ESTIMASI MUSIM PENANGKAPAN LAYANG, LEMURU DAN BANYAR YANG DIDARATKAN DI PPN PEKALONGAN KARINA PUSPITA SANGGA MARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ESTIMASI MUSIM PENANGKAPAN LAYANG, LEMURU DAN BANYAR YANG DIDARATKAN DI PPN PEKALONGAN KARINA PUSPITA SANGGA MARA"

Transkripsi

1 ESTIMASI MUSIM PENANGKAPAN LAYANG, LEMURU DAN BANYAR YANG DIDARATKAN DI PPN PEKALONGAN KARINA PUSPITA SANGGA MARA DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 21

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI INI dan SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Estimasi Musim Penangkapan Layang, Lemuru dan Banyar di PPN Pekalongan adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 21 Karina Puspita Sangga Mara ii

3 ABSTRAK KARINA PUSPITA SANGGA MARA, C Estimasi Musim Penangkapan Layang, Lemuru dan Banyar yang Didaratkan di PPN Pekalongan (Fishing Season Estimation of Scads, Sardines and Indian Mackerel at The PPN PEKALONGAN Hinterland). Dibimbing oleh ZULKARNAIN dan RONNY IRAWAN WAHJU. Penurunan produksi ikan di PPN Pekalongan yang sebagian besar didaratkan oleh armada purse seine dan kondisi padat tangkap perairan Laut Jawa dan sekitarnya, mendorong perlunya upaya penangkapan yang efektif. Upaya tersebut membutuhkan informasi pola musim penangkapan ikan yang pendekatannya dapat dilakukan dengan mengestimasi musim penangkapan terhadap ikan dominan yaitu ikan layang, lemuru dan banyar. Penelitian mengenai estimasi musim penangkapan layang, lemuru dan banyar yang didaratkan di PPN Pekalongan dilakukan pada bulan November 29 dan Maret 21. Tujuannya adalah (1) Menganalisis hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan (CPUE), (2) Mengestimasi pola musim penangkapan dan (3) Mengestimasi daerah penangkapan yang baik. Analisis CPUE dilakukan dengan membandingkan hasil tangkapan terhadap upaya penangkapan, estimasi pola musim penangkapan dilakukan dengan analisis deret waktu (rata-rata bergerak) dan estimasi daerah penangkapan ikan yang baik dilakukan dengan perankingan nilai rata-rata upaya penangkapan bulanan. Selama tahun 24 sampai 28, CPUE ikan layang, lemuru dan banyar mengalami peningkatan. Musim penangkapan ikan layang pada bulan Januari, Februari dan Mei sampai Desember, puncaknya bulan November serta paceklik pada bulan Maret. Musim penangkapan ikan lemuru bulan Januari sampai Mei, November dan Desember, puncaknya bulan Desember serta paceklik pada bulan September. Musim penangkapan ikan banyar pada bulan Januari sampai Desember, terutama bulan April. Daerah penangkapan yang baik pada musim puncak penangkapan layang, lemuru dan banyar, diperkirakan di Lumu-lumu, Laut Cina Selatan, Bawean, Matasiri dan Karimun-Cirebon. Kata kunci: banyar, layang, lemuru, musim penangkapan, PPN Pekalongan iii

4 Hak cipta IPB, Tahun 21 Hak cipta dilindungi undang-undang 1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB. iv

5 ESTIMASI MUSIM PENANGKAPAN LAYANG, LEMURU DAN BANYAR YANG DIDARATKAN di PPN PEKALONGAN KARINA PUSPITA SANGGA MARA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 21 v

6 Judul skripsi Nama NRP Departemen : Estimasi Musim Penangkapan Layang, Lemuru, dan Banyar yang Didaratkan di PPN Pekalongan : Karina Puspita Sangga Mara : C : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Disetujui: Pembimbing I, Pembimbing II, Ir. Zulkarnain, M.Si. Ir. Ronny I. Wahju, M.Phil. NIP NIP Diketahui: Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. NIP Tanggal lulus: vi

7 KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian pada bulan November 29 dan Maret 21 dilanjutkan dengan penyusunan skripsi yang berjudul Estimasi Musim Penangkapan Layang, Lemuru dan Banyar yang Didaratkan di PPN Pekalongan ini. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Ir. Zulkarnain, M.Si. dan Bapak Ir. Ronny I. Wahju M.Phil. selaku komisi pembimbing 2. Pimpinan beserta staf BAPPEDA Kota Pekalongan, UPT PPN Pekalongan, Perum. Prasarana Perikanan Samudera cabang Pekalongan dan TPI PPN Pekalongan 3. Bapak Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc. selaku dosen penguji tamu dan Ibu Vita Rumanti K, S.Pi. MT. selaku dosen penguji perwakilan Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 4. Dosen beserta staf Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 5. Ayah dan ibu, serta seluruh keluarga atas segala do a dan dukungan 6. Teman teman Karang 4, Vamdi Crew, Watasima, PSP 4, PSP 41, PSP 42 dan PSP Seluruh pihak terkait yang telah memberikan dukungan dan sumbangan pemikiran dalam penyelesaian skripsi ini Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun demikian penulis berharap semoga skripsi ini mendapat ridlo Allah swt dan hasil penelitian yang dituangkan dalam skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang memerlukannya. Bogor, Juli 21 Penulis vii

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Banda Aceh pada tanggal 14 Maret 1985 dari ayah bernama Lasmoro Prijo Soerarso dan ibu bernama Menik Tri Andaningrum. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan formal yang dilalui penulis antara lain SD Pocut Meuligoi Banda Aceh, SDN Ngaliyan 2 Semarang, SLTPN 16 Semarang dan SMUN 5 Semarang. Pada tahun 23, penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan pilihan jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Selama masa perkuliahan, penulis terlibat dalam berbagai kepanitiaan fieldtrip, kepengurusan BEM FPIK dan Himafarin. Penulis juga pernah aktif dalam Resimen Mahasiswa Mahawarman Kesatuan IPB (Batalyon VII/ Kompi A) periode 24/ 26, UKM Voli IPB, Dewan Perwakilan Mahasiswa/ Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB periode 25/ 26. Tugas akhir dalam perguruan tinggi penulis selesaikan dengan melakukan penelitian dan menyusun skripsi berjudul Estimasi Musim Penangkapan Layang, Lemuru dan Banyar yang Didaratkan di PPN Pekalongan. viii

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... vi 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat TINJAUAN PUSTAKA Pola Musim Penangkapan Ikan Unit Penangkapan Purse Seine Deskripsi dan Penyebaran Layang Deskripsi dan Penyebaran Lemuru Deskripsi dan Penyebaran Banyar METODOLOGI Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Metode Analisis Data Analisis hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan (CPUE) Analisis pola musim penangkapan Analisis daerah penangkapan ikan yang baik KONDISI UMUM Kondisi Umum PPN Pekalongan Letak, klasifikasi dan pengelolaan Pelayanan dan fasilitas PPN Pekalongan Produksi dan nilai produksi Perikanan Purse Seine dan Mini Purse Seine di PPN Pekalongan HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tangkapan per Upaya Penangkapan (CPUE) Total Hasil Tangkapan Purse Seine dan Mini Purse Seine Hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) layang Hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) lemuru Hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) banyar Pola Musim Penangkapan Layang, Lemuru dan Banyar... 5

10 5.2.1 Pola musim penangkapan layang Pola musim penangkapan lemuru Pola musim penangkapan banyar Daerah Penangkapan Layang, Lemuru dan Banyar yang Baik KESIMPULAN dan SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ii

11 DAFTAR TABEL Halaman 1 Perkembangan volume produksi dan nilai produksi hasil tangkapan di PPN Pekalongan tahun Rekapitulasi indeks musim penangkapan layang di PPN Pekalongan Rekapitulasi indeks musim penangkapan lemuru di PPN Pekalongan Rekapitulasi indeks musim penangkapan banyar di PPN Pekalongan Estimasi posisi geografi daerah penangkapan unit penangkapan purse seine dan mini purse seine yang berpangkalan di PPN Pekalongan Rekapitulasi pilihan daerah penangkapan layang yang baik Rekapitulasi pilihan daerah penangkapan lemuru yang baik Rekapitulasi pilihan daerah penangkapan banyar yang baik... 65

12 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Ikan layang (Decapterus ruselli) Ikan layang deles (Decapterus macrosoma) Ikan lemuru (Sardinella longiceps) Ikan lemuru siro (Amblygaster sirm) Ikan banyar (Rastrelliger kanagurta) Dermaga barat dan bulder (a) Slipway dan (b) TPI higienis Alur pemasaran ikan di PPN Pekalongan Perkembangan volume produksi dan nilai produksi hasil tangkapan di PPN Pekalongan tahun Perkembangan produksi lima jenis ikan dominan di PPN Pekalongan periode Perkembangan jumlah kapal perikanan menurut jenis alat tangkap di PPN Pekalongan periode Perkembangan frekuensi kegiatan bongkar kapal-kapal di PPN Pekalongan periode (c) Kapal purse seine dan (d) Kapal mini purse seine Bentangan jaring purse seine Jaring purse seine di atas kapal (e) Hasil tangkapan purse seine dan (f) Hasil tangkapan mini purse seine Perkembangan hasil tangkapan, upaya penangkapan dan CPUE total ikan yang didaratkan purse seine dan mini purse seine di PPN Pekalongan per tahun periode Perkembangan total hasil tangkapan dan upaya penangkapan purse seine dan mini purse seine yang didaratkan di PPN Pekalongan per bulan periode Perkembangan CPUE total hasil tangkapan purse seine dan mini purse seine per bulan periode Perkembangan hasil tangkapan, upaya penangkapan dan CPUE layang di PPN Pekalongan per tahun periode Perkembangan hasil tangkapan layang dibandingkan dengan upaya penangkapan dan total ikan per bulan periode Perkembangan CPUE layang per bulan periode

13 23 Perkembangan hasil tangkapan, upaya penangkapan dan CPUE lemuru di PPN Pekalongan per tahun periode Perkembangan hasil tangkapan lemuru dibandingkan dengan upaya penangkapan dan total hasil tangkapan per bulan periode Perkembangan CPUE lemuru per bulan periode Perkembangan hasil tangkapan, upaya penangkapan dan CPUE banyar di PPN Pekalongan per tahun periode Perkembangan hasil tangkapan banyar dibandingkan dengan upaya penangkapan dan total hasil tangkapan per bulan periode Perkembangan CPUE banyar per bulan periode Nilai indeks musim penangkapan layang di PPN Pekalongan Perkembangan hasil tangkapan layang per bulan periode Nilai indeks musim penangkapan lemuru di PPN Pekalongan Perkembangan hasil tangkapan lemuru per bulan periode Nilai indeks musim penangkapan banyar di PPN Pekalongan Perkembangan hasil tangkapan banyar per bulan periode Perkembangan upaya penangkapan (trip) purse seine dan mini purse seine per bulan periode beserta nilai P FG berdasarkan lokasi DPI v

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Produksi dan nilai produksi hasil tangkapan di PPN Pekalongan tahun Perkembangan jenis ikan yang didaratkan di PPN Pekalongan (ton) Perkembangan kapal perikanan menurut jenis alat tangkap di PPN Pekalongan (unit) Peta daerah penangkapan ikan layang, lemuru dan banyar unit penangkapan purse seine yang berpangkalan di PPN Pekalongan CPUE total produksi per unit penangkapan purse seine dan mini purse seine di PPN Pekalongan tahun Persentase layang, lemuru dan banyar bulanan selama tahun Perhitungan indeks musim penangkapan ikan layang per unit penangkapan purse seine di PPN Pekalongan Perhitungan indeks musim penangkapan ikan lemuru per unit penangkapan purse seine di PPN Pekalongan Perhitungan indeks musim penangkapan ikan banyar per unit penangkapan purse seine di PPN Pekalongan Contoh perhitungan indeks musim penangkapan Daerah penangkapan ikan unit penangkapan purse seine di PPN Pekalongan tahun Perkembangan upaya penangkapan (trip) purse seine tiap daerah penangkapan... 93

15 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak purse seine diperkenalkan di pantai utara Jawa pada awal tahun 197-an, perikanan purse seine terus mengalami perkembangan karena nelayan diuntungkan dengan produktivitas hasil tangkapannya yang tinggi (Subani dan Barus, 1989). Hingga kini, salah satu perikanan purse seine di pantai utara Jawa yang berkembang dengan baik adalah perikanan purse seine di PPN Pekalongan. Unit penangkapan purse seine berkontribusi paling banyak dalam mendaratkan ikan pelagis di PPN Pekalongan. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya armada purse seine yang berpangkalan dan melakukan bongkar ikan di PPN Pekalongan serta produksi ikan pelagis kecil di PPN Pekalongan yang mencapai 75 persen setiap tahunnya. Selama 1 tahun terakhir (1997 sampai 27), hasil tangkapan purse seine yang didaratkan di PPN Pekalongan didominasi oleh ikan layang (persentase ratarata produksi persen), lemuru (persentase rata-rata produksi 1.3 persen) dan banyar (persentase rata-rata produksi 8.63 persen). Ketiga jenis ikan tersebut sangat dikenal masyarakat pesisir dan mengalami kondisi musiman (keberadaan dan kelimpahan ikan pada suatu perairan berbeda-beda pada waktu tertentu). Selama itu pula, hasil tangkapan purse seine yang mendominasi produksi ikan di PPN Pekalongan telah menyumbang produksi ikan laut paling banyak bagi Provinsi Jawa Tengah lebih kurang 27,45 persen per tahun dari rata-rata total produksi provinsi (Lampiran 1). Namun hingga tahun 28 (PPN Pekalongan, 29a), produksi ikan di PPN Pekalongan menurun 1 persen. Sementara itu, daerah penangkapan unit penangkapan purse seine di Laut Jawa dan sekitarnya mengalami kondisi padat tangkap. Agar perikanan purse seine dapat terus berjalan dan kebutuhan ikan dapat terus terpenuhi, maka diperlukan operasi penangkapan purse seine yang efektif. Salah satunya dengan menggunakan informasi pola musim penangkapan ikan dan daerah penangkapan yang baik dalam operasi penangkapan. Informasi tersebut akan mempermudah operasi penangkapan dalam hal penentuan waktu yang relatif tepat untuk meningkatkan atau mengurangi intensitas penangkapan.

16 Sebagai awalan, pola musim penangkapan ikan dan daerah penangkapan ikan yang baik bagi purse seine dapat diperoleh dengan mengestimasi musim penangkapan dan daerah penangkapan purse seine terhadap jenis ikan dominan hasil tangkapan purse seine yang didaratkan di PPN Pekalongan dan yang melakukan ruaya, yaitu layang, lemuru dan banyar. Dengan harapan, hasil tangkapan yang diperoleh nelayan dapat lebih optimal sekaligus dapat menjaga ketersediaan ikan layang, lemuru dan banyar di Laut Jawa dan sekitarnya. 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan: 1) Menganalisis kecenderungan hasil tangkapan layang, lemuru dan banyar per satuan upaya penangkapan (CPUE) purse seine. 2) Mengestimasi pola musim penangkapan ikan layang, lemuru dan banyar yang didaratkan di PPN Pekalongan. 3) Mengestimasi daerah penangkapan layang, lemuru dan banyar yang baik bagi purse seine. 1.3 Manfaat Memberikan wawasan bagi pihak pelabuhan perikanan, nelayan atau pengusaha penangkapan dalam pengambilan keputusan operasi penangkapan dalam hal musim penangkapan layang, lemuru, banyar yang relatif tepat dan daerah penangkapannya.

17 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Musim Penangkapan Ikan Nontji (1987) menyatakan bahwa pola musim penangkapan ikan yang berlangsung di perairan dipengaruhi pola arus dan perubahan pola arah angin. Arus permukaan Indonesia akan selalu berubah setiap tahun akibat adanya arah angin di setiap musimnya (angin muson). Pola angin ini bertiup secara mantap ke arah tertentu pada suatu periode, dan periode lainnya bertiup ke arah yang berlainan pula. Sehingga dikenal musim barat, musim timur, musim peralihan awal, musim peralihan akhir yang mempengaruhi musim penangkapan ikan. Angin berhembus dari daratan Asia ke daratan Australia (bulan Desember sampai Februari), terjadi musim dingin di utara, dan musim panas di selatan, yang mana tekanan tinggi berpusat di daratan Asia dan tekanan rendah berpusat di Australia, hal ini disebut musim/ muson barat di Indonesia. Selama bulan Maret, angin barat masih bertiup tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang. Pada bulan April sampai Mei, arah angin tidak menentu, disebut pancaroba awal atau musim peralihan awal. Musim timur terjadi pada bulan Juni sampai Agustus, terjadi kondisi angin yang berlawanan dengan musim barat. Kemudian musim peralihan akhir terjadi pada bulan Oktober sampai November. Pada daerah di selatan khatulistiwa, musim barat banyak membawa hujan mempengaruhi sebaran salinitas di permukaan lautan. Pada musim barat bertepatan dengan musim hujan, air dari Laut Cina Selatan memasuki Laut Jawa dari arah barat, yang dalam perjalanannya mengalami pengenceran dari sungai-sungai yang berasal dari daratan sekitarnya (Sumatera, Kalimantan, Jawa). Hal ini mengakibatkan salinitas menjadi rendah dan mendorong air yang bersalinitas tinggi ke arah timur. Pada musim timur yang terjadi adalah masuknya air dari Samudera Pasifik dan Samudera Hindia yang bersalinitas tinggi dari arah timur (Selat Makassar, Laut Flores) yang mendorong air bersalinitas rendah kembali ke arah barat (Gunarso, 1985 vide Setiawan, 26). Chodriyah (29) menyatakan bahwa berdasarkan wawancara serta datadata, musim barat berlangsung pada bulan Desember sampai Februari. Musim

18 4 peralihan I terjadi pada bulan Maret sampai Mei. Musim timur terjadi pada bulan Juni sampai Agustus dan musim peralihan II terjadi pada bulan September sampai November. Menurut Wyrtky (1961), pola arah angin erat hubungannya dengan perbedaan suhu antara dua daratan (benua Asia dan Australia) dan dua lautan (Samudera Hindia dan Pasifik). Perubahan pola arah angin musim barat dan musim timur akan berpengaruh terhadap pola arah, kecepatan arus, salinitas, konduktivitas primer perairan. Saat terjadi angin barat, curah hujan meningkat sehingga air banyak memasuki Laut mengakibatkan pengenceran air laut. Sebaliknya, selama angin timur bertiup, terjadi peningkatan salinitas air laut hasil penguapan. Pergerakan arus di Laut Jawa selama musim timur (Juni sampai Agustus) bergerak ke barat, kecepatannya sekitar.5 knot pada seluruh area Laut Jawa dan 1 knot di perairan Pulau Belitung (bulan Juni sampai Agustus). Sedangkan pada musim barat (Desember sampai Februari) pola arus berubah secara kompleks, arus akan mengarah ke timur dengan kecepatan 1-2 knot. Pola arus pada musim peralihan (April sampai Mei dan Oktober sampai November) mempunyai struktur yang serupa dengan arus yang mengarah ke barat, sementara arus di Laut Jawa biasanya mengalir ke timur. Pergerakan arus pada musim peralihan ini dapat berubah-ubah. Kondisi musim penangkapan ikan di perairan Indonesia selain dipengaruhi pola angin dan arus, juga dipengaruhi oleh adanya makanan bagi ikan, kondisi oseanografi perairan (seperti suhu permukaan laut, salinitas, arus) serta sifat dan kondisi biologis setiap ikan. Musim penangkapan ikan pelagis kecil pada bulan dan daerah penangkapan tertentu mengikuti pola ruaya atau migrasinya. Peristiwa El Nino mempengaruhi sebaran ikan di perairan Indonesia. El Nino merupakan anomali hasil interaksi antara kondisi permukaan samudera dan atmosfer di kawasan pasifik sekitar garis khatulistiwa (tropis) yang dapat menyebabkan penyimpangan iklim global. Syamsudin (22) vide Astuti (28) menyimpulkan bahwa selama terjadi El Nino, wilayah umbalan air (naiknya massa air dari bawah permukaan ke atas permukaan yang kaya zat hara) meluas saat musim timur dan lebih meluas lagi saat terjadi El Nino. Sehingga saat musim timur yang dibarengi El Nino merupakan waktu yang ideal untuk menangkap

19 5 ikan. El Nino yang terjadi pada tahun 26 menurut Badan Meteorologi dan Geofisika vide Astuti (28) merupakan El Nino tingkat lemah yang terjadi pada bulan Mei sampai Oktober di bagian selatan khatulistiwa. Penentuan daerah penangkapan nelayan purse seine yang berpangkalan di Tegal, Pekalongan dan Juwana berpedoman pada siklus pergerakan ikan pelagis berdasarkan musim dan ukuran ikan. Hal itu diperoleh nahkoda dari pengalaman tentang fenomena alam (perubahan fisik lingkungan, ruaya, musim) terhadap daerah penangkapan yang dianggap potensial untuk mendapatkan hasil tangkapan yang cukup besar pada masa-masa tertentu, termasuk juga perubahan komposisi jenis ikan menurut daerah penangkapan (Atmaja dan Nugroho, 23 vide Chodriyah, 29). 2.2 Unit Penangkapan Purse Seine Kapal Kapal penangkap ikan menurut Ditjen. Perikanan (1994) vide Sobirin (24) adalah perahu atau kapal yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan atau binatang air lainnya atau tanaman air, baik langsung maupun tidak langsung. Perahu/ kapal yang digunakan untuk mengangkut nelayan, alat tangkap dan hasil tangkapan dalam rangka penangkapan dari alat tangkap bagan, sero, kelong dan lainnya. Perahu/ kapal yang membawa hasil tangkapan atau daerah penangkapan ikan ke daerah konsumen tidak disebut perahu/ kapal penangkap ikan. Kapal purse seine merupakan kapal yang mempergunakan alat tangkap purse seine/ pukat cincin. Kapal ini harus memiliki kemampuan olah gerak yang tinggi, kecepatan dan stabilitas yang tinggi, fasilitas yang lengkap untuk keamanan pekerja dan untuk penanganan hasil tangkapan dan usaha mempertahankan mutu hasil tangkapan (Paulus, 1986 vide Sobirin, 24). Kapal purse seine di Indonesia terbuat dari kayu dan memiliki bagian seperti rumah di bagian buritan berdekatan dengan ruang mesin (mesin tempel atau mesin dalam) Alat tangkap Alat tangkap purse seine dikelompokkan dalam surrounding nets menurut von Brandt (1984). Jaring purse seine berbentuk persegi panjang dengan dinding jaring yang sama panjang. Bagian alat tangkap purse seine antara lain: badan

20 6 jaring, kantong (bunt), jaring pada pinggir badan jaring (selvedge), tali ris atas (float line) dan tali ris bawah (lead line), pemberat (sinker), pelampung (floats) dan cincin (purse rings) yang tersusun pada tali kolor (purse line) di bagian bawah jaring. Bentuk, ukuran dan bahan yang digunakan purse seine beragam tergantung pada tingkah laku ikan yang menjadi tujuan penangkapan, ukuran kapal, waktu operasi dan target operasi penangkapan. Sadhori (1985) mengelompokkan purse seine menjadi empat kelompok: 1) Berdasarkan bentuk jaring utama: persegi atau segi empat, trapesium atau rentangan dan lekuk; 2) Berdasarkan jumlah kapal yang digunakan sewaktu operasi: tipe satu kapal (one boat system) dan tipe dua kapal (two boat system); 3) Berdasarkan waktu operasi yang dilakukan: purse seine siang hari dan purse seine malam hari; dan 4) Berdasarkan spesies ikan yang tertangkap: purse seine lemuru, purse seine layang dan purse seine cakalang/ tuna. Von Brandt (1984) menyebutkan ada dua tipe purse seine yaitu tipe Amerika dan tipe Jepang. Purse seine tipe Amerika berbentuk persegi panjang dengan pembentuk kantong terletak pada bagian sayap. Purse seine tipe Jepang berbentuk persegi panjang dengan bagian bawah berbentuk busur lingkaran Metode dan target operasi Menurut Ayodhyoa (1976; 1981) vide Sudirman dan Mallawa (24), prinsip menangkap ikan dengan purse seine ialah dengan melingkari gerombolan ikan dengan jaring sehingga jaring membentuk dinding vertikal, dengan demikian gerakan ikan ke arah horizontal dapat dihalangi. Setelah itu, bagian bawah jaring dikerutkan untuk mencegah ikan lolos melalui bawah jaring. Metode operasi ini disesuaikan dengan target operasi purse seine yang merupakan gerombolan spesies ikan pelagis, berada dekat permukaan air laut dengan kepadatan ikan yang tinggi. Berdasarkan pengalaman nelayan, gerombolan ikan dapat diketahui dengan mengamati terjadinya perubahan warna permukaan air laut, ada tidaknya riak atau buih atau burung-burung yang menyambar permukaan air. Dengan bantuan teknologi satelit, keberadaan gerombolan ikan beserta kepadatannya dapat

21 7 diketahui, yaitu melalui pengamatan suhu, salinitas dan klorofil dalam suatu perairan. Metode operasi penangkapan ikan dengan purse seine terdapat dua teknik: (1) purse seine dioperasikan dengan mengejar gerombolan ikan yang dapat dilakukan pada siang hari, (2) purse seine dioperasikan dengan menggunakan alat bantu seperti rumpon, pencahayaan, fish finder yang dapat dilakukan siang maupun malam hari (Sudirman dan Mallawa, 24). 2.3 Deskripsi dan Penyebaran Layang Ikan layang (Scads) yang terdapat di PPN Pekalongan antara lain layang deles dan layang biru. Klasifikasi layang adalah sebagai berikut (Saanin, 1984): Kingdom: Animalia Filum: Chordata Sub filum: Vertebrata Kelas: Pisces Sub kelas: Teleostei Ordo: Percomorphii Sub ordo: Percoidea Famili: Carangidae Genus: Decapterus Spesies: Decapterus ruselli Decapterus macrosoma Gambar 1 Ikan layang (Decapterus ruselli). Ikan layang (D. ruselli Cuvier, 1833/ Indian scad) bersifat stenohalin (ikan dengan rentang toleransi yang pendek terhadap salinitas air laut), hidup pada perairan jernih bersalinitas tinggi sebesar 32% - 33% dan senang bergerombol.

22 8 Bentuk badan memanjang, agak gepeng. Satu bintik hitam pada pinggiran atas tutup insang. Dua sirip punggung, pada sirip punggung pertama terdapat satu jarijari keras yang terbenam dan delapan jari-jari keras sempurna. Sirip punggung kedua terdiri dari satu jari-jari keras dan 3-32 jari-jari lemah. Sirip dubur berjari-jari keras 2 (lepas) dan 1 bergabung dengan jari-jari sirip lemah. Baik di belakang sirip punggung ke dua dan dubur terdapat 1 jari-jari sirip tambahan (finlet). Sirip dada berbentuk falcate dan ujung sirip tersebut mencapai awal dari sirip punggung kedua. Termasuk planktivor, hidup di perairan pantai dengan gerombolan besar. Warna tubuh biru kehijauan pada bagian punggung dan putih perak pada bagian perut, sedangkan sirip-siripnya abu-abu kekuningan atau kuning pucat. Ukuran panjang tubuh bisa mencapai 3 cm, umumnya 2-25 cm. Ikan layang tersebar luas di dunia, ikan ini mendiami perairan tropis dan subtropis di Indo-Pasifik dan Lautan Atlantik. Layang jenis ini banyak terdapat di L. Jawa, L. Flores, Arafuru, Selat Bali, Selat Makasar, Selat Karimata, Selat Malaka (PIPP, 21). Gambar 2 Ikan layang deles (Decapterus macrosoma). Ikan layang deles (D. macrosoma Bleeker, 1855/ Shortfin scad), bentuk badannya memanjang seperti cerutu, sepintas mirip tongkol. Satu bintik hitam pada pinggiran atas tutup insang dan pangkal sirip dada. Dua sirip punggung, pada sirip punggung pertama terdapat 8 jari-jari keras. Sirip punggung kedua terdiri dari satu jari-jari keras dan jari-jari lemah. Sirip dubur berjari-jari keras 2 (lepas) dan 1 bergabung dengan 26-3 jari-jari sirip lemah. Di belakang sirip punggung ke dua dan dubur terdapat 1 jari-jari sirip tambahan (finlet). Sirip dada berbentuk falcate dan ujung sirip tersebut mencapai awal dari sirip punggung kedua. Warna tubuhnya biru kehijauan pada bagian punggung dan putih perak pada bagian perut, sedangkan sirip-siripnya kuning pucat atau kuning kotor. Panjang tubuh bisa mencapai 4 cm, umumnya 25 cm (PIPP, 21).

23 9 Ikan layang deles, termasuk pemakan plankton hewani. Hidup bergerombol di perairan lepas pantai/ daerah pantai laut dalam berkadar garam tinggi. Banyak terdapat di Selat Sunda, Teluk Benggala, perairan Philipina dan L. China Selatan, perairan Indonesia Timur (Sulawesi, Selayar, Ambon dan Selat Makassar). Kemudian mulai dari L. Merah, Madagaskar, Selatan Arabia, Singapura dan Malaysia (PIPP 21). Gerombolan ikan layang saat berada di daerah yang sempit atau di sekitar benda-benda terapung tidak aktif berenang. Selain itu, ikan layang merupakan ikan yang menyenangi daerah pencahayaan yang sangat redup. Ikan layang bermigrasi dipengaruhi arus laut, salinitas, ketersediaan makanan dan kegiatan memijah. Berdasarkan kegiatan migrasinya, kelompok layang terbagi menjadi layang utara, barat dan timur (Soemarto (1958) vide Genisa (1998)). Kelompok layang timur adalah ikan layang dari L. Flores masuk ke L. Jawa dan tertangkap di Pualu Bawean, Kep. Karimunjawa dan perairan Pekalongan, Tegal dan Cirebon pada musim timur. Kelompok layang barat adalah ikan layang dari Samudera Hindia masuk ke L. Jawa melalui Selat Sunda pada musim barat. Pada musim kemarau, ikan layang timur berpindah ke arah barat dan pada musim hujan, kembali ke arah timur. Kelompok layang utara adalah layang dari L. Cina Selatan masuk ke L. Jawa melalui Selat Gaspar dan Selat Karimata pada bulan Desember sampai Maret (Genisa, 1998). 2.4 Deskripsi dan Penyebaran Lemuru Ikan lemuru yang didaratkan di PPN Pekalongan adalah lemuru Sardinella longiceps Valenciennes 1847/ Indian oil sardine dan lemuru siro Amblygaster sirm Walbaum, 1792/ Spotted sardinella. Ikan lemuru, badannya bulat panjang dengan bagian perut agak membulat dan sisik duri agak tumpul serta tidak menonjol. Warna badan biru kehijauan pada bagian atas (punggung), putih keperakan pada bagian bawah. Pada bagian atas penutup insang sampai pangkal ekor terdapat sebaris bulatan-bulatan hitam sebanyak 1 2 buah. Siripnya berwarna abu-abu kekuning-kuningan. Warna sirip ekor kehitaman demikian juga pada ujung moncongnya. Termasuk pemakan plankton. Panjang badan dapat mencapai 23 cm dan umumnya antara cm (PIPP, 21).

24 1 Ikan lemuru siro memiliki bentuk badan memanjang, perut agak bulat dengan sisik duri (16-18) + (12-14). Awal sirip punggung sedikit ke muka dari pertengahan badan, lebih dekat ke arah moncong daripada ke batang sirip ekor. Sirip punggung berjari-jari lemah 15-18, sedang sirip duburnya Terdapat sisik tambahan pada sirip perutnya. Tapis insang halus berjumlah pada bagian bawah busur insang pertama. Hidup di perairan pantai, lepas pantai. Pemakan plankton halus. Warna tubuh biru kehijauan bagian atas, putih perak bagian bawah. Terdapat 1 2 totol-totol gelap pada bagian atas badan, totoltotol ini tidak nyata lagi setelah lama mati. Sirip-siripnya abu-abu kekuningan. Sirip ekor kehitaman sedikit kotor. Panjang tubuhnya dapat mencapai 23 cm, umumnya cm. Terdapat di seluruh perairan Indonesia dengan kedalaman 1 75 m, melebar ke utara sampai Okinawa dan ke selatan sampai ujung utara Australia, ke Barat sampai pantai Afrika Timur (PIPP, 21). Ikan lemuru siro merupakan pemakan zooplankton. Klasifikasi lemuru dan lemuru siro adalah sebagai berikut (ADW, 21): Kingdom: Animalia Filum: Chordata Subfilum: Vertebrata Kelas: Actinopterygii Subkelas: Neopterygii Infrakelas: Teleostei Ordo: Clupeiformes Subordo: Clupeoidei Famili: Clupeidae Subfamili: Clupeinae Genus: Sardinella Spesies: Sardinella longiceps Amblygaster sirm Lemuru tergolong ikan oseanodromus, hidup di perairan pelagis-neritik dengan kedalaman perairan 2 2 m. Makanan lemuru adalah tanaman dan invertebrata bentos. Puncak memijah pada bulan Agustus sampai September pada

25 11 salinitas rendah dan suhu C. Tersebar di perairan Samudera Hindia, L. Cina Selatan, L. Sulu Sulawesi (Fishbase, 21). Sumber: PPN Pekalongan (29) Gambar 3 Ikan lemuru (Sardinella longiceps). Sumber: PIPP (21) Gambar 4 Ikan lemuru siro (Amblygaster sirm). 2.5 Deskripsi dan Penyebaran Banyar Banyar merupakan nama lain ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta Cuvier 1817/ Indian Mackarel). Tubuh ikan banyar relatif langsing, ukuran panjang kepala lebih besar daripada ukuran tinggi kepala. Seluruh tubuh tertutup sisik halus dan terdapat korselet di belakang sirip dada. Terdapat selaput lemak pada kelopak mata. Panjang usus kali panjang badan. Tapisan insang panjang, jelas tampak bila mulut dibuka dengan jumlah sebanyak 3 46 buah. Sisik garis rusuk berjumlah buah, sirip punggung pertama berjari-jari keras berjumlah 1 buah, sirip punggung kedua berjari-jari lemah sebanyak buah. Sirip dubur berjari-jari lemah sebanyak buah. Di belakang sirip punggung dan dubur terdapat 5 6 buah finlet (Murniyati, 24 vide Tabali, 27). Warna tubuh bagian atas biru kehijauan dan bagian bawah putih kekuningan. Dua baris totol hitam pada punggung, satu totol hitam dekat sirip dada. Ban warna gelap memanjang di atas garis rusuk, dua ban warna keemasan di

26 12 bawah garis rusuk. Sirip punggung abu-abu kekuningan. Sirip ekor dan dada kekuningan. Sirip-sirip lain bening kekuningan. Ikan ini memiliki panjang maksimum 35 cm dengan panjang rata-rata 2-25 cm (Murniyati, 24 vide Tabali, 27). Klasifikasi ikan banyar adalah sebagai berikut (ADW, 21): Kingdom: Animalia Filum: Chordata Subfilum: Vertebrata Kelas: Actinopterygii Subkelas: Neopterygii Infrakelas: Teleostei Ordo: Perciformes Subordo: Scombroidei Famili: Scombridae Genus: Rastrelliger Spesies: R. kanagurta Gambar 5 Ikan banyar (Rastrelliger kanagurta). Banyar tergolong spesies neritik di perairan epipelagis bersuhu minimal 17 C, bersalinitas 32 sampai 34 dan kedalaman >3 m. Banyar hidup bergerombol dalam kelompok padat sebagai plankton feeder, tersebar di perairan Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, L. Jawa, Selat Malaka, Sulawesi Selatan, L. Arafura (PIPP, 21) dan Samudera Hindia, L. Cina Selatan, L. Sulu Sulawesi (Fishbase, 21). Ikan ini cenderung berenang mendekati permukaan air pada malam hari dan turun ke lapisan yang lebih dalam pada siang hari. Pola migrasi banyar di L. Jawa mengikuti pola migrasi layang satu atau dua minggu kemudian (Hardenberg, 1938 vide Atmaja et al, 2). Ikan banyar bersifat fototaksis positif. Migrasi banyar menurut Burhanuddin (1984) vide Widyaningsih (1995)

27 13 pada awal musim timur saat arus bersalinitas tinggi bergerak ke arah barat di L. Jawa, kemungkinan terus bergerak ke Selat Karimata, dan terjadi kebalikannya pada musim barat mengikuti arus laut, kemudian pemijahan terjadi pada musim barat pada bulan Oktober sampai Februari dan musim timur pada bulan Juni sampai September serta pada suhu 27 3 C.

28 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan November 29 dan bulan Maret 21 di PPN Pekalongan dan tidak dilakukan dengan mengikuti operasi penangkapan. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Bahan yang digunakan adalah data statistik perikanan PPN Pekalongan, hasil wawancara tentang penangkapan ikan di PPN Pekalongan dan dokumentasi ikan. 3.3 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Aspek yang diteliti adalah pola musim penangkapan layang, lemuru, banyar: hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE), karakteristik hasil tangkapan, musim penangkapan dan daerah penangkapan ikan yang didaratkan di PPN Pekalongan. Pemilihan jenis ikan dominan dilakukan dengan memenuhi kriteria: 1) Jenis ikan yang selama 1 tahun selalu didaratkan oleh purse seine dan mini purse seine; 2) Jenis ikan yang volumenya termasuk dalam urutan 3 besar terbanyak dari purse seine dan mini purse seine tiap tahunnya; 3) Jenis ikan yang produksinya termasuk dalam rangking 3 besar terbanyak dari purse seine dan mini purse seine tiap tahunnya; 3) Jenis ikan yang rataan produksi tahunannya termasuk dalam rangking 3 besar terbanyak selama 1 tahun. 3.4 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan; 1) Data primer utama pola musim penangkapan diperoleh melalui pengamatan dan wawancara terhadap nelayan dan pihak pengelola PPN Pekalongan; 2) Data primer tambahan diperoleh melalui pengamatan terhadap ikan (foto);

29 15 3) Data sekunder utama pola musim penangkapan ikan diperoleh melalui pengumpulan data dari instansi dan literatur; dan a. Produksi dan nilai produksi ikan per jenis bulanan dari UPT PPN Pekalongan selama 5 tahun terakhir; b. Data trip kapal purse seine bulanan selama 5 tahun terakhir dari UPT PPN Pekalongan; dan c. Hasil penelitian dan jurnal. 4) Data sekunder tambahan pola musim penangkapan diperoleh melalui pengumpulan data dari instansi dan literatur. a. Profil Kota Pekalongan dan perikanan laut Kota Pekalongan dari UPT PPN Pekalongan dan BPS Kota Pekalongan; b. Laporan Tahunan PPN Pekalongan; dan c. Profil perikanan purse seine di PPN Pekalongan. 3.5 Metode Analisis Data Analisis hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan (CPUE) Perhitungan ini berdasarkan pembagian antara jumlah hasil tangkapan dengan upaya penangkapan. Persamaan yang digunakan adalah berdasarkan persamaan Gulland (1983) yaitu: Keterangan: CPUE i c i f i = Hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan bulan ke-i (ton/ trip) = Hasil tangkapan bulan ke-i (ton) = Upaya penangkapan bulan ke-i (trip) Analisis pola musim penangkapan Perhitungan pola musim penangkapan menggunakan data hasil tangkapan dan upaya penangkapan bulanan ikan untuk kemudian dapat diketahui waktu operasi yang tepat. Data CPUE yang diperoleh di lapangan tersebut memiliki peluang yang tidak sama besar dengan sebaran normal maka metode rata-rata bergerak (moving average) digunakan agar data yang diperoleh mendekati keadaan sebenarnya. Penentuan pola musim penangkapan menggunakan analisis deret waktu terhadap data hasil tangkapan bulanan selama lima tahun dilanjutkan dengan rata-

30 16 rata bergerak. Sementara itu, metode ini memiliki kekurangan yaitu tidak dapat menghitung pola musim penangkapan sampai pada tahun terakhir data. Langkah-langkah analisis deret waktu terhadap data hasil tangkapan. 1) Menyusun deret CPUE dalam periode kurun waktu 5 tahun; CPUEi ni Keterangan: ni = CPUE urutan ke-i I = 1,2,3,, 6 2) Menyusun rata-rata bergerak CPUE selama 12 bulan (RG); i 5 1 RGi CPUEi 12 i i 6 Keterangan: Rgi = Rata-rata bergerak 12 bulan urutan ke-i CPUEi = CPUE urutan ke-i I = 7, 8, 9,, n-5 3) Menyusun rata-rata bergerak CPUE terpusat (RGP); 1 1 i RGPi RGi 2 i i Keterangan: RGPi = Rata-rata bergerak CPUE terpusat ke-i Rgi = Rata-rata bergerak 12 bulan urutan ke-i I = 7, 8,, n-5 4) Menyusun rasio rata-rata tiap bulan (Rb); 1 1 i RGPi RGi 2 i i Keterangan: Rbi = Rasio rata-rata tiap bulan ke-i CPUEi = CPUE bulan ke-i RGPi = Rasio rata-rata tiap bulan ke-i 5) Menyusun nilai rata-rata dalam suatu matriks berukuran i j yang disusun untuk setiap bulan, yang dimulai dari bulan Juli tahun tertentu sampai bulan Juni tahun berikutnya. Selanjutnya menghitung nilai total rasio rata-rata secara keseluruhan dan pola musim penangkapan a. Rasio rata-rata untuk bulan ke-i (RBBi); 1 1 i RGPi RGi 2 i i Keterangan: RBBi = Rata-rata bari Rbij untuk bulan ke-i Rbij = Rasio rata-rata bulanan dalam matriks ukuran i j i = 1, 2,, 12 j = 1, 2, 3,, n b. Jumlah rasio rata-rata bulanan (JRBBi); 1 1 i RGPi RGi 2 i i c. Indeks Musim Penangkapan (IMP);

31 17 Idealnya, nilai JRBB sebesar 12, namun banyak Faktor yang menyebabkan sehingga JRBB tidak selalu sama dengan 12, oleh karena itu nilai rasio rata-rata bulanan harus dikoreksi dengan suatu nilai koreksi yang disebut dengan nilai Faktor Koreksi (FK). FK 12 kemudian IMPi RBBi FK JRBB Nilai IMP 1% Musim puncak 5% nilai IMP < 1% Musim sedang Nilai IMP < 5% Musim paceklik Asumsi yang digunakan: 1) Jumlah stok ikan dianggap sebagai unit tunggal tanpa memperhatikan struktur populasinya; 2) Penyebaran populasi ikan pada setiap periodenya dalam suatu wilayah perairan dianggap merata; 3) Setiap unit penangkapan memiliki kemampuan yang sama; 4) Ikan layang, lemuru, banyar yang tertangkap nelayan mempunyai kesempatan yang sama untuk tertangkap Analisis daerah penangkapan ikan yang baik Penentuan daerah penangkapan ikan yang baik dilakukan dengan menggunakan rumus: n Ty i 1 PFG n Y i 1 Keterangan: P FG = Peringkat daerah penangkapan = Jumlah trip dari tahun ke-i sampai ke-n = Jumlah tahun ke-i sampai ke-n Setelah setiap daerah penangkapan pada setiap bulannya diketahui nilai P FG, dipilih dua nilai P FG tertinggi setiap bulannya.

32 4 KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Umum PPN Pekalongan Letak, klasifikasi dan pengelolaan Kawasan PPN Pekalongan terletak di muara Sungai Pekalongan Kecamatan Pekalongan Utara Kelurahan Panjang Wetan Kota Pekalongan. Kota Pekalongan terletak (BPS, 29) di dataran rendah pantai utara Pulau Jawa Provinsi Jawa Tengah dengan ketinggian kurang lebih 1 m di atas permukaan laut dan posisi geografis antara 6º5 42-6º55 44 LS dan 19º º42 19 BT. Wilayah Kota Pekalongan dibatasi oleh Laut Jawa di sebelah utara, Kab. Batang di sebelah timur, Kab. Pekalongan dan Kab. Batang di sebelah selatan dan Kab. Pekalongan di sebelah barat (BPS, 29). Letak PPN Pekalongan di bagian utara Kota Pekalongan dan menghadap ke arah Laut Jawa mempermudah upaya pemanfaatan sumber daya perikanan laut. Selanjutnya, jarak Kota Pekalongan dengan Kota Semarang 11 km, dengan Kota Surabaya 488 km, dengan Kota Yogyakarta 219 km, dengan Kota Bandung 266 km dan dengan Kota Jakarta 384 km (BPS, 29). Hal ini mempermudah distribusi barang dan jasa PPN Pekalongan melalui jalur darat, terutama distribusi hasil tangkapan setelah memanfaatkan sumber daya ikan di perairan Laut Jawa. Selanjutnya, kegiatan usaha perikanan laut yang berpusat di PPN Pekalongan mendapat dukungan dari kondisi Kota Pekalongan yang memiliki sarana dan prasarana perhubungan darat, jaringan listrik, air dan telekomunikasi yang baik. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan resmi berstatus pelabuhan khusus perikanan dan menjadi unit pelaksana teknis berdasarkan SK Menteri Pertanian pada tanggal 25 Desember 1978 (Anonymus, 23 vide Mulyadi, 27). PPN Pekalongan resmi sebagai UPT Departemen Kelautan dan Perikanan berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap sejak tanggal 1 Mei 21. Pelabuhan perikanan Pekalongan ditetapkan sebagai pelabuhan perikanan nusantara (PPN) berdasarkan Keputusan Menteri No. 31 tahun 24 pada pasal 1

33 19 yang menyatakan bahwa klasifikasi PPN (tipe B) berdasarkan kriteria teknis seperti berikut (PPN Pekalongan, 29b): a) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di wilayah laut teritorial dan wilayah laut Zona Ekonomi Eksklusif; b) Memiliki fasilitas tambat, labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang kurangnya 3 Gross Tonnage (GT); c) Panjang dermaga sekurang kurangnya 15 m, dengan kedalaman kolam sekurang kurangnya minus 3 m; d) Mampu menampung sekurang kurangnya 75 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang kurangnya 2 25 Gross Tonnage (GT) kapal perikanan sekaligus; e) Jumlah ikan yang didaratkan rata rata 3 ton per hari; f) Ikan yang didaratkan untuk tujuan ekspor; g) Memiliki lahan sekurang-kurangnya seluas 15 Ha; dan h) Memiliki laboratorium pengujian mutu hasil perikanan dan terdapat industri perikanan. Pengelolaan PPN Pekalongan melibatkan beberapa instansi terkait yang memiliki fungsi tertentu, maka UPT PPN Pekalongan bertindak sebagai koordinator. Instansi terkait tersebut sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.182/Kpts/OT.21/1/99 tertanggal 13 Oktober 1999 tentang Tata Hubungan Kerja Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan dengan Instansi Terkait dalam Pengelolaan Pelabuhan Perikanan antara lain: (1) UPT PPN Pekalongan, (2) Perum Prasarana Perikanan Samudera cabang Pekalongan, (3) Dinas Pertanian, Peternakan dan Kelautan, (4) Kantor Kesyahbandaran, (5) Kantor Bea dan Cukai dan (6) POLRI (Deptan, 1999). Sementara itu, terdapat beberapa organisasi yang terlibat dalam aktivitas pengelolaan PPN Pekalongan antara lain Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI), Paguyuban Bakul Ikan Pekalongan (PBIP), Serikat Pekerja Transportasi Indonesia (SPTI), Federasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSPSI), investor investor. Selama bekerjasama dalam mengelola PPN Pekalongan, UPT, Perum PPS cabang Pekalongan, TPI, KUD, Dinas Perikanan, HNSI, PBIP, SPTI dan FSPSI rutin melakukan pertemuan bulanan.

34 Pelayanan dan fasilitas PPN Pekalongan Pelayanan dan fasilitas yang disediakan pengelola PPN Pekalongan tergolong lengkap dan baik. Pelayanan PPN Pekalongan bagi pengguna jasa pelabuhan perikanan (PPN Pekalongan, 29b) antara lain: 1) Pelayanan kapal perikanan: a. Tambat dan labuh kapal perikanan b. Pembongkaran hasil tangkapan c. Perbaikan kapal/ docking dan alat tangkap d. Pengisian bahan perbekalan (BBM, air, es, garam, dan lain-lain) e. Informasi peta daerah penangkapan ikan dari data satelit f. Pelayanan perizinan kapal 2) Pelayanan pemasaran dan distribusi ikan: a. Pelelangan ikan b. Pemasaran ikan ceceran c. Sanitasi dan higieni lingkungan 3) Pelayanan masyarakat dan industri perikanan: a. Penyediaan areal industri perikanan dengan fasilitas air, listrik dan jalan b. Fasilitas wisata bahari c. Kios iptek dan informasi hasil riset d. Koordinasi pembinaan nelayan e. Pelaksanaan riset perikanan f. Keamanan, ketertiban dan kebersihan Fasilitas yang disediakan oleh PPN Pekalongan bagi pengguna jasa pelabuhan perikanan (PPN Pekalongan, 29b) antara lain: 1) Fasilitas pokok: a. Penahan gelombang timur 275 m 2 b. Penahan gelombang barat 32 m 2 c. Dermaga quay barat 345 m 2 d. Dermaga quay timur 22 m 2 e. Alur pelayaran f. Sarana navigasi

35 21 Gambar 6 Dermaga barat dan bulder. 2) Fasilitas fungsional: a. Perbengkelan 1 unit b. Slip way 1 unit c. Tempat perbaikan/ penjemuran jaring d. Tempat parkir e. Menara air bersih dan Jaringan instalasi air 4 unit f. TPI selatan seluas 1.93 m 2 dan TPI utara seluas 3.74 m 2 g. Tempat peristirahatan nelayan seluas 131 m 2 h. Pasar pengecer ikan 135 m 2 i. Rumah genset dan Genset 2 unit j. Kantor PPN Pekalongan seluas 376 m 2 k. Balai Pertemuan PPN Pekalongan seluas 214 m 2 l. Kantor Perum. Prasarana Perikanan Samudera cab. Pekalongan m. Unit pengolah limbah 2 unit n. Pagar keliling sepanjang 71 m o. Pos Pemeriksaan Terpadu seluas 132 m 2 p. Gudang perlengkapan seluas 18 m 2 q. Bangunan penyaluran BBM seluas 342,73 m 2 r. Drainase sepanjang 1. m s. Gudang keranjang ikan seluas 243 m 2 t. Pos keamanan seluas 18 m 2 dan seluas 3 m 2 u. Jalan komplek pelabuhan sepanjang 2.5 m dan 1.15 m

36 22 v. TPI Higienis seluas 4 m 2 w. Talud sebelah timur sungai sepanjang 7 m x. Gedung laboratorium mini seluas 54 m 2 (a) (b) Gambar 7 (a) Slipway dan (b) TPI higienis. 3) Fasilitas pendukung: a. Waserda seluas 12 m 2 b. Rumah dinas seluas 6 m 2 c. Kawasan wisata bahari 1 Ha d. Mess operator seluas 85 m 2 e. Gedung depo nelayan seluas 168 m 2 Pemasaran produk perikanan adalah suatu kegiatan ekonomi yang memindahkan produk dari produsen ke konsumen yang umumnya melibatkan berbagai lembaga pemasaran di pelabuhan perikanan. Diawali dengan kegiatan pendaratan ikan dari kapal ke dermaga, pelelangan ikan di tempat pelelangan (TPI) dan pendistribusian ikan ke luar pelabuhan perikanan. Pola distribusi ikan hasil tangkapan dan olahannya di PPN Pekalongan menurut Ismawati (23): Pola pertama adalah pendistribusian dari nelayan langsung ke pedagang pengecer kemudian konsumen (jika nelayan tidak melelang hasil tangkapan yang diperoleh dari pengoperasian alat tangkap sampingan). Pola kedua adalah pendistribusian dari nelayan ke TPI kemudian pedagang pengumpul (bakul) dilanjutkan ke pedagang pengecer dan konsumen (biasanya untuk memenuhi kebutuhan ikan segar bagi masyarakat). Pola ketiga adalah pendistribusian dari nelayan ke pedagang pengumpul langsung diolah atau diawetkan untuk kemudian diekspor (jika bakul memiliki usaha pengolahan atau

37 23 pengawetan ikan). Pola keempat adalah pendistribusian dari nelayan kemudian setelah diolah atau diawetkan dilanjutkan ke pedagang pengecer untuk kemudian dijual kepada konsumen (biasanya untuk memenuhi kebutuhan ikan segar atau ikan olahan). Ikan yang dilelang sebagian besar berupa ikan asin basah sebesar kurang lebih 7 persen. Sementara itu, ikan sebesar kurang lebih 3 persen merupakan ikan basah yang dilelang dalam bentuk segar/ basah. nelayan TPI-PPN Pekalongan pedagang pengumpul pembeli penjual pembeli pengolah pedagang pengecer konsumen luar negeri Konsumen Gambar 8 Alur pemasaran ikan di PPN Pekalongan Produksi dan nilai produksi Produksi ikan di PPN Pekalongan merupakan banyaknya volume hasil tangkapan yang didaratkan nelayan. Produksi ikan selama sepuluh tahun terakhir ( ) mengalami rata-rata penurunan hingga tahun 28 sebesar 9.65 persen. Produksi ikan terendah terjadi pada tahun 28 sebesar ton dan produksi tertinggi pada tahun 21 sebesar ton. Nilai produksi ikan di PPN Pekalongan merupakan keseluruhan harga jual hasil tangkapan/ ikan dalam pelelangan. Perubahan nilai produksi tergantung kondisi pasar dan volume produksi. Nilai produksi ikan selama sepuluh tahun terakhir ( ) mengalami penurunan hingga nilai terendah pada tahun 27 sebesar Rp Kemudian nilai produksi mulai naik kembali pada tahun 28 sebesar Rp (11.8 persen). Dengan membandingkan angka nilai produksi dan angka volume produksi ikan diperoleh perkiraan harga rata-rata ikan. Pada tahun 26, harga rata-rata (Np/P) ikan diperkirakan Rp per kg, menurun tahun 27 (Rp per kg) dan mengalami kenaikan pada tahun 28 menjadi Rp per kg. seperti yang diungkapkan PPN Pekalongan (PPN Pekalongan, 29b), kenaikan

38 (ton) (Rp 1) 24 harga rata-rata (Np/p) pada tahun 28 cukup signifikan yang kemungkinan dipengaruhi bertambahnya kesegaran ikan yang didaratkan, kondisi pasar dan meningkatnya permintaan konsumen. Tabel 1 Perkembangan volume produksi dan nilai produksi hasil tangkapan di PPN Pekalongan tahun Tahun Produksi Pertumbuhan Nilai produksi Pertumbuhan ( ton ) (%) ( Rp ribuan ) (%) Rataan Sumber: PPN Pekalongan (28), data diolah kembali Sumber: PPN Pekalongan (28) Gambar 9 Perkembangan volume produksi dan nilai produksi hasil tangkapan di PPN Pekalongan tahun Menurunnya produksi ikan selama beberapa tahun terakhir disebabkan oleh (PPN Pekalongan, 29b): ) Dampak konflik antara nelayan pantai utara Jawa dengan nelayan Kalimantan Selatan di daerah penangkapan sampai saat ini belum bisa terselesaikan sehingga kapal kapal dari daerah pantura tidak berani melakukan penangkapan di tempat tersebut; Tahun Volume produksi Nilai produksi

39 (ton) 25 2) Berkurangnya kapal kapal yang melakukan kegiatan penangkapan dikarenakan faktor semakin jauhnya daerah penangkapan ikan sehingga membutuhkan perbekalan yang cukup besar yang kemudian usaha penangkapan menjadi kurang efisien; 3) Keberadaan sumber daya ikan di daerah penangkapan mulai menunjukkan penurunan stok ikan; dan 4) Banyak kapal purse seine Pekalongan yang berganti alat tangkap menjadi long line dan purse seine Cakalang kemudian banyak dari mereka yang mendaratkan ke daerah lain. Berdasarkan informasi dari pengelola PPN Pekalongan, penurunan produksi ikan di PPN Pekalongan disinyalir oleh adanya penjualan ikan di laut sehingga hasil tangkapan yang diperoleh unit penangkapan purse seine tidak didaratkan dan dicatat di PPN Pekalongan melainkan di tempat lain. Penjualan ikan di laut oleh kapal yang berpangkalan di PPN Pekalongan kepada kapal atau pengusaha lain dilakukan untuk mempertahankan mutu ikan sehingga harga jualnya relatif lebih tinggi ketimbang didaratkan di pelabuhan pangkalannya yang relatif jauh dari daerah penangkapan ikan Tahun Banyar Tembang Layang Lemuru Selar Sumber: PPN Pekalongan (28) Gambar 1 Perkembangan produksi lima jenis ikan dominan di PPN Pekalongan periode Di PPN Pekalongan terdapat 28 jenis ikan yang didaratkan (Lampiran 2), 18 jenis ikan yang hampir setiap tahun didaratkan dan 6 jenis ikan dominan. Jenis ikan yang didaratkan di PPN Pekalongan sebagian besar tergolong ikan pelagis.

40 (unit) 26 Di antara jenis ikan dominan tersebut, terdapat lima jenis ikan yang paling banyak didaratkan oleh unit penangkapan purse seine, yaitu layang, lemuru, banyar, selar dan tembang. 4.2 Perikanan Purse Seine dan Mini Purse Seine di PPN Pekalongan Perikanan purse seine dan mini purse seine merupakan usaha penangkapan ikan menggunakan unit penangkapan purse seine dan mini purse seine. Unit penangkapan purse seine berasal dari Pekalongan dan dominan jumlahnya di PPN Pekalongan. Berbeda halnya dengan unit penangkapan mini purse seine, yang berasal dari daerah di luar Pekalongan seperti Rembang, Juwana dan Tuban serta paling sering melakukan bongkar ikan sejak tahun 25 hingga 28 dan terbanyak ketiga setelah purse seine dan gill net Tahun Purse seine Mini purse seine Gillnet Longline lainnya Sumber: PPN Pekalongan (28) Gambar 11 Perkembangan jumlah kapal perikanan menurut jenis alat tangkap di PPN Pekalongan periode Perkembangan jumlah kapal/ armada penangkapan yang berdomisili di PPN Pekalongan (Gambar 11) secara umum menurun, hal ini sangat dipengaruhi oleh penurunan kapal purse seine sejak tahun 24. Di saat kapal purse seine, mini purse seine, long line menurun jumlahnya, kapal gill net meningkat jumlahnya sejak tahun 24 (Lampiran 3). Secara bersamaan, jumlah kapal yang berdomisili di PPN Pekalongan menurun sekitar 5% pada tahun 28; purse seine menjadi 17 unit, mini purse seine menjadi unit, gill net menjadi 11 unit dan long line menjadi unit.

41 (kali) 27 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, Tahun Sumber: PPN Pekalongan (28) Gambar 12 Perkembangan frekuensi kegiatan bongkar kapal-kapal di PPN Pekalongan periode Kegiatan bongkar ikan oleh kapal-kapal di PPN Pekalongan (Gambar 12 dan Lampiran 3) didominasi oleh kapal mini purse seine pada tahun (sebesar 4 328, dan kali), setelah sebelumnya selalu didominasi kapal purse seine. Banyaknya kegiatan bongkar ikan yang dilakukan kapal purse seine dan mini purse seine menjadikan banyak ikan pelajik kecil yang didaratkan di PPN Pekalongan. Purse seine Mini purse seine Gillnet lainnya Kapal purse seine Kapal purse seine menggunakan bahan kayu jati, panjang rata-rata 2 25 m, lebar rata-rata 7 8 m dengan kedalaman 3-4 m, sehingga berukuran 7-13 GT. Pada umumnya memiliki 12 palka, kapasitas setiap palka bervariasi dari belakang sampai ke depan kapal, palka berkapasitas paling besar berada di belakang dan palka berkapasitas paling kecil berada di paling depan kapal. Keseluruhan palka dapat menampung ikan sebanyak 6 ton. Tenaga penggerak utama menggunakan motor tempel bertenaga 3-35 PK, yang digunakan kapal untuk olah gerak dan manuver. Mesin pembantu (generator) bertenaga 15 2 PK sebanyak 2 3 buah digunakan sebagai sumber tenaga lampu dan mesin penggulung jaring (gardan). Alat bantu navigasi yang digunakan adalah GPS receiver, radio SSB (Ekaputra, 29). Daya jelajah kapal purse seine mencapai Laut Cina Selatan, Selat Makassar, Laut Arafuru.

42 28 Kapal mini purse seine (Sobirin, 24) menggunakan kayu, panjangnya kurang dari 2 m lebar 5 6 m, kedalaman rata rata m, sehingga rata-rata berukuran 4 6 GT. Keseluruhan palka dapat menampung 4 ton ikan. Tenaga penggerak utama bertenaga 1 PK. Tenaga penggerak pembantu menggunakan generator. Alat bantu penangkapan antara lain lampu, rumpon, serok, ban. Daya jelajah kapal mencapai 2 3 mil laut. (c) (d) Gambar 13 (c) Kapal purse seine dan (d) Kapal mini purse seine Alat tangkap Jaring purse seine (Gambar 15) bila dibentangkan berbentuk trapesium yang terdiri atas sayap, kantong, tali selambar, tali ris atas, tali ris bawah, tali pelampung, tali pemberat dan tali penarik/ kolor. Seluruh tali temali yang ada menggunakan bahan PE (polyethylene), kecuali tali kolor yang menggunakan bahan kuralon. Alat bantu penangkapan yang digunakan antara lain sonar, echo sounder, fish finder, 3 5 lampu galaxy berkekuatan 5 1 watt, 6 1 lampu petromaks, rumpon daun kelapa yang diikatkan pada tali tambang, serok (Ekaputra, 29). Contoh spesifikasi jaring purse seine: Jaring : Bahan nilon dengan ukuran panjang 6 1 m tinggi 5 1 m, mesh size sayap 1, mesh size kantong.5 Pemberat : Bahan timah hitam 7 buah Pelampung : Bahan karet sintetik 6 buah di kanan kiri, 4 buah di tengah Cincin : Bahan besi, diameter lubang 11.5 cm, panjang tali penggantung 1 m, jarak antarcincin 3 m

43 29 Jaring mini purse seine memiliki bentuk persegi panjang dengan bagian bawah yang semakin melebar sampai pada bagian tengah jaring. Panjang jaring berkisar antara 4 7 m (Gambar 14), bahan jaring adalah benang PA (polyamid) warna hijau, mesh size sayap dan badan jaring.75-1 inchi, mesh size kantong jaring.5.75 inchi. Pemberat terbuat dari bahan timah hitam, pelampung dari bahan karet sintetik, tali temali dari bahan PE (polyethylene) multifilament, tali kolor dari bahan PE multiflament. Tali ris atas berukuran lebih besar daripada tali ris bawah (Sobirin, 24). Pelampung dan float line Cincin dan tali kolor # Kantong jaring # # # # # # # # # # pemberat dan sinker line Sumber: Subani dan Barus (1989) Gambar 14 Bentangan jaring purse seine. Gambar 15 Jaring purse seine di atas kapal Nelayan Nelayan yang bekerja dalam satu unit penangkapan purse seine berjumlah 3 4 orang, dengan pembagian kerja (Ekaputra, 29) 1 orang nahkoda, 1 orang wakil nahkoda, 2 orang KKM, 1 orang juru masak, selebihnya ABK yang

44 3 menarik jaring (Ekaputra, 29). Berdasarkan hasil wawancara, rata-rata jumlah nelayan pada unit penangkapan purse seine adalah 35 orang. Nelayan yang mengoperasikan jaring mini purse seine berjumlah 15 3 orang dengan pembagian tugas sebagai berikut: 1 orang nahkoda, juru mesin, juru arus, juru gidang, juru lampu dan buruh penarik jaring (Sobirin, 24). Rata-rata jumlah nelayan unit penangkapan mini purse seine adalah 15 orang Metode operasi penangkapan Operasi penangkapan unit purse seine dan mini purse seine yang berpangkalan di PPN Pekalongan menggunakan rumpon dan cahaya sebagai pemikat ikan namun kadang-kadang dengan mengejar gerombolan ikan bila kondisi cuaca dan perairan memungkinkan. Tahap operasi penangkapan purse seine (Sudirman dan Mallawa, 24) antara lain pemikatan ikan, pemantauan kondisi laut, penurunan jaring, penarikan tali kolor, pengangkatan jaring dan pengambilan hasil tangkapan. Ada dua jenis cahaya yang digunakan dalam operasi (Sutyawan, 1999); cahaya lampu listrik/ sorot/ galaxy yang dipasang di atas kapal dan cahaya lampu petromaks yang dipasang di sebuah rakit khusus atau cahaya lampu neon yang dipasang pada sebuah rangka terapung dengan bantuan drum atau gabus. Penggunaan lampu petromaks/ neon dilakukan saat seluruh lampu listrik dipadamkan, agar gerombolan ikan yang telah terpikat dan terkumpul di sekitar kapal menuju daerah tangkapan jaring. Selanjutnya, ada dua jenis rumpon yang digunakan (Sutyawan, 1999); rumpon statis (tendak) dan rumpon dinamis. Rumpon statis dipasang pada wilayah perairan tertentu untuk jangka waktu yang lama. Rumpon dinamis bagian utama berfungsi sebagai jangkar yang diikatkan dengan sebuah tiang penahan di haluan kapal. Rumpon dinamis tiruan berukuran lebih kecil daripada rumpon dinamis utama dan hanyut di pertengahan kolom perairan. Rumpon tiruan dipasang pada buritan kapal dan diikatkan pada rakit lampu saat menggiring gerombolan ikan menuju daerah tangkapan jaring. Penurunan rumpon ke dalam perairan dilakukan sesaat setelah sampai di daerah penangkapan yang ditentukan. Penyalaan lampu dilakukan menjelang malam hari dan mulai dipadamkan saat rumpon utama dinaikkan ke kapal. Pelingkaran jaring dilakukan setelah gerombolan ikan yang terkumpul diduga

45 31 cukup banyak. Pengamatan kepadatan ikan berdasarkan pengalaman, pengamatan visual dan melalui monitor sonar. Pelingkaran jaring dilakukan dalam keadaan gelap gulita, sebagai pusatnya adalah rakit lampu/ lampu terapung dan rumpon tiruan (Sutyawan, 1999). Proses penangkapan oleh jaring purse seine perlu memperhatikan arah renang, kecepatan renang, kepadatan, kedalaman perairan lalu arah, kecepatan arus dan angin (Sudirman dan Mallawa, 24). Proses penarikan jaring dibantu mesin dan gardan. Pengangkatan hasil tangkapan/ ikan dari jaring ke dalam palka dilakukan dengan serok dan mengangkat jaring ke atas dek kapal Daerah penangkapan ikan Daerah penangkapan ikan unit penangkapan purse seine yang berbasis di PPN Pekalongan antara lain: Karimun Cirebon, Bawean, Masalembo, Lumulumu, Matasiri, Laut Cina Selatan dan lain-lain (Lampiran 4). Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan dan pengelola PPN Pekalongan, lama waktu yang dibutuhkan menuju daerah penangkapan dan kembali ke pelabuhan pangkalan PPN Pekalongan (trip) unit penangkapan purse seine mencapai 9 12 hari dan unit penangkapan mini purse seine hanya selama 1 7 hari Hasil tangkapan dan penanganannya Sebagian besar hasil tangkapan purse seine dan mini purse seine yang berpangkalan di PPN Pekalongan adalah ikan pelagis kecil (ikan layang, lemuru, banyar, selar, tembang, tetengkek, teri, bawal dan kapas-kapas) kemudian demersal (kakap merah dan lainnya) dan sesekali ikan pelagis besar (tongkol, lemadang, setuhuk, layaran). Ikan demersal tertangkap oleh purse seine dan mini purse seine karena ukuran lebar jaring yang mencapai dasar perairan, habitat ikan demersal. Penanganan hasil tangkapan purse seine di kapal dengan penyimpanan dalam palka bersama es dan garam, ketika es mencair penyimpanan dilanjutkan dengan penambahan garam. Ikan ditaburi es curah dan garam pada bagian atas dan bawah dan di antara ikan. Rasio banyaknya ikan dan es yang digunakan menurut Soesanto (28) umumnya 3:1 serta rasio banyaknya ikan dan garam yang digunakan umumnya 5:1. Dengan demikian, hasil tangkapannya berupa ikan

46 32 asin basah (Gambar 16e) yang kemudian diolah menjadi ikan asin kering, pindang dan tepung ikan. (e) (f) Gambar 16 (e) Hasil tangkapan purse seine dan (f) Hasil tangkapan mini purse seine. Penanganan hasil tangkapan mini purse seine di kapal dengan penyimpanan dalam palka menggunakan es. Ikan di dalam palka ditaburi es curah pada bagian bawah dan atas dan di antara ikan. Rasio banyaknya es yang digunakan tidak selalu mencapai 1:1 dengan banyaknya ikan yang ada, namun sesekali waktu mencapai rasio tersebut. Ketika perbekalan es mulai habis, mini purse seine segera mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Pekalongan. Dengan demikian, hasil tangkapannya berupa ikan segar/ basah (Gambar 16f). Hasil olahan ikan segar/ basah ini biasanya ikan panggang/ asap, pindang, kalengan dan surimi.

47 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Tangkapan per Upaya Penangkapan (CPUE) Total Hasil Tangkapan Purse Seine dan Mini Purse Seine Total hasil tangkapan purse seine dan mini purse seine tahunan menurun sebesar ton dan hasil tangkapan terendah terjadi pada tahun 28 sebesar ton (Gambar 17a). Hasil tangkapan purse seine dan mini purse seine sebagian besar adalah ikan pelagis kecil seperti teri, kapas-kapas, tetengkek, selar, lemuru, layang, tembang, bawal dan banyar, namun tidak jarang hasil tangkapan yang diperoleh berupa ikan demersal (cucut, cumi-cumi, kakap merah, layur, manyung, pari, remang, belong, bloso, kuniran, kurisi dan petek) dan sesekali ikan pelagis besar (tongkol, lemadang, layaran, setuhuk, alu-alu, tongkol dan tenggiri). Dalam penelitian ini, hasil tangkapan purse seine dan mini purse seine yang kemudian dihitung sebagai total hasil tangkapan/ ikan purse seine dan mini purse seine adalah ikan pelagis kecil dan demersal. Total hasil tangkapan dan upaya penangkapan purse seine dan mini purse seine bulanan menurun dari tahun 24 sampai 28 (Gambar 18). Dalam setiap tahunnya, produksi hasil tangkapan cenderung meningkat sekitar bulan Juni hingga Desember. Hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) menunjukkan perubahan hasil tangkapan yang disebabkan perubahan upaya penangkapan. CPUE total ikan cenderung mengalami kenaikan selama tahun Hasil tangkap per upaya penangkapan yang menguntungkan pengusaha penangkapan atau nelayan adalah upaya yang relatif rendah menghasilkan ikan dengan jumlah yang relatif tinggi, namun demikian upaya penangkapan yang relatif tinggi mendapatkan hasil tangkapan yang relatif tinggi pula merupakan kondisi yang juga menguntungkan pengusaha penangkapan atau nelayan. Dengan menyimak Gambar 17c, dapat diketahui CPUE yang tinggi selama tahun 24 sampai 28 terjadi pada tahun 27 sebesar ton/trip dan 28 sebesar 35.5 ton/trip. Hasil tangkapan per upaya penangkapan total hasil tangkapan purse seine dan mini purse seine (CPUE) bulanan selama tahun menjadi semakin fluktuatif pada tahun 27 dan 28 dari pada tiga tahun sebelumnya. Rata-rata CPUE adalah sebesar 26.2 ton/trip dengan kisaran 6.14 sampai 7.3 ton/trip (Gambar 19). Tren CPUE per bulan menunjukkan pola polynomial yang berbeda setiap tahunnya,

48 Rata-rata CPUE (ton/trip) Total hasil tangkapan (ton) Upaya penangkapan (trip) 34 hanya pola tren tahun 24 dan 26 yang hampir sama satu sama lain, namun secara umum produksi atau hasil tangkapan purse seine dan mini purse seine mengalami peningkatan pada beberapa bulan di akhir tahun (24 sampai 27) kemudian sedikit bergeser pada akhir tahun sampai bulan Januari (tahun 28) y = x R 2 = (a) Tahun y = x R 2 = (b) Tahun y =.8555x R 2 = Tahun (c) Sumber: PPN Pekalongan (28), data diolah kembali Gambar 17 Perkembangan hasil tangkapan, upaya penangkapan dan CPUE total ikan yang didaratkan purse seine dan mini purse seine di PPN Pekalongan per tahun periode

49 y =.4843x x x x x x R 2 =.8191 y 1=.2347x x x x x x R 2 =.4727 y 1= -.139x x x x x x R 2 =.9416 y 1=.745x x x x x x R 2 =.7831 y = x x x x x x R 2 = Total hasil tangkapan Upaya penangkapan Poly. (Total hasil tangkapan ) 5 Sumber: PPN Pekalongan (24 28), data diolah kembali Gambar 18 Perkembangan total hasil tangkapan dan upaya penangkapan purse seine dan mini purse seine yang didaratkan di PPN Pekalongan per bulan periode

50 y = -.5x x x x x x R 2 = y = -.21x x x x x x R 2 = y =.8x x x x x x R 2 = y = -.13x x x x x x R 2 = y =.62x x x x x x R 2 = Sumber: PPN Pekalongan (24 28), data diolah kembali Gambar 19 Perkembangan CPUE total hasil tangkapan purse seine dan mini purse seine per bulan periode

51 Hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) layang Hasil tangkapan ikan layang selama periode 24 sampai 28 berkisar pada 42.1% sampai 62.96% dari total hasil tangkapan (Gambar 2a). Perkembangan hasil tangkapan layang hampir menyerupai perkembangan total hasil tangkapan di PPN Pekalongan karena persentasi ikan layang yang hampir selalu mencapai angka sekitar 5% dari keseluruhan hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Pekalongan menunjukkan dominasi volume hasil tangkapan setiap bulannya dibandingkan ikan jenis lain dan mencapai sekitar 3% dari total hasil tangkapan (Gambar 21). Upaya penangkapan selama periode 24 sampai 28 mengalami penurunan. Hasil tangkapan ikan layang tahun 24 yang melebihi rata-rata hasil tangkapan ikan layang dalam setahun (> ton) terjadi pada bulan Juli sampai Desember (Gambar 21). Hal ini menandakan pada bulan tersebut ikan layang berpeluang melimpah di DPI. Bila dibandingkan dengan total upaya penangkapan, pada bulan Juli dan November dibawah rata-rata upaya penangkapan setahun, kemudian upaya pada bulan Agustus sampai Oktober dan Desember cukup tinggi atau di atas rata-rata total upaya penangkapan dalam setahun (> trip). Perkembangan hasil tangkapan ikan layang tahun 25 mengalami dua puncak. Bila dibandingkan dengan total hasil tangkapan, hasil tangkapan layang pada bulan Mei dan Juli benar-benar mendominasi. Hasil tangkapan ikan layang yang melebihi rata-rata hasil tangkapan ikan layang selama setahun (> ton) terjadi pada bulan Januari sampai Februari (1 83 sampai ton), Mei sampai Agustus (1 921, 1 773, 1 895, ton) dan Oktober (1 638 ton) dengan upaya masing-masing 219, 174, 136, 69, 12, 16 dan 353 trip. Hasil tangkapan ikan layang pada tahun 26 yang mendominasi total hasil tangkapan terjadi pada bulan Juli sampai Oktober dan yang melebihi ratarata hasil tangkapan layang dalam setahun (> ton) terjadi pada bulan Juli sampai Desember (1 55, 1 865, 1 767, 1 643, 1 86 dan ton). Upaya penangkapan selama bulan Juli sampai Desember sebagian besar di bawah ratarata total trip dalam setahun (<11.67 trip) kecuali pada bulan Juli, Oktober dan Desember.

52 38 Hasil tangkapan ikan layang pada tahun 27 yang mendominasi total hasil tangkapan terjadi pada bulan Agustus sampai November dan yang melebihi rata-rata hasil tangkapan ikan layang setahun (> ton) terjadi pada bulan Januari (1 637 ton), September sampai November (1 841, dan 1 91 ton). Upaya penangkapan pada bulan Januari dan September di atas rata-rata total upaya (>55.75 trip) kemudian yang di bawah rata-rata total upaya terjadi pada bulan Oktober dan November. Hasil tangkapan layang tahun 28 yang mendominasi total hasil tangkapan terjadi pada bulan Agustus dan yang melebihi rata-rata hasil tangkapan ikan layang setahun (>623 ton) terjadi pada bulan Juli sampai September lalu November dan Desember (72, 1 165, 1 286, 1 15 dan 1 65 ton). Upaya penangkapan pada bulan Juli sampai September dan November sampai Desember berada di atas rata-rata total upaya setahun (>46.25 trip). Hasil tangkapan yang tinggi dan upaya penangkapan yang rendah terjadi pada tahun 25 bulan Mei Juni dan Juli, tahun 26 bulan Agustus, September dan November, tahun 27 bulan Oktober dan November. Kondisi yang demikian memungkinan untuk meningkatkan upaya penangkapannya. Hasil tangkapan ikan layang selama tahun 24 sampai 28 membentuk garis tren yang cenderung menurun dari tahun ke tahun (Gambar 21). Penurunan hasil tangkapan ikan layang yang seperti terlihat pada Gambar 2 dan 21 ternyata sama halnya dengan yang disebutkan oleh Prihartini et.al (27) bahwa penurunan jumlah hasil tangkapan ikan layang akibat usaha penangkapan ikan layang di perairan Laut Jawa telah dilakukan secara berlebihan, termasuk di perairan barat Laut Jawa dan timur Laut Jawa. Pada tahun 24, 26 dan 28 garis tren hasil tangkapan layang memiliki satu puncak yang berawal pada bulan Juli hingga Desember. Pada garis tren tahun 25 dan 27, memiliki dua puncak, namun masih lebih tinggi puncak yang terjadi pada bulan Mei sampai Agustus (25) dan bulan September sampai November (27) daripada bulan Januari (25 dan 27). Sehingga secara umum perolehan hasil tangkapan layang banyak pada semester kedua setiap tahun. Hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) layang cenderung meningkat selama periode 24 sampai 28, terutama tahun 27 yang mencapai

53 ton/trip (Gambar 2c). CPUE layang yang dapat dikatakan tinggi (melebihi rata-rata tiap tahun) pada tahun 24 terjadi pada bulan Mei dan Juli sampai Desember; tahun 25 terjadi pada bulan Mei sampai Juli dan Desember; tahun 26 terjadi pada bulan Juli sampai Desember; tahun 27 terjadi pada bulan Agustus sampai Desember; tahun 28 terjadi pada bulan Januari dan Agustus sampai Desember. Garis tren polynomial pada perkembangan CPUE layang (Gambar 22) menunjukkan terjadi satu kali puncak CPUE di akhir tahun pada tahun 24 dan 26, satu kali puncak CPUE di tengah tahun pada tahun 25, dua kali puncak pada tahun 27 dan 28 yang mana puncak tertinggi terjadi di akhir tahun. Rata-rata CPUE ikan layang selama tahun 24 sampai 28 (Gambar 2) adalah ton/trip dengan kisaran 1.37 sampai 39.6 ton/trip. Rata-rata CPUE ikan layang selama bulan Januari sampai Desember adalah ton/trip dengan kisaran 5.38 sampai ton/trip di mana nilai CPUE layang yang lebih tinggi dari rata-ratanya terjadi pada bulan Juli sampai Desember Hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) lemuru Hasil tangkapan ikan lemuru selama tahun 24 sampai 28 mengalami penurunan dengan kisaran hasil tangkapan lemuru 1.96% sampai 17.21% dari total hasil tangkapan (Gambar 23a) dengan slope ton. Penurunan upaya penangkapan lemuru adalah penurunan total upaya penangkapan purse seine untuk beragam jenis ikan. Namun demikian, CPUE lemuru mengalami kenaikan pada tahun 27 dan 28. Hasil tangkapan ikan lemuru tahun 24 berkisar antara 57 sampai ton (Gambar 24). Hasil tangkapan ikan lemuru yang berada di atas rata-rata hasil tangkapan ikan lemuru setahun (> ton) terjadi pada bulan Januari sampai Maret dan Desember. Upaya penangkapan ikan pada bulan tersebut yang berada di bawah rata-rata upaya penangkapan (< trip) terjadi pada bulan Januari sampai Maret dan yang berada di atas rata-rata terjadi pada bulan Desember.

54 rata-rata CPUE (ton/ trip) Upaya penangkapan (trip) Hasil tangkapan (ton) y = x R 2 = % 46.75% 59.62% 53.4% 42.1% Tahun 25 2 (a) UPAYA TOTAL IKAN = UPAYA LAYANG 2193 y = x R 2 = Tahun (b) 6 5 LAYANG y =.985x R 2 = tahun (c) Sumber: PPN Pekalongan (28), data diolah kembali Gambar 2 Perkembangan hasil tangkapan, upaya penangkapan dan CPUE layang di PPN Pekalongan per tahun periode

55 41 6 y = -.244x x x x R 2 = % 3.62% 2.68% % % 1.81% 2.2% 1.39% 2.49%.63% 1.3%.43% %.94%.33%.75% y = 3.427x x x x R 2 = % 1.2% 1.28% 1.5%.62% 1.11%.4%.82% %.19%.3%.16% y =.7639x x x x R 2 = %.46% 1.2% 1.26% 1.2% 1.11% 1.22% 1.14% %.57%.43% y = x x x x R 2 = % 1.25%.92% 1.29%.35%.32%.67%.58%.26% y =.7765x x x x R 2 = y =.4843x x x x x x R 2 =.8191 y 1 =.2347x x x x x x R 2 = y 1= -.139x x x x x x R 2 = y = 1.745x x x x x x R 2 = y = x x x x x x R 2 = %.37%.2%.7%.17%.4%.2%.79%.87%.4%.75%.72% Total hasil tangkapan Upaya penangkapan Poly. (Total hasil tangkapan ) Sumber: PPN Pekalongan (24-28), data diolah kembali Gambar 21 Perkembangan hasil tangkapan layang dibandingkan dengan upaya penangkapan dan total ikan per bulan periode

56 y =.71x x x x R 2 = y =.532x x x x R 2 = y =.91x x x x R 2 = y = -.369x x x x R 2 = y =.44x x x x R 2 = Sumber: PPN Pekalongan (24-28), data diolah kembali Gambar 22 Perkembangan CPUE layang per bulan periode

57 43 Hasil tangkapan ikan lemuru tahun 25 berkisar antara 39 sampai ton. Hasil tangkapan ikan lemuru yang nilainya berada di atas rata-rata hasil tangkapan ikan lemuru setahun (> ton) terjadi pada bulan Januari sampai Maret dan Oktober sampai Desember. Upaya penangkapan ikan lemuru pada bulan tersebut yang berada di bawah rata-rata total upaya penangkapan ikan (< trip) terjadi pada bulan Maret, November dan Desember kemudian yang berada di atas rata-rata terjadi pada bulan Januari, Februari dan Oktober. Hasil tangkapan ikan lemuru tahun 26 berkisar antara 33 sampai 469 ton. Hasil tangkapan ikan lemuru tahun 26 yang bernilai di atas rata-rata hasil tangkapan ikan lemuru setahun (>215.8 ton) terjadi pada bulan Januari, Februari, Mei, November dan Desember. Upaya penangkapan ikan lemuru pada bulan tersebut yang berada di bawah rata-rata upaya penangkapan ikan (<11.67 trip) terjadi pada bulan Januari, Mei, November kemudian yang berada di atas rata-rata terjadi pada bulan Februari dan Desember. Kisaran hasil tangkapan ikan lemuru tahun 27 adalah 47 sampai 482 ton. Hasil tangkapan ikan lemuru tahun 27 yang bernilai di atas rata-rata hasil tangkapan ikan lemuru setahun (> ton) terjadi pada bulan Januari sampai Mei, November dan Desember. Upaya penangkapan ikan lemuru pada bulan tersebut yang berada di bawah rata-rata upaya penangkapan ikan (<55.75 trip) terjadi pada bulan April, November dan Desember kemudian yang berada di atas rata-rata terjadi pada bulan Januari sampai Maret dan Mei. Kisaran hasil tangkapan ikan lemuru tahun 28 adalah 63 sampai 672 ton. Hasil tangkapan ikan lemuru yang berjumlah di atas rata-rata hasil tangkapan ikan lemuru setahun (> ton) terjadi pada bulan Januari, Maret, November dan Desember. Upaya penangkapan ikan lemuru pada bulan tersebut yang berada di bawah rata-rata upaya penangkapan ikan (<46.25 trip) terjadi pada bulan Januari dan Maret kemudian yang berada di atas rata-rata terjadi pada bulan November dan Desember. Hasil tangkapan yang tinggi dan upaya penangkapan yang rendah terjadi pada tahun 24 bulan Januari sampai Maret, tahun 25 bulan Maret, November dan Desember, tahun 26 bulan Januari, Mei dan November, tahun 27 bulan

58 44 April, November dan Desember, tahun 28 bulan Januari dan Maret. Kondisi yang demikian memungkinan untuk meningkatkan upaya penangkapannya. Perkembangan hasil tangkapan ikan lemuru periode 24 sampai 28 (Gambar 24) mengalami penurunan dan membentuk garis tren yang memiliki dua puncak pada awal dan akhir tahun serta satu lembah pada pertengahan tahun. Hal tersebut berarti terjadi dua kali puncak perolehan hasil tangkapan lemuru dalam setahun. Bentuk garis tren perkembangan hasil tangkapan ikan lemuru yang jarak titik puncak dengan titik lembah besar, menunjukkan keberadaan ikan lemuru tidak konstan serta hanya terjadi pada awal dan akhir tahun. Hasil tangkapan per upaya penangkapan ikan lemuru mengalami peningkatan selama periode 24 sampai 28, hingga tahun 28 mencapai ton/trip. CPUE yang tinggi selama periode 24 sampai 28 terjadi pada tahun 24 bulan Januari, Februari, Maret dan Desember; tahun 25 bulan Januari, Februari, Desember; tahun 26 bulan Januari, November dan Desember, tahun 27 bulan Januari sampai Mei, November dan Desember; tahun 28 bulan Januari, Maret, November dan Desember. Garis tren polynomial CPUE lemuru (Gambar 25) tahun 24 sampai 26 dan 28 menunjukkan puncak CPUE terjadi pada awal dan akhir tahun, kemudian tren polynomial tahun 27 menunjukkan puncak CPUE lemuru terjadi dua kali yaitu pada bulan Februari sampai Mei dan November sampai Desember. CPUE lemuru cenderung meningkat dari tahun 24 hingga 28. Rata-rata CPUE ikan lemuru selama tahun 24 sampai 28 (Gambar 25) adalah 3.81 ton/trip dengan kisaran.23 sampai ton/trip. Rata-rata CPUE ikan lemuru selama bulan Januari sampai Desember adalah 3.81 ton/trip dengan kisaran.85 sampai 8.57 ton/trip dengan nilai CPUE lemuru yang lebih tinggi dari rata-ratanya terjadi pada bulan Januari sampai April, November sampai Desember.

59 Rata-rata CPUE (ton/ trip) Upaya penangkapan (trip) Hasil tangkapan (ton) y = x R 2 = % 1.96% 11.5% 13.87% 17.21% Tahun (a) 25 2 UPAYA TOTAL IKAN = UPAYA LEMURU 2193 y = x R 2 = Tahun (b) 8 7 LEMURU y = 1.8x R 2 = Tahun (c) Sumber: PPN Pekalongan (28), data diolah kembali Gambar 23 Perkembangan hasil tangkapan, upaya penangkapan dan CPUE lemuru di PPN Pekalongan per tahun periode

60 y = x x x R 2 = y =.4843x x x x x x R 2 = %.92%.74%.27%.9%.5%.14%.16%.4%.9% y = x x x R 2 = %.96% y 1 =.2347x x x x x x R 2 = %.43%.5%.6%.8%.32%.4%.15% %.4%.3%.15% y =.8354x x x R 2 = y 1= -.139x x x x x x R 2 = %.32%.14%.7%.15%.8%.9%.4%.2%.5%.24%.26% y = 2.487x x x R 2 = y = 1.745x x x x x x R 2 = %.33%.28%.28%.7%.6%.3%.7%.5%.18% 1.32%.24% y = 2.111x x x R 2 = y = x x x x x x R 2 = %.26%.11%.14%.14%.1%.12%.12%.4%.5%.46%.23% Total hasil tangkapan Upaya penangkapan Poly. (Total hasil tangkapan ) 1 5 Sumber: PPN Pekalongan (24-28), data diolah kembali Gambar 24 Perkembangan hasil tangkapan lemuru dibandingkan dengan upaya penangkapan dan total hasil tangkapan per bulan periode

61 y = 7E-5x 6 +.8x x x x x R 2 = y = -.2x x x x x x R 2 = y = -.7x x x x x x R 2 = y = 4E-5x x x x x x R 2 = y = -.17x x x x x x R 2 = Sumber: PPN Pekalongan (24-28), data diolah kembali Gambar 25 Perkembangan CPUE lemuru per bulan periode

62 Hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) banyar Hasil tangkapan ikan banyar selama tahun 24 sampai 28 menurun dengan kisaran 7.83% sampai 9.99% dari total hasil tangkapan (Gambar 26a). Sama halnya dengan penurunan total ikan meski kemiringan atau slope pada hasil tangkapan banyar tidak sebesar slope pada total ikan yaitu ton. Dengan kata lain, penurunan hasil tangkapan banyar tidak lebih drastis ketimbang total ikan. Upaya penangkapan banyar juga menurun. Hasil tangkapan banyar per upaya penangkapan purse seine (CPUE) cenderung meningkat dari tahun 24 hingga 28 dengan pencapaian tertinggi pada tahun 27 sebesar 2.73 ton/trip (Gambar 26c). Hasil tangkapan ikan banyar tahun 24 berkisar antara 146 sampai 624 ton (Gambar 27). Hasil tangkapan ikan banyar yang berada di atas rata-rata hasil tangkapan ikan banyar setahun (> ton) terjadi pada bulan Mei sampai Juni dan Agustus sampai Desember. Upaya penangkapan ikan pada bulan tersebut yang berada di bawah rata-rata upaya penangkapan (< trip) terjadi pada bulan Mei dan yang berada di atas rata-rata terjadi pada bulan Juni, Agustus sampai Desember. Hasil tangkapan ikan banyar tahun 25 berkisar antara 94 sampai 489 ton. Hasil tangkapan ikan banyar yang nilainya berada di atas rata-rata hasil tangkapan ikan banyar setahun (>29 ton) terjadi pada bulan Februari sampai Maret, Juni sampai Agustus dan Oktober. Upaya penangkapan ikan banyar pada bulan tersebut yang berada di bawah rata-rata upaya penangkapan ikan (< trip) terjadi pada bulan Maret, Juni, Juli kemudian yang berada di atas rata-rata terjadi pada bulan Februari, Agustus dan Oktober. Hasil tangkapan ikan banyar tahun 26 berkisar antara 14 sampai 259 ton. Hasil tangkapan ikan banyar tahun 26 yang bernilai di atas rata-rata hasil tangkapan ikan banyar setahun (> ton) terjadi pada bulan Juli sampai Desember. Upaya penangkapan ikan banyar pada bulan tersebut yang berada di bawah rata-rata upaya penangkapan ikan (<11.67 trip) terjadi pada bulan Agustus, September dan November kemudian yang berada di atas rata-rata terjadi pada bulan Juli, Oktober dan Desember.

63 49 Kisaran hasil tangkapan ikan banyar berkisar antara 76 sampai 273 ton. Hasil tangkapan ikan banyar tahun 27 yang bernilai di atas rata-rata hasil tangkapan ikan banyar setahun (> ton) terjadi pada bulan Januari, Februari April, Juni, September dan November. Upaya penangkapan ikan banyar pada bulan tersebut yang berada di bawah rata-rata upaya penangkapan ikan (<55.75 trip) terjadi pada bulan April, Juni, September dan November kemudian yang berada di atas rata-rata terjadi pada bulan Januari dan Februari. Kisaran hasil tangkapan ikan banyar tahun 28 adalah 73 sampai 169 ton. Hasil tangkapan ikan banyar yang berjumlah di atas rata-rata hasil tangkapan ikan banyar setahun (>116.8 ton) terjadi pada bulan Maret sampai September. Upaya penangkapan ikan banyar pada bulan tersebut yang berada di bawah rata-rata upaya penangkapan ikan (<46.25 trip) terjadi pada bulan Maret sampai Mei kemudian yang berada di atas rata-rata terjadi pada bulan Juni sampai September. Hasil tangkapan yang tinggi dan upaya penangkapan yang rendah terjadi pada tahun 24 bulan Mei, tahun 25 bulan Maret, Juni dan Juli, tahun 26 bulan Agustus, September dan November, tahun 27 bulan April, Juni, September dan November, tahun 28 bulan Maret sampai Mei. Kondisi yang demikian memungkinan untuk meningkatkan upaya penangkapannya. Perkembangan hasil tangkapan ikan banyar periode 24 sampai 28 (Gambar 27) mengalami penurunan dan membentuk garis tren yang memiliki satu puncak pada tahun 24, 26, 27 dan 28 serta dua puncak pada tahun 25. hal tersebut berarti perolehan hasil tangkapan banyar yang paling banyak terjadi satu kali dalam setahun. Garis tren perkembangan ikan banyar per bulan dalam setiap tahunnya hampir membentuk garis horizontal yang menunjukkan keberadaan jumlah ikan banyar per bulan setiap tahunnya relatif stabil. Hasil tangkapan banyar per upaya penangkapan yang tinggi (nilainya di atas rata-rata CPUE banyar masing masing tahun) selama periode 24 sampai 28 terjadi pada tahun 24 bulan Mei sampai Juni dan Agustus sampai Desember; tahun 25 bulan Februari sampai Maret, Juni sampai Juli dan September; tahun 26 bulan April, Juli sampai September dan November sampai Desember; tahun 27 bulan Februari, April, Juni dan November, tahun 28 bulan Januari, Maret sampai Mei, Juli dan Oktober. Garis tren polynomial CPUE

64 5 banyar (Gambar 28) menunjukkan perkembangan CPUE yang relatif tetap karena tidak terdapat puncak dan lembah CPUE yang mencolok, kecuali pada 6 bulan pertama tahun 28. Rata-rata CPUE ikan banyar adalah 2.28 ton/trip dengan kisaran.48 sampai 4.24 ton/trip. Rata-rata CPUE ikan banyar selama bulan Januari sampai Desember adalah 2.28 ton/trip dengan kisaran 1.49 sampai 2.7 ton/trip. Nilai CPUE banyar yang lebih tinggi dari rata-ratanya terjadi pada bulan April, Juni sampai Agustus, Oktober dan November. 5.2 Pola Musim Penangkapan Layang, Lemuru dan Banyar Pola musim penangkapan layang Berdasarkan estimasi indeks musim penangkapan (IMP) seperti dapat dilihat pada Lampiran 7, musim puncak penangkapan layang diduga terjadi pada bulan Januari dan Juni sampai Desember pada awal musim barat dan musim timur, musim peralihan II. Musim sedang penangkapan layang diduga terjadi pada bulan Februari dan Mei saat musim barat dan musim peralihan I. Musim paceklik penangkapan layang diduga terjadi pada bulan Maret dan April di musim peralihan I (Gambar 29 dan Tabel 2). Diperkirakan CPUE bulan Juli sampai Desember periode memiliki nilai rata-rata di atas rata-rata CPUE layang keseluruhan. Selain itu, ratarata hasil tangkapan layang bulan Juli sampai Desember berada di atas rata-rata hasil tangkapan layang periode (> ton) di antaranya 1 452, 2 179, 1 955, 2 173, dan ton. Kedua hal ini dapat digunakan untuk menduga musim puncak penangkapan ikan layang karena sesuai dengan hasil perhitungan IMP yang diperkirakan juga terjadi pada bulan Juli sampai Desember. Namun bulan Januari dan Juni yang memiliki CPUE dan hasil tangkapan layang yang di bawah rata-rata masih termasuk sebagai musim puncak penangkapan layang, kemungkinan pada kedua bulan ini sebagai masa peralihan dari dan ke musim puncak penangkapan layang. Pada musim paceklik penangkapan layang bulan Maret dan April, CPUE dan hasil tangkapan layang yang dimiliki merupakan yang terendah (5.45 dan 5.38 ton/trip serta 448 dan 53 ton).

65 Rata-rata CPUE (ton/ trip) Upaya penangkapan (trip) Hasil tangkapan (ton) y = x R 2 = % 9.99% 9.62% 7.97% 7.83% Tahun (a) UPAYA TOTAL IKAN = UPAYA BANYAR 2193 y = x R 2 = Tahun (b) y =.219x R 2 =.6761 BANYAR Tahun Sumber: PPN Pekalongan (28), data diolah kembali Gambar 26 Perkembangan hasil tangkapan, upaya penangkapan dan CPUE banyar di PPN Pekalongan per tahun periode (c)

66 y =.52x x x x x x R 2 = y =.4843x x x x x x R 2 = %.12%.1%.17% %.24%.37%.28%.42%.2%.25%.25% y = -.94x x x x x x R 2 = y 1 =.2347x x x x x x R 2 = %.18%.3%.22%.1%.18%.23%.19%.33%.23%.6%.11% y = -.53x x x x x x R 2 = y 1= -.139x x x x x x R 2 = %.8%.7%.18%.1%.12%.8%.16%.17%.12%.15%.14% y = -.63x x x x x x R 2 = %.11% 1.9%.8% 27.19%.7%.8%.11%.9%.1%.12%.5% y =.124x x x x x x R 2 = y = 1.745x x x x x x R 2 = y = x x x x x x R 2 = %.1%.11%.5% 1.11% 28.5%.9%.11%.8%.8%.7%.7% Total hasil tangkapan Upaya penangkapan Poly. (Total hasil tangkapan ) Sumber: PPN Pekalongan (24-28), data diolah kembali Gambar 27 Perkembangan hasil tangkapan banyar dibandingkan dengan upaya penangkapan dan total hasil tangkapan per bulan periode

67 y =.2x x x x x x R 2 = y = -.4x x x x x x R 2 = y =.7x x x x x x R 2 = y = 5E-5x x x x x x R 2 = y = -.16x x x x x x R 2 = Sumber: PPN Pekalongan (24-28), data diolah kembali Gambar 28 Perkembangan CPUE banyar per bulan periode

68 IMP (%) 54 Musim puncak penangkapan layang dengan nilai IMP terendah terjadi pada bulan Juni dengan rata-rata CPUE 12.6 ton/trip (Tabel 2). Hal tersebut menunjukkan bahwa saat CPUE layang telah mencapai 12.6 ton/trip, operasi penangkapan layang yang dilakukan telah memasuki musim puncak penangkapan. Pada musim timur, terjadi musim kemarau di perairan Indonesia yang mengakibatkan salinitas perairan tinggi sehingga kelompok ikan layang lebih banyak di perairan daerah penangkapan dibandingkan saat musim barat (awal musim hujan). Ikan layang ini pada dasarnya dapat ditangkap sepanjang tahun karena toleransi salinitas perairan yang dimilikinya tidak jauh berbeda dengan salinitas perairan laut tropis dan subtropis (kisaran ) (Burhanuddin, 1984). Tabel 2 Rekapitulasi indeks musim penangkapan layang di PPN Pekalongan Bulan Rata-rata Rata-rata CPUE IMP Musim di Musim HT (ton) (ton/trip) (%) Indonesia penangkapan Barat Puncak Barat Sedang Peralihan I Paceklik Peralihan I Paceklik Peralihan I Sedang Timur Puncak Timur Puncak Timur Puncak Peralihan II Puncak Peralihan II Puncak Peralihan II Puncak Barat Puncak Rataan Sumber: Pengolahan data (21) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Bulan Jul AgustSept Okt Nov Des Sumber: Pengolahan data (21) Gambar 29 Nilai indeks musim penangkapan layang di PPN Pekalongan.

69 hasil tangkapan (ton) Bulan Poly. (24) Poly. (25) Poly. (26) Poly. (28) Poly. (27) Sumber: PPN Pekalongan (24-28) Gambar 3 Perkembangan hasil tangkapan layang per bulan periode Pola musim penangkapan lemuru Berdasarkan nilai indeks musim penangkapan (Lampiran 8), musim puncak penangkapan lemuru diduga terjadi pada bulan Januari sampai April dan Desember pada musim barat dan awal musim peralihan I. Musim sedang penangkapan lemuru diduga terjadi pada bulan Mei dan November saat musim peralihan I dan musim peralihan II. Musim paceklik penangkapan lemuru diduga terjadi pada bulan Juni sampai Oktober di akhir musim timur dan awal musim peralihan II (Gambar 31 dan Tabel 3). Hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) ikan lemuru yang di atas rata-ratanya (8.57, 6.1, 5.48, 3.92, 3.96, 8.1 ton/trip) dan rata-rata hasil tangkapan bulanan (Gambar 32) yang juga di atas rata-ratanya (77, 559, 443, 264, 34 dan 681 ton) dapat digunakan untuk menduga musim penangkapan ikan lemuru, yang ternyata hampir sama dengan hasil perhitungan IMP, yaitu pada bulan Januari sampai April dan November sampai Desember. Musim puncak penangkapan lemuru menurut Burhanuddin et al (1984) terjadi pada bulan April sampai Mei. Musim tersebut kadang-kadang bergeser, dan pada kenyataannya dapat dilakukan sepanjang tahun. Seperti berdasarkan data produksi , musim puncak terjadi pada Juni sampai Juli dan September sampai Desember. Pergeseran musim penangkapan ikan sangat dipengaruhi perubahan iklim, keterampilan nelayan, daya jelajah kapal dan banyaknya kapal yang beroperasi.

70 IMP (%) 56 Musim puncak penangkapan lemuru dengan nilai IMP terendah terjadi pada bulan Juni dengan rata-rata CPUE 3.92 ton/trip dan hasil tangkapan sebesar ton (Tabel 3). Hal tersebut menunjukkan bahwa saat CPUE lemuru telah mencapai 3.92 ton/trip dan hasil tangkapan sebesar ton, operasi penangkapan layang yang dilakukan telah memasuki musim puncak penangkapan. Musim penangkapan lemuru terjadi pada musim barat dan peralihan I yang bertepatan dengan musim hujan di perairan Indonesia. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Burhanuddin et al (1984) bahwa keberadaan lemuru erat kaitannya dengan musim hujan. Sehingga terdapat dua kali dalam setahun musim puncak penangkapan lemuru. Tabel 3 Rekapitulasi indeks musim penangkapan lemuru di PPN Pekalongan Bulan Rata-rata Rata-rata CPUE Musim di Musim IMP (%) HT (ton) (ton/trip) Indonesia penangkapan Barat Puncak Barat Puncak Peralihan I Puncak Peralihan I Puncak Peralihan I Sedang Timur Paceklik Timur Paceklik Timur Paceklik Peralihan II Paceklik Peralihan II Paceklik Peralihan II Sedang Barat Puncak Rataan Sumber: Pengolahan data (21) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Bulan Jul AgustSept Okt Nov Des Sumber: Pengolahan data (21) Gambar 31 Nilai indeks musim penangkapan lemuru di PPN Pekalongan.

71 Hasil tangkapan (ton) Bulan Poly. (24) Poly. (25) Poly. (26) Poly. (27) Poly. (28) Sumber: PPN Pekalongan (24-28) Gambar 32 Perkembangan hasil tangkapan lemuru per bulan periode Pola musim penangkapan banyar Berdasarkan nilai indeks musim penangkapan banyar (Lampiran 9), musim puncak penangkapan banyar diduga terjadi pada bulan April, Juni sampai Agustus dan November pada awal musim peralihan I, musim timur dan musim peralihan II. Musim sedang penangkapan banyar diduga terjadi pada bulan Januari sampai Maret, Mei, September sampai Oktober dan Desember saat musim barat, musim peralihan I, musim timur dan musim peralihan II. Musim paceklik penangkapan banyar tidak terjadi (Gambar 33 dan Tabel 4). Dengan mengetahui pola musim penangkapan ikan banyar yang tidak mengalami musim paceklik dapat dikatakan bahwa ikan banyar dapat ditangkap sepanjang tahun dalam jumlah relatif banyak. Jumlah ikan banyar yang relatif banyak sepanjang tahun ini diperkuat dengan perhitungan CPUE, bahwa hasil tangkap ikan banyar per bulan dalam setiap tahun (24 sampai 28) relatif stabil dengan CPUE yang tinggi sekitar bulan Januari sampai Desember. Hasil tangkapan per upaya penangkapan banyar yang di atas rata-ratanya terjadi pada bulan April (2.7 ton/trip), Juni sampai Agustus (3.26, 2.5, 2.41 ton/trip), Oktober sampai November (2.32 dan 2.33 ton/trip). Rata-rata hasil tangkapan ikan banyar yang di atas rata-ratanya terjadi pada bulan Juni sampai Oktober (256, 237, 278, 228 dan 295 ton) (Gambar 34). Dengan demikian, terdapat perbedaan bulan antara CPUE banyar yang tinggi dengan rata-rata hasil

72 58 tangkapan banyar yang tinggi dan CPUE banyar yang tinggi mendekati dugaan musim puncak penangkapan ikan banyar. Musim puncak penangkapan banyar dengan nilai IMP terendah terjadi pada bulan November, namun dengan nilai CPUE dan produksi hasil tangkapan yang bukan merupakan nilai terendah maka sulit diperkirakan CPUE dan produksi hasil tangkapan yang menjadi awal musim puncak penangkapan. Musim penangkapan ikan banyar oleh Chodriyah (29) disebut terjadi pada bulan Juli sampai Oktober dan puncaknya bulan September. Kemudian musim paceklik terjadi pada bulan Januari sampai Mei. Pola musim ini berbeda dengan penulis karena perbedaan jumlah tahun yang dianalisis, penulis melakukannya terhadap data produksi lima tahun sementara Chodriyah melakukannya terhadap data produksi enam tahun. Musim penangkapan banyar yang dinyatakan oleh Widyaningsih (1995) berbeda dengan penulis, yaitu musim puncak penangkapan bulan September sampai Februari terutama bulan Desember, kemudian musim paceklik terjadi pada bulan Maret sampai Agustus terutama bulan Juli. Perbedaan ini terjadi karena penelitian yang dilakukan Widyaningsih mengambil data produksi di PPI Juwana (Pati) tahun 1986 sampai Tabel 4 Rekapitulasi indeks musim penangkapan banyar di PPN Pekalongan Bulan Rata-rata Rata-rata CPUE Musim di Musim IMP (%) HT (ton) (ton/trip) Indonesia penangkapan Barat Sedang Barat Sedang Peralihan I Sedang Peralihan I Puncak Peralihan I Sedang Timur Puncak Timur Puncak Timur Puncak Peralihan II Sedang Peralihan II Sedang Peralihan II Puncak Barat Sedang Rataan Sumber: Pengolahan data (21)

73 Hasil tangkapan (ton) IMP (%) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul AgustSept Okt Nov Des Bulan Sumber: Pengolahan data (21) Gambar 33 Nilai indeks musim penangkapan banyar di PPN Pekalongan Bulan Poly. (24) Poly. (25) Poly. (26) Poly. (27) Poly. (28) Sumber: PPN Pekalongan (24-28) Gambar 34 Perkembangan hasil tangkapan banyar per bulan periode Daerah Penangkapan Layang, Lemuru dan Banyar yang Baik Daerah penangkapan ikan unit penangkapan purse seine (termasuk di dalamnya mini purse seine) perlu diketahui untuk mendukung penerapan pola musim penangkapan ikan minimal terhadap ikan yang dominan ditangkap selama ini (layang, lemuru dan banyar) dalam sebuah operasi penangkapan. Daerah penangkapan ikan unit penangkapan purse seine yang berbasis di PPN Pekalongan adalah Karimun-Cirebon (perairan Karimunjawa, utara Pekalongan, utara Tegal dan utara Cirebon), Bawean, Masalembo, Lumu-lumu, Matasiri dan L. Cina Selatan (Lampiran 4 dan Tabel 5).

74 6 Perkembangan upaya penangkapan ikan dari tahun 24 sampai 28 (Gambar 35) menunjukkan terjadinya penurunan. Selanjutnya rata-rata trip tertinggi terjadi pada bulan Agustus sampai Oktober dan Januari sampai Februari yang biasanya disebabkan oleh kondisi cuaca dan perairan yang mendukung operasi penangkapan. Rata-rata trip tertinggi terjadi pada perairan Lumu-lumu pada bulan Januari sampai Maret dan Desember, Matasiri pada bulan April, Agustus sampai November, L. Cina Selatan pada bulan Mei dan Karimun-Cirebon pada bulan Juli sampai Juli. Hal ini biasanya disebabkan oleh kondisi melimpahnya ikan di perairan tersebut. Daerah penangkapan Karimun-Cirebon merupakan perairan yang secara rutin dijadikan daerah operasi penangkapan purse seine Pekalongan Daerah penangkapan yang baik bagi purse seine pada bulan Januari adalah Lumu-lumu dan Matasiri, Februari di Lumu-lumu dan Bawean, Maret di Lumulumu dan Karimun-Cirebon, April di Matasiri dan Lumu-lumu, Mei di L. Cina Selatan dan Karimun-Cirebon, Juni di L. Cina Selatan dan Karimun-Cirebon, Juli di Karimun-Cirebon dan L. Cina Selatan, Agustus di Matasiri dan Bawean, September di Matasiri dan Karimun-Cirebon, Oktober di Matasiri dan Karimun- Cirebon, November di Matasiri dan Karimun-Cirebon, Desember di Lumu-lumu dan Karimun-Cirebon. Daerah penangkapan layang, lemuru dan banyar pada musim paceklik sulit ditentukan melalui metode ini karena penyebabnya belum dapat dipastikan antara daerah penangkapan dengan P FG tertinggi dengan daerah penangkapan dengan P FG terendah. Tabel 5 Estimasi posisi geografi daerah penangkapan unit penangkapan purse seine dan mini purse seine yang berpangkalan di PPN Pekalongan Wilayah penangkpan Estimasi posisi geografis Kep. Natuna LU dan BT Laut Jawa (Karimun-Cirebon LS dan BT sampai Bawean) Kep. Masalembo LS dan BT P. Matasiri 4.8 LS dan BT P. Lumu-lumu 2.93 LS dan BT Selat Makassar 2 LS dan BT Sumber: Nusaland (21)

75 Karimun Cirebon Karimun Cirebon 23 Karimun Cirebon Karimun Cirebon 22.2 Karimun Cirebon 23.4 Karimun Cirebon Januari Bawean MasalemboLumu-lumu Matasiri Laut Cina Selatan 16 Februari Bawean MasalemboLumu-lumu Matasiri Laut Cina Selatan 16 Maret Bawean MasalemboLumu-lumu Matasiri Laut Cina Selatan 16 April Bawean MasalemboLumu-lumu Matasiri Laut Cina Selatan 16 Mei Bawean MasalemboLumu-lumu Matasiri Laut Cina Selatan 16 Juni Bawean Masalembo Lumu-lumu Matasiri Laut Cina Selatan Karimun Cirebon Karimun Cirebon 33.8 Karimun Cirebon 36 Karimun Cirebon 22 Karimun Cirebon 21.8 Karimun Cirebon Juli Bawean MasalemboLumu-lumu Matasiri Laut Cina Agustus Selatan Bawean MasalemboLumu-lumu Matasiri Laut Cina Selatan September 35.2 Bawean Masalembo Lumu-lumu Matasiri Laut Cina Oktober Selatan 62 Bawean MasalemboLumu-lumu Matasiri Laut Cina November Selatan 32.4 Bawean MasalemboLumu-lumu Matasiri Laut Cina Desember Selatan 42 Bawean Masalembo Lumu-lumu Matasiri Laut Cina Selatan Sumber: PPN Pekalongan (24-28), data diolah kembali Gambar 35 Perkembangan upaya penangkapan (trip) purse seine dan mini purse seine per bulan periode beserta nilai P FG berdasarkan lokasi DPI.

76 Daerah penangkapan layang yang baik Daerah penangkapan yang baik pada musim puncak penangkapan layang berdasarkan perhitungan P FG (Lampiran 12) diperkirakan di Lumu-lumu, L. Cina Selatan, Bawean, Matasiri dan Karimun-Cirebon (Tabel 6). Ikan layang dapat ditangkap di seluruh perairan Indonesia meski dalam jumlah yang berbeda-beda pada musim tertentu. Tabel 6 Rekapitulasi pilihan daerah penangkapan layang yang baik Bulan IMP Musim di Musim (%) Indonesia penangkapan DPI pilihan Barat Puncak Lumu-lumu, Karimun-Cirebon Barat Sedang Karimun-Cirebon, Matasiri Peralihan I Paceklik Peralihan I Paceklik Peralihan I Sedang Matasiri, Lumu-lumu 6 1. Timur Puncak L. Cina Selatan, Karimun-Cirebon Timur Puncak Karimun-Cirebon, L. Cina Selatan Timur Puncak Matasiri, Bawean Peralihan II Puncak Matasiri, Karimun-Cirebon Peralihan II Puncak Matasiri, Karimun-Cirebon Peralihan II Puncak Matasiri, Karimun-Cirebon Barat Puncak Lumu-lumu, Karimun-Cirebon Sumber: Pengolahan data (21) Ketika daerah penangkapan Karimun-Cirebon tergolong musim puncak penangkapan ikan, Genisa (1998) memaparkan, bahwa pada bulan Juli sampai September (musim timur) ikan layang bermigrasi melewati Laut Jawa (Karimunjawa, Perairan Pekalongan dan Tegal, Cirebon) dan pada bulan Desember sampai Januari (musim barat), ikan layang masuk ke Laut Jawa melewati L. Cina Selatan sehingga pada bulan-bulan tersebut perolehan ikan layang banyak dan trip penangkapan pun relatif banyak. Hal tersebut seperti pernyataan Hardenberg (1937) vide Wiyono (1993), bahwa pada musim timur ikan layang banyak di Laut Jawa, saat musim relatif tenang dan ikan layang sudah berukuran besar sehingga mendukung nelayan melaut. Selain itu, daerah penangkapan saat musim puncak bulan Juni didukung oleh pemaparan Astuti (28) dan Veen (1953) vide Genisa (1998), bahwa pada bulan Juni terdapat ikan layang di Laut Jawa (perairan Cirebon).

77 63 Suhu daerah penangkapan L. Cina Selatan (bagian selatan) pada periode Juni sampai Juli berkisar pada 25 sampai 28.1 C (Almuas, 25), di mana saat itu suhu permukaan laut mengalami penurunan daripada saat musim peralihan I akibat pengaruh massa air dari Laut Jawa masuk ke L. Cina Selatan yang bersuhu rendah dan bersalinitas tinggi. Kandungan klorofil pada bulan Juni di L. Cina Selatan (Almuas, 25) mengalami pergerakan yang lebih luas ke arah tengah perairan dan sedikit bergerak ke utara sehingga sebarannya meliputi lebih dari ¾ perairan L. Cina Selatan. Kandungan klorofil yang melimpah di suatu perairan merupakan makanan bagi ikan layang yang bersifat plankton feeder. Arus selama musim timur di L. Cina Selatan bergerak ke utara dari selatan khatulistiwa (Laut Jawa) setelah didahului pertemuan arus dari selatan dan utara. Salinitas selama musim timur di perairan L. Cina Selatan berkisar pada 32.8 sampai Kondisi salinitas perairan yang demikian sesuai dengan pernyataan Hardenberg (1937) vide Burhanuddin et al (1983) bahwa pada musim timur, populasi layang timur yang berasal dari Selat Makassar dan Laut Flores bermigrasi ke barat mengikuti massa air bersalinitas tinggi masuk ke Laut Jawa dan keluar melalui Selat Gaspar, Selat Karimata dan Selat Sunda menuju L. Cina Selatan. Almuas (25) juga menyatakan bahwa pola kelimpahan ikan layang yang bergerombol di perairan L. Cina Selatan terjadi pada akhir bulan Juni sampai awal bulan Agustus dan jauh dari pantai. Pola acak atau menyebar kelimpahan ikan layang di perairan L. Cina Selatan terjadi pada akhir bulan Mei, awal bulan Juni dan awal bulan September Daerah penangkapan lemuru yang baik Daerah penangkapan yang baik pada musim puncak penangkapan lemuru diperkirakan di Bawean, Matasiri, L. Cina Selatan, Lumu-lumu dan Karimun- Cirebon (Tabel 7). Perairan timur L. Jawa, dikenal sebagai area pemijahan ikan lemuru siro (Atmaja dan Nugroho, 1999) pada bulan Februari sampai Juni, hal ini diperkirakan juga terjadi selama periode dengan melihat musim puncak penangkapan ikan lemuru yang terjadi bulan Januari sampai Mei. Banyaknya hasil tangkapan lemuru khususnya siro di perairan Lumu-lumu dan Matasiri (di sekitar Selat Makassar) sesuai hasil kajian Atmaja dan Sadhotomo (23). Sedangkan ikan lemuru (Sardinella longiceps) paling banyak ditangkap di

78 64 perairan Selat Bali pada bulan November sampai Februari (musim barat) namun penyebarannya melalui perairan Nusa Tenggara Timur (Burhanuddin, 1984). Ikan lemuru juga banyak ditangkap di perairan Teluk Sibolga (Tampubolon, 22). Tabel 7 Rekapitulasi pilihan daerah penangkapan lemuru yang baik Bulan IMP Musim di Musim (%) Indonesia penangkapan DPI Barat Puncak Lumu-lumu, Karimun-Cirebon Barat Puncak Lumu-lumu, Bawean Peralihan I Puncak Lumu-lumu, Karimun-Cirebon Peralihan I Puncak Matasiri, Lumu-lumu Peralihan I Sedang Matasiri, Lumu-lumu Timur Paceklik Timur Paceklik Timur Paceklik Peralihan II Paceklik Peralihan II Paceklik Peralihan II Sedang Lumu-lumu, L. Cina Selatan Barat Puncak Lumu-lumu, Karimun-Cirebon Sumber: Pengolahan data (21) Daerah penangkapan banyar yang baik Daerah penangkapan yang baik pada musim puncak penangkapan banyar atau kembung lelaki diperkirakan di L. Cina Selatan, Bawean, Karimun-Cirebon, Matasiri dan Lumu-lumu (Tabel 8). Daerah yang sama juga merupakan daerah penangkapan banyar yang baik saat musim sedang penangkapan. Berdasarkan penelitian Almuthahar (25), ikan kembung di Kep. Natuna (selatan L. Cina Selatan) lebih banyak ditemukan di dekat daratan dan pada musim peralihan I (Maret sampai Mei) dan musim peralihan II (September sampai November). Kondisi perairan saat itu memiliki suhu permukaan laut berkisar antara 26.5º sampai 27.25ºC, kelimpahan klorofil.3 mg/m 3 sampai.6 mg/m 3. rerata arus perairan.5 m/s dan salinitas sampai atau dengan kata lain ikan kembung banyak terdapat ada perairan yang agak dingin, subur, tenang (angin betiup lemah) dan perairan memiliki banyak front. Almuthahar juga menyebutkan bahwa pada musim barat diperoleh ikan banyar sangat sedikit. Jalur ruaya ikan kembung (banyar) pada bulan Desember sampai Maret adalah dari L. Cina Selatan (bagian selatan, perairan Natuna) menuju L. Jawa dan pada bulan

79 65 Juni sampai November melalui L. Jawa menuju L. Cina Selatan (bagian selatan, perairan Natuna) serta memijah pada bulan Maret sampai September. Tabel 8 Rekapitulasi pilihan daerah penangkapan banyar yang baik Bulan IMP Musim di Musim (%) Indonesia penangkapan DPI Barat Sedang Matasiri, Bawean Barat Sedang Karimun-Cirebon, Matasiri Peralihan I Sedang Bawean, Matasiri Peralihan I Puncak Matasiri, Lumu-lumu Peralihan I Sedang Matasiri, Lumu-lumu Timur Puncak L. Cina Selatan, Matasiri Timur Puncak Karimun-Cirebon, L. Cina Selatan Timur Puncak Matasiri, Bawean Peralihan II Sedang Bawean, Lumu-lumu Peralihan II Sedang Lumu-lumu, Bawean Peralihan II Puncak Matasiri, Karimun-Cirebon Barat Sedang Matasiri, Bawean Sumber: Pengolahan data (21) Pemijahan ikan banyar (kembung lelaki) di L. Jawa menurut Ahmad (2) terjadi pada bulan Februari dan Juni di Laut Jjawa. Kelimpahan ikan banyar yang tinggi berdasarkan kajian Widodo (199) vide Ahmad (2) terjadi di Karimunjawa pada bulan Juli, di Lari-larian bulan Agustus, di Bawean bulan September, di Matasiri bulan Oktober dan di Masalembo bulan November. Masa pemijahan dan lokasi kelimpahan banyar tersebut. Musim penangkapan banyar menurut Merta, dkk (1998) vide Ahmad (2) terjadi pada bulan Juli sampai September, berbeda dengan estimasi musim penangkapan penulis yaitu pada bulan Agustus, Oktober dan November. Perbedaan ini terjadi karena Ahmad (2) melakukan analisis berdasarkan data produksi ikan banyar yang didaratkan di Tegal, Pekalongan, Batang, Juwana dan Rembang tahun 1993 sampai 1995 dan menganalisis parameter biologi banyar sementara penulis hanya berdasarkan data produksi yang didaratkan di Pekalongan tahun 24 sampai 28.

80 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1) Hasil tangkapan layang, lemuru dan banyar per upaya penangkapan purse seine (CPUE) cenderung meningkat dari tahun 24 hingga tahun 28. 2) Pola musim penangkapan layang, lemuru dan banyar bervariasi baik musim puncak, sedang dan musim paceklik. Musim penangkapan ikan layang pada bulan Januari, Februari dan Mei sampai Desember, puncaknya November serta paceklik pada bulan Maret. Musim penangkapan ikan lemuru bulan Januari sampai Mei, November dan Desember, puncaknya bulan Desember serta paceklik pada bulan September. Musim penangkapan ikan banyar pada bulan Januari sampai Desember, terutama bulan April. 3) Daerah penangkapan yang baik yang juga merupakan musim puncak penangkapan yaitu: Lumu-lumu, L. Cina Selatan, Bawean, Matasiri dan Karimun-Cirebon untuk layang; Bawean, Matasiri, L. Cina Selatan, Lumulumu dan Karimun-Cirebon untuk lemuru; dan Bawean, Karimun-Cirebon, Matasiri dan Lumu-lumu untuk banyar. 6.2 Saran Saran bagi penelitian ini adalah diperlukan penelitian lanjutan dengan mengambil sampel beberapa unit penangkapan purse seine dan mini purse seine yang dioperasikan berdasarkan data aktual trip penangkapan sebagai validasi analisis data.

81 DAFTAR PUSTAKA Ahmad, N. 2. Kajian Beberapa Parameter Populasi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) di Perairan Laut Jawa [tesis]. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 15, 54. Almuas. 25. Analisis Karakteristik Parameter Oseanografi untuk Penentuan Daerah Penangkapan Potensial Ikan Pelagis di Perairan Laut Cina Selatan Bagian Selatan Pada Musim timur [tesis]. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal Almuthahar, A. 25. Analisis Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a dari Data Satelit dan Hubungannya Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Kembung (Rastrelliger spp) di Perairan Natuna Laut Cina Selatan [tesis]. Sekolah Pasca Sarjanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 11. [ADW] Animal Diversity Web. 21. Classification. [27 Maret 21]. Astuti, P. 28. Wilayah Kesuburan perairan Laut Jawa pada Periode El Nino dan Periode Normal [skripsi]. Departemen Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Depok. [31 Maret 21]. Atmaja SB dan Nugroho D Biologi reproduksi ikan Siro (Amblygaster sirm Clupeidae), daerah dan musim pemijahan di Laut Jawa [abstrak]. Di dalam: Wardhana, Wisnu (et al), editor. Prosiding Seminar Biologi ke Depok: Perhimpunan Biologi Indonesia, Vol : hal [7 Mei 21]. Atmaja SB, Wijopriono, Genisa AS. 2. Beberapa aspek biologi ikan banyar (Rastrelliger kanagurta) dan layang (Decapterus ruselli) di perairan bagian selatan paparan sunda. Peranan Ilmu Ilmiah dalam Eksplorasi, Eksploitasi dan Pelestarian Sumber Daya Laut. Prosiding Seminar Kelautan; Jakarta, 29 3 Maret 2. Jakarta. Hal [27 Maret 21]. Atmaja SB dan Sadhotomo B. 23. Variasi geografis hasil tangkapan pukat cincin di perairan bagian selatan paparan sunda. Prosiding Seminar Nasional Keanekaragaman Hayati Ikan. Bogor, 6 Juni 2, Vol. 117 (3) 1997: hal [7 Mei 21].

82 68 [BPS] Badan Pusat Statistik. 29. Kota Pekalongan dalam Angka 28. Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan Propinsi Jawa Tengah. Pekalongan. Hal 3. Burhanuddin, Hutomo M, Martosewojo S, Moeljanto R Sumberdaya ikan lemuru. Proyek Studi Potensi Sumber Daya Alam Indonesia, Studi Potensi Sumber Daya Hayati Ikan, Lembaga Oseanologi Nasional LIPI. Jakarta. hlm [27 Maret 21]. Burhanudin, Djamali A, Martosewojo S, Mulyanto R Evaluasi tentang potensi dan usaha pengelolaan sumberdaya ikan layang (Decapterus spp). Jakarta. Lembaga Oseanologi Nasional LIPI. Hal [25 Maret 21]. Chodriyah, U. 29. Dinamika Perikanan Purse Seine yang Berbasis di PPN Pekalongan, Jawa Tengah [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana Intitut Pertanian Bogore. Bogor. Hal [Departemen Pertanian] Departemen Pertanian Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Pekalongan Keputusan menteri Pertanian No. 182/Kpts/OT.21/1/99 tentang Tata Hubungan Kerja Unit Pelaksanan Teknis Pelabuhan Perikanan dengan Instansi Terkait dalam Pengelolaan Pelabuhan Perikanan. Jakarta: Deptan. [DKP] Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Tengah. 28. Laporan Tahunan Produksi dan Raman Ikan Pelabuhan Perikanan/ Pangkalan Pendaratan Ikan di Jawa Tengah. Dinas Perikanan dan Kelautan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Semarang. Ekaputra, DS. 29. Perubahan Mode Operasi Penangkapan Ikan dan Dampaknya Terhadap Kegiatan Perikanan Pukat Cincin di PPN Pekalongan [skripsi]. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal FAO Fisheries. 21. Species. [25 Maret 21]. Fishbase. 21. Species Summary. [27 Maret 21]. Genisa, AS. Beberapa catatan tentang biologi ikan layang marga Decapterus. Oseana Volume XXIII, Nomor 2, 1998: Hal [25 Maret 21].

83 69 Gulland, JA. Fish Stock Assessment. A Manual of Basic Methods. Jhon Willey and Sons. Chichester New York Brisbane- Toronto- Singapore. 223p. Ismawati. 23. Studi Keakuratan Data Hasil Tangkapan yang Didaratkan di PPN Pekalongan [skripsi]. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakulltas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 41. Mulyadi MD. 27. Analisis Pendaratan dan Penanganan Hasil Tangkapan dan Fasilitas Terkait di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan [skripsi]. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 37. Nontji, A Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta. Hal 368. Nusaland. 21. Indonesia Travel Information and Indonesia Map - Digital Peta or Atlas. [27 Maret 21]. [PPN Pekalongan] Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. 25. Buku Statistik Tahun 24. Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Perikanan Tangkap Kantor Satuan Kerja Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. Pekalongan. Hal Buku Statistik Tahun 25. Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Perikanan Tangkap Kantor Satuan Kerja Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. Pekalongan. Hal Buku Statistik Tahun 26. Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Perikanan Tangkap Kantor Satuan Kerja Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. Pekalongan. Hal Buku Statistik Tahun 27. Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Perikanan Tangkap Kantor Satuan Kerja Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. Pekalongan. Hal a. Buku Statistik Tahun 28. Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Perikanan Tangkap Kantor Satuan Kerja Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. Pekalongan. Hal 2-79.

84 7 [PPN Pekalongan] Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. 29b. Laporan Tahunan Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan Tahun 28. Departemen Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. Pekalongan. Hal 3, 43. [PIPP] Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan. 21. Sumber Daya Ikan Pelagis Kecil. [27 Maret 21]. Prihartini A, Anggoro S, Asriyanto. Analisis tampilan biologis ikan layang (Decapterus sp) hasil tangkapan purse seine yang didaratkan di PPN Pekalongan. Jurnal Pasir Laut, Vol. 3, No.1, 27: [31 Maret 21]. Saanin, H Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina Cipta Raya Penerbit. Bandung. Sadhori NS Teknik Penangkapan Ikan. Angkasa Bandung. Bandung. Hal 182. Setiawan, IF. 26. Analisis Hasil Tangkapan Purse Seine yang Didaratkan di PPI Binuangen Kabupaten Lebak, Banten [skripsi]. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal Sobirin, E. 24. Perubahan Teknologi Penangkapan Purse Seine Terhadap Sediaan Sumberdaya Ikan Layang di Perairan Utara Jawa [skripsi]. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal Soesanto, E. 28. Kebijakan Pungutan Hasil Perikanan (PHP): Studi Kasus Perikanan Purse Seine Pelagis Kecil di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan [tesis]. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 133. Subani, W dan Barus, HR Alat penangkapan ikan dan udang laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut, edisi khusus no: 5 tahun 1988/ Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta. Hal Sudirman dan Mallawa A. 24. Teknik Penangkapan Ikan. Penerbit Bina Rineka Cipta. Jakarta. Hal

85 71 Sutyawan F Pengoperasian Purse Seiner Menggunakan Cahaya dan Rumpon Sebagai Pemikat Ikan Serta Sonar Sebagai Alat Pendeteksi Ikan [skripsi]. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tabali, FJ. 27. Tingkatan Mutu Ikan Banyar Pasca Penangkapan di PPN Pekalongan, Jawa Tengah [skripsi]. Departemen Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 4 5. Tampubolon, RV. Aspek bioreproduksi dan pertumbuhan ikan lembu (Sardinella longiceps C.V.) di perairan teluk sibolga. Jurnal Iktiologi Indonesia. Vol.2(1) 22: [7 Mei 21]. von Brandt, A Fish Catching Methods of The World. Fishing News Books Ltd. England, London. 418p. Widyanigsih, T Analisis Potensi Ikan Kembung (Rastrelliger spp.) di Perairan Utara Jawa dengan Pendekatan Hasil Tangkapan yang Didaratkan di PPI Juwana [skripsi]. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 8 1. Wiyono, ES Studi Tentang Pengaruh Pola Musim dan Perubahan Teknologi Penangkapan Ikan Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Layang (Decapterus spp) di Perairan Laut Jawa [skripsi]. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 14. Wyrtki, K Physical Oceanography of The South East Asian Water. Naga Report vol.2. The University of California. Scripe Institution of Oceanography. La Jolla. 195p.

86 LAMPIRAN

87 Lampiran 1 Produksi dan nilai produksi hasil tangkapan di PPN Pekalongan tahun PPN Pekalongan Prov. Jawa Tengah Tahun volume produksi (ton) Nilai produksi (Rp 1.) volume produksi (ton) Nilai produksi (Rp 1.) Total Rataan Sumber: Laporan Tahunan Produksi dan Raman Ikan PP/ PPI di Jawa Tengah, 28 73

88 74 Lampiran 2 Perkembangan jenis ikan yang didaratkan di PPN Pekalongan (ton) Jenis ikan rataan Banyar* Bawal Cucut Cumi-cumi Tembang Kakap merah Alu alu Layang* Lemuru* Layaran Layur Manyung Pari Remang.2.2.6, Selar Tongkol Tenggiri Tetengkek Teri Gendhut Belong Bloso Kapas - kapas Kuniran Kurisi Lemadang Petek Udang Lainnya Sumber: PPN Pekalongan, 29a 3 jenis ikan dominan memenuhi kriteria: a. Jenis ikan yang selama 1 tahun selalu didaratkan oleh PS dan MPS b. Jenis ikan yang volumenya termasuk dalam urutan 3 besar terbanyak dari PS dan MPS tiap tahunnya c. Jenis ikan yang sering muncul dalam pengurutan 3 besar selama 1 tahun d. Jenis ikan yang rataannya termasuk dalam urutan 3 besar terbanyak selama 1 tahun

89 75 Lampiran 3 Perkembangan kapal perikanan menurut jenis alat tangkap di PPN Pekalongan (unit) Tahun total Purse Mini purse Gill net Long line Lainnya seine seine Sumber: PPN Pekalongan, 29a Frekuensi kapal bongkar dalam setahun (kali) Tahun Purse seine Mini purse seine Gill net Lainnya Sumber: PPN Pekalongan, 29a

90 76 Lampiran 4 Peta daerah penangkapan ikan layang, lemuru dan banyar unit penangkapan purse seine yang berpangkalan di PPN Pekalongan /// // // // // // // // // // // // // // // // // // /// 11 E 12 E /// // // // // // // // // // // // // // // // // // // // // // /// /// // // // // // // // // // // // // // // // // // // /// /// // // // // // // // // // // // // // // // // // // // /// /// // // // // // // // // // // // // // // // // // // // /// /// /// /// /// // /// 6 /// // // // // // // // /// Kalimantan /// // // // // // // // // // // // // // // // // /// /// // // // // // // // // // // // // // // // // // // /// //// /// /// /// /// // // // // // // // // // // // /// //// /// /// /// /// /// // // // // // // // // // // // /// ///4 /// / /// // // // // // // // // // // // /// //// /// /// /// //// /// /// /// /// //1 /// // // // // // // // // // // /// Pekalongan Jawa Laut Jawa /// //2 // / //// /// /// /// /// // // // //3 /// // /// /// // // // // // // // // /// /// // // /// /// /5 /// /// //// /// /// /// Keterangan: : Kota Pekalongan //// /// /// /// /// /// : Daerah penangkapan ikan 1 : DPI Karimun-Cirebon (Juli) 2 : DPI Bawean 3 : DPI Masalembo 4 : DPI Lumu-lumu (Januari, Februari, Maret dan Desember) 5 : DPI Matasiri (April, Agustus, September, Oktober dan November) 6 : DPI L. Cina Selatan (bagian selatan, Natuna) (Mei dan Juni) (nama bulan) : Nama bulan saat nilai P FG tertinggi Sumber: Wawancara dengan nelayan dan Soesanto (28)

4 KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Umum PPN Pekalongan Letak, klasifikasi dan pengelolaan

4 KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Umum PPN Pekalongan Letak, klasifikasi dan pengelolaan 4 KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Umum PPN Pekalongan 4.1.1 Letak, klasifikasi dan pengelolaan Kawasan PPN Pekalongan terletak di muara Sungai Pekalongan Kecamatan Pekalongan Utara Kelurahan Panjang Wetan Kota

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Distribusi SPL secara Spasial dan Temporal Pola distribusi SPL sangat erat kaitannya dengan pola angin yang bertiup pada suatu daerah. Wilayah Indonesia sendiri dipengaruhi

Lebih terperinci

BULETIN PSP ISSN: X Volume XIX No. 1 Edisi April 2011 Hal

BULETIN PSP ISSN: X Volume XIX No. 1 Edisi April 2011 Hal BULETIN PSP ISSN: 0251-286X Volume XIX No. 1 Edisi April 2011 Hal 105-113 ESTIMASI MUSIM PENANGKAPAN LAYANG (DECAPTERUS SPP) YANG DIDARATKAN DI PPN PEKALONGAN, JAWA TENGAH (Estimation Fishing Season of

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kabupaten Pati 4.1.1 Kondisi geografi Kabupaten Pati dengan pusat pemerintahannya Kota Pati secara administratif berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten

Lebih terperinci

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA Pengamatan Aspek Operasional Penangkapan...di Selat Malaka (Yahya, Mohammad Fadli) PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA Mohammad Fadli Yahya Teknisi pada Balai

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2000), Pelabuhan Perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Lemuru Aspek biologi ikan lemuru

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Lemuru Aspek biologi ikan lemuru 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Lemuru 2.1.1 Aspek biologi ikan lemuru Ikan lemuru adalah ikan yang banyak ditemui di Perairan selat Bali. Ikan ini termasuk ikan pelagis kecil. Menurut Saanin, 1984, sistematika

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis 2.1.1. Klasifikasi Ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) (Gambar 1) merupakan salah satu ikan pelagis kecil yang sangat potensial

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi SPL Dari pengamatan pola sebaran suhu permukaan laut di sepanjang perairan Selat Sunda yang di analisis dari data penginderaan jauh satelit modis terlihat ada pembagian

Lebih terperinci

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG Oleh : Harry Priyaza C54103007 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º7 50-7º1 11 Lintang Selatan dan 105º1 11-106º7 12 Bujur Timur. Luas wilayah Banten adalah

Lebih terperinci

Tabel 1 Contoh spesifikasi kapal purse seine Pekalongan No. Spesifikasi Dimensi

Tabel 1 Contoh spesifikasi kapal purse seine Pekalongan No. Spesifikasi Dimensi 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Perikanan purse seine Pekalongan 4.1.1.1 Kapal purse seine Pekalongan Secara umum armada penangkapan ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan adalah

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan PENDAHULUAN Latar Belakang Kotamadya Medan merupakan salah satu daerah penghasil ikan di Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan penghasil ikan yang produktif di daerah ini ialah Kecamatan Medan Belawan. Kecamatan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2 Peta lokasi penelitian PETA LOKASI PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2 Peta lokasi penelitian PETA LOKASI PENELITIAN 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian dibagi dalam 2 tahapan berdasarkan waktu kegiatan, yaitu : (1) Pelaksanaan penelitian lapangan selama 2 bulan (September- Oktober

Lebih terperinci

Sp.) DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA

Sp.) DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA PENENTUAN MUSIM PENANGKAPAN IKAN LAYANG (Decapterus Sp.) DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA DETERMINATION OF FISHING CATCHING SEASON (Decapterus Sp.) IN EAST WATERS OF SOUTHEAST SULAWESI Eddy Hamka 1),

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis Ikan pelagis adalah ikan yang hidupnya di dekat permukaan laut. Salah satu sifat ikan pelagis yang paling penting bagi pemanfaatan usaha perikanan yang komersil

Lebih terperinci

FENOMENA UPWELLING DAN KAITANNYA TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus Macrosoma) DI PERAIRAN TRENGGALEK

FENOMENA UPWELLING DAN KAITANNYA TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus Macrosoma) DI PERAIRAN TRENGGALEK FENOMENA UPWELLING DAN KAITANNYA TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus Macrosoma) DI PERAIRAN TRENGGALEK Indri Ika Widyastuti 1, Supriyatno Widagdo 2, Viv Djanat Prasita 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang memiliki lebih dari 17.508 pulau dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Hal ' ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis 29 4 KEADAAN UMUM 4.1 Letak dan Kondisi Geografis Keadaan geografi Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten yang memiliki luas laut yang cukup besar. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar berada

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 35 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April dan Juli 2011. Proses pengambilan data dilakukan di PPN Pekalongan. Lokasi PPN Pekalongan dapat dilihat

Lebih terperinci

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini 33 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Trenggalek 4.1.1 Keadaan geografi Kabupaten Trenggalek terletak di selatan Provinsi Jawa Timur tepatnya pada koordinat 111 ο 24 112 ο 11 BT dan 7 ο

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Alat ini umumnya digunakan untuk menangkap ikan menhaden (Brevoortia

TINJAUAN PUSTAKA. Alat ini umumnya digunakan untuk menangkap ikan menhaden (Brevoortia TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Perkembangan Purse Seine Purse seine pertama kali dipatenkan atas nama Barent Velder dari Bergent, Norwegia pada tanggal 12 Maret 1858. Tahun 1860 alat tangkap ini diperkenalkan

Lebih terperinci

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5.1 Jenis dan Volume Produksi serta Ukuran Hasil Tangkapan 1) Jenis dan Volume Produksi Hasil Tangkapan Pada tahun 2006, jenis

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.504 pulau dan luas perairan laut 5,8 juta km² (terdiri dari luas laut teritorial 0,3 juta km², luas perairan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Tembang Klasifikasi dan tata nama

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Tembang Klasifikasi dan tata nama 5 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Tembang 2.1.1. Klasifikasi dan tata nama Menurut www.fishbase.org (2009) taksonomi ikan tembang (Gambar 3) diklasifikasikan sebagai berikut : Filum : Chordata Subfilum :

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Deskripsi Umum Perikanan Layang (Decapterus spp)

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Deskripsi Umum Perikanan Layang (Decapterus spp) 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Umum Perikanan Layang (Decapterus spp) 2.1.1 Morfologi Ikan layang atau bahasa latinnya Decapterus spp atau bahasa Inggrisnya scads tergolong ke dalam kelompok ikan-ikan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai September 2010. Pengambilan data lapangan dilakukan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara, sejak 21 Juli

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan

Lebih terperinci

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN aa 16 a aa a 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107 52' 108 36' BT dan 6 15' 6 40' LS. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pasal 41 Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004

Lebih terperinci

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5.1 Sumberdaya Ikan Sumberdaya ikan (SDI) digolongkan oleh Mallawa (2006) ke dalam dua kategori, yaitu SDI konsumsi dan SDI non konsumsi. Sumberdaya ikan konsumsi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. besar maupun sedikit. Di perairan Indo-Pasifik terdapat 3 spesies ikan Kembung

TINJAUAN PUSTAKA. besar maupun sedikit. Di perairan Indo-Pasifik terdapat 3 spesies ikan Kembung TINJAUAN PUSTAKA Ikan Kembung (Rastrelliger spp.) Ikan Kembung merupakan salah satu ikan pelagis yang sangat potensial di Indonesia dan hampir seluruh perairan Indonesia ikan ini tertangkap dalam jumlah

Lebih terperinci

Ciri-ciri Ikan kembung (Rastrelliger kanagurta L.)

Ciri-ciri Ikan kembung (Rastrelliger kanagurta L.) Klasifikasi dari ikan Kurisi (N. Japonicus) menurut Widyako (2008) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Pisces Ordo : Percomorpht Famili : Nemipteridea Genus : Nemipterus

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) merupakan pelabuhan perikanan tipe B atau kelas II. Pelabuhan ini dirancang untuk melayani kapal perikanan yang

Lebih terperinci

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti Sebuah lagu berjudul Nenek moyangku seorang pelaut membuat saya teringat akan kekayaan laut Indonesia. Tapi beberapa waktu lalu, beberapa nelayan Kepulauan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 35 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kota Jakarta Utara 4.1.1 Letak geografis dan topografi Jakarta Utara Muara Angke berada di wilayah Jakarta Utara. Wilayah DKI Jakarta terbagi menjadi

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia yang secara geografis adalah negara kepulauan dan memiliki garis pantai yang panjang, serta sebagian besar terdiri dari lautan. Koreksi panjang garis

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO Teknik Penangkapan Ikan Pelagis Besar... di Kwandang, Kabupaten Gorontalo (Rahmat, E.) TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas 2.2 Musim

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas 2.2 Musim 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil yang diperoleh secara nyata maupun fisik dengan masukan yang sebenarnya. Artinya produktivitas sama

Lebih terperinci

Jaring Angkat

Jaring Angkat a. Jermal Jermal ialah perangkap yang terbuat dari jaring berbentuk kantong dan dipasang semi permanen, menantang atau berlawanlan dengan arus pasang surut. Beberapa jenis ikan, seperti beronang biasanya

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 38 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Jakarta Utara 4.1.1 Letak geografi dan keadaan topografi Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta terletak di Muara Baru. Kawasan

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah laut Indonesia terdiri dari perairan teritorial seluas 0,3 juta km 2, perairan laut Nusantara seluas 2,8 juta km 2 dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum aktivitas perikanan tangkap di Indonesia dilakukan secara open access. Kondisi ini memungkinkan nelayan dapat bebas melakukan aktivitas penangkapan tanpa batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah sebuah negara maritim, karena memiliki lautan lebih luas dari daratannya, sehingga biasa juga disebut dengan Benua Maritim

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial

5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial 5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial Hasil pengamatan terhadap citra SPL diperoleh bahwa secara umum SPL yang terendah terjadi pada bulan September 2007 dan tertinggi pada bulan Mei

Lebih terperinci

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi 7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Teknologi penangkapan ikan pelagis yang digunakan oleh nelayan Sungsang saat ini adalah jaring insang hanyut, rawai hanyut

Lebih terperinci

Gambar 1. Diagram TS

Gambar 1. Diagram TS BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Massa Air 4.1.1 Diagram TS Massa Air di Selat Lombok diketahui berasal dari Samudra Pasifik. Hal ini dibuktikan dengan diagram TS di 5 titik stasiun

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Lokasi PPS Belawan Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan terletak pada koordinat geografis 03º 47 00 LU dan 98 42 BT, posisi yang cukup strategis bila ditinjau dari

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 6 0.57`- 7 0.25`

Lebih terperinci

DINAMIKA PERIKANAN PURSE SEINE YANG BERBASIS DI PPN PEKALONGAN, JAWA TENGAH UMI CHODRIYAH

DINAMIKA PERIKANAN PURSE SEINE YANG BERBASIS DI PPN PEKALONGAN, JAWA TENGAH UMI CHODRIYAH DINAMIKA PERIKANAN PURSE SEINE YANG BERBASIS DI PPN PEKALONGAN, JAWA TENGAH UMI CHODRIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE

UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN. 6.1 Kondisi Selat Madura dan Perairan Sekitarnya

6 PEMBAHASAN. 6.1 Kondisi Selat Madura dan Perairan Sekitarnya 99 6 PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Selat Madura dan Perairan Sekitarnya Faktor kondisi perairan yang menjadi perhatian utama dalam penelitian tentang penentuan ZPPI dan kegiatan penangkapan ikan ini adalah SPL,

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI AREA

BAB III DESKRIPSI AREA 32 BAB III DESKRIPSI AREA 3.1. TINJAUAN UMUM Dalam rangka untuk lebih meningkatkan pendapatan asli daerah dan meningkatkan keindahan serta menjaga kelestarian wilayah pesisir, sejak tahun 1999 Pemerintah

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Georafis dan Topografi Palabuhanratu merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di wilayah Kabupaten Sukabumi. Secara geografis, Kabupaten Sukabumi terletak

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG

KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG Oleh : FIRMAN SANTOSO C54104054 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

DINAMIKA PERIKANAN PURSE SEINE YANG BERBASIS DI PPN PEKALONGAN, JAWA TENGAH UMI CHODRIYAH

DINAMIKA PERIKANAN PURSE SEINE YANG BERBASIS DI PPN PEKALONGAN, JAWA TENGAH UMI CHODRIYAH DINAMIKA PERIKANAN PURSE SEINE YANG BERBASIS DI PPN PEKALONGAN, JAWA TENGAH UMI CHODRIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o

Lebih terperinci

SISTEM BAGI HASIL USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BUNGUS KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT. Oleh

SISTEM BAGI HASIL USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BUNGUS KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT. Oleh 1 SISTEM BAGI HASIL USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BUNGUS KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT Oleh Wendy Alan 1) Hendrik (2) dan Firman Nugroho (2) Email : wendyalan@gmail.com

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 14 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April tahun 2012. Pengambilan data primer dilakukan pada bulan April tahun 2012 sedangkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Wilayah laut Indonesia kaya akan ikan, lagi pula sebagian besar merupakan dangkalan. Daerah dangkalan merupakan daerah yang kaya akan ikan sebab di daerah dangkalan sinar

Lebih terperinci

Suwarso. Kata kunci: unit stok, Selat Makasar, layang, malalugis, pengelolaan, pelagis kecil

Suwarso. Kata kunci: unit stok, Selat Makasar, layang, malalugis, pengelolaan, pelagis kecil Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8 Keragaman jenis dan distribusi stok ikan layang (Decapterus spp.) di perairan Selat Makasar: Kajian terkait pengelolaan perikanan pelagis kecil berbasis stok dan habitat

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan 6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan Daerah penangkapan ikan kakap (Lutjanus sp.) oleh nelayan di Kabupaten Kupang tersebar diberbagai lokasi jalur penangkapan.

Lebih terperinci

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung kegiatan masyarakat perikanan baik dilihat dari aspek produksi, pengolahan maupun aspek pemasarannya

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KAJIAN FASILITAS DAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DALAM MENUNJANG INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT SUMIATI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 15 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Kabupaten Indramayu terletak di pesisir utara Pantai Jawa, dengan garis pantai sepanjang 114 km. Kabupaten Indramayu terletak pada

Lebih terperinci

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI 131 8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI 8.1 Pendahuluan Mewujudkan sosok perikanan tangkap yang mampu mempertahankan

Lebih terperinci

STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR. Jonny Zain

STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR. Jonny Zain LEmBRGn PEHELITinn STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR Jonny Zain ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Agustus 2008 di Pelabuhan

Lebih terperinci

spesies yaitu ikan kembung lelaki atau banyar (Rastrelliger kanagurta) dan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)(sujastani 1974).

spesies yaitu ikan kembung lelaki atau banyar (Rastrelliger kanagurta) dan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)(sujastani 1974). 7 spesies yaitu ikan kembung lelaki atau banyar (Rastrelliger kanagurta) dan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)(sujastani 1974). Ikan kembung lelaki terdiri atas ikan-ikan jantan dan betina, dengan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan menurut UU no. 45 tahun 2009 tentang Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batasbatas tertentu

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN KEBUTUHAN OPERASIONAL PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KARANGANTU, KOTA SERANG

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN KEBUTUHAN OPERASIONAL PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KARANGANTU, KOTA SERANG TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN KEBUTUHAN OPERASIONAL PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KARANGANTU, KOTA SERANG DEDE SEFTIAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN

Lebih terperinci

EVALUASI ASPEK SOSIAL KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN TUNA (THUNNUS SP) OLEH NELAYAN DESA YAINUELO KABUPATEN MALUKU TENGAH

EVALUASI ASPEK SOSIAL KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN TUNA (THUNNUS SP) OLEH NELAYAN DESA YAINUELO KABUPATEN MALUKU TENGAH EVALUASI ASPEK SOSIAL KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN TUNA (THUNNUS SP) OLEH NELAYAN DESA YAINUELO KABUPATEN MALUKU TENGAH Erika Lukman Staf Pengajar Faperta FPIK UNIDAR-Ambon, e-mail: - ABSTRAK Ikan tuna (Thunnus

Lebih terperinci

Jumlah kapal (unit) pada ukuran (GT) >100

Jumlah kapal (unit) pada ukuran (GT) >100 34 2001, kecamatan ini mempunyai penduduk sebesar 91.881 jiwa. Luas wilayahnya adalah 26,25 km 2 dengan kepadatan penduduknya adalah 3.500,23 jiwa per km 2. PPS Belawan memiliki fasilitas pokok dermaga,

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA Pengaruh Lampu terhadap Hasil Tangkapan... Pemalang dan Sekitarnya (Nurdin, E.) PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA Erfind Nurdin Peneliti

Lebih terperinci

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang 4.1.1 Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang Produksi ikan terbang (IT) di daerah ini dihasilkan dari beberapa kabupaten yang

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise Peta sebaran SPL dan salinitas berdasarkan cruise track Indomix selengkapnya disajikan pada Gambar 6. 3A 2A

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perikanan purse seine di pantai utara Jawa merupakan salah satu usaha perikanan tangkap yang menjadi tulang punggung bagi masyarakat perikanan di Jawa Tengah, terutama

Lebih terperinci

4 PERIKANAN PELAGIS KECIL YANG BERBASIS DI PANTAI UTARA JAWA

4 PERIKANAN PELAGIS KECIL YANG BERBASIS DI PANTAI UTARA JAWA 4 PERIKANAN PELAGIS KECIL YANG BERBASIS DI PANTAI UTARA JAWA 4.1 Pendahuluan 4.1.1 Latar belakang Potensi ikan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun, dimana sekitar 73,43 persen atau

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG Oleh: DONNA NP BUTARBUTAR C05400027 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Aceh Singkil beriklim tropis dengan curah hujan rata rata 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim timur maksimum 15 knot, sedangkan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemetaan Partisipatif Daerah Penangkapan Ikan kurisi dapat ditangkap dengan menggunakan alat tangkap cantrang dan jaring rampus. Kapal dengan alat tangkap cantrang memiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun memiliki hak yang sama untuk mengambil atau mengeksploitasi sumberdaya didalamnya. Nelayan menangkap

Lebih terperinci

Study Catches of Decpterus Fish (Decapterus Sp) With The Arrested Purse Seine in Samudera Fishing Port (Pps) Lampulo

Study Catches of Decpterus Fish (Decapterus Sp) With The Arrested Purse Seine in Samudera Fishing Port (Pps) Lampulo Studi Hasil Tangkapan Ikan Layang (Decapterus Sp) Dengan Alat Tangkap Pukat Cincin (Purse Seine) Yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera (Pps) Lampulo Study Catches of Decpterus Fish (Decapterus

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PRIGI MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

KAJIAN UNIT PENANGKAPAN PURSE SEINE DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI INDRAMAYU

KAJIAN UNIT PENANGKAPAN PURSE SEINE DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI INDRAMAYU KAJIAN UNIT PENANGKAPAN PURSE SEINE DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI INDRAMAYU PROGRAM STUD1 PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6.1 Tujuan Pembangunan Pelabuhan Tujuan pembangunan pelabuhan perikanan tercantum dalam pengertian pelabuhan perikanan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci