UJI MODIFIKASI ALAT PENGERING SEDERHANA DENGAN KOMODITI CABAI DAN PISANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UJI MODIFIKASI ALAT PENGERING SEDERHANA DENGAN KOMODITI CABAI DAN PISANG"

Transkripsi

1 UJI MODIFIKASI ALAT PENGERING SEDERHANA DENGAN KOMODITI CABAI DAN PISANG Oleh : AWAN FITRIATMAJA NIM PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2011

2 UJI MODIFIKASI ALAT PENGERING SEDERHANA DENGAN KOMODITI CABAI DAN PISANG Oleh : AWAN FITRIATMAJA NIM Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memproleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2011

3

4 ABSTRAK AWAN FITRIATMAJA. Uji Modifikasi Alat Pengering Sederhana Dengan Komoditi Cabai dan Pisang (dibawah bimbingan M.yamin). Penelitian ini dilatar belakangi oleh banyaknya buah cabai dan pisang yang mudah busuk dan dikeringkan dengan penjemuran langsung dengan sinar matahari sehingga kebersihan bahan sukar diawasi dan panas atau suhu tidak terus menerus sepanjang hari, sehingga lama penjemuran sukar ditentukan, penelitian ini membuat buah cabai dan pisang menjadi bahan uji komoditi alat pengering sederhana. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2011 sampai dengan bulan Juli 2011 bertempat di Laboratorium Pengolahan dan Laboratorium Kimia Analitik, Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Dalam analisis data penelitian ini menggunakan persamaan regresi, dengan dua metode pengering (menggunakan alat pengeringan sederhana dan menggunakan sinar matahari langsung). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa alat pengering sederhana berpengaruh besar terhadap pengeringan cabai dan pisang. Dimana dari hasil yang didapat kadar air yang menguap lebih bayak dibanding dengan pengeringan langsung. Dari berat awal cabai 100 gr menjadi 19,11 gr berat akhir, sedangkan berat awal pisang 100 gr menjadi 27,43 gr berat akhir.

5 RIWAYAT HIDUP Awan Fitriatmaja lahir di Samarinda, Kalimantan Timur, tanggal 27 Juni Merupakan anak ke-1 dari 3 bersaudara dari pasangan Sigit Prasetyo (Alm). Dan Emilia Rosa. Tahun 1990 memulai pendidikan di SDN 067 Smarinda Kalimantan Timur dan lulus pada tahun Kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (MTS) Normal Islam. dan lulus pada tahun 1999, selanjutnya meneruskan ke Sekolah Menengah Umum (SMU) Widya Praja Samarinda, dan lulus pada tahun Setelah itu melanjutkan pendidikan tingkat tinggi pada tahun 2008 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan, Jurusan Pengolahan Hasil Hutan. Tahun 2011 mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di UPTD- T2P Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, bulan Maret sampai dengan bulan Mei Sebagai syarat untuk memperoleh predikat Ahli Madya Diploma III Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan, penulis mengadakan penelitian dengan judul Uji Modifikasi Alat Pengering Sederhana Dengan Komoditi Cabai dan Pisang.

6 KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Karena atas berkat serta rahmat- Nya Penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan karya ilmiah ini. Laporan ini disusun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan memperoleh gelar Ahli Madya Diploma III (D3) Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Kedua orang tua dan seluruh keluarga besar tercinta yang telah memberikan doa serta dukungan, baik berupa moril maupun materil. 2. Bapak Ir.Wartomo,MP, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 3. Bapak Edy Wibowo Kurniawan,S.TP,MSc, selaku Ketua Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan. 4. Bapak M. Yamin,S.TP.M.S.i, selaku dosen pembimbing dalam penyusunan laporan karya ilmiah ini. 5. Bapak Anis Syauqi,S.TP.,M.Sc, selaku dosen penguji. 6. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh staf, Teknisi dan Administrasi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, khususnya Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan.

7 7. Irine Ramadhini yang selalu memberi warna dan motivasi dalam hidup saya, Semoga amal baik dan keikhlasannya akan mendapatkan pahala dari Tuhan yang Maha Esa. 8. Teman-teman satu angkatan yang saya banggakan. Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan laporan ini. Semoga proposal Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan penulis khususnya. Penulis

8 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv v vii ix x xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Batasan Masalah... 2 C. Tujuan Penelitian... 3 D. Hasil Yang Diharapkan... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Pengeringan (Drying)... 4 B. Tinjauan Umum Tentang Cabai... 8 C. Tinjauan Umum Tentang Pisang D. Kadar Air Bahan... 12

9 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Alat dan Bahan C. Prosedur Penelitian D. Parameter Yang Diamati E. Analisa Data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Speifikasi Alat Pengering B. Hubungan Alat Terhadap Pengeringan C. Penurunan Berat dan Kehilangan Kadar Air Pada Cabai dan Pisang D. Analisa Dengan Persamaan Regresi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

10 DAFTAR TABEL No Tubuh Utama Halaman 1. Kandungan Gizi Cabai Merah Segar Per 100 Gram Pengamatan Perbandingan Suhu Alat Pengering Sederhana dan Pengeringan Langsung Kehilangan Rata-Rata Kadar Air Bahan Pada Alat Sederhana Kehilangan Rata-Rata Kadar Air Bahan Pada Pengeringan Langsung Penurunan Berat dan Penguapan Kadar Air (%)... 25

11 DAFTAR LAMPIRAN No Tubuh Utama Halaman 1. Data Pengeringan Perhitungan Analisa Regresi Perhitungan Kadar Air... 37

12 DAFTAR GAMBAR No Tubuh Utama Halaman Rancangan Alat Pengering Alat Pengering Sederhana Yang Akan Dibuat Grafik Pengamatan Suhu Grafik Pengeringan Cabai Grafik Pengeringan Pisang Foto Dokumentasi... 38

13 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Bahan-bahan hasil pertanian merupakan bahan yang mudah rusak, sehingga setelah dipanen harus segera diberi perlakuan-perlakuan untuk memperpanjang masa simpannya. Teknologi-teknologi pengolahan diperlukan untuk mengolah dan menjadikan hasil pertanian tersebut menjadi bahan makanan yang dapat digunakan untuk menghasilkan makanan yang siap konsumsi dengan beraneka ragam olahan ataupun bahan baku untuk membuat suatu makanan. Hasil olahan bahan-bahan pertanian dapat berupa hasil atau hasil olahan yang masih memerlukan tahapan pengolahan lebih lanjut, yaitu hasil setengah jadi. Pengolahan hasil pertanian memerlukan penanganan yang baik agar dapat dijaga mutunya. Salah satu hasil pertanian yang rentan terhadap kerusakan fisiologi adalah cabai dan pisang. Cabai biasanya dipanen pada pagi hari, dalam kondisi yang demikian permukaan kulit cabai terkena embun sehingga menyebabkan tingkat kelembaban yang cukup tinggi. Kerusakan cabai disebabkan oleh kandungan airnya yaitu sekitar 90%, sehingga cabai basah tersebut harus dikeringkan agar tidak terjadi pembusukan. (Wiryanta, 2002). Salah satunya jalan agar mendapatkan cabai yang kering dan berkualitas adalah melalui proses pengeringan. Pengeringan merupakan salah satu cara dalam tekhnologi pangan yang dilakukan dengan tujuan pengawetan.

14 Pengeringan dapat dilakukan secara alami dan juga menggunakan alat pengering. Sedangkan pisang banyak mengandung protein yang kadarnya lebih tinggi dari pada buah-buahan lainnya, namun buah pisang mudah busuk. Untuk mencegah pembusukan dapat dilakukan pengawetan, misalnya dalam bentuk keripik, dodol, sale, anggur, dan lain-lain. Di Indonesia khususnya Kalimantan Timur sering terjadi cuaca tidak menentu, maka dari itu pengeringan cabai dan pisang memerlukan alat pengering yang sehingga tidak tergantung pada alam untuk mendapatkan hasil yang baik. B. Batasan Masalah Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan dan keterbatasan waktu yang ada maka penulis membatasi permasalahan pada: 1. Perbandingan suhu antara alat pengering secara sederhana dan pengeringan matahari langsung. 2. Menganalisa hasil pengeringan dan kadar air yang terbuang dengan menggunakan alat pengering sederhana. C. Tujuan Penelitan 1. Untuk mengetahui suhu pada alat pengering sederhana lebih baik atau tidak, jika dibanding dengan pengeringan matahari langsung. 2. Untuk mengetahui kadar air yang terbuang dengan menggunakan alat pengering sederhana.

15 D. Hasil Yang Diharapkan Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang: 1. Seberapa besar Suhu yang dihasilkan oleh alat pengering sederhana. 2. Hasil pengeringan dan seberapa besar kadar air yang terbuang dengan menggunakan alat pengering sederhana.

16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Pengeringan (Drying) Pengeringan adalah proses pemindahan kandungan air bahan dengan bantuan energi panas dari sumber panas dan dipindahkan dari permukaan bahan. Dasar proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara dari bahan yang dikeringkan. Penguapan ini dilakukan dengan menurunkan kelembapan udara dalam ruangan dan mengalirkan udara panas ke sekeliling bahan sehingga kandungan uap air bahan lebih besar dari pada tekanan uap air udara. Perbedaan tekanan ini menyebabkan terjadinya uap air dari bahan ke udara (terjadi proses penguapan yaitu dari air menjadi gas atau uap air ). (Rukmana, 1996) Keuntungan pengeringan adalah bahan awet dan volume bahan menjadi kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga menjadi berkurang. Banyak bahan-bahan yang dapat dipakai apabila telah dikeringkan, misalnya cabai dan lain sebagainya. Disamping keuntungan-keuntungannnya, pengeringan juga mempunyai beberapa kerugian yaitu karena sifat asal bahan yang dikeringkan dapat berubah, misalnya bentuknya, penurunan mutu, dan sebagainya. Kerugian lainnya juga disebabkan beberapa bahan kering perlu pekerjaan

17 tambahan sebelum dipakai, misalnya harus dibasahkan kembali sebelum digunakan. (Dewi, 2008) Pengeringan dapat berlangsung dengan baik jika pemanasan terjadi pada semua permukaan tersebut dan uap air yang diambil berasal dari semua permukaan bahan tersebut. Pengeringan merupakan proses mengurangi kadar air bahan sampai batas di mana perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti. Semakin banyak kadar air dalam suatu bahan, maka semakin cepat pembusukannya oleh mikroorganisme. Dengan demikian bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lebih lama dan kandungan nutrisinya masih ada. Akan tetapi misalnya pada ikan asin, dilakukan penggaraman terlebih dulu sebelum dikeringkan. Ini dilakukan agar spora yang dapat meningkatkan kadar air dapat dimatikan. (Anonim, 2008) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada 2 golongan, yaitu: 1. Faktor yang berhubungan dengan udara pengering,yang termasuk golongan ini adalah: Suhu: Makin tinggi suhu udara maka pengeringan akan semakin cepat. Kecepatan aliran udara pengering: Semakin cepat udara maka pengeringan akan semakin cepat. Kelembaban udara: Makin lembab udara, proses pengeringan akan semakin lambat.

18 Arah aliran udara: Makin kecil sudut arah udara terhadap posisi bahan, maka bahan semakin cepat kering. 2. Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan, yang termasuk golongan ini adalah: Ukuran bahan: Makin kecil ukuran benda, pengeringan akan makin cepat. Kadar air: Makin sedikit air yang dikandung, pengeringan akan makin cepat. Laju pengeringan tetap bergantung pada: a. Luas permukaan pengeringan b. Perbedaan kelembapan antara aliran udara pengeringan dengan permukaan basah. c. Koefisien pindah massa d. Kecepatan aliran udara. Fungsi Pengeringan antara lain: Membantu mengamankan hasil lepas panen Menjamin serta manjaga kontiunitas dan kestabilan harga Menjaga kontiunitas suplai dan dapat merambah pasar international. Menambah devisa negara dan penghasilan petani Mengembangkan industri hasik pengeringan

19 Macam-macam pengeringan Cara pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: Alat pengering buatan (Artificial drying), mempunyai keuntungan karena suhu dan aliran udara dapat diatur sehingga waktu pengeringan dapat ditentukan, dan kebersihannya dapat diawasi. Proses pengeringan dengan cara ini sangat cepat, maka warna dan kerusakan kualitas yang ditimbulkan sangat kecil. Penjemuran langsung (sun drying), memberikan keuntungan energi panas yang digunakan murah dan berlimpah, tetapi menimbulkan kerugian karena panas sinar matahari tidak terus-menerus sepanjang hari, dan kenaikan suhu tidak dapat diatur sehingga lama penjemuran sukar ditentukan. Hal ini disebabkan jumlah energi panas yang jatuh kepermukaan bumi biasanya tidak tetap. Selain itu karena penjemuran dilakukan ditempat terbuka yang langsung berhubungan dengan sinar matahari, maka kebersihan bahan yang dijemur sukar diawasi. B. Tinjauan Umum Tentang Cabai Cabai merah (Capsium annum var. Longum) merupakan suatu komoditas sayuran yang tidak dapat ditinggalkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Tanaman cabai berasal dari daratan Amerika Tengah hingga Amerika Selatan dan Peru. Cabai dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu Cabai besar (Capsicum annum L.) dan Cabai kecil atau rawit (Capsicum

20 frutescens L.). Tanaman cabai dapat tumbuh dengan baik pada suhu sekitar C. Suhu optimum untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif adalah sekitar C.(Wiryanta, 2002) Tanaman ini juga menyebar keseluruh Eropa. Orang Eropa-lah yang lalu menyebrkannya keseluruh dunia. Bangsa Portugis, yang kemudian diikuti oleh Bangsa Belanda, antara lain menyebarkannya ke Indonesia. Tanaman cabai merah merupakan jenis palawija yang dapat tumbuh dengan baik di daerah tropik dan subtropik. Umumnya tanaman cabai tumbuh di dataran rendah seperti persawahan dan ladang. Jenis dari cabai merah sangat bervariasi, namun yang umum dikonsumsi adalah cabai jenis keriting. Cabai merah keriting ini memiliki banyak keunggulan di antaranya memiliki tekstur kulit yang tipis dan memiliki banyak isi. Buah cabai banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, baik keperluannya untuk memasak maupun untuk keperluan lainnya. Cabai merah memiliki dua komponen kimia yang penting yaitu capsaicin yang memberikan rasa pedas, dan capsantin yang memberikan warna merah pada cabai. Upaya untuk mendapatkan hasil cabai kering yang berkualitas dan tahan lama yaitu dengan pengeringan. Cabai dikeringkan dengan cara penjemuran atau cara pengeringan mekanis. Pengeringan cabai dapat dilakukan dengan suhu sekitar 60 C dalam waktu jam. Cabai dapat dikeringkan dalam bentuk utuh atau dibelah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cabai yang dibelah pengeringannya lebih cepat dibandingkan dengan cabai utuh. Pengeringan dengan alat pengering lebih baik dibandingkan

21 dengan penjemuran. Untuk mencapai kadar air 5 8%, cabai utuh membutuhkan waktu pengeringan jam, sedangkan cabai belah membutuhkan waktu jam. Hasil cabai kering berkisar antara 40-50%, susut berat 50-60% dihitung dari berat cabai bersih. (Adhi.2008). Pengeringan secara mekanis atau dengan alat untuk mendapatkan cabai yang kering dengan suhu yang dicapai 54 C maka waktu yang dibutuhkan sekitar 5-7 hari dengan kadar air 10-13%. Cabai mengandung gizi berupa protein dan vitamin yang berguna bagi tubuh, seperti yang terlihat di tabel dibawah ini Tabel 1. Kandungan Gizi Cabai Merah Segar Per 100 Gram No Kandungan Gizi Satuan 1. Kalori 31,0 kal 2. Protein 1,0 gram 3. Lemak 0,3 gram 4. Karbohidrat 7,3 gram 5. Kalsium 29,0 gram 6. Fosfor 24,0 gram 7. Besi 0,5 mg 8. Vitamin A 470 (SI) 9. Vitamin C 18,0 mg 10. Vitamin B1 0,05 mg 11. Vitamin B2 0,03 mg 12. Niasin 0,20 mg 13. Kapsaikin 0,1-1,5% 14. Pektin 2,33% 15. Pentosa 8,57% 16. Pati 0,8-1,4% Dari bebagai sumber, diolah (Wiryanta, 2002)

22 Cabai memiliki manfaat untuk kesehatan manusia. Antara lain menambah nafsu makan, melarutkan lendir di tenggorokan, mengobati perut kembung, dan mempercepat metabolisme tubuh. Selain itu, cabai yang sudah diolah mengandung vitamin A yang lebih besar daripada kandungan vitamin A pada wortel. Bahkan masakan yang dicampuri cabai mampu membakar kalori hingga 25 persen. Pemanfaatan cabai dalam dunia farmasi yaitu sebagai campuran dalam pembuatan obat luar (obat gosok, penghilang rasa gatal dan pegal-pegal), caranya dengan mencampur bagian dari cabai yang memiliki rasa pedas dengan bahan utama pembuatan obat-obatan. C. Tinjauan Umum Tentang Pisang Indonesia termasuk penghasil pisang terbesar di Asia yaitu 50 % dari hasil pisang di Asia. Dari 3,3 juta tanaman pisang setahun, 2,2 juta tanaman menjadi tanaman rakyat sedangkan 1,1 juta ton buah terbuang akibat hama penyakit dibiarkan membusuk tanpa ada usaha pengawetan. Produksi yang melimpah sebenarnya sangat menguntungkan karena disamping untuk memenuhi kebutuhan gizi juga dapat dijadikan komoditas ekspor yang mampu memberikan devisa bagi Negara. Pisang banyak dijumpai hampir di seluruh daerah Indonesia. Namun, pemanfaatnya masih sebatas sebagai buah-buahan. Daya tahan penyimpanan buah sarat gizi ini tentunya menjadi singkat, dan perlu dijadikan suatu produk yang awet ditinjau dari segi kandungan gizi, variasi pemanfaatannya dan ketahanan penyimpanan. Sale pisang merupakan satu bentuk pengolahan buah

23 pisang dengan proses pengeringan. Sale pisang umumnya terbuat dari jenis pisang ambon, pisang raja, dan pisang mas. Ciri dari sale pisang yang berkualitas baik yaitu sale berwarna kuning kecoklatan, cita rasa dan aroma yang asli, tahan disimpan selama 6 bulan, tidak ditumbuhi jamur, kadar air 15-20%. (Suharto, 1991). Pengolahan sale pisang dengan cara pengeringan tradisional dilakukan dengan cara menjemur di bawah sinar matahari. Pada musim penghujan pengolahan sale pisang cara tradisional menghasilkan sale yang kurang bagus karena sale kurang berwarna cerah dan kurang menarik, yaitu kehitamhitaman. Warna sale pisang yang baik adalah coklat. Teknologi pembuatan sale dengan menggunakan alat pengering sangat diperlukan untuk memperbaiki mutu sale pisang. Pengeringan sale yang dilakukan dengan alat pengering lebih menguntungkan dibanding dengan sinar matahari karena waktu yang diperlukan lebih pendek dan pada prosesnya lebih terjamin kebersihannya. D. Kadar Air Bahan Kadar air bahan menunjukkan banyaknya kandungan air persatuan bobot bahan dan biasanya dinyatakan dalam satuan persen. Ada dua metode dalam menyatakan kadar air bahan yaitu kadar air basis basah dan kadar air basis kering. Kadar air basis basah merupakan perbandingan antara berat air terhadap berat bahan total (berat bahan kering dan berat air). Sedangkan kadar air basis kering merupakan perbandingan berat air terhadap berat bahan kering mutlak.

24 Dalam penentuan kadar air bahan hasil pertanian biasanya dilakukan berdasarkan basis basah. Namun dalam suatu analisis bahan, biasanya kadar air bahan ditentukan berdasarkan sistem basis kering. Hal ini disebabkan karena perhitungan berdasarkan basis basah mempunyai kelemahan yakni basis basah bahan selalu berubah-ubah setiap saat. Kalau berdasarkan basis kering hal ini tidak akan terjadi karena basis kering bahan selalu tetap. (Taib, 1988 dalam rahmad, 2001).

25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan. 2. Waktu Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 1 bulan, terhitung mulai bulan juni sampai dengan bulan Juli B. Alat dan bahan Alat yang digunakan dalam membuat alat pengering yaitu : pisau, staples tembak, pahat, amplas, bor listrik, palu, gergaji, meteran, spidol, dan timbangan analitik. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu : cabai, pisang, kayu, paku, plastic bening, kawat jaring, seng, dan pipa.

26 C. Prosedur kerja Gambar 3.1 Rancangan alat pengering

27 Gambar 3.2 Alat pengering sederhana yang akan dibuat

28 1. Pengeringan bahan ada 2 sampel yaitu: Cabai Cara kerja: a. Cabai merah yang sudah dibersihkan kemudian ditimbang dan tanpa belah b. Cabai kemudian siap untuk dikeringkan selama 3 hari. Pisang Cara kerja: a. Kupas kulit pisang yang telah tua dan matang. b. Kemudian pisang dibelah menjadi dua bagian. c. Pisang kemudian siap untuk dikeringkan selama 3 hari. D. Parameter Yang Diamati Pada penelitian ini parameter yang diamati adalah perbandingan suhu dan penurunan berat bahan yang telah dikeringkan dengan menggunakan alat pengering sederhana dan pengeringan matahari langsung. E. Analisa Data Analisa data ini menggunakan persamaan regresi, dengan dua metode pengeringan (menggunakan alat pengering sederhana dan menggunakan sinar matahari langsung). Dari penggunaan persamaan regresi adalah memperkirakan nilai dari variabel tak bebas.

29 Contoh : Y = ɑ + b X Dimana ɑ = Y pintasan, (nilai Y bila X = 0) b = Kemiringan dari garis regresi (kenaikan atau penurunan Y untuk setiap perubahan satu-satuan X ) atau koefisien regresi, mengukur besarnya pengaruh terhadap Y kalau X naik satu unit. X = Nilai tertentu dari variabel bebas Y = Nilai yang diukur/dihitung pada variabel tidak bebas.

