JURUSAN TEKNOLOGI HASIL HUTAN PROGRAM STUDI PENGOLAHAN HASIL HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2010

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JURUSAN TEKNOLOGI HASIL HUTAN PROGRAM STUDI PENGOLAHAN HASIL HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2010"

Transkripsi

1 1 PENGARUH PERBEDAAN WAKTU PROSES PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN DAN BEBERAPA SIFAT FISIK MINYAK ATSIRI DAUN MANGGA (Mangifera casturi) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENYULINGAN UAP AIR (Water and Steam Destilation) Oleh : Muhammad Muisa Sufikar Basri NIM JURUSAN TEKNOLOGI HASIL HUTAN PROGRAM STUDI PENGOLAHAN HASIL HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2010

2 2 PENGARUH PERBEDAAN WAKTU PROSES PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN DAN BEBERAPA SIFAT FISIK MINYAK ATSIRI DAUN MANGGA (Mangifera casturi) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENYULINGAN UAP AIR (Water and Steam Destilation) Oleh : Muhammad Muisa Sufikar Basri NIM Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya ( D3 ) Kehutanan Pada Program Diploma Tiga Kehutanan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI PENGOLAHAN HASIL HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2010

3 3 HALAMAN PENGESAHAN Judul Karya Ilmiah : PENGARUH PERBEDAAN WAKTU PROSES PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN DAN BEBERAPA SIFAT FISIK MINYAK ATSIRI DAUN MANGGA (Mangifera casturi) DENGAN MENGGUNAKAN UAP AIR (Water and Steam Destilation) Nama : MUHAMMAD MUISA SUFIKAR BASRI NIM : Program Studi : TEKNOLOGI HASIL HUTAN Jurusan : PENGOLAHAN HASIL HUTAN Menyetujui, Dosen Pembimbing Dosen Penguji Firna Novari, S. Hut, MP NIP Eva Nurmarini, S. Hut, MP NIP Mengesahkan, Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Ir. Wartomo, MP NIP Lulus Ujian Tangga l :..

4 4 RINGKASAN MUHAMMAD MUISA SUFIKAR BASRI. Pengaruh Perbedaan Waktu Proses Penyulingan Terhadap Rendemen Minyak Atsiri Daun Mangga (Mangifera casturi) Dengan Menggunakan Metode Penyulingan Uap Air (Water And Steam Destilation) di bawah bimbingan Firna Novari S. Hut, MP. Pada umumnya minyak atsiri dihasilkan dari tumbuhan yang mengandung minyak atsiri, di mana minyak atsiri tersebut didapat dari daun suatu tumbuha n seperti daun mangga. Penyulingan merupakan salah satu cara untuk memperoleh minyak atsiri dari bagian - bagian tumbuhan seperti daun mangga. Pada penelitian ini menggunakan teknik penyulingan uap dan air. Perbedaan perlakuan lamanya penyulingan terhadap bahan baku bisa mempengaruhi rendemen minyak atsiri yang dihasilkan. Pada penelitian ini dicoba untuk melihat dari sisi lamanya proses penyulingan yaitu 3 jam dan 4 jm prses penyulingan terhadap remndemen minyak atsri yang dihasilkan. Minyak atsiri daun mangga yang dihasilkan dari perlakuan 4 jam penyulingan hasil rendemennya labih tinggi yaitu 0,68 % sedangkan minyak atsiri daun mangga denga perlakuan 3 jam penyulingan lebih rendah yaitu 0,61 %.

5 5 RIWAYAT HIDUP MUHAMMAD MUISA SUFIKAR BASRI lahir pada tanggal 2 November 1987 di Garut Jawa Barat. Ia merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan bapak MAS BASRI dan ibu ADE SUMARNI. Tahun 1994 melanjutkan pendidikan formal di Sekolah Dasar Swasta Semen Cibinong Bogor dan lulus pada tahun Kemudian melanjutkan ke SLTP Puspanegara Yayasan Indocement Bogor dan lulus pada tahun Kemudian melanjutkan ke Madrasah Aliyah Persis 04 Cianjur Kab. Cianjur dan lulus pada tahun Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2007 di Politeknk Pertanian Nege ri Samarinda Program Studi Pengolahan Hasil Hutan Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Pada 16 Maret-16 Mei 2010, mengikuti Praktek Kerja Lapangan di CV. Pavettia Kurnia Atsiri Kecamatan Serang Panjang Kabupaten Subang Kota Bandung Provinsi Jawa Barat.

6 6 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Teknologi Hasil Hutan tepat pada waktunya. Dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu dan dengan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar besarnya kepada: 1. Ayahanda dan ibunda tercinta yang telah banyak memberikan dukungan material maupun moril dalam menyelesaian studi dan penyusunan laporan karya ilmiah serta seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan mendorong penulis dalam menye lesaikan studi. 2. Ir. Wartomo MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 3. M. Fikri Hernandi, S. Hut, MP selaku Ketua Jurusan Pengolahan Hasil Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 4. Firna Novari, S.Hut, MP selaku Dosen Pembimbing. 5. Eva Nurmarini, S. Hut, MP selaku Dosen Penguji 6. Ratnawati A. Md selaku teknisi pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membantu dalam penelitian ini.

7 7 7. Rekan rekan angkatan 2007 yang telah membantu baik dalam penelitian maupun dalam penyusunan karya ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan karya ilmiah ini masih terdapat kekurangan-kekurangan dan kesalahan-kesalahan, akan tetapi besar harapan dari penulis semoga dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Penulis Kampus Sei. Keledang,Juli 2010

8 8 DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... Halaman i KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... RINGKASAN... ii iv vi vii viii I. PENDAHULUAN... 1 II. TINJAUAN PUSTAKA... 4 A. Pengertian Minyak Atsiri... 4 B. Cara Memperoleh Minyak Atsiri... 7 C. Metode Penyulingan Minyak Atsiri... 9 D. Risalah Umum Pohon Mangga (Mangifera casturi) III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat B. Alat dan Bahan C. Prosedur Pengamatan D. Pengolahan Data IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil B. Pembahasan V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

9 9 DAFTAR TABEL Tubuh Utama No. Halaman 1. Hasil Penyulingan Minyak Atsiri Berdasarkan Lama Waktu Penyulingan Hasil Pengamatan Sifat Fisik Dari Minyak Atsiri Daun Mangga Berdasarkan Lama Waktu Penyulingan... 20

10 10 DAFTAR GAMBAR Lampiran No. Halaman 1. Gambar 1. Proses Perajangan Gambar 2. Proses Penyulingan Gambar 3. Proses Pemisahan Minyak Denga Air Gambar 4. Pengujian Dalam Kelarutan Alkohol 80 %... 25

11 11 I. PENDAHULUAN Indonesia memiliki potensi kekayaan alam yang sangat besar dan beragam, yang amat memerlukan tenaga-tenaga sumber daya manusia yang mampu mengolahnya dan menambah devisa negara yang akan dengan sendirinya meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak atsiri karena alam Indonesia sangat kaya tumbuhan yang mengandung minyak atsiri. Pada umunya minyak atsiri dihasilkan dari tanaman yang mengandung minyak atsiri, selain dari tanaman tersebut minyak atsiri juga dapat dihasilkan dari jenis pohon kehutanan. Pemanfaatan kekayaan alam Indonesia salah satunya adalah meningkatkan semaksimal mungkin hasil hutan berupa non kayu. Salah satunya adalah pemanfaatan dalam tanaman yaitu minyak atsiri. Minyak atsiri dihasilkan dari proses penyulingan kulit, daun, bunga, dan akar anakan tanaman. Minyak atsiri banyak digunakan sebagai bahan wewangian, penyedap makanan, bahan baku kosmetik dan obatobatan. Dengan mengenal tumbuh-tumbuhan yang mengandung minyak atsiri akan mempermudah mengidentifikasi penggunaan minyak atsiri tersebut, karena minyak yang dihasilkan dari tanaman yang berbeda akan menghasilkan kualitas dan jenis yang berbeda pula.

12 12 Penelitian tentang rendemen minyak atsiri sangat diperlukan untuk mendapatkan nilai tambah dari pemanfaatan hasil hutan kita. Hal ini diperlukan karena pemanfaatan pohon biasanya diambil kayunya saja. Pada penelitian pohon mangga ini akan diambil manfaat lainnya dengan cara meneliti minyak atsirinya sehingga dapat mengetahui manfaat lain dari pohon mangga (Mangifera casturi) tersebut. Pada media informasi yang dapat kita lihat, aroma mangga ini identik dengan penyedap makanan. Oleh karena itu pengamatan minyak atsiri terhadap daun mangga ini dilakukan supaya lebih praktis untuk mengaplikasikan terhadap masyarkat terutama pada aroma mangga ini. Selain pada aroma makanan, minyak atsiri ini dapat diaplikasikan terhadap parfum, sabun, dan lain lain. Adapun tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui proses dan mekanisme perolehan minyak atsiri dari daun mangga dengan mengguna kan metode penyulingan uap dan air serta untuk mengetahui pengaruh perbedaan waktu atau lama penyulingan terhadap rendemen minyak atsiri daun mangga (Mangifera casturi) yang dihasilkan. Hasil dari pengamatan ini diharapkan agar dapat memberi informasi tentang kandungan minyak atsiri yang terdapat pada daun mangga (Mangifera casturi). 1. Menyediakan bahan informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang teknologi hasil hutan (THH).

13 13 2. Mendapatkan formulasi yang terbaik minyak atsiri daun mangga (Mangifera casturi) dengan kualitas yang baik (rasa, aroma, warna, kekentalan, kejernihan) dan memiliki kualitas rendemen yang baik pula. 3. Bagi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, data dan informasi tersebut dapat digunakan sebagai perkembangan ilmu pengetahuan bagi teknologi hasil hutan. 4. Memberikan informasi bagi masyarakat mengenai nilai rendemen minyak atsiri daun mangga dengan metode penyulingan uap air berdasarkan waktu penyulingan bahan baku dan pengembangan bagi kemajuan ilmu pengetahuan tentang minyak atsiri daun mangga (Mangifera casturi) yang memerlukannya.

14 14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Minyak Atsiri Menurut Kardinan (2005), Minyak atsiri juga dikenal dengan nama minyak eteris (essential oil atau volatile). Minyak atsiri dapat dihasilkan dari berbagai bagian tanaman, seperti akar, batang, ranting, daun, bunga atau buah. Minyak atsiri dalam tumbuhan memegang peranan penting bagi kesehatan. Di Indonesia, penggunaan minyak atsiri bisa melalui berbagai cara, antara lain; 1. Melalui mulut atau dikonsumsi (oral), antara lain berupa jamu yang mengandung minyak atsiri atau bahan penyedap makanan (bumbu). 2. Pemakaian luar (topical/external use), antara lain pemijatan lulur, obat luka/ memar, parfum/pewangi. 3. Pernapasan (inhalasi atau aromaterapi), antara lain wangi-wangian (perfum) atau aromatika untuk keperluan aromaterapi. 4. Pertisida nabati, antara lain sebagai pengendali hama lalat buah, pengusir (repelent) nyamuk dan antijamur. Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial, minyak terbang, serta minyak aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari

15 15 wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, sulingan minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi. Para ahli biologi menganggap, minyak atsiri merupakan metabolit sekunder yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tid ak dimakan oleh hewan (hama) ataupun sebagai agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain dalam mempertahankan ruang hidup. Walaupun hewan kadang-kadang juga mengeluarkan bau-bauan (seperti kesturi dari beberapa musang atau cairan yang berbau menyengat dari beberapa kepik), zat-zat itu tidak digolongkan sebagai minyak atsiri. Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu, susunan senyawa komponennya kuat mempengaruhi saraf manusia (terutama di hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu (baunya kuat). Setiap senyawa penyusun memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat menghasilkan rasa yang berbeda. Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma tertentu. Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak/ lipofil. Unsur yang mengandung aroma, kemunkinan terbentuk pada hijau daun (Chloroplast). Di situ unsur tersebut bersatu dengan glukosa, menciptakan glukosida yang disalurkan keseluruh tubuh tumbuhan. Di tempat-tempat tertentu, khususnya bunga, tumbuhan yang menghasilkan zat pewarna (enzim) yang menyerbu glukosida itu, hingga mengakibatkan terciptanya minyak atsiri (Agusta, Andria. 2000).

16 16 Banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang kurang mengandung aroma atau bau, dan tidak mudah menguap. Minyak tumbuhan jenis ini misalnya Kelapa Sawit dan Wijen, disebut minyak nabati atau minyak tetap (fixel oil). Sebaliknya, terdapat aneka minyak mengandung aroma dan mudah menguap, itu sebabnya minyak atsiri dinamakan pula minyak terbang (Volatile oil). Minyak atsiri yang juga disebut minyak eteris merupakan minyak yang mudah menguap dengan komposisi yang berbeda-beda sesuai sumber penghasilnya. Minyak atsiri bukan merupakan zat kimia murni, melainkan terdiri dari berbagai campuran zat yang memiliki sifat dan kimia yang berbeda (Luthony T. L dan Rahmayati, 1994). Kegunaan minyak atsiri sangat luas dan spesifik, khususnya dalam berbagai bidang industri. Dalam bidang industri kosmetik seperti sabun, pasta gigi, sampo dan lotion. Dalam industri makanan digunakan sebagai bahan penyedap atau penambah cita rasa, dalam industri parfum sebagai pewangi dalam berbagai produk minyak wangi, dalam industri farmasi atau obat-obatan sebagai obat anti nyeri, anti infeksi atau pembunuh bakteri. Dalam industri bahan pengawet bahkan di gunakan pula sebagai insektisida. Oleh karena itu tidak heran minyak atsiri banyak diburu oleh berbagai negara dunia (Luthony T. L dan Rahmayanti, 1994).

17 17 B. Cara Memperoleh Minyak Atsiri Minyak atsiri yang bersal dari tumbuh-tumbuhan dapat diperoleh melalui tiga cara (Harris, R 1987), yaitu: 1. Pengempaan (Expression) 2. Ekstrasi menggunakan pelarut (Solvent extraction) 3. Penyulingan (Distilation) Dari ketiga cara tersebut, yang erat kaitannya dengan rencana kerja untuk mendapatkan minyak nilam (patchouli oil) adalah cara yang terakhir yakni; penyulingan. Penyulingan adalah salah satu cara untuk mendapatkan minyak atsiri, dengan cara mendidihkan bahan baku yang dimasukkan ke dalam ketel hingga terdapat uap yang diperlukan. Atau dengan cara mengalirkan uap jenuh (saturated or superheated) dari ketel pendidih air ke dalam ketel penyulingan. Dengan penyulingan ini akan dipisahkan zat-zat bertitik didih tinggi dari zatzat yang tidak menguap. Dengan kata lain, penyulingan adalah proses pemisahan komponen-komponen campuran dari dua atau lebih cairan, berdasarkan perbedaan tekanan uap masing-masing komponen tersebut. Cara penyulingan minyak atsiri, pertama-tama bahan baku dari tanaman yang mengandung miyak dimasukkan ke dalam ketel pendidih, atau bahan baku tersebut dimasukkan ke dalam ketel penyulingan dan dialiri uap. Dengan adanya panas air dan uap, tentu akan mempengaruhi bahan tersebut, sehingga di dalam ketel terdapat dua

18 18 cairan, yaitu air panas dan minyak atsiri. Kedua cairan tersebut dididihkan perlahanlahan hingga terbentuk campuran uap yang terdiri dari uap air dan uap minyak. Campuran uap ini akan mengalir melalui pipa pendingin, dan terjadilah proses pangembunan sehingga uap tadi kembali mencair. Dari pipa pendingin, cairan tersebut dialirkan ke alat pemisah, yang akan memisahkan minyak atsiri dari air berdasarkan berat jenisnya. Lebih lanjut menurut Harris, R (1987), mengemukakan bahwa faktor-faktor yang juga mempengaruhi rendemen, yaitu: 1. Jenis bahan baku. Dalam hal ini bisa berupa kulit, bunga, daun, buah dan sebagainya. Jika penyulingan menggunakan bahan berupa daun, tentu akan dihasilkan rendemen yang lebih besar daripada menggunakan bahan baku berupa kulit. 2. Ukuran dan mutu bahan baku. Dari segi ini, banyaknya bahan dan cara penanganan untuk mutu bahan baku. 3. Peralatan yang digunakan. Dari segi ini, misalanya pada penggunaan alat pemanas berupa kompor, tentu akan akan memberikan panas yang tidak stabil. Hal ini juga didukung oleh pendapat Guenther Ernest (1987), yang menyatakan bahwa suhu dan tekanan dapat mempengaruhi rendemen minyak atsisri yang disuling. 4. Ketelitian dalam pelaksanaan penyulingan. Keterampilan dan ketelitian seseorang dalam melakukan proses penyulingan juga turut mempengaruhi nilai

19 19 rendemen yang akan dihasilkan. Misalnya ketelitian sesorang pada saat pemisahan air dan minyak menggunakan pipet tetes tidak hati-hati. Harris, R (1987) juga menambahkan bahwa rendemen minyak atsiri juga dipengaruhi oleh keadaan bahan baku yang diolah. Penyulingan itu sendiri masih dapat dipilahkan menjadi tiga cara yaitu: 1. Penyulingan langsung dengan uap. 2. Penyulingan dengan air. 3. Penyulingan dengan air dan uap. C. Metode Penyulingan Minyak Atsiri Menurut Rismunandar (1990), pada umumnya cara isolasi minyak atsiri adalah sebagai berikut : 1. Penyulingan langsung dengan Uap Cara ketiga dikenal sebagai penyulinga uap atau penyulingan uap langsung dan perangkatnya mirip dengan kedua alat penyuling sebelumnya hanya saja tidak ada air di bagian bawah alat. Uap yang digunakan lazim memiliki tekanan yang lebih besar daripada tekenan atmosfer dan dihaslkan dari hasil penguapan air yang berasal dari suatu pembangkit uap air. Uap air yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam alat penyulingan. Penyulingan minyak atsiri secara langsung bengan uap nmemerlukan biaya yang cukup besar. Karena harus disiapkan dua buah ketel, dan sebagian besar peralatan terbuat dari

20 20 stainless steel (SS) dan mild steel (MS). Walaupun memerlukan biaya yang besar, kulitas minyak atsiri yang dihasilkan memang jauh lebih sempurna. Prinsip kerja penyulingan seperti ini hamper sama dengan cara menyuling dengan air dan uap (indirect distillation), namun anatara ketel uap dan ketel penyulingan harus terpisah. Ketel uap yang berisi air dipanaskan, lalu uapnya dialirkan ke ketel penyulingan yang berisi bahan baku. Partikel-partikel minyak pada bahan baku terbawa bersama uap dan dialirkan kea lat pendingin. Di dalam alat pendingin itulah terjadi proses pengembunan, sehingga uap yang bercampur minyak akan mengembun dah mencair kembali. Selanjutnya, dialirkan kea lat pemisah yang akan memisahkan minyak atsiri dari air. Cara ini biasanya dilakukan oleh perusahaan atau perorangan kaya. Karena membutuhkan modal besar. Kualitas produk minyak yang dihasilkan jauh lebih sempurna dibandingkan dengan kedua cara lainnya, sehingga harga jualnya pun lebih tinggi. 2. Penyulingan dengan Air Prinsip herja penyulingan dengan air adalah sebagai berikut; Ketel penyulingan diisi air sampai volumenya hamper separuh, lalu dipanaskan. Sebelum air mendidih, bahan baku dimasukkan he dalam ketel penyulingan. Dengan demikian penguapan air dan minyak atsiri berlangsung bersamaan. Cara penyulingan seperti ini disebut; penyulingan langsung (direct distilation). Bahan baku yang digunakan bisanya dari bunga atau daun yang mudah bergerak did alam air dan tidak mudah rusak oleh panas uap air.

21 21 Penyulingan secara sederhana ini sangat mudah dilakukan, dan tidak perlu modal banyak. Namun, kulitas minyak atsiri yang dihasilkan cukup rendah, kadar minyaknya sedikit, terkadang terjadi proses hidrolisis ester, dan produk miyaknya bercampur dengan hasil sampingan. Bila cara ini digunakan maka bahan yang akan disuling berhubungan langsung dengan air mendidih. Bahan yang akan disuling kemungkinan mengambang atau mengapung di atas air atau terendam seluruhnya, tergantung pada berat jenis dan kuantitas bahan yang akan diproses. Air dapat didihkan dengan api secara langsung. Sejumlah bahan tanaman adakalanya harus diproses dengan penyulingan air (contoh bunga mawar, bunga-bunga jeruk) sewaktu terendam dan bergerak bebas dalam air mendidih. 3. Penyulingan dengan Air dan Uap Bahan tanaman yang akan diproses secara penyulingan uap dan air ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah berlobanglobang yang ditopang di atas dasar alat penyulingan. Bagian bawah alat penyulingan diisi air sedikit di bawah dimana bahan ditempatkan. Penyulingan minyak aitsiri dengan cara ini memang sedikit lebih maju dan produksi minyaknya pun relatf lebih baik. Prinsip kerja dari penyulingan macam ini adalah sebagai berikut; Ketel penyulingan penyulingan diisi air sampai batas saringan. Bahan baku diletakkan di ats saringan, sehingga tidak berhubungan langsung dengan air yang mendidih, tetapi akan berhubungan

22 22 dengan uap air. Maka cara penyulingan semacam ini disebut; penyulingan tidak langsung (indirect distillation). Air yang menguap akan membawa partikelpartikel minyak atsiri dan dialirkan melalui pipa ke alat pendingin sehingga terjadi pengembunan dan uap air yang bercapur minyak atsiri tersebut akan mencair kembali. Selanjutnya, dialirkan ke alat pemisah untuk memisahakn minyak atsiri dari air. Cara ini paling sering dilakukan oleh para petani atsiri dan alat-alatnya pun dapat dibuat sendiri oleh para petani atsiri. Produk minyak yang dihasilkan nya cukup bagus, bahkan kalau pengerjaanya dilakukan dengan baik produk minyaknya pun dapat masuk dalam kategori ekspor. D. Risalah umum Pohon Mangga (Mangifera casturi) Lokasi penyebaran populasi mangga (Mangifera casturi) di Desa Mataraman Kecamatan Mataraman, Kabupaten Banjar terdapat di kebun campuran. Pada umumnya kebun campuran ini berisi tanaman padi diselingi pohon kasturi yang umurnya sudah lebih dari 50 tahun serta tidak sengaja ditanam oleh penduduk setempat. Kebun ini kebanyakan berada di pekarangan rumah dengan pola tanam tidak teratur. Akan tetapi, data kelimpahan spesies ini tidak diketahui secara pasti. (Yuniarti, 2000) Kasturi mulai dipanen pada awal musim hujan dan melimpah pada bulan Januari. Selain itu, tanaman buah lain seperti pisang dan rambutan juga mulai dipanen. Karena umur pohon kasturi banyak yang lebih dari 50 tahun, maka

23 23 produktivitasnya semakin menurun. Oleh karena itu, pada tahun 1980 masyarakat Desa Mataraman mencoba belajar membuat pembibitan buah kasturi. Pohon mangga berperawakan besar, dapat mencapai tinggi 40 m atau lebih, meski kebanyakan mangga peliharaan hanya sekitar 10 m atau kurang. Batang mangga tegak, bercabang agak kuat; dengan daun-daun lebat membentuk tajuk yang indah berbentuk kubah, oval atau memanjang, dengan diameter sampai 10 m. Kulit batangnya tebal dan kasar dengan banyak celah-celah kecil dan sisik-sisik bekas tangkai daun. Warna pepagan (kulit batang) yang sudah tua biasanya coklat keabuan, kelabu tua sampai hampir hitam. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, sangat panjang hingga bisa mencapai 6 m. Akar cabang makin ke bawah semakin sedikit, paling banyak akar cabang pada kedalaman lebih kurang cm. Daun tunggal, dengan letak tersebar, tanpa daun penumpu. Panjang tangkai daun bervariasi dari 1,25-12,5 cm, bagian pangkalnya membesar dan pada sisi sebelah atas ada alurnya. Aturan letak daun pada batang biasanya 3/8, tetapi makin mendekati ujung, letaknya makin berdekatan sehingga nampaknya seperti dalam lingkaran (roset). Helai daun bervariasi namun kebanyakan berbentuk jorong sampai lanset, cm, agak liat seperti kulit, hijau tua berkilap, berpangkal melancip dengan tepi daun bergelombang dan ujung meluncip, dengan tulang daun sekunder.

24 24 Beberapa variasi bentuk daun mangga (Yuniarti, 2000): 1. Lonjong dan ujungnya seperti mata tombak. 2. Berbentuk bulat telur, ujungnya runcing seperti mata tombak. 3. Berbentuk segi empat, tetapi ujungnya runcing. 4. Berbentuk segi empat, ujungnya membulat. Daun yang masih muda biasanya bewarna kemerahan, keunguan atau kekuningan; yang dikemudian hari akan berubah pada bagian permukaan sebelah atas menjadi hijau mengkilat, sedangkan bagian permukaan bawah berwarna hijau muda. Umur daun bisa mencapai 1 tahun atau lebih.

25 25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 2 minggu, yang terdiri dari persiapan sampel dan proses penyulingan 1 minggu dan 1 minggu pengambilan dan pengolahan data. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Sifat sifat Kayu dan Analisis Produk Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. B. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan: a. Daun mangga b. Air 2. Alat: a. Parang b. Kunci pas c. Tang d. Kompor e. Ember f. Gayung g. Alat tulis h. Korek

26 26 i. Kalkulator j. Botol k. Pisau atau cutter l. Destilator m. Separator n. Kondensor o. Baskom p. Pipet C. Prosedur Pengamatan Pengamatan ini merupakan perbandingan antara lamanya waktu, yaitu 3 jam dan 4 jam proses penyulingan. 1. Mempersiapkan bahan baku Bahan baku terdiri dari daun mangga yang diperoleh di areal kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Jumlah bahan baku yang digunakan adalah 8 kg dalam keadaan daun segar. Di mana bahan baku di sini dibagi 2000 gr setiap pengamatan, 2000 gr x 2 untuk perlakuan penyulingan selama 3 jam, dan 2000 gr x 2 untuk perlakukan penyulingan selama 4 jam. 2. Perajangan bahan baku Bahan baku yang dirajang antara 5 7 cm (kecil kecil). Tahap perjangan ini dilakukan agar daun mangga yang akan disuling menghasilkan minyak atsiri secara maksimal.

27 27 3. Proses penyulingan Proses penyulingan ini menggunakan metode penyulingan uap dan air (water and steam destilation). Langkah langkah proses penyulingan ini diantaranya: a) Menyiapkan bahan baku yaitu daun mangga yang masih segar sebanyak 2000 gr tiap penyulingan b) Menyiapkan perlatan penyulingan yang terdiri dari ketel suling, kondensor, separator, dan tempat penampungan sementara atau beaker glass. c) Menyiapkan kompor sebagai sumber energi panas. d) Memasukan bahan baku ke dalam ketel suling kemudian dilaksanakan proses penyulingan. Penyulingan dilakukan selama 3 jam dan 4 jam. Lamanya penyulingan dimulai dari ketika minyak keluar pertama kali sampai minyak tidak keluar lagi. e) Minyak yang keluar kemudian tertampung di tempat penampungan sementara di labu filtrasis. 4. Proses pemisahan air dan minyak atsiri. Proses pemisahan minyak atsiri dan air ini menggunakan alat yang dinamakan separator. Dimana separator ini berfungsi sebagai pemisah antara minyak atsiri dan air. Setelah air dan minyak dipisahkan oleh separator, kemudian dipisahkan kembali oleh Mg SO Penampungan minyak atsiri Setelah air dan minyak terpisah, minyak atsiri tersebut ditampung pada fiber glass berukuran kecil.

28 28 D. Pengolahan Data Menurut Guenther Ernest (1987), faktor yang mempengaruhi rendemen adalah ketelitian dan kerapian dalam menggunakan alat penyulingan dan dalam pelaksanaan proses penyulingan. Menghitung rendemen, menurut Cenmark dan Ruhedi (1976) dalam Hermitono (1998) menyatakan bahwa rendemen dihitung berdasarkan perbandingan antara output dengan input dalam persen. Pengertian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Keterangan : Output : minyak yang dihasilkan Input : bahan baku yang masuk pada penyulingan Rendemen : perbandingan output dan input Pengujian minyak atsiri di sini dilakukan 3 pengujian, yaitu: 1. Uji aroma atau bau 1) contoh uji dimasukan ke dalam tabung reaksi 2) dekatkan mulut tabung reaksi ke hidung, kemudian dicium sampai tercium aroma atau bau khas minyak atsiri daun mangga

29 29 2. Uji warna 1) contoh uji dimasukan ke dalam tabung reaksi 2) kemudian contoh uji dilihat warnanya 3. Uji kelarutan dalam alkohol 1) pipet 1 ml contoh uji ke dalam tabung reaksi 2) tambahkan alkohol 1 ml demi 1 ml 3) pada setiap penambahan alkohol, kemudian dikocok dan diamati kejernihannya

30 30 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Hasil pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah meliputi dari hasil perbandinga n antara lamanya waktu yaitu 3 jam dan 4 jam proses penyulingan. Berdasarkan sifat fisik dari kebanyakan minyak atsiri yang lain. Tabel 1. Hasil Penyulingan Minyak Atsiri Berdasarkan Lama Waktu Penyulingan. No. Perlakuan Ulangan I Rendemen Ulangan II Jumlah Rata ( % ) 1. Selama 3 jam 0,6 0,62 1,22 0,61 2. Selama 4 jam 0,67 0,69 1,36 0,68 Selanjutnya hasil pengamatan dari beberapa sifat fisik dari minyak atsiri daun mangga dapat dilihat pada table berikut : Tabel 2. Hasil Pengamatan Sifat Fisik Dari Minyak Atsiri Daun Mangga Berdasarkan Lama Waktu Penyulingan Hasil No. Sifat Fisik 3 jam 4 jam 1. Aroma atau Bau Khas buah mangga Khas buah mangga 2. Warna Jernih agak Kuning kehijauan 3. Kelarutan dalam alkohol 1 : 8 (Jernih) 1 : 9 (Jernih) Jernih agak kuning kehijauan 1 : 8 (Jernih) 1 : 8 (Jernih)

31 31 B. Pembahasan Dalam pengamatan minyak atsiri ini menggunakan 2 macam minyak atsiri yaitu minyak atsiri yang dihasilkan dari perlakuan lamanya proses penyulingan antara 3 jam dan 4 jam proses penyulingan. Waktu penyulingan yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan kisaran rata rata waktu yang biasanya digunakan untuk penyulingan bahan baku yang berupa daun yaitu 3 5 jam. Berdasarkan tabel di atas, rendemen minyak atsiri yang dihasilkan dari perlakuan yaitu penyulingan selama 4 jam menunjukan nilai lebih tinggi dibandingan dengan minyak atsiri dengen perlakuan penyulingan selama 3 jam. Dari hasil penelitian setelah proses penyulingan berlangsung selama 4 jam, minyak yang keluar dari proses penyulingan langsung tidak ada lagi, sehingga bisa dikatakan waktu penyulingan slama 4 jam adalah waktu yang maksimal untuk proses penyulingan daun mangga Hal tersebut disebabkan lamanya proses penyulingan terhadap bahan baku yang disuling. Hal ini juga dperkuat menurut Soeswanto, R. (2006), bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi rendemen minyak atsiri adalah suhu dan lamanya proses penyulingan sesuai dengan kandungan minyak yang terkandung di dalamnya. Dari tabel 2. dapat dilihat hasil pengamatan sifat fisik minyak atsiri daun mangga. Pengamatan dilakukan pada aroma atau bau, warna dan kelarutan dalam alkohol. Dari tiga proses pengujian maka dapat diperoleh pembahasan sebagai berikut:

32 32 1. Pada uji aroma atau bau ini dilakukan dengan cara organoleptik yaitu dengan cara dicium dengan menggunakan panca inderapenciuman hidung. Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui bahwa sampel minyak atsiri dari daun mangga baik dari proses penyulingan selama 3 jam maupun 4 jam memiliki khas buah mangga. 2. Pada uji warna ini dilakukan dengan cara organoleptik yaitu dengan cara dilihat dengan panca indera penglihatan mata. Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui bahwa sampel minyak atsiri daun mangga dari proses penyulingan selama 3 jam maupun 4 jam memiliki warna khas minyak atsiri daun mangga yaitu sampai kehijauan. 3. Pengujian kelarutan minyak atsiri daun mangga ini diakukan dengan menggunakan alkohol 80 % dengan perbandingan tertentu, yaitu perbandigan alkohol dengan minyak (1 : 8 dan 1 : 9). Proses penambahan alkohol ini dilakukan di dalam tabung reaksi dan dikocok, kemudian didiamkan kemudian diamati kejernihannya. Kegunaan dari minyak atsiri daun mangga ini yaitu lebih identik dengan aroma atau sebagai penyedap makanan. Selain itu dapat digunakan pada parfum, sabun mandi, dan lain lain.

33 33 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil pengamatan data di atas dapat disimpulkan bahwa 1. Nilai rendemen rata rata minyak atsiri dari daun mangga (Mangifera casturi ) yang dihasilkan dari bahan baku yang disuling selama 4 jam yaitu 0,61 % lebih tinggi dari pada minyak yang dihasilkan dari bahan baku yang disuling selama 4 jam yaitu 0,68 %. 2. Lama nya proses penyulingan berpengaruh terhadap minyak atsiri yang dihasilkan. 3. Proses perlakuan penyulingan 4 jam lebih maksimal menghasilkan rendeme n dibandingkan dengan perlakuan penyulingan 3 jam. B. Saran Berdasarkan data pengamatan dari hasil minyak atsiri daun mangga, maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai pengujian minyak atsiri yang dihasilkan oleh daun mangga serta kandungan yang terdapat pada miyak atsiri daun mangga (Mangifera casturi).

34 34 DAFTAR PUSTAKA Andria Agusta Minyak Atsiri Tumbuhan Tropia Indonesia. ITB. Bandung. Guenther Ernest Minyak Atsiri. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Harris, R Tanaman Minyak Atsiri. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Hermitono Kandungan Essential Oil. Universitas Indonesia Pers. Jakarta Kardinan Penguasaan Minyak Astiri. PT. Penebar Swadaya. Yogyakarta Luthony, T.L. dan Rahmayati, Y Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Rismunandar Produksi Atsiri. Kanisius. Jakarta Soeswanto, R Minyak Atsiri Indonesia. PT. Penebar Swadaya. Yogyakarta. Yuniarti Penanganan Dan Pengolahan Mangga. Kanisius. Jakarta

35 35 Gambar 1. Proses Perajangan Gambar 2. Proses Penyulingan

36 36 Gambar 3. Proses Pemisahan Minyak Dengan Air Gambar 4. Pengujian Dalam Kelarutan Alkohol 80 %

PENGARUH PERLAKUAN BAHAN BAKU TERHADAP KUALITAS MINYAK ATSIRI DARI DAUN KAYU PUTIH (Melaleuca leucadendron L.)

PENGARUH PERLAKUAN BAHAN BAKU TERHADAP KUALITAS MINYAK ATSIRI DARI DAUN KAYU PUTIH (Melaleuca leucadendron L.) PENGARUH PERLAKUAN BAHAN BAKU TERHADAP KUALITAS MINYAK ATSIRI DARI DAUN KAYU PUTIH (Melaleuca leucadendron L.) Oleh : AGI MUHAMAD YUZA AL-BASRI NIM. 070 500 037 JURUSAN TEKNOLOGI HASIL HUTAN PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP

PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP (Baeckea frustescens L) DENGAN PENYULINGAN METODE PEREBUSAN The Influence of Growing Site and duration distillation

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI CV. PAVETTIA KURNIA ATSIRI KAB.SUBANG JAWA BARAT

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI CV. PAVETTIA KURNIA ATSIRI KAB.SUBANG JAWA BARAT 1 LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI CV. PAVETTIA KURNIA ATSIRI KAB.SUBANG JAWA BARAT Oleh: MULYADI NIM. 070 500 057 JURUSAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMAR1NDA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam hutan. Hasil hutan dapat berupa hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu. Hasil hutan kayu sudah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL ) MINYAK ATSIRI di CV. PAVETTIA KURNIA ATSIRI KAB. SUBANG JAWA BARAT

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL ) MINYAK ATSIRI di CV. PAVETTIA KURNIA ATSIRI KAB. SUBANG JAWA BARAT LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL ) MINYAK ATSIRI di CV. PAVETTIA KURNIA ATSIRI KAB. SUBANG JAWA BARAT Oleh : RIDWAN WIDYA PERMANA NIM. 070 500 061 JURUSAN TEKHNOLOGI HASIL HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1 PENDAHULUAN Minyak nilam berasal dari tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu komoditi non migas yang belum dikenal secara meluas di Indonesia, tapi cukup popular di pasaran Internasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Minyak atsiri yang juga dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah menguap pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Minyak Atsiri Minyak atsiri atau yang dikenal sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial, minyak terbang serta minyak aromatic adalah kelompok besar minyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Nilam Gambar 1. Daun Nilam (Irawan, 2010) Tanaman nilam (Pogostemon patchouli atau Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan berbatang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam TINJAUAN PUSTAKA Upaya pengembangan produksi minyak atsiri memang masih harus dipicu sebab komoditas ini memiliki peluang yang cukup potensial, tidak hanya di pasar luar negeri tetapi juga pasar dalam

Lebih terperinci

Nahar, Metode Pengolahan dan Peningkatan Mutu Minyak Nilam METODE PENGOLAHAN DAN PENINGKATAN MUTU MINYAK NILAM. Nahar* Abstrak

Nahar, Metode Pengolahan dan Peningkatan Mutu Minyak Nilam METODE PENGOLAHAN DAN PENINGKATAN MUTU MINYAK NILAM. Nahar* Abstrak Nahar, Metode Pengolahan dan Peningkatan METODE PENGOLAHAN DAN PENINGKATAN MUTU MINYAK NILAM Nahar* Abstrak Tumbuhan nilam, Pogostemon cablin Benth, adalah salah satu jenis minyak atsiri terpenting bagi

Lebih terperinci

RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI TANAMAN BELUNTAS (Pluchea indica Less) DENGAN METODE PENYULINGAN UAP DAN AIR (Water and Steam Destillation)

RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI TANAMAN BELUNTAS (Pluchea indica Less) DENGAN METODE PENYULINGAN UAP DAN AIR (Water and Steam Destillation) RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI TANAMAN BELUNTAS (Pluchea indica Less) DENGAN METODE PENYULINGAN UAP DAN AIR (Water and Steam Destillation) Oleh: VERONIKA IDANG NIM. 120 500 038 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL ) MINYAK ATSIRI di CV. PAVETTIA KURNIA ATSIRI. Kab. Subang Jawa Barat

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL ) MINYAK ATSIRI di CV. PAVETTIA KURNIA ATSIRI. Kab. Subang Jawa Barat LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL ) MINYAK ATSIRI di CV. PAVETTIA KURNIA ATSIRI Kab. Subang Jawa Barat Oleh : RANDI HARDI AKBAR NIM. 070 500 038 JURUSAN TEKHNOLOGI HASIL HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris (Essential oil volatile) yang

I. PENDAHULUAN. Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris (Essential oil volatile) yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak atsiri merupakan zat yang memberikan aroma pada tumbuhan. Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris (Essential oil volatile) yang merupakan salah satu hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menambah devisa negara yang dengan sendirinya akanmeningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menambah devisa negara yang dengan sendirinya akanmeningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat besar dan beragam untuk dapat menambah devisa negara yang dengan sendirinya akanmeningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Pemanfaatan kekayaan

Lebih terperinci

PROSES EKSTRAKSI MINYAK BUNGA MELATI (JASMINUM SAMBAC) DENGAN METODE ENFLEURASI. Elwina, Irwan, Ummi Habibah *) ABSTRAK

PROSES EKSTRAKSI MINYAK BUNGA MELATI (JASMINUM SAMBAC) DENGAN METODE ENFLEURASI. Elwina, Irwan, Ummi Habibah *) ABSTRAK PROSES EKSTRAKSI MINYAK BUNGA MELATI (JASMINUM SAMBAC) DENGAN METODE ENFLEURASI Elwina, Irwan, Ummi Habibah *) ABSTRAK Minyak melati merupakan salah satu produk minyak atsiri yang paling mahal dan banyak

Lebih terperinci

UJI COBA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR dan UAP KAPASITAS 1 kg

UJI COBA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR dan UAP KAPASITAS 1 kg UJI COBA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR dan UAP KAPASITAS 1 kg Nama : Muhammad Iqbal Zaini NPM : 24411879 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Cokorda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Atsiri Minyak atsiri awalnya dikenal sebagai minyak esensial. Minyak ini sudah lama dikenal sejak tahun 3.000 SM oleh penduduk Mesir kuno dan digunakan untuk tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea

BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting bagi Indonesia, karena minyak

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling

III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun dan batang nilam yang akan di suling di IKM Wanatiara Desa Sumurrwiru Kecamatan Cibeurem Kabupaten Kuningan. Daun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gel pengharum ruangan tersebut menghambat pelepasan zat volatile, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. gel pengharum ruangan tersebut menghambat pelepasan zat volatile, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengharum ruangan merupakan suatu produk yang berisi zat wewangian yang digunakan untuk membuat harum suatu ruangan atau mengurangi bau tidak menyenangkan pada suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi

Lebih terperinci

METODE DESTILASI AIR MINYAK ATSIRI PADA HERBA SERAI WANGI (Andropogon nardus Linn.) Indri Kusuma Dewi, Titik Lestari Poltekkes Kemenkes Surakarta

METODE DESTILASI AIR MINYAK ATSIRI PADA HERBA SERAI WANGI (Andropogon nardus Linn.) Indri Kusuma Dewi, Titik Lestari Poltekkes Kemenkes Surakarta METODE DESTILASI AIR MINYAK ATSIRI PADA HERBA SERAI WANGI (Andropogon nardus Linn.) Indri Kusuma Dewi, Titik Lestari Poltekkes Kemenkes Surakarta ABSTRAK Minyak atsiri merupakan minyak mudah menguap atau

Lebih terperinci

Efisiensi Pemurnian Minyak Nilam Menggunakan Distilasi Vacum Gelombang Mikro

Efisiensi Pemurnian Minyak Nilam Menggunakan Distilasi Vacum Gelombang Mikro LAPORAN TUGAS AKHIR Efisiensi Pemurnian Minyak Nilam Menggunakan Distilasi Vacum Gelombang Mikro (Efficiency Purification Patchouli Oil Using Microwave Vacum Distilation ) Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sejak era tahun 60-an dikenal sebagai negara penghasil minyak atsiri terbesar di dunia terutama minyak atsiri nilam. Secara biologis, minyak atsiri merupakan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA

BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA 3.1 Proses Perpindahan Kalor 3.1.1 Sumber Kalor Untuk melakukan perpindahan kalor dengan metode uap dan air diperlukan sumber destilasi untuk mendidihkan

Lebih terperinci

Karya Ilmiah Bisnis Kulit Jeruk dijadikan sebagai Alternatif Pengganti Bahan Bakar Fosil

Karya Ilmiah Bisnis Kulit Jeruk dijadikan sebagai Alternatif Pengganti Bahan Bakar Fosil Karya Ilmiah Bisnis Kulit Jeruk dijadikan sebagai Alternatif Pengganti Bahan Bakar Fosil Nama : Angga Adi Utama Nim : 10.11.3957 Kelas : S1 TI F STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010/2011 1.1 Latar Belakang BAB

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai banyak jenis tanaman yang mengandung minyak atsiri seperti minyak sereh, minyak daun cengkeh, minyak kenanga, minyak akar wangi, minyak kayu cendana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Rumus Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Rumus Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Negara kita termasuk negara penghasil minyak atsiri dan minyak ini juga merupakan komoditi yang menghasilkan devisa negara. Oleh karena itu pada tahun-tahun terakhir

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan (parenial).

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan (parenial). TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Nilam Tanaman nilam merupakan salah satu tanaman obat asli Indonesia. Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan (parenial). Tanaman ini merupakan

Lebih terperinci

PENYULINGAN MINYAK ATSIRI SEREH DAPUR

PENYULINGAN MINYAK ATSIRI SEREH DAPUR PENYULINGAN MINYAK ATSIRI SEREH DAPUR (Cymbopogon citratus) DENGAN METODE PENYULINGAN AIR-UAP (The Destillation of Lemongrass Essential Oil by Using the Water-steam Method ) Zaituni 1, Rita Khathir 1,

Lebih terperinci

PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL

PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL LAPORAN TUGAS AKHIR PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL (Purification Patchouli oil By Use Of Microwave Distillation

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC) Sifat Botani Pohon saninten memiliki tinggi hingga 35 40 m, kulit batang pohon berwarna hitam, kasar dan pecah-pecah dengan permukaan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI REMPAH-REMPAH DAN MINYAK ATSIRI

TEKNOLOGI REMPAH-REMPAH DAN MINYAK ATSIRI PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI REMPAH-REMPAH DAN MINYAK ATSIRI Oleh: Dr. Karseno, S.P., M.P., Ph.D. Dra. Erminawati, M.Sc., Ph.D. Ir. Sujiman, M.P. KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR. A.

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR. A. A. Latar Belakang Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan BAB I PENGANTAR Dalam era globalisasi, penting bagi indonesia sebagai negara yang sedang berkembang untuk meningkatkan pembangunan

Lebih terperinci

PAPER. EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI DARI KULIT JERUK PURUT (Citrus hystrix D. C.) DI BALAI LATIHAN TRANSMIGRASI PEKANBARU SEBAGAI BAHAN AKTIF MINYAK GOSOK

PAPER. EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI DARI KULIT JERUK PURUT (Citrus hystrix D. C.) DI BALAI LATIHAN TRANSMIGRASI PEKANBARU SEBAGAI BAHAN AKTIF MINYAK GOSOK 1 PAPER EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI DARI KULIT JERUK PURUT (Citrus hystrix D. C.) DI BALAI LATIHAN TRANSMIGRASI PEKANBARU SEBAGAI BAHAN AKTIF MINYAK GOSOK Oleh NAOMI SIMANIHURUK, S.T.P CALON PSM BALAI LATIHAN

Lebih terperinci

RENDEMEN MINYAK ATSIRI DAUN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia Swingle) DENGAN METODE PENYULINGAN UAP AIR HILAL ANNASHIRU LIDINILLAH NIM.

RENDEMEN MINYAK ATSIRI DAUN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia Swingle) DENGAN METODE PENYULINGAN UAP AIR HILAL ANNASHIRU LIDINILLAH NIM. 1 RENDEMEN MINYAK ATSIRI DAUN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia Swingle) DENGAN METODE PENYULINGAN UAP AIR Oleh HILAL ANNASHIRU LIDINILLAH NIM. 070500046 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN JURUSAN PENGOLAHAN

Lebih terperinci

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST. KESEIMBANGAN ENERGI KALOR PADA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR DAN UAP KAPASITAS 1 Kg Nama : Nur Arifin NPM : 25411289 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing

Lebih terperinci

Isolasi dan Identifikasi Komponen Kimia Minyak Atsiri dari Daun, Batang dan Bunga Tumbuhan Salembangu (Melissa sp.)

Isolasi dan Identifikasi Komponen Kimia Minyak Atsiri dari Daun, Batang dan Bunga Tumbuhan Salembangu (Melissa sp.) Isolasi dan Identifikasi Komponen Kimia Minyak Atsiri dari Daun, Batang dan Bunga (Isolation and identification of chemical components of essential oils from leaves, stems, and flowers of Salembangu plants

Lebih terperinci

:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012

:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012 ISSN : 2337-5329 :!,1G():5kr'W:5 JURnAl EKOlOGI DAn SAlns PUSAT PENELITIAN LlNGKUNGAN HIDUP a SUMBERDAYA ALAM (PPLH SDA) UNIVERSITAS PATTIMURA VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012 ISSN : 2337-5329 APLIKASI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di gedung Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Bogor (BALITTRO) untuk penyulingan minyak atsiri sampel dan determinasi sampel

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO

PENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO (The Period s effect to increase Patchouli

Lebih terperinci

METODE EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI

METODE EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI MINYAK ATSIRI (2) TEKNOLOGI PROSESING 1 Oleh : Dr.Ir. Susinggih Wijana, MS. Jurusan Teknologi Industri Pertanian FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA METODE EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI A. Expression

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman cengkeh berasal dari kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 Perancis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman cengkeh berasal dari kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 Perancis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Cengkeh Tanaman cengkeh berasal dari kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 Perancis menyelundupkan tanaman ini dan menanamnya di Madagaskar dan Zanzibar. Dan ternyata tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil,

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman nilam (Pogostemon Cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil, dihasilkan oleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. MINYAK NILAM

II. TINJAUAN PUSTAKA A. MINYAK NILAM II. TINJAUAN PUSTAKA A. MINYAK NILAM Minyak nilam adalah minyak atsiri yang diperoleh dari tanaman nilam (Pogestemon cablin Benth) dengan cara penyulingan. Pada tanaman nilam, minyak atsiri terdapat dalam

Lebih terperinci

UJI PENGARUH SUHU UAP PADA ALAT PENYULING MINYAK ATSIRI TIPE UAP LANGSUNG TERHADAP MUTU DAN RENDEMEN MINYAK NILAM

UJI PENGARUH SUHU UAP PADA ALAT PENYULING MINYAK ATSIRI TIPE UAP LANGSUNG TERHADAP MUTU DAN RENDEMEN MINYAK NILAM UJI PENGARUH SUHU UAP PADA ALAT PENYULING MINYAK ATSIRI TIPE UAP LANGSUNG TERHADAP MUTU DAN RENDEMEN MINYAK NILAM (Effect of Destillation Temperature on Quality and Yield of Patchouli Oil of Direct Steam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji ) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Durian 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian Menurut Rahmat Rukmana ( 1996 ) klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM. Pendekatan Sistem. Analisis Sistem

PEMODELAN SISTEM. Pendekatan Sistem. Analisis Sistem 76 PEMODELAN SISTEM Pendekatan Sistem Analisis Sistem Sistem Rantai Pasok Agroindustri Minyak Nilam secara garis besar terdiri dari 3 (tiga) level pelaku utama, yaitu: (1) usahatani nilam, (2) industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kayu Manis Gambar 1. Kulit Batang Kayu Manis (Dwijayanti, 2011) 1. Sistematika Tumbuhan Sistematika tumbuhan kayu manis menurut Soepomo, 1994 adalah: Kingdom Divisi Kelas Ordo

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH SABUT DAN TEMPURUNG KELAPA MUDA (CocosNucifera) SEBAGAI BAHAN BAKU BRIKET ARANG. Oleh: NICO PRADANA NIM.

PEMANFAATAN LIMBAH SABUT DAN TEMPURUNG KELAPA MUDA (CocosNucifera) SEBAGAI BAHAN BAKU BRIKET ARANG. Oleh: NICO PRADANA NIM. PEMANFAATAN LIMBAH SABUT DAN TEMPURUNG KELAPA MUDA (CocosNucifera) SEBAGAI BAHAN BAKU BRIKET ARANG Oleh: NICO PRADANA NIM. 120 500 031 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara eksperimental laboratorium. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas

Lebih terperinci

MINYAK ATSIRI (2) Karakteristik Bahan dan Teknologi Proses

MINYAK ATSIRI (2) Karakteristik Bahan dan Teknologi Proses MINYAK ATSIRI (2) Karakteristik Bahan dan Teknologi Proses O L E H : D R. I R. S U S I N G G I H W I J A N A, M S. J U R U SA N T E K N O L O G I I N D U S T R I P E RTA N I A N FA KU LTA S T E K N O L

Lebih terperinci

II. METODOLOGI PENELITIAN

II. METODOLOGI PENELITIAN 1 Perbandingan Antara Metode Hydro-Distillation dan Steam-Hydro Distillation dengan pemanfaatan Microwave Terhadap Jumlah Rendemenserta Mutu Minyak Daun Cengkeh Fatina Anesya Listyoarti, Lidya Linda Nilatari,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-39

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-39 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-39 Perbandingan Antara Metode - dan Steam- dengan pemanfaatan Microwave terhadap Jumlah Rendemenserta Mutu Minyak Daun Cengkeh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Citra Pramesti Indriyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Citra Pramesti Indriyanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia memiliki potensi alam yang beragam dan sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Akan tetapi, hingga saat ini banyak potensi alam di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cengkeh adalah tumbuhan asli Maluku, Indonesia. Cengkeh dikenal dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman asli Indonesia ini tergolong

Lebih terperinci

RENDEMEN MINYAK ATSIRI DAUN PINUS (Pinus merkusii Jungh et De Vries) DARI BANJARBARU

RENDEMEN MINYAK ATSIRI DAUN PINUS (Pinus merkusii Jungh et De Vries) DARI BANJARBARU RENDEMEN MINYAK ATSIRI DAUN PINUS (Pinus merkusii Jungh et De Vries) DARI BANJARBARU Volatile oil of pine leafs is oil which obtained from distillation of pine leaf (Pinus merkusii Jungh et De Vries) From

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu teknologi proses ekstraksi minyak sereh dapur yang berkualitas dan bernilai ekonomis

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-234 Perbandingan Metode Steam Distillation dan Steam-Hydro Distillation dengan Microwave Terhadap Jumlah Rendemen serta Mutu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Minyak atsiri merupakan minyak dari tanaman yang komponennya secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Minyak atsiri merupakan minyak dari tanaman yang komponennya secara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Atsiri Minyak atsiri merupakan minyak dari tanaman yang komponennya secara umum mudah menguap sehingga banyak yang menyebut minyak terbang. Minyak atsiri disebut juga

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU

BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU ketiak daun. Bunga berbentuk lancip, panjangnya sampai 5 mm, berwarna hijau kekuningan atau putih, berbau harum. Buah berbentuk bulat telur atau agak lonjong, panjangnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamplung Nyamplung memiliki sebaran yang luas di dunia, dari Afrika, India, Asia Tenggara, Australia Utara, dan lain-lain. Karakteristik pohon nyamplung bertajuk rimbun-menghijau

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-93

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-93 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-93 Pengambilan Minyak Atsiri dari Daun dan Batang Serai Wangi (Cymbopogon winterianus) Menggunakan Metode Distilasi Uap dan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VACUM GELOMBANG MIKRO

PENINGKATAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VACUM GELOMBANG MIKRO LAPORAN TUGAS AKHIR PENINGKATAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VACUM GELOMBANG MIKRO (Enhancement of Patchouli Alcohol Degree in Purification

Lebih terperinci

Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017

Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017 PENGARUH PERBANDINGAN PELARUT DAN BAHAN BAKU TERHADAP PENINGKATAN RENDEMEN MINYAK NILAM (POGOSTEMON CABLIN BENTH) DENGAN DESTILASI AIR MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO Kusyanto 1), Ibnu Eka Rahayu 2 1),2) Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu

BAB I PENDAHULUAN. Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu yang dihasilkan dari pengolahan hutan, contohnya produk ekstraktif. Produk ekstraktif merupakan

Lebih terperinci

RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI TANAMAN TEMU MANGGA (Curcuma mangga Val) DENGAN METODE UAP DAN AIR (Water and Steam Destillation) Oleh:

RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI TANAMAN TEMU MANGGA (Curcuma mangga Val) DENGAN METODE UAP DAN AIR (Water and Steam Destillation) Oleh: RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI TANAMAN TEMU MANGGA (Curcuma mangga Val) DENGAN METODE UAP DAN AIR (Water and Steam Destillation) Oleh: DELLA KARNEGI NIM. 130 500 041 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN Page1 TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan salah satu komoditi sayuran buah yang sangat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati dan keunggulan komparatif untuk menghasilkan berbagai produk pertanian tropis yang tidak dapat dihasilkan negara non-tropis.

Lebih terperinci

DESTILASI UAP (PEMBUATAN MINYAK ATSIRI DARI BUNGA MAWAR) Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

DESTILASI UAP (PEMBUATAN MINYAK ATSIRI DARI BUNGA MAWAR) Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA DESTILASI UAP (PEMBUATAN MINYAK ATSIRI DARI BUNGA MAWAR) Siti Masitoh 1112016200006 M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS

Lebih terperinci

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon sp.) merupakan salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri (essential oil). Di dalam dunia perdagangan Intemasional minyak nilam sering

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIS DAN BIAYA OPERASIONAL ALAT PENYULING NILAM DENGAN SUMBER BAHAN BAKAR KAYU DI ACEH BARAT DAYA

ANALISIS TEKNIS DAN BIAYA OPERASIONAL ALAT PENYULING NILAM DENGAN SUMBER BAHAN BAKAR KAYU DI ACEH BARAT DAYA ANALISIS TEKNIS DAN BIAYA OPERASIONAL ALAT PENYULING NILAM DENGAN SUMBER BAHAN BAKAR KAYU DI ACEH BARAT DAYA Mustaqimah 1*, Rahmat Fadhil 2, Rini Ariani Basyamfar 3 1 Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA SIMPAN PASCA PANEN BUAH JERUK NIPIS (Citrus. aurantifolia) TERHADAP VOLUME TOTAL MINYAK ATSIRI SKRIPSI

PENGARUH MEDIA SIMPAN PASCA PANEN BUAH JERUK NIPIS (Citrus. aurantifolia) TERHADAP VOLUME TOTAL MINYAK ATSIRI SKRIPSI PENGARUH MEDIA SIMPAN PASCA PANEN BUAH JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) TERHADAP VOLUME TOTAL MINYAK ATSIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Lebih terperinci

PENGARUH CAMPURAN LEMAK SAPI DAN MARGARIN SERTA JENIS PELARUT DALAM PROSES EKSTRAKSI MINYAK MELATI MENGGUNAKAN SISTEM ENFLEURASI

PENGARUH CAMPURAN LEMAK SAPI DAN MARGARIN SERTA JENIS PELARUT DALAM PROSES EKSTRAKSI MINYAK MELATI MENGGUNAKAN SISTEM ENFLEURASI PKMP-2-11-1 PENGARUH CAMPURAN LEMAK SAPI DAN MARGARIN SERTA JENIS PELARUT DALAM PROSES EKSTRAKSI MINYAK MELATI MENGGUNAKAN SISTEM ENFLEURASI Kelik Kurniawan, Vita Nindya H., Erna Rahmawati, Iva Nur Rhomadia

Lebih terperinci

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI PERCOBAAN VI Judul Percobaan : DESTILASI Tujuan : Memisahkan dua komponen cairan yang memiliki titik didih berbeda. Hari / tanggal : Senin / 24 November 2008. Tempat : Laboratorium Kimia PMIPA FKIP Unlam

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR METODE DISTILASI VAKUM UNTUK PEMBUATAN MINYAK JERUK PURUT DENGAN MENGGUNAKAN AIR SEBAGAI PELARUT. Solvent)

TUGAS AKHIR METODE DISTILASI VAKUM UNTUK PEMBUATAN MINYAK JERUK PURUT DENGAN MENGGUNAKAN AIR SEBAGAI PELARUT. Solvent) TUGAS AKHIR METODE DISTILASI VAKUM UNTUK PEMBUATAN MINYAK JERUK PURUT DENGAN MENGGUNAKAN AIR SEBAGAI PELARUT (Vacuum Distillation Methode in Producing Lime Oil Using Water as the Solvent) Diajukan sebagai

Lebih terperinci

PENYULINGAN MINYAK NILAM MENGGUNAKAN UAP PANAS LANJUT

PENYULINGAN MINYAK NILAM MENGGUNAKAN UAP PANAS LANJUT PENYULINGAN MINYAK NILAM MENGGUNAKAN UAP PANAS LANJUT Syukran 1, Saifuddin 2, Elfiana 3 1,2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Lhokseumawe 3 Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia, Politeknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang (good product) maupun jasa (services product) dan konservasi. Produk

BAB I PENDAHULUAN. barang (good product) maupun jasa (services product) dan konservasi. Produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil hutan bukan kayu merupakan produk selain kayu yang dihasilkan dari bagian pohon atau benda biologi lain yang diperoleh dari hutan, berupa barang (good product)

Lebih terperinci

PROPOSAL PENELITIAN PENYULINGAN MINYAK ATSIRI DARI NILAM PENELITIAN. Oleh : YULINDA DWI NARULITA

PROPOSAL PENELITIAN PENYULINGAN MINYAK ATSIRI DARI NILAM PENELITIAN. Oleh : YULINDA DWI NARULITA PROPOSAL PENELITIAN PENYULINGAN MINYAK ATSIRI DARI NILAM PENELITIAN \ Oleh : YULINDA DWI NARULITA 0731010044 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Nilam kering yang berasal dari Kabupaten Kuningan. Nilam segar yang terdiri dari bagian daun dan batang tanaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. non kayu diantaranya adalah daun, getah, biji, buah, madu, rempah-rempah, rotan,

BAB I PENDAHULUAN. non kayu diantaranya adalah daun, getah, biji, buah, madu, rempah-rempah, rotan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil hutan non kayu merupakan hasil hutan dimana produk yang diambil bukan kayu atau hasilnya bukan berasal dari penebangan pohon. Produk hasil hutan non kayu diantaranya

Lebih terperinci

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa. 6 3 lintas, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu: 1. Apabila koefisien korelasi antara peubah hampir sama dengan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) maka korelasi tersebut menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rut, 2014 Peningkatan Kadar Mentol Pada Minyak Permen Dementolized Menggunakan Katalis Raney Nikel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rut, 2014 Peningkatan Kadar Mentol Pada Minyak Permen Dementolized Menggunakan Katalis Raney Nikel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan berbagai tanaman rempah-rempah selain India, Cina, dan Brazil. Salah satu produk rempah-rempah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSATAKA. mudah patah. Sistematika tanaman cengkeh sebagai berikut: Cengkeh (Syzigium aromaticum) termasuk dalam famili Myrtaceae.

TINJAUAN PUSATAKA. mudah patah. Sistematika tanaman cengkeh sebagai berikut: Cengkeh (Syzigium aromaticum) termasuk dalam famili Myrtaceae. TINJAUAN PUSATAKA Botani Tanaman Cengkeh Cengkeh (Syzigium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki batang pohon besar dan berkayu keras, cengkeh mampu bertahan hidup puluhan tahun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berumpun lebat, akar tinggal, bercabang banyak, dan berwarna kuning pucat atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. berumpun lebat, akar tinggal, bercabang banyak, dan berwarna kuning pucat atau II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Akarwangi Tanaman akarwangi (Vetiveria zizanioides) termasuk keluarga graminae, berumpun lebat, akar tinggal, bercabang banyak, dan berwarna kuning pucat atau abu-abu

Lebih terperinci

PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM PADA PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KOPI (Coffea sp) Oleh : DONNY SETIAWAN NIM

PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM PADA PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KOPI (Coffea sp) Oleh : DONNY SETIAWAN NIM PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM PADA PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KOPI (Coffea sp) Oleh : DONNY SETIAWAN NIM. 100 500 103 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015

PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015 PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015 DESKRIPSI VARIETAS LADA LADA VAR. NATAR 1 SK Menteri Pertanian nomor : 274/Kpts/KB.230/4/1988 Bentuk Tangkai

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT Feri Manoi PENDAHULUAN Untuk memperoleh produk yang bermutu tinggi, maka disusun SPO penanganan pasca panen tanaman kunyit meliputi, waktu panen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena. rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena. rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya dapat menyebabkan rasa gatal saja, nyamuk juga mampu menularkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2015 sampai Juli 2015. Pembuatan jenang dilakukan di Laboratorium Benih-UKSW dan analisis kandungan gizi

Lebih terperinci

ALKOHOL TEKNIS : NILAI TAMBAH YANG MENJANJIKAN DARI AREN

ALKOHOL TEKNIS : NILAI TAMBAH YANG MENJANJIKAN DARI AREN ALKOHOL TEKNIS : NILAI TAMBAH YANG MENJANJIKAN DARI AREN Oleh : Irene Christine Mandang, S.Hut Penyuluh Kehutanan Kabupaten Minahasa Tenggara PENDAHULUAN Tanaman Aren telah lama dikenal oleh masyarakat

Lebih terperinci

KERAGAAN KARAKTER PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.) HASIL INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA DI TIGA LOKASI. Oleh Muhammad Yusuf Pulungan A

KERAGAAN KARAKTER PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.) HASIL INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA DI TIGA LOKASI. Oleh Muhammad Yusuf Pulungan A KERAGAAN KARAKTER PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.) HASIL INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA DI TIGA LOKASI Oleh Muhammad Yusuf Pulungan A34403065 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Thermodinamika Teknik Mesin

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Thermodinamika Teknik Mesin III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Thermodinamika Teknik Mesin Universitas Lampung. Adapun waktu pelaksaan penelitian ini dilakukan dari bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh subur di Indonesia. Semua bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh subur di Indonesia. Semua bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa (Cocos nucifera) merupakan salah satu tanaman tropis yang tumbuh subur di Indonesia. Semua bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan mulai dari akar, batang, buah,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan.

atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan. 1. Warna Sesuai dengan SNI 06-2385-2006, minyak atsiri berwarna kuning muda hingga coklat kemerahan, namun setelah dilakukan penyimpanan minyak berubah warna menjadi kuning tua hingga coklat muda. Guenther

Lebih terperinci