HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5. Tanaman Mengugurkan Daun dan Mati Sumber: Dokumentasi Peneitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 5. Tanaman Mengugurkan Daun dan Mati Sumber: Dokumentasi Peneitian"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Respon Tanaman terhadap Cekaman Kekeringan Dua jenis legum yang digunakan pada penelitian ini setelah diberikan perlakuan atau cekaman kekeringan menyebabkan terjadinya banyak perubahan morfologi. Pengaruh morfologi akibat cekaman kekeringan biasanya sangat tergantung pada faktor waktu terjadinya cekaman dan besarnya perlakuan cekaman (Keles dan Oncel, 2002). Salah satu perubahan morfologi cekaman kekeringan adalah tanaman menjadi layu dan kering, tanaman menggugurkan daunnya, serta mati, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 5. Gambar 5. Tanaman Mengugurkan Daun dan Mati Sumber: Dokumentasi Peneitian Reaksi tanaman terhadap cekaman kekeringan berbeda secara signifikan pada berbagai tingkatan tergantung pada intensitas dan durasi dari cekaman itu sendiri, dan juga species tanaman dan tingkatan pertumbuhannya (Chaves et al., 2002). Ketika jumlah absorbsi air mulai terbatas, maka tanaman memiliki mekanisme untuk mencegah kehilangan air dengan melakukan penutupan stomata (Taiz dan Zeiger, 2002). Kedua tanaman memiliki respon yang berbeda pada penelitian ini setelah diberikan perlakuan. Kedua tanaman yang mendapatkan perlakuan stres kekeringan tunggal dan stres kekeringan ganda menunjukkan respon dengan adanya daun yang gugur, kelayuan pada tanaman hingga kondisi tanaman mencapai titik layu permanen dibandingkan dengan tanaman yang disiram setiap hari. Penelitian ini menunjukkan bahwa leguminosa S. guianensis dipanen pada hari ke-16 karena tanaman sudah memasuki titik layu permanen. Pemanenan legum S. scabra dilakukan pada hari ke-24 dimana tanaman yang diberikan perlakuan 17

2 mengalami titik layu permanen pada hari ke-24. Hal ini dapat dikatakan bahwa S. scabra lebih tahan terhadap kekeringan dan stres kekeringan ganda dibandingkan dengan S. guianensis. Parameter kadar air tanah, pertambahan tinggi vertikal, pertambahan jumah daun, dan Relaive Water content dilakukan pengkajian pada pengamatan di hari ke- 16, kerena kedua tanaman masih lengkap atau belum dipanen, namun sudah merespon stres kekeringan. Tabel 1. Pengaruh Cekaman Kekeringan dan Pemberian H 2 O 2 terhadap Kadar Air (KA) Tanah, Pertumbuhan, dan Produksi Leguminosa Stylosanthes guianensis Hari ke-16 Perlakuan M 0 M 1 M 2 KA Tanah (%) 35,369 ± 0,561 a 28,467 ± 2,840 b 29,316 ± 2,129 b Rataan Pertambahan Tinggi (cm/ hari) 0,702 ± 0,089 a 0,119 ± 0,092 b 0,088 ± 0,051 b Rataan Pertambahan Jumlah daun trifoliate (unit/hari) 5,188 ± 1,452 a 1,031 ± 1,192 b 1,063 ± 0,650 b Rataan RWC Daun (%) 60,108 ± 1,614 a 29,988 ± 6,723 b 22,077 ± 1,127 c Keterangan : Huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) (M 0 : tanpa H 2 O 2 dan disiram; M 1 : tanpa H 2 O 2 dan tidak disiram; M 2 : dengan H 2 O 2 dan tidak disiram) Tabel 2. Pengaruh Cekaman Kekeringan dan Pemberian H 2 O 2 terhadap KA Tanah, Pertumbuhan, dan Produksi Leguminosa Stylosanthes scabra Hari ke-16 Perlakuan M 0 M 1 M 2 KA Tanah (%) 35,065 ± 1,191 a 29,608 ± 0,960 b 30,292 ± 0,558 b Rataan Pertambahan Tinggi (cm/ hari) 0,948 ± 0,306 a 0,383 ± 0,119 b 0,379 ± 0,144 b Rataan Pertambahan Jumlah daun trifoliate (tunit/hari) 11,000 ± 4,150 a 0,500 ± 0,25 c 1,219, ± 0,329 b Rataan RWC Daun (%) 50,705 ± 2,588 a 14,048 ± 1,325 b 13,896 ± 0,715 b Keterangan : Huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) (M 0 : tanpa H 2 O 2 dan disiram; M 1 : tanpa H 2 O 2 dan tidak disiram; M 2 : dengan H 2 O 2 dan tidak disiram) Pengaruh Perlakuan terhadap Rataan Kadar Air Tanah Ketersediaan air tanah merupakan suatu faktor dalam kemampuan bertahan hidup dan distribusi spesies tanaman (Lakitan, 2002). Menurut Noggle dan Frizt bahwa salah satu fungsi air merupakan senyawa pelarut bagi masuknya mineralmineral dari larutan tanah ke tanaman sebagai pelarut mineral nutrisi yang akan 18

3 diangkut dari satu bagian sel ke bagian sel lain. Tabel 1 dan 2 menunjukkan bahwa tanaman S. guianensis maupun S. scabra setelah diberikan perlakuan cekaman kekeringan atau tidak disiram (M 1 dan M 2 ) menunjukkan bahwa KA tanah pada kedua tanaman berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap perlakuan yang disiram setiap hari (M 0 ). Persentase penurunan kadar air yang disiram setiap hari dengan tanaman yang mendapatkan stres kering dan stres kekeringan ganda pada kedua tanaman sebesar ±19%. Kadar air dalam tanah mendeskripsikan jumah sumber air yang tersedia, dimana air dapat diserap untuk pertumbuhan, sedangkan kekeringan dapat menyebabkan air tidak tersedia, dan tanaman menjadi menderita dan layu (Karti, 2004). Tanaman yang diberikan air atau perlakuan M 0 terlihat bahwa pertumbuhannya sangat baik dan berbeda nyata (P<0,05) dengan kedua perlakuan yang lain, sedangkan untuk perlakuan M 1 dan M 2 tidak memiliki perbedaan yang nyata hal ini terjadi karena memang pada perlakuan keduanya tidak disiram setiap hari. Menurut Karti et al (2012) bahwa tanaman yang diberikan stres kekeringan dapat menurunkan kadar air tanah dibandingkan dengan tanah yang disiram setiap hari. Pengaruh Perlakuan terhadap Laju Pertumbuhan Tinggi Vertikal Tanaman Terjadinya pertambahan tinggi menurut Hermawan (2004) merupakan hasil dari pembelahan sel dan pembesaran jaringan sel tanaman. Leguminosa S. guianensis dan S. scabra setelah diberikan perlakuan memiliki berbagai macam perubahan seperti yang tercantum pada Tabel 1 dan 2 Perlakuan yang diberikan pada tanaman leguminosa S. scabra dan S. guianensis menghasilkan perbedaan yang nyata (P<0,05) untuk laju pertumbuhan tinggi vertikal tanaman antara perlakuan tanpa stres atau M 0 dengan perlakuan stres (M 1 dan M 2 ), sedangkan untuk M 1 dan M 2 tidak memiliki perbedaan yang nyata. Hal ini menunjukkan bahwa kekeringan memberikan pengaruh terhadap laju pertumbuhan tinggi vertikal namun tidak berpengaruh pada tanaman yang disemprotkan dengan H 2 O 2 atau mengalami stres kekeringan ganda. Hal ini diduga karena terlalu berbedanya ketersediaan air yang ada pada tanaman antara tanaman perlakuan M 0 dengan tanaman perlakuan M 1 dan M 2 dimana air sangat berguna untuk proses pertumbuhan tanaman. Pemberian stres kekeringan ganda terhadap kedua tanaman tidak menyebabkan tanaman lebih buruk 19

4 pertambahan tingginya dibandingkan dengan tanaman yang hanya diberikan stres kekeringan tunggal. Pengaruh Perlakuan terhadap Rataan Selisih Jumlah Daun Trifoliate Tanaman Rataan selisih jumlah daun trifoliate seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1 dan 2 bahwa pada tanaman S. guianensis tidak memiliki perbedaan yang nyata antara M 1 dan M 2. Lain halnya dengan tanaman S. scabra dimana pada tanaman ini semua perlakuan memiliki perbedaan yang nyata, dimana pada perlakuan M 0 memiliki perbedaan yang sangat mencolok terhadap kedua perlakuan yang lain dimana nilai rataan pertumbuhan jumlah daun trifoliate M 0 sebesar 11,000 ± 4,150 sedangkan perlakuan M 1 sebesar 0,500 ± 0,2500 dan M 2 sebesar 1,219 ± 0,329 hal ini terjadi karena perlakuan M 0 tidak diberikan stres kekeringan sedangkan M 1 dan M 2 diberikan stres kekeringan. Perlakuan yang hanya mengalami stres kekeringan tunggal atau M 1 pada tanaman S. scabra ternyata memiliki nilai rataan pertumbuhan jumlah daun trifoliate yang lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan yang diberikan stres kekeringan ganda (M 2 ), hal ini menunjukkan bahwa tanaman S. scabra tahan akan kekeringan bahkan setelah diberikan double stress. Berbeda dengan S. guianensis yang setelah diberikan dengan H 2 O 2 bahkan terjadinya penurunan nilai dimana nilai M 1 lebih besar dibandingkan dengan M 2, hal ini terjadi karena perlakuan M 2 adalah perlakuan yang mengalami stres kekeringan ganda dan tanaman S. guianensis tidak tahan akan kekeringan seperti yang sudah dijelaskan diatas dimana tanaman S. guianensis memiliki hari titik pelayuan yang lebih cepat, jadi nilai rataan M 2 lebih kecil dibandingkan dengan perlakauan M 1. Pengaruh Perlakuan terhadap Rataan RWC Daun Tanaman Pengaruh perlakuan pada S. guianensis yang dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2, bahwa terjadi perbedaan yang nyata pada semua perlakuan dimana antara perlakuan M 0, M 1, dan M 2 memiliki perbedaan yang nyata (P<0,05) dengan nilai rataan M 2 lebih kecil dari M 1. Menurut Jiang dan Huang (1999) bahwa stres ganda antara stres kekeringan dan stres panas dapat menurunkan nilai RWC, hal inilah yang menyebabkan S. guianensis mengalami penurunan pada perlakuan M 2 dimana perlakuan M 2 adalah stres kekeringan ganda yaitu stres kekeringan karena tidak disiram dan stres kekeringan yang dihasilkan oleh pemberian H 2 O 2. 20

5 Berbeda halnya dengan S. guianensis bahwa pengaruh perlakuan yang dialami oleh S. scabra memiliki perbedaan yang nyata (P<0,05) antara M 0 dengan perlakuan yang lain, namun tidak berbeda nyata antara perlakuan M 1 dengan M 2. Perlakuan M 2 dikatakan ganda karena selain mendapat cekaman kekeringan tanpa disiram juga ditambah dengan penyemprotan H 2 O 2 dimana H 2 O 2 dapat menyebabkan stres kekeringan juga. Hal tersebut terjadi karena tanaman S. scabra merupakan tanaman yang tahan akan kekeringan sehingga masih dapat bertahan bila diberikan stres kekeringan ganda. Menurut Ishibashi et al. (2011) bahwa H 2 O 2 dapat meningkatkan level mrna dari D-myo-inositol, 3-phosphate synthase 2 (GmMIPS2) dan galacticol synthase (GolS) yang mengkodekan kunci enzim untuk biosintesis oligosakarida yang dikenal dapat membantu tanaman untuk tetap bertahan pada kondisi cekaman kekeringan. Menurut Karti et al. (2012) bahwa mekanisme toleransi kekeringan pada S. seabrana melalui akumulasi prolin dan gula terlarut, mungkin hal itu pula yang dilakukan oleh S. scabra agar dapat tetap bertahan pada kondisi kekeringan. Menurut Castillo (1996) bahwa ketika RWC turun mencapai 20% dibawah cekaman kekeringan maupun stres ganda maka dapat mencegah aktivitas SOD (Superoxide dismutase) secara signifikan. Tidak berubahnya aktivitas SOD dibawah stres kering dapat menyesuaikan diri dari kekeringan dan dapat berkontribusi dalam mentolerir panas. Pengaruh Perlakuan terhadap Rataan Bobot Kering Daun, Batang, dan Akar Tabel 1 dan 2 menunjukkan bahwa pada perlakuan yang disiram setiap hari atau M 0 memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya baik pada S. guianensis maupun S. scabra, hal ini terjadi karena kekeringan dapat menyebabkan daun menjadi lebih sempit dan pendek (Teare dan Peet, 1983). Rataan bobot kering daun pada S. guianensis terjadi perbedaan yang nyata (P<0,05) antara M 0 dengan M 1 dan M 2 namun tidak terjadi perbedaan yang nyata antara perlakuan M 1 dan M 2, sedangkan untuk S. scabra terjadi perbedaan yang nyata pada semua perlakuan. Perlakuan M 2 pada S. scabra memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan M 1 hal ini dapat dikatakan bahwa S. scabra tahan akan stres kekeringan ganda bahkan lebih baik daripada hanya diberikan stres kekeringan tunggal, hal ini menunjukkan bahwa H 2 O 2 memiliki pengaruh yang nyata pada leguminosa S. scabra untuk mempertahankan produksi bobot kering daun yang lebih 21

6 baik melalui suatu mekanisme tertentu terhadap kekeringan. Pengaruh meningkatnya nilai bobot kering daun pada leguminosa S. scabra adalah bahwa H 2 O 2 dapat meningkatkan level mrna dari D-myo-inositol, 3-phosphate synthase 2 (GmMIPS2) dan galacticol synthase (GolS) yang mengkodekan kunci enzim untuk biosintesis oligosakarida yang dikenal dapat membantu tanaman untuk mentolerir cekaman kekeringan (Ishibashi et al., 2011). Tabel 3. Pengaruh Cekaman Kekeringan dan Pemberian H 2 O 2 terhadap Pertumbuhan dan Produksi Leguminosa Stylosanthes guianensis Perlakuan M0 M1 M2 Rataan Produksi Bobot Kering Daun (gram) 2,531 ± 0,239 a 0,641 ± 0,155 b 0,633 ± 0,207 b Rataan Bobot Kering Batang (gram) 4,979 ± 0,643 a 3,456 ± 0,885 b 3,125 ± 0,478 b Rataan Bobot Kering Akar 2,006 ± 0,822 1,535 ± 0,849 1,243 ± 0,367 (gram) Keterangan : Huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) (M 0 : tanpa H 2 O 2 dan disiram; M 1 : tanpa H 2 O 2 dan tidak disiram; M 2 : dengan H 2 O 2 dan tidak disiram) Tabel 4. Pengaruh Cekaman Kekeringan dan Pemberian H 2 O 2 terhadap Pertumbuhan dan Produksi Leguminosa Stylosanthes scabra Perlakuan M0 M1 M2 Rataan Produksi Bobot Kering Daun (gram) 2,803 ± 0,589 a 0,661 ± 0,126 c 0,971 ± 0,175 b Rataan Bobot Kering Batang (gram) 6,377 ± 1,612 a 3,066 ± 0,486 b 3,011 ± 0,418 b Rataan Bobot Kering Akar 0,385 ± 0,192 0,334 ± 0,116 0,323 ± 0,142 (gram) Keterangan : Huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) (M 0 : tanpa H 2 O 2 dan disiram; M 1 : tanpa H 2 O 2 dan tidak disiram; M 2 : dengan H 2 O 2 dan tidak disiram) Bukan hanya daun saja yang mengalami penurunan ketika mengalami kekeringan produksi batang dan organ reproduktifpun juga terbentuk lebih kecil dari ukuran normal (Teare dan Peet, 1983). Rataan bobot kering batang untuk kedua leguminosa pada perlakuan M 0 memiliki perbedaan yang nyata dengan perlakuan yang lain. S. guianensis dan S. scabra pada perlakuan M 1 dan M 2 tidak memiliki perbedaan yang nyata. 22

7 Rataan bobot kering akar baik pada S. guianensis maupun S. scabra tidak mengalami perbedaan yang nyata pada semua perlakuan. Teare dan Peet (1983) menyatakan bahwa terdapat mekanisme cara menghindari ketika tanaman mengalami kekeringan yaitu dengan memperluas sistem perakaran dan pertumbuhan memanjang ke dalam akar, hal tersebutlah yang membuat bobot kering pada kedua tanaman yang mengalami perlakuan stres kekeringan tidak memiliki perbedaan yang nyata dengan perlakuan yang selalu disiram setiap hari. S. scabra juga memiliki perakaran yang dalam sepanjang 4 m sehingga tanaman ini tahan akan kekeringan. Penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa tanaman S. guianensis merupakan tanaman yang tidak tahan terhadap stres kekeringan dengan penambahan H 2 O 2 atau stres kekeringan ganda. Hal tersebut terjadi karena tanaman S. guianensis memang merupakan tanaman yang kurang tahan akan kekeringan, sehingga setelah diberikan H 2 O 2 yang merupakan salah satu dari stres kekeringan tidak mampu menampilkan hasil yang baik. Lain halnya dengan tanaman S. scabra yang tahan akan stres kekeringan. Pembahasan Umum Pengaruh morfologi akibat cekaman kekeringan umumnya sangat tergantung pada faktor waktu terjadinya cekaman dan besarnya perlakuan cekaman (Keles dan Oncel, 2002). Kadar air dalam tanah mendeskripsikan jumlah sumber air yang tersedia, dimana air dapat diserap untuk pertumbuhan, sedangkan kekeringan dapat menyebabkan air tidak tersedia, dan tanaman menjadi menderita dan layu (Karti, 2004). Karti et al. (2012) menyatakan bahwa tanaman yang diberikan stres kekeringan dapat menurunkan kadar air tanah dibandingkan dengan tanah yang disiram setiap hari. Penelitian ini memberikan stres kekeringan terhadap S. guianensis dan S. scabra, kedua tanaman tersebut memiliki respon terhadap cekaman kekeringan dengan cara mengugurkan daunnya, menghambat pertumbuhannya hingga mengalami kelayuan yang permanen. Waktu titik layu permanen pada kedua tanaman ini berbeda untuk S. guianensis pada hari ke-16 setelah tanaman tersebut diberikan perlakuan sedangkan untuk S. scabra pada hari ke-24, hal ini dapat diketahui bahwa S. scabra lebih tahan akan kerkeringan dibandingkan dengan S. guianenesis. 23

8 Cekaman kekeringan, panas maupun keduanya dapat menurunkan kualitas tanah, RWC, dan kandungan klorofil daun. Stres ganda efeknya lebih dapat merusak dibandingkan dengan hanya stres kering saja maupun stres panas saja. Kualitas tanah menurun secara drastis dibawah cekaman kekeringan, sedangkan cekaman ganda dapat menurunkan nilai RWC selama perlakuan stres (Turner et al., 1966; Nobel, 1988). Stylosanthes guianensis tidak tahan akan kekeringan ganda karena setelah dapat dilihat pada hasil penelitian dan penjabaran diatas. Stylosanthes guianensis selain dilihat pada hari titik pelayuannya dapat dilihat pula dari nilai rataan RWC, karena RWC merupakan salah satu cara untuk dapat menseleksi langsung tanaman terhadap resisten kekeringan (Yuniaty, 1998; Reynolds et al., 1999; Chandrasekar et al., 2000). Leguminosa S. guianensis untuk rataan jumlah daun trifoliate tidak memiliki perbedaan yang nyata perlakuan M 1 dan M 2, namun untuk nilai RWC berbeda nyata hal inilah yang menandakan bahwa S. guianensis tidak tahan akan kekeringan ganda dan tidak efisien dalam penggunaan airnya. Leguminosa S. guianensis juga tidak mampu menghasilkan akumulasi prolin dan gula terlarut seperti yang dapat dilakukan oleh S. seabrana (Karti et al., 2012). Berbeda halnya dengan S. guianensis, S. scabra dapat tahan terhadap stres kekeringan ganda hal ini dapat dilihat dari nilai RWC dimana antara perlakuan M 1 dan M 2 tidak memiliki perbedaan yang nyata, meskipun pada pertambahan jumlah daun M 1 dan M 2 memiliki perbedaan yang nyata (P<0,05) hal ini dapat dikatakan bahwa S. scabra dapat lebih efisien dalam penggunaan airnya. Hal tersebut juga dapat terjadi karena menurut Karti et al. (2012) bahwa mekanisme toleransi kekeringan pada S. seabrana melalui akumulasi prolin dan gula terlarut, mungkin hal itu pula yang dilakukan oleh S. scabra agar dapat tetap bertahan pada kondisi kekeringan. Akumulasi prolin dan gula prolin merupakan mekanisme toleransi kekeringan, hal ini terjadi karena pada saat tanaman mengalami kekeringan kadar air tanah pada tanaman mengalami penurunan atau potensial airnya menurun. Menurunnya potensial air pada kadar air tanah maka akar tanaman tidak dapat mengalirkan persediaan air dari tanah keseluruh bagian tanaman karena salah satu sifat dari air adalah mengalir dari potensial air tinggi ke potensial air yang lebih rendah, untuk dapat mengalirkan air keseluruh bagian tanaman maka tanaman yang lebih tahan akan kekeringan akan menghasilkan akumulasi prolin dan gula terlarut 24

9 sehingga dapat membuat konsentrasi tanaman tinggi atau menurunkan potensial air pada tanaman, sehingga potensial air tanaman menjadi lebih rendah dari tanah sehingga tanaman dapat menyerap air untuk hidupnya. Menurut Ishibashi et al. (2011) pula bahwa H 2 O 2 dapat meningkatkan level mrna dari D-myo-inositol, 3-phosphate synthase 2 (GmMIPS2) dan galacticol synthase (GolS) yang mengkodekan kunci enzim untuk biosintesis oligosakarida yang dikenal dapat membantu tanaman untuk tetap bertahan pada kondisi cekaman kekeringan apabila tanaman tersebut toleran, hal ini pula yang dilakukan oleh S. scabra untuk mentolerir kekeringan. Rataan produksi bobot kering daun S. scabra memiliki perbedaan yang nyata (P<0,05) antara M 1 dengan M 2 hasil tersebut sejalan dengan rataan pertambahan jumlah daun trifoliate pada S. scabra yang juga berbeda nyata (P<0,05) dengan keduanya. Begitu pula dengan S. guianensis yang tidak memiliki perbedaan yang nyata antara M 1 dengan M 2 pada rataan pertambahan jumlah daun trifoliate dan rataan produksi bobot kering daun. 25

PERBANDINGAN ANTARA LEGUMINOSA Stylosanthes guianensis DAN Stylosanthes scabra TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN DAN PEMBERIAN HIDROGEN PEROKSIDA (H 2 O 2 )

PERBANDINGAN ANTARA LEGUMINOSA Stylosanthes guianensis DAN Stylosanthes scabra TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN DAN PEMBERIAN HIDROGEN PEROKSIDA (H 2 O 2 ) PERBANDINGAN ANTARA LEGUMINOSA Stylosanthes guianensis DAN Stylosanthes scabra TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN DAN PEMBERIAN HIDROGEN PEROKSIDA (H 2 O 2 ) SKRIPSI SRI SUMARYANI DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Alat Prosedur Larutan Peroksida Pemilihan Jenis Leguminosa Persiapan Media Tanam

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Alat Prosedur Larutan Peroksida Pemilihan Jenis Leguminosa Persiapan Media Tanam MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai bulan Maret 2012, bertempat di Laboratorium Lapang Agrostologi, Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah, Laboratorium

Lebih terperinci

tanaman pada fase perkembangan reproduktif sangat peka terhadap cekaman kekeringan. Kondisi cekaman kekeringan dapat menyebabkan gugurnya

tanaman pada fase perkembangan reproduktif sangat peka terhadap cekaman kekeringan. Kondisi cekaman kekeringan dapat menyebabkan gugurnya 55 5 DISKUSI UMUM Cekaman kekeringan merupakan salah satu faktor lingkungan terpenting yang menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman yang menghambat aktivitas fotosintesis dan translokasi fotosintat

Lebih terperinci

Gambar 1. Leguminosa Stylosanthes guianensis Sumber: [17 Juni 2012]

Gambar 1. Leguminosa Stylosanthes guianensis Sumber:  [17 Juni 2012] TINJAUAN PUSTAKA Stylosanthes guianensis Stylosanthes guianensis merupakan tanaman legum perenial, tingginya dapat mencapai 1,2 m. Daunnya trifoliate dengan panjang 0,5-4,5 cm dan lebar 0,2-2 cm, bunganya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Umum Penelitian Pada penelitian ini semua jenis tanaman legum yang akan diamati (Desmodium sp, Indigofera sp, L. leucocephala dan S. scabra) ditanam dengan menggunakan anakan/pols

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemanasan global yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Pemanasan global yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanasan global yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang ekstrim yang disertai peningkatan temperatur dunia yang mengakibatkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Hijau Kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosae. Klasifikasi botani tanman kacang hijau sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Parameter pertumbuhan yang diukur adalah tinggi, berat basah, dan berat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Parameter pertumbuhan yang diukur adalah tinggi, berat basah, dan berat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pertumbuhan Parameter pertumbuhan yang diukur adalah tinggi, berat basah, dan berat kering akhir tanaman. Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Pertumbuhan tanaman buncis Setelah dilakukan penyiraman dengan volume penyiraman 121 ml (setengah kapasitas lapang), 242 ml (satu kapasitas lapang), dan 363 ml

Lebih terperinci

PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN TANAMAN JAGUNG

PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN TANAMAN JAGUNG A. DEFINISI PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN TANAMAN JAGUNG Pengairan dilakukan untuk membuat keadaan kandungan air dalam tanah pada kapasitas lapang, yaitu tetap lembab tetapi tidak becek.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Tinggi Tanaman Tinggi tanaman caisin dilakukan dalam 5 kali pengamatan, yaitu (2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, dan 6 MST). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Indikator pertumbuhan dan produksi bayam, antara lain: tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman dapat dijelaskan sebagai berikut:

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang HASIL DA PEMBAHASA 21 Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang Tabel 1 menunjukkan hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam 23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Percobaan 4.1.1 Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk daun berbeda konsentrasi berpengaruh nyata terhadap

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

Analisis stomata Analisis stomata dilakukan dengan cara mengambil sampel daun nilam yang diambil dari masing-masing nomor somaklon yang dikategorikan peka dan toleran. Daun yang diambil adalah daun ketiga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman tomat memiliki daerah penyebaran yang cukup luas, mulai dataran tinggi sampai dataran rendah. Data dari BPS menunjukkan rata-rata pertumbuhan luas panen, produktivitas,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Varietas Burangrang berasal dari segregat silangan alam, diambil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Varietas Burangrang berasal dari segregat silangan alam, diambil II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Varietas Kedelai (1) Varietas Burangrang Varietas Burangrang berasal dari segregat silangan alam, diambil dari tanaman petani di Jember, Seleksi lini murni, tiga generasi asal

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman. Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman. Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Tinggi Tanaman Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia pertumbuhan yang berbeda memberikan pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia sebagai sumber utama

Lebih terperinci

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN Hubungan air tanah dan Tanaman Fungsi air bagi tanaman Menjaga tekanan sel Menjaga keseimbangan suhu Pelarut unsur hara Bahan fotosintesis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan pelaksanaan, yaitu tahap kultur in vitro dan aklimatisasi. Tahap kultur in vitro dilakukan di dalam Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4.1. Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil analisis ragam dan uji BNT 5% tinggi tanaman disajikan pada Tabel 1 dan Lampiran (5a 5e) pengamatan tinggi tanaman dilakukan dari 2 MST hingga

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tajuk Indikator pertumbuhan tanaman dapat diketahui dengan bertambahnya volume dan juga berat suatu biomassa yang dihasilkan selama proses pertunbuhan tanaman.

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN SALURAN PENGAIRAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 39 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGAIRAN DAN PEMELIHARAAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertambahan Tinggi Bibit Tanaman (cm) Hasil pengamatan terhadap pertambahan tinggi bibit kelapa sawit setelah dilakukan sidik ragam (lampiran 9) menunjukkan bahwa faktor petak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

Lebih terperinci

PENGAIRAN KEDELAI PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PUSAT PELATIHAN PERTANIAN

PENGAIRAN KEDELAI PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PUSAT PELATIHAN PERTANIAN PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENGAIRAN KEDELAI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi : PENGAIRAN KEDELAI Tujuan Berlatih

Lebih terperinci

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Rumput Jumlah Daun Hasil penghitungan jumlah daun menunjukan terjadinya penurunan rataan jumlah daun pada 9 MST dan 10 MST untuk rumput raja perlakuan D0, sedangkan untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam peningkatan gizi masyarakat Indonesia. Hal tersebut didasarkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo 3 TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo Padi gogo adalah budidaya padi di lahan kering. Lahan kering yang digunakan untuk tanaman padi gogo rata-rata lahan marjinal yang kurang sesuai untuk tanaman. Tanaman padi

Lebih terperinci

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan IV. Hasil dan pembahasan A. Pertumbuhan tanaman 1. Tinggi Tanaman (cm) Ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas Benih 2.1.1 Viabilitas benih Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang mudah untuk diamati dan sering digunakan sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Tinggi Tanaman Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh rata-rata tinggi tanaman jagung vareitas bisi-2 pada pengamatan minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-8 disajikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan sumber protein nabati yang relatif murah. Biji kedelai kaya protein dan lemak

I. PENDAHULUAN. merupakan sumber protein nabati yang relatif murah. Biji kedelai kaya protein dan lemak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan tanaman penting di Indonesia karena merupakan sumber protein nabati yang relatif murah. Biji kedelai kaya protein dan

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam pengamatan tinggi tanaman berpengaruh nyata (Lampiran 7), setelah dilakukan uji lanjut didapatkan hasil seperti Tabel 1. Tabel 1. Rerata tinggi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Interval Pemanenan (cm) H 30 H 50 H 60

HASIL DAN PEMBAHASAN. Interval Pemanenan (cm) H 30 H 50 H 60 HASIL DAN PEMBAHASAN Pertambahan Tinggi Tiap Minggu Pertambahan tinggi tanaman mempengaruhi peningkatan jumlah produksi. Berdasarkan analisis ragam diketahui bahwa perlakuan pemupukan dan perlakuan interval

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang raja bulu (Musa paradisiaca L var. sapientum) merupakan salah

I. PENDAHULUAN. Pisang raja bulu (Musa paradisiaca L var. sapientum) merupakan salah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pisang raja bulu (Musa paradisiaca L var. sapientum) merupakan salah satu tanaman buah tropis yang dapat tumbuh baik pada dataran tinggi dengan kisaran ketinggian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Keragaman mutu tiga jenis jahe (dalam %, pada lokasi 450 mdpl) Oleoresin Gingerol Pati Serat Air Abu Sari dalam air

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Keragaman mutu tiga jenis jahe (dalam %, pada lokasi 450 mdpl) Oleoresin Gingerol Pati Serat Air Abu Sari dalam air 4 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jahe (Zingiber officinale Roxb.) Menurut klasifikasi tanaman, jahe adalah tanaman herba tahunan yang termasuk famili Zingiberaceae. Berdasarkan ukuran, bentuk dan warna kulit

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) berpengaruh nyata pada jumlah akar primer bibit tanaman nanas, tetapi tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman di dalam larutan hara yang menyediakan semua unsur unsur hara yang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman di dalam larutan hara yang menyediakan semua unsur unsur hara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sistem hidroponik merupakan teknologi pertumbuhan dan perkembangan tanaman di dalam larutan hara yang menyediakan semua unsur unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam peradaban manusia. Padi sudah dikenal sebagai tanaman pangan sejak jaman prasejarah.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi tanaman padi menurut Tjitrosoepomo (2004) adalah sebagai

II.TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi tanaman padi menurut Tjitrosoepomo (2004) adalah sebagai 9 II.TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Taksonomi tanaman padi menurut Tjitrosoepomo (2004) adalah sebagai berikut : Regnum Divisio Sub Divisio Class Ordo Family Genus : Plantae

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kedelai merupakan tanaman hari pendek dan memerlukan intensitas cahaya yang tinggi. Penurunan radiasi matahari selama 5 hari atau pada stadium pertumbuhan akan mempengaruhi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 4 bulan

Lebih terperinci

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi tanaman dan jumlah anakan menunjukkan tidak ada beda nyata antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nitrogen (N) merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman.

BAB I PENDAHULUAN. Nitrogen (N) merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nitrogen (N) merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman. Dalam jumlah banyak nitrogen dibutuhkan untuk membentuk senyawa penting di dalam sel termasuk

Lebih terperinci

Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan Pertemuan : Minggu ke 1 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Rumah tangga air pada tumbuhan Sub pokok

Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan Pertemuan : Minggu ke 1 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Rumah tangga air pada tumbuhan Sub pokok Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan Pertemuan : Minggu ke 1 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Rumah tangga air pada tumbuhan Sub pokok bahasan : 1. Peran air dalam kehidupan tumbuhan 2. Penyerapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) adalah tanaman serealia yang potensial

I. PENDAHULUAN. Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) adalah tanaman serealia yang potensial I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) adalah tanaman serealia yang potensial untuk dibudidayakan dan dikembangkan, khususnya pada daerah-daerah marginal dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... viii xi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah... 1 1.2 Tujuan... 3 1.3 Landasan Teori... 3 1.4 Kerangka Pemikiran... 5 1.5 Hipotesis... 8

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan adalah suatu penambahan sel yang disertai perbesaran sel yang di ikut oleh bertambahnya ukuran dan berat tanaman. Pertumbuhan berkaitan dengan proses pertambahan

Lebih terperinci

Sediaan Mikroskopis untuk Pengamatan dengan Mikroskop Elektron Transmisi (TEM). Pengukuran Parameter Fotosintesis . Pengamatan Anatomi Daun HASIL

Sediaan Mikroskopis untuk Pengamatan dengan Mikroskop Elektron Transmisi (TEM). Pengukuran Parameter Fotosintesis . Pengamatan Anatomi Daun HASIL dan dihitung status air medianya (Lampiran 1). Pengukuran kadar air relatif dilakukan dengan mengambil 1 potongan melingkar dari daun yang telah berkembang penuh (daun ke-3 dari atas) dengan diameter 1

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015).

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015). IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Invigorasi Terhadap Viabilitas dan Vigor Penelitian dilakukan di Laboratorium Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Fisik Buah Kualitas fisik buah merupakan salah satu kriteria kelayakan ekspor buah manggis. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap kualitas fisik buah meliputi

Lebih terperinci

BAB VII PERANAN AIR BAGI PERTUMBUHAN TANAMAN

BAB VII PERANAN AIR BAGI PERTUMBUHAN TANAMAN BAB VII PERANAN AIR BAGI PERTUMBUHAN TANAMAN Peranan air dalam pertumbuhan tanamanan Air adalah salah satu komponen fisik yang sangat vital dan dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan Indonesia sebagai tanaman penghasil minyak nabati yang produktivitasnya lebih

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan 13 diinduksi toleransi stres dan perlindungan terhadap kerusakan oksidatif karena berbagai tekanan (Sadak dan Mona, 2014). BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk Indonesia. Produksi padi nasional mencapai 68.061.715 ton/tahun masih belum mencukupi

Lebih terperinci

50,85 a B 50,98 b B. 53,32 b A

50,85 a B 50,98 b B. 53,32 b A IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan pertumbuhan dan perkembangan bibit kelapa sawit yang berbeda nyata setelah diperlakukan dengan lama pengompos tandan kosong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malvales Famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007). 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Akar kedelai terdiri atas akar tunggang, lateral, dan serabut. Pertumbuhan akar tunggang dapat mencapai panjang sekitar 2 m pada kondisi yang optimal, namun umumnya hanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan turut meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan turut meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan turut meningkatkan kebutuhan makanan yang bernilai gizi tinggi. Bahan makanan yang bernilai gizi tinggi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Hama 1. Mortalitas Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai fase dan konsentrasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas hama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stadia Pertumbuhan Kedelai Stadia pertumbuhan kedelai secara garis besar dapat dibedakan atas pertumbuhan vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii RIWAYAT HIDUP... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

Bismillahirrahmaanirrahiim...

Bismillahirrahmaanirrahiim... Bismillahirrahmaanirrahiim... Assalamualaikum wr wb... LOADING PLEASE WAIT TRANSPIRASI Definisi Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan

Lebih terperinci

100 level of chlorophyll a, chlorophyll b and total chlorophyll. The high contain of anthocyanins is able to achieve with 50% soil moisture available

100 level of chlorophyll a, chlorophyll b and total chlorophyll. The high contain of anthocyanins is able to achieve with 50% soil moisture available 99 PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN ANTOSIANIN DAUN MENIRAN HIJAU (Phyllanthus niruri L.) DAN MENIRAN MERAH (Phyllanthus urinaria L.) PADA BERBAGAI KADAR AIR TANAH Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melihat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi, IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan terhadap proses induksi akar pada eksplan dilakukan selama 12 minggu. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan pengaruh pada setiap perlakuan yang diberikan.

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk terus meningkat dengan rata-rata laju pertumbuhan 1,34%

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk terus meningkat dengan rata-rata laju pertumbuhan 1,34% BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LatarBelakang Pertambahan jumlah penduduk terus meningkat dengan rata-rata laju pertumbuhan 1,34% (BPS, 2013), sementara itu sebagian besar penduduk Indonesia (± 90%) masih menjadikan

Lebih terperinci

luar yang mempengaruhi laju fotosintesis dan peranannya masing-masing 2. Mahasiswa mengetahui dan dapat menjelaskan faktorfaktor

luar yang mempengaruhi laju fotosintesis dan peranannya masing-masing 2. Mahasiswa mengetahui dan dapat menjelaskan faktorfaktor Pertemuan : Minggu ke 5 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Faktor-faktor yang mempengaruhi laju fotosintesis Sub pokok bahasan : 1. Faktor-faktor dan dalam tubuh tumbuhan 2. Faktor-faktor dan lingkungan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. ph Tanah Data hasil pengamatan ph tanah gambut sebelum inkubasi, setelah inkubasi, dan setelah panen (Lampiran 4) menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan ph tanah.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Padi sawah dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu : padi sawah (lahan yang cukup memperoleh air, digenangi waktu-waktu tertentu terutama musim tanam sampai

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Tanah Awal Podsolik Jasinga Hasil analisis kimia dan fisik Podsolik Jasinga disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan kriteria PPT (1983), Podsolik Jasinga

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi

BAB I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi bahan pangan pokok masyarakat Indonesia. Padi di Indonesia memiliki bentuk dan warna beras yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, terdapat beberapa jenis beras yang dikembangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, terdapat beberapa jenis beras yang dikembangkan oleh 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Di Indonesia, terdapat beberapa jenis beras yang dikembangkan oleh petani, diantaranya; beras putih, beras merah, dan beras hitam. Akan tetapi, beras hitam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Tinggi Tanaman (cm ) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak tanam yang berbeda serta interaksi antara kedua perlakuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah pertumbuhan tinggi, pertumbuhan diameter batang, panjang buku, jumlah buku, jumlah daun,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rumput gajah berasal dari afrika tropis, memiliki ciri-ciri umum berumur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rumput gajah berasal dari afrika tropis, memiliki ciri-ciri umum berumur BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) Rumput gajah berasal dari afrika tropis, memiliki ciri-ciri umum berumur tahunan (Perennial), tingginya dapat mencapai 7m dan akar sedalam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi tanaman (cm) Hasil pengamatan yang diperoleh terhadap tinggi tanaman jagung manis setelah dilakukan sidik ragam (Lampiran 9.a) menunjukkan bahwa pemberian kompos sampah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Bibit (cm) Dari hasil sidik ragam (lampiran 4a) dapat dilihat bahwa pemberian berbagai perbandingan media tanam yang berbeda menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci