INTERAKSI GLUTENIN DAN BETALAIN DITINJAU DARI ASPEK MOLEKULER ADONAN DISUPLEMENTASI BIT MERAH (Beta Vulgaris L)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INTERAKSI GLUTENIN DAN BETALAIN DITINJAU DARI ASPEK MOLEKULER ADONAN DISUPLEMENTASI BIT MERAH (Beta Vulgaris L)"

Transkripsi

1 INTERAKSI GLUTENIN DAN BETALAIN DITINJAU DARI ASPEK MOLEKULER ADONAN DISUPLEMENTASI BIT MERAH (Beta Vulgaris L) Hendrikus Nendra Prasetya Universitas Katolik Widya Karya, Malang Alamat Korespondensi : Jl.Bondowoso No 2, Telp. (0341) Fax. (0341) hendrikus@widyakarya.ac.id Abstrak Penambahan senyawa antioksidan ke dalam adonan roti akan mempengaruhi ikatan disulfida dan gugus sulfhidril di dalamnya. Antioksidan membuat penurunan jumlah ikatan disulfida dan kenaikan gugus sulfhidril. Berkurangnya ikatan disulfida akan membuat jaringan gluten melemah, sehingga mempengaruhi fraksi glutenin adonan roti dan berpengarauh terhadap kualitas fisik sebelum dan setelah pemanggangan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari interaksi antara glutenin dengan betalain pada adonan roti serta perubahan fisik setelah adonan dipanggang yang meliputi tekstur dan warna. Penelitian ini menggunakan 3 macam perlakuan protein tepung terigu yaitu protein rendah (9-11%), sedang (11-13%), dan tinggi (13-15%). Tiga tingkat suplementasi konsentrasi bit merah yang ditambahkan yaitu 0%, 5%, dan 10%. Berdasarkan hasil fraksinasi protein, nilai tertinggi dari fraksinasi protein adalah fraksi glutenin dan mengalami penurunan selaras dengan ditambahkannya konsentrasi bit merah. Hasil analisa molekuler menggunakan elektroforesis SDS- PAGE, terdapat 3 sub kelompok LMW yang terdeteksi yaitu B-LMW, C-LMW, dan D-LMW serta 2 sub kelompok sulfida asam amino yaitu sulphur rich prolamin dan sulphur poor prolamin. Interaksi antara glutenin dan betalain pada B-LMW dan sulphur rich prolamin terlihat dengan meningkatnya reduksi betalain setelah pemanggangan. Melemahnya ikatan disulfida juga mempengaruhi tekstur. Nilai tekstur setelah pemanggangan dari adonan menjadi meningkat, hal ini dikarenakan tidak terbentuknya ikatan disulfida pada glutenin. Penambahan betalain juga mempengaruhi perubahan warna, semakin banyak penambahan betalain maka nilai L menjadi menurun tetapi nilai a* meningkat. Kata kunci: Glutenin, betalain, SDS-PAGE, LMW, ikatan disulfida 1. PENDAHULUAN Tubuh memerlukan antioksidan sebagai substansi untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas [1]. Penambahan antioksidan dapat dilakukan pada berbagai produk pangan, salah satunya roti. Penggunaan antioksidan tepung jahe dalam roti menunjukkan adanya peningkatan hardness dan kecerahan roti manis [2]. Adanya penambahan antioksidan juga menyebabkan perubahan berat molekul fraksi protein glutenin pada adonan tepung terigu yang mengandung jahe dan dengan adanya penambahan tepung jahe dengan konsentrasi yang semakin tinggi menyebabkan peningkatan aktivitas antioksidan pada produk roti manis [2,3]. Penambahan antioksidan jahe, menunjukkan adanya perubahan berat molekul protein glutenin pada adonan roti. Berat molekul adonan tepung terigu tanpa penambahan jahe memiliki empat sub unit protein, dengan penambahan jahe 1,5% dan 3% berubah menjadi enam sub unit protein [3]. Berat molekul protein gluten dipengaruhi adanya ikatan disulfida (SS) dengan gugus sulfhidril (SH), sehingga mempengaruhi sifat adonan dan berat molekul protein [4]. Tepung terigu mengandung protein gluten yang terdiri dari fraksi protein gliadin dan glutenin, fraksi protein glutenin tersusun atas rantai polipeptida yang diikat oleh ikatan disulfida intermolekuler [5]. Antioksidan yang ditambahkan ke dalam adonan akan mempengaruhi ikatan disulfida dan gugus sulfhidril di dalamnya, jumlah ikatan disulfida akan mengalami penurunan dan gugus sulfhidril mengalami peningkatan, serta melemahkan jaringan gluten [6]. Bit merah (Beta vulgaris L) berasal dari famili Amaranthaceae, merupakan sumber potensial serat pangan, vitamin dan mineral [1]. Kandungan nutrisi bit merah yang potensial serta merupakan 526 SENASPRO 2017 Seminar Nasional dan Gelar Produk

2 antioksidan untuk dikembangkan adalah asam folat dan vitamin C, selain itu juga mengandung mineral diantaranya berupa mangan, kalium, magnesium, besi, tembaga, dan fosfor [7]. Pigmen yang terdapat pada bit merah adalah pigmen merah dan merupakan sumber pewarna alami untuk makanan dan minuman. Pewarna alami tersebut dihasilkan dari ekstrak cair bit merah. Pigmen dalam bit merah dapat diklasifikasikan sebagai antosianin [8]. Kandungan pigmen dalam bit merah ada bermacammacam dan semuanya masuk dalam kelas betalain, betalain larut dalam air dan rentang terhadap panas [9]. Betalain terdiri atas dua kelompok yakni red betasianin dan yellow betaxanthin, Senyawa antioksidan utama yang terkandung di dalam bit merah adalah senyawa betalain [10]. Stabilitas betasianin pada perlakuan panas stabil pada suhu 40 o C dan akan semakin menurun dengan adanya peningkatan suhu, ph stabilitasnya adalah ph 5, betasianin juga dipengaruhi oleh cahaya dan oksigen [11]. Betasianin dapat menyerap cahaya dengan panjang gelombang maksimal 540 nm, sedangkan betasantin maksimal 480 nm [12]. Roti secara umum roti merupakan campuran tepung terigu dengan air, garam, gula, lemak dan ragi. Tepung terigu mempunyai kemampuan membentuk gluten saat bercampur dengan air, gluten mempunyai sifat elastis sehingga menghasilkan produk tidak mudah rusak [13]. Roti gandum dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis tepung yang digunakan diantaranya sangat rendah ( 9.0%), rendah (9,1-11,5%), sedang (11,6-13,5%), tinggi (13,6-15,5 %), sangat tinggi (15,6-17,5%), dan ekstra tinggi ( 17.6%) [14]. Protein tepung sendiri terdiri dari 2 kelompok, yaitu protein non gluten dan protein gluten, protein non gluten adalah albumin dan globulin sebanyak 20-25% dari total protein tepung, sedangkan protein gluten terdiri dari 30-40% gliadin dan 45% glutenin dari total protein tepung terigu [5]. Gluten mempunyai sifat elastis serta mengembang bila dicampur air. Gluten akan menentukan hasil produk karena akan mempengaruhi baik tidaknya kerangka atau jaringan, sehingga mempengaruhi pula baik tidaknya produk [15]. Semakin tinggi kandungan gluten di dalam tepung gandum maka akan didapatkan tekstur, struktur, dan volume pengembangan roti yang semakin bagus [16]. Glutenin tersusun atas rantai polipeptida tunggal yang diikat oleh ikatan disulfida intermolekuler. Glutenin dapat dikelompokkan menjadi dua sub unit berdasarkan berat molekul, yakni sub unit dengan berat molekul antara 100 kda 140 kda (High Molecular Weight) dan sub unit dengan berat molekul kurang dari 100 kda (Low Molecular Weught) [5]. Adanya perubahan protein yang sudah termodifikasi maka dapat digunakan metode SDS- Polyacrylamide Gel Elektrophoresis (SDS-PAGE), metode ini dilakukan dengan dasar pemisahan protein berdasarkan berat molekul dan muatan daya listrik [17,18]. Gel poliakrilamid terbentuk dari proses polimerasi akrilamid, dengan menggunakan agen pengkatalis Amonium Persulfat (APS), dan agen initiator yang berperan dalam proses ini yaitu Tetramethylethylendiamine (TEMED), sehingga saat proses polimerasi berlangsung maka akan terbentuk ikatan silang antara agen pengkatalis dan initiator [19]. Pada saat proses elektroforesis protein akan bergerak bila dialiri arus listrik dan memisah berdasarkan ukuran, protein yang bermuatan akan bergerak dalam medan listrik, Kecepatan perpindahan protein berbanding lurus dengan massa protein, sehingga semakin tinggi massa maka kecepatan migrasi akan semakin cepat Gel berfungsi sebagai saringan molekul sehingga dapat meningkatkan pemisahan [19]. Gel juga berfungsi sebagai penjaga agar molekul protein yang sudah terpisah tidak berdifusi terlalu cepat ke dalam fase cair, molekul protein yang lebih kecil bergerak gerak didalam gel sesuai ukurannya, dan molekul protein yang lebih besar hampir tidak bergerak. Larutan SDS digunakan untuk memisahkan protein sesuai dengan berat molekul, fungsi SDS sebagai agen pereduksi akan memecah ikatan disulfida, sehingga dapat memisahkan protein menjadi satuan sub unit dan memberikan muatan untuk bermigrasi sesuai dengan berat molekul melalui gel. Dithiothreitol (DTT) ditambahkan sebagai agen pereduksi yang berfungsi untuk memotong ikatan disulfida sehingga terjadi pelepasan pelipatan molekul. Sub unit glutenin berdasarkan berat molekulnya dibagi menjadi 2 yaitu HMW-GS (High Molecular Weight Glutenin Subunit) dan LMW-GS (Low Molecular Weight Glutenin Subunit), lebih lanjut subunit glutenin dibagi menjadi empat sub kelompok (A, B, C dan D) atas dasar pada mobilitas elektroforesis SDS-PAGE. Sub kelompok A merupakan HMW-GS dengan berat molekul antara kda. Sub kelompok B, C dan D merupakan LMW-GS. B-LMW memiliki berat molekul kda, C-LMW memiliki berat molekul < 40 kda dan D-LMW memiliki berat molekul kda [20]. Gluten juga terdiri dari berbagai jenis asam amino, diantaranya glutamin, prolin, glisin, sistein, Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

3 penilalanin dan listin. Adanya asam amino yang sangat penting dalam pembentukan struktur dan fungsi gluten adalah sistein [5,21]. Gluten juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kandungan sulfidanya yaitu sulphur-rich prolamin (α-, β-, γ-gliadin serta B dan C-LMW glutenin) dan sulphurpoor prolamin (ω-gliadin dan D-LMW glutenin) [5]. 2. METODE Jenis penelitian ini adalah eksperimen, menggunakan 2 perlakuan yaitu jenis tepung terigu yang terdiri dari tepung terigu protein rendah (9-10%), tepung terigu protein sedang (11-13%), dan tepung terigu protein tinggi (13-15%), serta penambahan bit merah dengan konsentrasi 0%, 5% dan 10%. Bahan kimia yang digunakan untuk fraksinasi protein dan pengukuran berat molekul protein adalah etanol 70%, aquabidestilata (ddh 2 O), dithiothreitol (DTT), larutan 1-propanol, larutan 0,5 N NaCl, akrilamid, Tris-Cl, SDS (Sodium Dodecylsuphate), APS (Ammonium Persulphate), TEMED, glycine, gliserol, asam asestat glasial, Coomassive Blue R-250, Bromophenol Blue, dan Standar BSA (Bovine Serum Albumine) Low Molecular Weight (75 kda, 63 kda, 48 kda, 35 kda, 28 kda, 17 kda, dan 10 kda). 2.1 Pembuatan roti Pembuatan adonan roti menggunakan formulasi, seperti yang terlihat pada Tabel 1 dan formulasi adonan roti dapat dilihat pada Tabel 2. Tepung bit merah dan air dicampur terlebih dahulu, kemudian ditambahkan ke tepung terigu lalu diaduk hingga merata dan kalis dengan menggunakan mixer selama 5 menit dengan kecepatan 3. Adonan yang telah kalis, lalu diprofing selama 30 menit, suhu 35 C, dan kelembaban 80%. Adonan yang telah mengembang kemudian dipanggang pada suhu C, selama 20 menit. Tabel 1. Kombinasi Perlakuan Konsentrasi Bit Merah (%) 0 Protein Rendah (9-11%) 5 Tepung Terigu Protein Sedang (11-13% ) Protein Tinggi (13-15%) Tabel 2. Formulasi adonan roti bit merah (gram) Rendah Sedang Tinggi 0% 5% 10% 0% 5% 10% 0% 5% 10% Tepung terigu Air 58,8 58,8 58,8 59,6 59,6 59,6 64,4 64,4 64,4 Serbuk bit merah Ekstraksi adonan roti Ekstraksi dilakukan pada adonan roti yang belum di panggang untuk mengetahui interaksi antara protein gluten dengan bit merah menggunakan metode Osborn yang telah dimodifikasi. Ada empat tahap ekstraksi untuk mendapatkan fraksi glutenin yaitu ekstraksi albumin, globulin, gliadin, dan glutenin [22,23,24]. 2.3 Elektroforesis protein (SDS-PAGE) Gel dibuat dari larutan 12,5% Separating Gel dan larutan 4% Stacking Gel. Marker standard yang digunakan adalah Low Molecular Weight, pembacaan hasil SDS-PAGE, berat molekul (BM) dapat dicari dengan menghitung nilai Rf (Retardation Factor) [24,25] dari masing-masing pita dengan rumus: 528 SENASPRO 2017 Seminar Nasional dan Gelar Produk

4 jarak pergerakan pita dari tempat awal Rf = jarak pergerakan warna dari tempat awal Kemudian Rf dimasukkan ke dalam persamaaan regresi linier dengan rumus sebagai berikut: y = a + bx keterangan : y = log BM, x = Rf, BM = anti log y 2.4 Analisa Betalain (Betasianin dan Betasantin) Analisa betalain menggunakan metode spektrofotometri pada panjang gelombang 538 nm untuk betasianin dan 480 nm untuk betasantin. Absorbansi yang terbaca digunakan untuk menghitung konsentrasi betalain untuk tiap sampel. Untuk menghitung betasianin dan betasantin, berat molekul dan molar extinction coefficients (e) digunakan. Pada betasianin MW=550 g/mol; e= L/mol cm dalam H 2 O, sedangkan untuk betasantin MW=308 g/mol; e= L/mol c dalam H 2 O [26]. 2.5 Analisis Tekstur Analisa tekstur menggunakan alat Llyod Texture Analyzer dengan test speed = 5 mm/s, dan trigger = 25 gf [27]. 2.6 Analisis Warna Pengujian warna menggunakan Chromameter CR-400 (Minolata, Japan) untuk menere CIE L* (Lightness atau tingkat kecerahan), a* (redness atau greeness), dan b* (yellowness atau blueness) [28]. 2.5 Analisis Data Data dari hasil pengujian reduksi warna berupa lightness (L), redness (a), yellowness (b), dan tekstur berupa kekerasan (hardness) dianalisis dengan SPSS (Statistical Package for Social Science) 17.0, menggunakan two way ANOVA dan uji Post Hoc berdasarkan metode Duncan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Profil Berat Molekul Protein pada Adonan Tepung Terigu yang mengandung Bit Merah Gambar 1. Berat molekul adonan yang mengandung betalain Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan bit merah pada adonan tepung terigu dapat mengubah berat molekul fraksi glutenin, seperti yang terlihat pada Gambar 1. Sub unit glutenin dibagi menjadi 2 kelas yaitu sub unit HMW dan subunit LMW. Sub unit glutenin lebih lanjut diklasifikasikan menjadi empat sub unit (A, B, C dan D) atas dasar mobilitas elektroforesis pada SDS-PAGE. Sub unit A lebih dikenal dengan HMW dengan berat molekul kda dan sub unit B, C dan D disebut sebagai LMW. Sub unit B dan C dari LMW masing-masing memiliki berat molekul kda dan < 40 kda. Sub unit D-LMW mempunyai berat molekul kda [20]. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 3 sub kelompok yaitu sub kelompok B, C dan D-LMW, kecuali sampel dari adonan yang menggunakan protein rendah dengan penambahan bit merah 0% tidak terdeteksi sub kelompok C-LMW. Sub kelompok LMW setidaknya memiliki dua jenis sub kelompok fungsional yang berbeda yaitu sub unit dari tipe B-LMW, yang akan bertindak sebagai pemanjang rantai, karena mengandung dua residu sistein untuk pembentukan ikatan disulfide dan Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

5 sub unit kedua yang mengandung residu sistein tunggal yang mampu membentuk ikatan disulfida dengan bertindak sebagai rantai terminator. Sub unit kelompok kedua sebagian besar berasal dari gliadin karena adanya tambahan residu sistein dari HMW-glutenin. Adanya ikatan disulfida memainkan peran penting dalam menentukan struktur dan sifat protein gluten. Adanya perubahan berat molekul glutenin menjadi salah satu penentu utama kualitas adonan. subunit B-LMW memainkan peran utama dalam kualitas gluten [20,29,30]. Klasifikasi gluten dapat dipisahkan menjadi tiga kelompok besar: yang sulphur rich prolamin (α-, β-, γ-gliadin serta B dan C-LMW glutenin), sulphur poor prolamin (ω-gliadin dan D-LMW glutenin) dan protein dengan berat molekul tinggi (HMW glutenin). C-LMW mirip dengan urutan asam amino γ- dan α-gliadin, sedangkan urutan asam amino D-LMW mirip dengan ω-gliadin, dengan berat molekul ±58 kda. subunit LMW glutenin dengan bm kda memiliki asam amino 30 40% glutamin, 15 20% prolin, 2 3% sistein dan <1.0% Lisin. Komposisi asam amino tersebut sama dengan α-gliadin, β-gliadin, dan γ gliadin. HMW glutenin memiliki bm kda dan mengandung asam amino 30 35% glutamin, 10 16% prolin, 15 20% glisin, 0,5-1,5% sistein dan 0,7-1,4% Lisin. ω gliadin memiliki komposisi asam amino sebesar 40 50% glutamin, 20-30% prolin, 8 9% penilalanin, 0% sistein dan 0-0,5% lisin. Dalam komposisi asam amino gluten, residu sistein memiliki nilai kecil (±2%), namun meskipun komposisi jumlahnya kecil tetapi sistein sangat penting untuk struktur dan fungsi dari gluten. Sistein (dalam bentuk teroksidasi) biasanya membentuk ikatan disulfida antar rantai dalam dan di antara protein [5,20,21] 3.2 Betasianin Gambar 2 Reduksi Betalain setelah pemanggangan Reduksi betalain pada penambahan bit merah sebesar 10%, terdeteksi bahwa reduksi betalain protein rendah lebih rendah, dari pada reduksi betalain protein sedang dan tinggi, namun berdasarkan jumlah sub unit B-LMW sub unit protein rendah lebih banyak dari pada protein sedang dan tinggi. Hal ini kemungkinan karena hasil identifikasi berat molekul berdasarkan kandungan sulphur rich prolamin dari protein sedang lebih banyak terdeteksi yaitu 2 unit sedangkan pada protein rendah dan tinggi terdeteksi 1 unit. Lebih sedikitnya kandungan sulphur rich prolamin yang terdeteksi dari protein rendah dan tinggi kemungkinan karena berikatan dengan senyawa antioksidan, sehingga pada saat pemanggangan residu betalain menjadi lebih kecil. 3.3 Tekstur 530 SENASPRO 2017 Seminar Nasional dan Gelar Produk

6 Gambar 3. Reduksi Tektur setelah Pemanggangan Nilai tekstur adonan setelah dilakukan pemanggangan menjadi lebih tinggi. kemungkinan karena saat proses pemanggangan, air dalam adonan berkurang banyak, sehingga membuat tekstur menjadi keras. Berkurangnya air tersebut kemungkinan karena adanya antioksidan betalain yang membuat jaringan gluten menjadi lemah, hal ini dikarenakan adanya penambahan senyawa antioksidan dapat meningkatkan gugus sulfidril dan mengurangi ikatan disulfida sehingga jaringan gluten melemah [5,20] 3.3 Warna Semakin banyak konsentrasi serbuk bit merah yang ditambahkan, maka nilai kecerahan (L) pada adonan semakin menurun, nilai L yang semakin tinggi menunjukkan warna produk yang semakin putih dan sebaliknya untuk produk dengan warna yang semakin gelap. Adanya penambahan bit merah membuat warna semakin gelap sehingga membuat nilai L turun, sampel tanpa penambahan bit merah terdeteksi mengalami penurunan nilai L sedangkan sampel yang menggunakan tambahan bit merah menjadi naik. Hal ini kemungkinan saat proses pemanggangan telah terjadi perubahan warna roti menjadi kecoklatan [33]. Bit merah mengandung pigmen betalain yang mengandung nitrogen dari asam amino, produk yang mengandung gugus amino dan karbonil dapat menyebabkan browning bila dilakukan perlakuan suhu tinggi [12,32]. Hasil analisa menunjukkan penambahan bit merah membuat nilai a* naik, begitu juga dengan adanya perbedaan protein tepung yang digunakan menunjukkan bahwa semakin tinggi protein tepung yang digunakan maka nilai a* juga naik, hal tersebut disebabkan adanya pigmen betalain yang berwana merah-ungu [33]. Pemanggangan membuat perubahan nilai a* menjadi meturun, hal ini dikarenakan adanya panas mempengaruhi pigmen bit merah yang stabilitas pigmen bit merah dipengaruhi oleh suhu [10]. Nilai b* bernilai positif menunjukkan bahwa sampel cenderung berwarna kuning [28,34]. Nilai b* dari kontrol lebih tinggi dari pada sampel yang ditambahkan dengan bit merah, namun seiring dengan adanya pemanasan menunjukkan adanya peningkatan nilai b* pada sampel yang ditambahkan bit merah dan penurunan pada sampel kontrol yang tidak ditambah bit merah. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena adanya reaksi maillard karena adanya pemanasan. 4. KESIMPULAN Penambahan tepung bit merah pada adonan tepung terigu dapat mempengaruhi fraksi glutenin dan berat molekul dari adonan, perubahan tersebut dikarenakan adanya interaksi antara glutenin dan betalain. Interaksi tersebut dapat terindikasi dari berat molekul protein B-LMW dan sub unit yang mengandung sulphur rich prolamin. Semakin banyak sub kelompok B-LMW dan sub unit yang Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

7 mengandung sulphur rich prolamin maka reduksi betalain setelah pemanggangan mengalami peningkatan. Penambahan bit merah dan perbedaan protein tepung yang digunakan mempengaruhi perubahan tekstur adonan setelah pemanggangan, perubahan tersebut dikarenakan adanya penurunan fraksi glutenin. Menurunnya fraksi glutenin membuat ikatan disulfida juga terpengaruh. Nilai tekstur setelah pemanggangan dari adonan menjadi meningkat, hal ini dikarenakan tidak terbentuknya ikatan disulfida pada glutenin. Penambahan bit merah mempengaruhi perubahan warna adonan setelah pemanggangan, perubahan tersebut dikarenakan adanya pigmen merah-ungu pada bit merah. Semakin banyak penambahan betalain maka nilai L dan b* menjadi menurun tetapi nilai a* meningkat. DAFTAR PUSTAKA [1] Santiago, E.C and Yahia, E. M Identification And Quantification Of Betalains From The Fruits Of 10 Mexican Prickly Pear Cultivars By High-Performance Liquid Chromatography And Electrospray Ionization Mass Spectrometry. Journal Agric of Food Chem. 56: [2] Sari, W.Putri Sari Suplementasi Tepung Jahe (Zingiber Officinale Roscoe) Dalam Produksi Roti Manis : Evaluasi Karakteristik Molekuler Fraksi Protein Adonan Tepung Terigu, Karakteristik Fisik Dan Aktivitas Antioksidan Produk. Skripsi. Universitas Katolik Soegijapranata: Semarang. [3] Liem, A. C Pengaruh Suplementasi Tepung Jahe (Zingiber Officinale) Terhadap Karakteristik Molekuler Protein Pada Adonan, Karakteristik Fisik Dan Antikvitas Antioksidanpada Produk Roti Kukus. Skripsi. Universitas Katolik Soegijapranata: Semarang. [4] Wei, D and Hoseney, R. C Effects Of Certain Breadmaking Oxidants And Reducing Agents On Dough Rheological Properties. American Association Of Cereal Chemists, Inc. Cereal Chem. 72: [5] Zilic, S., Miroljub B., Mirjana P., Dejan D., and Dragana I. M Characterization of Proteins from Grain of Different Bread and Durum Wheat Genotypes. International Journal of Molecular Sciences. 12: [6] Ananingsih, V. K., and Zhou, W Effect of Green Tea Extract on Large Deformation Rheological Properties of Steamed Bread Dough and Some Quality Attributes of Steamed Bread. In 11th International Congres on Engineering and Food, (pp ). Athens, Greece. [7] Strack, D.,Vogt, T. and Schliemann, W. (2003). Review Recent Advances in Betalain Research.Phytochemistry. 62: [8] Winanti, E. R., Andriani, M.A.M. dan Nurhartadi, E Pengaruh Penambahan Bit (Beta Vulgaris) Sebagai Pewarna Alami Terhadap Karakteristik Fisikokimia Dan Sensori Sosis Daging Sapi. Jurnal Teknosains Pangan. 2, No 4: [9] Nemzer, B., Pietrzkowski, Z., Spórna, A., Stalica, P., Thresher, W., Michalowski, T. and Wybraniec, S Betalainic And Nutritional Profiles Of Pigment-Enriched Red Beet Root (Beta Vulgaris L.) Dried Extracts. Food Chemistry. 127: [10] Gaztonyi, M.N., Hussein, D., Maria, T. and Peter, B Comparison of Red Beet (Beta vulgaris var conditiva) Varieties on the Basis of Their Pigment Components. Journal of the Science of Food and Agriculture. Spain. [11] Khuluq, A.D., Widjanarko, S.B and Murtini, E.S Ekstraksi dan Stabilitas Betasianin Daun Darah (Alternanthera dentata) (Kajian Perbandingan Pelarut Air: Etanol dan Suhu Ekstraksi). Jurnal Teknologi Pertanian. 8, No 3: [12] Azeredo, H. M. C Betalains: Properties, Sources, Applications, and Stability a Review. International Journal of Food Science and Technology. 44: [13] Fatkurahman, R., Atmaka, W dan Basito Karakteristik Sensoris dan Sifat Fisikokimia Cookies dengan Subtitusi Bekatul Beras Hitam (Oryza sativa L.) dan Tepung Jagung (Zea mays L.). Jurnal Teknosains Pangan Volume SENASPRO 2017 Seminar Nasional dan Gelar Produk

8 [14] Costa, M. S., Scholz, M.B.D.S And Franco, C.M.L Effect Of High And Low Molecular Weight Glutenin Subunits, And Subunits Of Gliadin On Physicochemical Parameters Of Different Wheat Genotypes. Ciênc. Tecnol. Aliment., Campinas. 33, No 1: [15] Subagio, A., Windrati, W.S. dan Witono, Y Pengaruh Penambahan Isolat Protein Koro Pedang (Canavalia Ensiformis L) Terhadap Karakteristik Cake. Jurnal Teknologi Dan Industri Pangan. 14, No 2: [16] Lanconing, D. V Fundamental of Profesional Preparation. John Willey and Sons Inc. Canada. [17] Bollag, M.D., and Stuart J.E Protein Methods. Departement Of Biochemistry. University Of Geneva. Switzerland. [18] Wasinger, V. C., Cordwell, S. J., Cerpa, PA., Yan, J. X., Gooley, A. A., Wilkins, M. R., Duncan, M. W., Harris, R., Williams, K. L. and Humphery-Smith, I Progress with Gene-product Mapping of the Mollicutes: Mycoplasma Genitalium. Electrophoresis. 16: [19] Guilliat, A.M Agarose and Polyacrylamide Gel Electrophoresis. Methods in Molecular Biology: PCR Mutation Detection Protocols. (BDM Theophilus & R Rapley, Ed.). Humana Press Inc., Totowa, NJ. [20] Wieser, H The Use of Redox Agents. Di dalam S. P. Cauvain (ed). Bread Making Improving Quality. Woodhead Publishing Limited. Cambridge, England. [21] Malik, A.H Nutrient Uptake, Transport And Translocation In Cereals: Influences Of Environment And Farming Conditions. Swedish University of Agricultural Sciences. [22] Lookhart, G., and Scott, B. (1995). Separation And Characterization Of Wheat Protein Fractionsby High-Performance Capillary Electrophoresis. Cereal Chem.72, No 6: [23] Ribotta, P.D., Len, A.E., Prez, G.T. and Cristina, M Electrophoresis Studies For Determining Wheat Soy Protein Interactions In Dough And Bread. Eur Food Res Technol. 221: [24] Graßberger, A., Schieberle,P. and Koehler, P Fractionation And Reconstitution Of Wheat Flour Effect On Dough Rheology And Baking. Eur Food Res Technol.216: [25] Rantam F. A Metode Immunology. Airlangga University Press. Surabaya. [26] Ravichandran, K., Saw, N.M.M.T., Mohdaly, A.A.A., Gabr, A.M.M., Kastell, A., Riedel, H., Cai, Z., Knorr., D and Smetanska,I Impact of Processing of Red Beet on Betalain Content and Antioxidant Activity.Food Research International.50: [27] Bourne, M. C Food Texture And Viscosity Concept And Measurement 2 nd Edition. Academic Press. New York. [28] Melgosa, M Testing Cielab-Based Color-Difference Formula. Journal Color Research And Application. 25: [29] Lindsay, M.P and Skerritt, J.H The Glutenin Macropolymer Of Wheat Our Doughs: Structure-Function Perspectives. Trends in Food Science & Technology. 10: [30] Bellil, I., Chekara, B., Mohammed And Khelifi, D Genetic Diversity Of High And Low Molecular Weight Glutenin Subunits In Saharan Bread And Durum Wheats From Algerian Oases. Czech J. Genet. Plant Breed. 48: [31] Coultate, T.P Food The Chemistry of Its Components 4 th Ed. The Royal Society of Chemistry. UK. [32] Eskin, N.A.M Biochemistry of Foods 2 nd Ed. Academic Press, Inc. London. [33] Hendry, G.A.F. and Houghton, J.D Natural Food Colorant 2 nd Edition. London: Blackie Academic and Professional. [34] Lebesi, D.M. and Constantina, T Effect of the Addition of Different Dietary Fiber and Edible Cereal Bran Source on the Baking and Sensory Characteristic of cupcakes. Journal Food Bioprocess Technology. Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

STUDI INTERAKSI GLUTENIN DAN BETALAIN DARI ASPEK MOLEKULER ADONAN DAN KARAKTERISTIK FISIK SETELAH PEMANGGANGAN ADONAN YANG DISUPLEMENTASI BIT MERAH

STUDI INTERAKSI GLUTENIN DAN BETALAIN DARI ASPEK MOLEKULER ADONAN DAN KARAKTERISTIK FISIK SETELAH PEMANGGANGAN ADONAN YANG DISUPLEMENTASI BIT MERAH STUDI INTERAKSI GLUTENIN DAN BETALAIN DARI ASPEK MOLEKULER ADONAN DAN KARAKTERISTIK FISIK SETELAH PEMANGGANGAN ADONAN YANG DISUPLEMENTASI BIT MERAH (Beta Vulgaris L) STUDY OF INTERACTION BETWEEN GLUTENINS

Lebih terperinci

7. LAMPIRAN. Gambar 19. Kurva Standar Protein

7. LAMPIRAN. Gambar 19. Kurva Standar Protein 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Kurva Standar Protein Larutan Bardfrod Commasive blue ditimbang sebanyak 0,01 gram kemudian dilarutkan ke dalam 5 ml etanol 95% dan ditambah dengan 10 ml asam fosfor. Larutan selanjutnya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan. Oleh : WAHYU PUTRI SARI

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan. Oleh : WAHYU PUTRI SARI SUPLEMENTASI TEPUNG JAHE (Zingiber officinale Roscoe) DALAM PRODUKSI ROTI MANIS : EVALUASI KARAKTERISTIK MOLEKULER FRAKSI PROTEIN ADONAN TEPUNG TERIGU, KARAKTERISTIK FISIK DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PRODUK

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4 LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4 Disusun oleh : Ulan Darulan - 10511046 Kelompok 1 Asisten Praktikum : R. Roro Rika Damayanti (10510065)

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Pembuatan Reagen Bradford dan Larutan Standar Protein

LAMPIRAN 1. Pembuatan Reagen Bradford dan Larutan Standar Protein 49 7. LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Pembuatan Reagen Bradford dan Larutan Standar Protein 1.1. Pembuatan Reagen Bradford Commasive Blue sebanyak 0,01 gram dilarutkan ke dalam 5 ml etanol 95% kemudain ditambah asam

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA SELAMA PENGUKUSAN TERHADAP ROTI KUKUS YANG DISUPLEMENTASI DENGAN EKSTRAK BIT MERAH (Beta vulgaris L.)

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA SELAMA PENGUKUSAN TERHADAP ROTI KUKUS YANG DISUPLEMENTASI DENGAN EKSTRAK BIT MERAH (Beta vulgaris L.) KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA SELAMA PENGUKUSAN TERHADAP ROTI KUKUS YANG DISUPLEMENTASI DENGAN EKSTRAK BIT MERAH (Beta vulgaris L.) PHYSICOCHEMICAL CHARACTERISTICS DURING STEAMING OF STEAMED BREAD SUPLEMENTED

Lebih terperinci

I. Tujuan Menentukan berat molekul protein dengan fraksinasi (NH 4 ) 2 SO 4 Teori Dasar

I. Tujuan Menentukan berat molekul protein dengan fraksinasi (NH 4 ) 2 SO 4 Teori Dasar I. Tujuan II. Menentukan berat molekul protein dengan fraksinasi (NH 4 ) 2 SO 4 Teori Dasar Penamabahan garam pada konsentrasi rendah dapat meningkatkan kelarutan protein (salting in). tetapi protein akan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Roti tawar merupakan salah satu produk turunan dari terigu yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia khususnya masyarakat perkotaan, namun tepung terigu yang

Lebih terperinci

Oleh : Vina Anyerina NIM : Program Studi Teknologi Pangan

Oleh : Vina Anyerina NIM : Program Studi Teknologi Pangan KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA COOKIES TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN SERBUK BIT MERAH DAN EVALUASI KETENGIKANNYA SELAMA PENYIMPANAN PHYSICOCHEMICAL CHARACTERISTICS OF TAPIOCA COOKIES WITH THE ADDITION OF RED BEET

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan golongan antioksidan. Pigmen betalain sangat jarang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan golongan antioksidan. Pigmen betalain sangat jarang digunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bit merupakan salah satu bahan pangan yang sangat bermanfaat. Salah satu manfaatnya adalah memberikan warna alami dalam pembuatan produk pangan. Pigmen yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman Sukun (Arthocarpus altilis) atau Breadfruit merupakan tanaman pangan alternatif di Indonesia yang bersifat musiman. Kandungan karbohidrat sukun sangat tinggi

Lebih terperinci

EFEK PENAMBAHAN SERBUK BIT MERAH (Beta vulgaris L.) TERHADAP ADONAN ROTI DILIHAT DARI KARAKTERISTIK FISIKOKIMIAWI SELAMA PROOFING

EFEK PENAMBAHAN SERBUK BIT MERAH (Beta vulgaris L.) TERHADAP ADONAN ROTI DILIHAT DARI KARAKTERISTIK FISIKOKIMIAWI SELAMA PROOFING EFEK PENAMBAHAN SERBUK BIT MERAH (Beta vulgaris L.) TERHADAP ADONAN ROTI DILIHAT DARI KARAKTERISTIK FISIKOKIMIAWI SELAMA PROOFING THE EFFECT OF RED BEET POWDER (Beta vulgaris L.) ADDITION IN BREAD DOUGH

Lebih terperinci

Formulasi Roti Tawar dengan Subtitusi Tepung Ubi Jalar dan Tepung Tempe Kedele (Kajian terhadap Kualitas Kimiawi Roti Tawar)

Formulasi Roti Tawar dengan Subtitusi Tepung Ubi Jalar dan Tepung Tempe Kedele (Kajian terhadap Kualitas Kimiawi Roti Tawar) Formulasi Roti Tawar dengan Subtitusi Tepung Ubi Jalar dan Tepung Tempe Kedele (Kajian terhadap Kualitas Kimiawi Roti Tawar) Idiek Donowarti 1 1) Fakultas Pertanian Universitas Wisnuwardhana Malang ABSTRAK

Lebih terperinci

LOGO BAKING TITIS SARI

LOGO BAKING TITIS SARI LOGO BAKING TITIS SARI PENGERTIAN UMUM Proses pemanasan kering terhadap bahan pangan yang dilakukan untuk mengubah karakteristik sensorik sehingga lebih diterima konsumen KHUSUS Pemanasan adonan dalam

Lebih terperinci

COOKIES DIET APRANATA SEMARANG SKRIPSI. Oleh :

COOKIES DIET APRANATA SEMARANG SKRIPSI. Oleh : APLIKASI TEPUNG BERAS MERAH PADA PRODUK COOKIES SEBAGAI CAMILAN KAYAA SERAT UNTUK DIET APPLICATION OF RED RICE FLOUR FOR COOKIES AS A HIGHH FIBER SNACK FOR DIET SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagaian

Lebih terperinci

KESTABILAN SERBUK BIT MERAH (Beta vulgaris L.) SEBAGAI PEWARNA ALAMI DALAM ADONAN TEPUNG BERAS SELAMA PENGUKUSAN

KESTABILAN SERBUK BIT MERAH (Beta vulgaris L.) SEBAGAI PEWARNA ALAMI DALAM ADONAN TEPUNG BERAS SELAMA PENGUKUSAN KESTABILAN SERBUK BIT MERAH (Beta vulgaris L.) SEBAGAI PEWARNA ALAMI DALAM ADONAN TEPUNG BERAS SELAMA PENGUKUSAN THE STABILITY OF RED BEET (Beta vulgaris L.) POWDER AS NATURAL COLORANTS IN THE RICE FLOUR

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan PENGARUH SUPLEMENTASI JAHE EMPRIT (Zingiber officinale var. Rubrum) TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PADA PRODUK MIE BASAH SERTA KARAKTERISTIK MOLEKULER PADA ADONAN TEPUNG TERIGU

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIAWI ADONAN ROTI MOCAF DENGAN PENAMBAHAN SERBUK BIT MERAH (Beta vulgaris L) SELAMA PROOFING

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIAWI ADONAN ROTI MOCAF DENGAN PENAMBAHAN SERBUK BIT MERAH (Beta vulgaris L) SELAMA PROOFING KARAKTERISTIK FISIKOKIMIAWI ADONAN ROTI MOCAF DENGAN PENAMBAHAN SERBUK BIT MERAH (Beta vulgaris L) SELAMA PROOFING PHYSICO-CHEMICAL CHARACTERISTIC MOCAF BREAD DOUGH WITH RED BEET POWDER (Beta vulgaris

Lebih terperinci

EFEK PENAMBAHAN BREAD IMPROVER DAN SUBSTITUSI TEPUNG UBI JALAR UNGU TERHADAP KUALITAS ROTI KUKUS

EFEK PENAMBAHAN BREAD IMPROVER DAN SUBSTITUSI TEPUNG UBI JALAR UNGU TERHADAP KUALITAS ROTI KUKUS EFEK PENAMBAHAN BREAD IMPROVER DAN SUBSTITUSI TEPUNG UBI JALAR UNGU TERHADAP KUALITAS ROTI KUKUS EFFECT OF BREAD IMPROVER ADDITION AND PURPLE SWEET POTATO FLOUR SUBSTITUTION TO STEAMED BREAD QUALITY SKRIPSI

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian. Oleh: NIMAS OCTAVIA

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian. Oleh: NIMAS OCTAVIA PENGARUH PENGGUNAAN BERBAGAI RASIO TEPUNG BERAS HITAM (Oryza sativa Linn) DAN TERIGU (Triticum aestivum) PADA PRODUK MIE SEGAR TERHADAP FISIKOKIMIA (ANTIOKSIDAN) DAN SENSORI EFFECT OF USING THE VARIOUS

Lebih terperinci

EFFECT OF STEAMING PROCESS TOWARDS THE STABILITY OF RED BEET (Beta vulgaris L) POWDER AS NATURAL COLORANTS ON MOCAF (MODIFIED CASSAVA FLOUR) PASTE

EFFECT OF STEAMING PROCESS TOWARDS THE STABILITY OF RED BEET (Beta vulgaris L) POWDER AS NATURAL COLORANTS ON MOCAF (MODIFIED CASSAVA FLOUR) PASTE PENGARUH PROSES PENGUKUSAN TERHADAP KESTABILAN SERBUK BIT MERAH (Beta vulgaris L) SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA ADONAN TEPUNG MOCAF (MODIFIED CASSAVA FLOUR) EFFECT OF STEAMING PROCESS TOWARDS THE STABILITY

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Waktu dan Tempat Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Warna Larutan Fikosianin Warna Larutan secara Visual

4. PEMBAHASAN 4.1. Warna Larutan Fikosianin Warna Larutan secara Visual 4. PEMBAHASAN Pada penelitian ini, dilakukan ekstraksi fikosianin dari spirulina yang digunakan sebagai pewarna alami pada minuman. Fikosianin ini memberikan warna biru alami, sehingga tidak memberikan

Lebih terperinci

Pembuatan Cake Kacang Tunggak (Vigna Unguiculata) Dengan Pencampuran Tepung Gandum

Pembuatan Cake Kacang Tunggak (Vigna Unguiculata) Dengan Pencampuran Tepung Gandum Pembuatan Cake Kacang Tunggak (Vigna Unguiculata) Dengan Pencampuran Tepung Gandum D. U. M. SUSILO & FENNY IMELDA Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Pontianak, Jalan Ahmad Yani Pontianak 78124

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat pengangkut dan alat penyimpanan (Heri Warsito, Rindiani 2015).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat pengangkut dan alat penyimpanan (Heri Warsito, Rindiani 2015). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena zat ini berfungsi sebagai sumber energi, zat pembangun, zat pengatur, sebagai alat pengangkut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh masyarakat luas dan sangat digemari terutama oleh anak-anak, karena es lilin memiliki warna yang menarik

Lebih terperinci

PENGARUH RASIO TEPUNG KOMAK DENGAN TEPUNG TERIGU DAN PENGGUNAAN PUTIH TELUR TERHADAP KARAKTERISTIK BROWNIES YANG DIHASILKAN

PENGARUH RASIO TEPUNG KOMAK DENGAN TEPUNG TERIGU DAN PENGGUNAAN PUTIH TELUR TERHADAP KARAKTERISTIK BROWNIES YANG DIHASILKAN PENGARUH RASIO TEPUNG KOMAK DENGAN TEPUNG TERIGU DAN PENGGUNAAN PUTIH TELUR TERHADAP KARAKTERISTIK BROWNIES YANG DIHASILKAN RATIO INFLUENCE OF LABLAB FLOUR WITH WHEAT FLOUR AND EGG WHITE USE OF THE CHARACTERISTICS

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisikokimia Kadar Air

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisikokimia Kadar Air BAB V PEMBAHASAN Cake beras mengandung lemak dalam jumlah yang cukup tinggi. Lemak yang digunakan dalam pembuatan cake beras adalah margarin. Kandungan lemak pada cake beras cukup tinggi, yaitu secara

Lebih terperinci

Beberapa definisi berkaitan dengan elektroforesis

Beberapa definisi berkaitan dengan elektroforesis Prof.Dr..Ir.Krishna Purnawan Candra, M.S. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FAPERTA UNMUL Beberapa definisi berkaitan dengan elektroforesis Elektroforesis : pergerakan partikel terdispersi secara relatif

Lebih terperinci

KEGUNAAN. Merupakan polimer dari sekitar 21 jenis asam amino melalui ikatan peptida Asam amino : esensial dan non esensial

KEGUNAAN. Merupakan polimer dari sekitar 21 jenis asam amino melalui ikatan peptida Asam amino : esensial dan non esensial PROTEIN KEGUNAAN 1. Zat pembangun dan pengatur 2. Sumber asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N 3. Sumber energi Merupakan polimer dari sekitar 21 jenis asam amino melalui ikatan peptida Asam amino

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya status ekonomi masyarakat dan banyaknya iklan produk-produk pangan menyebabkan perubahan pola konsumsi pangan seseorang. Salah satunya jenis komoditas pangan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN BIT (Beta vulgaris L.) SEBAGAI PEWARNA ALAMI DAN BAHAN PENGISI TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN SENSORI SOSIS NABATI

PENGARUH PENAMBAHAN BIT (Beta vulgaris L.) SEBAGAI PEWARNA ALAMI DAN BAHAN PENGISI TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN SENSORI SOSIS NABATI PENGARUH PENAMBAHAN BIT (Beta vulgaris L.) SEBAGAI PEWARNA ALAMI DAN BAHAN PENGISI TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN SENSORI SOSIS NABATI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap seperti laktosa, lemak, protein,

PENDAHULUAN. mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap seperti laktosa, lemak, protein, PENDAHULUAN Latar Belakang Susu merupakan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi karena mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap seperti laktosa, lemak, protein, berbagai vitamin, dan mineral (Widodo,

Lebih terperinci

KINETIKA DEGRADASI ANTIOKSIDAN EKSTRAK BIT MERAH (Beta vulgaris) SELAMA PROSES PEMANASAN DAN PERUBAHAN ph

KINETIKA DEGRADASI ANTIOKSIDAN EKSTRAK BIT MERAH (Beta vulgaris) SELAMA PROSES PEMANASAN DAN PERUBAHAN ph KINETIKA DEGRADASI ANTIOKSIDAN EKSTRAK BIT MERAH (Beta vulgaris) SELAMA PROSES PEMANASAN DAN PERUBAHAN ph DEGRADATION KINETICS OF RED BEET (Beta vulgaris) EXTRACT DURING THERMAL PROCESSING AND CHANGE OF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada jaman sekarang banyak dari masyarakat Indonesia yang terlalu bergantung pada beras, mereka meyakini bahwa belum makan jika belum mengonsumsi nasi. Menurut Kementerian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, dunia kedokteran dan kesehatan banyak membahas tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, dunia kedokteran dan kesehatan banyak membahas tentang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dunia kedokteran dan kesehatan banyak membahas tentang radikal bebas dan antioksidan. Hal ini terjadi karena sebagian besar penyakit di awali dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman budidaya. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang membentuk umbi dengan kadar gizi berupa

Lebih terperinci

Asam Amino dan Protein

Asam Amino dan Protein Modul 1 Asam Amino dan Protein Dra. Susi Sulistiana, M.Si. M PENDAHULUAN odul 1 ini membahas 2 unit kegiatan praktikum, yaitu pemisahan asam amino dengan elektroforesis kertas dan uji kualitatif Buret

Lebih terperinci

Lampiran 1 Data Rendemen Pelet Kapang Endofit Xylaria psidii KT30. Berat sampel (pelet) setelah sentrifugase: 0,223 gram

Lampiran 1 Data Rendemen Pelet Kapang Endofit Xylaria psidii KT30. Berat sampel (pelet) setelah sentrifugase: 0,223 gram LAMPIRAN 29 30 Lampiran 1 Data Rendemen Pelet Kapang Endofit Xylaria psidii KT30 1) Kultur 1 Volume kultur awal : 350 ml Volume setelah penyaringan : 300 ml ph awal sebelum ekstraksi : 4,31 Berat sampel

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN BIT (Beta vulgaris) SEBAGAI PEWARNA ALAMI TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN SENSORI SOSIS DAGING SAPI

PENGARUH PENAMBAHAN BIT (Beta vulgaris) SEBAGAI PEWARNA ALAMI TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN SENSORI SOSIS DAGING SAPI PENGARUH PENAMBAHAN BIT (Beta vulgaris) SEBAGAI PEWARNA ALAMI TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN SENSORI SOSIS DAGING SAPI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies.

Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies. Force (Gf) V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.2 Tekstur Tekstur merupakan parameter yang sangat penting pada produk cookies. Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies. Tekstur

Lebih terperinci

JENIS-JENIS SEREALIA. Teti Estiasih - PS ITP - THP - FTP - UB 1

JENIS-JENIS SEREALIA. Teti Estiasih - PS ITP - THP - FTP - UB 1 JENIS-JENIS SEREALIA Teti Estiasih - PS ITP - THP - FTP - UB 1 SEREALIA Sumber kalori terbesar (50%) Dapat disimpan lama Dapat diolah menjadi berbagai jenis produk Mudah beradaptasi pada berbagai kondisi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MIKROALGA Spirulina sp DALAM FORMULASI BUTTER COOKIES: STUDI KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN SENSORI

PEMANFAATAN MIKROALGA Spirulina sp DALAM FORMULASI BUTTER COOKIES: STUDI KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN SENSORI PEMANFAATAN MIKROALGA Spirulina sp DALAM FORMULASI BUTTER COOKIES: STUDI KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN SENSORI UTILIZATION OF MICROALGAE Spirulina sp. IN BUTTER COOKIES FORMULATION: THE STUDY OF PHYSICOCHEMICAL

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL TELUR DENGAN ISOLAT PROTEIN KEDELAI DAN KONSENTRASI EMULSIFIER TERHADAP KARAKTERISTIK CAKE BERAS SKRIPSI

PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL TELUR DENGAN ISOLAT PROTEIN KEDELAI DAN KONSENTRASI EMULSIFIER TERHADAP KARAKTERISTIK CAKE BERAS SKRIPSI PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL TELUR DENGAN ISOLAT PROTEIN KEDELAI DAN KONSENTRASI EMULSIFIER TERHADAP KARAKTERISTIK CAKE BERAS SKRIPSI OLEH: ERLINDA ANDRIANI L. 6103006067 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Karbohidrat pada ubi jalar juga

BAB I PENDAHULUAN. seperti selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Karbohidrat pada ubi jalar juga BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Kandungan gizi utama pada ubi jalar adalah karbohidrat sebanyak 75-90% berat kering ubi merupakan gabungan dari pati, gula, dan serat seperti selulosa, hemiselulosa,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 16 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini mempelajari karakter protein IgG dari kolostrum sapi yang divaksin dengan vaksin AI H5N1. Standar yang digunakan sebagai pembanding pada penghitungan ukuran

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI KALSIUM KARBONAT TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SUSU BERAS MERAH-KEDELAI PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH KONSENTRASI KALSIUM KARBONAT TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SUSU BERAS MERAH-KEDELAI PROPOSAL SKRIPSI PENGARUH KONSENTRASI KALSIUM KARBONAT TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SUSU BERAS MERAH-KEDELAI PROPOSAL SKRIPSI OLEH: ANDREAS DAVID CHRISTIANTO S. 6103006003 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Syarbini ( 2013 : 15 ), tepung terigu adalah hasil dari

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Syarbini ( 2013 : 15 ), tepung terigu adalah hasil dari BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tepung Terigu 2.1.1 Pengertian Tepung Terigu Menurut Syarbini ( 2013 : 15 ), tepung terigu adalah hasil dari penggilingan biji gandum. Gandum merupakan salah satu tanaman biji-bijian

