POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA REUMATIK DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010
|
|
- Dewi Yuwono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA REUMATIK DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010 Totok Hardiyanto, Sutaryono, Muchson Arrosyid INTISARI Reumatik adalah penyakit yang menyerang persendian dan struktur di sekitarnya. Reumatik bisa menyerang bagian kepala sampai kaki. Reumatik biasa disebut juga dengan nama arthritis. Secara umum penyakit ini ditandai dengan sejumlah gejala, seperti pembengkakan, kemerahan, nyeri di lutut, siku, pergelangan maupun di bagian sendi-sendi lain, gangguan di otot dan tendon. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pengobatan pasien reumatik di Apotek Sehat Farma Klaten tahun Dan untuk mengetahui obatobat yang diresepkan pada pasien reumatik berdasarkan jenis dan golongan obat reumatik. Metode penelitian ini menggunakan metode analisis diskriptif. Populasi diambil dari pasien reumatik di Apotek Sehat Farma Klaten tahun Dari hasil penelitian diperoleh populasi sebanyak 512 kasus reumatik sehingga diperoleh sampel sebanyak 224 kasus yang dihitung dengan metode random sampling. Kesimpulan dari penelitian ini adalah berdasarkan peresepan obat reumatik diperoleh jenis obat reumatik yaitu: Natrium Diklofenak yang berjumlah 87 obat (22,30%), Metil Predniosolon yang berjumlah 84 obat (21,53%), Meloxicam yang berjumlah 76 obat (19,48%), Allopurinol yang berjumlah 49 obat (12,56%), Asam Mefenamat yang berjumlah 45 obat (11,53%), Prednison yang berjumlah 39 obat (10,00%) dan Ibuprofen yang berjumlah 10 obat (2,56%). Kata kunci : pola pengobatan, penyakit, obat, reumatik. Totok Hardiyanto, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten
2 CERATA Journal Of Pharmacy Science 29 PENDAHULUAN Reumatik adalah penyakit yang menyerang persendian dan struktur di sekitarnya. Reumatik bisa menyerang bagian kepala sampai kaki. Reumatik biasa disebut juga dengan nama arthritis. Secara umum penyakit ini ditandai dengan sejumlah gejala, seperti pembengkakan, kemerahan, nyeri di lutut, siku, pergelangan maupun di bagian sendi-sendi lain, gangguan di otot dan tendon (Pribadi, 1996). Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos, yang berarti mukus; suatu cairan yang dianggap jahat, mengalir dari otak ke sendi dan struktur lain tubuh sehingga menimbulkan rasa nyeri. Beberapa penelitian menunjukkan memang ada perubahan struktur mucine sendi (mukopolisakarida, asam hialuronat) pada beberapa jenis penyakit reumatik. Sehingga istilah yang telah agak lama dipakai itu agaknya masih sesuai sampai saat ini (Setiyohadi, 1996). Gejala Reumatik ini diawali dengan peradangan di persendian yang diikuti dengan rasa sakit, peningkatan suhu (menjadi hangat), dan pembengkakan. Penyebab reumatik arthritis ini pastinya belum diketahui, tapi Wongso meyakini bahwa hal ini disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Seseorang kemungkinan memiliki kecenderungan genetik yang jika diserang bakteri atau virus tertentu, bisa mengalami Reumatik ini. Tapi hingga saat ini, peneliti belum menemukan infeksi khusus. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) dipergunakan untuk semua jenis penyakit reumatik baik yang akut maupun kronis tanpa memandang penyebabnya. Oleh karena itu sampai sekarang obat ini masih dianggap obat simtomatis. OAINS walaupun mempunyai potensi anti inflamasi dan analgesik yang cukup kuat, pemberian dalam jangka waktu lama selalu diikuti efek samping seperti gastropati, nefropati serta toksisitas lain. Oleh sebab itu perlu pengetahuan yang luas mengenai klasifikasi, mekanisme kerja, indikasi dan efek samping obat sehingga dokter dapat memilih obat AINS yang tepat untuk pasien reumatik (Wongso, 1996). Obat-obat AINS sangat efektif menghilangkan rasa nyeri dan inflamasi dengan menekan produksi prostaglandin pada metabolisme asam arakidonat dengan cara penghambatan siklooksigenase dan lipoksigenase pada kaskade inflamasi (Wongso, 1996). Apotek Sehat Farma merupakan apotek di Kabupaten Klaten yang melayani pasien Askes, oleh karena itu, semua kalangan masyarakat mengambil resepnya di Apotek Sehat Farma dan jika semakin banyak masyarakat yang menebus resep disana maka data penelitian yang diperoleh akan semakin valid. Sekitar 25 % dari 300 resep yang masuk di Apotek Sehat Farma Klaten setiap harinya merupakan resep
3 30 CERATA Journal Of Pharmacy Science untuk pasien reumatik. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Apotek Sehat Farma Klaten. Rumusan Masalah : Bagaimana pola peresepan yang banyak digunakan untuk pengobatan reumatik di Apotek Sehat Farma tahun 2010 berdasarkan penggolongan obat dan jenis obat? Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui obat-obat apa saja yang digunakan untuk pengobatan pada penderita reumatik di Apotek Sehat Farma Klaten tahun 2010 berdasarkan penggolongan dan jenis obat. Manfaat Penelitian : Menyediakan informasi bagi masyarakat tentang penyakit reumatik, memberikan masukan informasi mengenai pengobatan reumatik. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Jenis penelitian dalam karya tulis ilmiah ini adalah penelitian analisis deskriptif. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu obat yang digunakan pada penyakit reumatik di Apotek Sehat Farma Klaten Tahun 2010 berdasarkan penggolongan obat dan jenis obat. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan resep penderita reumatik yang membeli obat di Apotek Sehat Farma Klaten dari bulan Januari-Desember Tahun 2010 yang berjumlah sebanyak 512 resep. Sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara Simple Random Sampling (SRS) pada penderita reumatik yang membeli obat di Apotek Sehat Farma periode Januari sampai Desember Tahun 2010 yang berjumlah sebanyak 224 resep. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah berupa data resep periode Bulan Januari - Desember tahun Metode atau cara pengumpulan data dengan cara merekap seluruh resep yang didalamnya merupakan resep penderita reumatik. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dari jumlah populasi sebanyak 512 resep didapatkan sampel sebanyak 224 resep dan setelah dilakukan penelitian didapatkan data obatobat reumatik yang sering dipakai di Apotek Sehat Farma Klaten sebagai berikut: 1. Data Kombinasi Obat Reumatik
4 CERATA Journal Of Pharmacy Science 31 Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Kombinasi Obat Reumatik No Golongan Obat Jumlah Prosentase (%) 1 Vitamin Antasida Analgesik Antibiotik Penenang Hipertensi Batuk Diabetes Mellitus Jantung Antihiperlipid Asma Total Sumber data: Lembar resep Apotek Sehat Farma Klaten Periode Januari- Desember Gambar 4.1 Grafik Kombinasi Obat Reumatik Dari tabel 4.1 dan gambar 4.1 di atas dapat diketahui prosentase kombinasi obat reumatik yang diberikan pada pasien reumatik di Apotek Sehat Farma Klaten adalah sebagai berikut: Vitamin sebanyak 124 obat (31,39%), Obat Antasida sebanyak 76 obat (19,24%), Obat Anlgesik sebanyak 58 obat (14,68%), Obat Antibiotik sebanyak 37 obat (9,36%), Obat Penenang sebanyak 27 obat (6,83%), Obat Hipertensi sebanyak 24 obat (6,07%), Obat Batuk sebanyak 20 obat (5,06%), Obat DM sebanyak 14 obat (3,54%), Obat Jantung sebanyak 9 obat (2,27%), Obat Pusing sebanyak 6 obat (1,51%), Obat Kolesterol sebanyak 4 obat (1,01%) dan Obat Asma sebanyak 2 obat (0,50%). 2. Data Golongan Obat Reumatik Dari data resep yang telah dikumpulkan berdasarkan golongan obat reumatik didapatkan hasil sebagai berikut:
5 32 CERATA Journal Of Pharmacy Science Tabel 4.2 Tabel Distribusi Frekuensi Golongan Obat Reumatik No Golongan Obat Reumatik Jumlah Prosentase (%) 1 AINS Kortikosteroid Total Sumber data: Lembar resep Apotek Sehat Farma Klaten Periode Januari- Desember 2010 Gambar 4.3 Grafik Prosentase Golongan Obat Reumatik Dari tabel 4.2 dan gambar 4.2 diatas dapat diketahui prosentase peresepan obat reumatik di Apotek Sehat Farma Klaten berdasarkan golongan obat reumatik yaitu golongan AINS (natrium diklofenak, meloxicam, allopurinol, asam mefenamat, ibuprofen) menduduki urutan pertama dengan jumlah obat sebanyak 267 obat atau dengan prosentase sebesar 68,46%, kedua golongan kortikosteroid (metil prednisolon, prednison) dengan jumlah obat sebanyak 123 obat atau dengan prosentase sebesar 31,54%. 3. Data Jenis Obat Reumatik Dari jumlah populasi sebanyak 512 resep didapatkan sampel sebanyak 224 resep dan setelah dilakukan penelitian didapatkan data obat- obat reumatik yang sering dipakai di Apotek Sehat Farma Klaten sebagai berikut: Tabel 4.3 Tabel Distribusi Frekuensi Jenis Obat Reumatik No Nama Obat Reumatik Jumlah Prosentase (%) 1 Natrium Diklofenak Metil Prednisolon Meloxicam Allopurinol Asam Mefenamat Prednison Ibuprofen Total Sumber data: Lembar resep Apotek Sehat Farma Klaten Periode Januari- Desember 2010
6 CERATA Journal Of Pharmacy Science 33 Gambar 4.3 Grafik Prosentase Jenis Obat Reumatik Dari tabel 4.3 dan gambar 4.3 di atas dapat diketahui bahwa obat-obat yang sering digunakan untuk pasien reumatik berdasarkan jenis obat reumatik yaitu: Natrium Diklofenak yang berjumlah 87 obat (22,30%), Metil Prednisolon yang berjumlah 84 obat (21,53%), Meloxicam yang berjumlah 76 obat (19,48%), Allopurinol yang berjumlah 49 obat (12,56%), Asam Mefenamat yang berjumlah 45 obat (11,53%), Prednison yang berjumlah 39 obat (10,00%) dan Ibuprofen yang berjumlah 10 obat (2,56%). Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa obat-obat reumatik yang diresepkan untuk pasien reumatik di Apotek Sehat Farma Klaten adalah golongan obat reumatik yaitu golongan AINS menduduki urutan pertama dan kedua golongan kortikosteroid. 1. Obat- obat Kombinasi Obat- obat kombinasi banyak digunakan dalam peresepan obat reumatik karena untuk menunjang dari kerja obat- obat reumatik, untuk mengantisipasi efek samping obat reumatik dan karena obat tersebut relatif murah dan sedikit memiliki efek samping pada tubuh. Dari data obat- obat kombinasi tersebut didapatkan 2 prosentase terbanyak adalah vitamin (31,39) dan obat antasida (19,24) sedangkan prosentase terendah adalah obat asma (0,50). Vitamin sering digunakan dalam pengobatan penyakit reumatik karena vitamin berguna untuk memberikan segala macam zat yang dibutuhkan oleh tulang sehingga penyakit reumatik tidak mudah kambuh lagi, serta untuk membantu kerja obat- obat reumatik supaya lebih cepat dan lebih efektif lagi.
7 34 CERATA Journal Of Pharmacy Science Obat antasida sering digunakan dalam pengobatan penyakit reumatik karena untuk mengantisipasi efek samping dari obat- obat reumatik yang kebanyakan menyebabkan gangguan saluran pencernaan seperti: mual, muntah, kram perut. Obat asma tidak sering digunakan dalam peresepan obat- obat reumatik karena obat tersebut tidak memiliki interaksi dengan obat- obat reumatik. Apabila ada obat asma dalam peresepan obat reumatik karena pasien selain mengalami reumatik juga mempunyai gejala atau penyakit asma. 2. Golongan AINS Golongan AINS (68,46%) menduduki urutan pertama dalam peresepan pada penderita reumatik. Golongan AINS sering dipakai dalam pengobatan penyakit reumatik karena kerja obat tersebut cepat serta efektif dalam pengobatan penyakit reumatik, pilihan obatnya banyak serta harganya terjangkau bagi masyarakat menengah. Obat Golongan AINS yang sering digunakan untuk mengobati penyakit reumatik adalah natrium diklofenak (22,30%) dan meloxicam (14,48%). Natrium diklofenak merupakan obat AINS dengan sifat analgetik yang relatif aman bagi tubuh sehingga banyak diresepkan untuk penyembuhan penyakit reumatik disamping itu harganyapun relatif murah. Mekanisme kerja natrium diklofenak adalah menghambat aktivitas siklooksigenase dengan pengurangan produksi prostagladin. Secara klinis natrium diklofenak digunakan luas dalam pengobatan rheumatoid artritis dan osteoartritis. Natrium diklofenak juga efektif untuk pengobatan nyeri sesudah operasi. Natrium diklofenak secara cepat diabsorbsi dari saluran gastrointestinal. Absorpsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap. Obat ini terikat 99% pada protein plasma dan mengalami efek lintas awal (firstpass effect) sebesar 40-50%. Walaupun waktu paruh singkat yakni 1 sampai dengan 2 jam (Katzung, 2002). Efek samping yang lazim adalah mual, gastritis, eritema kulit dan sakit kepala seperti semua obat AINS, pemakaian obat ini harus berhati-hati pada penderita tukak lambung (Wilmana, 2002). Dari pernyataan diatas jadi pada peresepan obat- obat reumatik cocok jika diberi obat antasida untuk mengantisipasi efek samping dari obat AINS tersebut. Meloxicam merupakan obat golongan AINS yang efektif untuk pengobatan osteoarthritis dan rheumatoid arthritis. Disamping natrium diklofenak obat golongan AINS yang sering digunakan adalah meloxicam, karena meloxicam juga termasuk obat yang relatif aman bagi tubuh dan harganya juga murah jadi obat ini juga sering diresepkan dalam penyembuhan penyakit reumatik.meloxicam yang tergolong dalam obat-obatan Non
8 Steroid AntiInflamatory Drug (NSAID) efektif bisa mengobati nyeri dan inflamasi, meloxicam mempunyai mekanisme umum dari efek antiinflamasi tersebut adalah melalui penghambatan biosintesis prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi. Meloxicam memiliki efek samping yang sangat sedikit untuk penyembuhan cidera ligamen antara lain untuk meredakan sakit dapat menggunakan pereda nyeri golongan non steroid antiinflamasi (Anonim, 2000). 3. Golongan Kortikosteroid (metil prednisolon ) CERATA Journal Of Pharmacy Science 35 Golongan Kortikosteroid (31,54%) menduduki urutan kedua. Obat golongan kortikosteroid juga sering digunakan dalam pengobatan reumatik karena kerja obat tersebut juga cepat dan efektif, tetapi efek samping obat tersebut lebih banyak daripada obat- obat golongan AINS. Obat golongan kortikosteroid merupakan obat yang mempunyai khasiat dan indikasi klinis yang sangat luas. Manfaat dari preparat ini cukup besar tetapi karena efek samping yang tidak diharapkan cukup banyak, maka dalam penggunaannya dibatasi. Berdasarkan khasiatnya, kortikosteroid dibagi menjadi mineralokortikoid dan glukokortikoid. Mineralkortikoid mempunyai efek terhadap metabolisme elektrolit Na dan K, yaitu menimbulkan efek retensi Na dan deplesi K, maka mineralokortikoid jarang digunakan dalam terapi. Sedangkan glukokortikoid mempunyai efek terhadap metabolisme glukosa, anti imunitas, efek neuroendokrinologik dan efek sitotoksik. Sebagian besar khasiat yang diharapkan dari pemakaian kortikosteroid adalah sebagai antiinflamasi, antialergi atau imunosupresif. Karena khasiat inilah kortikosteroid banyak digunakan dalam bidang dermatologi (Tjay dan Rahardja, 2002). Metil Prednisolon (21,53%) merupakan obat golongan kortikosteroid yang sering digunakan dalam penyembuhan penyakit reumatik karena obat tersebut bekerja lebih cepat namun efek sampingnya terhadap tubuh lebih banyak dibanding dengan obat- obat golongan AINS. Metil prednisolon mempunyai kelebihan dibanding kortikosteroid yang lebih kuat lainnya sehingga memungkinkan penyesuaian dosis yang lebih bagus. Untuk memperkecil efek samping, dosis metil prednisolon harus dijaga serendah mungkin biasanya 7,5 mg sehari dan jarang melebihi dosis 10 mg/ hari (Tjay dan Rahardja, 2002).
9 36 CERATA Journal Of Pharmacy Science KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Berdasarkan obat- obat kombinasi yang sering digunakan pada penderita reumatik, obat- obat yang paling sering digunakan adalah vitamin, obat antasida, obat analgesik dan antibiotik. 2. Berdasarkan golongan obat yang digunakan pada penderita reumatik, obat yang paling banyak digunakan adalah golongan AINS (Anti Inflamasi Non Steroid ) sebanyak 267 obat atau dengan prosentase sebesar 68,46%. 3. Berdasarkan jenis obat yang digunakan pada kasus reumatik, obat yang paling banyak digunakan adalah natrium diklofenak sebanyak 87 obat atau dengan prosentase sebesar 22,30%. Saran : Perlu penelitian lebih lanjut tentang pola peresepan artritis gout dengan metode yang berbeda, perlu penelitian lebih lanjut tentang interaksi antara obat- obat reumatik dengan obat penyertanya.
10 CERATA Journal Of Pharmacy Science 37 DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Katzung Obat- obat reumatik. Diakses: 15 Mei Jam: Notoatmodjo, Soekidjo Metodologi Penellitian Kesehatan. Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta. Pribadi,M.D Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi Ketiga, Balai Penerbit PKUI, Jakarta. Setiyohadi. B Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi Ketiga, Balai Penerbit PKUI, Jakarta. Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2002, Obat-Obat penting Khasiat Penggunaan dan Efek Samping Edisi ke-5, PT Elex Media Komputindo Gramedia, Jakarta. Wongso, S, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi Ketiga, Balai Penerbit PKUI, Jakarta
POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010
POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010 Farida Rahmawati, Anita Agustina INTISARI Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah arteri melebihi normal dan kenaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Inflamasi adalah suatu respon dari jaringan hidup atau sel terhadap suatu rangsang atau infeksi yang dilakukan oleh pembuluh darah dan jaringan ikat. Tanda-tanda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan lepasnya mediator inflamasi seperti histamin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan
Lebih terperinciGAMBARAN PENGOBATAN PADA PENDERITA ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT) DI PUSKESMAS TRUCUK 1 KLATEN TAHUN 2010
GAMBARAN PENGOBATAN PADA PENDERITA ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT) DI PUSKESMAS TRUCUK 1 KLATEN TAHUN 2010 Roy Yani Dewi Hapsari, Sunyoto, Farida Rahmawati INTISARI Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saluran pencernaan merupakan gerbang utama masuknya zat gizi sebagai sumber pemenuhan kebutuhan tubuh baik untuk melakukan metabolisme hingga aktivitas sehari-hari.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang memiliki efek analgetik, antipiretik dan antiinflamasi yang bekerja secara perifer. Obat ini digunakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. OSTEOARTHRITIS 1. Definisi Osteoartritis disebut juga penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertrofi. Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Walaupun nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nekrosis merupakan proses degenerasi yang menyebabkan kerusakan sel yang terjadi setelah suplai darah hilang ditandai dengan pembengkakan sel, denaturasi protein dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat merupakan suatu bahan atau campuran bahan yang berfungsi untuk digunakan sebagai diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lambung merupakan perluasan organ berongga besar berbentuk kantung dalam rongga peritoneum yang terletak di antara esofagus dan usus halus. Saat keadaan kosong, bentuk
Lebih terperinciGAMBARAN KETEPATAN DOSIS PADA RESEP PASIEN GERIATRI PENDERITA HIPERTENSI DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2010
GAMBARAN KETEPATAN DOSIS PADA RESEP PASIEN GERIATRI PENDERITA HIPERTENSI DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2010 Yetti O. K, Sri Handayani INTISARI Hipertensi merupakan masalah utama dalam kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat saat ini sudah tidak pasif lagi dalam menanggapi situasi sakit maupun gangguan ringan kesehatannya. Mereka sudah tidak lagi segan minum obat pilihan
Lebih terperinciOBAT ANALGETIK, ANTIPIRETIK dan ANTIINFLAMASI
OBAT ANALGETIK, ANTIPIRETIK dan ANTIINFLAMASI Oleh dr. Agung Biworo, M.Kes Untuk mahasiswa Prodi Ilmu Keperawatan FK Unlam ANALGETIKA Analgetika dikelompokkan menjadi 2 : Analgetika opioid NSAID/Non Non-Steroidal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas dinegara yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas dinegara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Menurut WHO pada tahun 2007 proporsi kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid (OAINS) dengan efek analgesik, antiinflamasi, dan antipiretik yang digunakan secara luas pada
Lebih terperinciNONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S)
NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S) RESPON INFLAMASI (RADANG) Radang pada umumnya dibagi menjadi 3 bagian Peradangan akut, merupakan respon awal suatu proses kerusakan jaringan. Respon imun,
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENGGUNAAN OBAT PIROXICAM DI APOTEK NAZHAN FARMA BANJARMASIN
. ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENGGUNAAN OBAT PIROXICAM DI APOTEK NAZHAN FARMA BANJARMASIN Arriza Ramadhan 1 ; Yugo Susanto 2 ; Iwan Hidayat 3 Piroxicam merupakan obat AINS (Anti Inflamasi
Lebih terperinciINTISARI. Kata Kunci : Antibiotik, ISPA, Anak. Muchson, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten 42
KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA ANAK PENDERITA INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DI INSTALASI RAWAT JALAN RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU MUCHSON, YETTI OKTAVIANINGTYAS K, AYU WANDIRA INTISARI
Lebih terperinciPENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SOSIALISASI MENGENAL OBAT AGAR TAK SALAH OBAT PADA IBU-IBU PENGAJIAN AISYIYAH PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SOSIALISASI MENGENAL OBAT AGAR TAK SALAH OBAT PADA IBU-IBU PENGAJIAN AISYIYAH PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING Oleh : Sri Tasminatun, M.Si., Apt NIK 173 036 PROGRAM STUDI PROFESI
Lebih terperincidalam tubuh dapat mempengaruhi kadar asam urat dalam darah. Makanan yang mengandung zat purin yang tinggi akan diubah menjadi asam urat. b. Seseorang
PENDAHULUAN Asam urat merupakan sebutan orang awan untuk rematik pirai (gout artritis). Selain osteoartritis, asam urat merupakan jenis rematik artikuler terbanyak yang menyerang penduduk indonesia. Penyakit
Lebih terperincianti-inflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak. Obat golongan ini mempunyai efek
BAB 1 PENDAHULUAN Saat ini, rasa sakit karena nyeri sendi sering menjadi penyebab gangguan aktivitas sehari-hari seseorang. Hal ini mengundang penderita untuk segera mengatasinya baik dengan upaya farmakoterapi,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. efisiensi biaya obat pasien JKN rawat jalan RS Swasta
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran umum Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar efisiensi biaya obat pasien JKN rawat jalan RS Swasta Yogyakarta melalui
Lebih terperinciSWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG APOTEK DI APOTEK MARGI SEHAT TULUNG KECAMATAN TULUNG KABUPATEN KLATEN
SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG APOTEK DI APOTEK MARGI SEHAT TULUNG KECAMATAN TULUNG KABUPATEN KLATEN Trias Apriliani, Anita Agustina, Rahmi Nurhaini INTISARI Swamedikasi adalah mengobati segala keluhan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Fraktur merupakan kondisi ketika tulang mendapat tekanan yang melebihi kekuatan dari tulang tersebut sehingga menyebabkan terjadinya patah tulang (Atlas of pathophysiology,
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : DHYNA MUTIARASARI PAWESTRI J
UJI EFEK ANTIINFLAMASI INFUSA BUAH SEMU JAMBU METE (Anacardium occidentale L.) TERHADAP EDEMA PADA TELAPAK KAKI TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI KARAGENIN SKRIPSI Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dismenore merupakan suatu gejala rasa sakit atau rasa tidak enak. diperut bagian bawah pada masa menstruasi sampai dapat menggangu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dismenore merupakan suatu gejala rasa sakit atau rasa tidak enak diperut bagian bawah pada masa menstruasi sampai dapat menggangu aktifitas sehari-hari yang paling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Nyeri merupakan salah satu aspek yang penting dalam bidang medis, dan menjadi penyebab tersering yang mendorong seseorang untuk mencari pengobatan (Hartwig&Wilson,
Lebih terperinci(AIS) dan golongan antiinflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak.
BAB 1 PENDAHULUAN Di era globalisasi saat ini, rasa sakit atau nyeri sendi sering menjadi penyebab salah satu gangguan aktivitas sehari-hari seseorang. Hal ini mengundang penderita untuk segera mengatasinya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgetik, antipiretik, serta anti radang dan banyak digunakan untuk menghilangkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. cyclooxygenase (COX). OAINS merupakan salah satu obat yang paling. banyak diresepkan. Berdasarkan survey yang dilakukan di Amerika
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) merupakan obat yang dapat mengurangi inflamasi dan meredakan nyeri melalui penekanan pembentukan prostaglandin (PG) dengan cara
Lebih terperinciSintesis purin melibatkan dua jalur, yaitu jalur de novo dan jalur penghematan (salvage pathway).
I. Memahami dan menjelaskan gout arthritis 1.1.Memahami dan menjelaskan definisi gout arthritis Arthritis gout adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi Kristal asam urat pada jaringan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakkan jaringan untuk menghancurkan,
Lebih terperinciKARAKTERISTIK TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN ANTARA PENGGUNAAN OBAT GENERIK DAN OBAT PATEN DI APOTEK KETANDAN FARMA KLATEN
KARAKTERISTIK TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN ANTARA PENGGUNAAN OBAT GENERIK DAN OBAT PATEN DI APOTEK KETANDAN FARMA KLATEN Anita Agustina, Rahmi Nurhaini INTISARI Mutu utama layanan kesehatan adalah salah satunya
Lebih terperinciBanyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid,
BAB 1 PENDAHULUAN Inflamasi merupakan suatu respons protektif normal terhadap kerusakan jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologik. Inflamasi adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah DBD merupakan penyakit menular yang disebabkan virus dengue. Penyakit DBD tidak ditularkan secara langsung dari orang ke orang, tetapi ditularkan kepada manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radang (Inflamasi) adalah suatu mekanisme proteksi dari dalam tubuh terhadap gangguan luar atau infeksi (Wibowo & Gofir, 2001). Pada keadaan inflamasi jaringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh para penggerak yang produktif. Namun hal ini sedikit terganggu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan dan perkembangan negara dari berbagai aspek tentunya dipengaruhi oleh para penggerak yang produktif. Namun hal ini sedikit terganggu dengan munculnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. masyarakat mencari upaya untuk menghilangkannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Nyeri merupakan penyakit yang dialami oleh semua kalangan. Setiap individu pasti pernah mengalami nyeri pada tingkatan tertentu. Rasa nyeri seringkali timbul
Lebih terperinciABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN
ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN Deisy Octaviani 1 ;Ratih Pratiwi Sari 2 ;Soraya 3 Gastritis merupakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di apotek Mega Farma Kota Gorontalo pada tanggal
4.1 Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di apotek Mega Farma Kota Gorontalo pada tanggal 30 Mei-29 Juni tahun 2013. Dengan menggunakan tehnik accidental sampling,
Lebih terperinciAKTIVITAS ANALGETIKA INFUSA DAUN ALPUKAT (Persea americana) PADA MENCIT. TITA NOFIANTI Program Studi S1 Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya
AKTIVITAS ANALGETIKA INFUSA DAUN ALPUKAT (Persea americana) PADA MENCIT TITA NOFIANTI Program Studi S1 Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya ABSTRAK Pengujian aktivitas analgetika infusa daun alpukat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat-zat mikrobiologi. Inflamasi
Lebih terperinciDEFENISI. Merupakan suatu gejala yang menunjukkan adanya gangguangangguan. peradangan, infeksi dan kejang otot.
KELOMPOK IV: Aslida Satiamirna Ernita Eunike V Fatimah Parinduri Happy Monda Lia Realita Mery Zuana Anggreyni Rusman Edi Sri Kurniawati Syaipul Alamsyah Yasmina Ginting Yunita Katarina S NYERI DEFENISI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Autoimun merupakan suatu respon imun terhadap antigen jaringan sendir yang terjadi akibat kegagalan mekanisme normal yang berperan untuk mempertahankan self tolerance
Lebih terperinci[FARMAKOLOGI] February 21, Obat Anti Inflamasi Non Steroid ( OAINS ) Pada th/ sistomatis, tidak u/ th/ kausal. Ibuprofen, asam mefenamat,
Obat Anti Inflamasi Non Steroid ( OAINS ) Obat anti inflamasi terbagi 2 : 1. Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) Kronis, bekerja di saraf perifer Pada th/ sistomatis, tidak u/ th/ kausal Ex : Ibuprofen,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan jaringan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh manusia terdapat 230 sendi yang menghubungkan 206 tulang, perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Pemberian senyawa uji terhadap respon infalamasi. metode induced paw edema. Senyawa ini telah diuji aktivitas
23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Pemberian senyawa uji terhadap respon infalamasi Penentuan nilai AEW1 sebagai antiinflamasi menggunakan metode induced paw edema. Senyawa ini telah diuji aktivitas
Lebih terperinciANALGETIKA. Non-Steroidal Antiinflamatory Drugs (OAINS/Obat Antiinflamasi Non-Steroid) Analgetika opioid. Analgetika opioid
ANALGETIKA Analgetika dikelompokkan menjadi 2 : Analgetika opioid NSAID/Non Non-Steroidal Antiinflamatory Drugs (OAINS/Obat Antiinflamasi Non-Steroid) Analgetika opioid Mengurangi nyeri dan menimbulkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membuatya semakin parah. Ambang batas nyeri yang dapat ditoleransi seseorang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analgetika adalah zat yang bisa mengurangi rasa nyeri tanpa mengurangi kesadaran (Tjay dan Rahardja, 2015). Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang mengganggu,
Lebih terperinciANALGETIKA. dr. Agung Biworo, M.Kes
ANALGETIKA dr. Agung Biworo, M.Kes Analgetika dikelompokkan menjadi 2 : Analgetika opioid NSAID/Non Non-Steroidal Antiinflamatory Drugs (OAINS/Obat Antiinflamasi Non-Steroid) Analgetika opioid Mengurangi
Lebih terperinciObat. Written by bhumi Thursday, 15 March :26 -
Dalam keseharian hidup kita, kita sangat dekat dengan obat-obatan, apakah karena suatu sakit menahun yang diderita atau yang membantu meringankan rasa sakit saat kita sedang dalam keadaan tidak fit. Tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri merupakan salah satu keluhan yang paling sering dijumpai dalam praktik dokter sehari-hari. Nyeri juga dapat diderita semua orang tanpa memandang jenis kelamin,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,
I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan kemajuan zaman, penyakit dan infeksi yang menyerang pada manusia semakin berkembang dan menjadi salah satu ancaman terbesar dalam kehidupan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010).
