4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk Anopheles spp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis-jenis nyamuk Anopheles di Desa Riau Kecamatan Riau Silip terdiri atas empat spesies, yaitu An. letifer (Gambar 4), An. barbirostris (Gambar 5), An. nigerrimus (Gambar 6), dan An. indefinitus (Gambar 7). Di antara empat spesies tersebut terdapat An. letifer yang telah dikonfirmasi sebagai vektor di pulau Bangka (Boesri 2007). Nyamuk An. letifer mempunyai ciri khas pada palpi tanpa gelang-gelang pucat (a), bagian sternit abdomen segmen ke tujuh tanpa sikat yang terdiri atas sisik gelap (b), dan tarsi kaki belakang dengan gelang pucat terutama pada pangkalnya (c) (Gambar 4). An. barbirostris mempunyai ciri khas palpi seluruhnya gelap (a), ruas abdomen ke tujuh terdapat sisik/sikat gelap (b), pada costa dan urat I dari sayap terdapat tiga atau kurang noda-noda pucat (c) (Gambar 5). An. nigerrimus mempunyai ciri khas gelang-gelang tarsi kaki belakang sedang, gelang pucat pada ruas 3-4 sama panjangnya dengan atau kurang dari ruas 5 (a), pada sayap terdapat tanda gelap preapical urat satu tanpa sisik-sisik pucat atau kalau ada sedikit (b) (Gambar 6). An. indefinitus mempunyai ciri khas pada probosis gelap seluruhnya (a), gelang pucat di ujung palpi panjangnya dua kali dari panjang gelang gelap dibawahnya (b), gelang pucat subapical palpus panjangnya ½ atau lebih dari panjang gelang subapical (b1) (Gambar 7). Nyamuk An. letifer merupakan jenis nyamuk Anopheles yang terbanyak jumlahnya dalam penelitian ini, dan ditemukan secara teratur pada setiap penangkapan, baik di dalam rumah maupun di luar rumah, sedangkan An. nigerrimus dan An. indefinitus hanya ditemukan satu kali pada penangkapan Maret dan April Nyamuk An. letifer lebih banyak menyebar di luar rumah, hal ini dapat dilihat dari kelimpahan nisbi dan frekuensi tertangkap dengan umpan orang dan istirahat.

2 2 b a c b a c Gambar 4 An. letifer (a) palpi, (b) ujung abdomen, (c) tarsi belakang a b c a b c Gambar 5 An. barbirostris (a) palpi, (b) ujung abdomen, (c) sayap

3 3 b a a b Gambar 6 An. nigerrimus (a) tarsi, (b) sayap a b a b b1 Gambar 7 An. indefinitus (a) probosis, (b) palpi Kelimpahan nisbi nyamuk An. letifer di luar rumah (42,65%) dengan frekuensi (0,88). An. barbirostris merupakan jumlah nyamuk terbanyak kedua setelah An. letifer, dengan kelimpahan nisbi dan frekuensi tertangkap di dalam rumah dan di luar rumah tidak jauh berbeda. Kelimpahan nisbi di dalam rumah (8,82%) dengan frekuensi (0,31), dan yang di luar rumah (7,35%) dengan frekuensi (0,56). Nyamuk Anopheles yang sedikit jumlahnya tertangkap adalah

4 4 An. indefinitus dan An. nigerrimus, masing-masing ditemukan satu ekor dengan kelimpahan nisbi (1,47%) di dalam dan di luar rumah (Tabel 1). Berdasarkan nilai dominansi ternyata yang tertinggi adalah An. letifer di luar rumah (37,32%), kemudian An. barbirostris di luar rumah (4,14%), sedangkan An. nigerrimus dan An. indefinitus hanya di temukan satu kali yaitu di dalam rumah dan di luar rumah dengan nilai dominansi masing-masing (0,09%). Hasil penelitian ini jika dikaitkan dengan beberapa pengamatan yang telah dilakukan di pulau Bangka dan pulau yang terdekat, ditemukan keragaman spesies Anopheles yang sama, hal ini dapat disebabkan faktor lingkungan dan habitat yang tidak jauh berbeda. Hasil pengamatan beberapa tempat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ditemukan nyamuk An. letifer di Desa Air Duren Kecamatan Pemali, Kecamatan Gunung Muda, Kecamatan Bakam, Kecamatan Jebus, dan Kecamatan Mentok. Nyamuk An. barbirostis ditemukan di Kecamatan Gunung Muda dan Kecamatan Bakam. Selanjutnya An. nigerrimus ditemukan di Kecamatan Jebus dan Kotamadya Pangkalpinang, sedangkan An. indefinitus baru ditemukan di Kecamatan Pemali. Pulau yang berdekatan dengan Pulau Bangka adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah dilakukan, sedangkan hasil survei di Pulau Lepar ditemukan An. letifer dan An. nigerrimus. Di beberapa kecamatan yang ada di Pulau Bangka belum pernah dilakukan penelitian entomologi, termasuk Desa Riau Kecamatan Riau Silip (Dinkes Kab. Bangka 2010). Tabel 1 Keragaman jenis, kelimpahan nisbi, frekuensi, dan dominansi spesies Anopheles yang tertangkap dengan umpan orang dan istirahat di Desa Riau, Februari-Mei Spesies Di dalam Di luar Anopheles KN (%) Frek Dom (%) KN (%) Frek Dom (%) An. letifer 38,24 0,69 26,29 42,65 0,88 37,32 An. barbirostris 8,82 0,31 2,76 7,35 0,56 4,14 An. nigerrimus 1,47 0,06 0,09 0,00 0,00 0,00 An. indefinitus 0,00 0,00 0,00 1,47 0,06 0,09 Keterangan : KN = Kelimpahan Nisbi, Frek= Frekwensi, Dom = Dominansi

5 5 Hadi et al. (2008) melaporkan bahwa di Kampung Matras Kecamatan Sungailiat ditemukan An. letifer dan An. nigerrimus, begitu pula di Kelurahan Bacang Kotamadya Pangkalpinang, ditemukan satu spesies yang sama yaitu An. nigerrimus, dan satu spesies yang berbeda yaitu An. barbirostris (Qomariah 2004). Nyamuk Anopheles spp. yang terdapat di Pulau Sumatera memiliki keragaman yang tidak jauh berbeda dengan nyamuk Anopheles yang ada di Desa Riau. Sitorus (2005) melaporkan di Desa Tegal Rejo, Kecamatan Belitang, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan ditemukan jumlah An. letifer (3,99%) lebih dominan daripada nyamuk An. barbirostris (0,64%), dan An. nigerrimus (1,80%). Begitu pula di Desa Segara Kembang Kecamatan Lengkiti, Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan ditemukan An. barbirostris dan An. nigerrimus (U din 2005). Selanjutnya dilaporkan bahwa di Desa Pondok Meja, Muaro Duo, Jambi, selain ditemukan An. barbirostris dan An. nigerrimus ditemukan juga An. indefinitus. Nyamuk Anopheles yang paling dominan ditemukan adalah An. barbirostris dengan angka dominansi tertingi di luar rumah (10,18%), sedangkan yang terendah adalah An. tesselatus dengan nilai dominansi di luar rumah (0,01%) (Maloha 2005). Rahmawati (2010) melaporkan bahwa nyamuk Anopheles di Desa Lifuleo, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur ditemukan An. barbirostris lebih banyak dengan metode umpan orang dalam rumah (30,61%) daripada di luar rumah (27,52%), jumlah An. nigerrimus lebih banyak ditemukan di luar rumah (23,49%) daripada di dalam rumah (18,37%), An. indefinitus tidak ada yang ditemukan dengan umpan orang. Sementara An. barbirostris yang ada di Kecamatan Padangcermin Kabupaten Pesawaran merupakan spesies yang sama ditemukan Maloha di Muaro Duo Jambi, dan ditemukan lebih banyak di luar rumah (70,42%) daripada di dalam rumah (29,58%), hal yang sama ditemukan di Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan, An. barbirostris lebih banyak di luar rumah (61,73%) daripada di dalam rumah (3,94%). Nyamuk Anopheles spp. yang ditemukan Safitri (2009) di Kecamatan Padang Cermin Lampung Selatan terdapat jenis nyamuk yang sama

6 6 ditemukan ditempat yang sama, yaitu An. barbirostris dan An. indefinitus (Suwito 2010). Nyamuk Anopheles yang paling sedikit ditemukan ada dua jenis yaitu An. nigerrimus dan An. indefinitus. Boesri (2005) melaporkan bahwa nyamuk An. nigerrimus telah dikonfirmasi sebagai vektor di Sumatera Selatan, dan tidak mempunyai pilihan tertentu tentang sumber darah yang diperlukan, artinya dapat mengisap darah manusia atau hewan. Nyamuk An. indefinitus selama penelitian ditemukan hanya satu ekor dengan umpan orang di luar rumah, kemungkinan besar nyamuk ini memang jarang mengisap darah manusia. Rahmawati (2010) melaporkan di Desa Lifuleo, Kecamatan Kupang Barat, kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur ditemukan An. indefinitus lebih banyak ditemukan dengan perangkap hewan (62,5%) daripada dengan umpan orang dalam rumah (9,09%) dan luar rumah (22,73%). Maloha (2005) melaporkan bahwa An. indefinitus di Desa Pondok Meja, Muaro Duo, Jambi lebih banyak ditemukan pada perangkap cahaya dengan kelimpahan nisbi 1,47% dan umpan hewan dengan kelimpahan nisbi 2,50%, sedangkan dengan umpan orang tidak ada nyamuk yang tertangkap. Garjito et al. (2002) melaporkan hal sama bahwa An. indefinitus lebih banyak ditemukan pada umpan hewan dengan kelimpahan nisbi 22,70% dibandingkan umpan orang dalam rumah (19,77%) dan umpan orang di luar rumah (21,05%). Keragaman dari Anopheles yang diuraikan di atas merupakan ciri dan kemampuan dari beberapa spesies Anopheles dapat berkembangbiak pada tempat yang berbeda tergantung pada karakteristik habitatnya. Hal ini menggambarkan adaptasi yang spesifik dari berbagai spesies Anopheles untuk berkembangbiak. Nyamuk Anopheles spp. yang paling sering tertangkap baik dengan umpan orang maupun istirahat di Desa Riau adalah An. letifer dibandingkan dengan spesies lainnya, hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya kubangan di tempat teduh, agak gelap, dan air tawar merupakan habitat yang disenangi An. letifer. Nyamuk An. letifer di Pulau Bangka ditemukan di beberapa tempat, dan telah dikonfirmasi sebagai vektor malaria di Bangka (Boesri 2007).

7 7 4.2 Perilaku Mengisap Darah Nyamuk Anopheles spp. Nyamuk An. letifer ditemukan dengan kepadatan tertinggi dibandingkan dengan nyamuk Anopheles lainnya. Rata-rata kepadatan nyamuk di dalam rumah dan di luar rumah tidak berbeda secara signifikan, di dalam rumah 0,12 nyamuk/orang/jam, sedangkan di luar rumah 0,13 nyamuk/orang/jam (Tabel 3). An. letifer ditemukan paling padat pada bulan April di luar rumah (0,31 nyamuk/orang/jam). Kepadatan An. letifer pada bulan ini disebabkan indeks curah hujan yang tinggi pada minggu kedua (112,43 mm) sehingga banyak habitat yang tidak menyusut dan kering. Dari Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku nyamuk An. letifer mencari darah cenderung bersifat eksofagik. Nyamuk Anopheles yang ditemukan selain An. letifer adalah An. barbirostris. Rata-rata kepadatan nyamuk An. barbirostris di dalam dan di luar rumah menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan, kepadatan di dalam rumah 0,03 nyamuk/orang/jam, sedangkan di luar rumah 0,02 nyamuk/orang/jam. Hal ini belum dapat menyimpulkan perilaku mengisap darah An. barbirostris. Namun demikian, kepadatan An. barbirostris pada bulan Februari dan Maret menunjukkan lebih tinggi di dalam rumah (0,06 nyamuk/orang/jam) daripada di luar rumah (0,04 nyamuk/orang/jam), maka dapat disimpulkan bahwa perilaku An. barbirostris mencari darah cenderung bersifat endofagik. Nyamuk Anopheles spp. yang ditemukan di Desa Riau, terdapat kesamaan dan perbedaan perilaku mengisap darah di beberapa tempat. Juliawaty (2008) melaporkan bahwa An. letifer di Palangka Raya, Kalimantan Tengah paling banyak ditemukan di dalam maupun di luar rumah pada bulan Februari, dan perilaku mengisap darah cenderung bersifat eksofagik dan antropofilik. Tabel 2 Rataan kepadatan nyamuk Anopheles spp. yang mengisap darah per orang per jam (Man Hour density) di Desa Riau, Februari-Mei Spesies Anopheles Februari Maret April Mei Rata-rata UD UL UD UL UD UL UD UL UD UL An. letifer An.barbirostris An.nigerrimus An.indefinitus Keterangan : UD= Umpan orang dalam rumah, UL= Umpan orang luar rumah

8 8 Noor (2002) melaporkan bahwa An. barbirostris di Desa Sedayu, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah cenderung bersifat endofagik karena lebih banyak mengisap darah orang di dalam rumah (0,036 nyamuk/orang/jam) daripada di luar rumah (0,015 nyamuk/orang/jam). Hal yang berbeda ditemukan di Kecamatan Lengkong, Sukabumi, bahwa An. barbirostris cenderung bersifat eksofagik karena lebih banyak ditemukan mengisap darah di luar rumah (21,67 nyamuk/orang/jam) daripada di dalam rumah (6,50 nyamuk/orang/jam) (Munif et al. 2007). Hal yang sama ditemukan di Desa Alat Hantakan Kalimantan Selatan, bahwa An. barbirostris cenderung bersifat eksofagik karena lebih banyak mengisap darah di luar rumah (0,34 nyamuk/orang/jam) daripada di dalam rumah (0,07 nyamuk/orang/jam) (Salam 2005). Perilaku An. nigerrimus mengisap darah tidak dapat diketahui karena selama penangkapan tidak ada yang ditemukan, baik yang di dalam rumah maupun di luar rumah. Namun demikian, informasi mengenai perilaku mengisap darah An. nigerrimus dari hasil penelitian yang telah dilakukan di tempat lain perlu diketahui. Jastal (2005) menyatakan bahwa An. nigerrimus di Desa Tongoa, Donggala, Sulawesi Tengah cenderung bersifat eksofagik karena lebih banyak ditemukan di luar rumah (8,6 nyamuk/orang/jam) daripada di dalam rumah (5,1 nyamuk/orang/jam), dan An. nigerrimus cenderung menunjukkan perilaku zoofilik daripada antropofilik, karena dari hasil penangkapan nyamuk dewasa lebih banyak ditemukan mengisap darah hewan (112 nyamuk/bulan) daripada darah manusia (6,85 nyamuk/bulan). Nyamuk An. indefinitus di Desa Riau ditemukan hanya satu kali pada bulan Maret dan menggigit di luar rumah (0,02 nyamuk/orang/jam). Hasil penelitian ini belum dapat disimpulkan bahwa An. indefinitus lebih padat di luar rumah dan bersifat eksofagik, karena nyamuk ini hanya ditemukan satu ekor. Kemungkinan nyamuk An. indefinitus jarang menggigit orang, seperti yang ditemukan di Desa Lufileo Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, bahwa An. indefinitus merupakan spesies yang jarang ditemukan menggigit orang (Rahmawati 2010). Hal yang sama ditemukan di di Desa Pondok Meja, Muaro Duo, Jambi bahwa An. indefinitus tidak ditemukan dengan menggunakan umpan

9 9 orang, dan hanya ditemukan dengan perangkap cahaya dan umpan hewan (Maloha 2005). Namun, kemungkinan juga An. indefinitus cenderung bersifat eksofagik karena di Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, ditemukan An. indefinitus cenderung bersifat eksofagik (Hasan 2006). 4.3 Perilaku Istirahat Nyamuk Anopheles spp. Gambaran nyamuk Anopheles spp. yang istirahat per orang per jam di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip disajikan pada Tabel 3. An. letifer yang tertangkap istirahat di dalam dan di luar rumah mulai ditemukan pada bulan Maret dengan kepadatan 0,16 dan 0,08 nyamuk/orang/jam, dengan kepadatan tertinggi terjadi pada bulan April di luar rumah (0,24 nyamuk/orang/jam). Rata-rata kepadatan An. letifer lebih padat di luar rumah (0,08 nyamuk/orang/jam) daripada di dalam rumah (0,04 nyamuk/orang/jam). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kebiasaan nyamuk An. Letifer mencari tempat istirahat cenderung bersifat eksofilik. Hasil penelitian ini berbeda dengan yang ditemukan di sekitar Pusat Reintroduksi orangutan Nyaru Menteng, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, karena perilaku istirahat An. letifer cenderung bersifat endofilik (Juliawaty 2005). Jenis nyamuk lain yang ditemukan pada saat istirahat adalah An. nigerrimus walaupun dalam jumlah yang sedikit, bahkan pada bulan Februari dan bulan Maret tidak ditemukan. Pada bulan April baru ditemukan di dalam rumah satu kali dengan kepadatan 0,08 nyamuk/orang/jam, pada bulan Mei tidak ditemukan lagi, maka belum dapat disimpulkan perilaku istirahat nyamuk ini. Tabel 3 Rataan kepadatan nyamuk Anopheles spp. istirahat di Desa Riau Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011 Spesies Anopheles Februari Maret April Mei Rata-rata Dd Dl Dd Dl Dd Dl Dd Dl Dd Dl An. letifer 0 0 0,16 0,08 0 0, An. barbirostris An. nigerrimus , An. indefinitus Keterangan : Dd=Dinding Dalam, Dl=Dinding Luar

10 10 Walaupun demikian, dari hasil penelitian ditempat lain dapat diketahui bahwa An. nigerrimus mencari tempat istirahat cenderung eksofilik, seperti yang ditemukan di Desa Pondok Meja, Jambi Luar Kota, Muaro Jambi, Jambi, dapat diketahui bahwa nyamuk ini cenderung bersifat eksofilik (Maloha 2005). An. barbirostris dan An. indefinitus tidak diketahui perilaku istirahatnya karena dari penangkapan nyamuk istirahat tidak ditemukan selama empat bulan di dalam dan di luar rumah. Namun, dari hasil penelitian Rianti (2002) di Desa Sedayu, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, dapat diketahui bahwa perilaku An. barbirostris mencari tempat istirahat cenderung bersifat eksofilik. An. barbirostris, An. nigerrimus, dan An. indefinitus selama penangkapan nyamuk istirahat ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit, bahkan ada yang tidak ditemukan, maka untuk dapat menyimpulkan nyamuk di Desa Riau bersifat endofagik atau eksofagik, endofilik atau eksofilik perlu dilakukan penelitian yang lebih lama. 4.4 Hubungan MBR Anopheles spp. Dengan Kasus Malaria Data angka kesakitan malaria dari Puskesmas Riau Silip, Kabupaten Bangka dari Bulan Februari sampai Mei 2011 di ambil berdasarkan MoMI (monthly malaria incidence) dan MoPI (monthly parasite incidence). Pengertian MoMI adalah angka kesakitan malaria berdasarkan gejala klinis per 1000 penduduk dalam satu bulan dan di satu lokasi yang sama yang dinyatakan dalam (permil). MoPI adalah berdasarkan angka yang diperoleh dari sediaan ulas darah yang positif mengandung Plasmodium dalam satu bulan di satu wilayah dibandingkan terhadap jumlah penduduk berisiko pada bulan yang sama, dan dinyatakan dalam (permil) (Ditjen PP&PL 2009). Kasus penyakit malaria di Desa Riau Kecamatan Riau Silip berdasarkan MoMI dari bulan Februari hingga April 2011 berturut-turut adalah 4,26, 6,17, 6,75, dan 6,05. Berdasarkan MoPI tidak ada kasus penyakit malaria yang ditemukan hingga bulan April, kemudian pada bulan Mei baru ditemukan dua kasus (Tabel 4).

11 11 Tabel 4 Data kasus penyakit malaria di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011 Bulan MK MoMI ( ) Positif > 15 bln thn Thn Thn Thn L P L P L P L P L P L P Februari 12 4, Maret 11 6, April 19 6, Jml MoPI ( ) Mei 14 6, ,28 Keterangan: MK= Malaria klinis, MOMI =Data kasus malaria dengan gejala klinis perbulan ( ) MOPI =Data kasus malaria dengan pemeriksaan mikroskopis perbulan ( ). Angka kesakitan malaria klinis berdasarkan MoMI mengalami peningkatan dari bulan Februari (4,26 ) menjadi (6,17 ) kemudian meningkat (6,75 ) di bulan April, dan kembali turun pada Bulan Mei (6,05 ). Kasus penyakit positif malaria dengan pemeriksaan mikroskop (MoPI) ditemukan bulan Mei pada anak-anak usia 6,3 tahun dan remaja usia 14,7 tahun disaat kepadatan An. letifer menurun (0,05 nyamuk/orang/malam). Malaria terjadi sebagai interaksi antara penderita, parasit Plasmodium, lingkungan dan adanya vektor (nyamuk Anopheles spp.). Hasil pemeriksaan mikroskopis selama tiga bulan penelitian (Februari-Mei 2011) terhadap penderita demam tidak ditemukan Plasmodium positif. Penderita malaria dengan positif Plasmodium baru ditemukan dua orang pada bulan Mei, yaitu Plasmodium falcifarum dan Plasmodium tertiana. Jenis nyamuk yang diduga sebagai vektor malaria di Desa Riau adalah An. letifer bila dilihat dari kepadatannya yang diukur dengan angka MBR (Tabel 5). Hubungan antara kasus malaria selama empat bulan (MoPI) dengan kepadatan MBR An. letifer selama empat bulan di sajikan pada Gambar 8. Hubungan kepadatan An. letifer dengan angka kesakitan malaria menunjukan grafik yang berbanding terbalik. Pada saat kepadatan An. letifer meningkat pada bulan Februari-April, maka kasus penyakit berdasarkan MoPI tidak ada yang ditemukan. Tetapi ketika kepadatan nyamuk menurun (0,02 nyamuk/orang/jam) pada bulan Mei, maka kasus penyakit malaria dengan pemeriksaan laboratorium baru ditemukan (14,28 ).

12 12 Tabel 5 Rataan kepadatan nyamuk Anopheles spp. mengisap darah orang per malam (MBR) di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011 An. nigerrimus An. indefinitus Rataan UOD UOL UOD UOL UOD UOL UOD UOL MBR Februari 0,02 0,01 0,03 0, ,02 Maret 0,09 0,06 0, ,01 0,05 April 0,11 0, ,07 Mei 0,02 0, ,01 Rataan MBR 0,06 0,07 0,01 0, ,01 0,15 Keterangan : UOD=Umpan Orang dalam, UOL=Umpan Orang Luar Rataan MBR (/orang/malam) KepadatannyamukAn.letifer (nyamuk/orang/malam) 0,12 0,1 0,08 0,06 0,04 0,02 0 Februari Maret April Mei An.letifer 0,02 0,09 0,11 0,02 MoPI , AngkaMoPI Gambar 8 Hubungan angka kesakitan malaria bulanan (MoPI) dengan kepadatan nyamuk An. letifer (MBR) di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka, Februari-Mei 2011 Hasil perhitungan korelasi pearson antara kepadatan (MBR) An. letifer dengan kasus malaria berdasarkan MoPI pada bulan Februari-Mei 2011 diperoleh nilai r = -0,57, hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang tidak cukup erat antara kepadatan nyamuk An. letifer dengan kasus malaria. Oleh karenanya kasus malaria di Desa Riau belum tentu disebabkan oleh An. letifer walaupun telah dikonfirmasi sebagai vektor penularan malaria di Bangka (Boesri 2007).

13 13 Jarak antara kepadatan tertinggi An. letifer mengisap darah pada bulan April dengan munculnya kasus malaria pada bulan Mei menunjukkan masa inkubasi intrinsik dari penyakit malaria. Masa inkubasi intrinsik adalah mulai masuknya sporozoit kedalam tubuh manusia hingga timbul gejala demam, yaitu selama 8-37 hari (Muklis 2011). 4.5 Hubungan MBR Nyamuk Anopheles spp. Dengan ICH Curah hujan di Desa Riau Kecamatan Riau Silip bulan (Februari-Mei) berkisar antara 43,7-157,4 mm/bulan, dan pada bulan April curah hujan tertinggi mencapai 157,4 mm/bulan dan mengalami penurunan pada bulan Mei menjadi 154,2 mm/bulan hingga 39,4 mm/bulan. Jumlah hari hujan pada bulan Februari, Maret, April dan Mei masing-masing adalah 15 hari hujan, 23 hari hujan, 20 hari hujan dan 19 hari hujan. Jumlah indeks curah hujan dari bulan Februari-Mei 2011 mengalami fluktuasi, pada bulan Februari (166 mm/bulan), kemudian naik (169,5 mm/bulan) selanjutnya naik lagi (249,3 mm/bulan), dan pada bulan Mei turun (210,8 mm/bulan) (BMKG Pangkalpinang, 2011). Selama penelitian berlangsung (Februari-Mei 2011) keadaan indeks curah hujan dari awal sampai akhir penelitian sangat fluktuatif. Indeks curah hujan tertinggi terjadi pada minggu ke sepuluh penangkapan (112,43 mm/bulan) dan terendah pada minggu ke limabelas (16,89 mm/bulan) (Lampiran 2). Indeks curah hujan sangat mempengaruhi keberadaan habitat perkembangbiakan larva nyamuk Anopheles. Indeks curah hujan mempengaruhi kepadatan nyamuk An. Letifer dan An. Barbirostris yang diduga dapat menularkan penyakit malaria di Desa Riau. Selama penelitian berlangsung (Februari-Mei 2011) keadaan indeks curah hujan sangat fluktuatif, demikian juga kepadatan nyamuk Anopheles spp. (Gambar 9). Indeks curah hujan pada bulan Februari menurun (166 mm/bulan) maka kepadatan nyamuk Anopheles spp. yang ditemukan mengisap darah orang juga menurun (0,02 nyamuk/orang/jam). Demikian pula pada bulan Maret, indeks curah hujan (169,53 mm/bulan) tidak jauh berbeda dengan bulan Februari, maka kepadatan nyamuk Anopheles spp. ikut naik (0,05 nyamuk/orang/jam).

14 14 0,1 300 MBR(/orang/malam) 0,09 0,08 0,07 0,06 0,05 0,04 0,03 0,02 0, Indekcurahhujan(mm) 0 Februari Maret April Mei 0 ICH 166,02 169,53 249,34 210,78 MBR 0,02 0,05 0,07 0,01 Gambar 9 Hubungan indeks curah hujan (mm/bulan) dengan kepadatan nyamuk Anopheles spp. (MBR) di Desa Riau Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka, Februari-Mei Kepadatan nyamuk Anopheles spp. ditemukan paling tinggi pada bulan Maret dan April (0,05 dan 0,07 /orang/malam), sedangkan pada bulan Mei indeks curah hujan menurun diiringi menurunnya kepadatan nyamuk Anopheles spp. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukan hubungan yang tidak erat (r = 0,47)), dan didapatkan nilai koefisien determinasi (R² = 0,22), artinya pengaruh indeks curah hujan terhadap kepadatan nyamuk Anopheles yang ada di Desa Riau hanya sebesar 22%. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Rahmawati (2010) di Desa Lifuleo, hubungan antara curah hujan dengan kepadatan Anopheles berbanding lurus, artinya curah hujan tinggi diikuti meningkatnya kepadatan nyamuk Anopheles spp. Sementara di Kabupaten Rajabasa dan Pesawaran Lampung Selatan dilaporkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara indeks curah hujan dengan jumlah An. sundaicus hinggap di badan per orang per malam (Suwito 2010). Keadaan yang berbeda terjadi di Desa Tongoa, Donggala, Sulawesi Tengah, curah hujan kurang mempengaruhi angka kepadatan An. barbirostris dan An. nigerrimus,tetapi kepadatan nyamuk Anopheles dipengaruhi oleh pertumbuhan padi, dimana pada saat padi membutuhkan air, kepadatan

15 15 nyamuk juga meningkat dan saat musim panen atau mengolah sawah, kepadatan nyamuk juga menurun (Jastal 2005). 4.6 Aktivitas Mengisap Darah Pada Malam Hari Nyamuk Anopheles mempunyai aktivitas mengisap darah pada malam hari (nokturnal) dan mempunyai fluktuasi aktivitas mengisap darah pada jam-jam tertentu. Nyamuk Anopheles spp. yang berhasil ditangkap dengan umpan orang setiap jam selama 12 jam menunjukan fluktuasi aktivitas mengisap darah nyamuk An. letifer dan An. barbirostris, karena kedua spesies nyamuk merupakan yang paling sering ditemukan selama penangkapan mulai bulan Februari hingga Mei 2011 (Gambar 10 dan 11). Di dalam rumah, aktivitas mengisap darah An. letifer menunjukkan fluktuasi secara teratur, dan mengisap darah sepanjang malam, mulai mengisap darah pukul hingga WIB. Puncak kepadatan mengisap darah An. letifer terjadi pada pukul WIB di saat orang berkumpul di ruang keluarga. Aktivitas mengisap darah di dalam rumah terjadi lagi pada waktu orang sedang istirahat tidur ( WIB). KepadatannyamukAnopheles (nyamuk/orang/jam) 0,18 0,16 0,14 0,12 0,1 0,08 0,06 0,04 0, An.letifer 0,02 0 0,06 0 0,17 0,06 0,06 0,02 0 0,04 0,06 0,02 An.barbirostris ,02 0,02 0,04 0, An.indefinitus , Gambar 10 Rata-rata kepadatan nyamuk Anopheles spp. yang tertangkap dengan umpan orang dalam rumah per orang per jam di Desa Riau Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011.

16 16 Nyamuk An. barbirostris mulai aktif mengisap darah di dalam rumah mulai pukul WIB hingga pukul WIB, dan puncak mengisap darah terjadi lagi pada pukul WIB, pada waktu penduduk sudah istirahat tidur. Selama penelitian nyamuk An. indefinitus hanya ditemukan satu kali pada pukul WIB, sedangkan nyamuk An. nigerrimus tidak ada yang ditemukan. Aktivitas mengisap darah An. letifer di Desa Riau menunjukkan persamaan waktu mengisap darah pada beberapa tempat. Friaraiyatini et al. (2006) melaporkan bahwa A. letifer di Desa Sedayu, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, jawa Tengah, aktivitas mengisap darah mulai pukul WIB, dan puncaknya pada pukul 22.00WIB. Keadaan yang tidak jauh berbeda di Kampung Bongor, Grik yang terletak di bagian timur barat Hulu Perak, Malaysia, bahwa aktivitas mengisap darah An. letifer sejam selepas senja dan meningkat setelah dua jam (Yee 2008). An. letifer di Desa Alat Hantakan, Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan ditemukan di dalam rumah dengan aktivitas mengisap darah sepanjang malam dari pukul hingga pukul pagi (Salam 2005). Nyamuk Anopheles yang menunjukkan aktivitas mengisap darah di dalam rumah selain An. letifer adalah A. barbirostris, dan ditemukan mengisap darah sepanjang malam. Hal ini tidak berbeda dengan aktivitas mengisap darah An. barbirostris di Desa Tongoa, Donggala, Sulawesi Tengah, ditemukan sepanjang malam dari pukul baik di dalam maupun di luar rumah, dan puncak kepadatan mengisap darah di dalam rumah terjadi pada pukul (Jastal 2005). Nyamuk An. indefinitus tidak menampakan fluktuasi aktivitas mengisap darah karena nyamuk yang tertangkap hanya satu ekor di dalam rumah selama empat bulan penangkapan (Tabel 2). Hasil penelitian di tempat lain merupakan informasi yang dapat menjelaskan perilaku aktivitas mengisap darah nyamuk An. nigerrimus. Jastal (2005) menyatakan bahwa aktivitas mengisap darah An. nigerrimus berfluktuasi dari pukul , dan puncak mengisap darah di dalam rumah pada pukul Di Sulawesi Tengah nyamuk ini belum dikonfirmasi sebagai vektor penyakit malaria.

17 17 KepadatannyamukAnopheles (nyamuk/orang/jam) 0,09 0,08 0,07 0,06 0,05 0,04 0,03 0,02 0, An.letifer 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 An.barbirostris 0 0 0,0 0,0 0 0, ,0 0 Gambar 11 Rata-rata kepadatan nyamuk Anopheles spp. yang tertangkap dengan umpan orang luar rumah pada jam WIB di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011 Di luar rumah, aktivitas mengisap darah nyamuk An. letifer di Desa Riau mulai menjelang senja ( WIB), pada waktu orang berkumpul di teras rumah. Kebiasaan masyarakat di desa Riau setelah sholat atau setelah makan malam duduk santai di teras rumah. Puncak mengisap darah di luar rumah pada waktu menjelang malam ( WIB), dan aktivitas mengisap darah mulai menurun menjelang pagi. Kemudian aktivitas mengisap darah An. barbirostris mulai di luar rumah menjelang malam dan berakhir tengah malam, yaitu dari pukul sampai WIB, dan puncak mengisap darah pada pukul WIB (Gambar 6). Aktivitas nyamuk Anopheles spp. mengisap darah menunjukkan waktu dan puncak mengisap darah yang bervariasi pada beberapa tempat. Jastal (2005) melaporkan bahwa aktiviats mengisap darah An. barbirostris di Desa Tongoa, Donggala, Sulawesi Tengah dari pukul WITA dengan puncak kepadatan mengisap darah di luar rumah terjadi pada pukul WITA. Sementara di Desa Segara kembang, Kecamatan Lengkiti, Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, ditemukan An. barbirostris mulai mengisap darah di luar rumah mulai pukul WIB, dan puncak mengisap darah terjadi pada pukul WIB (U din 2005). Selanjutnya di Kecamatan Lengkong, Sukabumi

18 18 ditemukan An. Barbirostris mengisap darah sepanjang malam, dan terdapat dua kali puncak mengisap darah, yaitu pukul dan pukul WIB (Munif et al. 2007). Fluktuasi aktivitas mengisap darah nyamuk Anopheles di Desa Riau menunjukan perbedaan puncak mengisap darah, hal ini dapat di pengaruhi iklim, seperti angin dan curah hujan. Dari beberapa kali penangkapan yang dilakukan tidak ada terasa angin pada waktu menjelang malam, tetapi pada waktu menjelang tengah malam hingga menjelang fajar terasa angin semilir. Kemudian curah hujan selama empat bulan termasuk tinggi karena hampir setiap hari hujan. Munif et al. (2007) menyatakan bahwa puncak aktivitas mengisap darah nyamuk Anopheles pertama kali sebelum tengah malam dan menjelang pagi, keadaan ini dapat berubah karena adanya pengaruh suhu, kelembaban udara dan angin yang dapat menyebabkan bertambah dan berkurangnya kehadiran nyamuk di suatu tempat. 4.7 Karakteristik Habitat Larva Anopheles spp Jenis Habitat Potensial Jenis habitat potensial perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp. yang di temukan di Desa Riau Kecamatan Riau Silip sebanyak 24 titik yang terdiri dari 7 jenis habitat (Tabel 6), dan tersebar di empat dusun, yaitu sembilan titik di Dusun Riau, lima titik di Dusun Simpang Lumut, Empat titik di Dusun Sinar Gunung, dan enam titik di Dusun Tirus (Tabel 7). Selama pengamatan empat bulan, hanya satu habitat potensial yang positif ditemukan larva Anopheles dengan kepadatan 0,01 larva/cidukan, sedangkan 23 habitat tidak ditemukan larva Anopheles spp. Keberadaan predator pada suatu habitat dapat mengurangi populasi nyamuk. Predator yang ditemukan pada sebagian habitat terdiri atas berudu dan ikan, maka hal ini merupakan salah satu penyebab sulitnya menemukan larva Anopheles spp. Juliawati (2008) melaporkan di sekitar pusat Reintroduksi orangutan nyaru Menteng, Palangkaraya, Kalimantan Tengah tidak ditemukan larva Anopheles spp. dari 13 titik pengamatan habitat perkembangbiakan larva Anopheles spp.

19 19 Tabel 6 Jenis habitat potensial perkembangbiakan larva Anopheles spp. di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011 Jenis Habitat Jumlah Habitat Kepadatan Persentase Positif (larva/cidukan) Parit Kubangan 8 1 0, Rawa-rawa Sumur Kolong Kubakan Kolam Jumlah , Larva Anopheles yang ditemukan pada habitat kubangan di Dusun Tirus, kemudian di pelihara, dan setelah menjadi nyamuk Anopheles dewasa di identifikasi dengan kunci identifikasi nyamuk dewasa Sumatera dan Kalimantan oleh O Connor dan Soepanto (Ditjen PP & PL 2000). Hasil identifikasi menunjukan bahwa larva yang ditemukan adalah nyamuk An. letifer. Jenis-jenis habitat yang ditemukan di Desa Riau dari bulan Februari hingga Mei 2011 dapat dijelaskan sebagai berikut : Parit Parit merupakan lahan basah buatan berupa perairan mengalir. Selain istilah parit, istilah selokan juga kadang digunakan untuk menyebut perairan mengalir buatan berukuran kecil (Puspita et al. 2005). Pengamatan larva selama empat bulan tidak ditemukan larva Anopheles. Pengukuran karakteristik habitat didapatkan kisaran suhu 27-28ºC, ph 6,9-7,1, salinitas 0, kekeruhan 6-12 NTU, dasar parit berupa lumpur dan pasir, kedalaman parit mencapai 5-20 cm, tidak terdapat tanaman air, terdapat berudu dan ikan yang berpotensi sebagai predator larva nyamuk (Gambar 12). Parit merupakan habitat potensial larva Anopheles spp. seperti di Desa Doro Kabupaten Maluku Selatan ditemukan An. farauti, An. punctulatus, dan An. vagus (Mulyadi 2010).

20 20 a) Parit 1 b) Parit 2 c) Parit 3 d) Parit 4 e) Parit 5 f) Parit 6 g) Parit 7 Gambar 12 Parit merupakan habitat potensial perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp. di Desa Riau Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011 Di Kecamatan Padangcermin dan Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan, parit merupakan habitat nyamuk Anopheles spp. (Suwito 2010), demikian juga di lembah Artibonite Haiti (Caillouet et al. 2007) Kubangan Kubangan adalah lekukan pada daratan yang berisi air bercampur lumpur (Poerwadarminta 2006).

21 21 a) Kubangan 1 b) Kubangan 2 c) Kubangan 3 d) Kubangan 4 e) Kubangan 5 f) Kubangan 6 g) Kubangan 7 h) Kubangan 8 Gambar 13 Kubangan merupakan habitat potensial perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp. di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011 Kubangan yang ditemukan sebanyak 8 habitat, dan hanya satu habitat yang positif dengan kepadatan 0,01 larva/cidukan. Karakteristik habitat yang diamati ph 6,0-6,7, suhu 24-27ºC, salinitas 0, kekeruhan 6-41 NTU, dasar habitat lumpur, kedalaman 5-27 cm, tidak terdapat tanaman air, dan terdapat ikan kepala timah dan berudu (Gambar 13). Sekitar kubangan terdapat tanaman peneduh, karena tumbuhan yang ada ditempat perindukan nyamuk merupakan tempat berlindung bagi larva, dan dapat dijadikan nyamuk dewasa sebagai naungan Russel et al. (1963).

22 22 Habitat yang disenangi larva Anopheles spp. bervariasi, seperti di Desa Doro ditemukan An. farauti dan An. vagus pada habitat kubangan (Mulyadi 2010). Begitu pula An. vagus dan An. barbirostris ditemukan di Rajabasa dan Padangcermin, Lampung Selatan pada habitat kubangan (Suwito 2010) Rawa-rawa Rawa-rawa adalah tanah rendah yang selalu tergenang air karena tidak ada pelepasan air (drainase) (Click 2011). Rawa-rawa di Desa Riau merupakan genangan air yang luas dan terdapat vegetasi seperti rumput air, kerapatan rumput air yang tinggi, dan tidak mengalir (Gambar 14). Karakteristik habitat terdiri atas ph 6,3-6,4, suhu 28ºC, salinitas 0, kekeruhan 6-14 NTU, kedalaman air pada bagian pinggir cm, dasar habitat tanah liat, terdapat tanaman rumput, dan ditemukan ikan. Larva Anopheles tidak ditemukan, tetapi habitat rawa-rawa merupakan habitat potensial tempat perkembangbiakan larva Anopheles spp. (Gambar 14). Mulyadi (2010) melaporkan bahwa An. farauti di desa Doro ditemukan pada rawa-rawa. Sementara nyamuk Anopheles spp. yang ditemukan di Kecamatan Rajabasa lampung selatan dan Kecamatan Padangcermin Pesawaran pada rawa-rawa lebih beragam. Gambar 14 Rawa-rawa merupakan habitat potensial perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp. di Desa Riau Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011

23 23 Di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan ditemukan An. sundaicus, An. barbirostris, An. subpictus, An. vagus, dan An. aconitus, sedangkan di Kecamatan Padangcermin Pesawaran ditemukan An. sundaicus, An. vagus, dan An. subpictus (Suwito 2010). Demikian juga larva Anopheles spp. di Kenya ditemukan pada rawa-rawa (Mwangangi et al. 2007) Sumur Sumur adalah lubang yang sengaja dibuat menembus lapisan tanah untuk memperoleh air, minyak, atau gas (Poerwadarminta, 2006). Sumur yang ditemukan di Desa Riau tidak digunakan/dimanfaatkan lagi, sumur pertama terletak di areal perkebunan dan dibawah pohon jambu, maka banyak jambu dan ranting busuk di dalam sumur, sedangkan sumur kedua terletak di areal terbuka dan di kelilingi tanaman rumput (Gambar 15). Air sumur bersuhu 24-25ºC, salinitas 0, ph 5,4-6,1, kekeruhan 2 NTU, dasar sumur berupa tanah liat dan pasir, kedalaman 2-2,5 meter, tidak terdapat tanaman air, dan terdapat ikan. Larva Anopheles spp. tidak ditemukan, namun merupakan habitat potensial karena sudah tidak digunakan/dimanfaatkan lagi (Gambar 15). a) Sumur 1 b) Sumur 2 Gambar 15 Sumur merupakan habitat potensial perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp. di Desa Riau Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011

24 24 Mulyadi (2010) menyatakan bahwa larva An. farauti di Desa Doro Halmahera Selatan ditemukan pada sumur yang sudah tidak digunakan lagi dengan kepadatan rata-rata 1,7 larva/cidukan, terdapat ganggang hijau, kedalaman cm, dasar pasir dan dinding terbuat dari semen. Sementara itu, Suwito (2010) melaporkan bahwa An. sundaicus, An. annularis, An. vagus, dan An. kochi di Kecamatan Rajabasa dan Padangcermin dapat hidup dan berkembang di dalam sumur Kolong Kolam/danau bekas penambangan (dikenal dengan sebutan kolong) adalah perairan/badan air yang terbentuk dari lahan bekas penambangan bahan galian (Wardoyo dan Ismail 1998 dalam Puspita et al. 2005). Gambar pertama dan kedua bekas tambang timah yang sudah lama sehingga banyak di tumbuhi semak belukar di sekelilingnya, dan gambar kolong tiga merupakan kolong yang baru di tinggalkan sehingga masih meninggalkan warna air keruh berwarna putih (Gambar 16). Kolong berisi air dengan ph 6,4-7,3, suhu 26-27ºC, salinitas 0, kekeruhan NTU, dasar kolong berupa lumpur dan pasir, kedalaman air dapat mencapai 10 meter, terdapat tanaman rumput, juga terdapat ikan dan berudu. Dari tiga kolong yang diamati tidak ditemukan larva Anopheles. a) Kolong 1 b) Kolong 2 c) Kolong 3 Gambar 16 Kolong merupakan habitat potensial perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp. di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011

25 25 Qomariah (2004) melaporkan bahwa An. philippinensis, An. peditaeniatus, An. barbirostris dan An. nigerrimus ditemukan dari pencidukan larva pada Kolong Ijo, Kelurahan Bacang, Kotamadya Pangkalpinang Kobakan Kobakan adalah lubang kecil di tanah yang berisi air sehabis hujan (Poerwadarminta, 2006). Kobakan di Desa Riau merupakan lobang kecil/lekuk pada tanah berukuran sempit (kurang dari 1 m ²), hanya berisi air pada waktu hujan dan tidak permanen (Gambar 17). Selama pengamatan tidak ada ditemukan larva Anopheles spp. Hal ini kemungkinan disebabkan air kobakan berwarna merah keruh, dan pada kobakan kedua terdapat predator berudu. Habitat kobakan di Desa Riau tidak ditemukan larva Anopheles. Kobakan terletak pada areal terbuka dengan kedalaman 6-8 cm, suhu 27 C, ph 5-6,6, salinitas 0, dasar kobakan berupa pasir, kekeruhan 2-14 NTU, tidak terdapat tanaman air, dan terdapat berudu. Larva Anopheles spp. di beberapa tempat ditemukan di air jernih dan keruh (Gambar 17). Larva An. sundaicus, An. barbirostris dan An.vagus di Daerah pantai Banyuwangi, Jawa Timur ditemukan pada air keruh dengan kedalaman air 50 cm, dan larva An. barbirostris dan An. sundaicus terdapat pada habitat kobakan (Shinta et al. 2003). a) Kobakan 1 b) Kobakan 2 Gambar 17 Kobakan merupakan habitat potensial perkembangbiakann nyamuk Anopheles spp. di Desa Riau Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011

