PENGARUH PERLAKUAN BAHAN BAKU TERHADAP KUALITAS MINYAK ATSIRI DARI DAUN KAYU PUTIH (Melaleuca leucadendron L.)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PERLAKUAN BAHAN BAKU TERHADAP KUALITAS MINYAK ATSIRI DARI DAUN KAYU PUTIH (Melaleuca leucadendron L.)"

Transkripsi

1 PENGARUH PERLAKUAN BAHAN BAKU TERHADAP KUALITAS MINYAK ATSIRI DARI DAUN KAYU PUTIH (Melaleuca leucadendron L.) Oleh : AGI MUHAMAD YUZA AL-BASRI NIM JURUSAN TEKNOLOGI HASIL HUTAN PROGRAM STUDI PENGOLAHAN HASIL HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2010

2 2 PENGARUH PERLAKUAN BAHAN BAKU TERHADAP KUALITAS MINYAK ATSIRI DARI DAUN KAYU PUTIH (Melaleuca leucadendron L.) Oleh : AGI MUHAMAD YUZA AL-BASRI NIM Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya (D III) Kehutanan Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda JURUSAN TEKNOLOGI HASIL HUTAN PROGRAM STUDI PENGOLAHAN HASIL HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2010

3 3 HALAMAN PENGESAHAN Judul Karya Ilmiah Nama Mahasiswa : PENGARUH PERLAKUAN BAHAN BAKU TERHADAP KALITAS MINYAK ATSIRI DARI DAUN KAYU PUTIH (Melaleuca leucadendron L.) : AGI MUHAMAD YUZA AL BASRI Nomor Induk Mahasiswa : Jurusan Program Studi : TEKNOLOGI HASIL HUTAN : TEKNOLOGI HASIL HUTAN Menyetujui, Dosen pembimbing Dosen Penguji Firna Novari, S. Hut, MP NIP Eva Nurmarini. S. Hut,MP NIP Mengesahkan, Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Ir. Wartomo, MP NIP

4 4 RIWAYAT HIDUP AGI MUHAMAD YUZA AL-BASRI lahir pada tanggal 25 September 1989 di Bogor Jawa Barat. Ia merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan bapak MAS BASRI dan ibu ADE SUMARNI. Tahun 1995 ia melanjutkan pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri 05 Gunung Putri dan lulus pada tahun Kemudian ia melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Daarul Uluum Lido Bogor dan lulus pada tahun Kemudian ia melanjutkan ke Madrasah Aliyah Daarul Uluum Lido Bogor dan lulus pada tahun Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2007 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Program Studi Pengolahan Hasil Hutan Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Pada 16 Maret 2010 sampai dengan 16 Mei 2010, ia mengikuti Praktek Kerja Lapangan di CV. Pavettia Kurnia Atsiri Kecamatan Serang Panjang Kabupaten Subang Kota Bandung Provinsi Jawa Barat.

5 5 RINGKASAN AGI MUHAMAD YUZA AL-BASRI. Pengaruh Perlakuan Baku Terhadap Kualitas Minyak Atsiri dari Daun Kayu Putih ( Melaleuca leucadendron L. ) Pada umumnya minyak atsiri dihasilkan dari tumbuhan yang mengandung minyak atsiri, selain dari tumbuhan minyak atsiri juga dapat dihasilkan dari jenis pohon kehutanan seperti pohon kayu putih. Penyulingan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan minyak atsiri baik dari dalam tumbuhan ataupun dari pohon kehutanan seperti pohon kayu putih. Pada penelitian ini menggunakan teknik penyulingan uap dan air. Perbedaan perlakuan bahan baku bisa mempengaruhi rendemen maupun kualitas minyak atsiri yang dihasilkan. Pada penelitian ini dicoba untuk melihat dari sisi perlakuan pengeringan bahan baku yaitu pengeringan bahan baku kering udara dan perlakuan pengeringan kering matahari terhadap kualitas minyak atsiri yang dihasilkan. Bahan baku yang digunakan adalah daun kayu putih dari perlakuan pengeringan kering matahari dan perlakuan pengeringan kering udara kemudian disuling dan menghasilkan minyak yang disebut minyak kayu putih. Kemudian minyak tersebut diuji. Pengujian melip uti rendemen dan beberapa pengujian kualitas minyak kayu putih berdasarkan SNI

6 6 Minyak kayu putih yang dihasilkan dari perlakuan pengeringan kering udara lebih tinggi yaitu 1,39% sedangkan minyak kayu putih perlakuan pengeringan kering matahari lebih rendah yaitu 1,25%. Sedangkan untuk pengujian kualitas, kedua minyak tersebut masuk kedalam standar SNI

7 7 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... RIWAYAT HIDUP... RINGKASAN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... KATA PENGANTAR... i ii iii v vii viii ix I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Penelitian... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA... 4 A. Pengertian Minyak Atsiri... 4 B. Cara Memperoleh Minyak Atsiri... 7 C. Metode Penyulingan Minyak Atsiri... 8 D. Risalah Kayu Putih ( Melaleuca leucadendron L.) III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat B. Alat dan Bahan C. Prosedur Penelitian D. Pengujian Kualitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil B. Pembahasan V. KESIMPULAN DAN SARAN... 35

8 8 A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR ISI ( Lanjutan ) DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

9 9 DAFTAR TABEL No. Tubuh Utama Halaman 1. Mutu Standar Minyak Kayu Putih Nilai Rata-Rata Rendemen Hasil Pengujian Kualitas Hasil Perhitungan Rendemen Nilai Hasil Pengujian Berat Jenis... 33

10 10 DAFTAR GAMBAR No. Tubuh Utama Halaman 1. Gambar Minyak yang dihasilkan No. Lampiran Halaman 1. Proses Pengeringan Bahan Baku Kering Udara Proses Pengeringan Bahan Baku Kering Matahar i Proses Perajangan Proses Penyulingan Proses Pemisahan Minyak dengan Air Proses Pemurnian Minyak menggunakan Magnesium Sulfat Pengujian Minyak dalam Kelarutan Alcohol 80% Piknometer Alat Pengujian Berat Jenis Refraktometer Alat Pengujian Indeks Bias... 38

11 11 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Teknologi Hasil Hutan tepat pada waktunya. Dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu dan dengan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar besarnya kepada: 1. Ayahanda dan ibunda tercinta yang telah banyak memberikan dukungan material maupun moril dalam menyelesaian studi dan penyusunan laporan karya ilmiah serta seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan mendorong penulis dalam menyelesaikan studi. 2. Ir. Wartomo MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 3. M. Fikri Hernandi, S. Hut, MP selaku Ketua Jurusan Pengolahan Hasil Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 4. Firna Novari, S.Hut, MP selaku Dosen Pembimbing. 5. Eva Nurmarini, S. Hut, MP selaku Dosen Penguji 6. Farida, S. Hut selaku teknisi pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membantu dalam penelitian ini. 7. Rekan rekan angkatan 2007 yang telah membantu baik dalam penelitian maupun dalam penyusunan karya ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan karya ilmiah ini masih terdapat kekurangan-kekurangan dan kesalahan-kesalahan, akan tetapi besar harapan dari penulis semoga dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Penulis Kampus Sei. Keledang,Juli 2010

12 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak atsiri karena alam Indonesia sangat kaya tumbuhan yang mengandung minyak atsiri. Pada umunya minyak atsiri dihasilkan dari tanaman yang mengandung minyak atsiri, selain dari tanaman tersebut minyak atsiri juga dapat dihasilkan dari jenis pohon kehutanan. Ada juga macam-macam pohon kehutanan yang dapat diambil minyak atsirinya yaitu diantaranya: pohon cengkeh, pohon kapur, pohon gaharu, pohon pinus dan pohon kayu putih. Pada umumnya, minyak atsiri yang terkandung dalam pohon tersebut diambil dari daun, ranting, bunga, buah, dan kulit batang. Dari kebanyakan macam-macam pohon kehutanan tersebut, pohon kayu putih paling banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Pohon kayu putih mengandung minyak atsiri yang disebut juga cajuput oil yang biasa dipakai sebagai minyak balur atau campuran minyak pengobatan lain (seperti minyak telon) atau campuran parfum serta produk rumah tangga lain. Kayu putih ( Melaleuca leucadendron L. ) merupakan tanaman yang tidak asing bagi masyarakat di Indonesia karena dapat menghasilkan minyak kayu putih ( cajuput oil ) yang berkhasiat sebagai obat, insektisida dan wangi-wangian. Sebagai komoditas perdagangan, minyak kayu putih dapat diperoleh dengan mudah di warung-warung dan toko-toko. Selain dapat diambil minyaknya ( hasil dari penyulingan daunnya ), pohon kayu putih dapat digunakan untuk berbagai keperluan,

