DAFTAR ISI AGRI-TEK: Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Eksakta Volume 17 Nomor 1 Maret 2016 ISSN :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI AGRI-TEK: Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Eksakta Volume 17 Nomor 1 Maret 2016 ISSN :"

Transkripsi

1 DAFTAR ISI AGRI-TEK: Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Eksakta Volume 17 Nomor 1 Maret 2016 ISSN : PENGARUH BERBAGAI MACAM PANJANG STEK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT ANGGUR (Vitis vinivera L.) Tri Kurniastuti 1-7 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUI PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP BUDIDAYA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) (Studi Kasus di Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun) Ratna Mustika Wardhani Edy Prasetiyo 8-18 VOLUME POHON BERDIRI PETAK 3a, RPH SALAM. BKPH LAWU UTARA. KPH LAWU DS Aris Sulistiono & Ahadiati Rohmatiah EKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI PLASMA NUTFAH TANAMAN UWI (Dioscorea sp) DI KABUPATEN PONOROGO. Muhamad Fahrur Hidayat & Djoko Setyo Martono ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) DI KABUPATEN MAGETAN Indah Rekyani Puspitawati & Ratna Mustika Wardhani PENDUGAAN MODEL VOLUME POHON BERDIRI TANAMAN JATI (Tectona grandis L.f) UMUR 10 TAHUN (Studi Lahan Jati Universitas Merdeka Madiun) Mochammad Dwi Arief Putra & Martin Lukito UJI PENGGUNAAN MACAM PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP HASIL KEDELAI Jajuk Herawati, & Indarwati 64-72

2

3 PENGARUH BERBAGAI MACAM PANJANG STEK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT ANGGUR (Vitis vinivera L.) Tri Kurniastuti Staf Pengajar di Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi Universitas Islam Balitar Blitar kurniastuti5@gmail.com Abstract This study aims to determine the length of the cuttings are best for growing grape seeds. This research was conducted at the experimental station of Agriculture Faculty of Islamic University Balitar Blitar in September 2015 to November This study used a randomized block design (RAK) with seven treatments, the cuttings are terdidi length of A = 10 cm, B = 12.5 cm, C = 15 cm, D = 17.5 cm, D = 17.5 cm, 20 cm E = F = G = 22.5 cm and 25 cm and 3 replicates, obtained 21 experimental unit. Data analysis was performed using F test showed significant differences If then tested further by using Duncan s test at 5% level. The results showed that the length of cuttings significantly affect the percentage of cuttings grow, the time appears buds, percentage of cuttings sprouted buds shoot length, number and length of root cuttings of wine. The growth of seedlings cuttings of the best wines on the length of cuttings 20 cm at the variable percentage of cuttings grow, sprout cuttings percentage, shoot length and root length. Keywords: long cuttings, growing, grape seed PENDAHULUAN Anggur adalah jenis buah-buahan asli sub tropis yang telah beradaptasi pada iklim tropis di Indonesia dan khususnya di Jawa Timur. Anggur merupakan komoditas unggulan daerah yang pada era otonomi memegang peranan strategis. Kebijakan otonomi daerah memungkinkan Pemerintah Daerah (Pemda) dapat lebih leluasa mengatur bagi kebutuhan, potensi dan keunggulan daerahnya termasuk upaya untuk meningkatkan pendapatan penduduknya ( Krismawati, dan Sugiono, 2012). Tanaman Anggur merupakan tanaman buah merambat dalam bentuk semak milik keluarga Vitaceae. Buah ini biasanya digunakan untuk membuat jus anggur, jelly, anggur, minyak biji anggur dan kismis, atau dimakan langsung. Buah ini juga mengandung banyak senyawa yang dikenal sebagai polifenol dan resveratrol aktif dalam berbagai metabolisme, dan mampu mencegah pembentukan sel kanker dan penyakit lainnya (Cahyono, 2010). Tanaman anggur dapat diperbanyak secara generatif dan vegetatif, tetapi umumnya dilakukan secara vegetatif karena biji yang dihasilkan sedikit, sulit tumbuh, dan sering terjadi segregasi. Secara vegetatif, tanaman anggur dapat diperbanyak melalui batang. Salah satu perbanyakan tanaman AGRI-TEK: Jurnal Ilmu Pertanian, Kehutanan dan Agroteknologi Volume 17 Nomor 1 Maret 2016; ISSN :

4 Tri Kurniastuti anggur yaitu dengan metode stek. Metode stek merupakan metode pengembangan tanaman yang dilakukan dengan mengambil bagian dari tanaman tersebut terutama batang. Perbanyakan stek tanaman anggur ada dua macam, yaitu stek batang dan stek mata. Pengembangan tanaman dengan metode stek memerlukan bahan stek untuk batang bawah dan batang atas dalam jumlah yang cukup dan teknologi perbanyakan yang efisien. Batang tanaman anggur berupa ruasruas yang tiap ruasnya terdapat calon mata tunas yang selanjutnya akan terus tumbuh membentuk cabang baru. Bahan stek batang yaitu berupa batang atau cabang dengan tiga mata tunas. Sedangkan bahan untuk stek mata berupa batang atau cabang dengan satu mata tunas (Yuniastuti, 2004). Kendala dalam pengembangan stek anggur adalah kurang tersedianya jumlah bibit yang bermutu pada saat tanam, biaya transportasi mahal, dan bibit anggur sulit untuk didapatkan. Bahan tanam (bibit) yang umum digunakan yaitu stek batang dengan panjang sekitar ± 20 cm dengan jumlah mata tunas 3 mata. Jika satu batang tanaman anggur dengan ukuran 1-2 m digunakan untuk bibit, hanya akan diperoleh 5-10 stek. Sehingga akan memerlukan bahan tanam yang banyak untuk pengembangan anggur (Yuniastuti, 2004). Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah penghematan penggunaan bahan stek dengan memperpendek ukuran atau mengurangi jumlah mata tunas. Namun penghematan stek tersebut harus tetap mampu menghasilkan pertumbuhan yang baik dan produksi yang tinggi. Maka dari permasalahan tersebut dicoba pengembangan stek anggur melalui penghematan bahan stek. Hasil penelitian Hayati, E dkk (2007) dilaporkan bahwa jumlah mata tunas berpengaruh terhadap jumlah daun per stek, panjang tunas dan jumlah daun per tunas tanaman tanaman jarak pagar. Jumlah mata tunas 12 merupakan perlakuan terbaik pada perttumbuhan setek tanaman jarak pagar. Hasil penelitian Sparta A, dkk (2012) dilaporkan bahwa waktu muncul tunas, jumlah tunas, panjang tunas dan panjang akar pada stek buah naga dipengaruhi secara nyata oleh panjang stek. Pertumbuhan stek yang terbaik pada stek buah naga di atas 20 cm. RUMUSAN MASALAH Berapa panjang setek terbaik untuk pertumbuhan bibit anggur? TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui panjang setek yang terbaik untuk pertumbuhan bibit anggur. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Islam Balitar Blitar pada bulan September 2015 sampai bulan November Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan setek anggur varietas Bali, media tanam berupa tanah, pasir, pupuk kandang dan sekam serta alat-alat lain yang membantu pelaksanaan penelitian. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 7 perlakuan yaitu panjang setek yang terdidi dari A = 10 cm, B = 12,5 cm, C = 15 cm, D = 17,5 cm, D = 17,5 cm, E= 20 cm F = 22,5 cm dan G = 25 cm dan 3 ulangan, diperoleh 21 satuan percobaan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji F. Apabila menunjukkan perbedaan nyata maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan s pada taraf 5%. Peubah yang diamatai adalah persentase stek tumbuh (%), waktu muncul tunas 2 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016

5 Pengaruh Berbagai Macam Panjang Stek (hari), prosentase stek bertunas (%) jumlah tunas (buah), panjang tunas (cm), Panjang akar (cm). Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 2,4,6 dan 8 minggu setelah tanam (MST) kecuali pengamatan waktu muncul tunas dilakukan setiap hari. HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Setek Tumbuh Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa panjang setek berpengaruh nyata terhadap persentase setek tumbuh. Hasil uji Duncan s taraf 5 %, diperlihatkan pada tabel 1. Tabel 1. Pengaruh panjang stek terhadap persentase stek tumbuh bibit anggur 8 MST. Perlakuan A ( panjang setek 10 cm) B ( panjang setek 12,5 cm) C ( panjang setek 15 cm) D ( panjang setek 17,5 cm) E ( panjang setek 20 cm) F ( panjang setek 22,5 cm) G ( panjang setek 25 cm) Persentase stek tumbuh 75,24 a 77,94 a 82,14 ab 88,25 b 89,61 b 83,58 ab 84,90 ab Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada uji jarak berganda Duncan s taraf 5% Dari tabel 1 ditunjukkan bahwa persentase stek tumbuh berkisar 75,24 % - 89,25%, hal ini menunjukkan bahwa persentase tumbuh stek sudah baik walaupun belum maksimal karena dari ke tujuh perlakuan tersebut persentase stek tumbuh belum ada yang 100 % yang tumbuh. Beberapa stek yang tidak tumbuh karena terjadi kematian seluruh stek batang, hal tersebut menyebabkan tidak tersedianya karbohidrat yang cukup selama inisiasi tunas baru dan akar primordia. Hal ini diduga ketersediaan karbohidrat dari bahan stek batang maksimal hanya dapat bertahan hingga sekitar 8 MST karena setelah 8 MST tidak ada lagi bahan stek batang yang bertahan hidup sebelum terbentuknya tunas baru. Dari hasi uji Duncan s taraf 5% ditunjukkan bahwa persentase stek tumbuh tertinggi terdapat pada perlakuan E ( panjang stek 20 cm) yaitu sebesar 89,61 % namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan D (panjang stek 17,5 cm) dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan C (panjang stek 17,5 cm) dan F (panjang stek 22,5 cm) dan G (panjang stek 25 cm). Hal ini menunjukkan bahwa pada panjang stek kisaran 15 cm hingga 25 cm sama baiknya dalam persentase stek tumbuh jika dibandingkan dengan panjang stek 10 cm. Hal ini diduga panjang stek berkaitan dengan cadangan makanan yang terdapat pada stek, semakin panjang ukuran stek maka cadangan makanan yang terdapat pada stek lebih banyak dibandingkan dengan stek yang lebih pendek. Cadangan makanan ini selanjutnya digunakan untuk pertumbuhan bibit. Harjadi (1996) menyatakan bahwa pembelahan sel pada titik tumbuh batang tergantung pada ketersediaan karbohidrat. Karbohidrat yang tinggi dan nitrogen yang cukup akan membentuk akar dan tunas ( Hartmann dan Kester, 1978). Waktu Muncul Tunas Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa panjang stek berpengaruh nyata terhadap waktu muncul tunas bibit sek anggur. Hasil uji Duncan s taraf 5 % ditunjukkan pada tabel 2. Tabel 2. Pengaruh panjang stek terhadap waktu muncul tunas setek bibit anggur 8 MST. Perlakuan A ( panjang setek 10 cm) B ( panjang setek 12,5 cm) C ( panjang setek 15 cm) D ( panjang setek 17,5 cm) E ( panjang setek 20 cm) Waktu Muncul Tunas 49,57 e 43,66 d 34,33 b 40,52 cd 31,67 ab Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 3

6 Tri Kurniastuti Perlakuan F ( panjang setek 22,5 cm) G ( panjang setek 25 cm) Waktu Muncul Tunas 26,32 a 28,67 a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada uji jarak berganda Duncan s taraf 5% Dari tabel 2 ditunjukkan bahwa waktu muncul tunas yang paling cepat adalah perlakuan F (panjang tunas 22,5 cm) yaitu pada hari ke 26,32, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan E ( panjang setek 20 cm), F ( panjang setek 22,5 cm) dan G ( panjang setek 25 cm). Waktu muncul tunas paling lambat pada perlakuan A ( panjang setek 10 cm), yaitu hari ke 49,57. Waktu muncul tunas yang lambat diduga berkaitan dengan ukuran stek yang pendek, karena dengan ukuran stek yang pendek maka jumlah tunas sedikit, sedangkan di dalam tunas terdapat karbohidrat dan hormon yang berfungsi untuk pembelahan sel. Jika karbohidrat sedikit maka energi yang dihasilkan juga sedikit sehingga pembelahan sel menjadi lambat. Harjadi, SS (1996) menyatakan bahwa persediaan karbohidrat yang cukup akan menyebabkan terjadinya pembelahan sel pada titik tumbuh batang dan ujung-ujung akar. Persentase Stek Bertunas Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa panjang stek berpengaruh nyata terhadap persentase setek bertunas bibit anggur. Hasil uji Duncan s taraf 5 % ditunjukkan pada tabel 2. Tabel 3. Pengaruh panjang setek terhadap persentase setek bertunas bibit anggur 8 MST. Perlakuan persentase setek bertunas A ( panjang setek 10 cm) 52,31 a B ( panjang setek 12,5 cm) 79,67 bc C ( panjang setek 15 cm) 82,21 bc D ( panjang setek 17,5 cm) bc E ( panjang setek 20 cm) 92,03c F ( panjang setek 22,5 cm) 86,76 bc G ( panjang setek 25 cm) 87,66 bc Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada uji jarak berganda Duncan s taraf 5% Hasil uji Duncan s taraf 5 % menunjukkan persentase setek bertunas terendah diperoleh pada perlakuan bahwa perlakuan A ( panjang setek 10 cm) yaitu sebesar 52, 31 % dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Persentase setek bertunas menunjukkan hasil rata-rata terbaik pada perlakuan E( panjang setek 20 cm) yaitu sebesar 92,3 %. Hal ini diduga karena pada panjang stek 10 cm mempunyai cadangan makanan yang lebih sedikit dibandingkan perlakuan lainnya sehingga mempengaruhi jumlah tunas yang terbentuk karena stek yang pendek cadangan makanannya lebih sedikit. Dari tabel 3 ditunjukkan hasil rata-rata terbaik pada perlakuan E (panjang setek 20 cm) yaitu sebesar 92,3 %. Pada stek dengan ukuran yang lebih panjang menunjukkan hasil persentasi yang lebih baik karena diduga cadangan makanannya cukup untuk membentuk tunas baru. Pertumbuhan tunas sangat tergantung pada cadangan makanan, karena tunas belum tanaman belum mampu menyediakan makanan melalui fotosintesis, sehingga pertumbuhannya sangat tergantung pada ketersediaan cadangan makanan. Sutopo (1992) rnenyatakan, bahwa pertumbuhan awal suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh cadangan makanan yang terdapat pada bahan tanamnya. Pada saat akar belum berfungsi sebagai penyerap unsur hara, cadangan makanan ini yang akan dirombak menjadi bahan yang dapat 4 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016

7 Pengaruh Berbagai Macam Panjang Stek diserap oleh tanaman untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Jumlah Tunas Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa panjang stek berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas bibit anggur. Hasil uji Duncan s taraf 5 % ditunjukkan pada tabel 4. Tabel 4. Pengaruh panjang setek terhadap jumlah tunas setek bibit anggur 8 MST. Perlakuan A ( panjang setek 10 cm) B ( panjang setek 12,5 cm) C ( panjang setek 15 cm) D ( panjang setek 17,5 cm) E ( panjang setek 20 cm) F ( panjang setek 22,5 cm) G ( panjang setek 25 cm) jumlah tunas 6,90 a 10,07 a 14,23 b 14,27 b 14,78 b 16,70 b 17,14 b Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada uji jarak berganda Duncan s taraf 5% Hasil uji Duncan s taraf 5 % menunjukkan jumlah tunas terendah diperoleh pada perlakuan A ( panjang setek 10 cm) yaitu sebesar 6,90 namun tidak berbeda nyata denga perlakuan B ( panjang setek 12,5 cm) dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Jumlah tunas tertinggi pada perlakuan G ( panjang setek 25 cm) yaitu sebesar 17,14 buah namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan C,D E dan F. Jumlah tunas dipengaruhi oleh panjang stek yang digunakan, dari table 4 ditunjukkan bahwa jumlah tunas lebih banyak pada panjang stek cm. Hal ini diduga karena terjadi perbedaan cadangan makanan yang tersimpan dalam setiap perlakuan. Stek berukuran lebih panjang mempunyai jumlah mata tunas yang lebih lebih banyak hal ini mengakibatkan jumlah cadangan makanan, yang lebih besar sehingga berpengaruh pada pertumbuhan bibit dan sebaliknya. Stek yang lebih pendek diduga kehilangan cadangan bahan makanan akan lebih cepat sehingga daya tumbuh pada stek yang pendek akan lebih kecil dan jumlah tunas yang tumbuh pada stek akan lebih sedikit. Sudomo et al. (2007) mengatakan bahwa ukuran jumlah mata tunas yang berbeda mempunyai cadangan makanan dan kandungan hormon yang berbeda pula. Panjang Tunas Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa panjang stek berpengaruh nyata terhadap panjang tunas bibit anggur. Hasil uji Duncan s taraf 5 % ditunjukkan pada tabel 5. Tabel 5. Pengaruh panjang setek terhadap panjang tunas setek bibit anggur 8 MST. Perlakuan A ( panjang setek 10 cm) B ( panjang setek 12,5 cm) C ( panjang setek 15 cm) D ( panjang setek 17,5 cm) E ( panjang setek 20 cm) F ( panjang setek 22,5 cm) G ( panjang setek 25 cm) panjang tunas 0, 47 a 0,63 a 1,94 b 1,56 b 1,90 b 1,61 b 1,87 b Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada uji jarak berganda Duncan s taraf 5% Hasil uji Duncan s taraf 5 % menunjukkan panjang tunas terendah diperoleh pada perlakuan A ( panjang setek 10 cm) yaitu sebesar 0, 47 cm, tidak berbeda nyata dengan perlakuan B namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Panjang tunas terbesar pada perlakuan E ( panjang setek 20 cm) yaitu sebesar 1,90 cm namun tidak berbeda dengan perlakuan C, D,E, F dan G. Perlakuan panjang stek 15 cm- 25 cm mempunyai panjang tunas yang lebih panjang dibandingkan dengan panjang stek di bawah 15 cm, hal ini diduga terkait dengan perbedaan cadangan makanan yang tersimpan pada Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 5

8 Tri Kurniastuti masing-masing stek, dimana stek yang lebih panjang mempunyai tunas lebih banyak sehingga cadangan makanan juga lebih besar. Cadangan makanan merupakan energy yang nantinya digunakan untuk pembelahan sel sehingga dapat menambah ukuran tunas pada bibit anggur. Harmann et al. (2002) Panjang stek terkait dengan tersedianya bahan cadangan makanan. Semakin panjang stek semakin besar kesediaan bahan makanannya dan sebaliknya. Potensi cadangan makanan yang dimiliki masing-masing stek akan menentukan pertumbuhan dan perkembangan bibit. Jenis tanaman yang berbeda mempunyai panjang stek yang baik yang berbeda pula. Hasil penelitian Mardani (2005) ditunjukkan bahwa semakin banyak jumlah ruas setek, dapat memacu pertumbuhan tunas dan akar. Penggunaan bahan setek dengan 4 ruas pada tanaman nilam merupakan bahan stek yang baik untuk pertumbuhan tanaman nilam. Panjang Akar Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa panjang stek berpengaruh nyata terhadap panjang tunas bibit anggur. Hasil uji Duncan s s taraf 5% ditunjukkan pada tabel 5. Tabel 6. Pengaruh panjang setek terhadap panjang akar setek bibit anggur 8 MST. Perlakuan A ( panjang setek 10 cm) B ( panjang setek 12,5 cm) C ( panjang setek 15 cm) D ( panjang setek 17,5 cm) E ( panjang setek 20 cm) F ( panjang setek 22,5 cm) G ( panjang setek 25 cm) panjang akar 8,26 a 12,21ab 16,85 b 17,36 b 18,41ab 12,79 ab 12,15 ab Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada uji jarak berganda Duncan s taraf 5% Hasil uji Duncan s s taraf 5%menunjukkan bahwa perlakuan E ( panjang setek 20 cm) menunjukkan hasil rata-rata panjang akar terbaik yaitu sebesar 18,41 cm meskipun tidak berbeda nyata dengan perlakuan B,C,D,F dan G. Panjang akar terendah pada perlakuan A (panjang stek 10 cm) dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena dalam proses awal penyetekan, kemampuan hidup batang stek hanya tergantung pada jumlah cadangan makanan yang terkandung dalam batang sebelum stek muncul akar. Ukuran stek yang lebih panjang berkontribusi pada panjang akar. Harjadi (1996) menyatakan bahwa fase vegetatif merupakan fase penggunaan jumlah karbohidrat di dalam bahan stek. Selain itu disebabkan adanya perbedaan kandungan karbohidrat dan nitrogen yang terdapat dalam stek batang yang lebih panjang lebih tinggi dibanding dengan stek yang pendek. Menurut Waluyo (2010 besarnya nilai rasio karbohidrat dan nitrogen mempengaruhi stek dalam pertumbuhan akar dan tunas. Karbohidrat tersebut dibutuhkan oleh tanaman untuk mendukung terjadinya proses penting di dalam tanaman, diantaranya pembelahan sel, perpanjangan sel, dan pemanjangan akar. Menurut Hartmann et al. (2002) terkait dengan panjang bahan stek terdapat pengaruh kontribusi perbedaan akumulasi karbohidrat pada bagian bawah stek dan jumlahnya akan optimal untuk pembentukan akar pada stek yang panjang dibandingkan stek yang pendek. Semakin panjang stek batang, maka semakin baik pertumbuhan akar pada masing-masing tanaman tersebut. Faktor fisik seperti panjang stek dan diameter stek merupakan hal yang berpengaruh terhadap kemampuan bahan stek membentuk akar. 6 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016

9 Pengaruh Berbagai Macam Panjang Stek Menurut Harjadi (1996)) fase vegetatif merupakan fase penggunaan jumlah karbohidrat di dalam bahan stek. Karbohidrat tersebut dibutuhkan oleh tanaman untuk mendukung terjadinya proses penting di dalam tanaman, diantaranya pembelahan sel, perpanjangan sel, dan pemanjangan akar. Selain kandungan karbohidrat diduga karena dengan ukuran stek yang panjang maka jumlah tunas yang mengandung hormone lebih banyak. Kusumo (2004) menyatakan bahwa perakaran yang tumbuh pada stek disebabkan oleh dorongan auksin yang berasal dari tunas dan daun. Tunas yang sehat pada batang merupakan sumber auksin dan merupakan faktor penting dalam perakaran. Sudomo et al. (2007) menyatakan bahwa daya pembentukan akar pada suatu jenis tanaman bila distek antara lain dipengaruhi oleh kandungan karbohidrat serta keseimbangan hormon dalam bahan stek. Tunas yang sedang aktif tumbuh membentuk banyak hormon yang mempengaruhi pembentukan akar pada stek. KESIMPULAN Panjang stek berpengaruh nyata terhadap persentase stek tumbuh, waktu muncul tunas, prosentase stek bertunas jumlah tunas panjang tunas dan panjang akar stek anggur. Pertumbuhan stek bibit anggur terbaik pada ukuran panjang stek 20 cm pada peubah persentase stek tumbuh, persentase stek bertunas, panjang tunas dan panjang akar. DAFTAR PUSTAKA Cahyono, B Cara Sukses Berkebun Anggur Lokal dan Impor. Pustaka Mina. Jakarta.124 Hayati, E dkk Pengaruh Jumlah Mata Tunas dan Komposisi Media Tanam terhadap Pertumbuhan Stek Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Syah Kuala Banda Aceh. Harjadi, SS Dasar-dasar Hortikultura. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian IPB Bogor. 506 hal. Hartmann, H.T and D.E Kester Plant Propagation. Principle and practices. Hall of India. New Delhi. p Hartmann, et al Plant Propagation. Principle and practices. 7 th edition. Prentice Hall International Inc. New York. p Krismawati, A dan Sugiono Kajian Penerapan Teknologi Usahatani Anggur di Kota Probolinggo. Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi. Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo. Madura. Kusumo, S Zat Pengatur Tumbuh. CV. Yasaguna. Jakarta. Hal Mardani, D. Y Pengaruh jumlah ruas dan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan bibit setek nilam (Pogostemon cablin Benth). Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas Pertanian Institut Pertanian (INTAN), Yogyakarta. Nurcahyo, Eko, M Anggur Dalam Pot. Penebar Swadaya. Jakarta.108 hal. Sudomo, A. dkk Pengaruh Jumlah Mata Tunas Terhadap Kemampuan Hidup Dan Pertumbuhan Stek Empat Jenis Hibrid Murbei. Balai Besar Penelitian Teknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta. Sutopo, L Teknologi Benih. PT Raja Grafindo Persada Jakarta. Pp 237. Yuniastuti Perbanyakan Anggur. Penebar Semangat. Jakarta Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 7

10 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUI PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP BUDIDAYA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) (Studi Kasus di Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun) Ratna Mustika Wardhani 1), Edy Prasetiyo 2) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun Alumni Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun ratnamustikawardhani@yahoo.co.id Abstract : Cocoa is the economic mainstay of the plantation crop farmers in the area of Madiun Country, but the production and productivity of cocoa is still relatively low. Farming is still traditionally run like without the application of fertilizers, pest control (OPT) is not optimal and maximum maintenance such as pruning yet implemented. Therefore cocoa unable to give a maximum contribution to the income of the people in the district of Madiun. This study aims to determine the factors that affect the public perception for the cultivation of cocoa. The research was conducted in the village of the District Merchandise roll of Madiun. While research method implemented is descriptive research method and analysis method used is the method of Multiple Linear Regression analyst. The results of the study can be summarized as follows that the negative factors that influence public perception for the cultivation of cocoa is education (x1), the number of dependents (x2), age of the cocoa plant (x3), while the positive effect on public perception of aquaculture cocoa crop is the total land area (x4). Keywords: Perception, Society, Cocoa Plant PENDAHULUAN Indonesia mempunyai potensi untuk menjadi produsen utama kakao dunia, apabila berbagai masalah utama yang dihadapi perkebunan kakao dapat diatasi, agribisnis kakao dikembangkan dan dikelola secara baik. Indonesia masih memiliki lahan potensial yang cukup besar untuk mengembangkan kakao, yaitu lebih dari 6,2 juta ha terutama di Papua, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Maluku (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, 2005). Di wilayah Jawa Timur bagian barat terdapat pula perkebunan kakao rakyat. Perkebunan kakao tersebar di wilayah kabupaten Madiun, Ponorogo, Kediri, Magetan dan Pacitan. Potensi desa segulung kecamatan dagangan adalah areal untuk tanaman kakao seluas 298 ha dengan hasil produksi 655,6 ton per tahun. Dengan topografi wilayah ± 750 diatas permukaan laut, tekstur tanah remah sampai menggumpal, struktur tanah lempung sampai lempung berpasir dan tipe jenis tanah latosol (Laporan Monografi Kec. Dagangan, 2010) merupakan lokasi yang AGRI-TEK: Jurnal Ilmu Pertanian, Kehutanan dan Agroteknologi Volume 17 Nomor 1 Maret 2016; ISSN :

11 Faktor-faktor yang Mempengarui Persepsi Masyarakat sesuai untuk budidaya kakao. Potensi suatu wilayah adalah kemampuan dari kondisi suatu wilayah dalam melaksanakan rangkaian aspek dalam kegiatan di komoditas kakao, mulai dari hulu sampai hilir. Walaupun tanaman perkebunan seperti kakao menjadi andalan ekonomi petani di wilayah penelitian, namun produksi dan produktivitas kakao masih tergolong rendah. Hal ini dikarenakan petani masih menjalankan usahatani kakao secara tradisional seperti tanpa pemberian pupuk, pengendalian organisme penganggu tanaman (OPT) belum optimal dan pemeliharaan seperti pemangkasan belum maksimal dilaksanakan. Di lain pihak teknologi usahatani kakao sudah banyak dihasilkan, namun penyebaran ke tingkat petani atau pengguna belum optimal. Pertumbuhan harga kakao dipasaran yang semakin meningkat, namun demikian belum mendorong masyarakat untuk membudidayakannya secara signifikan, Oleh karena itu perlu adanya kajian tentang faktorfaktor yang mendorong masyarakat untuk berbudidaya kakao, mengingat potensi untuk tanaman kakao cukup tinggi. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat terhadap budidaya tanaman kakao ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional (Rakhmat 2005). Krech dalam Rakhmat (2005) menyebutnya faktor fungsional dan faktor struktural. Selain faktor-faktor kebutuhan di atas, Leavitt (1978) juga menyatakan bahwa cara individu melihat dunia berasal dari kelompoknya serta keanggotaannya dalam masyarakat, artinya terdapat pengaruh lingkungan terhadap cara individu melihat dunia yang dapat dikatakan sebagai tekanantekanan sosial. Berdasarkan beberapa teori di atas dapat diketahui bahwa kebutuhan individu merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi persepsi individu tersebut terhadap suatu obyek. Berkaitan dengan penelitian ini maka faktor personal atau faktor internal yang berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap potensi komoditas kakao, yaitu: umur, pendidikan, jumlah aggota keluarga, jumlah tanaman kakao, jumlah produksi kakao, umur tanaman kakao, luas lahan total dan luas lahan kakao. Yuwono (2006) mengatakan bahwa umur merupakan karakteristik individu yang menggambarkan pengalaman dalam diri individu tersebut. Pada umumnya semakin tua seorang petani semakin sulit menerima suatu perubahan atau dengan kata lain sudah puas dengan kondisi yang dicapai. Hal ini sangat berkaitan dengan umur tanaman kakao, dimana umur tanaman menentukan tingkat produksi dari tanaman itu sendiri, tanaman kakao pada usia tahun dalah umur produksi maksimal. Semakin tua umur tanaman akan mempengaruhi tingkat produksi tanaman, apabila umur kakao masih muda, maka tanaman kakao belum berproduksi. Salah satu faktor yang dapat mengubah pola pikir dan daya nalar petani adalah pendidikan. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan akan semakin rasional pola pikir dan daya nalarnya. Pendidikan sebagai suatu proses yang berpengaruh pada pembentukan sikap (termasuk persepsi), dikarenakan pendidikan meletakkan dasar pengetahuan dan konsep moral dalam diri individu. Pendidikan baik formal maupun non formal adalah sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Pada umumnya warga yang berpendidikan lebih baik akan mudah dan lebih mampu ber komunikasi dengan baik (Azahari 1988). Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 9

12 Ratna Mustika Wardhani & Edy Prasetiyo yang hidup dari pengelolaan sumberdaya yang sama. Jumlah anggota keluarga pada umumnya akan mempengaruhi pengeluaran rumah tangga yaitu bahwa pendapatan perkapita dan pengeluaran pangan akan menurun bila ada peningkatan jumlah anggota keluarga. Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota keluarga inti responden. Jumlah anggota keluarga dibagi menjadi tiga kategori yaitu keluarga kecil, keluarga sedang dan keluarga besar. Keluarga kecil adalah keluarga dengan jumlah anggota keluarga kurang atau sama dengan empat orang. Keluarga sedang adalah keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga antara lima sampai tujuh orang dan keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga lebih atau sama dengan delapan orang (Hurlock 1980). Hubungan Karakteristik petani dan persepsi petani terhadap budidaya tanaman Kakao (Theobroma cocoa) dalam hal pelaksanaan kegiatan, tinggi rendahnya tingkat persepsi sesorang atau kelompok akan mendasari atau mempengaruhi tingkat peran serta dalam kegiatan. Persepsi yang baika terhadap sebuah program merupakan dasar dukungan dan motivasi positif untuk berperan serta, begitu pula sebaliknya persepsi yang buruk terhadap sebuah program merupakan penghambat bagi seseorang atau kelompok orang untuk berperan serta dalam pelaksanaan kegiatan (Susiatik 1998). Meskipun seseorang atau beberapa orang berada dalam tempat yang sama, mengalami kejadian yang sama serta mengalami stimulan yang sama, kemungkinan terjadi peneriamaan, penafsiran yang berbeda terhadap obyek atau peristiwa yang mereka alami. Persepsi seperti juga sensasi yang dikatakan Rakhmat (2004) ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. Faktor-faktor personal yang secara langsung mempengaruhi persepsi adalah: (1) pengalaman, yang tidak selalu diperoleh lewat belajar formal, (2) motivasi, (3) kepribadian. Razak, A. (2006) menjabarkan bahwa alasan petani mengadobsi inovasi disebabkan oleh faktor situasi yaitu situasi dimana mereka mendapatkan dirinya sendiri dalam proses difusi inovasi, yang termasuk faktor ini diantaranya status kepemilikan tanah, prestise masyarakat, sumber-sumber informasi yang digunakan dan tingkat kehidupan. Hubungan karakteristik petani dengan persepsinya terhadap potensi komoditas kakao pada suatu wilayah diuraikan dibawah ini : 1) Umur Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan respon terhadap hal-hal yang baru dalam menjalankan usaha taninya. Menurut Indrawijaya (2000), petani yang berusia lanjut akan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berfikir cara kerja dan cara hidup. Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan respon terhadap hal-hal baru dalam menjalankan usaha taninya. Hal ini sangat berkaitan dengan umur tanaman kakao, dimana umur tanaman menentukan tingkat produksi dari tanaman itu sendiri, tanaman kakao pada usia tahun dalah umur produksi maksimal. Semakin tua umur tanaman akan mempengaruhi tingkat produksi tanaman, apabila umur kakao masih muda, maka tanaman kakao belum berproduksi. 2) Tingkat Pendidikan Mardikanto (1993) menerangkan pendidikan merupakan proses imbal balik dari setiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, teman dan alam semesata. Pendidikan dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun non formal. Tingkat pendidikan petani baik formal 10 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016

13 Faktor-faktor yang Mempengarui Persepsi Masyarakat maupun non formal akan mempengaruhi cara berfikir yang diterapkan pada usahanya yaitu dalam rasionalisasi usaha dan kemampuan memanfaatkan setiap kesempatan yang 3. Luas Kepemilikan Lahan Menurut Rahardjo (1999) pemilikan lahan yang sempit cenderung pada sistem pertanian intensif, seperti pada lahan di Jawa pada umumnya. Sedang pada lahan yang luas cenderung ekstensif. Selain lahan memiliki fungsi produksi, lahan (tanah) juga untuk jaminan sebagai modal usaha pertanian. Sebagai sumber ekonomi bagi masyarakat desa khususnya petani, luas lahan dan kondisi lahan sangat menentukan produksi dan pendapatan rumah tangga petani (Mardikanto, 1993). Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap budidaya tanaman kakao. METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi Penelitian Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling) yakni di desa Segulung kecamatan dagangan kabupaten madiun dengan pertimbangan berdasarkan hasil data dari badan pusat staistik (BPS) tahun 2010 produksi kakao terbesar di kabupaten Madiun terletak di kecamatan Dagangan dan desa Segulung merupakan desa dengan jumlah populasi tanaman kakao terbesar. Metode Pengambilan Sampel Sampel Penelitian Pengambilan sampel dalam penelitian ini diawali dengan penentuan lokasi daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Selanjutnya dari desa yang terpilih diambil sampel responden secara acak (random sampling) untuk memastikan bahwa segmen dari populasi dapat terwakili dalam sampel, sebanyak 10 persen dari populasi yang ada. Mengingat populasi petani lebih dari seratus orang, maka dilakukan sampling dengan prosedur pengambilannya merujuk prosedur yang dikemukakan oleh Arikunto (1998), apabila populasi lebih dari seratus orang, dapat diambil sampel sebanyak antara % dan apabila populasi sama atau kurang dari seratus orang harus diambil semua. Berdasarkan pertimbangan tersebut, dalam penelitian ini dari 1340 kepala keluarga yang tersebar dalam 6 dusun, ditetapkan sampel penelitian setiap dusun 10 orang sehingga jumlah sampel penelitian 60 orang. Cara Pengumpulan Data a. Teknik Wawancara Wawancara adalah tanya jawab antara peneliti dengan petani untuk memperoleh data-data yang diperlukan berdasarkan jawaban jawaban langsung dari petani. b. Teknik Pencatatan Pencatatan adalah cara memperoleh data dengan mencatat data dari berbagai instansi atau dinas atau lembaga dari tingkat kabupaten ataupun provinsi sampai tingkat desa yang didasarkan atas laporan serta catatan yang ada, dan hasilnya merupakan data sekunder. c. Teknik Observasi Observasi adalah cara pengumpulan data tanpa mengajukan pertanyaanpertanyaan tetapi dengan jalan meng - amati obyek yang diteliti. Observasi di sini bertujuan mencocokkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan keadaan sebenarnya dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang ada. Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 11

14 Ratna Mustika Wardhani & Edy Prasetiyo Sumber data a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden atau petani. Alat bantu yang digunakan adalah kuisioner atau pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. b. Data sekunder yaitu data terdokumentasi yang relevan yang dapat diperoleh dari berbagai sumber yang dipercaya dan dapat dipertanggung jawabkan mulai dari tingkat kabupaten sampai tingkat desa. Metode analisa Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode yang mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada. Penelitian deskriptif perlu menciptakan konsep-konsep ilmiah, sekaligus berfungsi dalam mengadakan suatu spesifikasi mengenai gejala-gejala fisik maupun sosial yang dipersoalkan. Hasil penelitiannya memberikan gambarkan objek yang diteliti (Moh. Pabunda, 2006). Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dianalisa dan selanjutnya disimpulkan. Jenis analisa yang dilakukan adalah: 1. Analisis deskriptif Analisis deskriptif adalah metode statistika yang digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan menjadi sebuah informasi (Suharyadi dan Purwanto, 2008). Analisis deskriptif di lakukan untuk mengetahui karakteristik petani meliputi umur, pendidikan, status lahan, luas lahan total, jumlah anggota keluarga, jumlah tanaman kakao, luas lahan kakao dan umur tanaman kakao. 2. Uji Validitas Validitas didefinisikan sebagai sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu instrumen yang dimaksud untuk mengukur suatu variabel persepsi masyarakat terhadap potensi komoditas kakao dan kemudian menghasilkan informasi mengenai persepsi masyarakat, dikatakan sebagi alat ukur tersebut memiliki validitas yang tinggi. Uji validitas di gunakan sebagai instrumen yang mengukur data (Suliyatno, 2005). 3. Analisis regresi Liner Berganda Analisis regresi merupakan studi dalam menjelaskan dan mengevaluasi hubungan antara suatu peubah bebas (independent variable) dengan satu peubah tak bebas (dependent variable) dengan tujuan untuk mengestimasi dan atau meramalkan nilai peubah tak bebas didasarkan pada nilai peubah bebas yang diketahui (Widarjono, 2005). Untuk menyatakan kuat tidaknya hubungan linier antara peubah penjelas dan peubah bebas dapat diukur dari koefisisen korelasi ( coefficient correlation) atau R, dan untuk melihat besarnya sumbangan (pengaruh) dari peubah bebas terhadap perubahan peubah tak bebas dapat dilihat dari koefisien determinasi (coefficient of determination) atau R2. 4. Pengujian Hipotesis Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap budidaya tanaman kakao digunakan analisis regresi berganda dengan formulasi sebagai berikut (Sugiyono, 2002). Y= a+bx1+cx2+...n Dimana : Y = Persepsi Masyarakat ( tanaman kakao) a = konstanta b = koefisien regresi 12 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016

15 Faktor-faktor yang Mempengarui Persepsi Masyarakat X1 = Pendidikan X2 = Jumlah tanggungan Keluarga X3 = umur tanaman kakao X4 = Luas lahan HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Dari hasil penelitian dapat diketahui karakteristik responden sebagai berikut : Karakteristik petani yang diamati dalam penelitian ini adalah karakteristik internal dan karakteristik eksternal yang meliputi: 1). Umur 2). Pendidikan 3). Luas lahan 4). Status Lahan 5). Tanggungan Keluarga Tabel 1. Karakteristik petani kakao di desa Segulung tahun 2013 No Karakteristik Kategori Responden (n) Persen (%) 1 Umur Muda (28-50 tahun) Tua (51-80 tahun) Pendidikan SD 43 71,7 SLTP 11 18,3 SLTA 4 6,7 > SLTA 2 3, Luas Lahan < m² 49 81, m² 11 18, Status Lahan Sewa 2 3,3 Sendiri 58 96, Tanggungan keluarga Umur tanaman kakao 1-4 orang > 4 orang tahun 2 3,3 10 tahun 5 8,4 15 tahun 20 33,3 20 tahun Keterangan: n = 60 Sumber : Data Rekapitulasi tingkat Desa/ Kelurahan Desa Segulung, 2012 Umur Tabel 1 menunjukkan umur petani sebagai sampel penelitian mengenai persepsi petani terhadapa potensi komoditas kakao berkisar antara tahun termasuk dalam kategori muda (50%) dan (50%) berkategori tua. Secara umum tabel 1 menunjukkan pengambilan sampel mengenai persepsi petani terhadap potensi komoditas kakao terbagi rata. Dimana semakin muda usia petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui. Petani yang berumur tua biasanya mempunyai pengalaman yang lebih lama dalam budidaya pertanian, sulit menerima inovasi baru dan persepsi yang diberikan berdasar pengalaman. Pendidikan Tingkat pendidikan petani 71,7% berpendidikan SD, petani memiliki tingkat pendidikan yang rendah yang menyebabkan pada analisa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat untuk budidaya tanaman kakao berpengaruh negatif. 18,3% SLTP. 6,7% SLTA dan 3,3% berpendidikan SLTA dan tingkatan diatasnya. Latar belakang pendidikan responden yang 100% menyelesaikan pendidikan merupakan Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 13

16 Ratna Mustika Wardhani & Edy Prasetiyo modal mereka terhadap adopsi inovasi. Tingkat pendidikan responden tersebut akan mempengaruhi persepsi mereka terhadap adopsi inovasi. Seperti yang diungkapkan Moh.Pabunda (2006) menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan formal, akan semakin tinggi pula kemampuanya untuk menerima, menyaring dan menerapkan inovasi yang diperkenalkan kepadanya. Luas Lahan Rata-rata luas lahan yang digarap untuk usahatani dan perkebunan kakao rakyat adalah 0, ha, dengan kisaran paling sempit 0,1333 ha dan terluas 3 ha. Pada umumnya petani memiliki luas lahan sempit (81,7%) dan selebihnya memiliki lahan yang luas (18,7%). Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa petani yang menggarap lahan yang luas umumnya mempunyai status sosial ekonomi yang lebih baik dan lebih banyak dapat memanfaatkan lahan untuk peningkatan produksi. Budidaya kakao yang dilaksanakan di wilayah penelitian sudah sesuai dengan teknis budidaya kakao, hanya umur tanaman yang sudah tua dan peremajaan tanaman yang sulit dilaksanakan. Petani yang menjaga kualitas tanaman agar tetap bagus menyatakan bahwa tanaman kakao adalah tanaman yang sangat menguntungkan karena berbuah sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Status Kepemilikan Lahan Status lahan yang digarap sebagian besar (96,7%) adalah pemilik, sisanya sebanyak (3,3%) adalah lahan sewaan. Faktor ini dapat menjadi salah satu pendukung, dikarenakan status lahan milik sendiri akan menimbulkan efek ketenangan dan dapat digunakan sebagai sarana menambah modal atau jaminan modal usaha untuk peningkatan produksi. Status lahan yang digarap mayoritas adalah pemilik menjadikan petani memperoleh pendapatan tetap dari hasil lahan garapan, walaupun besarnya pendapatan tidak tentu. Jumlah Tanggungan Keluarga Sebagian besar petani (60%) memiliki tanggungan keluarga tergolong kategori kecil (1-4 orang), (40%) petani memiliki keluarga lebih dari 4 orang dalam satu rumah. 60 % petani memiliki tanggungan keluarga antara 1-4 orang, dimana dari keseluruhan keluarga menjadi tanggung jawab kepala keluarga. Tanggungan keluarga mendorong kepala keluarga untuk melaksanakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini nampak nyata pada hasil analisa yang menyatakan bahwa semakin besar tanggungan keluarga berpengaruh negatif terhadap persepsi masyarakat yang dinyatakan oleh jumlah tanaman kakao. Semakin besar tanggungan keluarga akan mempengaruhi petani untuk melaksanakan kegiatan budidaya yang lebih mempunyai nilai ekonomi tinggi. Pada intinya, persepsi masyarakat terhadap budidaya tanaman kakao akan semakin menurun dengan jumlah tanggungan keluarga yang meningkat. Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah harga kakao yang fluktuatif. Besar kecilnya keluarga akan mempengaruhi petani dalam mempertimbangkan keputusan dalam menjalankan usaha taninya. Seperti diungkapkan oleh Soekartawi (1988) bahwa anggota keluarga sering dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menerima suatu adopsi inovasi. Selain mempengaruhi hal diatas, jumlah tanggungan keluarga akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga. Hal tersebut berkaitan dengan tingkat pendapatan petani dari hasil di bidang pertanian. Semakin kecil jumlah tangungan keluarga dan jumlah pendapatan keluarga semakin besar maka tingkat kesejahteraan keluarga akan semakin meningkat. Sebaliknya semakin besar tanggungan keluarga dengan pendapatan yang kecil atau besar maka tingkat kesejahteraan keluarga akan kurang. 14 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016

17 Faktor-faktor yang Mempengarui Persepsi Masyarakat Pada intinya tingkat kesejahteraan petani ditentukan oleh besarnya pendapatan terhadap jumlah tanggungan keluarga. Tabel.2 Statistik Deskriptif Persepsi_ masyarakat (Y) Pendidikan (X1) Tanggungan_ keluarga (X2) Umur_Tan_ Kakao (X3) Luas_Lahan (X4) Valid N (listwise) Sampel Ratarata Simpangan baku Tabel 2 dapat dideskripsikan dari masing-masing variabel. Rata-rata persepsi masyarakat yang di tentukan oleh jumlah kepemilikan tanaman kakao adalah 260,83 dengan simpangan baku 255,703, tingkat pendidikan rata-rata 1,42 dimaksudkan tingkat pendidikan mayoritas antara tamat SD dan SLTP dengan simpangan baku 0,766, jumlah tanggungan keluarga rata-rata 4,22 (diatas standar keluarga kecil) dengan simpangan baku 1,439, umur tanaman kakao rata-rata 17,22 tahun (dalam usia yang diatas usia puncak produktif) dengan simpangan baku 4,113 dan luas lahan kakao yang dimiliki ratarata 2552,68 atau ¼ ha dengan simpangan baku 2740,567. Tidak terdapat data yang hilang (missing), dapat dilihat pada tabel 1 data yang dianalisis adalah 60. Tabel 3 Uji Validitas Koefisien Korelasi Signifikan KK N Y X X X X Tabel 3 dapat dilihat besarnya korelasi antara X4 dan Y adalah 0,527. Nilai probabilitas sig. (2-tailed) adalah 0,000(<0,05), berarti kuisioner yang digunakan reliabel sehingga alat siap untuk digunakan pada penelitian. Tabel 4. Hasil Analisa Regresi Y X1 X2 X3 X4 Spearman s rho Y Koefisien korelasi ** Signifikansi KK Jumlah sampel X1 Koefisien korelasi Signifikansi KK Jumlah sampel X2 Koefisien korelasi Signifikansi KK Jumlah sampel X3 Koefisien korelasi Signifikansi KK Jumlah sampel X4 Koefisien korelasi.527** Signifikansi KK Jumlah sampel **. Singnifikan korelasi 0,01 Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 15

18 Ratna Mustika Wardhani & Edy Prasetiyo Besar hubungan antar variabel Y dan X1 = 0,091, Y dan X2 = 0,141, Y dan X3 = -0,207 dan Y dan X4 = 0,527. Tingkat signifikansi koefisien korelasi dari output menghasilkan angka 0,489, 0,282, 0,112 dan 0,000 maka korelasi yang nyata terjadi hanya untuk variabel X4. Variabel yang Model Variabel Metode dikeluarkan 1 X1, X2,. Enter X3, X4 2. X2 Backward 3. X1 Backward 4. X3 Backward a. semua variabel model enter pada no 1, pada no 2, 3, 4 digunakan metode backward b. variabel terikat: PERSEPSI_MASYARAKAT Dengan metode backward dapat dideteksi bahwa variabel jumlah tnggungan keluarga, pendidikan dan umur tanaman kakao tidak mempunyai pengaruh terhadap persepsi masyarakat, sehingga X1, X2 dan X3 dikeluarkan dari analisis Model Summary Koefisien Koefisien Determinasi Adjusted Standar Model Korelasi R Square eror 1.250a b c d a. variabel analisis : X1,X2,X3,X4 b. variabel analisis :X2,X3,X4 c. variabel analisis :X3,X4 d. variabel analisis : X4 SIDIK RAGAM Model Derajat bebas Mean Square F hitung Signifikan F tabel 1 Regresi a 2,54 Residual Total 59 2 Regression b 2,77 Residual Total 59 3 Regression c 3,16 Residual Total 59 4 Regression d 4, 01 Residual Total 59 Pada baris pertama, kedua dan ketiga kolom tabel 4 analisa regresi pada model summary saat variabel X1, X2, X3 belum dikeluarkan, Koefisien determinasi sebesar -0,006, 0,009 dan 0,023. Baris ke empat model baru setelah variabel tanggungan keluarga, pendidikan dan umur tanaman dikeluarkan dari hasil analisis dan menghasilkan koefisien determinasi (R²) sebesar 0,031 yang menunjukkan hubungan variabel yang berpengaruh nyata. Semakin tinggi R² akan semakin baik bagi model regresi. Koefisien determinasi sebesar 0,031 berarti variasi persepsi masyarakat dapat diterangkan 31% oleh faktor luas lahan. Sedangkan sisanya sebesar 69% di pengaruhi oleh faktor lain selain 4 faktor yang diajukan. Pada tabel 4 hasil Anova dapat dilihat nilai F hitung pada baris satu 0,916, F tabel 0,05 16 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016

19 Faktor-faktor yang Mempengarui Persepsi Masyarakat (4:55) adalah 2,54, F hitung pada baris dua 1,187, F tabel 0,05 (3:56) adalah 2,77, F hitung pada baris tiga 1,709, F tabel 0,05 (2:57) adalah 3,16, F hitung pada baris lima 2,867, F tabel 0,05 (1:58) adalah 4, 01 oleh karena F hitung lebih kecil dari F tabel maka hipotesa yang diajukan di tolak. Dengan tabel coeficients dilakukan uji t untuk menguji signifikansi koefisien regresi dari setiap variabel independent. Hipotesis = Ho : Koefisien regresi non signifikan Ha : Koefisien regresi signifikan Jika propabilitas > 0,05 Ho diterima Jika propabilitas < 0,05 Ho ditolak Dari keempat variabel hanya variabel luas lahan kakao yang memiliki propabilitas lebih kecil dari 0,05 maka variabel X4 berpengaruh nyata atau signifikan dan variabel X1, X2 dan X3 tidak berpengaruh nyata atau non signifikan. Maka Ho diterima, dan dinyatakan koefisien regresi tidak signifikan. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Karakteristik responden adalah 50% kategori muda dan 50% kategori tua, dengan 100% responden menyelesaikan pendidikan formal yaitu 71,7% tamat SD, 18,3 tamat SLTP, 6,7% tamat SLTA dan 3,3 tamat pendidikan diatas SLTA. Rata-rata kepemilikan lahan 0, ha dengan mayoritas status kepemilikan lahan sendiri dan jumlah tanggungan keluarga antara 1-4 orang. 2. Dari hasil analisa diperoleh persamaan: Y=368,909-19,400X2-9,305-5, 479X3 + 0,021X4 Dimana faktor-faktor yang diajukan berpengaruh terhadap Y, baik pengaruh positif maupun negatif. 3. Variabel- variabel yang dikeluarkan dari persamaan di atas adalah tingkat pendidikan (X1), jumlah tanggungan keluarga (X2) dan umur tanaman kakao (X3). Sehingga persamaan diatas dapat diuraikan bahwa koefisien regresi X4 = 0,021, artinya dengan menambahkan luas lahan sebesar 0,21 akan menambah jumlah tanaman sebesar 1 tanaman 4. Variabel luas lahan total yang dimiliki responden mempunyai pengaruh terhadap persepsi masyarakat, dimana apabila luas lahan bertambah sebesar 0,020 m² akan mempengaruhi persepsi masyarakat sebesar 1. DAFTAR PUSTAKA Anonimous, Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao Final, Kompas, hlm. 4 Anonimous, Profil desa Segulung Kecamatan Dagangan kabupaten Madiun. Arikunto, S Prosedur Penelitian, PT. Rineka Cipta. Jakarta Arifin, Bustanul., Spektrum Kebijakan Pertanian Indonesia. Erlangga, Jakarta, hlm. 77 Azahari J.1998 Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-negara Dunia Ketiga. Suatu Pengantar. Gramedia Jakarta. Moh Pabunda,Tika,2006 Budaya Organisasi dan peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta. Bumi Aksara. Hurlock, Elizabeth B Psikolgi Perkembangan Erlangga, Jakarta. Indrawijaya, I.2000, Perilaku Organisasi, Sinar Baru Algensindo, Bandung Mardikanto T, 1993 Penyuluh Pembangunan Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta Rakhmat, 2005, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosda Karya, Edisi Revisi, Bandung. Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 17

20 Ratna Mustika Wardhani & Edy Prasetiyo Rahardjo,1999 Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Gajah Mada University Press. Razak, A Pembinaan dan Pengembangan Desa Kakao. Skripsi S1 Universitas Sumatra Utara. Soekartawi,1988 Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian, Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Sugiyono,2002 Metode Penelitian Bisnis PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Suharyadi dan Purwanto, 2008 Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, Salemba Empat: Jakarta. Susiatik, Titik, 1998 Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Kegiatan Pembangunan Desa Hutan Terpadu (PMDHT). Di Desa Mojorejo, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Dati II, Grobogan Jawa Tengan Tesis Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Widarjono, Agus, 2005 Ekonometrika Teori dan Aplikasinya, Edisi Pertama Yogyakarta : Ekonisia. Yuwono, S, 2006 Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pembangunan Hutan Rakyat Pola kemitraan di Kabupaten Musi Rawas Propinsi Sumatra Selatan (tesis) Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. 18 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016

21 VOLUME POHON BERDIRI PETAK 3a, RPH SALAM. BKPH LAWU UTARA. KPH LAWU DS Aris Sulistiono 1), Ahadiati Rohmatiah 2) 1) Alumni D3 Manajemen Hutan Universitas Merdeka Madiun, 2) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun Abstract Wood is still an important product in forest management activities, therefore the tree volume estimation, measurement of the dimensions of the tree must be done carefully in order to obtain an accurate estimate of the volume of trees that are approaching the estimated volume of the actual volume value. Quality allegations tree volume depends on several factors, including: the level of accuracy desired, tree characteristics, measurement methods, tools used, the current state of the tree dimensional measurement and volume equation used. Estimation of the volume of standing trees research is done in pine plantations (Pinus Jung et de Vriese), in plot 3 a RPH Salam, BKPH North Lawu, KPH Lawu DS, Class VIII KU Forest planting year Selection of forest class (KU) VIII in this study caused the average grade woods RPH Salam entry into VIII KU and KU logging targets became possible when the time has been unproductive in producing. sap. From the research, the calculation of total sample volume manually tree stand at m3 or an average of 2,097 m3 / tree with a minimum volume of 0562 m3 and a maximum of m3. Based on the criteria of R2, RSS and SE then elected volume prediction model is Model quadratic equation Y = dbh dbh2.. R2 = 0.996, RSS = , SEE = In calculating the volume using quadratic models shows that the total volume of 82 samples obtained tree volume amounted to m3 models or an average of 2,096 m3 / tree. The minimum volume of 0,550 m3 and a maximum of m3. Based on t test. test found that t value of while t table at 82-1 df = 81 5% (α = 0.05) of 1.615, t (<) is smaller than t table so there is no difference sigifikan / evident between calculations manual volume with the volume calculation using a quadratic models. Keywords: Tree volume, dbh, tree height, form factor, taper function, importance sampling, centroid sampling. PENDAHULUAN Salah satu cara penaksiran volume batang pohon yang dirasakan cukup praktis adalah dengan menggunakan tabel volume. Tabel volume adalah sebuah tabel yang digunakan untuk menentukan volume kayu pohon berdiri berdasarkan dimensi-dimensi penentu volume (biasanya diameter setinggi dada, tinggi pohon, dan/atau angka bentuk), yang dibuat dengan menggunakan persamaan volume batang melalui analisis regresi. Untuk penyusunan persamaan volume AGRI-TEK: Jurnal Ilmu Pertanian, Kehutanan dan Agroteknologi Volume 17 Nomor 1 Maret 2016; ISSN :

22 Aris Sulistiono & Ahadiati Rohmatiah menggunakan persamaan regresi tersebut diperlukan data dimensi pohon contoh yang disebut dengan pohon model. Pohon model diambil dari populasi dengan memperhatikan keterwakilan dalam hal sebaran lokasi dan keragaman dimensi pohon dalam populasi tersebut. Loetsch, Zohrer dan Haller (1973) menyarankan bahwa jumlah pohon model berkisar pohon atau lebih. Pohon model yang dipilih adalah pohon-pohon yang memiliki performansi bagus, sehat dan tumbuh normal. Untuk mendapatkan data pohon model (terutama tinggi pohon dan diameter perseksi) pada pohon berdiri sangatlah sulit, kecuali pengukuran dilakukan pada pohon rebah saat sedang ada penebangan. Sengaja menebang pohon contoh dengan kondisi pohon yang baik padahal belum saatnya menebang dirasakan sayang. Kalaupun dikaitkan dengan kegiatan penjarangan, penjarangan pada umumnya dilakukan dengan menebang pohon-pohon yang performansinya kurang bagus. Dewasa ini studi mengenai potensi hutan (Volume) menjadi penting. Salah satunya adalah studi mengenai potensi tegakan, Salah satu faktor yang menentukan dalam menganalisa potensi hutan adalah dengan metode pengukuran. Ada dua metode yang biasa digunakan untuk menduga potensi tegakan hutan yaitu pertama dengan cara pengukuran tidak langsung dengan cara konversi potensi tegakan dengan menggunakan satu parameter saja (diameter setinggi dada). Metode ini paling banyak di gunakan dengan cara mengunakan model regresi dari berbagai model pertumbuhan yang ada. Dan kedua dengan pengukuran langsung dengan cara menggunakan alat atau metode tertentu. Biasanya dilakukan dengan cara mengukur keliling pohon, tinggi dan menggunakan faktor koreksi (fp) pada batang. Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Pada hutan kelas Perusahaan Pinus hasil Getah merupakan andalan utama (produk Primer) sedangkan hasil kayunya sebagai produk sekunder setelah tidak lagi produktif menghasilkan getah. Tabel Volume Lokal kayu Pinus tidak tersedia akan tetapi TVL untuk produksi Getah masuk dalam buku RPKH. Tanaman Pinus yang digunakan dalam pendugaan table volume lokal masuk Kelas Umur (KU) VIII. Pemilihan kelas hutan (KU) VIII dalam penelitian ini disebabkan rata-rata kelas hutan di RPH Salam masuk KU VIII dan di mungkinkan menjadi KU target tebangan bila nantinya sudah tidak produkstif dalam menghasilkan getah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Dapat mengukur dan menghitung volume tegakan berdiri 2. Menghasilkan prediksi volume pohon berdiri jenis Pinus Merkusii mendekati kenyataan lapangan sebagai dasar dalam perencanaan produksi hasil hutan berupa kayu secara berkelanjutan. 3. Mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil pengukuran antara pengukuran volume secara manual dengan pengukuran volume menggunakan model Inventore hutan merupakan prosedur untuk memperoleh informasi tentang kuantitas dan kualitas sumber daya hutan dan karakteristik areal pada pohon-pohon tumbuh. Apabila hutan yang diinventarisasi cukup luas, cara pengukuran 100% akan terlalu banyak memerlukan waktu, tenaga, dan biaya; maka diperlukan sampling. Pada umumnya sampling dalam inventore hutan hanya dianggap sebagai cara penempatan sampel untuk pengukuran volume kayu di lapangan (Simon, 2007). 20 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016

23 Volume Pohon Berdiri Petak 3a, RPH Salam. Parameter pohon yang mempunyai arti penting dalam pengumpulan data tentang potensi hutan untuk keperluan pengelolaan, parameter pohon tersebut antara lain adalah diameter batang, tinggi pohon, tinggi batang pokok (tinggi batang bebas cabang), diameter tajuk, dan volume. Simon (2007) Diameter pohon setinggi dada lazim digunakan dalam pelaksanaan pengukuran diameter pohon yang juga berpengaruh baik terhadap perhitungan luas bidang dasar (lbds) dan volume tegakan, pada umumnya diameter setinggi dada (dbh) diukur pada ketinggian 1,3 m dari permukaan tanah (Simon, 2007). Selanjutnya dikatakan tinggi pohon diperlukan untuk menaksir volume dan riap, secara khusus tinggi pohon dapat dihubungkan dengan umur tegakan untuk menentukan kelas kesuburan tanah (bonita). Beberapa macam tipe tinggi pohon yang diukur dalam inventarisasi hutan, antara lain adalah tinggi total, tinggi batang bebas cabang, tinggi batang komersial, dan tinggi tunggak. Setelah diameter, tinggi pohon merupakan parameter lain yang mempunyai arti penting dalam penaksiran hasil hutan. Bersama diamater, tinggi pohon diperlukan untuk menaksir volume dan riap beberapa macam tinggi pohon (Simon. 2007) Faktor bentuk (f) diperlukan sebagai penghubung antara volume suatu silinder dengan volume batang atau pohon. Dalam perhitungan nilai faktor bentuk dapat berbedabeda tergantung pada diameter mana yang dipakai sebagai dasar untuk menentukan diameter silindrisnya. Untuk sebagian besar pohon tropis, bila belum tersedia tabel faktor bentuk, pada umumnya dapat digunakan faktor bentuk sama dengan 0,7 (Banyard, 1973 dalam Simon, 2007). Bentuk batang berkaitan dengan perubahan diameter batang karena perubahan tinggi pengukuran. Karena perbedaan diameter pada berbagai macam ketinggian ini, maka secara umum ada tiga macam bentuk batang, yaitu pada pangkal, berbentuk neloid. pada bagian tengah, berbentuk silinder atau poraboid, dan pada ujung pohon bentuk konus. Pengukuran Diameter Muhdin (2012) menyatakan diameter adalah sebuah dimensi dasar dari sebuah lingkaran. Diameter batang didefinisikan sebagai panjang garis antara dua buah titik pada lingkaran di sekeliling batang yang melalui titik pusat (sumbu) batang. Diameter batang adalah dimensi pohon yang paling mudah diperoleh/diukur terutama pada pohon bagian bawah. Tetapi oleh karena bentuk batang yang pada umumnya semakin mengecil ke ujung atas (taper), maka dari sebuah pohon akan dapat diperoleh tak hingga banyaknya nilai diameter batang sesuai banyaknya titik dari pangkal batang hingga ke ujung batang. Oleh karena itulah perlu ditetapkan letak pengukuran diameter batang yang akan menjadi ciri karakteristik sebuah pohon. Atas dasar itu ditetapkanlah diameter setinggi dada atau dbh (diameter at breast height) sebagai standar pengukuran diameter batang. Sekurangnya ada tiga alasan mengapa diameter diukur pada ketinggian setinggi dada: (1) alasan kepraktisan dan kenyamanan saat mengukur, yaitu pengukuran mudah dilakukan tanpa harus membungkuk atau berjingkat; (2) pada kebanyakan jenis pohon ketinggian setinggi dada bebas dari pengaruh banir; (3) dbh pada umumnya memiliki hubungan yang cukup erat dengan peubah-peubah (dimensi) pohon lainnya. Selain mudah diperoleh/diukur, dbh juga merupakan dimensi pohon yang akurasi datanya paling mudah dikontrol. Oleh karena itulah dbh lebih sering digunakan sebagai pengubah penduga dimensi-dimensi pohon lainnya. Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 21

24 Aris Sulistiono & Ahadiati Rohmatiah Selain untuk keperluan pendugaan dimensi pohon lainnya, diameter setinggi dada (dbh) biasanya diukur sebagai dasar untuk keperluan perhitungan lebih lanjut, misalnya untuk menentukan luas bidang dasar, dan volume. Luas bidang dasar pohon (B = lbds) adalah luas penampang lintang batang, sehingga dapat dinyatakan sebagai : B = ¼π D² ; di mana D = dbh. Selanjutnya perkalian antara luas bidang dasar pohon dengan tinggi (T) pohonnya kemudian dikalikan lagi dengan nilai faktor bentuk (f), maka akan diperoleh volume (V) batang pohon tersebut, yang dapat diformulasikan sebagai : V = B.T.f. Dari hasil penelitian dengan menggunakan empat jenis pohon (red maple, yellow poplar, red oak dan white oak) di West Virginia, USA, Wiant (1988) menunjukkan bahwa untuk keempat jenis pohon tersebut, ternyata dbh bukanlah merupakan ukuran diameter terbaik di dalam menduga dimensi volume. Hal itu ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi tertinggi hubungan antara diameter dengan volume diperoleh pada saat diameter pada bagian batang yang lebih tinggi dibanding dbh. Hasil penelitian tersebut, tampaknya mengilhami pengembangan metode perhitungan / pendugaan volume pohon baik pohon berdiri maupun yang sudah ditebang (rebah), dari yang semula selalu tetap menggunakan dbh sebagai salah satu dimensi dasarnya menjadi diameter bagian lain yang letaknya pada batang bervariasi sesuai karakteristik dari masing-masing batang atau pohon tersebut. Hal ini akan di bahas lebih lanjut pada bagian tentang volume. Menurut Simon (2007) pengukuran diameter pohon pada prinsipnya adalah mengasumsikan bahwa keliling pohon merupakan lingkaran dan pengukuran dapat dilakukan pada tempat-tempat tetap pada ketinggian pohon. Untuk menyatakan hal itu kemudian orang menentukan patokan tempat pengukuran diameter, yang lazim disebut diameter setinggi dada (dbh) atau kira-kira 1,3 m dari permukaan tanah. Lebih lanjut simon (2008) menyatakan bahwa pengukuran diameter batang setinggi dada karena di samping mudah dalam pelaksanaannya, juga berpengaruh baik terhadap perhitungan luas bidang dasar dan volume tegakan. Menurut Pambudhi (2008), Untuk mengetahui volume diperlukan pengukurpengukur pohon yang lain, yaitu diameter, tinggi dan bentuk pohon. Dari ke tiga pengukur ini, diameter dianggap yang terpenting, antara lain karena : 1. Mudah diukur dan sudah terbukti berhubungan dengan tinggi, bentuk, volume. 2. Diameter dapat digunakan untuk menduga variabel lain, misalnya banyaknya daun untuk pakan ternak, banyaknya karet yang dihasilkan, volume tajuk dan lain-lain. 3. Disitribusi diameter; sebuah distribusi yang menggambarkan banyaknya pohon dalam kelas-kelas diameter, merupakan salah satu hasil inventarisasi yang penting, khususnya untuk hutan tanaman. Penggunaan kata diameter sebenarnya sudah mengandung pengertian bahwa lingkar batang pohon diasumsikan berbentuk lingkaran. Dalam kenyataannya, lingkar pohon bisa mempunyai berbagai bentuk dan ini akan mengakibatkan kesalahan pendugaan volume. Diameter pohon adalah garis lurus dari sebuah titik di lingkar batang, yang melalui titik pusat batang sampai ke titik perpotongan lingkar batang yang lain. Posisi pengukuran diameter yang menjadi acuan adalah pada ketinggian 1,3 m dari atas tanah. Diameter ini disebut dengan diameter setinggi dada atau diameter acuan dan dilambangkan dengan d 1.3. Ketinggian ini diambil dengan asumsi 22 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016

25 Volume Pohon Berdiri Petak 3a, RPH Salam. bahwa pada tinggi 1,3 m dari tanah pengaruh perbesaran batang bagian bawah tidak lagi berpengaruh. Banyak alat yang digunakan untuk mengukur diameter. Beberapa diantaranya yang terpenting untuk mengukur diameter pohon adalah: pita ukur, caliper, garpu ukur, biltmore stick, wheeler pentaprism dan relaskop. Ke empat alat ukur diameter yang pertama, digunakan untuk pengukuran diameter yang dapat dijangkau, sedang wheeler pentaprism dan relaskop digunakan untuk mengukur diameter-diameter atas. Untuk mengukur diameter anakan, biasanya digunakan orang mikrocaliper (Pambudhi, 2008). Setelah diameter, tinggi pohon merupakan parameter lain yang mempunyai arti penting dalam penaksiran hasil hutan. Bersama dengan diameter, tinggi pohon diperlukan untuk menaksir volume dan riap (simon, 2007). Muhdin (2012) menjelaskan tinggi pohon adalah salah satu dimensi yang harus diketahui untuk menghitung nilai volume pohon. Selain itu, peninggi yang didefinisikan sebagai rata-rata 100 pohon tertinggi yang tersebar merata dalam areal 1 hektar, dikaitkan dengan umur tegakan jenis pohon tertentu adalah merupakan komponen informasi yang diperlukan untuk menentukan indeks tempat tumbuh atau kualitas tempat tumbuh (bonita) yang mencerminkan produktivitas lahan dalam memberikan hasil (potensi tegakan). Pengukuran tinggi pohon pada umumnya menggunakan salah satu atau kombinasi dari dua prinsip berikut : 1. Prinsip geometri atau prinsip segitiga sebangun 2. Prinsip trigonometri atau prinsip pengukuran sudut. Terdapat hubungan yang erat antara dbh dengan tinggi pohon, maka secara fungsional tinggi pohon dapat juga diduga oleh dbh. Cara ini dirasa lebih mudah dan praktis dibanding harus mengukur langsung tinggi pohon. volume pohon adalah besarnya massa kayu sebatang pohon hingga tinggi batang tertentu dan diameter tertentu. Volume pohon merupakan ukuran tiga dimensi(l 3 ) dan tinggi pohon berdimensi satu (L 1 ), serta faktor bentuk pohon. Volume pohon umumnya dinyatakan dalam bentuk satuan kubik (Muhdin, 2012). Volume pohon dapat diduga dalam keadaan berdiri atau rebah, tentu saja pengukuran pada pohon rebah dianggap lebih teliti daripada pengukuran pada pohon berdiri. Untuk menentukan volumenya, batang pohon dibagi menjadi seksi-seksi yang pendek, kemudian seksi pendek ini dianggap mempunyai bentuk geometrik yang sempurna. Panjang seksi yang digunakan bisa absolut, bisa relatif. Untuk panjang absolut, panjang seksinya bisa sama atau berbeda. Untuk pengukuran bentuk pohon, maka panjang seksi yang digunakan harus panjang relatif (Pambudhi, 2008). Cara penentuan volume pohon yang paling praktis adalah dengan menggunakan tabel volume pohon. Tabel volume pohon adalah suatu tabel yang berisi nilai-nilai dugaan volume pohon pada ukuran diameter atau diameter dan tinggi pohon tertentu. Berdasarkan peubah penduga yang digunakan, tabel volume pohon dibedakan menjadi : tabel volume lokal, tabel volume baku dan tabel volume dengan kelas bentuk. Tabel volume lokal atau dikenal juga dengan istilah tariff volume adalah tabel volume dengan menggunakan dbh sebagai penduganya. Tabel volume baku adalah tabel volume dengan menggunakan dbh dan tinggi pohon sebagai peubah penduganya. Tabel volume dengan kelas bentuk adalah semacam tabel volume baku yang dibuat untuk setiap kelas bentuk batang. Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 23

26 Aris Sulistiono & Ahadiati Rohmatiah Tabel volume dibuat berdasarkan persamaan volume yang disusun dengan persamaan regresi. Persamaan regresi terbaik biasanya dipilih dari berbagai macam persamaan yang dicobakan terhadap data yang dimiliki. Dari sekian banyak persamaan regresi yang dapat dicoba, persamaan : V = ad b (di mana : V = volume pohon ; D = dbh ; a, b = konstanta), adalah persamaan regresi yang paling banyak digunakan. Selain alasan kesederhanaan model dan kepraktisan karena hanya menggunakan dbh sebagai peubah penduga, juga model tersebut adalah model yang secara matematis memiliki kerangka pemikiran (landasan teoritis) yang jelas. Persamaan V = adb dikenal juga sebagai persamaan Berkhout (Loetsch, Zohrer dan Haller, 1973 Asumsi yang mendasari berlakunya tabel volume lokal pada sebuah areal hutan (tegakan) adalah bahwa pohon-pohon yang memiliki ukuran diameter sama maka akan memiliki tinggi dan angka bentuk batang yang sama pula sehingga dengan demikian akan memiliki volume pohon yang sama pula. Sedangkan asumsi yang melandasi berlakunya tabel volume baku adalah bahwa pohon-pohon yang memiliki dbh dan tinggi pohon yang sama maka akan memiliki angka bentuk batang yang sama pula, sehingga akan memiliki volume pohon yang sama juga (Muhdin,2012) Motode allometri adalah metode pengukuran pertumbuhan tanaman yang dinyatakan dalam bentuk hubungan eksponensial atau logaritmik antara organ tanaman yang terjadi secara harmonis dengan perubahan yang proporsional (Whittaker, dkk., 1975). dalam Lukito (2010) Persamaan allometrik berguna untuk menduga potensi biomassa atau kandungan karbon pada suatu tegakan hutan, sehingga jumlah CO 2 yang terserap dapat diketahui. Dalam pelaksanaannya, pohon-pohon sampel yang akan digunakan dalam pelaksanaan pengukuran biomassa ditebang (destructive sampling) dan dilakukan pengukuran secara intensif pada bagian-bagian organ pohon seperti akar, batang, cabang/ranting dan daun. Biomassa akar, batang, cabang/ranting dan daun atau dimensi lainnya berfungsi sebagai variabel bergantung (dependent variable) dan dapat dihubungkan dengan variabel bebas (independent variable), seperti diamater batang pohon (Whittaker, et al. 1975) dalam Lukito (2010) Hubungan antara setiap variabel bergantung dengan variabel bebas tersebut akan membentuk sebuah persamaan dalam sumbu XY, dengan variabel bebas akan diletakkan pada sumbu X dan bergantung pada sumbu Y. Secara umum, bentuk persamaan allometrik dituliskan sebagai berikut (Purwanto dan Shiba, 2005): dalam Lukito (2010) Y = ax b Dimana: Y : Variabel bergantung (berupa volume) a,b: Konstanta X : Variabel bebas (berupa diameter dan tinggi pohon. Dari persamaan tersebut terlihat bahwa allometri dapat digunakan untuk menghubungkan diameter batang dan tinggi pohon dengan variabel yang lain seperti volume kayu. Manfaat Penelitian Manfaat dari penlitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menambah pengetahuan dan pengalaman tentang bagaimana menghitung volume tegakan berdiri dengan membuat model 2. Memberikan informasi mengenai volume lokal tanaman pinus merkusii di RPH Salam BKPH Lawu Utara KPH Lawu Ds khususnya untuk tanaman KU VIII 24 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016

27 Volume Pohon Berdiri Petak 3a, RPH Salam. METODE PENELITIAN Pembuatan Petak Ukur Pembuatan petak ukur di lapangan disesuaikan dengan posisi yang telah ditetapkan berdasarkan dari observasi lapangan dengan bantuan peta lokasi, dengan luas PU 0,05 hektar berbentuk lingkaran dengan jarijari 12,61 meter, intensitas 10 %. Penentuan lokasi petak ukur ditentukan secara stratified random sampling (acak berlapis) pada areal yang sudah ditentukan sebelumnnya dengan kondisi aksesibilitas cukup tinggi mudah dijangkau, berada pada areal dengan kondisi topografi datar sampai sedang, mewakili kondisi tegakan serta karakteristik tempat tumbuh yang relatife seragam (curah hujan dan tanah) dan letak petak ukur ditempatkan di tengah-tengah petak sehingga hasil yang didapatkan sesuai dengan kondisi aktual dan terhindar dari kondisi efek tepi. Pencatatan dan Pengukuran. Pada PU sampling, dilakukan pengukuran dan pencatatan data lapangan meliputi: Nomor dan lokasi plot sampel dalam petak, blok, dan unit 1. Tahun tanam, jarak tanam, dan sistem silvikultur lainnya 2. Diameter pohon setinggi dada (dbh 1,3 m) 3. Tinggi pohon total Diameter Pengukuran diameter dilakukan pada vegetasi mulai pada tingkat pancang sampai tingkat pohon. Titik pengukuran diameter adalah setinggi dada atau 1,3 cm dari permukaan tanah. Prinsip dasar pengukuran diameter adalah posisi pengukuran harus tegak lurus dengan sumbu batang. Alat ukur yang yang digunakan adalah pita ukur yang mengukur panjang keliling lingkar pohon. Nilai keliling ini kemudian dikonversikan menjadi diameter dengan membaginya dengan nilai pi (3,14). Tinggi Pengukuran tinggi meliputi tinggi total pohon. Alat yang digunakan dalam pengukuran ini adalah haga meter. Luas Bidang Dasar Yang dimaksud dengan bidang dasar pohon dalam penelitian ini adalah penampang lintang batang pada ketinggian 1,3 m dari permukaan tanah. Luas bidang dasar individu pohon dihitung dengan rumus lingkaran yakni sebagai berikut; 2 d lbds = 4 Faktor Bentuk Pohon Faktor bentuk (f) diperlukan sebagai penghubung antara volume suatu silinder dengan volume batang atau pohon. Dalam perhitungan nilai faktor bentuk dapat berbeda-beda tergantung pada diameter mana yang dipakai sebagai dasar untuk menentukan diameter silindrisnya. Untuk sebagian besar pohon tropis, bila belum tersedia tabel faktor bentuk, pada umumnya dapat digunakan faktor bentuk sama dengan 0,7 (Banyard, 1973 dalam Simon, 2007). Dalam lukito (2010) Volume Pohon Untuk menentukan volume pohon bebas cabang yang masih berdiri diperoleh melalui perkalian antara luas bidang dasar, tinggi bebas cabang dan faktor bentuk, yang dirumuskan Asman, (1970) dalam lukito (2010) sebagai berikut: V = lbds 1,3 x h x f. 1,3 Keterangan : V = Volume Batang Pohon (m 3 ) h = Tinggi pohon (m) lbds 1,3 = Luas bidang dasar pada ketinggian 1,3 m = Faktor bentuk f 1,3 Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 25

28 Aris Sulistiono & Ahadiati Rohmatiah Persamaan Regresi Data tentang diameter setinggi dada (dbh), tinggi pohon, dan volume, dicari hubungannya. Untuk menghubungkan satu data dengan data yang lainnnya digunakan metode regresi. Secara umum metode regresi mempunyai bentuk (Sulaiman, 2004). Dalam Lukito (2010) Tabel 1. Bentuk Umum Model Regresi Bentuk Persamaan Slope Linear Y = a + bx a,b Logaritma Y = a + b Ln X a,b Quadratik Y = a + bx + cx 2 a,b,c Kubik Y = a + bx + cx 2 + dx 3 a,b,c,d Sigmoid Y = e a + b/x a,b Power Y = ax b a,b Growth Y = e a + bx a,b Eksponensial Y = a(e bx ) a,b Parameter yang digunakan untuk pemilihan model regresi adalah koefisien determinasi, standar error dan kesederhanaan model (Chorchan dan Snedecor, 1980). dalam Lukito (2010). Dalam penelitian ini pemilihan model/persamaan regresi yang menyatakan hubungan antara satu data dengan data yang lain didasarkan pada nilai koefisien determinasi (R 2 ) tertinggi serta jumlah kuadrat error ( residual sum of square) yang terkecil. Menurut sadono (2007), dalam Lukito (2010) untuk memilih model yang terbaik, selain memperhatian R 2, standar error juga perlu mengetahui taraf signifikansi melalui uji F dan uji T dari masing persamaan yang dihasilkan. Dalam membuat model ini data diolah dengan menggunakan program SPSS. Nilai R 2 berkisar antara 0-1. Semakin tinggi R 2 maka semakin baik model regresinya (Sulaiman, 2004). Dalam Lukito (2010) Jumlah kuadrat error yang kecil menunjukkan tingkat kesalahan regresi yang terjadi juga semakin kecil (Walpole, 1995). Dalam lukito (2010). Uji signifikansi dilakukan untuk mengetahui nyata tidaknya pengaruh variavel independent terhadap variabel dependent. Uji Variabel Berpasangan (t-test) Untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara pengukuran volume pohon berdiri secara manual dengan pengukuran volume pohon dengan menggunakan model yang terbaik yang terpilih dalam persamaan allometri maka perlu dilakukan uji t-test dengan urutan tahapan-tahapan sebagai berikut : 1. Harga rata rata perbedaan P X1-X2 = Keterangan X 1 = Volume Manual X 2 = Volume Model Terpilih N = Jumlah Sampel 2. Varians = Sd2 = 3. Standar deviasi perbedaan individu pengamatan = S d = 2 Keterangan = S d = Varians 4. Standar eror perbedaaan harga rata rata = S X1-X2 = S dm = 5. T hitung = = harga rata-rata perbedaan standar error perbedaan harga rata-rata (s) = P(xi-x2) Sxi-x2(sdm) 6. Membandingkan antara t-hitung dengan t-tabel pada tingkat kepercayaan 95 % (α = 0.05). dengan Ketentuan sebagai berikut Bila T hitung > T Tabel maka ada perbedaan yang sigifikan/nyata antara volume yang menggunakan perhitungan manual dengan volume yang dihasilkan dengan menggunakan model terpilih Bila T hitung < T Tabel maka tidak ada perbedaan yang signifikan/nyata antara volume yang menggunakan perhitungan manual dengan 26 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016

29 Volume Pohon Berdiri Petak 3a, RPH Salam. volume yang dihasilkan dengan menggunakan model terpilih GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Umum Hutan RPH Salam RPH Salam masuk ke dalam BKPH Lawu Utara KPH Lawu Ds Perum Perhutani Unit II Jawa Timur, Luas baku areal RPH Salam adalah 245,60 Ha yang terdiri dari 20 anak Petak. Berdasarkan RPKH Tahun 2009 areal RPH salam masuk ke dalam kelas kesuburan tanah (Bonita) 3-5 dan sebagian besar adalah bonita 3. Terletak antara meter di atas permukaan laut. Dengan jumlah pohon sebanyak pohon. Dilihat dari rencana sadapan tahun berjalan untuk RPH Salam mendapat target sadapan seluas 189,60 Hektar dengan jumlah pohon sebanyak pohon, mengacu pada Tabel Volume getah (TVL) getah di dapatkan rata-rata sadapan per hektar sebesar 837,713 kg atau secara kumulatif sebesar ,947 kg Sampai dengan RPKH belum ada rencana kegiatan penebangan sehubungan dengan kelas perusahaan pinus. Akan tetapi biasanya tebangan di lakukan bila terjadi kondisi khusus (Tebangan D2), seperti kondisi pohon mati, dan bencana alam (angin ribut, petir dsb). Kondisi Petak Ukur Pengambilan Petak ukur dalam rangka penelitian dilakukan pada tanaman pinus dengan kelas umur (KU) VIII dengan alasan sebagian besar kelas umur di RPH Salam masuk ke dalam KU VIII, termasuk di dalamnya petak 3A dengan luasan 17,3 Ha. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perhitungan Volume Pohon Berdiri Diameter Hasil pengukuran diameter setinggi dada (dbh) terhadap pohon sampel di sajikan pada Tabel 2 Tabel 2. Kelliling dan Diameter setinggi dada (cm) Pohon Sampel Petak 3 a RPH Salam BKPH Lawu Utara No Pohon Keliling Diameter Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 27

30 Aris Sulistiono & Ahadiati Rohmatiah No Pohon Keliling Diameter Berdasarkan Tabel 2 di atas rata rata keliling dan diameter setinggi dada pada Pohon sampel untuk keliling adalah sebesar 117 cm minimum 82 cm dan keliling maksimum 198 cm atau dengan diameter rata-rata sebesar 37,3 cm dengan diameter minimal 26,1 cm dan maksimal 63,1 cm Tinggi Pohon Tinggi pohon sampel pada petak 3 a terhadap pohon sampel disajikan pada table 3 sebagai berikut : Tabel 3. Tinggi Pohon (mtr) Sampel Petak 3 a RPH Salam BKPH Lawu Utara No Pohon Tinggi No Pohon Tinggi AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016

31 Volume Pohon Berdiri Petak 3a, RPH Salam. No Pohon Tinggi No Pohon Tinggi Faktor Bentuk Dalam penelitian ini faktor bentuk pohon tidak dilakukan pengukuran akan tetapi besarnya faktor bentuk, pada umumnya dapat digunakan faktor bentuk sama dengan 0,7 (Banyard, 1973 dalam Simon, 2007) dalam lukito (2010) Volume Pohon Berdasarkan hasil pada table 2, tabel 3 dan penentuan factor bentuk maka Perhitungan volume pohon berdiri didekati dengn rumus V= ¼ π d 2 h. fk dimana d : diameter setinggi data, h = tinggi pohon dan fk = faktor bentuk pohon dalam hal ini ditentukan sebesr 0,7. Berdasarkan rumus di atas maka besarnya perhitungan volume pohon sampel dapat dilihat pada Tabel 4 Sebagai berikut : Pemilihan Model Perhitungan Volume Analisis hubungan volume dengan diameter setinggi dada dibuat model persamaan allometrik. Pemilihan model persamaan didasarkan pada kombinasi antara nilai R 2 terbesar dan jumlah kuadrat eror (residual sum of square) yang paling kecil serta signifikasi berdasarkan analisis varian. Sebagaimana disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Model Persamaan Allometrik Diameter Setinggi Dada (dbh) Volume Pohon Pinus KU VIII RPH Salam BKPH Lawu Utara KPH Lawu Ds No. Model Persamaan R2 JKE Std Error 1. Linier Y = dbh 0,982 4,592 0, Power Y = dbh 2,859 0,981 1,115 0, Growth Y = e -2, ,891 dbh 0,929 3,807 0, Logaritma Y = 8, ,131 ln dbh 0, , Quadratik Y = -1, ,606 dbh + 15,056 dbh2 0,996 1,078 0,107 Volume Model Terpilih Berdasarkan persamaan model di atas maka model terpilih adalah model quadratic dengan persaman volume Y = -1, ,606 dbh + 15,056 dbh 2. Dari Model terpilih di atas maka besarnya volume disajikan pada Tabel V-6. Sebagai berikut : Tabel 4. Rekapitulasi Perhitungan Volume Pohon (m 3 ) Pohon Sampel Petak 3a RPH Salam BKPH Lawu Utara No Keliling Dbh Dbh Dbh2 tinggi fk 1/4 Volume Pohon Cm cm mtr mtr-2 mtr Phi M3 Total , Rerata Min Max Std Dev Convidance Tabel 6. Perhitungan Volume Dengan Model Quadratik Konstanta Vol- No Model a b c mtr mtr M Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 29

32 Aris Sulistiono & Ahadiati Rohmatiah Konstanta Vol- No Model a b c mtr mtr M Konstanta Vol- No Model a b c mtr mtr M Uji Volume Manual dengan Model terpilih Untuk dapat mengetahui apakan terjadi perbedaan antara perhitungan volume 30 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016

33 Volume Pohon Berdiri Petak 3a, RPH Salam. tegakan pohon berdiri dengan perhitungan volume model Quadratik di lakuan uji t-test dengan hasil disajikan pada tabel 8 sebagai berikut : Tabel 7. Uji T Test Antara Volume Manual dan Volume Model Manual Qadratik Keliling Dbh No dbh Vol (X1) Vol-(X2) (X1-X2) (X1-X2)^2 cm cm mtr mtr3 mtr Total Rerata Min Max Std Dev Harga rata rata perbedaan P X1-X2 = 2. Varians = S d 2 = = = S d = = Standar eror perbedaaan harga rata rata = S X1-X2 = S dm = 5. T hitung = = harga rata-rata perbedaan standar eror perbedaan harga rata-rata = 0,00067 = 0,053 0, Nilai t menurut tabel untuk tingkat signifikasi 95 % atau dengan α (0,05) pada db 81 = ± 1,650 yang artinya ; 7. t hitung < t tabel atau 0,053 < 1,650 PEMBAHASAN Perhitungan Volume Manual Pohon Berdiri Pada Tabel 5 di atas terlihat bahwa berdasarkan perhitungan volume pohon berdiri secara manual di dapatkan dari total volume sampel sebanyak 82 pohon sebesar 171,92 M 3 atau rata-rata sebesar 2,097 m 3 / pohon dengan volume minimum m 3 dan maksimum 6,773 m 3 Pemilihan model allometrik Analisis hubungan dbh dengan volume pohon, dibuat model persamaan allometrik, pengolahan data dilakukan dengan SPSS 16. Pemilihan model persamaan didasarkan pada kombinasi antara nilai R 2 terbesar dan jumlah kuadrat eror (residual sum of square) yang paling kecil serta signifikan berdasarkan analisis varian. Sebagaimana disajikan pada Tabel 6 di atas. Hasil pengukuran diameter setinggi dada (dbh) dan Volume Tanaman Pinus KU VIII diperoleh model yang paling tepat adalah model Quadratik dengan nilai R 2 0,996 dan JKE (RSS) 1,078. Nilai R 2 0,996 yang berarti 99.6 % variabel Volume pohon dapat dijelaskan oleh variabel diameter setinggi dada, sisanya (0,004 %) oleh variabel lain. Hubungan variabel dimeter setinggi dada dengan Variabel Volume termasuk sangat kuat karena nilainya lebih dari 0,5, di mana R 2 berkisar 0-1, semakin kecil R 2 maka semakin lemah hubungan antar variabel tersebut dan sebaliknya. Sedangkan nilai jumlah kuadrat eror (residual sum of square) adalah 1,078 dan standar eror estimate 0,107. Berdasarkan hasil analisis varian untuk menguji signifikansi hubungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 31

34 Aris Sulistiono & Ahadiati Rohmatiah dbh dan Volume pohon memiliki korelasi yang signifikan. Uji ANOVA didapat F hitung sebesar dengan tingkat signifikansi 0,001 (<0,05), sehingga model regresi dapat dipakai untuk memprediksi tinggi pohon. Persamaan yang terbentuk dapat digunakan untuk menduga tinggi pohon berdiri dengan menggunakan diameter setinggi dada sebagai variabel bebas adalah Quadratik dengan Rumus. Y = -1, ,606 dbh + 15,056 dbh 2 Adapun grafik model persamaan terpilih disajikan pada Gambar V-1. sebagai berikut : Gambar V-1. Hubungan antara diameter setinggi dada (dbh) dengan Volume Pohon berdiri KU VIII RPH Salam BKPH Lawu Utara Perhitungan Volume Model Pohon Berdiri Berdasarkan model terpilih yaitu model quadratic maka perhitungan volume dengan variable bebas diameter setinggi dada diperoleh hasil perhitungan 82 pohon sampel disajikan pada Tabel 7 di atas. Pada tabel tersbut terlihat bahwa total volume model 82 sampel pohon didapatkan volume sebesar 171,87 m 3 atau rata rata sebesar m 3 /pohon. Volume minimum 0,550 m 3 dan maksimum 6,473 m 3 Perbandingan Volume manual dan Volume Model Pohon Berdiri Berdasarkan perhitungan volume pohon antara manual dan dengan menggunakan model quadrati maka dilakukan uji t untuk melihat apakah ada perbedaan / tidak terhadap penggunaan dua model tersebut seperti disajikan pada Tabel 8 di atas. Berdasarkan uji t. test didapatkan bahwa nilai t hitung sebesar 0,053 sedangkan t tabel pada df 82-1=81 5 % ( α = 0,05) sebesar 1,615 yang artinya t hitung (<) lebih kecil dart t tabel sehingga perhitungan volume dengan menggunakan model manual dibandingkan dengan menggunakan model quadratic tidak signifikan atau tidak ada perbedaan yang sigifikan/nyata antara perhitungan volume manual dengan perhitungan volume menggunakan model quadratic 32 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016

35 Volume Pohon Berdiri Petak 3a, RPH Salam. KESIMPULAN Kesimpulan 1. Perhitungan Total sampel volume pohon berdiri secara manual sebesar 171,92 m 3 atau rata-rata sebesar 2,097 m 3 /pohon dengan volume minimum m 3 dan maksimum 6,773 m 3 2. Berdasarkan kriteria R 2, RSS dan SE maka model pendugaan volume terpilih adalah Model Quadratik dengan persamaan Y = -1, ,606 dbh + 15,056 dbh 2. Dimana R 2 = 0,996, RSS = 0,1078, SEE = Perhitungan volume dengan menggunakan model quadratic terlihat bahwa total volume 82 sampel pohon didapatkan volume model sebesar 171,87 m 3 atau rata rata sebesar m 3 / pohon. Volume minimum 0,550 m 3 dan maksimum 6,473 m 3 4. Berdasarkan uji t. test didapatkan bahwa nilai t hitung sebesar 0,053 sedangkan t tabel pada df 82-1=81 5 % ( α = 0,05) sebesar 1,615 sehingga perhitungan volume dengan menggunakan model manual dibandingkan dengan menggunakan model quadratic tidak signifikan atau tidak ada perbedaan yang sigifikan/nyata antara perhitungan volume manual dengan perhitungan volume menggunakan model quadratic DAFTAR PUSTAKA Loetsch, F. dan K. Haller, 1973 Forest Inventory, Volume II. BLV. Verlagsgeeselschaft Mbh. Munchen. Lukito. Martin Studi Inventarisasi Hutan tanaman Kayu Putih Dalam Menghasilkan Biomassa dan karbon hutan. Tesis Fakultas Kehutanan UGM. Tidak Di publikasikan Muhdin Dimensi pohon dan pendugaan Volume Pohon. Universitas Sumatera Utara Pambudhi, F Variabel-variabel Pohon dan Tegakan Dalam Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala. Makalah. Disampaikan dalam Pelatihan Perencanaan Pengelolaan Tegakan Hutan Berdasarkan Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala. Jakarta. Philip, M.S Measuring Trees and Forests. Second Edition. CAB International. Simon, H Motede Inventore Hutan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta S Chapman, H.H. and W.H. Meyer Forest Mensuration. McGraw-Hill Book Company Inc. New York.imon, H Motede Inventore Hutan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Wiant, Jr Where is the Optimum Height for Measuring Tree Diameter?. North J. Appl. For. 5 : Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 33

36 EKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI PLASMA NUTFAH TANAMAN UWI (Dioscorea Sp) DI KABUPATEN PONOROGO. Muhamad Fahrur Hidayat 1) Djoko Setyo Martono 2) 1) Alumni Fakultas Pertanian, Universitas Merdeka Madiun 2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Merdeka Madiun Abstract. One of the food security policy is the diversification of food consumption, for food security depends only on one type of food is very vulnerable to environmental changes lately frequent. Uwi plant (Dioscorea sp) have great opportunities in food diversification program because it is tolerant to shade and drought so suitable to be developed land dry. Uwi plant (Dioscorea sp) a local plant species that have the potential to support the food security program in Indonesia. Uwi plant (Dioscorea sp) as one kind of bulb that potentially supports the diversity of food and food security in the future. The study aims to conserve plant genetic resources Uwi as an alternative non-rice food. The study is conducting by exploration, identification can be followed Uwi plant germplasm conservation in the form of a collection of advanced research. The results showed that in Ponorogo obtained 32 asesi Uwi plant (Dioscorea sp). Taken from several districts in Ponorogo. Of the 32 species of plants Uwi (Dioscorea sp). The identified into five groups, namely: Dioscorea aculeate L by 5 asesi (gembolo, gembili, gembolo mancung, ndulak. Dioscorea alata L by 20 asesi (legi 1, legi 2, ulo, lus 1, lus 2, senggani 1, senggani 2, senggani 3, senggani 4, bangkulit 1, bangkulit 2, bangkulit 3, bangkulit 4, bangkulit 5,rondo sluku, beras, cethek, sepak, duro, war. Dioscorea bulbifera L as much as 3 asesi (sembung, lader, randu alas). Dioscorea hispida Dennst much as 1 asesi (gadung), Dioscorea pentaphylla L by 4 asesi (Katak jahe,katak 1, katak 2, katak 3). Keywords: Exploration, identification, germplasm, Uwi PENDAHULUAN Indonesia mempunyai kelebihan yang luar biasa dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Apapun yang kita tanam bisa tumbuh, bahkan orang Belanda mengatakan di Indonesia jari ditanam bisa tumbuh. Itu artinya bahwa di wilayah Indonesia ini memang betul-betul sangat subur dan kaya akan berbagai macam pangan lokal. Pangan lokal sesungguhnya bentuk kekayaan budaya kuliner kita. Keanekaragaman yang terbentuk atas dasar ketersediaan bahan baku dan kebutuhan lokal, menjadikannya memiliki kesesuaian yang tinggi dengan kebutuhan masyarakat akan energi bagi tubuhnya. Seperti halnya umbi-umbian. Saat ini umbi yang kita kenal hanyalah ubi kayu dan ubi jalar saja. Bagi kita nama-nama umbi seperti gadung, gembili, gembolo, AGRI-TEK: Jurnal Ilmu Pertanian, Kehutanan dan Agroteknologi Volume 17 Nomor 1 Maret 2016; ISSN :

37 Eksplorasi dan Identifikasi Plasma Nutfah Tanaman Uwi uwi dan lain-lain, terdengar asing di telinga. Apalagi untuk anak-anak saat ini mereka tidak mengenal jajana pasar seperti gatot, tiwul, grontol, jemblem yang semakin lama semakin tenggelam dengan banyaknya makanan kemasan di warung-warung sekitar (Indah, 2000) Selama ini makanan umbi uwi (Dioscorea sp) masih kurang di minati karena masyarakat menilai makanan umbi-umbian saat ini ketinggalan zaman. Akibatnya makanan tersebut jarang disajikan sebagai hidangan sehari-hari sebagai camilan. Masyarakat kini masih memandang makanan barat yang siap saji (fast food) lebih baik, sehat, higienis. Padahal makanan tersebut hampir seluruhnya menggunakan bahan baku terigu yang bahan bakunya di import seperti pizza atau mie (Indah, 2000) Pemanfaatan umbi uwi (Dioscorea sp) oleh masyarakat umumnya masih sangat terbatas, yaitu direbus atau digoreng dan menjadi makanan tradisional yang hanya diperuntukan bagi kebutuhan pangan keluarga. Umbi uwi (Dioscorea sp) merupakan salah satu jenis umbi-umbian yang banyak mengandung sumber karbohidrat untuk mendukung ketahanan pangan, selain itu umbi uwi (Dioscorea sp) cukup potensial dikembangkan sebagai bahan baku iteratur pangan. Dengan adanya kebijakan pola makan berbasis beras, keberadaan tanaman uwi mulai tersingkir dan semakin langka, dikawatirkan sumber genetik tanaman uwi akan semakin hilang, padahal sumber genetik (plasma nutfah) merupakan karunia Tuhan yang tak ternilai harganya dan akan sangat bermanfaat bagi pengembangan pertanian di masa datang. Oleh karena itu upaya pelestarian plasma nutfah tanaman uwi dan juga tanaman sumber karbohidrat lain mempunyai nilai strategis bagi keberhasilan ketahanan pangan di masa mendatang saat jumlah penduduk terus meningkat yang kontradiktif dengan semakin menurunnya kuantitas dan kualitas lahan pertanian, sekaligus menjadikan prospek pengembangan untuk ketahanan pangan (Alfons, 2012) Ketahanan pangan adalah suatu kondisi terpenuhinya bahan pangan rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup dalam jumlah maupun mutu. Ciriciri dari diservikasi ini mutlak dilaksanakan karena merupakan salah satu solusi untuk mengurangi konsumsi beras yang akhir-akhir ini menjadi pangan utama bagi masyarakat di wilayah berpenghasilan pokok jagung, kacang dan umbi-umbian ini (Pambudy, 2004). Upaya peningkatan swasembada pangan tidak hanya berpotensi pada beras dan gandum saja namun didukung pula oleh jenis-jenis pangan komoditas lainnya seperti umbi-umbian dan pohon penghasil pangan seperti sagu, gandum serta pohon serba guna lainnya. Ketahanan pangan akan semakin baik bila konsumsi masyarakat berasal dari berbagai sumber, terutama komoditi spesifik sebagai sumber pangan lokal (Alfons, 2012). Diservikasi pangan antara lain bertujuan untuk mewujudkan pola penganekaragaman pangan yang memperhatikan nilai gizi dan daya beli masyarakat, meningkatkan kualitas dan sumber daya manusia dan keamanan pangan lewat ketersediaan pangan dari segi jumlah dan kualitas gizinya. Mengurangi ketergantungan pada beras pemerintah sehingga tidak dapat dipolitisir lagi, dan menambah devisa negara dengan mengembangkan produk pertanian non beras yang punya keunggulan kompertif dan menjaga kelangsungan dan kelestarian lingkungan dengan mengembalikan pada ekosistemnya (Muhamad Baidowi, 2009) Konsep ketahanan pangan yang dianut Indonesia dapat dilihat dari Undang- Undang (UU) No.7 Tahun 1996 tentang pangan, Pasal 1 Ayat 17 yang menyebutkan Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 35

38 Muhamad Fahrur Hidayat & Djoko Setyo Martono bahwa Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga (RT) yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup,baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. UU ini sejalan dengan definisi ketahanan pangan menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1992, yakni akses setiap RT dan individu untuk dapat memperoleh pangan pada setiap waktu untuk keperluan hidup yang sehat dengan persyaratan penerimaan pangan sesuai dengan nilai atau budaya setempat (Pambudy, 2002). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah eksplorasi dan identifikasi plasma nutfah tanaman uwi (Dioscorea sp) di Kabupaten Ponorogo. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Menyediakan tanaman pangan alternatif dalam rangka ketahanan pangan masa depan. 2. Penyediaan plasma nutfah bagi kegiatan penelitian ke depan. METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi Penelitian Penentuan daerah penelitian dilakukan dengan metode (Purposive Sampling) yakni koordinasi langsung dengan Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo, untuk memperoleh data awal wilayah yang potensial terdapat tanaman uwi. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di beberapa kecamatan di Kabupaten Ponorogo,dengan ketinggian tempat yang berbeda, waktu penelitian dimulai pada bulan Januari 2016 s/d bulan Juli Metode Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan metode snowball sampling yaitu dengan penentuan daerah lokasi penelitian, setelah mendapatkan sasaran yang jelas, maka dilakukan eksplorasi dan identifikasi botani tanaman uwi yang diperoleh, diberi tanda dan di datangi lagi saat waktu panen untuk diambil umbi uwi sebagai bahan penelitian. Cara Pengumpulan Data Penelitian yang dilakukan oleh penulis langsung di lapangan atau lokasi penelitian dengan metode pengumpulan data sebagai berikut : a) Teknik Wawancara Wawancara adalah tanya jawab antara peneliti dengan petani, untuk memperoleh data-data yang diperlukan berdasarkan jawaban-jawaban langsung dari petani. b) Teknik Pencatatan Pencatatan adalah teknik untuk memperoleh data dengan cara mencatat data yang kita inginkan melalui tanya jawab dengan petani, sehingga mendapatkan data yang detail tentang tanaman yang diteliti. c) Teknik Observasi Observasi adalah teknik dengan cara pengumpulan data tanpa mengajukan pertanyaan-pertanyaan tetapi dengan cara mengamati obyek yang diteliti. Observasi lapang di sini bertujaun mencocokan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan keadaan sebenarnya dapat disimpulkan dan dipergunakan untuk melengkapi data yang ada. d) Teknik Eksplorasi Eksplorasi adalah teknik pencarian sesuatu yang akan dijadikan bahan penelitian. Hasil eksplorasi selanjutnya ditanam untuk koleksi. Contoh tanaman/aksesi diambil dari kebun, pekarangan, atau dari bibit yang disimpan petani. Prinsip 36 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016

39 Eksplorasi dan Identifikasi Plasma Nutfah Tanaman Uwi pengambilan tanaman yaitu mengumpulkan sebanyak mungkin tanaman uwi dari wilayah sasaran. Setiap identifikasi tanaman uwi (Dioscorea sp). Diberi kode agar mudah dalam identifikasi. Kode identifikasi tanaman uwi (Dioscorea sp). Meliputi nama Kabupaten/nama Kecamatan/ nama Desa/nomor asesi. Misalnya adalah tanaman uwi (Dioscorea sp). Yang diambil dari Kabupaten Ponorogo, Kecamatan Sampung, Desa Tulung, diberi kode PO/SM/TL/01 dan seterusnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupetan Ponorogo adalah sebuah Kabupaten di provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kabupaten ini terletak di koordinat BT dan LS dengan ketinggian antara 92 sampai dengan meter di atas permukaan laut dan memiliki luas wilayah 1.371,78 km². Kabupaten Ponorogo terdiri atas 21 kecamatan, yang dibagi atas 279 desa dan 26 kelurahan. Kabupaten Ponorogo ini terletak di sebelah barat dari provinsi Jawa Timur dan berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Tengah atau lebih tepatnya 220km arah barat daya dari ibu kota provinsi Jawa Timur. Topografi Kabupaten Ponorogo dibagi menjadi 2 sub-area, yaitu sub-area dataran tinggi dan sub-area dataran rendah. Sungai yang melewati ada 14 sungai dengan panjang antara 4 sampai dengan 58 km sebagai sumber irigasi bagi lahan pertanian dengan produksi padi ataupun hortikultura. Sebagian besar dari luas yang ada terdiri dari area kehutanan dan lahan sawah sedangkan sisanya digunakan untuk tegal pekarangan. Kabupaten Ponorogo memiliki iklim tropis yang mengalami dua musim, yaitu kemarau dan penghujan. Suhu di Kabupaten Ponorogo sepanjang tahun relatif sama dengan suhu rata-rata tertinggi 32,2 C dan suhu rata-rata terendah 23,9 C. Klasifikasi Tanaman Uwi (Dioscorea sp) Klasifikasi dari tanaman uwi adalah: ( Kingdom : Plantae Divisio : Magnoliophta Classis : Liliopsida Ordo : Dioscoreales Familia : Dioscoreaceae Genus : Dioscorea Hasil Eksplorasi Uwi Jumlah aksesi atau contoh tanaman uwi yang diperoleh dari Kabupaten Ponorogo yaitu sebanyak 32 jenis tanaman uwi, yang di ambil dari beberapa Kecamatan di Kabupaten Ponorogo. Yaitu dari Kecamatan Badegan 4 jenis, Kecamatan Sampung 16 jenis, Kecamatan Jambon 3 jenis, Kecamatan Sawoo 2 jenis, Kecamatan Sambit 2 jenis, Kecamatan Kauman 1 jenis, dan Kecamatan Bungkal 2 jenis, Kecamatan Ngrayun 2 jenis. Aksesi yang dikumpulkan berupa umbi, pada saat eksplorasi sebagian petani sudah menanam, dan ada juga yang masih menyimpan. Bagi petani yang sudah menanam, kita pesan umbi uwi dan di ambil pada waktu musim panen. Hasil Identifikasi Tanaman Uwi Dari hasil eksplorasi terdapat 32 jenis tanaman uwi dan teridentifikasi menjadi 5 golongan yaitu: Dioscorea aculeata L, mempunyai nama daerah gembolo, gembili, gembolo mancung, ndulak. Habitus berupa perdu memanjat, panjang batang sampai 5 m, umbi tumbuh berkelompok dan agak tersembul ke atas permukaan tanah, jumlah umbi berkisar 5-10 buah, bentuk umbi bulat Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 37

40 Muhamad Fahrur Hidayat & Djoko Setyo Martono telur atau elip, daging umbi berwarna putih kekuningan atau kuning muda, daun tunggal dan letaknya berselang seling, bentuk daun bulat telur, warna daun hijau muda. Dioscorea alata L, mempunyai nama daerah legi, lus, senggani, bangkulit, ulo, rondo sluku, war, duro, cethek, beras, sepak. Habitus berupa perdu memanjat, panjang batangnya antara m, bentuk daun jantung lonjong, warna daun hijau muda, bentuk umbi bulat dan ada juga yang bulat panjang, daging umbi berwarna putih. Dioscorea bulbifera L, mempunyai nama daerah sembung, lader, randu alas. Habitus berupa perdu memanjat, panjang batang sampai 10 m, umbi tumbuh agak tersembul ke atas permukaan tanah,ukurannya besar dan ditumbuhi bulu-bulu kasar, bentuk umbi tidak beraturan, kulit umbi berwarna coklat, sedangkan daging umbi berwarna putih, daun umbi berbentuk jantung lonjong dan berwarna hijau tua. ioscorea hispida Dennst, atau gadung. Habitus berupa perdu memanjat, panjang batang antara 5 m sampai 20 m, berumbi banyak dan bergerombol, bentuk umbi bulat, daging umbi berwarna putih kekuningan, daun umbi berbentuk bulat ginjal, anak daun pada masing-masing tangkai berjumlah 3 helai, warna daun hijau tua. Dioscorea pentaphylla L, mempunyai nama daerah katak jahe dan katak. Habitus berupa perdu memanjat, panjang batangnya sampai 5 m, bentuk daun bulat telur dan ada yang jantung lonjong, warna daun hijau tua, daun menjari 3 sampai 7 helai, bentuk umbi bulat ginjal, daging umbi berwarna putih. Penanaman Uwi Uwi di Kabupaten Ponorogo ditanam warga yang rata-rata berumur tua. Warga Ponorogo menanan uwi hanya sebagai tanaman sela, dan sangat jarang dibudidayakan, menurut masyarakat Ponorogo jumlah uwi yang dibudidayakan semakin berkurang baik jenis maupun populasinya. Kelangkaan orang yang peduli menanam menjadi faktor utama berkurangnya populasi tanaman uwi di Kabupaten Ponorogo, karena semakin banyak sumber karbohidrat lain, misal beras, jagung, kedelai yang mudah di dapat, sehingga sebagian besar masyarakat Ponorogo malas jika menanam uwi. Pemanfaatan Uwi Sebagian besar masyarakat Ponorogo uwi dijadikan makanan sampingan, di saat paceklik. Terdapat sebagian warga yang menanam beberapa jenis uwi di tegalan ataupun di pagar-pagar samping rumah. Pada umumnya masyarakat Ponorogo mengolah uwi dengan cara merebus atau mengukus. Uwi di Ponorogo rata-rata hanya dikonsumsi oleh masyarakat berumur tua, golongan umur muda sangat jarang mengkonsumsi uwi, karena dianggap sebagai makanan kuno/ketinggalan zaman. Uwi digunakan juga sebagai upacara adat. Sebagai contoh penggunaan uwi untuk upacara adat yaitu pada saat acara pernikahan dan kelahiran. Budidaya Uwi Pada umumnya petani menanam uwi dikebun, tegalan atau dipekarangan, bibit tanaman yang berasal dari umbi biasanya diambil pada bagian atas yang dekat dengan tunas agar cepat tumbuh. Pemilihan bibit dilakukan pada saat panen berdasarkan ukuran umbi, dan dipilih bibit umbi yang utuh atau tidak lecet. Petani membuat lubangan untuk tempat bibit, dengan jarak satu-dua meter per tanaman, agar mendapatkan umbi yang besar. Penanaman umbi uwi harus utuh tidak boleh luka atau rusak, dan mata tunas harus 38 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016

41 Eksplorasi dan Identifikasi Plasma Nutfah Tanaman Uwi berada di atas, waktu penanaman biasanya pada bulan Oktober-November. Pemanenan uwi dilakukan dengan mencakuli bagian pinggir tanaman uwi, pencangkulan dilakukan agak melebar supaya tidak terkena umbi pada saat mencangkul. Waktu pemanenan biasanya pada bulan Agustus-September. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Hasil eksplorasi tanaman uwi terdapat 32 asesi tanaman uwi (Dioscorea sp). Yang diambil dari beberapa Kecamatan dari wilayah sasaran. 2. Dari 32 jenis tanaman uwi (Dioscorea sp). Tersebut teridentifikasi menjadi 5 golongan yaitu: Dioscorea aculeata L. Sebanyak 5 asesi. (gembolo, gembili, gembolo mancung, ndulak). Dioscorea alata L. Sebanyak 20 asesi (legi 1, legi 2, lus 1, lus 2, senggani 1, senggani 2, senggani 3, senggani 4, bangkulit 1, bangkulit 2, bangkulit 3, bangkulit 4, bangkulit 5, rondo sluku, beras, cethek, sepak, duro, war. Dioscorea bulbifera L. Sebanyak 3 asesi (sembung, lader, randu alas). Dioscorea hispida Dennst. Sebanyak 1 (gadung). Dioscorea pentaphylla L. Sebanyak 4 asesi (katak jahe, katak 1, katak 2, katak 3). 3. Hasil identifikasi penyebaran tanaman uwi (Dioscorea sp). Diperoleh hasil sebagai berikut: Dioscorea aculeata L. Terdapat di Kecamatan Sampung, Kecamatan Badegan. Sedangkan untuk jenis Dioscorea alata L. Penyabarannya terdapat di Kecamatan Sampung, Kecamatan Jambon, Kecamatan Slahung, Kecamatan Ngrayun, Kecamatan Bungkal. Untuk jenis Dioscorea bulbifera L. Terdapat di Kecamatan Sampung, Kecamatan Badegan. Dioscorea hispida Dennst. Hanya terdapat di kecamatan Jambon. Dioscorea pentaphylla L. Terdapat di Kecamatan Sampung, Kecamatan Kauman, Kecamatan Sambit, Kecamatan Jambon, Kecamatan Sawoo. Saran Sudah semestinya umbi-umbian lokal dikembangkan sebagai bahan pangan alternatif selain beras, sekaligus sebagai bagian upaya menjaga kearifan lokal masyarakat yang terus tergerus oleh pembangunan. DAFTAR PUSTAKA Alfons. J. B., Inovasi Teknologi Umbiumbian Mendukung Ketahanan Pangan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku. Maluku. Litbang. Deptan.go.id/ Diakses 13 Juli Anonim, Pelestarian Plasma Nutfah Nabati. Available at hama sains/ekotan. 209.html. Diakses tanggal 20 Februari 2013., Uwi Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, id.wikipedia.org/wiki/uwi. Diakses tanggal 15 Februari 2016 Indah Epriliati Dioscorea: Sifat fisik, kimia, dan fungsional. Program Studi Ilmu Pangan Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Lingga, P. dkk. Pertanaman Ubi-ubian. (Jakarta: Penebar Swadaya, 1990). Muhamad Baidhowi, Pusat Studi Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor. Napitu, J. A. Posman Plasma Nutfah Sebagai Ketahanan Ekonomi Negara. Thesis. UGM Program Pasca Sarjana. Yogyakarta. Pambudy, Ninuk Mardiana, World Food Summit dan Ketahanan Pangan. Kompas, Sorotan, Senin, 17 Juni : 36. Prabowo, Hermas E Ketahanan Pangan. Pandai-Pandailah Membaca Sinyal. Kompas, Bisnis & Keuangan, Rabu, 30 Januari: 21. Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 39

42 Muhamad Fahrur Hidayat & Djoko Setyo Martono Rifai, M. A Presentasi Pada Seminar Penggalang Taksonomi Tumbuhan Indonesia. Pusat Penelitian Biologi LIPI. Sastrapradja, S. (ed) Ubi-ubian. Buku Hijau Terbitan Lembaga Biologi Nasional. LIPI, LBN no. 7. Sukara, E Keanekaragaman Hayati (emas hijau), Alternative Bagi Indonesia Keluar Dari Krisis Multidimensi. Orasi Pengukuhan Sebagai Ahli Peneliti Utama Bidang Mikrobiologi. Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Bogor. 51 p. Tjahjadi, Nur. Hama dan Penyakit Tanaman, Kanisius, Yogyakarta, Tindal, H. D Vegetables In The Tropics. Mac Millian Pres, London. 40 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016

43 ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) DI KABUPATEN MAGETAN Indah Rekyani Puspitawati 1), Ratna Mustika Wardhani 2) 1,2) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun Abstract Potatoes is one of the priority commodities for the domestic market resilience needs to be strangthened to reduce the pressure of imports. Potatoes are one of the horticultural crops consumed tuber. Increased production through intensification program requires an understanding of the problems of potato farmers. This understanding is not only limited to the cultivation techniques, but also includes the understanding of the problem the introduction of plants, uses, nutritional value and market potential. The role of marketing is quite large in the process of agricultural development. The purpose of this research was to determine the advantages of potato production in the district Plaosan Magetan regency based on the analysis of farming also to know the efficiency of potato marketed commodity marketing. This research uses analytical methods and their implementation with survey techniques. Method ot determinating the area of research using purposive sampling method in the district Plaosan (Puntukdoro village, Plaosan and Sarangan). Determination of the number of sample using snow ball sampling. The data used are primary data and secondary data. Data was collected with the recording, observation and interviews. Result of the analysis showed that the production of potato variety Granola farming more profitable than the varieties Atlantic. Marketing Granola potato varieties there are three marketing channels, channel I : farmers market traders Plaosan retailers consumer, channel II : farmers traders village collectors market traders Plaosan consumer, channel III : farmers traders village collectors market traders Plaosan outside city traders retailers consumer. The most efficient marketing channel is channel I, with the lowest total margin is Rp 678,00 per kg and the share received by farmers are 87,39%. Keywords: Marketing Margin, Variety, marketing channels PENDAHULUAN Sektor pertanian sebagai penunjang kehidupan penduduk Indonesia, memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kukuh dan pesat. Indonesia merupakan Negara tropik yang kaya dengan sayur-sayuran. Iklim di Indonesia memungkinkan mudahnya berbagai jenis sayur-sayuran tumbuh dan berkembang. Hal ini didukung oleh orientasi pembangunan pertanian yang secara total bergeser pada swasembada pangan secara total termasuk holtikultura. Peranan penting tanaman sayuran sebagai bahan pangan adalah sumbangannya terhadap vitamin dan mineral, disamping itu juga beberapa sayuran merupakan sumber AGRI-TEK: Jurnal Ilmu Pertanian, Kehutanan dan Agroteknologi Volume 17 Nomor 1 Maret 2016; ISSN :

44 Indah Rekyani Puspitawati & Ratna Mustika Wardhani protein dan kalori. Kebutuhan atau tingkat konsumsi sayur-sayuran setiap tahunnya diperkirakan meningkat sekitar 5.7 % seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi. Pangan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak untuk ditindak lanjuti dan memerlukan langkah-langkah penanganan dengan pendekatan yang sistematik, terpadu dan menyeluruh. Upaya-upaya tersebut, harus ditujukan untuk mengurangi beban masyarakat dan memenuhi hak-hak dasar setiap warga negara secara layak, sehingga dapat menjalani dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Mengingat pentingnya pangan untuk keberlanjutan berbangsa dan bernegara, maka seluruh pemangku kepentingan harus mampu menyatukan langkah dan pemikiran serta menempatkan upaya produktivitas pertanian sebagai prioritas utama (Direktorat Pengkaji Bidang Ekonomi dalam Jurnal Kajian Lemhannas RI, 2013).. Tekanan pertumbuhan jumlah penduduk yang relatif cepat telah membawa konsekuensi terhadap usaha untuk meningkatkan efisiensi pemasaran. Petani menginginkan sistem pemasaran produk berlangsung efisien supaya dapat memperoleh harga lebih layak. Sementara itu, konsumen ingin mendapatkan bahan pangan dan hasil pertanian dari petani dengan biaya serendah mungkin Pemasaran dahulu dianggap mempunyai peranan kecil terhadap peningkatan pendapatan petani ternyata banyak mempengaruhi kehidupan petani. Peranan pemasaran cukup besar dalam proses pembangunan pertanian. Situasi pasar, fasilitas dan rantai pemasaran telah pula mempengaruhi harga berbagai produk pertanian. Lemahnya sistem pemasaran akan memperlemah daya saing yang kemudian akan mengurangi pertumbuhan ekonomi suatu daerah (Anindita, 2004 hlm. 2) Pertanian merupakan sektor paling dominan di Kabupaten Magetan, karena sebagian besar penduduk Magetan hidup dari bercocok tanam. Mengingat kondisi geografis Kabupaten Magetan berada di lereng Gunung Lawu, pengembangan pertanian sayuran khususnya budidaya kentang cukup besar (Badan Pusat Statistik Kabupaten Magetan, 2013) Tujuan Penelitian 1. Mengetahui bagaimana perkembangan produksi kentang di Kabupaten Magetan 2. Mengetahui pelaksanaan teknik budidaya kentang di Kabupaten. 3. Mengkaji produksi kentang di Kabupaten Magetan berdasarkan analisis usahatani. 4. Mengetahui saluran pemasaran kentang di Kabupaten Magetan. 5. Mengetahui efisiensi pemasaran kentang pada beberapa saluran pemasaran di Kabupaten Magetan Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis usahatani dan pemasaran kentang yang dibudidayakan petani di Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan, terutama tentang faktor-faktor produksi dan pola saluran pemasarannya. Faktor-faktor produksi dalam usahatani kentang meliputi lahan, bibit, pupuk, peralatan dan tenaga kerja. Sementara itu penelitian ini dilakukan pada petani yang membudidayakan kentang varietas Granola dan varietas Atlantik. Hasil produksi kentang petani di Kecamatan Plaosan disalurkan kepada konsumen melalui lembaga-lembaga perantara, yang kemudian melakukan proses pemasaran kentang. Pola pemasaran 42 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016

45 Analisis Efisiensi Pemasaran Kentang (Solanum Tuberosum L.) ditetapkan dalam memasarkan kentang akan berpengaruh terhadap efektifitas distribusi kentang dari petani ke konsumen. Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi pemasaran adalah marjin pemasaran. Marjin pemasaran merupakan seluruh biaya pemasaran yang harus dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran agar produk pertanian dari produsen dapat didistribusikan sampai ke konsumen (Baladina, 2012). Farmer share atau bagian yang diterima petani diperoleh dengan membandingkan antara harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Saluran pemasaran yang paling efisien secara ekonomis dapat dilihat dari presentase marjin pemasaran yang lebih rendah, serta nilai presentase farmer share atau bagian yang diterima petani lebih dari 50%. Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1. Faktor Produksi : Lahan Petani Kentang Varietas Granola Bibit Pupuk Peralatan Tenaga Kerja Produksi Varietas Atlantik Pemasaran Kentang Lembaga Pemasaran Saluran I Saluran II Saluran ke-n Biaya Pemasaran Keuntungan Pemasaran Marjin Pemasaran Farmer Share Persentase Marjin Efisiensi Pemasaran Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Penilitian Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 43

46 Indah Rekyani Puspitawati & Ratna Mustika Wardhani Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana perkembangan produksi kentang 5 (lima) tahun terakhir 2. Bagaimana pelaksanaan teknik budidaya kentang di Kabupaten Magetan. 3. Apakah produksi kentang di Kabupaten Magetan menguntungkan berdasarkan analisis usahatani. 4. Bagaimana saluran pemasaran kentang di Kabupaten Magetan. 5. Bagaimana efisiensi pemasaran kentang pada beberapa saluran pemasaran di Kabupaten Magetan. METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel daerah penelitian dilakukan secara purposive atas dasar pertimbangan bahwa daerah ini merupakan beberapa daerah penghasil kentang. Purposive sampling adalah suatu cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan sengaja, dengan catatan bahwa sampel tersebut representatif atau dapat mewakili sampel (Arikunto, 2010). Teknik Penentuan Sampel Penentuan jumlah petani contoh dilakukan dengan menggunakan metode simple random sampling. Penentuan jumlah sampel dengan menggunakan metode snow ball sampling, yaitu suatu teknik pengambilan sampel dimana sampel yang pertama (petani produsen) akan menentukan sampel berikutnya. Metode snow ball sampling ini digunakan untuk menentukan pengambilan sampel pada lembaga pemasaran yang melakukan fungsi pemasaran kentang. Teknik Pengumpulan Data a. Pencatatan b. Observasi c. Wawancara Teknik Analisis Data Anaalisa Usaahatani Analisa Usahatani diuji dengan menggunakan analisis pendapatan usaha tani, dengan rumus sebagai berikut (Hastuti dan Rahim, 2007) : I = TR TC TR = P x Q (TFC TVC) Keterangan : I = Income (Pendapatan Usahatani Kentang) TR = Total Revenue (Total Penerimaan) TC = Total Cost (Total Biaya/Pengeluaran) P = Price (Harga) Q = Quantity (Jumlah) TFC = Total Fixed Cost (Total Biaya Tetap) TVC = Total Variabel Cost (Total Biaya Variabel) R Rasio= TR S TC Keterangan : - Jika R/C Rasio > 1, maka usahatani kentang efisien atau layak untuk diusahakan. - Jika R/C Rasio < 1, maka usahatani kentang tidak efisien atau tidak layak diusahakan Analisis Efisiensi Pemasaran Untuk mengetahui efisiensi pemasaran kentang di Kabupaten Magetan, dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu analisis saluran pemasaran. Untuk mengetahui besarnya biaya pemasaran dan marjin pemasaran di tingkat lembaga pemasaran dalam saluran pemasaran dilakukan dengan cara menghitung biaya, keuntungan dan marjin pemasaran pada tiap lembaga pemasaran pada berbagai saluran pemasaran kentang yang ada 44 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016

47 Analisis Efisiensi Pemasaran Kentang (Solanum Tuberosum L.) a. Biaya Pemasaran Biaya pemasaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Bp = Bp1 + Bp Bpn Keterangan : Bp = Biaya pemasaran Bp1, Bp2,..., Bpn = Biaya pemasaran tiap lembaga pemasaran kentang b. Keuntungan pemasaran Keuntungan pada tiap lembaga pemasaran dalam pemasaran kentang dirumuskan sebagai berikut : Kpn = Psn Pbn Bpn Keterangan : Kpn = Keuntungan lembaga pemasaran ke-n Psn = Harga jual kentang lembaga pemasaran ke-n Pbn = Harga beli kentang lembaga pemasaran ke-n Bpn = Biaya pemasaran kentang lembaga pemasaran ke-n c. Marjin Pemasaran Marjin pemasaran adalah perbedaan harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima petani, dirumuskan : Mp = Pr Pf Keterangan : Mp = Marjin pemasaran kentang Pr = harga kentang di tingkat konsumen Pf = harga kentang ditingkat petani Marjin diperoleh pedagang perantara terdiri dari sejumlah biaya pemasaran yang dikeluarkan dan keuntungan yang diterima oleh pedagang perantara, dirumuskan sebagai berikut : M = Bp + Kp Keterangan : M = Marjin pemasaran Bp = Biaya pemasaran Kp = keuntungan pemasaran SK i = K x 100 % Pr-Pf Dimana : SKi = Share keuntungan Lembaga pemasaran ke i Ki = Keuntungan lembaga pemasaran ke i Berdasarkan marjin tersebut maka akan dapat diketahui : 1. Perbandingan share keuntungan dengan biaya pemasarannya. 2. Perbandingan share keuntungan dari masing-masing lembaga yang terlibat dalam proses pemasaran apakah merata atau tidak. d. Persentase marjin pemasaran Mp = (Pr-Pf) / Pr x 100% Keterangan : Mp : marjin pemasaran Pr : harga kentang ditingkat konsumen Pf : harga kentang ditingkat petani e. Bagian yang diterima petani (farmer s share) F = (Pf/Pr) x 100% Keterangan : F : Bagian yang diterima petani Pf : Harga kentang ditingkat petani Pr : Harga kentang ditingkat konsumen Saluran pemasaran dianggap efisien secara ekonomis apabila saluran pemasaran tersebut mempunyai nilai presentase marjin pemasaran relatif rendah serta bagian yang diterima petani atau nilai presentase farmer s share lebih dari 50%. Untuk mengetahui hubungan antara marjin pemasaran dengan harga eceran, akan diduga dengan analisis regresi linier sederhana. Analisis linier sederhana digunakan untuk menguji pengaruh satu Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 45

48 Indah Rekyani Puspitawati & Ratna Mustika Wardhani variabel bebas terhadap variabel terikat atau variabel dependent. Bila skor variabel bebas diketahui maka skor variabel terikatnya dapat diprediksi besarnya. Analisis regresi linier terdiri satu variabel bebas (predictor) dan satu variabel terikat (respon), dengan persamaan berikut (Widiyanto, 2012) : Y = a + bx Keterangan: Y = Marjin Pemasaran a = Konstanta Regresi b = Koefisien Regresi X = Harga Eceran Kentang HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Usahatani Kentang Usahatani yang dilakukan oleh petani sebagai produsen dari pemasaran kentang berupaya membudidayakan kentang agar dapat diterima oleh konsumen. Pada tabel 1 berikut diuraikan mengenai usahatani kentang di Kabupaten Magetan. Tabel 1. Usahatani kentang di Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan Jumlah No Uraian Petani Persentase Responden (%) 1 Lahan a. Milik Sendiri 12 34,29 b. Sewa 23 65,71 2 Asal Bibit Kentang a. Bibit Sendiri 3 8,57 b. Bibit Beli 32 91,43 3 Sistem Tanam a. Monokultur 22 62,86 b. Tumpangsari 13 37,14 4 Tenaga Kerja a. Sendiri 25 71,43 b. Sewa Tenaga Kerja 10 28,57 Sumber : Analisis Data Primer, 2015 Tabel 1 menunjukkan 65,71% lahan yang digunakan untuk budidaya kentang di Kecamatan Plaosan. Budidaya tanaman kentang petani di Kecamatan Plaosan cenderung menggunakan tenaga kerja pribadi maupun keluarga daripada sewa tenaga kerja orang lain. Untuk membiayai tenaga kerja cukup mahal, yaitu antara Rp ,00 sampai Rp ,00 per hari. Hal ini karena semakin sulitnya mencari tenaga kerja sebagai penggarap lahan pertanian. Analisis Biaya Produksi Usahatani Kentang Analisis mengenai biaya produksi dan pendapatan usaha tani kentang di Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Rata-Rata Biaya Produksi Usahatani Kentang di Kecamatan Plaosan per Ha Biaya Usahatani 1. Biaya Tetap Sewa lahan Penyusutan Peralatan Varietas Granola Total (Rp) Varietas Atlantik Total (Rp) Sub Total Biaya Variabel Bibit Pupuk Obat-obatan Tenaga kerja Sub Total Total Biaya Usahatani Sumber : Analisis Data Primer, Perbandingan rata-rata total biaya usahatani kentang per Ha yang dikeluarkan, biaya tetap varietas Granola lebih besar dibandingkan varietas Atlantik, akan tetapi biaya variabel kentang varietas Atlantik lebih besar dibandingkan varietas Granola. 46 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016

49 Analisis Efisiensi Pemasaran Kentang (Solanum Tuberosum L.) Biaya tetap yang dikeluarkan pada varietas Granola paling besar untuk biaya sewa lahan. Sedangkan biaya variabel pada varietas Atlantik lebih besar pada biaya bibit dan tenaga kerja. Analisis Penerimaan, Pendapatan dan R/C Rasio Usahatani Kentang Untuk membandingkan varietas kentang yang memberikan keuntungan lebih besar dapat diketahui dengan melihat total biaya produksi, volume produksi, harga jual, penerimaan dan pendapatan yang diperoleh petani. Total penerimaan, pendapatan dan R/C rasio usahatani kentang pada masing-masing varietas dapat dilihat pada tabel 3 berikut. Tabel 3. Rata-Rata Penerimaan, Pendapatan dan R/C Rasio Usahatani Kentang Varietas Granola dan Atlantik No Jenis Biaya Varietas Granola Varietas Atlantik Rata-Rata/Ha Rata-Rata/Ha 1 Total Biaya Usahatani Rp ,00 Rp ,00 2 Volume Produksi kg kg 3 Harga Jual Rp 4.567,00 Rp 5.000,00 4 Total Penerimaan Rp ,00 Rp ,00 5 Total Pendapatan Rp ,00 Rp ,00 6 R/C Rasio 3,00 1,76 Sumber : Analisis Data Primer, 2015 R/C rasio merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya produksi. Tabel 3, diperoleh R/C rasio untuk usahatani kentang varietas Granola sebesar 3,00 dan varietas Atlantik 1,76; dapat diartiakan bahwa setiap penambahan biaya sebesar Rp 1,00 maka diperoleh penerimaan Rp 3,00 untuk varietas Granola dan Rp 1,76 untuk varietas Atlantik. Penjelasan tersebut dapat terlihat bahwa usahatani kentang kedua varietas memiliki R/C rasio > 1, hal ini berarti usahatani kentang di Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan layak untuk diusahakan. Saluran Pemasaran Kentang Pendistribusian atau penyaluran barang dari petani produsen ke konsumen akhir, selalu melibatkan lembaga pemasaran yang akan membentuk saluran pemasaran. Kentang varietas Granola yang diusahakan oleh para petani di Kecamatan Plaosan umumnya secara mandiri dengan rantai pemasaran melalui pedagang pengumpul, pedagang pasar Plaosan, pedagang pengecer dan pedagang antar kota untuk berbagai tujuan pasar baik pasar dalam kota maupun pasar luar kota. Kentang varietas Atlantik hanya ada satu pembeli tunggal yaitu PT. Indofood Malang yang merupakan industri pengolahan keripik kentang (chiping) dalam berbagai jenis produk. Sehingga dapat dikatakan pemasaran kentang Antlantik berada dalam struktur pasar monopsoni, yaitu jumlah petani yang banyak berhadapan dengan satu pembeli PT. Indofood dan tidak membentuk saluran pemasaran. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka aktivitas pemasaran kentang di Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 47

50 Indah Rekyani Puspitawati & Ratna Mustika Wardhani Kecamatan Plaosan terdapat 3 pola saluran pemasaran, yaitu: 1. Saluran I: Petani Pedagang Pasar Plaosan Pedagang Pengecer Konsumen. 2. Saluran II : Petani Pedagang Pengumpul Desa Pedagang Pasar Plaosan Pedagang Pengecer Konsumen 3. Saluran III: Petani Pedagang Pengumpul Desa Pedagang Pasar Plaosan Pedagang Antar Kota Pedagang Pengecer Konsumen Jumlah persentase petani responden pada tiap-tiap saluran pemasaran kentang di Kecamatan Plaosan setiap desa yang menjadi sampel penelitian ditunjukkan pada tabel 4 berikut. Tabel 4. Persentase Petani Responden Masing-Masing Pola Saluran Pemasaran Kentang Pada Setiap Desa Sampel di Kecamatan Plaosan. Persentase (%) Desa/ n Saluran Saluran Saluran Kelurahan I II III Plaosan 10 16,67-16,67 Sarangan 15-16,67 33,33 Puntukdoro 5 16, Total 30 33,33 16,67 50,00 Sumber : Analisis Data Primer, 2015 Jumlah petani kentang yang menggunakan pola saluran pemasaran I adalah 33,33%; sedangkan untuk pola saluran II 16,67% dan saluran pemasaran III 50,00%. Mayoritas dari petani responden masih mengandalkan pedagang pengumpul untuk pemasaran, dibandingkan dengan menjual langsung ke pasar sayur Plaosan. Analisa Efisiensi Pemasaran Pemasaran kentang dapat dianalisis efisiensinya dengan analisa marjin pemasaran. Marjin pemasaran total adalah jumlah dari masing-masing marjin yang terdapat pada masing-masing tingkat lembaga pemasaran. Marjin, distribusi marjin dan share pemasaran lembaga pemasaran kentang pada saluran pemasaran I dapat dilihat dari tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Marjin, Distribusi Marjin dan Share Pemasaran Kentang Pada Saluran Pemasaran I Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. No Uraian Rp/Kg Distribusi Share Marjin (%) (%) 1 Petani Harga Jual ,39 2 Pedagang Pasar Plaosan Harga Beli ,39 Harga Jual ,60 Marjin 280 5,21 Biaya Pemasaran: Sortasi 10,40 1,53 0,19 Pengemasan 32,50 4,79 0,60 Angkut 34 5,01 0,63 Retribusi 5 0,74 0,09 Penyusutan 43 6,34 0,80 Keuntungan 155,10 22,88 2,88 3 Pedagang Pengecer Harga Beli ,60 Harga Jual ,00 Marjin 398 7,40 Biaya Pemasaran: Pengemasan 36,78 5,42 0,68 Angkut 23 3,39 0,43 Penyusutan 37,39 5,51 0,70 Keuntungan 300,83 44,37 5,59 4 Konsumen Harga Beli ,00 Total Marjin Total Biaya Total Keuntungan ,07 455,93 100,00 32,75 67,25 Sumber: Analisis Data Primer, ,61 4,13 8,48 48 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016

51 Analisis Efisiensi Pemasaran Kentang (Solanum Tuberosum L.) Tabel 5 menunjukkan saluran pemasaran I, petani menjual langsung komoditas kentang ke pedagang pasar Plaosan tanpa melalui perantara pedagang lain. Marjin, distribusi marjin dan share pemasaran lembaga pemasaran kentang pada saluran pemasaran II dapat dilihat dari tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Marjin, Distribusi Marjin dan Share Pemasaran Kentang Pada Saluran Pemasaran II Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. Distribusi Share No Uraian Rp/Kg Marjin (%) (%) 1 Petani Harga Jual ,82 2 Pedagang Pengumpul Harga Beli ,82 Harga Jual ,67 Marjin 267 4,85 Biaya Pemasaran : Pengemasan 24,17 2,42 0,44 Angkut 30,90 3,09 0,56 Penyusutan 25,83 2,58 0,47 Keuntungan 186,10 18,61 0,03 3 Pedagang Pasar Plaosan Harga Beli ,67 Harga Jual ,73 Marjin 333 6,05 Biaya Pemasaran : Sortasi 10 1,00 0,18 Pengemasan 32,71 3,27 0,59 Angkut 37,50 3,75 0,68 Retribusi 5 0,50 0,09 Penyusutan 26,59 2,66 0,48 Keuntungan 221,20 22,12 4,02 4 Pedagang Pengecer Harga Beli ,73 Harga Jual ,00 Distribusi Share No Uraian Rp/Kg Marjin (%) (%) Marjin 400 7,27 Biaya Pemasaran : Pengemasan 36,90 3,69 0,67 Angkut 40,94 4,09 0,74 Penyusutan 35,45 3,55 0,64 Keuntungan 286,71 28,67 5,21 5 Konsumen Harga Beli 5500 Total Marjin Total Biaya Total Keuntungan ,99 694,01 100,00 30,60 69,40 18,18 5,56 12,62 Sumber : Analisis Data Primer, 2015 Tabel 6 dapat diketahui pedagang pengumpul membeli kentang dari petani yang lokasinya cukup jauh dari pasar. Petani responden pada saluran pemasaran II merupakan petani dari Kelurahan Sarangan. Marjin, distribusi marjin dan share pemasaran lembaga pemasaran kentang pada saluran pemasaran III dapat dilihat dari tabel 7 berikut ini. Tabel 7. Marjin, Distribusi Marjin dan Share Pemasaran Kentang Pada Saluran Pemasaran III Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. No Uraian Rp/Kg Distribusi Share Marjin (%) (%) 1 Petani Harga Jual ,03 2 Pedagang Pengumpul Harga Beli ,03 Harga Jual ,18 Marjin 225 3,15 Biaya Pemasaran : Pengemasan 24,38 0,92 0,34 Angkut 31,75 1,20 0,44 Penyusutan 26,5 1,00 0,37 Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 49

52 Indah Rekyani Puspitawati & Ratna Mustika Wardhani Distribusi Share No Uraian Rp/Kg Marjin (%) (%) Keuntungan 142,37 5,39 1,99 3 Pedagang Pasar Plaosan Harga Beli ,18 Harga Jual ,83 Marjin 475 6,65 Biaya Pemasaran : Sortasi 10,20 0,39 0,14 Pengemasan 31,81 1,20 0,45 Angkut 37,04 1,40 0,52 Retribusi 5 0,19 0,07 Penyusutan 26,10 0,99 0,37 Keuntungan 364,85 13,82 5,10 4 Pedagang Antar Kota Harga Beli ,83 Harga Jual ,56 Marjin ,73 Biaya Pemasaran : Pengemasan 40,78 1,54 0,57 Angkut 91 3,45 1,27 Penyusutan 34 1,29 0,48 Keuntungan 1314,22 49,78 18,41 5 Pedagang Pengecer Harga Beli ,56 Harga Jual ,00 Marjin 460 6,44 Biaya Pemasaran : Pengemasan 36,55 1,38 0,51 Angkut 25,8 0,98 0,36 Penyusutan 37,55 1,42 0,53 Keuntungan 360,10 13,64 5,04 6 Konsumen Harga Beli 7140 Total Marjin Total Biaya Total Keuntungan , ,54 100,00 17,37 82,63 Sumber: Analisis Data Primer, ,97 6,42 30,55 Tabel 7, dapat diketahui bahwa pada saluran pemasaran III lembaga pemasaran yang terlibat lebih banyak dibandingkan saluran sebelumnya. Kentang dari petani dipasarkan melalui perantara pedagang pengumpul desa. Total marjin pemasaran pada saluran III sebesar Rp 2.640,00 per kg, total biaya pemasaran sebesar Rp 458,46 per kg dan total keuntungan sebesar Rp 2.270,60 per kg serta farmer share sebesar 63,03%. Uraian sebelumnya telah diperoleh angka marjin pemasaran dan farmer share pada setiap saluran pemasaran kentang. Marjin pemasaran, nilai persentase marjin dan farmer share dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8 Marjin Pemasaran, Persentase Marjin dan Farmer Share Pada Tiap-Tiap Saluran Pemasaran Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. Saluran Pemasaran Marjin Pemasaran (Rp) Persentase Marjin (%) Farmer Share (%) I ,70 87,39 II ,16 81,82 III ,14 63,03 Sumber : Analisis Data Primer, 2015 Tabel 8 dapat dilihat bahwa pada saluran I persentase marjin paling kecil sebesar 15,70% dengan farmer share 87,39%; saluran II dengan persentase marjin 23,16% dan farmer share sebesar 81,82%; saluran III persentase marjin paling besar 61,14% dan farmer share 63,03%. Untuk mengetahui hubungan antara marjin pemasaran dengan harga eceran, akan diduga dengan fungsi linier sederhana. Dari hasil perhitungan didapat hasil pada tabel berikut 50 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016

53 Analisis Efisiensi Pemasaran Kentang (Solanum Tuberosum L.) Tabel 9. Analisa Regresi Antara Marjin Pemasaran Dengan Harga Eceran Standart Koefisien t- t-tabel Variabel Regresi Error hitung 5% 1% Marjin 1,079 0,017 62,273 2,045 2,756 K o n - stanta -5063,378 Sumber : Analisis Data Primer, 2015 Hasil analisa diperoleh persamaan : M = -5063, ,079. Pr Hasil pengujian diatas menunjukkan bahwa harga b = 1,079 berpengaruh nyata pada taraf signifikasi 5% dan 1%, artinya setiap kenaikan marjin pemasaran sebesar 1,079%. Harga a = -5063,378 tidak berpengaruh nyata pada taraf signifikasi 5% dan 1%. Dari hasil analisa di atas dapat disimpulkan bahwa tipe marjin pemasaran kentang di daerah penelitian adalah tipe linier, artinya harga ditingkat pengecer akan mempengaruhi harga di tingkat petani kentang. Peningkatan yang terjadi pada marjin pemasaran akan berpengaruh nyata pada harga eceran kentang (R 2 = 0,411), semakin besar nilai marjin pemasaran maka semakin tinggi harga eceran kentang sebaliknya semakin kecil nilai marjin pemasaran maka semakin rendah harga eceran kentang dipasaran. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Produksi kentang khususnya di wilayah Kabupaten Magetan sejak 5 tahun terakhir terus mengalami penurunan. Faktor-faktor penyebab penurunan produksi kentang khususnya di Kecamatan Plaosan yaitu luas areal lahan pertanian berkurang, jumlah tenaga kerja sedikit dan biaya tenaga kerja pertanian mahal serta penurunan daya fungsi lahan akibat penggunaan pupuk dan bahan kimia berlebih berpengaruh pada produksi kentang. 2. Pendapatan rata-rata petani kentang varietas Granola adalah sebesar Rp ,00 dan Rp ,00 varietas Atlantik dengan perbandingan R/C rasio masing-masing varietas 3,00% dan 1,76%. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani kentang varietas Granola lebih menguntungkan bagi petani daripada kentang varietas Atlantik. 3. Varietas kentang Granola terbentuk pola saluran pemasaran, sedangkan pada varietas Atlantik merupakan struktur pasar monopsoni yang berarti hanya terdapat satu pembeli tunggal yaitu PT. Indofood 4. Terdapat 3 pola saluran pemasaran kentang, yaitu: a. Saluran I: Petani Pedagang Pasar Plaosan Pedagang Pengecer Konsumen. b. Saluran II: Petani Pedagang Pengumpul Desa Pedagang Pasar Plaosan Pedagang Pengecer Konsumen c. Saluran III: Petani Pedagang Pengumpul Desa Pedagang Pasar Plaosan Pedagang Antar Kota Pedagang Pengecer Konsumen 5. Saluran Pemasaran I merupakan saluran pemasaran yang paling efisien, dengan farmer share paling besar yaitu 87,39% dan marjin total paling kecil sebesar Rp 678, Berdasarkan analisa diketahui semakin kecil marjin pemasaran maka semakin efisien kegiatan pemasaran kentang. Dari analisa data diperoleh fungsi linier marjin Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 51

54 Indah Rekyani Puspitawati & Ratna Mustika Wardhani pemasaran adalah M = -5063, ,079 (Pr). Saran 1. Produksi kentang dapat ditingkatkan dengan penerapan usahatani yang benar dan penggunaan bibit yang baik serta aplikasi pupuk maupun bahan kimia secara tepat. 2. Perlu adanya penyuluhan kepada petani agar dalam memasarkan kentang hasil panennya melalui saluran pemasaran yang memberikan share bagi petani paling besar. DAFTAR PUSTAKA Anindita, R Pemasaran Hasil Pertanian. Penerbit Papyrus, Surabaya Badan Pusat Statistik Kecamatan Plaosan Dalam Angka, Magetan. Baladina, N Pemasaran Hasil Pertanian: Marjin dan Biaya Pemasaran.... ubdistanceleraning. Lab. Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian...Universitas Brawijaya. Malang Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta Teknologi Budidaya.Kentang Industri Di Lahan Sawah Dataran Medium Kabupaten Sleman.D.I.Yogyakarta. Rekomendasi Teknologi Pertanian 2004, Yogyakarta. Hastuti, D.R. dan Rahim, A dalam Downey dan Erickson Manajemen Agribisnis (Edisi Kedua) (Terjemahan : Alfonsus Sirait). Erlangga, Jakarta. Hidayati, Y Analisa Efisiensi Pemasaran Buncis (Phaseolus vulgaris L. )Pada Beberapa Saluran Pemasaran. S.P. Universitas Muhammadiyah Malang, Malang. Indonesia Expanding Horizons Prioritas Masalah Pertanian di Indonesia. agriculture.pdf. Diunduh pada 02 Maret Direktorat Pengkaji Bidang Ekonomi Meningkatkan Produktivitas Pertanian Guna Mewujudkan Ketahanan Pangan dalam Rangka Ketahanan Nasional. Edisi 15/Mei Jurnal Kajian Lemhannas RI,.Jakarta. Kotler Manajemen Pemasaran : Analisis Perencanaa, Implementasi dan Pengendalian. Jilid Dua.Erlangga, Jakarta. Marzuki Metodologi Riset (Cetakan Kelima, Nopember 1991). Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta Pijoto, S Budidaya Tanaman Kentang. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Rekyani, I.P Struktur, Perilaku dan Penampilan Pasar Pada Saluran Pemasaran Mangga di Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun. Tesis Pada Program Pasca Sarjana. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Respati E. dkk Buletin Konsumsi Pangan. Volume 4 No. 1, Tahun Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. Jakarta. Sihombing, L Analisis Tataniaga Kentang di Propinsi Sumatera Utara. Jurnal Ilmiah Pertanian KULTURA Vol. 40 No. 2. Universitas...Sumatera Utara. Medan. Soekartawi Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 52 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016

55 PENDUGAAN MODEL VOLUME POHON BERDIRI TANAMAN JATI (Tectona grandis L.f) UMUR 10 TAHUN (Studi Lahan Jati Universitas Merdeka Madiun) Mochammad Dwi Arief Putra 1), Martin Lukito 2) 1) Alumni D3 Manajemen Hutan Universitas Merdeka Madiun, 2) Tenaga Pengaar Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun Abstract The collection of information about the potential these stands inextricably linked to the measurement of the volume of timber, either directly or indirectly. For interpretation timber volume inventarsisasi forest activities can be used with an auxiliary table that is practical. The purpose of this study to determine the volume of the stand either manually or using the model to determine the ratio of the volume results. Data were collected by census intensity of 100% at the campus garden land Merdeka Madiun University. To suspect standing stock volume by measuring the diameter (dbh) and tree height. Then from the results data created table manually and table models to determine the result of the difference in the two tables, model estimation elected is Power is with the equation Y = 16,700 x 2,608 dbh (m), with R (RSS) SEE after it tested test if the t value is smaller than the value of the table then it means there is no significant effect between manual calculations and model calculations. Keywoords : Standingstock, Volume, Model allometric PENDAHULUAN Hutan jati di Pulau Jawa merupakan hutan di Indonesia yang pertama kali dikelola berdasarkan azas kelestarian, yaitu prinsip yang menjadi landasan pengelolaan hutan di seluruh dunia sampai sekarang. Untuk dapat menjamin tercapainya azas kelestarian hutan dan kelestarian manfaat yang maksimal, maka di dalam mengelola hutan perlu adanya perencanaan yang mantap yang didukung oleh data dan informasi yang akurat. Inventarisasi Hutan adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumberdaya hutan untuk rencana pengelolaannya. Tujuannya adalah mendapatkan data yang akan diolah menjadi informasi yang dipergunakan sebagai bahan perencanaan dan perumusan kebijaksanaan strategis jangka panjang, jangka menengah dan operasional jangka pendek sesuai dengan tingkatan dan kedalam inventarisasi yang dilaksanakan. Kayu jati termasuk sebagai jenis kayu yang bernilai tinggi di antara jenis-jenis kayu yang lain, bahkan termasuk jenis kayu mewah karena mempunyai profil yang ditunjukkan oleh garis lingkar tumbuh yang indah dan bernilai artistik tinggi, awet dan tahan terhadap hama dan penyakit, serta mudah pengerjaannya. Serta nilai kayu yang tinggi AGRI-TEK: Jurnal Ilmu Pertanian, Kehutanan dan Agroteknologi Volume 17 Nomor 1 Maret 2016; ISSN :

56 Mochammad Dwi Arief Putra & Martin Lukito ini didukung oleh permintaan pasar di dalam dan luar negeri yang cukup besar : Untuk penafsiran volume kayu dalam kegiatan inventarisasi hutan dapat digunakan suatu tabel pembantu yang praktis, tabel tersebut biasa disebut tabel volume. Praktis dalam arti mudah menggunakannya dan tingkat ketelitiannya masih dalam batas-batas yang diperkenankan. Suatu individu pohon memiliki beberapa parameter yang dapat diukur antara lain; umur, diameter, luas bidang dasar, tinggi total, tinggi kayu pertukangan, volume total, volume kayu pertukangan, bentuk batang, ketebalan batang, dan riap (Van Laar & Acka 2007) Tinggi pohon adalah peubah lain yang mempunyai arti penting dalam penaksiran hasil hutan. Bersama diameter, tinggi pohon diperlukan untuk menaksir volume dan riap. Secara khusus peninggi tegakan diperlukan untuk menentukan kelas kesuburan tanah atau bonita (Departemen Kehutanan Menurut (Insaniwidya.blogspot) tabel volume adalah tabulasi yang menyediakan kandungan rata-rata pohon berdiri dalam ukuran dan species yang bervariasi kemudian Husch (1987) berpendapat bahwa tabel volume merupakan pernyataan yang sistematis mengenai volume sebatang pohon menurut semuat atau sebagian dimensi yang ditentukan dari diemeter setinggi dada, tinggi dan bentuk pohon. Karena bentuk geometris batang tidak teratur, maka pendekatan rumus harus mengikuti kaidah bahwa untuk semua benda padat dihitung dari hasil perkalian antara luas bidang dasar rata-rata seksi dan panjang. Ada tiga rumus penting dalam menentukan volume pada yang dikenal luas (Spurr, 1952) Bustomi, dkk. (1998), mengingat batang pohon merupakan benda putar, maka cara perhitungan volumenya dapat didekati dengan dua macam cara, yaitu : 1. Dengan persamaan metematik bahwa volume pohon merupakan fungsi dari luas bidang dasar dan panjang batang dengan memperhatikan suatu faktor tertentu sebagai koreksi karena pohon tidak betul-betul berbentuk silindris. Cara ini biasa disebut regresi Dalam cara ini volume pohon dinyatakan sebagai fungsi dari diameter dan tinggi pohon. V = f ( Dbh, H ) Kemudian karena pada umumnya terdapat hubungan yang erat antara tinggi dan diameter, maka seringkali volume pohon dapat diduga berdasarkan diameternya saja. = ( ) V f D bh 2. Melalui integrasi fungsi persamaan taper. Persamman taper adalah persamaan yang apabila dijabarkan dalam bentuk gambar akan tersusun grafik bentuk batang dari pangkal sampai ujung. { ( ) } V = π 1 2 f Dbh, H, h Dimana : V : Volume pohon Dbh: Diameter at breast height (diameter setinggi dada) H : Tinggi bebas cabang pohon h : Ketinggian tertentu dimana dilakukan pengukuran diameter Selain itu bahwa rumus Smallian memerlukan pengukuran pada diameter kedua ujung batang, rumus ini paling mudah dan paling murah dalam penerapannya. Namun, rumus ini mempunyai ketepatan yang lebih kecil dibandingkan dengan rumus Huber dan rumus Newton. Rumus Newton memerlukan pengukuran kedua ujung batang dan batang tengah, sehinggga penggunaannya lebih terbatas dan kurang praktis. Namun, rumus ini lebih teliti 2 54 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016

57 Pendugaan Model Volume Pohon Berdiri Tanaman Jati dibandingkan dengan rumus lainnya. (Avery dan Burkhart 1994) Beberapa model persamaan regresi yang dapat digunakan dalam penyusunan tabel volume ini adalah sebagai berikut (Simon, 1993): b V = ad model Berkhout (1) 2 V = a + bd model Kopezky-Gehrhardt (2) 2 V = a + bd + cd model Hohenadl-Krenn (3) 2 b V = a( DT) model Spurr (4) V b c = ad T model Schumacher Hall (5) 2 2 V = a + bd + cd T + dt model Stoate (6) dimana : 3 V: Volume pohon ( m ) D: Diameter setinggi dada (cm) T : Tinggi pohon (m) a,b,c,d: Konstanta Husch (1963) tabel volume pohon merupakan pernyataan yang sistematis mengenai volume sebatang pohon menurut semua atau sebagian dimensi yang ditentukan dari diameter setinggi dada, tinggi dan bentuk pohon. Tabel volume pohon akan memberikan hasil taksiran yang cermat, karena disusun dengan menggunakan data yang dikumpulkan secara ekstensif. Tabel volume pohon secara teoritis adalah yang paling baik untuk digunakan dalam inventarisasi potensi kayu dalam tegakan hutan, namun demikian pengukuran tinggi pohon yang disyaratkan menyebabkan penggunaan tabel tersebut tidak praktis. Hal ini disebabkan karena pengukuran tinggi pohon memerlukan banyak waktu dan dapat menjadi sumber kesalahan (Husch et al. 2003). Dengan dilakukannya penelitian pada kegiatan magang mengenai pembuatan pita tabel volume lokal di perkebunan Tanaman Jati di Universitas Merdeka Madiun Kabupaten Madiun dapat berguna bagi para pengelola perkebunan Tanaman Jati di Jawa khususnya dan di sektor kehutanan di Indonesia dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dengan tetap menjaga kelestarian sumber daya alam. Rumusan Masalah Perlunya menentukan volume pohon berdiri Jati di Perkebunan Universitas Merdeka Madiun dengan menggunakan volume model dan manual. Tujuan Penelitian Untuk menghitung volume tegakan berdiri pohon jati umur 10 tahun menggunakan perhitungan baik secara manual maupun dengan model. Ruang Lingkup Penelitian Kegiatan penelitian berdasarkan pada penaksiran volume pada pohon berdiri (klem) di perkebunan Universitas Merdeka Madiun di Kecamatan Taman, Kabupaten Madiun Manfaat Penelitian Hasil dari kegiatan penelitian diharapkan berguna dan bermanfaat antara lain : 1. Memberikan informasi Model volume lokal Tanaman Jati umur 10 tahun di Universitas Merdeka Madiun, Kecamatan Taman, Kabupaten Madiun.. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum Pengantar Inventarisasi Hutan dengan judul Membuat Pita tabel Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 55

58 Mochammad Dwi Arief Putra & Martin Lukito volume local Tanaman Jati umur 10 tahun di Perkebunan Universitas Merdeka Madiun Kec. Taman Kab.Madiun pada bulan Februari. Alat dan Bahan Penelitian Adapun alat yang digunakan dalam panelitian adalah : 1.) Pita ukur untuk mengukur diameter pohon beserta kelilingnya. 2.) Roll meter untuk membuat petak ukur. 3.) Haga. 4.) Alat tulis 5.) Kertas untuk mencatat Data Penelitian Data yang diperoleh dari sumbersumber asli, sumber asli disini diartikan sebagai sumber pertama darimana data tersebut diperoleh dengan cara pengamatan, pengukuran, pencatatan, perhitungan, dan melalui wawancara maupun kuisioner dengan tujuan yang ingin dicapai. Data primer yang diambil adalah luasan petak ukur dengan melakukan penentuan dan pembuatan plot sampel, pengukuran volume dan faktor bentuk pohon. Pengambilan data dilakukan di perkebunan Universitas Merdeka Madiun di Kecamatan Taman, Kabupaten Madiun. Metode Pengambilan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu : Data Primer Data primer diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung dilapangan, meliputi - Diameter pohon berseksi diukur dengan menggunakan Spiegel Relaskop Bitterlich (SRB) sampai diameter pada tinggi bebas cabang pohon (Tbc) dan panjang tiap seksi batang pohon yang digunakan yaitu 2 meter. - Diameter pangkal pohon (Do) dan Dbh (diameter setinggi dada, 1,30 meter dari permukaan tanah) diukur menggunakan phi band. - Tinggi bebas cabang (Tbc) dan tinggi total pohon (Tt) diukur dengan menggunakan Spiegel Relaskop Bitterlich (SRB). Volume pohon dihitung dengan cara menjumlahkan volume seksi, dimana volume setiap seksi dihitung secara analitik dengan menggunakan rumus-rumus yang sudah dikenal luas (Spurr, 1952). Rumus untuk menghitung volume seksi yang akan digunakan adalah rumus Smalian, yaitu : B + S V =. L 2 Dimana : V: Volume batang/sortimen B: Luas bidang dasar pangkal kayu bulat S : Luas bidang dasar ujung kayu bulat L : Panjang sortimen kayu bulat Data Sekunder/Penunjang Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui pencatatan arsip yang ada dikantor Universitas Merdeka meliputi keadaan umum lokasi penelitian, antara lain : - Letak pengumpulan data secara geografis. - Letak pengumpulan data menurut administrasi pemerintahan. - Letak pengumpulan data menurut administrasi kehutanan. - Kondisi iklim. - Kisaran ketinggian lokasi pengumpulan data dari permukaan laut serta kondisi konfigurasi lapangan (topografi) secara umum. - Jenis tanah. Pelaksanaan Penelitian Volume Batang Silindris Penentuan volume batang tanaman JATI ditentukan dengan variable dbh 1,3 meter dan 56 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016

59 Pendugaan Model Volume Pohon Berdiri Tanaman Jati tinggi total dengan menggunakan volume batang silindris : V= ¼ p. d 2.t Keterangan : Volume : batang silindris berdasarkan dbh 1,3 meter. p = Konstanta phi (3,14). d= Diameter setinggi dada (1,3 meter). t = Tinggi total pohon. Faktor Koreksi dan Volume Standing Stok Untuk mengukur volume actual tanaman JATI umur 10 tahun diperlukan variable faktor koreksi (f) dengan rumus: volume aktual F = volume silindris Keterangan : f = Faktor bentuk (form faktor). Vaktual = Volume total batang segmen. Silindris = Volume batang silinder berdasarkan diameter setinggi dada (dbh). Pengukuran volume standing stok pada tanaman jati dilakukan dengan cara sebagai berikut: Pada tanaman kayu jati umur 10 tahun adalah mengalikan volume batang silindris dengan faktor koreksi (f) yang kemudian di konversi dengan jumlah pohon/ha dengan formula : V = ¼ p d 2 t f n Keterangan : V = Volume standing stok. p = phi (3,14). d = Diameter setinggi dada. t = Tinggi pohon. n = Jumlah pohon per hektar (n/ha). Pada tanaman kayu jati V = Vst n Keterangan : V = Volume standing stok. Vst = Volume total segmen. N = Jumlah pohon per hektar (n/ha). Pemilihan Model Terbaik Dari persamaan penduga volume yang diperoleh, dilukukan pemilihan model terbaik berdasarkan criteria yang telah ditetapkan. Kriteria pemilihan model tersebut yaitu : a. Perhitungan koefisien determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi (R 2 ) adalah perbandingan antara jumlah kuadrat regresi (JKR) dengan jumlah kuadrat total terkoreksi (JKT). Nilai R 2 mengukur besarnya bagian keragaman total terhadap nilai tengah peubah tidak bebasnya dapat diterangkan oleh regresinya, nilai R 2 ) ini biasanya dinyatakan dengan persen (%). Perhitungan koefisien determinasi terkoreksi (R 2 ) dengan rumus sebagai berikut (Draper dan Smith, 1992) : R 2 = (JK karena regresi ) / (JK total, terkoreksi untuk rataan Y> ) Perhitungan R 2 adalah untuk melihat tingkat ketelitian dan keeratan hubungan antara peubah bebas dan peubah tidak bebasnya. a) Perhitungan koefisien determinasi terkoreksi (Ra 2 ) Koefisien determinasi terkoreksi (Ra 2 ) adalah koefisien determinasi yang telah dikoreksi oleh derajat bebas (db) dari JKS dan JKT-nya. Perhitungan koefisien determinasi terkoreksi (Ra 2 ) dengan rumus sebagai berikut (Draper dan Smith, 1992). : 2 ( JKS ) / ( n p ) Raa = 1 100% JKTT / n 1 ( ) ( ) dimana : JKS = Jumlah kuadrat sisa JKTT = Jumlah kuadrat total terkoreksi (n-p) = dbs (derajat beban sisaan) (n-1) = dbt (derajat beban total) Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 57

60 Mochammad Dwi Arief Putra & Martin Lukito Ketentuan keterandalan Ra 2 sama dengan R 2. Kelebihan Ra 2 adalah dapat membandingkan keterandalan model-model yang memiliki banyak pengubah bebas yang berbeda. Pengujian yang dilakukan menurut kriteria ini akan lebih dapat menamnbah keyakinan penerimaan model. Perhitungan simpanan baku (s) Nilai simpanan baku (s) ditentukan dengan rumus (Draper dan Smith, 1992): 2 JKS s = s = n p ( ) dimana : s 2 = kuadrat tengah sisaan (n-p)= dbs (derajat bebas sisaan) JKS = jumlah kuadrat sisa Pemeriksaan statistik ini menunjukkan bahwa semakin kecil nilai s semakin baik, artinya dugaan semakin teliti. Persamaan Allomatrik Berbagai data yang telah didapatkan seperti, tinggi pohon, dbh, diameter pangkal, diameter tinggi batang bebes cabang dan umur tanaman. Pembuatan model regresi bertujuan untuk memperkirakan atau menaksirkan besarnya efek kuantitatif dari satu parameter terhadap parameter yang lain. Secara umum model regresi mempunyai bentuk persamaan regresi dan transformasinya disajikan pada tabel berikut : Tabel 1. Model Persamaan Regresi dan Transformasinya: Bentuk Persamaan Bentuk Linier Linier Quadratic Kubik Logarithm Inverse Compound Power Sigmoid Growth Eksponensial Logistik Y = a + bx Y = a + bx + cx 2 Y = a + bx + cx 2 +dx 3 Y = a + b In x Y = a +b/x Y = ab x Y = ax b Y = e a+b/t Y = e a+bx Y = a(e bx ) Y = (1/u+ab x ) -1 Y = a + bx Y = a + bx + cx 2 Y = a + bx + cx 2 +dx 3 Y = a + b In x Y = a +b/x In Y = In a+x In b In Y = In a+b In x In Y = a+b/t In Y = a+bx In Y = In a+bx In(1/Y-1/u)=In a+x In b Pemilihan model regresi didasarkan pada nilai koefisien determinasi(r2), Tertinggi serta jumlah kuadrat eror yang terkecil. Selain itu juga dilakukan pengujian regresi dengan menggunakan uji varian untuk mengetahin taraf signifikansi dari masing-masing persamaan yang dihasilkan. Pengolahan data menggunakan SPSS.nilai R2 berkisar 0-1, semakin tinggi nilai R2 maka semakin baik model regresinya. Ukuran korelasi dinyatakan Young (1982) dalam (Lukito, 2010). Sebagai berikut : a. 0,70 s.d.1,00 menunjukkan adanya tingkat hubungan yang tinggi. b. 0,40 s.d.<0,7 menunjukkan tingkat hubungan yang substansi. c. 0,20 s.d<0,40 menunjukkan tingkat hubungan yang rendah. Jumlah simpangan eror residual yang minimal, menunjukkan tingkat kesalahan yang terjadi juga semakin kecil (Walpole, 1995). Uji taraf signifikasi dilakukan untuk mengetahui nyata-tidaknya pengaruh dari variable bebas 58 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016

61 Pendugaan Model Volume Pohon Berdiri Tanaman Jati terhadap variable terikat. Sedangkan jumlah kuadrat eror yang kecil menunjukkan bahwa garis persamaan yang dipilih adalah yang terbaik dan akan menghasilkan serangkaian ramalan yang disebut efisien. Efisien karena besarnya kuadrat kesalahan ramalan dari garis regresi yang dipilih akan sangat kecil (Hadi, 2000). Persamaan regresi akan menjadi efesien apabila nilai pengamatan (observasi) berada di sekitar garis regresi, dan ini akan terlihat jika digambarkan dalam bentuk diagram pencar. Langkah-langkah perhitungan volume pohon berdiri : a) Perhitungan volume manual y = ½ π d 2 h fk y = volume π = konstanta (3,14) d = diameter h = tinggi fk = faktor koreksi (0,7) b) Mencari model persamaan yang tepat, untuk menghitung volume pohon berdiri, dalam pemilihan model persamaan ini digunakan perangkat sofwer SPSS 16 (lihat lampiran dua), dalam pemilihan model persamaan dibatasi pada penggunaan model sebagai berikut: Cara memilih model yang tepat: 1. Koefisien determinesi (R2) tertinggi. 2. Jumlah kuadrat eror (residual surn of square) yang terkecil. 3. Estándar eror of the estimate (see) terkecil. c) Perhitungan volume dengan model persamaan yang terpilih. d) Membandingkan antara perhitungan volume manual dan model persamaan Uji Variabel Berpasangan (t-test) Untuk dapat membandingkan antara perhitungan volume manual dan volume model apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara perhitungan manual dengan perhitungan model maka, a uji t-test, dengan tahapan sebagai berikut : 1. Harga rata-rata perbedaan Perbedaan ( X 1 X 2) PX 1 X 2 = n Keterangan X = Volume Manual X = Volume Model Quadratic n = Jumlah Sampel ( X 1 X 2) ( X 1 X 2) n 2. Varians = S = d n 1 3. Standar deviasi perbedaan individu 2 pengamatan = S d = Sd 4. Standar eror perbedaan harga rata-rata = S x1-x2 = S dm = Sd n 5. T hitung = harga rata-rata perbedaan = standar error perbedaan harga rata-rata PX ( 1 X2) SX 1 X 2( Sdm) Jika Uji t-student nilai hitung lebih kecil dari nilai t-tabel artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara volume dengan perhitungan manual maupun volume dengan menggunakan perhitungan model KEADAAN UMUM DAN WILAYAH Letak dan Keadaan Umum Wilayah Penelitian dilakukan Perkebunan Universitas Merdeka Madiun, Kecamatan Taman yang berlokasi di Kabupaten Madiun. Batas batas Universitas Merdeka Madiun adalah sebagai berikut : - Sebelah Utara: Kelurahan Taman, Kecamatan Taman - Sebelah Selatan: Kelurahan Demangan, Kecamatan Taman - Sebelah Barat: Kelurahan Pandean, Kecamatan Taman - Sebelah Timur: Kelurahan Pandean, Kecamatan Taman Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 59

62 Mochammad Dwi Arief Putra & Martin Lukito Areal penelitian di perkebunan Universitas Merdeka Madiun dengan ketinggian ±65 dibawah permukaan laut berkisar antara C, dengan keadaan tanah grumusal dengan ph tanah 6-6,5. Percobaan ini dilakukan pada bulan Februari. Keadaan Tanaman Luas perkebunan jati di Universitas Merdeka Madiun umur 10 tahun adalah 750 m2.tanaman kayu jati merupakan satu satunya tamanan yang memenuhi nilai tanaman pasar yang tinggi. HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan Volume Secara Manual Perhitungan volume manual dengan variable volume diameter setinggi dada dan tinggi pohon pada tanaman Jati umur 10 tahun disajikan pada tabel 2 sebagai berikut : Tabel 2. Hasil Perhitungan Manual Volume Pohon Berdiri Jati Umur 10 Tahun Keliling Dbh Dbh Tinggi LBDS Vol Fk 1/4 Phi No pohon Cm Cm M m2 m Total Rerata Min Max Std dev Convidance E Sumber : Data Primer Diolah Dari Jumlah tanaman Jati umur 10 tahun keseluruhan sebanyak 1203 pohon, dan diambil sebanyak 100%. Hasil yang diperoleh dengan pengamatan langsung di perkebunan Universitas Merdeka Madiun umur 10 tahun dari sampel 100% diperoleh: 1. Volume Total = m 3 volume ratarata = 0,03963, volume minimal = , volume maksimal = , standar defiasi = 0,0197, confidence = 0, Keliling keseluruhan total 3373,5 cm (33 m), keliling rata rata tiap pohon jati umur 10 tahun cm (0,2804 m), keliling minimal 5.5cm (0,55 cm), keliling maksimal 71 cm (0,71 m) 3. Diameter dari 100% pengamatan, diameter total = 107,4 m, diameter ratarata pohon = 0,09 m, diameter minimal = 0.018, diameter maksimal = 0.226, tinggi total 8488 m, rerata tinggi = 7.06 m, tinggi minimal 1 m, tinggi maksimal = 12 m. Penentuan Volume Model Persamaan Penentuan Model Allometric memenuhi volume pohon berdiri disajikan pada Tabel AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016

63 Pendugaan Model Volume Pohon Berdiri Tanaman Jati Tabel 3. Model Model Alometrik No Model Persamaan R R2 See RSS Fhit Koef.Kolerasi Koef.Determinasi 1 Linear y=a+bx 0,926 0,857 0,014 0, ,735 a=-0,052 b=1,022 a=0,231 b=0,077 2 Logarithmic y = a + b In x 0,829 3 y = a+b+c 2 c=5,808 Quadratic a=-0,001 0,687 b=0,136 0,021 0, ,195 a=0,231 b=0,077 4 Cubic y = a+bx+cx 2 +dx 3 3 Quadratic y = a+b+c2 0,961 d=-11,459 a=-0009 b=-0,499 c=9,551 0,924 0,010 0, ,860 5 Power y = ax a=-0,001 b=0,136 c=5,808 b a=16,700 b=2,608 6 Growth y = e 4 Cubic y = a+bx+cx2 +dx3 0,962 a+b/t a= ,925 b=29,483 0,010 0, ,610 a=-0009 b=-0,499 c=9,551 e = bilangan alam 2,71828 d=-11,459 5 Power y = axb a=16,700 b=2,608 6 Growth y = e a+b/t a= b=29,483 e = bilangan alam 2,71828 Berdasarkan kriteria Model diatas pada tabel 3 terlihat hubungan dengan diamater setinggi dada (dbh) sebagai variable bebas terhadap volume pohon berdiri diperoleh dengan model yang paling tepat adalah dengan model Power dengan nilai R 2 0,944 yang berarti 94,4% variable volume dapat diperjelas oleh variable diameter setinggi dada (dbh), sisanya 5,6% oleh variable lain. Nilai kuadrat eror (RSS) 0,758 dan standart eror 0,951 Berdasarkan hasil analisa varian untuk menguji signifikasi hubungan tersebut dapat dilihat bahwa hubungan antara diameter setinggi dada (dbh) terhadap volume pohon berdiri memiliki kolerasi yang signifikasi atau menunjukan adanya tingkat hubungan yang tinggi. Uji anova didapat f hitung yaitu sebesar 20306,889 dengan tingkat signifikasi (<0,05), sehingga model regresi dapat dipakai untuk memprediksi volume. Dengan ini persamaan yang terbentuk dapat digunakan untuk menduga volume pohon berdiri dengan menggunakan diameter setinggi dada sebagai variable penduga. Model Power memiliki Berdasarkan kriteria Model diatas pada tabel 3 terlihat hubungan dengan diamater setinggi dada (dbh) sebagai variable bebas terhadap volume pohon berdiri diperoleh dengan model yang paling tepat adalah dengan model Power dengan nilai R 2 0,944 yang berarti 94,4% variable volume dapat diperjelas oleh variable diameter setinggi dada (dbh), sisanya 5,6% oleh variable lain. Nilai kuadrat eror (RSS) 0,758 dan standart eror 0,951 0,961 0,924 0,010 0, ,962 0,925 0,010 0, ,972 0,944 0,951 0, ,924 0,406 0,406 0, ,972 0,944 0,951 0, ,889 0,924 0,406 0,406 0, persamanaan sebagai berikut : volume pohon (m Berdasarkan 3 ) = 16,700 hasil analisa x 2,608 varian dbh untuk (m). Model analisisa hubungan diameter setinggi dada dengan volume kayu berdiri dapat disajikan Gambar 1 pada Gambar 1 menguji signifikasi hubungan tersebut dapat dilihat bahwa hubungan antara diameter setinggi dada (dbh) terhadap volume pohon berdiri memiliki kolerasi Diameter Setinggi dada (dbh) mtr yang signifikasi atau menunjukan tingkat hubungan yang tinggi. Uji didapat f hitung yaitu sebesar 203 dengan tingkat signifikasi ( sehingga model regresi dapat d untuk memprediksi volume. Deng persamaan yang terbentuk digunakan untuk menduga volume berdiri dengan menggunakan di setinggi dada sebagai variable pe Model Power memiliki persam sebagai berikut : volume pohon 16,700 x 2,608 dbh (m). Model an hubungan diameter setinggi dada volume kayu berdiri dapat disajika Gambar 1. Model Allometri Perhitungan Volume Pohon Berdiri Jati Umur 10 Tah Diameter Setinggi dada (dbh) mtr Gambar 1. Model Allometri Perhitungan Volume Pohon Berdiri Jati Umur 10 Tahun Perhitungan model terpilih yaitu dengan model power maka perhitungan volume dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut : Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 61

64 Mochammad Dwi Arief Putra & Martin Lukito Tabel 4 Perhitungan Volume Dengan Model Power No Konstanta Model Vol- Coef-b dbh a b m m Total Rerata Min Max No Std Dev Konstanta Model Vol- Coef-b dbh a b m m3 1.18E- 2.78E Sumber: Data Primer Diolah Perhitungan Volume dengan model persamaan Power, diperoleh total volume = 39,80 m 3, rata-rata volume tiap pohon 0,033 m 3, volume minimal 0,022 m 3, volume maksimal 0,043m 3 Perbandingan antara Volume Manual dengan Volume Model Perbandingan antara volume manual dan volume model maka dilakukan uji-t seperti pada tabel 5 sebagai berikut : No Pohon Tabel 5. Uji t Variable Manual dengan Volume Model. Manual Power Dbh Vol-(X1) Vol-(X2) (X1-X2) (X1-X2)^2 Keliling Dbh cm cm mtr mtr 3 mtr Total Sumber :Data Primer DIolah Rekapitulasi total skor dan data rata-rata volume terhadap parameter manual dan model pendugaan volume Disajikan Pada Tabel 6: Tabel 6. Rekapitulasi Skor Parameter Manual dan Model Pendugaan Volume No Keterangan Notasi Nilai 1 Jumlah nilai volume x manual 2 Jumlah nilai volume x model 3 Jumlah nilai perbedaan (x1-x2) Jumlah nilai perbedaan [ (x kuadrat x2)] 2 n=1203 Sampel Keterangan : 1. Harga rata-rata perbedaan Px1-x2 = 7, AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016

65 Pendugaan Model Volume Pohon Berdiri Tanaman Jati 2. Varians = Sd 2 = 1,44 3. Sd = Sd 2 = 1,20 4. Standar eror perbedaan harga rata-rata = Sx1-x2 = Sdm = 0, Thitung = 9,43 6. Nilai t menurut tabel untuk tingkat signifikan 95% atau dengan (0,05) Pada db = 1203 ± 1,960 Berdasarkan uji t-test t hitung lebih kecil dari t terdapat kepercayaan 95% (α = 0,05) yang artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara perhitungan volume dengan manual dengan menggunakan perhitungan power. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Perhitungan total sampel volume pohon berdiri secara manual yaitu sebesar m 3 atau rerata sebesar m 3 /pohon dengan volume minimum dan maksimum Berdasarkan kriteria R 2, RSS, dan SEE maka model pendugaan terpilih adalah Power yaitu dengan persamaan : Y = 16,700 x 2,608 dbh (m), dengan R 2 0,944 (RSS) 0,758 SEE 0, Perhitungan volume model Power terlihat bahwa total volume 1203 pohon didapatkan volume model sebesar m 3 atau rerata sebesar m 3 / pohon. Volume minimum m 3 dan maksimum m 3 4. Berdasarkan uji t-test t hitung lebih kecil dari t terdapat kepercayaan 95% (α = 0,05) sebesar 1,960 yang artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara perhitungan volume dengan manual dengan menggunakan perhitungan power. Saran 1. Agar pelaksanaan penelitian ini bisa dilanjutkan dengan tahap selanjutnya. 2. Penelitian harus ditambah dengan waktu pelaksanaannya agar bisa terlaksana dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Annonymous Manual Kehutanan. Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta Bustomi, S. D Wahjono, Herbagung, dan I. P. B Parthama, 1998, Pertunjukan Teknis Tata Cara Penyusunan Tabel Volume Pohon. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bogor Hardjosono, MS Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan Universitas Gajahmada, Yogyakarta. Husch, B Perencanaan Inventarisasi Hutan. (Terjemahan oleh Agus Setyarso). Universitas Indonesia Press. Jakarta. alat-ukur-dimensi-pohon-part1-2/ penyusunan-tabel-volume-pohon-dalam. html Lukito, Martin Inventarisasi Hutan Tanaman Kayu Putih Dalam menghasilkan Biomasassa dan Karbon Hutan. Tesis Fakultas UGM. Tidak Dipublikasikan. Simon, H Metode Inventore Hutan. Penerbit Aditya Media. Yogyakarta. Suharlan, A dan Y. Sudiono Ilmu Ukur Kayu. Lembaga Penelitian Hutan. Bogor. Supr., S. H Forest Inventory. The Ronald Press Company Inc. New York Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 63

66 UJI PENGGUNAAN MACAM PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP HASIL KEDELAI Jajuk Herawati 1 *, dan Indarwati 2 1*, 2* Dosen Fakultas Pertanian Universitas Wijaya Kusuma Surabaya herawati_yayuk@yahoo.com Abstract Research purposes want to know the influence of application fertilizer liquid organic (POC) to improve the result soybean. Is hypothesized this research is: (1) kind of POC different can provide growth and the results of soybean different; (2) Various POCdifferent can be applied in the soybean plant. The research was conducted using a randomized block design of one factor by treatment as follows: P1 : Without POC ( Control ), P2 : POC Waste Water Hyacinth, P3: POC waste dregs and skin the sugarcane, P4: POC waste coconut coir, P5: POC waste water hyacinth + manure, P6 : POC sugarcane waste dregs + manure + cocopeat, P7: POC waste coconut coir + cocopeat. Each treatment repeated four times, so that was obtained 28 tenement experiment, by using plants 10 sample every tenement. The research note that the treatment poc dregs cane + manure + cocopeat ( P6 ) give heavy dry seed / swaths better than other treatment, Although no different real the treatment poc dregs cane ( P3 ), So also with the potential of the results, Where p6 able to provide the 2,36 tons / ha was p3 able to give a ton / ha 2,12. While in parameters the weight, the treatment poc dregs cane + manure + cocopeat ( P6 ) give weight of the best, Although no different treatment real with the provision of waste poc dregs and skin cane (P3) or P5. Keywords: Liquid organic fertilizer, and Soybean Production PENDAHULUAN Sampai saat ini, kedelai masih menjadi salah satu komoditas pangan prioritas di Indonesia, disebabkan tingginya gejolak harga yang tidak menutup kemungkinan dapat mengguncangkan perekonomian Indonesia. Hal ini bisa menjadi bahan kajian untuk berpikir kembali, bahwa aspek ketahanan pangan yang bertumpu pada kekuatan sendiri merupakan perihal yang harus digalakkan dan diwujudkan, terutama bila tidak ingin selalu bergantung pada Negara lain (Adisarwanto, 2008). Salah satu program utama Kementrian Pertanian adalah pencapaian swasembada kedelai, yang harus didukung oleh semua pihak dalam proses produksinya. Hasil pengalaman selama ini menunjukkan bahwa tingkat produksi nasional kedelai lebih ditentukan oleh luas areal tanam dari pada tingkat produktivitasnya. Hal ini membuka peluang yang terbuka lebar dalam upaya meningkatkan produksi melalui perbaikan AGRI-TEK: Jurnal Ilmu Pertanian, Kehutanan dan Agroteknologi Volume 17 Nomor 1 Maret 2016; ISSN :

67 Uji Penggunaan Macam Pupuk Organik Cair produktivitas, mengingat produktivitas kedelai di tingkat petani masih rendah yaitu sekitar 1,29 ton/ha, padahal teknologi produksi yang tersedia mampu mening-katkan hasil kedelai 1,7 3,2 ton/ha (Anonimus, 2009). Orientasi pertanian modern yang mengejar produksi sebanyak-banyaknya dan kualitas yang baik menjadikan para petani sangat tergantung pada penggunaan pupuk. Namun tanpa pengetahuan yang memadai, penggunaan pupuk kimia justru menyebabkan penurunan kualitas produksi tanaman. Selain itu penggunaan pupuk kimia/anorganik dalam jangka panjang secara terus menerus dan tidak terkontrol akan berdampak buruk pada kesuburan tanah dan lingkungan. Penggunaan pupuk secara benar harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan dan terhadap keseimbangan ekosistem di sekitarnya (Novizan, 2003). Herawati (2003) dari hasil penelitiannya tahun 2001 menemukan adanya kandungan logam berta Cd pada beberapa pupuk an-organik yang mengandng phosphor (P), yaitu sekitar 0,1-0,7 ppm. Tanah yang sering diberi pupuk anorganik lama kelamaan menjadi keras, sulit diolah sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman, oleh karena itu pemanfaatan pupuk organik sangat membantu memperbaiki struktur tanah, meningkatkan permeabilitas tanah dan mengurangi ketergantungan lahan pada pupuk anorganik. Pupuk organik juga berperan sebagai sumber makanan bagi mikroorganisme tanah dan meningkatkan jumlah serta aktivitas mikroorganisme tanah, sehingga tanah menjadi gembur (Hadisuwito, 2008). Pupuk organik berasal dari bahanbahan organik dan berdasarkan bentuknya pupuk organik dibagi menjadi dua, yaitu pupuk organik padat dan POC. Bahan baku organik tersebut dapat diperoleh dengan memanfaatkan sampah/limbah organik yang berlimpah di sekitar kehidupan manusia, di antaranya sampah sabut kelapa, sampah kulit tebu dan lain-lain. Dari hasil penelitian Suryaningsih, Jajuk dn Johanes (2010), disimpulkan bahwa pemberian pupuk organik padat limbah home industri roti yang dikombinasi dengan POC campuran kotoran kambing dan sabut kelapa, memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian pupuk organik padat limbah home industri roti saja pada tanaman sawi. Dari hasil penelitian Herawati, Indarwati dan Achmadi (2012), disimpulkan bahwa dengan aplikasi pupuk organik cair Mol limbah eceng gondok pada tanaman kedelai mampu meningkatkan hasil kedelai 21,6 % dibandingkan dengan tanpa pemberian Mol limbah eceng gondok. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mengaplikasikan teknologi pembuatan POC yang berasal dari berbagai sumber limbah organik untuk meningkatkan produksi tanaman dalam upaya pencapaiaan swasembada dan percepatan tercapainya kedaulatan pangan Indonesia. Selain itu juga merupakan solusi dalam mengatasi permasalahan sampah di Indonesia. METODE PENELITIAN Tempat dan waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Produksi Fakultas Pertanian Universitas Wijaya Kusuma Surabaya dan Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Mojosari, Mojokerto. Penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2015 dan berakhir pada bulan September Bahan dan Alat Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian dibagi menjadi 2, yaitu bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan POC, antara lain: limbah sabut kelapa, limbah kulit tebu, limbah eceng Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 65

68 Jajuk Herawati & Indarwati gondok, sumber karbohidrat, air kelapa, air beras dan air sumur. Sedang bahan yang dibutuhkan pada saat tanam di lapang, antara lain: benih kedelai, pupuk Phonska Petroganik, pupuk kandang, dll. Peralatan yang dibutuhkan selama penelitian adalah : Peralatan pembuatan POC: Bak POC, selang, pengaduk, pisa, telenan, botol, jerigen, meteran, isolasi dll. Peralatan Penelitian Lapang: cangkul, gembor, cetok, timba, Sprayer, kamera dan lain-lain. Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok satu faktor dengan perlakuan sebagai berikut: P1 : Tanpa POC (Kontrol) P2 : POC Limbah Eceng Gondok P3 : POC Limbah AmpasTebu P4 : POC Limbah Sabut Kelapa P5 : POC Limbah Eceng Gondok + pupuk kandang P6 : POC Limbah Ampas Tebu + pupuk kandang + cocopeat P7 : POC Limbah Sabut Kelapa + cocopeat Dari masing masing perlakuan tersebut diulang sebanyak 4 kali, sehingga dibutuhkan sebanyak 28 (7 x 4 ) petak percobaan Pelaksanaan Penelitian Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) Pelaksanaan penelitian ini yang pertama adalah pembuatan pupuk organik (POC) yang berasal dari berbagai sumber limbah organik di Laboratorium Produksi Fakultas Pertanian Universitas Wijaya Kusuma Surabaya dengan jenis sesuai perlakuan. Pembuatan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Menyiapkan semua bahan dan alat yang dibutuhkan dalam pembuatan pupuk organik 2. Menyiapkan semua sumber limbah organik (kulit tebu, sabut kelapa dan eceng gondok) kemudian dibersihkan setelah itu diiris/dipotong kecil-kecil. 3. Memasukkan limbah organik yang telah dipotong kecil-kecil ke dalam masingmasing bak POC sesuai perlakuan, kemudian ditambah semua bahan yang dibutuhkan yaitu gula pasir 1 kg, air kelapa, air beras dan air sumur sebanyak kurang lebih 50 liter hingga terendam, setelah itu diaduk hingga rata. 4. Menutup rapat bak POC tersebut, dan diberi lubang udara dengan cara memasukkan selang plastik yang dihubungkan dengan limbah botol mineral yang sudah berisi air. 5. Dibiarkan sampai berbau seperti alkohol atau tape selama 15 hari. (2 minggu) Pemanenan Pupuk Organik (POC) Pemanenan dilakukan setelah 15 hari pembuatan POC dan tercium bau seperti alkohol/tape. POC dipanen dengan melakukan penyaringan kemudian dimasukkan dalam jiregen yang sudah disiapkan, dan siap untuk diaplikasikan pada lahan sesuai dengan perlakuan. Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Kedelai a. Persiapan Lahan Kegiatan persiapan lahan berupa pengolahan tanah untuk meningkatkan produksi (Siswadi, 2006), dan harus dilakukan bila akan menanam kedelai di lahan kering di awal musim hujan. Hal ini karena permukaan tanah umumnya sudah mengeras akibat tanah diberokan cukup lama. Pembuatan saluran draenase juga diperlukan untuk mempercepat pembuangan kelebihan air dan untuk mencegah terjadinya peningkatan erosi 66 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016

69 Uji Penggunaan Macam Pupuk Organik Cair akibat tindakan pengolahan tanah. b. Pembuatan Petak Percobaan untuk Penanaman Setelah dilakukan persiapan lahan dengan penggemburan tanah, maka petak percobaan dibiarkan selama satu minggu agar hama dan penyakit mati terkena sinar matahari. Setelah itu kemudian disiram dengan air untuk menghancurkan bongkahan-bongkahan tanah. Persiapan petak percobaan yang akan digunakan untuk penanaman kedelai berukuran 3 x 6 m 2 = 18 m 2 x 28 petak percobaan, dibagi menjadi 4 larik yang masing-masing larik terdapat 7 petak. c. Penanaman dan Pemupukan Setelah tanah selesai diolah selanjutnya dilakukan kegiatan penanaman dengan jarak tanam kedelai 40cmx15cm (Herawati, dkk. 2012), yang dilanjutkan dengan pemupukan. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk Urea, TSP dan KCl. Pupuk organik sebagai perlakuan diberikan pada hari yang sama saat penanaman, yaitu pada sore hari untuk mengurangi terjadinya penguapan. Setelah dilakukan penanaman maka dilanjut kan dengan pemberian POC sebagai pupuk cair sesuai dengan perlakuan, yang diberiakan setiap seminggu sekali selama lima kali d. Pemeliharaan Tanaman Kedelai Pemeliharaan adalah hal yang penting untuk budidaya kedelai, sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman. Penyiraman pada musim kemarau dilakukan 1 kali dalam sehari pada pagi atau sore hari, sejak tanam sampai menjelang panen. Tahap selanjutnya adalah penyiangan. Penyiangan dilakukan untuk mengurangi persaingan antara kedelai dengan tumbuhan liar (gulma) dalam mendapatkan air dan unsur hara dari dalam tanah. Penyiangan dilakukan secara mekanik untuk membuang gulma atau tumbuhan liar yang kemungkinan dijadikan inang hama ulat bawang. Pada saat penyiangan dilakukan pengambilan hama jika ada serangan (Sartono J., dan Wibisono I., 2007) Pemeliharaan yang lain adalah dengan pengendalian hama dan penyakit, yang dilakukan dengan pemakaian bibit yang bebas virus; sanitasi; pergiliran tanaman; dengan mencabut, membuang atau membakar tanaman terserang di tempat yang jauh; mengambil dan memusnahkan telur atau ulat yang menyerang tanaman; dan cara alami lainnya. Panen Waktu panen tanaman kedelai selain ditentukan oleh ketepatan umur sesuai dengan diskripsi varietas yang ditanam, 70% daun telah menguning dan rontok serta polong sudah mengeras dan kecoklatan (Purwono dan Purnamawati H., 2002), juga oleh banyaknya polong yang berubah menjadi coklat kuning (kurang 95% polong sudah berubah warna dan daun yang masih tertinggal di tanaman sekitar 5-10 %). Panen dilakukan dengan cara memotong batang tanaman kedelai sedekat mungkin dengan permukaan tanah dengan menggunakan sabit bergerigi tajam. Setelah itu baru dilakukan penimbangan terhadap hasil kedelai. Pascapanen Setelah dilakukan pemanenan pada tanaman, kemudian dilakukan penimbangan pada hasil panen sesuai dengan peubah/ parameter pengamatan yang dilakukan. Baru setelah itu dilakukan pengeringan dengan menjemur secara langsung di bawah sinar matahari selama kurang lebih 3 hari. Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 67

70 Jajuk Herawati & Indarwati HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter Produksi Jumlah Polong Isi / Tanaman Tabel 1. dapat dilihat terjadinya perbedaan nyata pada perlakuan macam sumber limbah organik, di mana perlakuan pemberian POC limbah ampas tebu + pupuk kandang dan Cocopeat menghasilkan rata-rata jumlah polong isi/tanaman yang lebih banyak dibandingkan dengan kontrol, meskipun tidak berbeda nyata dengan perlakuan lain. Tabel 1. Rata-Rata Jumlah Polong Isi / Tanaman karena Perlakuan Macam Sumber Limbah Organik Perlakuan Macam Sumber Limbah Organik P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 Jumlah Polong Saat Panen 51,3 b 69,0 a 77,7 a 77,9 a 78,0 a 80,3 a 68,6 a BNT 5% 12,34 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% Berat Kering Biji Kedelai / Petak (kg) Tabel 2. Rata-Rata Berat Kering Biji / petak (kg) karena Perlakuan Macam Sumber Limbah Organik Perlakuan Macam Sumber Limbah Organik P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 Saat Panen 2,54 c 3,45 b 3,82 ab 3,52 b 3,60 b 4,24 a 3,54 b BNT 5% 0,52 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% Tabel 2 dapat dilihat terjadinya perbedaan nyata pada perlakuan macam sumber limbah organik, di mana perlakuan pemberian POC limbah ampas tebu + pupuk kandang dan cocopeat (P6), menghasilkan rata-rata berat kering biji/petak yang lebih banyak dibandingkan perlakuan lain, meskipun tidak berbeda nyata dengan perlakuan pemberian POC limbah ampas tebu (P3). Gambar 1. Diagram Batang Rata Rata Jumlah Polong Isi/ Tanaman (Gram) karena Perlakuan Macam Sumber Karbohidrat Saat Panen Gambar 2. Rata-Rata Berat Kering Biji / petak (kg) karena Perlakuan Macam Sumber Limbah Organik Potensi Hasil / Berat Kering Biji Kedelai / ha (ton) 68 AGRI-TEK, Volume 17 Nomor 1 Maret 2016

71 Uji Penggunaan Macam Pupuk Organik Cair Tabel 3. Rata-Rata Berat Kering Biji / ha (ton) karena Perlakuan Macam Sumber Limbah Organik Perlakuan Saat Panen Macam Sumber Limbah Organik P1 1,41 c P2 1,92 b P3 2,12 ab P4 1,96 b P5 2,00 b P6 2,36 a P7 1,97 b BNT 5% 0,25 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% Tabel 3 dapat dilihat terjadinya perbedaan nyata pada perlakuan macam sumber limbah organik, di mana perlakuan pemberian POC limbah ampas tebu + pupuk kandang dan cocopeat (P6), menghasilkan rata-rata berat kering biji/ha yang lebih banyak dibandingkan perlakuan lain, meskipun tidak berbeda nyata dengan perlakuan pemberian POC limbah ampas tebu (P3). Gambar 3. Rata-Rata Berat Kering Biji / Ha (kg) karena Perlakuan Macam Sumber Limbah Organik Saat Panen Berat 1000 Biji Tabel 4. Rata-Rata Berat 1000 Biji Kedelai Saat Panen (gram) karena Perlakuan Macam Sumber Karbohidrat dan Varietas Perlakuan Saat Panen Macam Sumber Limbah Organik P1 143,75 c P2 157,25 b P3 166,00 a P4 157,0 b P5 163,9 a P6 168,25 a P7 157,5 b BNT 5% 5,98 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% Gambar 4. Rata-Rata Berat Kering1000 Biji (Gram) karena Perlakuan Macam Sumber Limbah Organik Pembahasan Hasil analisis kandungan unsur hara dalam masing-masing POC disajikan dalam tabel 5 Tabel 5. Hasil Analisis Kandungan Unsur Hara POC POC N (%) P 2 O 5 (%) K 2 O (%) C Org. C/N Mikroba Menguntungkan Bak. Eceng 0,07 0,05 0,31 1,12 14,5 Fotosintesis, Gondok Bak. Fermentasi Ampas Tebu 0,11 0,12 0,88 1,52 13,6 Lactobacillus, Actinomycetes Volume 17 Nomor 1 Maret 2016, AGRI-TEK 69

PENGARUH BERBAGAI MACAM PANJANG STEK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT ANGGUR (Vitis vinivera L.)

PENGARUH BERBAGAI MACAM PANJANG STEK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT ANGGUR (Vitis vinivera L.) PENGARUH BERBAGAI MACAM PANJANG STEK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT ANGGUR (Vitis vinivera L.) Tri Kurniastuti Staf Pengajar di Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi Universitas Islam Balitar Blitar

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUI PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP BUDIDAYA TANAMAN KAKAO

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUI PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP BUDIDAYA TANAMAN KAKAO FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUI PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP BUDIDAYA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) (Studi Kasus di Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun) Ratna Mustika Wardhani 1), Edy Prasetiyo 2)

Lebih terperinci

AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 1 MARET 2013 ISSN PENGARUH PANJANG ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUAH JARAK PAGAR HASIL PENYAMBUNGAN

AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 1 MARET 2013 ISSN PENGARUH PANJANG ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUAH JARAK PAGAR HASIL PENYAMBUNGAN AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 1 MARET 2013 ISSN 1979 5777 81 PENGARUH PANJANG ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUAH JARAK PAGAR HASIL PENYAMBUNGAN Lestari Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Jl.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU DI DESA SUKASARI KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ANALISIS PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU DI DESA SUKASARI KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ANALISIS PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU DI DESA SUKASARI KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ANALYSIS EFFECT OF INPUT PRODUCTION FOR CASSAVA FARMING IN SUKASARI

Lebih terperinci

PENGARUH MODAL, LUAS KOLAM, DAN PENGALAMAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI IKAN AIR TAWAR DI NAGARI TARUANG- TARUANG KECAMATAN RAO KABUPATEN PASAMAN JURNAL

PENGARUH MODAL, LUAS KOLAM, DAN PENGALAMAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI IKAN AIR TAWAR DI NAGARI TARUANG- TARUANG KECAMATAN RAO KABUPATEN PASAMAN JURNAL PENGARUH MODAL, LUAS KOLAM, DAN PENGALAMAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI IKAN AIR TAWAR DI NAGARI TARUANG- TARUANG KECAMATAN RAO KABUPATEN PASAMAN JURNAL Oleh : SISKA JULISA NPM. 11090056 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH 56 Intan Alkamalia 1, Mawardati 2, dan Setia Budi 2 email: kamallia91@gmail.com ABSTRAK Perkebunan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS PRODUKSI USAHATANI CABAI (Kasus Kelurahan Tiga Runggu Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun)

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS PRODUKSI USAHATANI CABAI (Kasus Kelurahan Tiga Runggu Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun) ANALISIS EFISIENSI TEKNIS PRODUKSI USAHATANI CABAI (Kasus Kelurahan Tiga Runggu Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun) Monika M.S.Hutagalung 1), Luhut Sihombing 2) dan Thomson Sebayang 3) 1) Alumni Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian berlangsung dari bulan Mei 2011 sampai bulan Juli 2011 di lahan Pembibitan Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga. Penelitian diawali dengan pemilihan pohon

Lebih terperinci

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH (Studi Kasus : Desa Pematang Setrak, Kec Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai) Ikram Anggita Nasution

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Upaya peningkatan produksi ubi kayu seringkali terhambat karena bibit bermutu kurang tersedia atau tingginya biaya pembelian bibit karena untuk suatu luasan lahan, bibit yang dibutuhkan

Lebih terperinci

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS RESPONSE OF PLANTING DISTANCE AND GRANUL ORGANIC FERTILIZER DOSAGE DIFFERENT ON GROWTH

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING POTATO FARMING INCOME IN BENER MERIAH DISTRICT PROVINCE OF ACEH

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum)

EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum) Agrium, Oktober 2012 Volume 17 No 3 EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum) Saijo Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Kehutanan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI PINANG KECAMATAN SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA. Mawardati*

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI PINANG KECAMATAN SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA. Mawardati* ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI PINANG KECAMATAN SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA Mawardati* ABSTRACT This research was conducted at the betel palm farming in Sawang subdistrict,

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI Oleh Ahmad Fitriyanto NIM 091510501143 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG Jurnal Galung Tropika, 4 (3) Desember 2015, hlmn. 137-143 ISSN Online 2407-6279 ISSN Cetak 2302-4178 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG Analysis

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) SKRIPSI OLEH : HENDRIKSON FERRIANTO SITOMPUL/ 090301128 BPP-AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

HASIL. Tabel 2 Pengaruh media terhadap pertumbuhan tajuk dan sistem perakaran pada sebelas aksesi jarak pagar

HASIL. Tabel 2 Pengaruh media terhadap pertumbuhan tajuk dan sistem perakaran pada sebelas aksesi jarak pagar 3 HASIL Respon pertumbuhan tanaman terhadap Media berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, bobot kering akar, panjang akar primer tunggang, panjang akar primer samping, diameter akar primer tunggang,

Lebih terperinci

Pengaruh Lama Penyimpanan dan Diameter Stum Mata Tidur terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

Pengaruh Lama Penyimpanan dan Diameter Stum Mata Tidur terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Pengaruh Lama Penyimpanan dan Diameter Stum Mata Tidur terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) The Influence of Storage Period and Diameter Stump on Stump Rubber Growth (Hevea

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKAR ALTERNATIF

PENGEMBANGAN TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKAR ALTERNATIF PENGEMBANGAN TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKAR ALTERNATIF Charloq Staf Pengajar Fakultas Pertanian USU Abstract The experiment was conducted at the area Faculty of Agriculture,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO Imam Mahadi, Sri Wulandari dan Delfi Trisnawati Program

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK Arta

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

Oleh: Munirwan Zani 1) ABSTRACT

Oleh: Munirwan Zani 1) ABSTRACT 193 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN USAHA PENGOLAHAN KACANG METE DI KABUPATEN BUTON Oleh: Munirwan Zani 1) ABSTRACT The study aimed to find out and to analyze factors affecting the amount of

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO Delfi Trisnawati 1, Dr. Imam Mahadi M.Sc 2, Dra. Sri

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA e-j. Agrotekbis 4 (4) : 456-460, Agustus 2016 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA Income Analysis of Corn Farming Systemin Labuan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PADI SAWAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PADI SAWAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PADI SAWAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus: Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat) Ade Rezkika Nasution*),

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang penulis berhasil dikumpulkan kemudian akan diolah dengan metode regresi linier berganda untuk menguji pengaruh variabel independen yaitu persepsi kualitas

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR INTERNAL PETANI DALAM MENGADOPSI TEKNOLOGI

PENGARUH FAKTOR INTERNAL PETANI DALAM MENGADOPSI TEKNOLOGI PENGARUH FAKTOR INTERNAL PETANI DALAM MENGADOPSI TEKNOLOGI Pandu Sumarna 1, Neneng Sri Mulyati 2 1 Fakultas Pertanian Universitas Wiralodra, Jl. Ir. H. Juanda Km 3 Indrmayu, sumarnapandu@gmail.com 2 Fakultas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian 41 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survei. Terdapat dua peubah yaitu peubah bebas (X) dan peubah tidak bebas (Y). Peubah bebas (independen) yaitu

Lebih terperinci

PERBEDAAN UMUR BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L)

PERBEDAAN UMUR BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L) 35 PERBEDAAN UMUR BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L) EFFECTS OF AGE DIFFERENCES OF SEEDS ON GROWTH AND PRODUCTION OF PADDY RICE (Oryza sativa L) Vikson J. Porong *) *)

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT

ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT ( Studi Kasus : Desa Kampung Dalam, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu ) Cindi Melani

Lebih terperinci

Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK

Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN USAHATANI CABAI SEBAGAI DAMPAK DARI PEMBELAJARAN FMA (STUDI KASUS DI DESA SUNJU KECAMATAN MARAWOLA PROVINSI SULAWESI TENGAH) Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN) Volume 16, Nomor 2, Hal. 63-68 Juli - Desember 211 ISSN:852-8349 PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN) Muswita Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

Alamat korespondensi :

Alamat korespondensi : Pengaruh Jumlah Ruas Stek Terhadap Pertumbuhan Bibit Nilam (Pogostemon Cablin Benth) The Effect of Node Number of Cutting to The Growth of Pachoulli (Pogostemon Cablin Benth) Seedling Umi Trisnaningsih

Lebih terperinci

PENGARUH PANJANG DAN LINGKAR STEK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN BUAH NAGA

PENGARUH PANJANG DAN LINGKAR STEK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN BUAH NAGA PENGARUH PANJANG DAN LINGKAR STEK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN BUAH NAGA KETUT TURIANI INDRA WINTEN 1) ANAK AGUNG GEDE PUTRA 2) PANDE GEDE GUNAMANTA 3) Fakultas Pertanian Universitas Tabanan 1).

Lebih terperinci

Saijo & Hairu Suparto, Efektifitas Lama Penirisan Stek Dan Beberapa Media Tanam Berbeda

Saijo & Hairu Suparto, Efektifitas Lama Penirisan Stek Dan Beberapa Media Tanam Berbeda Saijo & Hairu Suparto, Efektifitas Lama Penirisan Stek Dan Beberapa Media Tanam Berbeda EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DAN BEBERAPA MEDIA TANAM BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN STEK KAMBOJA (Adenium obesum)

Lebih terperinci

Volume 11 Nomor 2 September 2014

Volume 11 Nomor 2 September 2014 Volume 11 Nomor 2 September 2014 ISSN 0216-8537 9 77 0 21 6 8 5 3 7 21 11 2 Hal. 103-200 Tabanan September 2014 Kampus : Jl. Wagimin No.8 Kediri - Tabanan - Bali 82171 Telp./Fax. : (0361) 9311605 HASIL

Lebih terperinci

ANALISIS PERBEDAAN PENDAPATAN PETANI PADI PENGGUNA PUPUK NPK DENGAN NON PENGGUNA PUPUK NPK DI DESA TRANGKIL KECAMATAN TRANGKIL KABUPATEN PATI

ANALISIS PERBEDAAN PENDAPATAN PETANI PADI PENGGUNA PUPUK NPK DENGAN NON PENGGUNA PUPUK NPK DI DESA TRANGKIL KECAMATAN TRANGKIL KABUPATEN PATI ANALISIS PERBEDAAN PENDAPATAN PETANI PADI PENGGUNA PUPUK NPK DENGAN NON PENGGUNA PUPUK NPK DI DESA TRANGKIL KECAMATAN TRANGKIL KABUPATEN PATI RICE FARMERS INCOME DIFFERENCES ANALYSIS OF NPK FERTILIZER

Lebih terperinci

ABSTRACT

ABSTRACT AGRISE Volume XV No. 1 Bulan Januari 2015 ISSN: 1412-1425 PENGARUH TEKNOLOGI P3S (PEMANGKASAN, PEMUPUKAN, PANEN SERING DAN SANITASI) TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI KAKAO (STUDI KASUS DI KECAMATAN

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas. Abstract

Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas. Abstract Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas Abstract This research aimed to determine the risk of production and income in a group of farmers who use local seeds and farmers

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI PADA KELOMPOK TANI PATEMON II DI DESA PATEMON KECAMATAN TLOGOSARI KABUPATEN BONDOWOSO

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI PADA KELOMPOK TANI PATEMON II DI DESA PATEMON KECAMATAN TLOGOSARI KABUPATEN BONDOWOSO FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI PADA KELOMPOK TANI PATEMON II DI DESA PATEMON KECAMATAN TLOGOSARI KABUPATEN BONDOWOSO Kiki Diantoro 1, M. Sunarsih 2, Djoko Soejono 3 1) Alumni Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia,

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia, karena ubi kayu memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan pangan dunia. Di Indonesia,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI TERHADAP LUAS TANAM BAWANG MERAH DI BERDASARKAN PENDAPAT PETANI DI KABUPATEN DAIRI

ANALISIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI TERHADAP LUAS TANAM BAWANG MERAH DI BERDASARKAN PENDAPAT PETANI DI KABUPATEN DAIRI ANALISIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI TERHADAP LUAS TANAM BAWANG MERAH DI BERDASARKAN PENDAPAT PETANI DI KABUPATEN DAIRI Meidianta Ginting*), Thomson Sebayang**), Iskandarini**) *)Alumni Fakultas

Lebih terperinci

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI 1 KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI (Tectona grandis) Ferdi Asdriawan A.P (20110210016) Prodi Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI Penelitian

Lebih terperinci

KAJIAN PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT BIJI BOTANI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA BEBERAPA MACAM MEDIA

KAJIAN PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT BIJI BOTANI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA BEBERAPA MACAM MEDIA KAJIAN PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT BIJI BOTANI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA BEBERAPA MACAM MEDIA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

Lebih terperinci

Staf Pengajar Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Staf Pengajar Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI JAGUNG (Studi Kasus: Desa Lau Bekeri, Kecamatan Kuta Limbaru, Kabupaten Deli Serdang) Amanda Rizka Nabilla *), Rahmanta Ginting **) dan Sinar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI KARET DI DESA RAMBAH HILIR TENGAH KECAMATAN RAMBAH HILIR KABUPATEN ROKAN HULU ABSTRACT

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI KARET DI DESA RAMBAH HILIR TENGAH KECAMATAN RAMBAH HILIR KABUPATEN ROKAN HULU ABSTRACT ANALISIS FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI KARET DI DESA RAMBAH HILIR TENGAH KECAMATAN RAMBAH HILIR KABUPATEN ROKAN HULU Sri Wahyuni 1, Ikhsan Gunawan 2, Edward Bahar 3 1 Students of

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI KELURAHAN KOYA, KECAMATAN TONDANO SELATAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI KELURAHAN KOYA, KECAMATAN TONDANO SELATAN Agri-SosioEkonomiUnsrat,ISSN 1907 4298,Volume 13 Nomor 2A, Juli 2017 : 237-242 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI KELURAHAN KOYA, KECAMATAN TONDANO SELATAN Alvio G. Onibala

Lebih terperinci

Oleh : Choirotunnisa*, Ir. Sutarto**, Ir. Supanggyo, MP** ABSTRACT. This research aims to study the farmers social-economic

Oleh : Choirotunnisa*, Ir. Sutarto**, Ir. Supanggyo, MP** ABSTRACT. This research aims to study the farmers social-economic HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN TINGKAT PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI SAWAH DI DESA JOHO KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO Oleh : Choirotunnisa*, Ir. Sutarto**,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian dengan judul Pengaruh lingkungan keluarga dan motivasi belajar intrinsik terhadap prestasi belajar siswa Mata Pelajaran Korespondensi kelas X Administrasi

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI UDANG WINDU ORGANIK DAN NONORGANIK (STUDI KASUS: BATANG KILAT KOTA MEDAN PROPINSI SUMATERA UTARA)

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI UDANG WINDU ORGANIK DAN NONORGANIK (STUDI KASUS: BATANG KILAT KOTA MEDAN PROPINSI SUMATERA UTARA) Zakwan ANALISIS KOMPARASI USAHATANI UDANG WINDU ORGANIK DAN NONORGANIK (STUDI KASUS: BATANG KILAT KOTA MEDAN PROPINSI SUMATERA UTARA) Zakwan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan, Medan ABSTRAK

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH DAN ADOPSI TEKNOLOGI OLEH PETANI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN TASIKMALAYA

HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH DAN ADOPSI TEKNOLOGI OLEH PETANI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN TASIKMALAYA HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH DAN ADOPSI TEKNOLOGI OLEH PETANI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN TASIKMALAYA Oleh: Tri Ratna Saridewi 1 dan Amelia Nani Siregar 2 1 Dosen Sekolah Tinggi Penyuluhan

Lebih terperinci

Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 2, Oktober 2016 ISSN P ISSN O

Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 2, Oktober 2016 ISSN P ISSN O Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 2, Oktober 2016 ISSN P 1412-6885 ISSN O 2503-4960 PENGARUH MACAM DAN DOSIS TERHADAP PRODUKSI ALUR SADAP TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis) DI KAMPUNG SAKAQ LOTOQ KECAMATAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH

ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH (Capsiccum Annum L.) DENGAN CABAI RAWIT (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun) Agri Mandasari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN 4.1 Analisis Profil Responden 4.1.1 Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran secara umum data yang telah dikumpulkan dalam penelitian

Lebih terperinci

KELAYAKAN DAN ANALISIS USAHATANI JERUK SIAM (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk) BARU MENGHASILKAN DAN SUDAH LAMA MENGHASILKAN ABSTRAK

KELAYAKAN DAN ANALISIS USAHATANI JERUK SIAM (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk) BARU MENGHASILKAN DAN SUDAH LAMA MENGHASILKAN ABSTRAK KELAYAKAN DAN ANALISIS USAHATANI JERUK SIAM (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk) BARU MENGHASILKAN DAN SUDAH LAMA MENGHASILKAN (Studi Kasus : Desa Kubu Simbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Responden Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa responden yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa pada Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI USAHATANI SEMANGKA DI DESA MARANATHA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI USAHATANI SEMANGKA DI DESA MARANATHA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI e-j. Agrotekbis 1 (2) : 185-191, Juni 2013 ISSN : 2338-3011 ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI USAHATANI SEMANGKA DI DESA MARANATHA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI Input Efficiency Analysis

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN Jurnal Cendekia Vol 11 Nomor 2 Mei 2013 PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.) VARIETAS HARMONY Oleh:

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI CACAO (THEOBROMA CACAO) DI JORONG I TAMPANG NAGARI TARUNG-TARUNG KECAMATAN RAO KABUPATEN PASAMAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI CACAO (THEOBROMA CACAO) DI JORONG I TAMPANG NAGARI TARUNG-TARUNG KECAMATAN RAO KABUPATEN PASAMAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI CACAO (THEOBROMA CACAO) DI JORONG I TAMPANG NAGARI TARUNG-TARUNG KECAMATAN RAO KABUPATEN PASAMAN JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO ABSTRAK

PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO ABSTRAK Media Litbang Sulteng IV (1) : 01 07, Juni 2011 ISSN : 1979-5971 PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO Oleh : Nyoman Mertade 1) dan Zainuddin Basri 2) ABSTRAK

Lebih terperinci

Dusuki, Laily Fitriana, SP, Edi Saputra, SP 1 Mahasiswa, 2 Dosen Pembimbing

Dusuki, Laily Fitriana, SP, Edi Saputra, SP 1 Mahasiswa, 2 Dosen Pembimbing FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN KOPI BUBUK ROBUSTA (Cofea Canefora) DI PASAR TANGUN KECAMATAN BANGUN PURBA KABUPATEN ROKAN HULU 1 Dusuki, Laily Fitriana, SP, Edi Saputra, SP 1 Mahasiswa, 2 Dosen

Lebih terperinci

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG 45 V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG 5.1 Karakteristik Petani Responden Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN) Volume 13, Nomor 1, Hal. 15-20 ISSN 0852-8349 Januari Juni 2011 PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN) Muswita Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NAIK TURUNNYA HARGA CABAI MERAH MENURUT PENDAPAT PETANI DI KABUPATEN SITUBONDO

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NAIK TURUNNYA HARGA CABAI MERAH MENURUT PENDAPAT PETANI DI KABUPATEN SITUBONDO FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI NAIK TURUNNYA HARGA CABAI MERAH MENURUT PENDAPAT PETANI DI KABUPATEN SITUBONDO (Studi Kasus di Desa Arjasa, Kec. Arjasa, Kab. Situbondo) Oleh : Yoki Hendra Sugiarto*), Yohanes

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L) DENGAN PEMBERIAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) DAN PUPUK KANDANG AYAM

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L) DENGAN PEMBERIAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) DAN PUPUK KANDANG AYAM PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L) DENGAN PEMBERIAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) DAN PUPUK KANDANG AYAM PLANT GROWTH AND PRODUCTION MUSTARD (Brassica juncea L) WITH GRANT OF MICROORGANISMS

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JARAK PAGAR

PENGARUH DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JARAK PAGAR PENGARUH DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JARAK PAGAR EFEECT OF NPK FERTILIZER DOSAGE ON Jatropha curcus GROWTH Muh. Askari Kuruseng dan Faisal Hamzah Jurusan Penyuluhan Pertanian STPP Gowa

Lebih terperinci

PERSEPSI PETANI TENTANG KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYURAN

PERSEPSI PETANI TENTANG KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYURAN JURNAL P ENYULUHAN ISSN: 1858-2664 Maret 2006,Vol. 2, No.1 PERSEPSI PETANI TENTANG KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYURAN ( Kasus Petani Sayuran Peserta Program Kawasan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI e-j. Agrotekbis 2 (3) : 332-336, Juni 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI Analysis of income and feasibility farming

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan pelaksanaan, yaitu tahap kultur in vitro dan aklimatisasi. Tahap kultur in vitro dilakukan di dalam Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

KORELASI SIKAP PETANI PLASMA KELAPA SAWIT TERHADAP PELAYANAN KOPERASI UNIT DESA DI KABUPATEN LAMANDAU. Trisna Anggreini 1)

KORELASI SIKAP PETANI PLASMA KELAPA SAWIT TERHADAP PELAYANAN KOPERASI UNIT DESA DI KABUPATEN LAMANDAU. Trisna Anggreini 1) KORELASI SIKAP PETANI PLASMA KELAPA SAWIT TERHADAP PELAYANAN KOPERASI UNIT DESA DI KABUPATEN LAMANDAU Trisna Anggreini 1) Abstract. The purpose of this research are acessing the correlation of attitudes

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS USAHATANI CABAI MERAH BESAR (Capsicum annum L.) DI DESA ANDONGSARI KECAMATAN AMBULU KABUPATEN JEMBER

ANALISIS PRODUKTIVITAS USAHATANI CABAI MERAH BESAR (Capsicum annum L.) DI DESA ANDONGSARI KECAMATAN AMBULU KABUPATEN JEMBER ANALISIS PRODUKTIVITAS USAHATANI CABAI MERAH BESAR (Capsicum annum L.) DI DESA ANDONGSARI KECAMATAN AMBULU KABUPATEN JEMBER 1 Indra Nofita dan 2 Syamsul Hadi 1 Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan) Muhammad Febri Anggian Siregar, Iskandarini, Hasman Hasyim Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

ARIF HIDAYAT A

ARIF HIDAYAT A ANALISIS KESULITAN BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH EKONOMI MAKRO DI TINJAU DARI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR DOSEN DAN PARTISIPASI DALAM PEMBELAJARAN PADA MAHASISWA PENDIDIKAN AKUNTANSI

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH LOKAL TINOMBO DI DESA LOMBOK KECAMATAN TINOMBO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH LOKAL TINOMBO DI DESA LOMBOK KECAMATAN TINOMBO KABUPATEN PARIGI MOUTONG e-j. Agrotekbis 2 (5) : 533-538, Oktober 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH LOKAL TINOMBO DI DESA LOMBOK KECAMATAN TINOMBO KABUPATEN PARIGI MOUTONG Analysis of

Lebih terperinci

DAMPAK BANTUAN PUPUK, BENIH, DAN PESTISIDA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PETANI PADI

DAMPAK BANTUAN PUPUK, BENIH, DAN PESTISIDA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PETANI PADI DAMPAK BANTUAN PUPUK, BENIH, DAN PESTISIDA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PETANI PADI Beby Andrea Sinulingga 1), Lily Fauzia 2), Siti Khadijah 3) 1) Alumni Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) EFFECT OF DENSITY AND PLANTING DEPTH ON THE GROWTH AND RESULTS GREEN BEAN (Vigna radiata L.) Arif Sutono

Lebih terperinci

Edu Geography

Edu Geography Edu Geography 1 (2) (2013) Edu Geography http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edugeo PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI ANAK PADA JENJANG PENDIDIKAN TINGGI Agus Arifin,

Lebih terperinci

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG SABRANG (Eleutherine americana Merr) TERHADAP PEMBELAHAN UMBI DAN PERBANDINGAN MEDIA TANAM ABSTRACT

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG SABRANG (Eleutherine americana Merr) TERHADAP PEMBELAHAN UMBI DAN PERBANDINGAN MEDIA TANAM ABSTRACT RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG SABRANG (Eleutherine americana Merr) TERHADAP PEMBELAHAN UMBI DAN PERBANDINGAN MEDIA TANAM Response in Growth and Yield Bawang Sabrang ( Eleutherine americana Merr)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BABY CORN (Zea mays L) PADA BEBERAPA MACAM PENYIAPAN LAHAN DAN KETEBALAN MULSA JERAMI

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BABY CORN (Zea mays L) PADA BEBERAPA MACAM PENYIAPAN LAHAN DAN KETEBALAN MULSA JERAMI PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BABY CORN (Zea mays L) PADA BEBERAPA MACAM PENYIAPAN LAHAN DAN KETEBALAN MULSA JERAMI Ubad Badrudin dan Bambang Suryotomo Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan

Lebih terperinci

PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH

PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 5 No. 1, Mei PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa.l) DI KECAMATAN JUNTINYUAT KABUPATEN INDRAMAYU

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN ANGGREK (Vanda douglas L.) TERHADAP PEMBERIAN HORMON TUMBUH ROOT-UP

RESPON PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN ANGGREK (Vanda douglas L.) TERHADAP PEMBERIAN HORMON TUMBUH ROOT-UP Jurnal Ilmiah UNKLAB Vol. 18, No. 1, Juni, 214, hal. 1-9 ISSN: 1411-4372 RESPON PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN ANGGREK (Vanda douglas L.) TERHADAP PEMBERIAN HORMON TUMBUH ROOT-UP Max Sahetapy 1 Marki S.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data data penelitian seperti jumlah data yang diolah, nilai minimum,

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis) ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Ciamis) Oleh : Didin Saadudin 1, Yus Rusman 2, Cecep Pardani 3 13 Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2 Fakultas

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN Zamriyetti 1 dan Sawaluddin Rambe 2 1 Dosen Kopertis Wilayah I dpk

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah konsumen di rumah makan Mie Ayam Oplosan Kedai Shoimah. Responden yang menjadi objek penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber

PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber PENDAHULUAN Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA DALAM PEMBIBITAN MANGROVE

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA DALAM PEMBIBITAN MANGROVE HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA DALAM PEMBIBITAN MANGROVE Desa Pantai Gading, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat Roganda Malau ¹), Hasman Hasyim ²),

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI NANAS DI DESA DODA KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI NANAS DI DESA DODA KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI ej. Agrotekbis 3 (2) : 240 246, April 2015 ISSN : 23383011 ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI NANAS DI DESA DODA KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI Feasibility study on Pineapple Farming at Doda Village, Sigi

Lebih terperinci

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK 864. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA

Lebih terperinci

PEMUPUKAN NPK PADA TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) LOKAL UMUR 3 TAHUN

PEMUPUKAN NPK PADA TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) LOKAL UMUR 3 TAHUN 422 JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 5 NOVEMBER-2013 ISSN: 2338-3976 PEMUPUKAN NPK PADA TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) LOKAL UMUR 3 TAHUN FERTILIZATION OF NPK ON LOCAL DURIAN (Durio zibethinus

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS FAKTOR PRODUKSI PADI (Oryza sativa) ORGANIK DI DESA SUMBER PASIR, KECAMATAN PAKIS, KABUPATEN MALANG

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS FAKTOR PRODUKSI PADI (Oryza sativa) ORGANIK DI DESA SUMBER PASIR, KECAMATAN PAKIS, KABUPATEN MALANG AGRISE Volume XII No. 3 Bulan Agustus 2012 ISSN: 1412-1425 ANALISIS EFISIENSI TEKNIS FAKTOR PRODUKSI PADI (Oryza sativa) ORGANIK DI DESA SUMBER PASIR, KECAMATAN PAKIS, KABUPATEN MALANG (ANALYSIS OF TECHNICAL

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PEMBERIAN KREDIT DARI BADAN KREDIT KECAMATAN (BKK) TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG KECIL DI SUKOHARJO TAHUN 2015

ANALISIS PENGARUH PEMBERIAN KREDIT DARI BADAN KREDIT KECAMATAN (BKK) TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG KECIL DI SUKOHARJO TAHUN 2015 ANALISIS PENGARUH PEMBERIAN KREDIT DARI BADAN KREDIT KECAMATAN (BKK) TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG KECIL DI SUKOHARJO TAHUN 2015 Artikel Publikasi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada

Lebih terperinci

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK VERMIKOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN PADA TANAH SUBSOIL SKRIPSI

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK VERMIKOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN PADA TANAH SUBSOIL SKRIPSI RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK VERMIKOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN PADA TANAH SUBSOIL SKRIPSI OLEH: RIZKI RINALDI DALIMUNTHE 080301018 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Tingkat Adopsi Inovasi Peternak dalam Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batang Hari

Tingkat Adopsi Inovasi Peternak dalam Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batang Hari Tingkat Adopsi Inovasi Peternak dalam Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Bajubang Kabupaten Widya Lestari 1, Syafril Hadi 2 dan Nahri Idris 2 Intisari Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci