BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Energi panas bumi adalah energi panas yang tersimpan dalam batuan di

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Energi panas bumi adalah energi panas yang tersimpan dalam batuan di"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi panas bumi adalah energi panas yang tersimpan dalam batuan di bawah permukaan bumi dan fluida yang terkandung didalamnya (Saptadji, 2014). Energi panas bumi telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di Itali sejak tahun 1913 dan di Selandia Baru sejak tahun 1958 (ESDM, 2015). Energi panas bumi telah dimanfaatkan untuk sektor non listrik (direct use) yang berlangsung di Islandia selama 70 tahun (Saptadji, 2014). Meningkatnya kebutuhan akan energi serta meningkatnya harga minyak, khususnya pada tahun 1973 dan 1979, telah memacu negara negara lain, termasuk Amerika Serikat, untuk mengurangi ketergantungan mereka pada minyak dengan cara memanfaatkan energi panas bumi. Saat ini energi panas bumi telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di 24 negara, termasuk Indonesia (Saptadji, 2014). Geothermal (panas bumi) merupakan salah satu energi alternatif terbarukan. Panas bumi bersifat konsisten sehingga dapat menghasilkan secara terus-menerus dan merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui sehingga tidak akan ada habisnya. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki energi panas bumi terbanyak. Saat ini telah teridentifikasi 217 lokasi sumber panas bumi Indonesia dengan potensi mencapai sekitar Mwe. Dengan adanya potensi panas bumi terbanyak, Indonesia berusaha untuk menjadikan energi panas bumi sebagai salah satu energi alternatif yang dapat menggantikan minyak bumi dan batu bara. Panas bumi di Indonesia mudah didapat secara kontinu dalam jumlah besar, tidak terpengaruh cuaca, dan jauh lebih murah biaya produksinya daripada 1

2 minyak bumi atau batu bara. Berdasarkan data Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia, Indonesia memiliki potensi energi panas bumi sebesar MW yang tersebar di 217 lokasi atau mencapai 40% dari cadangan panas bumi dunia. Namun, hanya sekitar kurang dari 4% yang baru dimanfaatkan. Seperti yang terlihat di tabel 1 dan gambar 1 yang merupakan persebaran panas bumi dari Sumatera hingga Sulawesi dan Maluku. No Tabel 1. Persebaran Sumber Energi Panas Bumi Pulau Jumlah Lapangan Panas Bumi Potensi Energi Panasbumi (MWE) Spekulatif Terduga Terbukti 1 Sumatera Jawa/Bali Nusa Tenggara Sulawesi dan Maluku TOTAL Sumber : (Sudrajat, 1995) 2

3 Gambar 1. Peta Sebaran Panas Bumi di Indonesia Sumber : Statistik EBTKE 2014, Pusdatin Kementrian ESDM Tabel 1 dan gambar 1 menunjukkan persebaran sumber energi panas bumi di Indonesia. Dilihat dari segi aspek geografi, persebaran sumber energi panas bumi dikarenakan Indonesia memiliki 127 gunung berapi aktif sehingga memicu aktivitas tektonik dalam perut bumi dan terbentuklah energi panas bumi. Salah satu pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia yaitu sebagai pembangkit listrik. Pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) berasal dari perut bumi berupa uap air maupun air panas yang bersifat panas. Pembangkit listrik tenaga panas bumi menggunakan teknologi eksploitasi dan eksplorasi yang biasanya digunakan dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas. Undang-undang Nomor 27 tahun 2003 tentang panas bumi mengatakan bahwa kegiatan usaha panas bumi adalah suatu kegiatan untuk menemukan sumber daya panas bumi sampai dengan pemanfaatannya baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemanfaatan secara langsung merupakan kegiatan usaha pemanfaatan energi 3

4 panas bumi yang digunakan untuk keperluan listrik dan pemanfaatan tidak langsung merupakan kegiatan usaha pemanfataan energi panas bumi yang digunakan untuk keperluan non-listrik. Selain sebagai pembangkit listrik, PLTP memberikan dampak positif dan dampak negatif terhadap masyarakat. Dampak positif yang dapat ditimbulkan dari adanya PLTP yaitu peningkatan lapangan pekerjaan, pengembangan masyarakat dari perusahaan serta dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah (ESDM, 2015). Adanya PLTP ini menambah lapangan kerja di luar sektor pertanian yang akan menambah keanekaragaman mata pencaharian (ESDM, 2015). Salah satu sumber panas bumi yang dimanfaatkan berada di Provinsi Jawa Tengah tepatnya di dataran Tinggi Dieng. Pemanfaatan sumber panas bumi ini adalah untuk keperluan rumah tangga seperti memasak air, memasak makanan, dan terutama menjadi sumber listrik masyarakat (ESDM, 2015). Adanya pemanfaatan sumber panas bumi di Dieng digunakan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang memiliki kapasitas kecil yang dikelola oleh PT. GEODIPA ENERGI yang mulai tahun 2015 akan diambil alih oleh PT.PLN PERSERO (Fahmi, 2015). PLTP yang terletak di Dieng merupakan salah satu pembangkit yang memanfaatkan panas bumi sebagai penggerak turbin, kemudian turbin digunakan untuk memutar generator sehingga menghasilkan daya listrik sebesar 60 MW. Saat ini PLTP Dieng terhubung sistem koneksi ke Jawa-Madura- Bali (Geodipa, 2009). Selain pemanfaatan sebagai pembangkit tenaga listrik, PLTP akan membawa pengaruh terhadap kondisi masyarakat yang ada di sekitar lokasi PLTP tersebut. Hal ini akan mempengaruhi kondisi ekonomi, sosial, dan lingkungan fisik di daerah tersebut. Penelitian ini difokuskan kepada persepsi 4

5 masyarakat terhadap keberadaan PLTP baik dilihat dari kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan fisik. Selain itu, dari sisi ilmiah, masih kurangnya penelitian mengenai persepsi masyarakat terhadap PLTP yang dilakukan. Hal inilah yang membuat peneliti menjadi tertarik untuk mengkaji persepsi masyarakat terhadap PLTP Dieng. 1.2 Perumusan Masalah Proses vulkanologi yang masih aktif menjadikan salah satu sumber tenaga pembangkit listrik khususnya di wilayah Kabupaten Wonosobo. Salah satunya prmanfaatannya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Dieng. Keberadaan PLTP Dieng dapat mempengaruhi persepsi masyarakat Dieng. Persepsi masyarakat yang ditimbulkan dapat bersifat positif maupun negatif. Akibat yang ditimbulkan dilihat dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan yang dapat terjadi berupa penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, atau akan menimbulkan konflik serta perubahan budaya masyarakat sekitar PLTP atau pun perubahan lingkungan fisik sehingga dapat mempengaruhi pembangunan wilayah. Penelitian ini berada di Kecamatan Kejajar tepatnya di Desa Sikunang yang jaraknya lebih kurang 600 meter dari PLTP Dieng. Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui bagaimana persepsi mayarakat terhadap keberadaan PLTP. Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan maka rumusan masalah dari kajian penelitian adalah : 5

6 1. Bagaimana karakteristik masyarakat serta pengetahuan masyarakat mengenai PLTP Dieng? 2. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap PLTP Dieng dilihat dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan? 3. Bagaimana hubungan antara karakteristik masyarakat dengan pengetahuan masyarakat dengan persepsi masyarakat terhadap PLTP Dieng? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengkaji karakteristik masyarakat serta pengetahuan masyarakat mengenai PLTP Dieng. 2. Menganalisis persepsi masyarakat terhadap PLTP Dieng dilihat dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. 3. Menganalisis hubungan antara karakteristik pengetahuan masyarakat dengan persepsi masyarakat terhadap kegiatan PLTP Dieng. 1.4 Manfaat Penelitian Memberikan informasi mengenai kebermanfaatan PLTP untuk lingkungan yang berkelanjutan. Pengembangan ilmu geografi khususnya dalam analisis spasial untuk mengetahui dampak dari adanya PLTP Dieng terhadap sosial ekonomi masyarakat lokal di Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Sebagai masukan dan informasi bagi pihak terkait dalam melakukan pengembangan penelitian sejenis di kemudian hari. 6

7 1.5 Tinjauan Pustaka Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan dalam konteks keruangan. Dalam geografi terpadu, untuk mendekati atau menghampiri masalah dalam geografi digunakan tiga pendekatan yaitu pendekatan keruangan, pendektan ekologikal dan pendekatan kompleks wilayah. Pendekatan yang digunakan geografi terpadu tidak membedakan antara elemen fiskal dan non fiskal (Bintarto, 1987). Dalam pelaksanaan penyelenggaraan kehidupan, manusia tidak selamanya mampu melakukannya sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya tersebut dan hal ini dapat terjadi karena berbagai macam hal. Sering terlihat gejala kehidupan dan lingkungan yang akhirnya justru merugikan manusia dan hal ini disebabkan oleh ulah manusia baik individual ataupun bersama-sama. Dalam bahasa pembangunan wilayah dikemukakan bahwa dalam wilayah yang bersangkutan telah terjadi umpan balik negatif terhadap kehidupan dari perbuatan atau kegiatan yang dilakukan oleh manusia (Yunus, 2010). Dari adanya perbuatan manusia terhadap lingkungannya, maka pendekatan paling tepat untuk penelitian ini adalah pendekatan ekologis. Pendekatan ekologi adalah upaya dalam mengkaji fenomena geosfer khususnya terhadap interaksi antara organisme hidup dan lingkungannya, termasuk dengan organisme hidup yang lain. Di dalam organisme hidup itu manusia merupakan satu komponen yang penting dalam proses interaksi. Oleh karena itu, muncul istilah ekologi manusia yang mempelajari interaksi antar manusia serta antara manusia dan lingkungan (Yunus, 2010). 7

8 Dalam pembangunan wilayah, pentingnya mengetahui mengenai persepsi masyarakat di suatu wialayah yang memiliki karakteristik wilayah yang berbedabeda dengan objek kajian berbeda dapat dijadikan sebagai suatu apresiasi atau pun sebagai suatu bahan evaluasi yang digunakan untuk mencapai pembangunan wilayah yang lebih baik. Pada penelitian ini, objek kajian yang menjadi perhatian adalah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Dieng Energi Panas Bumi Panas bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, serta batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetic tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi (UU No 21 tahun 2014). Energi yang terkandung dalam fluida panas bumi adalah air yang dapat di fase uap, cair atau keduanya sebagai campuran. Cairan ini biasanya terletak lebih dari kedalaman 1 km di bawah permukaan bumi (Bertani, 2009). Energi geothermal terletak di lokasi yang dilalui oleh cincin api (ring of fire) yang sama seperti orang-orang di Amerika Serikat, Kanada, Italia, Jepang, Filipina, Selandia Baru dan beberapa negara lainnya. Diperkirakan bahwa energi mengalir dari kegiatan ini mencapai hingga 42 juta MW. Geothermal energi dapat menyediakan kebutuhan konsumsi energi dunia untuk tahun (Nasrudin, dkk., 2014). Indonesia adalah salah satu negara di dunia dilalui oleh cincin api, yang karenanya banyak gunung berapi aktif yang ada di Indonesia. Gunung berapi yang tersebar di pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku dan Sulawesi, di mana ada 117 gunung berapi aktif. Sebagai hasil, Indonesia memiliki 217 potensi daerah panas bumi. Hal ini berarti Indonesia memiliki potensi energi panas bumi terbesar 8

9 di dunia, yang mencakup sekitar 40% dari potensi dunia atau MW. Sistem energi panas bumi di negara ini umumnya dengan sistem hidrotermal yang memiliki suhu tinggi yang lebih dari 225 C, dan hanya sedikit dari sistem hidrotermal memiliki suhu yang lebih rendah sekitar C. Meskipun potensi panas bumi yang besar di Indonesia, sampai dengan hari ini, pemanfaatannya masih belum optimal, terutama untuk listrik tujuan generasi (Ilyas, 2012). Secara umum, pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia dibagi menjadi dua jenis: penggunaan langsung dan tidak langsung. Pemanfaatan langsung yaitu panas yang terkandung dalam cairan panas bumi untuk berbagai keperluan seperti ruang pemanas, pertanian/agroindustri, perikanan, pariwisata; sedangkan pemanfaatan tidak langsung adalah tujuan untuk daya generasi (Sugiyono, 2014). Pemanfaatan energi panas bumi tidak langsung di Indonesia dimulai dengan eksploitasi panas bumi pertama sebelum kemerdekaan pada tahun Situs eksploitasi pertama terletak di Kawah Kamojang di pulau Jawa yang masih menghasilkan uap hingga saat ini. Pada saat itu, eksplorasi itu dilakukan oleh Bagian Volcanologi dari Belanda, sebagai bangsa diduduki Indonesia di masa lalu. Setelah Indonesia merdeka, UNESCO dan Perancis pada tahun 1964 dan 1968 memberikan bantuan dan rekomendasi kepada pemerintah baru untuk memanfaatkan lebih dari energi geothermal. Hanya pada tahun 1969, pemerintah Indonesia mendukung program eksplorasi yang dilakukan oleh Geothermal Power Research Institute dan Survei Indonesia untuk periode eksplorasi Pada tahun 1971 pemerintah menerima bantuan teknis dari USAID dan UNESCO (Hochstein & Sudarman, 2000). Selama tiga dekade ( ) 9

10 eksplorasi panas bumi sumber daya energi di Indonesia terus dilakukan. Eksplorasi ini menggunakan teknologi dan metodologi terbaru. Potensi panas bumi yang dimanfaatkan di Indonesia hingga 2012 adalah hanya 4,5% (ESDM, 2015). Pemanfaatan panas bumi di dalam negeri masih sangat kecil dibandingkan dengan Filipina yang telah dimanfaatkan 44,5%. Alasan rendahnya pemanfaatan energi panas bumi adalah karena biaya tinggi dan skema pembiayaan investasi terbatas untuk pembangkit listrik panas bumi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi adalah pembangkit listrik yang menggunakan panas bumi (geothermal) sebagai energi penggeraknya ( Contessa dkk., 2009). Indonesia dikaruniai sumber panas bumi yang berlimpah karena banyaknya gunung berapi di Indonesia. Dari pulau-pulau besar yang ada, hanya Pulau Kalimantan saja yang tidak mempunyai potensi panas bumi. Untuk membangkitkan listrik dengan panas bumi dilakukan dengan mengebor tanah di daerah yang memiliki potensi panas bumi untuk membuat lubang gas panas yang akan dimanfaatkan untuk memanaskan ketel uap (boiler) sehingga uapnya bisa menggerakkan turbin uap yang tersambung ke generator. Untuk panas bumi yang mempunyai tekanan tinggi, dapat langsung memutar turbin generator, setelah uap yang keluar dibersihkan terlebih dahulu. Eksplorasi dan eksploitasi panas bumi untuk pembangkit energi listrik tergolong minim. Untuk menghasilkan energi listrik, pembangkit listrik tenaga panas bumi hanya membutuhkan area seluas antara 0,4-3 hektar. Sedangkan 10

11 pembangkit listrik tenaga uap lainnya membutuhkan area sekitar 7,7 hektar (KOMPAS, 2014). Hal ini menjawab kecemasan masyarakat mengenai dampak lingkungan eksploitasi panas bumi, terutama isu penebangan hutan di daerah yang memiliki potensi panas bumi Persepsi Persepsi dapat diartikan sebagai suatu proses pembentuk kesan, pendapat, ataupun perasaan terhadap sesuatu hal yang melibatkan penggunaan informasi secara terarah (Ritohardoyo, 2006). Pengertian lainnya, persepsi menjelaskan bahwa proses pandangan merupakan hasil hubungan antar manusia dengan lingkungan dan kemudian diproses dalam alam kesadaran (kognisi) yang dipengaruhi memori tentang pengalaman masa lampau, minat, sikap, intelegensi, dimana hasil atau penelitian terhadap apa yang diinderakan akan mempengaruhi tingkah laku (Wirawan, 1995). Persepsi dapat didefinisikan sebagai proses dengan mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka (Robbins, 2001). Persepsi masyarakat dapat berupa persepsi positif maupun negatif. Persepsi seseorang terhadap lingkungannya mempunyai nilai positif maka dapat memberikan motivasi tatanan perilaku masyarakat yang positif pula terhadap lingkungannya. Sebaliknya apabila persepsi seseorang terhadap lingkungannya mempunyai nilai negatif maka dapat memberikan motivasi tatanan perilaku masyarakat yang negatif pula terhadap lingkungannya (Robbins, 1996). 11

12 Secara spesifik, dalam planned behavior theory, persepsi tentang kontrol perilaku (perceived behavioral control) didefinisikan sebagai persepsi individu mengenai kemudahan atau kesulitan untuk melakukan suatu perilaku. Perceived behavioral control ditentukan oleh kombinasi antara belief individu mengenai faktor pendukung dan atau penghambat untuk melakukan suatu perilaku (control beliefs), dengan kekuatan perasaan individu akan setiap faktor pendukung ataupun penghambat tersebut (perceived power control). Secara umum, semakin individu merasakan banyak faktor pendukung dan sedikit faktor penghambat untuk dapat melakukan suatu perilaku, maka individu akan cenderung mempersepsikan diri mudah untuk melakukan perilaku tersebut; sebaliknya, semakin sedikit individu merasakan sedikit faktor pendukung dan banyak faktor penghambat untuk dapat melakukan suatu perilaku, maka individu akan cenderung mempersepsikan diri sulit untuk melakukan perilaku tersebut (Ajzen, 2005). Ajzen (2005) mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang memengaruhi attitude toward the behavior, subjective norm, dan perceived behavioral control ke dalam tiga kategori, yaitu (a) faktor personal yang terdiri dari sikap secara umum, kepribadian, nilai hidup, emosi, dan intelijensi; (b) faktor sosial, terdiri dari usia, jenis kelamin, etnis, tingkat pendidikan, penghasilan, dan kepercayaan atau agama; (c) faktor informasi, terdiri dari pengalaman, pengetahuan, dan pemberitaan media massa. Dalam penelitian ini persepsi adalah persepsi masyarakat dari adanya PLTP terhadap dampak kondisi sosial ekonomi lingkungan masyarakat yang ada di 12

13 sekitar PLTP serta perubahan lingkungan yang ditimbulkan. Persepsi masyarakat ini diharapkan dapat menggambarkan kesan, pendapat, atau pun perasaan masyarakat terhadap adanya PLTP di Desa Sikunang Kecamatan Kejajar yang dilihat dari beberapa aspek yaitu aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan Dampak PLTP Terhadap Sosial Ekonomi dan Lingkungan Masyarakat Dampak sosial ekonomi adalah suatu perubahan yang muncul akibat adanya suatu kegiatan yang mempengaruhi lingkungan sosial masyarakat dan ekonomi, baik dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, keresahan dan kesejahteraan masyarakat. Sullivan (1996 dalam Rahma, 2010) menyatakan bila dipandang dari sudut pandang ekonomi, bertambahnya penduduk akibat adanya kegiatan di suatu wilayah akan meningkatkan pendapatan penduduk sekitar. Dampak sosial menurut Homenouck (1988 dalam Hadi, 2005) dapat dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu real impact dan special impact. Real impact adalah dampak yang timbul akibat adanya aktivitas proyek, pra konstruksi, kontruksi dan operasi. Misalnya pemindahan penduduk, kebisingan atau polusi udara. Special impact adalah suatu dampak yang timbul dari persepsi masyarakat terhadap resiko dari adanya proyek. Persepsi, sikap dan kepercayaan masyarakat membentuk interpretasi tentang dampak dari adanya kegiatan di suatu wilayah. Dalam memilih komponen sosial ekonomi perlu diprioritaskan komponenkomponen yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat sekitar. Komponenkomponen tersebut antara lain, penyerapan tenaga kerja, munculnya kegiatan ekonomi baru, peningkatan pendapatan penduduk, perubahan lapangan kerja, 13

14 persepsi masyarakat, perubahan jumlah penduduk, perpindahan penduduk serta mobilitas penduduk (Suratmo, 2004). Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) merupakan energi terbarukan yang digunakan sebagai listrik rumah tangga masyarakat lokal. Untuk mengetahui gambaran dampak yang ditimbulkan akibat adanya PLTP terhadap kesejahteraan masyarakat baik dalam segi sosial dan ekonomi. Berikut terlihat gambar 2 yang menggambarkan hubungan antara energi terbarukan, dalam hal ini geothermal dan kesejahteraan masyarakat: Sumber : Pusat Studi Energi (PSE) UGM, 2010 Gambar 2. Energi Terbarukan dan Kesejahteraan Gambar 2 menegaskan tiga hal. Pertama, tujuan atau hilir kegiatan mengembangkan energi terbarukan adalah kesejahteraan masyarakat. Masyarakat dinyatakan sejahtera apabila kebutuhan dasarnya tercukupi, mampu mengidentifikasi masalah yang dihadapi dan mengetahui alternatif-alternatif solusi pelbagai masalah tersebut, serta mampu menciptakan dan memanfaatkan 14

15 peluang yang ada di lingkungannya. Kedua, usaha mencapai kesejahteraan tersebut dilakukan melalui dua cara yaitu: (1) menempatkan energi terbarukan geothermal sebagai kekuatan untuk memacu pertumbuhan (growth determinant), dan (2) menempatkan energi terbarukan geothermal sebagai kekuatan membuka akses masyarakat terhadap sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan ekonomi (access determinant) (PSE, 2010). Kualitas lingkungan yang semakin buruk adalah masalah fisik yang paling utama terjadi akibat dari adanya PLTP. PLTP membawa pengaruh yang kurang menguntungkan pada lingkungan antara lain : polusi udara, polusi air, polusi suara, dan penurunan permukaan tanah Kerangka Pemikiran PLTP Dieng memiliki manfaat bagi masyarakat lokal. Keberadaan PLTP di daerah penelitian merupakan upaya untuk memanfaatkan sumber daya alam sebagai salah satu potensi yang dimiliki di daerah tersebut. PLTP Dieng terletak lebih kurang 600 meter dari permukiman warga di Desa Sikunang yang memiliki populasi sebanyak jiwa. Penelitian ini mengkaji mengenai persepsi masyarakat terhadap PLTP Dieng di Desa Sikunang dan dampaknya terhadap masyarakat tanpa membahas secara teknis proses PLTP. PLTP memiliki dampak terhadap kondisi sosial, ekonomi serta lingkungan fisik di daerah tersebut. Penelitian ini memfokuskan pada persepsi masyarakat terhadap PLTP dilihat dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan fisik. Dari 15

16 persepsi masyarakat tersebut maka bisa didapatkan pendapat dari masyarakat mengenai adanya dampak positif ataupun dampak negatif PLTP. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap dampak PLTP Dieng. Kerangka pemikiran pada penelitian ini dijabarkan dalam Gambar 3. 16

17 Alur cara berpikir Pengelolaan Sumber Daya Panas Bumi TujuanPenelitian PLTP Tujuan 1 Tujuan 2 Karakteristik Masyarakat Pengetahuan masyarakat terhadap PLTP Persepsi Masyarakat terhadap dampak PLTP Sosial Ekonomi - Pengertian - Gender - Umur - Asal - Lama Tnggal - Pendapatan - Pekerjaan - Kepemilikan Lahan - Pengelola - Fungsi - Pemanfaatan - Energi - Akibat /dampak Ekonomi Sosial Lingkungan - Pendidikan Hubungan antara Karakteristik dan Pengetahuan Masyarakat dengan Persepsi Masyarakat terhadap PLTP dan Dampaknya Tujuan 3 17 Gambar 3. Kerangka Pemikiran

18 1.5.6 Keaslian Penelitian Penelitian ini terkait dengan energi panas bumi (geothermal) dan persepsi masyarakat. Energi panas bumi terkait dengan semakin menipisnya sumberdaya alam yang ada di Indonesia terutama batubara yang biasanya digunakan sebagai pembangkit listrik. Sehingga diperlukan pembaruan energi untuk pembangkit listrik yang salah satunya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Persepsi masyarakat terkait dengan informasi tentang lingkungannya baik lewat penglihatan maupun pendengaran. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh, Rahma (2010) dan Sudarmawan (2003). Saat sumberdaya alam habis maka harus adanya perubahan ke arah energi yang dapat diperbarui dan ramah lingkungan sehingga terciptanya keberlanjutan. Geothermal (panas bumi) menjadi obyek penelitian yang sangat menarik sehingga telah banyak penelitian yang mengambil fokus penelitian di wilayah sekitar geothermal tersebut. Penelitian yang telah ada tersebut menjadi referensi untuk melakukan penelitian ini. Penelitian ini menggunakan referensi dari karya tulis lainnya seperti skripsi, tesis, dan jurnal yang dipublikasikan secara nasional dan internasional. Penelitian terdahulu yang dirujuk dalam penelitian ini terinci dalam tabel 2. Penelitian ini memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian yang terdahulu. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahma (2010) yang memiliki perbedaan dari aspek kajian dan lokasi kajian yaitu persepsi masyarakat terhadap dampak sosial ekonomi masyarakat dari kegiatan pertambangan batubara di Kecamatan Sengatta Utara, Kabupaten Kutai Timur. 18

19 Penelitian ini berfokus kepada kegiatan pertambangan batubara yang berlokasi di Kecamatan Sengatta Utara Kabupaten Kutai Timur. Penelitian kedua yaitu oleh Sudarmawan (2003) yang memiliki perbedaan dari tujuan penelitian, metode penelitian dan lokasi kajian yaitu persepsi masyarakat Desa Candikuning terhadap eksploitasi panasbumi Bedugul Tabanan Bali. Penelitian ini berfokus kepada mengetahui kelayakan dari panas bumi Bedugul untuk dikembangkan dengan menggunakan metode kualitatif yaitu interview secara mendalam. 19

20 Lanjutan Tabel 2. Penelitian Terdahulu Tabel 2. Penelitian Terdahulu No Judul dan Penulis Tujuan Metode Hasil 1 Persepsi Masyarakat - Mengetahui persepsi Metode survey dengan - Masyarakat memberikan persepsi Terhadap Dampak Sosial masyarakat terhadap dampak kuisioner. Penentuan tinggi terhadap kegiatan Ekonomi Masyarakat sosial ekonomi masyarakat responden dengan pertambangan di Kecamatan Dari Kegiatan dari kegiatan penambangan menggunakan simple random Sengatta Utara. Ini menunjukkan Pertambangan Batubara batubara di Kecamatan sampling yaitu 40 responden. secara umum, masyarakat menilai di Kecamatan Sengatta Sengatta Utara Data primer di analisis secara keberadaan kegiatan Utara, Kabupaten Kutai - Mengetahui harapan kuantitatif dengan Timur Oleh: Sabrina Rahma (2010) Sumber: Perpustakaan Fakultas Geografi UGM masyarakat terhadap menggunakan skoring. perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat dari kegiatan pertambangan di Kecamatan Sengatta Utara - Mengetahui implikasi kebijakan pemerintah daerah dan perusahaan pertambangan terhadap harapan masyarakat dalam aspek sosial ekonomi masyarakat pertambangan batubara membawa dampak yang baik terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat - Adanya keragaman persepsi memunculkan harapan dari masyarakat terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat untuk masa depan dan masa sekarang, antara lain harapan perbaikan terhadap kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan dan perekonomian - Antara harapan masyarakat dengan implikasi kebijakan dari daerah dan perusahaan pertambangan terdapat keterkaitan berhubungan. 20

21 Lanjutan Tabel 2. Penelitian Terdahulu No Judul dan Penulis Tujuan Metode Hasil 2 Persepsi masyarakat - Untuk mengetahui kelayakan Metode kuantitatif - Perambahan hutan lindung desa Candikuning panasbumi Bedugul untuk didahulukan untuk disekitar lokasi sumur bor terhadap eksploitasi dikembangkan sebagai menemukan gejala, kesan dan menyebabkan perubahan panasbumi Bedugul pembangkit listrik tenaga dominasi variabel, lingkungan dan hilangnya peran Tabanan Bali panasbumi selanjutnya variabel dominan ekologis sebagai kawasan lindung. Oleh: Sudarmawan, I - Mengindentifikasi perubahan dieksplorasi untuk Pada sosial-ekonomi, dengan Wayan (2003) lingkungan akibat pembangunan memperoleh deskripsi dengan adanya infrastruktur jalan Sumber:Perpustakaan PLTP serta mengetahui persepsi pendekatan kualitatif yang menyebabkan perekonomian Fakultas Geografi UGM masyarakat terhadap kelanjutan porsinya lebih besar, dipilih masyarakat meningkat. eksploitasi panasbumi sebagai arahan pelaksanaan - Persepsi positif masyarakat lokal - Metode kuantitatif didahulukan untuk menemukan gejala, penelitian. terhadap kelanjutan PLTP karena adanya studi banding tentang kesan dan dominasi variabel, panasbumi, sedangkan selanjutnya variabel dominan pemahaman mengenai perubahan dieksplorasi untuk memperoleh yang ditimbulkan akibat deskripsi dengan pendekatan eksplorasi panasbumi secara kualitatif yang porsinya lebih teoretis belum dimengerti. besar, dipilih sebagai arahan Pemahaman masyarakat terhadap pelaksanaan penelitian. pengertian panasbumi perlu dilakukan sosialisasi yang mendalam, dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait. - Persepsi negative masyarakat tidak serta merta diwujudkan dalam bentuk menentang terhadap kelanjutan proyek eksplorasi panasbumi. Pada masa orde baru pilihan respon masyarakat adalah apatis terhadap adanya eksploitasi 21

22 Lanjutan Tabel 2. Penelitian Terdahulu No Judul dan Penulis Tujuan Metode Hasil proyek panasbumi, sedangkan pada masa reformasi beralih menjadi agresif akibat adanya kebebasan yang lebih luas dalam menyampaikan aspirasi dan keterbukaan. 3 Persepsi Masyarakat Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan Kab. Bantul Terhadap Pembangunan Kawasan Industri Oleh : Sukorini (2004) Sumber : Skripsi Fakultas Geografi UGM 4 Persepsi Dampak Perubahan Administrasi Wilayah Terhadap Peneliti mencondongkan dan menelaah tentang kebijakan pemerintah menegenai pembangunan kawasan industri Piyungan yang diatur dalam UU No.5 tahun 1984 tentang perindustrian. Untuk mengetahui perubahan batas administrasi wilayah di Kecamatan Bukit Intan tahun Metode yang dilakukan yakni dengan menggunakan mengumpulkan data sekunder dan data primer serta melakukan wawancara dan kuesioner sebagai bahan dan hasil penelitiannya. Analisis data yang dilakukan dengan mengolah data primer kualitatif menjadi kuantitatif dengan metode skoring yang menghasilkan kebijakan pemerintah terhadap rencana pembangunan kawasan industry piyungan dan persepsi masyarakat Desa Stimulyo terhadap pembangunan kawasan industri Data primer merupakan data utama yang digunakan dalam penelitian ini, dilengkapi data Analisis data yang dilakukan dengan mengolah data primer kualitatif menjadi kuantitatif dengan metode skoring yang menghasilkan kebijakan pemerintah terhadap rencana pembangunan kawasan industry piyungan dan persepsi masyarakat Desa Stimulyo terhadap pembangunan kawasan industri Hasil penelitian menunjukkan persepsi dampak yang cenderung kea rah positif terhadap sosial ekonomi 22

23 Lanjutan Tabel 2. Penelitian Terdahulu No Judul dan Penulis Tujuan Metode Hasil Kondisi Sosial Ekonomi 2010 dan tahun 2011 sekunder sebagai pendukung dan Budaya Masyarakat Bukit Intan Oleh : Siti Nurdianti Astuti (2013) penelitian. Teknik Sumber : Skripsi Fakultas Geografi UGM 5 Dampak Kegiatan Pertambangan Batubara Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Loa Ipuh Darat, Tenggarong, Kutai Kartanegara Oleh : Dedek Apriyanto (2012) Sumber : Perpustakaan Fakultas Geografi UGM - Mengetahui dampak kegiatan pertambangan batubara terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar. - Mengetahui hubungan persepsi masyarakat dengan keberadaan kegiatan pertambangan batubara terhadap kondisi sosial, ekonomi dan fisik pengolahan data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dari data hasil skoring kuisioner, dimana variabel dari tiap indikator penilaian diberikan harkat atau derajat dengan nilai tertentu Penelitian ini menggunakan metode survey dengan 55 responden. Pemilihan responden menggunakan teknik area sampling dan proportional random sampling. Teknik analisis menggunakan korelasi Kendall Tau-B (taraf signifikan 0,1) untuk melihat hubungan antara faktor dari diri masyarakat (umur, pendidikan,dan pendapatan) dengan persepsi masyarakat terhadap keberadaan kegiatan pertambangan batubara kelompok masyarakat wilayah administrasi tetap dan tidak berpengaruh pada kelompok wilayah administrasi berubah, sementara persepsi dampak dirasakan tidak begitu berpengaruh baik bagi masyarakat kelompok administrasi tetap maupun kelompok administrasi berubah terhadap kehidupan sosial dan budaya masyarakat Bukit Intan. Hasil penelitian menunjukkan dampak pada kondisi sosial ekonomi memicu timbulnya migrasi, konflik, merenggangnya hubungan kekerabatan, timbulnya praktek prostitusi dan menimbulkan peluang usaha. Peningkatan atau penurunan tingkat pendapatan masyarakat bervariasi berdasarkan mata pencahariannya. Hasil korelasi Kendall Tau-B menunjukkan bahwa variabel pendapatan dan pendidikan memiliki hubungan dalam pembentukan persepsi masyarakat terhadap dampak fisik. Variabel pendapatan juga memiliki hubungan dalam pembentukan persepsi terhadap dampak sosial-ekonomi. 23

24 1.5.7 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang telah disebutkan di atas, maka pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut : a. Tujuan 1 : Mengkaji karakteristik masyarakat serta pengetahuan masyarakat mengenai PLTP Dieng Pertanyaan Penelitian : Bagaimana karakteristik sosial masyarakat dilihat dari jenis kelamin, umur, asal, lama tinggal dan pendidikan? Bagaimana karakteristik ekonomi masyarakat dilihat dari pendapatan, pekerjaan utama, pekerjaan sampingan, kepemilikan lahan dan lokasi asset lahan? Bagaimana pengetahuan masyarakat terhadap PLTP Dieng dilihat dari pengertian PLTP, Pengelola PLTP, Fungsi PLTP, Pemanfaatan PLTP dan energi dari PLTP? b. Tujuan 2 : Menganalisis persepsi masyarakat terhadap PLTP Dieng dilihat dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Pertanyaan Penelitian : Bagaimana persepsi masyarakat terhadap PLTP Dieng dilihat dari aspek ekonomi? Bagaimana persepsi masyarakat terhadap PLTP Dieng dilihat dari aspek sosial? Bagaimana persepsi masyarakat terhadap PLTP Dieng dilihat dari aspek fisik/lingkungan? 24

25 c. Tujuan 3 : Bagaimana hubungan antara karakteristik masyarakat dan pengetahuan masyarakat dengan persepsi masyarakat terhadap adanya PLTP Dieng? Pertanyaan Penelitian : Bagaimana hubungan karakteristik masyarakat dengan persepsi masyarakat terhadap PLTP Dieng? Bagaimana hubungan pengetahuan masyarakat dengan persepsi masyarakat dengan adanya PLTP Dieng? 25

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Totok Gunawan (2004) geografi pada dasarnya merupakan kajian mengenai geosfera serta komponen-komponennya secara terpadu, holistik dan sistematis dalam konteks

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini dunia sedang dilanda krisis Energi terutama energi fosil seperti minyak, batubara dan lainnya yang sudah semakin habis tidak terkecuali Indonesia pun kena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghasilkan energi listrik. Beberapa pembangkit listrik bertenaga panas

I. PENDAHULUAN. menghasilkan energi listrik. Beberapa pembangkit listrik bertenaga panas I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi panas bumi (Geothermal) merupakan sumber energi terbarukan berupa energi thermal (panas) yang dihasilkan dan disimpan di dalam inti bumi. Saat ini energi panas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang semakin meningkat sehingga diperlukan energy alternatif untuk energi

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang semakin meningkat sehingga diperlukan energy alternatif untuk energi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga listrik merupakan sumber energy yang sangat penting bagi kehidupan manusia baik untuk kegiatan industry, kegiatan komersial, maupun dalam kehidupan sehari hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab

BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan dalam tesis ini menguraikan latar belakang dilakukannya penelitian dimana akan dibahas mengenai potensi sumber daya panas bumi di Indonesia, kegiatan pengembangan panas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia termasuk ke dalam negara yang dilalui oleh Ring of Fire dan memiliki 129 gunungapi. Hal tersebut berhubungan dengan pembentukan sistem panasbumi,

Lebih terperinci

Pendahuluan. Distribusi dan Potensi. Kebijakan. Penutup

Pendahuluan. Distribusi dan Potensi. Kebijakan. Penutup Pendahuluan Distribusi dan Potensi Kebijakan Penutup STRUKTUR ORGANISASI DESDM MENTERI Lampiran PERMEN ESDM Nomor : 0030 Tahun 2005 Tanggal : 20 Juli 2005 INSPEKTORAT JENDERAL SEKRETARIAT JENDERAL ITJEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi saat ini merupakan kunci semua kegiatan dalam peradaban umat

BAB I PENDAHULUAN. Energi saat ini merupakan kunci semua kegiatan dalam peradaban umat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi saat ini merupakan kunci semua kegiatan dalam peradaban umat manusia. Sebagian besar konflik yang terjadi di dunia disebabkan oleh kebutuhan energi dan perebutan

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR LINGKUNGAN TERHADAP EFISIENSI TURBIN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP)

PENGARUH TEMPERATUR LINGKUNGAN TERHADAP EFISIENSI TURBIN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) PENGARUH TEMPERATUR LINGKUNGAN TERHADAP EFISIENSI TURBIN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) MKE-3 NK.Caturwati, Imron Rosyadi, Febriana Irfani C. Jurusan Teknik Mesin Universitas Sultan Ageng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir Desember 2011, total kapasitas terpasang pembangkit listrik di

BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir Desember 2011, total kapasitas terpasang pembangkit listrik di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik adalah energi yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pada akhir Desember 2011, total kapasitas terpasang pembangkit listrik di Indonesia mencapai

Lebih terperinci

ARTIKEL TUGAS INDUSTRI KIMIA ENERGI TERBARUKAN. Disusun Oleh: GRACE ELIZABETH ID 02

ARTIKEL TUGAS INDUSTRI KIMIA ENERGI TERBARUKAN. Disusun Oleh: GRACE ELIZABETH ID 02 ARTIKEL TUGAS INDUSTRI KIMIA ENERGI TERBARUKAN Disusun Oleh: GRACE ELIZABETH 30408397 3 ID 02 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA 2011 ENERGI TERBARUKAN Konsep energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fosil, seperti minyak dan gas bumi, merupakan masalah bagi kita saat ini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. fosil, seperti minyak dan gas bumi, merupakan masalah bagi kita saat ini. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kebutuhan energi di Indonesia khususnya energi listrik semakin berkembang. Energi listrik sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Potensi Geotermal Sebagai Bentuk Ketahanan Energi di Indonesia

Pemanfaatan Potensi Geotermal Sebagai Bentuk Ketahanan Energi di Indonesia Pemanfaatan Potensi Geotermal Sebagai Bentuk Ketahanan Energi di Indonesia Lia Maryani Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung-Sumedang km.21 Jatinangor Sumedang PENDAHULUAN Ketahanan energi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut International Finance Corporation (IFC), Indonesia memiliki cadangan minyak bumi, batu bara dan gas alam yang berlimpah. Selama beberapa dekade, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Posisi tektonik Indonesia terletak pada pertemuan Lempeng Eurasia, Australia dan Pasifik. Indonesia dilalui sabuk vulkanik yang membentang dari Pulau Sumatera, Jawa,

Lebih terperinci

SUMBER DAYA PANAS BUMI: ENERGI ANDALAN YANG MASIH TERTINGGALKAN

SUMBER DAYA PANAS BUMI: ENERGI ANDALAN YANG MASIH TERTINGGALKAN SUMBER DAYA PANAS BUMI: ENERGI ANDALAN YANG MASIH TERTINGGALKAN Oleh: Nenny Saptadji Lardello - Italy, 1913 Iceland, 1930 USA, 1962 New Zealand, 1958 Kamojang, 1917 1972 Kamojang, 1983 2005 dimanfaatkan

Lebih terperinci

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI, 2009 POTENSI ENERGI PANAS BUMI Indonesia dilewati 20% panjang dari sabuk api "ring of fire 50.000 MW potensi panas bumi dunia, 27.000 MW

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam. Akan tetapi, sumberdaya alam yang melimpah ini belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

Bab Satu Pendahuluan. Latar Belakang

Bab Satu Pendahuluan. Latar Belakang Bab Satu Pendahuluan Latar Belakang Dalam tahapan Pembangunan, baik itu pembangunan tingkat nasional maupun daerah, diperlukan partisipasi masyarakat mulai dari perancangan pembangunan sampai pada tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pemilik potensi energi panas bumi terbesar di dunia, mencapai 28.617 megawatt (MW) atau setara dengan 40% total potensi dunia yang tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Arief Hario Prambudi, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Arief Hario Prambudi, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah suatu pembangkit listrik dimana energi listrik dihasilkan oleh generator yang diputar oleh turbin uap yang memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat. Tantangan masa depan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat. Tantangan masa depan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan energi listrik pertumbuhan permintaannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penyediaan kebutuhan energi listrik dengan mutu dan keandalan yang baik

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Perubahan Iklim Perubahan iklim dapat dikatakan sebagai sebuah perubahan pada sebuah keadaan iklim yang diidentifikasi menggunakan uji statistik dari rata-rata perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan terus tumbuhnya pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan konsumsi listrik juga mengalami pertumbuhan pesat. Pembangunan sistem kelistrikan saat ini sudah tidak

Lebih terperinci

Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia

Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia STANDAR NASIONAL INDONESIA SNI 13-5012-1998 ICS 73.020 Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia BADAN STANDARDISASI NASIONAL-BSN LATAR BELAKANG Indonesia secara geologis terletak pada pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Energi memiliki peranan penting dalam menunjang kehidupan manusia. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan energi terus meningkat. Untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam atau biasa disingkat SDA adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang

Lebih terperinci

Panas Bumi dan Kebijakan Pemerintah

Panas Bumi dan Kebijakan Pemerintah BAB II Potensi Panas Bumi dan Kebijakan Pemerintah Sejarah pengelolaan sumber energi ini di Indonesia sudah dimulai sejak awal abad ke-20. Panas Bumi merupakan salah satu sumber energi yang dapat digunakan

Lebih terperinci

Energi Geothermal Digalakkan Kesejahteraan Masyarakat Terealisasikan Karya Ini Disusun untuk Mengikuti Lomba Esai

Energi Geothermal Digalakkan Kesejahteraan Masyarakat Terealisasikan Karya Ini Disusun untuk Mengikuti Lomba Esai Energi Geothermal Digalakkan Kesejahteraan Masyarakat Terealisasikan Karya Ini Disusun untuk Mengikuti Lomba Esai Disusun oleh: Dian Emy Mastura NIM : 4001415005 Angkatan 2015 Energi panas bumi atau geothermal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar minyak (BBM) dan gas merupakan bahan bakar yang tidak dapat terlepaskan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi

Lebih terperinci

PELUANG PANAS BUMI SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DALAM PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK NASIONAL

PELUANG PANAS BUMI SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DALAM PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK NASIONAL PELUANG PANAS BUMI SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DALAM PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK NASIONAL OLEH : SUGIHARTO HARSOPRAYITNO, MSc DIREKTUR PEMBINAAN PENGUSAHAAN PANAS BUMI DAN PENGELOLAAN AIR TANAH DIREKTORAT

Lebih terperinci

OUTLINE. Pendahuluan Panas Bumi dalam bauran energi Nasional Potensi Panas Bumi Di Indonesia Tantangan Pengembagnan Panasbumi di Indoneisia

OUTLINE. Pendahuluan Panas Bumi dalam bauran energi Nasional Potensi Panas Bumi Di Indonesia Tantangan Pengembagnan Panasbumi di Indoneisia OUTLINE Pendahuluan Panas Bumi dalam bauran energi Nasional Potensi Panas Bumi Di Indonesia Tantangan Pengembagnan Panasbumi di Indoneisia Pendahuluan Energi pansa dari dalam bumi yang dapat diambil dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1] BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dewasa ini kelangkaan sumber energi fosil telah menjadi isu utama. Kebutuhan energi tersebut setiap hari terus meningkat. Maka dari itu, energi yang tersedia di bumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. haves and the have nots. Salah satu sumberdaya alam yang tidak merata

BAB I PENDAHULUAN. haves and the have nots. Salah satu sumberdaya alam yang tidak merata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memang diberi karunia oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan sumberdaya alam yang kaya raya. Namun penyebaran sumberdaya alam di Indonesia tidak merata, hal ini sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, BBM jenis Premium dan Solar kembali dinaikkan.

BAB I PENDAHULUAN. sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, BBM jenis Premium dan Solar kembali dinaikkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama satu dekade terakhir, kebijakan harga BBM jenis Premium sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, pemerintah menaikkan BBM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan tatanan geologi Indonesia berada pada tiga pertemuan lempeng tektonik, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik (Bemmelen, 1949).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi menjadi peran penting dalam menunjang kehidupan manusia. Ketersediaan energi Indonesia saat ini masih didominasi oleh energi fosil. Energi fosil Indonesia jumlahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi geografis yang dimiliki Indonesia berpengaruh terhadap pembangunan bangsa dan negara. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2011 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidak hanya semata-mata dilakukan oleh PT PLN (Persero) saja, tetapi juga dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan aktivitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan salahsatu sumberdaya utama dalam pembangunan. Tata ruang menata dan merencanakan seoptimal mungkin dalam memanfaatkan lahan yang ketersediaannya

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Penelitian ini menyajikan pengamatan di 1 bh lokasi PLTP yaitu PLTP

BAB VI PENUTUP. Penelitian ini menyajikan pengamatan di 1 bh lokasi PLTP yaitu PLTP 179 BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan. Penelitian ini menyajikan pengamatan di 1 bh lokasi PLTP yaitu PLTP Gunung Salak dan meneliti kebijakan panas bumi di kementrian ESDM, PT PLN dan Pertamina Geothermal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Neraca Listrik Domestik Indonesia [2].

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Neraca Listrik Domestik Indonesia [2]. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini, kebutuhan listrik telah menjadi kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan listrik sendiri didasari oleh keinginan manusia untuk melakukan aktivitas lebih mudah

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)

Lebih terperinci

Perkiraan Luas Reservoir Panas Bumi dan Potensi Listrik Pada Tahap Eksplorasi (Studi Kasus Lapangan X)

Perkiraan Luas Reservoir Panas Bumi dan Potensi Listrik Pada Tahap Eksplorasi (Studi Kasus Lapangan X) Jurnal of Eart, Energy, Engineering ISSN: 2301 8097 Jurusan Teknik perminyakan - UIR Perkiraan Luas Reservoir Panas Bumi dan Potensi Listrik Pada Tahap Eksplorasi (Studi Kasus Lapangan X) Estimation Geothermal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uap yang terbentuk di dalam reservoir bumi melalui pemanasan air bawah

BAB I PENDAHULUAN. uap yang terbentuk di dalam reservoir bumi melalui pemanasan air bawah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Panas bumi (Geothermal) adalah sumber daya alam berupa air panas atau uap yang terbentuk di dalam reservoir bumi melalui pemanasan air bawah permukaan oleh batuan panas.

Lebih terperinci

GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014

GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014 Badan Tenaga Nuklir Nasional J A K A R T A Hari, tanggal Minggu, 10 Mei 2015 Yth.: Bp. Kepala BadanTenaga Nuklir Nasional GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014 Sumber Berita Selasar.com Hal. -

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Data Balai Pemantapan Kawasan Hutan Jawa-Madura tahun 2004 menunjukkan bahwa kawasan hutan Jawa seluas 3.289.131 hektar, berada dalam kondisi rusak. Lahan kritis di dalam

Lebih terperinci

PERCEPATAN PENGEMBANGAN PANASBUMI DALAM MENGATASI KRISIS ENERGI LISTRIK

PERCEPATAN PENGEMBANGAN PANASBUMI DALAM MENGATASI KRISIS ENERGI LISTRIK PERCEPATAN PENGEMBANGAN PANASBUMI DALAM MENGATASI KRISIS ENERGI LISTRIK Oleh: Sukusen Soemarinda Direktur Hulu PT PERTAMINA (PERSERO) DISAMPAIKAN PADA SEMINAR PANASBUMI: SEBAGAI ENERGI ANDALAN MASA KINI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Energi merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Energi merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Energi merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena pada dasarnya energi, terutama energi teknik atau energi komersial memegang peranan

Lebih terperinci

POTENSI DAN WILAYAH KERJA PERTAMBANGAN PANAS BUMI DI INDONESIA

POTENSI DAN WILAYAH KERJA PERTAMBANGAN PANAS BUMI DI INDONESIA POTENSI DAN WILAYAH KERJA PERTAMBANGAN PANAS BUMI DI INDONESIA Andi Utama Hadi Mahasiswa Magister Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta SARI Indonesia merupakan negara dengan potensi energi panas bumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan merupakan bagian dari bentang alam ( landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi, dan bahkan keadaan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA. Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA. Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi

Lebih terperinci

Sinergi antar Kementerian dan instansi pemerintah sebagai terobosan dalam pengembangan panasbumi mencapai 7000 MW di tahun 2025

Sinergi antar Kementerian dan instansi pemerintah sebagai terobosan dalam pengembangan panasbumi mencapai 7000 MW di tahun 2025 Sinergi antar Kementerian dan instansi pemerintah sebagai terobosan dalam pengembangan panasbumi mencapai 7000 MW di tahun 2025 Disajikan oleh: Roy Bandoro Swandaru A. Pendahuluan Pemerintah telah berkomitmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan aspek tektoniknya, Indonesia berada pada jalur tumbukan tiga lempeng besar dengan intensitas tumbukan yang cukup intensif. Tumbukan antar lempeng menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai potensi sumber daya alam dengan jumlah yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai potensi sumber daya alam dengan jumlah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki berbagai potensi sumber daya alam dengan jumlah yang melimpah. Anugrah ini merupakan hal yang harus termanfaatkan secara baik demi kebaikan kehidupan

Lebih terperinci

GEOTHERMAL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF

GEOTHERMAL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF GEOTHERMAL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas MID AMISCA 2008 Disusun oleh: Kelompok 1 Kelompok 2 Fazri Azhar (10507001) Dinda Husna (10507057) Mila Vanesa (10507013) Sukmawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Potensi Sumber Daya Energi Fosil [1]

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Potensi Sumber Daya Energi Fosil [1] BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ketersediaan sumber daya energi tak terbarukan semakin lama semakin menipis. Pada Outlook Energi Indonesia 2014 yang dikeluarkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan

Lebih terperinci

INOVASI PEMANFAATAN BRINE UNTUK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN. PT Pertamina Geothermal Energi Area Lahendong

INOVASI PEMANFAATAN BRINE UNTUK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN. PT Pertamina Geothermal Energi Area Lahendong INOVASI PEMANFAATAN BRINE UNTUK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN PT Pertamina Geothermal Energi Area Lahendong Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PT. Pertamina Geothermal Energi adalah salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil obyek penelitian pada masyarakat di Desa Bunati Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu. Desa Bunati merupakan salah

Lebih terperinci

POTENSI DAN WILAYAH KERJA PANAS BUMI TAHUN 2008

POTENSI DAN WILAYAH KERJA PANAS BUMI TAHUN 2008 POTENSI DAN WILAYAH KERJA PANAS BUMI TAHUN 2008 Kasbani 1, Dahlan 1 1 Kelompok Kerja Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi ABSTRAK Sebagai upaya mempercepat pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Listrik merupakan salah satu energi yang sangat dibutuhkan oleh manusia pada era modern ini. Tak terkecuali di Indonesia, negara ini sedang gencargencarnya melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan sebuah usaha seperti foto kopi, rental komputer dan. warnet. Kebutuhan energi lisrik yang terus meningkat membuat

BAB I PENDAHULUAN. melakukan sebuah usaha seperti foto kopi, rental komputer dan. warnet. Kebutuhan energi lisrik yang terus meningkat membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan kebutuhan pokok sekarang ini karena selain sebagai penerangan juga digunakan untuk melakukan sebuah usaha seperti foto kopi, rental komputer

Lebih terperinci

SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA. Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015

SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA. Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015 SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015 KETAHANAN ENERGI DAN PENGEMBANGAN PEMBANGKITAN Ketahanan Energi Usaha mengamankan energi masa depan suatu bangsa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu bencana.

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu bencana. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ilmu tentang bencana semakin berkembang dari tahun ke tahun seiring semakin banyaknya kejadian bencana. Berawal dengan kegiatan penanggulangan bencana mulai berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Program pembangunan di Indonesia telah berlangsung kurang lebih

I. PENDAHULUAN. Program pembangunan di Indonesia telah berlangsung kurang lebih 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program pembangunan di Indonesia telah berlangsung kurang lebih selama lima puluh tahun, namun sebagian besar kegiatannya masih mengarah pada eksploitasi sumberdaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Kenaikan konsumsi tersebut terjadi karena salah satu faktornya yaitu semakin meningkatnya jumlah

Lebih terperinci

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN BA B PENDAHULUAN I 1.1. Latar Belakang Sebagai bangsa yang besar dengan kekayaan potensi sumber daya alam yang luar biasa, sebenarnya Indonesia memiliki peluang yang besar untuk menjadi pelaku ekonomi

Lebih terperinci

PERCEPATAN PENGEMBANGAN PANAS BUMI DALAM MENGATASI KRISIS ENERGI LISTRIK

PERCEPATAN PENGEMBANGAN PANAS BUMI DALAM MENGATASI KRISIS ENERGI LISTRIK PERCEPATAN PENGEMBANGAN PANAS BUMI DALAM MENGATASI KRISIS ENERGI LISTRIK Oleh: Sukusen Soemarinda Direktur Hulu PT PERTAMINA (PERSERO) DISAMPAIKAN PADA SEMINAR PANASBUMI: SEBAGAI ENERGI ANDALAN MASA KINI

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah teritorial Indonesia yang sebagian besar merupakan wilayah pesisir dan laut kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam ini berpotensi untuk dimanfaatkan bagi

Lebih terperinci

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran K-13 Geografi K e l a s XI BARANG TAMBANG INDONESIA II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami kegiatan pertambangan. 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Kepulauan Indonesia merupakan salah satu daerah dengan kegiatan vulkanisme yang aktif. Suatu hubungan yang erat antara vulkanisme dan tektonik dicerminkan oleh adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia memiliki kandungan sumber daya alam berupa mineral dan energi yang cukup tinggi, salah satunya adalah panas bumi. Sumber energi panas bumi Indonesia

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2003 TENTANG PANAS BUMI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2003 TENTANG PANAS BUMI PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2003 TENTANG PANAS BUMI UMUM Panas Bumi merupakan sumber energi panas yang terbentuk secara alami di bawah permukaan bumi. Sumber energi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tentang penilaian energi. Hal-hal yang melatarbelakangi dan tujuan dari penelitian dijelaskan pada bagian ini. 1.1. Latar Belakang Energi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi kelistrikan nasional berdasarkan catatan yang ada di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral hingga akhir 2014 menunjukkan total kapasitas terpasang pembangkit

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Jalur tektonik di Indonesia (Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2015)

Gambar 1.1 Jalur tektonik di Indonesia (Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2015) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di antara pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasific. Pada

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Energi merupakan suatu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia saat ini. Peranan penting energi dalam kehidupan sosial, ekonomi serta lingkungan

Lebih terperinci

ASTIA CHOLIDA ABSTRAK

ASTIA CHOLIDA ABSTRAK STUDI MENGENAI INTENSI MENGGUNAKAN KEMASAN AIR MINUM PAKAI ULANG SEBAGAI PERILAKU RAMAH LINGKUNGAN PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN ASTIA CHOLIDA ABSTRAK Kebutuhan air minum adalah

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK PT. Harjohn Timber Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PT. Harjhon Timber adalah salah satu Penerima Penghargaan Energi Pratama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mineral dan batubara yang terkandung dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia merupakan kekayaan alam tak terbarukan sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pertumbuhan penduduk di suatu negara yang terus meningkat

1 BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pertumbuhan penduduk di suatu negara yang terus meningkat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan salah satu kebutuhan mendasar manusia. Pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk di suatu negara yang terus meningkat berbanding lurus dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1. Skema produksi panas bumi dan lokasi pengambilan sampel kerak silika

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1. Skema produksi panas bumi dan lokasi pengambilan sampel kerak silika BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumberdaya panas bumi. Potensi panas bumi yang dimiliki Indonesia mencapai 40% dari total potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari 13.667 pulau dan mempunyai wilayah pantai sepanjang 54.716 kilometer. Wilayah pantai (pesisir) ini banyak

Lebih terperinci

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, karena hampir semua aktivitas manusia selalu membutuhkan energi. Sebagian besar energi yang digunakan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia Tenggara dan dilalui oleh garis khatulistiwa, sehingga Negara Indonesia memiliki iklim tropis. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara dengan potensi energi panas bumi terbesar di dunia. Sebagai energi terbarukan dan ramah lingkungan, potensi energi panas bumi yang besar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara merupakan bahan galian yang strategis dan salah satu bahan baku energi nasional yang mempunyai peran yang besar dalam pembangunan nasional. Informasi mengenai sumberdaya

Lebih terperinci

2 Mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 T

2 Mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 T No.713, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN ESDM. Tenaga Listrik. Uap Panas bumi. PLTP. Pembelian. PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PLTU DI INDONESIA

IV. GAMBARAN UMUM PLTU DI INDONESIA 27 IV. GAMBARAN UMUM PLTU DI INDONESIA 4.1. Proses Produksi Listrik PLTU Suralaya PLTU Suralaya merupakan PLTU pertama yang dibangun di Indonesia, berbahan bakar utama batubara dan merupakan PLTU terbesar

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, penggunaan sumber energi fosil tak pelak lagi merupakan sumber energi utama yang digunakan oleh umat manusia. Dalam penggunaan energi nasional di tahun

Lebih terperinci

Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) dan Kawasan Strategis () Imam S. Ernawi Dirjen Penataan Ruang, Kementerian PU 31 Januari 2012 Badan Outline : 1. Amanat UU RTR dalam Sistem

Lebih terperinci

PENERAPAN KEBIJAKAN PERTAMBANGAN DI DAERAH, TATA KELOLA PEMERINTAH DAERAH DALAM PRAKTEK LAPANGAN

PENERAPAN KEBIJAKAN PERTAMBANGAN DI DAERAH, TATA KELOLA PEMERINTAH DAERAH DALAM PRAKTEK LAPANGAN PENERAPAN KEBIJAKAN PERTAMBANGAN DI DAERAH, TATA KELOLA PEMERINTAH DAERAH DALAM PRAKTEK LAPANGAN Hasil Survei Pertambangan Kabupaten Dan Provinsi Di Indonesia Tahun 2015 Oleh: Dipresentasikan Pada Acara:

Lebih terperinci

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah yang memberikan kontribusi produksi perikanan yang sangat besar dan tempat aktivitas manusia paling banyak dilakukan; bahkan menurut

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK PANAS BUMI BERDASARKAN UU NO. 21 TAHUN 2014 TENTANG PANAS BUMI SEBAGAI PILIHAN TEKNOKRATIK

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK PANAS BUMI BERDASARKAN UU NO. 21 TAHUN 2014 TENTANG PANAS BUMI SEBAGAI PILIHAN TEKNOKRATIK IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK PANAS BUMI BERDASARKAN UU NO. 21 TAHUN 2014 TENTANG PANAS BUMI SEBAGAI PILIHAN TEKNOKRATIK (Laporan Penelitian Individu 2016) Oleh Hariyadi BIDANG EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2013, konsumsi energi dunia mencapai sekitar 13541 Mtoe. Bauran energi dunia (Gambar 1.1) didominasi energi fosil, yang mencapai 81,4%. Minyak bumi, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional relatif masih tinggi. Kontribusi energi fosil terhadap kebutuhan energi

BAB I PENDAHULUAN. nasional relatif masih tinggi. Kontribusi energi fosil terhadap kebutuhan energi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebutuhan terhadap energi fosil dalam memenuhi kebutuhan energi nasional relatif masih tinggi. Kontribusi energi fosil terhadap kebutuhan energi nasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survey lapangan dengan penduduk yang terkena dampak pembangunan dari area terpadu di Desa Ngringo, Kabupaten Karanganyar.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. masa yang akan datang. Selain sebagai sumber bahan pangan utama, sektor pertanian

BAB I PENGANTAR. masa yang akan datang. Selain sebagai sumber bahan pangan utama, sektor pertanian 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang. Pertanian menjadi sektor primer sejak dahulu sebelum manusia mengembangkan sektor ekonomi. Pertanian telah menjadi pemasok utama sumber kehidupan manusia. Kondisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia memiliki wilayah laut sangat luas 5,8 juta km 2 yang merupakan tiga per empat dari keseluruhan wilayah Indonesia. Di dalam wilayah laut tersebut terdapat

Lebih terperinci