DINAMIKA PERIKANAN PURSE SEINE YANG BERBASIS DI PPN PEKALONGAN, JAWA TENGAH UMI CHODRIYAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DINAMIKA PERIKANAN PURSE SEINE YANG BERBASIS DI PPN PEKALONGAN, JAWA TENGAH UMI CHODRIYAH"

Transkripsi

1 DINAMIKA PERIKANAN PURSE SEINE YANG BERBASIS DI PPN PEKALONGAN, JAWA TENGAH UMI CHODRIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Dinamika perikanan purse seine yang berbasis di PPN Pekalongan, Jawa Tengah adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Agustus 2009 Umi Chodriyah NIM C

3 ABSTRACT UMI CHODRIYAH. The dynamics of purse seiner fisheries based on PPN. Pekalongan, Central Java. Under Supervision of MULYONO S. BASKORO and EKO SRI WIYONO Despite of information about fishing ground dynamics is very important to fisheries management, research on the dynamics of fishing ground is still rarely conducted. This study will explain the dynamics of purse seine fisheries in Java Sea. The objective of this research were 1) to study the fishing ground of purseiners which are based at PPN Pekalongan; 2) to determine seasonal index of the catch purseiners. A data series in the period of were collected by Research Institute for Marine Fisheries (RIMF) concerning the information on the months for fishing, boat names, boat size (GT), fishing ground and types of fish caught were used for this research. The data of catch and effort were analyzed using catch per unit effort analysis. Fishing ground development of the purseiners was described descriptively. The results of analysis were presented in the form of maps, tables, pictures and graphs. The operation of purseiners was not determined by fishing season since the purseiners can follow the fish migration or found fish concentration at any time. The fishing grounds are : North Tegal and Pekalongan waters, Karimunjawa waters, Bawean waters, Masalembo waters, Matasiri waters, Kangean waters; Pejantan, Natuna, Midai, Tarempa, Tambelan (Southern China Sea waters) and Lumu-Lumu, Lari-Larian, Kota Baru (Makasar straits). During the west season, the concentration of the Pekalongan seiner was in the Makasar straits (54.47%), and during the first transition season, they were concentrated in the Makasar straits (23.53%). During the east season, it was concentrated in the Southern China Sea (25.34%), and during second transition season, it was concentrated in the around Masalima waters (44.21%). Keywords: dynamics, purse seiner, Pekalongan, fishing ground

4 RINGKASAN UMI CHODRIYAH. Dinamika perikanan purse seine yang berbasis di PPN Pekalongan, Jawa Tengah. Dibimbing oleh MULYONO S. BASKORO dan EKO SRI WIYONO Sumberdaya perikanan adalah sumberdaya yang dinamis. Perkembangan perikanan purse seine di pantai utara Jawa, khususnya di Pekalongan sangat dinamis sejak pelarangan alat tangkap trawl. Perubahan daerah penangkapan armada kapal purse seine mengikuti kondisi lingkungan dan keberadaan ikan Sumberdaya perikanan menurun disebabkan karena aktivitas kegiatan penangkapan ikan dan secara alamiah. Kegiatan penangkapan ikan ini mengandung ketidakpastian yang tinggi, sehingga upaya manusia (nelayan) adalah memperkecil ketidakpastian tersebut dengan melakukan proses dinamis. Untuk menerapkan pengelolaan sumberdaya ikan yang efektif dan efisien, informasi tentang dinamika perikanan perlu diketahui Tujuan penelitian ini adalah :1) Menganalisis perkembangan perikanan purse seine di PPN Pekalongan ; 2) Menentukan indeks musim penangkapan perikanan purse seine di PPN Pekalongan. Data serial periode tahun telah dikumpulkan oleh Balai Riset Perikanan Laut, berupa informasi bulan penangkapan ikan, nama kapal, ukuran kapal (GT), daerah penangkapan (fishing ground), dan jenis hasil tangkapan. Data hasil tangkapan dan upaya penangkapan dianalisis dengan menggunakan analisis catch per unit effort. Analisis daerah penangkapan (fishing ground) kapal purse seine dilakukan secara diskriptif dengan menggunakan software Surfer 8. Analisis indeks musim penangkapan dengan metode rata-rata bergerak (moving average). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tangkapan, jumlah upaya penangkapan ikan dan CPUE kapal purse seine Pekalongan selama 6 tahun ( ) berfluktuasi. Rata-rata bulanan hasil tangkapan mencapai puncak pada bulan Oktober yaitu sebesar 3798,88 ton dan hasil tangkapan purse seine tertinggi dicapai pada tahun Puncak pengoperasian purse seine Pekalongan selama 6 tahun ( ) terjadi pada bulan Oktober dan pada tahun CPUE bulanan tertinggi terjadi pada bulan Agustus sedangkan CPUE tahunan tertinggi dicapai pada tahun Komposisi hasil tangkapan purse seine Pekalongan terdiri atas ikan layang (Decapterus spp.) (52%), ikan siro (Amblygaster sirm) (12%), ikan selar bentong (Selar crumenophthalmus) (8%), ikan kembung banyar (Rastrelliger kanagurta) (7%) dan ikan tembang/juwi (Sardinella spp.) (4%). Terjadi pergeseran komposisi hasil tangkapan purse seine Pekalongan antar tahun, tetapi ikan layang selalu mendominasi setiap tahun ( ). Kapal yang berukuran GT lebih banyak melakukan operasi penangkapan dibandingkan dengan ukuran kapal lainnya, sehingga hasil tangkapan yang diperoleh pun juga lebih banyak. Pengoperasian kapal purse seine di Laut Jawa tidak ditentukan oleh musim penangkapan, seperti dijumpainya kapal-kapal purse seine di tiap daerah penangkapan (fishing ground) setiap musim. Daerah penangkapan (fishing ground) purse seine Pekalongan di perairan sekitar Utara Tegal dan Pekalongan, perairan Kepulauan Karimunjawa, perairan sekitar Pulau Bawean, perairan Kep. Masalembo, perairan P. Matasiri, perairan

5 Pulau Kangean, perairan sekitar P. Pejantan, Natuna, Midai, Tarempa, Tambelan (Laut Cina Selatan) dan perairan Lumu-Lumu, Lari-Larian, Kota Baru (Selat Makasar). Pada musim barat konsentrasi kapal purse seine Pekalongan di perairan Selat Makasar (54,47%), pada musim peralihan I terkonsentrasi di Selat Makasar (23,53%), pada musim timur terkonsentrasi di perairan Laut Cina Selatan (25,34%) dan musim peralihan II terkonsentrasi di perairan sekitar Kepulauan Masalima (44,21%). Berdasarkan nilai indek musim penangkapan (IMP), puncak musim penangkapan ikan layang (Decapterus spp.) terjadi pada bulan Agustus, ikan siro (Amblygaster sirm) dan selar bentong (Selar crumenophthalmus) pada bulan Desember, ikan kembung banyar (Rastrelliger kanagurta) pada bulan September dan ikan tembang / juwi (Sardinella spp.) pada bulan Juni. Kata Kunci : dinamika, perikanan, purse seine, Pekalongan

6 Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

7 DINAMIKA PERIKANAN PURSE SEINE YANG BERBASIS DI PPN PEKALONGAN, JAWA TENGAH UMI CHODRIYAH Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Mayor Teknologi Perikanan Tangkap SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

8 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si.

9 Judul Tesis Nama Mahasiswa NIM : Dinamika perikanan purse seine yang berbasis di PPN Pekalongan, Jawa Tengah : Umi Chodriyah : C Disetujui Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. Mulyono S Baskoro, MSc Ketua Dr. Eko Sri Wiyono, S.Pi, M.Si Anggota Diketahui Ketua Mayor Teknologi Perikanan Tangkap Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. M. Fedi. A. Sondita, M.Sc Prof. Dr.Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S Tanggal Ujian: 14 Juli Juli 2007 Tanggal Lulus: 27 Agustus 2009 (tanggal pelaksanaan ujian tesis) tanggal penandatanganan tesis oleh Dekan Sekolah Pascasarjana)

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tesis ini merupakan hasil penelitian dengan judul Dinamika perikanan purse seine yang berbasis di PPN Pekalongan, Jawa Tengah. Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc dan Dr. Eko Sri Wiyono, S.Pi, M.Si., sebagai ketua komisi pembimbing dan anggota komisi pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu serta memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dari penyusunan proposal hingga selesainya tesis ini; Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si selaku penguji luar komisi yang bersedia menguji dan memberikan petunjuk, arahan dan masukan untuk perbaikan dan kesempurnaan dari tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Kepala Balai Riset Perikanan Laut (BRPL), Ir. Duto Nugroho M.Si, dan Kepala Pusat Perikanan Tangkap (PRPT) yang telah memberikan izin belajar. Rekan-rekan mahasiswa pascasarjana mayor TPT dan SPT 2007 atas segala kerjasama dan dukungan serta kebersamaannya selama ini. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan yang telah memberikan dukungan dan sumbangsih pemikiran selama penulis menempuh pendidikan. Khusus kepada keluarga terima kasih yang tak terhingga kepada orangtuaku : Ayahanda dan Ibunda yang senantiasa dan selalu memberi doa restu serta kasih sayang kepada penulis. Tak lupa juga kakak-kakakku dan adikku atas bantuan, doa dan motivasinya kepada penulis. Yang terakhir, terima kasih kepada suamiku tercinta Husen Pelu dan anakanakku tersayang M. Shaff Rizal Pelu, Adnan Hafidz Pelu dan Farhan Ramadhan Pelu yang tidak pernah berhenti mencurahkan kasih sayang dan pengorbanan yang luar biasa dan selalu setia mendampingi. Semoga tesis ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2009 Umi Chodriyah

11 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Surakarta pada tanggal 13 September 1969 sebagai anak kelima dari enam bersaudara dari pasangan Minargo dan Siti Fatimah. Pendidikan formal penulis diawali di Sekolah Dasar Negeri Gading I No. 50 Surakarta pada tahun Tahun menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri VI Surakarta. Pada tahun 1985 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri III Surakarta dan lulus pada tahun Penulis diterima di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) tahun 1988 dan lulus tahun Sejak Tahun 1995 penulis bekerja sebagai staf honorer dan tahun 1998 penulis diangkat sebagai PNS pada Balai Penelitian Perikanan Laut, Jakarta. Pada tahun 2007, penulis mengikuti pendidikan S2 pada Teknologi Perikanan Tangkap, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

12 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xvi DAFTAR ISTILAH... xvii 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Hipotesis Penelitian Kerangka Pikir Penelitian TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alat Tangkap Purse Seine Dinamika Perikanan Tangkap Sumber Daya Ikan Pelagis Ikan Layang (Decapterus spp.) Ikan Kembung (Rastrelliger spp.) Ikan Selar (Selaroides spp.) Ikan Tembang/Juwi (Sardinella spp.) Ikan Siro, Lemuru (Amblygaster sirm) Pengaruh Parameter Fisik Lingkungan terhadap Ikan Arus Permukaan Suhu Salinitas Musim Penangkapan Ikan di Laut Jawa METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Analisis catch per unit effort... 19

13 3.3.2 Analisis daerah penangkapan (fishing ground) Analisis musim penangkapan HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perikanan purse seine Pekalongan Kapal purse seine Pekalongan Alat tangkap purse seine Pekalongan Metode pengoperasian purse seine Perkembangan perikanan purse seine Pekalongan Perkembangan hasil tangkapan purse seine Perkembangan jumlah upaya Hasil tangkapan per unit upaya Hasil tangkapan ikan layang tiap pola musim di Laut Jawa Daerah penangkapan (fishing ground) kapal purse seine Pekalongan Komposisi hasil tangkapan kapal purse seine Pekalongan Musim penangkapan ikan Ikan layang (Decapterus spp.) Ikan siro, lemuru (Amblygaster sirm) Ikan selar bentong (Selar crumenophthalmus) Ikan kembung banyar (Rastrelliger kanagurta) Ikan tembang/juwi (Sardinella spp.) Pembahasan KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 65

14 DAFTAR TABEL Halaman 1 Contoh spesifikasi kapal purse seine Pekalongan Contoh spesifikasi jaring purse seine di Pekalongan Nilai CPUE ikan layang tiap musim yang tertangkap di Laut Jawa dan sekitarnya yang didaratkan di PPN Pekalongan tahun Estimasi posisi geografis daerah penangkapan armada purse seine Pekalongan... 37

15 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Kerangka pikir dinamika perikanan purse seine di PPN. Pekalongan Unit penangkapan pukat cincin (purse seine) Diagram alir penelitian dinamika perikanan purse seine di PPN. Pekalongan Perkembangan jumlah purse seine dari masing-masing kelompok ukuran GT kapal Gambaran konstruksi purse seine Rata-rata bulanan hasil tangkapan purse seine yang didaratkan di PPN. Pekalongan tahun Perkembangan hasil tangkapan purse seine yang didaratkan di PPN. Pekalongan tahun Perkembangan jumlah upaya penangkapan ikan (unit kapal purse seine) di PPN. Pekalongan tahun Rata-rata CPUE bulanan hasil tangkapan purse seine yang didaratkan di PPN. Pekalongan tahun Distribusi kapal purse seine Pekalongan pada musim dan daerah penangkapan tahun Lokasi daerah penangkapan ikan (fishing ground) kapal purse seine Pekalongan tahun Sebaran kegiatan penangkapan musim barat tahun Sebaran kegiatan penangkapan musim barat tahun Sebaran kegiatan penangkapan musim barat tahun Sebaran kegiatan penangkapan musim barat tahun Sebaran kegiatan penangkapan musim barat tahun Sebaran kegiatan penangkapan musim barat tahun Sebaran kegiatan penangkapan musim peralihan I tahun Sebaran kegiatan penangkapan musim peralihan I tahun Sebaran kegiatan penangkapan musim peralihan I tahun Sebaran kegiatan penangkapan musim peralihan I tahun Sebaran kegiatan penangkapan musim peralihan I tahun Sebaran kegiatan penangkapan musim peralihan I tahun Sebaran kegiatan penangkapan musim timur tahun

16 25 Sebaran kegiatan penangkapan musim timur tahun Sebaran kegiatan penangkapan musim timur tahun Sebaran kegiatan penangkapan musim timur tahun Sebaran kegiatan penangkapan musim timur tahun Sebaran kegiatan penangkapan musim timur tahun Sebaran kegiatan penangkapan musim peralihan II tahun Sebaran kegiatan penangkapan musim peralihan II tahun Sebaran kegiatan penangkapan musim peralihan II tahun Sebaran kegiatan penangkapan musim peralihan II tahun Sebaran kegiatan penangkapan musim peralihan II tahun Sebaran kegiatan penangkapan musim peralihan II tahun Persentase konsentrasi kapal purse seine Pekalongan menurut daerah penangkapan pada musim barat, peralihan I, timur dan peralihan II Komposisi hasil tangkapan purse seine Pekalongan tahun Komposisi antar tahun hasil tangkapan purse seine Pekalongan tahun Komposisi hasil tangkapan berdasarkan daerah penangkapan (fishing ground) Komposisi hasil tangkapan berdasarkan gross tonnage (GT) kapal purse seine Pekalongan tahun Nilai indek musim penangkapan (IMP) ikan layang (Decapterus spp.) hasil tangkapan kapal purse seine Pekalongan tahun Nilai indek musim penangkapan (IMP) ikan siro (Amblygaster sirm) hasil tangkapan kapal purse seine Pekalongan tahun Nilai indek musim penangkapan (IMP) ikan selar bentong (Selar crumenophthalmus) hasil tangkapan kapal purse seine Pekalongan tahun Nilai indek musim penangkapan (IMP) ikan kembung banyar (Rastrelliger kanagurta) hasil tangkapan kapal purse seine Pekalongan tahun Nilai indek musim penangkapan (IMP) ikan tembang/juwi (Sardinella spp.) hasil tangkapan kapal purse seine Pekalongan tahun Perkembangan hasil tangkapan dan jumlah upaya (kapal purse seine Pekalongan) tahun Perkembangan hasil tangkapan purse seine dengan CPUE ikan yang tertangkap di Laut Jawa tahun