Lebih terperinci

PEMBUATAN ROTI TAWAR DARI TEPUNG SINGKONG DAN TEPUNG KEDELAI

PEMBUATAN ROTI TAWAR DARI TEPUNG SINGKONG DAN TEPUNG KEDELAI PEMBUATAN ROTI TAWAR DARI TEPUNG SINGKONG DAN TEPUNG KEDELAI Ariestya Arlene 1, Judy Retti Witono 2, dan Maria Fransisca 3 1,2,3 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Katolik Parahyangan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Volume Pengembangan Roti Manis

PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Volume Pengembangan Roti Manis 4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik 4.1.1. Volume Pengembangan Roti Manis Adonan roti manis yang tersusun dari tepung terigu dan tepung gaplek dapat mengalami pengembangan, hal ini dikarenakan adanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.3.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemanas listrik, panci alumunium, saringan, peralatan gelas (labu Erlenmayer, botol vial, gelas ukur,

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI STABILIZED CALCIUM CARBONATE 140 TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SUSU BERAS MERAH-KEDELAI SKRIPSI

PENGARUH KONSENTRASI STABILIZED CALCIUM CARBONATE 140 TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SUSU BERAS MERAH-KEDELAI SKRIPSI PENGARUH KONSENTRASI STABILIZED CALCIUM CARBONATE 140 TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SUSU BERAS MERAH-KEDELAI SKRIPSI OLEH: ANDREAS DAVID CHRISTIANTO S. 6103006003 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Daya Larut

PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Daya Larut 4. PEMBAHASAN Pembuatan minuman serbuk daun katuk dan jambu biji merah merupakan sebuah penelitian pengembangan produk yang bertujuan untuk memanfaatkan nilai fungsional pada bahan alami dengan lebih mudah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cake adalah makanan yang sangat populer saat ini. Rasanya yang manis dan bentuknya yang beragam menjadikannya kian digemari oleh masyarakat. Cake dapat disajikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bolu Kukus Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan telur dan gula. Terdapat banyak macam kue bolu, misalnya kue tart yang biasa dihidangkan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA ADONAN KUKUS BERBASIS TEPUNG BERAS YANG MENGANDUNG FIKOSIANIN SELAMA PENGUKUSAN

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA ADONAN KUKUS BERBASIS TEPUNG BERAS YANG MENGANDUNG FIKOSIANIN SELAMA PENGUKUSAN KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA ADONAN KUKUS BERBASIS TEPUNG BERAS YANG MENGANDUNG FIKOSIANIN SELAMA PENGUKUSAN PHYSICAL and CHEMICAL CHARACTERISTIC of STEAMED CAKE BASED RICE FLOUR WHICH CONTAINS OF PHYCOCYANIN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang I PENDAHULUAN Cookies merupakan salah satu produk yang banyak menggunakan tepung. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang dihasilkan. Tepung kacang koro dan tepung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 UJI KELARUTAN PROTEIN DALAM LARUTAN BASA Uji kelarutan protein dalam larutan basa mengikuti metode uji KOH Protein Solubility (KOH PS). Kelarutan protein dalam larutan 0,2%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan beras ditempatkan sebagai makanan pokok yang strategis.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan beras ditempatkan sebagai makanan pokok yang strategis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan pola konsumsi masyarakat yang berbasis pada beras menyebabkan beras ditempatkan sebagai makanan pokok yang strategis. Hal tersebut ditunjukkan oleh konsumsi

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Teknologi

Lebih terperinci

PENGARUH DRYING AGENTS TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA SERBUK BIT MERAH (Beta vulgaris L) YANG DIKERINGKAN DENGAN SOLAR TUNNEL DRYER (STD)

PENGARUH DRYING AGENTS TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA SERBUK BIT MERAH (Beta vulgaris L) YANG DIKERINGKAN DENGAN SOLAR TUNNEL DRYER (STD) PENGARUH DRYING AGENTS TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA SERBUK BIT MERAH (Beta vulgaris L) YANG DIKERINGKAN DENGAN SOLAR TUNNEL DRYER (STD) THE EFFECT OF DRYING AGENTS ON THE PHYCOCHEMICAL CHARACTERISTIC

Lebih terperinci

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN Bambang Sigit A 1), Windi Atmaka 1), Tina Apriliyanti 2) 1) Program Studi Ilmu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sukun (Arthocarpus altilis) merupakan tumbuhan yang terdapat di kawasan tropika dan banyak dibudidayakan di pulau jawa maupun luar jawa, buah sukun menghasilkan

Lebih terperinci

APLIKASI TEPUNG BERAS MERAH PADA PEMBUATAN SODA BREAD DENGAN BAHAN PENGEMBANG SODA KUE DAN BAKING POWDER SKRIPSI

APLIKASI TEPUNG BERAS MERAH PADA PEMBUATAN SODA BREAD DENGAN BAHAN PENGEMBANG SODA KUE DAN BAKING POWDER SKRIPSI APLIKASI TEPUNG BERAS MERAH PADA PEMBUATAN SODA BREAD DENGAN BAHAN PENGEMBANG SODA KUE DAN BAKING POWDER THE APPLICATION OF RED RICE FLOUR IN SODA BREAD PRODUCTION WITH BAKING SODA AND BAKING POWDER AS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI TERIGU DENGAN TEPUNG KACANG MERAH PREGELATINISASI TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK COOKIES

PENGARUH SUBSTITUSI TERIGU DENGAN TEPUNG KACANG MERAH PREGELATINISASI TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK COOKIES PENGARUH SUBSTITUSI TERIGU DENGAN TEPUNG KACANG MERAH PREGELATINISASI TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK COOKIES (Effect of wheat flour substitution with pregelatinized kidney bean flour on the

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian analisis sifat fisik cookies berbahan baku tepung terigu dengan substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Bahan-bahan yang digunakan untuk pengujian aktivitas enzim (Grossowicz et al., 1950) (a). Reagen A 1. 0,2 M bufer Tris-HCl ph 6,0 12,1 gr

Lampiran 1. Bahan-bahan yang digunakan untuk pengujian aktivitas enzim (Grossowicz et al., 1950) (a). Reagen A 1. 0,2 M bufer Tris-HCl ph 6,0 12,1 gr 46 47 Lampiran 1. Bahan-bahan yang digunakan untuk pengujian aktivitas enzim (Grossowicz et al., 1950) (a). Reagen A 1. 0,2 M bufer Tris-HCl ph 6,0 12,1 gr Tris base dilarutkan dalam 200 ml akuades, kemudian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bekatul Bekatul merupakan hasil samping penggilingan gabah yang berasal dari berbagai varietas padi. Bekatul adalah bagian terluar dari bagian bulir, termasuk sebagian kecil endosperm

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi, sumber vitamin (A, C,

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur uji aktivitas protease (Walter 1984, modifikasi)

Lampiran 1 Prosedur uji aktivitas protease (Walter 1984, modifikasi) 76 Lampiran Prosedur uji aktivitas protease (Walter 984, modifikasi) Pereaksi Blanko (ml) Standard (ml) Contoh ml) Penyangga TrisHCl (.2 M) ph 7. Substrat Kasein % Enzim ekstrak kasar Akuades steril Tirosin

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2016 Mei 2017 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2016 Mei 2017 di 11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2016 Mei 2017 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Fakultas Peternakan dan Pertanian serta Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro;

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI BIJI DAN PROTEIN KORO KOMAK (Lablab purpureus (L.) Sweet) SEBAGAI SUMBER PROTEIN

KARAKTERISASI BIJI DAN PROTEIN KORO KOMAK (Lablab purpureus (L.) Sweet) SEBAGAI SUMBER PROTEIN KARAKTERISASI BIJI DAN PROTEIN KORO KOMAK (Lablab purpureus (L.) Sweet) SEBAGAI SUMBER PROTEIN [Characterization of Hyacinth Bean (Lablab purpureus (L.) Sweet) Seed and Its Protein] Andrew S. R., Wiwiek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green House dan Laboratorium Genetika dan Molekuler jurusan Biologi Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Protein adalah suatu zat gizi yang sangat penting bagi tubuh karena

BAB I PENDAHULUAN. Protein adalah suatu zat gizi yang sangat penting bagi tubuh karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangsungan hidup manusia sangat dipengaruhi oleh unsur atau keadaan gizi yang seimbang. Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 41 tahun

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PENGUKUSAN TERHADAP PROFIL KELARUTAN DAN VARIASI BERAT MOLEKUL FRAKSI PROTEIN TEPUNG KACANG MERAH PRE-GELATINISASI SKRIPSI

PENGARUH WAKTU PENGUKUSAN TERHADAP PROFIL KELARUTAN DAN VARIASI BERAT MOLEKUL FRAKSI PROTEIN TEPUNG KACANG MERAH PRE-GELATINISASI SKRIPSI PENGARUH WAKTU PENGUKUSAN TERHADAP PROFIL KELARUTAN DAN VARIASI BERAT MOLEKUL FRAKSI PROTEIN TEPUNG KACANG MERAH PRE-GELATINISASI SKRIPSI OLEH: DESSY RATNAWATI ANGGRAENI 6103012061 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, IPB, dari bulan Oktober 2011 Mei 2012. Bahan Isolasi untuk memperoleh isolat B. thuringiensis

Lebih terperinci

APLIKASI Stevia rebaudiana Bertoni SEBAGAI PEMANIS ALAMI DALAM PRODUKSI COOKIES TEMPE RENDAH KALORI

APLIKASI Stevia rebaudiana Bertoni SEBAGAI PEMANIS ALAMI DALAM PRODUKSI COOKIES TEMPE RENDAH KALORI APLIKASI Stevia rebaudiana Bertoni SEBAGAI PEMANIS ALAMI DALAM PRODUKSI COOKIES TEMPE RENDAH KALORI APPLICATION OF Stevia rebaudiana Bertoni AS NATURAL SWEETENER IN THE PRODUCTION OF LOW CALORIE TEMPEH

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA SERBUK BIT MERAH (Beta vulgaris L.) YANG DIPROSES DENGAN VARIASI DRYING AGENTS DAN MALTODEKSTRIN SEBAGAI COATING AGENT

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA SERBUK BIT MERAH (Beta vulgaris L.) YANG DIPROSES DENGAN VARIASI DRYING AGENTS DAN MALTODEKSTRIN SEBAGAI COATING AGENT KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA SERBUK BIT MERAH (Beta vulgaris L.) YANG DIPROSES DENGAN VARIASI DRYING AGENTS DAN MALTODEKSTRIN SEBAGAI COATING AGENT PHYSICOCHEMICAL CHARACTERISTICS OF RED BEET POWDER (Beta

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI GUM XANTHAN TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK CAKE BERAS RENDAH LEMAK DENGAN PENGURANGAN 50% TELUR SKRIPSI

PENGARUH KONSENTRASI GUM XANTHAN TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK CAKE BERAS RENDAH LEMAK DENGAN PENGURANGAN 50% TELUR SKRIPSI PENGARUH KONSENTRASI GUM XANTHAN TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK CAKE BERAS RENDAH LEMAK DENGAN PENGURANGAN 50% TELUR SKRIPSI OLEH: SITI KANIAWATI NRP 6103012118 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA TEPUNG KORO PEDANG (Canavalia ensiformis) TERMODIFIKASI DENGAN VARIASI KONSENTRASI ASAM LAKTAT DAN LAMA PERENDAMAN

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA TEPUNG KORO PEDANG (Canavalia ensiformis) TERMODIFIKASI DENGAN VARIASI KONSENTRASI ASAM LAKTAT DAN LAMA PERENDAMAN KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA TEPUNG KORO PEDANG (Canavalia ensiformis) TERMODIFIKASI DENGAN VARIASI KONSENTRASI ASAM LAKTAT DAN LAMA PERENDAMAN Canavalia ensiformis) Flour with Various Lactic Achmad Ridwan

Lebih terperinci

PENGARUH PROPORSI TERIGU DAN TAPIOKA TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERUPUK BANDENG SKRIPSI

PENGARUH PROPORSI TERIGU DAN TAPIOKA TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERUPUK BANDENG SKRIPSI PENGARUH PROPORSI TERIGU DAN TAPIOKA TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERUPUK BANDENG SKRIPSI OLEH: FELICIA DEVITA WIJAYA 6103007041 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BEKATUL DAN TEPUNG JAGUNG SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN KUE KERING (COOKIES) MAKALAH KOMPREHENSIF

PEMANFAATAN BEKATUL DAN TEPUNG JAGUNG SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN KUE KERING (COOKIES) MAKALAH KOMPREHENSIF PEMANFAATAN BEKATUL DAN TEPUNG JAGUNG SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN KUE KERING (COOKIES) MAKALAH KOMPREHENSIF OLEH: DANIEL ANDI PURNOMO 6103009069 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

EVALUASI KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN SENSORI ROTI DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS, UBI KAYU, KENTANG DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN XANTHAN GUM

EVALUASI KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN SENSORI ROTI DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS, UBI KAYU, KENTANG DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN XANTHAN GUM EVALUASI KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN SENSORI ROTI DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS, UBI KAYU, KENTANG DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN XANTHAN GUM SKRIPSI Oleh: FORIANUS WARUWU 090305025/ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie adalah produk pasta atau ekstruksi yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia (Teknologi Pangan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK CAKE BERAS DENGAN PROPORSI MARGARIN DAN KACANG TUNGGAK KUKUS SKRIPSI OLEH : STEPHANNIE

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK CAKE BERAS DENGAN PROPORSI MARGARIN DAN KACANG TUNGGAK KUKUS SKRIPSI OLEH : STEPHANNIE KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK CAKE BERAS DENGAN PROPORSI MARGARIN DAN KACANG TUNGGAK KUKUS SKRIPSI OLEH : STEPHANNIE 6103008078 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEPUNG KACANG KORO PEDANG

PEMANFAATAN TEPUNG KACANG KORO PEDANG PEMANFAATAN TEPUNG KACANG KORO PEDANG (Canavalia ensiformis [L.] DC) DAN TEPUNG BERAS MERAH (Oryza sativa Linn) PADA PEMBUATAN COOKIES DITINJAU DARI SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI THE UTILIZATION OF JACKBEAN

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI FILLER (BAHAN PENGISI) TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET

PENGARUH BERBAGAI FILLER (BAHAN PENGISI) TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p 247 252 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj PENGARUH BERBAGAI FILLER (BAHAN PENGISI) TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET (The

Lebih terperinci

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mi bukan merupakan makanan asli budaya Indonesia. Meskipun masih banyak jenis bahan makanan lain yang dapat memenuhi karbohidrat bagi tubuh manusia selain beras, tepung

Lebih terperinci

CHARACTERISTIC OF RED BEET POWDER (Beta vulgaris L.) (SPRAY DRYING METHOD) PROCESSED BY VARIATION OF INLET TEMPERATURE AND MALTODEXTRIN

CHARACTERISTIC OF RED BEET POWDER (Beta vulgaris L.) (SPRAY DRYING METHOD) PROCESSED BY VARIATION OF INLET TEMPERATURE AND MALTODEXTRIN KARAKTERISTIK SERBUK BIT MERAH (Beta vulgaris L.) (METODE SPRAY DRYING) YANG DIPROSES DENGAN VARIASI TEMPERATUR INLET DAN MALTODEKSTRIN CHARACTERISTIC OF RED BEET POWDER (Beta vulgaris L.) (SPRAY DRYING

Lebih terperinci

DAYA TERIMA DAN MUTU GIZI COOKIES BEKATUL ACCEPTABILITY AND NUTRITIONAL QUALITY OF RICE BRAN COOKIES

DAYA TERIMA DAN MUTU GIZI COOKIES BEKATUL ACCEPTABILITY AND NUTRITIONAL QUALITY OF RICE BRAN COOKIES Arnisam, Daya Terima Dan Mutu Gizi Cookies Bekatul 201 DAYA TERIMA DAN MUTU GIZI COOKIES BEKATUL ACCEPTABILITY AND NUTRITIONAL QUALITY OF RICE BRAN COOKIES Arnisam* dan Rachmawati** dan Rosi Novita***

Lebih terperinci

EFEK PENAMBAHAN BIT MERAH (Beta vulgaris L.) TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIAWI ROTI MOCAF SELAMA PEMANGGANGAN

EFEK PENAMBAHAN BIT MERAH (Beta vulgaris L.) TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIAWI ROTI MOCAF SELAMA PEMANGGANGAN EFEK PENAMBAHAN BIT MERAH (Beta vulgaris L.) TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIAWI ROTI MOCAF SELAMA PEMANGGANGAN THE EFFECT OF RED BEET (Beta vulgaris L.) ADDITION TO PHYSICOCHEMICAL CHARACTERISTIC IN

Lebih terperinci

Kerusakan dan Pengawetan Roti

Kerusakan dan Pengawetan Roti Kerusakan dan Pengawetan Roti Roti merupakan produk pangan yang populer. Walaupun di Indonesia roti bukan sebagai makanan pokok, namun roti karena kepraktisannya dimakan pada saat sarapan pagi terutama

Lebih terperinci

PENGARUH PROPORSI TAPIOKA DAN TEPUNG BERAS MERAH TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERUPUK BERAS MERAH SKRIPSI

PENGARUH PROPORSI TAPIOKA DAN TEPUNG BERAS MERAH TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERUPUK BERAS MERAH SKRIPSI PENGARUH PROPORSI TAPIOKA DAN TEPUNG BERAS MERAH TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERUPUK BERAS MERAH SKRIPSI OLEH: BERNADETTE MAUREEN SOEWANDI 6103008100 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS

Lebih terperinci