Lebih terperinciPENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan
PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Peresepan Obat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Peresepan Obat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Penelitian ini mengidentifikasi penggunaan obat off-label dosis pada pasien dewasa rawat inap di Rumah
Lebih terperinciWa Ode Yuliastri 1* STIKES Mandala Waluya Kendari, Indonesia *
EFEKTIFITAS PEMBERIAN KOMPRES JAHE (Zingiber officinale) TERHADAP PENURUNAN NYERI RHEUMATOID ARTHRITIS PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RUMBIA KABUPATEN BOMBANA Wa Ode Yuliastri 1* STIKES Mandala
Lebih terperinciPENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI
PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI Muhammad Mudzakkir, M.Kep. Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UN PGRI Kediri muhammadmudzakkir@yahoo.co.id ABSTRAK
Lebih terperinciDi bawah ini diuraikan beberapa bentuk peresepan obat yang tidak rasional pada lansia, yaitu :
Peresepan obat pada lanjut usia (lansia) merupakan salah satu masalah yang penting, karena dengan bertambahnya usia akan menyebabkan perubahan-perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik. Pemakaian obat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang bertujuan untuk melihat gambaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengembangan turunan asam salisilat dilakukan karena asam salisilat populer di masyarakat namun memiliki efek samping yang berbahaya. Dalam penggunaannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah tahun, lanjut usia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lansia menjadi 4 yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah 45 59 tahun, lanjut usia (elderly) adalah 60 74 tahun, lanjut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sesungguhnya maupun potensi kerusakan jaringan. Setiap orang pasti
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nyeri merupakan suatu pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan yang sesungguhnya maupun potensi kerusakan
Lebih terperinciMengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1
Mengapa Kita Batuk? Batuk adalah refleks fisiologis. Artinya, ini adalah refleks yang normal. Sebenarnya batuk ini berfungsi untuk membersihkan tenggorokan dan saluran napas. Atau dengan kata lain refleks
Lebih terperinciPiroksikam merupakan salah satu derivat oksikam, dan merupakan obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang berkhasiat sebagai antiinflamasi,
BAB 1 PENDAHULUAN Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta pola penyakit di dunia menyebabkan semakin perlunya pengembangan obat baru, di mana obat baru tersebut bertujuan untuk mengurangi rasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemakaian obat banyak sekali yang digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Pengertian obat itu sendiri merupakan bahan yang hanya dengan takaran tertentu
Lebih terperinciDINAS KESEHATAN KABUPATEN TELUK WONDAMA
DINAS KESEHATAN KABUPATEN TELUK WONDAMA INFO OBAT Paracetamol 500 mg Parasetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik / analgesik. Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. semua organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam tubuh manusia terdapat 230 sendi yang menghubungkan 206 tulang, perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Swamedikasi 1. Definisi Swamedikasi Pelayanan sendiri didefinisikan sebagai suatu sumber kesehatan masyarakat yang utama di dalam sistem pelayanan kesehatan. Termasuk di dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyerupai flubiprofen maupun meklofenamat. Obat ini adalah penghambat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Natrium diklofenak merupakan derivat sederhana fenilasetat yang menyerupai flubiprofen maupun meklofenamat. Obat ini adalah penghambat siklooksigenase yang kuat dengan
Lebih terperinciSMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.2. Parotitis. Diare. Apendisitis. Konstipasi
SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.2 1. Kelainan yang terjadi karena ada sisa makanan di usus buntu, sehingga lama kelamaan terjadi peradangan adalah... Parotitis
Lebih terperincienzim dan ph rendah dalam lambung), mengontrol pelepasan obat dengan mengubah struktur gel dalam respon terhadap lingkungan, seperti ph, suhu,
BAB 1 PENDAHULUAN Dalam sistem penghantaran suatu obat di dalam tubuh, salah satu faktor yang penting adalah bentuk sediaan. Penggunaan suatu bentuk sediaan bertujuan untuk mengoptimalkan penyampaian obat
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang:
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang: Inflamasi adalah respon lokal pada jaringan mamalia hidup terhadap luka yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, parasit, reaksi antigen-antibodi, trauma
Lebih terperinciAgustin Wijayanti, Yunanto Wahyu Saputro INTISARI
POLA PERESEPAN OBAT DISPEPSIA DAN KOMBINASINYA PADA PASIEN DEWASA RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT ISLAM YOGYAKARTA PERSAUDARAAN DJAMAAH HAJI INDONESIA (PDHI) 2012 Agustin Wijayanti, Yunanto Wahyu Saputro INTISARI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Analgetik-Antipiretik Analgetik merupakan obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Nyeri sebenarnya berfungsi sebagai tanda adanya penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. vitamin ataupun herbal yang digunakan oleh pasien. 1. Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah melakukan penelitian pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas Sewon 2 Bantul telah ditemukan sebanyak 36 sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi maupun eksklusi. Peneliti
Lebih terperinciLampiran materi MYALGIA (NYERI OTOT) 1. Pengertian myalgia 2. Jenis Myalgia Fibromyalgia
Lampiran materi MYALGIA (NYERI OTOT) 1. Pengertian Myalgia adalah nyeri otot yang merupakan gejala dari banyak penyakit dan gangguan pada tubuh. Penyebab umum myalgia adalah penggunaan otot yang salah
Lebih terperincimenyebabkan timbulnya faktor lupa meminum obat yang akhirnya dapat menyebabkan kegagalan dalam efektivitas pengobatan. Permasalahan ini dapat diatasi
BAB 1 PENDAHULUAN Pada saat ini, semakin banyak manusia yang terkena penyakit reumatik, baik orang dewasa maupun anak muda. Upaya manusia untuk mengatasi hal tersebut dengan cara farmakoterapi, fisioterapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demam adalah kenaikan suhu diatas normal. bila diukur pada rectal lebih dari 37,8 C (100,4 F), diukur pada oral lebih dari 37,8 C, dan bila diukur melalui
Lebih terperinciANALISIS INTERAKSI OBAT SIMVASTATIN UNTUK PENYAKIT KOLESTEROL DI APOTEK RAFFI FARMA CIKOTOK (STUDI KASUS PADA RESEP BULAN APRIL JUNI 2015)
ANALISIS INTERAKSI OBAT SIMVASTATIN UNTUK PENYAKIT KOLESTEROL DI APOTEK RAFFI FARMA CIKOTOK (STUDI KASUS PADA RESEP BULAN APRIL JUNI 2015) Topan Saebani, Fajrin Noviyanto, Abdul Azis Setiawan Jurusan Farmasi,
Lebih terperincimengontrol biosintesis mediator inflamasi (prostaglandin,leukotriene) dengan meng inhibisi asam arakidonat.
A. PENDAHULUAN Tujuan praktikum ini lah mengenal dan memahami yang mungkin terjadi antara obat-obat p resep polifarmasi. Praktikum ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa setiap dokter pasti akan melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kita. Salah satu komplikasi awal dari fraktur yang terjadi pada tulang adalah nyeri. Nyeri ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur pada tulang adalah suatu kejadian yang sering dijumpai dalam kehidupan kita. Salah satu komplikasi awal dari fraktur yang terjadi pada tulang adalah nyeri.
Lebih terperincibanyak digunakan tanpa resep dokter. Obat obat ini merupakan suatu kelompok obat yang heterogen secara kimiawi. Walaupun demikian obatobat ini
BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini, perkembangan modifikasi molekul obat di dunia kefarmasian telah mengalami peningkatan yang cukup pesat. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh obat atau senyawa baru yang lebih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. inflamasi. Hormon steroid dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu glukokortikoid
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kortikosteroid adalah derivat hormon steroid yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Hormon ini memiliki peranan penting seperti mengontrol respon inflamasi. Hormon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Artritis gout merupakan suatu penyakit peradangan pada persendian yang dapat diakibatkan oleh gangguan metabolisme (peningkatan produksi) maupun gangguan ekskresi dari
Lebih terperinciReumatoid Arthritis. Hercegovina
Reumatoid Arthritis Hercegovina 1011013063 Reumatoid Athritis Keadaan kronis yang meupakan kelainan inflamasi progresif dengan etiologi yang belum di ketahui. Karkterisasi : -sendi poliartikular - Manifestasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. derivat asam propionat yang mempunyai aktivitas analgetik. Mekanisme. ibuprofen adalah menghambat isoenzim siklooksigenase-1 dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibuprofen merupakan golongan obat anti inflamasi non steroid derivat asam propionat yang mempunyai aktivitas analgetik. Mekanisme ibuprofen adalah menghambat isoenzim
Lebih terperinciANAMNESIS. dengan anamnesis yang benar.
PENDAHULUAN Gout sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu gutta (tetesan) karena dipercaya bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh luka yang jatuh tetes demi tetes ke dalam sendi. Kini, asam urat bisa
Lebih terperinciNora Haryani, Gambaran Pengetahua
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA PENDERITA ARTRITIS REUMATOID TERHADAP PERAWATAN NYERI SENDI DI DESA PAYA KULBI KECAMATAN KARANG BARU KABUPATEN ACEH TAMIANG Nora Hayani 1 1 Dosen Prodi D-III
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ataupun infeksi. Inflamasi merupakan proses alami untuk mempertahankan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Proses Terjadinya Inflamasi Inflamasi adalah salah suatu respon terhadap cedera jaringan ataupun infeksi. Inflamasi merupakan proses alami untuk mempertahankan homeostasis tubuh
Lebih terperinciANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009
ANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009 SKRIPSI Oleh : ANGGA ALIT ANANTA YOGA K.100.040.182 FAKULTAS FARMASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan keadaan sakit sesak nafas karena terjadinya aktivitas berlebih terhadap rangsangan tertentu sehingga menyebabkan peradangan dan penyempitan pada saluran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obat analgesik antipiretik serta obat anti inflamasi nonsteroid (AINS)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat analgesik antipiretik serta obat anti inflamasi nonsteroid (AINS) merupakan salah satu kelompok obat yang banyak diresepkan dan juga digunakan tanpa resep dokter.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Antipiretik digunakan untuk membantu untuk mengembalikan suhu set point ke kondisi normal dengan cara menghambat sintesa dan pelepasan prostaglandin E2, yang distimulasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebijakan Obat Nasional Kebijakan Obat Nasional bertujuan untuk meningkatkan keterjangkauan dan pemerataan obat sehingga, dapat meningkatkan taraf kesehatan masyarakat yang setinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e
BAB I PENDAHULUAN Anemia adalah kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Tingkat normal dari hemoglobin umumnya berbeda pada laki-laki dan wanita-wanita. Untuk laki-laki,
Lebih terperinci