30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Spesifikasi Alat Pengering Sederhana Spesifikasi Keterangan Nama Alat Pengering surya sederhana Luas Rak (1) (2) (3) (2400 cm 2 ) (3040 cm 2 ) (3680 cm 2 ) Jumlah Rak 3 tingkat Warna lantai Hitam Bentuk Atap Persegi panjang Panjang 80 cm Tinggi 60 cm Luas lubang udara masuk 9 cm 2 Luas lubang udara keluar 9 cm 2 Sumber energi panas Matahari Suhu maksimum (Hasil penelitian) 60 Penutup/dinding Plastik transparan Jarak antar Rak 15 cm B. Analisa Perbandingan Suhu Pengujian modifikasi rancang alat pengering sederhana adalah untuk menganalisa kinerja dan membandingkan dengan pengeringan surya biasa. Pengeringan yang dibutuhkan sekitar 3 hari. penjemuran dilakukan jam Wita sampai jam Wita setiap harinya, sedangkan pengamatan dilakukan setiap 2 jam dalam 1 hari, yaitu : Pukul 12.00, pukul 14.00, pukul Pada penelitian ini cabai terlebih dahulu dibersikan dari kotorankotoran yang dapat menurunkan kualitas dari cabai kering. Sedangkan pisang,

31 dikupas kulitnya kemudian dibelah menjadi dua lalu jemur kedua sampel. Berikut adalah data yang diperoleh pada pengamatan. Tabel 4.1 Pengamatan perbandingan suhu antara alat pengering sederhana dan pengeringan langsung. Pengamatan Jenis pengeringan Jam ke SS SL * SS : Alat pengering surya sederhana * SL : pengering surya langsung

32 Dari dataa yang ada diatas kemudian dibuat grafik dengan membandingkan antara suhu pada alat pengering sederhana dan pada pengeringan matahari langsung. Suhu SS SL Gambar 4.1 Grafik pengamatan suhu Grafik di atas kita lihat bahwa pengambilan data dilakukan selama 9 kali pengamatan, dilakukan selama 3 hari. Pada grafik di atas juga dapat dilihat bahwa suhu tidak konsisten, hal ini disebabkan karena kondisi cuaca yang berubah atau sebab-sebab lain seperti terhalang awan sehingga menghalangi radiasi matahari sampai ke pengeringan. Dari hasil penelitian yang pertama cabai dan pisang dimasukkan pada jam Wita. Termometer pada alat pengering menunjukkan suhu di dalam dan di luar samaa hal ini disebabkan karena udara yang berada di luar ikut masuk ke dalam sehingga terjadi keseimbangan. Kemudian setelah selang dua

33 jam dari awal memasukkan cabai dan pisang seperti yang dapat dilihat pada grafik 4.1 bahwa suhu di luar lebih rendah dibandingkan dengan suhu yang ada di dalam yaitu suhu luar 44 C dan suhu di dalam 52 C. Perbedaan suhu yang ada di dalam dan di luar ini diakibatkan karena adanya plat hitam yang memantulkan panas, sedangkan di luar hanya terjadi pemanasan biasa, oleh karena itu suhu luar dan suhu dalam jauh berbeda.. Hari kedua pada penelitian pertama yaitu suhu terus meningkat dan suhu tertinggi terjadi pada jam Wita. Pada jam Wita suhu di luar mencapai 39 C dan suhu di dalam mencapai 65 C.. Kemudian pada jam-jam berikutnya suhu menurun secara berlahan sampai pada jam Wita suhu mencapai 32 C di luar dan 41 C di dalam, diperkirakan suhu lebih tinggi dibanding kemarin. Dan pada pengamatan ketiga yaitu suhu tertinggi baik yang ada di luar maupun yang ada di dalam terjadi pada jam Wita yaitu 43 C di luar dan 59 C untuk yang di dalam. Kemudian pada jam-jam berikutnya pengamatan sampai jam Wita suhu menurun dibandingkan pada jam-jam sebelumnya.

34 Nilai Rata-Rata Pengeringan Tabel 4.2 Kehilangan rata-rata kadar air bahan pada alat surya sederhana. Jam ke Pengeringan Cabai (gr) ,14 62, ,56 40,03 33,63 24,02 20,56 19,11 Pisang (gr) ,55 61,41s 60,09 41,51 34,23 31,72 28,55 27,73 27,43 Tabel 4.3 Kehilangan rata-rata kadar air bahan pada pengeringan surya langsung. Jam ke Pengeringan Cabai (gr) ,04 76,63 74,85 70,19 65,37 62,81 54,16 51,76 44,49 Pisang (gr) ,82 55,20 53,90 38,01 33,98 32,30 30,53 29,81 28,71

35 Dari data yang diperoleh di atas kemudian dibuat grafik sebagai berikut: Penurunan Berat Cabai (alat) Cabai (para-para) Gambar 4.2 Grafik pengeringan cabai Grafik diatas menunjukkan cabai yang dijemur menggunakan alat lebih cepat turun beratnya. Hal ini dikarenakan cahaya yang masuk ke alat lalu dipantulkan oleh seng hitam pada alas alat, sehingga suhuu di dalam alat menjadi panas. Tekanan udara yang panas akhirnya keluar lewat lubang udara membawa uap-uapp air.

36 120 Penurunan Berat Pisang (alat) Pisang (para-para) Gambar 4.3 Grafik pengeringan pisang Grafik di atas menunjukkan bahwa pisang yang dijemur menggunakan alat tidak jauh berbeda dengan yang dijemur langsung, hal ini karena ukuran bahan yang agak tebal. Selain itu juga suhu alat yang panas menyebabkan permukaan pisang cepat kering, sehingga kandungan air di dalam pisang susah untuk keluar.

37 C. Penurunan berat Dan kehilangan Kadar Air Pada Cabai danpisang Berdasarkan hasil pengamatan, berat cabai merah awal 100 gr untuk masing-masing sampel. Setelah dikeringkan selama 3 hari berdasarkan pengamatan selama 18 jam berat masing-masing sampel adalah : Tabel 4.4 Penurunan Berat dan Penguapan kadar Air (%) Jenis Bahan Massa Awal (gr) Massa Akhir (gr) Kadar air yang menguap (%) Cabai (alat) ,11 80,89 Cabai (para-para) ,49 55,51 Pisang (alat) ,43 72,57 Pisang (para-para) ,72 71,28 Dari tabel 4.4 dapat dilihat perubahan berat cabai dan pisang setelah dikeringkan.pada penelitian ini menunjukkan bahwa cabai dan pisang yang dikeringkan dengan menggunakan alat pengering selama 3 hari (18 jam), cabai dan pisang yang lebih cepat kering, kadar air yang berkurang mencapai 80,89% pada cabai dan 55,51% pada pisang D. Analisa Dengan Persamaan Regresi Tujuan utama dari penggunaan persamaan regresi adalah memperkirakan nilai dari variable tak bebas pada nilai variable bebas tertentu. Dari data yang tersaji pada tabel 4.2 dan tabel 4.3 dilakukan analisa Regresi hubungan antara ramalan waktu dan berat pada pengeringan. Jika besarnya ramalan periode waktu (jam) pengeringan dinaikkan 20 ( X = 20), maka:

38 Y = 20,08 + (-0,23) (20) = 15,48 Pengeringan cabai dengan menggunakan alat akan turun menjadi 15,48 gr. Y = 34,32 + (-0,37) (20) = 41,72 Pengeringan cabai dengan menggunakan matahari langsung turun menjadi 41,72 gr. Y = 20,2 + (-0,23) (20) = 15,6 Pisang yang dikeringkan dengan menggunakan alat turun menjadi 15,6 gr. Y = 19,86 + (-0,23) (20) = 15,26 Pisang yang dikeringkan dengan menggunakan alat turun menjadi 15,26 gr.

39 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan hasil pembahasan di bab IV, dapat disimpulkan bahwa: 1. Pengeringan dengan menggunakan alat pengering sederhana ini lebih baik jika dibandingkan dengan pengeringan matahari langsung karena alat ini mampu mengeringkan lebih cepat. 2. Alat pengering ini juga dapat menjaga bahan yang dikeringkannya dari debu dan kotoran, karena seluruh permukaannya tertutup. 3. Alat pengering sederhana ini dapat dijadikan salah satu alat alternatif untuk mengeringkan hasil pertanian lainnya. B. Saran 1. Pada pengambilan data sebaiknya ada alat pengukur kelembaban dan pengukur kecepatan angin pada ruang pengeringan. 2. Pada pembuatan rangka alat sebaiknya jangan menggunakan kayu yang masih basah, karena pada saat proses penjemuran bahan, rangka kayu akan mengelami penyusutan yang menyebabkan terjadinya celah pada pintu alat. 3. Untuk pengeringan buah pisang perlu dikaji lebih lanjut.

40 DAFTAR PUSTAKA Anonim, Metode Pengeringan. Buletin Teknopro Holtikultura edisi 69. Adhi Seri Agribisnis Cabai. Penebar Swadaya. Depok Dewi Teknologi Hasil Pertanian. Alfabeta. Bandung Rukmana, Uji Performansi Alat Pengering Energi Surya Pada Umbi Kentang. Skripsi jurusan teknik pertanian. Fakultas teknologi pertanian. UB Rohani, Rancang Bangun Sistem Pengering Cabai Merah Secara Elektrik. Libray Universitas Negeri Semarang Rukmana, Seri Budi Daya Cabai Hibrida Sistem Mulsa Plastik. Kanisius. Yogyakarta Suharto Tekninologi Pengawetan pangan. Melton Putra. Jakarta Supranto Statistik Teori dan Aplikasi. Penerbit Erlangga. Jakarta Taib, G Said, W Operasi Pengering pada pengolahan Hasil pertanian. P.T Melton putra. Jakarta Wiryanta Bertanam Cabai Pada Musim Hujan. AgroMedia Pustaka, Jakarta

41 Lampiran 1: Data pengeringan a) Pengeringan cabai dan pisang menggunakan alat Tabel 1: Nilai rata-rata pengeringan (Alat) Pengeringan Periode waktu (jam) Cabai (gr) Pisang (gr) Rata-Rata U1 U2 U3 U1 U2 U3 Rata-Rata 0 0 jam jam 75,25 68,94 66,25 70, ,73 69,56 73, jam 64,70 60,42 63,33 62,81 59,52 66,53 58,20 61, jam 61,18 58,47 62,55 60,73 58,34 65,32 56,63 60, jam 49,06 50,69 51,90 50,56 41,02 44,27 39,25 41, jam 36, ,90 40,03 34,33 36,27 32,10 34, jam 31,45 34,40 35,06 33,63 32,26 33,12 29,80 31, jam 22,35 22,86 26,85 24,02 29,89 29,05 26,72 28, jam 20,68 19,17 21,83 20,56 29,18 28,03 25,99 27, jam 20,29 18,01 19,03 19,11 28,98 27,73 25,60 27,43

42 b) Pengeringan cabai dan pisang dengan matathari langsung Tabel 2: Nila rata-rata pengeringan dengan matahari langsung Pengeringan Periode waktu (jam) 0 jam 2 jam 4 jam 6 jam 8 jam 10 jam 12 jam 14 jam 16 jam 18 jam Cabai (gr) ,04 76,63 74,85 70,19 65,37 62,81 54,16 51,76 44,49 Berat Pisang (gr) ,82 55,20 53,90 38,01 33,98 32,30 30,53 29,81 28,71 c) Suhu pada pengeringan Tabel 3: Nilai rata-rata suhu pada saat pengeringan Pengamatan Jenis pengeringan Jam ke SS SL

43 Lampiran 2: Perhitungan analisa Regresi Cabai (1) Pengeringan dengan menggunakan alat: X ,14 62,81 60,73 50,56 40,03 33,63 24,02 20,56 19,11 Y X Y = berat bahan yang dikeringkan = waktu pengeringan Jika besarnya ramalan periode waktu (jam) pengeringan dinaikkan 20 ( X = 20), maka dapat dihitung menjadi sebagai berikut: X Y X 2 XY (1) (2) (3) (4) ,14 62,81 60,73 50,56 40,03 33,63 24,02 20,56 19, , , , , , ,97 576,96 422, ,28 251,24 364,38 404,48 400, ,28 328,96 343,98 =481,59 X = 48,19 =90 Y = 9 = 29207,38 = 2973,46 = ( ) = 10 (2973,46) (481,59)(90) 10(29207,38) (481,59) = 13608, ,87 = 0,23

44 Coba dicek: = = 1360, ,487 = 0,23 = Y X = 9 0,23 (48,19)= 9 (-11,08) = 20,08 Yˈ = + =20,08+( 0,23)20)=15,48 (2) Pengeringan dengan menggunakan matahari langsung: X ,0 4 76,6 3 74,8 5 70,1 9 65,3 7 62,8 1 54,1 6 51,7 6 44,4 9 Y X Y X 2 XY (1) (2) (3) (4) ,04 76,63 74,85 70,19 65,37 62,81 54,16 51,76 44, , , , , , , , , , ,08 306,52 447,78 561,52 635,7 753,72 758,24 828,16 800,82 =684,3 = 90 =49271,13 = 5260,54 b = X = 68,43 Y = 9 (,!)" ( #!,$)(%) (!%&,$)" ( #!,$) ' = " #%#,!!!!,# = 0,37

45 Coba dicek: = = 898, ,48 = 0,37 = Y X = 9 ( 0,37 (68,43))= 9 ( 25,32)= 34,32 Yˈ = + =34,32+( 0,37)20)=41,72 Pisang (1) Pengeringan pisang dengan mengunakan alat: X ,55 61,41 60,09 41,51 34,23 31,72 28,55 27,73 27,43 Y b = X Y X 2 XY (1) (2) (3) (4) ,55 61,41 60,09 41,51 34,23 31,72 28,55 27,73 27,43 = 486,22 X = 48, = 90 Y = , , , , , ,15 815,10 768,95 752,40 ($!,!)" (!#,)(%) (%#,%)" (!#,) ' = " $, $#&%, = 0, ,1 245,64 360,54 332,08 342,3 380,64 399,7 443,68 493,74 =29028,95 =3145,42 Coba dicek: = = 1230, ,96 = 0,23

46 = Y X = 9 ( 0,23 (48,62))= 9 11,20= 20,2 Yˈ = + =20,2+( 0,23)20)=15,6 (2) Pengeringan pisang menggunakan matahari langsung: X ,82 55,20 53,90 38,01 33,98 32,31 30,53 29,82 28,72 Y b = X Y X 2 XY (1) (2) (3) (4) ,82 55,20 53,90 38,01 33,98 32,30 30,53 29,81 28,71 = 472,26 X = 47, = 90 Y = , , , , , ,29 932,08 888,64 824,26 10(3136,48)" (472,26)(90) = "11138,6 = 10(27114,75)" (472,26) 2 0, ,64 220,8 323,4 304,08 339,8 387,6 427,42 476,96 516,78 2 = 27114,75 = 3136,48 Coba dicek: b= X +Y + X + = 1113, ,8 = 0,23 a = Y bx = 9 ( 0,23) (47,226)= 9 ( 10,86)= 19,86 Yˈ = a+bx=19,86+( 0,23)(20)=15,26

47 Lampiran 3: Perhitungan kadar air a) Pengeringan cabai dengan menggunakan alat: 100"19,11 100%=80,89% 100 b) Pengeringan cabai dengan matahari langsung: 100"44,49 100%=55,51% 100 c) Pengeringan pisang dengan menggunakan alat: 100"27,43 100%=75,57% 100 d) Pengeringan pisang dengan menggunakan matahari langsung: 100"28,71 100%=71,29% 100

48 Lampiran 4: Foto Dokumentasi Gambar 1. Pembuatan kerangka alat Gambar 2. Pengamplasan rangka alat

49 Gambar 3. Pemasangan kawat pada Rak Gambar 4. Pemasangan plastik penutup

50 Gambar 5. Termometer untuk mengukur suhu Gambar 6. Alat pengering sederhana tampak atas

51 Gambar 7. Alat pengering sederhana tampak depan Gambar 8. Alat pengering sederhana tampak samping

52 Gambar 9. Persiapan bahan untuk dikeringkan Gambar 10. Persiapan proses penjemuran

53 Gambar 11. Penjemuran bahan menggunakan alat pengering sederhana dan matahari langsung. Gambar 12. Penimbangan bahan setelah dikeringkan

54 Gambar 13. Bahan yang dikeringkan Gambar 14. Bahan yang telah dikeringkan

55 Gambar 15. Cabai hasil pengeringan menggunakan alat Gambar 16. Pisang yang telah dikeringkan dengan alat

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki lahan pertanian cukup luas dengan hasil pertanian yang melimpah. Pisang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih bertumpu pada beras. Meskipun di beberapa daerah sebagian kecil penduduk

BAB I PENDAHULUAN. masih bertumpu pada beras. Meskipun di beberapa daerah sebagian kecil penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cakupan pangan di Indonesia secara mandiri masih merupakan masalah serius yang harus kita hadapi saat ini dan masa yang akan datang. Bahan pokok utama masih bertumpu

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 38 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah pembuatan alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai merah besar (Capsicum Annum L.) merupakan komoditas yang banyak mendapat perhatian karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Buahnya dapat digolongkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

KAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR. Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal

KAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR. Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal KAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi Jl. Samarinda Paal Lima Kota Baru Jambi 30128

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang melimpah. Dalam sektor pertanian, Indonesia menghasilkan berbagai produk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang melimpah. Dalam sektor pertanian, Indonesia menghasilkan berbagai produk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Dalam sektor pertanian, Indonesia menghasilkan berbagai produk hortikultura seperti

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama dalam penyimpanannya membuat salah satu produk seperti keripik buah digemari oleh masyarat. Mereka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buahnya. Dilihat dari bentuk daun dan buah dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu Cayene

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buahnya. Dilihat dari bentuk daun dan buah dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu Cayene BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanas (Ananas comosus L. Merr) Nanas merupakan tanaman buah yang banyak dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini mempunyai banyak manfaat terutama pada buahnya.

Lebih terperinci

Kamariah Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Musamus

Kamariah Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Musamus PEMANFAATAN UAP PANAS PADA AIR CONDITIONER (AC) UNTUK PENGERINGAN IKAN ASIN Kamariah Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Musamus E-mail: kamariah@fkip.unmus.ac.id Martha Loupatty Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi perekonomian nasional, termasuk didalamnya agribisnis. Kesepakatankesepakatan GATT, WTO,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KENTANG (SOLANUM TUBEROSUM L.) Tumbuhan kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas sayuran yang dapat dikembangkan dan bahkan dipasarkan di dalam negeri maupun di luar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang memiliki arti penting bagi masyarakat, baik dilihat dari penggunaannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai sifat mudah rusak. Oleh karena itu memerlukan penanganan pascapanen yang serius

Lebih terperinci

UJI COBA ALAT PENGGORENGAN VAKUM UNTUK MEMBUAT KERIPIK LOBAK (Raphanus sativus) DENGAN VARIABLE SUHU, WAKTU, DAN PERENDAMAN AIR GARAM

UJI COBA ALAT PENGGORENGAN VAKUM UNTUK MEMBUAT KERIPIK LOBAK (Raphanus sativus) DENGAN VARIABLE SUHU, WAKTU, DAN PERENDAMAN AIR GARAM LAPORAN TUGAS AKHIR UJI COBA ALAT PENGGORENGAN VAKUM UNTUK MEMBUAT KERIPIK LOBAK (Raphanus sativus) DENGAN VARIABLE SUHU, WAKTU, DAN PERENDAMAN AIR GARAM (Vacuum Fryer Test to Make Radish Chip (Raphanus

Lebih terperinci

Pengeringan Untuk Pengawetan

Pengeringan Untuk Pengawetan TBM ke-6 Pengeringan Untuk Pengawetan Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang perekonomian nasional dan menjadi

Lebih terperinci

Jurnal Neutrino Vol. 2, No. 1 Oktober

Jurnal Neutrino Vol. 2, No. 1 Oktober Jurnal Neutrino Vol. 2, No. 1 Oktober 2009 1 UJI MODEL ALAT PENGERING TIPE RAK DENGAN KOLEKTOR SURYA (Studi Kasus Untuk Pengeringan Cabai Merah (Capsium Annum Var. Longum)) Diah Mufti Erlina * Imam Tazi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERINGAN Pengeringan adalah proses pengurangan kelebihan air yang (kelembaban) sederhana untuk mencapai standar spesifikasi kandungan kelembaban dari suatu bahan. Pengeringan

Lebih terperinci

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK 112 MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK Dalam bidang pertanian dan perkebunan selain persiapan lahan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran terbesar di Provinsi Lampung. Terdapat 4 kecamatan yang merupakan penghasil sayuran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penanganan Pasca Panen Lateks Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang masih segar 35 jam setelah penyadapan. Getah yang dihasilkan dari proses

Lebih terperinci

TANAMAN PENGHASIL PATI

TANAMAN PENGHASIL PATI TANAMAN PENGHASIL PATI Beras Jagung Sagu Ubi Kayu Ubi Jalar 1. BERAS Beras (oryza sativa) terdiri dari dua jenis, yaitu Japonica yang ditanam di tanah yang mempunyai musim dingin, dan Indica atau Javanica

Lebih terperinci

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK VII. SIMPULAN UMUM Berdasarkan serangkaian penelitian yang telah dilakukan dan hasil-hasil yang telah dicapai, telah diperoleh disain pengering ERK dengan biaya konstruksi yang optimal dan dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dibandingkan sesaat setelah panen. Salah satu tahapan proses pascapanen

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dibandingkan sesaat setelah panen. Salah satu tahapan proses pascapanen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penanganan pascapanen komoditas pertanian mejadi hal yang tidak kalah pentingnya dengan penanganan sebelum panen. Dengan penanganan yang tepat, bahan hasil pertanian

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BISNIS KRIPIK KENTANG

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BISNIS KRIPIK KENTANG KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BISNIS KRIPIK KENTANG Karya ilmiah peluang bisnis tentang bisnis kentang goreng ini bertujuan untuk memberi petunjuk atau referensi kepada pembaca, untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt menciptakan alam dan isinya seperti hewan dan tumbuh. tumbuhan mempunyai hikmah yang amat besar, semuanya tidak ada yang

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt menciptakan alam dan isinya seperti hewan dan tumbuh. tumbuhan mempunyai hikmah yang amat besar, semuanya tidak ada yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Allah Swt menciptakan alam dan isinya seperti hewan dan tumbuh tumbuhan mempunyai hikmah yang amat besar, semuanya tidak ada yang sia sia dalam ciptaan Nya. Manusia

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman jagung ( Zea mays L) sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Berdasarkan urutan

Lebih terperinci

PEMBUATAN KERIPIK PEPAYA MENGGUNAKAN METODE PENGGORENGAN VACUUM DENGAN VARIABEL SUHU DAN WAKTU

PEMBUATAN KERIPIK PEPAYA MENGGUNAKAN METODE PENGGORENGAN VACUUM DENGAN VARIABEL SUHU DAN WAKTU LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KERIPIK PEPAYA MENGGUNAKAN METODE PENGGORENGAN VACUUM DENGAN VARIABEL SUHU DAN WAKTU (Making of papaya chips using vacuum frying method with temperature and timing variable)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya ikan laut Indonesia pada tahun 2006 sebesar 4,8 juta ton dan

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya ikan laut Indonesia pada tahun 2006 sebesar 4,8 juta ton dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan hasil lautnya. Potensi sumber daya ikan laut Indonesia pada tahun 2006 sebesar 4,8 juta ton dan meningkat menjadi

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan kekayaannya termasuk kekayaan tentang makanan tradisional, banyak makanan tradisional yang tidak dijumpai di negara lain

Lebih terperinci

BISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA. Disusun oleh: Sandwi Devi Andri S1 teknik informatika 2F

BISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA. Disusun oleh: Sandwi Devi Andri S1 teknik informatika 2F BISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA Disusun oleh: Sandwi Devi Andri 10.11.3934 S1 teknik informatika 2F JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK

Lebih terperinci

Analisa Mekanisme Pembuatan Pisang Sale di Desa Bandar Tinggi

Analisa Mekanisme Pembuatan Pisang Sale di Desa Bandar Tinggi Petunjuk Sitasi: Tugiman, Suprianto, Panjaitan, N., Ariani, F., & Sarjana. (2017). Analisa Mekanisme Pembuatan Pisang sale di Desa Bandar Tinggi. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. C246-251). Malang:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005 PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN Malang, 13 Desember 2005 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL SISTEM PENGERING HIBRID ENERGI SURYA-BIOMASSA UNTUK PENGERING IKAN

KAJI EKSPERIMENTAL SISTEM PENGERING HIBRID ENERGI SURYA-BIOMASSA UNTUK PENGERING IKAN ISSN 2302-0245 pp. 1-7 KAJI EKSPERIMENTAL SISTEM PENGERING HIBRID ENERGI SURYA-BIOMASSA UNTUK PENGERING IKAN Muhammad Zulfri 1, Ahmad Syuhada 2, Hamdani 3 1) Magister Teknik Mesin Pascasarjana Universyitas

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DAN EFISIENSI ENERGI PADA ALAT PENGERINGAN DAUN SELEDRI BERBASIS KONTROL SUHU DAN HUMIDITY UDARA

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DAN EFISIENSI ENERGI PADA ALAT PENGERINGAN DAUN SELEDRI BERBASIS KONTROL SUHU DAN HUMIDITY UDARA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DAN EFISIENSI ENERGI PADA ALAT PENGERINGAN DAUN SELEDRI BERBASIS KONTROL SUHU DAN HUMIDITY UDARA Jurusan Teknik Elektro, Fakultas. Teknik, Universitas Negeri Semarang Email:ulfaharief@yahoo.com,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perekonomian nasional tidak terlepas dari berkembangnya sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengeringan Ikan Pengeringan merupakan cara pengawetan ikan dengan mengurangi kadar air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika kandungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Alat Pengering Surya Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan pada perancangan dan pembuatan alat pengering surya (solar dryer) adalah : Desain Termal 1.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Tinjauan Pustaka Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi di antaranya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terasi Terasi atau belacan adalah salah satu produk awetan yang berasal dari ikan dan udang rebon segar yang telah diolah melalui proses pemeraman atau fermentasi, disertai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING Bambang Setyoko, Seno Darmanto, Rahmat Program Studi Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknik UNDIP Jl. Prof H. Sudharto, SH, Tembalang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pisang (Musa paradisiaca) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara yang kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Hampir seluruh

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN Page1 TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan salah satu komoditi sayuran buah yang sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan. Metode pengawetan dengan cara pengeringan merupakan metode paling tua dari semua metode pengawetan yang ada. Contoh makanan yang mengalami proses pengeringan ditemukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan utama dalam pascapanen komoditi biji-bijian adalah susut panen dan turunnya kualitas, sehingga perlu diupayakan metode pengeringan dan penyimpanan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER Endri Yani* & Suryadi Fajrin Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Andalas Kampus Limau Manis

Lebih terperinci

Pengawetan pangan dengan pengeringan

Pengawetan pangan dengan pengeringan Pengawetan pangan dengan pengeringan Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi pengeringan sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi selama pengeringan serta dampak pengeringan terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan penting sebagai bahan pangan pokok. Revitalisasi di bidang pertanian yang telah dicanangkan Presiden

Lebih terperinci

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang memiliki permintaan yang cukup tinggi dalam bentuk segar. Meskipun demikian, bawang merah

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Konsentrasi KMnO 4 Terhadap Susut Berat Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap susut berat cabai merah berbeda nyata

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah,(3) Maksud dan tujuan penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Kerangka Berpikir, (6) Hipotesa penelitian dan (7)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi PENDAHULUAN Latar Belakang Daging merupakan salah satu komoditi pertanian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein, karena daging mengandung protein yang bermutu tinggi, yang mampu menyumbangkan

Lebih terperinci

LAPORAN ILMU TEKNOLOGI PANGAN Pembotolan Manisan Pepaya. Oleh :

LAPORAN ILMU TEKNOLOGI PANGAN Pembotolan Manisan Pepaya. Oleh : LAPORAN ILMU TEKNOLOGI PANGAN Pembotolan Manisan Pepaya Oleh : VIVIT NILASARI RINTHA AMELIA LUTHFIYAH NUR SAFITRI VINA AULIA P1337431214018 P1337431214023 P1337431214024 P1337431214033 Prodi D4 GIZI Politeknik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 8

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 8 DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI... ii ABSTRACT... iii ABSTRAK... iv RINGKASAN... v HALAMAN PERSETUJUAN... ix HALAMAN PENGESAHAN... x RIWAYAT HIDUP... xi KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mie adalah makanan alternatif pengganti beras yang banyak. dikonsumsi masyarakat. Mie menjadi populer dikalangan masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. Mie adalah makanan alternatif pengganti beras yang banyak. dikonsumsi masyarakat. Mie menjadi populer dikalangan masyarakat karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie adalah makanan alternatif pengganti beras yang banyak dikonsumsi masyarakat. Mie menjadi populer dikalangan masyarakat karena harganya murah dan cara pengolahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengeringan Pengeringan merupakan proses pengurangan kadar air bahan sampai mencapai kadar air tertentu sehingga menghambat laju kerusakan bahan akibat aktivitas biologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi pangan semakin maju seiring dengan perkembangan zaman. Berbagai inovasi pangan dilakukan oleh beberapa industry pengolahan pangan dalam menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pulau Jawa sebesar ton (Badan Pusat Statistik, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pulau Jawa sebesar ton (Badan Pusat Statistik, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu produk hortikultura Indonesia yang memiliki nilai ekonomis penting. Cabai termasuk ke dalam salah satu di antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kunyit adalah salah satu tanaman rempah yang sering kita jumpai hampir

BAB I PENDAHULUAN. Kunyit adalah salah satu tanaman rempah yang sering kita jumpai hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kunyit adalah salah satu tanaman rempah yang sering kita jumpai hampir di seluruh Indonesia khususnya daerah Ponorogo terutama pada daerah dataran tinggi. Tingkat

Lebih terperinci

PEMBUATAN TELUR ASIN RASA BAWANG SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN NILAI JUAL TELUR BEBEK Oleh : Dr. Das Salirawati, M.Si

PEMBUATAN TELUR ASIN RASA BAWANG SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN NILAI JUAL TELUR BEBEK Oleh : Dr. Das Salirawati, M.Si PEMBUATAN TELUR ASIN RASA BAWANG SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN NILAI JUAL TELUR BEBEK Oleh : Dr. Das Salirawati, M.Si Pendahuluan Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) khususnya IPA yang makin

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( )

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( ) TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN (10712002) JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN PROGRAM STUDY HORTIKULTURA POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG 2012 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013 sampai September 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian dan di Laboratorium Rekayasa

Lebih terperinci

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan TINJAUAN PUSTAKA A. Pengeringan Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Pengeringan merupakan salah satu proses pasca panen yang umum dilakukan pada berbagai produk pertanian yang ditujukan untuk menurunkan kadar air

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika dan kini telah menyebar di kawasan benua Asia termasuk di Indonesia. Tomat biasa ditanam di dataran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Radish Radish (Raphanus sativus L.) merupakan tanaman semusim atau setahun (annual) yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di Indonesia,

Lebih terperinci

Jurnal Abdimas Mahakam https://journal.uwgm.ac.id/index.php/abdimasmahakam Online ISSN : Juni 2017, Vol.1 No. 2

Jurnal Abdimas Mahakam https://journal.uwgm.ac.id/index.php/abdimasmahakam Online ISSN : Juni 2017, Vol.1 No. 2 Pengolahan Pisang Talas dalam Usaha Meningkatkan Nilai Tambah Buah Hasil Panen Purwati UniversitasWidya Gama Mahakam Samarinda purwati@uwgm.ac.id Tutik Nugrahini UniversitasWidya Gama Mahakam Samarinda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kerupuk bertekstur garing dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kerupuk bertekstur garing dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerupuk merupakan suatu jenis makanan kecil yang sudah lama dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kerupuk bertekstur garing dan dikonsumsi sebagai

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI OLEH : ANDY CHRISTIAN 0731010003 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan Proses thermal merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Proses thermal digunak

2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan Proses thermal merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Proses thermal digunak PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN II Disusun oleh : Nur Aini Condro Wibowo Rumpoko Wicaksono UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman sukun tumbuh tersebar merata di seluruh daerah di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman sukun tumbuh tersebar merata di seluruh daerah di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman sukun tumbuh tersebar merata di seluruh daerah di Indonesia, terutama di pulau Jawa. Sukun mudah tumbuh di dataran rendah yang panas karena buah sukun tergolong

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dikonsumsi. Jenis jamur tiram yang dibudidayakan hingga saat ini adalah jamur

PENDAHULUAN. dikonsumsi. Jenis jamur tiram yang dibudidayakan hingga saat ini adalah jamur PENDAHULUAN Latar Belakang Jamur tiram adalah salah satu jenis jamur yang dapat dimakan dan dapat dikonsumsi. Jenis jamur tiram yang dibudidayakan hingga saat ini adalah jamur tiram putih, coklat dan merah

Lebih terperinci

IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING

IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan

Lebih terperinci

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN JAGUNG PADA ROTARY DRYER

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN JAGUNG PADA ROTARY DRYER TUGAS AKHIR PENENTUAN LAJU PENGERINGAN JAGUNG PADA ROTARY DRYER (Determining the Rate of Drying Corn on the Rotary Dryer) Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi

Lebih terperinci

JENIS-JENIS PENGERINGAN

JENIS-JENIS PENGERINGAN JENIS-JENIS PENGERINGAN Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat membedakan jenis-jenis pengeringan Sub Pokok Bahasan pengeringan mengunakan sinar matahari pengeringan

Lebih terperinci

PEMBUATAN KERIPIK WALUH (Cucurbita) MENGGUNAKAN ALAT VACUUM FRYER DENGAN VARIABEL WAKTU DAN SUHU

PEMBUATAN KERIPIK WALUH (Cucurbita) MENGGUNAKAN ALAT VACUUM FRYER DENGAN VARIABEL WAKTU DAN SUHU TUGAS AKHIR PEMBUATAN KERIPIK WALUH (Cucurbita) MENGGUNAKAN ALAT VACUUM FRYER DENGAN VARIABEL WAKTU DAN SUHU (Making Chips Pumpkins (Cucurbita) Using Vacuum Equipment Fryer with Variable Time and Temperature)

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK BUAH MANGGA (Mangifera indica L.) PRODUK OLAHAN VACUUM FRYING

ANALISIS SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK BUAH MANGGA (Mangifera indica L.) PRODUK OLAHAN VACUUM FRYING LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK BUAH MANGGA (Mangifera indica L.) PRODUK OLAHAN VACUUM FRYING Analysis of Physical and Organoleptic Properties of Mango Chips (Mangifera

Lebih terperinci

DINAMIKA PINDAH MASSA DAN WARNA SINGKONG (Manihot Esculenta) SELAMA PROSES PENGERINGAN MENGGUNAKAN OVEN

DINAMIKA PINDAH MASSA DAN WARNA SINGKONG (Manihot Esculenta) SELAMA PROSES PENGERINGAN MENGGUNAKAN OVEN DINAMIKA PINDAH MASSA DAN WARNA SINGKONG (Manihot Esculenta) SELAMA PROSES PENGERINGAN MENGGUNAKAN OVEN SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura.

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu produk pertanian yang memiliki potensi cukup tinggi untuk ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura. Komoditas hortikultura

Lebih terperinci

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di Indonesia memungkinkan berbagai jenis buah-buahan tumbuh dan berkembang. Namun sayangnya, masih banyak

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Llatar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Llatar Belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Llatar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP KANDUNGAN KADAR AIR DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK UBI CILEMBU

PENGARUH WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP KANDUNGAN KADAR AIR DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK UBI CILEMBU LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP KANDUNGAN KADAR AIR DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK UBI CILEMBU (The Time Effect Of Vacuum Frying Towards The Amount Of Water And Organoleptic Ingredients

Lebih terperinci

TEKNIK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN ( SMTR VII)

TEKNIK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN ( SMTR VII) TEKNIK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN ( SMTR VII) AINUN ROHANAH SAIPUL BAHRI DAULAY PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN FP - USU Evaluasi 1. jumlah kehadiran dalam kuliah 10% 2. Quiz/Tugas 10% 3. Ujian tengah

Lebih terperinci

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Ruang Pengering dan Sebarannya A.1. Suhu Lingkungan, Suhu Ruang, dan Suhu Outlet Udara pengering berasal dari udara lingkungan yang dihisap oleh kipas pembuang, kemudian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengasapan Ikan. Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengasapan Ikan. Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengasapan Ikan Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan untuk mempertahankan daya awet ikan dengan mempergunakan bahan bakar kayu sebagai penghasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah jambu biji (Psidium guajava) memiliki rasa yang enak dan segar serta memiliki banyak manfaat bagi kesehatan dan juga kecantikan manusia. Buah jambu biji telah lama

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu jenis tanaman kacang-kacangan yang sangat populer di Indonesia adalah kacang hijau (Vigna radiata.wilczek). Kacang hijau ialah tanaman penting ketiga di

Lebih terperinci