Efisiensi Natrium Silikat (Na2SiO3) Hasil Ekstraksi Dari Lumpur Lapindo Sebagai Inhibitor Korosi Pada Pipa Ductile Cast Iron Di Lingkungan Air Laut
|
|
- Iwan Pranoto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 Efisiensi Natrium Silikat (Na2SiO3) Hasil Ekstraksi Dari Lumpur Lapindo Sebagai Inhibitor Korosi Pada Pipa Ductile Cast Iron Di Lingkungan Air Laut Syaiful Hak dan Doty Dewi Risanti, Lizda Johar Mawarani Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Indonesia Abstrak Lumpur lapindo sudah terjadi sejak tahun 2006 dengan semburan mencapai 35 m 3 perharinya, sehingga lumpur lapindo banyak menggenangii perumahan warga dan banyak merugikan warga disekitar pusat semburan lumpur. Setelah dilakukan penelitian ternyata lumpur lapindo mempunyai banyak kandungan silika, dimana silika ini bisa dibuat menjadi inhibitor korosi natrium silikat (Na2SiO3) dengan mencampurkan lumpur sidorjo dengan natrium hidroksida (NaOH). Dalam penelitian ini metode ekstraksi yang digunakan ada 2. Metode pertama mengacu pada penelitian (Aditya, 2014) dan metode kedua mengacu pada penelitian (Mustofa, 2013). Pengujian korosi dilakukan dengan menggunakan 3 inhibitor yaitu inhibitor komersil, inhibitor sintesis 1 dan inhibitor sintesis 2 yang diuji pada 2 larutan uji yaitu larutan air laut dan larutan air laut + lumpur. Dari hasil pengujian korosi didapatkan hasil bahwa inhibitor sintesis 1 dapat mencegah laju korosi pada air laut sebesar 62,75%, sedangkan inhibitor sintesis 2 dapat mencegah korosi pada air laut sebesar 69,46% dan inhibitor komersil dapat mencegah korosi sebesar 74,21%, sedangkan pada larutan uji air laut + lumpur maka inhbitor sintesis 1 dapat mencegah korosi sebesar 83,26%, untuk inhibitor sintesis 2 sebesar 81,63% dan inhibitor komersil sebesar 77,92%. Berdasarkan hasil XRD pada produk korosi, maka produk korosi yang terjadi baik pada larutan air laut maupun larutan air laut + lumpur sama yaitu Fe3O4, α-fe2o3 dan γ-fe2o. Kata Kunci inhibitor korosi, natrium silikat, sintesis dan lumpur lapindo. I. PENDAHULUAN Bencana lumpur lapindo di porong sidoarjo sudah terjadi sejak 2006 sampai sekarang masih belum bisa dihentikan, rata rata volume lapindo yang dikeluarkan setiap harinya mencapai 35 m 3 perharinya, dengan volume semburan sebanyak itu maka lumpur lapindo menyebabkan tergenangnya rumah penduduk, sekolah, perkantoran pemerintahan, perindustrian dan fasilitas umum lainnya di tiga kecamatan. Banyak cara yang digunakan pemerintah agar volume semburan lumpur lapindo tidak semakin meluas yaitu dengan cara membangun tanggul, namun dengan terus bertambahnya volume semburan lumpur lapindo, pembuatan tanggul dirasa tidak menyelesaikan masalah. Ditambah lagi dengan datangnya musim hujan, volume yang tertampung dalam tanggul akan menjadi besar dan dapat mengakibatkan jebolnya tanggul. Hal ini sangat bebahaya jika terjadi dalam jangka waktu yang lama, karena kawasan sekitar tanggul adalah jalan raya, rel kereta api, dan rumah penduduk [1] sehingga perlu dilakukan penanggulangan lainnya. Untuk mengurangi volume lumpur pada tanggul lumpur lapindo juga dibuang di sepanjang muara sungai porong, hal ini tentunya banyak merugikan masyarakat sekitar karena kandungan senyawa logam yang terdapat pada lumpur lapindo bisa mencemar sungai porong dan dapat membunuh ekosistem yang ada di sepanjang sungai porong [7], selain itu lumpur lapindo juga memiliki sifat korosif seperti penelitian yang telah dilakukan yaitu menghitung laju korosi logam larutan lumpur selama 5 hari mempunyai laju korosi tertinggi 69,475 mpy. [6] Bencana lumpur lapindo ini banyak mengundang perhatian para peneliti agar lumpur lapindo ini bisa dimanfaatkan, dari hasil penelitian yang sudah dilakukan di dapatkan bahwa lumpur lapindo mempunyai kandungan yang dominan yaitu Silicon Dioxide (SiO 2 ) sebesar 44,8% [Arista, 2011]. Silikon Dioksida (SiO 2 ) ini dapat di ekstraksikan dengan Natrium Hidroksida (NaOH) sehingga mengahasilkan Natrium Silikat (Na 2 SiO 3 ), dimana Natrium Silikat ini dapat dimanfaatkan sebagai inhibitor korosi [3]. Korosi adalah proses degradasi material akibat interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Interaksi tersebut menimbulkan reaksi korosi yang umumnya merupakan reaksi elektrokimia [4]. Reaksi elektrokimia melibatkan perpindahan elektron-elektron. Perpindahan elektron merupakan hasil reaksi redoks (reduksi-oksidasi). Proses oksidasi pada anode (reaksi anodik) yang melepaskan elektron sedangkan proses reduksi pada katoda (reaksi katodik) yang mengkonsumsi electron. Korosi pada umumnya banyak terjadi pada material logam [4] sehingga bagi perusahaan seperti PDAM yang banyak menggunakan perpipaan yang berbahan dasar logam, maka korosi merupakan salah satu permasalahan yang harus dikendalikan. Korosi dapat dicegah dengan berbagai cara yaitu dengan cara perancangan material, pemilihan material, pelapisan, perlindungan secara katodik dan pemberian inhibitor [5]. Pencegahan korosi dengan cara pemberian inhibitor banyak digunakan untuk pengendalian korosi pada jenis material baja, dan natrium silikat merupakan salah satu jenis inhibitor korosi yang cukup efektif untuk mencegah laju korosi. Dari penelitian sebelumnya natrium silikat dari hasil sintesis dengan lumpur lapindo yang diuji pada media larutan lumpur lapindo didapatkan nilai efisiensi tertinggi sebesar 96,80% namun pada larutan NaCl 3,5% didapatkan efisiensi inhibitor hasil sintesis tertinggi sebesar 76% dan efisiensi ini masih lebih rendah dibandingkan inhibitor komersial dengan
2 2 83% [Aditiya, 2014]. Oleh karena itu pada penelitian ini akan dilakukan percobaan seberapa besarkah efisiensi inhibitor natrium silikat dari hasil ekstraksi dari lumpur lapindo dalam mencegah laju korosi pipa ductile cast iron pada linkungan air laut yaitu dengan media uji air laut dan air laut yang bercampur dengan lumpur lapindo untuk mensimulasikan keadaan sebenarnya di sekitar muara sungai porong. II. METODOLOGI PENELITIAN A. Langkah Penelitian Penelitian pada tugas akhir ini mengenai efisien natrium silikat (Na 2 SiO 3 ) hasil ekstraksi dari lumpur lapindo sebagai inhibitor korosi pada pipa ductile cast iron di lingkunga air laut. Langkah penelitia ini secara umum terbagi menjadi 2 tahapan yaitu sintesis silikat yang ada dalam kandungan lumpur dengan natrium hidroksida sehingga menjadi natrium silikat (Na 2 SiO 3 ) yang akan digunakan sebagai inhibitor korosi dan pengujian korosi menggunakan larutan air laut dan larutan air laut + lumpur lapindo yang dilakukan selama 5 hari. B. Sintesis Natrium Silikat Lumpur lapindo yang digunakan adalah lumpur yang berjarak 2 km daeri pusat semburan. Lumpur Lapindo dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan pengotor berupa tanah, rumput dan pengotor lainnya, pada penelitian ini ada 2 cara yang digunakan dalam pencucian lumpur yaitu : Lumpur panas Sidorjo dicuci terlebih dahulu dengan larutan HCl 3M dan rendan pada wadah selama 4 jam, setelah itu kemudian lumpur dicuci dan dibilas dengan aquades sebanya 4 kali sampai HCl yang ada pada lumpur hilang. Semua proses pencucian ini bertujuam untuk menghilangkan pengotor pengotor yang ada pada lumpur lapindo [6]. Lumpur panas Sidoarjo dicuci dengan aquades pada suatu wadah dan diaduk sampai merata. Setelah tercampur campai merata kemudia lumpur tersebut didiamkan selama 24jam sehingga lumpur tersebut mengendap. Setelah didiamkan selam 24 jam kemudian air aquades dibuang sehingga hanya didapatkan lumpur lapinda yang sudah bersih [14]. Setelah dilakukan proses pencucian maka lumpur tersebut dikeringkan dengan menggunakan oven yang berada di Laboratorium Rekayasa Bahan Jurusan Teknik Fisika dengan suhu 100 o C selama 12 jam, proses pengeringan ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan air yang ada pada lumpur. Setelah proses pengeringan selesai maka lumpur digerus menggunakan mortar dan carriber sampal lumpur halus, setelah lumpur halus kemudian lumpur diayak menggunakan ayakan 140 mesh yang berada di laboratorium mixing Jurusan Teknik Kimia. Pengayakan ini bertujuan untuk memaksimalkan reaksi karena semakin besar luas penampang sampel akan semakin cepat pula reaksi yang terjadi. Proses selanjutnya yaitu sintesis lumpur lapindo yang sudah diayak dengan ukuran 140 mesh dengan natrium hidroksida (NaOH). Proses sintesis pada penelitian ini menggunakan 2 metode yaitu : Sintesis 1 [6] : serbuk lumpur lapindo sebanyak 5 gram dicampurkan dengan larutan natrium hidroksida (NaOH) 10M sebanyak 50 ml. proses sintesis dilakukan dengan menuangkan sedikit demi sedikit larutan NaOH pada serbuk lumpur dan diaduk dengan menggunakan magnetic stirer pada temperatur 180 o C dan kecepatan 1,5 mod selama 1 jam. Sintesis 2 [14]: Serbuk lumpur lapindo sebanyak 20 gram direaksikan dengan 200 ml NaOH 3M dan diaduk dengan magnetic stirer pada suhu 80 0 C selama 15 menit. Hasil pengadukan tersebut kemudian disaring dengan kertas saring agar terpisah antara kandungan air dengan lumpur, lumpur hasil saringan kemudian dipanaskan menggunakan oven pada suhu 200 o C selama 12 jam, setelah dipanaskan kemudian lumpur tersebut digerus sampai halus dan hasil inilah yang digunakan menjadi inhibitor natrium silikat (Na 2 SiO 3 ). C. Pengujian Korosi Pada penelitian ini pengujian korosi menggunakan 2 larutan uji yaitu larutan air laut dan air laut + lumpur. Berdasarkan ASTM G31-72 untuk uji rendam skala laboratorium, volume larutan uji yang digunakan adalah 0,4 kali luas permukaan sampel. Maka dengan luas permukaan sampel sebesar 3,2cm 2, larutan uji yang digunakan adalah sebanyak = 0,4 x 3,20 cm 2 = 1,28 cl = 128 ml Perhitungan laju korosi yang digunakan adalah dengan menggunakan metode kehilangan berat (weight loss) dengan standar ASTM G1-03. Perbedaan berat yang terjadi dinyatakan sebagai jumlah meterial yang terkorosi. Dengan mengetahui nilai perbedaan berat dan waktu, maka laju korosi dapat dihitung dengan menggunakan persamaaan berikut : CR = K.W D.A.t Dimana : K = Konstanta korosi W = Berat sampel yang hilang (gr) A = luas permukaan (cm 2 ) D = densitas logam (gr/cm 3 ) T = waktu (jam) (1) Satuan laju korosi yang digunakan adalah mils per year (mpy) dengan konstanta k = 3,45 x 106.Dari perhitungan laju korosi, dapat diketahui efisiensi inhibitor dari masung-masing larutan uji. Efisiensi dihitung dengan menggunakan persamaan berikut [12]: Efisiensi inhibitor (%) = (CRnoninh CRinh) x 100% (2) CRnoninhibitor
3 3 Variasi sampel yang akan dilakukan pengujian korosi seperti pada tabel 1. Tabel 1. Variasi Jenis dan Volume Inhibitor No Wadah Volume inhibitor 1 AX0 AY0 BX0 BY0 CX0 CY0 0 2 AX2 AY2 BX2 BY2 CX2 CY2 2 3 AX4 AY4 BX4 BY4 CX4 CY4 4 4 AX6 AY6 BX6 BY6 CX6 CY6 6 5 AX8 AY8 BX8 BY8 CX8 CY8 8 6 AX10 AY10 BX10 BY10 CX10 CY10 10 oleh faktor kemurnian dari masing masing senyawa yang dibuat. Untuk mengetahui tingkat kemurnian dari masing masing natrium silikat tersebut, maka dilakukan pengujian XRD. Hasil dari pengujian XRD seperti pada gambar 3 di bawah ini. Keterangan : A : Inhibitor Komersil X : Air Laut B : Inhibitor Sintesis 1 Y : Air Laut + Lumpur C : Inhibitor Sintesis 2 III. HASIL DAN DISKUSI A. Hasil Sintesis Natrum Silikat Hasil sintesis lumpur lapindo dengan NaOH diuji dengan FTIR dan XRD untuk mengetahui kandungan Natrium Silikatnya dan selanjutnya hasilnya dibandingkan dengan hasil uji FTIR dan XRD dari inhibitor natrium silikat komersil dari bahan sodium silikat produksi PT. Bratako. Untuk hasil pengujian FTIR dan XRD hasil sintesis 1, sintesis 2 dan komersil dapat dilihat pada gambar 2 dan gambar 3 dibawah ini % tranmitansi (a.u) S2 S1 K Gambar 3 Pengujian XRD Natrium Silikat Dari hasil uji XRD tersebut dapat dilihat bahwa natrium silikat yang paling murni dimiliki oleh natrium silikat komersil berbentuk amorf dengan sudut 2θ = 26,47 0. Sedangkan untuk S2 terdapat puncak pada sudut 2θ = 26 0 yang mengindikasikan adanya senyawa yang mengandung silikat (SiO 2 ). Pada sintesis 1 terdapat puncak senyawa kompleks pada sudut 2θ = 34,25 o yang kemungkinan mengidentifikasikan adanya natrium karbonat. B. Interpretasi Hasil Pengujian Korosi Setelah dilakukan pengujian korosi selama 5 hari baik pada larutan air laut dan larutan air laut + lumpur, maka diperoleh nilai laju korosi dan efisiensi inhibitor seperti pada gambar dibawah ini bilangan gelombang (cm -1 ) Gambar 2 Pengujian FTIR Natrium Silikat Dari gambar 2 di atas terdapat rentang panjang gelombang yang dimulai dari 500 sampai Dari hasil pengujian FTIR tersebut terdapat beberapa peak yang ditandai dengan angka yang menunjukkan adanya jenis ikatan tertentu. Dari hasil pengujian FTIR baik natrium silikat komersil maupun natrium silikat sintesis seudah terdapat ikatan Si-O(Na) stretching yang menunjukkan adanya senyawa natrium silikat, dimana ikatan natrium silikat berada pada rentang bilangan gelombang 901 cm -1 sampai 1004 cm -1. Bilangan gelombang dari natrium siliokat komersil pada bilangan gelombang 969,31 cm -1, natrium silikat sintesis 1 pada bilangan gelombang 909,76 cm -1 dan natrium silikat sintesis 2 pada bilangan gelombang 901,73 cm -1. Perbedaan bilangan gelombang dari ketiga gugus tersebut disebabkan Gambar 4. Pengaruh ph terhadap Laju Korosi pada Larutan Air Laut
4 4 Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa seiring dengan kenaikan ph maka laju korosi turun secara efektif. Dari gambar 3 nilai laju korosi yang paling rendah diperoleh dengan penambahan inhibitor komersil dengan nilai ph yang berada di sekitar 10,5 sampai ph 11. Nilai laju korosi yang paling rendah yaitu dengan penambahan 14 ml inhibitor komersil dengan nilai ph 10,95 dengan laju korosi sebesar 0,875. Nilai laju korosi tersebut berpengaruh terhadap efisiensi inhibitor tersebut dimana semakin kecil nilai laju korosi maka efisiensi inhibitornya akan semakin besar. Nilai efisiensi dari penambahan masing masing volume inhibitor dapat dilihat seperti pada gambar 5. larutan naik menjadi 9,26. Setelah penambahan 4 ml sampai 10 ml volume inhibitor tidak terlalu mempengaruhi besar ph. Seperti pada gambar 6 dengan penambahan volume inhibitor akan menaikkan ph sehingga laju korosi akan semakin kecil. Gambar 6. Pengaruh ph terhadap Laju Korosi pada Larutan Air Laut + Lumpur. Gambar 5. Pengaruh Penambahan Volume Inhibitor terhadap Efisiensi pada Larutan Air Laut. Berdasarkan pada gambar 5 hasil eksperimen yang telah dilakukan menunjukkan penambahan volume inhibitor sudah dapat menaikkan efisiensi dari inhibitor tersebut. Dari gambar tersebut menunjukkan dengan penambahan inhibitor semakin banyak, maka efisiensi akan semakin tinggi. Dari gambar 5 dapat dilihat inhibitor hasil sintesis dapat menghambat laju korosi lebih cepat jika dibandingkan dengan inhibitor komersil. Untuk inhibitor komersil laju penghambatan laju korosinya lambat namun efisiensinya terus naik seiring dengan penambahan volume inhibitor, hal ini disebabkan karena inhibitor komersil dapat larut dengan baik di dalam larutan. Dari eksperimen ini dapat dikatakan bahwa korosi mengalami keadaan saturasi pada saat penambahan inhibitor 4 ml dengan ph saturasinya adalah 9,5. Keadaan saturasi tersebut maksudnya dengan penambahan volum inhibitor di atas 5 ml maka penurunan laju korosi dan kenaikan efisiensinya tidak begitu tinggi, hal ini terjadi pada inhibitor sintesis 1 dan inhibitor sintesis 2. Hal tersebut mengidentifikasikan bahwa inhibitor belum larut dengan baik di dalam larutan air laut. Penambahan volume inhibitor sangat berpengaruh terhadap ph larutan air laut+lumpur. Dari hasil eksperimen ph larutan tanpa inhibitor sebesar 8,16. Dengan penambahan 2 ml inhibitor komersil ph naik menjadi 11,03 dan dengan penambahan 2 ml inhibitor sintesis1 ph larutan naik menjadi 10,82 dan dengan penambahan 2 ml inhibitor sintesis 2 ph Dari hasil eksperimen didapatkan bahwa dengan penambhan volume inhibitor maka korosi akan menurun sehingga efisiensi akan semakin besar. Untuk inhibitor komersil nilai efisiensi tertinggi didapatkan dengan penambahan 14 ml inhibitor dengan nilai efisiensi 77,916%. Untuk inhibitor sintesis1 efisiensi terbesar 83,26% dengan penambahan inhibitor 10 ml dan untuk inhibitor sintesis2 nilai efisiensi tertinggi 81,627% dengan penambahan 10 ml inhibitor. Sedangkan untuk efisiensi terkecil pada inhibitor komersil yaitu sebesar 26,937% dengan penambahan 2 ml inhibitor. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa inhibitor sintesis nilai efisiensinya lebih tinggi dari pada komersil jika diujikan pada larutan air laut + lumpur Gambar 7. Pengaruh Penambahan Volume Inhibitor Terhadap Efisiensi Pada Air Laut + Lumpur Pada gambar 7 di atas didapatkan bahwa nilai efisiensi tertinggi dimiliki oleh inhibitor sintesis 1 dengan efisiensi
5 5 83,26% selanjutnya inhibitor sintesis 2 dengan efisiensi 81,62% dan inhibitor komersil dengan efisiensi 77,92%. Hal ini disebabkan karena pada larutan air laut + lumpur terdapat unsur silikat yang dapat bereaksi dengan inhibitor sintesis sehingga membentuk lapisan endapan sehingga serangan korosi dapat dicegah. Dari gambar 7 juga dapat dilihat bahwa inhibitor hasil sintesis lebih cepat menurunkan laju korosi sehingga efisiensinya akan cepat naik. Korosi akan mengalami keadaan saturasi pada penambahan ph 6 ml, maksudnya dengan penambahan ph diatas 6 ml perubahan laju korosi dan efisiensi tidak begitu besar. C. Karakterisasi Produk Korosi Untuk mengetahui produk korosi yang terjadi pada sampel yang sudah direndam pada larutan uji selama 5 hari maka dilakukan pengujian XRD. Untuk mengetahui produk korosi yang terjadi ion ion pada logam dengan ion oksida di lingkungan sekitar logam. Sedangkan Na 2 Si 3 O 4 menunjukkan senyawa silikat yang terbentuk dari hasil reaksi antara ion Na + pada larutan garam dengan silikat pada inhibitor natrium silikat yang terbentuk selama proses uji korosi. Dari hasil eksperimen tersenut dapat diketahui bahwa inhibitor natrium silikat membentuk lapisan endapat pada logam. Dari gambar 7 dan gambar 8 didapatkan bahwa produk korosi yang terjadi baik pada larutan uji air laut dan larutan uji air laut + lumpur sama. Hal ini disebabkan karena pada air laut yang diambil dari pantai kenjeran kandunga kloridanya sangan kecil. (a) (b) (c) (d) Gambar 8. Hasil Produk Korosi pada Larutan Air Laut Gambar 9 Perbesaran Sampel pasca korosi pada air laut menggunakan mikroskop optik (a) tanpa inhibitor (b) 10 ml inhibitor komersil (c) 10 ml inhibitor sintesis 1 (d) 10 ml inhibitor sintesis 2 (a) (b) Gambar 9. Hasil Produk Korosi pada Larutan Air Laut + Lumpur Senyawa yang terbentuk pada sampel setelah pengujian korosi selama 5 hari yaitu Na 2 Si 3 O 4 (ertixiite), Fe 3 C dan Fe 3 O 4 (magnetite). Adanya senyawa besi oksida yaitu Fe 3 O 4 menunjukkan produk korosi hasil reaksi elektrokimia antara (c) (d) Gambar 10 Perbesaran Sampel pasca korosi pada air laut + lumpu rmenggunakan mikroskop optik (a) tanpa inhibitor (b) 10 ml inhibitor komersil (c) 10 ml inhibitor sintesis1 (d) 10 ml inhibitor sintesis2
6 6 Dari hasil pengamatan menggunakan mikroskop optik pada sampel yang diuji pada larutan uji air laut seperti pada gambar 9 produk korosi yang terjadi tanpa inhibitor hampir merata pada semua bagian sampel dan terdapat warna merah kecoklatan yang menunjukkan adanya Fe 2 O 3 dan warna hitam yang menunjukkan adanya senyawa Fe 3 C, namun setelah penambahan inhibitor hanya terjadi pada beberapa bagian saja yaitu pada pemukaan yang tidak merata. Gambar 10 menunjukkan pengamatan pada sampel yang diuji pada larutan air laut + lumpur, seperti halnya pada larutan uji air laut maka korosi yang terjadi pada larutan uji air laut + lumpur pada sampel tanpa inhibitor hampir merata pada semua bagian dan warna hitam yang menunjukkan adanya senyawa FeC namun setelah penambahan inhibitor hanya terjadi pada beberapa bagian saja yaitu pada pemukaan yang tidak merata. IV. KESIMPULAN Dari penelitian ini telah dibuat inhibitor natrium silikat dari lumpur lapindo untuk mencegah laju korosi di lingkungan air laut, dari pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : Sebagai inhibitor natrium silikat hasil sintesis 1 dan sintesis 2 bekerja cukup efektif pada lingkungan air laut + lumpur dibandingkan inhibitor komersil, akan tetapi pada lingkungan air laut inhibitor komersil memiliki efisiensi yang hampir sama dengan inhibitor hasil sintesis. Penambahan inhibitor 10 ml pada media uji air laut + lumpur, natrium silikat hasil sintesis 1 memberikan perlindungan terbaik dengan efisiensi sebesar 83,26%. Produk korosi akibat lingkungan air laut maupun air laut + lumpur hampir tidak ada perbedaan yaitu α-fe 2 O 3, γ-fe 2 O 3 dan Fe 3 O 4. Universitas Diponogoro, Semarang. [8] Dermanto, Ahmat. Kajian terhadap Kandungan yang Terdapat pada Air Laut Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Sumatra Utara, Sumatra Utara. [9] Sasono, Eko Julianto, Efektifitas Pengujian Anoda Korban Paduan Aluminium pada Pelat Baja Kapal AISI E 2512 Terhadap Laju Korosi di Dalam Air Laut [10] Trethewey, Kenneth, R, John Chamberlain, 1991, Korosi Untuk Mahasiswa Sains dan Rekayasa, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. [11] Butarbutar, Sofia Loren, Sunaryo, Geni Rina Analisis Mekanisme Pengaruh Inhibitor Siskem pada Material Baja Karbon. Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN)-BATAN [12] Roberge, Pierre R Handbook of Corrosion Engineering. New York: McGraw-Hill [13] Standart practice for preparing, cleaning and evaluation corrosion testvspecimens. ASTM International G 1-03 [14] Mustofa, Rendra Syam Karakterisasi sifat fisis lumpur panas sidoarjo dengan aktivasi kimia dan fisika jurusan Teknik Fisika ITS, Surabaya. DAFTAR PUSTAKA [1] Aulia, Sekar Ayu Dampak Lumpur Lapindo Pada Masyarakat dan Lingkungan. Jurusan Teknik Lingkungan ITS, Surabaya. [2] Arista, Feby Pembuatan dan Karakterisasi Adsorben dari Lumpur Lapindo untuk Pemurnian Ethanol. Jurusan Teknik Fisika ITS, Surabaya [3] Mirwan, Ahmad Sintesis dan Karakterisasi SiO 2 Amorf dari Lumpur Sidoarjo. Jurusan Fisika ITS, Surabaya [4] Ayu, Rizky dkk Analisa Desain Sistem Impressed Current Cathodic Protection (ICCP) pada Offshore Pipeline milik JOB Pertamina-Petrochina East Java. Jurusan Teknik Kelautan ITS, Surabaya. [5] Namboodhiri, T.K.G. Corrosion & Corrosion Prevention. Metalurgical Enggineering, Banaras Hindu University [6] Aditya, Edo Penentuan Metode Ekstraksi dan Uji Performansi Inhibitor Natrium Silikat Pada Ductile Cast Iron. Jurusan Teknik Fisika ITS, Surabaya. [7] Hermawan, Niniek Analisa Resiko Lingkungan Aliran Lumpur Lapindo ke Badan Air Program Studi Megister Ilmu Lingkungan,
PENCEGAHAN KOROSI DENGAN MENGGUNAKAN INHIBITOR NATRIUM SILIKAT(Na 2 SiO 3 ) HASIL SINTESIS DARI LUMPUR LAPINDO PADA BAJA TULANGAN BETON
PENCEGAHAN KOROSI DENGAN MENGGUNAKAN INHIBITOR NATRIUM SILIKAT(Na 2 SiO 3 ) HASIL SINTESIS DARI LUMPUR LAPINDO PADA BAJA TULANGAN BETON Dimas Happy Setyawan NRP. 2412105017 Dosen Pembimbing : 1. Dr.Ing.
Lebih terperinciSintesis Natrium Silikat dari Lumpur Lapindo sebagai Inhibitor Korosi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (213) 1-6 1 Sintesis Natrium Silikat dari Lumpur Lapindo sebagai Inhibitor Korosi Ahmad Fauzan Adziimaa, Doty Dewi Risanti, dan Lizda Johar Mawarni Jurusan Teknik Fisika,
Lebih terperinciSintesis Natrium Silikat dari Lumpur Lapindo sebagai Inhibitor Korosi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (213) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) F-384 Sintesis Natrium Silikat dari Lumpur Lapindo sebagai Inhibitor Korosi Ahmad Fauzan Adziimaa, Doty Dewi Risanti, dan Lizda
Lebih terperinciNatrium Silkat [Na 2 SiO 3 ]
Na 2 SiO 3 1 SiO 2 + + Natrium Silkat [Na 2 SiO 3 ] (Aramaki, 2001) 2 Silika (SiO 2 ) Pasir Silika Abu Sekam Padi 3 (Aristanto, 2006) 4 Produksi Na 2 SiO 3 = 4.000.000 ton/tahun (KEMI, 2008) 5 Metode Umum
Lebih terperinciPASI NA R SI NO L SI IK LI A KA
NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
Lebih terperinciSEMINAR TUGAS AKHIR. Rendra Syam Mustopa Pembimbing : Dr. Ing. Doty Dewi Risanti, ST, MT
SEMINAR TUGAS AKHIR Rendra Syam Mustopa Pembimbing : Dr. Ing. Doty Dewi Risanti, ST, MT 1 Bencana luapan lumpur panas Sidoarjo mengakibatkan kerugian yang cukup besar sehingga diperlukan pemanfaatan untuk
Lebih terperinciPENCEGAHAN KOROSI DENGAN MENGGUNAKAN INHIBITOR NATRIUM SILIKAT(Na 2 SiO 3 ) HASIL SINTESIS DARI LUMPUR LAPINDO PADA BAJA TULANGAN BETON
1 PENCEGAHAN KOROSI DENGAN MENGGUNAKAN INHIBITOR NATRIUM SILIKAT(Na 2 SiO 3 ) HASIL SINTESIS DARI LUMPUR LAPINDO PADA BAJA TULANGAN BETON Dimas Happy Setyawan, Doty Dewi Risanti, Lizda Johar Mawarani.
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 PENGARUH VARIASI BENTUK DAN UKURAN GORESAN PADA LAPIS LINDUNG POLIETILENA TERHADAP SISTEM PROTEKSI KATODIK ANODA TUMBAL PADUAN ALUMINIUM PADA BAJA AISI
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex
Lebih terperinciPENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA ANODA KORBAN ALUMINIUM GALVALUM III TERHADAP LAJU KOROSI PELAT BAJA KARBON ASTM A380 GRADE C
PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA ANODA KORBAN ALUMINIUM GALVALUM III TERHADAP LAJU KOROSI PELAT BAJA KARBON ASTM A380 GRADE C Kharisma Permatasari 1108100021 Dosen Pembimbing : Dr. M. Zainuri, M.Si JURUSAN
Lebih terperinciPerhitungan Laju Korosi di dalam Larutan Air Laut dan Air Garam 3% pada Paku dan Besi ASTM A36
Perhitungan Laju Korosi di dalam Larutan Air Laut dan Air Garam 3% pada Paku dan Besi ASTM A36 Gurum AP. Ayu SA, Dita Rahmayanti, dan Nindy EM. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung. Jl Prof. Dr. Sumantri
Lebih terperinciBab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat
Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan
Lebih terperinciANALISA DESAIN SISTEM SS IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION (ICCP) PADA OFFSHORE PIPELINE MILIK JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA
ANALISA DESAIN SISTEM SS IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION (ICCP) PADA OFFSHORE PIPELINE MILIK JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA OLEH : Rizky Ayu Trisnaningtyas 4306100092 DOSEN PEMBIMBING : 1. Ir.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korosi dapat didefinisikan sebagai penurunan mutu suatu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya, yang melibatkan pergerakan ion logam ke dalam larutan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia telah banyak memanfaatkan logam untuk berbagai keperluan di dalam hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa digunakan sebagai
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging pada sintesis zeolit dari abu jerami padi dan karakteristik zeolit dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya. Salah satu bahan tambang yang banyak fungsinya yaitu batu bara, misalnya untuk produksi besi
Lebih terperinciANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK
ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK * Ir. Soewefy, M.Eng, ** Indra Prasetyawan * Staff Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan
Lebih terperinciMODIFIKASI ZEOLIT ALAM SEBAGAI KATALIS MELALUI PENGEMBANAN LOGAM TEMBAGA
SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VIII Peningkatan Profesionalisme Pendidik dan Periset Sains Kimia di Era Program Studi Pendidikan FKIP UNS Surakarta, 14 Mei 2016 MAKALAH PENDAMPING PARALEL
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG
TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG Disusun : RULENDRO PRASETYO NIM : D 200 040 074 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Laju Korosi Baja Karbon Pengujian analisis dilakukan untuk mengetahui prilaku korosi dan laju korosi baja karbon dalam suatu larutan. Pengujian ini dilakukan dengan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI
39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging optimal pada sintesis zeolit dari abu sekam padi pada temperatur kamar
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian berikut: Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir Mulai Persiapan alat dan bahan Meshing 100 + AAS Kalsinasi + AAS
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Uji Korosi Dari pengujian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil berupa data hasil perhitungan weight loss, laju korosi dan efisiensi inhibitor dalam Tabel
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Baja atau besi banyak digunakan di masyarakat, mulai dari peralatan rumah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baja atau besi banyak digunakan di masyarakat, mulai dari peralatan rumah tangga, sekolah, gedung, mobil, motor, dan lain-lain. Tidak hanya dalam masyarakat, penggunaan
Lebih terperinciMetodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorim Fisika Material Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Laboratorium Metalurgi ITS Surabaya
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, Laboratorium Kimia Instrumentasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi dapat didefinisikan sebagai penurunan mutu suatu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya, yang melibatkan pergerakan ion logam ke dalam larutan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan selama bulan februari sampai Agustus 2015 di Laboratorium Kimia Material dan Hayati FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Untuk mengetahui perilaku korosi pada baja dari sponge bijih besi laterite dan membandingkannya secara kuantitatif dengan perilaku korosi dari baja
Lebih terperinciPENGHAMBATAN KOROSI BAJA BETON DALAM LARUTAN GARAM DAN ASAM DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN SENYAWA BUTILAMINA DAN OKTILAMINA
Nama : M.Isa Ansyori Fajri NIM : 03121003003 Shift : Selasa Pagi Kelompok : 3 PENGHAMBATAN KOROSI BAJA BETON DALAM LARUTAN GARAM DAN ASAM DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN SENYAWA BUTILAMINA DAN OKTILAMINA Korosi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen laboratorium yang meliputi dua tahap. Tahap pertama dilakukan identifikasi terhadap komposis kimia dan fase kristalin
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam
Lebih terperinciPengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai
Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai Muhammad Nanang Muhsinin 2708100060 Dosen Pembimbing Budi Agung Kurniawan, ST,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.
BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah karakter zeolit
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menguji potensi inhibisi produk dari kitosan yang berasal dari cangkang rajungan sebagai inhibitor korosi baja karbon dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelasan merupakan proses penyambungan setempat dari logam dengan menggunakan energi panas. Akibat panas maka logam di sekitar lasan akan mengalami siklus termal
Lebih terperinciBAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September
BAB III BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September tahun 2011 di Laboratorium Riset kimia makanan dan material, untuk
Lebih terperinciPENGGUNAAN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA LINGKUNGAN ASAM. Irvan Kaisar Renaldi 1
PENGGUNAAN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA LINGKUNGAN ASAM Irvan Kaisar Renaldi 1 1 Departemen Teknik Material, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Agustus 2015. Ekstraksi hemin dan konversinya menjadi protoporfirin dilakukan di Laboratorium
Lebih terperinciPEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl
PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl Pandhit Adiguna Perdana 2709100053 Dosen Pembimbing : Budi Agung Kurniawan, S.T.,M.Sc.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum mengenai pemanfaatan tulang sapi sebagai adsorben ion logam Cu (II) dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut
Lebih terperinciMoch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP
Pengaruh Variasi Bentuk dan Ukuran Scratch Polyethylene Wrap Terhadap Proteksi Katodik Anoda Tumbal Al-Alloy pada Baja AISI 1045 di Lingkungan Air Laut Moch. Novian Dermantoro NRP. 2708100080 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciPengaruh Rasio Luasan Terhadap Perilaku Korosi Galvanic Coupling Baja Stainless Steel 304 & Baja Karbon Rendah AISI 1010
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 Pengaruh Rasio Luasan Terhadap Perilaku Korosi Galvanic Coupling Baja Stainless Steel 304 & Baja Karbon Rendah Nouval.Mohammad 1 dan Budi Agung
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian III.1 Metodologi Seperti yang telah diungkapkan pada Bab I, bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat katalis asam heterogen dari lempung jenis montmorillonite
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) F-56
JURNAL TEKNIK ITS Vol., No., () ISSN: -9 (-9 Print) F- Pengaruh Variasi Goresan Lapis Lindung dan Variasi ph Tanah terhadap Arus Proteksi Sistem Impressed Current Cathodic Protection (ICCP) pada Pipa API
Lebih terperinciINHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN 1% 4 JENUH CO2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegagalan yang terjadi pada suatu material bisa disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu penyebabnya adalah korosi. Korosi adalah suatu kerusakan yang terjadi pada
Lebih terperinciProteksi Katodik dengan Menggunakan Anoda Korban pada Struktur Baja Karbon dalam Larutan Natrium Klorida
Proteksi Katodik dengan Menggunakan Anoda Korban pada Struktur Baja Karbon dalam Larutan Natrium Klorida Rahmat Ilham, Komalasari, Rozanna Sri Irianty Jurusan S1 Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang
32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas
Lebih terperinciBAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk
BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. Hal ini karena alumina memiliki sifat fisis
Lebih terperinciBab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan
Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari hingga April 2008 di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Institut Teknologi Bandung. Sedangkan pengukuran
Lebih terperinciPELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS
PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS Rizky Prananda(1410100005) Dosen Pembimbing Dosen Penguji : Suprapto, M.Si, Ph.D : Ita Ulfin S.Si, M.Si Djoko Hartanto, S.Si, M.Si Drs. Eko Santoso,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian ini dilakukan dengan metode experimental di beberapa laboratorium dimana data-data yang di peroleh merupakan proses serangkaian percobaan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara Untuk mengetahui laju korosi baja karbon dalam lingkungan elektrolit jenuh udara, maka dilakukan uji korosi dengan
Lebih terperinciPenghambatan Korosi Baja Beton dalam Larutan Garam dan Asam dengan Menggunakan Campuran Senyawa Butilamina dan Oktilamina
Jurnal Gradien Vol.3 No.1 Januari 2007 : 231-236 Penghambatan Korosi Baja Beton dalam Larutan Garam dan Asam dengan Menggunakan Campuran Senyawa Butilamina dan Oktilamina Samsul Bahri Program Studi Teknik
Lebih terperinciKorosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam, khusunya di dunia body automobiles.
JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi dapat didefinisikan sebagai penurunan mutu suatu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya, yang melibatkan pergerakan ion logam ke dalam larutan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan
25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cooling tower system merupakan sarana sirkulasi air pendingin yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cooling tower system merupakan sarana sirkulasi air pendingin yang sangat berperan dalam berbagai industri. Air pendingin dalam cooling tower system didistribusikan
Lebih terperinciPENGARUH KEHADIRAN TEMBAGA TERHADAP LAJU KOROSI BESI TUANG KELABU
Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lembaga Penelitian Universitas Trisakti Vol. 3, No. 1, Januari 2018, ISSN (p): 0853-7720, ISSN (e): 2541-4275 PENGARUH KEHADIRAN TEMBAGA TERHADAP LAJU KOROSI BESI TUANG
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitiaan Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi
Lebih terperinciTUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI
TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Korosi Dosen pengampu: Drs. Drs. Ranto.H.S., MT. Disusun oleh : Deny Prabowo K2513016 PROGRAM
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium
23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik FMIPA Universitas Lampung. Penyiapan alga Tetraselmis sp
Lebih terperinciAnalisa Desain Sistem Impressed Current Cathodic Protection (ICCP) pada Offshore Pipeline milik JOB Pertamina-Petrochina East Java
Analisa Desain Sistem Impressed Current Cathodic Protection (ICCP) pada Offshore Pipeline milik JOB Pertamina-Petrochina East Java Rizky Ayu Trisnaningtyas (1), Hasan Ikhwani (2), Heri Supomo (3) 1 Mahasiswa
Lebih terperinciLaju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam Larutan Natrium Klorida
Laju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam Larutan Natrium Klorida Diah Riski Gusti, S.Si, M.Si, jurusan PMIPA FKIP Universitas Jambi Abstrak Telah dilakukan penelitian laju korosi baja dalam
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisa Laju Korosi Stainless Steel AISI 304 Pengujian terhadap impeller dengan material baja tahan karat AISI 304 dengan media limbah pertambangan batu bara di BATAN Puspitek
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai Mei 2015 di
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai Mei 2015 di Laboratorium Kimia Organik Universitas Lampung, Laboratorium Terpadu UIN Syarif
Lebih terperinciPENGARUH PENGERJAAN DINGIN TERHADAP KETAHANAN KOROSI AISI 1020 HASIL ELEKTROPLATING Zn DI MEDIA NaCl. Oleh : Shinta Risma Ingriany ( )
SIDANG TUGAS AKHIR PENGARUH PENGERJAAN DINGIN TERHADAP KETAHANAN KOROSI AISI 1020 HASIL ELEKTROPLATING Zn DI MEDIA NaCl Oleh : Shinta Risma Ingriany (2706100025) Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Sulistijono,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair mempunyai gaya tarik kearah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gayagaya ini
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI III.1
BAB III METODOLOGI III.1 Alat dan bahan Alat yang digunakan adalah : a. Pembuatan serbuk LiFePO 4 1. Gelas beaker 250 ml 2. Gelas beaker 500 ml 3. Sendok 4. Cawan porselin 5. Magnetic Stirer 6. Pipet volume
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTERISASI KATALIS CU/ZEOLIT DENGAN METODE PRESIPITASI
SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VII Penguatan Profesi Bidang Kimia dan Pendidikan Kimia Melalui Riset dan Evaluasi Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA FKIP UNS Surakarta, 18 April
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT 1. Waktu Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 2. Tempat Laboratorium Patologi, Entomologi, & Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat
Lebih terperinciBAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN
BAB II : MEKANISME KOROSI dan MICHAELIS MENTEN 4 BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN Di alam bebas, kebanyakan logam ditemukan dalam keadaan tergabung secara kimia dan disebut bijih. Oleh karena keberadaan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN Gambar 3.1 di bawah ini memperlihatkan diagram alir dalam penelitian ini. Surfaktan P123 2 gr Penambahan Katalis HCl 60 gr dengan variabel Konsentrasi
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai Januari 2013 di
27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai Januari 2013 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan I Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Riau selama 2 bulan (April s/d Juni 2009) 3.2 Bahan dan
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir. Saudah Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA
Laporan Tugas Akhir PENGARUH KONSENTRASI INHIBITOR ORGANIK SARANG SEMUT TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON API 5L GRADE B DI LINGKUNGAN HCL 0.5M DAN H 2 SO 4 Saudah 2710100113 Dosen Pembimbing Prof. Dr.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 sampai April 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia
Lebih terperinciCARBON STEEL CORROSION IN THE ATMOSPHERE, COOLING WATER SYSTEMS, AND HOT WATER Gatot Subiyanto and Agustinus Ngatin
CARBON STEEL CORROSION IN THE ATMOSPHERE, COOLING WATER SYSTEMS, AND HOT WATER Gatot Subiyanto and Agustinus Ngatin Chemical Engineering Department Bandung State Polytechnic E.mail : Gattot_Subiyanto@yahoo.com
Lebih terperinciEKSTRAK DAUN GAMBIR SEBAGAI INHIBITOR KOROSI Oleh: Dr. Ahmad Fadli, Ir.Rozanna Sri Irianty, M.Si, Komalasari, ST., MT. Abstralc
EKSTRAK DAUN GAMBIR SEBAGAI INHIBITOR KOROSI Oleh: Dr. Ahmad Fadli, Ir.Rozanna Sri Irianty, M.Si, Komalasari, ST., MT Abstralc Secara awam icorosi ditcenai sebagai penglcaratan, merupakan suatu peristiwa
Lebih terperinciPerlindungan Lambung Kapal Laut Terhadap Korosi Dengan Sacrificial Anode. Oleh : Fahmi Endariyadi
Perlindungan Lambung Kapal Laut Terhadap Korosi Dengan Sacrificial Anode Oleh : Fahmi Endariyadi 20408326 1.1 Latar Belakang Salah satu sumber kerusakan terbesar pada pelat kapal laut adalah karena korosi
Lebih terperinciPENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH
PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal
Lebih terperinciMODEL LAJU KOROSI BAJA KARBON ST-37 DALAM LINGKUNGAN HIDROGEN SULFIDA
MODEL LAJU KOROSI BAJA KARBON ST-37 DALAM LINGKUNGAN HIDROGEN SULFIDA Oleh : Agus Solehudin 1), Ratnaningsih E. Sardjono 2), Isdiriayani Nurdin 3) dan Djoko H.Prajitno 4) (1) Jurusan Pendidikan Teknik
Lebih terperinciPERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA
PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA MEDIA NaCl DENGAN VARIASI KONSENTRASI RANDI AGUNG PRATAMA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Silikon dioksida merupakan elemen terbanyak kedua di alam semesta dari segi massanya setelah oksigen, yang paling banyak terdapat pada debu, pasir, platenoid dan planet
Lebih terperinciKata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol
PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Silikon dioksida (SiO 2 ) merupakan komponen utama di dalam pasir kuarsa yang terdiri dari unsur silikon dan oksigen, biasanya di temukan di alam pada pasir kuarsa,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan
27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Uji
Lebih terperinci3 Metodologi penelitian
3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan
Lebih terperinciGambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan
25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum penelitian akan dilakukan dengan pemanfaatan limbah media Bambu yang akan digunakan sebagai adsorben dengan diagram alir keseluruhan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan pengaruh suhu sintering terhadap struktur Na 2 O dari Na 2 CO 3 yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa. Pada
Lebih terperinciUJI KETAHANAN KOROSI TEMPERATUR TINGGI (550OC) DARI LOGAM ZIRKONIUM DAN INGOT PADUAN
PKMI-3-2-1 UJI KETAHANAN KOROSI TEMPERATUR TINGGI (550 O C) DARI LOGAM ZIRKONIUM DAN INGOT PADUAN Zr-Mo-Fe-Cr SEBAGAI KANDIDAT KELONGSONG (CLADDING) BAHAN BAKAR NUKLIR Beni Hermawan, Incik Budi Permana,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar
30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung untuk pengambilan biomassa alga porphyridium
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan jenis martensitik, dan feritik, di beberapa lingkungan korosif seperti air
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Baja nirkarat austenitik AISI 304, memiliki daya tahan korosi lebih baik dibandingkan jenis martensitik, dan feritik, di beberapa lingkungan korosif seperti air laut.
Lebih terperinci