Penentuan Kriteria Pemilihan Lokasi IPAL Bersama Industri Tahu Tempe di Kelurahan Mojosongo dengan Pendekatan Fuzzy AHP
|
|
- Teguh Tedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Kusuma, H., Suletra, I. W., Priyadari, Y., & Jauhari, W. A. (2017). Penentuan Kriteria Pemilihan Lokasi IPAL Bersama Industri Tahu Tempe di Kelurahan Mojosongo dengan Pendekatan Fuzzy AHP. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. G22-29). Malang: Jurusan Teknik Industri Universitas Brawijaya. Penentuan Kriteria Pemilihan Lokasi IPAL Bersama Industri Tahu Tempe di Kelurahan Mojosongo dengan Pendekatan Fuzzy AHP Hansen Kusuma (1), I Wayan Suletra (2), Yusuf Priyadari (3), Wakhid Ahmad Jauhari (4) (1), (2), (3), (4) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami 36A, Jebres, Surakarta, (1) hansenkusuma@gmail.com, (2) suletra@stafft.uns.ac.id, (3) priyandari@ft.uns.ac.id, (4) wakhidjauhari@gmail.com ABSTRAK Kelurahan Mojosongo ditetapkan sebagai kawasan yang menjadi pusat industri kecil dan industri ringan pada Peraturan Daerah Kota Surakarta. Industri kecil dan industri ringan yang ada di Kelurahan Mojosongo adalah industri tahu, tempe dan sangkar burung. Pada industri tahu dan tempe, limbah cair hasil produksi langsung dibuang ke saluran pembuangan yang ada di pemukiman sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Limbah cair industri tahu tempe tersebut mengandung kadar bahan organik yang dapat diubah menjadi energi terbarukan yaitu biogas dengan bantuan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Dalam menentukan lokasi IPAL komunal yang optimal, ditentukan kriteria-kriteria yang sesuai dengan kondisi industri tahu tempe. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menentukan kriteria-kriteria yang tepat untuk pemilihan lokasi IPAL komunal industri tahu tempe sebagai dasar bagi Pemerintah Kota Surakarta untuk membuat keputusan. Penelitian ini dimulai dengan identifikasi kriteriakriteria pemilihan lokasi IPAL dari berbagai literatur dan melakukan Deep Interview kepada stakeholders untuk mengevaluasi kriteria-kriteria yang tidak ditemukan dari studi literautr. Kriteria-kriteria tersebut dipilih sesuai dengan kondisi yang ada dan kemudian dibentuk struktur hirarki permasalahannya. Struktur hirarki permasalahan tersebut dimasukan kedalam kuesioner tingkat kepentingan menggunakan skala likert yang disebarkan kepada stakeholders. Kriteria dan subkriteria hasil kuesioner tingkat kepentingan akan dianggap penting untuk menetukan lokasi IPAL komunal industri tahu tempe. Kriteria dan subkriteria yang terpilih akan dimasukan kedalam kuesioner lanjutan menggunakan skala linguistik untuk mendapatkan nilai bobot kriteria dan subkriteria. Pembobotan kriteria dan subkriteria diolah dengan menggunakan perbandingan berpasangan dan Fuzzy Analytic Hierarchy Process (FAHP). Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah terdapat 3 kelompok kriteria-kriteria dalam menentukan lokasi IPAL komuanl industri tahu tempe yaitu kriteria teknis, sosial, administratif dan masingmasing memiliki subkriteria dan bobotnya. Kriteria teknis memiliki bobot 41,57% dan terdiri dari 5 subkriteria, kriteria sosial memiliki 32,77% dan terdiri dari 5 subkriteria, kriteria administratif memiliki bobot 25,65% dan terdiri dari 2 subkriteria. Kata kunci fuzzy analythical hierarchy process, industri tahu tempe, kriteria dan subkriteria, menentukan lokasi IPAL komunal, I. PENDAHULUAN Kelurahan Mojosongo ditetapkan sebagai Subpusat Pelayanan Kota kawasan IV, yaitu salah satu kawasan yang menjadi pusat untuk industri kecil dan industri ringan dalam Peraturan Daerah Kota Surakarta nomor 1 pasal 14 tahun Industri kecil dan industri ringan yang ada di Kelurahan Mojosongo adalah industri tahu, tempe dan sangkar burung sesuai dengan Perda Kota Surakarta pasal 41 tahun Surat Keputusan Menteri Perindustrian nomor 291/M/SK/10/1989 menulis bahwa sebuah kawasan industri diwajibkan memiliki prasarana dan sarana seperti instalasi pengelolaan limbah air. Industri tahu tempe yang ada di Kelurahan Mojosongo belum mengelolah limbah cair hasil pengolahan tahu tempenya dan limbah yang dihasilkan langsung dibuang ke saluran pembuangan. Dampak yang ditimbulkan oleh limbah cair yang dihasilkan akan menimbulkan gangguan G-22
2 Penentuan Kriteria Pemilihan Lokasi IPAL Bersama Industri Tahu Tempe di Kelurahan Mojosongo dengan Pendekatan Fuzzy AHP terhadap kesehatan karena menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya kuman penyakit (Kaswinarni, 2007). Limbah padat industri tahu tempe dapat diolah kembali menjadi biogas yang menghasilkan gas metana sampai 54%-70% dalam proses pembusukan-nya (Kementrian Lingkungan Hidup, 2006). Pengelolaan limbah cair industri tahu tempe menjadi biogas dapat dilakukan dengan adanya Instalasi Pengolaan Air Limbah (IPAL) atau yang biasa disebut Wastewater Treatment Plant. Klaster industri kecil tahu tempe yang ada di Kelurahan Mojosongo ini tidak memiliki dana yang cukup untuk membangun IPAL tersebut. Oleh sebab itu, hal ini merupakan tugas dari Pemerintah Kota Surakarta sesuai dengan diberlakukannya UU No. 33 Tahun 2004, Pemerintah Daerah diberikan kewenangan lebih luas untuk mengelola dan mengembangkan wilayahnya, membawa implikasi semakin besarnya tanggung jawab dan tuntutan untuk menggali seluruh potensi sumber daya yang dimiliki daerah tersebut dalam rangka menopang perjalanan pembangunan di daerah masing-masing. Dalam menentukan lokasi IPAL ada banyak kriteria yang perlu dipertimbangkan. Kriteriakriteria yang dapat menjadi pertimbangan seperti penduduk yang dilayani, jarak dengan pemukiman, kemiringan lokasi, jenis tanah tata guna lahan, badan air penerima, bahaya banjir, legalitas lahan dan batas administrasi (, 2012). Secara umum kriteria-kriteria yang harus dipertimbangkan dapat dikelompokan menjadi 2 bentuk yaitu objektif dan subjektif. Oleh karena itu, penelitian ini akan menggunakan pendekatan pengambilan keputusan dengan multi kriteria yang biasa disebut Multi Criteria Decision Making (MCDM) terutama dengan metode Fuzzy Analythic Process dalam penyelesaiannya. Hasil penelitian ini adalah menentukan kriteria dan subkriteria beserta bobot masing-masing yang diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kota Surakarta dalam menilai alternatif lokasi IPAL. II. METODOLOGI Metodologi pada penelitian ini disusun dalam beberapa bagian. Bagian pertama yaitu studi literatur dari berbagai literatur yang membahas mengenai kriteria-kriteria dalam menentukan lokasi IPAL khususnya IPAL industri yang dapat menghasilkan biogas. Kriteria-kriteria yang sudah terkumpul pada proses studi literatur kemudian diolah dan dikelompokan menjadi kriteria dan subkriteria. Bagian kedua, peneliti melakukan Deep Interview kepada beberapa stakeholder yang mengusai tentang IPAL biogas industri tahu tempe. Deep Interview dilakukan untuk menggali kriteria dan subkriteria dari stakeholder yang belum didapat dari studi literatur. Selanjutnya, kriteria dan subkriteria dimasukin kedalam kuesioner dalam skala likert untuk menanyakan kepada stakeholder apakah kriteria dan subkriteria tersebut penting untuk menentukan lokasi IPAL komunal yang baik bagi industri tahu tempe di Kelurahan Mojosongo. Didalam kuesioner tingkat kepentingan ini, kriteria dan subkriteria yang dengan rataan nilai likert > 3,75 dianggap relevan atau terpilih (Kusniawati, 2006). Setelah kriteria dan subkriteria terpilih dari kuesioner tingkat kepentingan, permasalahan sudah dapat digambarkan menggunakan struktur hirariki. Kriteria dan subkriteria dilanjutkan dengan membuat kuesioner pembobotan yang disebarkan kepada stakeholder dengan menggunakan perbandingan berpasangan (pairwise comparison) dimana setiap kriteria akan dibandingan dengan kriteria lainnya begitu juga dengan subkriteria dalam setiap kriteria. Penilaian pembobotan pada kuesioner ini akan menggunakan skala linguistik dengan rentang nilai 1 sampai dengan 9. Data dari kuesioner ini kemudian dilakukan pengujian menggunakan uji konsisitensi untuk setiap stakeholder agar dapat diolah menggunakan Fuzzy Analytic Hierarchy Process (FAHP) dan menghasilkan nilai bobot dari setiap kriteria dan subkriteria. Uji konsistensi dimulai dengan melakukan rataan geometrik dengan persamaan (1) pada setiap skala linguistik perbandingan berpasangan. a ij = (Z 1, Z 2, Z 3,., Zn) 1/n (1) Vektor prioritas (eigen vector) didapat dari hasil penjumlahan nilai normalisasi hasil rataan geometik. Vektor prioritas digunakan untuk menghitung indeks konsistensi dengan persamaan (2) dan (3). λ maks = AX x n (2) G-23
3 Kusuma, Suletra, Priyandari dan Jauhari CI = (λ maks n) (n 1) Tahap selanjutnya adalah penentuan nilai rasio konsistensi. Rasio Konsistensi (CR) merupakan indeks konsistensi dengan indeks random konsistensi (RI) seperti pada persamaan (4). Batas ketidak konsistensian yang ditetapkan yaitu maksimal 10% (Saaty, 1996) CR = CI (4) RI Apabila setiap perbandingan berpasangan sudah menghasilkan nilai > dari 10% maka perbandingan berpasangan tersebut dapat dilanjutkan ke metode Fuzzy Hierarchy Process (FAHP). FAHP dimulai dengan mengubah perbandingan berpasangan ke bentuk Triangular Fuzzy Number (TFN) (Chang, 1992). Tabel 1 Fungsi Keanggotaan TFN Skala Fuzzy Nilai TFN Invers TFN Definisi 1 (1, 1, 1) (1, 1, 1) Sama penting 2 (1/2, 1, 3/2) (0,67; 1; 2) Pertengahan 3 (1, 3/2, 2) (0,5; 0,67; 1) Sedikit lebih penting 4 (3/2, 2, 5/2) (0,4; 0,5; 0,67) Pertengahan 5 (2, 5/2, 3) (0,33; 0,4; 0,5) Lebih penting 6 (5/2, 3, 7/2) (0,29; 0,33; 0,4) Pertengahan 7 (3, 7/2, 4) (0,25; 0,29; 0,33) Sangat penting 8 (7/2, 4, 9/2) (0,22; 0,25; 0,29) Pertengahan 9 (4, 9/2, 9/2) (0,22; 0,22; 0,25) Mutlak lebih penting Tahap selanjutnya menghitung nilai Fuzzy Synthetic Extent (FSE) yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang terkadang muncul dalam pengambilan keputusan terkait ketidak pastian penilaian kriteria. FSE dapat dihitung denga persamaan (5). i M gi S i = j=1 [ i=1 j=1 M gi ] 1 (5) Dari hasil pendekatan fuzzy yang kemudian dibobotkan, didapatkan nilai keanggotaan yang disebut degree of possibility. Degree of possibility dapat dilihat pada persamaan (6). 1, m 2 m 1 0, l 1 u 2 V (M 2 > M 1)= { l 1 u 2 (m 2 u 2 ) (m 1 l 1 ) j sebaliknya Normalisasi degree of possibility tersbut akan menghasilkan bobot bilangan crisp yang bersifat non-fuzzy. Tahap ini merupakan proses defuzzifikasi untuk mengubah bilangan dalam vektor menjadi non-fuzzy (crisp) sehingga dapat menjadi analog bobot kriteria dan subkriteria. (3) (6) III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari studi literatur, didapatkan kriteria-kriteria yang dapat menentukan lokasi IPAL. Kriteria-kriteria tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Kriteria Hasil Studi Literatur Kriteria Definisi Sumber Subsidi Pemerintah Jarak dari sumber limbah ke IPAL Semakin banyak bantuan pemerintah terhadap suatu daerah maka semakin rendah tingkat ekonomi daerah tersebut semakin rendah pula kepedulian akan lingkungan sekitar. Semakin kecil jarak sumber limbah dengan IPAL maka semakin layak untuk didirikan IPAL. Hal ini terkait dengan rencana pembangunan dan perpipaan. Kementrian Kesehatan (2011) G-24
4 Penentuan Kriteria Pemilihan Lokasi IPAL Bersama Industri Tahu Tempe di Kelurahan Mojosongo dengan Pendekatan Fuzzy AHP Tabel 2 Kriteria Hasil Studi Literatur (Lanjutan) Kriteria Definisi Sumber Debit Limbah Beban Lingkungan Jarak dari IPAL ke sumber air bersih Jenis Tanah Ketinggian (elevasi) lahan Kemiringan lahan Jarak dari IPAL ke Pemukiman Jarak dari IPAL ke Sumber Pembuangan Legalitas Lahan Tata Guna Lahan Batas Administrasi jalan Akses Jalan Bisa dikembangkan untuk kedepan Sistem dan Teknologi IPAL Kondisi ekonomi wilayah Biaya Investasi Biaya operasional dan perawatan Kelembagaan pemerintah dan UMKM Pendidikan Jumlah Penduduk yang dilayani Debit limbah yang dikeluarkan akan mempengaruhi kapasitas yang harus dimiliki oleh IPAL agar dapat menampung semua limbah yang ada. Semakin banyak kali dengan kualitas air yang melebihi baku mutu melintasi suatu desa atau kelurahan, maka semakin berat beban lingkungan di desa atau kelurahan tersebut. Untuk menghindari pencemaran air bersih lokasi pengolahan air limbah tidak diperbolehkan dekat dengan badan air. Semakin besar ukuran diameternya semakin kurang baik untuk pondasi suatu struktur bangunan, termasuk struktur bangunan IPAL (, 2012). Tapi semakin tinggi elevasi tanah suatu permukaan, maka mudah untuk mengalirkan limbah tersebut secara gravitasi. Semakin tinggi kemiringan lahan, semakin tidak baik dalam pengaliran limbah dengan sistem perpipaan (, 2012). Semakin dekat wilayah pelayanan yang dilayani oleh sebuah IPAL, maka semakin efisien pelayanan yang diberikan oleh IPAL tersebut. Semakin dekat lokasi IPAL dengan saluran pembuangan atau badan air maka memudahkan operasional pembuangan limbah hasil olahan IPAL. Legalitas lahan yang akan dijadikan lokasi IPAL merupakan kesesuaian lahan yang ada dengan pengembangan suatu wilayah yang tertera dalam RUTR / RTRW-nya. Pemilihan lokasi IPAL pada wilayah yang mempunyai tata guna lahan paling minim menimbulkan dampak negatif pada penduduk wilayah kota tersebut yang dapat ditimbulkan reaksi negatif dari penduduk. Sarana IPAL lebih baiknya terletak pada wilayah administrasi daerah tersebut (, 2012). Jalan akses ke lokasi memungkinkan untuk pemeliharaan dan pengoperasian IPAL. Pengembangan yang dimaksud adalah penambahan kapasitas dan pengembangan dari sistem perpipaan. Sistem dan teknologi pada IPAL berpengaruh terhadap lokasi yang altertatif perencanaan pembangunan IPAL Semakin tinggi tingkat ekonomi suatu daerah maka semakin tinggi pula tingkat kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pembangunan IPAL Biaya yang dikeluarkan untuk mengadakan suatu aktivitas/usaha. Biaya operasional berhubungan dengan operasi. Apabila UMKM sudah menjada lembaga hukum maka akan mempermudah pemerintah untuk membantu misal dengan memberikan dana hibah. Semakin tingginya tingkat pendidikan penduduk, maka semakin layak untuk didirikan IPAL. Hal ini terkait dengan kesadaran masyarakat yang tinggi terhadap lingkungan. Semakin besar jumlah penduduknya, semakin besar pula bobot yang diberikan karena IPAL akan membawa dampak dengan pelayanan yang dilakukan. Saleh (2014) Mende (2015) Saleh (2014) Mende (2015) Kementrian PUPR (2016) Kementrian PUPR (2016) Kurniawan Kurniawan Kurniawan Kurniawan G-25
5 Kusuma, Suletra, Priyandari dan Jauhari Tabel 2 Kriteria Hasil Studi Literatur (Lanjutan) Kriteria Definisi Sumber Dukungan Masyarakat Badan air Penerima Bahaya Banjir Persetujuan yang diberikan masyarakat sekitar untuk dibangunnya IPAL dilokasi harus dijadikan pertimbangan. Sungai yang menjadi tempat pembuangan akhir pengolahan dibagi menurut peruntukan air sungainya. Peruntukan air sungai adalah status pemanfaatan dan fungsi dari suatu badan air. Suatu wilayah bila tidak terkena banjir, semakin baik pertimbangannya dalam pemilihan lokasi IPAL. Mende (2015) Mende (2015) Dari hasil Deep Interview yang dilakukan, didapatkan kriteria dan subkriteria yang terdiri dari tiga kriteria dan memiliki subkriteria masing-masing yang dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memilih loksi IPAL komunal industri tahu tempe. Kriteria dan subkriteria hasil Deep Interview dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Kriteria dan Subkriteria Hasil Deep Interview Kriteria Teknis Administratif Sosial Subkriteria Jarak lokasi IPAL dari lokasi sumber limbah Ketinggian (elevasi) lokasi IPAL Jarak lokasi IPAL ke pembuangan Resiko Bahaya Banjir Jumlah IKM yang dapat ditampung Akses Jalan Kemiringan lahan rata rata Tata Guna Lahan Legalitas Lahan Penerimaan Masyarakat Komitmen IKM berkontibusi dalam biaya perawatan Komitmen IKM dalam mematuhi SOP penyaluran limbah Perizinan Usaha IKM Jumlah IKM yang dilayani Dari hasil kuesioner tingkat kepentingan yang disebarkan kepada stakeholder, didapatkan tiga subkriteria yang menurut stakeholders kurang penting dan harus dihilangkan. Subkriteria tersebut adalah akses jalan, perizinan usaha IKM dan jarak lokasi IPAL dari sumber pembuangan. Namun untuk subkriteria perizinan usaha IKM tidak dihilangkan oleh peneliti karena menurut salah 1 stakeholders itu merupakan syarat penting bagi IKM apabila ingin menerima bantuan IPAL dari pemerintah. Kriteria dan subkriteria yang sudah terpilih selanjutnya diolah membentuk struktur hirarki permasalahan yang dapat dilihat pada Gambar1. Gambar 1 Struktur Hirarki Permasalahan G-26
6 Penentuan Kriteria Pemilihan Lokasi IPAL Bersama Industri Tahu Tempe di Kelurahan Mojosongo dengan Pendekatan Fuzzy AHP Setelah disebarkannya kuesioner pembobotan, peneliti akan mendapat nilai perbandingan berpasangan antara kriteria dan subkriteria. Nilai tersebut akan diuji kekonsistensiannya diawali dengan melakukan rataan geomtrik seperti pada persamaan (1) sehingga menghasilkan bobot (Eigen Vector) yang dilanjutkan dengan menghitung nilai rasio konsistensi (CR) dengan persamaan (2), (3) dan (4). Hasil uji konsistensi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil Uji Konsistensi λmax 3,094 CI 0,047 RI 0,6 CR 0,078 Apabila semua stakeholder menjawab kuesioner dengan konsisten, maka tahap selanjutnya adalah mengubah matriks perbandingan berpasangan menjadi skala Tringaular Fuzzy Number (TFN) seperti pada Tabel 1. Hasil konversi ke TFN ditampilkan pada Tabel 5. Tabel 5 Matriks Triangular Fuzzy Number Sosial Teknis Administratif l m u l m u l m u Sosial ,00 1,00 1,00 1,00 1,50 2,00 Teknis 1,00 1,00 1, ,00 1,50 2,00 Administratif 0,50 0,67 1,00 0,50 0,67 1, Fuzzy Synthetic Extent (FSE) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (5). Hasil yang didapat dari perhitungan FSE akan ditampilkan pada Tabel 6 Tabel 6 Nilai Fuzzy Synthetic Extent (FSE) Σl Σm Σu Sosial 0,27 0,38 0,50 Teknis 0,27 0,38 0,50 Non-Teknis 0,18 0,25 0,38 Dari hasil FSE, degree of possibility dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (6). Kemudian normalisasi dari degree of possibility tersebut akan menghasilkan nilai bobot dari kriteria maupan subkriteria. Hasil yang didapat dari perhitungan akan ditampilkan pada Tabel 7. Tabel 7 Nilai Degree of Possibility Teknis Sosial Administratif Min Bobot Teknis 1,00 1,00 1,00 1,00 41,57% Social 0,79 1,00 1,00 0,79 32,77% Administratif 0,62 0,86 1,00 0,62 25,65% Jumlah 2,41 1,00 Hasil pembobot kriteria dan subkriteria untuk memilih lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal untuk industri tahu tempe akan ditampilkan pada Tabel 8. G-27
7 Kusuma, Suletra, Priyandari dan Jauhari Tabel 8. Nilai Bobot Kriteria dan Subkriteria Kriteria Sosial Bobot Subkriteria a Jarak lokasi IPAL dari lokasi sumber limbah 16,62% b Ketinggian (elevasi) lokasi IPAL 22,49% c Resiko Bahaya Banjir 20,33% d Jumlah IKM yang dapat ditampung 24,72% e Kemiringan lahan rata rata 15,16% Teknis a Penerimaan Masyarakat 8,21% b Komitmen IKM berkontibusi dalam biaya perawatan 26,47% c Komitmen IKM dalam mematuhi SOP penyaluran limbah 19,79% d Perizinan Usaha IKM 20,02% e Jumlah IKM yang dilayani 25,51% Administratif a Tata Guna Lahan 44,44% b Legalitas Lahan 55,56% Bobot Kriteria 32,77% 41,57% 25,65% Total 100,00% IV. PENUTUP Pada tahap tingkat kepentingan kriteria dan subkriteria didapatkan bahwa kriteria yang dianggap penting dalam menentukan lokasi IPAL industri tahu tempe di Kelurahan Mojosongo adalah kriteria teknis, sosial, dan adminsitratif. Pada kriteria teknis terdiri dari 5 subkriteria, kriteria sosial terdiri dari 5 subkriteria dan kriteria administratif terdiri dari 2 subkriteria. Hasil yang didapat pada pembobotan setiap kriteria dengan menggunakan Fuzzy Analytic Hierarchy Process (FAHP) adalah kriteria sosial 41,57%, kriteria teknis 32,77%, kriteria administratif 25,65%. DAFTAR PUSTAKA Anshori, Y., 2012, Pendekatan Triangular Fuzzy Number Dalam Metode Analiytic Hierarcy Process, Jurnal Ilmiah Foristek, Vol. 2 No. 1, Palu: Universitas Tadulako. Chang, D.Y., 1992, Extent Analysis and Synthetic Decision, Optimization Techniques and Applications, Singapura: World Scientific. Departemen Keuangan, 2004, Undang-Undang Republik Indonesia No. 33 tentang Peraturan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Jakarta: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Kaswinarni, F., 2007, Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat dan Cair Industri Tahu, Thesis. Semarang: Universitas Diponegoro. Kementrian Lingkungan Hidup, 2006, Pedoman Pemanfaatan dan Pengolahan Limbah Tahu Tempe, Jakarta: Kementrian Lingkungan Hidup. Kusniawati. 2011, Analis Faktor Yang Berkontribusi Terhadap Selfcare Diabetes pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Tangerang, Thesis, Jakarta: Universitas Indonesia. Kusumadewi, S., dan Purnomo, H Aplikasi Logika Fuzzy untuk Pendukung Keputusan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Kusumadewi, S., Hartati, S., Harjoko, A., Wardoyo, R., 2006, Fuzzy Multi Attribute Decision Making (FUZZY MADM), Edisi pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu. Menteri Perindustrian Republik Indonesia, 1989, Surat Keputusan Menteri Perindustrian nomor 291/M/SK/10/1989 tentang Tata Cara Perizinan dan Standar Teknis. Menteri Perindustrian Republik Indonesia. G-28
8 Penentuan Kriteria Pemilihan Lokasi IPAL Bersama Industri Tahu Tempe di Kelurahan Mojosongo dengan Pendekatan Fuzzy AHP Peraturan Daerah Kota Surakarta, 2012, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta, Surakarta: Walikota Surakarta. Saaty, T. L., 1993, Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks, Seri Manajemen No. 134, Pustaka Binama Pressindo. Saaty, T.L., 1994, Fundamental of Decision Making and Priority Theory with the Analytical Hierarchy Process, Pittsburg: RWS Publications., 2012, Tata Cara Pemilihan Lokasi IPLT dan IPAL dengan Menggunakan Sistem Skor, Jurnal Teknologi Lingkungan, Edisi Hari Lingkungan Hidup, hlm , Jakarta: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Yan, J., Ryan, M., Power, J., 1994, Using Fuzzy Logic, Prentice Hall, New York. G-29
PEMILIHAN LOKASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) KOMUNAL DENGAN METODE FUZZY TOPSIS (STUDI KASUS : SENTRA INDUSTRI TAHU DESA WIROGUNAN)
C.21 PEMILIHAN LOKASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) KOMUNAL DENGAN METODE FUZZY TOPSIS (STUDI KASUS : SENTRA INDUSTRI TAHU DESA WIROGUNAN) Anindya Rizky Kefaningrum *, I Wayan Suletra, Eko Liquiddanu
Lebih terperinciPenentuan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal di Sentra Industri Tahu Dusun Purwogondo, Kelurahan Kartasura
Petunjuk Sitasi: Nugraha, E. Y., Suletra, I. W., & Liquiddanu, E. (2017). Penentuan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal di Sentra Industri Tahu Dusun Purwogondo, Kelurahan Kartasura.
Lebih terperinciEVALUASI KEKRITISAN KOMPONEN MESIN CETAK DI PT. SOLO GRAFIKA UTAMA
Evaluasi Kekritisan Komponen Mesin Cetak... (Widyaningrum dkk) EVALUASI KEKRITISAN KOMPONEN MESIN CETAK DI PT. SOLO GRAFIKA UTAMA Dian Novita Widyaningrum *, I Wayan Suletra, Eko Liquiddanu Program Studi
Lebih terperinciPENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN NASABAH KARTU KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DENGAN METODE FUZZY ANALYTIC HIERARCHY PROCESS
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN NASABAH KARTU KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DENGAN METODE FUZZY ANALYTIC HIERARCHY PROCESS Fratika Aprilia Purisabara, Titin Sri Martini, dan Mania Roswitha Program
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan nomos. Oikos berarti rumah tangga, nomos berarti aturan. Sehingga
Lebih terperinciPERBANDINGAN PENENTUAN PEMBOBOTAN EVALUASI TEKNIS JASA KONSULTANSI MENGGUNAKAN METODE AHP DAN FUZZY
PERBANDINGAN PENENTUAN PEMBOBOTAN EVALUASI TEKNIS JASA KONSULTANSI MENGGUNAKAN METODE AHP DAN FUZZY M. Adhitya Verdian 1 Mahasiswa Magister Teknik Sipil Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi Program
Lebih terperinciPENERAPAN FUZZY ANALYTICAL NETWORK PROCESS DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN
PENERAPAN FUZZY ANALYTICAL NETWORK PROCESS DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN Oleh : Manis Oktavia 1209 100 024 Dosen Pembimbing : Drs. I Gusti Ngurah Rai Usadha, M.Si Sidang Tugas Akhir - 2013
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR KEBERHASILAN AGROINDUSTRI KAKAO BERKELANJUTAN DI SUMATERA BARAT MENGGUNAKAN PENDEKATAN FUZZY AHP
ANALISIS FAKTOR KEBERHASILAN AGROINDUSTRI KAKAO BERKELANJUTAN DI SUMATERA BARAT MENGGUNAKAN PENDEKATAN FUZZY AHP Universitas Dharma Andalas Email: dewi.a@unidha.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk
Lebih terperinciANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)
Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 10, No. 1, Juni 2011 ISSN 1412-6869 ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Pendahuluan Ngatawi 1 dan Ira Setyaningsih 2 Abstrak:
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytical Hierarchy Process (AHP) Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah salah satu metode dari Multi Criteria Decision Making (MCDM) yang dikembangkan oleh Prof. Thomas Lorie
Lebih terperinciAPLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN
Indriyati APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN Indriyati Program Studi Teknik Informatika Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Abstrak Dalam era globalisasi dunia pendidikan memegang peranan
Lebih terperinciKuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016
1 Kuliah 11 Metode Analytical Hierarchy Process Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi METODE AHP 2 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Analytical Network Process (ANP) dapat digunakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan satu usaha Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dalam meningkatkan potensi daerah yang mengalami perkembangan sangat pesat. Perkembangan pariwisata
Lebih terperinciPENENTUAN FAKTOR PRIORITAS MAHASISWA DALAM MEMILIH TELEPON SELULER MERK BLACKBERRY DENGAN FUZZY AHP ABSTRAK
JURNAL GAUSSIAN, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 73-82 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENENTUAN FAKTOR PRIORITAS MAHASISWA DALAM MEMILIH TELEPON SELULER MERK BLACKBERRY
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI PENENTUAN LOKASI TPA SAMPAH MENGGUNAKAN METODE AHP Studi Kasus: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang
SISTEM INFORMASI PENENTUAN LOKASI TPA SAMPAH MENGGUNAKAN METODE AHP Studi Kasus: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang Febiana Putri Mentari, Ely Setyo Astuti 1, Rosa Andrie Asmara 2 Program Studi
Lebih terperinciKata kunci : Manajemen risiko lingkungan, Pengelolaan lumpur B3, fuzzy AHP
PENILAIAN RISIKO LINGKUNGAN DENGAN FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (FAHP) PADA MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN LUMPUR BERBAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DARI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) (STUDI
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau
Lebih terperinciPEDEKATAN MODEL FUZZY TIME SERIES DENGAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS UNTUK PERAMALAN MAHASISWA BERPRESTASI
PEDEKATAN MODEL FUZZY TIME SERIES DENGAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS UNTUK PERAMALAN MAHASISWA BERPRESTASI Rahmad Syah Jurusan Teknik Informatika, sekolah tinggi teknik harapan Jln. H.M Joni, Sumatera Utara,
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Sumber kerumitan masalah keputusan bukan hanya dikarenakan faktor ketidakpasatian atau ketidaksempurnaan informasi saja. Namun masih terdapat penyebab
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang tujuannya untuk menyajikan
Lebih terperinciMODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005 MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Malikulsaleh
Lebih terperinciPERBAIKAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DAN FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
PERBAIKAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DAN FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Yandra Rahadian Perdana Jurusan Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Lebih terperinciANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS
ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS Muhammad Yusuf Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Email : yusuf@akprind.ac.id ABSTRAK Pemilihan lokasi yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Studi Menurut penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti terdahulu, hasil menunjukkan berbagai pandangan tentang metode Fuzzy Analytical Hierarchy
Lebih terperinci2.3.1 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Penetapan Kriteria dan Sub Kriteria Pemilihan Pemasok Analytic Hierarchy Process
ABSTRAK UD Bandung Textile adalah merupakan unit dagang untuk penjualan kain yang menjual kain di kota Bandung. UD Bandung Textile didirikan pada tahun 1995 dengan menjual beberapa jenis kain yaitu bahan
Lebih terperinciANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)
ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS) M.Fajar Nurwildani Dosen Prodi Teknik Industri, Universitasa Pancasakti,
Lebih terperinciPENERAPAN METODE FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM MENENTUKAN SUPPLIER OBAT
1 PENERAPAN METODE FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM MENENTUKAN SUPPLIER OBAT Ulva Nuraini, Achmad Wahid Kurniawan, S.Si, M.Kom Jurusan Teknik Informatika FIK UDINUS, Jl. Nakula No. 5-11 Semarang-50131
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional
6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional Pariwisata merupakan kegiatan perjalanan untuk rekreasi dengan mengunjungi tempat-tempat wisata seperti gunung, pantai, perkotaan, dan
Lebih terperinciPEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Mohamad Aulady 1) dan Yudha Pratama 2) 1,2) Program Studi Teknik Sipil FTSP ITATS Jl. Arief Rahman
Lebih terperinciAPLIKASI FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN PRIORITAS PELANGGAN BERKUNJUNG KE GALERI (Studi Kasus di Secondhand Semarang)
ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman 239-248 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian APLIKASI FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN
Lebih terperinciPENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA
PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA Virgeovani Hermawan 1 1 Mahasiswa Magister Teknik Sipil Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi
Lebih terperinciPENENTUAN FAKTOR PRIORITAS MAHASISWA DALAM MEMILIH TELEPON SELULER MERK BLACKBERRY DENGAN FUZZY AHP. Hanien Nia H Shega, Rita Rahmawati, Hasbi Yasin 3
PENENTUAN FAKTOR PRIORITAS MAHASISWA DALAM MEMILIH TELEPON SELULER MERK BLACKBERRY DENGAN FUZZY AHP Hanien Nia H Shega, Rita Rahmawati, Hasbi Yasin 3 Mahasiswa Jurusan Statistika FSM Universitas Diponegoro,3
Lebih terperinciAplikasi Fuzzy Analytical Hierarchy Process Dalam Seleksi Karyawan (Studi Kasus: Pemilihan Staf Administrasi Di PT. XYZ)
J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-605X Vol. 2, No. 1, May. 2005, 17 26 Aplikasi Fuzzy Analytical Hierarchy Process Dalam Seleksi Karyawan (Studi Kasus: Pemilihan Staf Administrasi Di PT. XYZ) Mardlijah,
Lebih terperinciISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014
PENERAPAN METODE TOPSIS DAN AHP PADA SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENERIMAAN ANGGOTA BARU, STUDI KASUS: IKATAN MAHASISWA SISTEM INFORMASI STMIK MIKROSKIL MEDAN Gunawan 1, Fandi Halim 2, Wilson 3 Program
Lebih terperinciPENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA Desy Damayanti Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Ria Asih Aryani Soemitro Dosen Pembina Magister Manajemen Aset FTSP
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT SANSAN SAUDARATEX JAYA
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT SANSAN SAUDARATEX JAYA Deni Andrianto 1), Eddie Krishna Putra 2), Fajri Rakhmat
Lebih terperinciPENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI
PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI Dwi Nurul Izzhati Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang 50131 E-mail : dwinurul@dosen.dinus.ac.id
Lebih terperinciSistem Pengukuran Kinerja Sumber Daya Manusia Mengunakan Metode ANP-TOPSIS
Sistem Pengukuran Kinerja Sumber Daya Manusia Mengunakan Metode ANP-TOPSIS Moh Ramdhan Arif Kaluku 1, Nikmasari Pakaya 2 Jurusan Teknik Informastika Universitas Negeri Gorontalo Gorontalo, Indonesia 1
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Definisi Model. Representasi sistem atau masalah berdasarkan model dapat dilakukan dengan berbagai macam tingkat abstraksi.
BAB 2 LANDASAN TEORI Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga berfungsi sebagai dasar untuk memberi jawaban
Lebih terperinciPENERAPAN AHP (ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS) UNTUK MEMAKSIMALKAN PEMILIHAN VENDOR PELAYANAN TEKNIK DI PT. PLN (PERSERO) AREA BANYUWANGI
PENERAPAN AHP (ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS) UNTUK MEMAKSIMALKAN PEMILIHAN VENDOR PELAYANAN TEKNIK DI PT. PLN (PERSERO) AREA BANYUWANGI Harliwanti Prisilia Jurusan Teknik Industri Universitas 17 Agustus
Lebih terperinciPEMILIHAN LOKASI SUMBER MATA AIR UNTUK PEMBANGUNAN JARINGAN AIR BERSIH PEDESAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE TOPSIS
PEMILIHAN LOKASI SUMBER MATA AIR UNTUK PEMBANGUNAN JARINGAN AIR BERSIH PEDESAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE TOPSIS Nofi Aditya Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi, Program Studi Teknik Sipil Pascasarjana
Lebih terperinciANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX
ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX Daniar Dwi Pratiwi 1, Erwin Budi Setiawan 2, Fhira Nhita 3 1,2,3 Prodi Ilmu Komputasi
Lebih terperinciIMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas
IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknik dan Ilmu
Lebih terperinciANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT Multi-Attribute Decision Making (MADM) Permasalahan untuk pencarian terhadap solusi terbaik dari sejumlah alternatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik,
Lebih terperinciPemilihan Pemasok Drum Pelumas Industri Menggunakan Fuzzy Analytical Hierarchy Process (Studi Kasus: PT. Pertamina Pusat dan Production Unit Gresik)
Performa (0) Vol., No. : 67-74 Pemilihan Pemasok Drum Pelumas Industri Menggunakan Fuzzy Analytical Hierarchy Process (Studi Kasus: PT. Pertamina Pusat dan Production Unit Gresik) D. A. Mardhikawarih ),
Lebih terperinciBab 3 Kerangka Pemecahan Masalah
Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah 3.1. Flowchart Penelitian Agar penelitian ini berjalan dengan sistematis, maka sebelumnya peneliti membuat perencanaan tentang langkah-langkah pemecahan masalah yang akan
Lebih terperinciPEMILIHAN GURU BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE AHP DAN TOPSIS
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 PEMILIHAN GURU BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE AHP DAN TOPSIS Juliyanti 1,
Lebih terperinciPENDEKATAN TRIANGULAR FUZZY NUMBER DALAM METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS
PENDEKATAN TRIANGULAR FUZZY NUMBER DALAM METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS Yusuf Anshori Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Tadulako email : iyus.jr@gmail.com Abstract - The study
Lebih terperinciBAB III METODE FUZZY ANP DAN TOPSIS
BAB III METODE FUZZY ANP DAN TOPSIS 3.1 Penggunaan Konsep Fuzzy Apabila skala penilaian menggunakan variabel linguistik maka harus dilakukan proses pengubahan variabel linguistik ke dalam bilangan fuzzy.
Lebih terperinciRANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN
RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN Yosep Agus Pranoto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor mulai Desember 2010 Maret 2011. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan
Lebih terperinciBIJI PLASTIK PADA PT. MEGA ANDALAN PLASTIK INDUSTRI DENGAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS
PEMILIHAN SUPPLIER BIJI PLASTIK PADA PT. MEGA ANDALAN PLASTIK INDUSTRI DENGAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) DAN FUZZY ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (FUZZY AHP) TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pendukung Keputusan merupakan suatu sistem interaktif yang mendukung kepututsan dalam proses pengambilan keputusan melalui alternatif-alternatif
Lebih terperinciPenerapan Metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (F-AHP) Untuk Menentukan Besar Pinjaman Pada Koperasi
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 4, April 2018, hlm. 1761-1767 http://j-ptiik.ub.ac.id Penerapan Metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (F-AHP)
Lebih terperinciBAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)
BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK 3.1 Pengertian Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) pertama kali dikembangkan oleh Thomas Lorie Saaty dari Wharton
Lebih terperinciTechno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013:
Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013: 223-230 MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KARYAWAN PADA INSTANSI KESATUAN BANGSA POLITIK DAN PELINDUNGAN MASYARAKAT
Lebih terperinciDAFTAR ISI. PERSETUJUAN SKRIPSI... ii. PENGESAHANDEWAN PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iv
DAFTAR ISI PERSETUJUAN SKRIPSI... ii PENGESAHANDEWAN PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iv PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... v UCAPAN TERIMA KASIH...
Lebih terperinciNany Helfira, Manyuk Fauzi, Ari Sandhyavitri
IDENTIFIKASI PARAMETER DALAM PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN MASALAH SISTEM DRAINASE DI WILAYAH KOTA PEKANBARU MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCY PROCESS (AHP) Nany Helfira, Manyuk Fauzi, Ari Sandhyavitri
Lebih terperinciJURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3 TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER METALLIC BOX MENGGUNAKAN FUZZY ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Kasus: PT XYZ Malang) SUPPLIER SELECTION ANALYSIS OF METALLIC BOX USING FUZZY ANALYTIC HIERARCHY PROCESS
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI LAMPUNG TENGAH MENGGUNAKAN ANALITICAL HIERARCHY PROCESS
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI LAMPUNG TENGAH MENGGUNAKAN ANALITICAL HIERARCHY PROCESS (A HP) Heri Nurdiyanto 1), Heryanita Meilia 2) 1) Teknik
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA PEMASOK BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (F-AHP) (Studi Kasus : PTPN XIII)
EVALUASI KINERJA PEMASOK BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (F-AHP) (Studi Kasus : PTPN XIII) Skripsi Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Untuk Memenuhi
Lebih terperinciJURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI
JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI ANALISIS RISIKO PELAKSANAAN PEKERJAAN MENGGUNAKAN KONTRAK UNIT PRICE (Studi Kasus: Peningkatan dan Pelebaran Aset Infrastruktur Jalan Alai-By Pass Kota Padang Sebagai Jalur
Lebih terperinciP11 AHP. A. Sidiq P.
P11 AHP A. Sidiq P. http://sidiq.mercubuana-yogya.ac.id Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Tujuan Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan
Lebih terperinciFasilitas Penempatan Vektor Eigen (yang dinormalkan ) Gaji 0,648 0,571 0,727 0,471 0,604 Jenjang 0,108 0,095 0,061 0,118 0,096
PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERUSAHAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) SEBAGAI TEMPAT KERJA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (USU) 1. Permasalahan Pemilihan Perusahaan
Lebih terperinciPEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Dahriani Hakim Tanjung Sistem Informasi, Teknik dan Ilmu Kompuer, Universitas Potensi Utama JL. KL. Yos Sudarso
Lebih terperinciRANCANG BANGUN SISTEM PENILAIAN KINERJA IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (FAHP) DAN FUZZY MCDA
RANCANG BANGUN SISTEM PENILAIAN KINERJA IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (FAHP) DAN FUZZY MCDA Diah Asri Sawitri a, Nadjadji Anwar b, Supani c Program Pasca Sarjana
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR TI BAHREN, MUNAR a Jurusan Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Almuslim Jln. Almuslim Tlp.
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 70 an ketika di Warston school. Metode AHP merupakan salah
Lebih terperinciPENENTUAN PENINGKATAN BESARAN BANDWIDTH INTERNET MENGGUNAKAN METODE FUZZY AHP DAN TOPSIS
PENENTUAN PENINGKATAN BESARAN BANDWIDTH INTERNET MENGGUNAKAN METODE FUZZY AHP DAN TOPSIS Rizka Hadiwiyanti 1) Abrianto Nugraha 2) E-mail : 1) rizhadiwiyanti.si@upnjatim.ac.id, 2) abriantonugraha@gmail.com
Lebih terperinciSistem Pendukung Keputusan Pemilihan Karyawan Terbaik Menggunakan Metode AHP
48 Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Karyawan Terbaik Menggunakan Metode AHP Bayu Setyawan Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik Universitas 45 Surabaya Email : bay_setyawan@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini dijelaskan tentang tampilan hasil dari sistem pendukung keputusan penentuan kenaikan kelas pada SMA Ar Rahman dengan sistem yang dibangun dapat
Lebih terperinciPenentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP)
Penentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP) Agung Baitul Hikmah 1, Herlan Sutisna 2 1 AMIK BSI Tasikmalaya e-mail: agung.abl@ac.id 2 Universitas
Lebih terperinciDesain Sistem Beasiswa Menggunakan Metode fuzzy
Desain Sistem Beasiswa Menggunakan Metode fuzzy Richki Hardi Program Studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi (STITEK) Bontang Jl Ir H Juanda No. 73 RT 36 Bontang, Indonesia richkihardi@gmail.com
Lebih terperinciAPLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PENENTUAN PRODUK UNGGULAN DAERAH MENGGUNAKAN FAHP DAN ELECTRE II
APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PENENTUAN PRODUK UNGGULAN DAERAH MENGGUNAKAN FAHP DAN ELECTRE II Andharini Dwi Cahyani Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik Universitas Trunojoyo
Lebih terperinciPenerapan Metode Multi Attribute Decision Making) MADM- (Weighted Product) WP dalam Pemilihan Supplier di PT. XYZ
Penerapan Metode Multi Attribute Decision Making) MADM- (Weighted Product) WP dalam Pemilihan Supplier di PT. XYZ Suhartanto 1, Putiri Bhuana Katili 2, Hadi Setiawan 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri, Fakultas
Lebih terperinciANALISA TRIANGULAR FUZZY NUMBER DALAM PERANCANGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)
ANALISA TRIANGULAR FUZZY NUMBER DALAM PERANCANGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Krisnadhi Hariyanto 6 Abstract: The study aims to design decision support system using triangular fuzzy number
Lebih terperinciANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)
ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Sunggito Oyama 1, Ernawati 2, Paulus Mudjihartono 3 1,2,3) Jurusan Teknik Informatika,
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA DALAM PEMILIHAN TEMPAT KERJA MELALUI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)
JIMT Vol. 12 No. 2 Desember 2016 (Hal 160-171) ISSN : 2450 766X FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA DALAM PEMILIHAN TEMPAT KERJA MELALUI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) E. Salim 1, S. Musdalifah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Obyek pada penelitian ini adalah CV. Bagiyat Mitra Perkasa. Lokasi
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek pada penelitian ini adalah CV. Bagiyat Mitra Perkasa. Lokasi perusahaan berada di Jalan Taman Srinindito VII/1 Semarang. Perusahaan ini
Lebih terperinciAnalytic Hierarchy Process (AHP) dan Perhitungan Contoh Kasus AHP
Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Perhitungan Contoh Kasus AHP Analytic Hierarchy Process atau AHP dikembangkan oleh Prof. Thomas L. Saaty sebagai algoritma pengambilan keputusan untuk permasalahan
Lebih terperinciPenentuan Skala Prioritas Penanganan Jalan Kabupaten di Kabupaten Kudus Dengan Metode Analytical Hierarchy Process
Available online at: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/teknik Teknik, 37(2), 2016, 72-77 Penentuan Skala Prioritas Penanganan Jalan Kabupaten di Kabupaten Kudus Dengan Metode Analytical Hierarchy Process
Lebih terperinciPerancangan Penilaian Karyawan di Bank X
Prosiding Teknik Industri ISSN: 2460-6502 Perancangan Penilaian Karyawan di Bank X 1 Andre Wardhana, 2 Dewi Shofi, 3 Asep Nana 1,2,3 Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung, Jl.
Lebih terperinciPENERAPAN METODE FUZZY AHP DALAM PENENTUAN SEKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI BALI
E-Jurnal Matematika Vol. 5 (2), Mei 2016, pp. 59-66 ISSN: 2303-1751 PENERAPAN METODE FUZZY AHP DALAM PENENTUAN SEKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI BALI Tjokorda Gde Agung Friska Adnyana
Lebih terperinciMETODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM
METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM Oleh : Yuniva Eka Nugroho 4209106015 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan
Lebih terperinciSesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)
Mata Kuliah :: Riset Operasi Kode MK : TKS 4019 Pengampu : Achfas Zacoeb Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process) e-mail : zacoeb@ub.ac.id www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Hp. 081233978339 Pendahuluan AHP
Lebih terperinciPENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN)
PEDEKT LITYCL HIERRCHY PROCESS (HP) DLM PEETU URUT PEGERJ PES PELGG (STUDI KSUS: PT TEMBG MULI SEM) urlailah Badariah, Iveline nne Marie, Linda Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Pemilihan Supplier dan Alokasi Order Pemilihan supplier berpotensi memiliki dampak signifikan terhadap kinerja berlangsungnya perusahaan (Herbon dkk, 2012).
Lebih terperinciPrioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa
Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Rizal Afriansyah Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Email : rizaldi_87@yahoo.co.id Abstrak - Transportasi mempunyai
Lebih terperinciMulti-Attribute Decision Making
Multi-Attribute Decision Making Kompetensi Dasar Mahasiswa dapat menyelesaikan masalah pengambilan keputusan dengan metode-metode pada model MADM. Mahasiswa dapat membedakan karakteristik permasalahan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming.
PENENTUAN MULTI CRITERIA DECISION MAKING DALAM OPTIMASI PEMILIHAN PELAKSANA PROYEK Chintya Ayu Puspaningtyas, Alvida Mustika Rukmi, dan Subchan Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciTUGAS AKHIR MENGAPLIKASIKAN MODEL AHP ( ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ) DENGAN METODE FUZZY UNTUK MEMILIH BOBOT KRITERIA SUPPLIER
TUGAS AKHIR MENGAPLIKASIKAN MODEL AHP ( ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ) DENGAN METODE FUZZY UNTUK MEMILIH BOBOT KRITERIA SUPPLIER Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelarsarjana Strata
Lebih terperinciIMPLEMENTASI KOMBINASI METODE AHP DAN SAW DALAM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KREDIT PERUMAHAN RAKYAT ABSTRAK
IMPLEMENTASI KOMBINASI METODE AHP DAN SAW DALAM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KREDIT PERUMAHAN RAKYAT Yustina Meisella Kristania Program Studi Sistem Informasi Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN GURU BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE FUZZY-AHP
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN GURU BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE FUZZY-AHP Alwi *), Surya Sumpeno 2), dan I Ketut Eddy Purnama 3) *) Bidang Keahlian Telematika (Konsentrasi CIO) Jurusan Teknik
Lebih terperinciPEMODELAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN FUZZY AHP DALAM PENENTUAN PENERIMAAN BEASISWA
PEMODELAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN FUZZY AHP DALAM PENENTUAN PENERIMAAN BEASISWA RichkiHardi *) *) ProdiTeknikInformatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Ahmad Dahlan Jl. Prof DrSoepomoJanturanYogyakartaTelp
Lebih terperinciPEMANFAATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN KARYAWAN BERPRESTASI
PEMANFAATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN KARYAWAN BERPRESTASI Sudarto STMIK Mikroskil Jl. Thamrin No. 112, 124, 140 Medan 20212 sudarto@mikroskil.ac.id
Lebih terperinciP13 Fuzzy MCDM. A. Sidiq P.
P13 Fuzzy MCDM A. Sidiq P. http://sidiq.mercubuana-yogya.ac.id Program Studi Teknik Informatika Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Tujuan Mahasiswa
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan
22 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan 2.1.1. Definisi Sistem Sistem adalah kumpulan objek seperti orang, sumber daya, konsep dan prosedur yang dimaksudkan
Lebih terperinciANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP
ANALISIS DATA Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan konsumen dan pakar serta tinjauan langsung ke lapangan, dianalisa menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kepentingannya.
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah salah satu metode khusus dari Multi Criteria Decision Making (MCDM) yang diperkenalkan oleh Thomas L. Saaty.
Lebih terperinciPENERAPAN PERBANDINGAN METODE AHP-TOPSIS DAN ANP-TOPSIS MENGUKUR KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA DI GORONTALO
PENERAPAN PERBANDINGAN METODE AHP-TOPSIS DAN ANP-TOPSIS MENGUKUR KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA DI GORONTALO Moh Ramdhan Arif Kaluku 1, Nikmasari Pakaya 2 1 aliaskaluku@gmail.com, 2 nikmasaripakaya@gmail.com
Lebih terperinci