BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini. Penelitian-penelitian sebelumnya mempunyai perbedaan dari segi wilayah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini. Penelitian-penelitian sebelumnya mempunyai perbedaan dari segi wilayah"

Transkripsi

1 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Beberapa penelitian terkait kekalahan partai politik di daerah di Indonesia telah dikaji oleh beberapa peneliti sebelumnya, namun berbeda dengan penelitian ini. Penelitian-penelitian sebelumnya mempunyai perbedaan dari segi wilayah penelitian maupun partai yang mendominasi di daerahnya masing-masing. Selain itu dalam penelitian sebelumnya hanya mengkaji runtuhnya dominasi partai politik disebabkan karena runtuhnya sebuah rezim di Indonesia yang menyebabkan jatuhnya kepercayaan masyarakat terhadap partai politik tersebut. Sedangkan dalam penelitian ini penulis ingin lebih jauh melihat penyebabpenyebab kekalahan partai politik pada Pemilukada Klungkung Adapun penelitian lain yang sudah dilakukan dapat digunakan sebagai acuan maupun refrensi dala penelitian ini. Dari beberapa penelitian yang sudah ada, penulis mengambil tiga sampel penelitian dan dua buah buku sebagai sumber maupun tambahan referensi untuk penelitian ini. Berikut tiga penelitian yang terkait dengan Kekalahan Partai Politik: Pertama dalam penelitian Khairunnisa Lubis (2014) Eksistensi Partai Golkar dalam Politik Lokal: Studi Kasus Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Kabupaten Simalungun Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Partai Golkar cenderung menurun. Penurunan ini mulai terlihat terutama

2 11 sejak diadakannya pemilihan umum secara langsung pada tahun 2004, dimana fenomena ini berbanding lurus dengan penurunan perolehan suara dan kursi yang diperoleh Partai Golkar. Dalam hasil penelitian khairunnisa juga dijelaskan tentang penyebab turunnya tingkat kepercayaan masyarakat disebabkan oleh beberapa faktor yang merujuk pada banyaknya janji-janji partai yang belum terealisasi secara keseluruhan, hal ini mengakibatkan rasa loyalitas dan kepercayaan masyarakat Kabupaten Simalungun itu sendiri semakin merosot turun. Penurunan kepercayaan masyarakat terhadap partai berlambang pohon berigin ini juga dipacu oleh kemajuan teknologi yang semakin maju. Banyaknya kampanye maupun pengenalan figur calon menggunakan media elektronik seperti televisi maupun sosial media seikit kurangnya berimplikasi pada daya tarik maupun pilihan masyarakat Kabupaten Simalungun. Penyebab lain yang menyebakan penurunan eksistensi Partai Golkar dalam perolehan suara maupun jumlah kursi didapat adalah adanya degenerasi dalam tubuh Partai Golkar. Banyaknya anggota maupun wajah lama yang masih bertahan tanpa disertai regenerasi kader-kader menciptakan kejenuhan tersendiri di dalam masyarakat Kabupaten Simalungun dalam memilih caon-calon dari Partai Golkar. Kesamaan calon maupun figur pemimpin ini mendorong masyarakat mencoba pilihan baru dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Simalungun tahun Hasil dari Pemilukada Kabupaten Simalungun tahun 2009 menunjukkan bahwa Bupati yang terpilih tidak lagi berasal dari Partai Golkar yang berefek pada penurunan tingkat keberhasilan dalam merealisasikan

3 12 strategi yang diusung Partai Golkar dalam setiap kegiatan pemenangan pemilu dan merealisasikan program unggulan yang selama ini menjadi kebanggan masyarakat Kabupaten Simalungun kepada Partai Golkar. Kedua yakni penelitian yang dilakukan Farhan Saliman (2015) Faktorfaktor Dibalik Kekalahan Cagub-Cawagub Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Pada Pilgub DKI Jakarta Tahun 2012 mengemukakan bahwa PKS merupakan partai yang menduduki posisi nomor dua terbanyak dalam raihan perolehan suara dan jumlah kursi yang di dapat di DPRD DKI. Jumlah kursi yang didapatkan PKS mecnapai 18 kursi. Dengan perolehan jumlah 18 kursi ini PKS sudah memenuhi syarat sebuah partai politik untuk bisa mengajukan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang memiliki syarat hanya 15 kursi saja. Hal ini lah yang mendorong mengajukan calonnya tanpa berkoalisi dengan partai politik lain. Dalam proses Pemilihan Gubernur DKI Jakarta Tahun 2012 tersebut PKS memiliki tujuan untuk menegakkan prinsip ishlamafis (perbaikan individu) dan ishanulmujtama (perbaikan masyarakat). Dengan demikian maka nilai-nilai islam yang universal akan tegak di masyarakat, bangsa dan negara. Walaupun memiliki prinsip yang mumpuni serta syarat pencalonan yang kuat, ternyata pada tahun 2012 PKS gagal dan kalah bersaing dalam Pilgub DKI Tahun Dalam penelitian ini dijelaskan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan kekalahan Partai Keadilan Sejahtera ini disebabkan oleh dua faktor, dari faktor internal partai dan eksternal partai. Masalah dari internal partai yang saat itu menerpa partai PKS adalah terpaan badai korupsi yang menjerat Presiden Partai

4 13 PKS Lutfi Hasan Ishak yang diduga menerima suap kuota impor daging sapi, hal ini sendiri menjadi salah satu penyebab menurunnya elektabilitas PKS dalam Pilgub DKI Tahun 2012, selain itu kurang efektifnya komunikasi politik yang dibangun disebut juga sebagai penyebab kekalahan PKS dalam edisi Pilgub Jakarta Tahun Faktr-faktor yang menyebabkan kekalahan PKS dari segi eksternal pun disebut juga memegang peran vital dalam hasil yang diperoleh, dimana di dalam penelitian ini disebutkan oleh Jazuli Juwaeni bahwa terdapat lima faktor penyebab kekalahan dan penurunan elektabilitas PKS dari Pilgub 2007 ke Pilgub Jakarta Tahun Pertama pilgub sebelumnya hanya diikuti oleh dua kandidat sehingga suara tidak terlalu terpecah-pecah. Kedua semakin sering Pemilukada dilaksanakan di Indonesia, masyarakat terpolarisasi secara pragmatis. Ketiga persoalan DPT juga menjadi persoalan yang signifikan, karena besar kemungkinan telah diatur, dimana potensi pemilih kandidat tertentu tidak terdaftar di daerah-daerah basis pada Pilgub dan Pemilu sebelumnya banyak yang tidak terdaftar. Keempat Netralitas PNS dan birokrasi masih sangat menyedihkan, banyak timses Hidayat diintimidasi bahkan atribut partai yang dipasang malam hari besok harinya sudah hilang. Kelima PKS tidak melakukan money politik karena bertentangan dengan UU. Ketiga, penelitian Dedi Alamsyah (2010) Kekalahan Partai Golkar Pada Pemilukada Di kabupaten Toraja Utara Dedi dalam penelitiannya ingin mengkaji faktor-faktor penyebab Kekalahan Partai Golkar pada Pemilukada Toraja Utara tahun Adapun hasil penelitiannya membuktikan bahwa parpol besar tidak mutlak memenangkan calon. Sesuai hasil perhitungan suara, dua

5 14 pasangan yang berhasil melenggang ke putaran kedua adalah YS Dalipang-Simon Liling dan Frederik Batti Sorring-Frederik Buntang Rombe Layuk. Frederik Batti Sorring-Frederik Rombe Layuk diusung oleh tujuh partai kecil, di antaranya PDK, PKPI, Patriot, dan Kedaulatan. Bahkan, pasangan YS Dalipang-Simon Liling maju lewat jalur perseorangan atau independen. Sedangkan calon yang diusung partai besar seperti Demokrat, Golkar dan PDI-Perjuangan, harus mengakui keunggulan lawannya, dan justru menyalahkan calonnya. Kekalahan Partai Golkar pada pemilihan Bupati/Wakil Bupati di kabupaten Toraja Utara 2010 di sebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : Pertama Lemahnya militansi kader partai, mesin politik Partai Golkar yang tidak bekerja secara maksimal menjadi faktor krusial terhadap kekalahan pasangan yang mereka usung. Hal tersebut tak lepas dari lemahnya militansi kader partai berlambang pohon beringin tersebut, disamping figur, militansi kader partai politik juga sangat penting. Tanpa militansi, figur yang populer pun dapat keropos. Kelemahan Golkar adalah hilangnya militansi partai untuk menjaga dan meningkatkan dukungan atas calon Golkar. Kedua Kurang solidnya Kader Partai mendukung calon yang diusung. Sepertinya masalah internal Partai Golkar yang berusaha ditutupi oleh elite yang bersangkutan namun hal ini tetap bisa terbaca baik oleh orang dalam Partai Golkar maupun orang-orang diluar Partai Golkar, sebab ditemui di tempat yang berbeda, seseorang narasumber yang bukan dari Partai Golkar mengungkapkan hal yang hampir sama dengan pandangan yang penulis peroleh dari seseorang yang berasal dari dalam Partai Golkar sendiri. Ketiga Rakyat Ingin Perubahan.

6 15 Kekalahan pasangan yang diusung Partai Golkar disebabkan masyarakat Toraja Utara menginginkan perubahan terhadap kondisi Toraja Utara itu sendiri. Rakyat telah lelah dan jenuh dengan kondisi yang ada. Dan dengan adanya Pemilukada ini, rakyat berhak memilih calon pasangan yang mempunyai visi dan misi yang di anggap dapat membawa perubahan dalam pemerintahannya ke depan. Yang mereka tunggu adalah perbaikan kehidupan. Jika parpol besar (termasuk Golkar) tidak bisa memberi harapan, dan incumbent tidak mampu berbuat apa-apa, rakyat tentu berpaling kepada pemimpin baru. Tidak peduli parpol mana yang mengusung. Keempat Figur yang menjadi calon kepala daerah juga sangat menentukan dalam sebuah pelaksanaan Pemilukada. Rakyat telah bosan dengan calon-calon yang wajahnya sudah familiar bagi mereka. Rakyat berkeinginan calon yang diusung dalam Pemilukada adalah wajah-wajah baru yang lebih muda dan bersemangatkan jiwa muda. Pada Pemilukada, sebagian besar rakyat memilih bukan karena faktor calon tersebut didukung oleh Partai. Namun, kepopuleran dan figur calon juga berpengaruh terhadap hasil pemilihan. Kemenangan dalam pemilihan kepala daerah, juga bergantung pada ketokohan calon yang diusung. Jika calon yang diusung memiliki kharisma dan diakui ketokohannya, maka kemungkinan menang akan sangat besar karena disukai dan diinginkan masyarakat. Kelima Program kerja calon kurang menarik perhatian masyarakat. Program kerja yang lemah akan mempengaruhi keputusan masyarakat dalam menentukan pilihan, apalagi Toraja Utara yang merupakan kabupaten baru hasil pemekaran yang benar-benar harus memiliki visi dan misi untuk lebih maju kedepannya.

7 16 Berdasarkan penelitian diatas terdapat beberapa persamaan dengan penelitian ini yaitu berkaitan dengan kekalahan maupun hilangnya dominasi suatu partai di daerahnya. Namun terdapat juga perbedaan yang lebih mendalam dari penelitian diatas. Adapun perbedaan yang paling terlihat dari perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dari kendaraan politik yang digunakan dalam Pemilihan Kepala Daerah. Pada penelitian yang diteliti oleh Khairunnisa Partai yang dipilih menjadi studi partainya adalah yaitu Partai Golongan Karya yang mengambil objek penelitian pada Dewan Perwakilan Daerah, sedangkan pada penelitian ini lebih mendalami penelitian pada Pemilihan Kepala Daerah pada Pemilihan Bupati dan Calon Wakil Bupati. Selain itu dari segi lokasi penelitian pun terdapat perbedaan, Khairunnisa mengambil lokasi penelitiannya di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara dan penelitian ini mengambil lokasi penelitian di Kabupaten Klungkung Bali. Farhan Saliman dalam penelitiannya memang sama-sama menjelaskan dan meneliti mengenai faktor-faktor penyebab kekalahan partai politik dalam Pemilihan Kepala Daerah, akan tetapi dari luas cakupan Pemilukada yang dijelaskan terdapat perbedaan yakni, penelitian Farhan mengambil objek kajian pada Pilgub DKI Jakarta tahun 2012 sedangkan dalam penelitian ini mengambil Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Klungkung tahun 2013 untuk diteliti. Dari segi partai dan ruang lingkup politik yang diteliti pun berbeda dalam penelitian Farhan jauh lebih luas kajian penelitiannya dengan menjelaskan tentang faktorfaktor peyebab kekalahan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang diusung

8 17 partai PKS, sedagkan dalam penelitian ini lebih mendalami penyebab-penyebab kekalahan PDI-P dalam Pemilukada Klungkung Selanjutnya jika dibandingkan dengan penelitian Dedy, dari segi kajian maupun studi yang dibahas penelitian ini juga memiliki kesamaan, tetapi masih terdapat juga perbedaan yang lebih mendalam dari partai politik yang digunakan, dimana pada penelitian yang dilakukan Dedy menggunakan Partai Golongan Karya sebagai objek yang diteliti, sedangkan pada penelitian lebih mendalami Partai PDI-P sebagai partai yang akan dijadikan objek penelitian. Dari segi lokasi dan Pemilukada yang dilakukan pun berbeda yaitu penelitian sebelumnya ini dilakukan pada Pilkada Tahun 2010 pada pemilihan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati di Toraja Utara, sedangkan dalam penelitian ini mengambil lokasi penelitian di Kabupaten Klungkung dengan Pemilukada Klungkung Tahun 2013 sebagai objek kajiannya. Dalam penelitian Dedy juga tidak dijelaskan tentang adanya dominasi partai politik di daerahnya dan lebih membahas tidak terdapat pengaruh Partai Golkar sebagai partai besar di Indonesia dalam hasil Pilkada Toraja Utara tahun 2010, sedangkan dalam penelitian ini PDI-P merupakan partai yang sudah pernah memenangkan Pilkada Klungkung tahun 2003 dan Pemilukada tahun 2008 dimana pada tahun 2013 merupakan titik balik dari PDI-P dengan kekalahannya pada Pemilukada Klungkung saat itu. Pada penelitian ini penulis juga menggunakan dua buah buku terkait dengan politik lokal dan simbol politik. Dua buku ini digunakan penulis sebagai tinjauan pustaka, yaitu pertama buku yang berjudul Kuasa Negara Pada Ranah Politik Lokal, dari Dr. Siti Aminah (2014). Isi dalam buku memuat tentang

9 18 dinamika politik dan pemerintahan lokal di Indonesia yang tak lain mengungkapkan sedikit persoalan benang kusut kuasa negara terhadap pemerintah lokal yang berada dalam gerak dalam koridor otonomi daerah. Buku ini juga mendeskripsikan lebih jauh kajian tentang relasi negara dengan pemerintah lokal dalam masa Orde Lama, Orde Baru, dan sesudahnya dilihat atau ditarik secara politik lokal. Selain itu, terdapat penjelasan mengenai awal dari pemerintahan lokal masa Orde Baru dilihat dari implementasi UU No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, kemudian masa transisi dengan diterbitkannya UU No. 22 Tahun 1999 sampai dengan berlakunya UU No. 32 tahun Kedua, yakni buku dari F.W Dillistone (2002) yang berjudul Memahami Makna dan Kuasa Simbol. Buku ini menemukan eksistensi simbol dan pemaknaan terhadapnya. Pada perkembangannya hampir tidak mungkin masyarakat ada tanpa simbol-simbol seperti: bahasa, penunjuk jalan, lambang-lambang kebangsaan, partai politik, warna dan yang lain. Maka dari itu simbol menjadi entitas yang sangat penting dalam berbagai bidang ilmu, filsafat, politik sosiologi, kesenian dan bahkan budaya. Keberadaan simbol sebagai bagian dari masyarakat tampil luar biasa sejak dahulu sampai sekarang. Di masa lalu. Ia menjadi bagian yang terpisahkan dari relasi manusia dengan keberadaan Tuhan Yang Maha Esa. Pada saat ini, simbol telah menjadi istilah yang berkali-kali diungkapkan dan digunakan hampir begitu saja dalam dunia iklan, berita, pidato politik, prakiraan cuaca dan analisa ekonomi. Dalam hal ini penulis menggunakan kedua buku tersebut untuk menentukan arah pemikiran terhadap politik lokal dan simbol politik.

10 19 Setelah melihat pada pembahasan maupun penjelasan dari tiga penelitian dan dua buku yang terdapat pada kajian pustaka diatas, dapat diketahui bahwa penelitian yang sejenis sudah pernah dikaji oleh peneliti lain. Namun pada penelitiannya tersebut terdapat beberapa perbedaan yang mendalam yaitu jika tiga penelitian diatas lebih banyak membahas pada permasalahan dalam tubuh Partai Golongan Karya, dimana partai ini tadinya merupakan partai yang mendominasi dalam konstelasi politik nasional Indonesia selama kurang lebih tiga puluh dua tahun. Dalam pencarian sumber yang peneliti cari terkait masalah penelitian kekalahan PDI-P baik ditingkat nasional maupun lokal daerah, ternyata masih belum ada yang mengangkat penelitian sejenis yang merujuk pada penggunaan partai yang sama. Inkonsistensi maupun kekalahan PDI-P dalam Pemilukada belum pernah diangkat dalam sejarah perpolitikan di Indonesia. Kekuatan PDI-P yang masih stabil mungkin ditunjukkan di beberapa daerah di Indonesia yang mengakibatkan kajian mengenai kekalahan terhadap partai berlambang banteng ini masih jarang diangkat dalam penelitian. Hal ini menjadikan penelitian penulis memiliki nilai tambah dalam orisinalitas. 2.2 Kerangka Konseptual Dalam penelitian ini untuk mebahas dan menjelaskan mengenai Kekalahan PDI-P dalam Pemilukada Kabupaten Klungkung tahun 2013 sebagai arah tujuan penelitian ini, maka dari itu diperlukan adanya pemahaman terkait konsep yang akan dikaji pada penelitian ini. Dalam penjabaran konsep yang akan diteliti tentunya memiliki banyak pengertian yang berbeda-beda dari beberapa ahli, oleh

11 20 karena itu peneliti hanya akan memaparkan penjelasan dari konsep yang berhubungan dan poin yang terkait dalam penelitian ini. Konsep yang terdapat dalam penelitian ini, yakni: Partai Politik, PDI-P dan Pemilukada Partai Politik Pada era reformasi seperti saat ini partai politik tidak lagi menjadi sesuatu yang langka untuk dilihat di Indonesia. Pembatasan jumlah partai politik yang dilakukan pada saat Orde Baru tidak lagi terjadi pada kontelasi politik negara ini. Secara umum partai politik diartikan sebagai sebuah kelompok masyarakat yang berusaha masuk jalur kekuasaan di dalam pemerintahan. Dalam partai politik sendiri diperlukan juga persamaan visi dan misi diantara para anggotanya agar tercipta sikap kelanggengan dan harmonisasi dalam mencapai tujuan yang sama. Menurut Rojer H. Soltau (1961: 199) mendeskripsikan partai politik sebagai sekelompok warga negara yang terorganisir yang bertindak sebagai kesatuan politik dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih bertujuan menguasai pemerintahan dan melakukan kebijakan mereka sendiri. Di dalam bukunya Sigmun Neumann yang dikutip Harry Eckstein dan David E. Apter (1963: 352) juga memberikan pandangannya mengenai partai politik sebagai organisasi artikulasi dalam masyarakat yang berusaha memusatkan pada pengendalian kekuasaan pemerintah yang bersaing untuk mendapat dukungan rakyat dengan kelompok lain yang mempunyai pandangan yang berbeda. Selain itu Menurut Carl Friendrich yang dikutip oleh Ramlan Surbakti (2010: 148) dalam bukunya, memberi batasan partai politik sebagai kelompok

12 21 manusia yang terorganisasi secara stabil dengan tujuan untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan bagi pemimpin materiil dan idiil kepada para anggotanya. Maka dari itu penulis dapat menyimpulkan bahwa partai politik sebenanrnya merupakan gabungan kelompok masyarakat yang memiliki tujuan yang sama dalam menguasai pemerintahan suatu negara dengan cara memberikan dominasinya atas kelompok-kelompok lain melalui kekuasaan yang dimilikinya. Dalam sejarah partai politik atau yang lebih dikenal parpol awalnya berkembang pada abad ke 17 di Inggris. Pembentukan partai politik di dunia barat awalnya bertujuan dalam rangka pikiran barat bahwa Negara adalah organisasi kekuasaan untuk menjamin bahwa kehidupan antara Individu yang bebas dan berkuasa tidak mengakibatkan masalah sekuriti atau keamanan pada setiap individu warga negara. Di dalam bukunya Miriam budiarjo (2006:160) dijelaskan Partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik biasanya dengan cara konstitusional untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka. Suatu partai politik, atau setiap organisasi dapat dikategorikan sebagai partai politik, apabila: a. Terwujud dalam identitas, dapat berupa nama, bendera dan yang terpenting ideologi yang menjadi dasar nilai bagi pedoman dan aktifitas partai politik,

13 22 b. Ketika sekelompok orang-orang bergabung, tentunya bukan sekedar berkumpul biasa tetapi sebagai kelompok yang terorganisasi, artinya mereka membentuk asosiasi yang memenuhi syarat-syarat organisasi, c. Keberadaan partai politik diakui memiliki hak oleh sebagian besar masyarakat untuk mengorganisasikan dirinya sekaligus mengembangkan dirinya dengan berbagai aktivitas. Secara sederhana, partai politik biasa mengatasnamakan kelompok masyarakat tertentu yang merupakan pendukung-pendukung atau anggotanya, d. Partai politik berupaya mengembangkan aktivitas-aktivitas melalui mekanisme kerja yang mencerminkan pilihan rakyat. Partai politik dalam berbagai kegiatan, bekerja berdasarkan prinsip representatif government atau pemerintah yang mencerminkan pilihan rakyat. Hal ini dimungkinkan oleh keberadaan partai politik yang harus selalu berhubungan dengan rakyat. Dengan posisi seperti ini, partai politik diharuskan mengembangkan mekanisme hubungan yang aspiratif, responsive, dan partisipasive terhadap rakyat, terutama pendukungnya, sehingga apapun yang menjadi aktifitas politik partai merupakan gambaran suara rakyat. e. Aktivitas inti dari partai politik adalah melakukan seleksi bagi rakyat, baik dari kalangan partai politik yang dipilih sebagai kandidat untuk menduduki jabatan-jabatan publik dalam pemerintahan. Pembentukkan partai politik memiliki fungsi utama yaitu, partai mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-program yang disusun berdasarkan ideologi tertentu dan tujuan utama dari partai politik adalah

14 23 untuk mendapatkan simpati rakyat. Artinya, kekuasaan yang diperoleh partai politik bukan bersumber dari langit, melainkan datang karena adanya legitimasi rakyat melalui sebuah pemilihan umum. Jadi sebesar atau sekecil apapun kekuasaan itu, yang perlu diingat bahwa sumbernya berasal dari rakyat maka dari itupun, partai politik seharusnya lebih mengutamakan kepentingan rakyat di atas kepentingan golongannya PDI-P di Bali Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan merupakan salah satu partai politik yang ada di Indonesia. Partai ini didirikan pada tanggal 10 januari 1999 oleh Megawati Soekarnoputri. PDI-P sendiri merupakan gabungan dari 5 partai politik yakni, PNI, Parkindo, Partai katolik, Murba dan IPKI. Sebagai partai poltik di Indonesia PDI-P merupakan partai yang masih eksis dan kuat hngga saat ini. Kuatnya PDI-P tentunya tidak lepas dari banyaknya basis massa yang dimiliki. Salah satu daerah di Indonesia yang merupakan basis massa kuat PDI-P adalah Provinsi Bali. PDI-P muncul sebagai partai yang kuat di Bali pada tahun Hal ini ditandai dengan terpilihnya kader PDI-P Drs. Dewa Made Beratha sebagai Gubernur Bali dalam dua periode kepemimpinan mulai dari tahun dan Bentuk dominasi PDI-P dalam kontelasi politik lokal daerah Bali pun kembali ditunjukkan pada tahun 2008 dengan terpilihnya kembali kader PDI-P Made Mangku Pastika sebagai Gubernur Bali saat itu (news.okezone.com). Kuatnya PDI-P di Bali sendiri tidak lepas dari adanya pengaruh trah Soekarno. Bung Karno sendiri merupakan keturunan asli Bali dari Ibunya yang

15 24 berasal dari Buleleng. Hal ini tentunya berlaku pula pada anaknya Megawati Soekarnoputri yang menggunakan faktor ini menjadi daya tarik terhadap masyarakat Bali dalam menggalang basis massa pendukung PDI-P. Hampir seluruh kabupaten dan kota di Bali menunjukkan adanya basis massa kuat PDI-P, salah satunya adalah Kabupaten Klungkung. Dalam pentas politik di Klungkung PDI-P merupakan partai kuat. Ini dibuktikan dengan kemenangan dalam dua pilkada edisi terkahir yaitu pilkada tahun 2003 dan pemilukada tahun Tidak hanya dalam pemilukada, PDI-P juga merupakan partai yang memperoleh jumlah kursi terbanyak di Kabupaten Klungkung dalam dua periode terakhir, yakni pada pemilihan legislatif tahun 2004 dan Akan tetapi dalam realitas pemilukada Kabupaten Klungkung tahun 2013 kekuatan PDI-P mengalami penurunan yang signifikan yang ditandai dengan Kekalahan PDI-P saat itu. Kekalahan PDI-P di Kabupaten Klungkung tentunya memiliki penyebab-penyebab yang mengakibatkan, hal inilah yang mendorong peneliti ingin mengkaji maupun meneliti mengenai penyebab Kekalahan PDI-P dalam pemilukada Kabupaten Klungkung tahun Pemilukada Pemilihan Kepala Daerah atau yang lebih dikenal Pemilukada merupakan salah satu proses pemilihan Kepala Daerah dalam sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia. Dari sejarahnya Pemilihan Kepala Daerah sebenarnya sejak dulu sudah dilakukan di Indonesia, akan tetapi dalam prosesnya rakyat tidak turut serta menyumbangkan aspirasinya untuk memilih pemimpin yang dikehendaki. Pemilihan Kepala Daerah pada era Orde Baru dapat dikatakan merupakan

16 25 Pemilihan yang sifatnya sentralistik, dimana para Calon Pemimpin Kepala Daerah Dipilih oleh DPR (dewan Perwakila Rakyat) dan tidak melalui rakyat secara langsung. DPR sebagai lembaga yang memiliki hak pilih dalam Pilkada tentunya didasarkan pada posisnya yang sebagai wakil rakyat di parlemen pemerintahan dalam menyalurkan aspirasi masyarakat Indoneia. Dalam era reformasi seperti saat ini sifat dan cara Pemilihan Kepala Daerah yang sentralistik kini sudah tidak lagi digunakan. Karena pada sistem pemerintahan yang berlaku di Indonesia kini sudah menjunjung tinggi asas demokrasi. Dalam asas demokrasi ini rakyat dipandang memiliki porsi yang lebih banyak dalam menentukan pemimpin yang dikehendaki. Masyarakat kini diasumsikan sebagai aktor penting dalam proses pemilihan yang ada. Selain itu dalam era reformasi sekarang ini pemilukada juga dipandang sebagai upaya demokrasi untuk mencari pimpinan daerah yang berkualitas dengan cara-cara yang damai, jujur dan adil. Adapun peraturan perundang-undangan yang mengatur terkait masalah Pemilukada terdapat dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah adalah Bahwa pelaksanaan pilkada langsung pada hakikatnya tidak hanya untuk tujuan mengoptimalkan demokratisasi di daerah, melainkan merupakan perwujudan dari prinsip otonomi daerah seluas-luasnya. Dan pasal 56 ayat 1 UU No. 32 tahun 2004 berbunyi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Terciptanya UU No. 32 Tahun 2004 mengenai pemerintahan daerah yang memuat ketentuan tentang Pemilihan Kepala Daerah secara langsung adalah

17 26 merupakan proses penentuan pilihan masyarakat terhadap calon yang mereka akan angkat sebagai pemimpin daerah mereka. Proses yang dimaksudkan dalam hal ini tetap dikemas dalam sebuah mekanisme sebagaimana pemilihan umum. Dalam pemilihan kepala daerah masyarakatlah yang kini memegang peranan kunci, mereka bisa menentukan dan sekaligus langsung memilih calon yang mereka anggap paling tepat. Pemilukada adalah momentum yang paling strategis untuk memilih kepala daerah yang berkualitas. Keberhasilannya tidak hanya diukur dari proses penyelenggaraannya yang berlangsung lancar dan damai, tetapi juga diukur dari hasil yang diperoleh, apakah telah menghasilkan pemimpin yang berkualitas terutama dari sisi manajerial dan kompetensi. Bila pemilihan ini hanya dijadikan sebagai ajang perebutan kekuasaan melalui mekanisme voting saja tanpa memerhatikan output yang dihasilkan, maka dalam praktekknya pemimpin yang terpilih tidak akan mempunyai kecakapan dan kemampuan dalam mengelola daerah dengan baik. Selain itu proses Pemilukada juga menjadi kesempatan yang penting bagi rakyat Indonesia dalam proses demokratisasi politik di tingkat lokal. Adanya keterlibatan antara masyarakat dan lembaga pemerintahan daerah secara langsung menunjukkan adanya interaksi yang aktif antara masyarakat dan pemerintahnya. Selain itu Penguatan demokrasi lokal melalui pemilihan ini adalah bagian dari pemberian otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab. Upaya penguatan demokrasi lokal melalui pemilukada langsung ini adalah mekanisme yang tepat

18 27 sebagai bentuk terobosan atas mandegnya pembangunan demokrasi di tingkat lokal. Demokrasi sebagai pilar utama negara harus menjadi sebuah cerminan bagi suatu bentuk pemerintahan, maka pendekatan prosedur untuk membentuk pemerintahan melibatkan partisipasi secara demokratis bagi setiap unsur di dalam masyarakat yang pluralistik. Dengan pendekatan tersebut, pemilihan para pemimpin secara kompetitif oleh rakyat dapat dijadikan sebagai prosedur yang utama. Proses pemilihan kepala daerah secara langsung senantiasa diharapkan dapat membawa perubahan berdemokrasi kearah yang lebih baik, serta dapat pula memperkokoh semangat demokrasi di daerah khususnya. Menurut Supriyanto (2008) dalam proses penyelenggaraannya pemilihan kepala daerah berlangsung secara bertahap. Tahapan dalam pelaksanaannya dapat dilihat sebagai berikut : 1. Pendaftaran pemilih calon bupati dan wakil bupati 2. Penentuan calon bupati dan wakil bupati 3. Proses administrasi pengadaan dan pendistribusian logistik 4. Pengadaan kampanye 5. Pemungutan dan penghitungan suara 6. Tahap penyelesaian (tahap evaluasi hasil pelaksanaan pemilihan kepala daerah). 2.3 Landasan Teori Pada bagian ini peneliti akan mengemukakan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam pemilihan teori-teori didasari dari konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Teori dalam penelitian berfungsi sebagai landasan

19 28 untuk menjawab pertanyaan dari rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini. Penulis menggunakan teori interaksi simbolis yang terkonstruksi berdasarkan konsep yang dijelaskan oleh pemikiran tokoh-tokoh, seperti: George Herbert Mead, dan George Ritzer mengenai suatu hubungan yang terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu. Berikut penjelasan terkait teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: Teori Interaksi Simbolik Dari sejarah terciptanya Teori Interaksi simbolik sebagai salah satu pendekatan dalam sosiologi diperkenalkan pertama kali oleh Herbert Mead tahun 1934 di Universitas Chicago Amerika Serikat (Suprapto, 2002:127). Menurut Mead, interaksi sosial dalam masyarakat terjadi dalam bentuk utama yaitu: Pertama percakapan isyarat (interaksi nonsimbolik) dan Kedua penggunaan simbol-simbol penting (interaksi simbolik). Dari pernyataan diatas tersebut menegaskan bahwa penekanan interaksi simbolik adalah pada konteks simbol, sebab di sini orang mencoba memahami makna atau maksud dari suatu aksi yang dilakukan satu dengan yang lain. Secara perspektif, interaksi simbolik dapat diartikan juga sebagai interaksi yang terjadi antar-individu yang berkembang melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan. Dalam kamus kmonukasi, Interaksi simbolik menurut Effendy (1989: 352) adalah suatu faham yang menyatakan bahwa hakekat terjadinya interaksi sosial antara individu dan antar individu dengan kelompok, kemudian antara kelompok dengan kelompok dalam masyarakat, ialah karena komunikasi, suatu kesatuan pemikiran di mana sebelumnya pada diri masing-masing yang terlibat

20 29 dan berlangsung internalisasi atau pembatinan. Munculnya simbol PDI-P sebagai wujud partai masyarakat Bali merupakan sebuah bentuk dari adanya interaksi simbolik yang tercipta di dalam tubuh masyarakat Bali sendiri. Adanya kedekatan historis yang menunjukkan bahwa Bali merupakan daerah basis partai PDI-P yang syarat akan perjuangan menunjukkan adanya interaksi simbolik antar partai dengan masyarakat. Kedekatan antar figur penting partai dengan masyarakat Bali juga menambah lekat dan kuatnya simbol yang ada. Figur Partai PDI-P yang masih memiliki hubungan garis keturunan yang sama dengan masyarakat Bali tentu menjadi daya tarik lebih terhadap masyarakat dalam memberikan dukungannya. Seperti yang diketahui Soekarno merupakan figur tokoh nasional Indonesia yang merupakan keturunan asli Bali dari ibunya. Kedekatan dalam hubungan hubungan darah ini tentuanya berlanjut hingga ke keturunnya. Megawati Soekarnoputri merupakan figur penting partai PDI-P yang selalu menggunakan dan mengaitkan aspek kedekatan keturunan ini dengan masyarakat Bali. Kedekatan historis dan keturunan yang diciptakan ini secara tidak langsung menciptakan sebuah daya magnet terhadap masyarakat Bali dalam memberikan dukungan suaranya terhadap Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini, baik dalam skala nasional maupun daerah. Dari segi stuktur masyarakatnya, penduduk Bali masih memegang erat dan teguh budaya lokal nenek moyang yang mereka miliki sejak dahulu. Hal ini tentu menjadi nilai tambah semakin memperkuatnya interaksi simbolik yang terbentuk diantara parpol dan masyarakat. Menurut I.B Wirawan (2015:110) Interaksi yang dilakukan antar-individu itu sebenarnya berlangsung secara sadar. Interaksi

21 30 simbolik juga dapat berkaitan dengan gerak tubuh, anatara lain suara atau vokal, gerakan fisik, ekspresi tubuh, yang semuanya itu mempunyai maksud dan disebut dengan simbol. Sebenarnya esensi dari interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna (Mulyana, 2003: 59). Paham interaksionisme simbolik menganggap bahwa segala sesuatu tersebut adalah virtual. Semua interaksi antar individu manusia melibatkan suatu pertukaran simbol. Ketika kita berinteraksi dengan yang lainnya, kita secara konstan mencari petunjuk mengenai tipe perilaku apakah yang cocok dalam konteks itu dan mengenai bagaimana menginterpretasikan apa yang dimaksudkan oleh orang lain. Interaksionisme simbolik, mengarahkan perhatian kita pada interaksi antar individu, dan bagaimana hal ini dipergunakan untuk mengerti apa yang orang lain katakan dan lakukan kepada kita sebagai individu. Dalam terminologi Mead yang dikutip Rabo (2007) menjelaskan, setiap isyarat non verbal dan pesan verbal yang dimaknai berdasarkan kesepakatan bersama oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu interaksi merupakan satu bentuk simbol yang mempunyai arti yang sangat penting. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh simbol yang diberikan oleh orang lain, demikian pula perilaku orang tersebut. Melalui pemberian isyarat berupa simbol, maka kita dapat mengutarakan perasaan, pikiran, maksud, dan sebaliknya dengan cara membaca simbol yang ditampilkan oleh orang lain. Sesuai dengan pemikiran-pemikiran Mead, definisi singkat dari tiga ide dasar dari interaksi simbolik adalah :

22 31 a. Mind (pikiran) - kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain Rabo (20017:101). b. Self (diri pribadi) - kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain, dan teori interaksionisme simbolis adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-self) dan dunia luarnya. Dalam hubungannya dengan Self ini, Charles Horton Cooley mengembangkan satu konsep baru yang ia sebut dengan looking- glass self. Dengan looking- glass self ini, Cooley bermaksud mengatakan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk melihat dirinya sebagaimana ia melihat obyek yang berada di luar dirinya. Hal ini berarti bahwa pertama, kita bisa membayangkan bagaimana kita tampil di hadapan orang lain; kedua, kita dapat membayangkan bagaimana penilaian orang lain terhadap penampilan kita; ketiga, kita dapat mengembangkan perasaan- perasaan tertentu sebagai akibat dari bayangan kita terhadap perasaan oran lain. (Bernard Raho, 2007: 105) c. Society (masyarakat) - hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya.

23 32 Dalam bukunya Ritzer (1992:209) juga menyatakan bahwa teori interaksionisme simbolik mengandung beberapa prinsip dasar sebagai berikut: a. Manusia tidak seperti binatang yang lebih rendah, karena manusia dikarunia kapasitas berpikir b. Kapasitas berpikir tersebut terbentuk oleh adanya interaksi sosial. c. Dalam interaksi sosial, manusia mempelajari arti simbol-simbol yang memungkinkan mereka menggunakan kemampuan khusus untuk berpikir. d. Makna-makna dan simbol-simbol memungkinkan manusia secara khusus membedakan aksi dan interaksi. e. Manusia dapat mengubah makna-makna dan simbol-simbol yang mereka gunakan dalam aksi dan interaksi berdasarkan interpretasi mereka terhadap situasi tertentu, f. Manusia dapat membuat modifikasi dan perubahan-perubahan karena kemampuan mereka berinteraksi dengan diri mereka sendiri, yang memungkinkan mereka menguji aksi yang mana yang mungkin dapat dijalankan, menilai kerugian dan keuntungan, serta memilih salah satunya, g. Pola-pola aksi dan interaksi yang telah jalin menjalin membentuk kelompok-kelompok dan masyarakat. Dalam literatur lain Charron (1979) menyebutkan pentingnya pemahaman terhadap simbol-simbol ketika seseorang menggunakan teori interaksionisme simbolis. Simbol adalah objek sosial dalam suatu interaksi. Ia digunakan sebagai perwakilan dan komunikasi yang ditentukan oleh orang-orang yang menggunakannya. Orang-orang tersebut memberi arti, menciptakan dan

24 33 mengubah objek tersebut di dalam interaksi. Simbol sosial tersebut dapat mewujud dalam bentuk objek fisik (benda-benda kasat mata), kata-kata (untuk mewakili objek fisik, perasaan, ide-ide, dan nilai-nilai), serta tindakan yang dilakukan orang untuk memberi arti dalam berkomunikasi dengan orang lain (Soeprapto, 2002: 126). Dari berbagai penjelasan diatas mengenai Teori Interaksi Simbolik penulis menarik sebuah intisari yang menerangkan bahwa esensi dari interaksi simbolik yakni adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Paham interaksionisme simbolik memberikan banyak penekanan pada individu yang aktif dan kreatif ketimbang pendekatan-pendekatan teoritis lainnya. Paham interaksionisme simbolik menganggap bahwa segala sesuatu tersebut adalah virtual. Semua interaksi antar individu manusia melibatkan suatu pertukaran simbol. Menurut penulis, di setiap lingkungan memiliki kontrak khusus yang terbentuk karena budaya masyarakat yang ada mengenai pemahaman interaksi pada suatu simbol. Yang mana pemahaman simbol itu terbentuk karena adanya interaksi sosial dan budaya dari suatu tempat tertentu. Dari mulai rumah, lingkungan sekitar rumah, sekolah atau kampus pada sebuah kota, interaksi partai politik dengan masyarakat di tingkat nasional maupu lokal bahkan perspektif interaksi simbolik yang dikomuniskan pemahamannya diseluruh negara. Berdasarkan teori interaksi simbolik George Herbert Mead di atas, penulis mencoba menggunakan konsep perubahan makna simbol dalam kekalahans partai politik. Lebih jauh teori ini digunakan untuk melihat bagaimana penyebab

25 34 Kekalahan PDI-P dalam Pemilukada Kabupaten Klungkung tahun Kerangka Pemikiran Pemilukada Klungkung 2013 Kekalahan PDI-P Hasil Pemilukada Penyebab-penyebab yang mempengaruhi Penyebab-penyebab yang mempengaruhi: 1. Kesadaran masyarakat Kabupaten Klungkung yang tidak melihat Partai Politik sebagai prasyarat utama dalam pemilihan. 2. Kurang populernya figur yang diusung pada saat itu yang mengakibatkan menurunnya elektabilitas PDI-P di Kabupaten Klungkung pada Pemilukada Kurang solidnya mesin partai PDI-P pada saat Pemilukada 2013 di Kabupaten Klungkung. 4. Kekecewaan masyarakat dengan penetapan calon PDI-P.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Partai politik merupakan sarana ataupun wadah bagi masyarakat untuk menyalurkan aspirasinya dalam kekuasaan atau pemerintahan di suatu negara. Di dalam bukunya Miriam

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Situasi perkembangan politik yang berkembang di Indonesia dewasa ini telah membawa perubahan sistem yang mengakomodasi semakin luasnya keterlibatan masyarakat dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum adalah suatu proses dari sistem demokrasi, hal ini juga sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan penuh untuk memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi adalah suatu cara atau taktik dalam meraih dan memperoleh sesuatu. Sehingga dalam wahana politik strategi merupakan sesuatu hal yang sangat urgen yang kianhari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang baru pertama kali dilakukan di dalam perpolitikan di Indonesia, proses politik itu adalah Pemilihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan demokrasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perjalanan demokrasi di Indonesia secara bertahap terus menunjukkan peningkatan yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan lapangan, terdapat beberapa persoalan mendasar yang secara teoritis maupun praksis dapat disimpulkan sebagai jawaban dari pertanyaan penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya berkisar di lingkungan kekuasaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga

I. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut berbagai kajiannya tentang politik, para sarjana politik sepakat bahwa demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang paling baik. Sistem ini telah memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik di era reformasi ini memiliki kekuasaan yang sangat besar, sesuatu yang wajar di negara demokrasi. Dengan kewenanangannya yang demikian besar itu, seharusnnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan kesempatan yang seluas-luasnya dalam mengikutsertakan warga negaranya dalam proses politik, termasuk

Lebih terperinci

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA BAB V KESIMPULAN Media massa di Indonesia berkembang seiring dengan bergantinya pemerintahan. Kebijakan pemerintah turut mempengaruhi kinerja para penggiat media massa (jurnalis) dalam menjalankan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan politik di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat, diawali dengan politik pada era orde baru yang bersifat sentralistik dan

Lebih terperinci

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang mengalami perkembangan demokrasi yang sangat pesat. Hal tersebut ditandai dengan berbagai macam ekspresi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hubungan antara pemerintah dengan warga negara atau rakyat selalu berada. terbaik dalam perkembangan organisasi negara modern.

I. PENDAHULUAN. Hubungan antara pemerintah dengan warga negara atau rakyat selalu berada. terbaik dalam perkembangan organisasi negara modern. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan antara pemerintah dengan warga negara atau rakyat selalu berada dalam bingkai interaksi politik dalam wujud organisasi negara. Hubungan negara dan rakyat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Runtuhnya rezim Orde Baru memberikan ruang yang lebih luas bagi elit politik

I. PENDAHULUAN. Runtuhnya rezim Orde Baru memberikan ruang yang lebih luas bagi elit politik I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Runtuhnya rezim Orde Baru memberikan ruang yang lebih luas bagi elit politik lokal untuk menjalankan peran di tengah masyarakat yang selama diperankan pemerintah, elit

Lebih terperinci

DINAMIKA POLITIK LOKAL SUKSESI PEMILU KEPALA DAERAH

DINAMIKA POLITIK LOKAL SUKSESI PEMILU KEPALA DAERAH DINAMIKA POLITIK LOKAL SUKSESI PEMILU KEPALA DAERAH Heri Wahyudi UPBJJ-UT Denpasar heriw@ut.ac.id Abstrak Pasca Putusan Makamah Konstitusi (MK) tentang calon perseorangan, telah memberikan kesempatan kepada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam hubungannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam masyarakat politik. Masyarakat yang semakin waktu mengalami peningkatan kualitas tentu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (http://www.wikipedia.org). Dalam prakteknya secara teknis yang

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (http://www.wikipedia.org). Dalam prakteknya secara teknis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara demokrasi, dimana rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi pada suatu negara tersebut. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik BAB 1 PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah institusi yang mutlak diperlukan dalam dunia demokrasi, apabila sudah memilih sistem demokrasi dalam mengatur kehidupan berbangsa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi merupakan suatu proses dalam pembentukan dan pelaksanaan pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu negara yang menjalankan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat, hal tersebut sebagaimana dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka.

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka. 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Reformasi 1998 menghadirkan perubahan proses demokrasi di Indonesia. Pemilihan Presiden/ Wakil Presiden hingga Kepala Daerah dilaksanakan secara langsung,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan proses perekrutan pejabat politik di daerah yang berkedudukan sebagai pemimpin daerah yang bersangkutan yang dipilih langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kyai dan Jawara ditengah tengah masyarakat Banten sejak dahulu menempati peran kepemimpinan yang sangat strategis. Sebagai seorang pemimpin, Kyai dan Jawara kerap dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang dilaksanakan secara langsung, yang merupakan salah satu bentuk Demokrasi. Bagi sebuah bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran dalam kemajuan bangsa. Pentingya peran generasi muda, didasari atau tidak, pemuda sejatinya memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan rakyat sebagai subjek bukan objek pembangunan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan rakyat sebagai subjek bukan objek pembangunan, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Parameter paling utama untuk melihat ada atau tidaknya pembangunan politik di sebuah negara adalah demokrasi. Meskipun sebenarnya demokrasi tidak sepenuhnya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan rakyat didalam konstitusinya. Hal ini menunjukkan bahwa kedaulatan rakyat merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena pemilih pemula selalu menarik untuk didiskusikan pada setiap momen pemilihan umum baik nasional maupun di daerah. Jumlah mereka yang sangat besar bagaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan

Lebih terperinci

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara demokrasi adalah adanya pemilihan umum. Sebagaimana diungkapkan oleh Rudy (2007 : 87)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan berpolitik di Indonesia banyak mengalami perubahan terutama setelah era reformasi tahun 1998. Setelah era reformasi kehidupan berpolitik di Indonesia kental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu Negara yang menjalankan sistem demokrasi,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu Negara yang menjalankan sistem demokrasi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu Negara yang menjalankan sistem demokrasi, akan tetapi pembangunan demokrasi di Indonesia seperti banyak mengalami rintangan dan halangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di kota bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di kota bandung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem Pemilihan Umum Kepala Daerah (pemilukada) dapat dibedakan dalam dua jenis, yakni pemilukada langsung dan pemilukada tidak langsung. Faktor utama yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Partai Gerindra sebagai realitas sejarah dalam sistem perpolitikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Partai Gerindra sebagai realitas sejarah dalam sistem perpolitikan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Partai Gerindra sebagai realitas sejarah dalam sistem perpolitikan di Indonesia, untuk yang kedua kalinya menjadi peserta di Pemilu 2014. Sebagai partai

Lebih terperinci

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang BAB IV Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang Tahapan Pilkada menurut Peraturan KPU No.13 Th 2010 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum yang menganut sistem demokrasi, yang artinya pemegang kekuasaan atau kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat namun tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Winarno, 2008: vii). Meskipun demikian, pada kenyataannya krisis tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Winarno, 2008: vii). Meskipun demikian, pada kenyataannya krisis tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orde Baru telah mengalami keruntuhan seiring jatuhnya Soeharto sebagai presiden yang telah memimpin Indonesia selama 32 tahun, setelah sebelumnya krisis ekonomi menghancurkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami. bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita.

I. PENDAHULUAN. diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami. bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepercayaan itu adalah kemauan seseorang atau sekelompok orang untuk mau memberi keyakinan pada seseorang yang ditujunya. Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi atau Undang-Undang Dasar (UUD) menempati tingkatan

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi atau Undang-Undang Dasar (UUD) menempati tingkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konstitusi atau Undang-Undang Dasar (UUD) menempati tingkatan tertinggi dalam tata urutan peraturan perundang-undangan suatu negara serta merupakan hukum tertinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi sebagai pilar penting dalam sistem politik sebuah Negara, termasuk Indonesia yang sudah diterapkan dalam pemilihan secara langsung seperti legislatif, Presiden

Lebih terperinci

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Desain Negara Indonesia Merdeka terbentuk sebagai Negara modern, dengan kerelaan berbagai komponen pembentuk bangsa atas ciri dan kepentingan primordialismenya,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan

BAB V PENUTUP. Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, telah teridentifikasi bahwa PDI Perjuangan di Kabupaten

Lebih terperinci

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi

Lebih terperinci

SEKILAS PEMILU PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU

SEKILAS PEMILU PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU SEKILAS PEMILU 2004 Pemilihan umum (Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang memperoleh sekitar 11, 98 persen suara dalam Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 9 april 2014 tidak mampu mengajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara dimana saja kelompok manusia berada, sebab

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara dimana saja kelompok manusia berada, sebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Politik murupakan hal yang penting dalam tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dimana saja kelompok manusia berada, sebab keberadaan politik dalam suatu

Lebih terperinci

Pembaruan Parpol Lewat UU

Pembaruan Parpol Lewat UU Pembaruan Parpol Lewat UU Persepsi berbagai unsur masyarakat terhadap partai politik adalah lebih banyak tampil sebagai sumber masalah daripada solusi atas permasalahan bangsa. Salah satu permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi lebih dari sekedar seperangkat aturan dan prosedur konstitusional yang menentukan suatu fungsi pemerintah. Dalam demokrasi, pemerintah hanyalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan.

BAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan. BAB I PENDAHULUAN I. 1.Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan tulang punggung dalam demokrasi karena hanya melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan. Kenyataan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara lebih Luber (Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia) dan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara lebih Luber (Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga setelah Amerika dan India menjadikan Pemilihan Kepala Daerah sebagai salah satu indikator pelaksanaan demokrasi berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini didukung dengan berdirinya bermacam-macam partai politik. Diawali

BAB I PENDAHULUAN. ini didukung dengan berdirinya bermacam-macam partai politik. Diawali BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara republik yang menganut dasar demokrasi atau kebebasan masyarakat dalam menyampaikan aspirasi dan pemikiran. Kondisi ini didukung dengan berdirinya

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang didasarkan oleh suatu prinsip yaitu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi merupakan salah satu sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tidak lagi terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tidak lagi terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan sistem pemilihan juga telah membawa perubahan hubungan tata Pemerintahan antar pusat dan daerah. Pendelegasian kekuasaan dari pusat ke daerah tidak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 172 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam skripsi yang berjudul Peta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan khususnya dalam negara. Sistem politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan Umum Kepala Daerah menjadi Cossensus politik Nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan Umum Kepala Daerah menjadi Cossensus politik Nasional yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum Kepala Daerah menjadi Cossensus politik Nasional yang merupakan salah satu instrument penting penyelenggaraan pemerintah setelah digulirkan otonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya masyarakat memegang peran utama dalam praktik pemilihan umum sebagai perwujudan sistem demokrasi. Demokrasi memberikan kebebasan kepada masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu

I. PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan salah satu pilar demokrasi sebagai wahana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang demokratis. Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah kebutuhan manusia dengan berkomunikasi manusia dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga maupun bermasyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di dunia ini yang menggunakan sistem pemerintahan demokrasi, dimana dalam sistem ini kedaulatan berada ditangan rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik. Masyarakat sebagai kumpulan individu memiliki harapan sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep suci penyelenggaran Negara telah membawa perubahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. konsep suci penyelenggaran Negara telah membawa perubahan bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gelombang Demokrasi abad 21 melanda berbagai Negara dibelahan dunia termasuk Indonesia. Diambilnya prinsip demokrasi oleh Indonesia sebagai sebuah konsep suci

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1 PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL Muryanto Amin 1 Pendahuluan Konstitusi Negara Republik Indonesia menuliskan kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen

I. PENDAHULUAN. Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen penting dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Partai politik diberikan posisi penting

Lebih terperinci

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1 USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1 USULAN UMUM: MEMPERKUAT SISTEM PRESIDENSIAL 1. Pilihan politik untuk kembali pada sistem pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. praktek politik masa lalu yang kotor. Terlepas dari trauma masa lalu itu, praktek

BAB I PENDAHULUAN. praktek politik masa lalu yang kotor. Terlepas dari trauma masa lalu itu, praktek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keinginan dan tuntutan adanya pemilihan langsung sebenarnya diilhami praktek politik masa lalu yang kotor. Terlepas dari trauma masa lalu itu, praktek politik

Lebih terperinci

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama.

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama. BAB VI. KESIMPULAN Perubahan-perubahan kebijakan sektor beras ditentukan oleh interaksi politik antara oligarki politik peninggalan rezim Orde Baru dengan oligarki politik reformis pendatang baru. Tarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang

BAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan kepala daerah (pemilukada) adalah rangkaian panjang dari proses penentuan kepala daerah yang bakal menjadi pemimpin suatu daerah untuk lima tahun (satu periode).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat sebagai bentuk konkret dari konsep

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat sebagai bentuk konkret dari konsep 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan kepala daerah secara langsung (pilkada langsung) merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat sebagai bentuk konkret dari konsep demokrasi di wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peralihan kekuasaan dari rezim Orde Baru ke Orde Reformasi merubah tata pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan global yang begitu cepat terjadi di masa sekarang disebabkan oleh bertambah tingginya tingkat pendidikan masyarakat, tingkat pendapatan, arus informasi serta

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pada Bab Penutup ini melihat kesimpulan dari data yang diperoleh di

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pada Bab Penutup ini melihat kesimpulan dari data yang diperoleh di Studi Kasus: Kontestasi Andi Pada Pilkada Kabupaten Pinrang 1 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pada Bab Penutup ini melihat kesimpulan dari data yang diperoleh di lapangan yang menyajikan interpretasi saya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah di Banyumas suasana politik semakin hangat. Banyak yang mempromosikan calonnya dengan berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke

GAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke IV. GAMBARAN UMUM A. Jurusan Ilmu Pemerintahan Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke governance pada dekade 90-an memberi andil dalam perubahan domain Ilmu Pemerintahan.

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan BAB VI PENUTUP Setelah menjelaskan berbagai hal pada bab 3, 4, dan 5, pada bab akhir ini saya akan menutup tulisan ini dengan merangkum jawaban atas beberapa pertanyaan penelitian. Untuk tujuan itu, saya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Founding fathers bangsa Indonesia telah memberikan ketegasan di dalam perumusan dasar pembentukan negara dimana Indonesia harus dibangun dan dikelola salah satunya dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR PENYEBAB TIDAK TERPILIHNYA 11 ORANG CALEG PEREMPUAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR PENYEBAB TIDAK TERPILIHNYA 11 ORANG CALEG PEREMPUAN BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR PENYEBAB TIDAK TERPILIHNYA 11 ORANG CALEG PEREMPUAN A. CALEG PEREMPUAN DI KELURAHAN TEWAH MENGALAMI REKRUTMEN POLITIK MENDADAK Perempuan dan Politik di Tewah Pada Pemilu

Lebih terperinci

SISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU. Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017

SISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU. Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017 SISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017 Silabus 1. Pengertian dan Konsep Partai Politik 2. Fungsi-fungsi partai politik 3. Tipologi partai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum Pengertian Budaya Politik adalah pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan bernegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian

I. PENDAHULUAN. Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian pemimpin pada tingkatan daerah sebagai syarat meneruskan estafet pemerintahan. Pemilu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kepedulian sebuah Negara terhadap rakyatnya. Di Indonesia sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kepedulian sebuah Negara terhadap rakyatnya. Di Indonesia sendiri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan sosial adalah impian bagi setiap Negara dibelahan dunia termasuk di Indonesia. Upaya untuk mencapai mimpi tersebut adalah bentuk kepedulian sebuah Negara

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251). BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi secara sederhana dapat diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang dianggap paling

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. - Media Elektronik : Internet, tv, dan radio. - Survei

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, kepala daerah,

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI. Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga

BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI. Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga rekomendasi bagi PKS. Di bagian temuan, akan dibahas tentang penelitian terhadap iklan

Lebih terperinci

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik Kuliah ke-11 suranto@uny.ac.id 1 Latar Belakang Merajalelanya praktik KKN pada hampir semua instansi dan lembaga pemerintahan DPR dan MPR mandul, tidak mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam negara demokrasi, Pemilu dianggap lambang, sekaligus tolak ukur, dari demokrasi. Hasil Pemilu yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Partai politik adalah organisasi yang dibentuk untuk mempengaruhi bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Partai politik adalah organisasi yang dibentuk untuk mempengaruhi bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik adalah organisasi yang dibentuk untuk mempengaruhi bentuk dan karakter kebijakan publik dalam kerangka prinsip-prinsip dan kepentingan ideologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era Reformasi yang lahir pasca runtuhnya Orde Baru mengemban. tugas yang tidak mudah, salah satunya untuk mencari solusi alternatif

BAB I PENDAHULUAN. Era Reformasi yang lahir pasca runtuhnya Orde Baru mengemban. tugas yang tidak mudah, salah satunya untuk mencari solusi alternatif BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era Reformasi yang lahir pasca runtuhnya Orde Baru mengemban tugas yang tidak mudah, salah satunya untuk mencari solusi alternatif dalam menyelesaikan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik sendiri hakikatnya adalah sebagai sarana bagi masyarakat atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang sama dengan mengusung

Lebih terperinci

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Politik Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni peorganisasin data kedalam pola-pola yang saling berhubungan, serta setiap kategori maupun sistem yang ada. Pada tahap

Lebih terperinci