BAB II KARAKTERISTIK KAWASAN PANTAI PURNAMA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KARAKTERISTIK KAWASAN PANTAI PURNAMA"

Transkripsi

1 BAB II KARAKTERISTIK KAWASAN PANTAI PURNAMA Pada bab ini akan menjelaskan tentang segala potensi dan permasalahan yang terdapat di Pantai Purnama berpatokan pada 8 elemen perancangan kawasan beserta data-data baik itu data fisik maupun data nonfisik sebagai acuan dalam merancang tema, konsep dasar, dan fasilitas-fasilitas yang dapat menampung kebutuhan pengunjung maupun masyarakat sekitar SEJARAH PERKEMBANGAN PANTAI PURNAMA Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak kelihan banjar Gelumpang Desa Sukawati pada maret 2015 menyatakan bahwa, pada awalnya Pantai Purnama tidak begitu dikenal masyarakat luas. Keadaan pantainya sendiri kurang begitu terawat dan tidak teratur alur sirkulasi antara pemedek dari Pura Er jeruk dengan pengunjung pantai. Pantai Purnama sendiri memiliki satu jalur dengan Pura Er Jeruk yang dimana pura ini merupakan salah satu dari pura hayangan jagat yang terletak di Kabupaten Gianyar yang dikunjungi pemedek dari seluruh wilayah pesisir Gianyar pada saat upacara nangluk merana setiap sasih keenem (antara tanggal 10 November sampai 22 desember dalam kalender Bali). Keramaian yang ditimbulkan dari prosesi upacara adat di jalan Pantai Purnama sendiri secara tidak langsung mengundang wisatawan asing untuk masuk dan menyaksikan jauh lebih dalam hingga ke areal pantai. 7

2 Lama-kelamaan wisatawan yang mengunjungi Pura Erjeruk mulai tertarik dengan Pantai Purnama karena memiliki pasir hitam yang indah dan ombak yang sesuai untuk dilakukannya olahraga air surfing. Hingga saat ini pemerintah berwenang telah melakukan beberapa pembenahan pada pedestrian dan perkerasan pada tanah dikawasan pantai pada awal tahun 2014 sehingga dapat menunjang kegiatan para wisatawan dan juga membuat areal parkir untuk pengunjung pantai. Gambar 2.1. : Foto keadaan Pantai Purnama Sumber : Observasi lapangan, maret

3 2.2. KARAKTERISTIK LINGKUNGAN ALAM KONDISI FISIK 1. LETAK GEOGRAFIS Pantai Purnama terletak di sepanjang kelurahan Gelumpang Desa Sukawati yang merupakan bagian dari Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Secara astronomis Desa Sukawati terletak diantara LS dan BT (Peta Rupa Bumi Digital Indonesia 1: Tahun 1971). Dimana letak geografisnya terbilang menguntungkan yang merupakan jalur utama dari Ibukota Denpasar atau dari Bandara Ngurah Rai menuju Kota Gianyar sehingga secara tidak langsung menjadikan wilayah Desa Sukawati sebagai jalur pariwisata yang banyak di tunjuk oleh para wisatawan untuk berlibur atau sekedar menikmati budaya setempat. (Lihat gambar 2.2 sampai dengan gambar 2.6) Gambar 2.2. : Letak geografis Kota Gianyar terhadap Pulau Bali Sumber : BAPPEDA Kab. Gianyar,

4 Gambar 2.3. : Posisi Kecamatan Sukawati Terhadap Kota Gianyar Sumber : BAPPEDA Kab. Gianyar, 2012 Gambar 2.4. : Posisi Desa Sukawati Terhadap Kecamatan Sukawati Sumber : BAPPEDA Kab. Gianyar,

5 Batas Wilayah Penataan Kawasan Sebagai Berikut: Utara : Jalan By Pass Ida Bagus Mantra Timur : Sawah Warga Selatan : Sawah Warga Barat : Sungai Wos Gambar 2.5. : Batas Penataan Pantai Purnama Gianyar Sumber : BAPPEDA Kab. Gianyar,

6 Pura Er Jeruk 500 Meter Gambar 2.6. : Lokasi Penataan Sumber : Gambar Ulang Dari Google Maps, diakses maret

7 2. TOPOGRAFI Dalam monografi Desa Sukawati (2010) dikemukakan bahwa topografi Desa Sukawati adalah dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 500 m dari permukaan air laut dengan kemiringan lereng 0-2% (datar) (BAPPEDA Gianyar, 2012). Berdasarkan dokumentasi dari google earth, kontur tanah di sepanjang jalan menuju Pantai Purnama mengalami penurunan kearah selatan (lihat gambar 2.7). Keadaan topografi yang demikian akan dimanfaatkan sebagai pola drainase yang dimana akan di arahkan kedaerah yang mengalami penurunan kontur tanah. Gambar 2.7. : Topografi tanah di kawasan Pantai Purnama Sumber : Google Earth, diakses maret,

8 3. PENCAPAIAN KE LOKASI SITE Kawasan Pantai Purnama mudah di akses baik oleh wisatawan asing maupun lokal karena terletak di jalur By Pass Ida Bagus Mantra yang merupakan jalur bebas hambatan yang menjadi satu satunya jalan menuju kota Gianyar maupun kota-kota lainnya seperti Klungkung, Karangasem, dan Bangli. Kawasan Pantai Purnama dapat dicapai baik dengan kendaraan roda dua maupun empat. Pantai Purnama sendiri Berjarak 11 km atau kurang lebih 15 menit dari Kota Gianyar, sedangkan dari Bandara Internasional Ngurah Rai dapat ditempuh dengan waktu perjalanan mencapai 70 menit dan 50 menit dari Ibukota Denpasar dengan menggunakan kendaraan bermotor. (lihat gambar 2.8) Kawasan Pantai Purnama Gambar 2.8. : Peta Pencapaian ke kawasan Pantai Purnama Sumber : Gambar Ulang Dari Google Maps, diakses maret,

9 4. KLIMATOLOGI Tidak jauh berbeda dengan wilayah-wilayah lain di sekitar Bali, Klimatologi Kecamatan Sukawati secara umum beriklim tropis (BPS Kabupaten Gianyar 2013). a. Kawasan Sukawatipada umumnya mengalami dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. b. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 554,2 mm dan terendah pada bulan Agustus sebesar 0,3 mm. c. Rata-rata suhu udara Kelurahan Sukawati dalam lingkup kawasan Kecamatan Sukawati dengan kondisi alam berada di daerah pantai menjadikan suhu cukup panas, antara 32oC hingga 33oC. d. Kelembaban udara berkisar antara 77% - 84%, kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Februari (84%) dan kelembaban terendah terjadi pada bulan Juli dan Agustus (77%). e. Kecepatan angin 6 knot. Kelurahan Sukawati memiliki jarak yang cukup dekat dengan daerah pesisir pantai yang menyebabkan kandungan yang terdapat pada tiupan anginnya mengandung garam. Hal tersebut secara langung akan mempercepat pengeroposan materialmaterial bangunan. Sehingga pemilihan material dan pemeliharaannya akan di perhatikan sehingga tidak membutuhkan biaya lebih untuk pemeliharaan bangunan nantinya. 15

10 KONDISI NON FISIK 1. ASPEK KEPENDUDUKAN Menurut data dari Bappeda Kabupaten Gianyar, Jumlah penduduk di Desa Sukawati tahun 2013 adalah jiwa dan luas Desa Sukawati 7,35 Km². Tingkat pertumbuhan penduduknya tergolong tinggi yakni 9,75% dan kepadatan penduduk yang didapatkan adalah 1,762 jiwa/ Km². Pertumbuhan penduduk yang terus menerus meningkat ini juga dipengaruhi oleh faktor kedatangan penduduk musiman dan akan menjadi kendala apa bila tidak dikendalikan secara tepat. Penduduk memiliki pengaruh yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan pembangunan di segala bidang. Untuk daerah Sukawati sendiri, berkembang suatu mata pencaharian yaitu sebagai pengerajin kesenian yang menjadi mata pencaharian utama pada kawasan ini. Oleh karena itu pada proses penataan pantai, akan disediakan area jual beli kerajinan yang berkembang di Desa Sukawati 2. ASPEK SOSIAL DAN BUDAYA Sebagian besar penduduk Kelurahan Sukawati beragama hindu. Agama hindu sendiri memiliki banyak acara-acara keagamaan terutama yang berhubungan dengan pantai. upacara yang paling sering dilaksanakan di Pantai Purnama adalah Tawur Agung Kesanga atau upacara Melasti, yang dimana Pantai Purnama dijadikan objek/tempat tujuan diselenggarakannya upacara melasti oleh beberapa daerah di sekitar Kecamatan Sukawati. Upacara ini sendiri merupakan pembersihan Pretima (benda-benda suci di Pura) menjelang Hari Raya Nyepi. Perayaan upacara Melasti sendiri berdampak pada kebersihan pantai yang dimana setiap masyarakat yang hendak melakukan upacara selalu dipastikan akan meninggalkan sampah-sampah dan bangunan nonpermanen di areal pesisir pantai. (lihat gambar 2.9) 16

11 Gambar 2.9. : Bangunan Nonpermanen Yang Muncul Setelah Upacara Melasti Sumber : Observasi lapangan, maret 2015 Selain acara melasti, keberadaan Pura Er Jeruk yang terletak di satu jalur dengan jalan masuk menuju Pantai Purnama juga memiliki peran penting bagi aktifitas keagamaan masyarakat lokal. Upacara diadakan di Pura Erjeruk sendiri diadakan setiap 6 bulan sekali atau biasanya sebulan setelah Hari Raya Galungan Gambar : Keberadaan Pura Er Jeruk yang Memiliki peran penting dalam kehidupan sosial keagamaan di areal Pantai Purnama Sumber : Observasi lapangan, maret

12 3. ASPEK KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN DASAR HUKUM Dalam proses penataan wilayah Pantai Purnamadidasari oleh ketentuan dan dasar hukum yang didapat dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gianyar meliputi : Bhisama Parisadha Hindu Dharma Indonesia Mengenai batas kesucian Pura Nomor 11/Kep/I/PHDI/1994 tertanggal 25 Janurai RTH paling sedikit 30 (tiga puluh) persen. Sebagai dominasi kawasan perdagangan/jasa dan wisata belanja serta pertanian. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pendirian bangunan pengamanan pantai, penanaman tanaman pantai seperti kelapa, nipah, dan bakau, kegiatan pencegahan abrasi pantai, penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana, dan kegiatan pendirian bangunan untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana. Sempadan pantai paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Oleh karena Pantai Purnama merupakan kawasan Daya Tarik Wisata (DTW) maka penerapan intensitas pemanfaatan ruang pada DTW meliputi penerapan ketentuan KDB paling tinggi 40 (empat puluh) persen, ketinggian bangunan paling tinggi 2 (dua) lantai, dan KDH paling rendah 10 (sepuluh) persen. Area jalur melasti yang harus dikonservasi. Arahan peraturan pemerintah mengenai zonasi kawasan tempat suci sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat (3) huruf b, berdasarkan konsep tri wana yang dipolakan kedalam 3 (tiga) zona mencakup : Zona inti, zona utama karang kekeran sesuai dengam konsep tri wana yang diperuntukan sebagai hutan lindung, ruang terbuka hijau, kawasan pertanian, dan bangunan fasilitas umum penunjang kegiatan keagamaan Zona penyangga, zona madya karang kekeran yang sesuai konsep tri wana diperuntukan sebagai kawasan budidaya pertanian, fasilitas 18

13 darmasala, pasraman, bangunan permukiman bagi pengempon, penyungsung penyiwi pura dan bangunan prasarana dan sarana pariwisata spiritual, serta kegiatan usaha yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Zona pemanfaatan, zona nista karang kekeran yang sesuai dengan konsep tri wana diperuntukan sebagai bangunan permukiman, bangunan fasilitas umum penunjang kehidupan sehari-hari, bangunan akomodasi pariwisata beserta sarananya, serta kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. (lihat gambar 2.11) 2 Km Area penataan Gambar : Sebagian Area Yang Masuk Kedalam Kekeran Inti, Dan Ssisanya Masuk Kedalam Area Kekeran Madya Sumber : Google.Maps 19

14 2.3. KARAKTERISTIK FUNGSIONAL TATA GUNA LAHAN Pada sub bab tata guna lahan akan membahas mengenai penggunaan lahan yang digunakan di kawasan Pantai Purnama dan status lahan yang terdapat di kawasan Pantai Purnama. 1. Pengunaan Lahan Semakin berkembangnya kawasan Pantai Purnama menjadi kawasan pariwisata memicu dominasi terhadap bangunan-bangunan atau fungsi lahan yang diperuntukan untuk mengakomodasi pariwisata di sekitar kawasan perencanaan. Berikut peta penggunaan lahan berdasarkan kondisi sebenarnya di areal Pantai Purnama berdasarkan hasil observasi pada maret 2015 : The Royal Purnama Art Suites And Villas Akomodasi Wisata Bungalow 20

15 Bekas Tambak Udang Lahan Kosong Persawahan Di Barat Jalan Warung Makanan Hasil Laut Persawahan Di Timur Jalan Bali Paradise Beach Estates 21

16 Pura Er Jeruk Wantilan Arena Sabung Ayam Area Parkir Mobil Pura Purnama Bedeng-Bedeng Yang Sudah Tidak Digunakan Area Parkir Motor 22

17 2. Status Lahan a) Lahan Desa Lahan desa merupakan lahan yang dikelola dan menjadi hak desa untuk dikembangkan berdasarkan kesepakatan desa. Lahan desa yang terdapat pada kawasan Pantai Purnama meliputi: area persawahan di bagian barat dan timur jalan masuk menuju pantai, lahan parkir motor dan mobil, dan lahan yang digunakan untuk area warung-warung penjual hidangan laut (lihat gambar 2.14) b) Lahan Negara c) Lahan Publik Gambar : Area Yang Dikelola Oleh Desa Adat Sukawati Sumber : Gambar Ulang Dari Google Maps, Diakses Maret 2015 b) Lahan Publik Lahan publik merupakan lahan yang telah dimiliki atau dikelola oleh perseorangan yang statusnya tidak lagi dimiliki oleh desa. Lahan publik ini meliputi : lahan bekas tambak udang, area The Royal Purnama Art Suites And Villas, area bungalow, area Bali Paradise Beach Estates, dan bedeng-bedeng yang telah tidak terpakai (lihat gambar 2.15) 23

18 Gambar : Lahan Publik yang dikelola oleh perseorangan dan bukan lagi hak milik desa Sumber : Gambar Ulang Dari Google Maps, diakses maret 2015 c) Lahan Negara Lahan negara merupakan lahan yang dimiliki Negara dan tidak diizinkan untuk dilakukan pembangunan tanpa melalui proses instansional. Lahan Negara yang dimaksud dalam penataan Pantai Purnama meliputi : daerah pesisir pantai hingga laut(lihat gambar 2.16). Gambar : Daerah Lahan Negara Sumber : Gambar Ulang Dari Google Maps, diakses maret

19 JARINGAN SIRKULASI DAN PARKIR Terdapat 1 area parkir bagi pengunjung pantai yang terletak di depan warungwarung di areal pantai. Kapasitas parkir mampu menampung sekitar 50 motor dan 25 mobil. Pada jalan masuk menuju pantai dimanfaatkan sebagai jalur keluar dan masuk kendaraan motor maupun mobil, dengan kata lain jalan tersebut terjadi 2 arus (lihat gambar 2.18) namun jumlah kunjungan yang meningkat terutama pada sore hari dan hari libur, membuat parkir tidak mampu menampung jumlah kendaraan yang masuk sehingga areal parkir diperluas hingga ke pinggir-pinggir jalan masuk pantai. (lihat gambar 2.19) Selain itu, terdapatnya Pura Erjeruk dan kegiatan metajen (sabung ayam) yang tepat berada di depan pura pada hari-hari tertentu membuat parkir meningkat drastis hingga meluap ke area badan jalan By Pass Ida Bagus Mantra. Meningkatnya jumlah kendaraan yang masuk pada hari-hari tertentu tersebut memicu kepadatan di jalan masuk menuju pantai sehingga sering terjadi kemacetan di areal masuk pantai yang memiliki lebar jalan masuk hanya 9 meter tersebut. (lihat gambar 2.17) Arah sirkulasi Gambar : Sketsa Potongan Jalan Masuk Menuju Pantai 25

20 Gambar : Keadaan Parkir Sepeda Motor Di Kawasan Pantai Sumber : Observasi Lapangan, Maret 2015 Menurut hasil wawancara dengan salah seorang pecalang Br.Gelumpang yang sedang memungut karcis parkir masuk ke pantai Bapak I Wayan Genep, kepadatan parkir akan memuncak pada acara penggalian dana guna persiapan untuk odalan Pura Er Jeruk yang diselenggarakan setiap 6 bulan sekali (biasanya 1 bulan setelah Rerahinan Jagat Galungan). Pada acara penggalian dana tersebut biasanya akan diadakan tajen (sabung ayam) di arena yang telah disiapkan khusus untuk area sabung ayam (lihat gambar 2.20). Arena ini juga biasa disewakan oleh pengelola Pura Er Jeruk kepada komunitas sabung ayam yang ingin menggunakan arena walaupun tidak dalam acara odalan. Menurut pengakuan pecalang setempat, para pesabung 26

21 ayam memarkirkan kendaraannya hingga ke bahu jalan By Pass Ida Bagus Mantra hingga mengambil bahu jalan sepanjang 500 meter. Gambar : Arena Sabung Ayam Yang Biasa Digunakan Untuk Acara Penggalian Dana Sumber : Observasi Lapangan, Maret

22 Gambar : Jalan By Pass Ida bagus mantra yang digunakan parkir Sumber : Observasi lapangan, maret 2015 Gambar : Lahan parkir Pura ErJeruk Sumber : Observasi lapangan, maret

23 PEDESTRIAN Sejauh ini belum terdapat jalur pejalan kaki yang menampung wisatawan dari jalan masuk menuju pantai. Sehingga pengunjung pantai yang hendak berjalan kaki harus menggunakan bahu jalan yang tentunya akan membahayakan pejalan kaki tersebut. Namun memasuki areal pantai sudah terdapat beberapa perkerasan berupa jalan kecil yang berbahan paving yang memiliki lebar 6 meter (lihat gambar 2.23). Gambar : Keadaan pedestrian dipinggir Pantai Purnama Sumber : Observasi lapangan, maret PENDUKUNG KEGIATAN Pendukung kegiatan adalah segala fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang kegiatan utama yang terjadi di area kawasan Pantai Purnama. seperti yang telah diebutkan sebelumnya, fungsi utama pada area Pantai Purnama hingga saat ini adalah fungsi wisata pantai dan fungsi komersial (akomodasi wisata). Maka yang dapat dikategorikan kedalam penfukung aktifitas yang terdapat di area Pantai Purnama yakni warung makanan, bangunan life guard, dan toilet (ganti baju). Untuk lebih jelasnya lihat gambar 2.24, 2.25, dan

24 Gambar : Warung Makanan Di Area Pantai Purnama Sumber : Observasi lapangan, maret 2015 Gambar : Bangunan Life Guard Pantai Purnama Sumber : Observasi lapangan, maret 2015 Gambar : Toilet (tempat ganti baju) Sumber : Observasi lapangan, maret

25 2.4.KARAKTERISTIK VISUAL TATA BANGUNAN 1. Tipologi Bangunan Ada beberapa gaya bangunan yang diaplikasikan pada setiap bangunan disekitar kawasan ini. Namun secara keseluruhan, bangunan disekitar kawasan ini mengadopsi gaya bangunan tradisional, dan beberapa bangunan menggabungkan antara tradisional dengan modern. bangunan tradisional yang dimaksud antara lain bangunan Pura Purnama, bangunan warung-warung pedagang (lihat gambar 2.27). Sedangkan bangunan yang menggabungkan antara unsur tradisional dengan modern antara lain bangunan The Royal Purnama Art Suites And Villas, bangunan bungalow, dan Bali Paradise Beach Estates (lihat gambar 2.28). Warung Pedagang (Tradisional) Gambar : Bangunan Bergaya Tradisional Di Sekitar Kawasan Penataan Sumber : Observasi Lapangan, Maret 2015 Pura Purnama (Tradisional) 31

26 The Royal Purnama Art Suites And Villas (Tradisional Modern) Bungalow (Tradisional Modern) Gambar : Bangunan Bergaya Modern Tradisional Disekitar kawasan Penataan Sumber : Observasi lapangan, maret 2015 Bali Paradise Beach Estates (Tradisional Modern) 32

27 2. Ketinggian Bangunan Keberadaan bangunan disekitar kawasan penataan tidak terlalu banyak, hanya ada beberapa bangunan antara lain, pura purnama, bedeng-bedeng, warung makanan, bungalow, bangunan Royal Purnama Villas, dan bangunan Bali Paradise Beach Estates. Ketinggian bangunan didominasi oleh bangunan berlantai 1 dan 2. Maksimal ketinggian bangunan dikawasan ini adalah 15meter. (lihat gambar 2.26 dan 2.27) BANGUNAN 1 LANTAI Pura Purnama Bedeng-Bedeng Warung Makanan Warung Makanan Gambar 2.29 : Bangunan 1 Lantai Sumber : Observasi Lapangan April

28 BANGUNAN 2 LANTAI The Royal Purnama Art Suites And Villas Bungalow Bali Paradise Beach Estates Gambar 2.30 : Bangunan 2 Lantai Sumber : Observasi Lapangan April RUANG TERBUKA Pada ruang terbuka akan membahas mengenai softscape Dan hardscape yang terdapat di area penataan Pantai Purnama. 1. Softscape Softscape yang dimaksud adalah bagian dari landscape yang bersifat horticultural yang bersifat membuat suasana kawasan menjadi hidup. Elemen softscape yang banyak dikenal adalah tanaman, pohon, ataupun semak belukar. Elemen softscape yang terdapat di area Pantai Purnama sendiri lebih didominasi oleh pohon peneduh seperti santen, ketapang, pohon waru, pohon kelapa, serta semak belukar yang terdapat di pinggir jalan masuk penuju pantai, disamping itu terdapat juga pohon dan tanaman yang sengaja ditanam oleh pihak bungalow dan villa-villa yang tersebar di area Pantai Purnama antara lain, pohon palem, kamboja. Lihat gambar

29 Santen Rumput Kelapa Ketapang Kamboja Waru Palem Gambar 2.31 : Softscape yang dominan di area penataan Sumber : Observasi Lapangan April

30 2. Hardscape Hardscape yang dimaksud adalah segala elemen perkerasan yang bersifat padat yang terdapat di area penataan. Elemen hardscape yang dapat ditemui di area penataan Pantai Purnama sendiri yaitu paving di area parkir Pura, pedestrian yang terdapat di pesisir pantai, gazebo, tempat sampah permanen, tapal batas pantai purnama, batas villa dan gate yang terdapat di bagian depan area masuk menuju pantai. Lihat gambar 2.28 Gate Gazebo Paving Tapal Batas Gambar 2.32 : Hardscape di area penataan Sumber : Observasi Lapangan April 2015 Tempat Sampah PenandaVilla 36

31 2.4.3 PRESERVASI DAN KONSERVASI Beberapa bagian yang terdapat di kawasan yang harus dilindungi dan di lestarikan yakni Pura Purnama yang berada di bagian barat dari batas wilayah penataan dan pelinggih yang terdapat tepat di depan area masuk pantai (untuk lebih jelasnya lihat gambar 2.29 dan 2.30) Pura dan pelinggih ini merupakan fasilitas upacara dari masyarakat setempat guna menjalankan prosesi upacara adat yang berhubungan dengan Pantai Purnama sehingga harus dilestarikan dan tidak mendapat intervensi dari proses penataan. Gambar : Pura Purnama Sumber : Observasi lapangan, maret 2015 Gambar : Pelinggih yang terdapat di depan area masuk menuju pantai Sumber : Observasi lapangan, maret

32 2.4.4 PERLENGKAPAN JALAN Perlengkapan jalan yang dikamsud adalah segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pengguna jalan dalam melancarkan proses sirkulasi yang akan terjadi. Perlengkapan jalan akan dibagi menjadi 2 yakni streetscape dan street furniture. 1. Streetscape Streetscape adalah segala yang dibutuhkan oleh pengguna jalan guna memperlancar proses sirkulasi yang berada di bawah tanah. Streetscape yang terdapat di jalan masuk menuju Pantai Purnama adalah jalur drainase yang terdapat di pinggir jalan sebelah barat. (lihat gambar 2.31) Gambar : Salah Satu Streetscape Yang Terdapat Di Jalan Menuju Pantai Purnama (Drainase) Sumber : Observasi Lapangan, Maret

33 2. Street Furniture Streetscape adalah segala yang dibutuhkan oleh pengguna jalan guna memperlancar proses sirkulasi yangberada di atas jalan. Street Furniture yang terdapat di jalan masuk menuju Pantai Purnama adalah tong sampah, papan penunjuk jalan, penanda kawasan, lampu jalan, dan tiang listrik (lihat gambar 2.32) Penunjuk Jalan Penanda Kawasan Tong Sampah Lampu Jalan Gambar : Street Furniture Yang Terdapat Di Jalan Menuju Pantai Purnama (Drainase) Sumber : Observasi Lapangan, Maret

34 2.5. POTENSI DAN PERMASALAHAN PENATAAN PANTAI PURNAMA Peta Potensi Pantai Purnama Pura Er Jeruk sebagai pusat orientasi penataan Pantai Purnama yang selanjutnya pengembangan kawasan akan mengandalkan Pura Er Jeruk sebagai daya tarik utama Selain Pura Er Jeruk, terdapat juga arena sabung ayam yang terkenal di seluruh gianyar, pada hari-hari tertentu pengunjung area penataan akan bertambah pesat sehingga akan menambah pendapatan kawasan dari pemungutan biaya parkir Area terbuka berupa hamparan persawahan warga yang akan dipreservasi guna menambah nilai plus untuk view dan sebagai pencitraan kawasan sebagai area suci dan alami Gambar : Peta Potensi Yang terdapat Di Area Penataan Pantai Purnama Sumber : Observasi Lapangan, Maret

35 Area tanah kosong yang sekarang dimanfaatkan sebagai area parkir mobil yang selanjutnya bisa dikembangkan fungsi lain yang berhubungan dengan penataan kawasan. Terdapat jalur lain menuju pantai yang selanjutnya bisa dimanfaatkan sebagai jalur alternatif untuk fungsi tertentu sehingga tidak terjadi benturan pada saat melakukan proses sirkulasi mengingat jalur utama merupakan jalur dengan 2 jalur sirkulasi Gambar : Peta Potensi Yang terdapat Di Area Penataan Pantai Purnama Sumber : Observasi Lapangan, Maret

36 2.5.2 Peta Permasalahan Pantai Purnama Seiring dengan pesatnya jumlah pengunjung pada saat-saat tertentu misalnya odalan di Pura Er jeruk maupun acara penggalian dana berupa sabung ayam, maka area parkir tidak mampu menampung pengunjung yang melebihi kapasitas area parkir sehingga sebagian area parkir pada saat itu pun memanfaatkan pahu jalan bypass Ida Bagus mantra yang sering mengganggu pengguna jalan di jalan bebas hambatan tersebut. Drainase yang kurang mendapat perhatian dari pengelola kawasan menyebabkan air meluap apabila terjadi hujan dengan curah yang tinggi Gambar : Peta Permasalahan Yang terdapat Di Area Penataan Pantai Purnama Lebar jalan masuk menuju pantai hanya 9 meter dengan 2 arah sirkulasi, sehingga bila terdapat 2 mobil yang berlawanan arah maka akan mengalami kesulitan. Selain itu jalan ini sebagai jalur melasti menuju Pantai Purnama yang biasanya pemedek akan berjalan berbondong-bondong sehingga menggunakan setengah hingga lebih lebar jalan. Pada saat melasti tersebut dipastikan jalur sirkulasi akan terhambat Sumber : Observasi Lapangan, Maret

37 Tidak adanya space untuk jalur pedestrian bagi para pejalan kaki menuju pantai Tidak berlakunya peraturan pemerintah mengenai sempadan pantai yang tidak memperbolehkan ada perkerasan dari 100 meter batas pasang ombak menuju ke area dataran. (sempadan di Pantai Purnama sekitar 30 meter) Kurangnya sarana yang mampu menampung maupun mengolah limbah sampah di area Pantai Purnama Gambar : Peta Permasalahan Yang terdapat Di Area Penataan Pantai Purnama Sumber : Observasi Lapangan, Maret

38 Masalah utama pada kawasan Pantai Purnama adalah tidak diperhatikannya peraturan Bhisama yang mengatur mengenai batas area suci Pura Er Jeruk yang merupakan Pura Dhang Khayangan. Peraturan tersebut tidak memperbolehkan ada bangunan komersial di area tersebut. Hingga saat ini terdapat 3 bangunan komersial yang masing-masing memiliki luasan yang cukup luas yang difungsikan sebagai tempat menginap pengunjung pantai Purnama Gambar 2.42 : Peta Permasalahan Yang terdapat Di Area Penataan Pantai Purnama Sumber : Observasi Lapangan, Maret

39 2.5.3 Kesimpulan Dari Potensi Dan Permasalahan Yang Terdapat Pada Kawasan Penataan Dari penjabaran potensi dan permasalahan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa potensi utama yang terdapat pada kawasan penataan Pantai Purnama adalah keberadaan Pura Er Jeruk yang menjadi pusat dari segala orientasi pada kawasan. Gambar : Potensi Utama Yang Terdapat Pada Kawasan Penataan Pantai Purnama Sumber : Observasi Lapangan, Maret 2015 Sedangkan untuk permasalahan utama yang terdapat pada kawasan penataan Pantai Purnama adalah tidak diperhatikannya peraturan pemerintah yang membahas mengenai kawasan suci pura. Yang isinya menyimpulkan bahwa tidak boleh membangun fungsi bangunan selain fungsi yang menyangkut kegiatan keagamaan hindu pada area 2000 meter dari sisi terluar pura (tembok terluar) untuk Pura Dhang Khayangan (termasuk Pura Er Jeruk). Sedangkan jarak antara sisi terluar Pura Er Jeruk dengan villa Purnama Art Suites And Villas yang terdapat di Pantai Purnama adalah hanya berjarak 400 meter. 45

40 400 Meter Gambar : Jarak Antara Pura Er Jeruk Dengan Villa Purnama Sumber : Gambar Ulang Dari Google Maps, diakses maret 2015, Maret

BAB I PENDAHULUAN. Seminar Tugas Akhir 2015 Penataan Pantai Purnama Gianyar 1

BAB I PENDAHULUAN. Seminar Tugas Akhir 2015 Penataan Pantai Purnama Gianyar 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan segala sesuatu yang melatarbelakangi penataan dan pengembangan daya tarik wisata di Pantai Purnama, rumusan masalah, tujuan, dan metode perancangan yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan di galakkannya kembali pemberdayaan potensi kelautan maka sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai luas daratan ± 5.632,86 Km². Bali dibagi menjadi 8 kabupaten dan 1 Kota

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai luas daratan ± 5.632,86 Km². Bali dibagi menjadi 8 kabupaten dan 1 Kota BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bali merupakan sebuah pulau kesatuan wilayah dari Pemerintah Propinsi yang mempunyai luas daratan ± 5.632,86 Km². Bali dibagi menjadi 8 kabupaten dan 1 Kota madya dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS Langkah kami setelah mencari tahu dan segala informasi tentang Pulau Nias adalah survey langsung ke lokasi site untuk Tugas Akhir ini. Alangkah

Lebih terperinci

BAB II POTENSI DAN PERMASALAHAN KAWASAN OBYEK WISATA CEKING TERRACE

BAB II POTENSI DAN PERMASALAHAN KAWASAN OBYEK WISATA CEKING TERRACE BAB II POTENSI DAN PERMASALAHAN KAWASAN OBYEK WISATA CEKING TERRACE Pada bab ini dibahas potensi dan permasalahan obyek wisata Ceking Terrace, yang nantinya akan berpengaruh terhadap penataan dan pengembangan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA 3.1 TINJAUAN UMUM WILAYAH YOGYAKARTA 3.1.1 Kondisi Geografis dan Aministrasi Kota Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa dengan luas 32,50 km2. Kota

Lebih terperinci

BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR

BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR BAB III GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK ROCK DI DENPASAR Perencanaan dan perancangan bangunan gedung pertunjukan musik rock sangat dipengaruhi dengan lokasi bangunan tersebut berada. Bangunan penunjang rekreasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang BAB IV ANALISIS 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang Skema 1 : Organisasi ruang museum Keterkaitan atau hubungan ruang-ruang yang berada dalam perancangan museum kereta api Soreang dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM Tirta Ujung merupakan mata air alami di Desa Ujung yang dibendung menjadi kolam, yang kemudian digunakan warga setempat untuk melakukan ritual

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gb Peta Kawasan Wisata Pantai Lebih Gianyar Bali Sumber. Brosur Kabupaten Gianyar

BAB 1 PENDAHULUAN. gb Peta Kawasan Wisata Pantai Lebih Gianyar Bali Sumber. Brosur Kabupaten Gianyar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kelayakan gb. 1.1. Peta Kawasan Wisata Pantai Lebih Gianyar Bali Sumber. Brosur Kabupaten Gianyar Potensi dan daya tarik Pantai Lebih 1. Potensi alam Pantai

Lebih terperinci

TINJAUAN PULO CANGKIR

TINJAUAN PULO CANGKIR BAB II TINJAUAN PULO CANGKIR II.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Judul Proyek : Kawasan Rekreasi Kampung Pulo Cangkir dan Sekitarnya. Tema : Arsitektur Tradisional Sunda. Kecamatan : Kronjo. Kelurahan : Pulo Cangkir

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Klaten 3.1.1 Ruang lingkup Kabupaten Klaten Gambar 3.1 : Lokasi Kab. Klaten Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/14/lo cator_kabupaten_klaten.gif

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL 3.1. Tinjauan Kabupaten Bantul 3.1.1. Tinjauan Geografis Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten dari 5 Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Lebih terletak di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali dengan luas wilayah 205 Ha. Desa Lebih termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting Terdapat beberapa hal yang benar-benar harus diperhatikan dalam analisis obyek perancangan terhadap kondisi eksisting

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 4 BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 1.1 Faktor Tapak dan Lingkungan Proyek Kasus proyek yang dibahas disini adalah kasus proyek C, yaitu pengembangan rancangan arsitektural model permukiman

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Provinsi D.I. Yogyakarta 3.1.1. Keadaan Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta terletak diantara 110 0 00-110 0 50 Bujur Timur dan antara 7 0 33-8 0 12 Lintang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.121, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SERBAGITA. Kawasan Perkotaan. Tata Ruang. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN

Lebih terperinci

TEMA. menikmati alam Bali. Lengkap dengan berbagai fasilitas pendukung yang ada di dalamnya. LEGAL

TEMA. menikmati alam Bali. Lengkap dengan berbagai fasilitas pendukung yang ada di dalamnya. LEGAL TEMA LATAR BELAKANG Bali tidak memiliki hasil tambang, lahan pertanian yang terbatas, namun pulau Bali memiliki keindahan alam dan budaya yang sangat mempesona Untuk meningkatkan taraf hidup penduduk Bali

Lebih terperinci

RINGKASAN. mendukung keberadaan Taman Laut Banda dengan mempertimbangkan aspek

RINGKASAN. mendukung keberadaan Taman Laut Banda dengan mempertimbangkan aspek RINGKASAN MAISNUN ALBAAR. A 3 1.0655. PERENCANAAN LANSKAP PULAU KECIL. BANDA NAIRA - MALUKU SEBAGAI KAWASAN WISATA. (Di bawah bimbiugan Bapak Bambang Sulistyantara). Studi hi bertujuan membuat rencana

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Kondisi Umum Pegunungan Menoreh Kulonprogo 3.1.1. Tinjauan Kondisi Geografis dan Geologi Pegunungan Menoreh Pegunungan Menoreh yang terdapat pada Kabupaten

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. CATATAN DOSEN PEMBIMBING... iii. LEMBAR PERNYATAAN... iv. MOTTO... v. KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. CATATAN DOSEN PEMBIMBING... iii. LEMBAR PERNYATAAN... iv. MOTTO... v. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii CATATAN DOSEN PEMBIMBING... iii LEMBAR PERNYATAAN... iv MOTTO... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR DIAGRAM... vii DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... ix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber :

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber : BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penulis mengambil lokasi penelitian di Desa Sakti Pulau Nusa Penida Provinsi Bali. Untuk lebih jelas peneliti mencantumkan denah yang bisa peneliti dapatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Lokasi Penelitian Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka beberapa informasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3 LAMPIRAN VI : PERATURAN DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN TABEL-2 KLASIFIKASI ZONA DAN SUB ZONA HIRARKI I fungsi lindung adm fungsi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD PETANU

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD PETANU 1 IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD PETANU Putu Aryastana 1) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Warmadewa ABSTRAK Sempadan sungai merupakan suatu kawasan yang

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1 Program Ruang Rekapitulasi Ruang Dalam No Jenis Ruang Luas 1 Kelompok Ruang Fasilitas Utama 2996 m2 2 Kelompok Ruang Fasilitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1 Kondisi Administratif Gambar 3.1. Peta Daerah Istimewa Yogyakarta dan Sekitarnya Sumber : www.jogjakota.go.id Daerah Istimewa Yogyakarta terletak antara 7 30' - 8 15' lintang

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. untuk mencapai tujuan penelitian dilaksanakan untuk menemukan,

BAB III METODE PERANCANGAN. untuk mencapai tujuan penelitian dilaksanakan untuk menemukan, BAB III METODE PERANCANGAN Metode pada dasarnya diartikan suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Penelitian adalah suatu penyelidikan dengan prosedur ilmiah untuk mengetahui dan mendalami suatu

Lebih terperinci

Rumah Susun Di Muarareja Kota Tegal

Rumah Susun Di Muarareja Kota Tegal BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Lokasi 3.1.1 Tinjauan Detail Lokasi a. Keadaan Geografis Kota Tegal sebagai salah satu daerah otonom di Provinsi Jawa Tengah yang terletak 109 o 08 sampai 109

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU Urip Rahmani 1), Riena F Telussa 2), Amirullah 3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan USNI Email: urip_rahmani@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA ABSTRAK Ida Bagus Surya Mahayana.NIM.1417151017. Perencanaan Jalur Sepeda Sebagai Tujuan Wisata Desa di Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar. Pembimbing I: Ir. Ida Ayu Mayun, M.P. Pembimbing II: Ir. Anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jembatan yang dibahas terletak di Desa Lebih Kecamatan Gianyar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jembatan yang dibahas terletak di Desa Lebih Kecamatan Gianyar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jembatan yang dibahas terletak di Desa Lebih Kecamatan Gianyar Kabupaten Gianyar Propinsi Bali, dan terletak kurang lebih 400 meter dari pantai lebih. Jembatan ini

Lebih terperinci

DRAFT UNTUK BAHAN DISKUSI HASIL KONSULTASI DENGAN KEMENTERIAN PU TANGGAL 10 NOVEMBER 2011_Clean- Final

DRAFT UNTUK BAHAN DISKUSI HASIL KONSULTASI DENGAN KEMENTERIAN PU TANGGAL 10 NOVEMBER 2011_Clean- Final PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR [*****] TAHUN [*****] TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI BALI TAHUN 2009 2029 DENGAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Agar dapat memberikan kejelasan mengenai maksud dari judul yang diangkat, maka tiap-tiap kata dari judul tersebut perlu dijabarkan pengertiannya, yaitu sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seminar Tugas Akhir 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seminar Tugas Akhir 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dibahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode perancanagan. Latar belakang merupakan dasar pemikiran awal yang diambilnya judul Penataan Kawasan Obyek Wisata

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, keadaan dan mahluk termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo 3.1 TINJAUAN KONDISI UMUM KABUPATEN KULON PROGO

BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo 3.1 TINJAUAN KONDISI UMUM KABUPATEN KULON PROGO BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo Kawasan outbound training di Kabupaten Kulon Progo merupakan kawasan pusat di alam terbuka yang bertujuan untuk mewadahi kegiatan

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Badung dan merupakan wilayah (palemahan) Desa Adat Kedonganan.

BAB IV GAMBARAN UMUM PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Badung dan merupakan wilayah (palemahan) Desa Adat Kedonganan. BAB IV GAMBARAN UMUM PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI LOKASI PENELITIAN 4.1 Aspek Geografis dan Kondisi Fisik Pantai Kedonganan terletak di Kelurahan Kedonganan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung dan merupakan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD AYUNG

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD AYUNG 17 IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD AYUNG Putu Aryastana 1) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Warmadewa ABSTRAK Sempadan sungai meliputi ruang atau daerah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan merupakan pemaparan dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan uraian tentang konteks permasalahan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Kondisi Kepariwisataan Daerah Bali. satu Kotamadya, yang diantaranya: Kabupaten Badung, Kabupaten Buleleng,

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Kondisi Kepariwisataan Daerah Bali. satu Kotamadya, yang diantaranya: Kabupaten Badung, Kabupaten Buleleng, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Gambaran Kondisi Kepariwisataan Daerah Bali Sebagai pulau yang mempunyai luas daratan ± 5.632,86 km², Bali merupakan kesatuan wilayah Propinsi yang terbagi menjadi

Lebih terperinci

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 3.1 Deskripsi Umum Lokasi Lokasi perancangan mengacu pada PP.26 Tahun 2008, berada di kawasan strategis nasional. Berda satu kawsan dengan kawasan wisata candi. Tepatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci

BAB V LAHAN DAN HUTAN

BAB V LAHAN DAN HUTAN BAB LAHAN DAN HUTAN 5.1. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan Kota Denpasar didominasi oleh permukiman. Dari 12.778 ha luas total Kota Denpasar, penggunaan lahan untuk permukiman adalah 7.831 ha atau 61,29%.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Deskripsi umum lokasi penelitian 3.1.1 Perairan Pantai Lovina Kawasan Lovina merupakan kawasan wisata pantai yang berada di Kabupaten Buleleng, Bali dengan daya tarik

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI

BAB IV GAMBARAN LOKASI BAB IV GAMBARAN LOKASI 4.1 Tinjauan Umum Kota Banjar Baru A. Lokasi Kota Banjarbaru sesuai dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 1999 memiliki wilayah seluas ±371,38 Km2 atau hanya 0,88% dari luas wilayah Provinsi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Peta Pola Ruang Kabupaten Lampung Selatan

LAMPIRAN. Lampiran 1. Peta Pola Ruang Kabupaten Lampung Selatan LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Pola Ruang Kabupaten Lampung Selatan 117 Lampiran 2. Peta Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Lampung Selatan. 118 119 Lampiran 3. Peta Kondisi Kawasan

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR KATA PENGANTAR

LAPORAN AKHIR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akhir ini merupakan penyempurnaan dari Laporan Antara yang merupaka satu rangkaian kegiatan dalam Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Daruba, untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 konsep Dasar 5.1.1 Tata Letak Bangunan Gate entrance menuju Fasilitas Wisata Agro terletak di jalan akses masuk wisata Kawah Putih, dengan pertimbangan aksesibilitas jalan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III TINJAUAN LOKASI BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Data Pusat Rehabilitasi Narkoba di Yogyakarta 3.1.1 Esensi Pusat Rehabilitasi Narkoba adalah suatu sarana yang melaksanakan rehabilitasi sosial dan rehabilitasi medis

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK 3.1 Lokasi Proyek 3.1.1 Umum Berdasarkan observasi, KAK dan studi literatur dari internet buku naskah akademis detail tata ruang kota Jakarta Barat. - Proyek : Student

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor. sektor Migas, sektor Batubara, dan Kelapa Sawit.

BAB I PENDAHULUAN. penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor. sektor Migas, sektor Batubara, dan Kelapa Sawit. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata di Indonesia telah dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor satu (Suwantoro,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i. Daftar Isi... iii. Daftar Gambar... vii. Daftar Tabel...x

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i. Daftar Isi... iii. Daftar Gambar... vii. Daftar Tabel...x DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Gambar... vii Daftar Tabel...x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...3 1.3 Tujuan dan Sasaran...3 1.3.1 Tujuan...3 1.3.2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Perkotaan adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen, dan corak kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi Judul

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi Judul BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Deskripsi Judul Judul dalam laporan Studio Konsep Perancangan Arsitektur yang diangkat adalah Penataan Plaza dan Pusat Kuliner di Kawasan Simpang Lima Semarang (Pendekatan pada Konsep

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami banjir. 2. Memahami gelombang pasang.

Lebih terperinci

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi 54 IV. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN IV.1. Deskripsi Umum Wilayah yang dijadikan objek penelitian adalah kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat. Kecamatan Muara Gembong berjarak

Lebih terperinci

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado Windy J. Mononimbar Program Studi Arsitektur dan Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI Unsur-unsur bangunan seperti Ketinggian bangunan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB) / Building

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1 TINJAUAN UMUM KOTA MAGELANG 3.1.1 Tinjauan Administratif Wilayah Kota Magelang Kota Magelang merupakan salah satu kota yang terletak di tengah Jawa Tengah dengan memiliki luas

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui Kata Pengantar Kabupaten Bantul telah mempunyai produk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul yang mengacu pada Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007. Produk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan yang terjadi di wilayah perkotaan sedang mengalami perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan yang terjadi lebih banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penataan Gambaran Umum

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penataan Gambaran Umum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penataan 1.1.1. Gambaran Umum Kota Semarang selaku ibukota dari Provinsi Jawa Tengah memiliki keterletakan astronomis di antara garis 6º 50-7º 10 LS dan garis 109º

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia dikenal sebagai sumber ekonomi dan pusat bisnis negara Indonesia dengan jumlah penduduknya meningkat setiap tahunnya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pariwisata merupakan kegiatan melakukan perjalanan dengan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 3.1.1. Data Fisik Dalam perencanaan dan perancangan RSUD Jakarta Selatan harus memperhatikan beberapa macam kondisi fisik wilayah secara spesifik

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PARIWISATA CANDIDASA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim, kurang lebih 70 persen wilayah Indonesia terdiri dari laut yang pantainya kaya akan berbagai jenis sumber daya hayati dan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) pengertian Penataan bangunan dan lingkungan : adalah kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki,mengembangkan atau melestarikan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

-BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

-BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG -BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berlibur merupakan salah satu kebutuhan yang harus terpenuhi bagi masyarakat urban pada saat ini guna melepas kejenuhan dari padatnya aktivitas perkotaan. Banyaknya

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci