ANALISIS EKONOMI DAMPAK MASYARAKAT EKONOMI ASEAN TERHADAP SEKTOR PERTANIAN INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS EKONOMI DAMPAK MASYARAKAT EKONOMI ASEAN TERHADAP SEKTOR PERTANIAN INDONESIA"

Transkripsi

1 ANALISIS EKONOMI DAMPAK MASYARAKAT EKONOMI ASEAN TERHADAP SEKTOR PERTANIAN INDONESIA The Economic Impact Analysis of ASEAN Economic Community on Agricultural Sector in Indonesia Hermanto, Reni Kustiari, dan Erwidodo Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No. 70 Bogor ABSTRACT The objective of this paper was to estimate the impact of establishment of ASEAN Economic Community (AEC) on Indonesian economy. The advantages for Indonesian agriculture will not come automatically, because the driving force behind ASEAN integration is not only market integration, but also production integration. Therefore, investigation of the impact of AEC on regional agricultural sector become an important issue as most ASEAN members still rely on this sector and the sector provides a large percentage of employment. In this study ASEAN partners like Cina, Japan, EU, and USA were also analyzed in term of further ASEAN market expansion. A Computable General Equilibrium model/gtap was used to estimate the impact of AEC. The GTAP simulations showed that the impact of AEC would increase the welfare of most ASEAN countries, such as Indonesia ($ US 14.8 Million), Malaysia ($US Million), Thailand ($US Million), and Singapore ($ US 89.8 Million). On the other hand, the welfare of EU community would decrease by around $US million. In general, some of Indonesian output will decrease. This leads to higher the value of Indonesian import than the value of Indonesia export. More efforts are required in order to increase the competitiveness of Indonesian output, especially the output of agricultural commodities before the implementation of AEC. Therefore government should provide more support to facilitate the development of agricultural sector. Moreover, government should play more roles for establishment and improvement of facilities as well as developing investment mechanism for attracting domestic and foreign investments in this sector. Keywords : economic community, computable general equilibrium, welfare, export, and import ABSTRAK Tujuan makalah ini adalah untuk mengestimasi dampak pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC) terhadap perekonomian Indonesia. Manfaat untuk sektor pertanian Indonesia tidak akan datang secara otomatis, karena kekuatan pendorong integrasi ASEAN tidak hanya dari integrasi pasar, tetapi juga integrasi produksi. Oleh karena itu, penelitian dampak dari AEC pada sektor pertanian menjadi isu penting karena sebagian besar negara anggota ASEAN masih mengandalkan sektor pertanian dan sektor ini menjadi penyedia lapangan pekerjaan. Dalam penelitian ini mitra ASEAN, seperti Cina, Jepang, Uni Eropa, dan Amerika Serikat juga dianalisis dalam hal perluasan pasar ASEAN. Model Keseimbangan Umum/GTAP digunakan untuk mengestimasi perkiraan dampak dari AEC. Simulasi GTAP menunjukkan bahwa dampak dari AEC akan meningkatkan kesejahteraan 319

2 Hermanto, Reni Kustiari, dan Erwidodo sebagian besar negara ASEAN, seperti Indonesia (US$ 14,8 juta), Malaysia (US$ Million), Thailand (US$ 469,8 juta), dan Singapura (US$ 89,8 juta). Di sisi lain, kesejahteraan masyarakat Uni Eropa akan menurun sekitar US$ 463,1 juta. Secara umum, output dari beberapa produk Indonesia akan menurun. Hal ini menyebabkan kenaikan nilai impor Indonesia yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor. Banyak upaya yang harus dilakukan dalam rangka meningkatkan daya saing produk Indonesia, terutama komoditas pertanian, dalam rangka persiapan pelaksanaan AEC. Dengan demikian, pemerintah harus memberikan dukungan yang lebih besar untuk memfasilitasi pengembangan sektor pertanian. Selain itu, pemerintah harus meningkatkan perannya dalam membangun dan menyediakan fasilitas seperti pembentukan dan perbaikan sarana serta mengembangkan mekanisme investasi untuk menarik investasi domestik dan asing di sektor ini. Kata kunci: komunitas ekonomi, keseimbangan umum, kesejahteraan, ekspor dan impor PENDAHULUAN Pada tahun 2007, para pemimpin ASEAN menegaskan komitmen yang kuat untuk mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan mempercepat target waktunya menjadi tahun Masyarakat ASEAN terdiri dari tiga pilar yang terkait satu dengan yang lain: Masyarakat Politik Keamanan ASEAN, Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Masyarakat Sosial Budaya ASEAN. Para pemimpin negara ASEAN sepakat untuk mentransformasi ASEAN menjadi suatu kawasan yang ditandai oleh pergerakan bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan arus modal yang lebih bebas. Dengan mempertimbangkan pentingnya perdagangan eksternal bagi ASEAN dan kebutuhan Masyarakat ASEAN secara keseluruhan untuk tetap berpandangan terbuka, MEA memiliki karakteristik utama sebagai berikut: (a) pasar tunggal dan basis produksi; (b) kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi; (c) kawasan pengembangan ekonomi yang merata; dan (d) kawasan yang secara penuh terintegrasi ke dalam perekonomian global (Kemendag, 2011). Melalui realisasi MEA, diharapkan ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan basis produksi. Pembentukan ASEAN sebagai suatu pasar tunggal dan basis produksi akan membuat ASEAN lebih dinamis dan berdaya saing dengan mekanisme dan langkah-langkah baru guna memperkuat pelaksanaan inisiatifinisiatif ekonomi yang ada, mempercepat integrasi kawasan di sektor-sektor prioritas, memfasilitasi pergerakan para pelaku usaha, tenaga kerja terampil dan berbakat, dan memperkuat mekanisme kelembagaan ASEAN. Pasar tunggal dan basis produksi ASEAN terdiri dari atas lima elemen inti: (1) arus barang yang bebas; (2) arus jasa yang bebas; (3) arus investasi yang bebas; (4) arus modal yang lebih bebas; dan (5) arus tenaga kerja terampil yang bebas. Komponen dalam pasar tunggal dan basis produksi adalah termasuk 12 (dua belas) sektor-sektor prioritas integrasi, yakni produk berbasis agro, transportasi udara, otomotif, e-asean, elektronika, perikanan, pelayanan kesehatan, produk berbasis karet, tekstil dan pakaian, pariwisata, produk berbasis kayu dan logistik, ditambah makanan, pertanian dan kehutanan. 320

3 Sebuah pasar tunggal untuk barang dan jasa akan memfasilitasi pengembangan jaringan produksi di wilayah ASEAN dan meningkatkan kapasitas ASEAN sebagai pusat produksi global dan sebagai bagian dari rantai pasokan dunia. Tarif akan dihapuskan dan hambatan non-tarif secara bertahap juga akan dihapus. Perdagangan dan sistem kepabeanan yang terstandardisasi, sederhana dan harmonis diharapkan dapat mengurangi biaya transaksi. Akan ada pergerakan bebas para professional dan investor di berbagai sektor. Perwujudan kawasan ekonomi yang stabil, makmur, dan berdaya saing tinggi merupakan tujuan dari integrasi ekonomi ASEAN. Terdapat enam elemen inti bagi kawasan ekonomi yang berdaya saing ini, yaitu: (1) kebijakan persaingan; (2) perlindungan konsumen; (3) Hak Kekayaan Intelektual (HKI); (4) pembangunan infrastruktur; (5) perpajakan; (6) e-commerce. Di bawah karakteristik pembangunan ekonomi yang merata terdapat dua elemen utama: (1) Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan (2) Inisiatif untuk Integrasi ASEAN. Kedua inisiatif ini diarahkan untuk menjembatani jurang pembangunan baik pada tingkat UKM maupun untuk memperkuat integrasi ekonomi agar semua anggota dapat bergerak maju secara serempak dan meningkatkan daya saing ASEAN sebagai kawasan yang memberikan manfaat dari proses integrasi kepada semua anggotanya. ASEAN bergerak di sebuah lingkungan yang makin terhubung dalam jejaring global yang sangat terkait satu dengan yang lain, dengan pasar yang saling bergantung dan industri yang mendunia. Dua pendekatan yang ditempuh ASEAN dalam berpartisipasi dalam proses integrasi dengan perekonomian dunia adalah: (1) pendekatan koheren menuju hubungan ekonomi eksternal melalui Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Area/FTA) dan kemitraan ekonomi yang lebih erat (Closer Economic Partnership/CEP), dan (2) partisipasi yang lebih kuat dalam jejaring pasokan global. Sehubungan dengan realisasi MEA pada 2015 maka Indonesia perlu memahami perkiraan dampak MEA terhadap perekonomian Indonesia agar dapat dilakukan tindakan antisipatif. Kajian ini bertujuan untuk memprediksi perkiraan dampak MEA terhadap perekonomian Indonesia dan mengulas perdagangan antara Indonesia dengan ASEAN serta perdagangan antara Indonesia dengan dunia. METODOLOGI PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Seluruh data yang digunakan dalam kajian ini adalah data sekunder. Sumber data aliran perdagangan antara negara-negara ASEAN dan negaranegara mitra ASEAN adalah COMTRADE yang dikeluarkan oleh United Nations Commodity Trade Statistics Database. Data utama lainnya adalah Data Base GTAP yang dikeluarkan oleh Centre for Global Trade Analysis, Purdue University. 321

4 Hermanto, Reni Kustiari, dan Erwidodo Data GTAP adalah data yang melingkupi Input-Output Tabel masing-masing Negara dan aliran perdagangan antar negara dengan banyak komoditas. Data GTAP yang digunakan dalam kajian ini adalah GTAP versi 8 yang merupakan versi terakhir yang terdiri dari 129 negara dan 57 sektor. Untuk keperluan kajian ini, data diagregasi ke dalam 11 negara/regional dan 10 komoditas, karena kajian ini lebih difokuskan pada bagaimana dampak kebijakan liberalisasi perdagangan dalam ASEAN Economic Community (AEC) terhadap produk pertanian di Indonesia. Adapun agregasi negara adalah sebagai berikut: (1) Indonesia, (2) Malaysia, (3) Filipina, (4) Singapur, (5) Thailand, (6) Negara ASEAN lainya, (7) Cina, (8) Jepang, (9) Amerika Serikat, (10) Uni Eropa/UE, dan (11) Sisa dari dunia. Selanjutnya, dari sepuluh komoditas yang diagregasikan terdapat 6 komoditas pertanian, yaitu biji-bijian, sayuran dan buah, minyak sayur dan lemak, gula, produksi hewani dan produk hewani dan komoditi pertanian lainnnya. Sedangkan yang non pertanian adalah kelompok komoditi manufaktur, minyak dan gas, pertambangan dan sektor lainnya. Metode Analisis Analisis dampak liberalisasi perdagangan dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN dilakukan dengan menggunakan model GTAP, yaitu model ekonomi keseimbangan umum (Computable General Equilibrium/CGE) banyak negara dan banyak komoditas. CGE model merupakan salah satu pendekatan analisis yang dapat menghitung dampak ekonomi di suatu negara atau regional sebagai akibat adanya perubahan kebijakan. Kemampuan model CGE untuk mengkaitkan kinerja ekonomi makro dan mikro dari suatu dampak kebijakan membuat model CGE dapat digunakan sebagai informasi dalam pengambilan kebijakan secara komprehensif (James, 2007). Bahkan beberapa pakar ekonomi seperti Lionel (2002), Avinas and Norman (2002), Ross (2011), Burfisher (2011), Manuel, et al. (2012) dan Dixon and Jorgenson (2012) mengklasifikasikan model CGE sebagai pendekatan analisis yang melihat ekonomi sebagai sistem yang komprehensif dengan komponenkomponennya yang saling terkait satu sama lain (industri, rumah tangga, investor, pemerintah, importir dan eksportir). Model GTAP merupakan aplikasi CGE model untuk kasus multi region yang dibangun dengan dasar teori-teori mikroekonomi, dimana perilaku-perilaku di masing-masing agen ekonomi (behavioral parameters) dijelaskan secara detail. Penekanan model GTAP terletak pada aspek perdagangan internasional dengan tidak mengesampingkan ekonomi mikro dan makro dari negara-negara di dunia. Karena itu, model GTAP ini banyak digunakan untuk menganalis suatu kebijakan yang berkaitan dengan suatu perjanjian perdagangan baik bilateral, regional maupun multilateral. Dengan model GTAP ini dapat dianalisis keuntungan atau kerugian jika Masyarakat Ekonomi ASEAN diimplementasikan. 322

5 Sumber: Brockmeier (1996) Gambar 1. Aliran Nilai Barang Didalam Model Ekonomi Terbuka tanpa Intervenssi Pemerintah Standar model GTAP terdiri dari rumah tangga, pemerintah, dan perusahaan di masing-masing ekonomi dengan struktur yang secara grafis dapat dilihat pada Gambar 1. Social welfare function diasumsikan terdiri dari belanja swasta, national savings, dan belanja pemerintah. Tabungan (Savings) dianggap sebagai proksi dari konsumsi yang ditunda. Dengan kendala pendapatan pada masing-masing region (regional income constraint), maka setiap principal agents memaksimalkan welfare-nya. Pada Gambar 1 terlihat rumah tangga regional menyediakan faktor produksi endowment dalam bentuk faktor-faktor produksi utama, seperti lahan, tenaga kerja dan modal. Faktor produksi tersebut akan dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa. Arus penjualan faktor produksi rumah tangga swasta ke produsen tersebut menjadi sumber pendapatan bagi rumah tangga regional. Dengan demikian sumber pendapatan rumah tangga regional diasumsikan hanya dari penjualan faktor endowment (tenaga kerja, lahan, modal) kepada perusahaan. Sementara, pengeluaran rumah tangga regional berdasarkan pada agregat fungsi utilitas (kepuasan) dimana pengeluaran dialokasikan pada tiga kategori, yaitu rumah tangga swasta (private), pemerintah dan tabungan, dan arus pengeluaran rumah tangga swasta. 323

6 Hermanto, Reni Kustiari, dan Erwidodo Rumah tangga regional membelanjakan pendapatannya untuk barangbarang domestik dan impor. Demikian pula pemerintah membelanjakan pendapatannya untuk menghasilkan barang dan jasa perusahaan. Dalam pengertian ekonomi, produsen merupakan pemakai input intermediate dan faktor endowment yang menghasilkan output barang dan jasa. Perusahaan yang akan bertingkah laku sebagai produsen akan menggunakan input intermediate dan faktor endowment untuk menghasilkan output barang dan jasa. Perusahaan juga menggunakan impor produk antara dan ekspor komoditas ke Rest of the World (ROW). Struktur ekonomi ROW diasumsikan identik dengan ekonomi domestik. Dengan dibukanya hubungan perdagangan dengan luar, maka terdapat sumber impor yang masuk ke domestik dan juga merupakan tujuan ekspor. Selain itu, di dalam model GTAP, terdapat sektor transportasi global dalam kegiatan perdagangan internasional. Adanya aktivitas ini menimbulkan adanya perbedaan nilai, untuk eskpor terlihat pada nilai FOB, dan untuk impor pada CIF. Produsen disamping memproduksi barang untuk permintaan akhir juga melakukan investasi yang dikumpulkan oleh bank global dan kemudian didistribusikan kepada rumah tangga regional dalam bentuk saham atau portofolio global. Oleh karena itu, model GTAP, juga mengasumsikan penjualan dari barang investasi dibiayai dari tabungan rumah tangga regional sehingga terdapat arus pendapatan produsen dari tabungan. Sebagaimana model CGE lainnya, model standar GTAP juga memberikan spesifikasi dari berbagai teori dan perilaku agen secara eksplisit dalam bentuk persamaan matematis. Pemilihan bentuk fungsi mengacu pada 2 hal utama, (i) kesesuaian teori, dan (ii) kenyataan empiris, serta (iii) kebutuhan kajian. Salah satu bentuk fungsi (untuk selanjutnya kita sebut nesting) yang sering digunakan adalah bentuk fungsi Cob-Douglas dimana parameter yang menunjukkan proporsi dari komponen pembentuknya diasumsikan tetap. Jika harga relatif dari suatu komoditas berubah, maka penggunaannya, katakan untuk konsumsi juga akan mengalami perubahan untuk mempertahankan proporsi nominalnya sesuai dengan besaran parameter yang telah ditentukan sebelumnya (relative share). Secara lengkap model GTAP dapat dilihat di dalam Hertel (1997). Model GTAP diolah dengan menggunakan software RunGTAP. Proses agregasi sektor dan negara/wilayah dilakukan dengan menggunakan GTAPAgg. Proses pengolahan data dengan RunGTAP dilakukan dengan melakukan penyesuaian closure dan shock sesuai dengan tujuan kajian. Olahan data ini akan dihasilkan keluaran (output) seperti file solusi (solution file), perubahan volume (volume changes) dan dekomposisi (decomposition). Secara umum, closure yang digunakan dalam simulasi mengikuti closure standar GTAP yakni: (1) Variabel harga dan kuantitas dari komoditas yang dapat diperdagangkan lintas negara dan tidak termasuk dalam katagori endowment commodities, ditempatkan sebagai variabel endogen, (2) Pendapatan setiap region adalah endogen, dan (3) Seluruh variabel kebijakan, produktivitas (technical changes) dan populasi ditempatkan sebagai variabel eksogen. Dalam melakukan simulasi untuk melihat dampak implementasi ASEAN Economic Community (AEC) terhadap perdagangan internasional antar negaranegara ASEAN dan negara-negara mitra ASEAN dilakukan dengan beberapa 324

7 skenario, antara lain: (1) Liberalisasi perdagangan dilakukan dengan penghapusan tarif bea masuk antar negara-negara ASEAN, (2) Liberalisasi perdagangan tidak sepenuhnya dilakukan antar negara-negara ASEAN dengan negara mitra ASEAN, yaitu 50 persen penghapusan tarif antar negara-negara ASEAN dan 50 persen penghapusan tarif dan subsidi di negara-negara mitra ASEAN (Cina, Jepang, USA dan EU), dan (3) Liberalisasi perdagangan sepenuhnya dilakukan, baik antar negara ASEAN maupun dengan negara-negara mitra ASEAN. Perkembangan Perdagangan Indonesia dengan ASEAN Rata-rata nilai bilateral perdagangan Indonesia dengan negara-negara anggota ASEAN disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 tampak bahwa perdagangan antara Indonesia dengan Filipina, Myanmar, Kamboja, Laos, Vietnam dan Timor Leste mengalami surplus. Sebaliknya, defisit perdagangan Indonesia dengan Singapura mencapai US$ 7441 juta. Demikian juga defisit perdagangan Indonesia dengan Thailand, Brunei dan Malaysia masing-masing mencapai US$ 3253 Juta, US$ 960 Juta dan US$ 205 Juta. Trend total nilai ekspor Indonesia selama 5 tahun ( ) sebesar 11,99 persen, atau meningkat dari US$ 137,02 milyar pada 2008 menjadi US$ 190,03 milyar pada Sementara, trend ekspor Indonesia ke ASEAN mencapai 13,84 persen atau meningkat dari US$ 27,17 milyar pada 2008 menjadi US$ 41,83 milyar pada Pangsa ekspor ASEAN cenderung meningkat terus dari 19,83 persen pada 2008 menjadi 22,01 persen terhadap total ekspor Indonesia pada Tabel 1. Nilai Perdagangan Indonesia dengan Negara-negara ASEAN, (Rata-rata Juta US$) No Indonesia ASEAN Ekspor Impor Surplus/defisit 1 Malaysia 8976, ,75-205,18 2 Filipina 3009,38 731, ,80 3 Singapura 14485, , ,28 4 Thailand 4798, , ,74 5 Brunei Darussalam 71, ,12-960,33 6 Myanmar 294,15 45,08 249,07 7 Kamboja 228,93 5,93 223,00 8 Lao 9,31 1,17 8,14 9 Viet Nam 1940, ,33 441,92 10 Timor Timur 180,46 1,30 179,16 ASEAN 33994, , ,44 Sumber: UNCOMTRADE, Laju pertumbuhan impor Indonesia dari ASEAN lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan total impor. Impor Indonesia dari ASEAN turun dari US$

8 Hermanto, Reni Kustiari, dan Erwidodo milyar pada 2008 menjadi hanya US$ 27,74 milyar pada 2009, namun kemudian terus meningkat mencapai US$ 53,82 milyar, atau meningkat dengan laju sekitar 11,56 persen per tahun. Sama seperti impor dari ASEAN, total impor Indonesia turun dari US$ 129,24 milyar pada 2008 menjadi hanya US$ 96,83 milyar pada 2009, kemudian terus meningkat mencapai US$ 191,69 milyar, atau meningkat dengan laju sekitar 14,06 persen per tahun (Tabel 2). Tabel 2. Kontribusi ASEAN terhadap Total Perdagangan Indonesia, (Milyar US$) Tahun Ekspor Impor Dunia ASEAN % Dunia ASEAN % ,02 27,17 19,83 129,24 41,00 31, ,51 24,62 21,13 96,83 27,74 28, ,78 33,35 21,14 135,66 39,04 28, ,50 42,10 20,69 177,44 51,30 28, ,03 41,83 22,01 191,69 53,82 28,08 Trend (%/tahun) 11,99 13,84 1,87 14,06 11,56-2,40 Sumber: UNCOMTRADE Pangsa pasar ASEAN terhadap total ekspor bijian Indonesia cenderung meningkat dari 81,6 persen pada 2008, naik menjadi 91,5 persen pada 2010, namun kemudian turun menjadi 86,6 persen pada 2012 (Tabel Lampiran 1). Hal sama terjadi pada impor sayur dan buah, minyak dan lemak sayur, ternak dan produk ternak dan minyak dan gas ketergantungan Indonesia terhadap pasar ASEAN cenderung meningkat. Sebaliknya, kontribusi pasar ASEAN untuk ekspor Indonesia kelompok komoditi gula dan produk gula, pertanian lainnya, tambang, dan komoditi lainnya cenderung menurun. Kontribusi pasar ASEAN untuk ekspor Indonesia kelompok komoditi manufaktur relatif konstan, yaitu sekitar 25,7 persen pada 2008 dan 25,8 persen pada Laju pertumbuhan ekspor ke pasar ASEAN lebih tinggi dibandingkan dengan ke pasar dunia untuk kelompok komoditi sayur dan buah, minyak dan lemak sayur, gula dan produk gula, ternak dan produk ternak, dan minyak dan gas. Bahkan laju pertumbuhan ekspor minyak dan gas ke ASEAN mencapai 26,2 persen sedangkan ekspor ke dunia hanya tumbuh sekitar 16,5 persen. Pangsa pasar ASEAN terhadap total impor Indonesia cenderung menurun, kecuali untuk kelompok biji-bijian meningkat dari 10,0 persen pada 2008 menjadi 23,6 persen pada 2012, bahkan pada 2011 mencapai 33,5 persen (Tabel Lampiran 2). Penurunan yang drastis tampak pada kelompok gula dan produk gula, yaitu dari 78,4 persen pada 2008 menjadi 50,3 persen pada Hal sama terjadi pada impor minyak dan lemak sayur, ternak dan produk ternak dan kelompok komoditas lainnya. Sedangkan kontribusi pasar ASEAN untuk impor 326

9 Indonesia kelompok komoditi sayur dan buah, manufaktur dan pertambangan cenderung konstan. Laju pertumbuhan impor dari pasar ASEAN lebih tinggi dibandingkan dengan ke pasar dunia untuk kelompok komoditi biji-bijian, sayur dan buah, dan komoditi pertanian lainnya. Bahkan laju pertumbuhan impor biji-bijian dari ASEAN mencapai 41,1 persen sedangkan impor dari pasar dunia tumbuh sekitar 21,6 persen. Dengan demikian walaupun pangsa pasar ASEAN terhadap impor Indonesia relatif kecil namun pertumbuhannya cukup besar untuk komoditi bijibijian. Perkembangan perdagangan biji-bijian Indonesia dengan ASEAN pada 2008 tercatat defisit bagi Indonesia sebesar US$ 193,7 Juta, kemudian mengalami peningkatan yang cukup signifikan yakni menjadi sebesar US$ 1648,6 Juta atau meningkat sebesar 75,1 persen per tahun selama Namun pada 2012 impor biji-bijian turun kembali menjadi hanya turun menjadi hanya US$ 912,4 Juta. Untuk kelompok komoditi biji-bijian, sayur dan buah, gula dan produk gula, pertanian lain, manufaktur, pertambangan dan komoditi lainnya pertumbuhan ekspor Indonesia ke ASEAN lebih kecil dibanding dengan impornya. Bahkan ekspor biji-bijian turun dengan laju sebesar 26,1 persen, sedangkan impornya tumbuh sebesar 41,1 persen. Demikian pula ekspor kelompok komoditas lainnya turun dengan laju sebesar 6,0 persen, sedangkan impornya tumbuh sebesar 16,5 persen. Pertumbuhan ekspor Indonesia ke ASEAN lebih besar dibanding dengan impornya hanya ditunjukan oleh kelompok komoditi minyak dan lemak sayur, ternak dan produk ternak, dan komoditi minyak dan gas. Hal ini menunjukkan bahwa ASEAN merupakan pasar yang cukup prospektif untuk tujuan ekspor untuk kelompok komoditi minyak dan lemak sayur, ternak dan produk ternak, dan minyak dan gas. HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu bentuk implementasi ASEAN Economic Community (AEC) adalah diberlakukannya penghapusan tarif bea masuk antara negara-negara ASEAN. Diharapkan dengan penghapusan tarif bea masuk akan terbentuk kawasan yang lebih dinamis serta kompetitif sehingga kesenjangan ekonomi di antara negara-negara anggota ASEAN dapat dikurangi. Namun dalam faktanya AEC juga dapat menimbulkan dampak negatif, diantaranya adalah eksploitasi terhadap negara yang kurang memiliki daya saing, rusaknya industri lokal, keamanan barang menjadi lebih rendah dan sebagainya. Namun demikian harus diakui pula bahwa AEC berpeluang menguntungkan negara-negara ASEAN. Hal ini menyebabkan kajian dampak pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN menjadi penting terutama untuk mengambil langkah-langkah kongkrit dalam mengatasi dampak negatif dari penerapan liberalisasi perdagangan, baik antar negara-negara ASEAN maupun dengan negara-negara mitra ASEAN. 327

10 Hermanto, Reni Kustiari, dan Erwidodo Untuk menganalisis potensi dampak liberalisasi perdagangan tersebut digunakan General Trade Analysis Project (GTAP), yaitu sebuah model Computable General Equilibrium (CGE) yang dikembangkan oleh Purdue University. Dalam model GTAP ini, perekonomian dunia diasumsikan telah berada pada kondisi keseimbangan umum, dimana seluruh agen dalam perekonomian tidak memiliki kemampuan untuk mempengaruhi harga atau bertindak sebagai price taker sehingga harga yang terbentuk sepenuhnya merupakan interaksi antara permintaan dan penawaran. Secara implisit, model ini mengasumsikan bahwa setiap pasar berada dalam kondisi pasar persaingan sempurna (competitive) atau dikenal sebagai konsep Walrasian General Equilibrium. Adapun skenario yang dianalisis adalah menurunkan tarif impor untuk semua sektor ekonomi di negara-negara ASEAN menjadi 0 persen. Dengan kata lain, dilakukan liberalisasi total perdangangan antar negara-negara ASEAN dalam konteks implementasi AEC. Selain itu, liberalisasi perdagangan antar negaranegara ASEAN dengan mitranya juga diskenariokan dengan asumsi bahwa liberalisasi perdagangan tidak dilakukan sepenuhnya, dimana hanya 50 persen penghapusan tarif dilakukan antar negara-negara ASEAN, sementara di negeranegara mitra ASEAN tidak hanya dilakukan penghapusan tarif, tetapi juga pengurangan subsidi masing-masing 50 persen. Skenario lainnya adalah liberalisasi perdagangan dilakukan sepenuhnya, baik antar negara ASEAN maupun dengan negara-negara mitra ASEAN. Dampak terhadap Keragaan Makroekonomi Dari hasil olahan GTAP terlihat bahwa walaupun dilakukan penghapusan tarif bea masuk antar negara-negara ASEAN (Sim-1) dalam kontek implementasi ASEAN Economic Community (AEC), kesejahteraan beberapa negara-negara ASEAN menunjukkan adanya peningkatan, bahkan bernilai positif yang besar. Seperti terlihat dari hasil simulasi yang disajikan pada Tabel 3, peningkatan kesejahteraan paling besar dirasakan oleh negara Thailand (US$ juta) disusul kemudian dengan Malaysia (US$ juta). Dari hasil analisis juga terlihat bahwa Indonesia adalah sebagai negara yang mengalami peningkatan kesejahteraan terkecil, yaitu sebesar US$ 14.8 juta. Hal ini terjadi karena pendapatan rumah tangga regional Indonesia mengalami peningkatan terkecil dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya (Tabel 4). Kondisi ini diduga karena peran pemerintah Indonesia dalam perdagangan luar negeri masih lebih dominan jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Berbagai kebijakan yang menuju proses liberalisasi ternyata tidak lantas membuat pemerintah menjadi melepaskannya begitu saja pada proses alami pasar. Dengan demikian Indonesia masih menjadi negara yang menerapkan intervensi pemerintah dalam sektor perdagangan terbesar setelah Malaysia. Peningkatan kesejahteraan dari implementasi AEC akan lebih besar lagi apabila perdagangan juga dilakukan dengan negara-negara mitra ASEAN, seperti terlihat pada hasil simulasi 2 (Sim-2) dan 3 (Sim-3). Dilihat dari dampak terhadap negara-negara mitra ASEAN, seperti pada hasil simulasi 1 (Sim-1) menunjukkan 328

11 bahwa kesejahteraan paling besar adalah dirasakan oleh Jepang, Cina dan USA. Sementara pada simulasi 2 (Sim-2) dan 3 (Sim-3), hanya Uni Eropa dan Amerika Serikat yang mengalami peningkatan kesejahteraan, sementara Cina dan Jepang mengalami penurunan tingkat kesejahteraan. Tabel 3. Dampak Liberalisasi Perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN Terhadap Kesejahteraan Masyarakat No Negara Kesejahteraan ($ US million) Sim-1 Sim-2 Sim-3 1 Indonesia 14,8 588, ,3 2 Malaysia 331, , ,8 3 Filipina (39,0) 6.323, ,5 4 Thailand 469, , ,1 5 Singapura 89, , ,4 6 OtherASEAN 145, , ,6 7 Cina 325,8 (20.693,4) (39.813,5) 8 Jepang 440,9 (45.222,0) (96.012,0) 9 EU_25 (463,1) , ,3 10 USA 140, , ,2 11 Rest of World 742, , ,3 Keterangan: Skenario 1 (Sim-1) : Liberalisasi perdagangan dilakukan dengan penghapusan tarif bea masuk antar negara-negara ASEAN, Skenario 2 (Sim-2) : Liberalisasi perdagangan tidak sepenuhnya dilakukan antar negaranegara ASEAN dengan negara-negara mitra ASEAN, yaitu 50% penghapusan tarif di negara-negara ASEAN dan 50% penghapusan tarif dan subsidi di negara mitra ASEAN (Cina, Jepang, USA dan EU), dan Skenario 3 (Sim-3) : Liberalisasi perdagangan sepenuhnya dilakukan, baik antar negara ASEAN maupun dengan negara-negara mitra ASEAN. Tabel 4. Dampak Liberalisasi Perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Regional No Negara Pendapatan Rumah Tangga Regional Sim-1 Sim-2 Sim-3 1 Indonesia 0,004 0,149 0,342 2 Malaysia 0,201 6,110 12,515 3 Filipina -0,030 4,911 9,848 4 Thailand 0,219 4,191 8,713 5 Singapura 0,058 12,829 25,778 6 OtherASEAN 0,200 7,023 14,367 7 Cina 0,010-0,654-1,258 8 Jepang 0,012-1,207-2,563 9 EU_25-0,003 1,978 3, USA 0,001 0,238 0, Rest of World 0,005 1,711 3,

12 Hermanto, Reni Kustiari, dan Erwidodo Penghapusan tarif dalam implementasi AEC juga diprediksikan akan mempengaruhi keragaan ekonomi makro antar negara-negara ASEAN dan negara-negara mitra ASEAN. Dari Tabel 5, menunjukkan nilai GDP bernilai positif kecuali Singapura, walaupun dengan persentase yang relatif kecil, yaitu kurang dari 1 persen. Nilai GDP Indonesia tercatat meningkat masing-masing sebesar 0,12 persen (Sim-1), 0,01 persen (Sim-2) dan 0,15 persen (Sim-3). Peningkatan nilai GDP tertinggi terjadi di negara ASEAN lainnya dan Thailand. Sementara Filipina merupakan negara yang mengalami peningkatan nilai GDP yang terkecil. Sebaliknya, GDP di negara-negara mitra ASEAN tidak mengalami perubahan, kecuali pada simulasi 2 (Sim-2) dan 3 (Sim-3). Tabel 5. Dampak Liberalisasi Perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap GDP Quantity Index dan Price Index GDP di Masing-masing Negara (%) No Negara GDP quantity Index Sim-1 Sim-2 Sim-3 Price Index GDP GDP quantity Index Price Index GDP GDP quantity Index Price Index GDP 1 Indonesia 0,12-1,05 0,01-34,79 0,15-70,49 2 Malaysia 0,15-0,51 0,21-28,05 0,58-56,51 3 Filipina 0,08-0,44 0,07-23,53 0,22-47,38 4 Thailand 0,32-0,29 0,25-28,86 0,83-57,86 5 Singapura -0,01 0,06 0,59-18,59 1,17-37,03 6 Other ASEAN 0,41-1,19 1,24-26,37 2,92-53,76 7 Cina 0,00-0,01 6,46-2,73 12,93-5,43 8 Jepang 0,00 0,01 1,02 3,22 1,96 6,10 9 EU_25 0,00-0,04 1,41 7,90 2,81 15,75 10 USA 0,00-0,04 0,32-5,71 0,64-11,47 11 Rest of World 0,00-0,02-0,01-32,21-0,02-64,45 Pada Tabel 5, juga terlihat bahwa GDP deflator (inflasi), yang menunjukkan tingkat harga di masing-masing negara menurun di semua negara ASEAN kecuali Singapura. Menurunnya GDP deflator karena adanya penghapusan tarif yang mempengaruhi indeks harga semua barang di negara-negara ASEAN, yang pada akhirnya akan menurunkan laju inflasi walaupun relatif kecil. Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau negara-negara ASEAN dengan berbagai cara berusaha untuk meningkatkan akses marketnya dalam konteks implementasi AEC. Selanjutnya, GDP deflator di negara-negara mitra ASEAN terlihat bervariasi. Pada simulasi 1 (Sim-1), hanya Jepang yang GDP deflatornya mengalami peningkatan. Sementara pada simulasi 2 (Sim-2) dan 3 (Sim-3) ditemukan tidak hanya Jepang yang mengalami peningkatan GDP deflator, tetapi juga dirasakan oleh Uni Eropa. Variabel makro lainnya, seperti trade balance, nilai impor dan nilai ekspor (Tabe 6), terlihat bahwa penghapusan tarif mengakibatkan trade balance negara- 330

13 negara ASEAN bernilai negatif (Sim-1). Artinya, nilai impor negara-negara tersebut jauh lebih besar dari pada nilai eksporya. Penurunan trade balance yang paling besar dirasakan oleh negara Thailand. Sementara Indonesia, Filipina, Thailand dan negera ASEAN lainya menghasilkan trade balance yang positif (Sim-2 dan Sim-3). Artinya nilai ekspornya masih jauh lebih besar dibanding nilai impornya. Sebaliknya, term of trade (nilai tukar) di negara-negera ASEAN terlihat negatif pada simulasi 1 (Sim-1), dan positif pada simulasi 2 (Sim-2) dan 3 (Sim-3). Demikian pula nilai impor dan ekspor, negatif pada simulasi 1 (Sim-1) dan positif pada simulasi 2 (Sim-2) dan 3 (Sim-3). Tabel 6. Dampak Liberalisasi Perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap Trade Balance,Term of Trade, Nilai Impor dan Nilai Ekspor Masing-Masing Negara (%) No Negara Trade Balance US $ Milyar Term of Trade (%) Nilai Impor (%) Nilai Ekspor (%) Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 1 Indonesia (1,452) 10,971 20,557 (0.54) (36.22) (65.92) 4.14 (21.65) (38.94) 2 Malaysia (1,716) (8,904) (19,503) (0.10) (31.65) (59.05) 2.28 (28.02) (53.73) 3 Philipina (607) 2,084 3,562 (0.23) (26.53) (49.58) 2.28 (21.15) (39.99) 4 Thailand (2,819) 2,775 2,720 (0.24) (33.69) (61.79) 2.98 (26.52) (49.95) 5 Singapur (1,814) (4,425) (10,630) (40.58) (76.05) 3.25 (33.69) (64.13) 6 OtherASEAN (1,123) 5,605 10,055 (0.24) (28.76) (53.22) 3.08 (24.58) (46.01) 7 China 611 (10,939) (20,502) 0.04 (9.21) (18.30) Jepang ,597 18, (5.84) (11.96) EU_25 3,348 (788,254) (1,571,116) (0.00) (0.06) (0.00) USA 2, , , (17.59) (35.17) (0.04) Rest of World 2, ,973 1,082, (0.02) (29.75) (59.51) 0.03 (16.96) (33.85) Temuan dampak makro ini sejalan dengan banyak studi yang berkesimpulan bahwa perdagangan bebas berimplikasi positif bagi negara-negara yang terlibat. Disamping meningkatkan kesejahteraan juga meningkatkan kuantitas perdagangan dunia dan efisiensi (Jim and Reuvid, 2004; Raimund, and Zhang, 2011). Namun, tak dapat dipungkiri bahwa kerjasama perdagangan juga akan meningkatkan kompetisi antar anggota (Kym Anderson et, al., 2009). Namun apabila hal tersebut disikapi dengan bijak maka manfaat yang dapat diperoleh antara lain adalah peningkatan spesialisasi dan peningkatan perdagangan itu sendiri. Dengan keunggulan komparatif dari masing-masing negara, setiap negara dapat berfokus pada produksi barang yang mempunyai keunggulan komparatif sehingga akan terjadi realokasi faktor produksi. Pada akhirnya akan tercipta keseimbangan harga yang lebih murah dan output yang lebih banyak sehingga memberikan kesejahteraan lebih besar terhadap negara-negara yang terlibat. Dampak Terhadap Kinerja Sektoral Uraian berikut akan membahas dampak terhadap kinerja sektor ekonomi. Analisis yang dilakukan adalah berdasarkan perubahan yang terjadi pada beberapa variabel ekonomi, seperti output, ekspor, dan impor. 331

14 Hermanto, Reni Kustiari, dan Erwidodo Output Keterkaitan perubahan output dapat dipelajari pada Tabel 7. Berdasarkan Tabel 7, dampak liberalisasi perdagangan antar negera-negara ASEAN tidak selalu dapat mendorong peningkatan output pada berbagai sektor ekonomi, baik di Indonesia maupun di negara-negara ASEAN lainnya. Di Indonesia, misalnya sektor yang mengalami peningkatan output hampir semua sektor pertanian kecuali sayuran dan buah yang mengalami penurunan output sebesar 1,1 persen (Sim- 3). Peningkatan output ini diduga karena dukungan domestik yang diberikan dalam implementasi AEC, meskipun lebih kecil bila dibandingkan dengan dukungan domestik yang dilakukan oleh negara-negara mitra ASEAN. Tabel 7. Dampak Liberalisasi Perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap Ouput di Masing-masing Negara ASEAN (%) Indonesia Malaysia Philipina Thailand Singapur Other ASEAN No Sektor Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 1 Bijian Sayur_Buah Mnyk_Lmk Gula Animal_prods Other_Agri Manuf Oil_Gas Mining Other Adapun output yang mengalami peningkatan terbesar di Indonesia adalah sektor minyak sayur dan lemak, masing-masing sebesar 5,1 persen (Sim-2) dan 9,6 persen (Sim-3). Sementara untuk output pertanian di negara-negara ASEAN lainnya, seperti Malaysia terlihat hanya sektor minyak sayur dan lemak yang mengalami peningkatan sebesar 1,2 persen (Sim-2) dan 1,4 persen (Sim-3). Kondisi ini berbeda dengan negara-negara mitra ASEAN, yang sebagian output pertaniannya umumnya mengalami penurunan (Tabel 8). 332

15 Tabel 8. Dampak Liberalisasi Perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap Ouput di Masing-masing Negara Mitra ASEAN (%) No Sektor China Jepang EU_25 USA Rest of World Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 1 Bijian Sayur_Buah Mnyk_Lmk Gula Animal_prods Other_Agri Manuf Oil_Gas Mining Other Ekspor Dampak implementasi AEC terhadap kinerja ekspor dari seluruh sektor ekonomi di negara-negara ASEAN dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel tersebut menunjukkan bahwa hampir semua sektor ekonomi Indonesia mengalami peningkatan jumlah ekspor. Hal ini terjadi diduga karena output dari sektor tersebut di Indonesia mengalami peningkatan, disamping beberapa sektor memiliki kemampuan untuk memenuhi persyaratan negara tujuan ekspor, baik dalam kualitas, maupun kuantitas. Berbeda halnya dengan negara-negara ASEAN lainnya, misalnya Thailand sektor biji-bijian, minyak sayur dan lemak, gula dan lainnya mengalami penurunan jumlah ekspor (Sim-2). Demikian pula negara-negara mitra ASEAN (Tabel 10), seperti Cina untuk produksi hewani dan produk hewani mengalami penurunan jumlah ekspor sebesar 0,03 persen (Sim-1). Namun demikian sektor tersebut akan mengalami peningkatan masing-masing sebesar 95,26 persen pada simulasi 2 (Sim-2) dan 189,4 persen pada simulasi 3 (Sim-3). 333

16 Hermanto, Reni Kustiari, dan Erwidodo Tabel 9. Dampak Liberalisasi Perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap Volume Eekspor di Masing-masing Negara ASEAN (%) No Sektor Indonesia Malaysia Philipina Thailand Singapur Other ASEAN Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 1 Bijian Sayur_Buah Mnyk_Lmk Gula Animal_prods Other_Agri Manuf Oil_Gas Mining Other Peningkatan ekspor dari beberapa negara ASEAN dan mitra ASEAN merupakan konsekuensi dari implementasi AEC dimana penghapusan hambatan perdagangan telah menjadikan arus lalu lintas barang, jasa, kapital dan tenaga kerja menjadi lebih lancar dan efisen. Disamping itu, dengan implementasi AEC juga menjadikan suatu negara akan cenderung mengekspor suatu produk yang ketersediaannya berlimpah di negara tersebut atau dengan kata lain akan cenderung mengekspor produk yang bersifat excess supply. Tabel 10. Dampak Liberalisasi Perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap Volume Ekspor di Masing-masing Negara Mitra ASEAN (%) No Sektor China Jepang EU_25 USA Rest of World Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 1 Bijian Sayur_Buah Mnyk_Lmk Gula Animal_prods Other_Agri Manuf Oil_Gas Mining Other

17 Impor Implementasi AEC juga mendorong peningkatan jumlah impor seperti terlihat pada Tabel 11 dan 12. Hampir semua sektor ekonomi di Indonesia kecuali sektor lainnya mengalami peningkatan impor dengan persentase yang berbedabeda. Peningkatan impor terbesar terjadi pada sektor minyak sayur dan lemak, sayur dan buah (Sim-1 dan Sim-3). Peningkatan impor yang terjadi, baik di Indonesia maupun di negera-negara ASEAN lainnya dimungkinkan karena bahan baku yang digunakan untuk memproduksi barang konsumsi dalam negeri dan sebagian lagi diproduksi untuk diekspor adalah berasal dari impor. Disamping itu, peningkatan impor tersebut umumnya didominasi oleh impor untuk konsumsi. Hal ini terjadi karena meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan jumlah konsumsi menjadi sangat besar sehingga akan meningkatkan jumlah impor. Hasil simulasi ini membuktikan bahwa teori perdagangan yang menyatakan bahwa penghapusan tarif akan berdampak terhadap peningkatan impor oleh negara yang melakukan penghapusan tarif tersebut. Tabel 11. Dampak Liberalisasi Perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap Volume Impor di Masing-masing Negara ASEAN (%) No Sektor Indonesia Malaysia Philipina Thailand Singapur Other ASEAN Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 1 Bijian Sayur_Buah Mnyk_Lmk Gula Animal_prods Other_Agri Manuf Oil_Gas Mining Other

18 Hermanto, Reni Kustiari, dan Erwidodo Tabel 12. Dampak Liberalisasi Perdagangan Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap Volume Impor di Masing-masing Negara Mitra ASEAN (%) No Sektor China Jepang EU_25 USA Rest of World Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 Sim-1 Sim-2 Sim-3 1 Bijian Sayur_Buah Mnyk_Lmk Gula Animal_prods Other_Agri Manuf Oil_Gas Mining Other Secara teoritis peningkatan jumlah impor tersebut, setidak-tidaknya dapat disebabkan oleh dua faktor utama. Pertama, produk sejenis yang diproduksi dalam negeri kalah bersaing dengan produk yang masuk dari luar negeri. Kedua, produk yang diimpor tersebut berbeda, baik dari segi kualitas, jenis, maupun rasa, sehingga produk tersebut diimpor dari luar negeri. Dengan demikian suatu negara bisa saja menjadi pengimpor sekaligus pengekspor produk yang sama namun dengan motif, bentuk, jenis dan rasa yang berbeda. Berpijak dari argumen ini, maka dapat dimaknai bahwa peningkatan impor untuk kasus-kasus tertentu tidak sepenuhnya disebabkan oleh penurunan daya saing produk dalam negeri. Peningkatan impor bisa juga disebabkan oleh karena permintaan dalam negeri yang beraneka ragam dan kebutuhan tersebut bisa didatangkan dari luar negeri. KESIMPULAN ASEAN adalah pasar tujuan ekspor Indonesia yang utama untuk kelompok komoditi biji-bijian dan ternak dan produk ternak. Liberalisasi perdagangan melalui implementasi ASEAN Economic Community (AEC) akan meningkatkan kesejahteraan beberapa negara-negara ASEAN. Peningkatan kesejahteraan paling besar dirasakan oleh negara Thailand (US$ juta) disusul kemudian dengan Malaysia (US$ juta). Sementara Indonesia tercatat sebagai negara yang mengalami peningkatan kesejahteraan terkecil (US$ 14.8 juta). Peningkatan kesejahateran ini akan lebih besar lagi apabila liberalisasi perdagangan juga dilakukan dengan negara-negara mitra ASEAN, seperti Cina, Jepang, USA, dan Uni Eropa. Implementasi AEC juga akan mempengaruhi keragaan ekonomi makro antar negara-negara ASEAN dan negara-negara mitra ASEAN. Indonesia, misalnya mengalami peningkatan nilai GDP yang terkecil. Namun, trade balance Indonesia 336

19 tercatat surplus pada simulasi 2 (Sim-2) dan 3 (Sim-3), masing-masing sebesar US $ 10,971 juta dan US $ 20,557 juta. Demikian pula nilai impor dan ekspor Indonesia, negatif pada simulasi 1 (Sim-1) dan positif pada simulasi 2 (Sim-2) dan 3 (Sim-3). Dampak liberalisasi perdagangan antar negera-negara ASEAN tidak selalu dapat mendorong peningkatan output pada berbagai sektor ekonomi, baik di Indonesia maupun di negara-negara ASEAN lainnya. Di Indonesia, misalnya sektor yang mengalami peningkatan output hampir semua sektor pertanian kecuali sayuran dan buah. Adapun output yang mengalami peningkatan terbesar di Indonesia adalah sektor minyak sayur dan lemak, masing masing sebesar 5,1 persen (Sim-2) dan 9,6 persen (Sim-3). Demikian pula dengan jumlah ekspor dan impor, hampir semua sektor ekonomi Indonesia mengalami peningkatan dengan persentase yang berbeda-beda. Cita-cita dan harapan untuk menjadi negara maju dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang tinggi tentu diharapkan oleh semua negara. Jalan untuk mencapai hal tersebut tentu tidaklah mudah dan sangat sulit ditempuh. Kerangka kerjasama perdagangan antar negara-negara ASEAN dan negaranegara mitra ASEAN dengan konsep ASEAN Economic Community (AEC) yang telah disepakati bersama perlu disikapi dengan bijaksana oleh berbagai pihak. Beberapa langkah strategis yang harus dilakukan oleh pemerintah, khususnya dalam kontak liberalisasi perdagangan sektor pertanian, antara lain: (1) Pemerintah Indonesia harus memproteksi sektor pertanian dari tekanan liberalisasi perdagangan sektor pertanian dalam kerangka ASEAN Economic Community (AEC) agar terhindar dari potensi kerugian akibat liberalisasi tersebut. Proteksionisme perdagangan tersebut sebaiknya diselaraskan dengan kepentingan nasional, seperti ketahanan pangan, dan pengentasan kemiskinan; (2) Pemerintah harus menciptakan iklim usaha yang kondusif di sektor pertanian dan menyediakan infrastruktur pendukung yang baik agar Indonesia bisa memperoleh manfaat dari liberalisasi perdagangan sektor pertanian. Hal ini dapat dilakukan melalui peningkatan investasi seperti yang terjadi di beberapa negara berkembang seperti Cina, Thailand, dan Filipina. Kebijakan peningkatan investasi tersebut juga perlu disertai dengan strategi untuk melakukan pengembangan komoditas berbasis pasar, pengembangan konektivitas, sumberdaya manusia dan teknologi serta penataan sistem manajemen dengan tetap memperhatikan prinsip keberlanjutan, peningkatan daya saing, dan modernisasi; dan (3) Diperlukan upaya dan terobosan dari Indonesia untuk meningkatkan daya saingnya sehingga komoditi pertanian juga mampu bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya dan negara-negara mitra ASEAN. Kebijakan tersebut bisa dilakukan antara lain dengan mengembangkan akses pasar yang lebih besar bagi komoditi pertanian untuk memasuki pasar negara-negara ASEAN dan pasar negara-negara mitra ASEAN. Oleh karena itu, Indonesia perlu berkosentrasi pada pengembangan komoditas ekspor yang mempunyai daya saing tinggi. 337

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal manusia berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara maka modal manusia merupakan faktor

Lebih terperinci

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE 5.1. Aliran Perdagangan dan Kondisi Tarif Antar Negara ASEAN Plus Three Sebelum menganalisis kinerja ekspor

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi sebuah negara, keberhasilan pembangunan ekonominya dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2007) menyatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun 2016, yang merupakan sebuah integrasi ekonomi yang didasarkan pada kepentingan bersama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perdagangan internasional penting dalam ekonomi terutama sebagai sumber devisa negara. Keberhasilan suatu negara dalam perdagangan internasional salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, perdagangan internasional merupakan inti dari ekonomi global dan mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan Internasional dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan kini telah menjadi fenomena dunia. Hampir di seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok perdagangan bebas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses 115 V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Petumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan proses perubahan PDB dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI Globalisasi Ekonomi Adalah suatu kehidupan ekonomi secara global dan terbuka, tanpa mengenal batasan teritorial atau kewilayahan antara negara satu dengan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 J.S. George Lantu Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN/ Plt. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNITAS ASEAN 2025 Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya. BAB VI. KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian mengenai aliran perdagangan dan investasi pada kawasan integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Integrasi ekonomi memberi

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam 219 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan 8.1.1. Berdasarkan pengujian, diperoleh hasil bahwa guncangan ekspor nonagro berpengaruh positip pada kinerja makroekonomi Indonesia, dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dua dasawarsa terakhir perkembangan perekonomian dunia telah mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) mulai bergesernya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Simulasi Model Pertumbuhan kegiatan kepariwisataan di Indonesia yang dikaitkan dengan adanya liberalisasi perdagangan, dalam penelitian ini, dianalisis dengan menggunakan model

Lebih terperinci

KAJIAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL DALAM PERSPEKTIF PERDAGANGAN BEBAS REGIONAL DAN GLOBAL

KAJIAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL DALAM PERSPEKTIF PERDAGANGAN BEBAS REGIONAL DAN GLOBAL LAPORAN AKHIR KAJIAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL DALAM PERSPEKTIF PERDAGANGAN BEBAS REGIONAL DAN GLOBAL Tim Peneliti: Reni Kustiari Achmad Suryana Erwidodo Henny Mayrowani Edi Supriadi Yusuf Soeprapto Djojopoespito

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 4.1 Gambaran Umum Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3 Hubungan antara tabungan dan investasi domestik merupakan indikator penting serta memiliki

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015 Dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015 maka ada beberapa kekuatan yang dimiliki bangsa Indonesia, di antaranya: (1)

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang bekerja di sektor

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Integrasi ekonomi, Sesuai dengan tujuan pembentukannya, yaitu untuk menurunkan hambatan perdagangan dan berbagai macam hambatan lainnya diantara satu negara dengan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H14104016 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian 1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang melibatkan berbagai perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan institusi sosial,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

Bab II. Rumusan dan Advokasi Arah Kebijakan Pertanian

Bab II. Rumusan dan Advokasi Arah Kebijakan Pertanian 12 Rapat Dengan Wakil Presiden (Membahas Special Economic Zone) Dalam konteks ekonomi regional, pembangunan suatu kawasan dapat dipandang sebagai upaya memanfaatkan biaya komparatif yang rendah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi merupakan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh

Lebih terperinci

Perekonomian Suatu Negara

Perekonomian Suatu Negara Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

MAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA

MAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA MAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA By: DR SUTRISNO IWANTONO Board Member of Indonesian Hotel and Restaurant Association Dialogue

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam pembangunan perekonomian nasional seperti dalam hal penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perjalanan waktu yang penuh dengan persaingan, negara tidaklah dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhan penduduknya tanpa melakukan kerja sama dengan

Lebih terperinci

TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts

TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS Garment Factory Automotive Parts 1 Tantangan eksternal : persiapan Negara Lain VIETNAM 2 Pengelolaaan ekspor dan impor Peningkatan pengawasan produk ekspor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia tiga tahun terakhir lebih rendah dibandingkan Laos dan Kamboja.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia tiga tahun terakhir lebih rendah dibandingkan Laos dan Kamboja. BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di kawasan ASEAN, dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi sejak 1980 sampai dengan 2012 (dihitung dengan persentase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN Ecomonic Community (AEC) atau yang lebih dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015. AEC merupakan realisasi dari tujuan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. IV.1 Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. IV.1 Kesimpulan 95 BAB IV PENUTUP IV.1 Kesimpulan Dengan masuknya China ke dalam ASEAN Free Trade Area akan meningkatkan pemasukan dari masing-masing negara anggota, karena pangsa pasar China yang begitu besar, dan begitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan kegiatan transaksi jual beli antar negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh setiap negara untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand dengan ditandatanganinya deklarasi Bangkok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut data BPS (2010), jumlah penduduk yang bekerja di sektor

Lebih terperinci

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN Disepakatinya suatu kesepakatan liberalisasi perdagangan, sesungguhnya bukan hanya bertujuan untuk mempermudah kegiatan perdagangan

Lebih terperinci

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. Outline Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan AFTA Tujuan Strategis AFTA Anggota & Administrasi AFTA Peranan & Manfaat ASEAN-AFTA The

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 4.1.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Selama kurun waktu tahun 2001-2010, PDB negara-negara ASEAN+3 terus menunjukkan tren yang meningkat

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013 KESEMPATAN KERJA MENGHADAPI LIBERALISASI PERDAGANGAN Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja Jakarta, 5 Juli 2013 1 MATERI PEMAPARAN Sekilas mengenai Liberalisasi Perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan

Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan www.packindo.org oleh: Ariana Susanti ariana@packindo.org ABAD 21 Dunia mengalami Perubahan Kemacetan terjadi di kota-kota besar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Perkembangan Integrasi Ekonomi di Kawasan ASEAN. Sumber: Lim (2014) GAMBAR 4.1. Negara-negara di Kawasan ASEAN Secara astronomis Asia Tenggara terletak di antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan transportasi dewasa ini semakin mempermudah akses dalam perdagangan, terutama perdagangan internasional. Perkembangan inilah yang

Lebih terperinci

Daftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1

Daftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Isu-isu Pokok Pembangunan Ekonomi Daerah... 2 1.1.2 Tujuan... 5 1.1.3 Keluaran... 5

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

10Pilihan Stategi Industrialisasi

10Pilihan Stategi Industrialisasi 10Pilihan Stategi Industrialisasi Memasuki Milenium Ketiga yang Berpihak pada Penguatan Ekonomi Rakyat Pendahuluan Sebenarnya judul makalah yang diminta panitia kepada saya adalah Peluang Rakyat Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Strategi a. Konsep Strategi Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan perusahaan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Strategi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan komponen otomotif baik untuk kendaraan baru (original equipment manufacture) dan spare parts (after market) cukup besar. Menurut data statistik jumlah populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas serta iklim yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 5.1 KESIMPULAN A. Hasil tipologi berdasarkan tingkat penggangguran dan openness dalam penelitian ini menemukan: 1. Posisi negara Indonesia dan Filipina rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Maret 2014, neraca perdagangan Thailand dengan

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA Andi Tabrani Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta Abstract Identification process for

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan Prospek Ekonomi Regional ASEAN+3 2018 ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) 2018 Ringkasan Prospek dan Tantangan Ekonomi Makro Prospek ekonomi global membaik di seluruh kawasan negara maju dan berkembang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu aspek penting dalam perekonomian suatu negara adalah perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun negara yang tidak

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN ( EMISI CO 2 ) DENGAN EKSPOR INDONESIA DALAM KERANGKA PERDAGANGAN DENGAN ASEAN5 +CHINA SKRIPSI. Oleh: Ayu Andria Sari

HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN ( EMISI CO 2 ) DENGAN EKSPOR INDONESIA DALAM KERANGKA PERDAGANGAN DENGAN ASEAN5 +CHINA SKRIPSI. Oleh: Ayu Andria Sari HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN ( EMISI CO 2 ) DENGAN EKSPOR INDONESIA DALAM KERANGKA PERDAGANGAN DENGAN ASEAN5 +CHINA SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pada Program

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci