BAB II LANDASAN TEORI. untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru atau berbeda, belum ada
|
|
- Iwan Sumadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kreativitas Pengertian kreativitas verbal Guilford (1975) menyatakan kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru atau berbeda, belum ada sebelumnya berupa suatu gagasan atau ide, hasil karya, serta respon dari situasi yang tidak terduga. Menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru merupakan suatu hal yang belum pernah dilakukan oleh orang lain, bisa berupa ide yaitu pemikiran yang dituangkan dalam pendapat yang bisa saja pendapat tersebut berbeda dengan orang lain. Sedangkan hasil karya yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh orang lain bisa berupa seni atau kerajinan bahkan pendapat, selain itu hasil karya merujuk pada hasil perbuatan, kinerja atau karya seseorang dalam bentuk barang atau sebuah pendapat. Respon atau situasi yang tidak terduga merupakan suatu pemikiran atau sikap dimana orang dengan cepat merespon dan melakukan sesuatu dengan cepat, bisa melalui pemikiran kreatif ataupun memperbaiki barang yang rusak. Kreativitas akan muncul dari interaksi yang unik dengan lingkungannya. Interaksi yang unik dapat berupa kegiatan yang dapat mengambangkan kreativitas yang memungkinkan berbeda dengan yang lain. Kreativitas merupakan suatu proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan dan originilitas dalam berpikir dan suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru sehingga 11
2 proses kreatif dapat muncul dalam tindakan yang dapat menghasilkan suatu produk baru yang tumbuh dalam keunikan individu. Kreativitas verbal merupakan proses berpikir yang dapat menghasilkan kemampuan dengan memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan, sehingga orang dapat mengambangkan kreativitas anak yang diwujudkan dalam potensi kreatif Guilford (1975). Kreativitas juga berhubungan dengan kemampuan untuk melihat bermacammacam kemungkinan penyelesaian masalah berdasarkan informasi yang tersedia untuk menemukan banyak kemungkinan jawaban baik berupa pemikiran yang imajinatif dan pemikiran terbuka yang menjajaki bermacam-macam kemungkinan jawaban terhadap suatu persoalan atau masalah serta fokus pada tercapainya satu jawaban yang paling tepat terhadap suatu persoalan atau masalah. maka melalui kreativitas, orang mampu mengadaptasi dalam semua situasi agar tujuannya tercapai. Perlunya penenkanan arah tujuan yang jelas sehingga penerapan kreativitas akan berkembang dengan cara menghasilkan banyak gagasan atau ide yang baru yang akan berakibat pada mengembangan sikap dan cara berpikir kreatif. Kreativitas verbal mengacu pada kemampuan yang menandai ciri-ciri kreatif Guilford (1975). Guilford (1975) menyatakan bahwa proses berpikir kreatif digambarkan dalam model struktur intelek yang dikelompokkan kedalam tiga matra (dimensi) yaitu 1. Matra Operasi (proses) yang memuat lima proses berpikir yaitu kognisi ingatan,berpikir kreatif, berpikir konvergen dan evaluasi yang mencangkup proses-proses pemikiran. Menurut Guilford (1975) kognisi adalah penerimaan dan pengenalan kembali informasi atau proses terbentuknya sebuah pengertian dan pemantapan informasi yang baru 12
3 diperoleh. Berpikir konvergen yaitu pemberian jawaban atau penarikan kesimpulan yang logis (penalaran) dari informasi yang diberikan dengan penekanan dan pencapaian jawaban tunggal yang paling tepat, atau satusatunya jawaban yang benar. Selain kognisi dan berpikir konvergen ada berpikir kreatif yaitu memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuaian. Evaluasi yaitu membuat pertimbangan dengan membandingkan bahan-bahan informasi sesuai dengan tolak ukur tertentu. 2. Matra Konten (materi) menunjukkan bermacam-macam materi yang digunakan meliputi figural simbolik dan perilaku. Simbol mewakili objek tertentu yang disimbolisasikan sedangkan figural merupakan kemampuan dengan memberikan dua atau lebih garis dan mengkombinasikan sebanyak mungkin. Dalam kreativitas simbolik dihadapkan dengan pertanyaan masalah berupa simbol. Simbol dapat berbentuk angka, huruf dan kata. 3. Matra produk menunjukkan hasil dan proses tertentu yang diterapkan mencangkup enam bentuk yaitu unik, kelas, hubungan, sistem, transformasi dan implikasi. Kelas merupakan kemampuan membuat perubahan dari satu kelas atau golongan ke kelas atau kelas lain. Dalam hal ini operasi kreativitas yang mengolah bahan figural dan simbolik menghasilkan enam jenis produk berupa unit, kelas, hubungan, sistem, transformasi dan implikasi. Unit adalah pertanyaan tugas yang dilakukan dengan memberi bahan dasar yang darinya sebanyak mungkin objek nyata diminta dibuat. Dalam bentuk figural, pernyataan dapat dilakukan dengan meminta siswa membuat sebanyak mungkin gambar objek nyata dari sebuah lingkaran dalam waktu tertentu. Hubungan dilakukan dengan melengkapi struktur dan hubungan dari dua hal. Transformasi melibatkan kemampuan memanipulasi objek yang diberikan kepada siswa sebanyak mungkin. Implikasi kemampuan membuat antisipasi dan prediksi terhadap keadaan-keadaan tertentu di masa yang akan datang sedangkan sistem melibatkan urutan rasional dari langkah yang bermakna Aspek-aspek kreativitas verbal Guilford (1975) mengemukakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan seseorang yang dapat menghasilkan macam-macam idea atau gagasan. Aspek-aspek yang berkaitan dengan kreativitas verbal adalah : 1. Fluency (kelancaran) Kelancaran dalam berpikir merupakan kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda, menggunakan bermacam-macam cara pemikiran kreativitas dan mudah menghasilkan cara 13
4 berpikir yang baru. Anak dapat memberikan lebih dari satu jawaban, gagasan, pertanyaan hasil atau produk dan kemampuan untuk memberikan berbagai cara atau saran dalam melakukan berbagai hal sehingga dapat mengatasi suatu masalah. selain itu anak juga diharapkan dapat menghasilkan banyak ide dengan pemikiran yang cepat. Pada aspek kelancaran yang ditekankan adalah kuantitas bukan kualitas. Anak dapat menghasilkan sejumlah ide dengan cepat yang sesuai dengan fungsi atau kegunaan yang diminta. Gagasan atau ide yang dihasilkan dapat berupa kata tunggal ataupun kompleks, dapat berupa gambar, cerita dan kalimat-kalimat pendek yang merupakan kesatuan sebagai hasil dari pemikiran. Guilford (1975) mengemukakan bahwa kelancaran diartikan dengan mengeluarkan pemikiran yang dengan mudah mengalir, baik alam bentuk kebebasan intelektual, verbal, atau yang lainnya. 2. Fleksibility (fleksibilitas) Guilford (1975) menyatakan bahwa fleksibilitas mencerminkan kemampuan untuk cepat menghasilkan berbagai pemikiran yang berkembang menjadi sebuah pemikiran yang berbeda dan berkaitan dengan satu sikap tertentu. Fleksibilitas pada dasarnya bergatung pada kecepatan menghasilkan berbagai pemikiran yang berbeda bersamaan dengan suatu sikap. Fleksibilitas juga terkait dengan pengubahan pola pikir yang dilakukan oleh seseorang dalam menghadapi suatu problematika tertentu dan kemampuan yang berhubungan dengan kesiapan mengubah arah atau modifikasi informasi. Dalam kaitannya dengan fleksibilitas adalah Anak dapat menghasilkan gagasan, jawaban, yang bervariasi, serta memiliki kemampuan untuk melihat 14
5 suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda. Anak memiliki kemampuan untuk mengubah cara pendekatan dan cara pemikiran dan biasanya penekanannya pada kualitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban. Jadi semata-mata bukan banyak jawaban yang diberikan yang menentukan kualitas seseorang, tetapi juga ditentukan oleh kualitas atau mutu dari jawaban. Fleksibilitas adalah Anak dapat menyelesaikan masalah variasi dari ide-ide yang bebas dari hambatan atau keterpaksaan. Anak dapat fleksibel dalam menghadapi berbagai masalah. Anak dapat fleksibel dalam menghadapi suatu masalah sampai di dapat hasil dari pemecahan masalah yang anak hadapi. Selain itu kecepatan berpikir ini merupakan kemampuan untuk cepat menghasilkan banyak pemikiran dalam posisi tertentu dengan membantu syarat-syarat tertentu pula. 3. Orisinality (keaslian) Orisinilitas merupakan salah satu aspek yang penting dalam kreativitas. Pemikiran-pemikiran ini muncul dari seseorang dan menjadi hak miliknya, serta mencerminkan karakter kepribadiannya. Dengan demikian orang yang memiliki orisinilitas itu adalah orang yang berpikir dengan sendirinya. Orisinalitas adalah Anak dapat menghasilkan ide-ide yang luar biasa, jarang ditemui dan juga unik. Biasanya anak menghasilkan ide yang lebih jauh dari kenyataan yang ada atau hanya ada di imajinasi anak saja. Oleh Karena itu, dianggap sebagai ide yang lain dari biasanya. Orisinilitas dapat mempunyai arti sebagai kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru walaupun sesungguhnya yang diciptakan itu tidak perlu 15
6 berupa hal-hal yang baru sama sekali, tapi merupakan gabungan (kombinasi) darihal-halyang sudah ada sebelumnya. 4. Elaboration (keterperincian atau penguraian) Elaboration merupakan kemampan dalam mengemukakan suatu gagasan dan menambah atau memperinci detail-detail dari suatu objek gagasan atau situasi sehingga lebih menarik. Elaboration adalah Anak dapat mengembangkan suatu gagasan, produk atau hasil karya untuk menambah atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. Anak memiliki kemampuan dalam menambah atau melengkapi unsur-unsur paling penting pada jawaban-jawaban yang diberikan, agar dapat menghasilkan jawabanjawaban yang lebih lengkap dan jelas. Dalam hal ini dapat juga merupakan aktivitas untuk merangkai sebuah idea tau jawaban yang umum dan simpel agar menjadi lebih khusus atau mendetail. Serta menjadi suatu runtutuan atau sistematik yang merupakan tahapan penting untuk sampai pada pelaksanaan ide tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa elaborasi sebagai suatu kemampuan untuk memperkaya dan mengembangkan suatu kemampuan untuk memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan, poduk dengan menambah memeperinci dan melengkapi sesuatu. Guilford (dalam Munandar,2002) setiap orang pada dasarnya memiliki potensi kreatif dan kemampuan mengungkapkan dirinya secara kreatif. Yang terpenting dalam dunia pendidikan adalah meningkatkan kreativitas dan mengambangkannya. Pengembangan kreativitas dapat dijelaskan sebagai berikut: 16
7 a. Person Seseorang yang kreatif memiliki ciri-ciri kepribadian tertentu seperti mempunyai rasa ingin tahu yang besar, mempunyai daya imajinasi yang kuat, mempunyai minat yang besar, tekun dan ulet dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Kreativitas adalah ungkapan keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungan. Dari pribadi yang unik inilah yang diharapkan timbul ide baru dan produk yang inovatif. b. Proses Seseorang yang senang dan berminat untuk melibatkan diri dalam proses kreatif. Melibatkan diri secara kreatif maksudnya adalah kecenderungan untuk selalu melihat dan membentuk kombinasi baru dari unsur-unsur yang diamati dari lingkungan atau dari pemikirannya. Untuk mengambangkan kreativitas siswa, perlu diberi kesempatan untuk bersibuk diri secara aktif. Penting dalam hal memberi kebebasan kepada siswa untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif. c. Press atau dorongan Yaitu kondisi yang dapat mendorong atau menghambat seseorang untuk bertindak kreatif. Dorongan bisa berasal dari luar atau dari dalam diri (motivasi pribadi). Jika kedua kondisi menunjang akan lebih memungkinkan untuk bertindak kreatif. Untuk mewujudkan kreativitas siswa diperlukan dorongan dan dukungan dari lingkungan yang berupa apresiasi, dukungan pemberian pujian dan dorongan didalam diri siswa sendiri untuk menghasilkan sesuatu. Bakat kreatif 17
8 dapat berkembang dalam lingkungan yang mendukung, tetapi dapat pula dihambat dalam lingkungan yang kurang mendukung. d. Produk Ditinjau dari produk kemampuan berpikir merupakan kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Baik itu untuk individu yang menciptakan atau untuk lingkungannya. Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang bermakna adalah kondisi pribadi dan lingkungan yaitu sejauhmana keduanya mendorong seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses kreatif Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas Orang kreatif lebih banyak memiliki cara-cara berpikir divergen dari pada konvergen. faktor yang mempengaruhi pemikiran pada individu adalah faktorfaktor yang berhubungan dengan aptitude dan non uptitude karena berpikir kreativitas meliputi kelancaran, kelenturan dan orisinilitas. Ini ditunjukkan dengan kemampuan berpikir secara kreatif sedangkan secara non aptitude atau afektif meliputi kepercayaan diri, keuletan dan kemandirian. Adapun faktor kebebasan yang dikemukakan Guilford (dalam Alkhalili 2005) adalah 1. Faktor kebebasan a. Kefasihan kata yaitu menyusun huruf dalam beberapa kata dengan cepat. b. Ketepatan memutuskan yaitu menciptakan beberapa kata tertentu dan memiliki makna secara tepat. 18
9 c. Kebebasan berpikir yaitu kecepatan mengeluarkan pemikiran dalam mengambil sikap. d. Kebebasan berekspresi yaitu kebebasan mengungkapkan berbagai pemikiran. Perbedaan antara kebebasan berekspresi dengan factor kebebasan berpikir menunjukkan bahwa kemampuan untuk menciptakan pemikiran itu berbeda dari kemampuan untuk membentuk pemikiran-pemikiran dalam suatu rangkaian kata Pengukuran Kreativitas Verbal Pada penelitian ini Kreativitas verbal siswa diukur dengan menggunakan skala kreativitas verbal yang disusun oleh Munandar (1999) dimana aspek-aspek penyusunannya menggunakan aspek kreativitas verbal dari Guilford (1975) yaitu kelancaran berpikir, keluwesan berpikir, elaborasi, originilitas. Subjek diminta merespon sejumlah pernyataan dengan memilih empat buah pilihan jawaban yang paling sesuai sampai yang paling tidak sesuai dengan dirinya. 2.2 Kecerdasan Emosional Pengertian Goleman (2001) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan. Kecerdasan emosional atau emotional intelligence adalah kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi 19
10 diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain agar terekspresikan secara tepat dan efektif (Goleman, 2001). Dalam penelitian ini, kecerdasan emosional yang dimaksud adalah kemampuan siswa untuk dapat mengerti dan memahami perasaan-perasaan diri sendiri, mengelola emosi diri sendiri, mampu memotivasi diri sendiri dan orang lain, serta mempunyai rasa empati terhadap orang lain sesuai pendapat Goleman (2001) Aspek Kecerdasan Emosional Salovey (Goleman, 2001; 2005) menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya, seraya memperluas kemampuan ini menjadi lima wilayah utama, yaitu : a. Kesadaran Diri Kesadaran diri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional. Para ahli psikologi menggunakan istilah metamood untuk menyebut kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut John Mayer (Goleman, 2005) kesadaran diri adalah waspada baik terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati. Bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri belum menjamin penguasaan emosi, namun menjadi salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosinya. Orang yang 20
11 mempunyai kesadaran emosi menyadari apa yang sedang kita pikirkan dan apa yang kita rasakan saat ini. Kesadaran akan emosi merupakan kecakapan emosional dasar yang melandasi terbentuknya kecakapan-kecakapan lain, misalnya kendali diri akan emosi. (Goleman, 2001) Kesadaran diri berarti mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat, dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. b. Mengelola Emosi Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita. Mampu mengelola emosi berarti mampu melakukan pengaturan diri, yaitu menangani emosi sedemikian sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, serta mampu pulih kembali dari tekanan emosi (Goleman, 2001). Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibatakibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaanperasaan yang menekan. 21
12 c. Memotivasi Diri Sendiri Motivasi merupakan dorongan untuk melakukan sesuatu sehingga menuntun seseorang untuk menuju sasaran, dan membantu dalam mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi. Orang yang mempunyai motivasi diri serta dapat memanfaatkan emosi secara produktif memliki ketekunan dalam usaha mencapai tujuan, kemampuan untuk menguasai diri, bertanggung jawab, dapat membuat rencana-rencana inovatif-kreatif ke depan dan mampu menyesuaikan diri dan optimis. d. Mengenali Emosi Orang Lain (Empati) Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain yaitu merasakan yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyalsinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain. Rosenthal dalam penelitiannya menunjukan bahwa orang-orang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu menyesuaikan diri secara emosional, lebih popular, lebih mudah bergaul, dan lebih peka (Goleman, 2005). Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, 22
13 mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain. e. Membina Hubungan Keterampilan untuk berhubungan dengan orang lain merupakan kecakapan emosional yang mendukung keberhasilan dalam bergaul dengan orang lain dan sesuatu kemampuan yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi. Membina hubungan dengan orang lain yaitu menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan keterampilan-keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, dan untuk bekerja sama dan bekerja dalam tim. Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang lain. Seseorang berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer dalam lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuannya berkomunikasi. Salah satu kemampuan yang berpengaruh dalam kecerdasan emosional adalah mengenali emosi orang lain yang ditunjukkan dengan sikap empati. Dimana individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap perasaan orang lain, lebih peka dan mampu mendengarkan orang lain. Hoffman (dalam Goleman, 2001) melihat adanya proses alamiah empati sejak bayi dan 23
14 masa-masa selanjutnya. Hal ini berhubungan dengan perilaku altruistik dimana salah satu aspek dalam altruis adalah empati, yaitu kemampuan seseorang untuk mengetahui perasaan orang lain dan ikut berperan dalam membantu kebutuhan dan kepentingan orang lain Faktor Kecerdasan Emosional Goleman (2005) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, faktor internal yaitu faktor otak. Mengungkapkan bagaimana arsitektur otak memberi tempat istimewa bagi amigdala sebagai penjaga emosi, penjaga yang mampu membajak otak. Amigdala berfungsi sebagai semacam gudang ingatan emosional dan demikian makna emosional itu sendiri hidup tanpa amigdala merupakan kehidupan tanpa makna pribadi sama sekali. Faktor lain yang mempengaruhi kecerdasan emosional adalah faktor eksternal yaitu yang datang dari luar individu. Sepanjang perkembangan sejarah manusia menunjukkan seseorang sejak kecil mempelajari keterampilan sosial dasar maupun emosional dari orang tua dan kaum kerabat, tetangga, teman bermain, lingkungan pembelajaran di sekolah dan dari dukungan sosial lainnya. Demikian pula pada kecerdasan emosional seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan tidak bersifat menetap. Faktor eksternal yang mempengaruhi kecerdasan emosional yaitu a) pengaruh keluarga, b) lingkungan sekolah, dan c) lingkungan sosial. Demikianlah beberapa hal yang mempengaruhi kecerdasan emosi yang secara garis besar dipengaruhi oleh faktor dari dalam individu dan faktor dari luar 24
15 individu selanjutnya kedua faktor ini saling berinteraksi dalam proses belajar dan latihan selama rentang kehidupannya 2.3 Efikasi Diri Pengertian Efikasi Diri Bandura (dalam Feist & Feist, 2010) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk melakukan suatu bentuk kontrol terhadap keberfungsian orang itu sendiri dan kejadian dalam lingkungan. Bandura beranggapan bahwa keyakinan atas efikasi seseorang adalah landasan dari manusia. Manusia yang yakin bahwa dirinya dapat melakukan sesuatu yang mempunyai potensi untuk dapat mengubah kejadian di lingkungannya, akan lebih mungkin untuk bertindak dan lebih mungkin untuk menjadi sukses daripada manusia yang mempunyai efikasi diri yang rendah. Efikasi diri tidak hanya merupakan konsep global atau yang digeneralisasikan, seperti harga diri (self-esteem) atau kepercayaan diri (selfconfidence) (Feist & Feist, 2010). Walaupun self-efficacy adalah karakteristik internal yang mempengaruhi perilaku dan reaksi dalam cara yang relatif konstan dan terprediksi, self-efficacy juga ditentukan oleh situasi. Orang dapat mempunyai self-efficacy yang tinggi dalam satu situasi dan mempunyai self-efficacy yang rendah dalam situasi lainnya. Efikasi diri yang tinggi dan rendah berkombinasi dengan lingkungan yang responsif untuk menghasilkan empat variabel prediktif (Bandura dalam Feist & Feist, 2010) berikut ini : (a) Ketika efikasi diri yang tinggi dan lingkungan 25
16 responsif, hasil yang bisa diperkirakan adalah kesuksesan. (b) Saat efikasi diri rendah berkombinasi dengan lingkungan yang responsif, manusia mungkin akan merasa depresi karena mengobservasi bahwa orang lain dapat berhasil melakukan suatu tugas yang terlalu sulit untuknya. (c) Saat seseorang dengan efikasi diri yang tinggi menemui situasi lingkungan yang tidak responsif, biasanya akan meningkatkan usahanya untuk mengubah lingkungan. Orang tersebut dapat melakukan protes-protes, kegiatan aktivis sosial, atau bahkan kekuatan untuk memulai perubahan; namun saat semua usaha tersebut gagal, Bandura berhipotesis bahwa orang tersebut akan menyerah malakukan hal tersebut dan mencari lingkungan baru yang lebih responsif. (d) Terakhir, saat efikasi diri yang rendah dikombinasikan dengan lingkungan yang tidak responsif, orang-orang akan merasa apatis, segan, dan tidak berdaya (Feist & Feist, 2010) Sumber Efikasi Diri Bandura (1997) menyatakan bahwa efikasi diri dapat diperoleh, dipelajari, dan dikembangkan dari empat sumber informasi yaitu Enactive attainment and performance accomplishment (pengalaman keberhasilan dan pencapaian prestasi), Vicarious experience (pengalaman orang lain), Verbal persuasion (persuasi verbal), Physiological state and emotional arousal (keadaan fisiologis dan psikologis). Di mana pada dasarnya keempat hal tersebut adalah stimulasi atau kejadian yang dapat memberikan inspirasi atau pembangkit positif (positive arousal) untuk berusaha menyelesaikan tugas atau masalah yang dihadapi. Hal ini 26
17 mengacu pada konsep pemahaman bahwa pembangkitan positif dapat meningkatkan perasaan atas efikasi diri (Bandura, dalam Lazarus et.al., 1980). Adapun sumber-sumber efikasi diri tersebut, yaitu: Pertama, Enactive attainment and performance accomplishment (pengalaman keberhasilan dan pencapaian prestasi) yaitu sumber ekspektasi efikasi diri yang penting, karena berdasar pengalaman siswa secara langsung. Siswa yang pernah memperoleh suatu prestasi, akan terdorong meningkatkan keyakinan dan penilaian terhadap efikasi dirinya. pengalaman keberhasilan siswa ini meningkatkan ketekunan dan kegigihan dalam berusaha mengatasi kesulitan, sehingga dapat mengurangi kegagalan. Kedua, Vicarious experience (pengalaman orang lain) yaitu mengamati perilaku dan pengalaman orang lain sebagai proses belajar siswa. Melalui model ini efikasi diri siswa dapat meningkat, terutama jika siswa merasa memiliki kemampuan yang setara atau bahkan merasa lebih baik dari pada orang yang menjadi subjek belajarnya. Siswa mempunyai kecenderungan merasa mampu melakukan hal yang sama. Peningkatan efikasi diri siswa ini dapat meningkatkan motivasi untuk mencapai suatu prestasi. Peningkatan efikasi diri ini akan menjadi efektif jika subjek yang menjadi model tersebut mempunyai banyak kesamaan karakteristik antara siswa dengan model, kesamaan tingkat kesulitan tugas, kesamaan situasi dan kondisi, serta keanekaragaman yang dicapai oleh model. Ketiga, Verbal persuasion (persuasi verbal) yaitu siswa mendapat bujukan atau sugesti untuk percaya bahwa siswa dapat mengatasi masalah-masalah yang akan dihadapinya. Persuasi verbal ini dapat mengarahkan siswa untuk berusaha 27
18 lebih gigih untuk mencapai tujuan dan kesuksesan. Akan tetapi efikasi diri yang tumbuh dengan sumber-sumber efikasi diri ini biasanya tidak bertahan lama, apalagi jika kemudian siswa mengalami peristiwa traumatis yang tidak menyenangkan. Keempat, Physiological state and emotional arousal (keadaan fisiologis dan psikologis). Situasi yang menekan kondisi emosional dapat mempengaruhi efikasi diri. Gejolak emosi, goncangan, kegelisahan yang mendalam dan keadaan fisiologis yang lemah yang dialami siswa akan dirasakan sebagai suatu isyarat akan terjadi peristiwa yang tidak diinginkan, maka situasi yang menekan dan mengancam akan cenderung dihindari. Empat hal tersebut dapat menjadi sumber bagi tumbuh dan berkembangnya efikasi diri siswa. Dengan kata lain, efikasi diri dapat diupayakan untuk meningkat dengan membuat manipulasi melalui empat hal tersebut Dimensi-Dimensi Efikasi Diri Bandura (1997) menyebutkan bahwa dimensi-dimensi dalam efikasi diri, meliputi: a. Besar Pengharapan Adalah besarnya harapan terhadap kemungkinan hasil dari suatu perilaku, yaitu suatu perkiraan bahwa perilaku atau tindakan tertentu menyebabkan hasil tertentu yang bersifat khusus. Besar pengharapan efikasi diri (self efficacy) dapat diketahui melalui indikator-indikator dibawah ini: 1) Tingkat kesulitan tugas yang diyakini dapat diselesaikan. 28
19 2) Analisis pilihan perilaku yang akan dicoba (merasa mampu dilakukan). 3) Upaya menghindari situasi dan perilaku yang dirasa melampaui batas kemampuannya. b. Luas Pengharapan Merupakan keyakinan sejauh mana perilaku tertentu akan menimbulkan konsekuensi atau hasil tertentu, konsekuensi-konsekuensi akan terjadi bila suatu perilaku dilakukan oleh seseorang, hanya saja kemampuan seseorang untuk menampilkan perilaku terbatas maka pengharapan seseorang terhadap suatu konsekuensi atau hasil terbatas pula. Hal ini merupakan luas bidang perilaku yang diyakini berhasil dicapai siswa dengan indikator: 1) Pengharapan terbatas pada bidang perilaku khusus yaitu keyakinan/kemantapan dalam menjalankan bidang tugas selama ini. 2) Pengharapan yang menyebar meliputi berbagai bidang perilaku yaitu keyakinan atau kemantapan dalam menjalankan tugas lain yang belum pernah dikerjakannya. c. Kemantapan Pengharapan Harapan akan dapat membentuk perilaku secara tepat. Suatu keyakinan bahwa seseorang akan berhasil dalam bertindak sesuai dengan hasil yang diharapkan. Aspek ini menunjukkan bahwa harapan orang berkaitan dengan kesanggupan melakukan sesuatu perilaku yang dikehendaki. Kemantapan pengharapan tergantung pada situasi beberapa informasi berupa persepsi dari hasil 29