13 13 asal bukan sebagai bahan bangunan. Dengan demikian kayu putih memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Gelam atau Kayu putih (Melaleuca leucadendron L.) merupakan pohon anggota suku jambu-jambuan (Myrtaceae) yang dimanfaatkan sebagai sumber minyak kayu putih (cajuput oil). Minyak diekstrak (biasanya disuling dengan uap) terutama dari daun dan rantingnya. Namanya diambil dari warna batangnya yang memang putih. Tumbuhan ini terutama tumbuh baik di Indonesia bagian timur dan Australia bagian utara, namun demikian dapat pula diusahakan di daerah-daerah lain yang memiliki musim kemarau yang jelas. Minyak kayu putih mudah menguap. Pada hari yang panas orang yang berdekatan dengan pohon ini akan dapat membauinya dari jarak yang cukup jauh. Sebagai tumbuhan industri, kayu putih dapat diusahakan dalam bentuk hutan usaha (agroforestri). Perhutani memiliki beberapa hutan kayu putih untuk memproduksinya. Minyak kayu putih yang diambil dari penyulingan biasa dipakai sebagai minyak balur atau campuran minyak pengobatan lain (seperti minyak telon) atau campuran parfum serta produk rumah tangga lain. Kayu putih memiliki kandungan kimia yaitu; minyak atsiri (Kayuputol, terpineol) dan tanin. Minyak atsiri tersebut seluruhnya menghasilkan bau yang khas untuk minyak kayu putih, baunya aromatis dan pedas. Minyak atsiri tersebut dimanfaatkan sebagai bahan campuran dalam obat-obatan atau campuran parfum serta produk rumah tangga lainnya.

14 14 Minyak atsiri dikenal juga minyak terbang atau minyak eteris ( essential oil atau volatile ) dihasilkan oleh tanaman tertentu. Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai bau tanaman penghasinya. Minyak atsiri bersumber dari setiap bagian tanaman yaitu daun, bunga, buah, biji, kulit, batang dan akar tanaman. Untuk minyak kayu putih minyaknya diambil dari daun kayu putih. B. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses dan mekanisme perolehan minyak atsiri dari daun kayu putih dengan menggunakan metode penyulingan uap dan air ( water and steam destilation ) dan mengetahui rendemen serta beberapa kualitas minyak atsiri yang dihasilkan dengan parameter SNI

15 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Minyak Atsiri Menurut Kardinan ( 2005 ), Minyak atsiri juga dikenal dengan nama minyak eteris (essential oil atau volatile). Minyak atsiri dapat dihasilkan dari berbagai bagian tanaman, seperti akar, batang, ranting, daun, bunga atau buah. Minyak atsiri dalam tumbuhan memegang peranan penting bagi kesehatan. Di Indonesia, penggunaan minyak atsiri bisa melalui berbagai cara, antara lain; 1. Melalui mulut atau dikonsumsi (oral), antara lain berupa jamu yang mengandung minyak atsiri atau bahan penyedap makanan (bumbu). 2. Pemakaian luar (topical/external use), antara lain pemijatan lulur, obat luka/memar, parfum/pewangi. 3. Pernapasan (inhalasi atau aromaterapi), antara lain wangi-wangian (perfum) atau aromatika untuk keperluan aromaterapi. 4. Pertisida nabati, antara lain sebagai pengendali hama lalat buah, pengusir (repelent) nyamuk dan antijamur. Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial, minyak terbang, serta minyak aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan

16 16 dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, sulingan minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi. Para ahli biologi menganggap, minyak atsiri merupakan metabolit sekunder yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan (hama) ataupun sebagai agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain dalam mempertahankan ruang hidup. Walaupun hewan kadang-kadang juga mengeluarkan bau-bauan (seperti kesturi dari beberapa musang atau cairan yang berbau menyengat dari beberapa kepik), zat-zat itu tidak digolongkan sebagai minyak atsiri. Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu, susunan senyawa komponennya kuat mempengaruhi saraf manusia (terutama di hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu (baunya kuat). Setiap senyawa penyusun memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat menghasilkan rasa yang berbeda. Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma tertentu. Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak/lipofil. Mutu minyak kayu putih diatur pada SNI Standar tersebut menetapkan istila dan definisi, syarat mutu, cara uji, pengemasan dan penandaan minyak kayu putih yang digunakan sebagai pedoman pengujian minyak kayu putih yang diproduksi di Indonesia.

17 17 Persyaratan mutu standar Minyak Kayu Putih adalah sebagai berikut : Jenis Uji Satuan Persyaratan 1. Keadaan 1.1 Warna Jernih sampai kuning kehijauan 1.2 Bau Khas kayu putih 2 Bobot jenis 20?C/20?C 0,900 0, Indeks bias nd 20 1,450 1, Kelarutan dalam alkohol 80% 1 : 1 sampai 1 : 10 jernih 5. Putaran optic (-) 4? s/d 10? 6. Kandungan sineol % Sumber : Standar Nasional Indonesia

18 18 B. Cara memperoleh minyak atsiri Menurut Harris ( 1985 ), Minyak atsiri yang bersal dari tumbuh-tumbuhan dapat diperoleh melalui tiga cara, yaitu:? Pengempaan (Expression)? Ekstrasi menggunakan pelarut (Solvent extraction)? Penyulingan (Distilation) Dari ketiga cara tersebut, yang erat kaitannya dengan rencana kerja untuk mendapatkan minyak nilam (patchouli oil) adalah cara yang terakhir yakni; penyulingan. Penyulingan adalah salah satu cara untuk mendapatkan minyak atsiri, dengan cara mendidihkan bahan baku yang dimasukkan ke dalam ketel hingga terdapat uap yang diperlukan. Atau dengan cara mengalirkan uap jenuh (saturated or superheated) dari ketel pendidih air ke dalam ketel penyulingan. Dengan penyulingan ini akan dipisahkan zat-zat bertitik didih tinggi dari zatzat yang tidak menguap. Dengan kata lain, penyulingan adalah proses pemisahan komponen-komponen campuran dari dua atau lebih cairan, berdasarkan perbedaan tekanan uap masing-masing komponen tersebut. Cara penyulingan minyak atsiri, pertama-tama bahan baku dari tanaman yang mengandung miyak dimasukkan ke dalam ketel pendidih, atau bahan baku tersebut dimasukkan ke dalam ketel penyulingan dan dialiri uap. Dengan adanya panas air dan uap, tentu akan mempengaruhi bahan trsebut, sehingga di dalam ketel terdapat dua

19 19 cairan, yaitu air panas dan minyak atsiri. Kedua cairan tersebut dididihkan perlahanlahan hingga terbentuk campuran uap yang terdiri dari uap air dan uap minyak. Campuran uap ini akan mengalir melalui pipa pendingin, dan terjadilah proses pangembunan sehingga uap tadi kembali mencair. Dari pipa pendingin, cairan tersebut dialirkan ke alat pemisah, yang akan memisahkan minyak atsiri dari air berdasarkan berat jenisnya. Penyulingan itu sendiri masih dapat dipilahkan menjadi tiga cara yaitu;? Penyulingan dengan air? Penyulingan air dan uap? Penyulingan langsung dengan uap C. Metode Penyulingan Minyak Atsiri Menurut Rismunandar ( 1990 ), Pada umumnya cara isolasi minyak atsiri adalah sebagai berikut: 1 Penyulingan dengan Air Prinsip kerja penyulingan dengan air adalah sebagai berikut; Ketel penyulingan diisi air sampai volumenya hamper separuh, lalu dipanaskan. Sebelum air mendidih, bahan baku dimasukkan he dalam ketel penyulingan. Dengan demikian penguapan air dan minyak atsiri berlangsung bersamaan. Cara penyulingan seperti ini disebut; penyulingan langsung(direct distilation). Bahan baku yang digunakan

20 20 bisanya dari bunga atau daun yang mudah bergerak did alam air dan tidak mudah rusak oleh panas uap air. Penyulingan secara sederhana ini sangat mudah dilakukan, dan tidak perlu modal banyak. Namun, kulitas minyak atsiri yang dihasilkan cukup rendah, kadar minyaknya sedikit, terkadang terjadi proses hidrolisis ester, dan produk miyaknya bercampur dengan hasil sampingan. Bila cara ini digunakan maka bahan yang akan disuling berhubungan langsung dengan air mendidih. Bahan yang akan disuling kemungkinan mengambang atau mengapung di atas air atau terendam seluruhnya, tergantung pada berat jenis dan kuantitas bahan yang akan diproses. Air dapat didihkan dengan api secara langsung. Sejumlah bahan tanaman adakalanya harus diproses dengan penyulingan air (contoh bunga mawar, bunga-bunga jeruk) sewaktu terendam dan bergerak bebas dalam air mendidih. 2 Penyulingan dengan Air dan Uap Bahan tanaman yang akan diproses secara penyulingan uap dan air ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah berlubang-lubang yang ditopang di atas dasar alat penyulingan. Bagian bawah alat penyulingan diisi air sedikit di bawah dimana bahan ditempatkan. Penyulingan minyak aitsiri dengan cara ini memang sedikit lebih maju dan produksi minyaknya pun relatf lebih baik. Prinsip kerja dari penyulingan macam ini adalah sebagai berikut; Ketel penyulingan diisi air sampai batas saringan. Bahan baku

21 21 diletakkan di ats saringan, sehingga tidak berhubungan langsung dengan air yang mendidih, tetapi akan berhubungan dengan uap air. Maka cara penyulingan semacam ini disebut; penyulingan tidak langsung (indirect distillation). Air yang menguap akan membawa partikel-partikel minyak aitsiridan dialirkan melalui pipa kea lat pendingin sehingga terjadi pengembunan dan uap air yang bercapur minyak atsiri tersebut akan mencair kembali. Selanjutnya, dialirkan kea lat pemisah untuk memisahakn minyak atsiri dari air. Cara ini paling sering dilakukan oleh para petani atsiri dan alat-alatnya pun dapat dibuat sendiri oleh para petani atsiri. Produk minyak yang dihasilkan nya cukup bagus, bahkan kalau pengerjaanya dilakukan dengan baik produk minyaknya pun dapat masuk dalam kategori ekspor. 3 Penyulingan langsung dengan Uap Cara ketiga dikenal sebagai penyulinga uap atau penyulingan uap langsung dan perangkatnya mirip dengan kedua alat penyuling sebelumnya hanya saja tidak ada air di bagian bawah alat. Uap yang digunakan lazim memiliki tekanan yang lebih besar daripada tekenan atmosfer dan dihaslkan dari hasil penguapan air yang berasal dari suatu pembangkit uap air. Uap air yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam alat penyulingan. Penyulingan minyak atsiri secara langsung bengan uap nmemerlukan biaya yang cukup besar. Karena harus disiapkan dua buah ketel, dan sebagian besar peralatan terbuat dari stainless steel (SS) dan mild steel (MS).

22 22 Walaupun memerlukan biaya yang besar, kulitas minyak atsiri yang dihasilkan memang jauh lebih sempurna. Prinsip kerja penyulingan seperti ini hamper sama dengan cara menyuling dengan air dan uap (indirect distillation), namun anatara ketel uap dan ketel penyulingan harus terpisah. Ketel uap yang berisi air dipanaskan, lalu uapnya dialirkan ke ketel penyulingan yang berisi bahan baku. Partikel-partikel minyak pada bahan baku terbawa bersama uap dan dialirkan ke alat pendingin. Di dalam alat pendingin itulah terjadi proses pengembunan, sehingga uap yang bercampur minyak akan mengembun dah mencair kembali. Selanjutnya, dialirkan kea lat pemisah yang akan memisahkan minyak atsiri dari air. Cara ini biasanya dilakukan oleh perusahaan atau perorangan kaya. Karena membutuhkan modal besar. Kualitas produk minyak yang dihasilkan jauh lebih sempurna dibandingkan dengan kedua cara lainnya, sehingga harga jualnya pun lebih tinggi.

23 23 D. Risalah Kayu Putih (Melaleuca leucadendron L) A. Tentang Kayu Putih ( Melaleuca leucadendron L.) Di Indonesia, kayu putih mempunyai berbagai nama daerah, antara lain: inggolom ( Batak ), kayu gelang ( Timor ), galam ( Dayak ), gelam ( Sunda dan Jawa), ghelam ( Madura ), baru galang ( Makasar ), waru gelang ( Bugis ), iren (Seram), ai kelane ( Ambon ) dan elan ( Buru ). Kayu putih (Melaleuca leucadendra L.) merupakan pohon anggota suku jambu-jambuan ( Myrtaceae ) yang biasanya dimanfaatkan sebagai sumber minyak kayu putih ( cajuput oil ). Minyak diekstrak biasanya dengan cara disuling dengan uap terutama dari daun dan rantingnya. Namanya diambil dari warna batangnya yang memang putih. ( Sunanto, 2003 ) Masih menurut Sunanto ( 2003 ), Secara morfologis, bagian-bagian kayu putih (Melaleuca leucadendron L.) adalah sebagai berikut: 1) Akar Kayu putih termasuk kelas Dicotyledonae. Sehingga, tanaman yang berasal dari biji mempunyai akar tunggang yang tumbuh lurus ke bawah. Perkembangan akar sangat dipengaruhi oleh struktur tanah, terutama yang berkaitan dengan air dan udara dalam tanah. Pada lahan dengan air tanah yang dalam, akar tunggang akan tumbuh panjang. Kayu putih sangat tahan terhadap kekeringan.

24 24 2) Batang dan Cabang Batang kayu putih berbentuk bulat tanpa banir-banir di bagian baawahnya, tumbuh lurus, dengan jumlah percabangan sedikit. Tajuk tanaman tidak lebar dan tidak teratur, namun daunnya selalu tampak hijau meskipun pada musim kemarau. Bagian luar batang (kulit batang) berwarna putih atau putih kecoklatan, terdiri atas lembaran-lembaran tipis yang mudah dilepaskan tanpa mengganggu pertumbuhan tanaman. 3) Bunga Bunga kayu putih berwarna putih, tumbuh pada pucuk ranting-ranting pohon. Bunga tersusun pada suatu cabang yang tumbuh terbatas, beruas-ruas pendek dan daun-daunnya telah mengalami perubahan bentuk menjadi kelopak (calyx), tajuk (corolla), benang sari (stamen) dan putik (pistillum)yang tersusun melingkar rapat sehingga tampak seperti bertumpuk pada sebuah buku (nodus). Diameter bunga sekitar 2 mm dan panjang sekitar 1 cm, diukur dari dasar bunga sampai bagian paling ujung (kepala putik). Bunga kayu putih mempunyai dua alat kelamin sekaligus (putik dan benang sari) sehingga disebut bunga berkelamin dua (biseksualis) atau hermaprodit. 4) Buah Buah kayu putih berasal dari bakal buah yang telah mengalami pembuahan, melekat pada tangkai secara berkelompok sebagaimana letak bunganya. Bentuk buah bulat, merekah seperti tabung pipih. Buah bertekstur

25 25 keras dan berwarna kecoklatan. Jumlah buah pada tiap malai berbeda-beda, pada tangaki malai yang pendek jumlah buah lebih sedikit daripada tangkai malai yang panjang. 5) Daun Daun merupakan bagian tumbuhan yang penting. Kayu putih termasuk jenis tumbuhan kormus karena tubuh tanaman secara nyata memperlihatkan diferensiasi dalam tiga bagian pokok, yaitu akar (radix), batang (caulis) dan daun (folium). Daun kayu putih dikatakan sebagai daun tidak lengkap karena hanya terdiri atas dua bagian, yaitu tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina). a) Tangkai daun (petiolus) Tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung helaian daun dan bertugas untuk menempatkan helaian daun pada posisi sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh cahaya matahari sebanyak-banyaknya. Tangkai daun berbentuk bula kecil dan terdapat rambut-rambut (bulu-bulu) halus pada permukaannya. Panjang tangkai daun bervariasi. b) Helaian daun Sebatang kayu putih memiliki banyak daun. Helaian daun kayu putih berwarna hiaju muda pada daun muda dan hijau tua pada daun tua karena mengandung zat warna hijau (klorofil). Ukuran daun kayu putih berkisar antara 0,66 cm 4,30 cm dan panjang antara 5,40 cm

26 26 10,15 cm. Daun-daun tumbuh pada cabang-cabang tanaman secara selang-seling, pada satu tangkai daun terdapat lebih dari satu helai daun. Jenis ini termasuk jenis daun majemuk. Daun kayu putih mengandung cairan yang disebut cineol (sineol). Jika daun diremas, cairan ini akan keluar dan mengeluarkan bau (aroma) yang khas. Cairan inilah yang nantinya diproses menjadi minyak kayu putih. Selain sineol, daun kayu putih juga mengandung komponen lain, misalnya terpineol dan pinena. B. Syarat Tumbuh Menurut Sunanto ( 2005 ), Syarat tumbuh kayu putih meliputi faktor lokasi, faktor tanah dan faktor iklim. 1. Faktor Lokasi Tanaman kayu putih dapat tumbuh dengan baik hampir di seluruh wilayah Asia Tenggara, yakni di daerah dataran rendah dan rawa-rawa yang mempunyai ketinggian tempat kurang dari 400 m dari permukaan laut. Di daerah pegunungan, tanaman ini jarang ditemukan Di Indonesia, pertanaman kayu putih pada umumnya berupa hutan alam dan hutan buatan. Hutan alam kayu putih terdapat di Maluku ( Pulau Buru, Seram, Nusa Laut dan Ambon ), Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara, Bali, Nusa Tenggara Timur dan Irian

27 27 Jaya (Papua). Hutan buatan kayu putih terdapat di Jawa Timur (Ponorogo, Kediri dan Madiun), Jawa Tengah ( Sala, Gundih, Grobogan dan Purwodadi ), Daerah Istimewa Yogyakarta (Gunung Kidul dan Bantul) dan Jawa Barat ( Banten, Bogor, Sukabumi, Indramayu dan Majalengka). 2. Faktor Tanah Kayu putih tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus. Tanaman ini dapat tumbuh pada tanah-tanah liat ataupun berpasir, bahkan di tanah yang berkapur. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang kurus dan kering, bahkan merupakan salah satu tanaman yang dapat tumbuh baik di tanah yang terlalu jelek untuk tanaman jati. Pada tanah yang sering tergenang air, kayu putih dapat bertahan hidup. Namun, tanaman ini tidak tahan terhadap tanah yang berkadar asam tinggi. 3. Faktor iklim Tanaman kayu putih membutuhkan temperatur atau suhu udara yang panas sehingga membutuhkan cahaya matahari penuh pada siang hari. Oleh karena itu, tanaman ini dapat tumbuh dengan baik jika ternaungi oleh pohon-pohon lainnya. Curah hujan tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan tanaman kayu putih. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah yanhg memiliki

28 28 curah hujan tinggi maupun di daerah yang memiliki curah hujan yang rendah. C. Varietas Di Indonesia dikenal tiga varietas tanaman kayu putih, yaitu varietas Buru, varietas Timor dan varietas Ponorogo. Secara visual, berdasarkan warna kuncup daunnya tanaman kayu putih dibedakan menjadi tanaman yang berkuncup kuning dan tanaman yang berkuncup merah. Tanaman kayu yang berkuncup kuning memiliki kandungan sineol dan rendemen minyak yang lebih tinggi daripada yang berkuncup merah.

29 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 1 bulan, yang terdiri dari persiapan sampel dan proses penyulingan 2 minggu dan 2 minggu pengambilan dan pengolahan data. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Sifat Kayu dan Analisa Produk Jurusan Teknologi Hasil Hutan. B. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan: a) Daun dan ranting kayu putih b) Air c) Es batu d) Alkohol 80 % e) Magnesium sulfat (Mgs SO 4 ) f) Briket batu bara g) Korek 2. Alat: a) Terpal b) Koran

30 30 c) Parang d) Kunci pas e) Tang f) Destilator g) Separator h) Kondensor i) Timbangan analitik j) Refraktometer k) Piknometer l) Beaker glass m) Tabung reaksi n) Labu filtrasi o) Pipet p) Baskom q) Kompor briket r) Tissue s) Alat tulis t) Kalkulator

31 31 C. Prosedur Penelitian 1) Mempersiapkan bahan baku. Bahan baku terdiri dari daun dan ranting kayu putih yang diperoleh di areal sekitar kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Jumlah bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah 6 kg kering. Setelah bahan baku diperoleh kemudian bahan baku dikeringkan. 2) Proses pengeringan bahan baku. Bahan baku dikeringkan dengan dua cara, yaitu; 1. Bahan baku dikeringkan dengan menggunakan tenaga matahari yaitu pengeringan dilakukan dengan cara bahan baku diletakkan di atas tikar atau alas dengan kurun waktu 2 hari. 2. Bahan baku dikeringkan dengan cara kering udara yaitu pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan sampai bahan baku menjadi kering. Setelah bahan baku menjadi kering kemudian bahan baku dirajang kemudian ditimbang kemudian masuk ke proses penyulingan. 3) Proses penyulingan Proses penyulingan menggunakan metode penyulingan uap dan air (water and steam destilatio n). Adapun langkah-langkah proses penyulingan adalah sebagai berikut; 1. Menyiapkan bahan baku yang terdiri dari daun dan ranting kayu putih sebanyak 1500 g.

32 32 2. Menyiapkan peralatan penyulingan yang terdiri dari ketel suling, kondensor, separator dan tempat penampungan sementara yaitu beaker glass. 3. Menyiapkan kompor sebagai sumber energi panas. 4. Memasukkan bahan baku ke dalam ketel suling kemudian dilaksanakan proses penyulingan. Penyulingan dilaksanakan selama 4-5 jam. Lamanya penyulingan dimulai dari ketika minyak keluar pertama kali sampai minyak tidak keluar lagi. 5. Minyak yang keluar kemudian tertampung di tempat penampungan sementara di labu filtrasi. 4) Proses pemisahan air dan minyak atsiri. Proses pemisahan air dan minyak atsiri menggunakan alat separator. Separator merupakan alat yang berfungsi sebagai pemisah minyak dan air. 5) Proses pemurnian minyak. Proses pemurnian minyak menggunakan bahan kimia Mgso4. Mgso4 berfungsi sebagai pengikat air yang masih tercampur pada minyak. Cara memurnikan minyak yaitu minyak yang telah dipisahkan dari air kemudian dimasukkan ke tabung reaksi kemudian di beri Mgso4 secukupnya sampai minyak tersebut kelihatan murni (tidak ada air) kemudian sampel diuji.

33 33 6) Pengujian kualitas dan pengolahan data Pengujian kualitas minyak atsiri ini meliputi rendemen dan beberapa kualitas minyak atsiri kayu putih seperti uji bau, uji warna, kelarutan dalam alkohol, berat jenis dan indeks bias dengan parameter SNI D. Pengujian kualitas Pengujian kualitas minyak atsiri ini meliputi rendemen dan beberapa kualitas minyak atsiri kayu putih seperti uji bau, uji warna, kelarutan dalam alkohol, berat jenis dan indeks bias dengan parameter SNI Rendemen A. Pengertian Rendemen Menurut Cenmark dan Ruhedi (1976) dalam Hermitono (2005), menyatakan bahwa rendemen dihitung berdasarkan perbandingan antara output dengan input dalam persen. Pegertian ini dapat dirumuskan sebagai berikut ; Selain daripada itu Harris, R. (1987), menyatakan bahwa rendemen minyak atsiri adalah perbandingan atara hasil minyak atsiri dengan bahan tanaman yang diolah.

34 34 B. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendemen Menurut Guenther (1987), faktor-faktor yang mempengaruhi rendemen adalah ketelitian dan kerapian dalam membuat alat penyulingan dan dalam pelaksanaan proses penyulingan. Lebih lanjut menurut Harris, R. (1987), mengemukakan bahwa faktor-faktor yang juga mempengaruhi rendemen, yaitu; 1) Jenis bahan baku. Dalam hal ini bisa berupa kulit, bunga, daun, buah dan sebagainya. Jika penyulingan menggunakan bahan berupa daun, tentu akan dihasilkan rendemen yang lebih besar daripada menggunakan bahan baku berupa kulit. 2) Ukuran dan mutu bahan baku. Dari segi ini, banyaknya bahan dan cara penanganan untuk mutu bahan baku. 3) Peralatan yang digunakan. Dari segi ini, misalanya pada penggunaan alat pemanas berupa kompor, tentu akan akan memberikan panas yang tidak stabil. Hal ini juga didukung oleh pendapat Guenther (1987), yang menyatakan bahwa suhu dan tekanan dapat mempengaruhi rendemen minyak atsisri yang disuling. 4) Ketelitian dalam pelaksanaan penyulingan. Keterampilan dan ketelitian seseorang dalam melakukan proses penyulingan juga turut mempengaruhi nilai rendemen yang akan dihasilkan.

35 35 Misalnya ketelitian sesorang pada saat pemisahan air dan minnyak menggunakan pipet tetes tidak hati-hati. Harris, R. (1987) juga menambahkan bahwa rendemen minyak atsiri juga dipengaruhi oleh keadaan bahan baku yang diolah. 2. Uji bau? Contoh uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi? Dekatkan mulut tabung reaksi ke hidung kemudian dicium sampai tercium bau khas minyak khas minyak kayu putih 3. Uji warna? Contoh uji dimasukkan ke dalam tabung tabung reaksi? Kemudian contoh uji dilihat warnanya. 4. Kelarutan dalam alkohol? Pipet 1 ml contoh uji ke dalam tabung reaksi? Tambahkan alkohol 1 ml demi 1 ml? Pada setiap penambahan alkohol kemudian dikocok dan diamati kejernihannya 5. Berat jenis? Timbang piknometer kosong.? Isi piknometer kosong dengan contoh uji sampai penuh.? Kondisikan piknometer yang berisi contoh uji hingga suhunya 27,5 o C dan dibiarkan selama 15 menit.

36 36? Piknometer diangkat, kemudian dikeringkan dengan kertas atau kain lap yang tidak mengandung minyak.? Timbang piknometer. 6. Indeks bias? Ambil satu tetes contoh uji kemudian diteteskan di atas kaca preparat? Kemudian indeks bias ditetapkan menggunakan alat refraktometer.

37 37 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Hasil pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah meliputi rendemen dan beberapa pengujian minyak kayu putih berdasarkan SNI Nilai hasil rataan rendemen minyak kayu putih dan pengujian kualitas dapat dilihat pada tabel 2 dan 3 berikut ini: Tabel 2. Nilai Rata-rata Rendemen No Perlakuan Rendemen Rata-rata Jumlah Ulangan Ulangan (%) I II 1. Kering Udara 1,36 1,43 2,79 1,39 2. Kering Matahari 1,66 0,85 2,51 1,25 Tabel 3. Hasil Pengujian Kualitas No Persyaratan Kering Udara 1 Bau Khas kayu putih 2 Warna Jernih agak kuning kehijauan Hasil Kering Matahari Khas kayu putih Jernih agak kehijauan Standar menurut SNI Khas kayu putih Jernih sampai kuning kehijauan 3 Berat jenis 0,91 0,92 0,900-0,930 4 Indeks bias ,468 1,468 1,450 1,470 5 Kelarutan dalam alcohol 1 : 1? Jernih 1 : 2? Jernih 1 : 8? Jernih 1 :10? Jernih 1 : 1? Jernih 1 : 2? Jernih 1 : 8? Jernih 1 : 10? Jernih 1:1 sampai 1:10 jernih

38 38 Dari proses penyulingan dihasilkan minyak kayu putih. Dan minyak tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Gambar 1. Minyak kayu putih yang dihasilkan Bila dicermati gambar di atas menunjukkan sedikit perbedaan pada warna dimana minyak kayu putih hasil sulingan kering udara berwarna jernih agak kuning kehijauan sedangkan minyak kayu putih hasil sulingan kering matahari berwarna jernih agak kehijauan. B. Pembahasan Dalam pengujian mutu minyak kayu putih ini menggunakan 2 macam minyak kayu putih yaitu minyak kayu yang dihasilkan dari perlakuan pengeringan kering udara dengan minyak kayu putih yang dihasilkan dari perlakuan pengeringan kering matahari. 1. Menghitung rendemen Menurut Cenmark dan Ruhedi (1976) dalam Hermitono (2005), menyatakan bahwa rendemen dihitung berdasarkan perbandingan antara

39 39 output dengan input dalam persen. Pegertian ini dapat dirumuskan sebagai berikut ; bawah ini: Dan nilai hasil perhitungan rendemen dapat dilihat pada tabel 4 di Sampel yang diuji Tabel 4. Hasil Perhitungan Rendemen Ulangan Output Input ( gr ) ( gr ) Moisture Factor (MF) Rendemen ( % ) Kering 1 18, ,8923 1,36 Udara 2 16, ,8923 1,43 Kering 1 22, ,8923 1,66 Matahari 2 9, ,8923 0,85 Rendemen rata-rata ( % ) 1,39 1,25 Berasarkan tabel 4 di atas, rendemen minyak kayu putih yang dihasilkan dari perlakuan pengeringan kering udara menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan minyak kayu putih yang dihasilkan dari perlakuan kering matahari. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Firna ( 2007 ), hal tersebut disebabkan selama proses penjemuran pada sinar matahari akan terjadi proses penguapan yang sangat cepat yang berimbas pada kehilangan minyak yang lebih besar bila dibandingkan dengan bahan baku yang hanya yang dikering udarakan di bawah naungan. Hal ini juga diperkuat menurut Harris, R. (1987),bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi rendemen adalah mutu dan kualitas bahan baku.

40 40 2. Uji bau Uji bau ini dilakukan dengan cara organoleptik yaitu dengan cara dicium menggunakan indera penciuman hidung. Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui bahwa sampel minyak kayu putih baik yang dihasilkan dari kering udara maupun minyak kayu putih yang dihasilkan dari kering matahari memiliki bau khas minyak kayu putih. Berdasarkan persyaratan SNI untuk parameter bau pada sampel minyak kayu putih baik yang dihasilkan dari kering udara maupun minyak kayu putih yang dihasilkan dari kering matahari adalah bau khas minyak kayu putih. 3. Uji warna Uji warna ini dilakukan dengan cara organoleptik yaitu dengan cara dilihat menggunakan indera penglihatan mata. Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui bahwa sampel minyak kayu putih baik yang dihasilkan dari kering udara maupun minyak kayu putih yang dihasilkan dari kering matahari memiliki warna khas minyak kayu putih yaitu jernih sampai kehijauan. Berdasarkan persyaratan SNI untuk parameter warna pada sampel minyak kayu putih baik yang dihasilkan dari kering udara maupun minyak kayu putih yang dihasilkan dari kering matahari adalah warna khas minyak kayu putih.

41 41 4. Kelarutan dalam alkohol Pengujian kelarutan miyak kayu putih ini dilakukan dengan menggunakan alcohol 80% dengan perbandingan tertentu, yaitu perbandingan alkohol dengan minyak (1 : 1, 1 : 2, 1 : 8, dan 1 : 10). Proses penembahan alkohol ini dilakukan di dalam tabung reaksi dan dikocok, kemudian didiamkan kamudian diamati kejernihannya. Berdasarkan pengamatan dan parameter SNI untuk kelarutan dalam alkohol dalam minyak kayu putih maka dapat diketahui bahwa tingkat kelarutan minyak kayu putih yang dihasilkan dari kering udara maupun kering matahari dalam alkohol adalah jernih. 5. Indeks bias Indeks bias adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan antara sinus sudut datang dengan sinus sudut bias cahaya. Pengujian indeks bias ini menggunakan alat refraktometer pada suhu Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan dapat diketahui indeks bias dari sampel minyak kayu putih yang dihasilkan dari kering udara adalah 1,468 dan indeks bias untuk sampel dari minyak kayu putih yang dihasilkan dari kering matahari adalah 1,468. Berdasarkan SNI SNI untuk parameter indeks bias minyak kayu putih pada suhu 20 0 adalah antara 1,46 1,47. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan persyaratan

42 42 SNI maka dapat diketahui kedua minyak tersebut sesuai dengan standar yang ditentukan. 6. Berat jenis Menurut S. Ketaren (2005), Berat jenis adalah perbandingan berat suatu benda dengan berat air yang yang sama volumenya pada suhu yang sama. Pengertian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: bawah ini ). Berikut adalah data hasil pengujian berat jenis ( lihat pada tabel di Sampel yang diuji Tabel 5. Nilai Hasil Pengujian Berat Jenis Ulangan Berat Berat Air Berat Jenis Rata-rata Minyak Berat Jenis Kering Udara Kering Matahari 1 9, , ,91 2 9, , ,91 1 9,2479 9, ,92 2 9, , ,92 0,91 0,92

43 43 Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui bahwa berat jenis kedua sampel yatiu minyak kayu putih yang dihasilkan dari kering udara adalah 0,91 dan minyak kayu putih hasil dari kering udara adalah 0,92. Berdasarkan SNI untuk berat jenis minyak kayu putih adalah antara 0,90 0,93. Dari penelitian yang telah dilaksanakan dibandingka dengan persyaratan SNI maka kedua sampel tersebut sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

44 44 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil pengamatan data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rendemen rata-rata minyak atsiri dari daun kayu putih (Melaleuca leucadendron) yang dihasilkan dari kering udara yaitu 1,39 % lebih tinggi daripada minyak yang dihasilkan kering matahari yaitu 1,25 %. Di samping itu minyak atsiri yang dihasilkan baik dari bahan baku kering udara maupun dari kering matahari memenuhi hasil uji berdasarkan SNI yaitu Uji bau, uji warna, kelarutan dalam alkohol 80 %, indeks bias dan berat jenis. B. Saran Berdasarkan data penelitian di atas maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai pengujian minyak berdasarkan SNI yaitu pengujian kandungan sineol dan putaran optik.

45 45

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL HUTAN PROGRAM STUDI PENGOLAHAN HASIL HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2010

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL HUTAN PROGRAM STUDI PENGOLAHAN HASIL HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2010 1 PENGARUH PERBEDAAN WAKTU PROSES PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN DAN BEBERAPA SIFAT FISIK MINYAK ATSIRI DAUN MANGGA (Mangifera casturi) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENYULINGAN UAP AIR (Water and Steam Destilation)

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP

PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP (Baeckea frustescens L) DENGAN PENYULINGAN METODE PEREBUSAN The Influence of Growing Site and duration distillation

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Nilam Gambar 1. Daun Nilam (Irawan, 2010) Tanaman nilam (Pogostemon patchouli atau Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan berbatang

Lebih terperinci

UJI COBA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR dan UAP KAPASITAS 1 kg

UJI COBA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR dan UAP KAPASITAS 1 kg UJI COBA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR dan UAP KAPASITAS 1 kg Nama : Muhammad Iqbal Zaini NPM : 24411879 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Cokorda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam hutan. Hasil hutan dapat berupa hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu. Hasil hutan kayu sudah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam TINJAUAN PUSTAKA Upaya pengembangan produksi minyak atsiri memang masih harus dipicu sebab komoditas ini memiliki peluang yang cukup potensial, tidak hanya di pasar luar negeri tetapi juga pasar dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1 PENDAHULUAN Minyak nilam berasal dari tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu komoditi non migas yang belum dikenal secara meluas di Indonesia, tapi cukup popular di pasaran Internasional.

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI CV. PAVETTIA KURNIA ATSIRI KAB.SUBANG JAWA BARAT

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI CV. PAVETTIA KURNIA ATSIRI KAB.SUBANG JAWA BARAT 1 LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI CV. PAVETTIA KURNIA ATSIRI KAB.SUBANG JAWA BARAT Oleh: MULYADI NIM. 070 500 057 JURUSAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMAR1NDA

Lebih terperinci

Minyak terpentin SNI 7633:2011

Minyak terpentin SNI 7633:2011 Standar Nasional Indonesia Minyak terpentin ICS 65.020.99 Badan Standardisasi Nasional Copyright notice Hak cipta dilindungi undang undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi

Lebih terperinci

RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI TANAMAN BELUNTAS (Pluchea indica Less) DENGAN METODE PENYULINGAN UAP DAN AIR (Water and Steam Destillation)

RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI TANAMAN BELUNTAS (Pluchea indica Less) DENGAN METODE PENYULINGAN UAP DAN AIR (Water and Steam Destillation) RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI TANAMAN BELUNTAS (Pluchea indica Less) DENGAN METODE PENYULINGAN UAP DAN AIR (Water and Steam Destillation) Oleh: VERONIKA IDANG NIM. 120 500 038 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman cengkeh berasal dari kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 Perancis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman cengkeh berasal dari kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 Perancis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Cengkeh Tanaman cengkeh berasal dari kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 Perancis menyelundupkan tanaman ini dan menanamnya di Madagaskar dan Zanzibar. Dan ternyata tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Minyak Atsiri Minyak atsiri atau yang dikenal sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial, minyak terbang serta minyak aromatic adalah kelompok besar minyak

Lebih terperinci

BAB 1 KAYU PUTIH. (Melaleuca leucadendra syn. M. leucadendron) Sumber foto:

BAB 1 KAYU PUTIH. (Melaleuca leucadendra syn. M. leucadendron) Sumber foto: BAB 1 KAYU PUTIH (Melaleuca leucadendra syn. M. leucadendron) Gambar 1.1. Tanaman Kayu Putih (Melaleuca leucadendra syn. M. leucadendron) Sumber foto: http://www.google.com/search?q=foto+tanaman+kayu+putih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang (good product) maupun jasa (services product) dan konservasi. Produk

BAB I PENDAHULUAN. barang (good product) maupun jasa (services product) dan konservasi. Produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil hutan bukan kayu merupakan produk selain kayu yang dihasilkan dari bagian pohon atau benda biologi lain yang diperoleh dari hutan, berupa barang (good product)

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA

BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA 3.1 Proses Perpindahan Kalor 3.1.1 Sumber Kalor Untuk melakukan perpindahan kalor dengan metode uap dan air diperlukan sumber destilasi untuk mendidihkan

Lebih terperinci

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan BAB III METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan Penyegar, Unit Pelayanan Terpadu Pengunjian dan Sertifikasi Mutu Barang (UPT. PSMB) Medan yang bertempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menambah devisa negara yang dengan sendirinya akanmeningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menambah devisa negara yang dengan sendirinya akanmeningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat besar dan beragam untuk dapat menambah devisa negara yang dengan sendirinya akanmeningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Pemanfaatan kekayaan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL ) MINYAK ATSIRI di CV. PAVETTIA KURNIA ATSIRI KAB. SUBANG JAWA BARAT

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL ) MINYAK ATSIRI di CV. PAVETTIA KURNIA ATSIRI KAB. SUBANG JAWA BARAT LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL ) MINYAK ATSIRI di CV. PAVETTIA KURNIA ATSIRI KAB. SUBANG JAWA BARAT Oleh : RIDWAN WIDYA PERMANA NIM. 070 500 061 JURUSAN TEKHNOLOGI HASIL HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si

Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si DAFTAR HALAMAN Manual Prosedur Pengukuran Berat Jenis... 1 Manual Prosedur Pengukuran Indeks Bias... 2 Manual Prosedur Pengukuran kelarutan dalam Etanol... 3 Manual

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT Feri Manoi PENDAHULUAN Untuk memperoleh produk yang bermutu tinggi, maka disusun SPO penanganan pasca panen tanaman kunyit meliputi, waktu panen,

Lebih terperinci

TEKNOLOGI REMPAH-REMPAH DAN MINYAK ATSIRI

TEKNOLOGI REMPAH-REMPAH DAN MINYAK ATSIRI PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI REMPAH-REMPAH DAN MINYAK ATSIRI Oleh: Dr. Karseno, S.P., M.P., Ph.D. Dra. Erminawati, M.Sc., Ph.D. Ir. Sujiman, M.P. KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Minyak atsiri yang juga dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah menguap pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. non kayu diantaranya adalah daun, getah, biji, buah, madu, rempah-rempah, rotan,

BAB I PENDAHULUAN. non kayu diantaranya adalah daun, getah, biji, buah, madu, rempah-rempah, rotan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil hutan non kayu merupakan hasil hutan dimana produk yang diambil bukan kayu atau hasilnya bukan berasal dari penebangan pohon. Produk hasil hutan non kayu diantaranya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris (Essential oil volatile) yang

I. PENDAHULUAN. Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris (Essential oil volatile) yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak atsiri merupakan zat yang memberikan aroma pada tumbuhan. Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris (Essential oil volatile) yang merupakan salah satu hasil

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-39

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-39 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-39 Perbandingan Antara Metode - dan Steam- dengan pemanfaatan Microwave terhadap Jumlah Rendemenserta Mutu Minyak Daun Cengkeh

Lebih terperinci

atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan.

atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan. 1. Warna Sesuai dengan SNI 06-2385-2006, minyak atsiri berwarna kuning muda hingga coklat kemerahan, namun setelah dilakukan penyimpanan minyak berubah warna menjadi kuning tua hingga coklat muda. Guenther

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea

BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting bagi Indonesia, karena minyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Atsiri Minyak atsiri awalnya dikenal sebagai minyak esensial. Minyak ini sudah lama dikenal sejak tahun 3.000 SM oleh penduduk Mesir kuno dan digunakan untuk tujuan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL ) MINYAK ATSIRI di CV. PAVETTIA KURNIA ATSIRI. Kab. Subang Jawa Barat

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL ) MINYAK ATSIRI di CV. PAVETTIA KURNIA ATSIRI. Kab. Subang Jawa Barat LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL ) MINYAK ATSIRI di CV. PAVETTIA KURNIA ATSIRI Kab. Subang Jawa Barat Oleh : RANDI HARDI AKBAR NIM. 070 500 038 JURUSAN TEKHNOLOGI HASIL HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling

III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun dan batang nilam yang akan di suling di IKM Wanatiara Desa Sumurrwiru Kecamatan Cibeurem Kabupaten Kuningan. Daun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cengkeh adalah tumbuhan asli Maluku, Indonesia. Cengkeh dikenal dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman asli Indonesia ini tergolong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamplung Nyamplung memiliki sebaran yang luas di dunia, dari Afrika, India, Asia Tenggara, Australia Utara, dan lain-lain. Karakteristik pohon nyamplung bertajuk rimbun-menghijau

Lebih terperinci

II. METODOLOGI PENELITIAN

II. METODOLOGI PENELITIAN 1 Perbandingan Antara Metode Hydro-Distillation dan Steam-Hydro Distillation dengan pemanfaatan Microwave Terhadap Jumlah Rendemenserta Mutu Minyak Daun Cengkeh Fatina Anesya Listyoarti, Lidya Linda Nilatari,

Lebih terperinci

PENENTUAN BOBOT JENIS DAN INDEKS BIAS SERTA KELARUTAN DALAM ETANOL DAN PUTARAN OPTIK MINYAK KAYU PUTIH (MELALEUCA LEUCADENDRON) TUGAS AKHIR

PENENTUAN BOBOT JENIS DAN INDEKS BIAS SERTA KELARUTAN DALAM ETANOL DAN PUTARAN OPTIK MINYAK KAYU PUTIH (MELALEUCA LEUCADENDRON) TUGAS AKHIR PENENTUAN BOBOT JENIS DAN INDEKS BIAS SERTA KELARUTAN DALAM ETANOL DAN PUTARAN OPTIK MINYAK KAYU PUTIH (MELALEUCA LEUCADENDRON) TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Kedelai Proses pendahuluan Blanching Pengeringan Pembuangan sisa kulit ari pengepresan 5.1.2 Alat yang Digunakan

Lebih terperinci

DISTILLASI DAUN KAYU PUTIH DENGAN VARIASI TEKANAN OPERASI DAN KEKERINGAN BAHAN UNTUK MENGOPTIMALKAN KADAR SINEOL DALAM MINYAK KAYU PUTIH

DISTILLASI DAUN KAYU PUTIH DENGAN VARIASI TEKANAN OPERASI DAN KEKERINGAN BAHAN UNTUK MENGOPTIMALKAN KADAR SINEOL DALAM MINYAK KAYU PUTIH Muyassaroh:Distillasi daun kayu putih dengan variasi tekanan operasi dan kekeringan bahan untuk mengoptimalkan kadar sineol dalam minyak kayu putih DISTILLASI DAUN KAYU PUTIH DENGAN VARIASI TEKANAN OPERASI

Lebih terperinci

Nahar, Metode Pengolahan dan Peningkatan Mutu Minyak Nilam METODE PENGOLAHAN DAN PENINGKATAN MUTU MINYAK NILAM. Nahar* Abstrak

Nahar, Metode Pengolahan dan Peningkatan Mutu Minyak Nilam METODE PENGOLAHAN DAN PENINGKATAN MUTU MINYAK NILAM. Nahar* Abstrak Nahar, Metode Pengolahan dan Peningkatan METODE PENGOLAHAN DAN PENINGKATAN MUTU MINYAK NILAM Nahar* Abstrak Tumbuhan nilam, Pogostemon cablin Benth, adalah salah satu jenis minyak atsiri terpenting bagi

Lebih terperinci

METODE DESTILASI AIR MINYAK ATSIRI PADA HERBA SERAI WANGI (Andropogon nardus Linn.) Indri Kusuma Dewi, Titik Lestari Poltekkes Kemenkes Surakarta

METODE DESTILASI AIR MINYAK ATSIRI PADA HERBA SERAI WANGI (Andropogon nardus Linn.) Indri Kusuma Dewi, Titik Lestari Poltekkes Kemenkes Surakarta METODE DESTILASI AIR MINYAK ATSIRI PADA HERBA SERAI WANGI (Andropogon nardus Linn.) Indri Kusuma Dewi, Titik Lestari Poltekkes Kemenkes Surakarta ABSTRAK Minyak atsiri merupakan minyak mudah menguap atau

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen 18 BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Wijen Biji Wijen Pembersihan Biji Wijen Pengovenan Pengepresan Pemisahan Minyak biji wijen Bungkil biji wijen

Lebih terperinci

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST. KESEIMBANGAN ENERGI KALOR PADA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR DAN UAP KAPASITAS 1 Kg Nama : Nur Arifin NPM : 25411289 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm 2 )

Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm 2 ) Bulan Lampiran 1. Data Iklim Wilayah Dramaga pada Bulan Februari hingga Mei 2011 Suhu Rata-rata ( o C) Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm 2 ) Penguapan (mm) Kelembaban Udara (%) Februari 25.6

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

Kulit masohi SNI 7941:2013

Kulit masohi SNI 7941:2013 Standar Nasional Indonesia ICS 65.020.99 Kulit masohi Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini

Lebih terperinci

:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012

:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012 ISSN : 2337-5329 :!,1G():5kr'W:5 JURnAl EKOlOGI DAn SAlns PUSAT PENELITIAN LlNGKUNGAN HIDUP a SUMBERDAYA ALAM (PPLH SDA) UNIVERSITAS PATTIMURA VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012 ISSN : 2337-5329 APLIKASI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di gedung Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Bogor (BALITTRO) untuk penyulingan minyak atsiri sampel dan determinasi sampel

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Minyak atsiri merupakan minyak dari tanaman yang komponennya secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Minyak atsiri merupakan minyak dari tanaman yang komponennya secara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Atsiri Minyak atsiri merupakan minyak dari tanaman yang komponennya secara umum mudah menguap sehingga banyak yang menyebut minyak terbang. Minyak atsiri disebut juga

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Sampel. Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Sampel. Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Sampel Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun Kembangan, Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Bagian tanaman yang digunakan adalah daun dan batang

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian 14 BAB V METODOLOGI 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian No. Nama Alat Jumlah 1. Oven 1 2. Hydraulic Press 1 3. Kain saring 4 4. Wadah kacang kenari ketika di oven 1 5.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian bersifat eksperimen. Dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Pada percobaan ini terdapat 6 taraf perlakuan

Lebih terperinci

Penetapan Kadar Sari

Penetapan Kadar Sari I. Tujuan Percobaan 1. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut air dari simplisia. 2. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut etanol dari simplisia. II. Prinsip Percobaan Penentuan kadar sari berdasarkan

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL 5.1 Gambaran Umum Perusahaan PT Panafil Essential Oil ialah anak perusahaan dari PT Panasia Indosyntec Tbk yang baru berdiri pada bulan Oktober 2009. PT Panasia Indosyntec

Lebih terperinci

Efisiensi Pemurnian Minyak Nilam Menggunakan Distilasi Vacum Gelombang Mikro

Efisiensi Pemurnian Minyak Nilam Menggunakan Distilasi Vacum Gelombang Mikro LAPORAN TUGAS AKHIR Efisiensi Pemurnian Minyak Nilam Menggunakan Distilasi Vacum Gelombang Mikro (Efficiency Purification Patchouli Oil Using Microwave Vacum Distilation ) Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura Hak cipta dilindungi Undang-Undang Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura ISBN: 978-602-97552-1-2 Deskripsi halaman sampul : Gambar

Lebih terperinci

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu 40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.

Lebih terperinci

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu teknologi proses ekstraksi minyak sereh dapur yang berkualitas dan bernilai ekonomis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Nilam Syarat Tumbuh Nilam

TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Nilam Syarat Tumbuh Nilam 4 TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Nilam Tanaman nilam termasuk famili Labiatae (Santoso 1990). Ada tiga jenis tanaman nilam yaitu Pogostemon cablin Benth atau Nilam Aceh, Pogostemon

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian BAB V METODOLOGI Penelitian ini akan dilakukan 2 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

Lebih terperinci

Karya Ilmiah Bisnis Kulit Jeruk dijadikan sebagai Alternatif Pengganti Bahan Bakar Fosil

Karya Ilmiah Bisnis Kulit Jeruk dijadikan sebagai Alternatif Pengganti Bahan Bakar Fosil Karya Ilmiah Bisnis Kulit Jeruk dijadikan sebagai Alternatif Pengganti Bahan Bakar Fosil Nama : Angga Adi Utama Nim : 10.11.3957 Kelas : S1 TI F STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010/2011 1.1 Latar Belakang BAB

Lebih terperinci

METODE EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI

METODE EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI MINYAK ATSIRI (2) TEKNOLOGI PROSESING 1 Oleh : Dr.Ir. Susinggih Wijana, MS. Jurusan Teknologi Industri Pertanian FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA METODE EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI A. Expression

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Lada hitam. Badan Standardisasi Nasional ICS

SNI Standar Nasional Indonesia. Lada hitam. Badan Standardisasi Nasional ICS SNI 01-0005-1995 Standar Nasional Indonesia Lada hitam ICS Badan Standardisasi Nasional i SNI 01 0005-1995 Daftar Isi 1. Ruang lingkup... 2 2. Acuan Normatif... 2 3. Istilah dan definisi... 2 4. Klasifikasi/penggolongan...

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara eksperimental laboratorium. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 10 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari hingga Februari 2015. Tempat pengambilan sampel dilakukan di pertanaman pohon gaharu di

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-93

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-93 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-93 Pengambilan Minyak Atsiri dari Daun dan Batang Serai Wangi (Cymbopogon winterianus) Menggunakan Metode Distilasi Uap dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Nilam kering yang berasal dari Kabupaten Kuningan. Nilam segar yang terdiri dari bagian daun dan batang tanaman

Lebih terperinci

A. Struktur Akar dan Fungsinya

A. Struktur Akar dan Fungsinya A. Struktur Akar dan Fungsinya Inti Akar. Inti akar terdiri atas pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Pembuluh kayu berfungsi mengangkut air dari akar ke daun. Pembuluh tapis berfungsi mengangkut hasil fotosintesis

Lebih terperinci

PENYULINGAN MINYAK ATSIRI SEREH DAPUR

PENYULINGAN MINYAK ATSIRI SEREH DAPUR PENYULINGAN MINYAK ATSIRI SEREH DAPUR (Cymbopogon citratus) DENGAN METODE PENYULINGAN AIR-UAP (The Destillation of Lemongrass Essential Oil by Using the Water-steam Method ) Zaituni 1, Rita Khathir 1,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Bawang merah telah dikenal dan digunakan orang sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Dalam peninggalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Dephut, 1998): Kingdom : Plantae Divisio : Spematophyta

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Tabel 5. Alat yang Digunakan No. Nama Alat Ukuran Jumlah 1. Baskom - 3 2. Nampan - 4 3. Timbangan - 1 4. Beaker glass 100ml,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur sekitar 4 bulan (Pudjiatmoko, 2008). Klasifikasi tanaman tomat adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Lebih terperinci

PROSES EKSTRAKSI MINYAK BUNGA MELATI (JASMINUM SAMBAC) DENGAN METODE ENFLEURASI. Elwina, Irwan, Ummi Habibah *) ABSTRAK

PROSES EKSTRAKSI MINYAK BUNGA MELATI (JASMINUM SAMBAC) DENGAN METODE ENFLEURASI. Elwina, Irwan, Ummi Habibah *) ABSTRAK PROSES EKSTRAKSI MINYAK BUNGA MELATI (JASMINUM SAMBAC) DENGAN METODE ENFLEURASI Elwina, Irwan, Ummi Habibah *) ABSTRAK Minyak melati merupakan salah satu produk minyak atsiri yang paling mahal dan banyak

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat Pembuatan Lem Tembak. No. Nama Alat Jumlah. 1. Panci Alat Pengering 1. 3.

BAB V METODOLOGI Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat Pembuatan Lem Tembak. No. Nama Alat Jumlah. 1. Panci Alat Pengering 1. 3. BAB V METODOLOGI 5.1. Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat Pembuatan Lem Tembak No. Nama Alat Jumlah 1. Panci 1 2. Alat Pengering 1 3. Alat Press 1 4. Pengukus 1 5. Mesin Pengaduk 1 6. Plate Pemanas 1 7.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Teknik Pengolahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-234 Perbandingan Metode Steam Distillation dan Steam-Hydro Distillation dengan Microwave Terhadap Jumlah Rendemen serta Mutu

Lebih terperinci

PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL

PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL LAPORAN TUGAS AKHIR PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL (Purification Patchouli oil By Use Of Microwave Distillation

Lebih terperinci

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH Petunjuk Paktikum I. ISLASI EUGENL DARI BUNGA CENGKEH A. TUJUAN PERCBAAN Mengisolasi eugenol dari bunga cengkeh B. DASAR TERI Komponen utama minyak cengkeh adalah senyawa aromatik yang disebut eugenol.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang didukung dengan studi pustaka.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang didukung dengan studi pustaka. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang didukung dengan studi pustaka. B. Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017

Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017 PENGARUH PERBANDINGAN PELARUT DAN BAHAN BAKU TERHADAP PENINGKATAN RENDEMEN MINYAK NILAM (POGOSTEMON CABLIN BENTH) DENGAN DESTILASI AIR MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO Kusyanto 1), Ibnu Eka Rahayu 2 1),2) Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

I. Judul: Isolasi Minyak Jahe Dari Rimpang Jahe (Zinger Officinale) II. Tanggal Percobaan: 6 Maret 2013 III. Tanggal selesai Percobaan: 6 Maret 2013

I. Judul: Isolasi Minyak Jahe Dari Rimpang Jahe (Zinger Officinale) II. Tanggal Percobaan: 6 Maret 2013 III. Tanggal selesai Percobaan: 6 Maret 2013 I. Judul: Isolasi Minyak Jahe Dari Rimpang Jahe (Zinger Officinale) II. Tanggal Percobaan: 6 Maret 2013 III. Tanggal selesai Percobaan: 6 Maret 2013 IV. Tujuan Percobaan: 1. Memilih peralatan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM Penanganan dan Pengelolaan Saat Panen Mengingat produk tanaman obat dapat berasal dari hasil budidaya dan dari hasil eksplorasi alam maka penanganan

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI Oleh : Nama : Rudi Novianto NIM : 10.11.3643 STRATA SATU TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 A. Abstrak Jambu

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM. Pendekatan Sistem. Analisis Sistem

PEMODELAN SISTEM. Pendekatan Sistem. Analisis Sistem 76 PEMODELAN SISTEM Pendekatan Sistem Analisis Sistem Sistem Rantai Pasok Agroindustri Minyak Nilam secara garis besar terdiri dari 3 (tiga) level pelaku utama, yaitu: (1) usahatani nilam, (2) industri

Lebih terperinci

Standard of Operation Procedure (SOP) Kegiatan : Good Development Practice Sub Kegiatan : Metoda Pengujian Kualitas Minyak Nilam

Standard of Operation Procedure (SOP) Kegiatan : Good Development Practice Sub Kegiatan : Metoda Pengujian Kualitas Minyak Nilam Standard of Operation Procedure (SOP) Kegiatan : Good Development Practice Sub Kegiatan : Metoda Pengujian Kualitas Minyak Nilam 1. Penyulingan Minyak Nilam a. Daun nilam ditimbang dalam keadaan basah

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman aromatik merupakan komoditas ekspor nonmigas yang dibutuhkan di berbagai industri seperti dalam industri parfum, kosmetika,

Lebih terperinci

RENDEMEN MINYAK ATSIRI DAUN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia Swingle) DENGAN METODE PENYULINGAN UAP AIR HILAL ANNASHIRU LIDINILLAH NIM.

RENDEMEN MINYAK ATSIRI DAUN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia Swingle) DENGAN METODE PENYULINGAN UAP AIR HILAL ANNASHIRU LIDINILLAH NIM. 1 RENDEMEN MINYAK ATSIRI DAUN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia Swingle) DENGAN METODE PENYULINGAN UAP AIR Oleh HILAL ANNASHIRU LIDINILLAH NIM. 070500046 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN JURUSAN PENGOLAHAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanaman Sorgum Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas dan daerah beriklim sedang. Sorgum dibudidayakan pada ketinggian 0-700 m di

Lebih terperinci

BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK

BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK 3.1. Flowchart Pengolahan dan Pengujian Minyak Biji Jarak 3.2. Proses Pengolahan Minyak Biji Jarak Proses pengolahan minyak biji jarak dari biji buah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN. 3.1 Penetapan Kadar Minyak Atsiri dari Biji Pala. Contoh dipotong-potong kecil, dimasukkan ke dalam labu didih.

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN. 3.1 Penetapan Kadar Minyak Atsiri dari Biji Pala. Contoh dipotong-potong kecil, dimasukkan ke dalam labu didih. BAB III METODOLOGI PENGUJIAN 3.1 Penetapan Kadar Minyak Atsiri dari Biji Pala 3.1.1 Prinsip Contoh dipotong-potong kecil, dimasukkan ke dalam labu didih. Tambahkan air dan didihkan. Selanjutnya disambung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan minyak nilam. Menurut Grieve (2002) Tanaman Nilam termasuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan minyak nilam. Menurut Grieve (2002) Tanaman Nilam termasuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilam Nilam adalah suatu semak tropis penghasil sejenis minyak atsiri yang dinamakan minyak nilam. Menurut Grieve (2002) Tanaman Nilam termasuk tanaman penghasil minyak atsiri

Lebih terperinci