KORELASI KADAR ph SEMEN SEGAR DENGAN KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

Transkripsi

1 KORELASI KADAR ph SEMEN SEGAR DENGAN KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG (CORRELATION OF ph OF FRESH SEMEN WITH SEMEN QUALITY OF LIMOUSIN BULL IN LEMBANG ARTIFICIAL INSEMINATION CENTER) Triana Winda Sundari, Taswin Rahman Tagama, dan Maidaswar Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara ph semen segar sapi dengan kualitas spermatozoa segar dan mengetahui kisaran ph semen segar yang layak maupun yang tidak layak untuk diproses menjadi semen beku di Balai Inseminasi Buatan, Lembang. Materi penelitian berupa 11 catatan produksi semen segar sapi Limosin pada tahun 2012 yang dipelihara di BIB Lembang. Parameter yang diamati meliputi motilitas spermatozoa, gerak massa spermatozoa, dan konsentrasi spermatozoa. Data diolah dengan menggunakn analisis regresi kubik. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata (P<0,01) antara ph semen dengan motilitas, gerak massa dan konsentrasi spermatozoa. Kata kunci: ph, kualitas semen segar, sapi Limousin ABSTRACT The purpose of this study was to determine the correlation between the ph of bull fresh semen with fresh spermatozoa quality, and to know the ph range of semen that is viable or not viable to be processed into frozen semen in BIB Lembang. This study material included 11 records of semen production in 2012 limousin bull that were kept in BIB Lembang. Parameters observed sperm motility, mass motion of spermatozoa, and the concentration of spermatozoa. The study showed that there is a highly significant relationship (P<0.01) between the ph semen with motility, mass motion and sperm concentration. Keywords: ph, fresh semen quality, Limousin bull PENDAHULUAN Bahan pangan asal ternak, susu, dan daging merupakan sumber gizi yang sangat potensial dibandingkan ternak unggas dan ternak ruminansia lainnya, dan ternak sapi merupakan penyumbang produksi daging paling tinggi. Berdasarkan data Direktorat jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) konsumsi protein hewani per kapita per hari dari daging pada tahun 2011 sebanyak 2,75 gram, meningkat sebesar 7,84 persen dibandingkan konsumsi tahun 2010 sebanyak 2,55 gram. Konsumsi daging segar per kapita per tahun pada tahun 2011 sebanyak 5,110 kg, atau mengalami kenaikan sebesar 5,38 persen bila dibandingkan dengan tahun 2010 yang sebanyak 4,849 kg per kapita per tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan daging dewasa ini terus meningkat. Kebutuhan daging yang terus meningkat harus sejalan dengan peningkatan produktivitas ternak. Untuk meningkatkan produktivitas ternak dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain melalui penyediaan pejantan berkualitas, memperbaiki performans induk, sistem perkawinan, penyediaan pakan yang cukup dan sistem managemen yang memadai. Peningkatan produktivitas 1043

2 sapi potong perlu didukung teknologi reproduksi terutama yang berhubungan dengan efisiensi dan pengelolaan reproduksi guna memperbaiki dan mempertahankan fertilitasnya. Salah satu usaha untuk memperbaiki fertilitas sapi potong adalah dengan kontrol estrus dan waktu inseminasi yang tepat melalui teknologi inseminasi buatan (IB) (Affandhy 2004). IB merupakan salah satu teknologi tepat guna untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan semen pejantan yang bebas penyakit dan mempunyai mutu genetik tinggi (Suteky, 2007). Pejantan yang berkualitas secara genetik akan memberikan kontribusi besar terhadap keturunannya, karena semen yang berkualitas merupakan syarat utama yang harus dipenuhi untuk aplikasi IB. Oleh sebab itu, diperlukan seleksi untuk memilih pejantan dengan performans yang baik. Hal ini berkaitan dengan kemampuan pejantan untuk mengawini sejumlah betina, memproduksi spermatozoa dan tingginya fertilitas (Kuswahyuni, 2009). METODE Sampel data diperoleh dengan metode purposive sampling (secara sengaja) yaitu pengambilan sampel didasarkan atas pertimbangan peneliti. Kriteria data yang digunakan adalah sapi Limousin yang memiliki rentang umur 3 4 tahun, dan memiliki produksi semen yang tinggi tiap bulannya. Catatan produksi semen yang digunakan sebanyak 1128 didapat dari 11 ekor sapi Limousin. Variabel yang diamati adalah ph semen, motilitas spermatozoa, gerak massa spermatozoa, dan konsentrasi spermatozoa. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi dan korelasi. Terdapat dua jenis variabel yang digunakan untuk analisis regresi, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. (Sudjana, 1996). Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ph semen, sedangkan variabel terikat yaitu motilitas spermatozoa, gerak massa spermatozoa dan konsentrasi spermatozoa. Dengan model persamaan garis regresi Y= a + bx + cx² + dx³ HASIL DAN PEMBAHASAN Rataan ph Semen, Motilitas Spermatozoa, Gerak Massa Spermatozoa, dan Konsentrasi Spermatozoa disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Rataan ph Semen, Motilitas Spermatozoa, Gerak Massa Spermatozoa, dan Konsentrasi Spermatozoa. Pengamatan Rata Rata Standar deviasi N ph 6,5117 0, Motilitas 0,6588 0, Gerakan Massa 1,81 0, Konsentrasi 1208,50 381, Rataan ph semen yang didapat yaitu 6,5 ± 0,15 hal tersebut menunjukkan bahwa ph semen masih dalam kisaran normal. Hal ini sesuai pendapat Salisbury dan vandemark (1985), bahwa ph yang normal untuk semen berkisar 6,2 7,5. Sorensen (1979) menyatakan bahwa ratarata ph semen berkisar 6,3 6,9, sedangkan kisaran ph semen sapi pejantan menurut Garner dan Hafez (2000) sebesar 6,4 7,8. Variasi nilai ph ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah adanya aktivitas spermatozoa dalam menguraikan fruktosa, sehingga ph menjadi turun, kontaminasi dengan kuman sehingga ph naik, dan adanya perbedaan cara 1044

3 Motilitas Triana Winda Sundari dkk/jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): , September 2013 mengoleksi semen (Salisbury dan vandemark, 1985). ph semen yang mencapai 7,0 atau lebih ditemukan pada sapi yang terlalu sering dipakai, pada ejakulasi yang tidak sempurna dan pada kondisi-kondisi patologik atau perdarahan pada testes, epididimis, ampula, atau kelenjar-kelenjar vesikulares. Apabila ph semen lebih cenderung bersifat alkali, maka hal ini disebabkan oleh cairan-cairan yang lebih banyak dihasilkan oleh kelenjar accessories, sedangkan ph semen yang tinggi disebabkan banyak spermatozoa yang mati (Toelihere. 1985; Dewi 2004). Hasil pengamatan diperoleh rata-rata motilitas dan gerakan massa 0,65 ± 0,13 atau sebesar 65% dengan gerakan massa 1,81 ± 0,41. Hasil yang diperoleh masih dalam kisaran motilitas menurut Garner dan Hafez (2000) yaitu Persentase motilitas sapi di bawah 40 menunjukkan nilai semen yang yang kurang baik dan sering berhubungan dengan infertilitas. Semakin aktif dan semakin banyak spermatozoa yang bergerak kedepan, maka motilitas semakin besar dan pergerakannya semakin cepat, sehingga gerakan massa semakin baik (Toelihere,1985). Rata-rata konsentrasi spermatozoa yang di peroleh sebesar 1208 ± 381,82 juta/ml, hal ini sesuai dengan pendapat Garner dan Hafez (2000) konsentrasi spermatozoa berkisar antara juta/ml. Hasil yang didapat lebih tinggi dibandingkan dengan pendapat Sorensen (1979) bahwa konsentrasi spermatozoa sapi sebesar juta/ml. Hubungan Antara ph Semen dengan Motilitas spermatozoa Berdasarkan hasil analisis regresi menunjukkan besarnya nilai koefisien korelasi (r) antara ph semen dengan motilitas spermatozoa sebesar 0,236 dengan tingkat signifikansi F sebesar Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata antara ph semen dengan motilitas spermatozoa yang ditunjukan dengan P-Value (Sig) <0,01. Besarnya hubungan antara ph semen dengan motilitas spermatozoa ditunjukkan dengan nilai koefisien determinasi ( ) sebesar 0,055, artinya sebanyak 0,055 atau 5,5% motilitas dipengaruhi oleh ph semen sedangkan sisanya 94,5 % motilitas dipengaruhi oleh faktor lain y = x x x R² = ph Gambar 1. Hubungan ph Semen dengan Motilitas Spermatozoa Dari hasil analisis regresi di peroleh persamaan garis Y= x x x 3. Berdasarkan kurva yang diperoleh terlihat bahwa titik-titik tersebut menyebar tidak mengikuti garis regresi sehingga model regresi ini tidak dapat digunakan sebagai alat penduga yang baik. Diantara faktor lain yang dapat memengaruhi motilitas spermatozoa adalah bangsa sapi. Dalam penelitiannya Aerens (2012) menyatakan bahwa motilitas spermatozoa pada bangsa sapi yang berbeda menunjukan adanya perbedaan yang sangat nyata. Motilitas spermatozoa pada sapi Simental mempunyai kualitas yang paling baik dibandingkan dengan sapi Limousin, Bali, 1045

4 Gerak massa Triana Winda Sundari dkk/jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): , September 2013 Ongole, dan Brahman. Perbedaan motilitas spermatozoa semen segar pada masing-masing bangsa diduga disebabkan perbedaan ketersediaan sumber energy berupa, fruktosa, glycerylphosporilcholine (GPC) dan sorbitol (Susilawati, 1993 yang disitasi dari Aerens 2012). Selain itu motilitas spermatozoa juga dipengaruhi oleh bahan-bahan dan zat-zat yang terkandung didalam semen, misalnya ion-ion, makanan, enzim dan vitamin yang diperlukan oleh spermatozoa (Salisbury dan vandemark, 1985). Sorensen (1979) menyatakan bahwa ph merupakan ukuran dari aktivitas metabolisme spermatozoa, motilitas spermatozoa akan menurun seiring penurunan ph. Penurunan ph sperma ini ditentukan oleh metabolisme anaerobik, sehingga terbentuk asam laktat yang tergantung pada tingkat aktivitas dari masing-masing ternak (Salisbury dan vandemark 1985). Hubungan Antara ph Semen dengan Gerak Massa Spermatozoa Berdasarkan hasil analisis regresi menunjukkan besarnya nilai koefisien korelasi (r) antara ph semen dengan gerak massa spermatozoa sebesar 0,27 dengan tingkat signifikansi F sebesar. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata antara ph semen dengan gerak massa spermatozoa yang ditunjukan dengan P-Value (Sig) <0,01. Besarnya hubungan antara ph semen dengan gerak massa spermatozoa ditunjukkan dengan nilai koefisien determinasi ( ) sebesar 0,072 yang artinya sebanyak 0,072 atau 7,2% gerak massa dipengaruhi oleh ph semen sedangkan sisanya 92,8 % gerak massa dipengaruhi oleh faktor lain y = x x x R² = ph Gambar 2. Hubungan ph Semen dengan Gerak Massa Spermatozoa Dari hasil analisis regresi diperoleh persamaan garis Y= x x x 3. dari kurva yang dihasilkan terlihat bahwa titik-titik tersebut menyebar tidak mengikuti garis regresi, sehigga persamaan garis tersebut tidak dapat digunakan sebagai alat penduga yang baik. Gerak massa spermatozoa merupakan cerminan dari motilitas atau gerakan individu spermatozoa (Mardiyah, 2001). Semakin aktif dan semakin banyak spermatozoa yang bergerak kedepan motilitas semakin besar dan pergerakannya semakin cepat, gerakan massa semakin baik (Toelihere, 1985). Aktifitas metabolisme spermatozoa yang meningkat akan menghasilkan asam laktat berlebih yang mampu membunuh spermatozoa tersebut. Demikian pula suplai energi akan menurun yang mengakibatkan penurunan motilitas dan gerak massa spermatozoa (Varasofiari, 2013). Suguarti (2004) menambahkan bahwa Daya tahan hidup spermatozoa juga dipengaruhi 1046

5 Konsentrasi Triana Winda Sundari dkk/jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): , September 2013 oleh ph semen. Perubahan ph ke arah yang lebih asam terjadi karena tertimbunnya asam laktat yang merupakan hasil metabolisme sel, yakni pemecahan fruktosa. Menurut Iksan (1992) yang disitasi Zulfan (2008) aktivitas gerakan spermatozoa dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bentuk anatomi spermatozoa yang meliputi bentuk kepala, leher dan ekor. Apabila bentuk anatomis normal maka spermatozoa akan bergerak dengan normal. Hubungan Antara ph Semen dengan Konsentrasi Spermatozoa Berdasarkan hasil analisis regresi menunjukkan besarnya nilai koefisien korelasi (r) antara ph semen dengan konsentrasi spermatozoa sebesar 0,15 dengan tingkat signifikansi F sebesar Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata antara ph semen dengan motilitas spermatozoa yang ditunjukan dengan P-Value (Sig) <0,01. Besarnya hubungan antara ph semen dengan konsntrasi spermatozoa ditunjukkan dengan nilai koefisien determinasi ( ) sebesar 0,022 yang artinya sebanyak 0,022 atau 2,2% konsentrasi dipengaruhi oleh ph semen sedangkan sisanya 97,8% dipengaruhi oleh faktor lain y = -4423x x x R² = ph Gambar 3. Hubungan ph Semen dengan Konsentrasi Spermatozoa Dari hasil analisis regresi terbentuk persamaan garis Y = x x x 3. Dari kurva yang dihasilkan terlihat bahwa titik-titik tersebut menyebar tidak mengikuti persamaan garis regresi sehingga model garis tersebut tidak dapat digunakan sebagai alat penduga yang baik. Diantara faktor lain yang mempengaruhi konsentrasi spermatozoa adalah bobot badan dan umur pejantan. Adhyatma (2013) dalam penelitinya menyatakan bahwa bobot badan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap konsentrasi semen segar dengan tarap kesalahan 1%. Sapi yang memiliki bobot badan kg mempunyai jumlah konsentrasi spermatozoa yang lebih tinggi dibandingkan dengan sapi dengan bobot badan kg. sedangkan umur memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap konsentrasi spermatozoa. Sapi Limousin pada kelompok umur 3 tahun menunjukan konsentrasi yang paling tinggi dibandingkan dengan kelompok umur 9, dan 11 tahun (Aminasari, 2009). Tinggi rendahnya ph berhubungan dengan konsentrasi spermatozoa, konsentrasi tinggi cenderung ph asam dalam kisaran normal (Perry, 1973 disitasi Rachmawati, 2011). Pernyataan ini memperkuat pendapat Bearden dan Fuquay (1984) yang menyatakan bahwa konsentrasi spermatozoa yang tinggi lebih asam daripada semen dengan konsentrasi spermatozoa yang 1047

6 rendah. Penurunan ph spermatozoa ditentukan oleh metabolisme anaerobik, sehingga terbentuk asam laktat yang tergantung pada tingkat aktivitas dari masing-masing ternak (Salisbury dan vandemark 1985). SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang ada dapat disimpulkan bahwa : (1) terdapat hunungan yang sangat nyata antara ph semen dengan motilitas spermatozoa, gerak massa spermatozoa dan konsentrasi spermatozoa dengan tingkat signifikansi F pada motilitas, gerak massa dan konsentrasi spermatozoa sebagai berikut ; ;. (2) Rataan ph semen sapi limousin yang ada di BIB Lembang sebesar 6,5117 ± 0,15283 dengan rentang 6,3 6,6. Untuk mendapatkan semen beku dengan ph normal maka pada institusi disarankan untuk memerhatikan pakan yang tepat dan meningkatkan frekuensi exercise secara rutin, sehingga secara fsiologis sapi menjadi sehat dan dapat mengurangi ph asam terhadap kualitas semen yang akan dihasilkan. Perlu di lakukan lebih lanjut tentang pengaruh aktivitas metabolisme didalam spermatozoa terhadap kualitas semen serta bahan atau unsur2 penyangga apa saja yang dapat digunakan di dalam bahan pengencer untuk mencegah kenaikan maupun penurunan ph semen. DAFTAR PUSTAKA Adhyatma, M., Isnaini, N., Nuryadi Pengaruh Bobot Badan Terhadap Kualitas dan Kuantitas Semen Sapi Simental. Universitas Brawijaya. Malang. Aerens, C.D., Ihsan, M.N., Isnaini, N. Perbedaan Kuantitatif dan Kualitataif Semen Segar Pada Berbagai Bangsa Sapi Potong. Malang Affandhy, L., P, Situmorang., Rasyid, A., dan Pamungkas, D Uji Fertilitas Semen Cair Pada Induk Sapi Peranakan Ongole Pada Kondisi Peternakan Rakyat. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Aminasari, P.D Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang. Bearden, H.J and J.W. Fuquay The Male Reproduction System.In : ApliedAnimal Reproduction. Prentice Hall, New Jersey Dewi, A Pengaruh Bangsa Terhadap Lingkar Skrotum, Volume Testis, Volume Semen dan Konsentrasi Sperma pada Sapi Potong. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Statistik Peternakan Dan Kesehatan Hewan. Diakses pada tanggal 5 Januari Garner, D.L. and E.S.E. Hafez Spermatozoa and seminal Plasma. Dalam B. Hafez dan E.S.E. Hafez. Reproduction In Farm Animal 7 th ED. Lippinicot Williams and Wilkins philadel phia. USA Kuswahyuni, I. S Pengaruh Lingkar Skrotum dan Volume Testis Terhadap Volume Semen dan Konsentrasi Sperma Pejantan Simmental, Limousin, dan Brahman. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.Undip. Semarang. Mardiyah, E., Suraida, I., Pustaka, I. K., dan Hernawati, R Penampungan dan Evaluasi Mutu Semen Sapi Dengan Vagina Buatan. Temu Teknis Fungsional Non Peneliti. Balai Penelitian Ternak. Bogor 1048

7 Rachmawati, L., Ismaya., Panjono Perbandingan Kuantitas dan Kualitas Sperma Kambing Kacang, Kejobong dan Peranakan Etawah. Dalam. Prosiding Seminar nasional. Prospek dan Potensi Sumberdaya Ternak Lokal Dalam Menunjang Ketahanan Pangan Hewani. ISBN Fakultas Peternakan. UNSOED. Purwokerto Salisbury, G.W., dan N.L. vandemark physiology of Reproduction and Artificial Insemination of Cattle. Diterjemahkan oleh R. Djanuar Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan Pada Sapi. Gadjah Mada University press. Yogyakarta. Sorensen, M., Jr Animal Reproduction Principles and Practices. National Book Store Inc. Philipines. Sudjana Metode Statistika, Edisi ke 6. Bandung: Penerbit Tarsito Sugiarti, T., Triwulanningsih, E., Situmorang, P., Sianturi, R.G., dan Kusumaningrum, D.A Penggunaan Katalase Dalam Produksi Semen Dingin Sapi. Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner. Balai Penelitian Ternak. Bogor. Suteky, T., Kadarsih, S., Yanti, F Pengaruh Pengencer Kuning Telur Dengan Air Kelapa dan Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Semen Kambing Nubian. Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol 2, No 2.Universitas Bengkulu. Bengkulu. Toelihere, M.R Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit angkasa. Bandung. Toelihere, M.R Inseminasi BuatanPada Ternak. Penerbit angkasa. Bandung. Varasofiari, L.N., Setiatin, E.T., dan Sutopo Evaluasi Kualitas Semen Segar Sapi Jawa Brebes Berdasarkan Lama Waktu Penyimpanan. Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, P Fakultas Peternakan Dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang Zulfan, M Hubungan Antara Libido Dengan Kualitas Semen Segar Pada Pejantan Bos Taurus. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Malang. 1049