purnama karena memiliki pasir hitam yang indah dan ombak yang sesuai untuk dilakukannya olahraga air surfing. Hingga saat ini pemerintah berwenang telah melakukan beberapa pembenahan pada pedestrian dan perkerasan pada tanah dikawasan pantai pada awal tahun 2014 sehingga dapat menunjang kegiatan para wisatawan dan juga membuat areal parkir untuk pengunjung pantai. Gambar 2.1. : Foto keadaan Pantai Purnama Sumber : Observasi lapangan, maret
3 2.2. KARAKTERISTIK LINGKUNGAN ALAM KONDISI FISIK 1. LETAK GEOGRAFIS Pantai Purnama terletak di sepanjang kelurahan Gelumpang Desa Sukawati yang merupakan bagian dari Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Secara astronomis Desa Sukawati terletak diantara LS dan BT (Peta Rupa Bumi Digital Indonesia 1: Tahun 1971). Dimana letak geografisnya terbilang menguntungkan yang merupakan jalur utama dari Ibukota Denpasar atau dari Bandara Ngurah Rai menuju Kota Gianyar sehingga secara tidak langsung menjadikan wilayah Desa Sukawati sebagai jalur pariwisata yang banyak di tunjuk oleh para wisatawan untuk berlibur atau sekedar menikmati budaya setempat. (Lihat gambar 2.2 sampai dengan gambar 2.6) Gambar 2.2. : Letak geografis Kota Gianyar terhadap Pulau Bali Sumber : BAPPEDA Kab. Gianyar,
4 Gambar 2.3. : Posisi Kecamatan Sukawati Terhadap Kota Gianyar Sumber : BAPPEDA Kab. Gianyar, 2012 Gambar 2.4. : Posisi Desa Sukawati Terhadap Kecamatan Sukawati Sumber : BAPPEDA Kab. Gianyar,
5 Batas Wilayah Penataan Kawasan Sebagai Berikut: Utara : Jalan By Pass Ida Bagus Mantra Timur : Sawah Warga Selatan : Sawah Warga Barat : Sungai Wos Gambar 2.5. : Batas Penataan Pantai Purnama Gianyar Sumber : BAPPEDA Kab. Gianyar,
6 Pura Er Jeruk 500 Meter Gambar 2.6. : Lokasi Penataan Sumber : Gambar Ulang Dari Google Maps, diakses maret
7 2. TOPOGRAFI Dalam monografi Desa Sukawati (2010) dikemukakan bahwa topografi Desa Sukawati adalah dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 500 m dari permukaan air laut dengan kemiringan lereng 0-2% (datar) (BAPPEDA Gianyar, 2012). Berdasarkan dokumentasi dari google earth, kontur tanah di sepanjang jalan menuju Pantai Purnama mengalami penurunan kearah selatan (lihat gambar 2.7). Keadaan topografi yang demikian akan dimanfaatkan sebagai pola drainase yang dimana akan di arahkan kedaerah yang mengalami penurunan kontur tanah. Gambar 2.7. : Topografi tanah di kawasan Pantai Purnama Sumber : Google Earth, diakses maret,
8 3. PENCAPAIAN KE LOKASI SITE Kawasan Pantai Purnama mudah di akses baik oleh wisatawan asing maupun lokal karena terletak di jalur By Pass Ida Bagus Mantra yang merupakan jalur bebas hambatan yang menjadi satu satunya jalan menuju kota Gianyar maupun kota-kota lainnya seperti Klungkung, Karangasem, dan Bangli. Kawasan Pantai Purnama dapat dicapai baik dengan kendaraan roda dua maupun empat. Pantai Purnama sendiri Berjarak 11 km atau kurang lebih 15 menit dari Kota Gianyar, sedangkan dari Bandara Internasional Ngurah Rai dapat ditempuh dengan waktu perjalanan mencapai 70 menit dan 50 menit dari Ibukota Denpasar dengan menggunakan kendaraan bermotor. (lihat gambar 2.8) Kawasan Pantai Purnama Gambar 2.8. : Peta Pencapaian ke kawasan Pantai Purnama Sumber : Gambar Ulang Dari Google Maps, diakses maret,
9 4. KLIMATOLOGI Tidak jauh berbeda dengan wilayah-wilayah lain di sekitar Bali, Klimatologi Kecamatan Sukawati secara umum beriklim tropis (BPS Kabupaten Gianyar 2013). a. Kawasan Sukawatipada umumnya mengalami dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. b. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 554,2 mm dan terendah pada bulan Agustus sebesar 0,3 mm. c. Rata-rata suhu udara Kelurahan Sukawati dalam lingkup kawasan Kecamatan Sukawati dengan kondisi alam berada di daerah pantai menjadikan suhu cukup panas, antara 32oC hingga 33oC. d. Kelembaban udara berkisar antara 77% - 84%, kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Februari (84%) dan kelembaban terendah terjadi pada bulan Juli dan Agustus (77%). e. Kecepatan angin 6 knot. Kelurahan Sukawati memiliki jarak yang cukup dekat dengan daerah pesisir pantai yang menyebabkan kandungan yang terdapat pada tiupan anginnya mengandung garam. Hal tersebut secara langung akan mempercepat pengeroposan materialmaterial bangunan. Sehingga pemilihan material dan pemeliharaannya akan di perhatikan sehingga tidak membutuhkan biaya lebih untuk pemeliharaan bangunan nantinya. 15
10 KONDISI NON FISIK 1. ASPEK KEPENDUDUKAN Menurut data dari Bappeda Kabupaten Gianyar, Jumlah penduduk di Desa Sukawati tahun 2013 adalah jiwa dan luas Desa Sukawati 7,35 Km². Tingkat pertumbuhan penduduknya tergolong tinggi yakni 9,75% dan kepadatan penduduk yang didapatkan adalah 1,762 jiwa/ Km². Pertumbuhan penduduk yang terus menerus meningkat ini juga dipengaruhi oleh faktor kedatangan penduduk musiman dan akan menjadi kendala apa bila tidak dikendalikan secara tepat. Penduduk memiliki pengaruh yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan pembangunan di segala bidang. Untuk daerah Sukawati sendiri, berkembang suatu mata pencaharian yaitu sebagai pengerajin kesenian yang menjadi mata pencaharian utama pada kawasan ini. Oleh karena itu pada proses penataan pantai, akan disediakan area jual beli kerajinan yang berkembang di Desa Sukawati 2. ASPEK SOSIAL DAN BUDAYA Sebagian besar penduduk Kelurahan Sukawati beragama hindu. Agama hindu sendiri memiliki banyak acara-acara keagamaan terutama yang berhubungan dengan pantai. upacara yang paling sering dilaksanakan di Pantai Purnama adalah Tawur Agung Kesanga atau upacara Melasti, yang dimana Pantai Purnama dijadikan objek/tempat tujuan diselenggarakannya upacara melasti oleh beberapa daerah di sekitar Kecamatan Sukawati. Upacara ini sendiri merupakan pembersihan Pretima (benda-benda suci di Pura) menjelang Hari Raya Nyepi. Perayaan upacara Melasti sendiri berdampak pada kebersihan pantai yang dimana setiap masyarakat yang hendak melakukan upacara selalu dipastikan akan meninggalkan sampah-sampah dan bangunan nonpermanen di areal pesisir pantai. (lihat gambar 2.9) 16
11 Gambar 2.9. : Bangunan Nonpermanen Yang Muncul Setelah Upacara Melasti Sumber : Observasi lapangan, maret 2015 Selain acara melasti, keberadaan Pura Er Jeruk yang terletak di satu jalur dengan jalan masuk menuju Pantai Purnama juga memiliki peran penting bagi aktifitas keagamaan masyarakat lokal. Upacara diadakan di Pura Erjeruk sendiri diadakan setiap 6 bulan sekali atau biasanya sebulan setelah Hari Raya Galungan Gambar : Keberadaan Pura Er Jeruk yang Memiliki peran penting dalam kehidupan sosial keagamaan di areal Pantai Purnama Sumber : Observasi lapangan, maret
12 3. ASPEK KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN DASAR HUKUM Dalam proses penataan wilayah Pantai Purnamadidasari oleh ketentuan dan dasar hukum yang didapat dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gianyar meliputi : Bhisama Parisadha Hindu Dharma Indonesia Mengenai batas kesucian Pura Nomor 11/Kep/I/PHDI/1994 tertanggal 25 Janurai RTH paling sedikit 30 (tiga puluh) persen. Sebagai dominasi kawasan perdagangan/jasa dan wisata belanja serta pertanian. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pendirian bangunan pengamanan pantai, penanaman tanaman pantai seperti kelapa, nipah, dan bakau, kegiatan pencegahan abrasi pantai, penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana, dan kegiatan pendirian bangunan untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana. Sempadan pantai paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Oleh karena Pantai Purnama merupakan kawasan Daya Tarik Wisata (DTW) maka penerapan intensitas pemanfaatan ruang pada DTW meliputi penerapan ketentuan KDB paling tinggi 40 (empat puluh) persen, ketinggian bangunan paling tinggi 2 (dua) lantai, dan KDH paling rendah 10 (sepuluh) persen. Area jalur melasti yang harus dikonservasi. Arahan peraturan pemerintah mengenai zonasi kawasan tempat suci sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat (3) huruf b, berdasarkan konsep tri wana yang dipolakan kedalam 3 (tiga) zona mencakup : Zona inti, zona utama karang kekeran sesuai dengam konsep tri wana yang diperuntukan sebagai hutan lindung, ruang terbuka hijau, kawasan pertanian, dan bangunan fasilitas umum penunjang kegiatan keagamaan Zona penyangga, zona madya karang kekeran yang sesuai konsep tri wana diperuntukan sebagai kawasan budidaya pertanian, fasilitas 18
13 darmasala, pasraman, bangunan permukiman bagi pengempon, penyungsung penyiwi pura dan bangunan prasarana dan sarana pariwisata spiritual, serta kegiatan usaha yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Zona pemanfaatan, zona nista karang kekeran yang sesuai dengan konsep tri wana diperuntukan sebagai bangunan permukiman, bangunan fasilitas umum penunjang kehidupan sehari-hari, bangunan akomodasi pariwisata beserta sarananya, serta kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. (lihat gambar 2.11) 2 Km Area penataan Gambar : Sebagian Area Yang Masuk Kedalam Kekeran Inti, Dan Ssisanya Masuk Kedalam Area Kekeran Madya Sumber : Google.Maps 19
14 2.3. KARAKTERISTIK FUNGSIONAL TATA GUNA LAHAN Pada sub bab tata guna lahan akan membahas mengenai penggunaan lahan yang digunakan di kawasan Pantai Purnama dan status lahan yang terdapat di kawasan Pantai Purnama. 1. Pengunaan Lahan Semakin berkembangnya kawasan Pantai Purnama menjadi kawasan pariwisata memicu dominasi terhadap bangunan-bangunan atau fungsi lahan yang diperuntukan untuk mengakomodasi pariwisata di sekitar kawasan perencanaan. Berikut peta penggunaan lahan berdasarkan kondisi sebenarnya di areal Pantai Purnama berdasarkan hasil observasi pada maret 2015 : The Royal Purnama Art Suites And Villas Akomodasi Wisata Bungalow 20
15 Bekas Tambak Udang Lahan Kosong Persawahan Di Barat Jalan Warung Makanan Hasil Laut Persawahan Di Timur Jalan Bali Paradise Beach Estates 21
16 Pura Er Jeruk Wantilan Arena Sabung Ayam Area Parkir Mobil Pura Purnama Bedeng-Bedeng Yang Sudah Tidak Digunakan Area Parkir Motor 22
17 2. Status Lahan a) Lahan Desa Lahan desa merupakan lahan yang dikelola dan menjadi hak desa untuk dikembangkan berdasarkan kesepakatan desa. Lahan desa yang terdapat pada kawasan Pantai Purnama meliputi: area persawahan di bagian barat dan timur jalan masuk menuju pantai, lahan parkir motor dan mobil, dan lahan yang digunakan untuk area warung-warung penjual hidangan laut (lihat gambar 2.14) b) Lahan Negara c) Lahan Publik Gambar : Area Yang Dikelola Oleh Desa Adat Sukawati Sumber : Gambar Ulang Dari Google Maps, Diakses Maret 2015 b) Lahan Publik Lahan publik merupakan lahan yang telah dimiliki atau dikelola oleh perseorangan yang statusnya tidak lagi dimiliki oleh desa. Lahan publik ini meliputi : lahan bekas tambak udang, area The Royal Purnama Art Suites And Villas, area bungalow, area Bali Paradise Beach Estates, dan bedeng-bedeng yang telah tidak terpakai (lihat gambar 2.15) 23
18 Gambar : Lahan Publik yang dikelola oleh perseorangan dan bukan lagi hak milik desa Sumber : Gambar Ulang Dari Google Maps, diakses maret 2015 c) Lahan Negara Lahan negara merupakan lahan yang dimiliki Negara dan tidak diizinkan untuk dilakukan pembangunan tanpa melalui proses instansional. Lahan Negara yang dimaksud dalam penataan Pantai Purnama meliputi : daerah pesisir pantai hingga laut(lihat gambar 2.16). Gambar : Daerah Lahan Negara Sumber : Gambar Ulang Dari Google Maps, diakses maret
19 JARINGAN SIRKULASI DAN PARKIR Terdapat 1 area parkir bagi pengunjung pantai yang terletak di depan warungwarung di areal pantai. Kapasitas parkir mampu menampung sekitar 50 motor dan 25 mobil. Pada jalan masuk menuju pantai dimanfaatkan sebagai jalur keluar dan masuk kendaraan motor maupun mobil, dengan kata lain jalan tersebut terjadi 2 arus (lihat gambar 2.18) namun jumlah kunjungan yang meningkat terutama pada sore hari dan hari libur, membuat parkir tidak mampu menampung jumlah kendaraan yang masuk sehingga areal parkir diperluas hingga ke pinggir-pinggir jalan masuk pantai. (lihat gambar 2.19) Selain itu, terdapatnya Pura Erjeruk dan kegiatan metajen (sabung ayam) yang tepat berada di depan pura pada hari-hari tertentu membuat parkir meningkat drastis hingga meluap ke area badan jalan By Pass Ida Bagus Mantra. Meningkatnya jumlah kendaraan yang masuk pada hari-hari tertentu tersebut memicu kepadatan di jalan masuk menuju pantai sehingga sering terjadi kemacetan di areal masuk pantai yang memiliki lebar jalan masuk hanya 9 meter tersebut. (lihat gambar 2.17) Arah sirkulasi Gambar : Sketsa Potongan Jalan Masuk Menuju Pantai 25
20 Gambar : Keadaan Parkir Sepeda Motor Di Kawasan Pantai Sumber : Observasi Lapangan, Maret 2015 Menurut hasil wawancara dengan salah seorang pecalang Br.Gelumpang yang sedang memungut karcis parkir masuk ke pantai Bapak I Wayan Genep, kepadatan parkir akan memuncak pada acara penggalian dana guna persiapan untuk odalan Pura Er Jeruk yang diselenggarakan setiap 6 bulan sekali (biasanya 1 bulan setelah Rerahinan Jagat Galungan). Pada acara penggalian dana tersebut biasanya akan diadakan tajen (sabung ayam) di arena yang telah disiapkan khusus untuk area sabung ayam (lihat gambar 2.20). Arena ini juga biasa disewakan oleh pengelola Pura Er Jeruk kepada komunitas sabung ayam yang ingin menggunakan arena walaupun tidak dalam acara odalan. Menurut pengakuan pecalang setempat, para pesabung 26
21 ayam memarkirkan kendaraannya hingga ke bahu jalan By Pass Ida Bagus Mantra hingga mengambil bahu jalan sepanjang 500 meter. Gambar : Arena Sabung Ayam Yang Biasa Digunakan Untuk Acara Penggalian Dana Sumber : Observasi Lapangan, Maret
22 Gambar : Jalan By Pass Ida bagus mantra yang digunakan parkir Sumber : Observasi lapangan, maret 2015 Gambar : Lahan parkir Pura ErJeruk Sumber : Observasi lapangan, maret
23 PEDESTRIAN Sejauh ini belum terdapat jalur pejalan kaki yang menampung wisatawan dari jalan masuk menuju pantai. Sehingga pengunjung pantai yang hendak berjalan kaki harus menggunakan bahu jalan yang tentunya akan membahayakan pejalan kaki tersebut. Namun memasuki areal pantai sudah terdapat beberapa perkerasan berupa jalan kecil yang berbahan paving yang memiliki lebar 6 meter (lihat gambar 2.23). Gambar : Keadaan pedestrian dipinggir Pantai Purnama Sumber : Observasi lapangan, maret PENDUKUNG KEGIATAN Pendukung kegiatan adalah segala fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang kegiatan utama yang terjadi di area kawasan Pantai Purnama. seperti yang telah diebutkan sebelumnya, fungsi utama pada area Pantai Purnama hingga saat ini adalah fungsi wisata pantai dan fungsi komersial (akomodasi wisata). Maka yang dapat dikategorikan kedalam penfukung aktifitas yang terdapat di area Pantai Purnama yakni warung makanan, bangunan life guard, dan toilet (ganti baju). Untuk lebih jelasnya lihat gambar 2.24, 2.25, dan
24 Gambar : Warung Makanan Di Area Pantai Purnama Sumber : Observasi lapangan, maret 2015 Gambar : Bangunan Life Guard Pantai Purnama Sumber : Observasi lapangan, maret 2015 Gambar : Toilet (tempat ganti baju) Sumber : Observasi lapangan, maret
25 2.4.KARAKTERISTIK VISUAL TATA BANGUNAN 1. Tipologi Bangunan Ada beberapa gaya bangunan yang diaplikasikan pada setiap bangunan disekitar kawasan ini. Namun secara keseluruhan, bangunan disekitar kawasan ini mengadopsi gaya bangunan tradisional, dan beberapa bangunan menggabungkan antara tradisional dengan modern. bangunan tradisional yang dimaksud antara lain bangunan Pura Purnama, bangunan warung-warung pedagang (lihat gambar 2.27). Sedangkan bangunan yang menggabungkan antara unsur tradisional dengan modern antara lain bangunan The Royal Purnama Art Suites And Villas, bangunan bungalow, dan Bali Paradise Beach Estates (lihat gambar 2.28). Warung Pedagang (Tradisional) Gambar : Bangunan Bergaya Tradisional Di Sekitar Kawasan Penataan Sumber : Observasi Lapangan, Maret 2015 Pura Purnama (Tradisional) 31
26 The Royal Purnama Art Suites And Villas (Tradisional Modern) Bungalow (Tradisional Modern) Gambar : Bangunan Bergaya Modern Tradisional Disekitar kawasan Penataan Sumber : Observasi lapangan, maret 2015 Bali Paradise Beach Estates (Tradisional Modern) 32
27 2. Ketinggian Bangunan Keberadaan bangunan disekitar kawasan penataan tidak terlalu banyak, hanya ada beberapa bangunan antara lain, pura purnama, bedeng-bedeng, warung makanan, bungalow, bangunan Royal Purnama Villas, dan bangunan Bali Paradise Beach Estates. Ketinggian bangunan didominasi oleh bangunan berlantai 1 dan 2. Maksimal ketinggian bangunan dikawasan ini adalah 15meter. (lihat gambar 2.26 dan 2.27) BANGUNAN 1 LANTAI Pura Purnama Bedeng-Bedeng Warung Makanan Warung Makanan Gambar 2.29 : Bangunan 1 Lantai Sumber : Observasi Lapangan April
28 BANGUNAN 2 LANTAI The Royal Purnama Art Suites And Villas Bungalow Bali Paradise Beach Estates Gambar 2.30 : Bangunan 2 Lantai Sumber : Observasi Lapangan April RUANG TERBUKA Pada ruang terbuka akan membahas mengenai softscape Dan hardscape yang terdapat di area penataan Pantai Purnama. 1. Softscape Softscape yang dimaksud adalah bagian dari landscape yang bersifat horticultural yang bersifat membuat suasana kawasan menjadi hidup. Elemen softscape yang banyak dikenal adalah tanaman, pohon, ataupun semak belukar. Elemen softscape yang terdapat di area Pantai Purnama sendiri lebih didominasi oleh pohon peneduh seperti santen, ketapang, pohon waru, pohon kelapa, serta semak belukar yang terdapat di pinggir jalan masuk penuju pantai, disamping itu terdapat juga pohon dan tanaman yang sengaja ditanam oleh pihak bungalow dan villa-villa yang tersebar di area Pantai Purnama antara lain, pohon palem, kamboja. Lihat gambar
29 Santen Rumput Kelapa Ketapang Kamboja Waru Palem Gambar 2.31 : Softscape yang dominan di area penataan Sumber : Observasi Lapangan April
30 2. Hardscape Hardscape yang dimaksud adalah segala elemen perkerasan yang bersifat padat yang terdapat di area penataan. Elemen hardscape yang dapat ditemui di area penataan Pantai Purnama sendiri yaitu paving di area parkir Pura, pedestrian yang terdapat di pesisir pantai, gazebo, tempat sampah permanen, tapal batas pantai purnama, batas villa dan gate yang terdapat di bagian depan area masuk menuju pantai. Lihat gambar 2.28 Gate Gazebo Paving Tapal Batas Gambar 2.32 : Hardscape di area penataan Sumber : Observasi Lapangan April 2015 Tempat Sampah PenandaVilla 36
31 2.4.3 PRESERVASI DAN KONSERVASI Beberapa bagian yang terdapat di kawasan yang harus dilindungi dan di lestarikan yakni Pura Purnama yang berada di bagian barat dari batas wilayah penataan dan pelinggih yang terdapat tepat di depan area masuk pantai (untuk lebih jelasnya lihat gambar 2.29 dan 2.30) Pura dan pelinggih ini merupakan fasilitas upacara dari masyarakat setempat guna menjalankan prosesi upacara adat yang berhubungan dengan Pantai Purnama sehingga harus dilestarikan dan tidak mendapat intervensi dari proses penataan. Gambar : Pura Purnama Sumber : Observasi lapangan, maret 2015 Gambar : Pelinggih yang terdapat di depan area masuk menuju pantai Sumber : Observasi lapangan, maret
32 2.4.4 PERLENGKAPAN JALAN Perlengkapan jalan yang dikamsud adalah segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pengguna jalan dalam melancarkan proses sirkulasi yang akan terjadi. Perlengkapan jalan akan dibagi menjadi 2 yakni streetscape dan street furniture. 1. Streetscape Streetscape adalah segala yang dibutuhkan oleh pengguna jalan guna memperlancar proses sirkulasi yang berada di bawah tanah. Streetscape yang terdapat di jalan masuk menuju Pantai Purnama adalah jalur drainase yang terdapat di pinggir jalan sebelah barat. (lihat gambar 2.31) Gambar : Salah Satu Streetscape Yang Terdapat Di Jalan Menuju Pantai Purnama (Drainase) Sumber : Observasi Lapangan, Maret
33 2. Street Furniture Streetscape adalah segala yang dibutuhkan oleh pengguna jalan guna memperlancar proses sirkulasi yangberada di atas jalan. Street Furniture yang terdapat di jalan masuk menuju Pantai Purnama adalah tong sampah, papan penunjuk jalan, penanda kawasan, lampu jalan, dan tiang listrik (lihat gambar 2.32) Penunjuk Jalan Penanda Kawasan Tong Sampah Lampu Jalan Gambar : Street Furniture Yang Terdapat Di Jalan Menuju Pantai Purnama (Drainase) Sumber : Observasi Lapangan, Maret
34 2.5. POTENSI DAN PERMASALAHAN PENATAAN PANTAI PURNAMA Peta Potensi Pantai Purnama Pura Er Jeruk sebagai pusat orientasi penataan Pantai Purnama yang selanjutnya pengembangan kawasan akan mengandalkan Pura Er Jeruk sebagai daya tarik utama Selain Pura Er Jeruk, terdapat juga arena sabung ayam yang terkenal di seluruh gianyar, pada hari-hari tertentu pengunjung area penataan akan bertambah pesat sehingga akan menambah pendapatan kawasan dari pemungutan biaya parkir Area terbuka berupa hamparan persawahan warga yang akan dipreservasi guna menambah nilai plus untuk view dan sebagai pencitraan kawasan sebagai area suci dan alami Gambar : Peta Potensi Yang terdapat Di Area Penataan Pantai Purnama Sumber : Observasi Lapangan, Maret
35 Area tanah kosong yang sekarang dimanfaatkan sebagai area parkir mobil yang selanjutnya bisa dikembangkan fungsi lain yang berhubungan dengan penataan kawasan. Terdapat jalur lain menuju pantai yang selanjutnya bisa dimanfaatkan sebagai jalur alternatif untuk fungsi tertentu sehingga tidak terjadi benturan pada saat melakukan proses sirkulasi mengingat jalur utama merupakan jalur dengan 2 jalur sirkulasi Gambar : Peta Potensi Yang terdapat Di Area Penataan Pantai Purnama Sumber : Observasi Lapangan, Maret
36 2.5.2 Peta Permasalahan Pantai Purnama Seiring dengan pesatnya jumlah pengunjung pada saat-saat tertentu misalnya odalan di Pura Er jeruk maupun acara penggalian dana berupa sabung ayam, maka area parkir tidak mampu menampung pengunjung yang melebihi kapasitas area parkir sehingga sebagian area parkir pada saat itu pun memanfaatkan pahu jalan bypass Ida Bagus mantra yang sering mengganggu pengguna jalan di jalan bebas hambatan tersebut. Drainase yang kurang mendapat perhatian dari pengelola kawasan menyebabkan air meluap apabila terjadi hujan dengan curah yang tinggi Gambar : Peta Permasalahan Yang terdapat Di Area Penataan Pantai Purnama Lebar jalan masuk menuju pantai hanya 9 meter dengan 2 arah sirkulasi, sehingga bila terdapat 2 mobil yang berlawanan arah maka akan mengalami kesulitan. Selain itu jalan ini sebagai jalur melasti menuju Pantai Purnama yang biasanya pemedek akan berjalan berbondong-bondong sehingga menggunakan setengah hingga lebih lebar jalan. Pada saat melasti tersebut dipastikan jalur sirkulasi akan terhambat Sumber : Observasi Lapangan, Maret
37 Tidak adanya space untuk jalur pedestrian bagi para pejalan kaki menuju pantai Tidak berlakunya peraturan pemerintah mengenai sempadan pantai yang tidak memperbolehkan ada perkerasan dari 100 meter batas pasang ombak menuju ke area dataran. (sempadan di Pantai Purnama sekitar 30 meter) Kurangnya sarana yang mampu menampung maupun mengolah limbah sampah di area Pantai Purnama Gambar : Peta Permasalahan Yang terdapat Di Area Penataan Pantai Purnama Sumber : Observasi Lapangan, Maret
38 Masalah utama pada kawasan Pantai Purnama adalah tidak diperhatikannya peraturan Bhisama yang mengatur mengenai batas area suci Pura Er Jeruk yang merupakan Pura Dhang Khayangan. Peraturan tersebut tidak memperbolehkan ada bangunan komersial di area tersebut. Hingga saat ini terdapat 3 bangunan komersial yang masing-masing memiliki luasan yang cukup luas yang difungsikan sebagai tempat menginap pengunjung pantai Purnama Gambar 2.42 : Peta Permasalahan Yang terdapat Di Area Penataan Pantai Purnama Sumber : Observasi Lapangan, Maret
39 2.5.3 Kesimpulan Dari Potensi Dan Permasalahan Yang Terdapat Pada Kawasan Penataan Dari penjabaran potensi dan permasalahan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa potensi utama yang terdapat pada kawasan penataan Pantai Purnama adalah keberadaan Pura Er Jeruk yang menjadi pusat dari segala orientasi pada kawasan. Gambar : Potensi Utama Yang Terdapat Pada Kawasan Penataan Pantai Purnama Sumber : Observasi Lapangan, Maret 2015 Sedangkan untuk permasalahan utama yang terdapat pada kawasan penataan Pantai Purnama adalah tidak diperhatikannya peraturan pemerintah yang membahas mengenai kawasan suci pura. Yang isinya menyimpulkan bahwa tidak boleh membangun fungsi bangunan selain fungsi yang menyangkut kegiatan keagamaan hindu pada area 2000 meter dari sisi terluar pura (tembok terluar) untuk Pura Dhang Khayangan (termasuk Pura Er Jeruk). Sedangkan jarak antara sisi terluar Pura Er Jeruk dengan villa Purnama Art Suites And Villas yang terdapat di Pantai Purnama adalah hanya berjarak 400 meter. 45
40 400 Meter Gambar : Jarak Antara Pura Er Jeruk Dengan Villa Purnama Sumber : Gambar Ulang Dari Google Maps, diakses maret 2015, Maret
BAB I PENDAHULUAN. Seminar Tugas Akhir 2015 Penataan Pantai Purnama Gianyar 1
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan segala sesuatu yang melatarbelakangi penataan dan pengembangan daya tarik wisata di Pantai Purnama, rumusan masalah, tujuan, dan metode perancangan yang akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan di galakkannya kembali pemberdayaan potensi kelautan maka sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai luas daratan ± 5.632,86 Km². Bali dibagi menjadi 8 kabupaten dan 1 Kota
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bali merupakan sebuah pulau kesatuan wilayah dari Pemerintah Propinsi yang mempunyai luas daratan ± 5.632,86 Km². Bali dibagi menjadi 8 kabupaten dan 1 Kota madya dengan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA TAPAK
BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah
Lebih terperinciBAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS
BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS Langkah kami setelah mencari tahu dan segala informasi tentang Pulau Nias adalah survey langsung ke lokasi site untuk Tugas Akhir ini. Alangkah
Lebih terperinciBAB II POTENSI DAN PERMASALAHAN KAWASAN OBYEK WISATA CEKING TERRACE
BAB II POTENSI DAN PERMASALAHAN KAWASAN OBYEK WISATA CEKING TERRACE Pada bab ini dibahas potensi dan permasalahan obyek wisata Ceking Terrace, yang nantinya akan berpengaruh terhadap penataan dan pengembangan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA
BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA 3.1 TINJAUAN UMUM WILAYAH YOGYAKARTA 3.1.1 Kondisi Geografis dan Aministrasi Kota Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa dengan luas 32,50 km2. Kota
Lebih terperinciBAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR
BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR Perencanaan dan perancangan bangunan gedung pertunjukan musik rock sangat dipengaruhi dengan lokasi bangunan tersebut berada. Bangunan penunjang rekreasi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang
BAB IV ANALISIS 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang Skema 1 : Organisasi ruang museum Keterkaitan atau hubungan ruang-ruang yang berada dalam perancangan museum kereta api Soreang dapat dilihat
Lebih terperinciBAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM
BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM Tirta Ujung merupakan mata air alami di Desa Ujung yang dibendung menjadi kolam, yang kemudian digunakan warga setempat untuk melakukan ritual
Lebih terperinciBAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi
BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. gb Peta Kawasan Wisata Pantai Lebih Gianyar Bali Sumber. Brosur Kabupaten Gianyar
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kelayakan gb. 1.1. Peta Kawasan Wisata Pantai Lebih Gianyar Bali Sumber. Brosur Kabupaten Gianyar Potensi dan daya tarik Pantai Lebih 1. Potensi alam Pantai
Lebih terperinciTINJAUAN PULO CANGKIR
BAB II TINJAUAN PULO CANGKIR II.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Judul Proyek : Kawasan Rekreasi Kampung Pulo Cangkir dan Sekitarnya. Tema : Arsitektur Tradisional Sunda. Kecamatan : Kronjo. Kelurahan : Pulo Cangkir
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH
BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Klaten 3.1.1 Ruang lingkup Kabupaten Klaten Gambar 3.1 : Lokasi Kab. Klaten Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/14/lo cator_kabupaten_klaten.gif
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL
BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL 3.1. Tinjauan Kabupaten Bantul 3.1.1. Tinjauan Geografis Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten dari 5 Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Lebih terletak di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali dengan luas wilayah 205 Ha. Desa Lebih termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian
Lebih terperinciBAB 3 TINJAUAN WILAYAH
P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu
Lebih terperinciPERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III
BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111
Lebih terperinciBAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN
BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting
BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting Terdapat beberapa hal yang benar-benar harus diperhatikan dalam analisis obyek perancangan terhadap kondisi eksisting
Lebih terperinci3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi
3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware
Lebih terperinciBAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN
4 BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 1.1 Faktor Tapak dan Lingkungan Proyek Kasus proyek yang dibahas disini adalah kasus proyek C, yaitu pengembangan rancangan arsitektural model permukiman
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH
BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Provinsi D.I. Yogyakarta 3.1.1. Keadaan Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta terletak diantara 110 0 00-110 0 50 Bujur Timur dan antara 7 0 33-8 0 12 Lintang
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.121, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SERBAGITA. Kawasan Perkotaan. Tata Ruang. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN
Lebih terperinciTEMA. menikmati alam Bali. Lengkap dengan berbagai fasilitas pendukung yang ada di dalamnya. LEGAL
TEMA LATAR BELAKANG Bali tidak memiliki hasil tambang, lahan pertanian yang terbatas, namun pulau Bali memiliki keindahan alam dan budaya yang sangat mempesona Untuk meningkatkan taraf hidup penduduk Bali
Lebih terperinciRINGKASAN. mendukung keberadaan Taman Laut Banda dengan mempertimbangkan aspek
RINGKASAN MAISNUN ALBAAR. A 3 1.0655. PERENCANAAN LANSKAP PULAU KECIL. BANDA NAIRA - MALUKU SEBAGAI KAWASAN WISATA. (Di bawah bimbiugan Bapak Bambang Sulistyantara). Studi hi bertujuan membuat rencana
Lebih terperinciPenataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian
Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH
BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Kondisi Umum Pegunungan Menoreh Kulonprogo 3.1.1. Tinjauan Kondisi Geografis dan Geologi Pegunungan Menoreh Pegunungan Menoreh yang terdapat pada Kabupaten
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. CATATAN DOSEN PEMBIMBING... iii. LEMBAR PERNYATAAN... iv. MOTTO... v. KATA PENGANTAR...
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii CATATAN DOSEN PEMBIMBING... iii LEMBAR PERNYATAAN... iv MOTTO... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR TABEL...
Lebih terperinciHALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR DIAGRAM... vii DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... ix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai
Lebih terperinciGambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber :
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penulis mengambil lokasi penelitian di Desa Sakti Pulau Nusa Penida Provinsi Bali. Untuk lebih jelas peneliti mencantumkan denah yang bisa peneliti dapatkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Lokasi Penelitian Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka beberapa informasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut
Lebih terperinciBAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa
BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari
Lebih terperinciHIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3
LAMPIRAN VI : PERATURAN DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN TABEL-2 KLASIFIKASI ZONA DAN SUB ZONA HIRARKI I fungsi lindung adm fungsi
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD PETANU
1 IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD PETANU Putu Aryastana 1) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Warmadewa ABSTRAK Sempadan sungai merupakan suatu kawasan yang
Lebih terperinciBAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1 Program Ruang Rekapitulasi Ruang Dalam No Jenis Ruang Luas 1 Kelompok Ruang Fasilitas Utama 2996 m2 2 Kelompok Ruang Fasilitas
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH
BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1 Kondisi Administratif Gambar 3.1. Peta Daerah Istimewa Yogyakarta dan Sekitarnya Sumber : www.jogjakota.go.id Daerah Istimewa Yogyakarta terletak antara 7 30' - 8 15' lintang
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. untuk mencapai tujuan penelitian dilaksanakan untuk menemukan,
BAB III METODE PERANCANGAN Metode pada dasarnya diartikan suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Penelitian adalah suatu penyelidikan dengan prosedur ilmiah untuk mengetahui dan mendalami suatu
Lebih terperinciRumah Susun Di Muarareja Kota Tegal
BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Lokasi 3.1.1 Tinjauan Detail Lokasi a. Keadaan Geografis Kota Tegal sebagai salah satu daerah otonom di Provinsi Jawa Tengah yang terletak 109 o 08 sampai 109
Lebih terperinciANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU
ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU Urip Rahmani 1), Riena F Telussa 2), Amirullah 3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan USNI Email: urip_rahmani@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -
IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13
Lebih terperinciDAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA
ABSTRAK Ida Bagus Surya Mahayana.NIM.1417151017. Perencanaan Jalur Sepeda Sebagai Tujuan Wisata Desa di Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar. Pembimbing I: Ir. Ida Ayu Mayun, M.P. Pembimbing II: Ir. Anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jembatan yang dibahas terletak di Desa Lebih Kecamatan Gianyar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jembatan yang dibahas terletak di Desa Lebih Kecamatan Gianyar Kabupaten Gianyar Propinsi Bali, dan terletak kurang lebih 400 meter dari pantai lebih. Jembatan ini
Lebih terperinciDRAFT UNTUK BAHAN DISKUSI HASIL KONSULTASI DENGAN KEMENTERIAN PU TANGGAL 10 NOVEMBER 2011_Clean- Final
PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR [*****] TAHUN [*****] TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI BALI TAHUN 2009 2029 DENGAN
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PERENCANAAN
BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Agar dapat memberikan kejelasan mengenai maksud dari judul yang diangkat, maka tiap-tiap kata dari judul tersebut perlu dijabarkan pengertiannya, yaitu sebagai berikut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seminar Tugas Akhir 1
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dibahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode perancanagan. Latar belakang merupakan dasar pemikiran awal yang diambilnya judul Penataan Kawasan Obyek Wisata
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR
4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, keadaan dan mahluk termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo 3.1 TINJAUAN KONDISI UMUM KABUPATEN KULON PROGO
BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo Kawasan outbound training di Kabupaten Kulon Progo merupakan kawasan pusat di alam terbuka yang bertujuan untuk mewadahi kegiatan
Lebih terperinciPROFIL SANITASI SAAT INI
BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana
Lebih terperinciVI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET
42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Badung dan merupakan wilayah (palemahan) Desa Adat Kedonganan.
BAB IV GAMBARAN UMUM PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI LOKASI PENELITIAN 4.1 Aspek Geografis dan Kondisi Fisik Pantai Kedonganan terletak di Kelurahan Kedonganan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung dan merupakan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD AYUNG
17 IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD AYUNG Putu Aryastana 1) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Warmadewa ABSTRAK Sempadan sungai meliputi ruang atau daerah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan merupakan pemaparan dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan uraian tentang konteks permasalahan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Gambaran Kondisi Kepariwisataan Daerah Bali. satu Kotamadya, yang diantaranya: Kabupaten Badung, Kabupaten Buleleng,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Gambaran Kondisi Kepariwisataan Daerah Bali Sebagai pulau yang mempunyai luas daratan ± 5.632,86 km², Bali merupakan kesatuan wilayah Propinsi yang terbagi menjadi
Lebih terperinciBAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI
BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 3.1 Deskripsi Umum Lokasi Lokasi perancangan mengacu pada PP.26 Tahun 2008, berada di kawasan strategis nasional. Berda satu kawsan dengan kawasan wisata candi. Tepatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga
Lebih terperinciBAB V LAHAN DAN HUTAN
BAB LAHAN DAN HUTAN 5.1. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan Kota Denpasar didominasi oleh permukiman. Dari 12.778 ha luas total Kota Denpasar, penggunaan lahan untuk permukiman adalah 7.831 ha atau 61,29%.
Lebih terperinciKONDISI UMUM BANJARMASIN
KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis
Lebih terperinci3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Deskripsi umum lokasi penelitian 3.1.1 Perairan Pantai Lovina Kawasan Lovina merupakan kawasan wisata pantai yang berada di Kabupaten Buleleng, Bali dengan daya tarik
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN LOKASI
BAB IV GAMBARAN LOKASI 4.1 Tinjauan Umum Kota Banjar Baru A. Lokasi Kota Banjarbaru sesuai dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 1999 memiliki wilayah seluas ±371,38 Km2 atau hanya 0,88% dari luas wilayah Provinsi
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Peta Pola Ruang Kabupaten Lampung Selatan
LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Pola Ruang Kabupaten Lampung Selatan 117 Lampiran 2. Peta Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Lampung Selatan. 118 119 Lampiran 3. Peta Kondisi Kawasan
Lebih terperinciIII. KEADAAN UMUM LOKASI
III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Laporan Akhir ini merupakan penyempurnaan dari Laporan Antara yang merupaka satu rangkaian kegiatan dalam Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Daruba, untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 konsep Dasar 5.1.1 Tata Letak Bangunan Gate entrance menuju Fasilitas Wisata Agro terletak di jalan akses masuk wisata Kawah Putih, dengan pertimbangan aksesibilitas jalan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN LOKASI
BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Data Pusat Rehabilitasi Narkoba di Yogyakarta 3.1.1 Esensi Pusat Rehabilitasi Narkoba adalah suatu sarana yang melaksanakan rehabilitasi sosial dan rehabilitasi medis
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK 3.1 Lokasi Proyek 3.1.1 Umum Berdasarkan observasi, KAK dan studi literatur dari internet buku naskah akademis detail tata ruang kota Jakarta Barat. - Proyek : Student
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor. sektor Migas, sektor Batubara, dan Kelapa Sawit.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata di Indonesia telah dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor satu (Suwantoro,
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Kata Pengantar... i. Daftar Isi... iii. Daftar Gambar... vii. Daftar Tabel...x
DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Gambar... vii Daftar Tabel...x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...3 1.3 Tujuan dan Sasaran...3 1.3.1 Tujuan...3 1.3.2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Perkotaan adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen, dan corak kehidupan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Deskripsi Judul
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Deskripsi Judul Judul dalam laporan Studio Konsep Perancangan Arsitektur yang diangkat adalah Penataan Plaza dan Pusat Kuliner di Kawasan Simpang Lima Semarang (Pendekatan pada Konsep
Lebih terperinciMITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran
K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami banjir. 2. Memahami gelombang pasang.
Lebih terperinciGambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi
54 IV. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN IV.1. Deskripsi Umum Wilayah yang dijadikan objek penelitian adalah kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat. Kecamatan Muara Gembong berjarak
Lebih terperinciPENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado
PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado Windy J. Mononimbar Program Studi Arsitektur dan Perencanaan Wilayah
Lebih terperinciKETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP
LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI
Lebih terperinciIV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN
92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi
Lebih terperinciPERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri
BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI Unsur-unsur bangunan seperti Ketinggian bangunan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB) / Building
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH
BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1 TINJAUAN UMUM KOTA MAGELANG 3.1.1 Tinjauan Administratif Wilayah Kota Magelang Kota Magelang merupakan salah satu kota yang terletak di tengah Jawa Tengah dengan memiliki luas
Lebih terperinciKata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui
Kata Pengantar Kabupaten Bantul telah mempunyai produk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul yang mengacu pada Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007. Produk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan yang terjadi di wilayah perkotaan sedang mengalami perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan yang terjadi lebih banyak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penataan Gambaran Umum
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penataan 1.1.1. Gambaran Umum Kota Semarang selaku ibukota dari Provinsi Jawa Tengah memiliki keterletakan astronomis di antara garis 6º 50-7º 10 LS dan garis 109º
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia dikenal sebagai sumber ekonomi dan pusat bisnis negara Indonesia dengan jumlah penduduknya meningkat setiap tahunnya,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pariwisata merupakan kegiatan melakukan perjalanan dengan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki
Lebih terperinciBAB III: DATA DAN ANALISA
BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 3.1.1. Data Fisik Dalam perencanaan dan perancangan RSUD Jakarta Selatan harus memperhatikan beberapa macam kondisi fisik wilayah secara spesifik
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PARIWISATA CANDIDASA
Lebih terperinciKATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN
KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim, kurang lebih 70 persen wilayah Indonesia terdiri dari laut yang pantainya kaya akan berbagai jenis sumber daya hayati dan
Lebih terperinciPEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)
PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) pengertian Penataan bangunan dan lingkungan : adalah kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki,mengembangkan atau melestarikan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.
Lebih terperinci-BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
-BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berlibur merupakan salah satu kebutuhan yang harus terpenuhi bagi masyarakat urban pada saat ini guna melepas kejenuhan dari padatnya aktivitas perkotaan. Banyaknya
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;
Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI
Lebih terperinci