PENENTUAN KADAR SODA YANG HILANG DI TAHAP PENCUCIAN IV PADA PROSES PEMBUATAN PULP DI PT. TOBA PULP LESTARI (TPL)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENENTUAN KADAR SODA YANG HILANG DI TAHAP PENCUCIAN IV PADA PROSES PEMBUATAN PULP DI PT. TOBA PULP LESTARI (TPL)"

Transkripsi

1 PENENTUAN KADAR SODA YANG HILANG DI TAHAP PENCUCIAN IV PADA PROSES PEMBUATAN PULP DI PT. TOBA PULP LESTARI (TPL) Diajukan untuk melengkapi gelar Ahli Madya Diploma Kimia Analis TUGAS AKHIR SAMPE TULUS P MANALU DEPARTEMEN KIMIA PROGRAM D-3 KIMIA ANALIS FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

2 PERSETUJUAN Judul Kategori Nama : PENENTUAN KADAR SODA YANG HILANG DI TAHAP PENCUCIAN PADA PROSES PEMBUATAN PULP : TUGAS AKHIR : Sampe Tulus P Manalu Nomor Induk Mahasiswa : Jurusan/Program Studi Departemen Fakultas : Kimia Analis/Diploma-3 : Kimia : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Diluluskan di : Medan, Mei 2007 Disetujui Oleh : Departemen Kimia FMIPA USU Ketua, Dosen Pembimbing, ( Dr. Rumondang Bulan,M.S ) ( Dra. Saur Lumban Raja,MSi )

3 PENGHARGAAN Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini, yang berjudul Penentuan Kadar Soda Yang Hilang di Tahap Pencucian IV Pada Proses Pembuatan Pulp. Karya ilmiah ini disusun untuk melengkapi persyaratan ujian akhir untuk memperoleh gelar Ahli Madya Diploma pada Jurusan Kimia Analis, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, serta adik-adikku tersayang, Erika, Renata, Fernandez, dan Fransiska atas dukungan dan kasih sayang mereka selama penulis duduk di bangku perkuliahan. Selanjutnya dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dra. Saur Lumban Raja, MSi, selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah memberikan penulis dorongan, bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan karya ilmiah ini. 2. Ibu Dr. Rumondang Bulan,M.S. selaku ketua Departemen Kimia. 3. Bapak dan Ibu Staf Pengajar di Jurusan Kimia Analis yang telah mendidik dan memberikan disiplin ilmu selama penulis duduk di bangku perkuliahan. 4. Bapak Irwan Kelana Putra selaku Seksi Head Training And Development Centre dan Bapak Hotman Sibuea di P.T.Toba Pulp Lestari.

4 5. Bapak Arlodis Nainggolan selaku Pembimbing Lapangan penulis yang telah membimbing penulis selama berada di tempat PKL. 6. Kak Serenova yang telah banyak membantu penulis selama berada di tempat PKL. 7. Buat teman-teman satu stambuk yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan dorongan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. 8. Buat rekan rekan seperjuangan Papaga, Munirul, dan buat Hengki makasih ya buat komputernya.

5 ABSTRACT Soda loss was explained as Na 2 SO 4 which carried by porridge pulp product washing can not took from pulp product cooking. Soda loss counted as dry heavy solid unit of weight and than converted as total sodium in this case is Na 2 SO 4 /ton pulp. Lossing Na 2 SO 4 is pulp extremely hanging to increase of water washing. Increase of water washing in a great number was extremely influential to decrease solid and black liquor that send into the evaporator.

6 ABSTRAK Kandungan soda dinyatakan sebagai Na 2 SO 4 yang terbawa bubur pulp hasil pencucian yang sudah tidak bisa diambil lagi dari pulp hasil pemasakan. Kehilangan soda dihitung sebagai berat kering padatan terlarut per satuan berat pulp, kemudian dikonversikan jumlah senyawa sodium, dalam hal ini adalah Na 2 SO 4 /ton pulp. Penghilangan kandungan soda dalam bubur pulp sangat tergantung pada penambahan air pencuci. Penambahan air prncuci dalam jumlah yang sangat banyak sangat berpengaruh terhadap penurunan dalam black liquor yang dikirim ke evaporator.

7 DAFTAR ISI Halaman PENGHARGAAN... i ABSTRACT... iii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Tujuan Manfaat... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Tentang Pulp Komposisi dan Sifat Kimia Kayu Selulosa Poliosa Lignin Zat Ekstraktif Proses Umum Pembuatan pulp di P.T. Toba Pulp Lestari Washing Dasar Operasi Washing Uraian Proses Washing Kehilangan Soda (Soda Loss)... 14

8 Washer Losses Permasalahan Pada Soda Loss BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 3.1. Proses Analisa Alat-alat Bahan-bahan Persiapan Analisa Penyiapan Sampel Cara Kerja BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hasil Pengamatan Perhitungan Pembahasan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA TABEL DATA Tabel 1. Komposisi Unsur Kimia Kayu... 4 Tabel 2. Komposisi Penyusun Kayu... 5 Tabel 3. Penyebab Kehilangan Soda Terlalu Tinggi Tabel 4. Tabel Data Analisa Tabel Rata-rata Harian Soda Loss LAMPIRAN

9 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, kebutuhan manusia dalam berbagai bidang meningkat dengan pesat, diantaranya adalah kebutuhan sandang dan kertas. Sandang merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh setiap manusia, sejalan dengan bertambahnya penduduk dan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan maka meningkat pula kebutuhan akan sandang dan kertas. Permintaan akan kebutuhan kertas semakin meningkat, sehingga perlu didirikan suatu perusahaan atau pabrik yang bergerak di bidang produksi pulp. Dengan melihat sumber daya alam Indonesia yang kaya akan bahan baku pulp maupun kertas mendorong didirikannya suatu pabrik pulp dan rayon yang bernama P.T. INTI INDORAYON UTAMA. Salah satu bagian penting dalam proses pembuatan pulp ialah proses pencucian (washing). Proses pencucian dilakukan setelah melewati proses pemasakan (digester). Pada proses pencucian tahap IV akan diperiksa kadar soda yang tertinggal di dalam pulp dengan parameter Soda Loss. Dimana kadar soda yang layak pada pulp agar produksi pulp layak unrtuk diperdagangkan biasanya maksimal 10 kg/ton pulp. Soda ini akan sangat mempengaruhi terhadap kualitas, keputihan dari pulp yang dihasilkan.

10 1.2. Permasalahan Kegunaan dari parameter ini yaitu agar dapat mengetahui berapa kadar bahan kimia yang dibutuhkan pada proses berikutnya. Sehingga tidak terjadi pemborosan bahan kimia yang akan ditambahkan ataupun kekurangan di proses berikutnya. Dengan alasan inilah, maka penulis memilih judul Penentuan Kadar Soda yang Hilang di Tahap Pencucian IV pada Proses Pembuatan Pulp Tujuan Adapun tujuannya sebagai berikut : a. Untuk mengetahui kadar soda yang hilang pada tahap pencucian pada proses pembuatan pulp. b. Soda yang hilang akan sangat berpengaruh untuk menentukan kadar Na 2 SO 4 yang akan ditambahkan pada proses berikutnya. c. Jika kadar sodanya terlalu tinggi maka keputihan pulp yang dihasilkan akan semakin rendah, sedangkan jika terlalu rendah maka mutu pulp yang dihasilkan tidak bagus karena kadar ligninnya sedikit Manfaat Manfaatnya adalah dapat memberikan informasi kepada pembaca mengenai kadar soda di pabrik karena jika kadar sodanya terlalu tinggi maka keputihan pulp yang dihasilkan akan semakin rendah maka mutu pulp yang dihasilkan tidak bagus karena kadar ligninnya sedikit. Soda yang hilang juga akan sangat berpengaruh untuk menentukan kadar Na 2 SO 4 yang akan ditambahkan pada proses berikutnya.

