PENGARUH PEMBERIAN OLAHAN KEDELAI SEBAGAI TEPUNG SARI PENGGANTI TERHADAP TINGKAT MORTALITAS ANAKAN LEBAH MADU (Apis mellifera)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PEMBERIAN OLAHAN KEDELAI SEBAGAI TEPUNG SARI PENGGANTI TERHADAP TINGKAT MORTALITAS ANAKAN LEBAH MADU (Apis mellifera)"

Transkripsi

1 PENGARUH PEMBERIAN OLAHAN KEDELAI SEBAGAI TEPUNG SARI PENGGANTI TERHADAP TINGKAT MORTALITAS ANAKAN LEBAH MADU (Apis mellifera) SKRIPSI ARIE FEBRETRISIANA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

2 PENGARUH PEMBERIAN OLAHAN KEDELAI SEBAGAI TEPUNG SARI PENGGANTI TERHADAP TINGKAT MORTALITAS ANAKAN LEBAH MADU (Apis mellifera) ARIE FEBRETRISIANA D Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

3 PENGARUH PEMBERIAN OLAHAN KEDELAI SEBAGAI TEPUNG SARI PENGGANTI TERHADAP TINGKAT MORTALITAS ANAKAN LEBAH MADU (Apis mellifera) Oleh : ARIE FEBRETRISIANA D Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 1 September 2006 Pembimbing Utama Pembimbing Anggota Ir. Hotnida C. H. Siregar, MSi Drs. Kuntadi, M.Agr NIP NIP Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Ronny Rachman Noor, MRur.Sc NIP

4 RINGKASAN ARIE FEBRETRISIANA. D Pengaruh Pemberian Olahan Kedelai Sebagai Tepung Sari Pengganti Terhadap Tingkat Mortalitas Anakan Lebah Madu Apis mellifera. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Hotnida. C. H. Siregar, MSi Pembimbing Anggota : Drs. Kuntadi, M.Agr Tepung sari merupakan sumber protein yang utama bagi lebah madu. Ketersediaannya sangat diperlukan terutama bagi perkembangan anakan lebah madu. Keberadaan tepung sari di alam tidak selalu tersedia setiap saat karena ketersediaannya tergantung musim bunga. Selain faktor musim, kekurangan tepung sari juga terjadi pada saat penggembalaan koloni ke daerah yang kaya nektar namun tidak menyediakan tanaman sumber tepung sari. Untuk itu, diperlukan penyediaan tepung sari pengganti untuk menjaga keutuhan populasi koloni. Kedelai adalah salah satu bahan alternatif pengganti tepung sari karena kandungan proteinnya yang tinggi dan harganya relatif lebih murah. Dalam rangka menguji cara terbaik pemrosesan kedelai untuk pembuatan bahan pengganti tepung sari telah dilakukan penelitian pemberian pakan buatan berbasis kedelai di peternakan lebah madu Sari Bunga, Sukabumi sejak tanggal 14 Maret sampai dengan 15 April Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian hasil olahan kedelai dengan berbagai proses yakni fermentasi, perebusan dan penyangraian sebagai pakan pengganti tepung sari terhadap tingkat konsumsi dan mortalitas anakan lebah madu. Penelitian menggunakan 15 koloni lebah madu dengan masing-masing koloni memiliki jumlah sisiran yang sama, umur ratu yang sama dan tidak terserang penyakit. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah dengan lima perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diberikan terdiri dari pemberian pakan kedelai fermentasi (PKF), pakan kedelai rebus (PKR), pakan kedelai sangrai (PKS), pakan tepung sari alami (K+) dan tanpa pemberian tepung sari buatan maupun tepung sari alami (K-). Peubah yang diamati adalah jumlah konsumsi pakan tepung sari buatan dan mortalitas telur, larva dan pupa. Perbedaan tingkat konsumsi masing-masing perlakuan dianalisis dengan ANOVA dan uji lanjut Duncan, sedangkan tingkat mortalitas anakan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tepung sari buatan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap tingkat konsumsi lebah madu. Perlakuan PKF dan PKR menunjukkan jumlah konsumsi tertinggi masing-masing sebesar 147,69 dan 140,55 gr/koloni/minggu sedang konsumsi terendah adalah PKS sebesar 81,26 gr/koloni/minggu. Mortalitas anakan tertinggi terjadi pada perlakuan K- (25,22%) kemudian pada PKS (17,46%). Mortalitas pada K+ (14,77%) lebih rendah bila dibandingkan dengan PKS namun lebih tinggi daripada perlakuan PKF (8,10%) dan PKR (12,99%). Mortalitas tiap fase selama penelitian menunjukkan bahwa mortalitas tertinggi terjadi saat fase larva kemudian saat fase telur dan terendah saat fase pupa.

5 Hasil penelitian menunjukkan bahwa PKF dan PKR dapat dijadikan alternatif pengganti tepung sari alami. Kata kunci: tepung sari, mortalitas, Apis mellifera, kedelai.

6 ABSTRACT THE EFFECT OF SOYBEAN PRODUCTS AS POLLEN SUBSTITUTE ON BROOD MORTALITY OF HONEY BEE (Apis mellifera) Febretrisiana, A., H. C. H. Siregar., and Kuntadi. Pollen is the main sources of protein, lipids, minerals, and vitamins for honey bees. Shortage of pollen causes the decrease of brood rearing and developmental abnormalities. Since pollen is often not present in adequate quantities in the field, it is important for beekeepers to supply their colonies with other source of protein as a pollen substitute. This research was aimed to compare the brood (egg, larvae and pupae) mortality of worker honey bee (A. mellifera) in colonies fed pollen substitutes based on fermented soybean (tempe), boiled soybean and fried soybean. Fiveteen colonies were use in this reseach, each colony had queen with the same age. Twelve colonies were given pollen trap to avoid fresh pollen entering the hives. The research was done from March until April 2006 at Sukaraja, District Sukabumi, West of Java Province. The result showed there was a highly significant effect (P<0,01) of pollen substitutes to the consumtion rate of the honey bee. The mean consumtion of both fermentated and boiled soybean were higher than fried soybean. The rate consumtion were 147,69, 140,55 and 81,26 gr/colony/week for fermented soybean, boiled soybean and fried soybean, respectively. The rate of larval mortalities (20,99%) was higher than egg (17,44%) and pupal mortalities (1,35%). Brood mortality in colonies fed the fermented soybean (8,10%) was lower than other treatment. Brood mortality in colonies fed boiled soybean and fried soybean were 12,99% and 17,46%. Brood mortality in negative control (25,22%) was higher then positive control (14,77%) and the other treatments. Keywords: : pollen substitute, mortality, soybean (Glycine max), honey bee (Apis mellifera)

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 4 Pebruari 1984 di Gunung Pamela, Sumatera Utara. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ismail dan Ibu Rodiah. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1996 di SDN Gunung Para, pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1995 di SLTPN 1 Dolok Merawan dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2002 di SLTAN 1 Dolok Batu Nanggar, Sumatera Utara. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Jurusan Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2002.

8 KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrahim. Syukur yang terdalam kehadirat Allah swt atas segala kebesaran dan karunianya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul Pengaruh Pemberian Olahan Kedelai Sebagai Tepung Sari Pengganti Terhadap Mortalitas Anakan Lebah Madu (Apis mellifera) disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ilmu dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Lebah madu banyak memiliki keunikan tersendiri baik dari segi tingkah lakunya maupun dari produk yang dihasilkan. Keunikan produk yang dihasilkan lebah madu juga ditunjang dengan harga jualnya yang cukup tinggi sehingga jika dapat mengembangkan budidaya lebah madu maka tentunya dapat meningkatkan taraf hidup para peternak lebah madu khususnya dan masyarakat pada umumnya. Penelitian ini bertujuan untuk membantu para peternak dalam pengembangan pembudidayaan lebah madu yang sangat potensial sekali dikembangkan di Indonesia. Selama ini para peternak sering mengalami kesulitan dalam penanganan masalah kurangnya ketersediaan tepung sari yang sangat diperlukan untuk perkembangan anakan lebah madu. Untuk itu, dikembangkan alternatif pengganti tepung sari alami untuk mengurangi ketergantungan peternak kepada tepung sari alami. Hasil penelitian ini diharapkan akan membawa pemecahan bagi masalah yang dihadapi peternak lebah madu di Indonesia sehingga budidaya lebah madu dapat berkembang dengan lebih baik. Bogor, Agustus Penulis

9 DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN... i ABSTRACT... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii LEMBAR PENGESAHAN... iii RIWAYAT HIDUP... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Perumusan masalah... 2 Tujuan Penelitian... 3 Manfaat Penelitian... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Klasifikasi Labah Madu... 4 Biologi Lebah Madu... 4 Siklus Hidup Nutrisi dan Perkembangan Lebah Madu... 8 Pakan Lebah Madu... 9 Pakan Tambahan Kematian Anakan MATERI DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Materi Lebah Madu Pakan Peralatan Metode Rancangan Percobaan Cara Kerja Pembuatan Tepung Sari Pengganti... 14

10 Pelaksanaan Penelitian Peubah yang Diamati Pengambilan Data Analisa Data HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Pakan Tepung Sari Buatan Konsumsi Pakan Mortalitas Anakan Mortalitas Telur Mortalitas Larva Mortalitas Pupa Penentuan Tepung Sari Buatan Terbaik KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 35

11 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1 Siklus Hidup Lebah Madu Apis mellifera Komposisi Kimia Tepung Kedelai Komposisi Kimia Tepung Tempe Komposisi Pembuatan Tepung Sari Pengganti Analisis Proksimat Tepung Tempe, Tepung Kedelai Rebus dan Tepung Kedelai Sangrai Jumlah Konsumsi Tepung Sari Pengganti Selama Lima Minggu Konsumsi Pakan Tepung Sari Buatan Dengan Formula yang Berbeda Rataan Mortalitas Telur, Larva dan Pupa Anakan Lebah Madu Apis mellifera yang Mendapat Perlakuan (PKF), (PKR), (PKS), (K+ ) dan (K-) Penentuan Tepung Sari Buatan yang Terbaik... 29

12 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Skema Perlakuan yang Diberikan Selama Penelitian Tepung Sari Pengganti Pakan Kedelai Fermentasi (PKF), Pakan Kedelai Rebus (PKR) dan Pakan Kedelai Sangrai (PKS) Konsumsi Pakan Tepung Sari Penganti Tingkat Kematian Pada Tahap Telur Tingkat Kematian Pada Tahap Larva Tingkat Kematian Pada Tahap Pupa... 28

13 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Data Konsumsi Pakan PKF Keseluruhan Selama Penelitian Data Konsumsi Pakan PKR Keseluruhan Selama Penelitian Data Konsumsi Pakan PKS Keseluruhan Selama Penelitian Data Mortalitas Telur Keseluruhan Selama Penelitian Data Mortalitas Larva Keseluruhan Selama Penelitian Data Mortalitas Pupa Keseluruhan Selama Penelitian... 38

14 PENDAHULUAN Latar Belakang Budidaya lebah madu Apis mellifera (lebah eropa) telah dikembangkan di Indonesia sejak pertengahan tahun 1970-an dan jumlah koloni yang dipelihara saat ini diperkirakan sekitar koloni dengan produksi madu nasional antara ton (Gunawan, 2004). Sampai saat ini budidaya lebah madu masih terpusat di pulau Jawa. Dilihat dari potensi alam yang dimiliki Indonesia, seharusnya usaha perlebahan di Indonesia dapat berkembang dengan baik di wilayah Indonesia lainnya. Hal ini berkaitan dengan faktor pendukung yang dimiliki Indonesia yakni tersedianya berbagai jenis tumbuhan yang menjadi sumber pakan lebah madu, potensi pasar domestik maupun internasional yang masih terbuka luas. Sumber pakan lebah madu adalah nektar dan tepung sari (pollen) yang berasal dari tumbuh tumbuhan. Nektar dimanfaatkan lebah madu sebagai sumber energi sedangkan tepung sari diperlukan sebagai sumber protein yang penting untuk perkembangan anakan lebah madu. Nektar adalah cairan yang disekresikan oleh tumbuhan melalui kelenjar nektar yang letaknya bervariasi pada berbagai bagian tumbuhan. Nektar dibedakan menjadi dua jenis yaitu floral jika nektar dihasilkan dari kelenjar nektar di bagian bunga dan extrafloral jika dihasilkan dari kelenjar nektar di bagian lain tumbuhan. Tanaman yang menjadi sumber nektar antara lain bunga kapuk randu (Ceiba petandra), lengkeng (Nephelium longanum), durian (Durio zibethinus), sengon (Arachis hypongea) dan lain-lain. Tepung sari adalah bahan halus seperti bubuk yang terdapat pada ujung benang sari bunga yang merupakan kelamin jantan pada tumbuhan. Tanaman yang menjadi sumber tepung sari antara lain jagung (Zea mays), lamtoro (Leucaena sp), kelapa (Cocos nucifera), kapuk randu (Ceiba petandra) dan lain-lain. Nektar dan tepung sari tidak selalu tersedia setiap saat, ketersediaannya tergantung pada musim. Mengatasi masalah kekurangan nektar, peternak biasanya memberikan pakan tambahan berupa air gula. Peternak di Indonesia masih jarang sekali memberi pakan pengganti tepung sari bagi lebah madu saat tepung sari alami

15 tidak tersedia dengan cukup di alam. Penggembalaan koloni lebah madu ke daerah yang banyak menyediakan tanaman sumber tepung sari masih menjadi pilihan utama yang dilakukan peternak, walaupun biaya transportasi dan tenaga kerja yang harus dikeluarkan cukup tinggi. Masalah ketersediaan tepung sari juga muncul saat peternak menggembalakan koloni lebah madu ke daerah yang banyak menyediakan tanaman sumber nektar tetapi tidak tersedia tanaman sumber tepung sari. Keadaan ini menjadi dilema bagi peternak karena, dari satu sisi, peternak mendapat hasil madu yang baik namun, di sisi lain, koloni lebah madu dapat menurun sangat drastis. Penurunan populasi koloni ini diakibatkan tidak tersedianya tepung sari yang menjadi bahan makanan untuk perkembangan anakan. Musim hujan juga menjadi faktor pembatas bagi lebah madu untuk mendapatkan sumber pakan, khususnya tepung sari. Tidak banyak tumbuhan yang berbunga pada musim ini, lebah madu juga tidak dapat keluar dari sarang saat hujan lebat serta, setelah hujan turun, tepung sari akan menjadi basah sehingga lebah madu akan mengalami kesulitan untuk mengambilnya. Apabila masalah ketersediaan tepung sari tidak segera diatasi tentu saja akan menghambat perkembangan koloni lebah madu serta dapat menyebabkan kerugian yang besar bagi peternak. Tepung sari buatan adalah salah satu alternatif untuk mengatasi kekurangan pasokan tepung sari alami. Saat ini sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk mendapat formula pakan sebagai pengganti tepung sari. Salah satu bahan yang sering digunakan sebagai bahan dasar pakan penganti tepung sari adalah kedelai, karena kandungan proteinnya yang tinggi serta harganya relatif lebih murah. Di Indonesia terdapat beberapa cara pengolahan dasar pada kedelai seperti perebusan, penyangraian ataupun fermentasi yang dilakukan untuk mengolah kedelai menjadi bahan makanan lain. Oleh karena itu, diperlukan penelitian dasar untuk menentukan kedelai dengan proses tertentu yang nantinya dapat digunakan sebagai pakan penganti tepung sari dan tentunya pakan pengganti tersebut disukai lebah dan memiliki nilai gizi yang baik untuk perkembangan lebah madu. Perumusan Masalah

16 Menurut Chalmers (1980), permasalahan yang sering muncul dalam pembudidayaan lebah madu adalah ketergantungannya yang besar kepada tepung sari bunga bagi perkembangan anakan. Tepung sari diperlukan oleh lebah pekerja muda untuk menunjang perkembangan kelenjar hypopharyng yang berfungsi memproduksi makanan ratu dan larva lebah. Jika ketersediaan tepung sari tidak dipenuhi tentunya akan berdampak pada penurunan jumlah populasi dan menghambat perkembangan koloni lebah madu. Untuk itu, saat ini telah dikembangkan pakan pengganti tepung sari alami. Dari keterangan diatas maka dapat ditarik permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana memenuhi kebutuhan protein yang diperlukan koloni lebah madu dalam kondisi ketersediaan tepung sari alami sangat terbatas? 2. Bagaimana bahan pengganti tepung sari yang digunakan dapat membantu perkembangan anakan lebah madu? 3. Bagaimana ketertarikan lebah madu terhadap pakan tepung sari pengganti yang diberikan? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian hasil olahan kedelai dengan berbagai proses yakni fermentasi, perebusan dan penyangraian sebagai pakan penganti tepung sari terhadap tingkat konsumsi lebah madu dan mortalitas anakan lebah madu A. mellifera. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk membantu memecahkan permasalahan kurangnya ketersediaan tepung sari alami yang dialami peternak lebah madu dan bermanfaat pula untuk pengembangan formula pakan selanjutnya.

17 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Lebah Madu Klasifikasi lebah madu menurut Singh (1962) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Hexapoda atau insecta Ordo : Hymenoptera Famili : Apidae Genus : Apis Saat ini sudah diketahui sedikitnya terdapat delapan spesies lebah madu diseluruh dunia yaitu A. mellifera, A. cerana, A. koschevnikovi, A. nuluensis, A. nigrocincta, A. florea, A. andreniformis dan A. laboriosa (Oldroyd dan Wongsiri, 2004; Ruttner, 1988). Menurut Free (1982), spesies lebah madu yang dikenal dan paling luas penyebarannya adalah A. mellifera. Kemampuannya memproduksi madu yang sangat tinggi menjadikan lebah ini banyak diperkenalkan ke wilayah baru yang sebelumnya merupakan daerah penyebaran A. cerana. Menurut Sihombing (1997) A. mellifera memiliki daya adaptasi yang tinggi sehingga dari spesies lebah ini dapat dibuat galur baru yang mampu hidup di lingkungan dan iklim yang berbeda dari tempat aslinya. Biologi Lebah Madu Lebah madu adalah serangga sosial yang selalu hidup dalam satu keluarga besar atau berkoloni. Anggota koloni lebah madu terdiri dari beberapa strata yaitu lebah pekerja, lebah ratu dan lebah jantan (Gojmerac, 1980). Masing-masing kasta memiliki tugas yang berbeda-beda. Lebah pekerja memiliki tugas melakukan semua pekerjaan yang diperlukan untuk kelangsungan hidup koloni, kecuali reproduksi. Tugas lebah pekerja berbeda-beda sesuai dengan umurnya. Satu-satunya tugas ratu didalam koloni lebah madu adalah bertelur untuk menjamin kelestarian koloni sedangkan tugas lebah jantan adalah mengawini ratu lebah (Pavord, 1975). Di dalam

18 satu koloni hanya ada satu ratu, beberapa ratus lebah jantan dan beberapa puluh ribu lebah pekerja (Sihombing, 1997). Apis mellifera membangun sarangnya didalam lubang atau rongga (cavity nesting). Sarang lebah berarsitektur sangat mengagumkan, terdiri atas beberapa lapis atau lempeng sarang yang dibangun dari lilin yang diproduksi lebah pekerja. Masingmasing sarang terdiri atas sel heksagonal yang saling bersambungan dengan posisi saling membelakangi. Terdapat dua jenis tipe sel heksagonal yaitu sel yang lebih kecil yang digunakan untuk memelihara anakan lebah pekerja dan sel yang lebih besar digunakan untuk memelihara anakan lebah jantan. Kedua tipe sel tersebut juga digunakan untuk menyimpan madu, tepung sari dan kadang-kadang untuk menyimpan air dalam waktu yang tidak terlalu lama. Tipe sel untuk memelihara calon ratu bentuknya memanjang berbentuk kerucut dibagian bawah sarang. Sel ratu hanya ada bila koloni akan melakukan reproduksi koloni atau mengganti ratu yang hilang atau mati (Winston, 1987) Siklus Hidup Perkembangan tiap kasta lebah madu melalui empat stadia, yaitu: telur, larva, pupa dan dewasa (Winston, 1987). Lamanya perkembangan pada tiap stadia berbedabeda (Tabel 1). Tabel 1. Siklus Hidup Lebah Madu Apis mellifera Kasta (strata) Stadia Lama Hidup (telur-dewasa) Telur Larva Pupa Total Ratu Pekerja Pejantan Sumber: Singh, Telur Hari Tahunan Mingguan-bulanan Bulanan Telur lebah madu berwarna putih seperti mutiara, berbentuk oval memanjang seperti tabung dan sedikit melengkung. Ukuran dan waktu perkembangan telur pada masing-masing strata sangat bervariasi, keduanya dipengaruhi oleh genetika dan komponen lingkungan (Winston, 1987). Telur-telur lebah ratu terdiri dari telur tertunas dan tidak tertunas. Hasil telurtelur tertunas akan berkembang menjadi ratu dan atau lebah pekerja, tergantung dari

19 besar sel sarang dan komposisi makanan yang diterimanya, sedang dari telur tidak tertunas hanya akan menghasilkan lebah jantan (Sihombing, 1997). Menurut Winston (1987) lebah ratu meletakkan hanya satu telur di dalam setiap sel. Khusus telur calon ratu diletakkan pada sel ratu yang berbeda dengan sel lain yaitu berada dalam sel khusus yang bergantung tegak lurus kearah bawah sarang dan berukuran lebih besar dan memanjang Larva Larva lebah madu adalah sejenis ulat berwarna putih yang tidak memiliki kaki, mata, antenna, sayap ataupun sengat tetapi memiliki mulut sederhana yang hanya digunakan untuk menelan pakan yang ditempatkan oleh lebah pekerja di dalam sel. Lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan stadia larva berbedabeda diantara kasta lebah. Perkembangan larva lebah jantan butuh waktu yang lebih panjang daripada lebah pekerja dan lebah ratu (Winston, 1987). Makanan tersedia di dalam sel secepatnya setelah telur berkembang menjadi larva dan makanan tersebut disuplai sepanjang masa perkembangan larva (Ruttner, 1988). Dua hari pertama, semua larva diberi makanan yang sama yaitu royal jelly. Bagi larva yang dipersiapkan sebagai calon ratu mendapat tambahan royal jelly lebih dari 2,5 hari pertama, sedangkan bagi larva yang akan menjadi lebah pekerja atau lebah jantan akan mendapat makanan berupa tepungsari dan madu (Gojmerac, 1980). Menurut Singh (1962) larva pada ketiga kasta lebah terlihat sama pada awalnya tetapi larva ratu dan larva pejantan berkembang lebih besar dari pada larva lebah pekerja selama setengah dari perkembangan yang terakhir. Pupa Menurut Free ( 1982), setelah larva calon ratu atau pekerja berumur lima hari dan larva calon lebah jantan berumur tujuh hari, di dalam selnya tidak lagi tersedia makanan dan sel akan segera ditutup dengan lapisan lilin oleh lebah pekerja dewasa. Menurut Sarwono (2001) saat larva memasuki fase pupa, tubuh pupa mengalami perubahan sedikit demi sedikit, sayap dan kakinya mulai tumbuh. Stadium pupa adalah periode terakhir sebelum berganti kulit menjadi dewasa. Kepala, mata, antena, mulut, dada, kaki dan abdomen memperlihatkan karakteristik lebah dewasa, hanya sayap yang masih kecil dan belum berkembang. Selama periode

20 pupa, secara bertahap kutikula berkembang menjadi gelap dan perubahan warna ini dapat digunakan untuk menentukan umur pupa. Pada stadium pupa otot-otot dan sistem organ mengalami perubahan secara besar-besaran menjadi bentuk dewasa. Stadium pupa berakhir sekitar 12 hari bagi lebah pekerja dan 14 hari bagi lebah pejantan sedangkan bagi ratu 7-8 hari, kemudian diikuti dengan berakhirnya pergantian kulit menuju tahap dewasa (Winston, 1987). Dewasa Ratu adalah satu-satunya lebah betina yang fungsi organ reproduksinya berkembang dengan sempurna. Hal ini berkaitan dengan tugasnya untuk menjamin kelestarian koloni. Saat kondisi udara bagus, lebah ratu muda biasanya melakukan perkawinan pada minggu kedua dari kehidupannya ( Pavord, 1975). Ratu melakukan perkawinan dengan lebih dari satu pejantan selama beberapa hari atau minggu perkawinan. Setelah ratu selesai kawin, ia tetap tinggal di sarangnya kecuali jika koloni tersebut harus hijrah (Winston, 1987). Menurut Sumoprastowo dan Suprapto (1980) ratu dapat hidup 5-7 tahun. Menurut Sihombing ( 1997), ukuran tubuh ratu adalah dua kali panjang serta 2,8 kali bobot lebah pekerja. Penampilannya berbeda dari lebah pekerja, terutama bagian abdomennya yang terlihat lebih besar dan lebih panjang untuk menampung ovarium yang berkembang sangat subur. Lebah pekerja adalah lebah betina yang organ reproduksinya tidak berkembang secara sempurna. Namun demikian, lebah pekerja mempunyai organorgan yang membuat mereka mampu melakukan semua tugas di dalam koloni. Tugas-tugas di dalam sarang meliputi membuat sisiran sarang, memelihara telur, larva dan pupa, menyediakan makanan ratu dan jantan, mempertahankan koloni terhadap serangan musuh, mengatur temperatur dan kelembaban dalam sarang, mematangkan dan menyimpan madu. Koloni lebah madu mempunyai cara-cara yang unik untuk memepertahankan temperatur di dalam sarangnya. Khusus untuk daerah tetasan (brood area) harus dijaga agar tetap pada suhu C. Bila temperatur turun, lebah madu akan membentuk kelompok baris-padat dan jika suhu semakin rendah maka barisan akan semakin rapat. Bila temperatur naik, lebah akan menggetarkan sayapnya untuk mengalirkan udara ke dalam sarang. Upaya terakhir

21 untuk menurunkan suhu di dalam sarang adalah dengan menguapkan air atau mencairkan madu (Sihombing, 1997). Jumlah lebah pekerja dalam satu koloni lebah madu sangat bervariasi. Di dalam satu koloni lebah madu A. mellifera terdapat sampai ekor lebah pekerja. Bentuk tubuhnya ramping, warnanya hitam kecoklatan, dan memiliki sengat yang lurus dan berduri. Masa hidup lebah pekerja rata-rata hanya 30 sampai 45 hari (Sarwono, 2001). Fungsi lebah jantan satu-satunya selama hidup adalah mengawini lebah ratu dara. Mata dan sayapnya lebih besar daripada kedua kasta lebah lainnya, tidak memiliki keranjang tepung sari (pollen basket), kelenjar malam maupun sengat (Sihombing, 1997). Masa paceklik adalah masa suram bagi lebah jantan karena pada masa itu lebah jantan akan dibunuh oleh lebah pekerja (Sumoprastowo, 1980). Menurut Sarwono (2001), lama hidup lebah jantan sekitar tiga bulan, namun jika lebah jantan berhasil mengawini lebah ratu (queen) maka setelah kawin lebah jantan akan segara mati karena alat kelaminnya tertinggal di abdomen lebah ratu. Nutrisi dan Perkembangan Lebah Madu Lebah madu tidak berbeda dengan organisme lainnya yakni membutuhkan karbohidrat, protein, lemak, mineral, air, vitamin, dan lain-lain (Gojmerac, 1980). Menurut Sihombing (1997), kebutuhan zat-zat pakan pada lebah madu berbeda sesuai dengan fase pertumbuhan dan kasta lebah. Meskipun ada perbedaan nutrisi yang dibutuhkan dan mekanisme makannya, tetapi pada dasarnya bahan untuk anakan dan lebah dewasa sama yaitu nektar dan tepungsari. Kedua bahan pakan ini menyediakan karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral yang diperlukan lebah madu (Winston, 1987). Menurut Gojmerac (1980), kebutuhan nutrisi bagi larva berbeda dengan kebutuhan nutrisi bagi lebah dewasa. Lebah dewasa dapat bertahan hidup dalam waktu yang relatif lama meskipun kebutuhan nutrisinya sepenuhnya hanya dari karbohidrat, tetapi protein sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan larva. Larva lebah pekerja pada dua hari pertama kehidupannya memakan 60-80% pakan yang dihasilkan oleh kelenjar hypopharyng dan 20-40% cairan seperti susu

22 yang merupakan campuran sekresi kelenjar mandibular dan sekresi kelenjar hypopharyng lebah pekerja muda. Pada hari ketiga pakan larva lebah pekerja lebih banyak berasal dari kelenjar hypopharyng sehingga terjadi penurunan dalam kualitas dan jenis protein dalam makanannya. Setelah berumur tiga hari, larva memakan campuran tepung sari dan madu. Hari kelima larva lebih banyak memakan tepungsari karena pada saat itu larva sedang mengalami perkembangan sehingga membutuhkan banyak protein (Winston, 1987). Beberapa jam setelah lahir lebah pekerja muda mulai mengkonsumsi tepung sari yang diambil sendiri dari sel dan mencapai konsumsi maksimum ketika berumur lima hari. Selain itu, lebah pekerja muda juga diberi pakan oleh lebah pekerja. Tepungsari dibutuhkan selama 8-10 hari pertama kehidupannya untuk perkembangan kelenjar dan pertumbuhan bagian dalam tubuh. Setelah itu, tepungsari tidak lagi diperlukan kecuali bila lebah pekerja memproduksi pakan anakan dan memberi makan larva. Untuk perkembangan kelenjar hypopharyng dan lemak tubuh, lebah memerlukan protein yang berasal dari tepung sari sehingga jika terjadi kekurangan tepungsari dapat menyebabkan perkembangan kelenjar lambat dan umur lebih pendek (Winston, 1983). Bahan gizi yang dibutuhkan oleh lebah pekerja tidak hanya berasal dari tepungsari tetapi juga berasal dari madu. Madu yang dikonsumsi oleh lebah pekerja menyediakan gula sebagai sumber energi sehingga apabila persediaan madu tidak memadai maka lebah pekerja akan mati. Lebah jantan dewasa diberi makan oleh lebah pekerja pada beberapa hari pertama kehidupannya dan secara bertahap mulai makan sendiri dari sel madu. Lebah jantan muda yang baru lahir diberi makan berupa campuran tepung sari dan madu (Winston, 1987). Pakan Lebah Madu Tepung Sari Tepung sari dikonsumsi oleh lebah madu terutama sebagai sumber protein dan lemak, sedikit karbohidrat dan mineral-mineral. Kandungan protein kasarnya bervariasi antara 8-40%, rata-rata 23%, dan mengandung semua asam-asam amino esensial maupun asam-asam lemak esensial. Di daerah beriklim dingin satu koloni lebah madu diperkirakan memerlukan sekitar 50 kg tepung sari per tahun, demikian

23 juga tepung sari yang dibutuhkan satu koloni lebah di daerah tropis dan sub tropis. Sekitar separuh dari tepung sari tersebut digunakan untuk pemeliharaan tetasan (Sihombing, 1997). Menurut Winarno (1982), sebagian besar kandungan tepung sari menjadi bahan utama pembuatan royal jelly yang merupakan makanan larva dan ratu lebah. Kandungan nutrisi tepung sari sangat bervariasi tergantung pada sumber tanaman penghasil tepung sari. Selain protein, tepung sari juga mengandung lemak 1-20% (biasanya kurang dari 5%), gula, serat, vitamin, mineral yang semuanya penting untuk lebah (Winston, 1987). Menurut Sarwono (2001), tepung sari penting dalam memberikan zat protein, yaitu zat nutrisi yang diperlukan untuk membentuk otot dalam badan lebah. Tepung sari dengan kadar protein kurang dari 20% tidak dapat memenuhi kebutuhan koloni untuk berproduksi optimal. Koloni yang kuat membutuhkan tepung sari sebanyak 55 kg per tahun. Jika persediaannya kurang daripada itu, lebah akan menggunakan protein tubuhnya untuk melanjutkan fungsinya sehingga kadar protein tubuh bisa menurun dari 54% menjadi 27%. Menurut Winston (1987) lebah pekerja memilih tepung sari untuk diambil tidak berdasarkan nilai nutrisi, umur, kelembutan atau warna tetapi berdasarkan bau dan bentuk fisik dari butiran tepung sari Nektar Sebagian besar energi yang diperlukan oleh lebah madu berasal dari nektar. Nektar kaya akan berbagai bentuk karbohidrat (3-87%), seperti sukrosa, fruktosa dan glukosa. Selain karbohidrat, nektar juga mengandung sedikit senyawa-senyawa amino, amida-amida, asam-asam organik, vitamin-vitamin, senyawa-senyawa aromatik dan juga mineral-mineral. Kandungan zat-zat makanan dalam nektar tergantung dari sumber nektar dan musim (Sihombing, 1997). Menurut Winston (1979), nektar yang dikumpulkan oleh lebah pekerja tidak dapat langsung dimakan oleh anakan dan dewasa, tetapi diproses dahulu menjadi madu. Pakan Tambahan Pembudidayaan lebah madu membutuhkan tepung sari dan nektar dalam jumlah memadai dan tersedia terus menerus sepanjang tahun. Akan tetapi, tidak semua tanaman menghasilkan nektar dan atau tepung sari secara terus menerus (Sarwono, 2001). Menurut Hendayati (1997), pakan tambahan berupa larutan gula

24 dimaksudkan untuk mengatasi masa kekurangan nektar di lapangan. Oleh karena itu kandungan gizi yang ada di dalam pakan tambahan sebaiknya sama dengan kandungan nektar alami. Kandungan gula dalam nektar yang baik harus diatas 20%, karena kadar gula diatas 20% mampu mencukupi kebutuhan energi bagi aktivitas lebah madu. Protein sangat penting bagi kelangsungan sebuah koloni lebah madu sehingga banyak sumber protein lain diteliti dengan harapan akan ditemukan bahan makanan untuk menggantikan tepung sari alami. Bahan-bahan yang sudah diteliti diantaranya adalah kuning telur, tepung kedelai, ragi bir, ragi roti, susu skim, kasein, kentang rebus (Gojmerac, 1980). Tepung Kedelai Kedelai (Glycine max.) termasuk dalam famili Leguminosae, subfamili Papilonidae, genus Glicine dan spesies max. Dilihat dari segi pangan dan gizi kedelai merupakan sumber protein yang paling murah di dunia (Smith dan Circle, 1978). Disamping mengandung senyawa yang berguna, ternyata pada kedelai juga terdapat senyawa anti gizi. Diantara senyawa anti gizi tersebut adalah anti tripsin dan hemaglutinin (Koswara, 1992). Menurut Rasidi (2001), sebelum digunakan kedelai harus dipanaskan terlebih dahulu. Pemanasan ini dapat melemahkan zat anti tripsin yang merugikan. Komposisi kimia tepung kedelai secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2. Tebel 2. Komposisi Kimia Tepung Kedelai Kandungan Komposisi (%) Protein 41,37 Lemak 22,69 Abu 1,79 Serat kasar 5,96 Air 6,89 Sumber : Astuti, 1999 Tempe Tempe adalah makanan tradisional Indonesia yang berasal dari kedelai dan dibuat dengan cara fermentasi. Fermentasi tempe terjadi karena aktivitas kapang

25 Rhizopus sp. pada kedelai yang telah direbus sehingga membentuk masa yang padat dan kompak (Shurtleff dan Aoyagi, 1979). Kedelai mengalami berbagai perubahan komposisi selama proses pembuatannya baik oleh proses fisik maupun proses enzimatik akibat aktivitas mikroorganisme terutama pada saat perendaman oleh bakteri-bakteri pembentuk asam, dan proses fermentasi oleh kapang. Akibat dari perubahan-perubahan tersebut tempe menjadi lebih enak, lebih bergizi dan lebih mudah dicerna (Pawiroharsono, 1995). Menurut Murata et al. ( 1967), umumnya jumlah asam amino bebas baik yang esensial maupun non esensial dalam kedelai meningkat akibat fermentasi. Aktivitas enzim protease kapang menyebabkan protein terurai menjadi asam amino bebas yang bersifat lebih mudah dimanfaatkan oleh tubuh. Komposisi kimia tepung tempe secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Komposisi Kimia Tepung Tempe Komponen Komposisi (%) Protein 42,48 Lemak 29,01 Abu 1,77 Serat kasar 7,97 Air 10,26 Sumber : Astuti, 1999 Kematian Anakan Menurut Haryadi (2003), salah satu faktor yang penting dalam mengukur keberhasilan pemeliharaan ternak adalah mortalitas (tingkat kematian). Menurut pendapat Stanley dan Linkens (1974), pemberian pollen supplement yang diberikan dengan formula yang berbeda akan menyebabkan angka kematian anakan yang berbeda pula. Stanley dan Linkens (1974) menyatakan bahwa berdasarkan penelitian Haydak (1933:1939) koloni yang diberi tepung gandum sebagai pollen supplement lebih tinggi kematian anakannya (52%) daripada koloni yang diberi ragi kering (15,5%). Hasil penelitian Winston et al. (1983) menunjukkan bahwa rata-rata kematian anakan pada koloni yang diberi pollen supplement berupa campuran tepung ikan haring dan ragi bir (3-7%) lebih rendah daripada koloni yang tanpa diberi pollen

26 supplement (14%), sedangkan rata-rata kematiaan anakan pada koloni yang hanya diberi ragi bir berkisar antara 3-10%. MATERI DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian dilakukan di peternakan lebah madu Sari Bunga dari bulan Maret sampai dengan April 2006 bertempat di Kampung Kedung, Desa Titisan, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Materi Lebah Madu Lebah madu A. mellifera yang digunakan terdiri atas 15 koloni dengan jumlah sisiran yang sama yaitu tujuh sisiran pada tiap koloni. Semua ratu pada masing-masing koloni memiliki umur yang sama yakni kurang lebih empat bulan. Pakan Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tepung kedelai direbus, tepung kedelai sangrai dan tepung kedelai fermentasi (tempe). Masingmasing pakan tersebut dicampur dengan air gula. Kedelai dan tempe yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari pengrajin tempe di Cimanggu I Cibungbulang Bogor. Peralatan Peralatan yang digunakan yaitu perangkap tepung sari (pollen trap), timbangan, plastik transparansi, ayakan tepung, kertas minyak, alat tulis, pengasap, masker dan sikat lebah. Metode Rancangan Percobaan Penelitian ini dilakukan dengan percobaan (eksperimen) menggunakan tiga perlakuan dan tiga ulangan. Sebagai unit percobaan adalah 15 koloni lebah madu yang dibagi menjadi lima kelompok. Masing-masing kelompok mendapat perlakuan yang berbeda, dua diantaranya digunakan sebagai unit kontrol (kontrol positif dan kontrol negatif).

27 Cara Kerja a. Pembuatan tepung sari pengganti Perlakuan penelitian terdiri dari tiga jenis pakan pengganti tepung sari berbahan dasar tepung kedelai yang pengolahanny berbeda, yaitu kedelai fermentasi (tempe), kedelai rebus dan kedelai sangrai. Tepung sari pengganti diberikan kepada lebah madu dalam bentuk campuran tepung kedelai dengan sirup gula agar memudahkan lebah pekerja mengambil dan mengkonsumsi tepung sari pengganti tersebut. Sirup gula diperoleh dengan membuat campuran air dan gula pasir dengan perbandingan 1:1. Tepung kedelai fermentasi diperoleh dengan menggunakan tempe sebagai produk kedelai fermentasi. Tempe dikeringkan dalam oven dengan suhu 60 o C selama 48 jam kemudian digiling dan diayak. Tepung kedelai rebus diperoleh dengan cara terlebih dahulu merebus kedelai segar kemudian kulit ari dibuang dan kedelai dicuci hingga bersih. Setelah itu kedelai dikeringkan dalam oven dengan suhu 60 C selama 48 jam kemudian digiling dan diayak. Tepung kedelai sangrai diperoleh dengan cara menyangrai kedelai segar menggunakan kompor gas dengan api kecil selama 20 menit. Setelah itu kedelai sangrai digiling dan kemudian diayak. Komposisi pembuatan pakan tepung sari pengganti yang terdiri dari tepung kedelai dan sirup gula, seperti yang tertera dalam Tabel 4: Tabel 4. Komposisi Pembuatan Pakan Tepung Sari Pengganti Tepung Sari pengganti Tepung kedelai (gr) Sirup gula (gr) PKF PKR PKS Keterangan: PKF = Pakan kedelai fermentasi PKR = Pakan kedelai rebus PKS = Pakan kedelai sangrai b. Pelaksanaan penelitian

28 Koloni lebah madu dipilih sebanyak 15 koloni yakni koloni yang memiliki ratu dengan umur yang sama, tidak terserang penyakit serta memiliki sisiran yang sama yaitu berisi tujuh sisiran. Koloni lebah madu ditempatkan didalam kotak lebah dan diberi label. Sebanyak 12 stup dipasang perangkap tepung sari untuk mencegah masuknya tepung sari alami yang dibawa oleh lebah kedalam kotak. Keduabelas koloni tersebut dibagi menjadi empat kelompok yang masing-masing diberi perlakuan berbeda, yaitu sebanyak tiga koloni mendapat perlakuan pemberian pakan kedelai fermentasi, tiga koloni mendapat perlakuan pemberian pakan kedelai rebus, tiga koloni lain mendapat perlakuan pemberian pakan kedelai sangrai. Sebanyak tiga koloni lain merupakan kontrol negatif yaitu koloni yang tanpa mendapat pakan tepung sari alami maupun dengan tepung sari pengganti. Tiga koloni yang tersisa merupakan kontrol positif yaitu koloni yang tanpa pemasangan perangkap tepung sari sehingga dapat bebas mendapatkan tepung sari dari alam. Perlakuan yang diberikan selama penelitian terlihat seperti pada skema Gambar 1. Tiga koloni tanpa dipasang perangkap tepung sari (sebagai kontrol positif) 15 koloni lebah madu A. mellifera Tiga koloni dengan perlakuan pemberian pakan kedelai fermentasi 12 koloni dipasang perangkap tepung sari Tiga koloni dengan perlakuan pemberian pakan kedelai rebus Tiga koloni dengan perlakuan pemberian pakan kedelai sangrai Tiga koloni sebagai kontrol negatif (tanpa pemberian tepungsari pengganti maupun alami)

29 Gambar 1. Skema Perlakuan yang Diberikan Selama Penelitian Pakan tambahan diberikan satu kali seminggu dalam bentuk adonan lembek yang mudah diambil oleh lebah madu dengan berat yang sama yaitu 200 gram pada tiap kali pemberian. Adonan ditempatkan di atas kertas minyak untuk selanjutnya diletakkan di atas sisiran pada kotak-kotak yang telah ditentukan. c. Parameter yang diamati Parameter yang diamati yaitu: 1. Jumlah pakan pengganti yang dikonsumsi oleh lebah madu setiap minggu 2. Jumlah kematian anakan lebah madu (telur, larva dan pupa) selama penelitian. d. Pengambilan data Pengambilan data dilakukan dua minggu setelah pemberian pakan tepung sari pengganti. Sebelum diberikan, tepung sari pengganti terlebih dahulu ditimbang, begitu juga sisa pakan yang tidak dikonsumsi oleh lebah madu setelah satu minggu pemberian. Jumlah konsumsi dihitung dengan menghitung selisih antara berat pakan tambahan sebelum diberikan dengan jumlah pakan tambahan yang tersisa selama satu minggu. Tingkat mortalitas pada telur, larva dan pupa dihitung dengan cara mengamati dan mencatat keadaan dan perkembangan telur, larva dan pupa setiap hari. Setiap koloni dipilih sampel telur, larva dan pupanya, masing-masing sebanyak 100 sampel. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara memberi tanda lingkaran pada plastik transparan untuk setiap sel sarang yang terpilih. Warna tanda lingkaran dibuat berbeda untuk sarang telur, larva dan pupa. Semua tanda lingkaran diberi nomor urut sesuai jumlah masing-masing sampel telur, larva, dan pupa. Keadaan sampel telur, larva dan pupa yang telah diberi tanda diamati setiap hari dengan menempelkan plastik transparan yang telah bertanda pada sarang asal

30 sampel untuk memastikan sampel yang diamati setiap hari adalah individu yang sama. Telur dianggap mati jika sel yang telah diberi tanda tersebut telah kosong atau menetas dengan melewati batas waktu normal. Cara yang sama juga dilakukan pada larva. Kematian pupa ditentukan dengan mengamati keadaan pupa, jika waktu perkembangan pupa sudah melewati batas waktu perkembangan normal berarti pupa tersebut telah mati. Jumlah mortalitas telur, larva dan pupa diketahui dengan cara menghitung jumlah telur, larva atau pupa yang mati. e. Analisa data Analisa sidik ragam (ANOVA) dan uji lanjut Duncan digunakan untuk penganalisis perbedaan tingkat konsumsi masing-masing perlakuan, sedangkan tingkat mortalitas anakan dianalisis secara deskriptif.

31 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Pakan Tepung Sari Buatan Tepung sari buatan yang diberikan diolah sedemikian rupa agar memudahkan lebah pekerja mengambil dan mengkonsumsi tepung sari yang diberikan. Ketiga tepung sari buatan yang diberikan berbeda nilai nutrisi dan bentuk fisiknya. Kandungan nutrisi tepung sari pengganti dan tepung sari alami terlihat pada Tabel 5. Tabel 5. Analisis Proksimat Tepung Tempe, Tepung Kedelai Rebus dan Tepung Kedelai Sangrai Sampel Tepung tempe a Tepung kedelai rebus a Tepung kedelai sangrai a Tepung sari alami b 6,13 7,18 3,35 7 Kandungan (%) Air Abu Protein Lemak 1,88 4,36 2, ,05 33,72 42, ,09 22,03 25,82 5 Sumber: (a) Lab. Kimia Pangan Dep. Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian, 2006 (b) Krell, 1996 Kandungan protein ketiga tepung sari buatan lebih tinggi bila dibandingkan dengan tepung sari alami seperti yang terlihat pada Tabel 5 dan dari ketiga tepung sari buatan terlihat bahwa kandungan protein tepung kedelai rebus lebih rendah bila dibandingkan tepung tempe dan tepung kedelai sangrai. Rendahnya kandungan protein tepung kedelai rebus kemungkinan disebabkan kehilangan kandungan protein yang tinggi pada saat proses perebusan. Proses pencucian, perendaman, pengupasan kulit ari dan perebusan kedelai menyebabkan penurunan kandungan protein sekitar 12% (Shurleff dan Aoyagi, 1979). Kandungan lemak tepung sari buatan juga lebih tinggi bila dibandingkan tepung sari alami namun kandungan air dari ketiga tepung sari buatan hampir menyamai kandungan tepung sari alami. Hanya kandungan air tepung kedelai sangrai yang terlihat lebih rendah. Begitu juga kandungan abu yang hampir sama pada masing-masing tepung sari, hanya kandungan abu tepung tempe yang lebih rendah.

32 Perbedaan kandungan nutrisi tersebut kemungkinan terjadi akibat perbedaan proses yang dialami oleh masing-masing pakan tersebut. Akibat pemrosesan yang berbeda, kemungkinan juga menyebabkan terjadinya perbedaan bentuk fisik pada masing-masing tepung sari buatan. Tepung kedelai rebus dan tepung tempe memiliki tekstur yang lebih halus dan lebih lembut bila dibandingkan dengan tepung kedelai sangrai. Perbedaan pada warna juga terjadi pada ketiga pakan tepung sari buatan yang diberikan. Tepung kedelai rebus berwarna lebih terang yaitu putih kekuningan, tepung kedelai sangrai berwarna lebih kuning dan tepung tempe berwarna kecoklatan dan berwarna paling gelap bila dibandingkan kedua tepung kedelai lainnya. Gambar 2 memperlihatkan pakan tepung sari pengganti yang diberikan dalam bentuk pasta dan siap diberikan pada koloni lebah madu. PKF. PKR PKS Gambar 2. Tepung Sari Pengganti, Pakan Kedelai Fermentasi (PKF), Pakan Kedelai Rebus (PKR) dan Pakan Kedelai Sangrai (PKS) Tepung sari buatan diberikan dalam bentuk adonan lembek menyerupai pasta yang merupakan campuran tepung kedelai dengan sirup gula. Pemberian dalam bentuk pasta bertujuan agar memudahkan lebah pekerja dalam mengkonsumsi tepung sari pengganti dan untuk memastikan pakan yang diberikan tidak tercecer. Pencampuran dengan sirup gula dilakukan untuk menarik minat lebah pekerja untuk

33 mengambil tepung sari buatan tersebut karena lebah akan tertarik oleh rasa manis tepung sari buatan. Komposisi campuran tepung kedelai dan sirup gula yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil uji coba pendahuluan yang dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan bentuk pasta yang tidak terlalu keras dan juga tidak terlalu lembek sehingga kemungkinan lebih mudah diambil oleh lebah pekerja. Pencampuran tepung kedelai dengan sirup gula dilakukan setiap seminggu sekali saat akan dilakukan penggantian pakan pengganti. Hal ini bertujuan untuk tetep menjaga kesegaran pakan yang diberikan. Konsumsi Pakan Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jenis pengolahan kedelai sebagai tepung sari pengganti sangat berpengaruh nyata (P<0,01) terhadap tingkat konsumsi lebah. Jumlah konsumsi pakan tepung kedelai selama penelitian tertera pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah Konsumsi Tepung Sari Pengganti Selama Lima Minggu Minggu ke- (gr/koloni) Pakan Rataan KK PKF 134, , , , , ,691 A 0,07 PKR 149, , , , , ,550 A 0,06 PKS 104,928 71,384 69,176 73,087 87,736 81,262 B 0,17 Keterangan: PKF : Pakan kedelai fermentasi KK : Koefisien keragaman PKR : Pakan kedelai rebus Tanda superskrip yang berbeda menyatakan PKS : Pakan kedelai sangrai perbedaan nyata (P<0,05) antar perlakuan Tabel 6 memperlihatkan bahwa rataan konsumsi tertinggi terdapat pada perlakuan PKF dan PKR masing-masing sebesar 147,69 dan 140,55 gr/koloni/minggu, berbeda sangat nyata dengan konsumsi terendah pada PKS yaitu 81,26 gr/koloni/minggu. Dilihat dari kandungan nutrisi antara ketiga pakan buatan yang diberikan, kandungan protein pakan kedelai sangrai lebih tinggi dibandingkan pakan kedelai rebus seperti yang terlihat pada Tabel 5, namun jumlah konsumsi PKS lebih rendah bila dibandingkan PKR dan PKF. Hal ini berarti bahwa kandungan nutrisi tidak mempengaruhi jumlah konsumsi tepung sari oleh lebah madu.

34 Perbedaan konsumsi kemungkinan dipengaruhi oleh faktor eksternal dari pakan tepung sari buatan tersebut misalnya tekstur dari pakan buatan yang diberikan. Kemungkinan, PKF dan PKR memiliki tekstur yang lebih halus dan lembut karena telah melalui proses perebusan dan fermentasi. Menurut Winston (1987), lebah pekerja memilih tepung sari untuk diambil tidak berdasarkan nilai nutrisi, umur atau warna tetapi berdasarkan bau dan bentuk fisik dari butiran tepung sari. Jumlah konsumsi PKF, PKR dan PKS cenderung konstan pada tiap minggu dinyatakan oleh KK yang hanya berkisar antara 0,06%-0,17% seperti terlihat pada Tabel 6 dan diperjelas pada Gambar 3. Jumlah konsumsi pakan (gr/minggu/koloni) ,5 149,8 149,3 153,4 151,6 134,1 136,7 140,1 129,5 133,9 104,9 87,7 71,3 69, Keterangan: Waktu pengamatan (minggu ke-) Pakan Kedelai Fermentasi (PKF) Pakan Kedelai Sangrai (PKS) Pakan Kedelai Rebus (PKR) Gambar 3. Konsumsi Pakan Tepung Sari Pengganti Gambar 3 menunjukkan bahwa konsumsi PKS pada tiap minggu selama lima minggu pengamatan selalu lebih rendah bila dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa PKR dan PKF lebih dapat diterima dan disukai oleh lebah madu dibandingkan PKS. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kandungan kulit ari kedelai yang terdapat didalam tepung kedelai sangrai. Menurut Liu (1997), kulit ari kedelai mengandung serat kasar berbentuk lignin yang sulit dihancurkan sehingga tekstur tepungnya kasar dan tidak menyerap air. Kemungkinan hal ini yang menyebabkan sulitnya lebah madu mengambil dan mengkonsumsi pakan kedelai sangrai. Konsumsi PKS yang rendah didukung pula oleh hasil penelitian Krisnawati

35 (2003) yang memberi perlakuan pakan tepung sari buatan dengan menggunakan formula pakan seperti yang tertera pada Tabel 7. Tabel 7. Konsumsi Pakan Tepung Sari Buatan dengan Formula yang Berbeda Formula pakan tepung sari buatan Jumlah konsumsi (gr/koloni/minggu) Tepung biji randu + tepung sari alami + ragi + sirup gula 46,79 Tepung kedelai + tepung sari alami + ragi + sirup gula 38,08 Tepung bekatul + tepung sari alami + ragi + sirup gula 38,71 Sumber : Krisnawati (2003) Tabel 7 memperlihatkan bahwa jumlah konsumsi tepung sari buatan dengan bahan dasar kedelai sangrai lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya. Tepung kedelai yang diberikan dalam penelitian ini adalah dengan proses penyangraian. Sehingga terlihat bahwa pemberian tepung sari alami dengan bahan dasar kedelai sangrai kurang disukai oleh lebah. Mortalitas Anakan Anakan lebah madu terdiri dari tiga fase yaitu telur, larva dan pupa. Mortalitas anakan merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan pemeliharaan ternak lebah madu. Rataan tingkat kematian anakan lebah madu selama penelitian disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Rataan Mortalitas Telur, Larva dan Pupa Anakan Lebah Madu Apis mellifera yang Mendapat Perlakuan PKF, PKR, PKS, K+ dan K- Mortalitas Pakan Telur Larva Pupa Rataan Rataan KK Rataan KK Rataan KK PKF 11, , , ,10 PKR 31, , , ,99 PKS 10, , , ,46 Rataan 17,44 93,66 20,99 65,33 1,35 153,33 K+ 20, , ,77 K- 15, , ,22 Keterangan: PKF = pakan kedelai fermentasi PKR = pakan kedelai rebus PKS = pakan kedelai sangrai KK = koefisien keragaman

36 Secara umum terlihat pada Tabel 8 bahwa rataan koefisien keragaman pada semua perlakuan pemberian tepung sari buatan yang didapat selama penelitian sangat tinggi yakni 153,3% saat fase pupa, 65,3% saat fase larva dan mencapai 93,6% saat fase telur. Hasil ini mengindikasikan bahwa banyak faktor luar yang berpengaruh dan tidak dapat dikendalikan pada saat penelitian, diantaranya faktor variasi individu masing-masing lebah, ratu dan pejantan. Selain itu, faktor tingkah laku lebah madu yang selalu berupaya mempertahankan tepungsari yang dibawa di dalam keranjang polen saat melewati pollen trap, sehingga masih terdapat tepung sari alami di dalam sel sarangnya meskipun telah dipasang perangkap polen. Menurut Keller et al. (2005), efisiensi penggunaan perangkap tepung sari untuk mencegah masuknya tepung sari alam kedalam kotak hanya sebesar 15-43%. Menurut Winston (1987), tingkat kematian telur yang tinggi dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya kesehatan koloni dan inbreeding. Telur-telur calon lebah betina hasil perkawinan ratu dengan saudaranya (inbreeding) akan mengalami rataan kematian yang tinggi pada saat anakan yaitu mencapai 50%. Telur-telur calon lebah betina maupun jantan yang menunjukkan posisi perkembangan yang menyimpang sebelum atau sesudah terjadi oviposisi juga akan mengalami kegagalan dalam penetasan. Rataan kematian anakan lebah madu selama penelitian berkisar antara 8,10-25,22% dengan kematian tertinggi terjadi pada K-. Rataan kematian tertinggi yang dialami oleh K- wajar terjadi karena koloni tersebut tidak memiliki asupan makanan yang cukup meskipun tepung sari alami tetap dibawa masuk oleh lebah pekerja ke dalam sarang, namun jumlahnya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan anakan lebah madu. Kematian terendah terjadi pada koloni dengan perlakuan PKF yaitu sebesar 8,10%. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh kandungan protein yang tinggi dan mudah dicerna pada tempe. Kedelai mengalami berbagai perubahan komposisi selama proses pembuatan tempe baik oleh proses fisik maupun proses enzimatik akibat aktivitas mikroorganisme terutama pada saat perendaman oleh bakteri-bakteri pembentuk asam, dan proses fermentasi oleh kapang. Akibat dari perubahanperubahan tersebut tempe menjadi lebih mudah dicerna (Pawiroharsono, 1995). Menurut Liu (1997), tempe merupakan makanan yang bergizi dan mudah dicerna

TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial

TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial Apis cerana merupakan serangga sosial yang termasuk dalam Ordo Hymenoptera, Famili Apidae hidup berkelompok membentuk koloni. Setiap koloni terdiri

Lebih terperinci

PENGARUH OLAHAN KEDELAI SEBAGAI PENGGANTI TEPUNGSARI TERHADAP PRODUKTIVITAS LEBAH RATU, BOBOT BADAN, DAN KANDUNGAN PROTEIN LEBAH PEKERJA

PENGARUH OLAHAN KEDELAI SEBAGAI PENGGANTI TEPUNGSARI TERHADAP PRODUKTIVITAS LEBAH RATU, BOBOT BADAN, DAN KANDUNGAN PROTEIN LEBAH PEKERJA PENGARUH OLAHAN KEDELAI SEBAGAI PENGGANTI TEPUNGSARI TERHADAP PRODUKTIVITAS LEBAH RATU, BOBOT BADAN, DAN KANDUNGAN PROTEIN LEBAH PEKERJA (Apis mellifera L.) SKRIPSI HAPSARI ARIANNE PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PENGARUH OLAHAN KEDELAI SEBAGAI PENGGANTI TEPUNGSARI TERHADAP PRODUKTIVITAS LEBAH RATU, BOBOT BADAN, DAN KANDUNGAN PROTEIN LEBAH PEKERJA

PENGARUH OLAHAN KEDELAI SEBAGAI PENGGANTI TEPUNGSARI TERHADAP PRODUKTIVITAS LEBAH RATU, BOBOT BADAN, DAN KANDUNGAN PROTEIN LEBAH PEKERJA PENGARUH OLAHAN KEDELAI SEBAGAI PENGGANTI TEPUNGSARI TERHADAP PRODUKTIVITAS LEBAH RATU, BOBOT BADAN, DAN KANDUNGAN PROTEIN LEBAH PEKERJA (Apis mellifera L.) SKRIPSI HAPSARI ARIANNE PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga

I. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki kekayaan alam melimpah berupa flora dan fauna. Indonesia juga memiliki potensi besar dalam pengembangan usaha peternakan lebah

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PRODUK LEBAH MADU PROPOLIS ROYAL JELLY POLLEN

PRODUK LEBAH MADU PROPOLIS ROYAL JELLY POLLEN PRODUK LEBAH MADU PROPOLIS ROYAL JELLY POLLEN MADU MADU ADALAH SUBSTANSI PEMANIS BUATAN ALAMI YANG DIPRODUKSI OLEH LEBAH MADU YANG BERASAL DARI BEBERAPA BUNGA ATAU SEKRESI TUMBUHAN. Kandungan Madu Gula

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lebah Madu Lebah madu termasuk hewan serangga bersayap, sebagai penghasil madu yang telah lama dikenal manusia. Tubuh lebah madu beruas-ruas dan ruas tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Friday, 08 February 2013 Pemutakhiran Terakhir Tuesday, 28 May 2013

Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Friday, 08 February 2013 Pemutakhiran Terakhir Tuesday, 28 May 2013 Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Friday, 08 February 2013 Pemutakhiran Terakhir Tuesday, 28 May 2013 eskalisa.sch.id Jenis Lebah Yang Ada di Indonesia Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki jenis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tingkatan kasta di dalam koloninya. Lebah pekerja yang merupakan lebah betina

II. TINJAUAN PUSTAKA. tingkatan kasta di dalam koloninya. Lebah pekerja yang merupakan lebah betina 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Klasifikasi Lebah Madu Lebah madu merupakan serangga sosial yang hidup berkoloni dan memiliki tiga tingkatan kasta di dalam koloninya. Lebah pekerja yang merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki rasa manis alami yang dihasilkan oleh lebah berbahan baku nektar bunga. Madu kaya akan kandungan nutrisi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KOLONI LEBAH MADU Apis mellifera L. YANG MENDAPAT POLEN PENGGANTI DARI TIGA JENIS KACANG DENGAN DAN TANPA VITAMIN B KOMPLEK

PERKEMBANGAN KOLONI LEBAH MADU Apis mellifera L. YANG MENDAPAT POLEN PENGGANTI DARI TIGA JENIS KACANG DENGAN DAN TANPA VITAMIN B KOMPLEK PERKEMBANGAN KOLONI LEBAH MADU Apis mellifera L. YANG MENDAPAT POLEN PENGGANTI DARI TIGA JENIS KACANG DENGAN DAN TANPA VITAMIN B KOMPLEK SKRIPSI DWI KARTI AGUSTINA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk memulihkan dan memperbaiki jaringan

Lebih terperinci

PERLEBAHAN DI INDONESIA

PERLEBAHAN DI INDONESIA PERLEBAHAN DI INDONESIA Oleh : Kuntadi Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi QUIZ 1. Yang mana sarang lebah madu? 1 2 3 4 1 QUIZ 2 2 1 3 5 4 A. dorsata A. laboriosa A. dorsata binghami A. cerana A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tempe merupakan makanan tradisional rakyat Indonesia yang relatif murah dan mudah di dapat. Tempe berasal dari fermentasi kacang kedelai atau kacang-kacangan lainnya

Lebih terperinci

RINGKASAN. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Muhammad Ridla, M.Agr.

RINGKASAN. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Muhammad Ridla, M.Agr. RINGKASAN Nur Aini. D24103025. Kajian Awal Kebutuhan Nutrisi Drosophila melanogaster. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Menurut Trubus (2012), permintaan

Lebih terperinci

Lampiran 12. Aspek Agronomis / Usahatani Lebah Madu. Diantara jenis lebah, ada yang produksi madunya sedikit seperti Apis Cerana,

Lampiran 12. Aspek Agronomis / Usahatani Lebah Madu. Diantara jenis lebah, ada yang produksi madunya sedikit seperti Apis Cerana, 48 Lampiran 12. Aspek Agronomis / Usahatani Lebah Madu. Pemeliharaan lebah yang bertujuan untuk mengambil madunya disebut peternakan lebah.orang yang bertenak lebah disebut peternak lebah.selain madu,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat 16 TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Hama Sitophylus oryzae Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Coleoptera :

Lebih terperinci

OLEH: YULFINA HAYATI

OLEH: YULFINA HAYATI PENGOLAHAN HASIL KEDELAI (Glycine max) OLEH: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Dalam usaha budidaya tanaman pangan dan tanaman perdagangan, kegiatan penanganan dan pengelolaan tanaman sangat penting diperhatikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tepung terigu sangat dibutuhkan dalam industri pangan di Indonesia. Rata-rata kebutuhan terigu perusahaan roti, dan kue kering terbesar di Indonesia mencapai 20 ton/tahun,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

KUALITAS TEPUNG BERAS SEBAGAI BAHAN BAKU CAMPURAN RAGI TEMPE (Rhizopus oligosporus) DILIHAT DARI HASIL PRODUKSI TEMPE KEDELAI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

KUALITAS TEPUNG BERAS SEBAGAI BAHAN BAKU CAMPURAN RAGI TEMPE (Rhizopus oligosporus) DILIHAT DARI HASIL PRODUKSI TEMPE KEDELAI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH KUALITAS TEPUNG BERAS SEBAGAI BAHAN BAKU CAMPURAN RAGI TEMPE (Rhizopus oligosporus) DILIHAT DARI HASIL PRODUKSI TEMPE KEDELAI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Fermentasi Fermentasi merupakan teknik yang dapat mengubah senyawa kompleks seperti protein, serat kasar, karbohidrat, lemak dan bahan organik lainnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA KOMBINASI PAKAN KOMERSIAL DENGAN DEDAK PADI, ONGGOK DAN POLLARD

PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA KOMBINASI PAKAN KOMERSIAL DENGAN DEDAK PADI, ONGGOK DAN POLLARD PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA KOMBINASI PAKAN KOMERSIAL DENGAN DEDAK PADI, ONGGOK DAN POLLARD SKRIPSI RISNA HAIRANI SITOMPUL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang-kacangan (Leguminosa), seperti kacang hijau, kacang tolo, kacang gude, kacang merah, kacang kedelai, dan kacang tanah, sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Merah Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah atau kacang jogo ini mempunyai nama ilmiah yang sama dengan kacang buncis, yaitu Phaseolus vulgaris

Lebih terperinci

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN SEBAGAI PELUANG USAHA Oleh : Andi Mulia, Staff Pengajar di UIN Alauddin Makassar Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan

Lebih terperinci

BUDIDAYA LEBAH MADU. Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis

BUDIDAYA LEBAH MADU. Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis BUDIDAYA LEBAH MADU Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis Budidaya lebah ada 2 cara yaitu : 1) Budidaya Lebah Secara Menetap, dan 2) Budidaya Lebah Secara Berpindah. Pada budidaya lebah

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Madu

Proses Pembuatan Madu MADU PBA_MNH Madu cairan alami, umumnya berasa manis, dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nektar); atau bagian lain dari tanaman (ekstra floral nektar); atau ekskresi serangga cairan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lubang-lubang pohon dan tempet-tempat lain untuk diambil madunya. Lebah

II. TINJAUAN PUSTAKA. lubang-lubang pohon dan tempet-tempat lain untuk diambil madunya. Lebah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lebah Madu Lebah madu merupakan insekta penghasil madu yang telah lama dikenal manusia. Sejak zaman dahulu, manusia berburu sarang lebah di goa-goa, di lubang-lubang pohon dan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PEMBUATAN TEMPE

PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PEMBUATAN TEMPE PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PEMBUATAN TEMPE Disusun Oleh: Mukaromah K3310058 Nuryanto K3310060 Sita Untari K3310079 Uswatun Hasanah K3310081 Pendidikan Kimia A PROGAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah TINJAUAN PUSTAKA Ampas Sagu Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah mempunyai proporsi pemanfaatan yang besar

Lebih terperinci

HASIL. Tabel 2 Jumlah imago lebah pekerja A. cerana yang keluar dari sel pupa. No. Hari ke- Koloni I Koloni II. (= kohort) Warna Σ mati Warna Σ Mati

HASIL. Tabel 2 Jumlah imago lebah pekerja A. cerana yang keluar dari sel pupa. No. Hari ke- Koloni I Koloni II. (= kohort) Warna Σ mati Warna Σ Mati HASIL Jumlah Imago Lebah Pekerja A. cerana Berdasarkan hasil pembuatan peta lokasi sel pupa, dapat dihitung jumlah imago lebah pekerja yang keluar dari sel pupa. Jumlah imago lebah pekerja A. cerana (yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Ubi Kayu Ubi kayu yang sering pula disebut singkong atau ketela pohon merupakan salah satu tanaman penghasil bahan makanan pokok di Indonesia. Tanaman ini tersebar

Lebih terperinci

THE INFLUENCE OF ADDING FEED STIMULANTS AND FRAME PARTITIONS TOWARD THE ACTIVITY OF THE WORKER BEES Apis mellifera CLOSE TO FLOWER SEASON ABSTRACT

THE INFLUENCE OF ADDING FEED STIMULANTS AND FRAME PARTITIONS TOWARD THE ACTIVITY OF THE WORKER BEES Apis mellifera CLOSE TO FLOWER SEASON ABSTRACT THE INFLUENCE OF ADDING FEED STIMULANTS AND FRAME PARTITIONS TOWARD THE ACTIVITY OF THE WORKER BEES Apis mellifera CLOSE TO FLOWER SEASON Ahmad Nurohim 1), Mochammad Junus 2), Sri Minarti 2) 1) 2) Student

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. L Kadar Protein Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan bahwa penambahan gula aren dengan formulasi yang berbeda dalam pembuatan kecap manis air kelapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. antara kacang-kacangan tersebut, kedelai paling banyak digunakan sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. antara kacang-kacangan tersebut, kedelai paling banyak digunakan sebagai bahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia terdapat lebih dari 12.000 jenis kacang-kacangan, diantaranya kacang tanah, hijau, merah, jogo, kapri, koro, tolo, dan kedelai (Bakti, 2003). Di antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan telah membudaya di semua lapisan masyarakat, baik masyarakat perkotaan maupun pedesaan. Tempe mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekatul tidak banyak dikenal di masyarakat perkotaan, khususnya anak muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari beras yang terlepas saat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran masyarakat akan konsumsi ikan meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk masyarakat Indonesia karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki areal perkebunan jambu mete (Anacardium occidentale L.) seluas 560.813 ha, tersebar di propinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL PERLEBAHAN

LANGKAH-LANGKAH MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL PERLEBAHAN LANGKAH-LANGKAH MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL PERLEBAHAN Oleh : Kuntadi Pusat Litbang Konservasi Dan Rehabilitasi MANFAAT PERLEBAHAN Optimalisasi sumberdaya tumbuhan/tanaman (tanpa dimanfaatkan

Lebih terperinci

SIFAT FISIK DAN FUNGSIONAL TEPUNG PUTIH TELUR AYAM RAS DENGAN WAKTU DESUGARISASI BERBEDA SKRIPSI RATNA PUSPITASARI

SIFAT FISIK DAN FUNGSIONAL TEPUNG PUTIH TELUR AYAM RAS DENGAN WAKTU DESUGARISASI BERBEDA SKRIPSI RATNA PUSPITASARI SIFAT FISIK DAN FUNGSIONAL TEPUNG PUTIH TELUR AYAM RAS DENGAN WAKTU DESUGARISASI BERBEDA SKRIPSI RATNA PUSPITASARI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan jajanan sudah menjadi kebiasaan yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai golongan apapun

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

LOGO BAKING TITIS SARI

LOGO BAKING TITIS SARI LOGO BAKING TITIS SARI PENGERTIAN UMUM Proses pemanasan kering terhadap bahan pangan yang dilakukan untuk mengubah karakteristik sensorik sehingga lebih diterima konsumen KHUSUS Pemanasan adonan dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis unggas lokal yang berpotensi sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh masyarakat terutama yang bertempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai beranekaragam biji-bijian kacang polong yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan tempe seperti kacang merah, kacang hijau, kacang tanah, biji kecipir,

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS TERNAK LEBAH. Di susun oleh : Nama : Muammar Mufti NIM : Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS TERNAK LEBAH. Di susun oleh : Nama : Muammar Mufti NIM : Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS TERNAK LEBAH Di susun oleh : Nama : Muammar Mufti NIM : 07.12.2638 Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer AMIKOM YOGYAKARTA 2012 - Abstraksi Lebah merupakan insekta

Lebih terperinci

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium dan Kandang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas Laboratorium Lapang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang dilaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koya adalah bubuk atau serbuk gurih yang digunakan sebagai taburan pelengkap makanan (Handayani dan Marwanti, 2011). Bubuk koya ini pada umumnya sering ditambahkan pada

Lebih terperinci

Gambar 1. Koloni Trigona sp

Gambar 1. Koloni Trigona sp BUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA SP Oleh : Victor Winarto *) Rusmalia *) I. PENDAHULUAN Madu adalah salah satu produk primadona HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu) di Indonesia. Banyaknya manfaat madu bagi kesehatan,

Lebih terperinci

SIFAT KIMIA TEPUNG DAGING SAPI YANG DIBUAT DENGAN METODE PENGERINGAN YANG BERBEDA DAN SIFAT MIKROBIOLOGISNYA SELAMA PENYIMPANAN

SIFAT KIMIA TEPUNG DAGING SAPI YANG DIBUAT DENGAN METODE PENGERINGAN YANG BERBEDA DAN SIFAT MIKROBIOLOGISNYA SELAMA PENYIMPANAN SIFAT KIMIA TEPUNG DAGING SAPI YANG DIBUAT DENGAN METODE PENGERINGAN YANG BERBEDA DAN SIFAT MIKROBIOLOGISNYA SELAMA PENYIMPANAN SKRIPSI HARFAN TEGAS ADITYA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS

Lebih terperinci

BAHAN MAKANAN SETENGAH JADI

BAHAN MAKANAN SETENGAH JADI BAHAN MAKANAN SETENGAH JADI Definisi : * Bahan makanan olahan yang harus diolah kembali sebelum dikonsumsi manusia * Mengalami satu atau lebih proses pengolahan Keuntungan: * Masa simpan lebih panjang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN PRE-TREATMENT MADU

KARAKTERISTIK DAN PRE-TREATMENT MADU KARAKTERISTIK DAN PRE-TREATMENT MADU Firman Jaya 1 KARAKTERISTIK MADU SIFAT FISIK SIFAT KIMIA Sifat Higrokopis Tekanan Osmosis Kadar Air Warna Madu Karbohidrat Enzim Keasaman Komposisi Kimia Madu Granulasi

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PEMERIKSAAN KUALITAS MADU KOMERSIAL

KARYA ILMIAH PEMERIKSAAN KUALITAS MADU KOMERSIAL KARYA ILMIAH PEMERIKSAAN KUALITAS MADU KOMERSIAL Oleh: Sri Agung Fitri Kusuma, M.Si., Apt UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS FARMASI JANUARI 2009 LEMBAR PENGESAHAN KARYA ILMIAH PEMERIKSAAN KUALITAS MADU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Konsumsi tempe rata-rata per orang per

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Konsumsi tempe rata-rata per orang per BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia saat

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF METABOLISME NITROGEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL

STUDI KOMPARATIF METABOLISME NITROGEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL STUDI KOMPARATIF METABOLISME NITROGEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL SKRIPSI KHOERUNNISSA PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN KHOERUNNISSA.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Kapang Rhizopus oligosporus Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker & Moore (1996) adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Kelas Ordo

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Onggok Kering Terfermentasi Probiotik dalam Ransum Terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot Badan Ayam

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis IV. HASIL DA PEMBAHASA A. Penelitian Pendahuluan 1. Analisis Karakteristik Bahan Baku Kompos Nilai C/N bahan organik merupakan faktor yang penting dalam pengomposan. Aktivitas mikroorganisme dipertinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. populer di Indonesia. Buah dengan julukan The King of fruits ini termasuk dalam

BAB I PENDAHULUAN. populer di Indonesia. Buah dengan julukan The King of fruits ini termasuk dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Durian (Durio zibethinus murr) adalah salah satu buah yang sangat populer di Indonesia. Buah dengan julukan The King of fruits ini termasuk dalam famili Bombacaceae

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia karena rasanya disukai dan harganya jauh lebih murah di banding harga daging lainnya. Daging

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum sebagai substitusi bungkil kedelai terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI I. Pendahuluan Ternak ruminansia diklasifikasikan sebagai hewan herbivora karena

Lebih terperinci

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU Oleh: Gusti Setiavani, S.TP, M.P Staff Pengajar di STPP Medan Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa

Lebih terperinci

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. 1 I PEDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang kedelai (Glycine max) yang diolah melalui proses fermentasi oleh kapang. Secara umum,

Lebih terperinci

SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus)

SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus) SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus) SKRIPSI SRINOLA YANDIANA PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian dari keluarga rumput-rumputan. Jagung merupakan tanaman serealia yang menjadi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor II. TINJAUAN PUSTAKA A. TALAS Talas Bogor (Colocasia esculenta (L.) Schott) termasuk famili dari Araceae yang dapat tumbuh di daerah beriklim tropis, subtropis, dan sedang. Beberapa kultivarnya dapat beradaptasi

Lebih terperinci

Penggunaan Tepung Tempe, Tepung Kedelai dan Campurannya. sebagai Media Usar Tempe

Penggunaan Tepung Tempe, Tepung Kedelai dan Campurannya. sebagai Media Usar Tempe Penggunaan Tepung Tempe, Tepung Kedelai dan Campurannya sebagai Media Usar Tempe (The Use of Tempe, Soybean Flour and Both as a media of Tempe Starter) Oleh, Fitriana Wahyu Nugraheni NIM : 412011003 SKRIPSI

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Pakan Zat Penghambat Kerusakan Peralatan Bahan Kimia Tempat Penyimpanan

METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Pakan Zat Penghambat Kerusakan Peralatan Bahan Kimia Tempat Penyimpanan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, dimulai pada bulan September hingga bulan Desember 2008 dan berlokasi di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

PAPER BIOKIMIA PANGAN

PAPER BIOKIMIA PANGAN PAPER BIOKIMIA PANGAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia terkait erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari urusan sandang dan pangan, bahan bakar, obat-obatan sampai bahan konstruksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Berdasarkan hasil analisa proksimat, kandungan zat makanan ransum perlakuan disajikan pada Tabel 10. Terdapat adanya keragaman kandungan nutrien protein, abu

Lebih terperinci

Pengolahan hasil pertanian dalam pelatihan ini dimaksudkan untuk mengubah bentuk bahan baku menjadi bahan

Pengolahan hasil pertanian dalam pelatihan ini dimaksudkan untuk mengubah bentuk bahan baku menjadi bahan Pelatihan Kewirausahaan untuk Pemula olahan dengan memperhatikan nilai gizi dan memperpanjang umur simpan atau keawetan produk. Untuk meningkatkan keawetan produk dapat dilakukan dengan cara : (1) Alami

Lebih terperinci

PENAMBAHAN DAUN KATUK

PENAMBAHAN DAUN KATUK PENAMBAHAN DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr) DALAM RANSUM PENGARUHNYA TERHADAP SIFAT REPRODUKSI DAN PRODUKSI AIR SUSU MENCIT PUTIH (Mus musculus albinus) ARINDHINI D14103016 Skripsi ini merupakan

Lebih terperinci

DI BALI LILIK SEKOLAH

DI BALI LILIK SEKOLAH AKTIVITAS Apis cerana MENCARI POLEN dan IDENTIFIKASI POLEN DI PERLEBAHAN TRADISIONAL DI BALI LILIK MUNTAMAH SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pertambahan bobot (gram) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pengambilan data pertambahan biomassa cacing tanah dilakukan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis proksimat bahan uji sebelum dan sesudah diinkubasi disajikan pada Tabel 2. Hasil analisis proksimat pakan uji ditunjukkan pada Tabel 3. Sementara kecernaan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 2 Februari 2014 ISSN: 2302-3600 PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Kec. Binjai Kota Sumatera Utara. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 3 bulan dimulai dari bulan Oktober sampai

Lebih terperinci

UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA TEMPE DENGAN BAHAN DASAR JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata)

UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA TEMPE DENGAN BAHAN DASAR JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata) UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA TEMPE DENGAN BAHAN DASAR JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi Disusun Oleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki lahan pertanian cukup luas dengan hasil pertanian yang melimpah. Pisang merupakan salah

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS KOLONI LEBAH Apis mellifera dan Apis cerana YANG DIPELIHARA DI AREAL Acacia crassicarpa

TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS KOLONI LEBAH Apis mellifera dan Apis cerana YANG DIPELIHARA DI AREAL Acacia crassicarpa TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS KOLONI LEBAH Apis mellifera dan Apis cerana YANG DIPELIHARA DI AREAL Acacia crassicarpa A. Luas Hutan Tanaman khususnya HTI Nasional: Definitif : 9 juta Ha Target s/d

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien Biskuit Rumput Lapang dan Daun Jagung Komposisi nutrien diperlukan untuk mengetahui kandungan zat makanan yang terkandung di dalam biskuit daun jagung dan rumput

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempe Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa, dll merupakan bahan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempe Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa, dll merupakan bahan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempe Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa, dll merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk. (2015) kelinci dapat mengubah dan memanfaatkan bahan pakan kualitas rendah

Lebih terperinci