Studi Peningkatan Daya Saing Industri dan Penguatan Inovasi IKM Alat dan Mesin Pertanian Sumatera Barat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Studi Peningkatan Daya Saing Industri dan Penguatan Inovasi IKM Alat dan Mesin Pertanian Sumatera Barat"

Transkripsi

1 Petunjuk Sitasi: Kamil, I., Hadiguna, R. A., Yuliandra, B., Alius, M., & Halim, I. (2017). Studi Peningkatan Daya Saing Industri dan Penguatan Inovasi IKM Alat dan Mesin Pertanian Sumatera Barat. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. F ). Malang: Jurusan Teknik Industri Universitas Brawijaya. Studi Peningkatan Daya Saing Industri dan Penguatan Inovasi IKM Alat dan Mesin Pertanian Sumatera Barat Insannul Kamil (1), Rika Ampuh Hadiguna (2), Berry Yuliandra (3), Mutia Alius (4), Irsyadul Halim (5) (1), (2), (4), (5) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang (3) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang (1), (2), (3), (4), (5) Pusat Studi Inovasi Universitas Andalas (1) ABSTRAK Ketahanan pangan memberikan pengaruh yang signifikan dalam pembangunan nasional. Kegagalan pencapaian ketahanan pangan akan menyebabkan peningkatan kemiskinan dan terjadinya krisis pangan. Peningkatan produksi pertanian dapat dicapai melalui pemanfaatan alat dan mesin pertanian (alsintan). Kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang telah dimulai pada akhir tahun 2015 membuat Indonesia harus mempersiapkan ketahanan industri pangan jika tidak ingin menjadi pasar bagi Negara ASEAN lainnya, disamping juga membuka kesempatan untuk memperluas jangkauan pemasaran barang dan jasa. Untuk dapat memanfaatkan dan memaksimalkan wilayah pemasaran yang semakin luas pada level regional dan global, maka perlu dilakukan upaya peningkatan daya saing industri alsintan. Oleh karena itu, diperlukan strategi untuk meningkatkan daya saing industri alsintan Sumatera Barat. Industri alsintan yang diamati dalam penelitian ini adalah 18 industri kecil menengah (IKM) alsintan yang ada di Sumatera Barat. Lingkup penelitian meliputi aspek teknologi, ekonomi dan distribusi. Perancangan strategi peningkatan daya saing industri alsintan Sumatera Barat menggunakan metode SWOT dan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Penelitian yang dilakukan menghasilkan rantai nilai, faktor penentu daya saing dan strategi peningkatan daya saing industri alsintan. Rantai nilai industri alsintan meliputi pemasok bahan baku, IKM alsintan, pemasaran produk alsintan yang dapat dilakukan melalui toko alsintan dan jasa sewa. Faktor penentu daya saing alsintan adalah keuntungan, kegiatan pemasaran, kualitas produk, pasokan bahan baku, penguasaan teknologi, pemangku kepentingan (stakeholders), kondisi persaingan, dan standardisasi produk. Strategi peningkatan daya saing industri alsintan terdiri dari penciptaan produk yang inovatif, jaminan kerusakan produk (asuransi), penambahan kapasitas produksi, kerjasama antara daerah pemasok dan pemasaran, pelatihan keterampilan pekerja, teknologi modern dan inovasi produk, peningkatan kualitas dan penyesuaian produk sesuai dengan Voice of Customer (VOC), membuat Standard Operational Procedure (SOP), memperkuat kerjasama dengan pemasok yang difasilitasi oleh pemerintah, perekrutan karyawan dengan kemampuan manajemen keuangan (akuntansi), pembuatan bank bahan baku yang dikelola pemerintah dan membuat kontrak kerja dengan karyawan.. Kata Kunci : Alsintan, Daya saing, Inovasi, SWOT, QSPM I. PENDAHULUAN Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional sebagai sumber pendapatan, pembuka kesempatan kerja, pengentas kemiskinan dan meningkatkan ketahanan pangan nasional. Ketahanan pangan memberikan pengaruh yang signifikan dalam pembangunan nasional, dimana apabila pencapaian ketahanan pangan mengalami kegagalan maka akan diidentikkan dengan kemiskinan dan krisis pangan. Seiring peningkatan jumlah penduduk setiap tahun mengakibatkan kebutuhan manusia akan pangan menjadi lebih meningkat (Maulana, 2004). Laju pertumbuhan penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 1,43% per tahun sehingga jumlah F-164

2 Studi Peningkatan Daya Saing Industri dan Penguatan Inovasi IKM Alat dan Mesin Pertanian Sumatera Barat populasi akan meningkat dari 240,673 pada tahun 2010 menjadi 295,624 pada tahun Kebutuhan beras pada tahun 2010 sekitar 32,49 juta ton juga akan meningkat menjadi sekitar 39,80 juta ton pada tahun Namun demikian dalam beberapa tahun terakhir ini, produktivitas padi mengalami levelling off dan hal ini berdampak terhadap menurunnya penyediaan stok pangan nasional, serta keamanan pangan nasional Indonesia (BPS, 2013). Peningkatan kebutuhan pangan tersebut seharusnya diiringi dengan peningkatan luas dan produktivitas lahan pertanian agar produksi pertanian mampu mengimbangi kebutuhan penduduk yang terus meningkat. Namun kenyataannya, luas lahan yang digunakan sebagai penghasil pangan utama cenderung menurun akibat adanya konversi lahan pertanian sebagai dampak berbagai pembangunan. Hal ini akan memunculkan kemungkinan adanya ancaman kelangkaan pangan (Adimihardja, 2006). Peningkatan produksi pertanian dapat dilakukan dengan lima cara yaitu intensifikasi pertanian, ekstensifikasi pertanian, mekanisasi pertanian, diversifikasi pertanian dan rehabilitasi pertanian. Peningkatan produksi pertanian dengan mekanisasi pertanian dilakukan dengan memanfaatkan teknologi pertanian. Pemanfaatan teknologi pertanian memungkinkan tercapainya peningkatan produksi dari faktor produksi yang tetap, sehingga pengembangan teknologi pertanian merupakan langkah yang strategis bagi peningkatan produktivitas pertanian (Sahnan, 2014). Oleh karena itu pemanfaatan teknologi melalui penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) memiliki peranan sangat penting dan strategis. Kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang telah dimulai pada akhir tahun 2015 membuat Indonesia harus mempersiapkan ketahanan industri pangan jika tidak ingin menjadi pasar bagi Negara lain di ASEAN. Industri lokal akan bersaing dengan industri Negara ASEAN lain. Jika tidak mampu bersaing, Indonesia sebagai Negara terbesar di ASEAN dengan jumlah penduduk ± 250 juta berpotensi dibanjiri produk-produk dari industri Negara lain. Sebaliknya, bila mampu bersaing dalam pasar ASEAN, maka akan membawa keuntungan besar bagi industri lokal. Kondisi ini membuat industri lokal harus meningkatkan daya saing industri agar dapat memanfaatkan pasar yang lebih luas dan bersaing dengan industri Negara ASEAN lain (Media Indonesia, 2013). Perkembangan alsintan di Sumatera Barat dimulai sejak tahun 1992 melalui program Assistance to the Indonesian Agricultural Machinery Industry (ATIAMI). Setelah berakhirnya proyek ATIAMI tahun 2002, kegiatan dilanjutkan melalui UPTD Perekayasaan Mesin, yang kegiatan utamanya tetap mengarah kepada pembinaan dan pengembangan industri dalam memproduksi alsintan. Produk yang dihasilkan oleh industri alsintan memiliki variasi yang cukup banyak. Dilihat dari dari daerah pemasaran, industri alsintan Sumatera Barat telah mampu mengisi pasar domestik. Artinya produk alsintan Sumatera Barat mampu bersaing dipasar domestik (Disperindag, 2014). Untuk dapat memanfaatkan dan memaksimalkan wilayah pemasaran yang semakin luas sebagai dampak pelaksanaan pasar tunggal ASEAN, maka perlu dilakukan upaya peningkatan daya saing industri alsintan sehingga mampu memasuki persaingan regional dan global. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi peningkatan daya saing industri alsintan Sumatera Barat agar dapat bersaing di pasar regional dan global. II. METODOLOGI PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Penelitian dilakukan dalam tiga tahapan: (1) Identifikasi faktor daya saing, (2) Perancangan rantai nilai, dan (3) Perancangan strategi peningkatan daya saing IKM alsintan Sumatera Barat. Faktor daya saing dan rantai nilai digunakan sebagai dasar untuk menentukan faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi IKM alsintan Sumatera Barat. Perancangan strategi peningkatan daya saing dilakukan dengan metode SWOT berdasarkan faktor-faktor tersebut. Strategi utama dan alternatif ditentukan dengan metode Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). B. Metode Penelitian Strategi peningkatan daya saing IKM alsintan dirancang dengan menggunakan metode QSPM. Metode QSPM merupakan alat yang memungkinkan para penyusun strategi mengevaluasi berbagai strategi alternatif secara objektif, berdasarkan faktor-faktor keberhasilan eksternal dan F-165

3 Insannul Kamil, Rika Ampuh Hadiguna, Berry Yuliandra, Mutia Alius, Irsyadul Halim internal yang diidentifikasi sebelumnya. QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi yang dibangun pada tahap pencocokan. Seperti halnya alat-alat analisis perumusan strategi yang lain, QSPM membutuhkan penilaian intuitif yang baik (Marcos dan Mustamu, 2014). Keunggulan dari penggunaan metode QSPM yaitu rangkaian strategi dalam metode QSPM dapat diamati secara berurutan dan bersamaan serta memperkecil kemungkinan bahwa faktorfaktor utama akan terlewat namun membutuhkan penilaian secara intuitif dan asumsi yang berdasar (David, 2008). III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Faktor Daya Saing Faktor daya saing didapatkan dari hasil kuesioner yang diberikan kepada industri alsintan Sumatera Barat. Kusioner yang diberikan terkait dengan profil perusahaan, data variasi produk dan kapasitas produksi dan ekspektasi perusahaan terhadap dampak strategis dari peningkatan daya saing industri alsintan. Faktor daya saing dapat dilihat pada Tabel 1. Angka pada tabel menunjukkan banyaknya responden yang memilih faktor daya saing tersebut. Faktor disesuaikan berdasarkan studi literatur mengenai diamond Porter's. Tujuannya adalah untuk melihat faktor tersebut memang berpengaruh terhadap peningkatan daya saing industri alsintan. Tabel 1. Faktor Daya Saing No. Faktor Daya Saing MH SH CH KH TH TM 1 Keuntungan Kegiatan Pemasaran Kualitas Produk Pasokan Bahan Baku Penguasaan teknologi Stakeholders Kondisi Persaingan Standardisasi Produk (Sumber: Disperindag, 2014) Keterangan : MH : Mutlak Diharapkan KH : Kurang Diharapkan SH : Sangat Diharapkan TH : Tidak Diharapkan CH : Cukup Diharapkan TM : Tidak Mutlak Diharapkan B. Rantai Nilai IKM alsintan memiliki rantai nilai yang dimulai dari hulu yaitu pemasok bahan baku yang ada di dalam ataupun di luar daerah Sumatera Barat. Rantai nilai bermula dari tahapan bahan baku berupa besi, yang dibutuhkan untuk proses produksi alsintan. Bahan baku tersebut didistribusikan ke toko-toko material yang biasa dijadikan sebagai pemasok oleh industri alsintan. Toko besi menerima bahan baku yang didistribusikan oleh pemasok, disamping juga menyediakan berbagai barang yang akan dibutuhkan dalam proses produksi alsintan seperti baut, plat, ulir, dan sebagainya. Bahan baku tersebut dijual kepada seluruh IKM alsintan yang ada di Sumatera Barat. Bahan baku yang diinginkan oleh IKM alsintan adalah bahan baku yang berkualitas baik dengan harga terjangkau. Produksi IKM alsintan dilakukan menggunakan bahan baku yang didistribusikan oleh toko besi. Produk alsintan yang telah selesai didistribusikan ke toko penjualan dan unit pelayanan jasa alsintan. Spesifikasi produk sesuai dengan permintaan para petani. Toko penjualan dan Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) menerima produk yang telah didistribusikan oleh industri alsintan Sumatera Barat. Toko penjualan alsintan menjual produk alsintan kepada para petani sesuai dengan permintaan. Sedangkan UPJA akan menyewakan alsintan kepada para petani yang membutuhkan. Rantai nilai industri alsintan Sumatera Barat dapat dilihat pada Gambar 1. F-166

4 Studi Peningkatan Daya Saing Industri dan Penguatan Inovasi IKM Alat dan Mesin Pertanian Sumatera Barat Gambar 1. Rantai Nilai Industri Alsintan Sumatera Barat C. Perancangan Strategi Peningkatan Industri Alsintan Sumatera Barat Faktor daya saing disesuaikan dengan kondisi nyata IKM alsintan. Kondisi nyata yang mendukung faktor peningkatan daya saing IKM alsintan Sumatera Barat dikelompokkan menjadi faktor pendukung, sedangkan kondisi nyata yang tidak mendukung dikelompokkan menjadi faktor penghambat. Kondisi faktor peningkatan daya saing IKM alsintan dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. No Tabel 2. Kondisi Faktor Internal Kondisi Faktor Internal Penguatan Daya Saing Industri Alsintan 1 Keuntungan yang diperoleh perusahaan cukup besar 2 Ketersediaan bahan baku tidak merata untuk setiap industri 3 Biaya produksi cukup besar 4 Transaksi keuangan perusahaan dilakukan dengan cara tunai 5 Kapasitas produksi tidak mencukupi 6 Nilai aset yang dimiliki cukup besar 7 Waktu pengiriman bahan baku cenderung lama 8 Keahlian pekerja bervariasi 9 Harga bahan baku mahal 10 Variasi alsintan cukup banyak 11 Produk tidak sesuai spesifikasi 12 Jaringan pelanggan dan pemasok luas 13 Kurangnya operator professional berpengalaman 14 Pemasaran masih dalam ruang lingkup lokal. 15 Pembukuan Keuangan belum terkelola dengan baik Tabel 3. Kondisi Faktor Eksternal No Kondisi Faktor Eksternal Penguatan Daya Saing Industri Alsintan 1 Adanya pelatihan perbengkelan yang diadakan oleh UPTD dan Dinas Perindustrian 2 Adanya pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 3 Adanya keberpihakan pemerintah dalam pemasaran 4 Kurangnya sosialisasi tentang skema peminjaman modal oleh perbankan 5 Produk alsintan yang banyak beredar di Indonesia adalah produk dari negara Cina 6 Peminjaman modal dilakukan ke perbankan 7 Kurangnya sosialisasi mengenai standarisasi produk alsintan Kondisi faktor tersebut dikelompokkan ke dalam empat bagian: faktor kekuatan, kelemahan, F-167

5 Insannul Kamil, Rika Ampuh Hadiguna, Berry Yuliandra, Mutia Alius, Irsyadul Halim peluang dan tantangan. Pengelompokkan faktor SWOT dapat dilihat pada Gambar 2. Perancangan strategi peningkatan daya saing IKM alsintan Sumatera Barat dilakukan dengan menghitung nilai bobot untuk masing-masing faktor peningkatan daya saing industri alsintan. Berdasarkan hasil perhitungan bobot yang dilakukan, maka posisi strategi peningkatan daya saing IKM alsintan Sumatera Barat berada pada kuadran IV dengan mendukung strategi defensif atau bertahan yang disajikan dalam bentuk diagram SWOT pada Gambar 3... Gambar 2. Pengelompokkan Faktor SWOT Kuadran ke IV merupakan situasi yang tidak menguntungkan, dimana perusahaan menghadapi ancaman besar dari lingkungan karena posisi sumber daya yang lemah. Situasi ini membutuhkan strategi yang dapat mengurangi atau mengarahkan kembali keterlibatan dalam produk atau pasar. Kuadran IV mendukung strategi yang defensif, yaitu strategi pengurangan kemungkinan beralihnya pelanggan ke pihak lain dengan langkah memperbaiki produk dan melindungi pangsa pasar dari para pesaing. Diagram SWOT merumuskan 11 strategi peningkatan daya saing IKM alsintan Sumatera Barat: 1. Menciptakan produk yang inovatif sehingga dapat bersaing didalam ataupun diluar negeri. 2. Membuat asuransi atau jaminan kerusakan produk alsintan. 3. Menambah kapasitas produksi untuk menurunkan harga produk. 4. Menjalin kerjasama dengan daerah pemasok dan daerah pemasaran. 5. Pelatihan mengenai keterampilan pekerja, teknologi modern dan inovasi produk. 6. Meningkatkan kualitas produk alsintan sesuai dengan Voice of Customer (VOC). 7. Membuat SOP agar pekerjaan operator. 8. Memperkuat jalinan kerjasama dengan pemasok yang dibantu oleh pemerintah. 9. Merekrut karyawan yang memiliki kemampuan akuntansi. 10. Membuat sebuah bank bahan baku yang dikelola oleh pemerintah. 11. Membuat kontrak kerja dengan karyawan sehingga karyawan tidak berpindah-pindah. F-168

6 Studi Peningkatan Daya Saing Industri dan Penguatan Inovasi IKM Alat dan Mesin Pertanian Sumatera Barat Peluang Kuadran III 1 Kuadran I Mendukung Strategi Rasionalisasi 0,5 Mendukung Strategi Agresif Kelemahan -1-0,5 0,5 1 Kekuatan Kuadran IV -0,5 Kuadran II Mendukung Strategi Defensif 1 Mendukung Strategi Diversifikasi Tantangan Gambar 3. Diagram SWOT Pemilihan strategi utama dan alternatif dilakukan dengan menggunakan metode Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). QSPM dibuat dengan cara menghubungkan alternatif strategi yang didapatkan dari matrik SWOT dengan faktor-faktor internal dan eksternal berdasarkan nilai ketertarikan relatif (daya tarik faktor terhadap alternatif strategi) yang disebut dengan Attractiveness Score (AS). Strategi diurutkan berdasarkan total nilai TAS yang paling tinggi ke paling rendah. Hasil dari matrik QSPM dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Hasil Matrik QSPM No Strategi Nilai TAS Urutan 1 Menciptakan produk yang inovatif 6,05 II 2 Membuat asuransi atau jaminan kerusakan produk alsintan 4,67 VI 3 Menambah kapasitas produksi 5,41 V 4 Menjalin kerjasama antara daerah pemasok dan daerah pemasaran 4,36 VIII 5 Pelatihan keterampilan pekerja, teknologi modern dan inovasi produk 5,72 IV 6 Meningkatkan kualitas produk alsintan sesuai dengan VOC 8,61 I 7 Membuat SOP 5,52 III 8 Memperkuat kerjasama dengan pemasok yang dibantu pemerintah 4,52 VII 9 Merekrut karyawan yang memiliki kemampuan akuntansi 3,7 IX 10 Membuat sebuah bank bahan baku yang dikelola pemerintah 2,73 X 11 Membuat kontrak kerja dengan karyawan 2,66 XI Nilai TAS terbesar terdapat pada strategi ke-6 yaitu meningkatkan kualitas dan memperbaiki produk alsintan sesuai dengan Voice of Customer (VOC). Strategi ini lebih menekankan kepada peningkatan kualitas dan perbaikan produk alsintan. IV. PENUTUP Rancangan rantai nilai industri alsintan meliputi pemasok bahan baku, IKM alsintan, pemasaran produk alsintan yang dapat dilakukan melalui toko alsintan dan jasa sewa sehingga sampai ke petani sebagai pengguna akhir. Faktor penentu daya saing yang didapatkan terdiri dari tingkat keuntungan industri alsintan, strategi pemasaran yang efektif, kualitas alsintan, jaminan pasokan bahan baku, penguasaan teknologi produksi, peran nyata dari stakeholders, kondisi persaingan dan standardisasi produk. Industri alsintan Sumatera Barat mendukung strategi defensif yang berarti strategi pengurangan kemungkinan beralihnya pelanggan ke pihak lain dengan langkah memperbaiki produk dan melindungi pangsa pasar dari para pesaing. Strategi defensif yang berhasil didapatkan terdiri dari menciptakan produk F-169

7 Insannul Kamil, Rika Ampuh Hadiguna, Berry Yuliandra, Mutia Alius, Irsyadul Halim yang inovatif, membuat asuransi atau jaminan kerusakan produk alsintan, menambah kapasitas produksi, menjalin kerjasama dengan daerah pemasok dan daerah pemasaran, pelatihan mengenai keterampilan pekerja, teknologi modern dan inovasi produk, meningkatkan kualitas dan memperbaiki produk alsintan sesuai dengan VOC, membuat SOP, memperkuat jalinan kerjasama dengan pemasok yang dibantu oleh pemerintah, merekrut karyawan dengan memiliki kemampuan akuntansi, membuat sebuah wadah untuk menampung bahan baku yang dikelola oleh pemerintah dan membuat kontrak kerja dengan karyawan. DAFTAR PUSTAKA Adimihardja, A Strategi Mempertahankan Multifungsi Pertanian Di Indonesia. 25 (3) Badan Pusat Statistik Proyeksi Penduduk Indonesia Jakarta: Badan Pusat Statistik David, FR Manajemen Strategis Konsep. (Edisi 12). Salemba Empat Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Barat. (2014). Diagnosis Pengembangan Klaster Industri Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan) Provinsi Sumatera Barat. Padang : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Barat Maulana, M Penguatan Ekonomi Industri Kecil Dan Menengah Melalui Platform Klaster Industri. 22(1) Marcos, A dan Mustamu, RH Perumusan Strategi Bersaing Salah Satu Hotel Bintang Tiga Di Samarinda. 2(1) Media Indonesia Industri Nasional Jelang AEC Mengukur Kesiapan Industri Nasional Jelang AEC No 2. Hal 3 Sahnan, Kendala Dan Upaya Pengangkutan Hasil Perkebunan Kelapa Sawit Masyarakat Di Jorong Sungai Tanang Nagari Sungai Aua Kecamatan Sungai Aua Kabupaten Pasaman Barat, Padang : Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP), F-170

PERUMUSAN STRATEGI KORPORAT PERUSAHAAN CHEMICAL

PERUMUSAN STRATEGI KORPORAT PERUSAHAAN CHEMICAL PERUMUSAN STRATEGI KORPORAT PERUSAHAAN CHEMICAL Mochammad Taufiqurrochman 1) dan Buana Ma ruf 2) Manajemen Industri Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di outlet takoyummy yang berlokasi di Plaza Ekalokasari Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel 39 I. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan cara

Lebih terperinci

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik 96 BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik Analisis lingkungan membantu perusahaan dalam menentukan langkah strategi yang tepat dalam

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada CV Salim Abadi (CV SA), yang terletak di Jalan Raya Punggur Mojopahit Kampung Tanggul Angin, Kecamatan Punggur,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit Adolina PT Perkebunan Nusantara IV yang terletak di Kelurahan Batang Terap Kecamatan Perbaungan Kabupaten

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Lampung Barat yang sangat besar ternyata belum memberikan kontribusi yang optimal bagi masyarakat dan pemerintah daerah.

Lebih terperinci

PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN PT X MENGGUNAKAN MATRIKS EVALUASI FAKTOR

PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN PT X MENGGUNAKAN MATRIKS EVALUASI FAKTOR PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN PT X MENGGUNAKAN MATRIKS EVALUASI FAKTOR Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Abstrak: Perubahan lingkungan industri dan peningkatan persaingan

Lebih terperinci

PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS BUAH SEMANGKA CV SALIM ABADI

PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS BUAH SEMANGKA CV SALIM ABADI VII. PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS BUAH SEMANGKA CV SALIM ABADI 7.1 Analisis Lingkungan Perusahaan Hasil analisis lingkungan perusahaan dilakukan melalui pengamatan di lapangan dan wawancara secara

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PENJUALAN PRODUK JASA PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN QUANTITATIVE STRATEGIC PLANNING MATRIX (QSPM) (Studi Kasus di CV. Delta Berlian Holiday) Diajukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Halaman.. i..vi.. viii.. ix I. PENDAHULUAN.. 1 1.1. Latar Belakang.. 1 1.2. Identifikasi Masalah..5 1.3. Rumusan Masalah.. 6 1.4. Tujuan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada produksi karet remah di PT ADEI Crumb Rubber Industry yang berlokasi di Jalan Imam Bonjol, Kel. Satria, Kec. Padang Hilir,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian dilaksanakan pada perusahaan CV Septia Anugerah Jakarta, yang beralamat di Jalan Fatmawati No. 26 Pondok Labu Jakarta Selatan. CV Septia Anugerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional dewasa ini salah satunya diprioritaskan pada bidang ketahanan pangan, sehingga pemerintah selalu berusaha untuk menerapkan kebijakan dalam peningkatan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI INDUSTRI RUMAH TANGGA SARI ROSO KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI INDUSTRI RUMAH TANGGA SARI ROSO KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI INDUSTRI RUMAH TANGGA SARI ROSO KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO Irma Wardani dan Umi Nur Solikah Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Islam Batik Surakarta

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 42 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi analisis yaitu metode penelitian yang menuturkan dan menafsirkan data sehingga

Lebih terperinci

RUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN PT. PINDAD (PERSERO) UNTUK BISNIS E-CLIP DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN INDUSTRI

RUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN PT. PINDAD (PERSERO) UNTUK BISNIS E-CLIP DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN INDUSTRI Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.1 Vol.04 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2016 RUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN PT. PINDAD (PERSERO) UNTUK BISNIS E-CLIP DALAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura ANALISIS STRATEGI SWOT UNTUK MEMPERLUAS PEMASARAN PRODUK KURMA SALAK UD BUDI JAYA BANGKALAN Moh. Sirat ) 1, Rakmawati) 2 Banun Diyah Probowati ) 2 E-mail : rakhma_ub@yahoo.com dan banundiyah@yahoo.com

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 41 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan

Lebih terperinci

VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KARET ALAM OLAHAN PT ADEI CRUMB RUBBER INDUSTRY

VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KARET ALAM OLAHAN PT ADEI CRUMB RUBBER INDUSTRY VII PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KARET ALAM OLAHAN PT ADEI CRUMB RUBBER INDUSTRY 7.1. Tahapan Masukan Tahapan masukan terdiri dari matriks EFE (External Factors Evaluation) dan IFE (Internal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan Menurut Rosyidi (2007), dalam melakukan kegiatan ekspor suatu perusahaan dapat menentukan sendiri kebijakan mengenai pemasaran

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Komoditi perkebunan pada saat krisis ekonomi telah mampu. memberikan kontribusi melalui peningkatan kegiatan bersifat padat karya,

1. PENDAHULUAN. Komoditi perkebunan pada saat krisis ekonomi telah mampu. memberikan kontribusi melalui peningkatan kegiatan bersifat padat karya, 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi perkebunan pada saat krisis ekonomi telah mampu memberikan kontribusi melalui peningkatan kegiatan bersifat padat karya, diversifikasi usahatani perkebunan dengan

Lebih terperinci

VII. FORMULASI STRATEGI

VII. FORMULASI STRATEGI VII. FORMULASI STRATEGI 7.1 Tahapan Masukan (Input Stage) Tahapan masukan (input stage) merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melalui langkah kedua dan langkah ketiga didalam tahap formulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu globalisasi ekonomi dunia yang terkait dengan sektor industri telah berkembangan dengan sangat cepat. Dalam upaya menangani isu-isu globalisasi dan dampak yang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada usaha Durian Jatohan Haji Arif (DJHA), yang terletak di Jalan Raya Serang-Pandeglang KM. 14 Kecamatan Baros, Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan di Kabupaten Langkat selama 3 (tiga)

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan di Kabupaten Langkat selama 3 (tiga) III. METODE PEELITIA. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di Kabupaten Langkat selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai Januari 2009 sampai dengan Maret 2009. Jenis dan Sumber Data.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri kosmetik merupakan salah satu industri yang memiliki prospek

BAB I PENDAHULUAN. Industri kosmetik merupakan salah satu industri yang memiliki prospek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri kosmetik merupakan salah satu industri yang memiliki prospek yang cerah dan memberikan peluang pasar yang cukup luas dan besar. Terbukti dengan semakin

Lebih terperinci

BAB VII PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN

BAB VII PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN BAB VII PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN 7.1. Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal perusahaan, maka diperoleh beberapa faktor strategi internal

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kemiskinan merupakan penyakit ekonomi pada suatu daerah yang harus di tanggulangi. Kemiskinan akan menyebabkan ketidakberdayaan masyarakat dalam mengelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan, manfaat dan sistematika penulisan penelitian. Pendahuluan ini dimaksudkan untuk menjelaskan latar belakang penelitian sesuai

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SANTAN KELAPA

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SANTAN KELAPA STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SANTAN KELAPA (Studi Kasus pada PT. Pacific Eastern Coconut Utama di Desa Sukaresik Kecamatan Sidamulih Kabupaten Pangandaran) Oleh : Aan Mahaerani 1, Dini Rochdiani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum keberadaan usaha kecil menengah (UKM) di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum keberadaan usaha kecil menengah (UKM) di negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum keberadaan usaha kecil menengah (UKM) di negara-negara berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Dengan adanya UKM tersebut

Lebih terperinci

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik dan hukum serta sosial budaya. Sedangkan lingkungan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara umum. Sedangkan untuk kajian detil dilakukan di kecamatan-kecamatan

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN UNTUK BAHAN PENYUSUNAN SKRIPSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN UNTUK BAHAN PENYUSUNAN SKRIPSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN UNTUK BAHAN PENYUSUNAN SKRIPSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG 2010 Kami mengucapkan terima kasih atas ketersediaan untuk turut berpertisipasi dalam mengisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan merupakan langkah awal dalam melakukan penelitian. Bab ini berisikan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penelitian, rumusan masalah, batasan masalah dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana strategis tahun 2010-2014 adalah terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 29 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Sektor UKM memiliki peran dan fungsi sangat strategik dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia, tetapi kredit perbankan untuk sektor ini dinilai masih

Lebih terperinci

Nama: Lisa Purna ( ) Pembimbing: DR. Armaini Akhirson, SE., MMA

Nama: Lisa Purna ( ) Pembimbing: DR. Armaini Akhirson, SE., MMA Nama: Lisa Purna (20208742) Pembimbing: DR. Armaini Akhirson, SE., MMA Latar Belakang Masalah Rencana manajemen mengenai kegiatan industri di masa yang akan datang pada umumnya dituangkan dalam anggaran,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Alkadri, Muchdie. Suhandojo. Tiga Pilar Pembangunan Wilayah. Penerbit BPPT. Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Alkadri, Muchdie. Suhandojo. Tiga Pilar Pembangunan Wilayah. Penerbit BPPT. Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Alkadri, Muchdie. Suhandojo. Tiga Pilar Pembangunan Wilayah. Penerbit BPPT. Jakarta. Bappeda Bengkalis, 2005. Program Pembangunan Daerah Kabupaten Bengkalis tahun 2001-2005, Badan Perencanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRIPIK SINGKONG PRESTO DI CASSAVA GEDONGAN, KELURAHAN LEDOK, SALATIGA

PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRIPIK SINGKONG PRESTO DI CASSAVA GEDONGAN, KELURAHAN LEDOK, SALATIGA PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRIPIK SINGKONG PRESTO DI CASSAVA GEDONGAN, KELURAHAN LEDOK, SALATIGA Irma Wardani,Mohamad Hanif Khoirudin Staf Pengajar Program Studi Agroteknologi UNIBA

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN KREDIT PADA MIKRO BISNIS UNIT PT. BANK XYZ DI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JAKARTA TIMUR MULYADI

STRATEGI PEMASARAN KREDIT PADA MIKRO BISNIS UNIT PT. BANK XYZ DI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JAKARTA TIMUR MULYADI LAMPIRAN 69 70 Lampiran 1. Kuesioner kajian. STRATEGI PEMASARAN KREDIT PADA MIKRO BISNIS UNIT PT. BANK XYZ DI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JAKARTA TIMUR MULYADI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Pada masa krisis periode 1998-2000 usaha kecil merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian Indonesia dikarenakan kemampuannya dalam menghadapi terpaan krisis

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tempat produksi sate bandeng pada UKM Awal Putra Mandiri yang berlokasi di Jl. Ratu Rangga Blok B No.252 Rt. 02/11, Kampung

Lebih terperinci

3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN Industri farmasi merupakan salah satu industri besar dan berpengaruh di Indonesia, karena Indonesia merupakan pasar obat potensial (Pharos, 2008) Hingga saat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Tyas Orchid yang berkantor di Bukit Cimanggu City Blok Q6 No 19 Jl. KH. Sholeh Iskandar, Bogor. Pemilihan objek

Lebih terperinci

PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERUSAHAAN INDUSTRI KIMIA PEWARNA KERAMIK DAN PEWARNA KACA MENGGUNAKAN METODE FRED R. DAVID (Studi Kasus Di PT.

PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERUSAHAAN INDUSTRI KIMIA PEWARNA KERAMIK DAN PEWARNA KACA MENGGUNAKAN METODE FRED R. DAVID (Studi Kasus Di PT. PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERUSAHAAN INDUSTRI KIMIA PEWARNA KERAMIK DAN PEWARNA KACA MENGGUNAKAN METODE FRED R. DAVID (Studi Kasus Di PT.ZX) Arif Syafi ur Rochman 1) dan Buana Ma ruf 2) Manajemen

Lebih terperinci

PENGANTAR. Ir. Suprapti

PENGANTAR. Ir. Suprapti PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan tersusunnya Rencana Strategis Direktorat Alat dan Mesin Pertanian Periode 2015 2019 sebagai penjabaran lebih lanjut Rencana Strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain bersaing dalam dunia pasar yang semakin memunculkan teknologi informasi yang canggih, perusahaan juga

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Batasan Operasional dan Jenis Data 1. Batasan Operasional Pedagang adalah seseorang yang berpotensi memasarkan barang atau jasa. Pedagang dalam penelitian ini adalah pedagang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2015 SUMBER DAYA ALAM. Perkebunan. Kelapa Sawit. Dana. Penghimpunan. Penggunaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua lokasi, yakni Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, khususnya di Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Agroforestry yang membawahi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR STRATEGIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN Faktor-faktor Strategis Dalam Pengembangan Agroindustri Perdesaan

VI. FAKTOR-FAKTOR STRATEGIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN Faktor-faktor Strategis Dalam Pengembangan Agroindustri Perdesaan VI. FAKTOR-FAKTOR STRATEGIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN 6.1. Faktor-faktor Strategis Dalam Pengembangan Agroindustri Perdesaan Faktor-faktor strategis merupakan beberapa elemen yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pengertian Strategi Menurut David (2009, p18) Strategi adalah sarana bersama dengan tujuan jangka panjang hendak dicapai. Strategi bisnis mencakup ekspansi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan kopi bubuk Inkopas Sejahtera, Pemilihan lokasi ditentukan secara sengaja, karena adanya pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian III. METODE KAJIAN 3.. Kerangka Pemikiran Kajian Sinergi yang saling menguntungkan antara petani dan perusahaan (PT ATB) dalam pengusahaan perkebunan merupakan faktor penting dalam usaha pengembangan perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam masalah yang dihadapi pada saat ini. Masalah pertama yaitu kemampuan lahan pertanian kita

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif.

penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada usaha sate bebek H. Syafe i Cibeber, Kota Cilegon, Provinsi Banten. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Manajemen merupakan proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien

Lebih terperinci

ANALISA METODE SWOT DAN PERENCANAAN STRATEGI GUNA MENENTUKAN STRATEGI BISNIS PERUSAHAAN PANEL LISTRIK PADA PT. LAKSANA PANEL

ANALISA METODE SWOT DAN PERENCANAAN STRATEGI GUNA MENENTUKAN STRATEGI BISNIS PERUSAHAAN PANEL LISTRIK PADA PT. LAKSANA PANEL ANALISA METODE SWOT DAN PERENCANAAN STRATEGI GUNA MENENTUKAN STRATEGI BISNIS PERUSAHAAN PANEL LISTRIK PADA PT. LAKSANA PANEL Hana Mareta Rachmawati 1*, Ahmad Juang Pratama 1 1 Program Studi Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang sangat besar dalam perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang sangat besar dalam perekonomian nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi ekonomi secara terus menerus kearah yang lebih baik dengan harapan terwujudnya pemerataan pendapatan, kemakmuran

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Perusahaan kontraktor adalah orang atau badan usaha yang menerima

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Perusahaan kontraktor adalah orang atau badan usaha yang menerima 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perusahaan kontraktor adalah orang atau badan usaha yang menerima pekerjaan dan melaksanakan pekerjaan sesuai yang ditetapkan, peraturan dan syarat-syarat yang ditetapkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN 118

LAMPIRAN-LAMPIRAN 118 LAMPIRAN-LAMPIRAN 118 Lampiran 1. Kuesioner SKB A. Gambaran Umun Perusahaan No Uraian Keterangan 1 Sejarah Perusahaan 2 Lokasi Perusahaan 3 Tujuan Perusahaan Visi : Misi : 4 Kegiatan Bisnis PT ASG B. Aspek

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS 5.1. Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan strategi, dan kebijakan perusahaan.

Lebih terperinci

DINAMIKA PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU DESA BULAKAN, SUKOHARJO TUGAS AKHIR. Oleh : SURYO PRATOMO L2D

DINAMIKA PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU DESA BULAKAN, SUKOHARJO TUGAS AKHIR. Oleh : SURYO PRATOMO L2D DINAMIKA PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU DESA BULAKAN, SUKOHARJO TUGAS AKHIR Oleh : SURYO PRATOMO L2D 004 354 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Koperasi Simpan Pinjam Warga Sepakats beralamat di Jalan Raya Cibanteng Bogor No. 02 Cihideung Ilir- Ciampea

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING Penetapan Kriteria Optimasi Penetapan kriteria optimasi dalam studi ini akan dijabarkan sebagai berikut: Kekuatan aspek internal perusahaan yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature)

I. PENDAHULUAN. Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature) membawa perubahan pada pola konsumsi obat dari yang berbahan kimiawi, ke obat-obatan yang terbuat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Martabak Air Mancur Bogor yang terletak di Jl. Sudirman, untuk pemilihan lokasinya dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional.

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya A. Visi Perumusan visi dan misi jangka menengah Dinas Pertanian,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Wisata Agro Tambi yang terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan salah satu bisnis strategis dan andalan dalam perekonomian Indonesia, bahkan pada masa krisis ekonomi. Agribisnis subsektor ini mempunyai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Ciri-ciri metode deskriptif analitis adalah memusatkan pada pemecahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian mempunyai peranan penting pada negara berkembang seperti di Indonesia. Kontribusi sektor pertanian ini sangat berpengaruh untuk pembangunan negara. Hal ini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting

Lebih terperinci

KAJIAN ANALISIS SWOT PADA INDUSTRI KONVEKSI DI CIPAYUNG DEPOK

KAJIAN ANALISIS SWOT PADA INDUSTRI KONVEKSI DI CIPAYUNG DEPOK S. Marti ah / Journal of Applied Business and Economics Vol. No. 1 (Sept 2016) 26-4 KAJIAN ANALISIS SWOT PADA INDUSTRI KONVEKSI DI CIPAYUNG DEPOK Oleh: Siti Marti ah Program Studi Teknik Informatika Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 40 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Perencanaan dan pembangunan suatu daerah haruslah disesuaikan dengan potensi yang dimiliki daerah bersangkutan dan inilah kunci keberhasilan program pengembangan

Lebih terperinci

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi 1.1. Latar Belakang Upaya pemenuhan kebutuhan pangan di lingkup global, regional maupun nasional menghadapi tantangan yang semakin berat. Lembaga internasional seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO)

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Elsari Brownies & Bakery (EBB) yang bertempat di Jalan Raya Pondok Rumput Nomor 18 RT 06/RW 11, Kelurahan Kebon Pedes,

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) WORKSHOP DESAIN IKM BATU MULIA DI JAWA TENGAH

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) WORKSHOP DESAIN IKM BATU MULIA DI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) WORKSHOP DESAIN IKM BATU MULIA DI JAWA TENGAH KEGIATAN PENGEMBANGAN KLASTER DAN SENTRA INDUSTRI ANEKA TAHUN ANGGARAN 2016 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara 20 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara (lampiran 1) dengan pihak perusahaan sebanyak 3 responden

Lebih terperinci

KEMITRAAN PEMASARAN BENIH PADI DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH KALIMANTAN SELATAN

KEMITRAAN PEMASARAN BENIH PADI DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH KALIMANTAN SELATAN KEMITRAAN PEMASARAN BENIH PADI DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH KALIMANTAN SELATAN Retna Qomariah, Yanuar Pribadi, Abdul Sabur, dan Susi Lesmayati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Berbagai studi menunjukkan bahwa sub-sektor perkebunan memang memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia sebagai sumber pertumbuhan ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap pembentukan klaster industri kecil tekstil dan produk tekstil pada Bab IV. Pada bagian ini akan dilakukan analisis terhadap model

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan masalah... 3 1.3. Tujuan Penelitian... 7 1.4. Manfaat Penelitian...

Lebih terperinci