BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengambilan Keputusan 1. Pengertian Pengambilan Keputusan Didalam kehidupan pengambilan keputusan merupakan hal yang penting karena pengambilan keputusan akan berpengaruh terhadap kehidupan sekarang maupun yang akan datang. Pengambilan keputusan memiliki berbagai pengertian, berikut ini merupakan berbagai pengertian pengambilan keputusan menurut para ahli. Pengambilan keputusan menurut Driver dan Harren (dalam Gati,2010) diartikan sebagai cara unik yang dilakukan oleh sesorang untuk menafsirkan dan menjawab tugas untuk mengambil keputusan penting didalam kehidupannya. Menurut Stoner (dalam Hasan, 2002) mengatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah. Selain itu Salusu (2004) berpendapat bahwa pengambilan keputusan adalah suatu proses memilih alternatif cara bertindak dengan metode yang sesuai dengan situasi. Curtis R. Finch dan Robert L.McGough (dalam Djatmiko, 2005) juga berpendapat bahwa pengambilan keputusan merupakan pemilihan tindakan dari sejumlah alternative yang ada. Selain itu menurut Santrock (2008) pengambilan keputusan adalah sebuah pemikiran di mana individu mengevaluasi berbagai pilihan dan memutuskan pilihan dari sekian banyak pilihan. 8

2 9 Dari beberapa definisi diatas peneliti menarik kesimpulan bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu cara khusus yang dilakukan oleh individu untuk memilih, mengevaluasi berbagai pilihan dari banyak pilihan yang untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. 2. Tujuan Pengambilan Keputusan Tujuan pengambilan keputusan menurut Hasan (2002) dapat dibedakan menjadi dua tujuan yaitu sebagai berikut: a. Tujuan bersifat tunggal Bersifat tunggal berarti keputusan yang diputuskan hanya berkaitan dengan satu masalah. Ketika sekali diputuskan, maka tidak berkaitan dengan masalah lain. b. Tujuan bersifat ganda Bersifat ganda berarti keputusan yang diputuskan untuk memecahkan berbagai masalah, baik yang bersifat kontradiktif maupun tidak kontradiktif. Menurut Manullang (dalam Andyni,2014) tujuan pengambilan keputusan untuk menghadapi berbagai tantangan atau permasalahan yang dihadapi, dimana menghasilkan kesenangan atau kepuasan dimasa depan. Berdasarkan tujuan-tujuan yang disampaikan oleh para ahli diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari pengambilan keputusan adalah untuk menghadapi berbagai permasalahan yang ada, baik itu bersifat tunggal maupun ganda, dimana hasil akhir dari pengambilan

3 10 keputusan ini, dimasa depan diharapkan akan menghasilkan kepuasan dan kesenangan. 3. Fungsi Pengambilan Keputusan Hasan (2002) berpendapat bahwa pengambilan keputusan sebagai suatu kelanjutan dari cara pemecahan masalah dimana memiliki fungsi antara lain sebagai berikut: a. Pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia. Pengambilan keputusan dilakukan dengan sadar dan terarah, dapat diputuskan secara individual atau kelompok, serta dapat juga dilakukan oleh institusional maupun organisasional. b. Sesuatu yang bersifat futuristik Pengambilan keputusan ini berkaitan dengan masa depa. Efek dari pengambilan keputusan ini akan berpengaruh terhadap masa depan dan akan berlangsung cukup lama. 4. Jenis-Jenis Keputusan Herbert Simon membedakan dua tipe keputusan yaitu sebagai berikut (Ivancevich, 2006): a. Keputusan terprogram Keputusan ini sifat nya berulang, rutin, dan memiliki prosedur penangan yang baku. Bila situasi tertentu terjadi, maka prosedur rutin akan dibuat untuk mengatasi situasi tersebut.

4 11 b. Keputusan tidak terprogram Keputusan ini tidak memiliki prosedur yang pasti dalam menangani masalah. Bila suatu kejadian yang terjadi merupakan benar-benar baru, belum pernah ditemukan situasi dan struktur yang sama sebelumya, bersifat unik, kompleks dan sangat penting. 5. Aspek-aspek Pengambilan Keputusan Harren, Kass, Tinsley dan Morelland (dalam Soesilo,2014) berpendapat bahwa terdapat 4 aspek pengambilan keputusan, yaitu sebagai berikut: a. Bertanggung jawab Sejauh mana individu dapat bertanggung jawab terhadap masa depannya. Dimana memiliki arti bahwa, ketika individu mengambil suatu keputusan, di masa yang akan datang individu akan mengalami tindakan baru. Oleh karena itu individu harus bertanggung jawab, memikirkan dan menyesuaikan terhadap keputusan yang dibuat sesuai dengan keadaan atau situaasi dan melaksanakan keputusan yang telah dipilih. b. Mengenali diri sendiri Sejuah mana individu mampu menyadari diri nya sendiri dan mengetahui kemampuan yang dimiliki. Menyadari dirinya sendiri berarti ia mengenali bagaimana pikiran dan perasaan ketika mereka dihadapi oleh suatu masalah. Apakah individu memiliki keyakinan dan kemampuan sesuai terkait dengan masalah yang sedang dihadapi atau

5 12 tidak. Sehingga kelak ketika berhadapan dengan situasi dan tindakan baru yang berkaitan dengan keputusan yang mereka pilih, individu tidak menyesalinya. c. Pertimbangan Sejauh mana individu mampu untuk melakukan atau membuat suatu pertimbangan terhadap masalah yang ada. Berarti ketika individu dihadapkan oleh masalah, maka individu tersebut harus memikirkan apa saja alternatif-alternatif yang ada, mencari informasi yang berkaitan dengan pilihan keputusan, memikirkan secara matang kelebihan dan kelamahan sebelum memutuskan pilihan. d. Pengenalan situasi yang ada Sejauh mana individu mampu mengenali keadaan sekitarnya. Individu harus mampu mengetahui bagaimana perkembangan karir dan keadaan yang ada disekitarnya serta ruang lingkup pekerjaannya. 6. Gaya Pengambilan Keputusan Gaya pengambilan keputusan menurut Harren, Kass, Tinsley dan Morelland (dalam Kuntadi, 2004) dibedakan dalam dua gaya pengambilan keputusan, yaitu gaya rasional dan gaya intuitif. Gaya pengambilan keputusan menurut Purwanto (2009) didasarkan pada cara individu untuk mengolah dan merespon informasi, melakukan evaluasi dalam situasi pengambilan keputusan dan tingkat individu untuk menggunakan startegi pengambilan keputusan yang bsersifat emosional. Gaya pengambilan

6 13 keputusan menurut harren, dkk (dalam Kuntadi,2004) akan dijelasakan sebagai berikut: a. Gaya rasional Keputusan nya berkaitan dengan daya guna dan penalaran rasional. Keputusan ini bersifat objektif, serta masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Individu harus memiliki kemampuan untuk mengenali konsekuensi pada keputusan sebelumnya terhadap keputusan akhir. Ciri-ciri individu yang menggunakan gaya pengambilan keputusan ini cenderung menitik beratkan pada penalaran rasional, dimana pengambilan keputusan yang dibuat memiliki perencanaan yang matang, perhitungan yang cermat, prediksi yang masuk akal dan realistis. Pengambilan keputusan gaya rasional mencakup hal-hal berikut: a.) Kejelasan masalah Masalah yang dihadapi dalam pengambilan keputusan harus memiliki informasi yang lengkap yang berhubungan dengan situasi sesuai dengan masalah yang dihadapi. b.) Pilihan-pilihan diketahui Pilihan-pilihan dalam pengambilan keputusan harus diketahui, yang berarti mampu mengidentifikasi kriteria yang sesuai dan dapat menyusun semua alternatif yang ada. c.) Pilihan yang jelas Dalam pengambilan keputusan, pilihan-pilihan yang tersedia harus jelas dimana memiliki arti bahwa kriteria dan alternatif yang telah

7 14 disusun sebelum nya dapat diurutkan sesuai kepentingan. Sehingga dapat terlihat jelas peringkat keputusan sesuai kepentingan. d.) Pilihan yang konstan Pilihan yang konstan berarti dalam pengambilan keputusan, kriteria keputusan bersifat konstan dan beban yang ditugaskan stabil sepanjang waktu. e.) Pelunasan maksimum Alternatif yang telah diketahui serta disusun sebelum nya yang paling tinggi dan penting dipilih. b. Gaya intuitif Keputusannya didasarkan pada instuisi atau perasaan, berfokus pada perasaan, kesadaran emosional diri, dan fantasi, bersifat subjektif dan terkadang impulsif. Pengambilan keputusan gaya intuitif merupakan proses tak sadar yang tercipta berdasarkan pengalaman terdahulu yang akhirnya diseleksi sesuai dengan pengalam tersebut. Pengambilan keputusan gaya inicenderung dilakukan dengan cepat atau waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif lebih pendek, ciricirinya melibatkan sedikit pemikiran logis dimana lebih dominan menggunakan instusi atau perasaan. 7. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengambilan Keputusan Gitosudarmo (2008) mengatakan dalam mengambil keputusan individu dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu sebagai berikut: a. Nilai individu pengambil keputusan

8 15 Keyakinan dasar yang tertanam sejak kecil melalui proses pembelajaran dari lingkungan keluarga maupun masyarakat, berpengaruh terhadap pengambilan keputusan ketika individu dihadapkan oleh suatu permasalahan. b. Kepribadian Terdapat dua variabel utama yang berpengaruh terhadap keputusan yaitu ideologi versus kekuasaan dan emosional versus objektivitas. Ideologi versus kekuasaan memiliki arti bahwa beberapa individu mendasarkan keputusannya dipengaruhi oleh filosofi atau prinsip tertentu, sementara orang lain mendasarkan keputusan pada sesuatu yang secara politis meningkatkan kekuasaan secara pribadi. Sedangkan emosional versus objektivitas memiliki arti bahwa beberapa individu mendasarkan keputusan nya pada emosional yang dapat mempengaruhi cara permasalahan dianalisis, informasi yang objektif diabaikan dan keputusan hanya didasarkan pada perasaan saja. Sementara itu beberapa pengambil keputusan yang lain lebih objektif, dengan cara menghindari kekeliruan persepsi yang berkaitan dengan permasalahan dan informasi. c. Kecenderungan terhadap pengambilan resiko Dalam pengambilan keputusan terdapat dua tipe, yaitu yang menyukai resiko dan yang tidak menyukai resiko. Dimana orang yang menyukai resiko cenderung memilih alternatif yang memberikan hasil yang besar meskipun resiko yang diambil juga besar. Sedangkan orang yang

9 16 tidak menyukai resiko cenderung memilih alternatif yang resiko kegagalan nya rendah meskipun hasilnya rendah. 8. Proses Pengambilan Keputusan Daft (dalam Djatmiko, 2005) mengungkap bahwa terdapat delapan proses pengambilan keputusan, yaitu sebagai berikut: a. Memantau lingkungan keputusan Hal ini berkaitan dengan pencarian informasi internal maupun eksternal yang mungkin terjadi b. Mendefinisikan masalah Hal ini berkaitan dengan mencari tahu tentang dasar masalah yaitu mengenai apa, siapa, dimana, bagaimana suatu masalah yang dihadapi c. Mengspesifikan sasaran keputusan Hal ini berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu keputusan d. Mengembangkan alternatif pemecahan masalah Hal ini berkaitan dengan mempertimbangkan pengalaman dan menampung masukan-masukan yang ada e. Mengevaluasi alternatif pemecahan masalah Hal ini berkaitan dengan memprediksi kemungkinan keberhasilan f. Memilih alternatif terbaik Berkiatan dengan memantapkan pilihan untuk memilih alternatif terbaik. g. Mengimplementasikan pilihan terbaik

10 17 Mengimplementasikan pilihan terbaik berkaitan dengan melaksanakan keputusan yang telah dipilih, meyakinkan bahwa keputusan dilaksanakan. B. Kecerdasan Emosional 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional tidak kalah penting dengan kecerdasan intelektual. Berikut ini merupakan pengertian kecerdasan emosional menurut para ahli. Salovey dan Mayer (dalam Aldosiry, Alkhadher, AlAqraa, dan Anderson 2016) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memahami emosi dan perasaan dalam diri sendiri serta orang lain dimana pemahaman ini digunakan sebagai suatu cara untuk mengarahkan tindakan. Selain itu, Goleman (2016) menjelaskan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan individu yang dapat membantu untuk mengenali dan mengelola emosi diri dan mengidentifikasi emosi orang lain serta membangun hubungan baik dengan mereka. Selain itu Stein dan Book (2006) menyatakan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan non-kognitif yang mempengaruhi kecakapan seseorang dalam mengatasi runtutan dan tekanan lingkungan nya. Dari beberapa definisi tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan non-kognitif yang dimiliki individu yang dapat membantu individu untuk mengendalikan

11 18 implus emosional dalam mengarahkan tindakan dan dapat membina hubungan baik dengan orang lain. 2. Aspek-aspek Kecerdasan Emosi Goleman (2016) memperluas kemampuan kecerdasan emosi yang dicetuskan oleh Salovey menjadi lima wilayah utama yaitu sebagai berikut: a. Mengenali Emosi Diri Individu memiliki kesadaran diri, yang berarti mampu mengenali perasaan atau suasasan hati yang sesungguhnya dirasakan ketika perasaan itu terjadi. Individu yang memiliki keyakinan akan perasaan nya adalah pemimpin yang handal untuk kehidupannya sendiri, karena ia peka terhadap perasaan yang dirasakannya, dengan begitu individu dapat mengelola dirinya dalam pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi, mulai dari masalah memutuskan untuk menikah bahkan sampai memutuskan untuk memilih pekerjaan. Apakah ia bertahan pada pekerjaan yang aman-aman saja atau pindah ke pekerjaan yang beresiko namun lebih menarik. Individu yang memiliki kesadaran diri bersikap mandiri, yakin akan batas-batasan yang mereka bangun, memiliki kesehatan jiwa yang bagus dan cenderung berpendapat positif dalam kehidupannya. Individu yang memiliki kesadaran diri tidak tenggelam dalam permasalahan, mereka mempunyai kendali atas kehidupan emosional mereka.

12 19 b. Mengelola Emosi Individu mampu untuk menguasi perasaan yang ia rasakan agar dapat terungkap dengan tepat. Keterampilan tersebut bergantung pada kesadaran diri. Dimana individu memiliki kemampuan untuk menghibur diri nya sendiri yang berarti ia dapat mengendalikan emosinya. Sehingga individu dapat bangkit ketika sesuatu hal yang tidak menyenangkan terjadi didalam kehidupannya. Ketika suasana hati sedang kurang baik. Individu berupaya untuk mengendalikan dirinya agar terlepas dari suasana hati yang kurang baik tersebut, dengan cara mengekspresikan emosi nya dengan tepat. Berbeda dengan individu yang tidak memiliki kemampuan tersebut, maka mereka cenderung akan terus menerus terlarut dengan perasaan murung, sehingga individu tidak dapat bangkit ketika sesuatu hal yang tidak menyenangkan terjadi. c. Memotivasi Diri Sendiri Memotivasi diri sendiri berkaitan dengan bagaimana seseorang dapat menguasi diri sendiri, dan mengendalikan dorongan hati sesuai dengan keadaan. Sehingga ia mampu menata emosinya untuk mencapai suatu tujuan dan untuk berkreasi. Individu yang mampun memotivasi diri sendiri akan optimis dalam kehidupannya dan menikmati pekerjaan. Seseorang dapat berhasil bila ia mampu menunda kepuasaan sementara dan mengendalikan dorongan hati mereka. Mereka akan cenderung lebih produktif dan efektif dalam segala sesuatu yang dikerjakannya.

13 20 d. Mengenali Emosi Orang Lain Mengenali emosi orang lain berarti memiliki kemampuan empati, dimana individu dapat memamhami bagaimana perasaan orang lain. Hal ini juga berkaitan dan dibangun berdasarkan kesadaran diri. Perasaan orang lain jarang diungkapkan dengan kata-kata melainkan dengan isyarat. Individu yang memiliki keterampilan empati, ia dapat menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yaitu membaca pesan non-verbal seperti nada bicara, gerak-gerik dan sebagainya yang ditunjukan oleh orang lain dan menafsirkan apa saja yang dibutuhkan dan dikehendaki oranglain, peka terhadap orang lain dan juga rela berkorban untuk orang lain. Bila individu dapat terbuka terhadap emosi diri nya sendiri maka ia akan lebih terampil untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain. e. Membina Hubungan Membina hubungan berkaitan dengan keterampilan mengelola emosi orang lain. Membina hubungan dengan orang lain akan membuat seseorang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antarpribadi. Individu yang memiliki keterampilan membina hubungan dengan orang lain mereka cenderung mudah bekerjasama dengan orang lain, juga bersedia untuk memecahkan masalah orang lain.

14 21 3. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kecerdasan Emosional Menurut Goleman (2016) Kecerdasan emosional seseorang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal yang akan dijelaskan sebagai berikut: a. Faktor internal Faktor internal kecerdasan emosional manusia dipengaruhi oleh otak emosional. Diantaranya terdiri dari amigdala, neokorteks, sistem limbik, lobus prefrontal dan lain sebagai nya yang berkaitan dengan otak emosional. b. Faktor eksternal Faktor eksternal kecerdasan emosional manusia dipengaruhi oleh halhal yang berada diluar individu seperti lingkungan, perkembangan zaman, maupun kebudayaan. 4. Ciri-ciri Orang yang Memiliki Kecerdasan Emosi Martin (2005) memberikan lima gambaran mengenai individu yang memiliki kecerdasan emosi rendah yaitu sebagai berikut: a. Cenderung egois, terlalu berorientasi pada kepuasdan diri sendiri tanpa mempeudulikan orang lain b. Suka mengintrupsi dan berdebat setiap saat c. Cenderung memiliki tabungan emosi yang negatif pada diri orang lain d. Menghadapi masalah hanya dengan pikiran, tanpa peduli perasaan e. Sering merasa tidak aman dan sukar menerima kesalahan diri, serta sulit meminta maaf secara tulus

15 22 Goleman (dalam Andyni,2014) memberikan gambaran mengenai individu yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi berdasarkan karakteristik gender pria dan wanita a. Pria yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi akan matang secara sosial, mudah bergaul dan jenaka, tidak mudah takut atau gelisah, mampu menghadapi masalah, bertanggung jawab dan mempunyai pandangan moral, simpatik dan hangat dalam hubungan dengan orang lain, nyaman dengan diri sendiri dan orang lain serta dengan dunia pergaulan lingkungannya. b. Wanita yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi cenderung bersikap tegas dan mengungkapkan perasaan nya secara langsung, memandang dirinya sendiri secara positif, mudah bergaul dan ramah, mampu menyesuaikan diri dengan beban dan stress, mudah menerima orang-orang baru, nyaman dengan diri nya sendiri, ceria, spontan dan terbuka. C. Dinamika Antar Variabel (Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Pengambilan Keputusan) Salah satu faktor yang diduga berhubungan dalam pengambilan keputusan adalah kecerdasan emosional. Hal ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Mohd, Salleh, & Mustapha, (2010), dimana dari ke empat dimensi yang diajukan pada penelitian, dimensi yang beperan dalam mempengaruhi pilihan karir responden adalah intelektual dan emosional.

16 23 Penelitian terlebih dahulu yang dilakukan oleh Risdiyanto (2007) tentang hubungan antara kecerdasan emosi dan pengambilan keputusan yang efektif ditempat kerja, menunjukan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara kecerdasan emosi dan pengambilan keputusan yang efektif ditempat kerja. Kemudian Julianti (2013), melakukan penelitian tentang kontribusi kecerdasan emosional terhadap pengambilan keputusan menjadi tenaga kerja indonesia (TKI) di luar negeri yang menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dan pengambilan keputusan. Selain itu Andiny (2014) juga meneliti tentang hubungan antara kecerdasan emosi dan pengambilan keputusan memilih jurusan di perguruan tinggi pada mahasiswa baru, dimana menunjukan bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dan pengambilan keputusan, jadi tinggi rendahnya kecerdasan emosi dapat menentukan tinggi rendahnya pengambilan keputusan. Dimana penelitian lain yang dilakukan oleh Perwitasari (2015) tentang hubungan antara kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan pada penerbang TNI AU juga memperkuat, dimana menunjukan bahwa adanya hubungan positif dan signifikan antara kecerdasan emosi dan pengambilan keputusan. Hasil-hasil dari penelitian sebelumnya memperlihatkan bahwa pada proses pengambilan keputusan memiliki penggabungan antara pemikiran dan kegiatan yang didalamnya melibatkan kecerdasan emosional. Goleman (2016) mengatakan bahwa kunci menuju pengambilan keputusan pribadi yang lebih sehat adalah menyesuaikan diri dengan perasaan

17 24 perasaan kita, karena logika saja tidak cukup ketika mempertimbangkan keputusan terutama yang berkaitan dengan penentuan nasib selanjutnya. Orang-orang yang memiliki dan memenuhi aspek-aspek kecerdasan emosi dapat mengambil keputusan dengan baik. Maka ditarik kesimpulan bahwa orang yang memiliki kecerdasan emosi dapat membuat keputusan yang baik. D. Kerangka Berpikir Gambar 1 Kerangka Pemikiran Kecerdasan Emosional 1. Mengenali emosi diri 2. Mengelola emosi 3. Memotivasi diri sendiri 4. Mengenali emosi orang lain 5. Membina Hubungan Pengambilan Keputusan 1. Bertanggung jawab 2. Mengenali diri sendiri 3. Pertimbangan 4. Pengenalan situasi yang ada E. Hipotesis Penelitian Berdasarkan deskripsi kajian pustaka dan dinamika konklusi rasional dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut, ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan pengambilan keputusan untuk bekerja sebagai driver Go-Jek di wilayah Tangerang Selatan.

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORITIK BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gabungan dari prestasi belajar dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi. Prestasi dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penyesuaian Sosial 2.1.1. Pengertian Penyesuaian Sosial Schneider (1964) mengemukakan tentang penyesuaian sosial bahwa, Sosial adjustment signifies the capacity to react affectively

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. atau balasan. (Batson, 1991) Altruisme adalah sebuah keadaan motivasional

BAB II LANDASAN TEORI. atau balasan. (Batson, 1991) Altruisme adalah sebuah keadaan motivasional BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Altruis 2.1.1 Pengertian Altruis adalah suatu bentuk perilaku menolong berupa kepedulian untuk menolong orang lain dengan sukarela tanpa mengharapkan adanya imbalan atau balasan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelegensi atau akademiknya saja, tapi juga ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Konflik. tindakan pihak lain. Apabila dua orang individu masing-masing berpegang pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Konflik. tindakan pihak lain. Apabila dua orang individu masing-masing berpegang pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Konflik 1. Pengertian Manajemen Konflik Menurut Johnson ( Supraktiknya, 1995) konflik merupakan situasi dimana tindakan salah satu pihak berakibat menghalangi, menghambat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecerdasan Emosional 2.1.1 Pengertian kecerdasan emosional Kecerdasan emosional, secara sederhana dipahami sebagai kepekaan mengenali dan mengelola perasaan sendiri dan orang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

TINJAUAN PUSTAKA Remaja TINJAUAN PUSTAKA Remaja Remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescent yang mempunyai arti tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perasaan dan pendapat kepada orang lain tanpa menyinggung perasaan orang itu,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perasaan dan pendapat kepada orang lain tanpa menyinggung perasaan orang itu, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Asertif 2.1.1 Pengertian Asertif Individu yang asertif menurut Sumihardja (Prabowo 2000) mempunyai pengucapan verbal yang jelas, spesifik dan langsung mampu mengungkap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecerdasan Emosional 1. Definisi kecerdasan emosional Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan terhadap frustasi, mengendalikan dorongan hati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan, seseorang tidak pernah lepas dari kehidupan emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang dikatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Latin, yaitu stringere, yang memiliki arti keluar dari kesukaan (draw tight).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Latin, yaitu stringere, yang memiliki arti keluar dari kesukaan (draw tight). BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Stres Gibson menyatakan bahwa Stres adalah kata yang berasal dari Bahasa Latin, yaitu stringere, yang memiliki arti keluar dari kesukaan (draw tight). Definisi ini menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetensi yang baik maka seorang guru terutama guru TK dapat memenuhi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetensi yang baik maka seorang guru terutama guru TK dapat memenuhi dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang guru TK yang profesional diharapkan memahami dan menguasai kompetensi yang menjadi tuntutan profesi yang dijalaninya, sehingga dengan kompetensi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan hidup sesorang pada dasarnya tergantung pada kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan hidup sesorang pada dasarnya tergantung pada kecerdasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberhasilan hidup sesorang pada dasarnya tergantung pada kecerdasan yang dimiliki. Kecerdasan tersebut terdiri dari kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup selalu dipenuhi oleh kebutuhan dan keinginan. Seringkali kebutuhan dan keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan segera. Selain itu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak 7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kecerdasan Emosional 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Emosional Secara umum kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan dan memahami secara lebih efektif terhadap daya kepekaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi (http://id.wikipedia.org). Mengenyam pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi (http://id.wikipedia.org). Mengenyam pendidikan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia berusaha meningkatkan mutu pendidikan formal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kecerdasan Emosional 1. Pengertian Kecerdasan dan Emosi Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi: kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang merupakan keterampilan

Lebih terperinci

Keterkaitan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja SDM

Keterkaitan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja SDM KeterkaitanKecerdasanEmosionaldenganKinerjaSDM Oleh: Dra. Maria F.Lies Ambarwati, M.M. Peran sumber daya manusia dalam sebuah organisasi sejak dulu hingga saat ini tidak pernah surut sedikitpun. Teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara kodrati tercipta dengan sifat yang unik, berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Setiap individu memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar

Lebih terperinci

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc.

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc. EQ KEMAMPUAN EMOTIONAL INTELLIGENCE UNTUK MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN. Laporan untuk Sam Poole ID HC560419 Tanggal 23 Februari 2017 2013 Hogan Assessment Systems Inc. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. malu, benci, dan ketakberdayaan pada realitas hidup. Stres bisa menyerang siapa

BAB I PENDAHULUAN. malu, benci, dan ketakberdayaan pada realitas hidup. Stres bisa menyerang siapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup di hari-hari ini semakin rentan dengan stres, mahasiswa sudah masuk dalam tahap persaingan yang sangat ketat, hanya yang siap mampu menjawab kemajuan teknologi

Lebih terperinci

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek?

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek? Pedoman Observasi 1. Kesan umum subyek secara fisik dan penampilan 2. Relasi sosial subyek dengan teman-temannya 3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview Pedoman Wawancara 1. Bagaimana hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

Kecerdasan Emosi Pada Pemain Biola Remaja Putra. Disusun Oleh : NPM : Jurusan : Psikologi

Kecerdasan Emosi Pada Pemain Biola Remaja Putra. Disusun Oleh : NPM : Jurusan : Psikologi Kecerdasan Emosi Pada Pemain Biola Remaja Putra ( Studikasus di Purwacaraka, Cibubur b ) Disusun Oleh : Nama : Bagus aditya Reinovandy Pratama NPM : 1 0 5 0 7 3 1 8 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Warda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Musik Dalam Kehidupan Sehari-Hari 1. Definisi Musik Musik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara di urutan, kombinasi, dan hubungan

Lebih terperinci

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA Ulil Nurul Imanah, M.Pd. Universitas Islam Majapahit ulil_math11@yahoo.co.id Abstrak Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa

Lebih terperinci

EMOSI DAN SUASANA HATI

EMOSI DAN SUASANA HATI EMOSI DAN SUASANA HATI P E R I L A K U O R G A N I S A S I B A H A N 4 M.Kurniawan.DP AFEK, EMOSI DAN SUASANA HATI Afek adalah sebuah istilah yang mencakup beragam perasaan yang dialami seseorang. Emosi

Lebih terperinci

Materi Minggu 3. Pengambilan Keputusan dalam Organisasi

Materi Minggu 3. Pengambilan Keputusan dalam Organisasi T e o r i O r g a n i s a s i U m u m 2 11 Materi Minggu 3 Pengambilan Keputusan dalam Organisasi 3.1 Definisi dan Dasar Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan dibutuhkan ketika kita memiliki masalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tahun Dalam kaitannya ini menerangkan jenis-jenis kualitas emosi yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tahun Dalam kaitannya ini menerangkan jenis-jenis kualitas emosi yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kecerdasan Emosi 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Emosi Istilah kecerdasan emosional diperkenalkan oleh Salovey dan Mayer pada tahun 1990. Dalam kaitannya ini menerangkan jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1.1 Pengertian Pengambilan Keputusan. Kegiatan ini memegang peranan penting terutama bila manajer

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1.1 Pengertian Pengambilan Keputusan. Kegiatan ini memegang peranan penting terutama bila manajer BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengambilan Keputusan 1.1 Pengertian Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan adalah bagian kunci kegiatan manajer. Kegiatan ini memegang peranan penting terutama bila manajer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk mempunyai kepandaian atau kecerdasan otak saja agar dapat memperoleh pekerjaan yang

Lebih terperinci

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR Personality Questionaire PANDUAN PENGISIAN MBTI NO. A 1. Isilah dengan jujur & refleksikan setiap pernyataan yang ada ke dalam keseharian Anda 2. JANGAN terlalu banyak berpikir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu pengaruh kecerdasan emosional terhadap kepuasan kerja. Hal ini termasuk latar belakang penelitian, rumusan

Lebih terperinci

C A R E E R H O G A N D E V E L O P TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR. Laporan untuk: Sam Poole ID: HC Tanggal: 23 Februari 2017

C A R E E R H O G A N D E V E L O P TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR. Laporan untuk: Sam Poole ID: HC Tanggal: 23 Februari 2017 S E L E C T D E V E L O P L E A D H O G A N D E V E L O P C A R E E R TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR Laporan untuk: Sam Poole ID: HC560419 Tanggal: 23 Februari 2017 2 0 0 9 H O G A N A S

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Identity Achievement 1. Definisi Identity Achievement Identitas merupakan prinsip kesatuan yang membedakan diri seseorang dengan orang lain. Individu harus memutuskan siapakah

Lebih terperinci

15 Prinsip dasar Kecerdasan Emosional : Modal Dasar Perawat Profesional

15 Prinsip dasar Kecerdasan Emosional : Modal Dasar Perawat Profesional 15 Prinsip dasar Kecerdasan Emosional : Modal Dasar Perawat Profesional Saat ini kecerdasan emosional tidak bisa dipandang sebelah mata. Sejak munculnya karya Daniel Goleman, Emotional Intelligence: Why

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Makna kecerdasan emosional oleh psikolog Peter Salovey dan John Mayer

II. TINJAUAN PUSTAKA. Makna kecerdasan emosional oleh psikolog Peter Salovey dan John Mayer II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KECERDASAN EMOSIONAL Makna kecerdasan emosional oleh psikolog Peter Salovey dan John Mayer pada Tahun 1990 (dalam Shapiro, 2001: 8), mendefinisikan bahwa kecerdasan emosional ialah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. dinamis. Pada kenyataannya perlu diakui bahwa kecerdasan emosional memiliki

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. dinamis. Pada kenyataannya perlu diakui bahwa kecerdasan emosional memiliki 5 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional bukanlah merupakan lawan dari kecerdasan intelektual yang biasa kita kenal dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gelar tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka

BAB I PENDAHULUAN. gelar tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak contoh di sekitar kita membuktikan bahwa orang yang memiliki gelar tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka yang berpendidikan

Lebih terperinci

MANAGEMENT SUMMARY CHAPTER 7 DECISION MAKING

MANAGEMENT SUMMARY CHAPTER 7 DECISION MAKING MANAGEMENT SUMMARY CHAPTER 7 DECISION MAKING MANAJER SEBAGAI PEMBUAT KEPUTUSAN PROSES MEMBUAT KEPUTUSAN Manajer bertugas membuat keputusan. Dan mereka ingin keputusan tersebut menjadi keputusan yang terbaik,

Lebih terperinci

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR Laelasari 1 1. Dosen FKIP Unswagati Cirebon Abstrak Pendidikan merupakan kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri pada dasarnya adalah kemampuan dasar untuk dapat menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992) menyatakan bahwa kepercayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keadaan yang terjadi pada bangsanya. Pola pikir mahasiswa saat ini hanya

BAB I PENDAHULUAN. dengan keadaan yang terjadi pada bangsanya. Pola pikir mahasiswa saat ini hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa adalah kunci peradaban dalam suatu negara terutama bagi negara Indonesia, karena mahasiswa adalah tiang penerus bangsa yang akan datang. Namun di zaman sekarang

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang paling penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang

Lebih terperinci

Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Narotama Surabaya 2017

Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Narotama Surabaya 2017 MAKALAH PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEORANG MANAGER TERHADAP PERILAKU KARYAWAN Oleh : Setiyowati 01214030 Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Narotama Surabaya 2017 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dunia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Semangat Kerja 1. Definisi Semangat Kerja Davis & Newstrom (2000) menyebutkan bahwa semangat kerja adalah kesediaan perasaan maupun perilaku yang memungkinkan seseorang bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam suatu sekolah terjadi proses belajar mengajar yang kurang menyenangkan. Salah satu bentuk kecemasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam

Lebih terperinci

C A R E E R H O G A N D E V E L O P TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR. Laporan untuk: John Doe ID: HC Tanggal: 29 Juli 2015

C A R E E R H O G A N D E V E L O P TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR. Laporan untuk: John Doe ID: HC Tanggal: 29 Juli 2015 S E L E C T D E V E L O P L E A D H O G A N D E V E L O P C A R E E R TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR Laporan untuk: John Doe ID: HC243158 Tanggal: 29 Juli 2015 2 0 0 9 H O G A N A S S E

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan hubungan dengan manusia yang lain. Kebutuhan itu antara lain saling berkomunikasi, kebersamaaan, membutuhkan pertolongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari saat masih anak-anak yang mendapat pendidikan dari orang tuanya

BAB I PENDAHULUAN. dari saat masih anak-anak yang mendapat pendidikan dari orang tuanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal penting dalam kehidupan manusia. Dimulai dari saat masih anak-anak yang mendapat pendidikan dari orang tuanya hingga saat dewasa dan berkeluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 5, NO 1, Edisi Februari 2013 (ISSN : )

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 5, NO 1, Edisi Februari 2013 (ISSN : ) PERAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SIM) DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN Anastasia Lipursari Dosen Tetap ASM Semarang Abstrak Sistem informasi mutlak diperlukan dalam pengambilan keputusan yang logis sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja selalu menjadi perbincangan yang sangat menarik, orang tua sibuk memikirkan anaknya menginjak masa remaja. Berbicara tentang remaja sangat menarik karena

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI 176 BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI terhadap prestasi belajar siswa b) pengaruh kemampuan guru SKI dalam mengelola kelas terhadap prestasi belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peneliti menganggap bahwa penelitian tentang kecerdasan emosional pada mahasiswa yang bekerja sangat penting, karena siapa pun dapat mengalami emosi, tak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar. Hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan,

Lebih terperinci

TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN. Liduina Asih Primandari, S.Si.,M.Si.

TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN. Liduina Asih Primandari, S.Si.,M.Si. TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN Liduina Asih Primandari, S.Si.,M.Si. PENDAHULUAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSEP PROBABILITAS MATERI - 2 PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merantau merupakan salah satu fenomena sosial yang memiliki dampak luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong seseorang untuk

Lebih terperinci

dapat dalam bentuk berlari, bertanya, melompat, menangis, memukul, bahkan mendorong. Untuk itu seorang guru Taman Kanak-kanak harus memiliki kepekaan

dapat dalam bentuk berlari, bertanya, melompat, menangis, memukul, bahkan mendorong. Untuk itu seorang guru Taman Kanak-kanak harus memiliki kepekaan Kecerdasan Emosional Pada Guru Taman Kanak-kanak (Studi Deskriptif) Laila Fitriani Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma ABSTRAK Kecerdasan emosional merupakan komponen yang dapat membuat seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (http://id.wikipedia.org/wiki/rumah_sakit/oktober2010) diselenggarakan pemerintah dan masyarakat yang berfungsi untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. (http://id.wikipedia.org/wiki/rumah_sakit/oktober2010) diselenggarakan pemerintah dan masyarakat yang berfungsi untuk melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Rumah

Lebih terperinci

STAYING TRUE TO YOUR MORAL COMPASS

STAYING TRUE TO YOUR MORAL COMPASS MORAL INTELLIGENCE Nilai, filosofi, dan kumpulan kecerdasan moral memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap bisnis. Hal tersebut merupakan dasar dari visi, tujuan, dan budaya organisasi. Tantangan

Lebih terperinci

BAB-3 PEMAHAMAN DIRI (SELF AWARENESS) 3-1 KECAKAPAN ANTAR PERSONAL Copyright 2012 By. Ir. Arthur Daniel Limantara, MT, MM.

BAB-3 PEMAHAMAN DIRI (SELF AWARENESS) 3-1 KECAKAPAN ANTAR PERSONAL Copyright 2012 By. Ir. Arthur Daniel Limantara, MT, MM. BAB-3 PEMAHAMAN DIRI (SELF AWARENESS) 3-1 APAKAH PEMAHAMAN DIRI? Kesadaran diri adalah mengetahui motivasi, preferensi dan kepribadian serta memahami bagaimana faktor-faktor ini mempengaruhi penilaian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin.

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, suatu perusahaan dituntut untuk selalu bekerja keras dalam menyelesaikan segala tantangan baik yang sudah ada maupun yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi kemampuan

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi kemampuan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kecerdasan Emosional 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Emosional Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang merupakan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa remaja. Pada masa remaja awal, perkembangan emosi bersifat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Karyawan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Karyawan 27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karyawan 1. Pengertian Karyawan Menurut Abdullah (2014) karyawan itu adalah sumberdaya manusia atau penduduk yang bekerja di suatu institusi baik pemerintah maupun swasta/bisnis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang humanistic skill dan professional skill. Sehingga nantinya dapat

BAB I PENDAHULUAN. bidang humanistic skill dan professional skill. Sehingga nantinya dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tinggi dalam bidang akuntansi saat ini dan kedepannya dituntut untuk tidak hanya menghasilkan lulusan yang menguasai kemampuan di bidang akademik,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.

I. PENDAHULUAN. masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Remaja (adolescense) adalah masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

1. Periode 18/ 19 tahun 20/ 21 tahun yaitu mahasiswa semester I s/ d semester IV. Pada periode ini tampak karakteristik sebagai berikut : Stabilitas

1. Periode 18/ 19 tahun 20/ 21 tahun yaitu mahasiswa semester I s/ d semester IV. Pada periode ini tampak karakteristik sebagai berikut : Stabilitas 1. Periode 18/ 19 tahun 20/ 21 tahun yaitu mahasiswa semester I s/ d semester IV. Pada periode ini tampak karakteristik sebagai berikut : Stabilitas kepribadian mulai meningkat Pandangan lebih realistis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Harga Diri 1. Pengertian Harga Diri Menurut Coopersmith (1967 ; dalam Sert, 2003; dalam Challenger, 2005; dalam Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja sejak dahulu dianggap sebagai masa pertumbuhan yang sulit, dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun orang tua. Masa

Lebih terperinci

PRIJANTO: TANGAN KEDUA YANG SETIA DAN BISA DIANDALKAN. Oleh: Niniek L. Karim, Bagus Takwin, Dicky Pelupessy, Nurlyta Hafiyah

PRIJANTO: TANGAN KEDUA YANG SETIA DAN BISA DIANDALKAN. Oleh: Niniek L. Karim, Bagus Takwin, Dicky Pelupessy, Nurlyta Hafiyah PRIJANTO: TANGAN KEDUA YANG SETIA DAN BISA DIANDALKAN Oleh: Niniek L. Karim, Bagus Takwin, Dicky Pelupessy, Nurlyta Hafiyah Muncul dari kalangan perwira militer, Prijanto adalah sosok yang sebelumnya tidak

Lebih terperinci

Perkebunan produktif di lereng pegunungan

Perkebunan produktif di lereng pegunungan Khofiffah Mudjiono: Perkebunan produktif di lereng pegunungan Bayangkan anda tengah berada di lereng pegunungan. Sejauh mata anda memandang, terlihat hamparan perkebunan berbagai komoditas. Mungkin teh

Lebih terperinci

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc.

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc. EQ KEMAMPUAN EMOTIONAL INTELLIGENCE UNTUK MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN. Laporan untuk John Doe ID UH555438 Tanggal Oktober 20, 2014 2013 Hogan Assessment Systems Inc. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan berkelanjutan dalam

BAB II KAJIAN TEORI. hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan berkelanjutan dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Kecerdasan Emosional 2.1.1 Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional sangat penting dalam kehidupan karena pada hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya,

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu belajar berarti harus mengerti secara mental makna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecerdasan emosional terdiri dari dua kata yaitu kecerdasan dan emosional. Kecerdasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecerdasan emosional terdiri dari dua kata yaitu kecerdasan dan emosional. Kecerdasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diuraikan tentang materi-materi yang ada hubungannya dengan kecerdasan emosional dan konsep caring perawat. 2.1 Kecerdasan Emosional 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Emosional

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 5 Tahun 007 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG STANDAR PENILAIAN SELEKSI PENGANGKATAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH ( PROBLEM-BASED INSTRUCTION) DILIHAT DARI GAYA BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL

MODUL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH ( PROBLEM-BASED INSTRUCTION) DILIHAT DARI GAYA BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL MODUL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH ( PROBLEM-BASED INSTRUCTION) DILIHAT DARI GAYA BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL RATRI CANDRA HASTARI 1 1 STKIP PGRI TULUNGAGUNG 1 ratricandrahastari@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecerdasan Emosional pada Remaja Akhir. 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Pada remaja Akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecerdasan Emosional pada Remaja Akhir. 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Pada remaja Akhir BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecerdasan Emosional pada Remaja Akhir 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Pada remaja Akhir Menurut Goleman (2000) kecerdasan emosional adalah kemampuan yang dimiliki seseorang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. KECERDASAN EMOSI a. Definisi Kecerdasan Emosi Istilah kecerdasan emosi pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berkaitan dengan kecerdasan ganda (multipe intelligences). Gardner, menyatakan bahwa IQ tidak

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berkaitan dengan kecerdasan ganda (multipe intelligences). Gardner, menyatakan bahwa IQ tidak BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kecerdasan Salah satu peneliti tentang kecerdasan manusia adalah Prof. Howard Gardner yang merupakan seorang ahli psikologi kognitif dari Universitas

Lebih terperinci

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

KOMUNIKASI TERAPEUTIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK A. Pendahuluan Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak disadari komunikasi adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress. mengurangi distres. Menurut J.P.Chaplin (Badru, 2010) yaitu tingkah laku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress. mengurangi distres. Menurut J.P.Chaplin (Badru, 2010) yaitu tingkah laku BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Coping Stress 1. Definisi Coping Stress Lazarus dan Folkman (Sugianto, 2012) yang mengartikan coping stress sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang ketika dihadapkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini peneliti akan memaparkan kesimpulan dan saran dari hasil diskusi yang telah dilakukan. 5.1 Kesimpulan Berikut adalah kesimpulan dari hasil diskusi yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat dan zaman. Oleh karena itu sumber daya manusia harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat dan zaman. Oleh karena itu sumber daya manusia harus selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan aset paling penting dalam suatu organisasi karena merupakan sumber yang mengarahkan organisasi serta mempertahankan dan mengembangkan organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini persaingan dalam dunia bisnis sangat ketat, oleh sebab

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini persaingan dalam dunia bisnis sangat ketat, oleh sebab BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini persaingan dalam dunia bisnis sangat ketat, oleh sebab itu perguruan tinggi khususnya akuntansi dituntut untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke masa dewasa awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih dituntut suatu

Lebih terperinci

PERUBAHAN DALAM TAHAPAN HARGA DIRI Harga diri itu adalah sangat tinggi selama masa awal kanak-kanak kanak. Kemudian jatuh pada tahun pertama dari seko

PERUBAHAN DALAM TAHAPAN HARGA DIRI Harga diri itu adalah sangat tinggi selama masa awal kanak-kanak kanak. Kemudian jatuh pada tahun pertama dari seko Harga diri dihitung sebagai aspek terpenting dari pengembangan diri, sejak evaluasi dari kemampuan kita sendiri mempengaruhi pengalaman emosional, perilaku masa depan, dan penyesuaian psikologis yang jangka

Lebih terperinci