26 26 Adapun larva An. farauti, An. punctulatus, An. vagus dan An. kochi di Desa Doro, Halmahera Selatan, Maluku Utara, ditemukan pada kobakan dengan kedalaman berkisar antara 5-10 Cm, air tidak mengalir, warna air jernih dan keruh (Mulyadi 2010) Kolam Kolam merupakan lahan yang dibuat untuk menampung air dalam jumlah tertentu sehingga dapat dipergunakan pemeliharaan ikan dan hewan air lainnya (Susanto 1992 di dalam Puspita et al. 2005). Kolam terdapat di depan rumah penduduk dengan jarak sekitar 300 meter, jarang dibersihkan dan di dalamnya terdapat berudu. Pada kolam seluas 1m² terdapat tanaman teratai, ph air berkisar antara 6,2-6,4, suhu 25-27ºC, salinitas 0, kekeruhan NTU, dasar kolam berupa tanah dan pasir, kedalaman cm, terdapat berudu (Gambar 18). Larva Anopheles spp. tidak ditemukan larva Anopheles selama empat bulan (Februari-Mei 2011) (Gambar 18). Sitorus (2005) melaporkan bahwa larva An. barbirostris yang didapat selama penelitian (April 2004-Desember 2005) di Desa Tegal Rejo, Kecamatan Belitang, Kabupaten OKU, ditemukan pada kolam dengan kepadatan 0,045 larva/cidukan. Larva Anopheles spp. di Kenya juga ditemukan pada tipe habitat kolam (Mwangangi et al. 2007). Habitat larva Anopheles yang ditemukan di Korea Selatan ada 51 buah yang dikelompokkan dalam 12 tipe habitat, pada habitat kolam yang berjumlah lima buah ditemukan larva 10% di Provinsi Chungcheongnam dan Jeju Korea Selatan (Rueda et al. 2006). Gambar 18 Kolam merupakan habitat potensial perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp. di Desa Riau Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011

27 Pengukuran Karakteristik Fisik, Kimia dan Biologi Habitat Potensial Perkembangbiakan Larva Anopheles spp. Pengukuran karakteristik habitat potensial perkembangbiakan Anopheles dilakukan satu bulan sekali, sehingga didapatkan data yang jelas tentang karakteristik habitat larva dan habitat potensial perkembangbiakan larva Anopheles spp. (Lampiran 1). Selama pengamatan ditemukan larva Anopheles hanya pada satu habitat yaitu habitat kubangan. Sedangkan 23 titik habitat yang dilakukan pengamatan selama empat bulan tidak ditemukan larva Anopheles spp. Hal ini disebabkan banyak faktor yang mempengaruhi, seperti adanya predator, tambang timah rakyat yang masih aktif, dan curah hujan. Hasil pengukuran karakteristik habitat potensial perkembangbiakan larva Anopheles yang potisif disajikan pada Tabel Suhu Air Suhu air habitat perkembangbiakan An. letifer dari bulan Februari sampai Mei tidak mengalami perubahan (24⁰C), dan suhu ini masih dalam batas suhu optimum untuk perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp., yaitu 23⁰C-27⁰C (WHO 1982 di dalam Mulyadi 2010). Beberapa tempat menunjukan larva Anopheles spp. dapat hidup dan berkembangbiak pada suhu yang bervariasi. Larva Anopheles spp. yang ditemukan di Dusun Mataram Lengkong Kabupaten Sukabumi menunjukan kisaran suhu optimal air di ketiga kolam antara 22,9⁰C sampai dengan 31,2⁰C (Saleh 2002). Suhu habitat larva Anopheles spp. yang ditemukan di Desa Way Muli Kecamatan Rajabasa lebih tinggi, yaitu 33,5 C (Setyaningrum 2007). Tabel 7 Karakteristik habitat potensial perkembangbiakan An. letifer di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011 Bulan ph Suhu Sal. keruh Dasar Kdl Tanaman Predator ( C) ( ) (NTU) Habitat (Cm) Air Februari 6, lumpur 20 Tidak ada Berudu Maret 6, lumpur 25 Tidak ada Berudu April 6, lumpur 22 Tidak ada Berudu Mei 6, lumpur 13 Tidak ada Berudu Keterangan : Sal=Salinitas, Keruh=Kekeruhan, Kdl=Kedalaman

28 ph Air Air alami pada umumnya mempunyai ph yang bersifat netral, tidak bersifat asam atau basa (ph netral antara 6-9). Pengukuran karakteristik habitat larva An. letifer dari bulan Februari-Mei masih dalam batas normal, yaitu 6,0-6,1. Pada bulan Februari ph air 6,1 tetapi tidak ditemukan larva Anopheles spp. Kemudian bulan Maret ph air 6,1 ditemukan An. letifer dengan kepadatan 0,01 larva/cidukan. Selanjutnya bulan April-Mei ph air 6,1 dan 6,0 tidak ditemukan larva Anopheles spp. ph air di beberapa tempat menunujukan kisaran ph air yang netral, seperti larva Anopheles di Desa Doro Halmahera Selatan Maluku Utara ditemukan pada ph air yang yang netral 6,8-7,1 (Mulyadi 2010). Demikian juga di Desa Hargotirto, Kabupaten Kulonprogo ditemukan larva Anopheles pada ph yang netral pada sungai berkisar antara 6,78-7,12, sedangkan pada pada mata air berkisar antara 6,70-7,24 (Santoso 2005) Salinitas Larva An. letifer ditemukan pada habitat kubangan dengan salinitas 0. Secara geografis Desa Riau letaknya jauh dari laut, maka air di Desa Riau tidak mengandung kadar garam. Habitat potensial yang ditemukan semuanya dengan salinitas 0. Larva Anopheles spp. pada suatu tempat dapat hidup dan berkembangbiak pada salinitas yang bervariasi. Hasil ini sama dengan penelitian Setyaningrum (2007) di Desa Way Muli Lampung Selatan ditemukan larva Anopheles di selokan air mengalir dengan salinitas 0, begitu juga di rawa-rawa dan selokan air tergenang. Berbeda dengan yang ditemukan Suwito (2010) di Kecamatan Padangcermin, larva Anopheles hidup pada salinitas 0-34, tetapi larva Anopheles di Rajabasa Lampung Selatan ditemukan dengan salinitas lebih rendah, yaitu salinitas Kekeruhan Kekeruhan biasanya disebabkan oleh zat pada tersuspensi, baik yang bersifat organik maupun anorganik. Pada dasarnya zat organik merupakan makanan bagi bakteri atau mikroorganisme yang ada dalam air dan mendukung perkembangbiakannya. Larva nyamuk An. letifer ditemukan pada habitat air

29 29 jernih dengan kekeruhan 6 NTU (natelson turbidity units). Larva Anopheles spp. bukan hanya dapat hidup dan berkembangbiak di air yang jernih, di beberapa tempat larva Anopheles spp. dapat hidup dan berkembangbiak di air yang keruh bahkan sangat keruh, seperti larva nyamuk Anopheles di Dusun Mataram Lengkong Kabupaten Sukabumi menunjukkan kisaran kekeruhan air yang disukai larva Anopheles NTU (Saleh 2002) Dasar Habitat Dasar habitat larva An. letifer adalah lumpur. Pada habitat dengan dasar pasir dan tanah liat tidak ditemukan larva, seperti rawa-rawa, kolong, dan sumur. Dasar habitat larva Anopheles di beberapa tempat menunjukkan kesamaan. Larva Anopheles spp. di Kecamatan Rajabasa dan Padangcermin sebagian besar ditemukan pada perairan dengan dasar lumpur (Suwito, 2010), hal yang sama ditemukan di Desa Doro Halmahera Selatan (Mulyadi 2010) dan di Desa Way Muli Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan (Setyaningrum 2007) Kedalaman Larva An. letifer yang ditemukan pada habitat tipe dangkal dan tidak permanen karena air habitat akan kering bila tidak hujan satu minggu. Kedalaman air selama empat bulan berfluktuasi karena curah hujan dari bulan Februari hingga April 2011 berfluktuasi. Larva An. letifer ditemukan pada bulan Maret dengan kedalaman air 25 cm. Walaupun An. letifer hanya ditemukan pada satu habitat dengan kedalaman 25 cm, namun di beberapa tempat nyamuk Anopheles spp. dapat bertahan hidup dan berkembang dengan kedalaman air yang berbeda-beda. Grieco et al. (2007) menyatakan bahwa larva Anopheles ditemukan pada air dengan kedalaman cm. Setyaningrum et al. (2007) melaporkan bahwa larva Anopheles spp. di Desa Way Muli, Lampung Selatan ditemukan pada kedalaman 15 cm pada habitat selokan air mengalir, 100 cm pada rawa-rawa, dan 25 cm pada selokan air tergenang. Sementara itu, di Kecamatan Padangcermin, Pesawaran, Lampung Selatan ditemukan pada kedalaman air yang bervariasi, An. tesselatus (5 cm), An. maculatus ( cm), An. indefinitus ( cm), An. aconitus (10-15 cm) dan An. subpictus ( cm), adapun di Kecamatan Rajabasa

30 30 ditemukan An. tesselatus ( cm), An. indefinitus (10 cm), An. aconitus ( cm) dan An. subpictus ( cm) (Suwito 2010). Selanjutnya, di Pulau Pari, Kabupaten Kepulauan Seribu, ditemukan larva An. subpictus pada kedalaman cm pada kolam rendaman rumput laut, cm pada sumur dangkal, sedangkan di Pulau Tidung ditemukan pada sumur dengan kedalaman cm (Ariati et al. 2007). Adapun di Daerah Pasang Surut Asahan, Sumatera Selatan ditemukan larva An. sundaicus pada kedalaman habitat cm (Sembiring 2005) Tanaman Air Tanaman air dapat mempengaruhi keberadaan larva Anopheles spp. pada suatu tempat. Larva An. letifer yang ditemukan pada habitat kubangan tidak terdapat tanaman air pada permukaan air. Di sekitar habitat terdapat pohon yang dapat berguna sebagai naungan. Walaupun di Desa Riau hanya ditemukan satu habitat yang positif selama penelitian, tetapi ada kemungkinan nyamuk Anopheles spp. dapat berkembangbiak pada habitat potensial, karena larva Anopheles spp. menyukai habitat dengan tanaman air atau tidak ada tanaman air. Lee et al. (1999) menyatakan bahwa beberapa spesies nyamuk Anopheles menyukai air yang teduh, tetapi ada juga yang menyenangi habitat air yang terkena matahari langsung, dan yang lainnya menyukai habitat air yang ada tanaman air. Umumnya larva Anopheles lebih menyukai air bersih dan tidak terpolusi. Sitorus (2005) melaporkan bahwa jenis-jenis tanaman air yang ditemukan dari seluruh habitat nyamuk Anopheles spp. di Desa Tegal Rejo, kecamatan Belitang, Kabupaten OKI, yaitu eceng gondok, kangkung dan rumput, sedangkan di persawahan ditumbuhi tanaman padi. Adapun di Desa Doro, Halmahera Selatan, ditemukan tanaman air berupa ganggang hampir pada seluruh habitat larva Anopheles spp. (Mulyadi 2010) Predator Jenis predator yang ditemukan pada habitat hanya anak katak (berudu) dan dalam jumlah yang cukup banyak. Hal yang sama di Desa Doro Halmahera Selatan ditemukan predator berudu pada habitat parit, kobakan, kubangan,

31 31 kolam,sumur, kali, dan rawa-rawa, selain itu ditemukan ikan dan larva capung (Mulyadi 2010). Adapun di Pantai Asahan Sumatera Utara terdapat ikan-ikan kecil pada habitat larva An. sundaicus yang diduga sebagai predator (Sembiring 2005). Sementara predator nyamuk Anopheles yang ada di Desa Tongoa, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah, ditemukan pada tiga habitat berbeda-beda. Habitat kolam dengan naungan ditemukan ikan kepala timah (Aplocheilus panchax) dan larva capung (Libellula sp.). Habitat kolam tanpa naungan ditemukan berudu (Chadijah 2005) Pemetaan Habitat Potensial Perkembangbiakan Larva Anopheles spp. Pemetaan habitat potensial perkembangbiakan larva Anopheles spp. terletak di Desa Riau dengan luas wilayah desa Km². Desa Riau terdiri atas empat dusun, dan keadaan tanahnya merupakan dataran rendah dan beriklim tropis tipe A (BPS & BPPD Kab. Bangka 2010). Pengukuran karakteristik habitat potensial perkembangbiakan larva Anopheles spp. dilakukan pada setiap dusun dengan titik koordinat secara UTM 48 (universal transfer mercarator) terletak antara BT BT dan LS LS dengan ketinggian antara di atas permukaan laut (Gambar 19). Gambar 19 menunjukan habitat potensial perkembangbiakan nyamuk Anopheles tersebar dari Dusun Riau hingga Dusun Tirus. Habitat yang ditemukan sebanyak 24 habitat, dan habitat negatif yang ditemukan sebanyak 23 habitat (Titik hitam), sedangkan habitat positif hanya satu habitat (Titik Merah). Habitat terbanyak adalah kubangan (33,33%) dan menyebar pada empat dusun, sedangkan jumlah habitat yang sedikit adalah rawa-rawa (4,17%) terletak di Dusun Riau, dan kolam (4,17%) terletak di Dusun Tirus. Letak habitat potensial dekat dengan pemukiman penduduk sekitar 300 meter, tambang timah yang masih aktif dan yang sudah tidak aktif lagi sehingga banyak air yang tercemar limbah bahan bakar, kemudian di sekitar habitat masih banyak semak belukar, hutan, dan daerah ladang luas yang belum dimanfaatkan.

32 r 19 Titik habitat potensial perkembangbiakan larva Anopheles spp. di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka, Februari-Mei 2011

3 BAHAN DAN METODE. Lokasi penelitian di Desa Riau Kecamatan Riau Silip Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung. Lokasi Penelitian. Kec.

3 BAHAN DAN METODE. Lokasi penelitian di Desa Riau Kecamatan Riau Silip Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung. Lokasi Penelitian. Kec. 3 BAHAN DAN METODE 3. 1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung (Gambar 1). Secara geografis desa ini terletak di wilayah bagian

Lebih terperinci

PERILAKU DAN KARAKTERISTIK HABITAT POTENSIAL NYAMUK Anopheles spp. DI DESA RIAU KECAMATAN RIAU SILIP KABUPATEN BANGKA PROVINSI BANGKA BELITUNG SUWARDI

PERILAKU DAN KARAKTERISTIK HABITAT POTENSIAL NYAMUK Anopheles spp. DI DESA RIAU KECAMATAN RIAU SILIP KABUPATEN BANGKA PROVINSI BANGKA BELITUNG SUWARDI PERILAKU DAN KARAKTERISTIK HABITAT POTENSIAL NYAMUK Anopheles spp. DI DESA RIAU KECAMATAN RIAU SILIP KABUPATEN BANGKA PROVINSI BANGKA BELITUNG SUWARDI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Waktu Penelitian

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Waktu Penelitian 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di desa Doro yang terletak di wilayah pesisir barat Pulau Halmahera Bagian Selatan. Secara administratif Desa Doro termasuk ke dalam wilayah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 2.1. Kota Pangkalpinang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kota Pangkalpinang merupakan daerah otonomi yang letaknya di bagian timur Pulau Bangka. Secara astronomi, daerah ini berada pada garis 106 4 sampai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan penyakit yang penyebarannya sangat luas di dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan derajat dan berat infeksi

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 32 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman dan Kelimpahan Nisbi Larva Anopheles spp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 11 spesies Anopheles yang ditemukan berdasarkan survei larva, 1 spesies di Kecamatan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 25 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis Nyamuk yang Ditemukan Jenis nyamuk yang menggigit manusia di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng antara lain genus Aedes, Anopheles, Culex dan Mansonia.

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian 17 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng yaitu Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya (Gambar 1).

Lebih terperinci

ARTIKEL SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR DAN KESAKITAN MALARIA DIKABUPATEN SUKABUMI

ARTIKEL SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR DAN KESAKITAN MALARIA DIKABUPATEN SUKABUMI ARTIKEL SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR DAN KESAKITAN MALARIA DIKABUPATEN SUKABUMI Lukman Hakim, Mara Ipa* Abstrak Malaria merupakan penyakit yang muncul sesuai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Frekuensi = Dominasi Spesies Angka dominasi spesies dihitung berdasarkan hasil perkalian antara kelimpahan nisbi dengan frekuensi nyamuk tertangkap spesies tersebut dalam satu waktu penangkapan. Dominasi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I.,

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I., 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini banyak ditemukan dengan derajat dan infeksi yang bervariasi. Malaria

Lebih terperinci

Keanekaragaman jenis dan karakteristik habitat nyamuk Anopheles spp. di Desa Datar Luas, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh

Keanekaragaman jenis dan karakteristik habitat nyamuk Anopheles spp. di Desa Datar Luas, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh Jurnal Entomologi Indonesia Indonesian Journal of Entomology ISSN: 1829-7722 November 2015, Vol. 12 No. 3, 139 148 Online version: http://jurnal.pei-pusat.org DOI: 10.5994/jei.12.3.139 Keanekaragaman jenis

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Perilaku Nyamuk Anopheles

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Perilaku Nyamuk Anopheles 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Perilaku Nyamuk Anopheles Nyamuk Anopheles menurut klasifikasi dalam ilmu hewan berada dalam kingdom Animalia, filum Arthropoda, kelas Heksapoda atau Insecta, ordo

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009)

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini menjadi masalah bagi kesehatan di Indonesia karena dapat menyebabkan kematian terutama pada bayi, balita,

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 20 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Hasil penelitian menunjukk an keragaman jenis nyamuk Anopheles spp yang dilaksanakan dari bulan Februari sampai Agustus 2011 di Kelurahan Caile dan Kelurahan Ela-Ela

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian 13 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Kabupaten Bulukumba secara geografis terletak di jazirah selatan Propinsi Sulawesi Selatan (+150 Km dari Kota Makassar), yaitu antara 0,5 o 20 sampai 0,5 o 40

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik WHO menyebutkan bahwa diperkirakan sekitar 3,2 milyar

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik WHO menyebutkan bahwa diperkirakan sekitar 3,2 milyar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit tular vektor yang sangat luas distribusi dan persebarannya di dunia, terutama daerah tropis dan subtropis. Data statistik WHO

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anopheles spp. Sebagai Vektor

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anopheles spp. Sebagai Vektor 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anopheles spp. Sebagai Vektor Nyamuk Anopheles merupakan satu genus dari famili Culicidae, ordo Diptera, kelas Insecta. Jentik Anopheles ditandai dengan rambut berbentuk kipas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit genus plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan gigitan nyamuk Anopheles

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE. Sarmi. Kota. Waropen. Jayapura. Senta. Ars. Jayapura. Keerom. Puncak Jaya. Tolikara. Pegunungan. Yahukimo.

3 BAHAN DAN METODE. Sarmi. Kota. Waropen. Jayapura. Senta. Ars. Jayapura. Keerom. Puncak Jaya. Tolikara. Pegunungan. Yahukimo. 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Dulanpokpok Kecamatan Fakfak Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat. Desa Dulanpokpok merupakan daerah pantai, yang dikelilingi

Lebih terperinci

GAMBARAN AKTIVITAS NYAMUK ANOPHELES PADA MANUSIA DAN HEWAN DI KECAMATAN BONTOBAHARI KABUPATEN BULUKUMBA

GAMBARAN AKTIVITAS NYAMUK ANOPHELES PADA MANUSIA DAN HEWAN DI KECAMATAN BONTOBAHARI KABUPATEN BULUKUMBA GAMBARAN AKTIVITAS NYAMUK ANOPHELES PADA MANUSIA DAN HEWAN DI KECAMATAN BONTOBAHARI KABUPATEN BULUKUMBA Description Activities of Anopheles Mosquitoes in Humans and Animals Subdistrict Bontobahari Bulukumba

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk 16 Identifikasi Nyamuk HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis nyamuk yang ditemukan pada penangkapan nyamuk berumpan orang dan nyamuk istirahat adalah Ae. aegypti, Ae. albopictus, Culex, dan Armigeres. Jenis nyamuk

Lebih terperinci

Proses Penularan Penyakit

Proses Penularan Penyakit Bab II Filariasis Filariasis atau Penyakit Kaki Gajah (Elephantiasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Filariasis disebabkan

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN UMUM

BAB 6 PEMBAHASAN UMUM 132 BAB 6 PEMBAHASAN UMUM Angka annual malaria incidence (AMI) di Kabupaten Halmahera Selatan merupakan yang tertinggi di Provinsi Maluku. Pada tahun 2010 angka AMI mencapai 54,0 (Dinkes Kab. Halmahera

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Lokasi Penelitian Secara umum RW 3 dan RW 4 Kelurahan Pasir Kuda memiliki pemukiman yang padat dan jumlah penduduk yang cukup tinggi. Jumlah sampel rumah yang diambil

Lebih terperinci

Species diversity and biting activity of malaria vectors (Anopheles spp.) in Lifuleo Village, West Kupang District, East Nusa Tenggara

Species diversity and biting activity of malaria vectors (Anopheles spp.) in Lifuleo Village, West Kupang District, East Nusa Tenggara Jurnal Entomologi Indonesia Indonesian Journal of Entomology ISSN: 1829-7722 September 214, Vol. 11 No. 2, 53 64 Online version: http://journal.ipb.ac.id/index.php/entomologi DOI: 1.5994/jei.11.2.53 Keanekaragaman

Lebih terperinci

Rataan Kepadatan A. punctulatus yang tertangkap dengan umpan orang di dalam dan di luar rumah di Desa Dulanpokpok, periode Mei-Agustus 2009

Rataan Kepadatan A. punctulatus yang tertangkap dengan umpan orang di dalam dan di luar rumah di Desa Dulanpokpok, periode Mei-Agustus 2009 LAMPIRAN Lampiran 1 Rataan Kepadatan A. punctulatus yang tertangkap dengan umpan orang di dalam dan di luar rumah di Desa Dulanpokpok, periode Mei-Agustus 29 Mei Bulan Juni Juli Agustus Minggu MBR (ekor/orang/malam)

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Iklim dan Cuaca Pesisir Selatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Iklim dan Cuaca Pesisir Selatan 6 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Iklim dan Cuaca Pesisir Selatan Pantai Batu Kalang terletak di pinggir pantai selatan Sumatera Barat tepatnya di Kabupaten Pesisir Selatan. Daerah Sumatera

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK HABITAT POTENSIAL LARVA NYAMUK ANOPHELES DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KOTA PANGKALPINANG, BANGKA BELITUNG

KARAKTERISTIK HABITAT POTENSIAL LARVA NYAMUK ANOPHELES DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KOTA PANGKALPINANG, BANGKA BELITUNG KARAKTERISTIK HABITAT POTENSIAL LARVA NYAMUK ANOPHELES DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KOTA PANGKALPINANG, BANGKA BELITUNG VIRANTI MANDASARI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filariasis merupakan salah satu penyakit tertua dan paling melemahkan yang dikenal dunia. Filariasis limfatik diidentifikasikan sebagai penyebab kecacatan menetap dan

Lebih terperinci

KERAGAMAN Anopheles spp PADA EKOSISTEM PEDALAMAN DAN PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SIGI, SULAWESI TENGAH

KERAGAMAN Anopheles spp PADA EKOSISTEM PEDALAMAN DAN PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SIGI, SULAWESI TENGAH Keragaman Anopheles spp pada... (Yusran Udin, et. al) KERAGAMAN Anopheles spp PADA EKOSISTEM PEDALAMAN DAN PEGUNUNGAN DI KABUPATEN SIGI, SULAWESI TENGAH Yusran Udin, Malonda Maksud, Risti, Yuyun Srikandi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang sangat dominan di daerah tropis dan sub tropis serta dapat mematikan (membunuh) lebih dari satu juta manusia di

Lebih terperinci

STUD1 HABITAT ANOPHELES NIGERRIMUS GILES 1900 DAN EPIDEMIOLOGI MALARIA DI DESA LENGKONG KABUPATEN SUKABUMI OLEH: DENNY SOPIAN SALEH

STUD1 HABITAT ANOPHELES NIGERRIMUS GILES 1900 DAN EPIDEMIOLOGI MALARIA DI DESA LENGKONG KABUPATEN SUKABUMI OLEH: DENNY SOPIAN SALEH STUD1 HABITAT ANOPHELES NIGERRIMUS GILES 1900 DAN EPIDEMIOLOGI MALARIA DI DESA LENGKONG KABUPATEN SUKABUMI OLEH: DENNY SOPIAN SALEH PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2002 ABSTRAK ' DENNY SOPIAN

Lebih terperinci

ARTIKEL VEKTOR MALARIA DIDAERAH BUKIT MENOREH, PURWOREJO, JAWA TENGAH. Enny Wahyu Lestari, Supratman Sukovvati, Soekidjo, R.A.

ARTIKEL VEKTOR MALARIA DIDAERAH BUKIT MENOREH, PURWOREJO, JAWA TENGAH. Enny Wahyu Lestari, Supratman Sukovvati, Soekidjo, R.A. ARTIKEL VEKTOR MALARIA DIDAERAH BUKIT MENOREH, PURWOREJO, JAWA TENGAH Enny Wahyu Lestari, Supratman Sukovvati, Soekidjo, R.A. Wigati* Abstrak Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit yang muncul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN MALARIA Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium yang ditularkan kepada manusia oleh nyamuk Anopheles dengan gejala demam

Lebih terperinci

Faktor Risiko Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Kenanga Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka Propinsi Kepulauan Bangka Belitung

Faktor Risiko Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Kenanga Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka Propinsi Kepulauan Bangka Belitung J Kesehat Lingkung Indones Vol.8 No.1 April 2009 Faktor Risiko Kejadian Malaria Faktor Risiko Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Kenanga Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka Propinsi Kepulauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian Kabupaten Intan Jaya, adalah kabupaten yang baru berdiri pada tahun 2009, dan merupakan kabupaten pemekaran dari kabupaten sebelumnya

Lebih terperinci

Distribusi Spasial Spesies Larva Anopheles Di Daerah Pesisir Kota Makassar Tahun 2013

Distribusi Spasial Spesies Larva Anopheles Di Daerah Pesisir Kota Makassar Tahun 2013 Al-Sihah : Public Health Science Journal 410-423 Distribusi Spasial Spesies Larva Anopheles Di Daerah Pesisir Kota Makassar Tahun 2013 ABSTRAK Muh. Saleh Jastam 1 1 Bagian Keselamatan Masyarakat Fakultas

Lebih terperinci

GAMBARAN FAKTOR LINGKUNGAN DAERAH ENDEMIS MALARIA DI DAERAH BERBATASAN (KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN KABUPATEN TRENGGALEK)

GAMBARAN FAKTOR LINGKUNGAN DAERAH ENDEMIS MALARIA DI DAERAH BERBATASAN (KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN KABUPATEN TRENGGALEK) Ririh Y., Gambaran Faktor Lingkungan Daerah Endemis Malaria GAMBARAN FAKTOR LINGKUNGAN DAERAH ENDEMIS MALARIA DI DAERAH BERBATASAN (KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN KABUPATEN TRENGGALEK) Environmental Factor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Malaria 1. Penyakit Malaria Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan ditularkan

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE. Kecamatan Batulayar

3 BAHAN DAN METODE. Kecamatan Batulayar 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi penelitian dan waktu penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Lembah Sari Kecamatan Batu Layar Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat (Gambar

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, terutama di negara-negara tropis dan subtropis. Kurang lebih satu miliar penduduk dunia pada 104 negara (40%

Lebih terperinci

ABSTRAK

ABSTRAK IDENTIFIKASI NYAMUK spp. DI DELTA LAKKANG KECAMATAN TALLO MAKASSAR SULAWESI SELATAN Andi Sitti Rahma 1, Syahribulan 2, dr. Isra Wahid 3, 1,2 Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin 3 Jurusan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut: 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Anopheles sp. 1. Klasifikasi Nyamuk Anopheles sp. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Sub famili Genus : Animalia : Arthropoda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan sebagai vektor penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD),

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit yang masih mengancam kesehatan masyarakat dunia. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan lama yang muncul kembali (re-emerging).

Lebih terperinci

KONFIRMASI ENTOMOLOGI KASUS MALARIA PADA SEPULUH WILAYAH PUSKESMAS DI KABUPATEN BULUKUMBA

KONFIRMASI ENTOMOLOGI KASUS MALARIA PADA SEPULUH WILAYAH PUSKESMAS DI KABUPATEN BULUKUMBA KONFIRMASI ENTOMOLOGI KASUS MALARIA PADA SEPULUH WILAYAH PUSKESMAS DI KABUPATEN BULUKUMBA ENTOMOLOGY CONFIRMATION OF MALARIA CASES IN TEN REGIONAL HEALTH CENTER IN THE BULUKUMBA DISTRICT Andi Asniar 1,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Distribusi Spesies Nyamuk Anopheles 1. Spesies Nyamuk Anopheles a. Morfologi Klasifikasi nyamuk Anopheles adalah sebagai berikut : Pylum : Arthopoda Klas : Hexapoda Ordo : Diptera

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ukuran Stadium Larva Telur nyamuk Ae. aegyti menetas akan menjadi larva. Stadium larva nyamuk mengalami empat kali moulting menjadi instar 1, 2, 3 dan 4, selanjutnya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Penyakit Malaria merupakan infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies Plasmodium penyebab malaria

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamuk Anopheles spp.

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamuk Anopheles spp. 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamuk Anopheles spp. Nyamuk merupakan bagian dari kelompok serangga dari phylum Arthropoda, kelas Insecta (Hexapoda), ordo Diptera, famili Culicidae, yang paling banyak menimbulkan

Lebih terperinci

GAMBARAN POPULASI DAN BIONOMI Anopheles spp DI PULAU DOMPAK KOTA TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016

GAMBARAN POPULASI DAN BIONOMI Anopheles spp DI PULAU DOMPAK KOTA TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016 GAMBARAN POPULASI DAN BIONOMI Anopheles spp DI PULAU DOMPAK KOTA TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016 MOHD ABD RAHMAN, Martini, Retno Hestiningsih PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan dan berinteraksi, ketiga nya adalah host, agent dan lingkungan. Ketiga komponen ini dapat

Lebih terperinci

DISTRIBUSI SPASIAL DAN KARAKTERISTIK HABITAT PERKEMBANGBIAKAN

DISTRIBUSI SPASIAL DAN KARAKTERISTIK HABITAT PERKEMBANGBIAKAN DISTRIBUSI SPASIAL DAN KARAKTERISTIK HABITAT PERKEMBANGBIAKAN Anopheles spp. SERTA PERANANNYA DALAM PENULARAN MALARIA DI DESA DORO KABUPATEN HALMAHERA SELATAN PROVINSI MALUKU UTARA MULYADI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK

BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK Balai Litbang P2B2 Banjarnegara Morfologi Telur Anopheles Culex Aedes Berbentuk perahu dengan pelampung di kedua sisinya Lonjong seperti peluru senapan Lonjong seperti

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

DAFTAR PUSTAKA. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. DAFTAR PUSTAKA Andiyatu. 2005. Fauna nyamuk (Diptera: Culicidae) di wilayah kampus IPB Darmaga dan sekitarnya serta potensinya sebagai penular penyakit. [Tesis]. Bogor : Program Pascasarjana, Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium sp yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium sp yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium sp yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles spp betina. Penyakit malaria bersifat reemerging disease

Lebih terperinci

Pengaruh curah hujan, kelembaban, dan temperatur terhadap prevalensi Malaria di Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan

Pengaruh curah hujan, kelembaban, dan temperatur terhadap prevalensi Malaria di Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan JHECDs, 3 (1), 2017, hal. 22-27 Penelitian Pengaruh curah hujan, kelembaban, dan temperatur terhadap prevalensi Malaria di Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan The effect of rainfall, humidity, and

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Anopheles 1. Morfologi dan Klasifikasi Nyamuk Anopheles a. Morfologi nyamuk Anopheles sp. Morfologi nyamuk menurut Horsfall (1995) : Gambar 1. Struktur morfologi nyamuk Anopheles

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 107 02-107 40 BT dan 5 56-6 34 LS, termasuk daerah yang relatif rendah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lumut kerak merupakan salah satu anggota dari tumbuhan tingkat rendah yang mana belum mendapatkan perhatian yang maksimal seperti anggota yang lainnya. Organisme

Lebih terperinci

Fauna Anopheles di Desa Buayan dan Ayah di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah

Fauna Anopheles di Desa Buayan dan Ayah di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah JURNAL KEDOKTERAN YARSI 17 (3) : 218-234 (29) Fauna Anopheles di Desa Buayan dan Ayah di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah The Anopheles fauna in Buayan and Ayah Villages of Kebumen District, Central Java

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah klien serta semakin luas penyebarannya.

Lebih terperinci

Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk Anopheles dan Kejadian Penyakit Malaria

Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk Anopheles dan Kejadian Penyakit Malaria Perhimpunan Entomologi Indonesia J. Entomol. Indon., April 2010, Vol. 7, No. 1, 42-53 Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk Anopheles dan Kejadian Penyakit Malaria SUWITO 1), UPIK KESUMAWATI HADI 2), SINGGIH

Lebih terperinci

BEBERAPA ASPEK BIOEKOLOGI NYAMUK Anopheles vagus DI DESA SELONG BELANAK KABUPATEN LOMBOK TENGAH

BEBERAPA ASPEK BIOEKOLOGI NYAMUK Anopheles vagus DI DESA SELONG BELANAK KABUPATEN LOMBOK TENGAH SPIRAKEL, Vol 6, Desember 214: 26-32 BEBERAPA ASPEK BIOEKOLOGI NYAMUK Anopheles vagus DI DESA SELONG BELANAK KABUPATEN LOMBOK TENGAH Majematang Mading 1 dan Ira Indriaty P.B. Sopi 1 1 Loka Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit akibat virus yang ditularkan oleh vektor nyamuk dan menyebar dengan cepat. Data menunjukkan peningkatan 30 kali lipat dalam

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI NYAMUK ANOPHELES SP DEWASA DI WILAYAH ENDEMIS DAN NON ENDEMIS MALARIA KECAMATAN BONTO BAHARI BULUKUMBA

IDENTIFIKASI NYAMUK ANOPHELES SP DEWASA DI WILAYAH ENDEMIS DAN NON ENDEMIS MALARIA KECAMATAN BONTO BAHARI BULUKUMBA IDENTIFIKASI NYAMUK ANOPHELES SP DEWASA DI WILAYAH ENDEMIS DAN NON ENDEMIS MALARIA KECAMATAN BONTO BAHARI BULUKUMBA Identification of Anopheles sp Adult Anopheles sp in Endemic Areas and Non-Endemic Malaria

Lebih terperinci

Identifikasi Vektor Malaria di Daerah Sekitar PLTU Teluk Sirih Kecamatan Bungus Kota Padang Pada Tahun 2011

Identifikasi Vektor Malaria di Daerah Sekitar PLTU Teluk Sirih Kecamatan Bungus Kota Padang Pada Tahun 2011 584 Artikel Penelitian Identifikasi Vektor Malaria di Daerah Sekitar PLTU Teluk Sirih Kecamatan Bungus Kota Padang Pada Tahun 2011 Rezka Gustya Sari 1, Nurhayati 2, Rosfita Rasyid 3 Abstrak Malaria adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Malaria 1. Malaria Malaria adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh Plasmodium, meskipun awal mulanya tidak diketahui secara pasti. Para ilmuan menduga

Lebih terperinci

EKOLOGI NYAMUK Anopheles spp. DI KECAMATAN LENGKITI, OGAN KOMERING ULU, SUMATERA SELATAN TAHUN

EKOLOGI NYAMUK Anopheles spp. DI KECAMATAN LENGKITI, OGAN KOMERING ULU, SUMATERA SELATAN TAHUN EKOLOGI NYAMUK Anopheles spp. DI KECAMATAN LENGKITI, OGAN KOMERING ULU, SUMATERA SELATAN TAHUN 2004-2015 Vivin Mahdalena 1 *, Tanwirotun Ni mah 1 1 Loka Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

FAUNA ANOPHELES. Health Advocacy. Loka Litbang P2B2 Ciamis. Heni Prasetyowati Lukman Hakim (Editor)

FAUNA ANOPHELES. Health Advocacy. Loka Litbang P2B2 Ciamis. Heni Prasetyowati Lukman Hakim (Editor) FAUNA ANOPHELES Heni Prasetyowati Yuneu Yuliasih Endang Puji Astuti Mara Ipa Roy Nusa RES Rohmansyah WN Hubullah Fuadzy Rina Marina Joni Hendri Djani H. W. Hermanus Asep Jajang K. Pandji Wibawa D. Firda

Lebih terperinci

Yuyun Srikandi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang ABSTRACT

Yuyun Srikandi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang ABSTRACT JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm PENENTUAN KAPASITAS VEKTORIAL Anopheles spp. DI DESA REJEKI KECAMATAN

Lebih terperinci

Survei nyamuk Anopheles yang diduga berpotensi sebagai vektor malaria di Kabupaten Aceh Besar

Survei nyamuk Anopheles yang diduga berpotensi sebagai vektor malaria di Kabupaten Aceh Besar Survei nyamuk Anopheles yang diduga berpotensi sebagai vektor malaria di Kabupaten Aceh Besar Survey of the Anopheles mosquito alleged potentially as vectors of malaria in Aceh Besar district Yulidar Loka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Malaria adalah salah satu penyakit yang mempunyai penyebaran luas, sampai saat ini malaria menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Berdasarkan Survei

Lebih terperinci

PENYEBARAN KASUS DAN HABITAT PERKEMBANGBIAKAN VEKTOR MALARIA DI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PENYEBARAN KASUS DAN HABITAT PERKEMBANGBIAKAN VEKTOR MALARIA DI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PENYEBARAN KASUS DAN HABITAT PERKEMBANGBIAKAN VEKTOR MALARIA DI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR The Spreading Case and the Habitat of Malaria's Vector Propagation in East Sumba East

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari 17% penyakit infeksi ditularkan melalui gigitannya dan lebih dari 1 juta orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari 17% penyakit infeksi ditularkan melalui gigitannya dan lebih dari 1 juta orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyamuk merupakan serangga yang penting dalam ilmu kedokteran karena lebih dari 17% penyakit infeksi ditularkan melalui gigitannya dan lebih dari 1 juta orang meninggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, termasuk juga keanekaragaman Arthropodanya. 1. Arachnida, Insecta, Crustacea, Diplopoda, Chilopoda dan Onychophora.

BAB I PENDAHULUAN. dunia, termasuk juga keanekaragaman Arthropodanya. 1. Arachnida, Insecta, Crustacea, Diplopoda, Chilopoda dan Onychophora. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis yang dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, termasuk juga keanekaragaman

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu penyakitnya yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) yang masih menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang dominan di daerah tropis dan sub tropis dan dapat mematikan. Setidaknya 270 penduduk dunia menderita malaria dan lebih dari

Lebih terperinci

Hubungan Kepadatan dan Biting Behaviour Nyamuk Anopheles farauti Dengan Kasus Malaria di Ekosistem Pantai dan Rawa (Kabupaten Biak Numfor dan Asmat)

Hubungan Kepadatan dan Biting Behaviour Nyamuk Anopheles farauti Dengan Kasus Malaria di Ekosistem Pantai dan Rawa (Kabupaten Biak Numfor dan Asmat) Biota Vol. 19 (1): 27 35, Februari 2014 ISSN 0853-8670 Hubungan Kepadatan dan Biting Behaviour Nyamuk Anopheles farauti Dengan Kasus Malaria di Ekosistem Pantai dan Rawa (Kabupaten Biak Numfor dan Asmat)

Lebih terperinci

TABEL HIDUP NYAMUK VEKTOR MALARIA Anopheles subpictus Grassi DI LABORATORIUM.

TABEL HIDUP NYAMUK VEKTOR MALARIA Anopheles subpictus Grassi DI LABORATORIUM. TABEL HIDUP NYAMUK VEKTOR MALARIA Anopheles subpictus Grassi DI LABORATORIUM Nur Rahma 1, Syahribulan 2, Isra Wahid 3 1,2 Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin 3 Jurusan Parasitologi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO (2013) penyakit infeksi oleh parasit yang terdapat di daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah kesehatan masyarakat di

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 25 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini untuk melihat karakteristik tempat perindukan di laksanakan pada bulan Oktober - November 2014 di Desa Way Muli Kecamatan Rajabasa

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN UMUM. Pengamatan di daerah pasang surut Delta Upang menunjukkan. bahwa pembukaan hutan rawa untuk areal pertanian

V. PEMBAHASAN UMUM. Pengamatan di daerah pasang surut Delta Upang menunjukkan. bahwa pembukaan hutan rawa untuk areal pertanian V. PEMBAHASAN UMUM Pengamatan di daerah pasang surut Delta Upang menunjukkan bahwa pembukaan hutan rawa untuk areal pertanian dan pemukiman mengakibatkan timbulnya berbagai habitat. Habitat yang ada dapat

Lebih terperinci

HABITAT YANG POTENSIAL UNTUK ANOPHELES VAGUS DI KECAMATAN LABUAN DAN KECAMATAN SUMUR KABUPATEN PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN

HABITAT YANG POTENSIAL UNTUK ANOPHELES VAGUS DI KECAMATAN LABUAN DAN KECAMATAN SUMUR KABUPATEN PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN HABITAT YANG POTENSIAL UNTUK ANOPHELES VAGUS DI KECAMATAN LABUAN DAN KECAMATAN SUMUR KABUPATEN PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN Potential Habitat Of Anopheles vagus In Labuan And Sumur Sub-Districts In Pandeglang

Lebih terperinci

SEBARAN HABITAT PERKEMBANGBIAKAN LARVA ANOPHELES SPP DI KECAMATAN BULA, KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR, PROVINSI MALUKU

SEBARAN HABITAT PERKEMBANGBIAKAN LARVA ANOPHELES SPP DI KECAMATAN BULA, KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR, PROVINSI MALUKU SEBARAN HABITAT PERKEMBANGBIAKAN LARVA ANOPHELES SPP DI KECAMATAN BULA, KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR, PROVINSI MALUKU Distribution of Anopheles spp larvae breeding places in Bula, Seram Bagian Timur District,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

4. SEBARAN DAERAH RENTAN PENYAKIT DBD MENURUT KEADAAN IKLIM MAUPUN NON IKLIM

4. SEBARAN DAERAH RENTAN PENYAKIT DBD MENURUT KEADAAN IKLIM MAUPUN NON IKLIM 4. SEBARAN DAERAH RENTAN PENYAKIT DBD MENURUT KEADAAN IKLIM MAUPUN NON IKLIM 4.1. PENDAHULUAN 4.1.1. Latar Belakang DBD termasuk salah satu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus sebagai patogen dan

Lebih terperinci

KAJIAN DESKRIPTIF KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ROWOKELE KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2011 APRIL Catur Pangesti Nawangsasi

KAJIAN DESKRIPTIF KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ROWOKELE KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2011 APRIL Catur Pangesti Nawangsasi KAJIAN DESKRIPTIF KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ROWOKELE KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2011 APRIL 2012 * ) Alumnus FKM UNDIP, ** ) Dosen Bagian Kesehatan Lingkungan FKM UNDIP, ***) Dosen Bagian

Lebih terperinci

SURVEILANS VEKTOR MALARIA DI DESA ANEKA MARGA, KECAMATAN ROROWATU UTARA, KABUPATEN BOMBANA, PROVINSI SULAWESI TENGGARA Sunaryo, SKM, M.

SURVEILANS VEKTOR MALARIA DI DESA ANEKA MARGA, KECAMATAN ROROWATU UTARA, KABUPATEN BOMBANA, PROVINSI SULAWESI TENGGARA Sunaryo, SKM, M. Hasil Penelitian SURVEILANS VEKTOR MALARIA DI DESA ANEKA MARGA, KECAMATAN ROROWATU UTARA, KABUPATEN BOMBANA, PROVINSI SULAWESI TENGGARA Sunaryo, SKM, M.Sc* ABSTRACT One of the intensification of malaria

Lebih terperinci