PERSEPSI DAN KESIAPAN MAHASISWA TAHAP AKADEMIK TERHADAP INTERPROFESSIONAL EDUCATION DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GAJAH MADA
|
|
- Leony Lesmono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERSEPSI DAN KESIAPAN MAHASISWA TAHAP AKADEMIK TERHADAP INTERPROFESSIONAL EDUCATION DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GAJAH MADA Muhamad Zulfatul A'la* Mariyono Sedyowinarso** Totok Harjanto** Martina Sinta Kristanti** *Pengajar Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Jember ** Program Pendidikan Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada ABSTRACT The objective of study was getting a general overview on students' perception and readiness for IPE at the Faculty of Medicine, Universitas Gadjah Mada The methode of study was descriptive explorative with cross sectional design and quantitative as well as qualitative approaches. Samples consisted of 250 undergraduate students of medical education, nursing and health nutrition education at the Faculty of Medicine GMU taken with purposive sampling method. Quantitative data were obtained through questionnaire of interdisclipinary Education Perception Scale (IEPS) and Readiness Interprofessional Learning Scale (RIPLS). Qualitative data gathered through focus group discussion. Perception about IPE mainly belonged to good (86.8%). Readiness for IPE mainly belonged to good (92.8%). The result of Kruskal-Wallis test at significance 95% showed there was no difference in perception between students of medical education, nursing and health nutrition (p=0.628). There was difference in readiness for IPE between students of medical education, nursing and health nutrition (p=0.003). The result of Mann Whitney test showed there was difference in readiness for IPE between students of medical education and nursing (p=0.006) between medical education and health nutrition (p=0.027), but no difference between students of nursing and health nutrition (p=0.309). Perception and readiness for IPE of undergraduate students at the Faculty of Medicine GMU mainly belonged to good category. There was no difference in perception about IPE and there was difference in readiness for IPE between undergraduate students of medical education, nursing and health nutrition at the Faculty of Medicine, GMU. Keywords: perception, readiness, interprofessional education 184
2 PENDAHULUAN Konsep kolaborasi sudah lama dicetuskan sebagai salah satu usaha untuk menyelesaikan masalah (Waldfogel J., 1997). Seperti halnya dalam penelitian Institute for Healthcare Improvement (IHI) Amerika Serikat melaporan hasil pelaksanaan kolaborasi antar profesional kesehatan di unit perawatan intensif neonatal dapat menurunkan kejadian infeksi dari 22% menjadi 5% dalam 2 tahun. Laporan pelaksanaan lain dari IHI adalah 20% rumah sakit di Amerika Serikat berhasil menerapkan kolaborasi tenaga kesehatan dalam program Adverse Drug Events (ADEs). Selain itu dapat mengurangi kesalahan sebesar 50% dalam manajemen pengobatan (Øvretveit J, 2009) Bentuk konsep kolaborasi antar professional kesehatan dapat dimulai dari pendidikan terintegrasi. Menurut Hind (2003), pendidikan terintegrasi merupakan solusi yang tepat dalam menyikapi masalah pelayanan mutu kesehatan. Pelayanan mutu kesehatan seharusnya diimbangi dengan mutu pendidikan profesi kesehatan. Interprofessional Education (IPE) merupakan salah satu konsep pendidikan yang dicetuskan WHO sebagai pendidikan yang terintegrasi (WHO, 2006). Kualitas IPE akan lebih terlihat jika dilakukan dalam masa studi akademik dari pada diterapkan dalam pendidikan tingkat lanjut (Hammick et al, 2007). Berkaitan dengan kelebihan penerapan IPE dalam masa studi akademik menurut Coster (2008) adalah untuk menghindari terjadinya sikap yang buruk mengenai konsep bekerja antar profesi dan akan susah merubah konsep yang keliru tersebut saat terjun ke masyarakat. Masa studi akademik ini dapat dilakukan di instutusi pendidikan tinggi yang menghasilkan profesional kesehatan. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM) adalah suatu institusi pendidikan tinggi di Indonesia yang menghasilkan profesional di bidang kesehatan. FK UGM menyelenggarakan pendidikan formal untuk sarjana yang terdiri dari program studi pendidikan dokter,(pspd) Ilmu Keperawatan (PSIK) dan Gizi Kesehatan (PSGK), dengan beberapa kurikulum yang terintegrasi (UGM, 2009). Dalam pelaksanaan kurikulum di FK UGM, terdapat salah satu program terintegrasi yang telah dilaksanaakan yaitu Kuliah kerja Kesehatan Masyarakat (K3M). K3M merupakan kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh mahasiswa tahap profesi di FK UGM. (Direktorat administrasi akademik,. 2009). Peneliti mendapatkan data studi pendahuluan dengan cara wawancara terhadap beberapa mahasiswa tahap sarjana FK UGM yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 11 Mei 2009, bahwa mahasiswa tahap akademik juga membutuhkan pembelajaran yang terintegrasi. Hal ini berkaitan dengan pandangan mahasiswa bahwa kolaborasi adalah hal yang penting dalam pelayanan kesehatan dan mempertajam teori yang mendasari IPE untuk dilaksanakan di tahap akademik. IPE dapat diartikan sebagai suatu pelaksanaan pembelajaran yang diikuti oleh dua atau lebih profesi yang berbeda untuk meningkatkan kolaborasi dan 185
3 kualitas pelayanan dan pelakasanaanya dapat dilakukan dalam semua pembelajaran, baik itu tahap sarjana maupun tahap pendidikan klinik untuk menciptakan tenaga kesehatan yang professional. Pengembangan kompetensi IPE mengacu pada output yang diharapkan dalam pembelajaran dewasa, yang mengharapkan kognitif, afektif dan psikomotor berkembang bersama-sama. Kompetensi IPE berdasarkan Lee dibagi menjadi empat bagian utama, yaitu pengetahuan, skill, sikap dan kemampuan tim (Lee, 2009) Melihat uraian fakta dan fenomena di atas membuat peneliti merasa tertarik untuk mengetahui bagimana gambaran persepsi dan kesiapan mahasiswa tahap akademik tentang IPE di FK UGM pada tahap akademik. Persepsi yang positif dan kesiapan terhadap penerimaan IPE diharapkan akan menjadi bahan pertimbangan bagi institusi terhadap pengembangan konsep IPE di FK UGM. Pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kualitas lulusan profesi kesehatan. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dan menggunakan rancangan cross sectional. Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dengan responden mahasiswa tahap akademik yang terdiri dari program studi pendidikan dokter, ilmu keperawatan dan gizi kesehatan yang berjumlah 250 responden untuk pendekatan kuantitatif yang menggunakan menggunakan metode purposive sampling. pendekatan kualitatif responden berjumlah 17 mahasiswa tahap akademik. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden Karakteristik responden data kuantitatif terlihat dalam tabel sebagai berikut: Tabel.1. Karakteristik Responden Data Kuantitatif Berdasarkan Jenis Kelamin, Program Studi dan Angkatan di Fakultas Kedokteran UGM Pada Bulan Desember 2009 No Karakteristik 1 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 2 Program studi Jumlah (orang) Persentase (%) 28,4 71,6 Pendidikan dokter Ilmu keperawatan Gizi kesehatan ,0 22,4 21,6 186
4 3 Angkatan 2007/ /2009 Sumber: data primer ,2 46,8 Responden data kuantitatif menurut jenis kelamin paling banyak adalah perempuan dengan 71,6 %. Menurut program studi, paling banyak adalah pendidikan dokter dengan 56%. Berdasarkan angkatan, angkatan 2007/2008 adalah sampel terbanyak dengan 53,2%. Hal ini berkaitan, sesuai dengan data mahasiswa menurut Direktorat Administrasi Akademik UGM 8 dari ketiga program studi di Fakultas Kedokteran UGM jumlah mahasiswa program studi pendidikan kedokteran terbanyak dengan 368 orang. Persepsi mahasiswa tahap akademik terhadap IPE di Fakultas Kedokteran UGM Persepsi mahasiswa Fakultas kedokteran tahap akademik terhadap IPE secara kuantitatif dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel.2. Hasil Persepsi Mahasiswa Tahap Akademik Terhadap IPE di Fakultas Kedokteran UGM Pada Bulan Desember 2009 No Kategori Persepsi Jumlah (orang) Presentase (%) 1 Baik 217,0 86,8 2 Sedang 33,0 13,2 3 Buruk 0,0 0,0 Total 250,0 100,0 Sumber : Pengolahan data primer interprofessional itu tadi harus Berdasarkan Tabel 2 sebagian besar mahasiswa tahap akademik terhadap IPE mempunyai persepsi yang baik sebesar 86,8 %. Hasil analisis kuantitatif ini diperkuat dengan data kualitatif yang diperlihatkan dari beberapa kutipan dari responden FGD sebagai berikut: Dengan kita saling belajar IPE itu maka kita bisa tahu pembagian tugas, dengan tahu pembagian tugas itu kita jadi tahu bentuk kerja sama itu seperti apa.. (PD4) Diantara profesi-profesi yang bekerja sama dari saling bekerja dalam bidang masing-masing mereka saling mendukung dan.. mendukung dan menyatukan pendapat biar mampu memecahkan suatu masalah atau kasus ( GK3 ) Kutipan responden FGD tersebut mampu memandang komponen persepsi IPE yaitu mengenai pemahaman terhadap profesi lain, kompetensi masing-masing dari profesi, otonomi masing-masing profesi dan kebutuhan akan bekerja sama. Dari karakteristik program studi pun dari ketiga program studi terlihat dalam tabel dibawah ini : 187
5 Tabel.3. Hasil Persepsi Mahasiswa Tahap Akademik di Fakultas Kedokteran UGM Berdasarkan Program Studi pada Bulan Desember 2009 Pendidikan dokter Ilmu keperawatan Gizi kesehatan No Kategori Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Baik , , Cukup 20 14,3 8 14,3 5 9,3 3 Kurang 0 0,0 0 0,0 0 0, , , ,0 Sumber : data primer dari ketiga program studi di fakultas dokteran tingkat Persepsi terhadap IPE mempunyai hasil yang relatif sama, dari Program Studi Pendidikan Dokter (PSPD) dan ilmu keperawatan (PSIK) persepsi baik sebanyak 85,7 % dan dari gizi kesehatan (PSGK) sebesar 90,7%. hal ini memperkuat bahwa distribusi persepsi dari ketiga prodi mempunyai persepsi yang sama. Sejalan dengan Lee (2009) dalam penelitian tentang skala EIPS menyebutkan bahwa komponen persepsi tentang IPE terdiri dari kompetensi dan otonomi, persepsi kebutuhan untuk bekerja sama, kerjasama pada saat ini, dan pemahaman terhadap profesi lain. Barr (2005) juga memaparkan bahwa IPE adalah kolaborasi, persamaan kompetensi, bekerja dalam tim, pengalaman dan memandang sebagai ilmu terapan. Gabungan kemampuan individu terkait kognitif, afektif dan psikomotor terkait kompetensi masing-masing profesi dan pandangan mengenai kerja tim sangat mempengaruhi pembentukan profesi.. Secara umum,salah satu hal yang menonjol dalam IPE adalah praktek kolaborasi (Baker et al,2008) Terkait dengan tempat penelitian ini, yaitu Fakultas kedokteran merupakan fakultas dengan tiga program studi yang menghasilkan profesi kesehatan yakni pendidikan dokter, ilmu keperawatan dan gizi kesehatan, sehingga menjadi salah satu modal pembentuk persepsi mahasiswa mengenai IPE. Pendekatan multidisiplin yang terangkai dalam mata kuliah dari masing-masing Program Studi juga mampu membentuk persepsi terhadap IPE yang positif. Kegiatan mahasiswa di FK UGM menjadi salah satu pendukung pembetuk persepsi yang positif terhadap IPE. Kebiasaan dalam bekerja sama dan bertukar pikiran membuat kemampuan akan bekerja dalam tim yang melibatkan dua atau lebih profesi akan lebih terlihat. Kesiapan Mahasiswa Tahap Akademik Terhadap IPE di Fakultas Kedokteran UGM Hasil penelitian mengenai kesiapan mahasiswa tahap akademik secara kuantitatif yang diukur dengan RIPLS dapat dilihat pada tabel berikut : 188
6 Tabel 4. Hasil Kesiapan Mahasiswa Tahap Akademik Terhadap IPE di Fakultas Kedokteran Bulan Desember 2009 No Kategori kesiapan Jumlah Persentase (orang) (%) 1 Baik ,8 2 Sedang 18 7,2 3 Rendah 0 0,0 Total ,0 Sumber : data primer Tabel. 4 menunjukkan bahwa kesiapan mahasiswa terhadap IPE baik dengan 92,8%. Hal ini diperkuat dari petikan responden FGD sebagai berikut: Kalo saya sebagai mahasiswa sih siap-siap aja soalya memang itu termasuk keterampilan dasar untuk menjadi manusia tidak hanya menjadi seorang dokter atau ners atau atau nutrition, tapi sebagai seorang manusia karena memang manusia makluk sosial, kita ga bisa apa-apa kalo cuma sendirian ( PD2 ) Kalo menurut saya siap karena tergantung nanti mau penerapannya seperti apa gitu, tapi kalo mahasiswa secara umum mereka pun menginginkan adanya proses yang seperti itu ( PD4 ) Siap banget.apalagi mikirin juga apa tadi, kaya tadi pipit bialng besoknya kalau biar gak kaget kalau mau bener-bener harus dari awal dan kontinyu ( GK6 ) Hasil penelitian secara kualitatif, sebagian besar responden FGD siap untuk penerapan IPE mahasiswa. hal ini sesuai dengan penelitian Coster et. al (2008) tentang kesiapan mahasiswa terhadap IPE menunjukkan rata-rata skor yang tinggi untuk mahasiswa keperawatan, kebidanan, kedokteran gigi, kedokteran, fisioterapi, farmasi, gizi kesehatan dan terapi okupasi. Penelitian Dalton et. al (2007) tentang kesiapan di Universitas Tasmania, bahwa sebagian besar mahasiswa kesehatan mempunyai kesiapan yang bagus terhadap IPE. Data kesiapan mahasiswa tahap akademik yang dilihat dari program studi pun menggambarkan hal yang memperkuat hasil kesiapan mahasiswa tahap akademik secara total, seperti dalam tabel sebagai berikut: Tabel 5. Hasil Kesiapan Mahasiswa Tahap Akademik di Fakultas Kedokteran UGM Berdasarkan Program Studi Pada Bulan Desember 2009 No Kategori Pendidikan dokter Ilmu keperawatan Gizi kesehatan Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Baik , , ,1 2 Cukup 17 12,1 0 0,0 1 1,9 3 Kurang 0 0,0 0 0,0 0 0,0 Total , , ,0 Sumber : data primer 189
7 Dari ketiga program studi terlihat bahwa semua program studi mempunyai kesiapan yang baik dengan program studi ilmu keperawatan yang memiliki presentase tertinggi sebesar 100%. Sesuai dengan konsep kesiapan Parsell and Bligh (1999) yang dirangkum dalam RIPLS, komponen kesiapan terhadap IPE ada tiga hal penting, yaitu identitas masing-masing profesi, Teamwork, dan peran dan tanggung jawab. Tiga hal ini terlihat dari beberapa kutipan beberapa responden FGD sebagai berikut: ketika mereka belajar bersama sampai lulus saat mereka bekerja pun nanti mereka tidak merasa mereka bisa memerintah tapi memang sudah terjadi hubungan intersosial bahwa saya sudah tau kemampuan mereka itu apa saja dan tugasnya itu apa saja. Selain itu saya juga tau tugas dan kemampuan saya. Sehingga terjadi kerja sama yang baik, ya jadi IPE itu memang pentingnya disitu. ( PD2) Mungkin Karena disini untuk mengingatkan kita agar tidak terjadi overlapping antara independent, dependent dan interdependent. Jadi disini kita juga bisa menunjukkan ini lho tugas perawat, tidak sebagai pembantu dokter namun ada kewenangan khusus ( IK3) Saya rasakan sudah jelas perlu adanya kolaborasi ya dalam melaksanakan itu ya, ya tidak bisa melakukanya secara sendiri. Bahwa setiap melakukan keputusan, yang penting disitu, dan perbaikan yang penting adalah hal komunikasi, Jadi komunikasi antara dokter, antara perawat, perawat dengan dokter dan antar profesi, ( IK1) Contohnya itu kan nanti kerjanya di lingkup yang sama dengan kita dengan kerja sama pasti juga kita bisa mendapatkan hasil yang memuaskan yang lebih baik baik gitu ( GK2) Responden PD2 mampu memandang pentingnya teamwork dalam pelayanan kesehatan ke depan dan khususnya untuk penerapan IPE di Fakultas kedokteran UGM. Peran dan tanggung jawab profesi terlihat dalam kutipan responden IK3 sebagai mahasiswa ilmu keperawatan bahwa perawat bukan sebagai pembantu dokter saat kerja di lapangan. Komponen peran dan tanggung jawab profesi di dalam kesiapan IPE terdapat sub komponen yang menjelaskan bahwa salah satu penunjang dati peran dan tanggung jawab profesi adalah tidak adanya strata dalam pelayanan kesehatan yang kolaboratif antara dokter dan tenaga kesehatan lain (Parsell and Bligh, 1999). Pola komunikasi yang di jelaskan Barr (2005) sebagai pembangun konsep teamwork dalam IPE mampu dijelaskan oleh responden IK1. Responden GK2 menambahkan bahwa kerja sama sangat dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan. Kutipan FGD menggambarkan secara kualitatif bahwa mahasiswa tahap akademik Fakultas kedokteran sebagian besar mampu memahami komponen kesiapan terhadap IPE. Terkait dengan identitas masingmasing profesi, Teamwork, dan peran dan tanggung jawab. Namun hal ini bertolak belakang dengan pernyataan yang disampaikan responden PD5, seperti dalam kutipan berikut: 190
8 Kalo saya pribadi sih belum siap karena untuk bekerja suatu tim dalam pembelajaran harus punya modal paling tidak satu orang harus tau kompetensi orang lain sebagai partnernya. Sekarang ini saya tidak tau sistim pembelajaran di IK, di GK. Apa yang sudah mereka peroleh, apa yang menjadi kompetensi mereka saya sama sekali ga tau (PD5) Dari kutipan diatas menyebutkan bahwa responden PD5 belum siap dengan penerapan IPE di FK UGM, hal ini dikarenakan responden belum tahu akan sistem pembelajaran untuk ketiga program studi, dan kompetensi masingmasing profesi pun responden belum mengetahuinya. IPE seharusnya dilakukan di FK UGM untuk meningkatkan kemampuan kolaborasi yang akan membawa pelayanan kesehatan yang profesional, sesuai dengan pendapat Baker (2008) yang menyebutkan IPE merupakan metode yang menawarkan model kolaborasi antar professional kesehatan yang menjanjikan. Perbedaan Persepsi Mahasiswa Tahap Akademik PSPD, PSIK, Dan PSGK Terhadap IPE Perbedaan persepsi mahasiswa tahap akademik PSPD, PSIK dan PSGK terhadap IPE dihitung secara statistik dengan studi komparasi. melihat perbedaan persepsi mahasiswa pendidikan dokter, ilmu keperawatan dan gizi kesehatan. Adapun hasil nya terlihat dalam tabel berikut : Tabel 6. Uji Perbedaan Persepsi Antara Program Studi Pendidikan Dokter, Ilmu Keperawatan Dan Gizi Kesehatan Menggunakan Kruskal-Wallis Pada Bulan Desember 2009 No Kategori % % % P value Interpretasi Data 1 Baik 85,7 85,7 90,7 2 Cukup 14,3 14,3 9,3 0,628 Tidak ada perbedaan 3 Kurang 0,0 0,0 0,0 Total 100,0 100,0 100,0 Sumber : Pengolahan data primer Tabel 6 menggambarkan p = 0,628. Oleh karena p > 0,05, maka dapat diambil kesimpulan tidak ada perbedaan persepsi secara statistik antara mahasiswa PSPD, PSIK dan PSGK. Hal ini sejalan dengan penelitian Heriadi (2001) yang menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan secara statistik antara program studi ilmu keperawatan dengan pendidikan dokter mengenai persepsi hubungan kemitraan di Fakultas Kedokteran UGM. Gizi kesehatan adalah program yang menghasilkan profesi ahli gizi sebagai salah satu tenaga kesehatan. Salah satu komponen persepsi terhadap IPE adalah pemahaman terhadap profesi lain, menurut Tsani (2007) menyebutkan bahwa profesi ahli gizi sudah diakui oleh sebagian besar mahasiswa Fakultas kedokteran UGM. Pengakuan profesi ahli gizi memperkuat hasil komparasi antara PSPD, PSIK dan PSGK, bahwa tidak ada perbedaan 191
9 persepsi mengenai IPE. Karena pemahaman terhadap profesi gizi kesehatan sudah diakui oleh mahasiswa fakultas Kedokteran UGM. Berdasarkan pendapat Heriadi (2001) dan Tsani (2007) tidak adanya perbedaan persepsi terjadi akibat pemahaman antar profesi di FK UGM sudah cukup baik. Sesuai dengan pendapat Lee (2009) yang menyebutkan bahwa persepsi IPE akan baik jika mampu memahami profesi lain. Perbedaan Kesiapan Mahasiswa Tahap Akademik PSPD, PSIK Dan PSGK Terhadap IPE Perbedaan kesiapan mahasiswa tahap akademik PSPD, PSIK dan PSGK dihitung secara statistik dengan studi komparasi. Sebelum melakukan uji beda, data persepsi secara total dilakukan uji normalitas dengan menggunakan rumus kolomogorov-smirnov (2006). Data didapatkan tidak berdistribusi normal, sehingga uji beda menggunakan kruskal-wallis dengan melihat perbedaan kesiapan mahasiswa PSPD, PSIK dan PSGK seperti dalam tabel berikut: Tabel 7. Uji Perbedaan Persepsi Antara PSPD, PSIK Dan PSGK Menggunakan Kruskal-Wallis Pada Bulan Desember 2009 No Kategori % % % p value Interpretasi data 1 Baik 87,9 100, Cukup 12,1 0,0 1,9 0,003 Tidak ada perbedaan 3 Kurang 0,0 0,0 0,0 Total 100,0 100,0 100,0 Sumber : Pengolahan data primer Tabel 7 menggambarkan bahwa hasil uji krusskal-wallis terhadap kesiapan mahasiswa dari ketiga program studi dengan p = 0,003 oleh karena p < 0,005 sehingga dapat diinterprestasikan paling tidak terdapat perbedaan kesiapan secara statistik antara mahasiswa tahap akademik PSPD, PSIK dan PSGK. Perbedaan kesiapan sangat banyak faktor yang mempengaruhi, ketiga program studi mempunyai sistem pembelajaran yang berbeda dan SDM manusia terutama dosen yang berbeda, hal ini terkait dengan kesiapan akan IPE, berbeda dengan persepsi, komponen kesiapan, tergantung fasilitas dan role model dalam pembelajaran IPE. Fakultas kedokteran UGM berdiri pada tahun 1949, namun hanya sebatas Pendidikan Dokter, sedangkan PSIK berdiri tahun 1998 dan PSGK berdiri pada tahun Penerapan untuk IPE sangat membutuhkan role model yang berdedikasi terhadap IPE dan lingkungan pembelajaran yang mendukung terciptanya teamwork dan yang mampu menggambungkan teori dan praktek (Gaudet et al, 2009). Secara rinci perbedaan dari ketiga program studi ini menggunakan mann-withney untuk mengetahui perbedaan dari dua program studi,yakni perbedaan mahasiswa tahap akademik PSPD dan PSIK, PSPD dengan PSGK, serta PSIK dan PSGK 192
10 Adapun perbedaan kesiapan mahasiswa terlihat PSPD dan PSIK dalam tabel berikut: Tabel 8. Uji Perbedaan Persepsi Antara PSPD Dan PSIK Menggunakan Mann- Withney Test Pada Bulan Desember 2009 No Kategori Persentase (%) kesiapan PSPD PSIK 1 Baik 87, Cukup 12,1 0 3 Kurang 0 0 Sumber : Data Primer Uji beda Mann-Withney didalam tabel 8 didapatkan hasil p = 0,006, oleh karena p < 0,05 sehingga terdapat perbedaan kesiapan antara mahasiswa PSPD dan PSIK. Penelitian Morrison (2004) memperkuat hasil penelitian ini yang menyebutkan bahwa ada perbedaan dalam komponen identitas profesi antara mahasiswa Kedokteran dan mahasiswa Keperawatan. Dimana identitas profesi adalah Nilai kepercayaan (p) Interpretasi 0,0006 Ada perbedaan salah satu komponen dalam kesiapan terhadap IPE (Barr, 2005). Hal ini menurut temuan Morrison (2004), perbedaan tersebut dikarenakan mahasiswa kedokteran memandang mereka mempunyai pengetahuan dan skill yang lebih dari pada profesi kesehatan yang lain. Perbedaan kesiapan mahasiswa PSPD dan PSGK terlihat dalam tabel berikut: Tabel 9. Uji Perbedaan Persepsi Antara PSPD Dan PSGK Menggunakan Mann- Withney Test Pada Bulan Desember 2009 No Kategori kesiapan Persentase (%) PSPD PSGK Nilai kepercayaan (p) Interpretasi 1 Baik 87,9 98,1 2 Cukup 12,1 1,9 0,027 ada perbedaan 3 Kurang 0,0 0,0 Sumber : Pengolahan data primer Tabel 9 menggunakan uji beda mann withney, didapatkan hasil p = 0,027, oleh karena p < 0,05 sehingga terdapat perbedaan kesiapan antara mahasiswa program studi pendidikan dokter dan gizi kesehatan. Fakta di Fakultas kedokteran menyebutkan bahwa pembelajaran 193
11 konvensional gizi kesehatan terutama mata kuliah ilmu penyakit, biokimia, anatomi dan fisiologi diberikan oleh dosen dengan berlatar belakang dokter. Berbeda dengan pendidikan dokter yang hanya dalam elective block yang diampu oleh dosen dari gizi kesehatan. Sehingga penanaman pemahaman tentang profesi dan peran masing-masing profesi berbeda antara pendidikan dokter dan gizi kesehatan. Namun secara teori dan hasil penelitian di beberapa Negara menyebutkan hal yang berbeda. Menurut Coster (2008) ada hubungan antara identitas profesi dan kesiapan terhadap penerapan IPE. Dalam membangun identitas profesi menurut Barr (2005) salah satu faktor yang mempengaruhi adalah lingkungan pemebelajaran yang mendukung. Metode PBL merupakan salah satu metode pembelajaran dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran teamwork (Reynolds, 2002). Pendidikan dokter telah menggunakan pembelajaran dengan metode pembelajaran dengan metode PBL, sementara gizi kesehatan masih menggunakan sistem konvensional dalam perkuliahannya. Dengan beberapa teori yang telah dijelaskan seharusnya kesiapan mahasiswa program studi pendidikan dokter harus lebih tinggi dari pada program studi gizi kesehatan, namun hal ini terkait dengan tempat dan populasi penelitian yang berbeda dengan penelitian sebelumnya mengenai kesiapan terhadap IPE. Perbedaan kesiapan mahasiswa PSIK dan PSGK terlihat dalam tabel berikut : Tabel 10. Uji Perbedaan Kesiapan Antara PSIK Dan PSGK Menggunakan Mann-Withney Test Pada Bulan Desember 2009 No 1 2 Kategori kesiapan Baik Cukup Persentase (%) PSIK PSGK 100,0 98,1 0,0 1,9 Nilai kepercayaan (p) 0,309 Interpretasi Tidak ada perbedaan 3 Kurang 0,0 0,0 Sumber : Pengolahan data primer 194
12 Perbedaan Kesiapan antara PSIK dan PSGK secara statistik menggunakan uji beda mann withney, didapatkan hasil p = 0,309, oleh karena p > 0,05 sehingga tidak terdapat perbedaan kesiapan antara mahasiswa program studi pendidikan dokter dan gizi kesehatan. Menurut Lee (2009) dosen maupun staff mengajar menjadi salah satu faktor pembentuk kesiapan mahasiswa dalam penerapan IPE. Menurut Barr (2003), dorongan positif dari institusi penyelenggara sangat berperan dalam pendukung pelaksanaan IPE. Program studi ilmu keperawatan dan gizi kesehatan mempunyai dasar ilmu pembentuk yang sama, dan dosen yang mengampu dasar ilmu adalah sama, yaitu dari latar belakang dokter, sehingga penanaman pemahaman terhadap profesi lain akan lebih sering terpapar dan terbentuk dari pada program studi pendidikan dokter. Kesamaan yang mendasar adalah role model pendidikan antara PSIK dan PSGK yang selaras, ditambah penunjang kurikulum yang mendukung peningkatan identitas profesi. Sejalan dengan Coster (2008) yang menjelaskan identitas profesi akan selaras dalam kesiapan terhadap IPE. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1 Persepsi mahasiswa tahap akademik di Fakultas Kedoteran UGM terhadap IPE sebagian besar dalam kategori baik. 2 Kesiapan mahasiswa tahap akademik di Fakultas Kedoteran UGM terhadap IPE sebagian besar dalam kategori baik. 3 Tidak terdapat perbedaan persepsi secara statistik terhadap IPE antara mahasiswa tahap akademik program studi pendidikan dokter, ilmu keperawatan dan gizi kesehatan Fakultas Kedokteran UGM. 4 Terdapat perbedaan kesiapan secara statistik terhadap IPE antara mahasiswa tahap akademik program studi pendidikan dokter, ilmu keperawatan dan gizi kesehatan Fakultas kedokteran UGM Saran-saran 1 Bagi institusi pendidikan, agar mampu membuat suatu kurikulum dalam tahap akademik yang berorientasi terhadap kolaborasi maupun IPE dalam menunjang mutu pendidikan tahap akademik dalam professional kesehatan dengan landasan bahwa persepsi dan kesiapan sudah baik dari mahasiswa tahap akademik FK UGM. 2 Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggali lebih dalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan kesiapan mahasiswa terhadap IPE serta hubungan antara persepsi dan kesiapan terhadap IPE pada mahasiswa tahap akademik yang mampu digeneralisasikan. DAFTAR PUSTAKA Waldfogel J The new wave of service integration. Social service review 1997;(37): Øvretveit J Evaluation Of Quality Improvement Programmes [Serial online] [cited 2009 March 14] ; 11: Available from: URL : 195
13 qshc.bmj.com/content/11/3/27 0.abstract Hind M., Norman I., Cooper S., Gill E Interprofessional Perception of Health Service student. Journal Interprofessional care [serial online]. [cited 2009 may 15]: 17 (1); available from bmed/ World Health Organization(WHO) World Health Report 2006: Working Together for Health. [cited 2009 April 22] Available from URL: HTTP// ssionals/announcement.pdf Hammick M, Freeth D, Koppel I, Reeves S & Barr H A Best Evidence Systematic Review of Interprofessional Education Medical Teacher (in press)[cited 2009 may 15]. Available from: org/beme/pages/reviews/hamm ick.html Coster, S Interprofessional Attitudes Amongst Undergraduate Students In The Health Professions: A Longitudinal Questionnaire Survey. International Journal of Nursing Studies[serial online] [cited 2009 may 14] :45 (2008); Available from: URL : Universitas gadjah mada Buku Panduan Akademik Yogyakarta: Gadjah Mada University press. Direktorat administrasi akademik Data mahasiswa UGM [cited 2009 dec 30]. Available from: URL:HTTP// Lee, R Interprofessional Education: Principles and Application. Pharmacotherapy [Serial online] [cited 2009 June 29] : 29 (3); 145e 164e. Available from: URL : Barr, H Effective Interprofessional Education: Argument, Assumption and Evidence.1 st ed. Oxford: Blackwell Publishing. Baker, C., Pulling, C., McGraw, R., Dagnone, J. D., Hopkins- Rosseel, D., &Medves, J Simulation in Interprofessional Education for Patient-Centred Collaborative Care. Journal of Advanced Nursing : 64(4); Dalton, L., Spencer, D., Howarth, H Report of The Investigation of Undergraduate Health Science Student Attitudes Toward Interprofessional Education. Tasmania: University Department of Rural Health. [cited 8 th of February 2010].. Available from: u.au Parsell G, Bligh J The development of a questionnaire to assess the readiness of health care students for interprofessional learning (RIPLS). Med Educ, 1999 ;33: Dahlan S Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. 196
14 Jakarta: PT ARKANS. Heriadi Persepsi mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM tentang hubungan kemitraan dokter-perawat. tidak diterbitkan: Skripsi S1 Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM. Tsani A Fahmi Arif Persepsi mahasiswa Fakultas kedokteran terhadap Kompetensi Ahli gizi. tidak diterbitkan: Skripsi S1 Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM. Gaudet J, Wolfson L Shekter, Seaberg R, Stulla D, Cohoon C, Kapelus G, Goldman J, et. Al Implementing and evaluating interprofessional education for health sciences students: Early experiences from a Canadian College. Journal of interprofessional care [cited 2009 may 15]. Available from: Morison, S Developing pre-qualification interprofessional education for nursing and medical students: sampling student attitudes to guide development. Nurse Education in Practice [Serial online] [cited 2009 june 26] ; (4): Available from: URL : urnal/nepr Reynolds F.,Crookenden R Collaborative teamwork skills: how are they developed through interprofessional education and are they applicable in the practice setting?[cited 2010 feb 28]. Available URL: ac.uk/projects/miniprojects/rey nolds.pdf Barr, H., Undergraduate Interprofessional Education. Education Committee Discussion Document. Available URL: 197
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbahaya, salah satunya medical error atau kesalahnan medis. Di satu sisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini yang paling dibutuhkan dalam dunia kesehatan adalah kerja sama tim antar sesama profesi kesehatan. Keselamatan dan kualitas pelayanan kesehatan bergantung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organization (WHO) menyatakan setiap menit seorang wanita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan setiap menit seorang wanita meninggal selama persalinan atau melahirkan. Nour (2008) dalam jurnal Review in Obstetric and
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN orang meninggal pertahun akibat medication error. Medication error
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang The Bussiness Case for Medication Safety memperkirakan sekitar 7.000 orang meninggal pertahun akibat medication error. Medication error adalah jenis medical error yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan yang bermutu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era global seperti saat ini, seorang tenaga kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan yang bermutu dapat diperoleh dari kolaborasi
Lebih terperinciPERSEPSI DOSEN STIKES AISYIYAH SURAKARTA TERHADAP INTER PROFESIONAL EDUCATION (IPE)
PERSEPSI DOSEN STIKES AISYIYAH SURAKARTA TERHADAP INTER PROFESIONAL EDUCATION (IPE) Ida Nur Imamah 1 ; Martini Listrikawati 2 1. Dosen STIKES Aisyiyah Surakarta 2. Fasilitator PKH Kemensos iedaimamah@gmail.com
Lebih terperinciPERBEDAAN PERSEPSI MAHASISWA TAHAP PROFESI DI FKIK UMY TENTANG INTERPROFESSIONAL EDUCATION DI ASRI MEDICAL CENTER YOGYAKARTA
PERBEDAAN PERSEPSI MAHASISWA TAHAP PROFESI DI FKIK UMY TENTANG INTERPROFESSIONAL EDUCATION DI ASRI MEDICAL CENTER YOGYAKARTA Differences in Perceptions of Students Stage Clinical in FKIK UMY About Interprofessional
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. antar profesi kesehatan (IPE) pada bulan September 2013 setelah melalui
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta mulai mengimplementasikan pembelajaran
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan di era global. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang bermutu menjadi sebuah tuntutan bagi pemberi pelayanan kesehatan di era global. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, di Amerika Serikat penyebab kematian nomer tiga pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan sistem pelayanan kesehatan mempengaruhi praktik dalam pelayanan kesehatan, di Amerika Serikat penyebab kematian nomer tiga pada pasien adalah dampak dari kesalahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sistem pelayanan kesehatan untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Institute of Medicine (IOM) melalui Crossing the quality Chasm : A New Health System for the 21 st Century mengatakan diperlukan pembaharuan dalam sistem pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terfragmentasi dan kebutuhan kesehatan masyarakat tidak terpenuhi. Tenaga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem kesehatan di seluruh dunia saat ini sedang mengalami kondisi krisis, yaitu kekurangan tenaga kesehatan, distribusi serta perpaduan tenaga kesehatan yang belum
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KESIAPAN MAHASISWA FKIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA MENGHADAPI INTERPROFESIONAL EDUCATION (IPE)
Naskah Publikasi HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KESIAPAN MAHASISWA FKIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA MENGHADAPI INTERPROFESIONAL EDUCATION (IPE) Diajukan Oleh: ERNA SUSANTI 20120320106 PROGRAM
Lebih terperinciInterprofessional Education: Sebuah Ulasan Singkat. Zakka Zayd Zhullatullah Jayadisastra. Staff Kajian Medical Education and Profession (MEP) ISMKI
Interprofessional Education: Sebuah Ulasan Singkat Zakka Zayd Zhullatullah Jayadisastra Staff Kajian Medical Education and Profession (MEP) ISMKI Research Head of IPE Research Project, MEP ISMKI Staff
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Keaslian penelitian ini dapat dijamin. Beberapa penelitian yang terkait dengan topik ini adalah sebagai berikut : 1. Presepsi dan Kesiapan Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan bahwa terdapat negara dengan beban Human Immunodeficiency Virus (HIV) tertinggi dan kasus
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tradisional yang berbasis silo dimana setiap tenaga kesehatan tidak mempunyai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kurangnya komunikasi antar petugas kesehatan dikatakan menjadi salah satu penyebab dari ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan. Hal ini dapat berujung kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerawanan terjadi kesalahan medik (medical error). Kasus kematian akibat
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sistem pelayanan kesehatan yang berkualitas terus mengalami perubahan, baik dalam hal kemajuan teknologi maupun prosedur layanan kesehatan yang digunakan (Siegler &
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan keterkaitan antara kategori attachment, patient-centered
BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan keterkaitan antara kategori attachment, patient-centered care process, dan outcome Hasil penelitian menunjukkan terjadinya 2 insiden yang berbeda menurut persepsi pasien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tim pelayanan kesehatan merupakan sekelompok profesional yang mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan keahlian berbeda. Tim akan berjalan dengan baik bila setiap
Lebih terperinciPERSEPSI DAN KESIAPAN DOSEN TERHADAP PEMBELAJARAN INTERPROFESIONAL.
ABSTRACT PERSEPSI DAN KESIAPAN DOSEN TERHADAP PEMBELAJARAN INTERPROFESIONAL Arif Eko Yuniawan 1, Wastu Adi Mulyono 2, Dwi Setiowati 3 1 Perawat RSU dr. Moewardi, Surakarta 2 Jurusan Keperawatan FIKES Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pergeseran paradigma pendidikan kedokteran di Indonesia dari pembelajaran berpusat pada pendidik (teacher centered learning/tcl) kearah pembelajaran berpusat pada
Lebih terperinciSKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran KEVIN PIETER TOMAN G FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN OLEH KELOMPOK MAHASISWA PROFESI DOKTER DAN KEBIDANAN DENGAN METODE PEMBELAJARAN INTERPROFESSIONAL EDUCATION (IPE) BERBASIS KOMUNITAS SKRIPSI Untuk
Lebih terperinciPERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA
PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA Sri Hartutik, Irma Mustikasari STIKES Aisyiyah Surakarta Ners_Tutty@yahoo.com
Lebih terperinciHubungan Efikasi Diri dengan Kesiapan Interprofessional Education (IPE) Mahasiswa Ilmu Keperawatan dan Pendidikan Dokter USU
Hubungan Efikasi Diri dengan Kesiapan Interprofessional Education (IPE) Mahasiswa Ilmu Keperawatan dan Pendidikan Dokter USU SKRIPSI Oleh Zevelyn Grace Sirait 111101126 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. medical error antara % dari jumlah pasien dengan %. Medical
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Medical Error adalah setiap kejadian yang dapat dihindari yang menyebabkan atau berakibat pada pelayanan kesehatan yang tidak tepat atau membahayakan pasien (NCC MERPP,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mahasiswa ilmu keperawatan. Lulus dari ujian merupakan keharusan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Evaluasi program sarjana merupakan komponen utama dalam menilai kemampuan peserta didik pada pendidikan tinggi ilmu keperawatan. Pengujian klinik lapangan merupakan
Lebih terperinciRelation Between Cognitive Ability With Interprofession Teamwork Skills In Profession Stage Students At FKIK UMY
Relation Between Cognitive Ability With Interprofession Teamwork Skills In Profession Stage Students At FKIK UMY Hubungan Antara Kemampuan Kognitif Dengan Kemampuan Kerjasama Tim Interprofesi Pada Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahan obat dan obat tradisional. Pekerjaan Kefarmasian harus dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan proses penting dari perubahan. perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan proses penting dari perubahan perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakannya (Anni, 2004). Belajar juga merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan, dari, dan tentang satu sama lain untuk meningkatkan kolaborasi
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Interprofessional Education (IPE) 1. Definisi IPE Menurut the Center for the Advancement of Interprofessional Education (CAIPE, 1997), IPE adalah dua atau lebih profesi belajar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Efikasi diri 1.1 Pengertian efikasi diri Efikasi diri merupakan keyakinan seseorang akan kemampuannya dalam mengatur dan melaksanakan suatu tindakan yang ingin dicapai (Bandura
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1 Interprofessional Education (IPE) a. Pengertian IPE Interprofessional education (IPE) adalah metode pembelajaran yang interaktif, berbasis kelompok, yang dilakukan
Lebih terperinciAnalisis Persepsi, Motivasi, dan Kesiapan Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sumatera Utara pada Interprofessional Education (IPE)
Analisis Persepsi, Motivasi, dan Kesiapan Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan pada Interprofessional Education (IPE) SKRIPSI Oleh: Winda Yani Sinambela 111101040 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lebih terperinciINTISARI
TINGKAT KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANTAR PROFESI PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER DAN FARMASI YANG TERPAPAR INTERPROFESSIONAL EDUCATION(IPE) DI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MUTU PELAYANAN POLIKLINIK DIAN NUSWANTORO DENGAN KEPUTUSAN PEMANFAATAN ULANG DI UPT POLIKLINIK DIAN
1 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MUTU PELAYANAN POLIKLINIK DIAN NUSWANTORO DENGAN KEPUTUSAN PEMANFAATAN ULANG DI UPT POLIKLINIK DIAN NUSWANTORO SEMARANG TAHUN 2015 Ramdhania Ayunda Martiani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain dengan istilah transfer of knowledge.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergeseran pembelajaran adalah pergeseran paradigma, yaitu paradigma dalam cara kita memandang pengetahuan, paradigma belajar dan pembelajaran itu sendiri. Paradigma
Lebih terperinciPERSEPSI MAHASISWA TENTANG INTERPROFESSIONAL EDUCATION (IPE) DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
PERSEPSI MAHASISWA TENTANG INTERPROFESSIONAL EDUCATION (IPE) DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fenomena yang terjadi saat ini menunjukan bahwa peran masing-masing
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Fenomena yang terjadi saat ini menunjukan bahwa peran masing-masing profesi kesehatan di Indonesia belum berjalan maksimal, dapat dilihat ketika berada di tempat pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pharmaceutical care menggeser paradigma praktik kefarmasian dari drug
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pharmaceutical care menggeser paradigma praktik kefarmasian dari drug oriented menjadi patient oriented (Hepler dan Strand, 1990). Perubahan paradigma tersebut mempengaruhi
Lebih terperinciEtika Profesi dan Pendidikan Interprofesional
Etika Profesi dan Pendidikan Interprofesional Nur Azid Mahardinata, dr Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Disampaikan pada: Pertemuan Koordinas Pengelola Pendidikan Tenaga Kesehatan Tahun 2015
Lebih terperinciABSTRACT
CORRELATION BETWEEN PROGRESS TESTING SCORE ON PROFESSION STAGE WITH CUMULATIVE GRADE POINT ACADEMIC OF GRADUATED DENTISTRY STUDENT OF UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA HUBUNGAN ANTARA NILAI PROGRESS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuntutan global akan mutu lulusan pendidikan dan sistem Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan global akan mutu lulusan pendidikan dan sistem Pendidikan Tinggi (PT) saat ini membawa konsekuensi untuk memperkuat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta kualitas pelayanan kesehatan (Majumdar, et al., 1998; Steinert, 2005).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya kompleksitas permasalahan dan kemajuan teknologi di bidang kesehatan menyebabkan diversifikasi profesi kesehatan (Hall dan Waver, 2001). Pendidikan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. seorang perawat harus memiliki sertifikat kompetensi (DEPKES, 2014).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk dapat menjalankan praktik keperawatan, seorang perawat wajib memiliki Surat Tanda Registrasi (STR). Sedangkan untuk mendapatkan STR, seorang perawat harus memiliki
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. korelasional yaitu dengan mengkaji hubungan kesiapan IPE dan kemampuan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional yaitu dengan mengkaji hubungan kesiapan IPE dan kemampuan SDM dengan pendekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terselenggaranya pelayanan kesehatan yang berkualitas juga (Depkes, 2007).
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan kesehatan yang berkualitas akan mendukung terselenggaranya pelayanan kesehatan yang berkualitas juga (Depkes, 2007). Perawat merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengajar dan peserta didik dalam mencapai tujuan learning outcome.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh pengajar dan peserta didik dalam mencapai tujuan learning outcome. Pendekatan pembelajaran juga merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan mereka untuk melakukan tugas dan fungsinya dalam kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN Latar belakang penelitian Tujuan melakukan terapi pada seorang pasien adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Menurut Donald (2003) kualitas hidup adalah sesuatu yang dideskripsikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Kesiapan (readiness) terhadapinteprofesional Education (IPE)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Interprofesional Education (IPE) a. Kesiapan (readiness) terhadapinteprofesional Education (IPE) The Interprofesional Education for Collaborative Patient-Centered
Lebih terperinciGambaran Pelaksanaan Problem-Based Learning Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
Gambaran Pelaksanaan Problem-Based Learning Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi Anggia Rohdila Sari 1, Nyimas Natasha Ayu Shafira 2 Fakultas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif non-eksperimental
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif non-eksperimental yang menggunakan pendekatan kuantitatif dan rancangan cross sectional dengan cara pendekatan,
Lebih terperinciJohn Toding Padang, Novita Medyati
HUBUNGAN KINERJA PERAWAT PROFESIONAL DENGAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH MAHASISWA PROFESI NERS DI RSUD JAYAPURA PROPINSI PAPUA (Relationship Between Professional Nurse Performance with Clinical
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah perguruan tinggi swasta mengalami peningkatan di Indonesia. Orientasi perguruan tinggi swasta yang lebih mementingkan politik ekonomi merupakan fenomena umum
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Interprofessional Education (IPE) a. Definisi IPE merupakan suatu pelaksanaan pembelajaran yang diikuti oleh dua atau lebih profesi yang berbeda untuk meningkatkan
Lebih terperinciPatria Asda STIKES Wira Husada Yogyakarta ABSTRACT
HUBUNGAN BIMBINGAN KLINIK OLEH PEMBIMBING KLINIK AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR KLINIK MAHASISWA SEMESTER V DIII KEPERAWATAN STIKES WIRA HUSADA TAHUN AJARAN 2010/2011 Relationship Between Clinical Guidance
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Karakteristik Responden
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Kuantitatif 1. Karakteristik Responden Pengumpulan data kuantitatif pada penelitian ini dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner SRSSDL menggunakan kuesioner
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersama, belajar dari profesi kesehatan lain, dan mempelajari peran masingmasing
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Health Oranization (WHO) mencetus kan Interprofessional Education (IPE) sebagai sebuah konsep pendidikan terintegrasi untuk meningkatkan kemampuan kolaborasi
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
40 JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOL. IV, NO. 1, AGUSTUS 2016 HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Fika Nur
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AKADEMIK SISWA SMA NEGERI 5 SURAKARTA
1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AKADEMIK SISWA SMA NEGERI 5 SURAKARTA SKRIPSI Oleh : SRI WULANNINGSIH K4308057 FAKULTAS KEGURUAN
Lebih terperinciKeywords: knowledge, skills, Competency-Based Curriculum (CBC), conventional curriculum
PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN KLINIK MAHASISWA DENGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DAN KONVENSIONAL DI BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU Alifa Tahnia 1, M. Yulis Hamidy 2,
Lebih terperinciNaskah Publikasi Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta SRI MUHARNI
PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PERAN TUTOR DALAM PELAKSANAAN SEVEN JUMPS PADA DISKUSI TUTORIAL MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH Naskah Publikasi Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menunjang kinerja setelah lepas dari institusi pendidikan (Barr, 2010)
BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Masing-masing profesi kesehatan di pelayanan kesehatan memiliki peran yang berbeda. Namun pada praktiknya, profesional kesehatan tidak akan bekerja sendirian namun
Lebih terperinciHubungan Bimbingan Belajar UKMPPD dengan Kelulusan UKMPPD Computer Bassed Test Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Periode Mei 2017
Available online at http://jurnal.abulyatama.ac.id/dedikasi ISSN 2548-8848 (Online) Universitas Abulyatama Jurnal Dedikasi Pendidikan Hubungan Bimbingan Belajar UKMPPD dengan Kelulusan UKMPPD Computer
Lebih terperinciDiajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
HUBUNGAN ANTARA KETRAMPILAN SOSIAL DAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT I DAN II PRODI DIII KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Lebih terperincikedokteran keluarga, salah satunya adalah patient centered care. Dalam
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari tiga dekade terakhir ini, model pendekatan secara biopsikososial oleh dokter terhadap pasien telah menjadi suatu hal yang dianggap penting dan efektif dalam dunia
Lebih terperinciSKRIPSI HUBUNGAN PENERAPAN KOMUNIKASI EFEKTIF PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD DR. ADNAAN WD PAYAKUMBUH TAHUN 2016
PAYAKUMBUH TAHUN Dosen Pembimbing: 1. Ns. Zifriyanthi Minanda Putri, M.Kep 2. Ns. Windy Freska, S.Kep.,M.Kep PAYAKUMBUH TAHUN PAYAKUMBUH TAHUN Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang
Lebih terperinciEunike Relsye Umboh Billy J. Kepel Rivelino S. Hamel
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO Eunike Relsye Umboh Billy J. Kepel Rivelino
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah profesi kesehatan yang berfokus pada individu,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tenaga kesehatan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting dalam pencapaian keoptimalan derajat kesehatan. Salah satu tenaga kesehatan yang jumlahnya
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN Di bangsal penyakit dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang periode 1-31 Januari 2012 JURNAL PENELITIAN
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh
Lebih terperinciPERBEDAAN HASIL BELAJAR PSIKOMOTORIK PADA METODE DEMONSTRASI DAN AUDIOVISUAL-FLOWCHART DALAM PEMASANGAN IUD KARYA TULIS ILMIAH
PERBEDAAN HASIL BELAJAR PSIKOMOTORIK PADA METODE DEMONSTRASI DAN AUDIOVISUAL-FLOWCHART DALAM PEMASANGAN IUD KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Lebih terperinciKata Kunci: Problem Based Learning (PBL), Ekspositori, dan Hasil Belajar. Abstract
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN PEMBELAJARAN EKSPOSITORI TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS IV SISWA SD ATHIRAH KOTA MAKASSAR 1 Nurhadifah Amaliyah, 2 Waddi Fatimah,
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : BAGUS PRASETIO 0502R00260
HUBUNGAN MOTIVASI DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DENGAN PENCAPAIAN TARGET KETERAMPILAN KLINIK KEPERAWATAN PADA MAHASISWA PROFESI STIKES AISYIYAH DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan kinerja tim multidisiplin
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan kinerja tim multidisiplin termasuk di dalamnya ialah tim keperawatan. Keperawatan merupakan ujung tombak pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran dengan teman sebaya (Peer-Assisted Learning; selanjutnya disingkat PAL) sudah cukup populer dan sejak lama digunakan dalam pendidikan kedokteran. Jika
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI MAHASISWA SARJANA KEPERAWATAN UNTUK MELANJUTKAN PENDIDIKAN PROFESI NERS DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI MAHASISWA SARJANA KEPERAWATAN UNTUK MELANJUTKAN PENDIDIKAN PROFESI NERS DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Nur Rakhmawati* Arif Widodo** Abstract Based on the
Lebih terperinciTINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA PROFESI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI RSGMP UNSRAT MANADO
TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA PROFESI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI RSGMP UNSRAT MANADO 1 Juwita Purnamasari 2 Pemsy M. Wowor 3 Elita Tambunan 1 Kandidat Skripsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni pada era global
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni pada era global saat ini, menuntut perguruan tinggi untuk menyesuaikan tuntutan dunia kerja, alasan ini dikembangkan
Lebih terperinciKESIAPAN MAHASISWA UNTUK BELAJAR KERJASAMA INTERPROFESI DALAM PERAWATAN ANTENATAL
KESIAPAN MAHASISWA UNTUK BELAJAR KERJASAMA INTERPROFESI DALAM PERAWATAN ANTENATAL (The Readiness of Students to Learn Interprofessional Teamwork in Antenatal Care) Dina Zakiyyatul Fuadah*, Sunartini Hapsara**,
Lebih terperinciPENGARUH PENERAPAN SERVICE LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012
PENGARUH PENERAPAN SERVICE LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : VITA ANGGUN CAHYANI K4308059 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
Lebih terperinciHUBUNGAN KARATERISTIK PERAWAT DENGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PROSES KEPERAWATAN DAN DIAGNOSIS NANDA
HUBUNGAN KARATERISTIK PERAWAT DENGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PROSES KEPERAWATAN DAN DIAGNOSIS NANDA Anindini Winda Amalia 1, Rr. Tutik Sri Hariyati 2 1 Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Lebih terperinciTesis Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta S U T I K NIM
PENGARUH PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING JIGSAW TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA PRODI S1 KEPERAWATAN STIKES GANESHA HUSADA KEDIRI Tesis Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pembelajaran IPE berbasis komunitas memberikan dampak positif dengan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.I Kesimpulan 1. Pembelajaran IPE berbasis komunitas memberikan dampak positif dengan adanya peningkatan kemampuan kolaboratif (komunikasi, kolaborasi, peran dan tanggung jawab,
Lebih terperinciTINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA DALAM MERAWAT PASIEN JIWA PADA PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN JIWA
TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA DALAM MERAWAT PASIEN JIWA PADA PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN JIWA Herry Prasetyo 1, Petrus Nugroho D.S 2 1,2 Jurusan Keperawatan Prodi Keperawatan Purwokerto Poltekkes Semarang
Lebih terperinciHUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA D-IV KEBIDANAN TENTANG PROFESI BIDAN PENDIDIK DENGAN PRESTASI BELAJAR DI STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA
HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA D-IV KEBIDANAN TENTANG PROFESI BIDAN PENDIDIK DENGAN PRESTASI BELAJAR DI STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA Qonita 1, Umu Hani Edi N 2 Abstract : Education Diploma in Midwifery IV is
Lebih terperinciPERBEDAAN PERSEPSI LINGKUNGAN PEMBELAJARAN PADA MAHASISWA INTROVERT DAN EKSTROVERT DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SKRIPSI
PERBEDAAN PERSEPSI LINGKUNGAN PEMBELAJARAN PADA MAHASISWA INTROVERT DAN EKSTROVERT DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran DEWI NUR MAHARANI G0012059
Lebih terperinciKORELASI ANTARA KEMAMPUAN KOGNITIF MAHASISWA PADA MATA KULIAH TELAAH KURIKULUM FISIKA DAN PENGEMBANGAN PROGRAM PENGAJARAN FISIKA
http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/gravity ISSN 2442-515x, e-issn 2528-1976 GRAVITY Vol. 2 No. 1 (2016) KORELASI ANTARA KEMAMPUAN KOGNITIF MAHASISWA PADA MATA KULIAH TELAAH KURIKULUM FISIKA DAN PENGEMBANGAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran di pendidikan kedokteran terdiri dari : a. Outcome-based curriculum Pembelajaran metode outcome-based curriculum
Lebih terperinciHUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS SKRIPSI
HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh : IZMI IKA FITRIYANI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN KESIAPAN DALAM INTERPROFESSIONAL EDUCATION (IPE) DENGAN KEMAMPUAN SHARED-DECISION MAKING (SDM) PADA MAHASISWA PROFESI FKIK UMY Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Lebih terperinciSUCI ARSITA SARI. R
ii iii iv ABSTRAK SUCI ARSITA SARI. R1115086. 2016. Pengaruh Penyuluhan Gizi terhadap Pengetahuan Ibu tentang Pola Makan Balita di Desa Sambirejo Kecamatan Mantingan Kabupaten Ngawi. Program Studi DIV
Lebih terperinciANALISIS PENGALAMAN KERJA TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK
ANALISIS PENGALAMAN KERJA TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK Vitrianingsih 1, Sitti Khadijah 2 Program Studi D-IV Bidan Pendidik, Universitas Respati
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PRASYARAT... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...
Lebih terperinciHUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: DEWI YULIANA 201310201016 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU
Lebih terperinciARIF HIDAYAT A
ANALISIS KESULITAN BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH EKONOMI MAKRO DI TINJAU DARI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR DOSEN DAN PARTISIPASI DALAM PEMBELAJARAN PADA MAHASISWA PENDIDIKAN AKUNTANSI
Lebih terperinciPERSEPSI MENGENAI PEMBELAJARAN KIMIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN
Pendidikan ISBN : 979-498-467-1 PERSEPSI MENGENAI PEMBELAJARAN KIMIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN Agus Sudaryanto& Okti Sri Purwanti Jurusan Keperawatan Fak Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Lebih terperinciPENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE PREDICTION GUIDE DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE PREDICTION GUIDE DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA 1) Diah Tri Wahyuni, 2) Singgih Bektiarso, 2) Sri Wahyuni 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika 2) Dosen
Lebih terperinciPatria Asda, A., Perbedaan Persepsi Pasien...
9 PERBEDAAN PERSEPSI PASIEN TERHADAP PEMBERIAN TERAPI ORAL DAN INJEKSI DENGAN TERAPI INJEKSI SAJA Differences in Perception Of Patients on Giving Oral Treatment And Injection With Injection Therapy Only
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta (UMY). Semua responden adalah mahasiswa tahap klinik (coass)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Responden pada penelitian ini sebanyak 43 mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Semua
Lebih terperinciEka Fitriyanti Universitas Aisyiyah Yogyakarta Kata kunci: Persepsi profesi bidan, prestasi belajar Asuhan Kebidanan II
KORELASI PERSEPSI MAHASISWA PROFESI BIDAN DENGAN PRESTASI BELAJAR ASUHAN KEBIDANAN II PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 2014 Eka Fitriyanti Universitas Aisyiyah Yogyakarta
Lebih terperinci