BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Demam Definisi Demam Demam adalah kenaikan suhu tubuh yang ditengahi oleh kenaikan titik ambang regulasi hipotalamus. Pusat regulasi/pengaturan panas hipotalamus mengendalikan suhu tubuh dengan menyeimbangkan sinyal dari reseptor-reseptor neuronal perifer dingin dan panas. Faktor pengaturan lainnya adalah suhu darah yang bersirkulasi dalam hipotalamus. Integrasi sinyal-sinyal ini mempertahankan agar suhu didalam tubuh normal pada titik ambang 37 0 C (98 0 F) dan sedikit berkisar antara 1-1,5 0 C. Suhu aksila mungkin 1 0 Clebih rendah dari dalam tubuh, sebagian karena vasokonstriksi kulit, dan suhu oral mungkin rendah palsu karena pernafasan yang cepat (Nelson, 2012). Menurut Nelwan (2009), Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5 0 C-37,2 0 C. Suhu subnormal di bawah 36 0 C. Dengan demam pada umumnya diartikan suhu tubuh di atas 37,2 0 C. Hipereksia adalah suatu keadaan kenaikan suhu tubuh sampai setingg5 41,2 0 C atau lebih, sedangkan hipotermi adalah keadaan suhu tubuh di bawah 35 0 C. Biasanya terdapat perbedaan antara pengukuran suhu di aksila dan oral maupun rektal Etiologi Demam Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi maupun faktor non infeksi. Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun parasit. Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak- anak antara lain pneumoni, bronkitis, osteomyelitis, apendisitis, tuberkulosis, bakterimia, sepsis, meningitis, ensefalitis, selulitis, otitis media, infeksi saluran kemih, dan lain-lainnya (Graneto, 2010). Infeksi virus

2 yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak antara lain viral pneumoni, influenza, demam berdarah dengue, demam chikungunya dan virus-virus umum seprti H1N1 (Davis, 2011). Demam yang secara tiba-tiba tinggi lebih sering disebabkan oleh penyakit infeksi virus (Nelwan, 2009). Demam akibat non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi, keadaan tumbuh gigi, dll), Keganasan (penyakin Hodgkin,leukimia, hematoma, penyakit metastasis, limfoma, non hodgkin, leukoma, dll), Penyakit autoimun (artritis, systemic lupus erythematosus, vaskulitis, dll), dan pemakaian obat-obatan (antibiotik, dan antihistamin), penyakit radang (penyakit radang usus) (Nelson, 2012). Selain itu anak-anak juga dapat mengalami demam sebagai efek samping dari pemberian imunisasi selama ±1-10 hari (Graneto, 2010) Mekanisme Demam Menurut (Sherwood, 2012) Demam terjadi akibat adanya infeksi atau peradangan. Sebagai respon masuknya mikroba, sel-sel fagositik tertentu (makrofag) mengeluarkan suatu bahan kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen. Selain efek-efeknya dalam melawan infeksi juga bekerja pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan termostat. Hipotalamus sekarang mempertahankan suhu ditingkat yang baru dan tidak mempertahankannya di suhu normal tubuh. Jika, sebagai contoh, pirogen endogen meningkatkan titik patokan menjadi 38,9 0 C (102 0 F), maka hipotalamus mendeteksi bahwa suhu normal prademam terlalu dingin sehingga bagian otak ini memicu mekanismemekanisme respon dingin untuk meningkatkan suhu menjadi 38,9 0 C. Secara spesifik, hipotalamus memicu menggigil agar produksi panas segera meningkat dan mendorong suhu naik dan menyebabkan menggigil yang sering terjadi pada permulaan demam. Setelah suhu baru tercapai maka suhu tubuh diatur sebagai normal dalam respon terhadap panas dan dingin tetapi dengan patokan yang lebih tinggi. Karena itu, terjadi demam sebagai respon terhadap infeksi adalah tujuan yang disengaja dan bukan disebabkan oleh kerusakan mekanisme termoregulasi. Selama demam, pirogen endogen meningkatkan titik patokan hipotalamus dengan memicu pelepasan lokal prostaglandin, yaitu mediator kimiawi lokal yang bekerja langsung pada hipolamus.

3 Aspirin mengurangi demam dengan menghambat sintesa prostaglandin. Tanpa adanya pirogen endogen maka di hipotalamus tidak terdapat prostaglandin dalam jumlah bermakna (Sherwood, 2012) Patogenesis demam Menurut (Nelson, 2012) berbagai macam agen infeksius, imunologis, atau agen yang yang berkaitan dengan toksin (pirogen eksogen) mengimbas produksi pirogen endogen oleh sel-sel radang hospes. Pirogen endogen ini adalah sitokin, misalnya interleukin (IL-1.β IL-1.α IL-6). Faktor nekrosis tumor (TNF.α TNF.β), dan interferon α (INF). Pirogen endogen menyebabkan demam dalam waktu menit, sedangkan respon demam terhadap pirogen eksogen (misalnya, endotoksin) timbul lambat menimbulkan sintesis dan pelepasan sitokin pirogenik. Sitokin endogen yang sifatnya pirogenik secara langsung menstimulasi hipotalamus untuk memproduksi prostaglandin E yang kemudian mengatur kembali titik ambang pengaturan suhu. Selanjutnya transmisi neuronal ke perifer menyebabkan konservasi dan pembentukan panas, dengan demikian suhu didalam tubuh meningkat Faktor Risiko Demam memiliki penyakit serius pada anak dan dipengaruhi oleh usia. Pada umur tiga bulan pertama, bayi memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena infeksi bakteri yang serius dibanding dengan bayi dengan usia lebih tua. Demam yang terjadi pada anak pada umumnya disebabkan oleh infeksi virus, akan tetapi infeksi bakteri yang serius dapat pula terjadi pada anak seperti meningitis, infeksi saluran kemih, pneumoni. Pada anak dengan usia diantara dua bulan sampai dengan tiga tahun dapat meningkatkan risiko terkena penyakit serius akibat kurangnya IgG yang merupakan bahan bagi tubuh untuk membentuk komplemen yang berfungsi mengatasi infeksi bakteri Tipe Demam terdiri dari : Ada lima tipe demam menurut Nelwan (2009) dari Ilmu Penyakit Dalam, yang Demam Septik : Pada tipe demam septik, suhu badan berangsung tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas

4 Demam Remiten Demam Intermiten Demam Kontinyu Demam Siklik normal pada pagi hari. Sering disertai menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik. : Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik. : Pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam di anatara dua serangan demam disebut kuartana. : Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia. : Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang dapat dihubungkan dengan suatu penyakit tertentu, seperti misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seseorang pasien mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas, seperti misalnya : abses pneumoni, infeksi saluran kemih atau malaria; tetapi kadang-kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan dengan suatu sebab yang jelas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada demam, adalah cara timbul demam, lama demam, sifat harian demam, tinggi demam, dan keluhan serta gejala lain yang menimbulkan demam (Nelwan, 2009) Antipiretik Antipiretik adalah obat penurun panas yang sering di gunakan untuk anak demam. Cara kerja obat Antipiretik adalah dengan menurunkan set point di hipotalamus melalui

5 pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim siklooksigenase sehingga membuat pembuluh darah kulit melebar dan pengeluaran panas ditingkatkan. Antipiretik yang sering di berikan kepada anak adalah paracetamol (acetaminofen) dan ibuprofen Parasetamol Definisi Parasetamol (Asetaminofen) merupakan metabolit aktif fenasetin dan bertanggung jawab atas efek analgesiknya. Obat ini adalah penghambat COX-1 dan COX-2 yang lemah pada jaringan perifer dan tidak memiliki efek anti-inflamasi. Temuan terbaru menunjukkan bahwa asetaminofen dapat menghambat enzim ketiga, yakni COX-3, di sistem saraf pusat (SSP). COX-3 tampaknya merupakan varian splice gen COX-1 (Katzung, 2012) Rumus bangun asetaminofen adalah : (Sumber : Frust & Ulrich, Basic and Clinical Pharmacology 10 th Ed, 2007) Gambar 2.1. Rumus Bangun Asetaminofen Farmakodinamik Efek analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat.efek antiinflamasinya sangat lemah, oleh karena itu paresetamol tidak digunakan Antireumatik. Parasetamol merupakan penghambat biosintesis prostaglandin yang lemah Farmakokinetik

6 Parasetamol diberikan per oral. Absorbsinya bergantung dengan kecepatan pengosongan lambung, dan kadar puncaknya dalam darah biasanya tercapai dalam waktu menit. Parasetamol sedikit terikat pada protein plasma dan sebagian dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati dan diubah menjadi asetaminofen sulfat dan glukoronida. Selain itu obat ini juga dapat mengalami hidroksilasi. Metabolit hasil hidroksilasi ini dapat menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit. Waktu paruh obat ini adalah 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh dan dieksresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi Indikasi Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Obat ini tidak mempengaruhi kadar asam urat dan tidak mempunyai sifat menghambat trombosit. Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai sedang seperti nyeri kepala, mialgia, sakit gigi, demam disertai influenza, dan demam setelah imunisasi. Parasetamol infus diindikasikan untuk pengobatan jangka pendek untuk sakit sedang, terutama setelah operasi dan dan pengobatan jangka pendek demam. ketika pemberian intravena adalah pemberian yang dianggap perlu secara klinis untuk mengobatirasa sakit atau hipertermi dan/atau ketika pemberian rute yang lain tidak memungkinkan (ISO, 2014/2015) Kontra indikasi - Hipersensitifitas - Gangguan hati - Gangguan ginjal Efek samping Bila dikonsumsi dalam dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati, pusing, sakit kepala, distonia, mual, muntah, konstipasi, ruam kulit atau utrikaria sampai syok anafilaksis pernah terjadi dan pengobatan harus dihentikan. Malaise dan hipersensitifitas, hipotensi dan peningkatan kadar serum transaminase dihati, trombositopenia, leukopenia, neutropenia Dosis terapi Dosis parasetamol perkali beri : - <1 tahun : 50 mg/kali beri

7 - 1 5 tahun : mg/kali beri tahun : mg/kali beri - >10 tahun : 250 mg/kali beri Dalam sehari : 1 hari 3 kali beri 3 x 50mg = 150 mg/hari Per cc : 1 cth = 5 ml Lama pengobatan 5 hari = 5 ml x 3 x 5 hari = 75 ml atau 75cc 2 botol Panadol Tempra Drop : untuk anak 2-3 thn: 1,6 ml bln : 1,2 ml 24 tetes 3-6 bln : 0,8 ml 16 tetes Untuk anak 3-9 bln : 0,8 cc 0-24 bln : 1,2 cc 2-3 thn : 1,6 cc NB: dalam 1cc = 20 tetes Sanmol drop Untuk anak <1 thn = 0,6 ml 1-2 thn = 0,6-1, Ibuprofen Definisi Ibuprofen merupakan turunan sederhana asam fenilpropionat. Pada dosis sekitar 2400 mg per hari, efek anti-inflamasi ibuprofen setara dengan 4 g aspirin. Ibuprofen oral sering diresepkan dalam dosis yang lebih kecil (<2400mg/ hari); pada dosis ini ibuprofen efektif sebagai analgesik tapi tidak sebagai anti-inflamasi. Obat ini tersedia bebas dalam dosis yang kecil dan dijual dalam berbagai nama dagang Farmakodinamik

8 Obat Anti-Inflamasi Non Steroit (AINS) derifat asam propionat hampir seluruhnya terikat pada protein plasma, efek interaksi misalnya penggeseran obat warfarin dan oral hipoglikemik hampir tidak ada. Tetapi pada pemberian bersamaan dengan warfarin, tetap harus waspada karena adanya gangguan fungsi trombosit yang memperpanjang masa perdarahan. Derivat asam propionat dapat mengurangi efek diuresis dan natriuresis furosemid dan tiazid, juga mengurang efek antihipertensi obat β- bloker, prazosin dan kaptopril. Efek ini mungkin akibat hambatan biosintesis PG ginjal Farmakokinetik Absorpsi ibuprofen cepat melalui lambung dan kadar maksimal dalam plasma dalam dicapai selama 1-2 jam. Waktu paruh dalam plasma sekitar 2 jam. 90% ibuprofen terkait dalam protein plasma. Ekskresinya berlangsung cepat dan lengkap. Kira- kira 90% dari dosis yang diabsorbsi akan dieksresi melalui urin sebagai metabolit atau konjugatnya. Metabolit utama merupakan hasil hidroksilasi dan karboksilasi Indikasi Meringankan rasa nyeri ringan sampai sedang seperti nyeri haid, sakit gigi dan sakit kepala Kontraindikasi Pada orang-orang yang hipersensitif ibuprofen, penderita ulkus peptikum, gejala ashma dan kehamilan trimester pertama. Perhatian : untuk pasien dengan riwayat penyakit saluran cerna bagian atas, gangguan fungsi ginjal, gangguan pembekuan darah dan asma harap mengkonsultasikan ke dokter terlebih dahulu pemakaian jangan dibarengi dengan pemakaian asetosal atau obat lain yang mengandung ibuprofen Efeksamping Jarang terjadi; mual, muntah, gangguan saluran cerna. Pernah dilaporkan ruam kulit, trombositopenia dan limfopenia. Penurunan ketajaman penglihatan (sangat jarang) Dosis terapi Dewasa : 3-4x sehari dalam 200mg Anak- anak : 1-2 thn = 30 mg 3-7 thn = 100mg 8-12 thn =200mg

9 Untuk demam dosis rekomendasi sehari 20 mg/kgbb dalam dosis terbagi. Tidak direkomendasikan untuk anak- anak <1 thn Kerangka Teori Inhibisicox-2 Infeksi, Toksin mikroba, mediator inflamasi, reaksi Monosit, Makrofag, Sel endotel, dll PGE2-2 Asam arakhidonat Siklik AMP Peningkatan set poin di hipotalamus Konversi panas, Pirogen endogen, sitokin, IL-1, IL- 6, TNF, IFN Sirkulas Endotel hipotalamus Demam Kompre s hangat Antipireti Parasetamol dan Ibuprofen Demam turun STOP pemberian Antipiretik

10 Skema 2.2 KerangkaTeori BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep adalah : Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini Variabel Independen Variabel Dependen Profil Demam Anak Antipiretik Skema 3.1.KerangkaKonsepdanDefinisiOperasional 3.2. Definisi Operasional Antipiretik Antipiretik adalahobat penurun panas yang mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim siklooksigenase dihipotalamus. Obat Antipiretik yang sering diberi ketika anak demam adalah parasetamol dan ibuprofen. Parasetamol lebih sering diberi pada anak karena efek samping dari obat parasetamol lebih kecil dibanding dengan ibuprofen. - Cara ukur : Observasi dan wawancara - Alat ukur : kuisoner dan data status pasien - Skala Pengukuran : Data Nominal - Hasil Ukur :- Demam dapat antipiretik

11 - Tidak demam tidak dapat antipiretik Demam Demam adalah peningkatan set point dihipotalamus akibat adanya infeksi atau proses peradangan. Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5 0 C-37,2 0 C. Demam dapat dikatakan jika suhu tubuh >37,2 0 C. Penyebab demam yang sering menyebabkan demam pada anak adalah infeksi bakteri dan virus. Suhu lingkungan yang tinggi juga dapat menyebkan demam pada anak. Banyak kasus anak demam yang dirawat di Rumah Sakit karena infeksi seperti meningitis, infeksi saluran nafas, pneumonia, infeksi saluran kemih, sepsis, dll. Pada bayi umur tiga bulan pertama paling sering terkena infeksi bakteri. - Cara Ukur : Observasi langsung dengan pasien dan Melihatdata status pasien. - Alat Ukur : Data status pasien - Skala Pengukuran : Data Nominal - Hasil Ukur : - Demam - Tidak demam 3.3. Hipotesis Ada hubungan antara penggunaan Antipiretik dengan profil demam anak yang dirawat di RSUP Haji Adam Malik Medan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Demam 2.1.1. Definisi demam Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus (Dinarello

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Swamedikasi 1. Definisi Swamedikasi Pelayanan sendiri didefinisikan sebagai suatu sumber kesehatan masyarakat yang utama di dalam sistem pelayanan kesehatan. Termasuk di dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEMAM 2.1.1. Definisi Demam adalah keadaan dimana temperatur rektal >38 0 C. Menurut American Academy of Pediatrics (AAP) suhu normal rektal pada anak berumur kurang dari 3

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Antipiretik digunakan untuk membantu untuk mengembalikan suhu set point ke kondisi normal dengan cara menghambat sintesa dan pelepasan prostaglandin E2, yang distimulasi

Lebih terperinci

NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S)

NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S) NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S) RESPON INFLAMASI (RADANG) Radang pada umumnya dibagi menjadi 3 bagian Peradangan akut, merupakan respon awal suatu proses kerusakan jaringan. Respon imun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keadaan demam sejak zaman Hippocrates sudah diketahui sebagai penanda penyakit (Nelwan, 2006). Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang berhubungan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam 2.1.1 Definisi Demam Demam merupakan gejala penyakit yang paling sering menyerang anak. Demam adalah peningkatan suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demam adalah kenaikan suhu diatas normal. bila diukur pada rectal lebih dari 37,8 C (100,4 F), diukur pada oral lebih dari 37,8 C, dan bila diukur melalui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian dilakukan di ruang Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta, dimulai pada bulan April - Mei 01. Sample penelitian

Lebih terperinci

TEKNIK KOMPRES DENGAN HOTPACK UNTUK MENURUNKAN DEMAM PADA KLIEN DHF DI RUANG ACACIA RUMAH SAKIT EKA BSD TANGERANG

TEKNIK KOMPRES DENGAN HOTPACK UNTUK MENURUNKAN DEMAM PADA KLIEN DHF DI RUANG ACACIA RUMAH SAKIT EKA BSD TANGERANG TEKNIK KOMPRES DENGAN HOTPACK UNTUK MENURUNKAN DEMAM PADA KLIEN DHF DI RUANG ACACIA RUMAH SAKIT EKA BSD TANGERANG A. Pengertian Pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke hipothalamus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersih, tidak mudah lecet/iritasi, terhindar dari ejakulasi dini) (Harsono, et al.,

BAB I PENDAHULUAN. bersih, tidak mudah lecet/iritasi, terhindar dari ejakulasi dini) (Harsono, et al., BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirkumsisi atau yang dikenal pula dengan khitan sering dilakukan oleh masyarakat bukan hanya alasan agama, tetapi pula alasan kesehatan. Secara medispun dikatakan bahwa

Lebih terperinci

DEMAM (PIREKSIA) Demam adalah peningkatan suhu tubuh yang disebabkan oleh penyakit

DEMAM (PIREKSIA) Demam adalah peningkatan suhu tubuh yang disebabkan oleh penyakit 1 DEMAM (PIREKSIA) Demam adalah peningkatan suhu tubuh yang disebabkan oleh penyakit dan merupakan tanda klinik yang terjadi pada berbagai kondisi patologik. Demam merupakan masalah yang sering dijumpai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Intensive Care Unit (ICU). Tingginya biaya perawatan,

Lebih terperinci

Para-aminofenol Asetanilida Parasetamol Gambar 1.1 Para-aminofenol, Asetanilida dan Parasetamol (ChemDraw Ultra, 2006).

Para-aminofenol Asetanilida Parasetamol Gambar 1.1 Para-aminofenol, Asetanilida dan Parasetamol (ChemDraw Ultra, 2006). BAB 1 PENDAHULUAN Demam dapat disebabkan gangguan pusat pengaturan suhu tubuh pada hipotalamus dari kerusakan atau ketidakmampuan untuk menghilangkan peningkatan produksi panas. Keadaan suhu tubuh di atas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Batasan demam Demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas normal. Batas kenaikan suhu tersebut adalah 37,8 0 C bila diukur di mulut atau oral, atau 38,4 0 C pada pengukuran di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lambung merupakan perluasan organ berongga besar berbentuk kantung dalam rongga peritoneum yang terletak di antara esofagus dan usus halus. Saat keadaan kosong, bentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang memiliki efek analgetik, antipiretik dan antiinflamasi yang bekerja secara perifer. Obat ini digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. I. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1. I. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1. I. LATAR BELAKANG Febris dapat tejadi sebagai respon tubuh terhadap infeksi, endotoksin, reaksi imun serta neoplasma (Guyton, 1994). Penyebab febris di atas akan merangsang polimorfonuklear

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. senyawa kimia N-asetil-p-aminofenol yang termasuk dalam nonsteroid antiinflamatory

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. senyawa kimia N-asetil-p-aminofenol yang termasuk dalam nonsteroid antiinflamatory BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Parasetamol atau acetaminofen merupakan nama resmi yang sama dengan senyawa kimia N-asetil-p-aminofenol yang termasuk dalam nonsteroid antiinflamatory drugs (NSAID) yang

Lebih terperinci

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM Annisa Sekar 1210221051 PEMBIMBING : dr.daris H.SP, An PETIDIN Merupakan obat agonis opioid sintetik yang menyerupai morfin yang dapat mengaktifkan reseptor,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam

BAB II KONSEP DASAR. normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Febris / demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkadian yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Parasetamol merupakan obat penurun panas dan pereda nyeri yang telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Metabolit Fenasetin ini diklaim sebagai zat antinyeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah DBD merupakan penyakit menular yang disebabkan virus dengue. Penyakit DBD tidak ditularkan secara langsung dari orang ke orang, tetapi ditularkan kepada manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Demam a. Definisi Demam Demam adalah kenaikan suhu tubuh yang ditandai oleh kenaikan titik ambang regulasi panas hipotalamus. Pusat regulasi/pengatur panas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam adalah suhu tubuh di atas batas normal, yang dapat disebabkan oleh kelainan di dalam otak sendiri atau oleh bahan-bahan toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Demam 2.1.1. Definisi Demam Demam adalah peningkatan suhu tubuh sebagai akibat dari infeksi atau peradangan. Sebagai respon terhadap invasi mikroba, sel -sel darah putih tertentu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator dibanding respons imun yang didapat. Inflamasi dapat diartikan

Lebih terperinci

FARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS

FARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS FARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS dr HM Bakhriansyah, M.Kes., M.Med.Ed Farmakologi FK UNLAM Banjarbaru PENGGUNAAN OBAT PADA ANAK Perbedaan laju perkembangan organ, sistem dalam tubuh, maupun enzim yang bertanggung

Lebih terperinci

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Inflamasi adalah suatu respon dari jaringan hidup atau sel terhadap suatu rangsang atau infeksi yang dilakukan oleh pembuluh darah dan jaringan ikat. Tanda-tanda

Lebih terperinci

[FARMAKOLOGI] February 21, Obat Anti Inflamasi Non Steroid ( OAINS ) Pada th/ sistomatis, tidak u/ th/ kausal. Ibuprofen, asam mefenamat,

[FARMAKOLOGI] February 21, Obat Anti Inflamasi Non Steroid ( OAINS ) Pada th/ sistomatis, tidak u/ th/ kausal. Ibuprofen, asam mefenamat, Obat Anti Inflamasi Non Steroid ( OAINS ) Obat anti inflamasi terbagi 2 : 1. Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) Kronis, bekerja di saraf perifer Pada th/ sistomatis, tidak u/ th/ kausal Ex : Ibuprofen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Demam adalah suhu tubuh di atas batas normal, yang dapat disebabkan oleh kelainan di dalam otak sendiri atau oleh bahan-bahan toksik yang memengaruhi pusat pengaturan

Lebih terperinci

ANALGETIKA. Non-Steroidal Antiinflamatory Drugs (OAINS/Obat Antiinflamasi Non-Steroid) Analgetika opioid. Analgetika opioid

ANALGETIKA. Non-Steroidal Antiinflamatory Drugs (OAINS/Obat Antiinflamasi Non-Steroid) Analgetika opioid. Analgetika opioid ANALGETIKA Analgetika dikelompokkan menjadi 2 : Analgetika opioid NSAID/Non Non-Steroidal Antiinflamatory Drugs (OAINS/Obat Antiinflamasi Non-Steroid) Analgetika opioid Mengurangi nyeri dan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan perasaan bahwa dia pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). Nyeri adalah mekanisme protektif untuk

Lebih terperinci

ANALGETIKA. dr. Agung Biworo, M.Kes

ANALGETIKA. dr. Agung Biworo, M.Kes ANALGETIKA dr. Agung Biworo, M.Kes Analgetika dikelompokkan menjadi 2 : Analgetika opioid NSAID/Non Non-Steroidal Antiinflamatory Drugs (OAINS/Obat Antiinflamasi Non-Steroid) Analgetika opioid Mengurangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempunyai kemampuan melakukan tugas fisiologis maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempunyai kemampuan melakukan tugas fisiologis maupun psikologis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sarana penting bagi setiap manusia untuk tetap mempunyai kemampuan melakukan tugas fisiologis maupun psikologis dengan baik. Kebutuhan akan peningkatan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI)

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI) LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI) A. Masalah Keperawatan Gangguan kebutuhan suhu tubuh (Hipertermi) B. Pengertian Hipertermi adalah peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saraf pusat tanpa menghilangkan kesadaran. 2,3 Parasetamol umumnya digunakan

BAB I PENDAHULUAN. saraf pusat tanpa menghilangkan kesadaran. 2,3 Parasetamol umumnya digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, parasetamol sebagai antipiretik dan analgesik telah digunakan secara luas karena tersedia sebagai golongan obat bebas dan harganya yang relatif murah.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nekrosis merupakan proses degenerasi yang menyebabkan kerusakan sel yang terjadi setelah suplai darah hilang ditandai dengan pembengkakan sel, denaturasi protein dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai. kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai. kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut dapat meliputi kebutuhan fisiologis seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 persentase jumlah penduduk berdasarkan usia di pulau Jawa paling banyak adalah

Lebih terperinci

OBAT ANALGETIK, ANTIPIRETIK dan ANTIINFLAMASI

OBAT ANALGETIK, ANTIPIRETIK dan ANTIINFLAMASI OBAT ANALGETIK, ANTIPIRETIK dan ANTIINFLAMASI Oleh dr. Agung Biworo, M.Kes Untuk mahasiswa Prodi Ilmu Keperawatan FK Unlam ANALGETIKA Analgetika dikelompokkan menjadi 2 : Analgetika opioid NSAID/Non Non-Steroidal

Lebih terperinci

anak didapatkan persebaran data hasil penelitian sebagai berikut :

anak didapatkan persebaran data hasil penelitian sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada penelitian farmakologi tentang efektivitas obat antinyeri parasetamol dan tramadol pada pasien sirkumsisi dengan sampel berjumlah 18 anak didapatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada periode perkembangan obat telah banyak diberikan perhatian untuk mencari kemungkinan adanya hubungan antara struktur kimia, sifat-sifat kimia fisika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas dinegara yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas dinegara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas dinegara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Menurut WHO pada tahun 2007 proporsi kematian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ISPA 2.1.1 Definisi ISPA Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat merupakan suatu bahan atau campuran bahan yang berfungsi untuk digunakan sebagai diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat saat ini sudah tidak pasif lagi dalam menanggapi situasi sakit maupun gangguan ringan kesehatannya. Mereka sudah tidak lagi segan minum obat pilihan

Lebih terperinci

juga mendapat terapi salisilat. Pasien harus diberi pengertian bahwa selama terapi bismuth subsalisilat ini dapat mengakibatkan tinja berwarna hitam

juga mendapat terapi salisilat. Pasien harus diberi pengertian bahwa selama terapi bismuth subsalisilat ini dapat mengakibatkan tinja berwarna hitam 1. Agen Pelindung Mukosa a Sukralfat Dosis Untuk dewasa 4 kali sehari 500-1000 mg (maksimum 8 gram/hari) sewaktu lambung kosong (1 jam sebelum makan dan tidur). Pengobatan dianjurkan selama 4-8 minggu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Walaupun nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang para ahli tidak henti-hentinya meneliti mekanisme kerja dari obat

BAB I PENDAHULUAN. sekarang para ahli tidak henti-hentinya meneliti mekanisme kerja dari obat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Parasetamol atau asetaminofen telah ditemukan sebagai obat analgesik yang efektif lebih dari satu abad yang lalu tepatnya pada tahun 1893, tetapi hingga sekarang para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Nyeri merupakan salah satu aspek yang penting dalam bidang medis, dan menjadi penyebab tersering yang mendorong seseorang untuk mencari pengobatan (Hartwig&Wilson,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat bervariasi dan begitu populer di kalangan masyarakat. Kafein

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat bervariasi dan begitu populer di kalangan masyarakat. Kafein BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini di dunia kafein banyak dikonsumsi dalam berbagai bentuk yang sangat bervariasi dan begitu populer di kalangan masyarakat. Kafein terdapat dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demam mungkin merupakan tanda utama penyakit yang paling tua dan

BAB I PENDAHULUAN. Demam mungkin merupakan tanda utama penyakit yang paling tua dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam mungkin merupakan tanda utama penyakit yang paling tua dan paling umum diketahui dan merupakan suatu bagian penting dari mekanisme pertahanan tubuh melawan infeksi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring berkembangnya kemajuan di Indonesia saat ini, menyebabkan berbagai macam dampak yang mempengaruhi kehidupan dan tingkah laku yang kemudian akan mengarah pada

Lebih terperinci

DEFENISI. Merupakan suatu gejala yang menunjukkan adanya gangguangangguan. peradangan, infeksi dan kejang otot.

DEFENISI. Merupakan suatu gejala yang menunjukkan adanya gangguangangguan. peradangan, infeksi dan kejang otot. KELOMPOK IV: Aslida Satiamirna Ernita Eunike V Fatimah Parinduri Happy Monda Lia Realita Mery Zuana Anggreyni Rusman Edi Sri Kurniawati Syaipul Alamsyah Yasmina Ginting Yunita Katarina S NYERI DEFENISI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini dunia farmasi telah berhasil mengembangkan obat-obat sintetik untuk mengatasi bermacam-macam penyakit. Walaupun demikian masyarakat umum masih was-was dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Fraktur merupakan kondisi ketika tulang mendapat tekanan yang melebihi kekuatan dari tulang tersebut sehingga menyebabkan terjadinya patah tulang (Atlas of pathophysiology,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sistem dengan memodulasi efek dari obat lain (Ikawati, 2006).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sistem dengan memodulasi efek dari obat lain (Ikawati, 2006). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obat Obat adalah senyawa kimia unik yang dapat berinteraksi secara selektif dengan sistem biologi. Obat dapat memicu suatu sistem dan menghasilkan efek, dapat menekan suatu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba

Lebih terperinci

mengontrol biosintesis mediator inflamasi (prostaglandin,leukotriene) dengan meng inhibisi asam arakidonat.

mengontrol biosintesis mediator inflamasi (prostaglandin,leukotriene) dengan meng inhibisi asam arakidonat. A. PENDAHULUAN Tujuan praktikum ini lah mengenal dan memahami yang mungkin terjadi antara obat-obat p resep polifarmasi. Praktikum ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa setiap dokter pasti akan melakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membuatya semakin parah. Ambang batas nyeri yang dapat ditoleransi seseorang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membuatya semakin parah. Ambang batas nyeri yang dapat ditoleransi seseorang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analgetika adalah zat yang bisa mengurangi rasa nyeri tanpa mengurangi kesadaran (Tjay dan Rahardja, 2015). Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang mengganggu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Analgetik-Antipiretik Analgetik merupakan obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Nyeri sebenarnya berfungsi sebagai tanda adanya penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran suhu tubuh merupakan salah satu cara yang umum dilakukan untuk mengetahui kesehatan seseorang. Peningkatan suhu tubuh di atas normal yang disebut demam,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman saat ini, dimana kehidupan masyarakat semakin dimudahkan dengan perkembangan teknologi, secara tidak langsung mempengaruhi gaya hidup yang serba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Suhu yang dimaksud adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Suhu yang dimaksud adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Suhu yang dimaksud adalah

Lebih terperinci

PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG

PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG 2 0 1 5 BAB I DEFINISI Transfusi darah adalah pemindahan darah dari donor ke dalam peredaran

Lebih terperinci

UJI EFEK ANTIPIRETIK INFUSA DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) PADA KELINCI PUTIH JANTAN GALUR NEW ZEALAND SKRIPSI

UJI EFEK ANTIPIRETIK INFUSA DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) PADA KELINCI PUTIH JANTAN GALUR NEW ZEALAND SKRIPSI UJI EFEK ANTIPIRETIK INFUSA DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) PADA KELINCI PUTIH JANTAN GALUR NEW ZEALAND SKRIPSI Oleh : METHA LINDA YANTI K.100040137 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

menghilangkan kesadaran. Berdasarkan kerja farmakologinya, analgesik dibagi dalam dua kelompok besar yaitu analgesik narkotik dan analgesik non

menghilangkan kesadaran. Berdasarkan kerja farmakologinya, analgesik dibagi dalam dua kelompok besar yaitu analgesik narkotik dan analgesik non BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat memberikan dampak terhadap peradaban manusia. Hal ini, menuntut manusia untuk bisa beradaptasi dengan perkembangan tersebut

Lebih terperinci

7

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam 1. Pengertian Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus (Dinarello &

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Parasetamol 2.11 Pengertian Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat

Lebih terperinci

anti-inflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak. Obat golongan ini mempunyai efek

anti-inflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak. Obat golongan ini mempunyai efek BAB 1 PENDAHULUAN Saat ini, rasa sakit karena nyeri sendi sering menjadi penyebab gangguan aktivitas sehari-hari seseorang. Hal ini mengundang penderita untuk segera mengatasinya baik dengan upaya farmakoterapi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng Minyak goreng merupakan salah satu bahan yang termasuk dalam lemak, baik yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. OSTEOARTHRITIS 1. Definisi Osteoartritis disebut juga penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertrofi. Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar Demam 1. Pengertian Demam dapat didefinisikan dengan suatu keadaan suhu tubuh di atas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Pusat pengaturan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia. ISPA dapat diklasifikasikan menjadi infeksi saluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkisar antara 36-37ºC. Jadi seseorang yang mengalami demam, suhu

BAB I PENDAHULUAN. berkisar antara 36-37ºC. Jadi seseorang yang mengalami demam, suhu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demam adalah suatu kondisi saat suhu badan lebih tinggi dari biasanya atau di atas suhu normal. Umumnya terjadi ketika seseorang mengalami gangguan kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella thypi (S thypi). Pada masa inkubasi gejala awal penyakit tidak tampak, kemudian

Lebih terperinci

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA REUMATIK DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA REUMATIK DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010 POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA REUMATIK DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010 Totok Hardiyanto, Sutaryono, Muchson Arrosyid INTISARI Reumatik adalah penyakit yang menyerang persendian dan struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis alergika adalah suatu peradangan pada kulit yang didasari oleh reaksi alergi/reaksi hipersensitivitas tipe I. Penyakit yang berkaitan dengan reaksi hipersensitivitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakkan jaringan untuk menghancurkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jamur, atau parasit (Djuwariyah, Sodikin, Yulistiani M; 2013).

BAB I PENDAHULUAN. jamur, atau parasit (Djuwariyah, Sodikin, Yulistiani M; 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam merupakan suatu kondisi dimana suhu tubuh mengalami peningkatan di atas normal. Seseorang dapat dikatakan demam jika suhu tubuhnya mencapai lebih dari 37,5 0

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang. masih menjadi masalah di negara tropis dan subtropis

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang. masih menjadi masalah di negara tropis dan subtropis BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih menjadi masalah di negara tropis dan subtropis termasuk Indonesia. Penyebab penyakit malaria ini adalah parasit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. derivat asam propionat yang mempunyai aktivitas analgetik. Mekanisme. ibuprofen adalah menghambat isoenzim siklooksigenase-1 dan

BAB I PENDAHULUAN. derivat asam propionat yang mempunyai aktivitas analgetik. Mekanisme. ibuprofen adalah menghambat isoenzim siklooksigenase-1 dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibuprofen merupakan golongan obat anti inflamasi non steroid derivat asam propionat yang mempunyai aktivitas analgetik. Mekanisme ibuprofen adalah menghambat isoenzim

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KABUPATEN TELUK WONDAMA

DINAS KESEHATAN KABUPATEN TELUK WONDAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TELUK WONDAMA INFO OBAT Paracetamol 500 mg Parasetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik / analgesik. Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen

Lebih terperinci

mengakibatkan reaksi radang yang ditandai dengan adanya kalor (panas), rubor (kemerahan), tumor (bengkak), dolor (nyeri) dan functio laesa (gangguan

mengakibatkan reaksi radang yang ditandai dengan adanya kalor (panas), rubor (kemerahan), tumor (bengkak), dolor (nyeri) dan functio laesa (gangguan BAB 1 PEDAHULUA Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat memberikan dampak terhadap peradaban manusia. Kemajuan di setiap aspek kehidupan menuntut manusia untuk dapat beradaptasi dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Asam Asetilsalisilat (AAS) merupakan turunan dari asam salisilat yang ditemukan dari ekstraksi kulit pohon Willow Bark (Miller et al.,1978). AAS diperoleh dengan mereaksikan

Lebih terperinci

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI 1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

UJI EFEK ANTIPIRETIK INFUSA DAUN ANUMA (Artemisia annua folia L.) PADA KELINCI PUTIH JANTAN GALUR NEW ZEALAND SKRIPSI

UJI EFEK ANTIPIRETIK INFUSA DAUN ANUMA (Artemisia annua folia L.) PADA KELINCI PUTIH JANTAN GALUR NEW ZEALAND SKRIPSI UJI EFEK ANTIPIRETIK INFUSA DAUN ANUMA (Artemisia annua folia L.) PADA KELINCI PUTIH JANTAN GALUR NEW ZEALAND SKRIPSI Oleh : PUTRIA LAKSANASISTA BARU WIJAYATI K 100040143 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma 3 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma tajam, tumpul, panas ataupun dingin. Luka merupakan suatu keadaan patologis yang dapat menganggu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. DEMAM Demam adalah peningkatan suhu tubuh diatas normal, peningkatan suhu rektal >38 0 C. 3,4 Menurut American Academy of Pediatrics (AAP) suhu normal rektal pada anak berumur

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nyeri 2.1.1 Definisi Nyeri Menurut International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri adalah suatu sensasi yang tidak mengenakkan dan biasanya diikuti oleh pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Berdasarkan intensitasnya, nyeri

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Berdasarkan intensitasnya, nyeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk

Lebih terperinci

Penggunaan Obat pada Anak FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS. Penggunaan Obat pada Anak. Alfi Yasmina. Dosis: berdasarkan usia, BB, LPT

Penggunaan Obat pada Anak FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS. Penggunaan Obat pada Anak. Alfi Yasmina. Dosis: berdasarkan usia, BB, LPT FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS Alfi Yasmina Dipengaruhi oleh Fungsi biotransformasi hati Fungsi ekskresi ginjal Kapasitas pengikatan protein Sawar darah-otak, sawar kulit Sensitivitas reseptor obat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk mengukur status kesehatan ibu disuatu negara. Dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Dasar Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons,

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons, mencangkup beberapa komponen inflamasi, berpengaruh terhadap penyembuhan dan nyeri pascabedah.sesuai

Lebih terperinci