EVALUASI KUALITAS SEMEN SAPI BRAHMAN DAN SAPI ONGOLE PADA PRODUKSI SEMEN BEKU DI BALAI INSEMINASI BUATAN (BIB) LEMBANG BANDUNG
|
|
- Inge Halim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 JURNAL AGROTROPICAL, Juli 2016 Vol. 6 No. 1 ISSN : EVALUASI KUALITAS SEMEN SAPI BRAHMAN DAN SAPI ONGOLE PADA PRODUKSI SEMEN BEKU DI BALAI INSEMINASI BUATAN (BIB) LEMBANG BANDUNG (Evaluation Of The Quality Of Sement Cow Brahman And Ongole On Production Of Frozen Semen at BIB Lembang, Bandung) Heldotul Qori, Rini Elisia, dan Tati Susnawati Program Studi Peternakan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Sawahlunto/ Sijunjung Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang Bandung ABSTRACT: Frozen semen is stored at a temperature of cement below freezing temperatures (-78 C to-196 C) for the purposes of artificial insemination. This research aims to prove the quality of fresh and frozen beef semen Brahman is better than cow Ongole. This research material using fresh semen bovine Brahman and Ongole in the capacity of a total of 10. The parameters include: macroscopic examination observations (volume, color, consistency, ph) and microscopic (mass movement, motilis, concentration) of fresh cement, before freezing examination, and post thawing motility (PTM) examin ation. The research method is experimentation with data processing using random design group (RAK). The research results of fresh semen bovine Brahman and Ongole is volume: 6.73 ml and 7.33ml; colour : milk; consistency: medium; ph: , and mass movement: 2 +; motility: 72.80% and 64.02%; concentrations: million/ml and million/ml, before freezing: 54.57%; and 61.96%, PTM: 37.08% and 44.12%. The research results showed that there was no influence of difference (P > 0.05) to the quality of fresh and frozen semen semen bovine Brahman and Ongole. These results prove that cattle bos Indicus had almost the same cement quality. Key words : Brahman, Ongole, cement quality, macroskcopic, microscopic, before freezing, post thawing motility (PTM) PENDAHULUAN Reproduksi adalah suatu kemewahan fungsi tubuh yang secara fisiologis tidak vital bagi kehidupan suatu individu tetapi sangat penting bagi kelanjutan keturunan suatu bangsa hewan (Toelihere, 1993). Sapi merupakan jenis ternak yang tergolong dalam famili Bovidae atau ruminansia, memiliki siklus reproduksi kompleks dan terintegrasi. Ternak jantan memiliki organ reproduksi yang meliputi organ kelamin primer atau gonad yaitu testis, organ kelamin pelengkap yang terdiri dari epididimis, duktus deferens, kelenjar vesikularis, kelenjar prostate dan kelenjar bulbouretralis, kemudian dilengkapi dengan organ untuk kopulasi yaitu penis (Noakes 1988). Kemampuan fertilitas sapi perlu diuji melalui pengamatan - pengamatan tingkat reproduksinya, antara lain pengamatan kemampuan libido. Wodzicka et al. (1991), menyatakan bahwa libido seekor pejantan dapat diuji melalui frekuensi berkopulasi atau berejakulasi secara normal dalam satuan waktu tertentu. Frekuensi penampungan setiap pejantan yang terlalu sering dan umur pejantan yang terlalu muda atau terlalu tua, akan berdampak negatif terhadap semen segar yang dihasilkan (Toelihere, 1993). Inseminasi Buatan (IB) adalah penyampaian atau deposisi semen ke dalam saluran reproduksi betina dengan bantuan alat-alat buatan manusia. Program IB merupakan suatu cara perkawinan yang lebih efisien dan efektif dalam penggunaan semen pejantan unggul untuk membuahi sapi betina dalam jumlah banyak dibandingkan dengan perkawinan alam. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan IB ditentukan oleh kualitas semen pejantan unggul yaitu karakteristik semen segarnya yang dapat dinilai melalui 39
2 Evaluasi Kualitas Semen Sapi (Heldotul Qori, Rini Elisia, dan Tati Susnawati) pemeriksaan, secara makroskopis maupun mikroskopis (Sumeidiana et al., 2007). Lebih lanjut dinyatakan oleh Animasari (2009), bahwa kualitas semen dari seekor pejantan unggul dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: umur pejantan, sifat genetik, suhu, musim, frekuensi penampungan dan makanan. Sehingga faktor umur dan frekuensi penampungan sangat penting dalam menentukan kualitas semen pejantan. Keberhasilan IB ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kualitas semen yang digunakan. Kualitas semen meliputi: ph, warna, volume, konsistensi, viabilitas, motilitas dan konsentrasi. Feradis (2010), menyatakan bahwa setiap sapi mempunyai kualitas semen yang berbeda-beda tergantung dari umur, kondisi ternak, libido dan bangsa. Perumusan Masalah : 1. Bagaimana kualitas semen sapi Brahman dan sapi Ongole setelah penampungan semen? Tujuan dan Manfaat Penelitian : 1. Mengetahui kualitas semen sapi Brahman dan sapi Ongole setelah penempungan dan pembekuan. 2. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan penulis tentang kualitas semen sapi Brahman dan Ongole. Hipotesis Penelitian : Sapi Brahman memiliki kualitas semen segar dan beku yang lebih bagus jika dibandingkan dengan sapi Ongole. MATERI DAN METODE Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Inseminasi Buatan (BIB) yang berlokasi di Lembang Bandung Provinsi Jawa Barat selama + 2 bulan. Materi Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil penampungan semen sapi Brahman dan sapi Ongole dengan masing-masing 8 (delapan) kali penampungan. Bahan lainnya seperti : skim milk, kuning telur, aquabidest, penicylin, streptomicyn, lactose, glucose, glyceroll, vaselin, N2 cair, air hangat 37 C, dan lainlain. Alat yang digunakan dalam penelitian ini seperti : vagina buatan, mikroskop, incubator, TV monitor, spektrofotometer, ph meter, mesin printing straw ( easy corder), water bath, spatula, thermometer, gelas ukur ml, goplet, pinset, gunting, objek glass, cover glass, stick glass, mini tub, dan lain-lain. Metode Penelitian Metode penelitian adalah eksperimen, dimana semen sapi Brahman dan Ongole ditampung dengan menggunakan vagina buatan, hasil penampungan diamati di laboratorium di lakukan pemeriksaan makroskopis dan mikroskopisnya. Data hasil penelitian diolah secara statistik menggunakan rancangan RAK menurut Steel and Torrie (1995). Model Matematika : Yijk = µ + αi + βj + εijk Parameter Pengamatan 1. Pemeriksaan makroskopis semen segar meliputi : volume, warna,konsistensi ( kekentalan) dan ph. 2. Pemeriksaan mikroskopis semen segar meliputi : gerakan massa, motilitas dan konsentrasi spermatozoa. 3. Pemeriksaan Spermatozoa setelah dilakukan pengenceran ( before freezing) dengan tujuan untuk mengetahui kualitas sperma sebelum dijadikan semen beku. 4. Pemeriksaan spermatozoa setelah dibekukan ( post thawing motility) bertujuan untuk mengetahui kualitas semen sebelum didistribusikan. 40
3 JURNAL AGROTROPICAL, Vol. 6 No. 1, Juli 2015 Langkah Kerja 1. Penampungan semen, sebelum melakukan penampungan ada beberapa hal yang harus disiapkan terlebih dahulu, diantaranya : mempersiapkan bahan dan peralatan untuk penampungan semen, mempersiapkan vagina buatan yang akan digunakan, mempersiapkan pejantan yang akan ditampung beserta teasernya atau boneka, melakukan penampungan semen. 2. Pemeriksaan kualitas semen segar baik secara makroskopis maupun mikroskopis. 3. Melakukan pengenceran semen, menggunakan bahan susu skim, aquabidest, antibiotika, kuing telur, glucose dan gliserol. 4. Pemeriksaan before freezing, dimana yang akan diproses minimal motilitasnya 60% dan geraknya 3+ (+++). Apabila tidak memenuhi syarat, maka semen yang sudah diencerkan dibuang. 5. Pembekuan semen, sesuai dengan prosedur yang digunakan di BIB Lembang. 6. Pemeriksaan post thawing motility.menghitung prosentase spermatozoa yang masih hidup dengan penilaian antara 0-70 %. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pemeriksaan Makroskopis Hasil pemeriksaan makroskopis semen segar pada sapi Brahman dan Ongole dapat dilihat pada tabel 1 berikut. Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Makroskopis Penelitian Pemeriksaan Makroskopis Brahman (ml) (rataan) Ongole (ml) (rataan) Volume semen Warna Semen Susu Susu Konsistensi/kekentalan Sedang Sedang Derajat keasaman (ph) Keterangan : ns= tidak berbeda nyata. Berdasarkan hasil penelitian didapat rataan volume semen segar sapi Brahman dan Ongole dengan 8 kali penampungan adalah 7.33 ml dan 6.73 ml (tabel 8). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa antar perlakuan tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap volume semen. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa semen kedua bangsa sapi ini berada para kisaran normal dimana bangsa-bangsa sapi bos indicus sekali ejakulasi mampu menghasilkan semen berkisar antara 5-8 ml, Garner dan Hafez (2000). Toelihere (1993) menambahkan bahwa volume semen sapi jantan berkisar 1 15 ml. Hasil penelitian ini lebih tinggi dari penelitian Aerens dkk.,2012 yang dilakukan di BIB Singosari dimana volume semen sapi Brahman yang di dapat 6, ml dan sapi Ongole ml (Aerens dkk.,2012). Beragamnya volume semen ini bisa disebabkan perbedaan bobot badan pejantan (Adyatma dkk., 2013), dan dimungkinkan perbedaan pakan, kondisi sapi, dan perlakuan pada sapi. Perbedaan volume semen segar bisa disebabkan ukuran testis antar bangsa yang berbeda (Feradis, 2010). Hasil pemeriksaan warna pada semen sapi segar dikatagorikan dalam tiga warna yaitu cream, susu, dan kekuningkuningan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semen kedua bangsa sapi ini adalah putih susu. Hal ini memenuhi syarat 41
4 Evaluasi Kualitas Semen Sapi (Heldotul Qori, Rini Elisia, dan Tati Susnawati) kelayakan semen segar untuk diproduksi menjadi semen segar yaitu berwarna susu, cream, dan kekuning-kuningan. Warna semen ini adalah normal, sesuai pendapat Feradis (2010) dan Nursyam (2007) bahwa semen sapi normal berwarna putih susu atau krem keputihan dan keruh. Derajat kekeruhannya tergantung pada konsentrasi spermatozoa. Semen segar yang memiliki jumlah spermatozoa banyak akan mengakibatkan semen lebih kental dan warna lebih pekat (Souhoka dkk.,2009). Dalam penelitian Aerens dkk.,(2009), menyatakan bahwa warna semen segar sapi Brahman dan Ongole didominasi oleh warna putih susu, yaitu 76 % dan 96%. Pemeriksaan konsitensi semen yang dilakukan di BIB Lembang tidak dengan menggoyangkan tabung yang berisi semen, tetapi dengan melihat angka kosentarsi semen, tetapi dengan melihat angka kosentrasi semen sebelumnya yang dihitung dengan menggunakan spectrophotometer, dengan standar perhitungan sebagai berikut: (a) < : encer : (b) : sedang : (c) > : kental. Pada sapi, semen dengan konsitensi cream mempunyai kosentrai juta atau lebih sel per ml, konsistensi seperti susu encer memiliki kosentrasi juta per ml, semen cair berawan atau hanya sedikit kekeruhan kosenrasinya 100 juta sel per ml dan jernih seperti air kurang dari 50 juta sel per ml (Toelihere, 1993). Rata-rata konsistensi sapi Brahman dan Ongole diperoleh adalah sedang, sperma sapi yang normal memiliki konsitensi dari sedang sampai kental. Feradis (2011), menyatakan bahwa konsistensi semen sapi dikatakan kental apabila mempunyai konsentrasi juta sampai juta sel spermatozoa per ml. Menurut Kartasudjana (2001), semakin kental yang di ejakulasi oleh suatu organisme, dapat diartikan bahwa kosentrasi sperma yang yang terkandung di dalamnya juga semakin tinggi. Semen sapi mempunyai konsitensi encer masih digunakan untuk pembuatan semen beku, apabila memiliki gerakan massa 2+ dan tidak digunakan jika memiliki gerakan massaa 1+. Dari 8 kali pengambilan sampel diperoleh konsitensi semen sapi Brahman lebih baik dari sapi Ongole. Berdasarkan hasil penelitian rataan ph spermatozoa sapi Brahman dan Ongole dengan 8 kali pengambilan sampel yang dilakukan adalah 6.57 dan 6.62 (tabel 1).Hasil uji statistik menunjukan bahwa antar perlakuan tidak berbeda nyata (p>0.05) terhadap ph spermatozoa. Menurut Gordon (2004), warna, jumlah volume, kosentrasi, konsitensi, gerakan massa, ph, dan motilitas spermatozoa segar dari seekor pejantan sangat bervariasi. Hasil pemeriksaan menunjukan bahwa sperma yang diperoleh selama penelitian dari sapi Brahman dan Ongole memiliki nilai ph yang dapat dikategorikan sperma yang mempunyai ph yang bagus, sehingga dapat diproses lebih lanjut menjadi sperma beku. Feradis (2011) menyatakan bahwa setiap bangsa sapi mempunyai nilai ph semen segar yang berbedabeda. Butar (2009) semen segar mempunyai ph antara 6,4-7,8. Nursyam (2007) menambahkan bahwa ph semen yang berkualitas baik adalah 6,8-6,7. Bearden dan Fuquay (1984) menyatakan bahwa konsentrasi spermatozoa yang tinggi lebih asam daripada semen dengan konsentrasi spermatozoa yang rendah.hal ini disebabkan metabolisme yang terjadi secara terus menerus oleh sel spermatozoa. 2. Pemeriksaan Mikroskopis Rata-rata gerakan massa semen segar yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 2+ di setiap penampungan. Walaupun secara keseluruhan gerakan massa kedua bangsa sapi ini sama. Hasil pemeriksaan mikroskopis dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. 42
5 JURNAL AGROTROPICAL, Vol. 6 No. 1, Juli 2015 Tabel 2. Data Hasil Pemeriksaan Mikroskopis Penelitian Pemeriksaan Brahman Ongole (rataan) (rataan) Gerakan massa Motilitas spermatozoa % % Konsentrasi spermatozoa Keterangan : ns =tidak berbeda nyata (P>0.05). Rata-rata gerakan massa semen segar sapi Brahman 2+ disetiap penampungan tetapi diperoleh 1 kali penampungan memiliki gerakan massa 1+, sedangkan sapi Ongole diperoleh beberapa penampungan memiliki gerakan massa 1+. Gerakan massa 1+ pada sapi Brahman dan sapi Ongole tidak digunakan lagi untuk proses selanjutnya, karena standar gerakan massa untuk dijadikan semen beku yang digunakan adalah semen yang mempunyai massa 2+. Gerakan massa 2+ memenuhi syarat kelayakan semen segar untuk diproduksi menjadi semen beku (Anonim, 2007). Ditambah Affandhy dkk, (2009), bahwa pembuatan semen cair standar yang harus dipenuhi adalah gerakan massa ++ sampai dengan +++. Spermatozoa bergerak dalam kelompok (massa) yang menyerupai awan dengan pola yang bergelombang sehingga akan terlihat perubahan gelombang tebal dan tipis. Hasil uji satatistik menunjukan bahwa motilitas semen sapi Brahman tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan motilitas semen sapi Ongole tidak terdapat perbedaan yang nyata antara motilitas semen kedua bangsa sapi ini bisa disebabkan karena kedua bangsa sapi di pelihara dengan manajemen yang sama dan kedua bangsa sapi berasal dari genus yang sama yakni Indicus. Pada tabel 2 dapat dilihat rataan motilitas diperoleh sapi Brahman adalah lebih baik jika dibandingkan dengan sapi Ongole yakni Sedangkan menurut Aerens., (2012) rataan motilitas sapi Brahman lebih rendah dibandingkan dengan sapi Ongole Perbedaan ini terjadi karena dipengaruh oleh beberapa faktor seperti kualitas organ reproduksi, jenis pakan yang diberikan, iklim dan tempat yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian didapat rataan kosentrasi spermatozoa sapi Braahman dan Ongole dengan 8 kali pengambilan sampel yang dilakukan adalah juta/ml dan juta/ml (tabel 2). Hasil uju statistik menunjukan bahwa antar perlakuan tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap kosentrasi spermatozoa. Konsentrasi adalah jumlah sel spermatozoa per mililiter sperma. Rata-rata konsentrasi spermatozoa pada sapi Brahman adalah juta/ml dan Ongole juta/ml. Hasil pemeriksaan konsentrasi semen segar menunjukkan bangsa sapi Brahman mempunyai konsentrasi tinggi jika dibandingkan dengan sapi Ongole. 3.Pemeriksaan Before Freezing Pemeriksaan motilitas spermatozoa dilakukan untuk dapat diproses lebih lanjut yang digunakan sebagai produksi semen beku. Berdasarkan hasil penelitian, nilai motilitas spermatozoa setelah before freezing pada tabel 3. Menunjukkan bahwa sapi Brahman lebih rendah yaitu 54.57% dibandingkan sapi Ongole yaitu 61.96%. standar pada pengujian before freezing ini adalah 60%. Apabila ditemukan motilitas spermatozoa dibawah 60%, maka semen dinyatakan afkir untuk dapat di inseminasikan (Hafez, 2000). Hasil pemeriksaan Before Freezing dapat dilihat dari Tabel 3. 43
6 Evaluasi Kualitas Semen Sapi (Heldotul Qori, Rini Elisia, dan Tati Susnawati) Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Before Freezing Semen Segar Perlakuan Brahman (%) Ongole (%) Jumlah Rata-rata Keterangan : ns=tidak berbeda nyata (P>0.05). Dari analisa sidik ragam menunjukan bahwa Motilitas spermatozoa before freezing pada kedua bangsa sapi tersebut ternyata tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0.05). 4.Pemeriksaan Post Thawing Motility (PTM) Post thawing motility (PTM) yaitu pengujian motilitas spermatozoa setelah dibekukan dengan cara melakukan thawing semen beku paada air hangat dengan temperature 37 0 C selama + 15 detik. Motilitas PTM pada kedua bangsa sapi tersebut ternyata tidak menunjukan perbedaan nyata (P>0.05) dengan nilai PTM masing-masing adalah Brahman 37.08% dan Ongole 44.12%. Standart pada pengujian Post Thawing Motility ini adalah 40%. Apabila ditemukan motilitas spermatozoa dibawah 40%, maka perlu dilakukan pengujian motilitas lagi. Hal itu bertujuan untuk membandingkan dengan pengujian sebelumnya. Apabila pengujian yang kedua didapatkan motilitas spermatozoa diatas 40%, maka data pengujian pertama dan data pengujian kedua dibagi. Namun apabila pengujian kedua tetap didapatkan motilitas spermatozoa dibawah 40%, maka semen tersebut tidak jadi didistribusikan kepada pelanggan. Tabel 4. Pemeriksaan Post Thawing Motility Semen Beku Perlakuan Brahman (%) Ongole (%) Jumlah Rata-rata Keterangan : ns=tidak berbeda nyata (P>0.05). 44
7 JURNAL AGROTROPICAL, Vol. 6 No. 1, Juli 2015 KESIMPULAN Dari hasil penelitian tidak terdapat perbedaan yang nyata (P>0.05), terhadap pemeriksaan makroskopis, mikroskopis, before freezing dan post thawing motility semen segar dan semen beku sapi Brahman dan Ongole. Hal ini membuktikan bahwa ternak dari bangsa yang sama dengan manajemen pemeliharaan yang sama akan memiliki kualitas yang tidak akan jauh berbeda. DAFTAR PUSTAKA Aerens C.D., M. Nur Ihsan, dan N. Isnaini Perbedaan Kuantitatif Dan Kualitatif Semen Segar Pada Berbagai Bangsa Sapi Potong. Singosari. Agus, B. M Beternak Sapi Potong. Yogyakarta: Kanisius Aminasari, P. D Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin. UniversitasBrwijaya:Malang. library.ub.ac.id/bitstream/ /21674/1/Pengaruh-umur-pejantanterhadap-kualitas-semen-beku-sapilimousin.pdf diakses 30 Desember Hafez, E. S. E Preservation and cryopreservation of gametes and embryos. In: Reproduction in Fram Animal. 7 th Ed. E. S. E. Hafez and B. Hafez (eds). Lippincot Williams & Wilkins, Philadelphia. Nursyam Perkembangan Iptek Bidang Reproduksi Ternak Untuk Meningkatkan Produktivitas Ternak. Soedjana, T Petunjuk Teknis Produksi Dan Distribusi Semen Beku. Universitas Hassanudin, Makasar. Souhoko, D Laktosa Mempertahankan Daya Hidup Spermatozoa Kambing Peranakan Etawah Yang Dipreservasi dengan Plasma Semen Domba Priangan. Universitas Brawijaya, Malang. Sumeidiana. I, S. Wuwuh, dan E. Mawarti Volume Semen dan Konsentrasi Sperma sapi Simmental, Limousin dan Brahman di Balai Inseminasi Buatan Ungaran. UNDIP. Toelihere MR Inseminasi Buatan Pada Ternak. Angkasa, Bandung. BIB, Profil BIB Lembang. Brosur Perusahaan. Lembang : Kementrian Pertanian Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Lembang. Feradis Bioteknologi Reproduksi pada Ternak. Alfabeta Bandung. Hafez, B. and E.S.E. Hafez Reproduction in Fram Embryos. Biotechnology in Agricultural Series. CAB. Int. 45
HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar
HASIL DAN PEMBAHASAN Semen adalah cairan yang mengandung suspensi sel spermatozoa, (gamet jantan) dan sekresi dari organ aksesori saluran reproduksi jantan (Garner dan Hafez, 2000). Menurut Feradis (2010a)
Lebih terperinciPENGARUH UMUR PEJANTAN DAN FREKUENSI PENAMPUNGAN TERHADAP VOLUME DAN MOTILITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG
PENGARUH UMUR PEJANTAN DAN FREKUENSI PENAMPUNGAN TERHADAP VOLUME DAN MOTILITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG THE INFLUENCE OF AGE AND SEMEN COLLECTION FREQUENCY ON THE VOLUME
Lebih terperinciPERBEDAAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF SEMEN SEGAR PADA BERBAGAI BANGSA SAPI POTONG. Candra Aerens D.C, M. nur ihsan, Nurul Isnaini ABSTRACT
PERBEDAAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF SEMEN SEGAR PADA BERBAGAI BANGSA SAPI POTONG Candra Aerens D.C, M. nur ihsan, Nurul Isnaini ABSTRACT Penelitian ini dilaksanakan di BBIB Singosari yang berada di Desa
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian menggunakan data sekunder di Laboratorium Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang, Bandung, Jawa Barat. Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder produksi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,
25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. B. Alat
Lebih terperinciKAJI BANDING KUALITAS SPERMATOZOA SAPI SIMMENTAL, LIMOUSIN, DAN FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PROSES PEMBEKUAN
KAJI BANDING KUALITAS SPERMATOZOA SAPI SIMMENTAL, LIMOUSIN, DAN FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PROSES PEMBEKUAN FREEZABILITY COMPARISON OF SIMMENTAL, LIMOUSIN AND FRIESIAN HOLSTEIN SPERMATOZOA Komariah*, Iis
Lebih terperinciPengaruh Bobot Badan Terhadap Kualitas dan Kuantitas Semen Sapi Simmental
Pengaruh Bobot Badan Terhadap Kualitas dan Kuantitas Semen Sapi Simmental M. Adhyatma, Nurul Isnaini dan Nuryadi Abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bobot badan pejantan terhadap
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai
22 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai Inseminasi Buatan Daerah (UPTD-BIBD) Lampung Tengah. Kegiatan penelitian
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah (BIBD) Lampung, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah,
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Unit Pelayanan
III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18--25 April 2014 di Unit Pelayanan Teknis Daerah Balai Insemninasi Buatan Daerah Lampung, Kecamatan Terbanggi
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11--18 April 2014 di Laboratoium Unit Pelayanan Teknis Daerah Balai Inseminasi Buatan Daerah Lampung,
Lebih terperinciKORELASI KADAR ph SEMEN SEGAR DENGAN KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG
KORELASI KADAR ph SEMEN SEGAR DENGAN KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG (CORRELATION OF ph OF FRESH SEMEN WITH SEMEN QUALITY OF LIMOUSIN BULL IN LEMBANG ARTIFICIAL INSEMINATION
Lebih terperinciPENGARUH BOBOT BADAN TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS SEMEN SAPI SIMMENTAL THE EFFECT OF WEIGHT ON SIMMENTAL CATTLE SEMEN QUALITY AND QUANTITY
PENGARUH BOBOT BADAN TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS SEMEN SAPI SIMMENTAL Adhyatma, M., Nurul Isnaini dan Nuryadi Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciKARAKTERISTIK SEMEN SEGAR SAPI BANGSA LIMOUSIN DAN SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG
KARAKTERISTIK SEMEN SEGAR SAPI BANGSA LIMOUSIN DAN SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG Denilisvanti B. Muada, Umar Paputungan, Manopo J. Hendrik*, Santie H. Turangan Fakultas Peternakan Universitas
Lebih terperinciPENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN
PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN (The Effects of Scrotal Diameter and Testical Volume in Semen Volume and
Lebih terperinciKUALITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL YANG DIKOLEKSI DENGAN INTERVAL YANG BERBEDA DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG
KUALITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL YANG DIKOLEKSI DENGAN INTERVAL YANG BERBEDA DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG (THE QUALITY OF FRESH SEMEN OF SIMMENTAL BULLS COLLECTED WITH DIFFERENT INTERVAL AT THE
Lebih terperinciBAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Lebih terperinciDAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C
DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C Disajikan oleh : Hotmaria Veronika.G (E10012157) dibawah bimbingan : Ir. Teguh Sumarsono, M.Si 1) dan Dr. Bayu Rosadi, S.Pt. M.Si 2)
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN GLUTATHIONE
PENGARUH PENAMBAHAN GLUTATHIONE PADA PENGENCER TRIS AMINOMETHANE KUNING TELUR DALAM MEMPERTAHANKAN KUALITAS SPERMATOZOA SAPI LIMOUSIN SELAMA PENYIMPANAN SUHU RUANG Rahman Maulana 1), Nurul Isnaini 2 dan
Lebih terperinciKualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (1): 39-44 ISSN: 0852-3581 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi
Lebih terperinciPERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT
PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH Hanum, A. N., E. T. Setiatin, D. Samsudewa, E. Kurnianto, E. Purbowati, dan Sutopo Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas
Lebih terperinciPENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR
PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR A. Winarto dan N. Isnaini Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang Abstrak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil evaluasi semen secara makroskopis (warna, konsistensi, ph, dan volume semen) dan mikroskopis (gerakan massa, motilitas, abnormalitas, konsentrasi, dan jumlah spermatozoa per
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,
29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Semen Segar Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna, konsistensi, ph dan secara mikroskopis meliputi gerakan massa, konsentrasi sperma,
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Semen Segar Kambing PE Semen ditampung dari satu ekor kambing jantan Peranakan Etawah (PE) menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian
Lebih terperinciBAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan
4 BAB II TIJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Semen merupakan suatu produk yang berupa cairan yang keluar melalui penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan oleh testis dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkawinan Perkawinan yang baik yaitu dilakukan oleh betina yang sudah dewasa kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat melahirkan (Arif, 2015).
Lebih terperinciPENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK
PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK Suatu penelitian untuk mengetahui penggunaan kuning telur itik
Lebih terperinciPENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING
PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING THE EFFECT OF GLYCEROL LEVEL ON TRIS-YOLK EXTENDER
Lebih terperinciPengaruh lama gliserolisasi terhadap keberhasilan produksi semen beku Sapi Simmental
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (2): 43-48 ISSN: 0852-3581 E-ISSN: 9772443D76DD3 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Pengaruh lama gliserolisasi terhadap keberhasilan produksi semen beku Sapi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkembangan peternakan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkembangan peternakan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak ke arah pencapaian swasembada protein hewani untuk memenuhi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis
31 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap evaluasi semen domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara
Lebih terperinciAnimal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :
Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p 44 50 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj EFEKTIVITAS PREFREEZING SEMEN SAPI JAWA SEBAGAI PARAMETER KEBERHASILAN PROCESSING SEMEN
Lebih terperinciPENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER
PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER M Fajar Agustian, M Nur Ihsan dan Nurul Isnaini Bagian Produksi Ternak,
Lebih terperinciPengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC
Sains Peternakan Vol. 9 (2), September 2011: 72-76 ISSN 1693-8828 Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC Nilawati
Lebih terperinciPRODUKSI SEMEN SEGAR DAN SEMEN BEKU SAPI PEJANTAN DENGAN BODY CONDITION SCORE (BCS) YANG BERBEDADI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG
PRODUKSI SEMEN SEGAR DAN SEMEN BEKU SAPI PEJANTAN DENGAN BODY CONDITION SCORE (BCS) YANG BERBEDADI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG (FRESH SEMEN PRODUCTION AND FROZEN SEMEN OF BULLS WITH DIFFERENT BODY
Lebih terperinciKUALITAS SEMEN DOMBA LOKAL PADA BERBAGAI KELOMPOK UMUR SEMEN QUALITY OF RAM AT DIFFERENT AGE-GROUP
KUALITAS SEMEN DOMBA LOKAL PADA BERBAGAI KELOMPOK UMUR SEMEN QUALITY OF RAM AT DIFFERENT AGE-GROUP Cindy Alvionita* Siti Darodjah Rasad** Nurcholidah Solihati** Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas
Lebih terperinciDosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C
Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C IDEAL GLUCOSE DOSAGE ON EGG YOLK PHOSPHATE BUFFER FOR MAINTAINING SEMEN TURKEYS QUALITY IN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Batur Domba Batur merupakan salah satu domba lokal yang ada di Jawa Tengah tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba Batur sangat
Lebih terperinciPENGARUH SUHU DAN LAMA THAWING TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA
81 Buana Sains Vol 12 No 1: 81-86, 2012 PENGARUH SUHU DAN LAMA THAWING TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA Fitrik dan N. Supartini PS. Produksi Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas
Lebih terperinciKUALITAS SEMEN SEGAR SAPI PEJANTAN PADA PENYIMPANAN DAN LAMA SIMPAN YANG BERBEDA
KUALITAS SEMEN SEGAR SAPI PEJANTAN PADA PENYIMPANAN DAN LAMA SIMPAN YANG BERBEDA Enike Dwi Kusumawati dan Henny Leondro Fakultas Peternakan Universitas Kanjuruhan Malang Email: enikedwikusumawati@ymail.com
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari
6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Semen Kambing Semen adalah cairan yang mengandung gamet jantan atau spermatozoa dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari suspensi
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Kacang betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan
Lebih terperinciKUALITAS SEMEN SEGAR DAN PRODUKSI SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL PADA UMUR YANG BERBEDA
KUALITAS SEMEN SEGAR DAN PRODUKSI SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL PADA UMUR YANG BERBEDA Annisa Nyuwita 1), Trinil Susilawati 2), Nurul Isnaini 2) Bagian Produksi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN
12 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan yaitu semen yang berasal dari lima ekor kambing PE umur 2-3 tahun. 3.1.2 Bahan dan Peralatan
Lebih terperinciF.K. Mentari, Y. Soepri Ondho dan Sutiyono* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro
On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj PENGARUH UMUR TERHADAP UKURAN EPIDIDIMIS, ABNORMALITAS SPERMATOZOA DAN VOLUME SEMEN PADA SAPI SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN UNGARAN (The
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Beku Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai prosedur teknis pengawasan mutu bibit ternak kemudian dimasukkan ke dalam straw dan dibekukan
Lebih terperinciPROSES PRODUKSI SEMEN BEKU SAPI FRIESIEN HOLSTEIN DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG, BANDUNG, JAWA BARAT TUGAS AKHIR. Oleh : DIAN PRIMASWARI
PROSES PRODUKSI SEMEN BEKU SAPI FRIESIEN HOLSTEIN DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG, BANDUNG, JAWA BARAT TUGAS AKHIR Oleh : DIAN PRIMASWARI PROGRAM STUDI DIII MANAJEMEN USAHA PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya protein hewani bagi tubuh. Hal ini
Lebih terperinciPENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO
PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO (Effect of Various Diluter on Frozen Semen Quality of Dombos Texel in Wonosobo Regency) YON SUPRI ONDHO, M.I.S.
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Maret hingga 27 April 2017 di
23 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Maret hingga 27 April 2017 di Balai Inseminasi Buatan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah yang bertempat di Sidomulyo
Lebih terperinciI. Sumeidiana, S. Wuwuh, dan E. Mawarti Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Received December 23, 2006; Accepted April 27, 2007
VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA SAPI SIMMENTAL, LIMOUSIN DAN BRAHMAN DI BALAI INSEMINASI BUATAN UNGARAN [Semen Volume and Sperm Concentration of Simmental, Limousin and Brahman Cattles in Ungaran of
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana
III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Inseminasi Buatan (UPTD BIB) Tuah Sakato, Payakumbuh. 3.2. Materi
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera
14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia (Teen.) Steenis) dalam pengencer tris kuning telur tehadap kualitas semen kambing Peranakan Etawah
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di. Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru.
III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 013 di Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru. 3.. Materi Materi yang digunakan dalam
Lebih terperinciSemen beku Bagian 1: Sapi
Standar Nasional Indonesia Semen beku Bagian 1: Sapi ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...
Lebih terperinciPENGGANTIAN BOVINE SERUM ALBUMIN PADA CEP-2 DENGAN SERUM DARAH SAPI TERHADAP KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN PADA SUHU PENYIMPANAN 3-5 o C
PENGGANTIAN BOVINE SERUM ALBUMIN PADA CEP-2 DENGAN SERUM DARAH SAPI TERHADAP KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN PADA SUHU PENYIMPANAN 3-5 o C Feri Eka Wahyudi 1), Trinil Susilawati 2) dan Nurul Isnaini 2) 1)
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat
8 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat di Balai Pembibitan dan Budidaya Ternak Non Ruminansia (BPBTNR) Provinsi Jawa Tengah di Kota Surakarta.
Lebih terperinciPENGARUH PENGHILANGAN RAFINOSA DALAM PENGENCER TRIS AMINOMETHANE KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA SIMPAN DINGIN SKRIPSI
PENGARUH PENGHILANGAN RAFINOSA DALAM PENGENCER TRIS AMINOMETHANE KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA SIMPAN DINGIN SKRIPSI Oleh : Abdul Rhochim NIM. 135050100111049 PROGRAM STUDI PETERNAKAN
Lebih terperinciKUALITAS SPERMATOZOA EPIDIDIMIS SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) YANG DISIMPAN PADA SUHU 3-5 o C
KUALITAS SPERMATOZOA EPIDIDIMIS SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) YANG DISIMPAN PADA SUHU 3-5 o C Takdir Saili, Hamzah, Achmad Selamet Aku Email: takdir69@yahoo.com Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciPENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi Pesisir merupakan salah satu bangsa sapi lokal yang banyak dipelihara petani-peternak di Sumatra Barat, terutama di Kabupaten Pesisir Selatan. Sapi Pesisir mempunyai
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai dengan Januari 2015 di Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru. 3.2. Bahan dan Alat
Lebih terperinciPENGARUH SUHU DAN LAMA SIMPAN SEMEN SEGAR TERHADAP MOTILITAS DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE)
PENGARUH SUHU DAN LAMA SIMPAN SEMEN SEGAR TERHADAP MOTILITAS DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) Enike Dwi Kusumawati, Henny Leondro, Aju Tjatur Nugroho Krisnaningsih, Trinil Susilawati,
Lebih terperinciJ. Sains & Teknologi, April 2017, Vol. 17 No. 1 : ISSN
J. Sains & Teknologi, April 2017, Vol. 17 No. 1 : 96 102 ISSN 1411-4674 PENGARUH ALBUMIN TELUR MEDIUM SEXING TERHADAP MOTILITAS, PERESENTASE HIDUP, DAN ABNORMALITAS SPERMATOZO Y SETELAH PEMBEKUAN PADA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada (Mulyono dan Sarwono, 2004). K isaran volume semen per ejakulat
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Domba Ekor Tipis Domba ekor tipis merupakan domba yang bersifat profilik yaitu mampu mengatur jumlah anak yang akan dilahirkan sesuai dengan ketersediaan pakan yang
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal
14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Perbedaan Kualitas Semen Segar Domba Batur dalam Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal 27 Maret sampai dengan 1 Mei
Lebih terperinciMotilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat pada Penyimpanan 3-5 C
Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat pada Penyimpanan 3-5 C (MOTILITY AND VIABILITY SPERMATOZOA OF CHICKEN IN DILUENTGLUCOSE EGG YOLK PHOSPHAT IN STORAGE3-5
Lebih terperinciCENDEKIA Edisi: Maret 2008 ISSN: HUBUNGAN ANTARA JUMLAH FALSE MOUNTING DENGAN PRODUKSI SEMEN PEJANTAN SAPI MADURA
HUBUNGAN ANTARA JUMLAH FALSE MOUNTING DENGAN PRODUKSI SEMEN PEJANTAN SAPI MADURA Oleh: Efi Rokhana Staf Pengajar Program Studi Produksi Ternak Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Islam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inseminasi Buatan (IB) adalah proses perkawinan yang dilakukan dengan campur tangan manusia, yaitu mempertemukan sperma dan sel telur agar dapat terjadi proses pembuahan
Lebih terperinciT.L.Yusuf, R.I. Arifiantini, dan N. Rahmiwati Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor ABSTRAK
DAYA TAHAN SEMEN CAIR KAMBING PERANAKAN ETAWAH DALAM PENGENCER KUNING TELUR DENGAN KEMASAN DAN KONSENTRASI SPERMATOZOA YANG BERBEDA (Sperm Viability of Ettawah Crossbred Liquid Semen Diluted in Egg Yolk
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang.
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang. Persilangan antara kedua jenis kambing ini telah
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. breeding station Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Domba jantan yang
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. ` Bahan dan Peralatan 3.1.1. Objek Penelitian Objek pada penelitian ini yaitu semen yang berasal dari domba yang ada di breeding station Fakultas Peternakan Universitas
Lebih terperinciL.N. Varasofiari, E.T. Setiatin, dan Sutopo Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRACT ABSTRAK
Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p 201 208 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj EVALUASI KUALITAS SEMEN SEGAR SAPI JAWA BREBES BERDASARKAN LAMA WAKTU PENYIMPANAN (Evaluation
Lebih terperinciSemen beku Bagian 1: Sapi
Standar Nasional Indonesia Semen beku Bagian 1: Sapi ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...
Lebih terperinciJurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR
PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR Oleh : Nilawati Widjaya Dosen Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Bandung Raya ABSTRACT This study
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : Jarak Tempuh; Waktu Tempuh; PTM; Abnormalitas; Semen ABSTRACT
On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj PENGARUH JARAK DAN WAKTU TEMPUH TERHADAP POST THAWING MOTILITY, ABNORMALITAS DAN SPERMATOZOA HIDUP SEMEN BEKU (The Effect of Travel Distance and
Lebih terperinciPENGARUH BERBAGAI METODE THAWING TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI
PENGARUH BERBAGAI METODE THAWING TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI (The Effect of Thawing Method on Frozen Bull Semen Quality) DAUD SAMSUDEWA dan A. SURYAWIJAYA Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada ternak sapi telah banyak diterapkan di Indonesia. Menurut SNI 4896.1 (2008),
Lebih terperinciMOTILITAS DAN VIABILITAS SPERMATOZOA SEMEN SEXING MENGGUNAKAN METODE SEDIMENTASI PUTIH TELUR DENGAN PENGENCER YANG BERBEDA
MOTILITAS DAN VIABILITAS SPERMATOZOA SEMEN SEXING MENGGUNAKAN METODE SEDIMENTASI PUTIH TELUR DENGAN PENGENCER YANG BERBEDA Enike Dwi Kusumawati, Aju Tjatur Nugroho Krisnaningsih, YanPiterson Umbu Lele
Lebih terperinciPROGRAM IPTEKS BAGI INOVASI DAN KREATIVITAS KAMPUS
LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI INOVASI DAN KREATIVITAS KAMPUS (IbIKK) Judul : IbIKK PRODUK SEMEN BEKUKAMBING BOER UNGGUL Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional,
Lebih terperinciUJI KU <klitas SPERMA DAN PENGHITUNGAN JUMLAH PENGENCER DALAM UPAYA MENENTUKAN KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN
Tenin l eknis b,ngsioetu~ Penebtl '00 UJI KU
Lebih terperinciANALISIS KUALITAS SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL MENGGUNAKAN PENGENCER ANDROMED DENGAN VARIASI WAKTU PRE FREEZING
ANALISIS KUALITAS SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL MENGGUNAKAN PENGENCER ANDROMED DENGAN VARIASI WAKTU PRE FREEZING Analysis Quality of Simmental Semen Using Andromed Extender with Variations of Pre Freezing
Lebih terperinciA. D. Tuhu, Y. S. Ondho dan D. Samsudewa Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro,Semarang ABSTRACT
Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p 466 477 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj PENGARUH PERBEDAAN WAKTU PELEPASAN WATER JACKET DALAM PROSES EKUILIBRASI TERHADAP KUALITAS
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu jenis bangsa sapi asli Indonesia
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu jenis bangsa sapi asli Indonesia yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan dan sapi bali ini juga merupakan hasil
Lebih terperinciPERBEDAAN VOLUME SEMEN, KONSENTRASI, DAN MOTILITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SAPI FH DI BIB LEMBANG DENGAN INTERVAL PENAMPUNGAN 72 JAM DAN 96 JAM
PERBEDAAN VOLUME SEMEN, KONSENTRASI, DAN MOTILITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SAPI FH DI BIB LEMBANG DENGAN INTERVAL PENAMPUNGAN 72 JAM DAN 96 JAM (DIFFERENCE OF SEMEN VOLUME, CONCENTRATION, AND THE SPERM CELLS
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Wonosobo Domba Texel di Indonesia telah mengalami perkawinan silang dengan domba lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan kemudian menghasilkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Limousin merupakan keturunan sapi Eropa yang berkembang di Perancis.
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Limousin Sapi Limousin merupakan keturunan sapi Eropa yang berkembang di Perancis. Karakteristik Sapi Limousin adalah pertambahan badan yang cepat perharinya sekitar 1,1
Lebih terperinciSemen beku Bagian 2: Kerbau
Standar Nasional Indonesia Semen beku Bagian 2: Kerbau ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2017 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pejantan Peranakan Etawah berumur 1,5-3 tahun dan dipelihara di Breeding
15 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek pada penelitian ini adalah semen yang didapat dari kambing pejantan Peranakan Etawah berumur 1,5-3 tahun dan dipelihara
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kambing merupakan salah satu jenis ternak yang mudah dipelihara dan dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara tradisional. Salah satu bangsa
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan babi yang ada di Indonesia khususnya di daerah Bali masih merupakan peternakan rakyat dalam skala kecil atau skala rumah tangga, dimana mutu genetiknya masih kurang
Lebih terperinciKeberhasilan IB menggunakan semen beku hasil sexing dengan metode sedimentasi putih telur pada sapi PO cross
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (1): 72-76 ISSN: 0852-3581 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Keberhasilan IB menggunakan semen beku hasil sexing dengan metode sedimentasi putih telur pada sapi
Lebih terperinciAPLIKASI IB DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN DI SUMATERA BARAT
APLIKASI IB DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN DI SUMATERA BARAT (Artificial Insemination Application Using Sexed Sperm in West Sumatera) EKAYANTI M. KAIIN, M. GUNAWAN dan BAHARUDDIN TAPPA Pusat Penelitian
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai evaluasi kualitas semen beku sapi Brahman post
9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai evaluasi kualitas semen beku sapi Brahman post thawing di dataran rendah bertempat di Poskeswan Tayu Kabupaten Pati dan dataran tinggi bertempat di kelompok
Lebih terperinciSemen beku Bagian 3 : Kambing dan domba
Standar Nasional Indonesia Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian
Lebih terperinciKualitas spermatozoa epididimis sapi Peranakan Ongole (PO) yang disimpan pada suhu 3-5 C
Kualitas spermatozoa epididimis sapi Peranakan Ongole (PO) yang disimpan pada suhu 3-5 C Takdir Saili *, Hamzah, Achmad Selamet Aku Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari
Lebih terperinciKeunggulan-keunggulan tersebut harus didorong dengan kemajuan teknologi khususnya teknologi reproduksi Inseminasi Buatan (IB) untuk meningkatkan efisi
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (1): 63-79 ISSN : 0852-3681 E-ISSN : 2443-0765 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Kualitas semen segar dan recovery rate sapi bali pada musim yang berbeda Siti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia. Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan produksi daging merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan sekaligus memajukan tingkat kecerdasan sumber daya manusia Indonesia.
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kambing Peranakan Etawah atau kambing PE merupakan persilangan antara kambing kacang betina asli Indonesia dengan kambing Etawah jantan yang berasal dari daerah Gangga,
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor,
14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Penelitian diawali dengan survey untuk mengetahui
Lebih terperinci