11 BAB II 2.1. Gambaran Umum Tentang Pulp Pulp termasuk ke dalam polisakarida berupa selulosa yang berat molekulnya Pulp yang merupakan bahan baku industri kertas dan rayon (serat sintesis) termasuk serat tiruan. Proses pembuatan pulp bertujuan untuk memisahkan serat-serat selulosa dari komponen lain yang terdapat dari bahan berserat selulosa. Sumber utama serat selulosa terdapat dalam tumbuh-tumbuhan. Serat selulosa sebagai bahan baku pembuatan pulp kertas dapat dihasilkan dari kayu dan nonkayu. Serat selulosa dari bahan baku kayu menurut penggunaannya dapat dibagi menjadi dua golongan besar : a. Kayu daun lebar menghasilkan serat pendek (LBKP = Laubholtz Bleach Kraft Pulp) dengan panjang serat sekitar 1,1 mm (hardwood), seperti Eucalyptus (Eucalyptus sp), Meranti (Shorea sp), Bakau (Rhizopur sp), Kaliandar (Calyandara calthyrsus), Akasia (Accassia mangium). b. Kayu daun jarum menghasilkan pulp serat panjang (NBKP = Nadelholz Bleach Kraft Pulp) dengan serat panjang sekitar 2,5 mm (soft wood), seperti Pinus (Pinus sp), Agata (Agathis sp) Komposisi dan Sifat Kimia Kayu Komponen kimia kayu mempunyai arti yang sangat penting, karena dapat menentukan susunan jenis kayu, juga dengan mengetahuinya dapat membedakan jenisjenis kayu. Selain itu dapat menentukan pengolahan dan pengerjaan kayu, sehingga

12 didapat hasil yang maksimal pada setiap pengerjaannya. Pada umumnya komponen kimia kayu daun lebar dan kayu daun jarum terdiri atas unsur : a. Unsur karbohidrat terdiri dari selulosa dan hemiselulosa b. Unsur non-karbohidrat terdiri dari lignin c. Unsur yang diendapkan dari kayu selama proses pertumbuhan dinamakan zat ekstraktif Distribusi komponen kimia tersebut dalam dinding kayu tidak merata. Kadar selulosa dan hemiselulosa banyak terdapat dalam dinding sekunder, sedangkan lignin banyak terdapat dalam dinding primer dan lamela tengah. Zat ekstraktif terdapat di luar dinding sel kayu. Tabel 1. Komposisi Unsur-Unsur Kimia Kayu Unsur Komposisi Karbon 50 % Hidrogen 6 % Nitrogen 0,04 % - 0,10 % Abu 0,02 % - 0,05 % Oksigen 43,85 % - 43,94 % Menurut Eero Sjostrom, (1998), secara kimia, kayu terdiri dari empat komponen yaitu selulosa, hemiselulosa, lignin dan zat ekstraktif. Berdasarkan perbedaan empat dan penyusun serta jenis kayu, kayu dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu kayu keras (hardwood) dan kayu lunak (soft wood).

13 Tabel 2. Komponen Penyusun Kayu % Komposisi Komponen Kayu lunak (soft wood) Kayu keras (hardwood) Selulosa Hemiselulosa Lignin Ekstraktif Selulosa Selulosa merupakan komponen utama dinding sel kayu yang merupakan polimer glukosa (C 6 H 10 O 5 ) n dimana n adalah jumlah pengulangan unit-unit atau n disebut juga derajat polimerisasi (DP). Selulosa dalam kayu mempunyai derajat polimerisasi sekitar 3500, namun pada proses pembuatan pulp, Derajat polimerisasi ini biasanya akan menurun sehingga menghasilkan pulp yang lemah. Selulosa ini adalah merupakan komponen utama dari kayu lunak dan kayu keras dan merupakan polimer dari D-glukosa Poliosa Disamping selulosa dalam kayu maupun dalam jaringan tanaman terdapat sejumlah polisakarida yang disebut poliosa atau hemiselulosa. Nama hemiselulosa dapat didasarkan pada anggapan bahwa polisakarida ini merupakan pendahulu selulosa. Meskipun dalam bidang ilmu pengetahuan istilah hemiselulosa telah pasti, namun dalam bidang teknis masih sering disalah artikan. Ekstraktif yang terdapat dalam lindi alkalis dari pulp kimia terdiri dari poliosa dan selulosa rantai pendek yang disebut sebagai hemiselulosa atau diartikan sebagai selulosa rendah.

14 Poliosa berbeda dari selulosa karena komposisi dari berbagai unit gula, karena rantai molekul yang membentuk poliosa dapat dibagi menjadi kelompok seperti pentosa, hektosa dan heksosa. Klasifikasi secara umum untuk semua karbohidrat tumbuhan diketengahkan oleh Asprinall (1973). Sistemnya terdiri atas kelompok-kelompok sebagai berikut : a. Selulosa b. Hemiselulosa - Hinan (homopolimer) - Glukomannan (heteropolimer) c. Senyawa pektin - Galakturonan - Arabinan - Galaktoran atau arabinogalaktan I (terutama rantai linear) d. Polisakarida lain - Arabinogalaktan II (rantai bercabang banyak) e. Glikoprotein Kayu lunak dan kayu keras tidak hanya berbeda dalam persentase poliosa total tetapi juga dalam persentase masing-masing poliosa dan komposisi poliosa-poliosa tersebut Lignin Lignin dapat diisolasi dari kayu bukan ekstraktif sebagai sisa yang tidak larut, setelah penghilangan polisakarida dengan hidrolisis. Secara alternatif lignin dapat dihidrolisis dan diekstraksi dari kayu atau diubah menjadi turunan yang larut. Setelah selulosa lignin merupakan zat organik yang banyak dan penting dalam tumbuhan.

15 Penyatuan lignin ke dalam dinding sel tumbuhan memungkinkan lignin menguasai permukaan bumi, lignin menaikkan sifat-sifat kekuatan mekanik. Lignin merupakan komponen kimia dan morfologi yang karakteristik dari jaringan tumbuhan tingkat tinggi, dimana lignin terdapat dalam jaringan vaskuler yang khusus untuk pengangkutan cairan dan kekuatan mekanik. Jumlah lignin yang terdapat dalam tumbuhan yang berbeda sangat bervariasi. Meskipun dalam spesies kayu kandungan lignin berkisar antara %. Disamping spesies kayu kandungan lignin dalam dinding sel dan kandungan lignin dalam bagian pohon yang berbeda tidak sama. Sebagai contoh, kandungan lignin paling tinggi adalah pada baatang dan paling rendah terdapat pada cabang dan kulit. Dalam kebanyakan penggunaan kayu, lignin digunakan sebagai bagian internal kayu. Dalam pembuatan pulp pada proses pengelantangan (bleaching) lignin dilepaskan dari kayu dalam bentuk terdegradasi dan berubah merupakan sumber karbon lebih dari 35 juta ton tiap tahun di seluruh dunia dan sangat potensial untuk keperluan kimia dan energi. Kandungan karbon lignin kayu lunak (60 % - 65 %), pada umumnya lebih tinggi dibandingkan karbon lignin pada kayu keras (18 % - 22 %) Zat Ekstraktif Ekstraktif diartikan sebagai senyawa yang terdapat dalam kayu dan merupakan senyawa-senyawa yang larut dalam pelarut organik baik bersifat polar ataupun nonpolar. Kandungan dan komposisi ekstraktif berubah-ubah diantara spesies kayu tergantung pada geografi dan musim. Komposisi ekstraktif berubah selama pengeringan kayu, terutama senyawasenyawa tak jenuh, lemak dan asam lemak terdegradasi. Hal ini penting untuk memproduksi pulp karena ekstraktif tertentu dalam kayu segar mungkin menyebabkan

16 noda kuning (gangguan aneh) atau penguningan pulp. Ekstraktif ini juga dapat mempengaruhi kekuatan pulp, perekatan dan pengerjaan akhir kayu maupun sifat-sifat pengeringan. Sejumlah kayu mengandung senyawa-senyawa yang dapat diekstraksi yang bersifat racun dan dapat mencegah bakteri, jamur, dan rayap. Ekstraksi dapat memberikan warna dan bau pada kayu. Salah satu ekstraktif disebut resin, suatu nama yang tidak menunjukkan senyawa kimia tertentu tetapi sustu kondisi fisik. Resin dipandang sebagai campuran senyawa-senyawa yang berbeda yang bersifat mencegah terjadinya kristalisaisi. Meskipun demikian senyawa-senyawa berikut dapat bersifat sebagai komponen resin : - Terpen - Flavonoid - Lignin - Aromatik lain - Stilbena Disamping senyawa-senyawa tersebut senyawa organik lain yang terdapat dalam ekstraktif : - Lemak - Alkohol - Asam lemak - Steroid - Hidrokarbon tinggi

