BAB II KAJIAN TEORETIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORETIS"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakekat Pembelajaran Sains Pengertian Pembelajaran Sains Pada setiap pertumbuhan dan perkembangan anak memiliki karakteristik yang berbeda dalam melakukan kegiatan sains. Namun yang terpenting adalah bahwa kegiatan sains hendaknya dapat menstimulasi kegiatan belajar kognitif anak. Pengembangan potensi yang dimiliki anak termasuk di dalamnya pengembangan kognitif (pengembangan pembelajaran bidang sains) memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu meletakkan dasar kemampuan dan pembentukan sumber daya manusia yang diharapkan. Kesadaran akan pentingnya pembekalan sains pada anak akan semakin tinggi apabila menyadari bahwa manusia hidup di dunia yang dinamis, berkembang dan berubah secara terus menerus bahkan menuju masa depan, semakin komplek ruang lingkupnya, dan tentunya akan semakin memerlukan sains. Hakekat sains perlu dikaji, diteliti dan ditekuni. Anak-anak sebagai generasi yang dipersiapkan untuk masa depan yang diduga akan semakin rumit, berat dan banyak problemnya perlu dibekali dengan penguasaan sains yang memadai, tepat, bermakna dan fungsional. Dengan prediksi masa depan yang demikian, pembekalan sains bagi mereka menjadi mutlak, sehingga sains pada diri mereka muncul sebagai suatu cara untuk mencari kebenaran dalam kehidupan kelak. 5

2 6 Menurut Martini (2003:17) bahwa kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat saraf pada waktu manusia sedang berpikir. Kemampuan kognitif ini berkembang secara bertahap sejalan dengan perkembangan fisik dan saraf-saraf yang berada dipusat susunan saraf. Jadi kognitif adalah pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati, menjadi tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengertian atau pengetahuan. Menurut Dewi (2012:34) bahwa sains atau IPA secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam atau yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Sains adalah sistem tentang alam semesta yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan observasi dan eksperimen terkontrol. Sains adalah produk atau hasil dari proses penyelidikan ilmiah yang dilandasi oleh sikap dan nilai-nilai tertentu. Meskipun titik temu konsep sains yang bersifat standar dan dapat diterima oleh semua pihak sulit dikemukakan, tetapi batasan-batasan yang bersifat mendasar (substansi) dapat dimunculkan dari berbagai dimensi. Dari sudut bahasa, sains atau Science (Bahasa Inggris), berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata Scientia artinya pengetahuan. Tetapi pernyataan tersebut terlalu luas dalam penggunaan sehari-hari, untuk itu perlu dimunculkan kajian etimologi lainnya. Para ahli memandang batasan etimologi lainnya. Para ahli memandang batasan etimologis tentang sains yaitu dari bahasa Jerman, hal itu merujuk pada kata Wissenschaft, yang memiliki pengertian pengetahuan yang tersusun atau terorganisasikan secara sistematis.

3 7 Secara konseptual terdapat sejumlah pengertian dan batasan sains yang dikemukakan para ahli. Amien (dalam Dewi, 2012:35) mendefinisikan sains sebagai bidang ilmu alamiah, dengan ruang lingkup zat dan energi, baik yang terdapat pada mahluk hidup maupun tak hidup, lebih banyak mendiskusikan tentang alam (natural science) seperti fisika, kimia dan biologi. Sedangkan Ali Nugraha (dalam Dewi 2012:36) mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, yang tumbuh sebagai hasil serangkaian percobaan dan pengamatan serta dapat diamati dan diuji lebih lanjut. Senada dengan hal tersebut Ahmadi (2006:12) memberikan pengertian sains sebagai ilmu teoritis yang didasarkan atas pengamatan, percobaan-percobaan terhadap gejala alam berupa makrokosmos (alam semesta) dan mikrokosmos (isi alam semesta yang lebih terbatas, khususnya tentang manusia dan sifat-sifatnya), sedangkan Dodge (dalam Dewi, 2012:36) mengartikan sains sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan pada pengamatan dengan penuh ketelitian. Secara analitis, beberapa ahli mencoba memberikan batasan sains dengan membagi sains berdasarkan dimensi pengkajiannya. Sumaji (2002:1) menyatakan bahwa secara sempit sains adalah Ilmu Pengetahuan alam (IPA), terdiri atas physical sciences dan life sciences. Termasuk physical sciences adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, minerologi, metereologi dan fisika, sedangkan life sciences meliputi biologi, zoologi dan fisiologi.

4 8 Hal yang sama juga dijelaskan oleh Dodge (dalam Dewi, 2012:37) bahwa sains terdiri dari physical science, ilfe science dan bumi dan sekitarnya. Dimana physical science terdiri dari objek objek yang dapat dieksplor, karena anak dapat belajar tentang berat, bentuk, ukuran, warna dan suhu. Life science menceritakan tentang prosesnya. Anak dapat mempelajari tentang proses pertumbuhan tanaman dan kehidupan binatang. Sedangkan Ernest Hagel seperti dikutip oleh Indrawati (2007:1) memandang sains dari tiga aspek: (1) dari aspek tujuan, sains adalah sebagai alat untuk menguasai alam dan untuk memberikan sumbangan kepada kesejahteraan manusia. (2) Sains sebagai suatu pengetahuan yang sistematis dan tangguh dalam arti merupakan suatu kesimpulan yang didapat dari berbagai peristiwa. (3) Sains sebagai metode, yaitu merupakan suatu perangkat aturan untuk memecahkan masalah, untuk mendapatkan atau mengetahui penyebab dari suatu kejadian, dan untuk mendapatkan hukum-hukum atau teori dari obyek yang diamati. Berdasarkan definisi diatas, bahwa sains dapat dipandang sebagai suatu dimensi yang terdiri suatu proses, maupun produk atau hasil serta sebagai sikap. Apabila pembelajaran sains yang dapat dikembangkan meliputi tiga substansi mendasar, yaitu pendidikan dan pembelajaran sains berisi program yang memfasilitasi penguasaan proses sains, penguasaan produk sains serta program yang memfasilitasi pengembangan-pengembangan sikap sains. a. Sains sebagai suatu proses adalah cara untuk memperoleh pengetahuan. Gambaran sains berhubungan erat dengan kegiatan penelusuran gejala dan faktafakta alam yang dilakukan melalui kegiatan laboratorium beserta perangkatnya.

5 9 Kebenaran sains akan diakui jika penelusurannya berdasar pada kegiatan pengamatan, hipotesis (dugaan), percobaan-percobaan yang ketat dan obyektif, meskipun kadang berseberangan dengan nilai yang ada. Jadi, sains menuntut proses yang dinamis dalam berfikir, pengamatan, eksperimen, menemukan konsep maupun merumuskan berbagai teori. Rangkaian proses yang dilakukan dalam kegiatan sains tersebut, saat ini dikenal dengan sebutan metode keilmuan atau metode ilmiah. b. Sains sebagai produk terdiri atas berbagai fakta, konsep prinsip, hukum dan teori. Fakta adalah sesuatu yang telah terjadi yang dapat berupa keadaan, sifat atau peristiwa; sedangkan konsep adalah suatu ide yang merupakan generalisasi dari berbagai peristiwa atau pengalaman khusus, yang dinyatakan dalam istilah atau simbol tertentu yang dapat diterima. Konsep mengacu pada benda-benda atau obyek, peristiwa, keadaan, sifat, kondisi, ciri dan atribut yang melekatnya. Sedangkan teori adalah komposisi yang dihasilkan dari pengembangan sejumlah proposisi (pernyataan berarti) yang dianggap memiliki keterhubungan secara sistematis dan kebenarannya sudah teruji secara empirik serta dianggap berlaku secara universal. c. Sains sebagai suatu sikap, atau dikenal dengan istilah sikap keilmuan, maksudnya berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuan khususnya ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Diantara sikap tersebut adalah rasa tanggung jawab yang tinggi, rasa ingin tahu, disiplin, tekun, jujur, dan terbuka terhadap pendapat orang lain.

6 10 Brewer (dalam Dewi, 2012:37) mendefinisikan sains berarti proses mengamati, berpikir, dan merefleksikan berbagai tindakan atau peristiwa. Sedangkan Semiawan mengartikan sains sebagai pengkajian dan penerjemahan pengalaman manusia tentang dunia fisik, mencakup semua aspek pengetahuan yang dihasilkan oleh metode saintifik, tidak terbatas pada fakta dan konsep proses saintifik tetapi juga berbagai variasi aplikasi pengetahuan dan prosesnya seperti pengamatan, perkiraan dan penilaian, serta interprestasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sains adalah ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan fakta dan gejala alam yang tersusun secara sistematis yang didapatkan melalui pengamatan dan eksperimen Bentuk-Bentuk Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains merupakan bagian dari pembelajaran sains yang terkait dengan bidang kemampuan sains. Brewer (dalam Ahmad, 2007:3) mengatakan bahwa keterampilan proses sains didefinisikan secara berbeda oleh beberapa ahli. Dalam definisi tersebut satu sama lainnya saling melengkapi. Menurut Dhahar (1996:52) bahwa keterampilan proses sains adalah kemampuan dasar untuk memperoleh pengetahuan sebagai produk dari IPA berupa konsep-konsep, hukumhukum, prinsip-prinsip dan teori dari IPA. Setiap jenis keterampilan proses sains merupakan satu keterampilan intelektual yang khas, serta dapat diterapkan untuk memahami fenomena apapun juga.

7 11 Menurut Semiawan (1992:8) bahwa keterampilan proses sains adalah kemampuan berproses dalam kerja ilmiah. Lebih luas lagi, Depdiknas (2004:4) mendefinisikan bahwa keterampilan proses sains mencakup keterampilan intelektual, motorik dan sosial. Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses sains adalah kemampuan yang melibatkan keterampilan intelektual, morotik dan sosial yang dapat digunakan untuk memperoleh konsepkonsep, hukum-hukum, prinsip-prinsip, dan teori untuk memahami fenomena memecahkan masalah Pembelajaran Sains untuk TK Banyak topik yang dapat dipakai guru untuk mengenalkan sains kepada anak TK. Namun demikian, topik-topik yang mudah diamati dan menampilkan hubungan sebab-akibat secara langsung lebih disukai anak daripada topik yang abstrak. Wolfinger (dalam Suyatno, 2002:74) mengidentifikasi beberapa topik yang disukai anak sebagai berikut. a. Mengenal gerak Anak sangat senang bermain dengan benda-benda yang dapat bergerak, seperti memutar, menggelinding, melenting, atau melorot. Mobi-mobilan, berbagai macam bola, dan benda-benda yang dapat menggelinding, dengan papan datar dan miring merupakan permainan yang menyenangkan bagi anak.

8 12 b. Mengenal benda cair Bermain dengan air merupakan salah satu kesenangan anak. Guru dapat mengarahkan permainan tersebut agar anak dapat memiliki berbagai pengalaman tentang air. Berbagai kegiatan bermain dengan air seperti benda-benda yang tembus dan tidak tembus air, tenggelam dan terapung, dan aliran air sangat disukai anak. Air memiliki karakteristik yang unik. Dengan kegiatan sederhana anak mengenal karakteristik air, seperti meneteskan air di koin, mencampur air dengan sabun, dan benda-benda lain yang larut dan tidak larut dalam air. Minyak, alcohol, dan benda cair lainnya memiliki sifat yang berbeda dengan air. c. Tenggelam dan terapung Kegiatan ini dapat dilakukan di kelas atau di luar kelas. Jika di kelas, beri alas plastik dan koran agar air tidak membasahi tempat. Suruh anak memakai rompi plastik agar tidak basah. Tujuan kegiatan ini ialah agar memberi pengalaman kepada anak bahwa ada benda yang tenggelam dan ada yang terapung di air. Anak sering mengira benda yang berukuran kecil terapung dan yang besar tenggelam. Anak akan melihat bahwa tenggelam atau terapung tidak ditentukan oleh ukuran benda. Ajak anak mengubah bentuk benda agar benda yang tenggelam dapat terapung. d. Larut dan tidak larut Sebagian benda larut dalam air dan sebagian lainnya tidak. Gula, garam, dan warna pada teh larut dalam air sehingga akan membentuk larutan. Jika larutan dibiarkan, maka tidak akan membentuk endapan, kecuali jika airnya diuapkan

9 13 semuanya. Benda lain tidak larut dalam air, seperti tepung, pasir, dan minyak goreng. Jika benda tersebut dicampur dalam air maka tidak membentuk larutan, tetapi membentuk campuran. Campuran kelihatan tidak homogen dan jika diendapkan akan terlihat adanya endapan. e Mengenal timbangan (neraca) Neraca sangat baik untuk melatih anak menghubungkan sebab-akibat karena hasilnya tampak secara langsung. Jika beban di satu lengan timbangan ditambah, maka beban akan turun. Demikian pula jika beban di geser menjauhi sumbu. Berbagai benda memiliki massa jenis berbeda. Kapas dan spon memiliki massa jenis yang lebih kecil di banding besi dan batu. Batu dan besi yang berukuran lebih kecil lebih berat dibanding kapas atau spon saat ditimbang. f. Bermain dengan gelembung sabun Anak amat menyukai bermain dengan gelembung sabun. Dengan menambahkan satu sendok gliserin pada 2 liter larutan sabun akan diperoleh larutan sabun yang menakjubkan yang tidak mudah pecah sehingga dapat digunakan untuk membentuk gelembung raksasa, jendela kaca, atau bentuk lainnya dari busa. g. Mencampur warna dan zat Secara teoretis, warna terdiri atas warna primer dan warna sekunder. Warna primer meliputi warna merah, kuning, dan biru. Warna sekunder dibentuk dengan mencampur dua atau lebih warna primer. Misalnya warna kuning dan biru dicampur dapat menghasilkan warna hijau. Anak-anak senang bermain dengan warna-warna tersebut.

10 14 h. Mengenal benda-benda lenting Benda-benda dari karet pada umumnya memiliki kelenturan, sehingga mampu melenting jika dijatuhkan atau dilempar. Demikian pula benda dari karet yang diisi udara, seperti bola basket, bola voli, dan bola plastik. Anak sangat senang bermain dengan benda-benda tersebut. i. Bermain dengan udara Udara tidak kelihatan, sehingga sulit bagi anak untuk mengenalnya. Melalui berbagai kegiatan sederhana, guru dapat mengenalkan udara untuk membantu anak menyadari bahwa udara itu ada, meskipun tidak kelihatan. Berbagai kegiatan seperti balon roket, roket dari soda kue, dan laying-layang merupakan kegiatan menarik bagi anak yang terkait dengan udara. j. Bermain dengan bayang-bayang Bayang-bayang merupakan salah satu fenomena yang menarik dan kadang menakutkan bagi anak. Mengenalkan bayang-bayang akan membuat anak tidak merasa takut dengan bayang-bayang. Bayang-bayang timbul jika ada cahaya yang mengenai benda. Ukuran bayang-bayang dapat lebih besar, sama, atau lebih kecil dari bendanya, tergantung posisi benda, sudut sinar, dan sumber cahayanya. k. Melakukan percobaan sederhana Anak sangat antusias untuk melakukan percobaan dan ingin tahu hasilnya. Menanam biji, sebagian disiram air dan yang lain tidak, misalnya, dapat dijadikan percobaan yang menarik bagi anak. Anak senang mengamati bagaimana biji

11 15 berkecambah dan tumbuh menjadi tanaman baru. Anak mulai sadar bahwa tumbuhan memerlukan air untuk tumbuh. l. Mengenal api dan pembakaran Kegiatan yang menggunakan api harus dibawah pengamatan guru secara langsung agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Anak suka mengamati sesuatu yang terbakar dan perubahan benda akibat terbakar. Anak akan menyadari ada benda yang mudah terbakar dan adapula yang sulit terbakar. m. Mengenal es Es bisa menjadi air dan air dapat menjadi es. Kelak anak mengenal bahwa es adalah air yang membeku. Proses tersebut membantu anak mengenal asal mula suatu benda, suatu proses menuju objek permanen (object permanency) dan hubungan sebab-akibat. Es yang dimasukkan dalam gelas yang diisi air dingin dan air panas akan mencair dalam waktu yang berbeda. Percobaan sederhana tersebut melatih anak membuat hubungan logis antar variabel. n. Bermain dengan pasir Bermain pasir dengan menggunakan berbagai kaleng atau takaran akan membantu siswa memahami konservasi volume. Oleh karena itu di TK sangat disarankan untuk memiliki bak pasir di mana anak dapat bermain pasir. Anak TK suka sekali main dengan pasir dengan cara membuat berbagai bentuk seperti rumah, jalan, terowongan, dan istana, suatu kegiatan yang melatih kecerdasan spatial.

12 16 o. Bermain dengan bunyi Bunyi terbentuk oleh udara yang bergetar oleh karena itu bunyi dapat dibuat dengan cara menggetarkan udara, seperti memukul, meniup, atau menggoyang benda. Anak-anak suka sekali bermain dengan benda-benda yang mengeluarkan bunyi. Membuat peluit sederhana dari sedotan minuman atau bermain dengan alat-alat musik yang menimbulkan bunyi disukai anak-anak. p. Bermain dengan magnet Anak TK mungkin masih memandang magnet sebagai barang ajaib (magis), tetapi mengenalkan fenomena kemagnetan tidak menjadi persoalan. Anak senang sekali bermain dengan magnet dan menguji benda-benda yang dapat menempel pada magnet. 2.2 Pentingnya Pengembangan Sains Pada Anak TK Menurut The National Science Education Standard-NSES (1994:1) bahwa tujuan dasar pembelajaran sains yang dapat menjadi pendorong secara umum untuk menginformasikan sains sedini mungkin pada anak agar siap untuk hidup dalam dunia mengalami perubahan-perubahan secara khusus pembelajaran sains menjadi sangat penting diadakan sedini mungkin agar anak dapat mempelajari bagaimana dapat melakukan kegiatan sains sebagaimana para saintis melakukannya melalui keterampilan proses sains. Kegiatan keterampilan proses sains mengajak anak untuk berpikir karena sains tidak lebih dari sekedar menghafal fakta, tetapi juga kombinasi dari keterampilan proses dan materi atau keterampilan untuk bagaimana belajar dan apa yang dipelajari dengan menggunakan cara berpikir ilmiah (Triluqman, 2006:21).

13 17 Keterampilan proses sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda tidak hidup yang ada disekitarnya. Anak belajar menemukan gejala benda dan gejala peristiwa dari benda-benda tersebut. Keterampilan proses sains juga melatih anak menggunakan lima indranya untuk mengenal berbagai gejala benda dan gejala peristiwa. Anak dilatih untuk melihat, meraba, membau, merasakan dan mendengar. Semiawan (dalam Triluqman, 2006:22) berpendapat bahwa empat alasan mengapa keterampilan proses harus dalam proses belajar dan pembelajaran sains, yaitu: a. Dengan kemampuan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, guru tidak mungkin lagi mengajarkan semua fakta dan konsep dari sekian mata pelajaran, karena waktunya tidak akan cukup. b. Dalam usia perkembangan anak, secara psikologi lebih mudah memahami konsep, dengan lingkungan dihadapi. c. Ilmu pengetahuan bersifat relatif, artinya suatu kebenaran teori pada suatu saat berikutnya bukan kebenaran lagi, tidak sesuai lagi dengan situasi. Suatu teori bisa gugur bila ditemukan teori-teori yang lebih baru dan lebih jitu. Jadi suatu teori masih dapat dipertanyakan dan diperbaiki. Oleh karena itu, perlu orang-orang yang kritis yang mempunyai sikap ilmiah. Keterampilan proses sains pada anak dapat mengembangkan pemahaman anak tentang dunia beserta isinya, menumbuhkan sikap ilmuwan, menumbuhkan minat dan mempelajari sains, mengembangkan kemampuan berfikir kritis, kreatif serta analitis, membiasakan

14 18 anak untuk menerapkan konsep sains dalam kehidupan sehari-hari, terampil dalam memecahkan masalah, terampil untuk menggali sains, menguasai cara-cara dalam menyelesaikan masalah. d. Proses belajar dan pembelajaran bertujuan membentuk manusia yang utuh artinya cerdas, terampil dan memiliki sikap dan nilai yang diharapkan. Jadi, pengembangan pengetahuan dan sikap harus menyatu. Dengan keterampilan proses sains, diharapkan berlanjut pada keterampilan sikap dan mental sains. Adapun beberapa materi sains sederhana menurut Suyanto (2005:1) yakni mengenal gerak, mengenal benda cair, bermain gelembung sabun, mengenal benda-benda lenting, dan mengenal binatang. Pada umumnya anak-anak sangat senang bermain dengan benda-benda yang dapat bergrak, memutar, menggelinding, melenting, atau melorot. Ada beberpa kegiatan untuk mengenalkan anak dengan gerakan, antara lain: menggelinding dan bentuk benda, menggelinding dan ukuran benda. Anak juga senang bermain dengan air merupakan salah satu kesenangan anak. Pendidik dapat mengarahkan permainan tersebut agar anak dapat memiliki berbagai pengalaman tentang air. Air senantiasa menyesuaikan bentuknya dengan bentuk wadahnya. Air mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yng lebih rendah atau dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah. Berbagai kegiatan dengan air, antara lain: konservasi volume, tenggelam dan terapung, membuat benda terapung, larut dan tidak larut, mengenal sifat berbagai benda cair.

15 19 Selain bermain air, ada juga permainan sains untuk anak yakni bermain gelembung sabun. Anak sangat menyukai bermain dengan gelembung sabun. Dengan menambahkan satu sendok gliserin pada dua liter air, larutan sabun, akan diperoleeh larutan yang sabun yang menakjubkan yang dapat digunakan untuk membentuk gelembung raksasa, jendela kaca, atau bentuknya lainnya dari busa. Permainan lain yang disenangi anak-anak adalah permainan mengenal bendabenda lenting seperti benda-benda dari karet pada umumnya memuliki kelenturan sehingga mampu melenting jika dijatuhkan. Demikian pulla benda dari kare yang diisi udara, seperi bola basket, bola voli dan bola plastik. Anak sangat senang bermin dengan benda-benda tersebut. Dari empat permainan sains sederhana, anak-anak juga dapat mengenal sains sederhana seperti mengenal binatang. Binatang merupakan mahluk yang menarik bagi anak-anak karena mampu merespon rangsang. Anjing, misalnya mampu mengembalikan benda-benda yang dilemparkan pemiliknya. Anak kucing akan mengejar dan menerkam benda-benda yang bergerak. Meskipun masih diperdebatkan dari segi sanaitasi dan higienisnya, memelihara hewan peliharaan dapat mengembangkan rasa kasih dan sayang pada anak. Melalui binatang anak akan belajar banyak tentang mahluk tersebut. Oleh karena itu di nagara-negara maju, kebun binatang dilengkapi dengan pojok sains (sains center) dimana anak dapat berinteraksi dengan bintang yang jinak dan bersih sambil memperlajarinya. Ada beberapa keuntungan yang diperoleh anak jika berinteraksi dengan binatang. Pertama, anak belajar mengenal dan menghargai mahluk hidup, ia belajar bahwa

16 20 mahluk hidup memerlukan makanan, papan dan kasih sayang. Kedua, anak belajar untuk menyayangi binatang yang pada akhirnya akan menumuhkan rasa kasih sayang pada mahluk hidup. 2.3 Hakekat Warna Pengertian Warna Warna sering pula disebut rupa pada benda apapun warna menjadi pemikat. Pada lukisan warna menjadi lebih penting, pelukis mempertegas bentuk objek dengan warna. Warna digunakan juga untuk melukiskan suasana. Suasana gembira dilukiskan dengan warna cerah sedangkan suasana sedih dilukiskan dengan warna gelap. Beberapa ahli mengemukakan pengertian tentang warna. Prawira (1999:4) menjelaskan bahwa warna adalah salah satu unsur keindahan dalam seni dan desain selain unsur-unsur visual lainnya. Kemudian Sanyoto (2005:1) mendefinisikan bahwa warna adalah secara obyektif/fisik sebagai sifat cahaya yang dipancarkan, atau secara subyektif/psikologis sebagai bagian dari pengalaman indera penglihatan. Nugraha (2008:5.34) mengatakan bahwa warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang dikenainya. Selanjutnya Laksono (1998:42) mengemukakan bahwa warna yang kita lihat merupakan bagian dari cahaya yang diteruskan atau dipantulkan. Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada tiga unsur yang penting dari pengertian warna yaitu benda, mata dan unsur cahaya. Dengan demikian warna dapat didefinisikan sebagai unsur cahaya yang dipantulkan

17 21 oleh sebuah benda dan selanjutnya diinterpetasikan oleh mata berdasarkan cahaya yang mengenai benda tersebut Pencampuran Warna Dipandang dari asal kejadiannya warna menurut Sanyoto (2005:1) dibagi menjadi dua, yaitu warna additive dan warna subtractive. Warna additive adalah warna yang berasal dari cahaya dan disebut spektrum. Sedangkan warna subtractive adalah warna yang berasal dari bahan dan disebut pigmen. Lebih lanjut Nugraha (2008:5.34) menjelaskan bahwa warna ditinjau dari dua sudut pandang, pertama dari kaidah ilmu fisika dan kedua dari kaidah ilmu bahan. Kejadian warna ini diperkuat dengan hasil temuan Newton (Prawira, 1999:26) yang mengungkapkan bahwa warna merupakan suatu fenomena alam yang berupa cahaya dan mengandung warna spektrum atau pelangi dan pigmen. Menurut Prawira (1999:31) yang dimaksud dengan pigmen adalah pewarna yang bisa larut dalam cairan pelarut. Untuk meneyederhanakan warna-warna yang ada di alam seorang ahli bernama Brewster dalam mengelompokkan warna berdasarkan temuannya sehingga lahirlah teori yang dinamakan dengan teori Brewster. Teori Brewster (dalam Nugraha, 2008:5.35) mengemukakan bahwa warna-warna yang ada di alam menjadi empat kelompok warna yaitu warna primer, sekunder, tersier dan warna netral. Kelompok warna ini sering disusun dalam lingkaran warna Brewster. Menurut teori Brewster warna primer adalah warna dasar yang tidak merupakan campuran dari warna-warna lain. Menurut teori warna pigmen dari

18 22 Brewster (Nugraha, 2008:5.37) menjelaskan bahwa warna primer adalah warnawarna dasar. Warna-warna lain dibentuk dari kombinasi warna-warna primer. Lebih lanjut Nugraha (2008:5.37) menjelaskan bahwa pada awalnya manusia mengira bahwa warna primer tersusun atas warna merah, kuning dan biru. Hal ini selaras dengan pendapat Prang (Prawira, 1999:21) bahwa warna primer terdiri atas warna merah, kuning dan biru. Namun dalam penelitian lebih lanjut, Nugraha (2008:5.37) mengatakan tiga warna primer yaitu merah seperti darah, biru seperti langit dan laut, dan kuning seperti kuning telur. Hal ini kemudian dikenal sebagai warna pigmen primer yang dipakai dalam dunia seni rupa. Campuran dua warna primer menghasilkan warna sekunder. Campuran warna sekunder dengan warna primer menghasilkan warna tersier. Akan tetapi secara teknis warna merah, kuning dan biru sebenarnya bukan warna pigmen primer. Tiga warna pigmen primer adalah magenta, kuning dan cyan. Oleh karena itu apabila menyebut warna merah, kuning dan biru sebagai warna pigmen primer, maka merah adalah cara yang kurang akurat untuk menyebutkan magenta sedangkan biru adalah cara yang kurang akurat untuk menyebutkan cyan. Warna sekunder merupakan hasil pencapuran warna-warna primer dengan proporsi 1:1. Misalnya warna jingga merupakan hasil campuran warna merah dengan kuning, hijau adalah campuran biru dan kuning dan ungu adalah campuran warna merah dan biru. Teori Blon (Prawira, 1999:18) membuktikan bahwa campuran warna-warna utama menghasilkan warna-warna kedua (sekunder). Dengan demikian

19 23 sangat jelas, warna sekunder adalah warna yang dihasilkan dari campuran dua warna primer. Warna tertier merupakan campuran salah satu warna primer dengan salah satu warna sekunder. Misalnya warna jingga kekuningan didapat dari pencapuran warna kuning dan jingga. Istilah warna tertier pada awalnya dicetuskan merujuk pada warna-warna netral yang dibuat dengan mencampur tiga warna primer dalam sebuah ruang warna. Ini akan menghasilkan warna putih atau kelabu, dalam sistem warna cahayaaditif, sedangkan dalam sistem warna subtraktif pada pigmen atau cat akan menghasilkan coklat, kelabu atau hitam. Pengertian seperti ini masih umum dalam banyak tulisan-tulisan teknis. Warna netral merupakan hasil campuran ketiga warna dasar dalam proporsi 1:1:1. Warna ini sering muncul sebagai penyeimbang warna-warna kontras di alam. Biasanya hasil campuran yang tepat akan menuju hitam. Sejalan dengan teori Brewster, Munsell (Prawira, 1999:70) mengemukakan teorinya bahwa Tiga warna utama sebagai dasar dan disebut warna primer yaitu merah (M), kuning (K) dan biru (B). Apabila dua warna primer masing-masing dicampur, maka akan menghasilkan warna kedua atau warna sekunder. Bila warna primer dicampur dengan warna sekunder akan dihasilkan warna ketiga atau warna tertier. Bila antara warna tertier dicampur lagi dengan warna primer dan sekunder akan dihasilkan warna netral Menurut Rantinah (2007:6) bahwa kelompok warna terbagi tiga yakni warna primer, warna sekunder dan warna tertier. Warna primer disebut juga warna pokok yakni merah, kuning dan biru merupakan warna pokok perpaduan warna primer

20 24 menghasilkan warna biru. Warna sekunder merupakan warna turunan kedua, merah bercampur biru menghasilkan warna ungu, kuning bercampur biru menghasilkan warna hijau, merah bercampur kuning menghasilkan warna jingga, ungu hijau dan jingga merupakan warna sekunder. Sedangkan warna tertier yaitu warna turunan ketiga. Tiga warna primer bercampur menghasilkan warna kecokelatan Langkah-Langkah Pencampuran Warna Pada Kegiatan Sains Sederhana Sehubungan dengan kegiasan sains sederhana melalui kegiatan pencampuran warna, maka dapat dilakukan tiga cara pencampuran warna sebagai berikut. a. Pemilihan warna secara random Pemilihan warna secara random umumnya dilakukan anak-anak yang berada pada tahap goresan dan prabagan. Warna-warna yang digunakan dalam gambar sama sekali tidak ada hubungannya dengan warna obyek yang digambarkan. Anak mengambil warna tertentu karena mudah dijangkau saja dan bukan karena ia tertarik oleh warna itu. Ciri-ciri gambar yang dibuat dengan cara ini baisanya warna gambarnya dikuasai oleh warna tertentu dan warna itu sama sekali tidak mewakili warna benda dan bukan juga mewakili ungkapan perasaan penggambarnya. b. Penentuan warna secara emosional Penentuan warna secara emosional artinya pemilihan warna yang berfungsi untuk mewakili cetusan perasaan penggambarnya. Atau dengan kaa lain pemilihan warna ada hubungannya dengan perasaan yang diungkapkan. Dari penelitian Rose dan Hattwich (2001:2) bahwa yang mencoba menghubunngkan

21 25 lukisan-lukisan karya anak-anak dengan cirri-ciri tingkah laku mereka, dari 150 TK, berkesimpulan bahwa umumnya anak-anak yang melukis dengan cara yang konsisten dengan warna hangar, hangat juga sikap emosinya dan bersifat kasih sayang; yang karyanya dikuasai dengan warna biru pembuatnya memiliki tingkah laku yang terkontrol; dan mereka yang banyak menggunakan warna hitam adalah anak yang kurang emosional. Selanjutnya Lawer and Lawer menyatakan bahwa anak-anak yang berusia sekitar empat tahun biasanya memilih warna kuning untuk mewarnai gambar untuk menyatakan suasana yangmenyenangkan, dan warna coklat untuk mewarnai gambar yang menyampaikan cerita yang menyedihkan. Jadi memang ada kalanya warna-warna dipilih begitu saja oleh anakanak,tetapi kadang-kadang anak memilih warna yang ternyata berkaitan dengan latar belakangn kejiwaan. Untuk mengetahui gambar yang dibuat dengan pilihan warna yang ada hubungannya dengan latar belakang kejiwaan penggambarnya, kita harus mengamati perbuatan anak ketika atau selama anak-anak melakukan kegaitan menggambarnya. Jika ternyata warna yang tersedia banyak ragamnya dan semuanya mudah dijangkau anak, tetapi kita melihat ada anak tertentu yang hanya menggunakan satu warna saja, maka dapat dipastikan warna itu ada hubungannya dengan latar belakang kejiwaan. c. Pemilihan warna secara serebral Pemilihan warna secara serebral ialah cara anak-anak memilih warna dalam mewarnai gambarnya yang lebih banyak ditentukan oleh pertimbangan

22 26 akal. Oleh karena itu warna-warna gambar merupakan atau ada hubungannya dengan warna obyek yang digambarkan. Cara demikian sudah dimulai oleh anak sejak masa bagan (7-9 tahun), hanya saja kemampuannya terbatas hanya sampai memberi warna sebagai ciri saja dan belum sampai kepada pengaturan nadanadanya. Mereka hanya sampai menentukan langit biru, daun hijau, tanah coklat. Selanjutnya setelah perkembangannya meningkat lagi, pada usia 9-12 tahun yaitu pada masa realisme penggunaan warna secara serebral lebih maju lagi. Mereka mulai lebih peka. Perbedaan-perbedaan kesan warna sudah mulai merndapat perhatian mereka. Nada-nada warna sudah mulai mereka kenal, dan mereka laksanakan dalam mewarnai gambar-gambar berwarna yang mereka buat. 2.4 Karakter Sains Untuk Anak 5-6 Tahun Sains merupakan disiplin ilmu yang mempelajari obyek alam dengan metode ilmiah (Sund, 1999:1). Untuk anak TK, obyek tersebut meliputi benda-benda di sekitar anak dan benda-benda yang sering menjadi perhatian anak. Air, udara, bunyi, api, tanah, tumbuhan, hewan, dan dirinya sendiri merupakan obyek-obyek sains yang sering menjadi perhatian anak. Berbagai gejala alam seperti hujan, angin, petir, kebakaran, hewan yang beranak, tumbuhan yang berbuah juga menarik bagi anak. Obyek-obyek tersebut dipelajari melalui metode ilmiah, yang bagi anak TK perlu disederhanakan. Observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi sederhana dapat dilakukan anak. Anak dapat pula melakukan proses sains lainnya, seperti melakukan pengukuran, menggunakan bilangan, dan melakukan klasifikasi. Produk sains untuk

23 27 anak TK lebih dominan berupa pengetahuan tentang fakta-fakta dan gejala peristiwa tentang benda-benda alam. 2.5 Pentingnya Anak Mengenal Warna Primer, Sekunder dan Tertier Menurut Prawira (1999:71) bahwa pentingnya anak mengenal warna primer, sekunder dan tertier diantaranya adalah sebagai berikut. a. Merah Menstimulasi dan melancarkan peredaran darah. Ia juga membantu melawan udara dingin. Warna ini tidak disarankan untuk anak yang baru lahir namun baik untuk anak usia dini agar ia lebih aktif dan bersemangat. b. Kuning Warna ini dikatakan dapat membantu meningkatkan sistem syaraf dan kecerdasan. Ia membantu mengatasi kecemasan dan depresi pada anak. Pada anak usia dini warna kuning cerah mampu menstimulasinya agar lebih aktif, namun untuk bayi, kuning pastel dapat membuatnya tersenyum. c. Biru Efeknya kebalikan dari warna merah. Efek sejuknya dapat membantu tubuh melawan penyakit dan sembuh dari syok. Jika anak-anak terlihat gelisah coba pakaikan selimut warna biru muda, itulah sebabnya ada warna dengan sebutan baby blue.

24 28 d. Oranye Warna ini dipercaya dapat memperkuat paru-paru, pankreas, dan limpa. Warna hangat ini juga dipercaya mampu meningkatkan vitalitas dan nafsu makan. Untuk anak-anak, ia bisa merangsang semangat bermain dan eksplorasi hal-hal baru. e. Pink Pada anak-anak, warna ini menstimulasi kreativitas dan kekuatan. Ia juga meredam amarah dan kepanikan. Jika Anda mengalami insomnia, gunakan sprei pink pucat. Walaupun sering digunakan untuk bayi perempuan, sprei pink pucat juga baik untuk anak lelaki. f. Hijau Warna ini menyimbolkan keharmonisan hidup, kesegaran dan pencerahan. Ia juga membantu meredakan tekanan darah, gangguan jantung, sakit kepala dan flu pada orang dewasa. Untuk anak-anak warna ini dapat membantunya tenang dan rileks sehingga banyak digunakan sebagai aksesori. g. Ungu Efeknya menenangkan dan memberikan kedamaian hati. Dikatakan dapat meningkatkan sisi spiritual dan naluri pada anak-anak. Ia juga dipercaya dapat melawan kegelisahan dan gangguan mental. h. Putih Warna netral ini dikatakan tidak memiliki efek apa-apa, namun banyak digunakan oleh budaya manapun. Di budaya timur tengah, warna ini melambangkan kesucian, kedamaian dan keamanan, sedangkan di kultur lainnya, ia mewakili

25 29 ketenangan, kejujuran dan kesederhanaan. Penuh makna namun siapkan budget laundry Anda karena perawatan warna putih sangat merepotkan. (wolipop.com) 2.6 Kajian Penelitan yang Relevan Salah satu penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan adalah hasil penelitian dari Ahmad Warni (2011) yang berjudul Mengembangkan Konsep Sains Sederhana Pada Anak Kelompok B Melalui Teknik Pencampuran Warna di TK Motinelo Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus dengan subyek penelitian 20 orang anak kelompok B TK Motinelo Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Teknik pengumpulan data observasi dan dokumentasi. Dari hasil penelitian pada observasi awal menunjukan ada 5 orang (25%) yang mampu dalam pencampuran warna. Siklus I terjadi peningkatan yakni menjadi 11 orang (55%) yang sudah mampu dalam pencampuran warna. Pada siklus II kemampuan anak dalam pencampuran warna mengalami peningkatan lagi menjadi 17 orang (85%) yang sudah mampu dalam pencampuran warna. Sedangkan nilai klasifikasi yang tidak mampu ada 3 orang (15%). Penelitian yang dilaksanakan oleh Ahmad Warni (2011) memiliki beberapa kesamaan dengan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti dari bentuk metode penelitian yakni penelitian tindakan kelas (PTK). Namun perbedaan antara penelitian yang terdahulu dengan penelitian yang akan dilaksanakan terletak pada obyek penelitian.

ANALISIS KEMAMPUAN SAINS SEDERHANA PADA ANAK KELOMPOK B TK PINAESAAN KECAMATAN TIBAWA KABUPATEN GORONTALO

ANALISIS KEMAMPUAN SAINS SEDERHANA PADA ANAK KELOMPOK B TK PINAESAAN KECAMATAN TIBAWA KABUPATEN GORONTALO ANALISIS KEMAMPUAN SAINS SEDERHANA PADA ANAK KELOMPOK B TK PINAESAAN KECAMATAN TIBAWA KABUPATEN GORONTALO Oleh Fatmawati Radjak Rapi Us. Djuko, Samsiah Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. gembira dengan warna cerah dan suasana sedih dengan warna gelap.

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. gembira dengan warna cerah dan suasana sedih dengan warna gelap. BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakekat Warna 2.1.1 Pengertian Warna Menurut Rantina (2007:1) bahwa warna sering pula disebut rupa, pada benda apapun warna menjadi pemikat. Pada lukisan

Lebih terperinci

PENGENALAN SAINS PADA ANAK PRA-SEKOLAH

PENGENALAN SAINS PADA ANAK PRA-SEKOLAH PENGENALAN SAINS PADA ANAK PRA-SEKOLAH Muhamad Arif Rahman Universitas Nahdlatul Ulama Lampung iefra24@yahoo.com ABSTRACT Pengenalan sains pada anak pra sekolah hendaknya terintegrasi dengan bidang lain

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAYA PIKIR ANAK DENGAN PENDEKATAN SAINS MELALUI PENCAMPURAN WARNA

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAYA PIKIR ANAK DENGAN PENDEKATAN SAINS MELALUI PENCAMPURAN WARNA UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAYA PIKIR ANAK DENGAN PENDEKATAN SAINS MELALUI PENCAMPURAN WARNA Penelitian Tindakan di Kelompok B4.Taman Kanak-kanak Melati Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Bengkulu Selatan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP WARNA MELALUI METODE PROYEK. Sri Endah Cahyaningsih

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP WARNA MELALUI METODE PROYEK. Sri Endah Cahyaningsih Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 3, Juli 2016 ISSN 2477-2240 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) TK Pertiwi Wonosari Siwalan Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.I

BAB II KAJIAN TEORI 2.I BAB II KAJIAN TEORI 2.I Kemampuan Mengenal Warna 2.1.1 Pengertian Kemampuan Didalam Kamus Bahasa Indonesia (1997:605) kemampuan berasal dari kata Mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu,

Lebih terperinci

FENOMENA FISIKA DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN SAINS ANAK USIA DINI

FENOMENA FISIKA DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN SAINS ANAK USIA DINI FENOMENA FISIKA DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN SAINS ANAK USIA DINI Hana Yunansah 1 ABSTRAK Sains sebagai suatu konsep mendasar perlu dibelajarkan kepada anak sejak usia dini. Pengenalan sains pada anak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Warna pada Anak Usia Dini. 1. Pemahaman Konsep Sederhana Pada Anak Usia Dini

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Warna pada Anak Usia Dini. 1. Pemahaman Konsep Sederhana Pada Anak Usia Dini 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemahaman Konsep Warna pada Anak Usia Dini 1. Pemahaman Konsep Sederhana Pada Anak Usia Dini Menurut Santrock (2011: 351-352) Pemahaman konseptual atau pemahaman konsep

Lebih terperinci

Warna Perancangan Ruang Dalam 2015/2016

Warna Perancangan Ruang Dalam 2015/2016 Warna Perancangan Ruang Dalam 2015/2016 Pengertian Warna Warna adalah suatu aspek yang dapat menghidupkan ruang dan membentuk/menciptakan kesan pada ruang. Merupakan sifat dasar visual yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang diharapkan. Sadar pentingnya ketrampilan proses sains pada anak akan semakin

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang diharapkan. Sadar pentingnya ketrampilan proses sains pada anak akan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini, memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu meletakkan dasar kemampuan dan pembentukkan sumber

Lebih terperinci

BAB II UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA

BAB II UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA 10 BAB II 10 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI. State of the art pada istilah ini merujuk pada makna keaslian atau orisinalitas karya yang akan di buat.

BAB II METODOLOGI. State of the art pada istilah ini merujuk pada makna keaslian atau orisinalitas karya yang akan di buat. BAB II METODOLOGI 2.1 State Of The Art State of the art pada istilah ini merujuk pada makna keaslian atau orisinalitas karya yang akan di buat. Reverensi karya: CD-Interaktif anak usia 4 8 tahun ( TK dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat IPA IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan

Lebih terperinci

Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013

Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 NIRMANA WARNA Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 WARNA Merupakan kesan yang timbul oleh pantulan cahaya yang ditangkap oleh

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Prasyarat Untuk Mengikuti Ujian Skripsi SI Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Pada Fakultas Ilmu Pendidikan O L E H :

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Prasyarat Untuk Mengikuti Ujian Skripsi SI Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Pada Fakultas Ilmu Pendidikan O L E H : MS Word Export To Multiple PDF Files Software - Please purchase license.peran GURU DALAM MENANAMKAN KONSEP SAINS SEDERHANA PADA ANAK KELOMPOK B DI TK NEGERI PEMBINA KECAMATAN SIPATANA KOTA GORONTALO SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 2.1 Hakikat Sains 2.1.1 Pengertian Sains Pada dasarnya setiap anak dilahirkan dengan bakat untuk menjadi ilmuwan, ia dilahirkan dengan membawa sesuatu keajaiban

Lebih terperinci

BAGIAN III W A R N A

BAGIAN III W A R N A BAGIAN III W A R N A Warna merupakan unsur desain yang pertama paling menarik perhatian seseorang dalam kondisi apapun. Setiap permukaan benda akan tampak berwarna, karena benda tersebut menyerap dan memantulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam rangka meletakkan dasar ke arah perkembangan kecerdasan anak didik di Taman kanak-kanak perlu kreativitas guru dalam mengajar, membimbing dan melatih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak adalah masa dimana potensi-potensi dipotret. Usia ini

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak adalah masa dimana potensi-potensi dipotret. Usia ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa kanak-kanak adalah masa dimana potensi-potensi dipotret. Usia ini merupakan usia perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan perkembangan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Tematik merupakan implementasi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam

Lebih terperinci

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR Jolanda Srisusana Atmadjaja Jurusan Arsitektur FTSP Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian karya arsitektur dapat dilakukan melalui

Lebih terperinci

Aplikasi Teori Kombinatorial Dalam Penomeran Warna

Aplikasi Teori Kombinatorial Dalam Penomeran Warna Aplikasi Teori Kombinatorial Dalam Penomeran Warna Felix Terahadi - 13510039 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan

Lebih terperinci

II._TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses

II._TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses 6 II._TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses yang diaplikasikan pada proses pembelajaran. Pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang. diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang. diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak usia 0 6 tahun yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan bentuk pendidikan untuk rentang usia nol sampai dengan enam tahun, yang memiliki peran yang sangat penting untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan kondisi belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi

Lebih terperinci

Estetika Bentuk ARS1240 W A R N A. b@yu widiantoro. Progdi Arsitektur Fakultas Arsitektur dan Desain Unika Soegijapranata

Estetika Bentuk ARS1240 W A R N A. b@yu widiantoro. Progdi Arsitektur Fakultas Arsitektur dan Desain Unika Soegijapranata Estetika Bentuk ARS1240 W A R N A 01 b@yu widiantoro Progdi Arsitektur Fakultas Arsitektur dan Desain Unika Soegijapranata 1 Pengertian Warna Warna didefinisikan sebagai: Secara Fisik/ obyektif : sifat

Lebih terperinci

BAB III MASA ANAK-ANAK SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III MASA ANAK-ANAK SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teoritis BAB III MASA ANAK-ANAK SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS A. Implementasi Teoritis Penulis mengangkat karya yang bertemakan masa kanak-kanak dalam penciptaan karya seni grafis, karena masa

Lebih terperinci

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur. KALOR Tujuan Pembelajaran: 1. Menjelaskan wujud-wujud zat 2. Menjelaskan susunan partikel pada masing-masing wujud zat 3. Menjelaskan sifat fisika dan sifat kimia zat 4. Mengklasifikasikan benda-benda

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN SAINS ANAK MELALUI EKSPLORASI ALAM (SAWAH) DI TAMAN KANAK-KANAK HARAPAN BUNDA KABUPATEN SOLOK SELATAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN SAINS ANAK MELALUI EKSPLORASI ALAM (SAWAH) DI TAMAN KANAK-KANAK HARAPAN BUNDA KABUPATEN SOLOK SELATAN PENINGKATAN KEMAMPUAN SAINS ANAK MELALUI EKSPLORASI ALAM (SAWAH) DI TAMAN KANAK-KANAK HARAPAN BUNDA KABUPATEN SOLOK SELATAN Sustri Fatmawati Abstrak Kemampuan sains anak di TK Harapan Bunda Kabupaten Solok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, motorik dan sosio emosional. Berdasarkan Pemerdiknas No. 58. Standar Pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, motorik dan sosio emosional. Berdasarkan Pemerdiknas No. 58. Standar Pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan terjemahan dari kata-kata bahasa inggris Natural Science secara singkat sering disebut science. Natural artinya alamiah,

Lebih terperinci

: Campuran merah dan hitam membentuk suasana yang tegas dan. : Memperkuat gaya kontemporer dan oriental.

: Campuran merah dan hitam membentuk suasana yang tegas dan. : Memperkuat gaya kontemporer dan oriental. MERAH - Menebarkan keberanian dan energy. - Membuat suasana menjadi cerah, meriah dan penuh pesona. - Secara psikologis warna merah mempercepat aliran darah karena memicu detak jantung. - Menjadi daya

Lebih terperinci

PENGENALAN SAINS UNTUK ANAK TK DENGAN PENDEKATAN OPEN INQUIRY. Slamet Suyanto *

PENGENALAN SAINS UNTUK ANAK TK DENGAN PENDEKATAN OPEN INQUIRY. Slamet Suyanto * PENGENALAN SAINS UNTUK ANAK TK DENGAN PENDEKATAN OPEN INQUIRY Slamet Suyanto * Abstract. Indeed there is no science as an exclusive subject matter in the current kindergarten s curricullum; however, it

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan anak yang aktif dan sangat imajinatif serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan anak yang aktif dan sangat imajinatif serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan anak yang aktif dan sangat imajinatif serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Pada saat usia dini ini anak memiliki tingkat kecerdasan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS PADA ANAK USIA DINI

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS PADA ANAK USIA DINI IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS PADA ANAK USIA DINI Susdarwati Program Studi PG-PAUD, STKIP Modern Ngawi susdarwati88sains@gmail.com Abstrak Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini sangat perlu, hal ini dikarenakan pada usia itu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini sangat perlu, hal ini dikarenakan pada usia itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini sangat perlu, hal ini dikarenakan pada usia itu anak berada pada posisi keemasan (golden age). Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka Penelitian ini mengutip beberapa pendapat para ahli yang mendukung dan relavansi dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan dalam belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan dasar bagi siswa dalam mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang khas, dikatakan memiliki karakteristik yang khas dikarenakan mempunyai rasa ingin tahu yang

Lebih terperinci

PERANAN FINGER PAINTING TERHADAP KEMAMPUAN ANAK MENGENAL KONSEP WARNA DI KELOMPOK B TK NURUL ISLAM LAMBARA KECAMATAN TAWAELI

PERANAN FINGER PAINTING TERHADAP KEMAMPUAN ANAK MENGENAL KONSEP WARNA DI KELOMPOK B TK NURUL ISLAM LAMBARA KECAMATAN TAWAELI PERANAN FINGER PAINTING TERHADAP KEMAMPUAN ANAK MENGENAL KONSEP WARNA DI KELOMPOK B TK NURUL ISLAM LAMBARA KECAMATAN TAWAELI Rifka Gayatri 1 ABSTRAK Permasalahan dalam penulisan ini adalah adakah peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1. Ruang aktif. 3.1.1. Pengertian ruang aktif. Ruang aktif adalah ruang yang memilki berbagai macam kegiatan, didalam ruangan tersebut adanya perubahan interior atau eksterior

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Rasa Ingin tahu. a. Pengertian Rasa Ingin Tahu

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Rasa Ingin tahu. a. Pengertian Rasa Ingin Tahu 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Rasa Ingin tahu a. Pengertian Rasa Ingin Tahu Kegiatan belajar mengajar yang efektif diperlukan adanya suatu sikap rasa ingin tahu siswa terhadap materi pembelajaran.

Lebih terperinci

2.2 Aktivitas Belajar dengan Menggunakan Media Gambar. Aktivitas belajar menggunakan media gambar merupakan kegiatan, kesibukan,

2.2 Aktivitas Belajar dengan Menggunakan Media Gambar. Aktivitas belajar menggunakan media gambar merupakan kegiatan, kesibukan, 6 2.2 Aktivitas Belajar dengan Menggunakan Media Gambar Aktivitas belajar menggunakan media gambar merupakan kegiatan, kesibukan, keaktifan atau suatu kegiatan belajar yang dilaksanakan di tiap bagian

Lebih terperinci

8 Macam Nuansa Warna Interior Minimalis

8 Macam Nuansa Warna Interior Minimalis 8 Macam Nuansa Warna Interior Minimalis Apa yang harus anda ketahui mengenai trend interior di tahun 205 Kata Pengantar Hi, terima kasih sudah mendownload free ebook ini. Di ebook ini saya yakin anda akan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 55. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiyanto (2007: 1) bahwa Taman Kanak-kanak adalah pendidikan untuk anak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiyanto (2007: 1) bahwa Taman Kanak-kanak adalah pendidikan untuk anak BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pembelajaran Sains Di Taman Kanak-Kanak 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Sains Di Taman Kanak - Kanak Menurut Mardiyanto (2007: 1) bahwa Taman Kanak-kanak adalah pendidikan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR. perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu,

BAB II PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR. perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, BAB II PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR A. Pendekatan Keterampilan Proses Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Oleh karena itu setiap warga negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Kerangka Konsep Aktif Fashionable Berjiwa Muda Semangat Produktif Mapan Dewasa Merah Muda Organis Biru & Hijau Karakteristik Warna Bentuk Warna Wanita Urban Refresh TEA SPA

Lebih terperinci

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 57. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

Lebih terperinci

DIMENSI WARNA. DEDDY AWARD WIDYA LAKSANA, M.Pd

DIMENSI WARNA. DEDDY AWARD WIDYA LAKSANA, M.Pd DIMENSI WARNA DEDDY AWARD WIDYA LAKSANA, M.Pd Warna panas: adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di dalam lingkaran warna mulai dari merah hingga kuning Warna dingin, adalah kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah laku bahkan pola pikir seseorang untuk lebih maju dari sebelum mendapatkan pendidikan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN SAINS UNTUK ANAK PRASEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR AWAL

STRATEGI PEMBELAJARAN SAINS UNTUK ANAK PRASEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR AWAL STRATEGI PEMBELAJARAN SAINS UNTUK ANAK PRASEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR AWAL Eny Nur Aisyah PG-PAUD/KSDP/FIP Universitas Negeri Malang Abstrak Anak merupakan pembelajar aktif yang membangun pengetahuannya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 11. KLASIFIKASI BENDALATIHAN SOAL BAB 11

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 11. KLASIFIKASI BENDALATIHAN SOAL BAB 11 1. Perhatikan sifat-sifat zat berikut 1. Susunan partikel sangat teratur 2. Volume tetap 3. Bentuk berubah sesuai wadahnya 4. Jarak antar partikelnya sangat berjauhan 5. Partikel sulit meninggalkan kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Neng Dini Endang Dewi Krisnaningrum, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Neng Dini Endang Dewi Krisnaningrum, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada zaman era globalisasi kemajuan diberbagai bidang kehidupan begitu pesat, untuk dapat mengimbanginya maka haruslah dicetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang

Lebih terperinci

INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER

INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER PEWARNAAN Astrid Lestari Tungadi, S.Kom., M.TI. KOMPONEN WARNA Warna terbentuk dari: 1. Hue (Corak) 2. Intensity (Intensitas) 3. Saturation (Kejenuhan atau Jumlah Putih pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Fisika berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga fisika

Lebih terperinci

NIRMANA I (DKV114) Semester Gasal (G1) Progdi DKV RITME & W A R N A

NIRMANA I (DKV114) Semester Gasal (G1) Progdi DKV RITME & W A R N A NIRMANA I (DKV114) Semester Gasal (G1) Progdi DKV RITME & W A R N A 1 Irama / ritme (keselarasan) Gerak pengulangan atau gerak mengalir yang ajeg, teratur, terus menerus. Irama adalah suatu keteraturan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengembangkan dirinya. Oleh karena itu belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengembangkan dirinya. Oleh karena itu belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak lahir manusia telah mulai melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode eksperimen Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari atau melakukan sendiri, mengikuti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) 2.1.1.1 Pengertian IPA Sains berasal dari kata "science" yang berarti ilmu. sains adalah ilmu yang mempelajari lingkungan alam

Lebih terperinci

Warna ialah sifat cahaya yang ditentukan oleh panjang gelombang (atau oleh kandungannya sebagai paduan untuk beberapa panjang gelombang).

Warna ialah sifat cahaya yang ditentukan oleh panjang gelombang (atau oleh kandungannya sebagai paduan untuk beberapa panjang gelombang). Warna ialah sifat cahaya yang ditentukan oleh panjang gelombang (atau oleh kandungannya sebagai paduan untuk beberapa panjang gelombang). Julat panjang gelombang nampak untuk cahaya dikenali sebagai spektrum

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai

Lebih terperinci

PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP KEMAMPUAN SAINS ANAK KELOMPOK B

PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP KEMAMPUAN SAINS ANAK KELOMPOK B PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP KEMAMPUAN SAINS ANAK KELOMPOK B Eka Nita Octaria Rachma Hasibuan PG-PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya Jalan Teratai No.4 Surabaya 60136 (Email:ekanita@yahoo.com)

Lebih terperinci

II. METODOLOGI A. KERANGKA BERFIKIR

II. METODOLOGI A. KERANGKA BERFIKIR II. METODOLOGI A. KERANGKA BERFIKIR Dalam desain, terdapat beberapa sistem tanda yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah desain komunikasi visual lingkungan, berupa Sign

Lebih terperinci

PENGARUH WARNA RUANG KELAS TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK SANTA ANGELA BANDUNG

PENGARUH WARNA RUANG KELAS TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK SANTA ANGELA BANDUNG ISSN : 2355-9349 e-proceeding of Art & Design : Vol.3, No.3 December 2016 Page 1233 PENGARUH WARNA RUANG KELAS TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK SANTA ANGELA BANDUNG Yessi Dwipertiwi Sastradipura

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan adalah usaha sadar dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

Lebih terperinci

Dkv 114 NIRMANA I W A R N A. widiantoro

Dkv 114 NIRMANA I W A R N A. widiantoro Dkv 114 NIRMANA I W A R N A 01 b@yu widiantoro 1 Pengertian Warna Warna didefinisikan sebagai: Secara Fisik/ obyektif : sifat cahaya yang dipancarkan (panjang gelombang cahaya yang berbeda akan ditangkap

Lebih terperinci

ILMU ALAMIAH DASAR (IAD) NANIK DWI NURHAYATI, S. SI, M.SI Telp = (271) ; Blog =nanikdn.staff.uns.ac.

ILMU ALAMIAH DASAR (IAD) NANIK DWI NURHAYATI, S. SI, M.SI Telp = (271) ; Blog =nanikdn.staff.uns.ac. ILMU ALAMIAH DASAR (IAD) NANIK DWI NURHAYATI, S. SI, M.SI Telp = (271) 821585 ; 081556431053 Email : nanikdn@uns.ac.id Blog =nanikdn.staff.uns.ac.id SISTEM PENILAIAN QUIS : 30% TUGAS : 20 % UJIAN (UAS):

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan saluran atau media (Sardiman A.M., 2001: 7). Multimedia interaktif

BAB II LANDASAN TEORI. dan saluran atau media (Sardiman A.M., 2001: 7). Multimedia interaktif BAB II LANDASAN TEORI Interaksi berkaitan erat dengan istilah komunikasi. Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yang terlibat di dalamnya, yaitu komunikator, komunikan, pesan dan saluran atau media (Sardiman

Lebih terperinci

KOMPOSISI WARNA Semester Ganjil DKV - UNINDRA PGRI Dra. Winny Gunarti, M.Ds.

KOMPOSISI WARNA Semester Ganjil DKV - UNINDRA PGRI Dra. Winny Gunarti, M.Ds. KOMPOSISI WARNA Semester Ganjil 2014-2015 DKV - UNINDRA PGRI Dra. Winny Gunarti, M.Ds. Kombinasi/Komposisi Warna Adalah campuran/susunan warna-warna yang diatur untuk menciptakan warnawarna harmonis dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang dekat sekali dengan kehidupan manusia. Saat kita mempelajari IPA, berarti mempelajari bagaimana alam semesta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Usia Taman Kanak-Kanak Kelompok B merupakan salah satu rentang umur pada anak usia dini, yaitu usia 5 sampai 6 tahun. Masa ini memiliki peluang perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu saja menyangkut berbagai hal tidak terkecuali

Lebih terperinci

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI Ni Nyoman Ayu Surasmi 1 ABSTRAK Permasalahan pokok dalam penelitian ini

Lebih terperinci

KISI- KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU (UKG) Kompetensi Kompetensi Inti Guru (Standar Kompetensi) Kompetensi Guru Mapel (Kompetensi Dasar)

KISI- KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU (UKG) Kompetensi Kompetensi Inti Guru (Standar Kompetensi) Kompetensi Guru Mapel (Kompetensi Dasar) KISI- KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU (UKG) MATA PELAJARAN JENJANG : IPA : SMP Kompetensi Kompetensi Inti Guru (Standar Kompetensi) Kompetensi Guru Mapel (Kompetensi Pedagogik 1. Menguasai karakteristik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sangat berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebut Kosasih Djahiri (dalam Amri dan Ahmadi, 2010: 2) makna bahwa pendidikan harus dilakukan oleh usaha sadar manusia

I. PENDAHULUAN. tersebut Kosasih Djahiri (dalam Amri dan Ahmadi, 2010: 2) makna bahwa pendidikan harus dilakukan oleh usaha sadar manusia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya terorganisir, berencana dan berlangsung kontinyu (terus menerus sepanjang hayat) ke arah membina manusia/anak didik menjadi insan paripurna,

Lebih terperinci

45. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang

45. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang 45. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan oleh Conant (Pusat Kurikulum, 2007: 8) sebagai serangkaian konsep yang saling berkaitan

Lebih terperinci

ARTIKEL Tehnik Pecah Warna dalam Pembelajaran IPA

ARTIKEL Tehnik Pecah Warna dalam Pembelajaran IPA ARTIKEL Tehnik Pecah Warna dalam Pembelajaran IPA Disusun Oleh : 1. ASMAUL HUSNA NIM 172071200028 2. HUSNUL KHOTIMAH NIM 172071200022 JURUSAN PGMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO 2017 2018 1 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. a. Kajian tentang Pendidikan Anak Usia Dini, b. Kajian tentang Konsep Sains,

BAB II KAJIAN TEORI. a. Kajian tentang Pendidikan Anak Usia Dini, b. Kajian tentang Konsep Sains, BAB II KAJIAN TEORI Pada bagian berikut akan disajikan mengenai beberapa teori dan dasar pemikiran yang berkaitan dengan judul yang sudah penulis sampaikan diantaranya a. Kajian tentang Pendidikan Anak

Lebih terperinci

Rifqi Baihaqi. Abstrak. Pendahuluan. proses oleh otak. warna juga. yang. copyright

Rifqi Baihaqi. Abstrak. Pendahuluan. proses oleh otak. warna juga. yang. copyright Mengenal Istilah Warna Rifqi Baihaqi rifqi..baihaqi@raharja.info Abstrak Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menemukan berbagai warna yang sangat beraneka ragam. Tetapi, tahukah anda bahwa warna itu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA Kata IPA merupakan singkatan kata Ilmu Pengetahuan Alam. Kata-kata Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari kata-kata Bahasa Inggris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sains pada hakekatnya dapat dipandang sebagai produk dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sains pada hakekatnya dapat dipandang sebagai produk dan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sains pada hakekatnya dapat dipandang sebagai produk dan sebagai proses. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Carin dan Evans (Rustaman, 2003) bahwa sains

Lebih terperinci