EVALUASI KARAKTERISTIK 18 HIBRIDA MELON PKBT IPB MELALUI METODE AUGMENTED DESIGN. Rahmatullaili A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI KARAKTERISTIK 18 HIBRIDA MELON PKBT IPB MELALUI METODE AUGMENTED DESIGN. Rahmatullaili A"

Transkripsi

1 EVALUASI KARAKTERISTIK 18 HIBRIDA MELON PKBT IPB MELALUI METODE AUGMENTED DESIGN Rahmatullaili A PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 EVALUASI KARAKTERISTIK 18 HIBRIDA MELON PKBT IPB MELALUI METODE AUGMENTED DESIGN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Rahmatullaili A PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

3 RINGKASAN RAHMATULLAILI. Evaluasi Karakteristik 18 Hibrida Melon PKBT IPB Melalui Metode Augmented Design. (Dibimbing oleh WILLY BAYUARDI SUWARNO dan SOBIR). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik 18 hibrida melon (Cucumis melo L.) PKBT IPB dan mengidentifikasi adanya hibrida yang memiliki potensi yang sama atau lebih baik dari varietas pembanding. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB Tajur II, Bogor pada akhir Maret - Juni Penelitian ini menggunakan rancangan lingkungan Augmented Design dengan empat blok dan empat varietas pembanding. Augmented Design merupakan rancangan lingkungan yang tidak memerlukan adanya pengulangan pada varietas yang diuji. Pemilihan Rancangan ini dilakukan karena pada penelitian ini jumlah materi yang dapat digunakan terbatas. Jumlah benih yang dapat ditanam tidak mencukupi jika harus menggunakan ulangan. Hibrida - hibrida baru yang diuji, yaitu 22x21, 6x7, 9x7, 10x1, 21x6, 7x6, Tetua 6, 21x7, 22x6, 22x7, 22x8, 22x9, 9x6, Tetua 7, 12x13, 21x8, 9x8, Tetua 21, dan Tetua 9. Varietas pembanding yang digunakan adalah Apollo, Sky Rocket, Ladika, dan Salmon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 18 hibrida melon hasil rakitan PKBT IPB terdapat empat hibrida yang lebih unggul dibandingkan hibrida lain. Keempat hibrida ini juga memiliki kelebihan dibandingkan dengan varietas pembanding untuk karakter tertentu. Hibrida-hibrida tersebut adalah hibrida 22x21, 12x13, 21x7, dan 9x8. Hibrida 22x21 memiliki bentuk buah bulat, warna kulit kuning cerah, warna daging buah jingga muda, tekstur daging buah renyah dan memiliki tingkat kemanisan diatas keempat varietas pembanding. Hibrida 12x13 memiliki bentuk flattened, warna kulit krem, warna daging buah jingga, tekstur daging buah kenyal, dan memiliki bobot diatas varietas pembanding Salmon. Hibrida 21x7 memiliki bentuk bulat dengan warna kulit kuning cerah, warna daging buah putih, tekstur daging buah renyah, dan memiliki tingkat

4 kemanisan diatas varietas pembanding Salmon, Ladika dan Sky Rocket. Hibrida 9x8 memiliki bentuk buah bulat berjala, dengan warna kulit hijau kekuningan, warna daging buah jingga, tekstur daging buah kenyal, beraroma, dan memiliki tingkat kemanisan diatas Ladika.

5 LEMBAR PENGESAHAN Judul Nama NRP : EVALUASI KARAKTERISTIK 18 HIBRIDA MELON PKBT IPB MELALUI METODE AUGMENTED DESIGN : RAHMATULLAILI : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Sobir, MSi NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP Tanggal Lulus :

6 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir pada tanggal 22 November 1986 di Pekanbaru, Propinsi Riau. Penulis merupakan anak tunggal dari Bapak Alm. Suleiman Adam dan Ibu Tengku Rafmawarni. Tahun 1999 penulis menyelesaikan pendidikan dasar dari SD Negeri 012 Pekanbaru, kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 1 Pekanbaru dan lulus pada tahun Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke SMU Negeri 8 Pekanbaru dan lulus pada tahun Tahun 2004 penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswa Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Departemen Budidaya Pertanian (sekarang Departemen Agronomi dan Hortikultura), Fakultas Pertanian IPB. Selama masa perkuliahan penulis mengikuti organisasi mahasiswa Klub Agribisnis sebagai anggota pada tahun , ikut serta dalam Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) masuk dalam komisi Administrasi dan Kesejahteraan Mahasiswa (Adkesma) sebagai anggota pada tahun Penulis juga berpartisipasi sebagai panitia pelaksana Pemilihan Raya (Pemira) Fakultas Pertanian pada bulan Juni 2008.

7 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Evaluasi Karakteristik 18 Hibrida Melon PKBT IPB melalui Metode Augmented Design. Skripsi ini merupakan bagian dari tugas akhir sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengevaluasi karakteristik 18 hibrida melon PKBT IPB yang diharapkan dapat melebihi varietas melon pembanding yang ada saat ini. Hibrida-hibrida yang terpilih akan diteliti lebih lanjut agar dapat dilepas sebagai varietas unggul baru. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Willy Bayuardi Suwarno, SP. MSi dan Dr. Ir. Sobir, MSi yang telah membimbing dan memberi banyak saran selama penelitian dan penyusunan skripsi. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu, terutama ibunda dan sahabat sahabat penulis yang telah memberi dorongan tulus baik moril maupun materiil. Semoga apa yang penulis sampaikan dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Agustus 2009 Penulis

8 DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Hipotesis... 2 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Melon... 3 Syarat Tumbuh... 5 Melon Hibrida... 6 Evaluasi dalam Pemuliaan Tanaman... 7 Augmented Design... 8 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat... 9 Bahan dan Alat... 9 Metode Penelitian... 9 Analisis Data Pelaksanaan Penelitian Pengamatan Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Karakter Kualitatif Karakter Kuantitatif Korelasi antar Karakter Kuantitatif Pembahasan KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 35

9 DAFTAR TABEL Nomor Teks Halaman 1. Penampilan Batang 18 Hibrida Melon yang Dievaluasi di Bogor Penampilan Daun 18 Hibrida Melon yang Dievaluasi di Bogor Karakteristik Kualitatif Buah 18 Hibrida Melon yang Dievaluasi di Bogor Penampilan Jala 18 Hibrida Melon yang Dievaluasi di Bogor Rekapitulasi Sidik Ragam Varietas Pembanding untuk Karakter Kuantitatif Umur Berbunga Hermaprodit dan Umur Panen 18 Hibrida Melon yang Dievaluasi di Bogor Rekapitulasi Data Bobot Buah Melon dan Padatan Terlarut Total (PTT) 18 Hibrida Melon yang Dievaluasi di Bogor Rekapitulasi Data Panjang Buah Melon dan Lingkar Buah 18 Hibrida Melon yang Dievaluasi di Bogor Rekapitulasi Data Tebal Daging Buah dan Tebal Kulit Buah 18 Hibrida Melon yang Dievaluasi di Bogor Lampiran 1. Data Iklim Bulan April 2008 Juni Deskripsi Melon Apollo Deskripsi Melon Sky Rocket Deskripsi Melon Salmon Deskripsi Melon Ladika Sidik Ragam Varietas Pembanding untuk Karakter Umur Berbunga Hermaprodit Sidik Ragam Varietas Pembanding untuk Karakter Umur Panen Sidik Ragam Varietas Pembanding untuk Karakter Bobot Buah Sidik Ragam Varietas Pembanding untuk Karakter PTT Sidik Ragam Varietas Pembanding untuk Karakter Panjang Buah Sidik Ragam Varietas Pembanding untuk Karakter Lingkar Buah Sidik Ragam Varietas Pembanding untuk Karakter Tebal Daging Buah Sidik Ragam Varietas Pembanding untuk Karakter Tebal Kulit Buah... 43

10 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman Teks 1. Kondisi umum pertanaman melon Keragaman penampilan 18 hibrida melon yang dievaluasi di Bogor a. Melon tidak berjala b. Melon berjala sebagian c. Melon berjala penuh Lampiran 1. Morfologi bentuk daun, tepi dan bentuk buah Hama dan penyakit tanaman melon Lay out percobaan... 39

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Melon merupakan tanaman buah semusim yang sangat diminati di Indonesia. Melon terkenal karena rasanya manis, tekstur buahnya lembut, dan aromanya yang khas. Menurut Paje dan van der Vossen (1994) melon dapat dikonsumsi sebagai buah segar atau dalam bentuk produk olahannya seperti sirup, permen dan susu rasa melon. Wirakusumah (1995) menambahkan melon juga sering digunakan sebagai terapi kesehatan karena mempunyai banyak khasiat dalam membantu sistem pembuangan, menurunkan resiko stroke dan penyakit jantung, serta mencegah penggumpalan darah. Konsumsi melon di Indonesia semakin tinggi, diperkirakan pada tahun konsumsi buah melon meningkat hingga mencapai kg/ kapita/ tahun. Hal ini dipengaruhi oleh perubahan pola makan penduduk yang menjadikan buah segar sebagai salah satu menu gizi pelengkap (Departemen Pertanian, 2008). Meningkatnya konsumsi melon mengakibatkan tingginya permintaan pasar terhadap melon, sehingga produksi melon harus ditingkatkan. Peningkatan produksi melon harus ditunjang oleh ketersediaan benih melon yang memadai, baik jumlah maupun kontinuitasnya. Permasalahannya saat ini, ketersediaan benih melon di Indonesia sangat bergantung kepada benih impor, sehingga terdapat keterbatasan dalam penyediaannya. Mengamati fakta-fakta tersebut, pengadaan benih melon di dalam negeri menjadi perlu dilakukan. Benih melon yang akan diproduksi ini harus berkualitas karena keberadaannya diharapkan dapat mensubstitusi benih impor (Suwarno, 2006). Paje dan van der Vossen (1994) mengemukakan bahwa benih melon hibrida merupakan salah satu pilihan yang menjanjikan dalam upaya menghasilkan benih melon yang berkualitas. Alvarez (1998) juga menambahkan bahwa keuntungan dari melon hibrida dapat dilihat dari penampilan yang seragam, tipe buah dan kombinasi karakter karakter favorit pada beberapa tipe melon terdapat pada satu genotipe (kualitas buah, umur genjah, adaptasi terhadap iklim basah, tahan hama dan penyakit, serta tahan lama disimpan).

12 Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB telah melakukan serangkaian program pemuliaan melon yang bertujuan untuk manghasilkan varietas hibrida melon. PKBT hingga saat ini telah berhasil menghasilkan sejumlah genotipe melon hibrida. Untuk mengetahui karakteristik dasar hibrida yang dihasilkan perlu dilakukan evaluasi pendahuluan. Evaluasi pendahuluan melibatkan varietas hibrida komersial yang telah beredar dan dikenal oleh masyarakat untuk mengetahui apakah genotipe harapan tersebut dapat bersaing atau tidak. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik 18 hibrida melon (Cucumis melo L.) PKBT IPB dan mengidentifikasi adanya hibrida yang memiliki potensi yang sama atau lebih baik dari varietas melon pembanding. Hipotesis Diharapkan dari 18 hibrida melon yang diuji terdapat minimal satu hibrida melon yang sama atau lebih baik daripada varietas melon pembanding untuk karakter tertentu.

13 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Melon Tanaman melon termasuk famili Cucurbitaceae atau suku labu labuan. Tanaman ini merupakan tanaman semusim dengan sebagian besar kultivar tumbuh menjalar. Bunga melon berwarna kuning, yang terdiri dari bunga jantan, bunga betina, atau bunga hermaprodit (Nonnecke, 1989). Tipe pembungaannya monoecious (bunga jantan dan bunga betina dalam satu tanaman) dan andromonoecious (pada satu tanaman dihasilkan bunga jantan dan bunga hermaprodit). Ashari (1995) menyatakan bahwa pada satu tanaman melon dapat dihasilkan 512 bunga jantan dan 42 bunga hermaprodit. Mekarnya bunga tergantung pada suhu dan kelembaban. Jika temperatur rendah, kelembaban tinggi dan berawan, maka bunga akan terlambat mekar. Bunga melon mekar pada pagi hari dan menutup pada hari yang sama. Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menambahkan bahwa bunga jantan terbentuk berkelompok tiga hingga lima bunga pada tangkai bunga yang muncul hampir di tiap ketiak daun. Bunga betina dan hermaprodit tumbuh tunggal pada tangkai yang berbeda. Sistem perakarannya luas, namun agak dangkal. Batangnya bersudut dengan sulur tunggal. Daunnya berbentuk bulat telur dan agak bundar. Melon merupakan tanaman menyerbuk silang. Pembentukan buah melalui penyerbukan sendiri tidak dapat terjadi meskipun melon memiliki bunga sempurna dengan putik dan benang sari. Hal ini disebabkan oleh waktu kematangan antara serbuk sari dan putik yang tidak sama. Buah melon normal memiliki jumlah biji sekitar 400 biji per buah. Pembentukan buah melon yang baik memerlukan ratusan serbuk sari untuk menyerbuki putik (Harjadi, 1989). Bantuan serangga penyerbuk sangat penting dalam produksi buah yang tinggi karena serbuk sari yang dihasilkan bunga melon terlalu berat untuk diterbangkan oleh angin (Ashari, 1995). Jumlah, ukuran dan tingkat kemanisan melon meningkat dengan peningkatan jumlah penyerbukan yang dilakukan oleh lebah madu (Delaphane dan Mayer, 2000).

14 Buah melon memiliki keragaman yang tinggi. Bentuk buah, warna kulit buah, warna daging dan bobot buah sangat bervariasi. Ada buah melon yang berbentuk bulat, bulat oval sampai lonjong. Warna kulit buah antara putih susu, putih krem, hijau krem, hijau kekuning-kuningan, hijau muda, kuning, kuning muda, kuning jingga dan kombinasi dari warna-warna tersebut. Struktur kulit antara berjala (berjaring), semi berjala, hingga tipis dan halus. Daging buah melon berwarna jingga tua hingga jingga muda, merah muda, kuning, hijau, putih, putih susu hingga putih kehijauan (Paje dan van der Vossen, 1994). Melon digolongkan menjadi dua tipe berdasarkan penampilan kulit buahnya, yaitu netted melon dan winter melon. Netted melon memiliki ciri-ciri permukaan luar kasar, kulit buah keras, membentuk jaring, berurat dan umumnya tahan lama disimpan. Winter melon memiliki ciri-ciri permukaan luar yang halus, tidak membentuk jaring pada kulitnya, dan umumnya kurang tahan lama disimpan (Harjadi, 1989). Robinson and Decker (1999) mengklasifikasikan varietas melon menjadi enam kelompok, yaitu : 1. Kelompok Cantaloupe (umumnya disebut juga muskmelon). Melon dalam kelompok ini memiliki ciri-ciri buah berukuran medium/sedang, dengan permukaan kulit berjala, warna daging buah jingga terkadang juga hijau dan memiliki aroma buah yang khas. 2. Kelompok Inodorus (winter melon). Ciri-ciri melon kelompok ini adalah bentuk buah lebih besar dibandingkan Melon Cantaloupe, permukaan licin dan tidak berjala, daging buah berwarna putih atau hijau, aroma tidak menyengat. 3. Kelompok Flexuosus (snake melon). Ciri-ciri melon dalam kelompok ini adalah bentuk buah panjang dan ramping. Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menambahkan, ukuran buah berkisar dari panjang 20 cm hingga 1 meter dengan diameter 4 cm hingga lebih dari 10 cm. 4. Kelompok Conomon (pickling melon). Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menyatakan ciri-ciri melon kelompok ini adalah permukaan kulit buahnya empuk dan halus, buah berbentuk

15 silinder, panjang cm, dan diameter 6-9 cm, daging buah agak tebal dan berwarna putih, kelompok ini termasuk dalam kelompok melon manis. 5. Kelompok Dudaim (pome melon/ Queen Anne s pocket). Ciri-ciri melon kelompok ini adalah ukuran buah kecil, berbentuk bulat, daging buah berwarna putih dan kulit buah tipis. Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menambahkan kelompok melon ini memiliki kulit buah garis-garis hijau gelap dan hijau terang yang berubah menjadi jingga kecoklatan ketika matang. 6. Kelompok Momordica (phoot snap melon). Melon kelompok ini memiliki bentuk buah silindris, daging buah berwarna putih atau kuning pucat, kandungan gula kurang, tekstur buah renyah, permukaan kulit licin dan buahnya agak pecah saat matang. Syarat Tumbuh Pada umumnya tanaman melon dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah (George, 1999). Tanah berpasir dengan drainase baik adalah yang paling sesuai untuk budidaya tanaman melon (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Melon peka terhadap tanah asam. Menurut Paje dan van der Vossen (1994) serta George (1999) pertumbuhan melon akan optimal jika ditanam pada ph 6 7, sedangkan menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) melon akan tumbuh baik pada ph 7 8. Harjadi (1989) mengemukakan bahwa pada kondisi tanah masam, unsurunsur seperti fosfor dan kalsium sulit diserap oleh tanaman karena terikat oleh unsur alumunium, mangan dan besi. Penanaman pada tanah masam juga akan menyebabkan terjadinya Acid yellowing dengan gejala pertumbuhan tanaman terhambat, daun berwarna kuning dan tanaman kerdil. Paje dan van der Vossen (1994) mengemukakan bahwa tanaman melon masih dapat tumbuh hingga ketinggian 1000 m dpl, di Pulau Jawa melon dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian m dpl. Jika melon ditanam pada daerah dengan ketinggian kurang dari 300 m dpl, maka buah yang dihasilkan akan berukuran lebih kecil dan dagingnya kurang berair. Menurut Nonnecke (1989) melon menyukai lingkungan yang hangat dan kering dengan suhu optimum C, sedangkan menurut Paje dan van der

16 Vossen (1994) suhu optimum pertumbuhan melon adalah C. Sudarsono (1989) menambahkan bahwa melon membutuhkan banyak sinar matahari selama pertumbuhannya. Kelembaban yang tinggi dan hujan yang terus-menerus mengakibatkan tanaman melon mudah terserang penyakit dan perkembangan akarnya buruk. Perkembangan akar yang buruk mempengaruhi kualitas buah yang dihasilkan. Rasa buah menjadi hambar dan aromanya tidak begitu kuat Melon Hibrida Varietas hibrida merupakan generasi pertama (F 1 ) yang mempunyai sifat heterosis, yaitu peningkatan ketegaran (vigor) besar turunan (F 1 ) melebihi tetuanya bila dua galur murni disilangkan (Makmur, 1992). Heterosis juga dapat diartikan sebagai F 1 yang lebih unggul dibandingkan tetuanya pada satu atau beberapa karakter (Mangoenwidjojo, 2003). Sutjahjo et al. (2006) menyatakan bahwa varietas hibrida yang unggul sangat bergantung pada ketersediaan galur murni yang potensial. Sumber galur murni ini dapat berupa varietas bersari bebas (open pollinated varieties), silang tunggal (single-cross), silang ganda (double-cross), silang banyak (multiplecross), silang puncak (top-cross), varietas sintetis (synthetic varieties) atau plasma nutfah (germ plasm). Sumber galur murni yang sering digunakan pada pemuliaan tanaman melon adalah varietas bersari bebas (open pollinated varieties). Alvarez (1998) menambahkan, pembentukan galur murni pada melon cenderung mudah karena melon memiliki efek inbreeding depression (kemunduran sifat-sifat tanaman sebagai akibat perkawinan antar kerabat dekat) yang kecil, sehingga terdapat cukup banyak galur murni yang dapat digunakan sebagai bahan persilangan. Melon memiliki nilai heterosis yang kecil. Nilai heterosis melon hanya nyata untuk beberapa karakter, seperti : kadar Padatan Terlarut Total (PTT), umur panen, bobot buah, penampilan jala dan bentuk buah. Paje dan van der Vossen (1994) mengemukakan bahwa program pemuliaan melon didasari dengan seleksi massa dan seleksi galur pada varietas bersari bebas. Tanaman-tanaman yang terseleksi kemudian disilangkan untuk membentuk hibrida-hibrida baru. Persilangan dilakukan pada pagi hari karena bunga hermaprodit dan bunga jantan mekar pada pagi hari. Paje dan van der

17 Vossen (1994) menyatakan keuntungan dari melon hibrida adalah penampilan seragam, tipe buah dan kombinasi karakter karakter favorit pada beberapa tipe melon terdapat pada satu genotipe (kualitas buah, umur genjah, adaptasi terhadap iklim basah, tahan hama dan penyakit, serta tahan lama disimpan). Evaluasi dalam Pemuliaan Tanaman Menurut Makmur (1992) evaluasi penting dilakukan untuk mendapatkan informasi yang pasti dan lengkap mengenai penampilan (keragaan) suatu genotipe tanaman. Berdasarkan informasi tersebut dapat dilakukan tindakan pemuliaan tanaman berikutnya terhadap materi genetik yang dimiliki. Evaluasi dapat dilakukan di awal, tengah, maupun di akhir program pemuliaan. Langkah awal yang dilakukan sebelum evaluasi adalah karakterisasi. karakterisasi ini dilakukan terhadap genotipe-genotipe harapan agar dapat dideskripsikan secara kualitatif maupun kuantitatif sehingga keragamannya tampak jelas. Karakter-karakter yang tampak tersebut kemudian dibandingkan dengan karakter-karakter pada varietas komersial, sehingga dapat diketahui apakah genotipe harapan tersebut memiliki karakter yang lebih unggul dibandingkan varietas komersial atau tidak. Hal ini akan menentukan genotipe mana yang akan diseleksi menjadi varietas unggul baru. Pada awal program pemuliaan, evaluasi berguna untuk menentukan genotipe mana yang dapat dijadikan tetua dalam hibridisasi selanjutnya dan genotipe mana yang dapat dijadikan varietas budidaya (Allard, 1960). Hasil evaluasi ini kemudian diuji daya hasil pendahuluannya dan daya hasil lanjutan untuk melihat kemampuan daya gabung umum F1-nya. Pasangan dengan daya gabung tinggi dipertahankan untuk dijadikan tetua dalam kegiatan hibridisasi selanjutnya karena merupakan kombinasi pasangan yang potensial. Uji multilokasi kemudian dilakukan untuk melihat stabilitas dan adaptabilitas F1 yang diperoleh. Makmur (1992) menambahkan pengujian atau evaluasi merupakan langkah penting dalam program pemuliaan tanaman untuk memastikan apakah tanaman yang dimuliakan tersebut sudah memenuhi syarat untuk diperbanyak dan dilepas ke petani atau tidak.

18 Augmented Design Masalah utama evaluasi awal pada proses pemuliaan tanaman adalah efisiensi perancangan percobaan dengan keterbatasan bahan yang tersedia. Benih yang tersedia tidak mencukupi untuk percobaan dengan rancangan yang menggunakan ulangan. Masalah tersebut dapat diatasi dengan rancangan lingkungan Augmented Design. Augmented Design merupakan rancangan lingkungan yang tidak memerlukan adanya pengulangan pada varietas yang diuji. Pengulangan hanya dilakukan pada varietas pembanding yang digunakan. Rancangan ini merupakan rancangan baku, dapat berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Pada Rancangan Augmented dalam RKLT denah percobaan dibagi manjadi beberapa blok seperti rancangan lingkungan pada umumnya. Tiap blok memuat dua atau lebih varietas pembanding yang ditempatkan secara acak. Sisanya adalah varietas yang diuji yang ditempatkan secara acak dalam semua blok tanpa ulangan. Varietas yang diuji tidak harus sama jumlahnya dalam tiap blok, namun rancangan dengan jumlah varietas yang sama akan lebih efisien. Augmented Design dilakukan dengan dua tujuan, yaitu : 1. Memperkirakan besarnya galat percobaan dan cara yang objektif untuk membandingkan varietas yang diuji dengan varietas pembanding. 2. Menetapkan cara untuk menyesuaikan hasil dari tiap varietas baru dengan meniadakan pengaruh perbedaan lingkungan antar blok. Jumlah blok ditetapkan sesuai kebutuhan, dengan derajat bebas (db) galat minimal 10 untuk analisis ragam pembanding. Pembatasan ini menentukan jumlah minimum blok yang dapat digunakan dalam rancangan. Jumlah blok yang digunakan ditentukan oleh jumlah varietas yang diuji dan ukuran blok maksimum yang dapat dibuat pada lokasi percobaan tersebut. Jika c adalah jumlah kontrol yang digunakan, r adalah jumlah blok, dan pada ANOVA derajat bebas galat untuk varietas kontrol adalah (r - 1) (c - 1), maka jumlah blok yang akan digunakan harus memenuhi persamaan berikut : r (10/ c 1) + 1

19 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada akhir bulan Maret sampai bulan Juni 2008 di Kebun Percobaan Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika IPB Tajur II Bogor. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian ±250 m dpl, curah hujan rata-rata mm/bulan, suhu rata-rata harian C, kelembaban udara rata-rata 83.99% (Tabel Lampiran 1). Bahan dan Alat Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah 18 genotipe melon hasil pemuliaan Pusat Kajian Buah Buahan Tropika (PKBT) IPB, yaitu 22x21, 6x7, 9x7, 10x1, 21x6, 7x6, Tetua 6, 2x7, 22x6, 22x7, 22x8, 22x9, 9x6, Tetua 7, 12x13, 21x8, 9x8, Tetua 21, Tetua 9 dan empat varietas pembanding, yaitu Apollo, Sky Rocket, Ladika, dan Salmon. Sarana pertanian yang digunakan adalah pupuk kandang, Fertibor (Na2B4O7 5H2O), Multitonic (pupuk cair lengkap yang mengandung hara makro N, P, K, Ca, Mg, S dan hara mikro Zn, Fe, Mn, Cu, B, Mo, Cl), KNO 3, NPK ( ), urea, KCl, Gandasil Buah, Gandasil Daun, dan kapur pertanian. Pangendalian hama dan penyakit menggunakan pestisida yang terdiri dari insektisida yang berbahan aktif Confidor, Agrimek, dan Canon. Fungisida yaitu Dithane 45 berbahan aktif benomil, Rubigan 0.5 mg/l, dan Previcur N 2 ml/l. Nematisida yaitu Furadan 3G. Alat-alat yang digunakan, yaitu: alat pertanian umum, mulsa plastik hitam perak, jangka sorong, timbangan kasar, dan hand refractometer. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan lingkungan Augmented Design dengan empat blok. Tiap blok terdiri dari enam genotipe yang diuji dan empat kontrol yang ditempatkan secara acak, sehingga terdapat 40 satuan percobaan. Tiap satuan percobaan terdiri dari 10 tanaman, sehingga total populasi tanaman

20 adalah 400 tanaman. Denah rancangan ini terlampir pada Gambar lampiran 3. Model linier yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Y ij = µ + β i + τ j + ε ij Dengan : Y ij = Nilai pengamatan pada blok ke-i genotipe ke-j µ = rataan umum β i τ j ε ij = pengaruh blok ke-i = pengaruh genotipe ke-j = pengaruh galat pada blok ke-i genotipe ke-j i = 1, 2, 3, 4 j = 1, 2, 3,...,18 Analisis Data Data kuantitatif dalam Rancangan Augmented yang diperoleh dianalisis untuk mengoreksi hasil pengamatan perlakuan yang diuji dengan faktor koreksi. Analisis dilanjutkan dengan menghitung ragam kontrol, kemudian dihitung standard error untuk membandingkan antara faktor koreksi tiap peubah dengan rataan kontrol. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji perbandingan nilai tengah genotipe yang diuji dengan nilai tengah kontrol dengan metode LSI (Least Significant Increase) pada taraf 5%. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan mengikuti Standar Prosedur Operasional (SPO) Melon Direktorat Tanaman Buah (2006). Palaksanaan penelitian dimulai pada tahap persiapan pembibitan. Sebelum benih disemai, benih direndam dengan air hangat bersuhu 40 C dicampur fungisida (Benlox 50 WP 1 gr/2 L air) dan ZPT (Atonik ml/2 L air) selama 4-5 jam untuk mencegah terbawa penyakit endemik. Benih kemudian ditiriskan dan diletakkan di atas kertas merang basah selama dua hari pada suhu C. Benih yang sudah berkecambah kemudian disemai dalam media tanam yang merupakan campuran dari tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1, Furadan 50 gr, dan NPK Mutiara 50 gr. Media tanam dimasukkan dalam polybag ukuran 7x10 cm. Semaian dalam polybag

21 kemudian dimasukkan ke dalam sungkup. Pemindahan bibit ke lapang dilakukan setelah bibit berumur hari atau telah memiliki 1-2 helai daun sejati. (Direktorat Tanaman Buah, 2004). Persiapan lahan diawali dengan membersihkan lahan dari sampah dan menggemburkan lahan. Lahan yang sudah gembur diberi pupuk kandang sebanyak 2 kg/tanaman dan kapur pertanian (dolomit) dengan dosis disesuaikan dengan ph tanah setempat, atau sekitar 150 gr/tanaman. Lahan ini kemudian dibiarkan selama 10 hari. Setelah itu, lahan percobaan dibentuk sesuai dengan rancangan percobaan. Pengelompokan disesuaikan dengan petakan lahan. Pada tiap petakan dibentuk bedengan dengan panjang 28 m, lebar 1.5 m dan tinggi 30 cm.tiap bedeng diberi pupuk dasar yang terdiri dari pupuk urea 15 gr/tanaman, SP gr/tanaman, dan KCl 15 gr/tanaman. Bedengan ditutup dengan mulsa Plastik Hitam Perak (PHP) dan dibuat lubang tanam 60 cm x 60 cm dan diberi nomor sesuai dengan rancangan yang sudah dibuat. Setelah itu dipasang ajir atau turus dengan tinggi 1.5 m pada tiap lubang tanam (Direktorat Tanaman Buah, 2004). Bibit dipindahkan ke lapang setelah berumur hari atau memiliki 2 3 pasang daun sejati. Penanaman dilakukan pada sore hari. Jika ada tanaman yang mati karena stress atau dimakan bekicot maka dilakukan penyulaman. Selama masa vegetatif hingga pemasakan buah, penyiraman dilakukan cukup sering, sedangkan pada tahap menjelang panen penyiraman semakin berkurang. Ketika tanaman berumur 17 HST, batang tanaman diikat pada ajir agar tanaman merambat pada ajir tersebut. Cabang-cabang lateral yang tumbuh di atas ruas ke-12 harus dipangkas dengan menyisakan satu helai daun. Pemangkasan juga dilakukan pada calon-calon buah sehingga hanya tersisa satu calon buah terpilih untuk satu tanaman melon. Buah yang terpilih diikat agar terhindar dari patah tangkai buah dan kontak dengan tanah. Selain itu juga dilakukan topping (pemotongan ujung batang utama). Pemupukan susulan diberikan dengan tiga teknik pemberian, yaitu pemupukan kocor, tugal dan semprot. Pemupukan kocor dilakukan seminggu sekali dengan konsentrasi yang berbeda mencakup pupuk NPK, KNO 3, Fertibor dan Multitonic. Pemupukan tugal dilakukan dua kali yaitu pada umur 10 HST dan

22 20 HST. Pemupukan ini mencakup pupuk urea dan KCl. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara kimiawi melalui penyemprotan insektisida dan fungisida (Direktorat Tanaman Buah, 2004). Pemanenan dilakukan ketika buah telah masak fisiologis. Pada netted melon ditandai dengan jaring kulit buah terbentuk sempurna, adanya retakan pada kulit buah dan munculnya aroma khas buah melon. Pada winter melon ditandai dengan perubahan warna kulit buah, aroma khas dan mengkilat. Pengamatan Penelitian Pengamatan dilakukan terhadap semua tanaman dalam tiap satuan percobaan. Karakter karakter yang harus diamati menurut IPGRI (2003) dan Dirjen Perbenihan dan Sarana Produksi (2006), antara lain : 1. Karakter kualitatif. a) Bentuk batang, dibedakan menjadi bulat, persegi, segilima, dan pipih. b) Warna batang, dibedakan menjadi hijau, cokelat, dan kehijauan. c) Bentuk daun, diklasifikasikan menjadi entire, trilobate, pentalobate, 3- palmately lobed, dan 5-palmately lobed (Gambar Lampiran 1). d) Warna daun, dibedakan menjadi hijau muda, hijau, dan hijau tua. e) Tepi daun, digolongkan menjadi intermediate, deep, dan shallow (Gambar Lampiran 1). f) Ujung daun, dibedakan menjadi tumpul dan membulat. g) Permukaan daun, dibedakan menjadi mengkilap, suram, kasap, berkerut, berbulu, bersisik, dan berlilin. h) Bentuk buah, diklasifikasikan menjadi bulat (globular), flattened, oblate, eliptical, pyriform, ovate, accorn, dan elongate (Gambar Lampiran 1). i) Warna kulit buah muda, dibedakan menjadi putih, kuning terang, krem, hijau pucat, hijau, hijau tua, dan hijau kehitaman. j) Warna kulit buah tua, diklasifikasikan menjadi putih, kuning terang, krem, hijau pucat, hijau, hijau tua, dan hijau kehitaman. k) Warna daging buah, digolongkan menjadi putih, hijau muda, hijau, jingga, dan jingga tua.

23 l) Tekstur daging buah, dibedakan menjadi lembut, kenyal, dan renyah. m) Aroma buah, digolongkan menjadi wangi dan tidak wangi. n) Rasa buah, dikelompokkan menjadi hambar, manis, dan sangat manis. o) Jala, diklasifikasikan menjadi berjala dan tidak berjala. 2. Karakter kuantitatif. a) Umur berbunga hermaprodit (HST), dihitung mulai dari tanaman dipindah ke lapang hingga bunga hermaprodit mekar di antara buku ke-9 hingga buku ke-12 pada 50% populasi. b) Umur panen (HST), dihitung mulai dari pindah tanam sampai panen c) Diameter batang utama (cm). Pengukuran dilakukan diantara ruas ke-9 hingga ruas ke-12 pada saat menjelang panen. d) Panjang buah (cm), diukur dari pangkal sampai ujung buah. e) Diameter buah (cm), diukur dari pangkal sampai ujung buah yang sudah dibelah dua. f) Lingkar buah (cm), diukur pada bagian tengah buah sebelum dibelah. g) Tebal kulit buah (cm), diukur dengan menggunakan jangka sorong. h) Tebal daging buah (cm), diukur dengan menggunakan jangka sorong. i) Padatan terlarut total ( Brix), diukur dengan menggunakan hand refractometer pada bagian pangkal, tengah, dan ujung buah. j) Bobot buah (kg), diukur dengan menggunakan timbangan buah.

24 HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tajur IPB II yang terletak pada ketinggian ± 250 m dpl, curah hujan rata-rata mm/bulan, suhu rata-rata harian C, kelembaban udara rata-rata 83.99% (Tabel Lampiran 1). Selama masa pertanaman melon (Akhir Maret hingga Juni), curah hujan yang tinggi terjadi pada bulan April hingga Mei, setelah memasuki bulan Juni curah hujan sangat rendah. Hal ini sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman melon karena melon memerlukan banyak air pada masa pertumbuhan vegetatif dan memerlukan sedikit air ketika memasuki fase pemasakan buah hingga panen. Kondisi umum pertanaman melon pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Kondisi umum pertanaman melon Keadaan pertumbuhan tanaman melon di lapang cukup baik, hanya saja pada beberapa hibrida terdapat serangan hama yang cukup tinggi, sehingga banyak tanaman yang mati. Hibrida-hibrida tersebut antara lain : hibrida 22x21, 22x8, 22x9, dan 12x13. Serangan hama yang muncul pada awal penanaman adalah serangan hama bekicot (Pomacea canaliculata) yang memakan bibit-bibit yang sudah ditanam. Serangan hama ini menyebabkan penyulaman dilakukan

25 sepanjang minggu pertama. Beberapa jenis hama lain yang menyerang tanaman melon adalah kumbang daun (Aulocophora similes), dan lalat buah (Dacus spp.). Beberapa jenis penyakit yang menyerang hibrida melon antara lain busuk pangkal batang (Mychosphaerella melonis), tanaman kerdil, penyakit puru akar (Meloydogyna incognita), embun bulu (Pseudoperonospora cubensis), embun tepung (Erysiphe cichoracearum), busuk cabang/tangkai (Botryodiploida theobromae) dan penyakit Antraknosa (Colletotrichum lagenarium). Hama dan penyakit tersebut dapat dilihat lebih jelas pada Gambar Lampiran 2. Hama dan penyakit ini dikendalikan secara kimiawi dengan penyemprotan pestisida secara teratur seminggu sekali, kecuali untuk hama lalat buah dicegah dengan cara membungkus buah yang masih kecil dengan plastik bening yang diberi lubang udara. Panen buah dilakukan tidak serempak, yaitu pada umur 61 HST sampai 65 HST. Hal ini disebabkan tingkat kematangan buah (masak fisiologis) berbedabeda untuk tiap hibrida. Penentuan saat panen dilakukan dengan cara mengamati penampilan fisik buah dan umur tanaman. Ciri-ciri kematangan buah pada melon tipe netted (var. Reticulatus), yaitu jaring pada kulit buah terbentuk sempurna, adanya retakan pada tangkal buah, terjadi perubahan warna kulit buah, dan munculnya aroma yang khas. Ciri-ciri kematangan buah pada melon tipe winter (var. Inodorus) adalah terjadi perubahan warna kulit dari hijau menjadi krem atau kuning merata dan wangi yang khas. Karakter Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada buah melon adalah penampilan batang, penampilan daun, penampilan buah, tekstur daging buah, aroma buah, dan penampilan jala. Penampilan batang terdiri dari bentuk batang dan warna batang. Penampilan daun terdiri dari bentuk daun, warna daun, bentuk ujung daun dan permukaan daun. Penampilan buah, yaitu bentuk buah, warna kulit buah tua, dan warna daging buah.

26 Penampilan Batang Penampilan batang pada tanaman melon dapat dilihat dari bentuk batang dan warnanya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa bentuk batang semua hibrida yang diuji dan varietas pembanding adalah segilima. Warna batang semua hibrida yang diuji adalah hijau tua, hanya pada varietas pembanding terdapat sedikit keragaman, yaitu Salmon dengan warna batang cokelat dan Ladika dengan warna batang kehijauan. Tabel 1. Penampilan Batang 18 Hibrida Melon yang Dievaluasi di Bogor Genotipe Bentuk Batang Warna Batang Tetua 6 Segilima Hijau tua Tetua 7 Segilima Hijau tua Tetua 9 Segilima Hijau tua Tetua 21 Segilima Hijau tua 6x7 Segilima Hijau tua 7x6 Segilima Hijau tua 9x6 Segilima Hijau tua 9x7 Segilima Hijau tua 9x8 Segilima Hijau tua 10x1 Segilima Hijau tua 12x13 Segilima Hijau tua 21x6 Segilima Hijau tua 21x7 Segilima Hijau tua 21x8 Segilima Hijau tua 22x6 Segilima Hijau tua 22x8 Segilima Hijau tua 22x9 Segilima Hijau tua 22x21 Segilima Hijau tua Apollo Segilima Hijau tua Salmon Segilima Cokelat Ladika Segilima Kehijauan Sky Rocket Segilima Hijau tua Penampilan Daun Penampilan daun pada hibrida melon tampak dari bentuk daun, warna daun, tepi daun, ujung daun, dan permukaan daun. Karakter bentuk daun pada sebagian besar hibrida melon yang diuji adalah pentalobate, hanya pada beberapa hibrida (Tetua 6 dan 12x13) daunnya memiliki bentuk entire. Warna daun untuk tiap hibrida sama, begitu pula dengan permukaan daunnya. Karakter tepi daun cukup variatif, meski sebagian besar memiliki tepi daun intermediate dan hanya

27 sebagian kecil memiliki tepi daun deep (hibrida 6x7, 9x7, 22x6, dan 21x8) dan shallow (hibrida Tetua 6 dan 12x13). Ujung daun sebagian besar hibrida berbentuk membulat, hanya sebagian kecil saja yang tumpul (Tabel 2). Tabel 2. Penampilan Daun 18 Hibrida Melon yang Dievaluasi di Bogor Genotipe Bentuk Daun Tepi Daun Ujung Daun Tetua 6 Entire Shallow Membulat Tetua 7 Pentalobate Intermediate Tumpul Tetua 9 Pentalobate Intermediate Tumpul Tetua 21 Pentalobate Intermediate Tumpul 6x7 Pentalobate Deep Membulat 7x6 Pentalobate Intermediate Tumpul 9x6 Pentalobate Intermediate Membulat 9x7 Pentalobate Deep Tumpul 9x8 Pentalobate Intermediate Tumpul 10x1 Pentalobate Intermediate Tumpul 12x13 Entire Shallow Membulat 21x6 Pentalobate Intermediate Membulat 21x7 Pentalobate Intermediate Tumpul 21x8 Pentalobate Deep Tumpul 22x6 Pentalobate Deep Tumpul 22x8 Pentalobate Intermediate Tumpul 22x9 Pentalobate Intermediate Membulat 22x21 Pentalobate Intermediate Tumpul Apollo Pentalobate Intermediate Tumpul Salmon Pentalobate Intermediate Tumpul Ladika Entire Shallow Membulat Sky Rocket Pentalobate Intermediate Tumpul Karakteristik Buah Penampilan buah antar hibrida melon yang diuji sangat beragam (Gambar 2). Dilihat dari penampilannya, terdapat beberapa hibrida yang menonjol dibandingkan hibrida yang lain. Contohnya adalah Hibrida 22x21, 21x7, 9x8 dan 12x13. Hibrida 22x21 memiliki bentuk bulat, warna kulit buah tua kuning cerah dan warna daging buah jingga muda. Hibrida 21x7 memiliki bentuk bulat dengan warna kulit buah tua kuning cerah dan warna daging buah putih. Hibrida 9x8 memiliki bentuk buah bulat, dengan warna kulit buah tua kuning kehijauan dan warna daging jingga. Hibrida 12x13 memiliki bentuk flattened, warna kulit krem dan warna daging buah jingga (Tabel 3).

28 Gambar 2. Keragaman penampilan 18 hibrida melon yang dievaluasi di Bogor

29 Gambar 2. Keragaman penampilan 18 hibrida melon yang dievaluasi di Bogor

30 Tabel 3. Karakteristik Kualitatif Buah 18 Hibrida Melon yang Dievaluasi di Bogor Genotipe Tetua 6 Tetua 7 Tetua 9 Tetua 21 6x7 7x6 9x6 Bentuk Buah Warna Kulit Buah Tua Warna Daging Buah Tekstur Daging Buah Aroma Buah Elliptical Hijau kekuningan Jingga Kenyal Wangi Bulat Hijau kekuningan Hijau muda Renyah Tidak wangi Bulat Kuning pucat Hijau muda Kenyal Wangi Accorn Kuning cerah Putih Renyah Wangi Bulat Hijau muda Putih Kenyal Elliptical Hijau muda keputihan Tidak wangi Putih Kenyal Wangi Bulat Kuning pucat Hijau muda Kenyal Wangi 9x7 9x8 10x1 12x13 21x6 21x7 21x8 22x6 22x8 22x9 22x21 Bulat Hijau muda Hijau muda Kenyal Tidak wangi Bulat Hijau kekuningan Jingga Kenyal Wangi Elliptical Krem Jingga muda Kenyal Flattened Krem Jingga Kenyal Bulat Hijau muda Putih Kenyal Bulat Kuning cerah Putih Renyah Bulat Bulat Kuning pucat kehijauan Kuning semburat hijau Sangat wangi Tidak wangi Tidak wangi Tidak wangi Jingga muda Kenyal Wangi Jingga Lembut Wangi Bulat Kuning Jingga Renyah Bulat Kuning Jingga Renyah Bulat Kuning cerah Jingga muda Renyah Tidak wangi Tidak wangi Tidak wangi Apollo Accorn Kuning cerah Putih Renyah Wangi Salmon Elliptical Krem Jingga muda Renyah Tidak Wangi Ladika Elliptical Hijau kekuningan Jingga muda Kenyal Wangi Sky Rocket Bulat Hijau kekuningan Hijau muda Kenyal Wangi

31 Penampilan Jala Menurut Harjadi (1989) melon digolongkan ke dalam dua kelompok berdasarkan ada tidaknya jala pada permukaan buah melon. Buah melon yang memiliki jala digolongkan sebagai netted melon (grup cantaloupe), sedangkan buah melon yang tidak berjala termasuk dalam winter melon (grup inodorus). Pada umumnya netted melon lebih cepat masak dan tahan lama untuk disimpan dibandingkan dengan winter melon (Tjahjadi, 1989). Pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa hibrida-hibrida yang termasuk ke dalam golongan winter melon adalah Hibrida 22x21, 21x6, Tetua 6, 21x7, 22x8, 22x9, 12x13, dan Tetua 21, sedangkan yang termasuk golongan netted melon adalah Hibrida 6x7, 21x8, 9x7, 10x1, 7x6, 22x6, Tetua 7, 9x8, Tetua 9, dan 9x6. Sejumlah hibrida netted melon berjala sebagian, seperti 6x7, 21x8, 9x7, 10x1, 7x6, 22x6, Tetua 7, dan Tetua 9, sedangkan sebagian lagi berjala penuh, seperti 9x6 dan 9x8. Perbedaan penampilan jala dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3a. Melon tidak berjala Gambar 3b. Melon berjala sebagian Gambar 3c. Melon berjala penuh

32 Tabel 4. Penampilan Jala 18 Hibrida Melon yang Dievaluasi di Bogor Genotipe Keterangan Tipe Jala Tetua 6 Tidak berjala Inodorus Tetua 7 Berjala sebagian Cantaloupe Tetua 9 Berjala sebagian Cantaloupe Tetua 21 Tidak berjala Inodorus 6x7 Berjala sebagian Cantaloupe 7x6 Berjala sebagian Cantaloupe 9x6 Berjala penuh Cantaloupe 9x7 Berjala sebagian Cantaloupe 9x8 Berjala penuh Cantaloupe 10x1 Berjala sebagian Cantaloupe 12x13 Tidak berjala Inodorus 21x6 Tidak berjala Inodorus 21x7 Tidak berjala Inodorus 21x8 Berjala sebagian Cantaloupe 22x6 Berjala sebagian Cantaloupe 22x8 Tidak berjala Inodorus 22x9 Tidak berjala Inodorus 22x21 Tidak berjala Inodorus Apollo Tidak berjala Inodorus Salmon Tidak berjala Inodorus Ladika Berjala penuh Cantaloupe Sky Rocket Berjala penuh Cantaloupe

33 Karakter Kuantitatif Rekapitulasi Sidik Ragam Varietas Pembanding Hasil uji sidik ragam pada varietas pembanding menunjukkan bahwa karakter umur berbunga hermaprodit, umur panen, Padatan Terlarut Total (PTT), panjang buah dan tebal kulit buah mempunyai perbedaan yang sangat nyata. Karakter bobot buah, lingkar buah, dan tebal daging buah menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata diantara hibrida yang diamati (Tabel 5). Nilai koefisian keragaman menunjukkan tingkat ketepatan dengan perlakuan yang diperbandingkan dan merupakan indeks yang baik dari keadaan percobaan (Gomez and Gomez, 1995). Nilai koefisien keragaman paling tinggi terdapat pada karakter bobot buah, sedangkan nilai koefisien keragaman paling rendah terdapat pada karakter umur panen. Sidik ragam secara lengkap terlampir pada Tabel Lmpiran Tabel 5. Rekapitulasi Sidik Ragam Varietas Pembanding untuk Karakter Kuantitatif Karakter KT Varietas KT Galat Pengaruh Varietas kk (%) Umur Berbunga Hermaprodit ** 0.19 Umur Panen ** 0.04 Bobot Buah tn Padatan Terlarut ** 4.55 Total (PTT) Panjang Buah ** 4.83 Lingkar Buah tn Tebal Daging Buah tn 9.43 Tebal Kulit Buah ** Keterangan : kk = Koefisien Keragaman *** = berbeda nyata pada taraf 5 % ** = berbeda nyata pada taraf 1 % tn = tidak berbeda nyata Umur Berbunga Hermaprodit dan Umur Panen Umur berbunga hermaprodit pada tiap hibrida bervariasi. Hibrida 9x8 memiliki umur berbunga hermaprodit paling singkat dibandingkan hibrida-hibrida yang lain, serta nyata lebih genjah dibandingkan Salmon dan Ladika (Tabel

34 6).Umur panen pada hibrida-hibrida melon tidak sama. Pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa hibrida PKBT yang memiliki umur panen yang paling genjah adalah hibrida 22x6, yaitu 61.0 HST yang nyata lebih genjah dibandingkan Apollo dan Ladika. Tabel 6. Umur Berbunga Hermaprodit dan Umur Panen 18 Hibrida Melon yang Dievaluasi di Bogor Genotipe Umur Berbunga Hermaprodit Umur Panen (HST) (HST) Tetua Tetua Tetua Tetua x SL x x x x SL 61.1 S 10x S 12x S 21x x S 21x SL x S 61.0 AS 22x S x S x Apollo Salmon Ladika Sky Rocket Keterangan: angka yang diikuti huruf A, S, L, R masing-masing nyata lebih genjah dari varietas Apollo, Salmon, Ladika, Sky Rocket. Bobot Buah dan Kadar Padatan Terlarut Total Hasil Pembandingan dengan menggunakan LSI (Least Significant Increase) dalam taraf 5% yang terdapat pada Tabel 7 terlihat bahwa hanya bobot hibrida 12x13 yang nyata lebih tinggi dibandingkan varietas Salmon, namun masih di bawah bobot varietas Apollo, Ladika dan Sky Rocket. Hasil pengamatan pada karakter kadar Padatan Terlarut Total (PTT) menunjukkan bahwa beberapa hibrida, seperti 22x21, 6x7 dan 22x6 mempunyai kadar PTT yang nyata lebih

35 tinggi dari keempat varietas pembanding. Hibrida 21x6, 21x7, 22x8, 22x9 dan 21x8 mempunyai kadar PTT yang nyata lebih tinggi dari varietas Salmon, Ladika dan Sky Rocket, sedangkan hibrida-hibrida 7x6, Tetua 7, dan 9x8 mempunyai jumlah PTT yang nyata lebih tinggi dari varietas Ladika (Tabel 7). Tabel 7. Rekapitulasi Data Bobot Buah Melon dan Padatan Terlarut Total (PTT) 18 Hibrida Melon yang Dievaluasi di Bogor Genotipe Bobot Buah (kg) PTT ( Brix) Tetua Tetua Tetua Tetua x ASLR 7x L 9x x x L 10x L 12x S x SLR 21x SLR 21x SLR 22x ASLR 22x SLR 22x SLR 22x ASLR Apollo Salmon Ladika Sky Rocket Keterangan: angka yang diikuti huruf A, S, L, R masing-masing nyata lebih tinggi dari varietas Apollo, Salmon, Ladika, Sky Rocket. Panjang Buah dan Lingkar Buah Hasil pengamatan pada karakter panjang buah menunjukkan bahwa hibrida-hibrida 12x13 dan Tetua 21 mempunyai panjang buah yang nyata lebih tinggi dibandingkan varietas Sky Rocket. Pada karakter lingkar buah didapat bahwa hibrida 21x7 mempunyai lingkar buah yang paling besar dan nyata lebih tinggi dibandingkan varietas Apollo dan Salmon, sedangkan hibrida 9x7 mempunyai lingkar buah yang nyata lebih besar dibandingkan varietas pembanding Salmon (Tabel 8).

36 Tabel 8. Rekapitulasi Data Panjang Buah Melon dan Lingkar Buah 18 Hibrida Melon yang Dievaluasi di Bogor Genotipe Panjang Buah Lingkar Buah (cm) (cm) Tetua Tetua Tetua Tetua R x x x x S 9x x x R x x AS 21x x x x x Apollo Salmon Ladika Sky Rocket Keterangan: angka yang diikuti huruf A, S, L, R masing-masing nyata lebih tinggi dari varietas Apollo, Salmon, Ladika, Sky Rocket. Tebal Daging Buah dan Tebal Kulit Buah Melon dengan karakter tebal daging buah yang tebal cenderung lebih disukai dibandingkan melon dengan daging buah yang kurang tebal. Daging buah yang tebal berarti bagian yang dapat dimakan dari buah tersebut semakin banyak. Hasil pembandingan LSI (Least Significant Increase) pada karakter tebal daging buah pada penelitian ini, menunjukkan bahwa hibrida 9x6 yang mempunyai daging buah paling tebal. Ketebalan daging buahnya nyata lebih tinggi daripada varietas Salmon dan Ladika. Hibrida 9x6 ini merupakan melon tipe netted, sedangkan untuk melon tipe winter, hibrida 22x9 yang mempunyai daging buah yang paling tebal. Ketebalan daging buahnya nyata lebih tinggi daripada varietas Ladika (Tabel 9).

37 Tabel 9. Rekapitulasi Data Tebal Daging Buah dan Tebal Kulit Buah 18 Hibrida Melon yang Dievaluasi di Bogor Genotipe Tebal Daging Buah (cm) Tebal Kulit Buah (cm) 22x x x x L x x Tetua x x x x L x SL 0.45 Tetua x x x L 0.69 Tetua L 0.72 Tetua Apollo Salmon Ladika Sky Rocket Keterangan: angka yang diikuti huruf A, S, L, R masing-masing nyata lebih tinggi dari varietas Apollo, Salmon, Ladika, Sky Rocket. Ketebalan kulit buah dapat menunjukkan buah melon tersebut tahan lama disimpan atau tidak. Umumnya semakin tebal kulit buah, maka buah melon tersebut akan lebih tahan lama dalam penyimpanan. Pada penelitian ini, didapat hasil bahwa tidak ada satupun hibrida-hibrida yang diuji mempunyai tebal kulit yang nyata lebih tinggi daripada varietas-verietas pembanding.

38 Korelasi antar Karakter Kuantitatif Koefisien korelasi merupakan koefisien yang menggambarkan tingkat keeratan hubungan linier antara dua peubah atau lebih. Besaran dari koefisien korelasi tidak menggambarkan hubungan sebab akibat antara dua peubah atau lebih, tapi semata-mata menggambarkan keterkaitan linier antar peubah. Koefisien korelasi sering dinotasikan dengan r dan nilainya berkisar antara -1 dan 1 (-1 r 1), nilai r yang mendekati 1 atau -1 menunjukkan semakin erat hubungan linier antara kedua peubah tersebut, sedangkan nilai r yang mendekati nol menggambarkan kedua peubah tersebut tidak linier (Mattjik, 2006). Tanda negatif atau positif pada nilai r menunjukkan arah perubahan pada satu peubah secara nisbi terhadap perubahan yang lainnya. Nilai r negatif jika perubahan positif pada suatu peubah berhubungan dengan perubahan negatif pada peubah yang lain dan positif jika kudua peubah berubah ke arah yang sama (Gomez dan Gomez, 1995). Hasil penghitungan koefisien korelasi pada Tabel 10. dapat dilihat bahwa karakter umur berbunga hermaprodit memiliki korelasi negatif dengan kadar PTT (-0.69*). Hal ini menunjukkan bahwa semakin panjang umur berbunga hermaprodit maka kemanisan buah akan semakin berkurang. Karakter bobot buah berkorelasi positif dengan panjang buah (0.65*), ini menunjukkan semakin berat bobot buah, maka buah akan semakin panjang.

39 Tabel 10. Uji Korelasi Peubah-peubah Kuantitatif 18 Hibrida Melon yang Dievaluasi di Bogor Karakter Umur Berbunga Hermaprodit Umur Panen Bobot Buah Padatan Terlarut Total (PTT) Panjang Buah Lingkar Buah Tebal Daging Buah Tebal Kulit Buah Umur Berbunga Hermaprodit - Umur Panen Bobot Buah Padatan Terlarut Total (PTT) * Panjang Buah * Lingkar Buah Tebal Daging Buah Tebal Kulit Buah Keterangan : * = nyata pada taraf 5% ** = nyata pada taraf 1%

40 PEMBAHASAN Pengembangan melon hibrida sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas buah dan menambah keragaman melon di pasar dalam negeri. Proses pemuliaan tanaman melon terus dilakukan untuk mencukupi kebutuhan melon dalam negeri, baik benih maupun buahnya. Proses pemuliaan melon yang diawali dengan pengumpulan plasma nutfah, dilanjutkan dengan evaluasi mutu dan karakteristik beberapa varietas, daya hasil, serta ketahanannya terhadap hama dan penyakit diharapkan akan memperoleh varietas baru yang memiliki kualitas yang sama atau lebih baik dibandingkan varietas introduksi. Iklim memegang peranan penting dalam penentuan keberhasilan produksi dan kualitas tanaman. Menurut Soedarsono (1989) kondisi iklim yang terlalu lembab menyebabkan pertumbuhan tanaman melon terhambat akibat perkembangan akar yang tidak baik. Hal ini mengakibatkan buah melon yang dihasilkan berkualitas rendah dengan kadar gula rendah, rasa buah hambar dan aroma yang khas tidak berkembang baik. Ashari (1995) menambahkan jika suhu rendah, kelembaban tinggi, terlalu banyak hujan, akan meyebabkan tertundanya bunga membuka, sehingga pembentukan buah terhambat. Kelembaban yang tinggi juga menyebabkan tanaman melon cenderung mudah terserang penyakit. Pada penelitian ini hama bekicot menjadi musuh utama pada awal penanaman. Hama ini menyerang seluruh hibrida melon yang ditanam. Cukup banyak tanaman yang mati terkena serangan bekicot tersebut. Serangan yang cukup merugikan ini diduga terjadi karena habitat bekicot yang berada tidak jauh dari lokasi penelitian rusak, bahan makanannya sedikit, sehingga mereka mencari makanan di tempat yang dekat dengan habitatnya. Hama dan penyakit yang menyerang hibrida melon cukup banyak, namun masih bisa dikendalikan dengan pestisida. Pengendalian hama dan penyakit ini sangat penting karena akan mempengaruhi kualitas buah yang dihasilkan. Hasil korelasi antara peubah-peubah kuantitatif adalah terdapat korelasi positif antara bobot buah dengan panjang buah. Ini berarti semakin berat bobot buah, maka buah akan semakin panjang. Karakter umur berbunga hermaprodit memiliki korelasi negatif dengan kadar PTT. Hal ini menunjukkan bahwa semakin

41 panjang umur berbunga hermaprodit maka kemanisan buah akan semakin berkurang. Menurut Santoso dan Purwoko (1995) kualitas komoditi hortikultura segar merupakan kombinasi dari ciri-ciri, sifat dan nilai harga yang mencerminkan nilai komoditi tersebut. Kualitas yang diinginkan masing-masing berbeda tergantung konsumennya. Petani produsen menginginkan hibrida yang berdaya hasil tinggi, tahan penyakit, mudah dipanen, tahan untuk dikirim jarak jauh. Tengkulak atau distributor pasar menginginkan kualitas penampilan, tingkat kekerasan, dan daya simpan yang panjang. Konsumen rumah tangga lebih memperhatikan penampilan, tekstur buah dan nilai rasa. Santoso dan Purwoko (1995) juga menyatakan bahwa kepuasan konsumen terhadap komoditi hortikultura ditentukan oleh standar kualitas, khususnya penampilan (ukuran, warna, bentuk, mengkilap dan tidak cacat), rasa dan kematangan. Berdasarkan hasil evaluasi karakteristik 18 hibrida melon, masingmasing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sebagian dari hibrida tersebut memiliki keunggulan dibandingkan hibrida lain dan memiliki minimal satu karakter yang sama atau lebih baik dibandingkan varietas pembanding. Sebagian hibrida tersebut adalah hibrida 22x21, 12x13, 21x7, dan 9x8. Hibrida 22x21 memiliki bentuk buah bulat, warna kulit kuning cerah, warna daging buah jingga muda, tekstur daging buah renyah dan memiliki tingkat kemanisan diatas keempat varietas pembanding. Hibrida 12x13 memiliki bentuk flattened, warna kulit krem, warna daging buah jingga, tekstur daging buah kenyal, dan memiliki bobot diatas varietas pembanding Salmon. Hibrida 21x7 memiliki bentuk bulat dengan warna kulit kuning cerah, warna daging buah putih, tekstur daging buah renyah, dan memiliki tingkat kemanisan diatas varietas pembanding Salmon, Ladika dan Sky Rocket. Hibrida 9x8 memiliki bentuk buah bulat berjala, dengan warna kulit hijau kekuningan, warna daging buah jingga, tekstur daging buah kenyal, beraroma, dan memiliki tingkat kemanisan diatas Ladika.

42 KESIMPULAN Terdapat empat hibrida melon PKBT yang potencial untuk dikembangkan lebih lanjut, yaitu, Hibrida 22x21, 12x13, 21x7, dan 9x8. Hibrida 22x21 memiliki bentuk buah bulat, warna kulit kuning cerah, warna daging buah jingga muda, tekstur daging buah renyah dan memiliki tingkat kemanisan diatas keempat varietas pembanding. Hibrida 12x13 memiliki bentuk flattened, dengan warna kulit krem, warna daging buah jingga, tekstur daging buah kenyal, dan memiliki bobot diatas varietas pembanding Salmon. Hibrida 21x7 memiliki bentuk bulat dengan warna kulit kuning cerah, warna daging buah putih, tekstur daging buah renyah, dan memiliki tingkat kemanisan diatas varietas pembanding Salmon, Ladika dan Sky Rocket. Hibrida 9x8 memiliki bentuk buah bulat berjala, dengan warna kulit hijau kekuningan, warna daging buah jingga, tekstur daging buah kenyal, beraroma, dan memiliki tingkat kemanisan diatas Ladika.

43 DAFTAR PUSTAKA Allard, R. W Principles of Plant Breeding. John Wiley and Sons, Inc. New York. 485 p. Alvarez, J. M Muskmelon, p In S. S. Banga and S. K. Banga (Eds.). Hybrid Cultivar Development. Narosa Publishing House. New Delhi. Ashari, S Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta 485 hal. Delaphane, K. S. and D. F. Mayer Crop Pollination by Bees. CABI Publishing. New York. 344 p. Departemen Pertanian Produksi Buah-buahan Indonesia.. [1 Desember 2008] Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi Pedoman Pelepasan Varietas Hortikultura. Dirjen Hortikultura. Departemen Pertanian. Jakarta. 52 hal. Direktorat Tanaman Buah Standar Prosedur Operasional Melon. Departemen Pertanian. Jakarta. 54 hal. George, R. A.T Vegetable Seed Production. Second edition. CAB International. New York. 387 hal. Gomez, K. A. and A. A. Gomez Prosedur Statistika untuk Penelitian Pertanian. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. 698 hal. Harjadi, S. S Dasar-Dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 591 hal. IPGRI Descriptors for Melon (Cucumis melo L.). International Plant Genetic Resources. Institute, Rome. 77 p. Makmur Pengantar Pemuliaan Tanaman. Rieneka Cipta. Jakarta. 79 hal. Mangoenwidjojo, W Dasar Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta. 182 hal. Mattjik, A. A Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan MINITAB. Jilid 1 Edisi ketiga. IPB PRESS. Bogor. 276 hal. Paje, M. M. and H. M. van der Vossen Cucumis melo L., P In : J. S. Siemonsma and K. Piluck (eds.) Prosea 8; Vegetables. Prosea Foundation. Bogor.

44 Robinson, R. W. and D. S. Decker Walters Cucurbits. CAB International. New York. 226 p. Rubatzky, V dan T. Yamaguchi Sayuran Dunia. Jilid 3. ITB Bandung. 320 hal. Rukmana, H. R Melon Hibrida. Kanisius. Yogyakarta. 71 hal. Santoso, B. B dan B. S. Poerwoko Fisiologi Pasca Panen Tanaman Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 187 hal. Soedarsono Budidaya tanaman melon, hal Dalam Harjadi, S. S (Ed). Dasar-dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 591 hal. Sutjahjo, S. H., S Sujiprihati, dan Muhammad Syukur Pengantar Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 199 hal. Suwarno, W. B Karakterisasi dan Hibridisasi Beberapa Genotipe Melon untuk Pemuliaan ke Arah Pembentukan Varietas Hibrida Unggul. Laporan Akhir Penelitian Dosen Muda IPB Tahun Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 26 hal. Tjahjadi, N Bertanam Melon. Kanisius. Yogyakarta. 47 hal. Wirakusumah, E. S Buah dan Sayur untuk Terapi. Edisi pertama. Penebar Swadaya. Jakarta. 112 hal.

45 LAMPIRAN

46 Tabel Lampiran 1. Data Iklim Bulan April 2008 Juni 2008 Bulan Curah hujan/bulan Suhu ( C) Kelembaban (%) (mm) April Mei Juni Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor

47 Gambar Lampiran 1. Morfologi Bentuk Daun, Tepi Daun dan Bentuk Buah

48 a. Embun Bulu (Pseudoperonospora cubensis) b. Embun Tepung (Erysiphe cichoracearum) c. Lubang tusukan Lalat Buah (Dacus spp.) d. Buah melon yang terkena lalat buah e. Puru Akar (Melodogyne incognita) f. Cracking (Pecah Buah) Gambar Lampiran 2. Penyakit pada tanaman melon

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari 2012 di Jalan Palapa VI, Bandar Lampung. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH BUAH DAN PANGKAS PUCUK (TOPING) TERHADAP KUALITAS BUAH PADA BUDIDAYA MELON (Cucumis melo L.) DENGAN SISTEM HIDROPONIK

PENGARUH JUMLAH BUAH DAN PANGKAS PUCUK (TOPING) TERHADAP KUALITAS BUAH PADA BUDIDAYA MELON (Cucumis melo L.) DENGAN SISTEM HIDROPONIK PENGARUH JUMLAH BUAH DAN PANGKAS PUCUK (TOPING) TERHADAP KUALITAS BUAH PADA BUDIDAYA MELON (Cucumis melo L.) DENGAN SISTEM HIDROPONIK Oleh : Anna Yuda Norma Sari A34304034 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

EVALUASI KARAKTERISTIK HORTIKULTURA 24 HIBRIDA MELON (Cucumis melo L.) PKBT IPB RAHMAN AWALUDIN A

EVALUASI KARAKTERISTIK HORTIKULTURA 24 HIBRIDA MELON (Cucumis melo L.) PKBT IPB RAHMAN AWALUDIN A EVALUASI KARAKTERISTIK HORTIKULTURA 24 HIBRIDA MELON (Cucumis melo L.) PKBT IPB RAHMAN AWALUDIN A24051825 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Agustus 2013 sampai Oktober

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai Cabai merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Cabai dikenal di Eropa pada abad ke-16, setelah diintroduksi oleh Colombus saat perjalanan pulang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor UJI PENDAHULUAN MELON (Cucumis melo L.) HIBRIDA POTENSIAL HASIL PEMULIAAN PUSAT KAJIAN BUAH TROPIKA IPB

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010 di kebun percobaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Tajur dengan elevasi 250-300 m dpl

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Cucurbitales, Famili: Cucurbitaceae,

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. H.R.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Curah hujan harian di wilayah Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur 1 dan 2 pada Februari sampai Juni 2009 berkisar 76-151 mm. Kelembaban udara harian rata-rata kebun tersebut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. 3.2 Bahan dan alat Bahan

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai dengan Juli 2009 di Kebun Percobaan IPB Leuwikopo, Dramaga, Bogor yang terletak pada ketinggian 250 m dpl dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Dusun Pabuaran, Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Cimanggu, Kotamadya Bogor. Adapun penimbangan bobot tongkol dan biji dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penanaman caisim dilaksanakan di lahan kebun percobaan IPB Pasir Sarongge, Cipanas dengan ketinggian tempat 1 124 m dpl, jenis tanah Andosol. Penelitian telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) bukanlah tanaman asli Indonesia. Kedelai diduga berasal dari daratan China Utara atau kawasan subtropis. Kedelai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan I. BAHAN DAN METODE 1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran pada bulan Mei sampai September 2011. 1.2 Bahan dan Alat

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan pada

Lebih terperinci

PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9

PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9 PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9 Benih Inovasi IPB Teknik Penanaman Benih Pepaya - Sebelum benih disemai, rendam dahulu benih selama 24 jam mengunakan air hangat. - Media tanam untuk pembibitan adalah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Capsicum annuum L. merupakan tanaman annual berbentuk semak dengan tinggi mencapai 0.5-1.5 cm, memiliki akar tunggang yang sangat kuat dan bercabang-cabang.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data 17 BAHAN DAN METODE Studi pewarisan ini terdiri dari dua penelitian yang menggunakan galur persilangan berbeda yaitu (1) studi pewarisan persilangan antara cabai besar dengan cabai rawit, (2) studi pewarisan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Januari 2016 di kebun salak Tapansari, Candibinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Luas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Melon (Cucumis melo L.) Botani

TINJAUAN PUSTAKA. Melon (Cucumis melo L.) Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Melon (Cucumis melo L.) Botani Melon (Cucumis melo L.) tergolong dalam famili Cucurbitaceae genus Cucumis. Di Amerika Serikat, melon yang dibudidayakan dikelompokan dalam dua tipe utama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknik Budidaya Melon

TINJAUAN PUSTAKA. Teknik Budidaya Melon TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Diskripsi Tanaman Melon Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu anggota famili Cucurbitaceae genus Cucumis. Melon berasal dari Afrika Timur dan Afrika Timur-Laut. Melon

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan pada bulan Mei sampai bulan Desember 2015 di kebun salak Tapansari, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Salak yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan April 2012. 3.2

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH Pusat Kajian Hortikultura Tropika INSTITUT PERTANIAN BOGOR PROLOG SOP PEPAYA PEMBIBITAN TIPE BUAH PENYIAPAN LAHAN PENANAMAN PEMELIHARAAN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Semangka Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Cucurbitaceae sehingga masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan melon (Cucumis melo

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai (Capsicum annuum L.) termasuk dalam genus Capsicum yang spesiesnya telah dibudidayakan, keempat spesies lainnya yaitu Capsicum baccatum, Capsicum pubescens,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2012 dilaksanakan di Kebun Kelompok Wanita Tani Ilomata Desa Huntu

Lebih terperinci

EVALUASI KARAKTERISTIK HORTIKULTURA HIBRIDA MELON (Cucumis melo L.) INTRODUKSI DAN HASIL RAKITAN PKBT IPB

EVALUASI KARAKTERISTIK HORTIKULTURA HIBRIDA MELON (Cucumis melo L.) INTRODUKSI DAN HASIL RAKITAN PKBT IPB EVALUASI KARAKTERISTIK HORTIKULTURA HIBRIDA MELON (Cucumis melo L.) INTRODUKSI DAN HASIL RAKITAN PKBT IPB Isnaini 1, Sobir 2, dan Willy Bayuardi Suwarno 2 1 Staf Pengajar Jurusan Agroteknologi Fakultas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, Laboratorium Penelitian, lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: cangkul, parang, ajir,

BAHAN DAN METODE. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: cangkul, parang, ajir, BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempatdan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, JalanH.R. Soebrantas No.155

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo,

III. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo, III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo, Batu, Malang. Ds. Junrejo, Kec. Junrejo berada pada ketinggian 800 m dpl, memiliki suhu

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan Kebun percobaan Petani Ciherang. Kebun ini terletak di Ciherang pada ketinggian 250 m dpl. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, dari bulan Juni sampai bulan Oktober 2011. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

EVALUASI KARAKTER HORTIKULTURA ENAM HIBRIDA MELON (Cucumis melo L.) SERI IV HASIL PEMULIAAN PUSAT KAJIAN BUAH-BUAHAN TROPIKA (PKBT) IPB

EVALUASI KARAKTER HORTIKULTURA ENAM HIBRIDA MELON (Cucumis melo L.) SERI IV HASIL PEMULIAAN PUSAT KAJIAN BUAH-BUAHAN TROPIKA (PKBT) IPB EVALUASI KARAKTER HORTIKULTURA ENAM HIBRIDA MELON (Cucumis melo L.) SERI IV HASIL PEMULIAAN PUSAT KAJIAN BUAH-BUAHAN TROPIKA (PKBT) IPB Ryani Sismanti A34301026 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan spesies Zea mays L. Jagung merupakan tanaman semusim, sama seperti jenis rumput-rumputan yang lain, akar tanaman

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian. Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April hingga

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dimulai bulan November 2009 sampai dengan bulan Mei 2010. Kondisi curah hujan selama penelitian berlangsung berada pada interval 42.9 mm sampai dengan 460.7

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar Lampung dengan kondisi iklim tropis, memiliki curah hujan 2000 mm/th dan

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT Oleh: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Tanaman cabai (Capsicum annum) dalam klasifikasi tumbuhan termasuk ke dalam family Solanaceae. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada November 2011 sampai April 2012 dan bertempat di Kebun Manggis Cicantayan-Sukabumi dengan ketinggian tempat sekitar 500-700 m dpl (di atas

Lebih terperinci

Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO)

Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO) Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO) Menanam tomat dalam pot atau polybag dapat menjadi salah satu solusi pemanfaatan lahan sempit

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 7 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penanaman di lapangan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan Darmaga Bogor. Kebun percobaan memiliki topografi datar dengan curah hujan rata-rata sama dengan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H.R. Soebrantas No.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Urea, TSP, KCl dan pestisida. Alat-alat yang digunakan adalah meteran, parang,

MATERI DAN METODE. Urea, TSP, KCl dan pestisida. Alat-alat yang digunakan adalah meteran, parang, III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau pada bulan Januari

Lebih terperinci

EVALUASI KARAKTERISTIK HORTIKULTURA HIBRIDA MELON (Cucumis melo L.) INTRODUKSI DAN HASIL RAKITAN PUSAT KAJIAN BUAH-BUAHAN TROPIKA (PKBT) IPB

EVALUASI KARAKTERISTIK HORTIKULTURA HIBRIDA MELON (Cucumis melo L.) INTRODUKSI DAN HASIL RAKITAN PUSAT KAJIAN BUAH-BUAHAN TROPIKA (PKBT) IPB EVALUASI KARAKTERISTIK HORTIKULTURA HIBRIDA MELON (Cucumis melo L.) INTRODUKSI DAN HASIL RAKITAN PUSAT KAJIAN BUAH-BUAHAN TROPIKA (PKBT) IPB Oleh : ISNAINI A34402010 PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro pada bulan Maret Mei 2014. Jenis tanah

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun petani Desa Rimbo Panjang

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun petani Desa Rimbo Panjang III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun petani Desa Rimbo Panjang Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar yang dimulai dari bulan November 2013 sampai April 2014.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Percobaan dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan, dari bulan April sampai Agustus 2010. Bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman cabai (Capsicum annuum L.) termasuk ke dalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, kelas Dicotyledoneae, ordo Solanes, famili Solanaceae, dan genus Capsicum. Tanaman ini berasal

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun petani Desa Rimbo Panjang

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun petani Desa Rimbo Panjang III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun petani Desa Rimbo Panjang Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar yang dimulai dari bulan November 2013 sampai April 2014.

Lebih terperinci