20 tindakan yang didapatkan melalui kehidupan, modeling, peristiwa verbal dan keadaan emosi yang mengancam. Dapat dilihat melalui indikator di bawah ini: 1) Bertahan dalam usahanya yaitu bertahan dalam menghadapi tugas dan tantangan pekerjaan sebagai siswa. 2) Keuletan dalam berusaha dalam menghadapi tugas-tugas tantangan studi Ciri-Ciri Efikasi Diri Bandura (1997) memaparkan mengenai perbedaan ciri-ciri orang yang mempunyai self-efficacy yang tinggi dan rendah, antara lain: a. Orang yang mempunyai self-efficacy rendah (yang ragu-ragu akan kemampuannya): 1. Orang yang menjauhi tugas-tugas yang sulit. 2. Berhenti dengan cepat bila menemui kesulitan. 3. Memiliki cita-cita yang rendah dan komitmen yang buruk untuk tujuan yang telah dipilih. 4. Berfokus pada akibat yang buruk dari kegagalan. 5. Cenderung mengurangi usaha karena lambat memperbaiki keadaan dari kegagalan yang dialami, mudah mengalami stres dan depresi. b. Orang yang mempunyai self-efficacy tinggi (yang mempunyai kepercayaan yang kuat akan kemampuannya): 1. Mendekati tugas-tugas yang sulit sebagai tantangan untuk dimenangkan. 30
21 2. Menyusun tujuan-tujuan yang menantang dan memelihara komitmen untuk tugas-tugas tersebut. 3. Mempunyai usaha yang tinggi atau gigih. 4. Memiliki pemikiran strategis. 5. Berpikir bahwa kegagalan yang dialami karena usaha yang tidak cukup sehingga diperlukan usaha yang tinggi dalam menghadapi kesulitan. 6. Cepat memperbaiki keadaan setelah mengalami kegagalan. 7. Mengurangi stres. 2.4 Penelitian yang Relevan Penelitian pertama dari Sanchez-Ruiz dkk (2010) dengan judul The relationship between trait emotional intelligence and creativity across subject domains. Dalam penelitian Sanchez-Ruiz dkk (2010) ditemukan hasil hubungan yang positif signifikan antara kepribadian kreatif dengan kecerdasan emosional global dengan r = 0,29 dan p<0,01. Penelitian kedua dari Kisti & Fardana (2012) dengan judul hubungan antara self efficacy dengan kreativitas pada siswa SMK, dari penelitian ini didapatkan hasil ada hubungan yang positif dan signifikan antara self efficacy dengan kreativitas dengan r = 0,479 dan p<0,01. Penelitian dengan hasil yang berbeda dari Maryati (2008) yang berjudul hubungan antara kecerdasan emosi dan keyakinan diri (self-efficacy) dengan kreativitas pada siswa akselerasi. Hasil analisis korelasi : rx1y = 0,143; p = 0,288 (p > 0,05), berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi 31
22 dengan kreativitas. Hasil analisis korelasi rx2y = 0,059; p = 0,370 (p > 0,05) berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara keyakinan diri dengan kreativitas. 2.5 Hipotesis Penelitian Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Ada hubungan yang signifikan antara efikasi diri dengan kreativitas verbal siswa Teknik Produksi Pakaian Jadi SMK Muhammadiyah Suruh. 2. Ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan kreativitas verbal siswa Teknik Produksi Pakaian Jadi SMK Muhammadiyah Suruh.. 32
BAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efikasi Diri (self-efficacy) Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran penting. Faktor person (kognitif) yang ditekankan Bandura (dalam Santrock,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. atau balasan. (Batson, 1991) Altruisme adalah sebuah keadaan motivasional
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Altruis 2.1.1 Pengertian Altruis adalah suatu bentuk perilaku menolong berupa kepedulian untuk menolong orang lain dengan sukarela tanpa mengharapkan adanya imbalan atau balasan.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penyesuaian Sosial 2.1.1. Pengertian Penyesuaian Sosial Schneider (1964) mengemukakan tentang penyesuaian sosial bahwa, Sosial adjustment signifies the capacity to react affectively
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kreativitas 2.1.1 Pengertian Kreativitas Guilford (1975) menyatakan kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru atau berbeda,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. perasaan dan pendapat kepada orang lain tanpa menyinggung perasaan orang itu,
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Asertif 2.1.1 Pengertian Asertif Individu yang asertif menurut Sumihardja (Prabowo 2000) mempunyai pengucapan verbal yang jelas, spesifik dan langsung mampu mengungkap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tumbang akan tetapi pendidikan tidak akan dan tidak boleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah segi yang sangat vital dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sangat pentingnya pendidikan sering diibaratkan bahwa ekonomi suatu negara boleh tumbang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Pengertian Self Efficacy Self efficacy adalah keyakinan diri individu tentang kemampuannya dan juga hasil yang akan individu peroleh dari kerja kerasnya yang
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Hasil penelitian dari Scapinello (1989) menunjukkan bahwa seseorang dengan tingkat kebutuhan akan prestasi yang tinggi kurang dapat menerima kegagalan daripada
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIK
BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gabungan dari prestasi belajar dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi. Prestasi dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Pengertian Self Efficacy Self efficacy berasal dari teori Bandura (1997) yaitu teori kognisi belajar sosial. Teori kognisi belajar sosial mengacu pada kemampuan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. element. At perhaps the most fundamental level, the termindicates that one or
BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Aspirasi Pekerjan 2.1.1 Tingkat Aspirasi Pekerjaan Berbicara aspirasi adalah harapan dan tujuan hidup yang akan datang. Setiap orang memiliki aspirasi tersendiri. Karena setiap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, kita memasuki dunia yang berkembang serba cepat sehingga memaksa setiap individu untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut. Indonesia
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antara dua atau beberapa variabel.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian korelasional. Arikunto (2010) menyebutkan bahwa penelitian korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Self Efficacy Konsep mengenai self efficacy ini pada dasarnya melibatkan banyak kemampuan yang terdiri dari aspek kegiatan sosial dan kemampuan untuk bertingkah laku.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas
BAB II KAJIAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Sejarah self efficacy pertama kali diperkenalkan oleh Bandura dalam pembelajaran sosial, dimana self efficacy merupakan turunan dari teori
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi kemampuan
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kecerdasan Emosional 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Emosional Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang merupakan keterampilan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan
BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka,
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kecerdasan Emosional 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Emosional Secara umum kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan dan memahami secara lebih efektif terhadap daya kepekaan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori. Ini sering dilakukan untuk
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan
2 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan untuk maksud tertentu. Maksud yang dapat dicapai dalam
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoritik 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis a. Pengertian Berpikir Kreatif Proses berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi secara alamiah atau terencana
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Kecerdasan Emosional 1. Pengertian Kecerdasan dan Emosi Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi: kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang merupakan keterampilan
Lebih terperinciKeterkaitan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja SDM
KeterkaitanKecerdasanEmosionaldenganKinerjaSDM Oleh: Dra. Maria F.Lies Ambarwati, M.M. Peran sumber daya manusia dalam sebuah organisasi sejak dulu hingga saat ini tidak pernah surut sedikitpun. Teknologi
Lebih terperinciPERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR
PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR Murhima A. Kau Universitas Negeri Gorontalo Email : murhimakau@ymail.com ABSTRAK Permasalahan kreativitas menjadi sangat penting untuk dibicarakan
Lebih terperinciSELF-EFFICACY DAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
Widiyanti, Self-Efficacy dan Kecerdasan Emosional Siswa,... 71 SELF-EFFICACY DAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Oleh: Widiyanti Dosen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke masa dewasa awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih dituntut suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyelidiki sebuah proyek dari sudut pandang yang tidak biasa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditinjau dari seluruh aspek kehidupan, kebutuhan akan kreativitas sangatlah penting. Seperti yang dikatakan oleh Munandar dalam bukunya (1999:6) kreativitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persaingan global saat ini menuntut individu agar mampu mencapai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan global saat ini menuntut individu agar mampu mencapai prestasi dalam pendidikan. Pendidikan merupakan faktor penting individu untuk mencapai kesiapan yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Self-efficacy Self-efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep Self efficacy pertama kali
Lebih terperinciKAJIAN PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF & BERPIKIR KREATIF
KAJIAN PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF & BERPIKIR KREATIF A. Pendekatan Induktif-Deduktif Menurut Suriasumantri (2001: 48), Induktif merupakan cara berpikir di mana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional 2.1.1 Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian Kecemasan adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. tahun Dalam kaitannya ini menerangkan jenis-jenis kualitas emosi yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kecerdasan Emosi 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Emosi Istilah kecerdasan emosional diperkenalkan oleh Salovey dan Mayer pada tahun 1990. Dalam kaitannya ini menerangkan jenis-jenis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri. Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Efikasi Diri A. Efikasi Diri Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam teori sosial kognitif atau efikasi diri sebagai kepercayaan terhadap
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nur dalam (Trianto, 2010), teori-teori baru dalam psikologi pendidikan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Nur dalam (Trianto, 2010), teori-teori baru dalam psikologi pendidikan di kelompokkan dalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2009: 8), pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk dapat mencapai tujuannya. Setiap perusahaan selain bersaing dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi ini, setiap perusahaan bersaing dengan sangat ketat untuk dapat mencapai tujuannya. Setiap perusahaan selain bersaing dengan perusahaan-perusahaan
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan
BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya merupakan makhluk berbudi, cerdas, kreatif dan produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan bermasyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses komunikasi transaksional yang melibatkan guru, siswa, media, bahan ajar dan komponen lainnya sehingga tercipta proses interaksi belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. cerminan dari peradaban manusia dan merupakan sesuatu yang dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu unsur budaya universal yang menjadi cerminan dari peradaban manusia dan merupakan sesuatu yang dapat mempengaruhi perjalanan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Self-efficacy mengarah pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Definisi self efficacy Self-efficacy mengarah pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan dalam mencapai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self-Efficacy. berhubungan dengan keyakinan bahwa dirinya mampu atau tidak mampu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Self-Efficacy 1. Definisi Self-Efficacy Seseorang bertingkah laku dalam situasi tertentu pada umumnya dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan kognitif, khususnya faktor kognitif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang semakin meningkat. Individu dituntut untuk semakin maju agar dapat mengikuti persaingan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
8 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Berpikir Kreatif Kreativitas seringkali dianggap sebagai sesuatu keterampilan yang didasarkan pada bakat alam, dimana hanya mereka yang berbakat saja yang bisa menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Problem Focused Coping. fisik, psikis dan sosial. Namun sayangnya, kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Problem Focused Coping Pada umumnya setiap individu memiliki banyak kebutuhan yang ingin selalu dipenuhi dalam kehidupannya. Kebutuhan tersebut dapat berupa kebutuhan fisik,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana Psikologi S-1 Disusun
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena
BAB II LANDASAN TEORI A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha Fishbein dan Ajzein (Sarwono, 2002) mengembangkan suatu teori dan metode untuk memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meletakkan hubungan dari proses berpikir. Orang yang intelligent adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna. Mereka diberi kelebihan dalam fungsi kognitifnya berupa akal agar mampu berpikir. Proses kognitif atau proses intelek
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Makna kecerdasan emosional oleh psikolog Peter Salovey dan John Mayer
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KECERDASAN EMOSIONAL Makna kecerdasan emosional oleh psikolog Peter Salovey dan John Mayer pada Tahun 1990 (dalam Shapiro, 2001: 8), mendefinisikan bahwa kecerdasan emosional ialah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Konflik. tindakan pihak lain. Apabila dua orang individu masing-masing berpegang pada
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Konflik 1. Pengertian Manajemen Konflik Menurut Johnson ( Supraktiknya, 1995) konflik merupakan situasi dimana tindakan salah satu pihak berakibat menghalangi, menghambat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu aspek yang dapat memberikan kontribusi besar dalam menghasilkan manusia yang berkualitas. Pendidikan memiliki
Lebih terperinciBentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan
Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan Psikologi Pendidikan Pengindraan (sensasi) dan Persepsi O Pengindraan atau sensasi adalah proses masuknya stimulus ke dalam alat indra manusia
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak
11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mind Map Mind map atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat tinggi. Informasi berupa materi pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan bantuan catatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu pengaruh kecerdasan emosional terhadap kepuasan kerja. Hal ini termasuk latar belakang penelitian, rumusan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Belajar adalah proses perubahan seseorang yang diperoleh dari pengalamannya sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Self efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep self efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Pengertian Berpikir Kreatif Kreatif merupakan istilah yang banyak digunakan baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Umumnya orang menghubungkan kreatif dengan sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia memiliki hak untuk memilih jenis pekerjaan apa yang diinginkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu cara untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia perlu untuk bekerja. Setiap manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Universitas adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membawa dampak terhadap bidang ekonomi, politik, sosial, budaya saja, melainkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, pengaruh globalisasi bukan hanya membawa dampak terhadap bidang ekonomi, politik, sosial, budaya saja, melainkan juga membawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman, teknologi dan budaya masyarakat. Pendidikan dari masa
Lebih terperinci2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Manusia sebagai pemegang dan penggerak utama dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Melalui
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak
BAB II LANDASAN TEORI II. A. KREATIVITAS II. A. 1. Pengertian Kreativitas Kreativitas merupakan kemampuan untuk melihat dan memikirkan hal-hal yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah pendidikan tinggi yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. globalisasi ini, karena yang dibutuhkan bukan hanya sumber daya manusia dengan
BAB II LANDASAN TEORI A. Kreativitas Kretaivitas penting bagi individu dan masayarakat terutama dalam era globalisasi ini, karena yang dibutuhkan bukan hanya sumber daya manusia dengan intelegensi tinggi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kreativitas. proses berpikir untuk menghasilkan gagasan-gagasan yang baru dan berguna atau
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas 1. Pengertian Kreativitas Suharnan (2005) mendefinisikan kreativitas adalah aktivitas kognitif atau proses berpikir untuk menghasilkan gagasan-gagasan yang baru dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan atau anxietas adalah status perasaan tidak menyenangkan yang terdiri atas respon-respon patofisiologis terhadap antisipasi bahaya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang rentang kehidupannya individu mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dijalani untuk tiap masanya. Tugas perkembangan tersebut terbentang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengambilan Keputusan 1. Pengertian Pengambilan Keputusan Didalam kehidupan pengambilan keputusan merupakan hal yang penting karena pengambilan keputusan akan berpengaruh terhadap
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
47 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Syarat utama sebelum melakukan sebuah penelitian adalah menentukan variabel-variabel penelitian agar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecerdasan Emosional pada Remaja Akhir. 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Pada remaja Akhir
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecerdasan Emosional pada Remaja Akhir 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Pada remaja Akhir Menurut Goleman (2000) kecerdasan emosional adalah kemampuan yang dimiliki seseorang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Remaja
TINJAUAN PUSTAKA Remaja Remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescent yang mempunyai arti tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Subjective well-being. juga peneliti yang menggunakan istilah emotion well-being untuk pengertian yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Subjective well-being Subjective well-being merupakan bagian dari happiness dan Subjective well-being ini juga sering digunakan bergantian (Diener & Bisswass, 2008).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang dialami Indonesia pada saat ini menyebabkan keterpurukan dunia usaha di Indonesia.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. KECERDASAN EMOSI a. Definisi Kecerdasan Emosi Istilah kecerdasan emosi pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer
Lebih terperinciPP No 19 Tahun 2005 (PASAL 19, AYAT 1)
KARAKTERISTIK SISWA PP No 19 Tahun 2005 (PASAL 19, AYAT 1) proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIK. daya tarik baginya. Menurut Slameto (Djamarah, 2008) minat adalah suatu
BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Minat Belajar Minat merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh cukup besar dalam belajar. Apabila bahan pelajaran yang tidak sesuai dengan minat
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS VERBAL PADA MASA ANAK SEKOLAH SKRIPSI
EFEKTIVITAS PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS VERBAL PADA MASA ANAK SEKOLAH SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna menempuh derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh: FITRI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menciptakan berbagai hal seperti konsep, teori, perangkat teknologi yang sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kreativitas merupakan kemampuan intelektual yang sangat penting karena dengan kreativitas manusia mampu memecahkan berbagai masalah dan menciptakan berbagai
Lebih terperinciBAHAN KULIAH Orientasi Baru Dalam Psikologi
BAHAN KULIAH Orientasi Baru Dalam Psikologi Oleh: ASEP SUPENA Program Pasca Sarjana UNJ 2005-2006 KREATIVITAS Kreativitas berkaitan dengan kemauan dan kemampuan. Kreativitas berkaitan dengan sesuatu yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pada bab-bab terdahulu, terdapat tiga kesimpulan pokok yang dapat diungkapkan
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Dari kajian teoretis dan temuan penelitian sebagaimana telah disajikan pada bab-bab terdahulu, terdapat tiga kesimpulan pokok yang dapat diungkapkan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1.1 Pengertian Pengambilan Keputusan. Kegiatan ini memegang peranan penting terutama bila manajer
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengambilan Keputusan 1.1 Pengertian Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan adalah bagian kunci kegiatan manajer. Kegiatan ini memegang peranan penting terutama bila manajer
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TEORI SELF-EFICACY
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TEORI SELF-EFICACY A. Pengertian Self-Efficacy Terminologi self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh seorang tokoh behavioris bernama Albert Bandura pada tahun 1981 (Bandura,
Lebih terperinciTeori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori self-efficasy
Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (Social Learning Teory) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran cukup penting untuk mencetak masyarakat yang cerdas dan berwawasan yang luas. Sebagaimana dengan tujuan dan fungsi pendidikan Nasional
Lebih terperinciKECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN INTELEKTUAL MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA
Jurnal LINK, 13 (1), 2017, 1-7 http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/link KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN INTELEKTUAL MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA Akbar Yuli Setianto *) ; Puji Hastuti
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Keterampilan Sosial 2.1.1. Pengertian Keterampilan Sosial Penyesuaian sosial merupakan salah satu aspek psikologis yang perlu dikembangkan dalam kehidupan individu, mencakup
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) siswa dengan kelompok heterogen. Sedangkan, Sunal dan Hans
6 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin, kooperatif adalah suatu pembelajaran dimana siswa belajar
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. suatu makna (Supardi, 2011).
6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoritik 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis a. Berpikir Kreatif Kemampuan berpikir adalah kecakapan menggunakan akal menjalankan proses pemikiran/kemahiran berfikir.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena pentingnya, matematika diajarkan mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai dengan perguruan tinggi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, tampaknya persaingan bisnis di antara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi, tampaknya persaingan bisnis di antara perusahaan-perusahaan di Indonesia semakin ketat. Dunia perekonomian berjalan dengan sangat
Lebih terperinciPENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SAKAMOTO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA (PTK
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SAKAMOTO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VIII E SMP Negeri 3 Patebon Kendal Pokok Bahasan Balok
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Teori konstruktivisme dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Konstruktivisme Teori konstruktivisme dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20. Piaget (Sanjaya, 2008) berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Zaman semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zaman semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Pertumbuhan di berbagai aspek pun ikut terjadi seperti kemajuan teknologi, pendidikan, kesehatan,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis. matematis merupakan sebuah cara dalam berbagi ide-ide dan
7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Komunikasi Matematis a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis Menurut NCTM (2000: 60) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan sebuah
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang
9 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Berpikir Kreatif Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang dimiliki sebagai hasil dari kemampuan berpikir kreatif merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah La Moma, 2014
BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak mendapatkan informasi secara melimpah, cepat, dan mudah dari berbagai sumber dan berbagai
Lebih terperinci