17 2.3. Proses Umum Pembuatan Pulp di P.T. Toba Pulp Lestari Kayu batangan diangkut dengan menggunakan logging truk sampai ke area penampungan kayu (woodyard), kemudian diangkut masuk ke dalam debarking drum sehingga akan terjadi pengupasan kulit kayu. Setelah kayu keluar dari debarking drum, kayu akan dibawa ke washing station untuk menghasilkan mutu chip yang diperlukan untuk dimasak. Ukuran dari chip kira-kira tebalnya 4,0 mm dan panjangnya kira-kira 24 mm. Proses pemasakan kayu yang telah dibuat menjadi chip dilakukan di digester plant. Digester adalah suatu alat pemasak chip dengan menggunakan panas dan reaksi kimia. Bahan kimia yang digunakan adalah kaustik soda (NaOH), natrium sulfida (Na 2 S), dan natrium karbonat (Na 2 CO 3 ) yang dikenal dengan white liquor. Pemasakan biasanya dilakukan pada suhu o C selama menit. Proses pembuatan pulp di P.T. Toba Pulp Lestari dilakukan dengan proses Kraft (secara kimia sulfat). Bubur pulp hasil pemasakan dibawa ke tangki penghembusan (blow tank) yang berfungsi untuk menghembuskan bubur pulp menuju proses pencucian (washing). Unit pencucian merupakan lanjutan dari proses pemasakan, dimana bubur kayu dari blow tank selanjutnya mengalami proses pencucian pada unit washing, perbandingan antara cairan dan padatan dari bubur pulp sekitar 3-4 %. Temperatur saat terjadi pencucian ±120 o C. Bubur kayu yang sudah bersih dimasukkan ke tangki yang disebut unbleach tower dan dilanjutkan pada unit penyaringan dan diteruskan pada unit pemutihan. Pada unit pemutihan biasanya dilakukan secara bertahap dengan cara memanfaatkan bahan-bahan kimia dan kondisi berbeda pada setiap tahap yang bertujuan

18 untuk menghilangkan lignin sehingga diperoleh derajat keputihan (brightness) yang tinggi Washing Dasar Operasi Washing Proses pembuatan pulp secara kimia yang dipilih oleh P.T. Toba Pulp Lestari adalah proses Kraft yang berarti kuat dengan menggunakan NaOH dan Na 2 S yang disebut lindi putih (white liquor). Tujuan pencucian bubur pulp adalah : 1. Untuk membersihkan (memurnikan) bubur pulp dari lindi pemasaknya. 2. Untuk menghemat biaya bahan-bahan kimia pemasak agar dapat dipakai kembali. 3. Untuk mengumpulkan bahan-bahan yang tidak larut yang dipakai kembali sebagai bahan bakar pada tahap pemasakan. Bila pencucian kurang sempurna akan timbul kerugian antara lain : - pada proses pemutihan dibutuhkan pemutih yang besar jumlahnya - timbul busa dan lendir yang sangat mengganggu pada proses pembuatan kertas. Prinsip dan Mekanisme Pencucian : Dengan penambahan air, bahan-bahan yang terlarut dalam air akan larut sehingga akan didapatkan pulp yang bersih. Penggunaan air untuk pencucian tergantung dari pengolahan kembali sisa pemasakan (recovery,) untuk mengurangi polusi dilakukan penggunaan kembali air pencucian tersebut (water recycling). Pencucian ini dapat dilakukan berulang-ulang (multi stage washing), sehingga didapatkan pulp yang bersih atau digunakan air panas untuk pencucian (memurnikan efisiensi pencucian). Adapun pengaliran air untuk pencucian mengalir lambat supaya terjadi distribusi air yang baik pada pulp tanpa merusak pembentukan lembaran dan mengurangi pembentukan busa.

19 Bubur pulp yang telah dimasak pada unit pemasakan (digester) kemudian disaring dan dicuci (dibersihkan) dengan menggunakan air. Air berfungsi untuk menghilangkan lindi hitam (black liquor) yang dapat mengotori produk akhir dari pulp. Sebuah sistem perputaran alat pencuci (washer) adalah serba bertahap, biasanya terdiri dari dua unit sampai lima unit. Tetapi di P.T. Toba Pulp Lestari mempunyai sstem pencucian empat tahap. Air pencuci dan aliran bubur kayu/pulp arahnya berlawanan, yang disebut counter current washing. Alat pencuci (washer) yang berputar terdiri dari saringan (wire cloth) yang menutupi silinder tersebut. Air pencuci menggunakan shower / spray di permukaan bubur kayu secara terus-menerus.dan airnya turun ke tangki filtrate (dewatered) dengan menggunakan vakum. Bubur kayu yang sudah dikeluarkan airnya (dewatered) dimasukkan ke suatu alat yang disebut screw conveyor dimana bubur kayu tersebut ditambah air pengencer dan masuk ke tahap kedua washer / alat pencuci. Air saringan tersebut ditampung di tangki filtrate yang letaknya di lantai bawah. Di dalam sistem serba bertahap, bubur kayu tersebut diencerkan dengan lindi hitam baru yang akan dikirim ke washer tahap berikutnya. Dari sana proses pencuciannya terus diulang. Kekentalan bubur kayu di vat atau dipermukaan washer normalnya 1%. Sedangkan kekentalan bubur kayu sesudah diputar dari washer antara 10 %-14 %. Dalam hal ini proses pencucian bersifat kontinyu. Dan saat ini telah dibuat indikasi yaitu pencucian atau pembersihan yang cukup efisien, dengan mengandung lebih banyak padatan dalam lindi hitam encer ke evaporator. Filtrat dari lindi hitam sebagian besar disalurkan ke dalam alat penguapan (evaporator). Ini merupakan filtrat

20 pertama. Bilamana pencucian bubur pulp sebelum dipompakan ke dalam evaporator untuk penguapan. Lindi hitam encer akan mengandung serat (fiber) yang jumlahnya berbeda-beda, tergantung pada kondisi alat penyaring pada digester. Bubur pulp ini akan memberi pengaruh buruk pada penguapan itu, dimana cenderung akan menumpuk dan mengurangi kapasitas pemanasan. Oleh karenanya penyaringan lindi hitam sering dilakukan untuk memperkecil jumlah serat-serat yang akan terbawa ke dalam evaporator ataupun tower evaporasi lindi hitam. Air panas yang digunakan untuk mencuci di washer# 4 dengan temperatur 70 o C. Air pencuci yang dipakai di washer# 4 kemudian dipakai untuk mengencerkan bubur kayu yang akan masuk ke washer# 4 serta untuk mencuci bubur kayu pada washer sebelumnya. Lindi hitam untuk mencuci bubur kayu di washer# 4 dapat memberikan kekentalan / kekuatan untuk masing-masing tahap dan di dalam kotoran bubur kayu untuk masing-masing tahap. Lindi hitam tersebut lalu dipompakan ke bagian evaporator (system recovery) dan bubur kayu yang sudah bersih dari washer terakhir dimasukkan ke tangki yang disebut unbleach tower. Antara 98 %- 99 % dari bahan kimia yang dipakai keluar dari bubur pulp yang dicuci. Kandungan soda dari bubur pulp maksimal kira-kira 10 kg Na 2 SO 4 per ton pulp kering, dan soda itu begitu kuat terikat pada bubur pulp. Natrium tersebut meninggalkan sistem pencucian (bersama bubur pulp) dalam bentuk natrium sulfat yang bersifat organik yang dinyatakan sebagai Na 2 SO Uraian Proses Washing Dari dua tangki blow hasil dari pemasakan di digester, pulp penyimpanan diencerkan kira-kira 3,0 % - 3,5 % kekentalannya lalu dipompakan ke area pencucian

21 (washing). Dibagian bawah tangki blow diencerkan dengan memakai pompa yaitu pompa liquor 421 PC-301 yang lokasinya di daerah washing. Aliran pulp stock datang dari tangki blow disetel dengan dua aliran katup kontrol FIC-171 dan FIC 172. Pulp stock dimasukkan ke radiscreen, di pipa mau masuk ke radiscreen diencerkan oleh katup kontrol FIC 213 sampai kira-kira 2 % kekentalannya. Pulp yang diterima dari radiscreen masuk ke washer #1 vat dan serat kasar serta serat kayu masuk ke raditrim. Mata kayu dipisahkan lagi dari raditrim dan dikirim ke screw press #1 dan yang diterima di raditrim masuk ke washer #1 vat. Kekentalan dari tangki blow A dan B dijaga pada 3,5 % - 4,0 % oleh alat pengukur NIC-169 dan NIC-170. Peralatan raditrim dilengkapi dengan scraptrap yang dapat memisahkan batu, bijian, besi dan material lain dari pulp. Peralatan scraptrap terdiri dari katup isolasi KV-520A, katup KV-520B, katup pembersih / flushing KV- 520C, katup kent KV-520D, dan katup dilusi KV-520E. Semua katup ini dioperasikan secara bergantian sesuai dengan kontrol waktu yang ditentukan. Katup flushing dan katup dilusi dalam posisi tertutup selama tempat kosong. Dari radiscreen pulp yang diterima ke washer #1 diencerkan menjadi 1,0 % - 1,5 % kekentalannya oleh katup kontrol FIC-038 sebelum masuk ke washer #1 vat. Serat kasar dan mata kayu diolah kembali oleh raditrim yang mana dipisahkan antara mata kayu dan material yang lainnya. Pulp yang diterima dari raditrim dipompakan kembali ke pipa stock yang ke washer #1. Pulp stock yang masuk ke washer #1, setelah keluar dari washer kira-kira 12 % - 14 %, kekentalannya dan untuk mencuci pulp tersebut diambil dari lindi hitam dari tangki filtrat #2 melalui pompa 421 PC-035 dan aliran lindi hitam tersebut dikontrol oleh FIC-042. Pulp stock yang tebal tersebut masuk ke High Speed Repulper dan Low Speed Repulper (A 007 dan A 008) dan diencerkan menjadi 1,0 % - 1,5 %

22 kekentalannya dengan katup HIV-041 dan pulp stock tersebut masuk ke washer #2. Pulp stock yang tebal dari washer #2 vat kembali dicuci oleh lindi hitam yang kadarnya lebih rendah dari tangki filtrat #3 melalui pompa 421 PC-306 aliran tersebut akan dikontrol oleh FIC-046 dan kekentalan pulp tersebut kira-kira 12 % - 14 %. Pulp stock yang tebal dari washer #2 dimasukkan ke sebuah repulper A-110 dan pulp tersebut diencerkan oleh lindi hitam dari tangki filtrat #3 melalui pompa 421 PC-304 dan katup HIV-045, dimana stock pulp tersebut dicuci dan ditebalkan di washer #3. Untuk mencucinya digunakan lindi hitam yang berkadar rendah dari tangki filtrat #4 melalui pompa PC-407 dan dikontrol oleh FIC-049. Stock pulp masuk ke sebuah repulper conveyor (A-013) dimana stock pulp tersebut diencerkan lindi hitam dari tangki filtrat #4 dan dikontrol oleh FIC-050 dan masuk ke sebuah tangki yang disebut wash stock tank pada kekentalan kira-kira 4 % - 5 %. Wire washer dijaga agar selalu bersih dengan disepraikan lindi hitam ke wire washer dari pompa 421 PC-307, PC-308, PC-309. Lindi hitam dari tangki foam T-031 dipompakan melalui 421 PC-312 ke saringan lindi hitam (liquor filter) dimana serat dan material kecil dipisahkan sebelum dipompakan ke area evaporator. Lindi hitam yang sudah disaring lalu dikirim memakai pompa 421 PC-313 ke area evaporator dengan sebuah alat pengontrol ketinggian /level control valve) LIC Kehilangan Soda (Soda Loss) Washer Losses Pada awalnya penekanan washer losses dalam pengembalian / pemutihan bahan kimia, terutama kandungan natrium. Oleh karenanya kehilangan soda (jumlah sisa senyawa natrium yang tidak bisa diambil dari pulp hasil pemasakan) secara tradisional dilaporkan sebagai Na 2 SO 4 yang terbawa oleh bubur pulp hasil pencucian yang

23 ekuivalen dengan jumlah salt cake (bahan-bahan kimia) yang ditambahkan ke dalam sistem pemulihan kembali bahan kimia pemasak untuk menjaga keseimbangan natrium dalam sistem itu. Sehubungan dengan salt cake (bahan-bahan kimia) dalam pulp tercuci adalah sangat kecil serta perbandingan kandungan natrium dalam padatan terlarut juga bisa sangat bervariasi. Oleh karena itu cara terbaik untuk menentukan kehilangan soda tersebut pertama-tama dihitung sebagai berat kering padatan terlarut per satuan berat pulp kemudian dikonversikan sebagai jumlah senyawa natrium, dalam hal ini misalnya Na 2 SO 4 /ton pulp. Oleh karena setiap pabrik pulp mempunyai perbedaan dalam faktor-faktor yang berpengaruh pada proses pencucian seperti jenis kayu, proses pemasakan, metode pencucian dan sebagainya. Maka setiap pabrik harus menentukan masing-masing ekuivalen antara kandungan natrium dari berbagai konsentrasi padatan terlarut dalam lindi hitam yang berasal dari berbagai tahapan proses. Selanjutnya, hubungan penentuan Na + secara mudah dapat dilakukan dengan Metode Atomik Absorbtion atau Flame Photometer dan sebagainya. Untuk operasi tertentu yang menggunakan jenis kayu tertentu dan kondisi proses yang tertentu pula. Kandungan soda dari bubur pulp maksimal kira-kira 10 kg Na 2 SO 4 /ton pulp kering, dan soda itu begitu kuat terikat dalam bubur pulp. Natrium tersebut meninggalkan sistem pencucian (bersama bubur pulp) dalam bentuk natrium sulfat yang bersifat organik yang dinyatakan sebagai Na 2 SO 4. Kehilangan soda didefenisikan sebagai kandungan soda dalam pulp yang meninggalkan sistem pencucian dinyatakan sebagai berat Na 2 SO 4 per ton pulp kering tanur.

24 Permasalahan pada Soda Loss Dibawah ini adalah beberapa kemungkinan penyebab serta tindakan yang disarankan jika kehilangan soda terlalu tinggi : Tabel 3. Penyebab dan tindakan yang disarankan jika kehilangan soda terlalu tinggi. No Kemungkinan Penyebab Tindakan yang Disarankan a. Terlalu sedikit air pencuci yang dipakai pada washer #4 Tambahkan jumlah air pencuci pada batas-batas tertentu sehingga dicapai keseimbangan dengan % solid pada WBL yang dikirim ke evaporator b. Tinggi cairan yang terlalu tinggi dalam tangki filtrat akan memperpendek jarak jatuhnya cairan sehingga akan mengurangi gaya vakum dalam washer c. Tinggi cairan yang terlalu tinggi pada vat washer karena adanya busa dan Penurunan tinggi cairan dalam tangki dengan memompakannya ke evaporator atau dengan mengurangi jumlah air pencuci yang digunakan Tinggi cairan dikontrol dengan menambahkan defomer kemasukan udara d. Rendahnya efisiensi washer, terutama pada saat pembentukan lembaran pada Meningkatkan gaya vakum pada washer drum dan lembaran pulp yang sulit tersangkut

25 BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 3.1. Proses Analisa Alat-alat a. Buret Digital b. Oven c. ph Meter d. Neraca Analitis e. Magnetic Bar f. Magnetic Stirrer g. Beker plastik 500 ml h. Sheeter Bahan-bahan - Larutan HCl 0,0969 N - Sampel - Air Destilat 3.2. Persiapan Analisa Penyiapan Sampel Pengambilan sampel dilakukan pada tangki yang disebut vakum washer dengan kapasitas liter milik P.T. Toba Pulp Lestari. Dalam hal ini pengambilan sampel dilakukan setiap 2 jam sekali apabila pabrik melakukan proses setiap hari.

26 Proses pengambilan sampel : Diambil sampel dengan menggunakan ember kecil, dengan cara dicedokkan ember tersebut ke dalam vakum washer IV. Sampel inilah kemudian yang akan dianalisa di Laboratorium Quality Control Cara Kerja Tahap Penentuan ph a. Dimasukkan air destilat hangat dengan suhu kira-kira 60 o -70 o C ke dalam beker plastik. b. Diletakkan beker plastik diatas stirrer bar. c. Diaduk dengan menggunakan magnetik stirrer. d. Diukur ph air destilat tersebut dengan menggunakan ph meter, lalu ditambahkan HCl ke dalam air destilat hingga ph larutan menjadi 4,3. e. Setelah ph larutan menjadi 4,3 lalu ditambahkan sampel ke dalam larutan tersebut sehingga ph larutan menjadi basa. f. Ditambahkan kembali HCl ke dalam campuran sampel hingga ph campuran turun menjadi 4,3. g. Dicatat volume HCl yang terpakai pada penambahan yang kedua Tahap Pembuatan Sheet a. Kemudian sampel dibentuk menjadi bentuk sheet (berbentuk lembaran). b. Dimasukkan ke dalam oven untuk dikeringkan dengan suhu kira-kira o C selama ± 30 menit. c. Ditimbang sampel kering. d. Dicatat berat sampel sebagai berat kering (W od )

27 BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hasil Pengamatan Tabel 4. Tabel Data Analisa Tanggal Waktu pengerjaan V HCl (ml) Berat kering (g) Soda loss 27 Januari Januari Januari Januari Pebruari ,14 1,0893 7, ,23 1,0989 7, ,25 1,1621 7, ,53 1,6164 6, ,60 1,5288 7, ,23 2,0782 7, ,35 1,8393 6, ,16 2,2180 6, ,54 2,9125 6, ,20 2,4025 6, ,38 2,3730 6, ,17 2,2968 6, ,20 2,5226 6, ,19 2,5110 6, ,30 2,6373 6, ,22 2,2796 6, ,17 1,9553 7, ,20 1,8895 7, ,19 1,5846 7, ,30 1,8254 7, ,15 1,8247 8, ,33 1,3301 6, ,24 2,4678 6, ,18 2,0287 7, ,06 2,2038 6,43

28 4.2. Perhitungan Mencari Soda Loss V HCl x N HCl x Be Na2SO SL = Wod Keterangan : 4 a. VHCl = Volume HCl yang ditambahkan setelah penambahan sampel b. NHCl = Konsentrasi HCl yang terpakai c. Be Na 2 SO 4 = Berat ekivalen Na 2 SO 4 yang dipakai d. Wod = Weight Oven Dry Sample (Berat kering sampel) Sebagai contoh Untuk Hari Pertama : V HCl x N HCl x Be Na2SO SL = Wod 1,14 x 0,0969 x 71 SL = 1,0893 SL = 7,2 kg/ton Untuk sampel yang lain caranya sama. Data ada dalam tabel Mencari Rata-rata Soda Loss Per-hari 4 Rata-rata L SL SL SL SL16.00 SL = S 5 Sebagai contoh Untuk Hari Pertama Rata-rata 7,20 + 7,70 + 7,40 + 6,61+ 7,23 SL = 5 Rata-rata SL perhari = 7,208 kg/ton. Untuk hari berikutnya cara perhitungannya sama. Data ada dalam tabel 5.

29 Tabel 5. Tabel Rata-rata Harian Soda Loss Tanggal Rata-rata Soda Loss Harian 27 Januari ,208 kg/ton 28 Januari ,546 kg/ton 30 Januari ,28 kg/ton 31 Januari ,3 kg/ton 1 Februari ,01 kg/ton 4.2. Pembahasan Kehilangan soda didefenisikan sebagai kandungan soda dalam pulp yang meninggalkan sistem pencucian dinyatakan sebagai berat Na 2 SO 4 /ton pulp kering tanur. Berarti pada hari pertama rata-rata Na 2 SO 4 yang ditambahkan mulai pukul sampai dengan pukul untuk menghilangkan sodanya sebanyak 7,208 kg setiap 1 ton pulp, pada hari kedua dibutuhkan Na 2 SO 4 6,546 kg setiap ton pulp, untuk hari ketiga dibutuhkan Na 2 SO 4 6,28 kg setiap ton pulp, untuk hari keempat dibutuhkan Na 2 SO 4 7,3 kg setiap ton pulp, untuk hari kelima dibutuhkan Na 2 SO 4 7,01 kg setiap ton pulp. Dari 5 hari pengamatan soda loss di P.T. Toba Pulp Lestari masih memenuhi standart perdagangan pulp yaitu sekitar 6-7 kg/ton. Pada perdagangan pulp kadar keputihan (brightness) sangat mempengaruhi kualitas dari pulp itu sendiri. Dan kadar (keputihan) brightness itu sendiri sangat ditentukan oleh kadar soda yang hilang pada proses washing 4. Pada proses washing banyak hal-hal yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya kadar soda, oleh sebab itu hal-hal lain juga perlu diperhatikan karena tinggi atau rendahnya kadar soda pada pulp sangat mempengaruhi kadar keputihan (brightness) dari pulp tersebut.

30 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari hasil analisa yang dilakukan di P.T. Toba Pulp Lestari dapat disimpulkan bahwa : 1. Range Soda Loss harian pada analisa 6,28 kg/ton pulp. 2. Soda Loss sangat penting karena mempengaruhi brightness / keputihan pulp dimana pada perdagangan pulp kadar keputihan ini akan mempengaruhi kualitas pulp tersebut. 3. Kadar Soda Loss P.T. Toba Pulp Lestari, Tbk masih memenuhi standart perdagangan pulp yang telah ditetapkan yaitu sekitar 7-8 kg/ton pulp Saran Diharapkan kepada analis agar pada waktu menentukan ph-nya lebih berhatihati dan teliti karena kesalahan sedikit saja dapat merusak hasil analisa dan dapat mengurangi ketelitian hasil kerja.

31 DAFTAR PUSTAKA Ahmad H., (1992), Tinjauan Umum Proses Pembuatan Pulp, PT. Toba Pulp Lestari, Porsea Casey & James. P., (1978), Pulp and Paper Chemistry and Chemichal Technology, Third Edition, Intersience Publication, Vol 1, New York Eero Sjostrom, (1995), Kimia Kayu Dasar-dasar Penggunaan, Gajah Mada University-Press, Yogyakarta Hardjono S., (1995), Kayu Kimia, Ultrastruktur dan Reaksi-reaksi, Gajah Mada University-Press, Yogyakarta Sirait. S., (2002), Washing and Screening Plant, Training and Development Centre, PT. Toba Pulp Lestari, Porsea Sirait. S., (2002), Wood Preparation, Training and Development Centre, PT. Toba Pulp Lestari, Porsea Suminar. S.A., (1990), Kimia Kayu, Institut Pertanian Bogor-Press, Bogor

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses Proses pembuatan pulp adalah pemisahan lignin untuk memperoleh serat (selulosa) dari bahan berserat. Oleh karena itu selulosa harus bersih dari lignin supaya

Lebih terperinci

Kertas adalah barang ciptaan manusia berwujud lembaranlembaran tipis yang dapat dirobek, digulung, dilipat, direkat, dicoret. Kertas dibuat untuk

Kertas adalah barang ciptaan manusia berwujud lembaranlembaran tipis yang dapat dirobek, digulung, dilipat, direkat, dicoret. Kertas dibuat untuk Kertas adalah barang ciptaan manusia berwujud lembaranlembaran tipis yang dapat dirobek, digulung, dilipat, direkat, dicoret. Kertas dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sangat beragam. Selain untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan alami dan lingkungan telah meningkat. Dari segi lingkungan barangbarang

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan alami dan lingkungan telah meningkat. Dari segi lingkungan barangbarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di dunia ini semakin pesat. Perhatian masyarakat akan bahan-bahan alami dan lingkungan telah meningkat. Dari segi lingkungan barangbarang dari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Eucalyptus berserat pendek dan dikelompokkan dalam kayu keras (Training and

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Eucalyptus berserat pendek dan dikelompokkan dalam kayu keras (Training and 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komposisi Kayu Kayu adalah yang dijadikan sebagai bahan baku yang mengandung serat utama untuk pembuatan pulp dikarenakan rendemen seratnya yang tinggi. Kayu Eucalyptus berserat

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RINTO PAGABE SITUMORANG

TUGAS AKHIR RINTO PAGABE SITUMORANG PENGARUH TOTAL SOLID DAN TOTAL ALKALI AKTIF PADA BLACK LIQOUR (LINDI HITAM) TERHADAP KUALITAS PULP YANG DIHASILKAN EVAPORATOR PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA TUGAS AKHIR RINTO PAGABE SITUMORANG 122401060

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. semak belukar. Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. semak belukar. Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum 2.1.1 Pengertian Kayu Kayu adalah bagian keras tanaman yang digolongkan kepada pohon dan semak belukar. Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH PEMAKAIAN CAIRAN PEMASAK TERHADAP BILANGAN KAPPA PADA PROSES PEMASAKAN DI DIGESTER UNIT FIBER LINE PT TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA

PENGARUH JUMLAH PEMAKAIAN CAIRAN PEMASAK TERHADAP BILANGAN KAPPA PADA PROSES PEMASAKAN DI DIGESTER UNIT FIBER LINE PT TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA PENGARUH JUMLAH PEMAKAIAN CAIRAN PEMASAK TERHADAP BILANGAN KAPPA PADA PROSES PEMASAKAN DI DIGESTER UNIT FIBER LINE PT TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA KARYA ILMIAH ESTINAR SILITONGA PROGRAM STUDI DIPLOMA-III

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SODA LOSS DALAM PULP TERHADAP PEMAKAIAN ClO 2 DI Do TOWER PADA UNIT BLEACHING DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk TUGAS AKHIR

PENGARUH JUMLAH SODA LOSS DALAM PULP TERHADAP PEMAKAIAN ClO 2 DI Do TOWER PADA UNIT BLEACHING DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk TUGAS AKHIR PENGARUH JUMLAH SODA LOSS DALAM PULP TERHADAP PEMAKAIAN ClO 2 DI Do TOWER PADA UNIT BLEACHING DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk TUGAS AKHIR EKA A DOLOKSARIBU 082409008 PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR TOTAL AKTIF ALKALI DI DALAM WHITE LIQOUR PADA PROSES RECAUSTICIZING DI PT. TOBA PULP LESTARI,Tbk TUGAS AKHIR KHAIRUNNISA

PENENTUAN KADAR TOTAL AKTIF ALKALI DI DALAM WHITE LIQOUR PADA PROSES RECAUSTICIZING DI PT. TOBA PULP LESTARI,Tbk TUGAS AKHIR KHAIRUNNISA 1 PENENTUAN KADAR TOTAL AKTIF ALKALI DI DALAM WHITE LIQOUR PADA PROSES RECAUSTICIZING DI PT. TOBA PULP LESTARI,Tbk TUGAS AKHIR KHAIRUNNISA 132401057 PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 46 HASIL DAN PEMBAHASAN Komponen Non Struktural Sifat Kimia Bahan Baku Kelarutan dalam air dingin dinyatakan dalam banyaknya komponen yang larut di dalamnya, yang meliputi garam anorganik, gula, gum, pektin,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jagung (Zea mays) Menurut Effendi S (1991), jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting selain padi dan gandum. Kedudukan tanaman ini menurut

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR HERDIANUS MANALU

TUGAS AKHIR HERDIANUS MANALU PENGARUH PENAMBAHAN OKSIGEN (O 2 ) PADA TOWER E OP TERHADAP JUMLAH PEMAKAIAN KLORIN DIOKSIDA (ClO 2 ) PADA TOWER D 1 DI UNIT BLEACHING DI PT. TOBA PULP LESTARI,Tbk PORSEA. TUGAS AKHIR HERDIANUS MANALU

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pembakaran pada suhu tinggi pada kondisi oksigen yang melimpah, residu semacam ini. % berat kering. Karbon 49.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pembakaran pada suhu tinggi pada kondisi oksigen yang melimpah, residu semacam ini. % berat kering. Karbon 49. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Kayu adalah suatu karbohidrat yang tersusun terutama atas karbon, hidrogen dan oksigen. Kayu mengandung senyawa anorganik yang tetap tinggal setelah terjadi pembakaran pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan

TINJAUAN PUSTAKA. Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu dan Sifat - sifat Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi.kayu berasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pohon-pohon termasuk tanaman berbiji (Spermatophyta), dibagi menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pohon-pohon termasuk tanaman berbiji (Spermatophyta), dibagi menjadi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Umum Kayu Pohon-pohon termasuk tanaman berbiji (Spermatophyta), dibagi menjadi gymnosperm (Gymnospermae) dan angiosperm (Angiorspermae). Kayu-kayu konifer atau kayu lunak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sebagai tanaman berkayu yang mempunyai tinggi 4,5 6 meter atau lebih. Kayu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sebagai tanaman berkayu yang mempunyai tinggi 4,5 6 meter atau lebih. Kayu 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kayu Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam dan merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan bahan baku pembuatan pulp ataupun kertas

Lebih terperinci

INDUSTRI PULP DAN KERTAS. 11/2/2010 Universitas Darma Persada By YC

INDUSTRI PULP DAN KERTAS. 11/2/2010 Universitas Darma Persada By YC INDUSTRI PULP DAN KERTAS 11/2/2010 Universitas Darma Persada By YC 1 A. BAHAN BAKU Selulosa (terdapat dalam tumbuhan berupa serat) Jenis-jenis selulosa : 1. α-selulosa untuk pembuatan kertas 2. β-selulosa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Umum Tentang kayu Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu

Lebih terperinci

PENENTUAN TEMPERATUR TERHADAP KEMURNIAN SELULOSA BATANG SAWIT MENGGUNAKAN EKSTRAK ABU TKS

PENENTUAN TEMPERATUR TERHADAP KEMURNIAN SELULOSA BATANG SAWIT MENGGUNAKAN EKSTRAK ABU TKS PENENTUAN TEMPERATUR TERHADAP KEMURNIAN SELULOSA BATANG SAWIT MENGGUNAKAN EKSTRAK ABU TKS Padil, Silvia Asri, dan Yelmida Aziz Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Riau, 28293 Email : fadilpps@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan laju perkembangan teknologi yang semakin pesat diperlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan laju perkembangan teknologi yang semakin pesat diperlukan XII BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk meningkatkan laju perkembangan teknologi yang semakin pesat diperlukan sumber daya manusia yang tangguh dan handal, agar teknologi yang semakin berkembang

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA H.Abdullah Saleh,, Meilina M. D. Pakpahan, Nowra Angelina Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri kertas merupakan salah satu industri yang terbesar di Dunia dengan menghabiskan 670 juta ton kayu. Kebutuhan kertas dunia terus meningkat, yang pada beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pemerintah menghimbau masyarakat dan pengusaha untuk meningkatkan ekspor non migas sebagai sumber devisa negara. Sangat diharapkan dari sektor pertanian,

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU (H-FAKTOR) TERHADAP BILANGAN KAPPA DAN VISKOSITAS PADA PROSES PEMASAKAN DI UNIT DIGESTER PT.TOBA PULP LESTARI,Tbk PORSEA

PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU (H-FAKTOR) TERHADAP BILANGAN KAPPA DAN VISKOSITAS PADA PROSES PEMASAKAN DI UNIT DIGESTER PT.TOBA PULP LESTARI,Tbk PORSEA PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU (H-FAKTOR) TERHADAP BILANGAN KAPPA DAN VISKOSITAS PADA PROSES PEMASAKAN DI UNIT DIGESTER PT.TOBA PULP LESTARI,Tbk PORSEA KARYA ILMIAH YOHANA LAMRIA SITANGGANG 112401100 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flammable), dihasilkan dari

TINJAUAN PUSTAKA. Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flammable), dihasilkan dari 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biogas Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flammable), dihasilkan dari perombakan bahan organik oleh mikroba dalam kondisi tanpa oksigen (anaerob). Bahan organik dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Umum Kayu Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu memiliki

Lebih terperinci

Oleh : Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. NIP DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

Oleh : Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. NIP DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 KARYA TULIS NILAI ph DAN ANALISIS KANDUNGAN KIMIA ZAT EKSTRAKTIF BEBERAPA KULIT KAYU YANG TUMBUH DI KAMPUS USU, MEDAN Oleh : Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. NIP. 132 296 841 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH PH DAN JUMLAH PENGGUNAAN LARUTAN NAOH PADA PROSES PEMUTIHAN PULP PADA TAHAP EKSTRAKSI OKSIDASI

PENGARUH PH DAN JUMLAH PENGGUNAAN LARUTAN NAOH PADA PROSES PEMUTIHAN PULP PADA TAHAP EKSTRAKSI OKSIDASI 1 PENGARUH PH DAN JUMLAH PENGGUNAAN LARUTAN NAOH PADA PROSES PEMUTIHAN PULP PADA TAHAP EKSTRAKSI OKSIDASI (Eop) DI UNIT PEMUTIHAN FIBER LINE PT.TOBA PULP LESTARI,Tbk PORSEA. TUGAS AKHIR Diajukan untuk

Lebih terperinci

Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Pembuatan Kertas Seni. Faridah, Anwar Fuadi

Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Pembuatan Kertas Seni. Faridah, Anwar Fuadi Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Pembuatan Kertas Seni Faridah, Anwar Fuadi ABSTRAK Kertas seni banyak dibutuhkan oleh masyarakat, kertas seni yang dihasilkan dapat digunakan sebagai kertas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Digester Digester merupakan alat utama pada proses pembuatan pulp. Reaktor ini sebagai tempat atau wadah dalam proses delignifikasi bahan baku industri pulp sehingga didapat

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan. No. Alat Ukuran Jumlah. Sendok. 1 buah. Ember. 1 buah. Pipet.

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan. No. Alat Ukuran Jumlah. Sendok. 1 buah. Ember. 1 buah. Pipet. BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan No. Alat Ukuran Jumlah 1. Sendok 2. Ember 3. Pipet 2 buah 4. Pengaduk 5. Kertas ph Secukupnya 6. Kaca arloji 2 buah 7. Cawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kertas seni merupakan salah satu produk yang semakin diminati baik di dalam pasar dalam negeri maupun luar negeri, umumnya merupakan hasil produk buatan tangan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. - Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 15.00; dan WIB. - Analisis dilakukan pada tanggal 21 Februari 2016

BAB 3 METODOLOGI. - Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 15.00; dan WIB. - Analisis dilakukan pada tanggal 21 Februari 2016 23 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Metodologi Percobaan - Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 15.00; 17.00 dan 19.00 WIB - Analisis dilakukan pada tanggal 21 Februari 2016 - Penentuan bilangan kappa dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kompleks. Kayu tersusun atas sel-sel yang mungil, masing-masing memiliki struktur

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kompleks. Kayu tersusun atas sel-sel yang mungil, masing-masing memiliki struktur BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Baku Pulp Sebagai bahan bangunan, kayu adalah salah satu produk yang paling sederhana, paling mudah digunakan ; kayu dapat dipotong dan dibentuk dengan mudah, digunakan

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA PABRIK CARBOXYMETHYL CELLULOSE (CMC) DARI ECENG GONDOK DENGAN PROSES DELIGNIFIKASI SODA Oleh : Dian Aprilia Ratnasari (2311 030 002) Fiona Rossi Ramadhani (2311 030 056) Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir.

Lebih terperinci

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason Standar Nasional Indonesia ICS 85.040 Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan 5.1.1 Alat yang digunakan Tabel 3.1 Alat yang digunakan No. Alat Ukuran Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. Sendok

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

BAB 3 METODELOGI PERCOBAAN

BAB 3 METODELOGI PERCOBAAN 19 BAB 3 METODELOGI PERCOBAAN 3.1. Alat Erlenmeyer Pipet tetes Propipet Gelas ukur Buret digital 3.. Bahan White liquor BaCl 10% Formaldehid 40% HCl 0,5N Indikator phenolptalein Indikator metil orange

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat yang berbeda-beda. Bahkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat yang berbeda-beda. Bahkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori umum kayu Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat yang berbeda-beda. Bahkan kayu berasal dari satu pohon memiliki sifat yang agak berbeda, jika dibandingkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH ARRYE GENAP PARHUSIP

KARYA ILMIAH ARRYE GENAP PARHUSIP I PENGARUH KONSENTASI TOTAL TITRATABLE ALKALI TERHADAP PERSEN CAUSTICIZING EFFICIENCY DAN PERSEN SULFIDITY DI DALAM WHITE LIQUOR STORAGE PADA PROSES RECAUSTICIZING DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk. KARYA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Umum Kayu Kayu merupakan salah satu produk alam yang sangat penting. Sekitar sepertiga luas permukaan lahan dunia tetutup oleh hutan yang mengadung persediaan pertumbuhan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kayu merupakan hasil hutan dari seumber kekayaan alam, merupakan bahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kayu merupakan hasil hutan dari seumber kekayaan alam, merupakan bahan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu 2.1.1 Pengertian Kayu Kayu merupakan hasil hutan dari seumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi.

Lebih terperinci

Pembuatan Pulp dari Batang Pisang

Pembuatan Pulp dari Batang Pisang Jurnal Teknologi Kimia Unimal 4 : 2 (November 2015) 36-50 Jurnal Teknologi Kimia Unimal http://ft.unimal.ic.id/teknik_kimia/jurnal Jurnal Teknologi Kimia Unimal Pembuatan Pulp dari Batang Pisang Syamsul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Selulosa merupakan salah satu komoditi yang cukup banyak dibutuhkan di industri, seperti industri tekstil dan pulp. Serat selulosa ini juga sudah dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

KONDISI OPTIMUM PEMASAKAN ABACA (MUSA TEXTILIS NEE) DENGAN PROSES SULFAT (THE OPTIMUM OF COOKING CONDITION OF MUSA TEXTILIS NEE WITH SULPHATE PROCESS)

KONDISI OPTIMUM PEMASAKAN ABACA (MUSA TEXTILIS NEE) DENGAN PROSES SULFAT (THE OPTIMUM OF COOKING CONDITION OF MUSA TEXTILIS NEE WITH SULPHATE PROCESS) 30 KONDISI OPTIMUM PEMASAKAN ABACA (MUSA TEXTILIS NEE) DENGAN PROSES SULFAT (THE OPTIMUM OF COOKING CONDITION OF MUSA TEXTILIS NEE WITH SULPHATE PROCESS) Rudi Hartono 1 dan Gatot Ibnusantosa 2 1 Jurusan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akan tetapi ini diproses dengan selulosa yang berbeda, seperti sebagai rayon sutera

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akan tetapi ini diproses dengan selulosa yang berbeda, seperti sebagai rayon sutera BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Umum Tentang Kayu Pulp adalah produk dasar dari kayu, sebagian besar digunakan untuk pembuatan kertas, akan tetapi ini diproses dengan selulosa yang berbeda, seperti sebagai

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Penelitian dilakukan di laboratorium terdiri dari 3 tahap :

BAB V METODOLOGI. Penelitian dilakukan di laboratorium terdiri dari 3 tahap : 18 BAB V METODOLOGI 5.1 Rancangan Percobaan Penelitian dilakukan di laboratorium terdiri dari 3 tahap : Tahap I Tahap II Tahap III : Analisa terhadap bahan dasar : Pemasakan dengan proses soda : Analisa

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah. 1. Digester - 1 Buah. 2. Pengaduk - 1 Buah. 3. Kertas PH - Secukupnya. 4.

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah. 1. Digester - 1 Buah. 2. Pengaduk - 1 Buah. 3. Kertas PH - Secukupnya. 4. 1 BAB V METODOLOGI 5.1 Bahan-bahan dan Alat yang Digunakan 5.1.1 Alat yang digunakan : No. Alat Ukuran Jumlah 1. Digester - 1 Buah 2. Pengaduk - 1 Buah 3. Kertas PH - Secukupnya 4. Gunting - 1 Buah 5.

Lebih terperinci

PENGARUH RASIO CAIRAN PEMASAK (AA CHARGE) PADA PROSES PEMBUATAN PULP DARI KAYU SENGON (ALBIZIA FALCATARIA ) TERHADAP KUALITAS PULP

PENGARUH RASIO CAIRAN PEMASAK (AA CHARGE) PADA PROSES PEMBUATAN PULP DARI KAYU SENGON (ALBIZIA FALCATARIA ) TERHADAP KUALITAS PULP PDFaid.com PENGARUH RASIO CAIRAN PEMASAK (AA CHARGE) PADA PROSES PEMBUATAN PULP DARI KAYU SENGON (ALBIZIA FALCATARIA ) TERHADAP KUALITAS PULP Diajukan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. nilai 7 sementara bila nilai ph > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa

BAB II LANDASAN TEORI. nilai 7 sementara bila nilai ph > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa BAB II LANDASAN TEORI II.1. Teori Dasar ph ph atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaaman atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. ph normal memiliki nilai 7 sementara

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah,

BAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah, BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Alat utama yang digunakan dalam penelitian pembuatan pulp ini adalah digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biomassa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Biomassa meliputi semua bahan yang bersifat organik ( semua makhluk yang hidup atau mengalami pertumbuhan dan juga residunya ) (Elbassan dan Megard, 2004). Biomassa

Lebih terperinci

BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK

BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK 3.1. Flowchart Pengolahan dan Pengujian Minyak Biji Jarak 3.2. Proses Pengolahan Minyak Biji Jarak Proses pengolahan minyak biji jarak dari biji buah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

PENGARUH ph TERHADAP BRIGHTNESS PULP PADA TAHAP Eo di Unit BLEACHING DIFIBERLINE 1 DI PT. RIAU ANDALAN PULP AND PAPER,Tbk. PELALAWAN RIAU KARYA ILMIAH

PENGARUH ph TERHADAP BRIGHTNESS PULP PADA TAHAP Eo di Unit BLEACHING DIFIBERLINE 1 DI PT. RIAU ANDALAN PULP AND PAPER,Tbk. PELALAWAN RIAU KARYA ILMIAH PENGARUH ph TERHADAP BRIGHTNESS PULP PADA TAHAP Eo di Unit BLEACHING DIFIBERLINE 1 DI PT. RIAU ANDALAN PULP AND PAPER,Tbk. PELALAWAN RIAU KARYA ILMIAH M.FAHRURROZY 092401021 PROGRAM STUDI D3 KIMIA DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Lindi hitam (black liquor) merupakan larutan sisa pemasak yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Lindi hitam (black liquor) merupakan larutan sisa pemasak yang PENDAHULUAN Latar Belakang Lindi hitam (black liquor) merupakan larutan sisa pemasak yang berasal dari pabrik pulp dengan proses kimia. Larutan ini sebagian besar mengandung lignin, dan sisanya terdiri

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Drs. Syamsu herman,mt Nip : 19601003 198803 1 003 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004,

Lebih terperinci

PABRIK PULP DARI LIMBAH PADAT INDUSTRI AGAR-AGAR DENGAN PROSES SODA

PABRIK PULP DARI LIMBAH PADAT INDUSTRI AGAR-AGAR DENGAN PROSES SODA PABRIK PULP DARI LIMBAH PADAT INDUSTRI AGAR-AGAR DENGAN PROSES SODA Nama Mahasiswa : 1. Denti Bulan Trisna (2310 030 001) 2. Nunki Fathurrozi (2310 030 083) Dosen Pembimbing : Ir. Imam Syafril, MT NIP.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada April- Juli 2012 bertempat di Waduk Batutegi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada April- Juli 2012 bertempat di Waduk Batutegi 25 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada April- Juli 2012 bertempat di Waduk Batutegi Kabupaten Tanggamus dan Laboratorium Balai Penelitian Ternak Ciawi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu 2.1.1 Pengertian Kayu Kayu merupakan hasil hutan dari kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Pengambilan sampel dilakukan pada pukul WIB. Analisis dilakukan pada tanggal 05 Januari s / d 10 Januari 2011

