BAB 6 PEMBAHASAN UMUM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 6 PEMBAHASAN UMUM"

Transkripsi

1 132 BAB 6 PEMBAHASAN UMUM Angka annual malaria incidence (AMI) di Kabupaten Halmahera Selatan merupakan yang tertinggi di Provinsi Maluku. Pada tahun 2010 angka AMI mencapai 54,0 (Dinkes Kab. Halmahera Selatan 2010). Angka AMI yang tinggi ini memerlukan perhatian khusus dari berbagai aspek, termasuk aspek entomologi dengan melakukan analisis secara mendalam terhadap vektor dan perilakunya. Desa Saketa merupakan pintu utama untuk akses ke berbagai wilayah di Gane Barat dan Gane Timur, karena terdapat pelabuhan terbesar di pantai barat Pulau Halmahera bagian selatan, selain itu juga terdapat dermaga khusus untuk alat transfortasi laut jarak pendek untuk kapal-kapal kecil dan speedboat. Oleh sebab itu Desa Saketa juga berfungsi sebagai Desa transit untuk masuk dan keluar Gane Barat dan Gane Timur, sehingga mobilitas masyarakat sangat tinggi. Kondisi Desa Saketa secara fisik juga sangat mendukung untuk syarat hidup sehat. Sebagai ibukota kecamatan, kondisi berbagai prasarana cukup memadai, sanitasi dan drainase cukup baik, sebagain besar jalanan utama desa telah diaspal dan lainnya merupakan jalan pengerasan sehingga sepintas tidak memberi ruang untuk tersedianya habitat perkembangbiakan nyamuk. Akan tetapi Desa Saketa masih merupakan daerah endemis malaria tinggi, dengan angka AMI berturutturut 225,4, 158,3, 157,7, 106,9 masing-masing untuk tahun 2007, 2008, 2009 dan Kenyataan ini menunjukkan bahwa terdapat sumber atau habitat perkembangbiakan vektor malaria di luar wilayah permukiman. Di Desa Saketa, sebagian besar wilayahnya merupakan areal perkebunan kelapa, sebagian lagi berupa hutan dan semak. Berbagai tipe habitat perkembangbiakan nyamuk ditemukan terutama menyebar di perkebunan, jalanan dan permukiman. oleh sebab itu perlu upaya pengendalian berbasis pemahaman vektor untuk mengatasi masalah malaria secara efektif dan efisien di daerah ini. Data dan informasi tentang bioekologi, karakteristik lingkungan fisik dan kimia pada tipe-tipe habitat perkembangbiakan nyamuk dan perilaku vektor malaria dapat dijadikan acuan dalam program pengendalian malaria.

2 133 Aktivitas utama masyarakat adalah berkebun dan mengelola kopra yang mengharuskan mereka berada selama 24 jam di kebun untuk beberapa hari sampai proses pengolahan dan pemanenan kopra selesai. Sekitar 63,4% KK di Saketa berprofesi sebagai pengolah/petani kebun yang tiap hari masuk atau tinggal beberapa hari dalam seminggu di perkebunan, 3,0% pengolah kayu yang lebih banyak tinggal di hutan, dan sisanya berprofesi sebagai PNS, buruh dan nelayan yang sebagian besar memiliki kebun yang diolah, dan hanya 7,7% sebagai pedagang yang lepas dari aktivitas di kebun (PPDS 2011). Masyarakat yang berprofesi sebagai pengolah kebun, menjadi sangat rentan terhadap malaria. Profesi sebagai pengolah kopra atau pekerja di perkebunan kelapa dan siklus pengolahan kopra yang pendek serta dan tersedianya berbagai jenis habitat vektor di perkebunan, ditengarai merupakan penyebab rentannya masyarakat terhadap malaria. Hal ini disebabkan karena tingginya peluang terjadinya kontak antara masyarakat yang bekerja di kebun dengan berbagai spesies Anopheles di perkebunan. Di Desa Saketa, ditemukan 10 spesies nyamuk Anopheles yaitu An. barbumbrosus, An. farauti, An. hackeri, An. indefinitus, An. kochi, An. koliensis, An. punctulatus, An. subpictus, An. tessellatus, dan An. vagus. Hasil uji ELISA menunjukkan bahwa terdapat tiga spesies yang dinyatakan psositif mengandung Plasmodium vivax yaitu An. indefinitus, An. kochi dan An. vagus. Oleh sebab itu selain punctulatus grup, ketiga spesies ini perlu diperhatikan lebih lanjut terutama yang berkaitan dengan kapasitas kevektorannya. Anopheles spp. yang ditemukan di Desa Saketa menyebar pada ekosistem perkebunan dengan proporsi 35,82%, ekosistem hutan (33,78%), semak (24,98%), dan permukiman (5,42%). Kondisi lingkungan pada ke empat jenis ekosistem tersebut sangat berbeda terutama yang berkaitan dengan sumber daya yang diperlukan oleh nyamuk untuk berkembangbiak dan bertahan hidup. Menurut Bruce-Chwatt (1985), nyamuk hidup di daerah tertentu dengan kondisi habitat lingkungan yang spesifik seperti daerah pantai, rawa-rawa, persawahan, hutan dan pegunungan. Kondisi lingkungan pada ekosistem perkebunan, hutan dan semak mendukung untuk kehidupan nyamuk Anopheles yang diindikasikan dengan besarnya populasi di tempat tersebut.

3 134 Nyamuk An. kochi memiliki populasi tertinggi dengan proporsi 52,17% diikuti oleh An. indefinitus dan An. tessellatus (35,52% dan 5,15%), serta populasi terendah adalah An. hackeri (0,02%). An. subpictus populasinya 0,87%. An. kochi dominan pada di perkebunan, semak dan permukiman, sementara An. indefinitus dominan di hutan. An. indefinitus ditemukan dalam setiap bulan penangkapan pada ekosistem hutan, perkebunan dan semak, sementara An. kochi ditemukan di hutan pada setiap bulan penangkapan. Dengan tidak mengabaikan nilai ekologinya, spesies yang perlu memperoleh perhatian khusus adalah Anopheles punctulatus grup yaitu An. punctulatus, An. koliensis dan An. subpictus, ketiga spesies ini merupakan vektor malaria di Maluku, Maluku Utara, dan Papua (Sukowati 2009). Anopheles yang ditemukan di Desa Saketa berjumlah 10 spesies, 8 spesies di antaranya termasuk dalam 22 spesies yang tergolong vektor malaria pada beberapa daerah di Indonesia. Spesies vektor tersebut adalah, An. farauti, An. koliensis, An. punctulatus, An. subpictus, An. tessellatus, dan An. vagus (Sukowati 2009). An. An. kochi, dan An. barbumbrosus juga merupakan vektor (Winarno & Hutajulu 2009). Sejauh ini An. punctulatus, An. farauti, An. koliensis (Sukowati 2009), An. subpictus (Winarno & Hutajulu 2009) dan An. tessellatus (Aditama 2009) telah dinyatakan sebagai vektor di Maluku Utara. Hingga saat belum ada laporan yang mengkonfirmasi An. indefinitus dan An. hackeri sebagai vektor di Indonesia. Meskipun demikian keduanya tetap berpotensi sebagai vektor. An. indefinitus merupakan vektor di Guam, sedangkan An. hackeri telah menjadi vektor malaria di Malaysia, Philipina dan Formusa (Gratz et al. 2007). Hasil uji ELISA menunjukkan dari sampel An. indefinitus di Saketa, menunjukkan adanya sampel yang positif mengandung parasit Plasmodium vivax (Sukowati 2010). Di Desa Saketa terdapat delapan tipe habitat perkembangbiakan Anopheles yaitu kubangan, kobakan, kontainer buatan, kantong plastik bekas, parit, kolam dan lagun. Hasil pemeliharaan larva dari berbagai tipe habitat tersebut diperoleh enam spesies yaitu An. indefinitus, An. farauti, An. kochi, An. punctulatus, An. subpictus dan An. vagus. Tiga spesies Anopheles yaitu An. indefinitus, An. farauti, dan An. kochi merupakan spesies dengan jumlah populasi yang besar, sedangkan

4 135 tiga spesies lainnya yaitu An. punctulatus, An. subpictus dan An. vagus memiliki jumlah populasi yang sangat rendah. Kubangan, kobakan dan tapak ban mengandung jumlah spesies Anopheles yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tiga tipe habitat lainnya. Konfirmasi vektor dilakukan dengan pembelahan kelenjar ludah untuk memastikan ada tidaknya sporozoit pada tubuh nyamuk atau dengan uji ELISA. Uji ELISA dilakukan untuk sporozoit dengan menggunakan antibodi monoklonal [WHO 2003]. Hingga saat ini ketiga spesies Anopheles punctulastus grup telah dinyatakan sebagai vektor di Provinsi Maluku Utara, spesies tersebut adalah An. punctulatus, An. farauti dan An. koliensis (Sukowati 2010), selain itu An. subpictus juga dinyatakan sebagai vektor (Winarno & Hutajulu 2009). Keberadaan punctulatus grup di lapangan harus dapat dijadikan sebagai peringatan dini akan bahaya malaria di masyarakat di Maluku Utara. Pendugaan potensi vektor dapat juga dilakukan dengan melihat beberapa syarat yaitu, nyamuk dapat diduga sebagai vektor jika mempunyai intensitas kontak dengan manusia (nilai MBR) cukup tinggi, memiliki jumlah yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan spesies lain dan mempunyai umur yang cukup panjang dalam persen nyamuk, dan telah dikonfirmasi sebagai vektor di tempat lain (Munif et al. 2008). Jika memperhatikan persyaratan untuk pendugaan potensi vektor tersebut, maka nyamuk An. farauti dan An. vagus perlu diperhatikan secara khusus karena sangat memenuhi untuk syarat pendugaan vektor tersebut. Sementara itu An.kochi yang intensitas keberadaan dan kelimpahannya sangat tinggi, sejauh ini belum dilaporkan sebagai vektor untuk di Indonesia (Sukowati 2009), sehingga dianggap hanya memberi efek gangguan saja. Provinsi Maluku Utara menempati urutan ke-4 dalam angka kasus baru dan angka period prevalence malaria di Indonesia (Kemenkes RI 2010), dan Halmahera Selatan merupakan kabupaten yang nilai insiden malarinya tertinggi di Provinsi Maluku Utara (Depkes Kab. Halmahera Selatan 2010). Jika dikaitkan dengan rendahnya nilai dominansi dan proporsi punctulatus group (An. punctulatus, An. koliensis dan An. subpictus) maka hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk dilakukannya konfirmasi ulang terhadap spesies-

5 136 spesies lainnya yang memiliki proporsi, dominansi dan frekuansi kehadiran yang cukup tinggi. Meski dominansi dan proporsi An.punctulatus group cukup rendah, kehadirannya tetap perlu diwaspadai karena ke tiga anggota group ini telah menjadi vektor di Papua, Maluku dan Maluku Utara (Sukowati 2009). Dalam penelitian ini An. kochi memiliki proporsi tertinggi yaitu 47,74% terdapat di perkebunan, 24,31% di hutan, semak 22,47% dan hanya 5,48 di permukiman. Nyamuk ini meskipun bukan merupakan vektor di Maluku Utara, tetapi karena intensitas keberadaan dan kelimpahannya yang tinggi menyebabkan nyamuk tetap perlu diperhatikan karena An. kochi positif sebagai vektor malaria di Sumatera (Winarno & Hutajulu 2009). Perilaku mengisap darah yang diamati dengan perhitungan MBR dan MHD, menunjukkan nyamuk Anopheles aktif mengisap darah sepanjang tahun dengan bulan-bulan puncak berlangsung bulan Februari hingga Juli Pada bulan Februari, puncak aktivitas mengisap darah pada An. punctulatus terjadi pada ekosistem hutan dan perkebunan. Aktivitas mengisap darah mencapai puncak tertinggi pada bulan Juni untuk kebanyakan spesies Anopheles pada ekosistem perkebunan, hutan dan semak. Sedangkan pada bulan Juli, hanya spesies An. vagus yang aktivitas mengisap darah nya mencapai puncak yang berlangsung pada semua jenis ekosistem. Nyamuk Anopheles di Desa Saketa aktif mengisap sepanjang malam, dan aktivitas mengisap darahnya umumnya menunjukkan puncak ganda. Aktivitas mengisap darah mencapai puncak untuk pertama kali sekitar pukul dan puncak kedua terjadi setelah lewat tengah malam sekitar puku jam dan Aktivitas mengisap darah yang berlangsung hampir sepanjang malam menyebabkan tinggi peluang terjadinya kontak antara vektor dengan masyarakat yang bekerja malam di perkebunan saat pengovenan kopra. Tidak mengherankan jika morbiditas malaria dalam keluarga petani kebun menjadi tinggi. Nyamuk memiliki perilaku mencari darah dan perilaku istirahat yang beragam. Beberapa jenis nyamuk aktif secara kreposkular dan nokturnal, mereka istirahat pada siang hari di tempat tertentu yang cocok. Aktivitas terbangnya dipengaruhi oleh faktor cuaca, kebutuhan makanan, kawin, istirahat, dan

6 137 meletakkan telur. Nyamuk eksofilik lebih banyak mengisap darah di luar ruangan, sedangkan yang endofilik mengisap darah di dalam ruangan tetapi sewaktu-waktu akan mengisap darah di luar jika terdapat inang. Di desa Saketa, aktivitas nyamuk eksofilik menjadi objek kajian yang penting. Populasi Anopheles di permukiman jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan di perkebunan, semak dan hutan. Aktivitas mengisap darah berlangsung sepanjang tahun pada An. farauti, An. kochi dan An. indefinitus. Umumnya puncak aktivitas mengisap darah berlangsung lebih dari satu kali. Pada An. barbumbrosus, An. tessellatus dan An. subpictus, terdapat dua puncak aktivitas mengisap darah dimana puncak pertama selalu lebih tinggi daripada puncak kedua. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan WHO, (1975) bahwa aktivitas nyamuk pada malam hari umumnya memiliki dua puncak yaitu puncak pertama sebelum pukul yang merupakan puncak tertinggi dan puncak kedua setelah tengah malam dengan puncak yang lebih rendah. Hal ini agak berbeda dengan pola aktivitas mencari darah pada spesis An. farauti, An. kochi, An. koliensis, dan An. puntulatus yang juga memiliki beberapa puncak tetapi umumnya puncak pertama selalu lebih rendah dinading puncak berikutnya. Nyamuk memiliki preferensi spesifik terhadap pemilihan tempat istirahat pagi, An. kochi, An. indefinitus dan An. tessellatus ditemukan istirahat baik pada ekosistem perkebunan maupun semak. Sedangkan An. vagus dan An. barbumbrosus hanya ditemukan istirahat di perkebunan. Deforestasi dan perubahan penggunaan lahan untuk permukiman, pengembangan komersial, pembangunan jalan, sistem pengendalian air (bendungan, kanal, sistem irigasi, waduk), serta pengaruh perubahan iklim, telah meningkatkan morbiditas dan mortalitas sebagai akibat yang muncul dari penyakit parasit. Penggantian tanaman hutan dengan perkebunan, pertanian dan peternakan, dapat menciptakan habitat yang mendukung bagi pertumbuhan dan perkembabiakan parasit dan vektor inangnya (Patz et al. 2000). Perkebunan merupakan tempat rutin untuk aktivitas sebagian besar masyarakat Maluku Utara, khususnya masyarakat Halmahera Selatan. Nyamuk yang istirahat pagi akan terganggu oleh aktivitas manusia dan menjadi tertarik untuk melakukan aktivitas mencari darah siang hari. Hal ini juga akan

7 138 berlangsung di semak yang umumnya terdapat berdampingan atau bercampur dengan lahan perkebunan. Di Saketa, kontak Anopheles-manusia dengan instensitas tinggi terjadi di perkebunan. Di Saketa, perkebunan dapat beralih fungsi sebagai permukiman temporer mulai saat berlangsungnya panen kelapa dan selama berlangungnya proses pembuatan kopra hingga habis terjual dan diangkut. Selama masa tersebut, petani kelapa (sering dengan beberapa anggota keluarga) akan tinggal beberapa saat di perkebunan. Selama tinggal di perkebunan, maka risiko terpapar vektor tidak dapat dihindari. Tidak mengherankan jika menurut catatan di Puskesmas Saketa, penderita malaria paling tinggi berasal dari keluarga pengolah kebun. Nyamuk dikenal sebagai mahluk antropogenik yang aktivitasnya tidak dapat berjauhan dengan manusia. Kegiatan manusia di perkebunan, hutan dan semak yang juga merupakan tempat berbagai tipe habitat nyamuk akan menjadikan ekosistem tersebut sebagai ekosistem yang selalu membentuk interaksi manusianyamuk yang merugikan manusia. Jumlah Anopheles yang ditemukan di perkebunan lebih tinggi jika dibandingkan dengan ke tiga jenis ekosistem lainnya. Tingginya populasi Anopheles di perkebunan didukung oleh tersedianya beberapa tipe habitat perkembangbiakan dalam kawasan perkebunan. Selain itu terciptanya naungan oleh rimbunan daun kelapa dan berbagai jenis vegetasi bawah kanopi kebun, serta banyaknya genangan permukaan menciptakan kelembaban tinggi yang sifatnya mikro. Hal ini sangat mendukung kelangsungan hidup dan perkembangbiakan Anopheles. Setiap spesies menempati niche ekologi tertentu yang secara genetik dan perilaku akan beradaptasi dengan lingkungan buatan manusia. Dalam beradaptasi dengan perubahan kondisi lingkungan, beberapa vektor merubah perilaku mencari inang dari zoofilik menjadi antrofilik (Patz et al. 2000). Perkembangan larva nyamuk dipengaruhi oleh faktor fisik, biologi dan kimia lingkungan habitatnya. Lingkungan fisik yang mempengaruhi perkembangan larva adalah tempat bertelur, suhu air dan arus air, sedangkan faktor biologinya berupa keberadaan vegetasi tingkat tinggi maupun tingkat rendah, dan keberadaan predator larva, sedangkan faktor kimianya berupa ph, salinitas dan endapan lumpur (Buwolaksono 2001).

8 139 Nyamuk merupakan spesies yang paling peka terhadap perubahan lingkungan karena penggundulan hutan. Kelangsunghidupan, kepadatan dan sebarannya dipengaruhi oleh perubahan kecil kondisi lingkungan seperti suhu, kelembaban dan ketersediaan habitat yang cocok. Perubahan ekologi nyamuk dan pola perilaku masyarakat di daerah yang mengalami deforestasi mempengaruhi penularan beberapa penyakit akibat vektor seperti malaria, Japanes encephalitis dan filariasis. Secara langsung atau tidak langsung, deforstasi mempengaruhi prevalensi, insiden dan distribusi malaria (Yasuoka 2007). Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa tipe habitat perkembangbiakan yang terdapat di perkebunan adalah tapak ban, tapak hewan, kobakan, kubangan, kolam, parit bahkan lagun. Perkebunan mengakomodasi kebutuhan berbagai sumberdaya untuk perkembangbiakan nyamuk Anopheles, sehingga semua spesies Anopheles yang ditemukan di Saketa juga ditemukan di perkebunan Saketa. Menurut Sukirno et al. (1983) larva Anopheles lebih menyukai dasar perairan yang cenderung berpasir. Hal ini sesuai dengan dengan kondisi di Saketa yang struktur tanahnya didominasi oleh pasir. Substrat pasir tidak dapat menahan air sehingga kandungan air di habitat menjadi cepat habis dan mengering, apalagi jika laju evaporasi lebih tinggi. Lain halnya jika substratnya berlumpur, habitat ini dapat menahan air untuk waktu yang lama. Lapisan lumpur tipis yang menyusun substrat menutupi bagian tanah berpasir pada lapisan bawahnya sehingga meningkatkan retensi air dan memberi peluang bagi telur nyamuk untuk berkembang dan menyelsaikan siklus hidupnya. Berdasarkan hal tersebut, faktor fisik seperti tipe habitat, suhu, kelembaban dan sifar air yang tidak mengalir pada habiatat nyamuk di Desa Saketa menyediakan kondisi yang sangat mendukung untuk perkembangan larva. Meskipun bersifat temporer karena daya retensi air pada habitat yang rendah, kontinuitas habitat yang mengandung air cukup tinggi, hal ini disebabkan oleh frekuensi hujan yang cukup tinggi di lapangan. Hal ini menciptakan habitat yang bersifat ephemeral pathcines, yaitu habitat yang hanya dapat dihuni secara singkat tapi bertambalan secara temporal sehingga secara kolekstif mendukung kontinuitas habitat (Soetjipto 1993).

9 140 Intensitas curah hujan yang sangat rendah hanya terjadi pada bulan Februari, sehingga ketersediaan air menjadi faktor pembatas pada habitat dangkal dan berukuran kecil seperti kobakan dan kubangan. Faktor lingkungan ini justru justru menyebabkan terbentuknya habitat baru berupa lagun. Lagun terbentuk dari terbendungnya muara kali oleh pasir yang dihempaskan oleh ombak ke arah daratan. Lagun dengan cepat mengalami penurunan salinitas akibat semakin banyaknya air tawar yang tertampung. Berdasarkan pengukuran, salinitas pada semua tipe habitat termasuk lagun menunjukkan 0 yang menunjukkan bahwa semua tipe habitat tersebut termasuk jenis air tawar sehingga untuk tidak diperlukan mekanisme osmporegulasi tertentu dalam perkembangan larva hingga menjadi nyamuk. Setyaningrum et al melaporkan bahwa habitat vektor yang berupa selokan air mengalir, selokan air tergenang dan rawa di Desa Way Muli Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan memiliki salinitas 0 dan tetap mendukung untuk perkembangan larva. Di Desa Saketa, kubangan dan kolam dapat dianggap sebagai tipe habitat yang bersifat permanen bagi perkembangbiakan nyamuk. Tipe habitat ini dapat menampung air untuk jangka waktu yang lama dan menjadi habitat permanen sehingga mendukung perkembangbiakan kontinyu untuk nyamuk. Kondisi ini juga menguntungkan bagi vegetasi tingkat rendah maupun vegetasi tinggi dan juvenil berbagai jenis ikan, larva dan dewasa udang-udangan, larva capung, dan berbagai serangga lainnya baik larva maupun dewasanya untuk menjadikan kubangan dan kolam sebagai habitat perkembangbiakan dan pertumbuhannya. Keberadaan flora dan fauna dapat menguntungkan dan sekaligus merugikan larva nyamuk. Penutupan perairan oleh tanaman tingkat tinggi menimbulkan kesulitan pemilihan oviposisi bagi nyamuk dan menguras ketersediaan oksigen terlarut (DO). Larva beradaptasi untuk hidup dan mencari makan di sekitar dan di permukaan air, respirasi dilakukan dengan mengkonsumsi oksigen bebas dari udara dengan menggunkan sifon. Akan tetapi beberapa jenis larva nyamuk bernafas dengan oksigen terlarut menggunkan respirasi kulit (WHO 1975) dan bagi jenis ini DO yang rendah akan menimbulkan masalah respirasi. Sedangkan kehadiran berbagai jenis predator akan merugikan larva dan menurunkan angka kelangsungan hidupnya.

10 141 Tingginya angka AMI di Desa Saketa, dapat dikaitkan dengan luasnya penyebaran Anopheles. Di perkebunan, kombinasi antara faktor kepadatan, perilaku vektor, faktor habitat dan faktor profesi/perilaku masyarakat menyebabkan Desa Saketa menjadi sebuah desa dengan insiden malaria tinggi. Kontak antara nyamuk dengan petani di perkebunan sulit dihindarkan, karena sekitar 70 % KK di Saketa merupakan petani kebun yang sewaktu-waktu juga menjadi pengolah/pencari kayu di hutan. Secara nasional, 29,8% dari angka baru kasus malaria berasal dari kelompok pekerjaan petani/pengolah kebun (Riskesdas 2010). Proporsi kelompok kerja untuk kasus malaria baru di Halmahera Selatan bisa mencapai angka yang jauh lebih tinggi, mengingat proporsi petani kebun yang cukup besar. Berdasarkan paparan di atas, maka di perkebunan, terdapat beberapa kondisi yang perlu diperhatikan berkaitan dengan potensinya sebagai tempat transmisi malaria yaitu 1). Kelimpahan dan keanekaragaman Anopheles yang tinggi, 2). Perilaku mengisap darah Anopheles yang berlangsung sepanjang tahun dan dan sepanjang malam, 3). Tersedianya berbagai jenis habitas perkembangbiakan yang tersedia sepanjang tahun, 4). Jenis profesi dan aktivitas masyarakat yang lebih banyak berlangsung di perkebunan. Ke empat faktor tersebut menyebabkan intensitas dan ferkuensi kontak antara nyamuk dengan manusia berlangsung lebih sering di perkebunan. Oleh sebab itu berdasarkan hasil analisis terhadap bioekologi Anopheles spp di Saketa dapat disimpulkan bahwa terjadinya transmisi parasit dari vektor ke manusia, tidak hanya berlangsung di rumah atau di lingkungan permukiman saja, tetapi sesungguhnya juga berlangsung terutama di perkebunan, selain itu juga terjadi di semak dan hutan dengan intensitas yang mungkin melebihi di permukiman. Dengan demikian, maka perlu dirumuskan suatu kebijakan dan tindakan yang tidak lagi hanya berfokus pada lingkungan permukiman semata-mata, tetapi lebih difokuskan pada pengendalian berbasis profesi masyarakat dengan mempertimbangkan kegiatan masyarakat di lokasi atau wilayah yang memiliki potensi sebagai tempat habitat perkembang biakan vektor.

11 142 Kondisi lingkungan dan jenis ekosistem yang berpeluang menjadi faktor risiko penularan malaria di Desa Saketa secara garis besar dapat di rumuskan dalam suatu kerangka sebagai berikut. Anopheles Curah hujan tinggi retensi tanah rndh Sanitasi/drainase kebun buruk Jns alat pengangkutan Kelembaban Suhu, angin Ketersediaan genangan HABITAT BERAGAM Temporal & kontinyu Keragaman tinggi Pencegahan : Anti nyamuk, Kelambu, Sanitasi lingk. Pelayanan kesehatan Anopheles rendah Kelimpahan keanekaragaman Anopeles spp Perilaku istirahat Perkebunan Hutan Semak Permukiman Pengetahuan, Sikap & Perilaku (PSP)dan Profesi masyarakat Kasus malaria Transmisi tdk hanya terjadi di permukiman, ttp juga di : Kebun, hutan & semak 1. PARADIGMA TRANSMISI VEKTOR 2. MANAJEMEN PENGENDALIAN VEKTOR 3. KONFIRMASI SPESIES VEKTOR Gambar 36 Kondisi lingkungan dan jenis ekosistem yang berpeluang menjadi faktor risiko penularan malaria di Desa Saketa

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I.,

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I., 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini banyak ditemukan dengan derajat dan infeksi yang bervariasi. Malaria

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Waktu Penelitian

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Waktu Penelitian 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di desa Doro yang terletak di wilayah pesisir barat Pulau Halmahera Bagian Selatan. Secara administratif Desa Doro termasuk ke dalam wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan penyakit yang penyebarannya sangat luas di dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan derajat dan berat infeksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009)

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini menjadi masalah bagi kesehatan di Indonesia karena dapat menyebabkan kematian terutama pada bayi, balita,

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. Malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 106 negara dan diperkirakan

BAB l PENDAHULUAN. Malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 106 negara dan diperkirakan BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 106 negara dan diperkirakan menyerang 216 juta orang serta menyebabkan kematian 655.000 jiwa setiap tahunnya Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik WHO menyebutkan bahwa diperkirakan sekitar 3,2 milyar

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik WHO menyebutkan bahwa diperkirakan sekitar 3,2 milyar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit tular vektor yang sangat luas distribusi dan persebarannya di dunia, terutama daerah tropis dan subtropis. Data statistik WHO

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Frekuensi = Dominasi Spesies Angka dominasi spesies dihitung berdasarkan hasil perkalian antara kelimpahan nisbi dengan frekuensi nyamuk tertangkap spesies tersebut dalam satu waktu penangkapan. Dominasi

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 32 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman dan Kelimpahan Nisbi Larva Anopheles spp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 11 spesies Anopheles yang ditemukan berdasarkan survei larva, 1 spesies di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan sebagai vektor penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD),

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE. Lokasi penelitian di Desa Riau Kecamatan Riau Silip Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung. Lokasi Penelitian. Kec.

3 BAHAN DAN METODE. Lokasi penelitian di Desa Riau Kecamatan Riau Silip Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung. Lokasi Penelitian. Kec. 3 BAHAN DAN METODE 3. 1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung (Gambar 1). Secara geografis desa ini terletak di wilayah bagian

Lebih terperinci

ABSTRAK

ABSTRAK IDENTIFIKASI NYAMUK spp. DI DELTA LAKKANG KECAMATAN TALLO MAKASSAR SULAWESI SELATAN Andi Sitti Rahma 1, Syahribulan 2, dr. Isra Wahid 3, 1,2 Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin 3 Jurusan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 2.1. Kota Pangkalpinang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kota Pangkalpinang merupakan daerah otonomi yang letaknya di bagian timur Pulau Bangka. Secara astronomi, daerah ini berada pada garis 106 4 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit genus plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan gigitan nyamuk Anopheles

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE. Sarmi. Kota. Waropen. Jayapura. Senta. Ars. Jayapura. Keerom. Puncak Jaya. Tolikara. Pegunungan. Yahukimo.

3 BAHAN DAN METODE. Sarmi. Kota. Waropen. Jayapura. Senta. Ars. Jayapura. Keerom. Puncak Jaya. Tolikara. Pegunungan. Yahukimo. 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Dulanpokpok Kecamatan Fakfak Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat. Desa Dulanpokpok merupakan daerah pantai, yang dikelilingi

Lebih terperinci

ARTIKEL SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR DAN KESAKITAN MALARIA DIKABUPATEN SUKABUMI

ARTIKEL SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR DAN KESAKITAN MALARIA DIKABUPATEN SUKABUMI ARTIKEL SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR DAN KESAKITAN MALARIA DIKABUPATEN SUKABUMI Lukman Hakim, Mara Ipa* Abstrak Malaria merupakan penyakit yang muncul sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan dan berinteraksi, ketiga nya adalah host, agent dan lingkungan. Ketiga komponen ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, terutama di negara-negara tropis dan subtropis. Kurang lebih satu miliar penduduk dunia pada 104 negara (40%

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit penyebab masalah kesehatan masyarakat terutama di negara tropis dan sub tropis yang sedang berkembang. Pertumbuhan penduduk yang

Lebih terperinci

BAB 4. KARAKTERISTIK HABITAT LARVA Anopheles spp. DI DESA SAKETA, DAERAH ENDEMIK MALARIA DI KABUPATEN HALMAHERA SELATAN

BAB 4. KARAKTERISTIK HABITAT LARVA Anopheles spp. DI DESA SAKETA, DAERAH ENDEMIK MALARIA DI KABUPATEN HALMAHERA SELATAN 45 BAB 4 KARAKTERISTIK HABITAT LARVA Anopheles spp. DI DESA SAKETA, DAERAH ENDEMIK MALARIA DI KABUPATEN HALMAHERA SELATAN [Habitat Characteristics of Anopheles Spp. larvae in Saketa Village, A Malaria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Malaria adalah salah satu penyakit yang mempunyai penyebaran luas, sampai saat ini malaria menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Berdasarkan Survei

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang sangat dominan di daerah tropis dan sub tropis serta dapat mematikan (membunuh) lebih dari satu juta manusia di

Lebih terperinci

I. PENGANTAR. Separuh dari keseluruhan penduduk dunia, diperkirakan 3,3 miliar orang,

I. PENGANTAR. Separuh dari keseluruhan penduduk dunia, diperkirakan 3,3 miliar orang, I. PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Separuh dari keseluruhan penduduk dunia, diperkirakan 3,3 miliar orang, hidup di wilayah endemis malaria dengan sekitar 250 juta orang terinfeksi malaria untuk tiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filariasis merupakan salah satu penyakit tertua dan paling melemahkan yang dikenal dunia. Filariasis limfatik diidentifikasikan sebagai penyebab kecacatan menetap dan

Lebih terperinci

GAMBARAN FAKTOR LINGKUNGAN DAERAH ENDEMIS MALARIA DI DAERAH BERBATASAN (KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN KABUPATEN TRENGGALEK)

GAMBARAN FAKTOR LINGKUNGAN DAERAH ENDEMIS MALARIA DI DAERAH BERBATASAN (KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN KABUPATEN TRENGGALEK) Ririh Y., Gambaran Faktor Lingkungan Daerah Endemis Malaria GAMBARAN FAKTOR LINGKUNGAN DAERAH ENDEMIS MALARIA DI DAERAH BERBATASAN (KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN KABUPATEN TRENGGALEK) Environmental Factor

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ukuran Stadium Larva Telur nyamuk Ae. aegyti menetas akan menjadi larva. Stadium larva nyamuk mengalami empat kali moulting menjadi instar 1, 2, 3 dan 4, selanjutnya menjadi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk 16 Identifikasi Nyamuk HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis nyamuk yang ditemukan pada penangkapan nyamuk berumpan orang dan nyamuk istirahat adalah Ae. aegypti, Ae. albopictus, Culex, dan Armigeres. Jenis nyamuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit parasit tropis yang penting didunia dan masih merupakan masalah utama didunia. Malaria adalah penyebab kematian nomor 4 di dunia setelah infeksi

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu penyakitnya yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) yang masih menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang mengancam jiwa dan banyak menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta penduduk di dunia terinfeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit akibat virus yang ditularkan oleh vektor nyamuk dan menyebar dengan cepat. Data menunjukkan peningkatan 30 kali lipat dalam

Lebih terperinci

GAMBARAN AKTIVITAS NYAMUK ANOPHELES PADA MANUSIA DAN HEWAN DI KECAMATAN BONTOBAHARI KABUPATEN BULUKUMBA

GAMBARAN AKTIVITAS NYAMUK ANOPHELES PADA MANUSIA DAN HEWAN DI KECAMATAN BONTOBAHARI KABUPATEN BULUKUMBA GAMBARAN AKTIVITAS NYAMUK ANOPHELES PADA MANUSIA DAN HEWAN DI KECAMATAN BONTOBAHARI KABUPATEN BULUKUMBA Description Activities of Anopheles Mosquitoes in Humans and Animals Subdistrict Bontobahari Bulukumba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis terbesar di dunia. Iklim tropis menyebabkan timbulnya berbagai penyakit tropis yang disebabkan oleh nyamuk dan sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh pada daerah yang berair payau dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan mangrove memiliki ekosistem khas karena

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Malaria dan vektornya Pada dekade terakhir malaria muncul kembali dan menyebar luas dengan dampak yang merugikan bagi kesehatan, sosial ekonomi dan politik. Kemunculan kembali

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium Development Goals (MDGs), Indonesia mempunyai komitmen untuk melaksanakannya serta menjadikannya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Iklim dan Cuaca Pesisir Selatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Iklim dan Cuaca Pesisir Selatan 6 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Iklim dan Cuaca Pesisir Selatan Pantai Batu Kalang terletak di pinggir pantai selatan Sumatera Barat tepatnya di Kabupaten Pesisir Selatan. Daerah Sumatera

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi parasit yaitu Plasmodium yang menyerang eritrosit.malaria dapat berlangsung akut maupun

Lebih terperinci

Proses Penularan Penyakit

Proses Penularan Penyakit Bab II Filariasis Filariasis atau Penyakit Kaki Gajah (Elephantiasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Filariasis disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang dominan di daerah tropis dan sub tropis dan dapat mematikan. Setidaknya 270 penduduk dunia menderita malaria dan lebih dari

Lebih terperinci

Summery ABSTRAK. Kata kunci : Malaria, Lingkungan Fisik Kepustakaan 16 ( )

Summery ABSTRAK. Kata kunci : Malaria, Lingkungan Fisik Kepustakaan 16 ( ) Summery ABSTRAK Nianastiti Modeong. 2012. Deskripsi Lingkungan Fisik Daerah Endemik Malaria di Desa Kotabunan Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Skripsi, Jurusan Kesehatan Masyarakat,

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN UMUM. Pengamatan di daerah pasang surut Delta Upang menunjukkan. bahwa pembukaan hutan rawa untuk areal pertanian

V. PEMBAHASAN UMUM. Pengamatan di daerah pasang surut Delta Upang menunjukkan. bahwa pembukaan hutan rawa untuk areal pertanian V. PEMBAHASAN UMUM Pengamatan di daerah pasang surut Delta Upang menunjukkan bahwa pembukaan hutan rawa untuk areal pertanian dan pemukiman mengakibatkan timbulnya berbagai habitat. Habitat yang ada dapat

Lebih terperinci

Pasal 3 Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak

Pasal 3 Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN MALARIA Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium yang ditularkan kepada manusia oleh nyamuk Anopheles dengan gejala demam

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anopheles spp. Sebagai Vektor

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anopheles spp. Sebagai Vektor 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anopheles spp. Sebagai Vektor Nyamuk Anopheles merupakan satu genus dari famili Culicidae, ordo Diptera, kelas Insecta. Jentik Anopheles ditandai dengan rambut berbentuk kipas

Lebih terperinci

Global Warming. Kelompok 10

Global Warming. Kelompok 10 Global Warming Kelompok 10 Apa itu Global Warming Global warming adalah fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (green house effect) yang disebabkan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA PERAIRAN DAN KAITANNYA DENGAN DISTRIBUSI SERTA KELIMPAHAN LARVA IKAN DI TELUK PALABUHAN RATU NURMILA ANWAR

KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA PERAIRAN DAN KAITANNYA DENGAN DISTRIBUSI SERTA KELIMPAHAN LARVA IKAN DI TELUK PALABUHAN RATU NURMILA ANWAR KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA PERAIRAN DAN KAITANNYA DENGAN DISTRIBUSI SERTA KELIMPAHAN LARVA IKAN DI TELUK PALABUHAN RATU NURMILA ANWAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 0 I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Burung Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem maupun bagi kepentingan kehidupan manusia dan membantu penyebaran Tumbuhan yang ada disuatu kawasan

Lebih terperinci

Hubungan Kepadatan dan Biting Behaviour Nyamuk Anopheles farauti Dengan Kasus Malaria di Ekosistem Pantai dan Rawa (Kabupaten Biak Numfor dan Asmat)

Hubungan Kepadatan dan Biting Behaviour Nyamuk Anopheles farauti Dengan Kasus Malaria di Ekosistem Pantai dan Rawa (Kabupaten Biak Numfor dan Asmat) Biota Vol. 19 (1): 27 35, Februari 2014 ISSN 0853-8670 Hubungan Kepadatan dan Biting Behaviour Nyamuk Anopheles farauti Dengan Kasus Malaria di Ekosistem Pantai dan Rawa (Kabupaten Biak Numfor dan Asmat)

Lebih terperinci

4. SEBARAN DAERAH RENTAN PENYAKIT DBD MENURUT KEADAAN IKLIM MAUPUN NON IKLIM

4. SEBARAN DAERAH RENTAN PENYAKIT DBD MENURUT KEADAAN IKLIM MAUPUN NON IKLIM 4. SEBARAN DAERAH RENTAN PENYAKIT DBD MENURUT KEADAAN IKLIM MAUPUN NON IKLIM 4.1. PENDAHULUAN 4.1.1. Latar Belakang DBD termasuk salah satu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus sebagai patogen dan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk Anopheles spp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis-jenis nyamuk Anopheles di Desa Riau Kecamatan Riau Silip terdiri atas empat spesies, yaitu An. letifer

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan perwakilan dari 189 negara dalam sidang Persatuan Bangsa-Bangsa di New York pada bulan September

Lebih terperinci

NYAMUK Anopheles sp DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DI KECAMATAN RAJABASA, LAMPUNG SELATAN

NYAMUK Anopheles sp DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DI KECAMATAN RAJABASA, LAMPUNG SELATAN [ ARTIKEL REVIEW ] NYAMUK Anopheles sp DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DI KECAMATAN RAJABASA, LAMPUNG SELATAN Gilang Yoghi Pratama Faculty of medicine, Lampung University Abstract Malaria is an infectious

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hutan dapat diberi batasan sesuai dengan sudut pandang masing-masing pakar. Misalnya dari sisi ekologi dan biologi, bahwa hutan adalah komunitas hidup yang terdiri dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 25 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini untuk melihat karakteristik tempat perindukan di laksanakan pada bulan Oktober - November 2014 di Desa Way Muli Kecamatan Rajabasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit menular tropik yang distribusinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit menular tropik yang distribusinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular tropik yang distribusinya sangat luas di dunia. Menurut laporan tahunan WHO, diperkirakan 3,3 miliar penduduk dunia berisiko

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 20 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Hasil penelitian menunjukk an keragaman jenis nyamuk Anopheles spp yang dilaksanakan dari bulan Februari sampai Agustus 2011 di Kelurahan Caile dan Kelurahan Ela-Ela

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik BAB I Pendahuluan A. latar belakang Di indonesia yang memiliki iklim tropis memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik dan dapat berfungsi sebagai vektor penyebar penyakitpenyakit seperti malaria,

Lebih terperinci

HABITAT YANG POTENSIAL UNTUK ANOPHELES VAGUS DI KECAMATAN LABUAN DAN KECAMATAN SUMUR KABUPATEN PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN

HABITAT YANG POTENSIAL UNTUK ANOPHELES VAGUS DI KECAMATAN LABUAN DAN KECAMATAN SUMUR KABUPATEN PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN HABITAT YANG POTENSIAL UNTUK ANOPHELES VAGUS DI KECAMATAN LABUAN DAN KECAMATAN SUMUR KABUPATEN PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN Potential Habitat Of Anopheles vagus In Labuan And Sumur Sub-Districts In Pandeglang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah klien serta semakin luas penyebarannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Malaria 1. Penyakit Malaria Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan ditularkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari 17% penyakit infeksi ditularkan melalui gigitannya dan lebih dari 1 juta orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari 17% penyakit infeksi ditularkan melalui gigitannya dan lebih dari 1 juta orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyamuk merupakan serangga yang penting dalam ilmu kedokteran karena lebih dari 17% penyakit infeksi ditularkan melalui gigitannya dan lebih dari 1 juta orang meninggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), juta orang di seluruh dunia terinfeksi

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), juta orang di seluruh dunia terinfeksi 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang angka kejadiannya masih tinggi di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Pada tahun 2011, menurut World Health Organization

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian 17 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng yaitu Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya (Gambar 1).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu melahirkan, serta menimbulkan Kejadian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, sering muncul sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO (2013) penyakit infeksi oleh parasit yang terdapat di daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah kesehatan masyarakat di

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia dan hidup serta tumbuh berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air laut merupakan suatu medium yang unik. Sebagai suatu sistem, terdapat hubungan erat antara faktor biotik dan faktor abiotik, karena satu komponen dapat

Lebih terperinci

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis ix H Tinjauan Mata Kuliah utan tropis yang menjadi pusat biodiversitas dunia merupakan warisan tak ternilai untuk kehidupan manusia, namun sangat disayangkan terjadi kerusakan dengan kecepatan yang sangat

Lebih terperinci

Project Status Report. Presenter Name Presentation Date

Project Status Report. Presenter Name Presentation Date Project Status Report Presenter Name Presentation Date EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MALARIA Oleh : Nurul Wandasari S Program Studi Kesehatan Masyarakat Univ Esa Unggul 2012/2013 Epidemiologi Malaria Pengertian:

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan 29 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan ekosistem laut. Mangrove diketahui mempunyai fungsi ganda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit yang masih mengancam kesehatan masyarakat dunia. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan lama yang muncul kembali (re-emerging).

Lebih terperinci

C030 PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KABUPATEN MIMIKA

C030 PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KABUPATEN MIMIKA C030 PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KABUPATEN MIMIKA Nurhadi 1,2, Soenarto Notosoedarmo 1, Martanto Martosupono 1 1 Program Pascasarjana Magister Biologi Universitas Kristen Satya Wacana,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut: 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Anopheles sp. 1. Klasifikasi Nyamuk Anopheles sp. Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Sub famili Genus : Animalia : Arthropoda

Lebih terperinci

Keanekaragaman jenis dan karakteristik habitat nyamuk Anopheles spp. di Desa Datar Luas, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh

Keanekaragaman jenis dan karakteristik habitat nyamuk Anopheles spp. di Desa Datar Luas, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh Jurnal Entomologi Indonesia Indonesian Journal of Entomology ISSN: 1829-7722 November 2015, Vol. 12 No. 3, 139 148 Online version: http://jurnal.pei-pusat.org DOI: 10.5994/jei.12.3.139 Keanekaragaman jenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries,

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit malaria masih mendominasi masalah kesehatan di masyarakat dunia, menurut laporan WHO tahun 2009 ada 109 negara endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan

PENDAHULUAN. di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan 15 PENDAHULUAN Latar Belakang Bahan organik merupakan salah satu indikator kesuburan lingkungan baik di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan kualitas tanah dan di perairan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di wilayah kerja puskesmas Motoboi Kecil

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di wilayah kerja puskesmas Motoboi Kecil 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini ber di wilayah kerja puskesmas Motoboi Kecil Kecamatan Kotamobagu Selatan Kota Kotamobagu. Wilayah kerja puskesmas Motoboi Kecil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia memiliki keunggulan komparatif potensi tumbuhan sagu terluas di dunia dibandingkan dengan negara-negara penghasil sagu yang lain, seperti Papua New Guinea (PNG),

Lebih terperinci

Spesies yang diperoleh pada saat penelitian

Spesies yang diperoleh pada saat penelitian PEMBAHASAN Spesies yang diperoleh pada saat penelitian Dari hasil identifikasi sampel yang diperoleh pada saat penelitian, ditemukan tiga spesies dari genus Macrobrachium yaitu M. lanchesteri, M. pilimanus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Virus dengue merupakan Anthropode-Borne Virus (Arbovirus) keluarga Flaviviridae 1, virus ini dapat menyebabkan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), yang dapat berakibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium sp yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium sp yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium sp yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles spp betina. Penyakit malaria bersifat reemerging disease

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota di

Lebih terperinci

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4.1. Latar Belakang Sebagaimana diuraikan terdahulu (Bab 1), DAS merupakan suatu ekosistem yang salah satu komponen penyusunannya adalah vegetasi terutama berupa hutan dan perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita

Lebih terperinci

SEBARAN HABITAT PERKEMBANGBIAKAN LARVA ANOPHELES SPP DI KECAMATAN BULA, KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR, PROVINSI MALUKU

SEBARAN HABITAT PERKEMBANGBIAKAN LARVA ANOPHELES SPP DI KECAMATAN BULA, KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR, PROVINSI MALUKU SEBARAN HABITAT PERKEMBANGBIAKAN LARVA ANOPHELES SPP DI KECAMATAN BULA, KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR, PROVINSI MALUKU Distribution of Anopheles spp larvae breeding places in Bula, Seram Bagian Timur District,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan utama masyarakat internasional dan merupakan jenis penyakit yang berpotensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian Kabupaten Intan Jaya, adalah kabupaten yang baru berdiri pada tahun 2009, dan merupakan kabupaten pemekaran dari kabupaten sebelumnya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung Walet memiliki beberapa ciri khas yang tidak dimiliki oleh burung lain. Ciri khas tersebut diantaranya melakukan hampir segala aktivitasnya di udara seperti makan

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

DISTRIBUSI SPASIAL DAN KARAKTERISTIK HABITAT PERKEMBANGBIAKAN

DISTRIBUSI SPASIAL DAN KARAKTERISTIK HABITAT PERKEMBANGBIAKAN DISTRIBUSI SPASIAL DAN KARAKTERISTIK HABITAT PERKEMBANGBIAKAN Anopheles spp. SERTA PERANANNYA DALAM PENULARAN MALARIA DI DESA DORO KABUPATEN HALMAHERA SELATAN PROVINSI MALUKU UTARA MULYADI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS A. Kerangka Teori Masalah kesehatan merupakan masalah yang multikausal, sehingga penanganan dan solusi pemecahan masalah kesehatan juga harus dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Penyakit Malaria merupakan infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies Plasmodium penyebab malaria

Lebih terperinci

Anti Nyamuk Bakar dan Kampanye Rumah Bebas Nyamuk

Anti Nyamuk Bakar dan Kampanye Rumah Bebas Nyamuk Anti Nyamuk Bakar dan Kampanye Rumah Bebas Nyamuk Upik Kesumawati Hadi Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. I. Ekologi Tanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) baik di daerah tropis (15 LU - 15 LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di

TINJAUAN PUSTAKA. I. Ekologi Tanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) baik di daerah tropis (15 LU - 15 LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di TINJAUAN PUSTAKA I. Ekologi Tanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15 LU - 15 LS). Tanaman ini tumbuh

Lebih terperinci