BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan peraturan pemerintah (No.6/1960; No.7/1960) Sensus penduduk dilaksanakan setiap sepuluh tahun. Dalam pelaksanaannya, sensus penduduk menggunakan dua tahap, yaitu pencacahan lengkap dan pencacahan sampel. informasi yang lebih lengkap dikumpulkan dalam pencacahan sampel. ( diakses Kamis, 15/01/2017). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan berdasarkan data Susenas 2014 dan 2015, jumlah penduduk Indonesia mencapai 254,9 juta jiwa. Dari total tersebut, penduduk laki-laki mencapai 128,1 juta jiwa sementara perempuan sebanyak 126,8 juta jiwa. ( diakses Kamis, 15/01/2017) Tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia merupakan masalah besar bagi negara. Karena setiap orang yang lahir akan memunculkan persoalan, seperti pemenuhan kebutuhan dan juga dampak-dampak yang diakibatkan dari pertumbuhan penduduk tersebut. Dampak dari pertumbuhan penduduk ini dapat mempengaruhi dan menumbuhkan keluarga yang tidak berkualitas dan rendahnya kesejahteraan keluarga. Keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang terdiri dari suami istri dan anak-anak yang belum dewasa. Keluarga merupakan community primer yang paling penting dalam masyarakat. Community primer artinya ialah suatu kelompok dimana hubungan antara anggotanya sangat erat dan kekal. (Cholil Mansyur, 2005 :19) Untuk menciptakan keluarga yang sejahtera dan berkualitas, pemerintah bersama BKKBN mengharapkan pasangan suami istri untuk mengikuti program Keluarga Berencana. Melalui penyuluhan program Keluarga Berencana yang dilakukan oleh penyuluh, ibu rumah tangga akan diberitahu mengenai informasi tujuan KB, manfaat KB, jenis KB dan lainnya. Keluarga Berencana yaitu program yang menyerukan keluarga untuk memiliki dua anak saja. Keluarga Berencana merupakan program pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia. 1

2 GAMBAR 1.1 LOGO DAN SLOGAN BKKBN Sumber : diakses Sabtu, 07/01/2017 Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kehamilan dalam hubungan dengan umur suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. (BKKBN, 2009) Menurut Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Surya Chandra Surapaty, Keluarga Berencana mendidik dan mengarahkan masyarakat untuk memiliki perencanaan dalam keluarga, perencanaan usia ideal perkawinan bagi remaja, jarak ideal melahirkan, jumlah anak hingga pada perencanaan pendidikan, kesehatan dan ekonomi bagi keluarga. ( diakses Rabu, 04/01/2017) Tujuan dari program KB adalah memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa; mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa; memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR yang berkualitas; termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi. ( diakses Kamis, 05/01/2017) 2

3 Garut merupakan daerah yang memiliki kepadatan penduduk cukup tinggi. Secara umum, sumbangan jumlah penduduk paling besar diberikan oleh masyarakat desa. Hal tersebut terjadi karena masyarakat belum memahami manfaat dan pentingnya program Keluarga Berencana. Semakin padat penduduk di suatu daerah dan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap Keluarga Berencana, maka yang terjadi adalah memunculkan keluarga yang tidak berkualitas bahkan tidak sejahtera apalagi jika didukung dengan tidak seimbangnya mobilitas seperti aspek kesehatan, ekonomi, dan lapangan kerja sehingga dapat menimbulkan kemiskinan dan masyarakat yang tidak kondusif. GAMBAR 1.2 JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT TAHUN Sumber : Kependudukan.html/ diakses Selasa, 09/05/2017 Salah satu kecamatan di kabupaten Garut yang memiliki penduduk cukup padat adalah kecamatan Pameungpeuk. Kecamatan pameungpeuk memiliki 8 desa yaitu desa Pameungpeuk, desa Mandalakasih, desa Jati Mulya, desa Mancagahar, desa Paas, desa Sinarbakti, desa Bojong, dan desa Bojong Kidul. Walaupun sudah difasilitasi pelayanan untuk mengikuti program Keluarga Berencana, tetap saja masih 3

4 ada keluarga di kecamatan Pameungpeuk terutama desa Bojong yang belum mengikuti program Keluarga Berencana. Hal ini dikarenakan banyaknya berbagai faktor yang mempengaruhi pasangan suami istri untuk tidak ikut serta program KB, salah satunya adalah ketidakpahaman ibu rumah tangga terhadap manfaat dari program Keluarga Berencana. Di desa Bojong terdapat tiga kampung yang ibu rumah tangganya kurang berpartisipasi dalam program KB yaitu kampung Cipalahlar, kampung Cikuya, dan kampung Cikangkung. Berikut adalah data demografis desa Bojong menurut jumlah penduduk dan jumlah keluarga sejahtera periode tahun 2016 : TABEL 1.1 DEMOGRAFIS PENDUDUK DESA BOJONG TAHUN 2016 Jumlah Penduduk per Desember Laki-laki Perempuan Jumlah Kepala Keluarga 994 KK Jumlah Keluarga Sejahtera PRA-KS 355 KK PRA-KS (I) 370 KK PRA-KS (II) 170 KK PRA-KS (III) 95 KK PRA-KS III Plus - Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2017 Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat di desa Bojong masih banyak yang berada dalam kategori keluarga kurang sejahtera. Dengan adanya program Keluarga Berencana pemerintah ingin mewujudkan salah satunya yaitu menciptakan keluarga yang berkualitas agar kehidupannya sejahtera. Maka dari itu pemerintah mengimbau kepada masyarakat melalui BKKBN, dan penyuluh untuk ikut serta dalam program Keluarga Berencana. Di desa Bojong terdapat 1 penyuluh Keluarga Berencana. Penyuluh tersebut dibantu oleh ketua kader dan anggota kader dari setiap kampungnya. Dari satu 4

5 kampung terdiri 5 orang kader. Dalam hal ini penyuluh memiliki peran sebagai pihak pengelola pelaksanaan kegiatan program Keluarga Berencana, penggerak partisipasi masyarakat, pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana, dan mengembangkan kemitraan dengan berbagai pihak dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana. Dengan adanya penyuluh di desa Bojong diharapkan keluarga dan masyarakat luas menuju perubahan yang lebih baik, dari tidak mendukung menjadi mendukung program Keluarga Berencana, dari yang dulu tidak peduli menjadi peduli, dari yang dulu tidak mau berpartisipasi menjadi aktif berpartisipasi dalam program Keluarga Berencana. Dalam kegiatan penyuluhan program Keluarga Berencana, penyuluh menyampampaikan beberapa metode program Keluarga Berencana diantaranya adalah : Kondom, Pil, MOP (Medis Operatif Pria), MOW (Medis Operatif Wanita), UID (Intra Uterine Device), Implan, Suntik dan sebagainya. Dengan berbagai macam metode yang disampaikan oleh penyuluh, ibu rumah tangga berhak memilih metode mana yang akan digunakan. Memiliki keturunan memang merupakan hal yang sangat diinginkan bagi pasangan suami istri maupun keluarga besar. Namun memiliki keturunan dengan jumlah yang banyak akan menjadi ancaman bagi pasangan suami istri tersebut jika kehidupannya masih dibawah keluarga sejahtera. Masyarakat yang masih beranggapan jika banyak anak banyak rezeki, yang diartikan setiap anak yang lahir di dunia memiliki rezekinya masing-masing. Bahkan pemikiran agamis yang masih mengganggap jika KB itu hal yang haram untuk dilakukan. Selain itu, tingkat pendidikan yang masih rendah dilingkungan desa, membuat masyarakat kurang sadar terhadap program maupun kebijakan pemerintah seperti pembatasan jumlah penduduk dan program Keluarga Berencana. Peran penyuluh dalam mensosialisasikan program Keluarga Berencana sangat penting, apalagi jika sebagian masyarakatnya masih tidak ikut berpartisipasi dalam program Keluarga Berencana karena alasan masih memegang teguh pemikiran tradisional/budaya atau agama, yang menurutnya tidak boleh dilakukan. Sehingga seorang penyuluh harus bisa melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat maupun masyarakatnya dan meyakinkan bahwa program tersebut tidak bertentangan dengan agama dan memiliki banyak manfaat untuk keluarga. 5

6 TABEL 1.2 DATA KELUARGA BERENCANA DESA BOJONG TAHUN 2015 Peserta KB Bukan Peserta KB IUD (Intra Uterine Device) 47 MOP (Medis Operatif Pria) 0 MOW (Medis Operatif Wanita) 0 Implant Suntik 167 Pil 107 Kondom 7 Jumlah Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2017 Komunikasi merupakan aspek penting saat kegiatan penyuluhan. Ketika penyuluh dan ibu rumah tangga melakukan penyuluhan program Keluarga Berencana, penyuluh meyampaikan pesan menggunakan pendekatan komunikasi interpersonal. Menurut DeVito (1989) komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Effendy, 2003: 30). Pesan yang disampaikan oleh penyuluh juga harus mudah dipahami oleh ibu rumah tangga. Pada praktiknya penyuluh merupakan komunikator (orang yang menyampaikan pesan) dan ibu rumah tangga sebagai komunikan (orang yang menerima pesan). Saat kegiatan penyuluhan program Keluarga Berencana diharapkan terjadinya tindakan persuasif, dimana penyuluh dapat mengajak ibu rumah tangga untuk ikut berpartisipasi dalam program Keluarga Berencana. Dalam tataran antarpribadi, komunikasi berlangsung secara sirkuler, peran komunikator dan komunikan terus dipertukarkan. Karena itu, dikatakan bahwa kedudukan komunikator dan komunikan relatif setara. Proses ini lazim disebut dialog. Walaupun demikian, dalam konteks tertentu dapat juga terjadi monolog, hanya satu pihak yang mendominasi percakapan. Efek komunikasi antarpribadi 6

7 paling kuat diantara tataran komunikasi lainnya. Dalam komunikasi antarpribadi, komunikator dapat mempengaruhi langsung tingkah laku (efek kognitif) dari komunikannya, memanfaatkan pesan verbal dan nonverbal serta segera mengubah dan menyesuaikan pesannya apabila didapat umpan balik negatif. (Daryanto, 2012: 35) Metode yang dilakukan penyuluh dalam melakukan penyuluhan program Keluarga Berencana yaitu dengan cara konseling, datang ke setiap rumah warga (door to door), posyandu, maupun hari besar program KB. Dalam tataran komunikasi interpersonal, metode penyuluhan yang tepat adalah konseling dan door to door, karena dalam kegiatan komunikasi tersebut hanya terdiri dari dua orang saja, penyuluh sebagai komunikator dan ibu rumah tangga sebagai komunikan. Dengan jumlah peserta komunikasi tersebut diharapkan ibu rumah tangga maupun penyuluh saling terbuka dalam memberikan maupun menerima informasi. Konseling merupakan proses pemberian informasi objektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi antar pribadi (komunikasi interpersonal), teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut. ( diakses Selasa, 13/06/2017) Sedangkan penyuluhan secara door to door, dilakukan jika ibu rumah tangga tersebut memiliki masalah dalam program KB atau ingin berkomunikasi secara personal dengan penyuluh. Walaupun, kegiatan konseling dan door to door telah dilakukan kepada ibu rumah tangga di desa Bojong, tetap saja penyuluh masih menemukan hambatan saat melakukan penyuluhan program Keluarga Berencana, seperti yang sebelumnya dibahas. Masyarakat yang belum memahami secara keseluruhan mengenai program Keluarga Berencana dan masih memegang teguh pemikiran tradisional/budaya atau agama, yang menurutnya KB itu tidak boleh dilakukan. Keyakinan, pandangan dan cara berpikir yang masih kolot, membuat sebagian pasangan suami istri memiliki banyak anak tanpa memikirkan akibatnya. Mereka tidak berfikir panjang mengenai tanggung jawab pada anak mereka. Apakah anak yang telah lahir dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik, kesehatannya terjamin, makan dan minumnya cukup, serta tempat tinggal yang layak. Jangan 7

8 sampai seorang ibu melahirkan anak-anak yang lemah jasmani, ekonomi, ilmu dan agama. Karena secara tidak langsung anak yang terlahir merupakan generasi penerus bangsa. Meskipun agama islam menganjurkan untuk memiliki banyak keturunan, akan tetapi islam menginginkan keturunan yang memiliki kuliatas yang baik, melahirkan anak yang shaleh, berguna dan bermanfaat bagi sesama. Untuk mewujudkan keluarga dan anak-anak yang berkualitas, perlu perencanaan yang matang, setiap keluarga harus memperhitungkan anak yang mungkin lahir, karena kehadiran anak memerlukan banyak kebutuhan dan persiapan. Dengan mengatur jarak kelahiran, mempertimbangkan kondisi kesehatan ibu dan perkembangan anak. Apabila jarak terlalu dekat dan memiliki anak banyak, ibu tidak mempunyai kesempatan untuk merawat diri, menata rumah tangganya, dan tidak mempunyai peluang mencurahkan kasih sayangnya secara adil, sehingga memungkinkan anak merasa kurang kasih sayang dari ibunya. Adapun ketertarikan peneliti memilih meneliti mengenai proses komunikasi interpersonal penyuluh dan ibu rumah tangga dalam kegiatan penyuluhan program Keluarga Berencana di desa Bojong, Kabupaten Garut karena hingga saat ini peneliti masih melihat keluarga di desa Bojong yang belum ikut berpartisipasi dalam program KB, memiliki jumlah anak yang banyak sedangkan kehidupan mereka saja masih banyak yang belum sejahtera secara ekonomi dan hal tersebut bertolak belakang dengan visi program dan slogan Keluarga Berencana yaitu 2 Anak Cukup untuk menciptakan keluarga yang sejahtera. Selain itu, peneliti juga tertarik untuk membahas hambatan ketika penyuluh melakukan penyuluhan program Keluarga Berencana. Penentuan penyuluh dan ibu rumah tangga sebagai informan dalam penelitian ini dikarenakan dari awal hingga saat ini, pemerintah menekan pertumbuhan penduduk melalui program Keluarga Berencana lalu diserahkan pada penyuluh untuk melakukan sosialisasi/penyuluhan dan target dari programnya adalah perempuan terutama yang sudah berumah tangga. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mencari tahu dan merumuskan masalah mengenai Proses Komunikasi Interpersonal Penyuluh dan Ibu Rumah Tangga Dalam Kegiatan Penyuluhan Program Keluarga Berencana (Studi Kasus pada Penyuluh dan Ibu Rumah Tangga di Desa Bojong, Kabupaten Garut). 8

9 1.2 Fokus Penelitian Dari latar belakang diatas peneliti dapat merumuskan fokus penelitian ini adalah bagaimana proses komunikasi interpersonal dan hambatan komunikasi interpersonal, penyuluh dan ibu rumah tangga dalam kegiatan penyuluhan program Keluarga Berencana di desa Bojong, Kabupaten Garut. 1.3 Identifikasi Masalah Dari latar belakang diatas peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana proses komunikasi interpersonal penyuluh dan ibu rumah tangga saat penyuluhan, dalam kegiatan penyuluhan program Keluarga Berencana di desa Bojong, Kabupaten Garut? 2. Apa saja hambatan komunikasi interpersonal yang terjadi pada penyuluh dan ibu rumah tangga, dalam kegiatan penyuluhan program Keluarga Berencana di desa Bojong, Kabupaten Garut? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian dari identifikasi masalahdi atas, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Untuk mengetahui proses komunikasi interpersonal penyuluh dan ibu rumah tangga saat penyuluhan, dalam kegiatan penyuluhan program Keluarga Berencana di desa Bojong, Kabupaten Garut. 2. Untuk mengetahui apa saja hambatan komunikasi interpersonal yang terjadi pada penyuluh dan ibu rumah tangga, dalam kegiatan penyuluhan program Keluarga Berencana di desa Bojong, Kabupaten Garut. 1.5 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini meliputi kegunaan teoritis dan kegunaan praktis yang akan dijelaskan sebagai berikut: Kegunaan Teoritis Secara akademis, diharapkan penelitian ini dapat memperluas, memperkaya bacaan dan wawasan serta dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian 9

10 selanjutnya dengan tema sejenis. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah kajian pemikiran proses komunikasi interpersonal dalam perkembangan Ilmu Komunikasi, khususnya pada kegiatan komunikasi penyuluh Keluarga Berencana dan ibu rumah tangga Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, saran dan masukan kepada penyuluh, BKKBN maupun pemerintah daerah dalam penyusunan program Keluarga Berencana agar pasangan suami istri ikut serta dalam mewujudkan visi dan misi dari program tersebut. Selain itu, dapat dijadikan bahan masukan dan motivasi untuk penyuluh, BKKBN maupun pemerintah daerah agar semakin mengembangkan promosi program Keluarga Berencana, sehingga menjadi umpan balik (feedback) dalam meningkatkan jumlah peserta KB baru. 10