BAB III METODOLOGI. Pengambilan sampel dilakukan pada pukul WIB. Analisis dilakukan pada tanggal 05 Januari s / d 10 Januari 2011 BAB III METODOLOGI 3.1. Metodologi Percobaan Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 09.30 WIB Analisis dilakukan pada tanggal 05 Januari s / d 10 Januari 2011 Penentuan bilangan kappa dilakukan titrimetri

Lebih terperinci

PENENTUAN BRIGHTNESS PULP PADA D 0, D 1 DAN D 2 STAGE DI UNIT BLEACHING PT. Toba Pulp Lestari, Tbk PORSEA KARYA ILMIAH

PENENTUAN BRIGHTNESS PULP PADA D 0, D 1 DAN D 2 STAGE DI UNIT BLEACHING PT. Toba Pulp Lestari, Tbk PORSEA KARYA ILMIAH PENENTUAN BRIGHTNESS PULP PADA D 0, D 1 DAN D 2 STAGE DI UNIT BLEACHING PT. Toba Pulp Lestari, Tbk PORSEA KARYA ILMIAH FEBRIANTY DRANICA SIHOMBING 052 401 062 DEPARTEMEN KIMIA PROGRAM STUDI DIPLOMA III

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AREN (Arenga pinnata) Pohon aren (Arenga pinnata) merupakan pohon yang belum banyak dikenal. Banyak bagian yang bisa dimanfaatkan dari pohon ini, misalnya akar untuk obat tradisional

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di empat lokasi digester biogas skala rumah tangga yang aktif beroperasi di Provinsi

Lebih terperinci

III METODOLOGI PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN 11 III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan September 2011 yang bertempat di laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gymnosperm (gymnospermae). Kayu kayu konifer atau kayu kayu lunak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gymnosperm (gymnospermae). Kayu kayu konifer atau kayu kayu lunak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. TEORI UMUM KAYU Pohon pohon termasuk tanaman berbiji (spermatophyta ), dibagi menjadi gymnosperm (gymnospermae). Kayu kayu konifer atau kayu kayu lunak termasuk kategori yang

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI ALKALI AKTIF DI DALAM WHITE LIQUOR TERHADAP BILANGAN KAPPA PADA UNIT DIGESTER DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk KARYA ILMIAH

PENGARUH KONSENTRASI ALKALI AKTIF DI DALAM WHITE LIQUOR TERHADAP BILANGAN KAPPA PADA UNIT DIGESTER DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk KARYA ILMIAH PENGARUH KONSENTRASI ALKALI AKTIF DI DALAM WHITE LIQUOR TERHADAP BILANGAN KAPPA PADA UNIT DIGESTER DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk KARYA ILMIAH ELISA PUTRI KAROLINA 062409022 PROGRAM STUDI DIPLOMA - 3 KIMIA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Sebagai bahan bangunan, kayu adalah salah satu produk yang paling sederhana, paling mudah digunakan, dan mudah dipasang. Pada saat yang sama, kayu adalah salah satu bahan

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISASI AWAL BAHAN Karakterisistik bahan baku daun gambir kering yang dilakukan meliputi pengujian terhadap proksimat bahan dan kadar katekin dalam daun gambir kering.

Lebih terperinci

ANALISIS KIMIA KAYU BATANG, CABANG DAN KULIT KAYU JENIS KAYU LEDA

ANALISIS KIMIA KAYU BATANG, CABANG DAN KULIT KAYU JENIS KAYU LEDA ANALISIS KIMIA KAYU BATANG, CABANG DAN KULIT KAYU JENIS KAYU LEDA (Eucalyptus deglupta Blume) Oleh/by HENNI ARYATI Program Studi Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tongkol jagung sebagai limbah tidak bermanfaat yang merugikan lingkungan jika tidak ditangani dengan benar.

BAB I PENDAHULUAN. tongkol jagung sebagai limbah tidak bermanfaat yang merugikan lingkungan jika tidak ditangani dengan benar. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kulit jagung merupakan bagian tanaman yang melindungi biji jagung, berwarna hijau muda saat masih muda dan mengering pada pohonnya saat sudah tua. Tongkol jagung merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Magnesium klorida Salah satu kegunaan yang paling penting dari MgCl 2, selain dalam pembuatan logam magnesium, adalah pembuatan semen magnesium oksiklorida, dimana dibuat melalui

Lebih terperinci

PERANAN POLIMER SELULOSA SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PENGEMBANGAN PRODUK MANUFAKTUR MENUJU ERA GLOBALISASI

PERANAN POLIMER SELULOSA SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PENGEMBANGAN PRODUK MANUFAKTUR MENUJU ERA GLOBALISASI KULIAH UMUM 2010 29 Desember 2010 PERANAN POLIMER SELULOSA SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PENGEMBANGAN PRODUK MANUFAKTUR MENUJU ERA GLOBALISASI Oleh: Ir. Yusup Setiawan, M.Eng. Balai Besar Pulp dan KertasBandung

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Robby Mukafi 13/348251/TK/40846 Azizah Nur Istiadzah 13/349240/TK/41066

BAB I PENGANTAR. Robby Mukafi 13/348251/TK/40846 Azizah Nur Istiadzah 13/349240/TK/41066 BAB I PENGANTAR Tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah utama dari industri pengolahan kelapa sawit yang belum termanfaatkan secara optimal. Dari pengolahan buah kelapa sawit, dihasilkan limbah berupa

Lebih terperinci

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3. Preparasi Sampel Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3 siti_marwati@uny.ac.id Penarikan Sampel (Sampling) Tujuan sampling : mengambil sampel yang representatif untuk penyelidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kegunaan Produk Kuprisulfatpentahidrat Kegunaan kupri sulfat pentahidrat sangat bervariasi untuk industri. Adapun kegunaannya antara lain : - Sebagai bahan pembantu fungisida

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah kulit buah manggis, ethanol, air, kelopak bunga rosella segar, madu dan flavor blackcurrant. Bahan kimia yang digunakan untuk keperluan

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI. Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan

PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI. Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan Latar Belakang Tujuan: Menentukan kadar gula pereduksi dalam bahan pangan Prinsip: Berdasarkan

Lebih terperinci

UJI KINERJA DIGESTER DENGAN MENGGUNAKAN VARIABEL TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PROSES PULPING JERAMI PADI

UJI KINERJA DIGESTER DENGAN MENGGUNAKAN VARIABEL TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PROSES PULPING JERAMI PADI LAPORAN TUGAS AKHIR UJI KINERJA DIGESTER DENGAN MENGGUNAKAN VARIABEL TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PROSES PULPING JERAMI PADI (Test of Digester Work by Cooking Temperature and Time Variable in the

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja yang melimpah dan pemasaran yang sudah jelas. menggunakan salah satu sumber daya alam yaitu kayu, yang begitu banyak

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja yang melimpah dan pemasaran yang sudah jelas. menggunakan salah satu sumber daya alam yaitu kayu, yang begitu banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, kertas merupakan bahan produk yang banyak dipergunakan oleh manusia. Semakin meningkat kebutuhan akan kertas, secara langsung kebutuhan akan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODA

III. BAHAN DAN METODA III. BAHAN DAN METODA A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Baku Bahan baku utama yang digunakan adalah kayu daun lebar campllran terdiri dari kurang lebih 15 jenis kayu yang berasal dari areal hutan alam produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Digester Digester merupakan alat utama pada proses pembuatan pulp. Reaktor ini sebagai tempat atau wadah dalam proses delidnifikasi bahan baku industri pulp sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tandan Kosong Kelapa Sawit Komoditas kelapa sawit memiliki berbagai macam kegunaan baik untuk industri pangan maupun non pangan/oleochemical serta produk samping/limbah. Limbah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

PENENTUAN VISKOSITAS PADA PROSES PEMUTIHAN PULP (BLEACHING) DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk SOSOR LADANG PORSEA KARYA ILMIAH DESWENTY SINAGA

PENENTUAN VISKOSITAS PADA PROSES PEMUTIHAN PULP (BLEACHING) DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk SOSOR LADANG PORSEA KARYA ILMIAH DESWENTY SINAGA PENENTUAN VISKOSITAS PADA PROSES PEMUTIHAN PULP (BLEACHING) DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk SOSOR LADANG PORSEA KARYA ILMIAH DESWENTY SINAGA 052401084 PROGRAM D-3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KMIA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa, dan (7) Waktu

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan september 2011 hingga desember 2011, yang bertempat di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Departemen

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk penelitian ini adalah gliserol kasar (crude glycerol) yang merupakan hasil samping dari pembuatan biodiesel. Adsorben

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian Empat Jenis Kayu Rakyat berdasarkan Persentase Kehilangan Bobot Kayu Nilai rata-rata kehilangan bobot (weight loss) pada contoh uji kayu sengon, karet, tusam,

Lebih terperinci