17 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Hasil tangkapan utama perikanan purse seine Pekalongan Lokasi penelitian Posisi estimasi daerah penangkapan armada purse seine Pekalongan Foto kapal purse seine Pekalongan... 70

18 DAFTAR ISTILAH Daerah penangkapan ikan (DPI) atau fishing ground Hasil tangkapan (catch) Hasil tangkapan per unit upaya (catch per unit effort-cpue) Ikan Ikan pelagis kecil Kapal perikanan Nelayan Perikanan Perikanan tangkap : : : : : : : : : Suatu daerah perairan tempat ikan berkumpul di mana penangkapan ikan dapat dilakukan. Komponen dari ikan yang bertemu dengan alat penangkap ikan dan tidak dapat melepaskan diri dari padanya. Jumlah hasil tangkapan yang diambil per unit alat tangkap. Segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. Ikan yang hidup di kolom air bagian atas atau permukaan air, dan umumnya terdiri dari ikan-ikan berukuran relatif kecil (panjang <30 cm pada saat dewasa) dan tidak termasuk kelompok ikan tuna maupun sejenisnya. Kapal, perahu atau alat apung lainnya yang di pergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan dan pelatihan atau eksplorasi perikanan. Orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan atau binatang air lainnya atau tanaman air. Semua kegiatan yang berhubungan dengan pengolahan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis. Kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan di budidayakan dengan alat atau dengan cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah dan / atau mengawetkannya.

19 Pelabuhan perikanan Penangkapan ikan Pengelolaan perikanan Purse seine (pukat cincin) Rumpon Sumberdaya ikan Sumberdaya perikanan Stakeholder Unit penangkapan ikan Upaya penangkapan (Fishing effort) : : : : : : : : : : Suatu tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan atau kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan / atau bongkar muat ikan yang di lengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan. Kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan, dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah dan atau mengawetkannya. Suatu proses yang terintegrasi mulai dari pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pengambilan keputusan, lokasi sumberdaya ikan dan implementasinya, dalam rangka menjamin kelangsungan produktivitas serta pencapaian tujuan pengelolaan. Alat tangkap ikan yang pengoperasiannya dengan jalan dilingkarkan terhapa ikan yang bergerombol (schooling) agar gerakannya terhadang dan ikan berada pada lingkaran jaring. Alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan pada perairan laut. Potensi semua jenis ikan. Terdiri dari sumberdaya ikan, sumberdaya lingkungan serta sumberdaya buatan manusia, yang digunakan untuk memanfaatkan sumberdaya ikan. Orang atau lembaga terkait yang memiliki komitmen, ketergantungan dan tanggung jawab yang cukup tinggi terhadap suatu potensi atau sumberdaya. Satu kesatuan teknis dalam suatu operasi penangkapan ikan yang terdiri dari kapal perikanan, alat tangkap dan nelayan. Suatu usaha yang dilakukan dalam rangka menangkap ikan di laut.

20 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan tangkap merupakan suatu sistem yang terdapat dalam sektor perikanan dan kelautan yang terdiri dari beberapa elemen atau subsistem yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu dengan lainnya. Dalam usaha perikanan tangkap faktor biologi, lingkungan perairan dan sosial ekonomi secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap kegiatan produksi. Sistem ini mempunyai interaksi yang kompleks antara stok dan faktor produksi seperti alat tangkap, armada, ketrampilan nelayan dan modal usaha yang digunakan dalam operasi penangkapan. Menurut Fauzi dan Anna (2002), masuk dan keluarnya effort pada industri perikanan tidak bersifat statis, ia akan bergerak dinamis mengikuti perubahanperubahan yang terjadi pada sumberdaya dan faktor eksternal lainnya. Untuk menghadapi keterbatasan tersebut, nelayan akan mengembangkan dan menerapkan strategi penangkapan ikan tertentu dalam mengalokasikan alat tangkapnya (Salas and Gaertner 2004 dalam Wiyono 2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi kedinamikan tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berhubungan dengan operasi penangkapan meliputi kapasitas alat penangkap ikan, kapasitas kapal, dan biaya operasional. Sedangkan faktor eksternal meliputi musim ikan dan cuaca (lingkungan). Salah satu permasalahan di perikanan purse seine terjadinya dinamika perubahan ukuran kapal/armada. Secara umum ada tiga tahap penting perkembangan armada purse seine di pantai Utara Jawa sejak pelarangan trawl, yaitu (Atmaja 2006) : a) Perubahan kapal trawl menjadi kapal purse seine, daerah operasinya masih terbatas di daerah penangkapan tradisional; b) Pada tahun 1982/1983, investasi kapal baru dengan meningkatkan kapasitas kapal (ukuran kapal = GT) dan kekuatan mesinnya (160 HP), daerah penangkapan meluas ke bagian timur Laut Jawa dan perairan sekitar P. Pejantan (Laut Cina Selatan); c) Pada tahun 1986/87, investasi kapal baru dengan kapasitas palkah 120 ton dan kekuatan mesin 250 HP, serta peningkatan efisiensi penangkapan melalui

21 alat bantu pengumpul ikan, daerah penangkapan mencakup perairan Kepulauan Natuna sampai perairan Balikpapan. Salah satu contoh dinamika perikanan terjadi pada perikanan purse seine yang berbasis di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan berfungsi sebagai fishing base bagi kapal perikanan dan nelayan yang melakukan operasi penangkapan dari berbagai daerah perairan, khususnya dari perairan Laut Jawa. Hasil tangkapan dominan yang didaratkan di pelabuhan ini adalah ikan pelagis kecil yang umumnya ditangkap oleh armada mini purse seine dan purse seine. Pemahaman yang menyeluruh terhadap sumberdaya alam (ikan) dan sumberdaya manusia (nelayan) termasuk dinamika dan interaksinya dapat memberikan informasi yang baik sehingga alternatif kebijakan pengelolaannya dapat menjawab persoalan yang ada. Sebagai tahap awal dari upaya pengelolaan sumberdaya ikan yang berkelanjutan, maka penelitian mengenai dinamika perikanan purse seine di Pekalongan perlu dilakukan. 1.2 Perumusan Masalah Sumberdaya perikanan adalah sumberdaya yang dinamis. Perkembangan perikanan purse seine di pantai utara Jawa, khususnya di Pekalongan sangat dinamis sejak pelarangan alat tangkap trawl. Perubahan daerah penangkapan armada kapal purse seine mengikuti kondisi lingkungan dan keberadaan ikan Sumberdaya perikanan menurun disebabkan karena aktivitas kegiatan penangkapan ikan dan secara alamiah. Kegiatan penangkapan ikan mengandung ketidakpastian yang tinggi, sehingga upaya manusia (nelayan) adalah memperkecil ketidakpastian tersebut dengan melakukan proses dinamis. Untuk menerapkan pengelolaan sumberdaya ikan yang efektif dan efisien, informasi tentang dinamika perikanan perlu diketahui.

22 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah : 1) Menganalisis perkembangan perikanan purse seine di PPN Pekalongan. 2) Menentukan indeks musim penangkapan perikanan purse seine di PPN Pekalongan. 1.4 Manfaat Penelitian : Manfaat dari penelitian ini adalah : 1) Sebagai bahan informasi dan masukan bagi stakeholders. 2) Sebagai bahan alternatif kajian bagi pemerintah daerah dalam membuat kebijakan untuk pengelolaan perikanan purse seine di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. 1.5 Hipotesis Penelitian Daerah penangkapan (fishing ground) purse seine Pekalongan tidak berubah sepanjang tahun Kerangka Pikir Penelitian Sumberdaya perikanan menurun disebabkan karena aktivitas kegiatan penangkapan ikan dan secara alamiah. Kegiatan penangkapan ikan mengandung ketidakpastian yang tinggi, sehingga upaya manusia (nelayan) adalah memperkecil ketidakpastian tersebut dengan melakukan proses dinamis. Komponen utama yang menentukan upaya penangkapan adalah : jumlah kapal (armada), fishing ground dan waktu operasi penangkapan ikan, oleh karena itu perlu dicarikan jawaban tentang dinamika perikanan antara lain perkembangan perikanan purse seine serta pola musim penangkapan perikanan purse seine sehingga manajemen perikanan dapat dilaksanakan dengan baik.

23 Kegiatan penangkapan ikan Sumberdaya ikan menurun Secara alami Dinamika perikanan Bagaimana dinamikanya? Faktor-faktor yang mempengaruhi? Perkembangan perikanan purse seine Pola musim penangkapan perikanan Manajemen perikanan Gambar 1 Kerangka pikir dinamika perikanan purse seine di PPN Pekalongan.

24 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alat Tangkap Purse Seine Pukat cincin (purse seine) adalah jaring yang umumnya berbentuk empat persegi panjang, dilengkapi dengan tali kerut yang dilewatkan melalui cincin yang diikatkan pada bagian bawah jaring (tali ris bawah), sehingga dengan menarik tali kerut bagian bawah jaring dapat dikucupkan dan jaring akan berbentuk seperti mangkok (Baskoro 2002). Disebut pukat cincin karena alat ini dilengkapi dengan cincin. Fungsi cincin dan tali kerut/tali kolor ini penting terutama pada waktu pengoperasian jaring. Brandt (1984) menyatakan bahwa purse seine merupakan alat tangkap yang lebih efektif untuk menangkap ikan-ikan pelagis yang berada di sekitar permukaan air. Purse seine dibuat dengan dinding jaring yang lebih panjang, terkadang mendekati hingga kiloan meter dengan panjang jaring bagian bawah sama atau lebih panjang dari bagian atas. Dengan bentuk konstruksi jaring seperti ini, tidak ada kantong yang berbentuk permanen pada jaring purse seine. Karakteristik jaring purse seine terletak pada cincin yang terletak pada bagian bawah jaring. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1991), purse seine adalah sejenis alat tangkap yang terdiri dari jaring yang membentang antara tali ris atas yang dilengkapi sejumlah pelampung dan tali ris bawah yang dipasang gelang-gelang. Hubungan antara pelampung dan pemberatnya sangat erat agar jaring bisa membuka dan membentang dengan baik. Purse seine atau pukat cincin adalah suatu alat yang efektif untuk penangkapan jenis ikan pelagis yang gerombolannya besar. Menurut Subani dan Barus (1989) alat tangkap purse seine banyak digunakan di pantai uatara Jawa/Jakarta, Cirebon, Batang, Pemalang, Tegal, Pekalongan, Juwana, Muncar dan Pantai Selatan seperti Cilacap dan Prigi. Alat tangkap purse seine ada yang menamakannya dengan kursin, jaring kolor, pukat cincin, janggutan dan jaring slerek. Pukat cincin terutama terdapat di sepanjang pantai Utara Jawa. Sejak diperkenalkan pada tahun 1968 ke Indonesia di Batang,

25 Jawa Tengah alat tangkap tersebut tersebar dengan cepat dan sekarang dapat diketemukan di seluruh propinsi Indonesia (Potier dan Sadhotomo 1995). Baskoro (2002) menyatakan bahwa alat penangkap ikan purse seine ini dioperasikan dengan cara melingkari gerombolan ikan baik dengan menggunakan satu kapal ataupun dua unit kapal. Setelah gerombolan ikan terkurung, kemudian bagian bawah jaring dikerutkan hingga tertutup dengan menarik tali kerut yang dipasang sepanjang bagian bawah melalui cincin. Alat penangkapan ini ditujukan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan (pelagic fish). Gambar 2 Unit penangkapan purse seine. (Sumber: Berdasarkan sumberdaya pelagis yang dieksploitasi, bentuk geografi fisik (letak sungai dan pantai) dan geografi manusia (permodalan, tempat pendaratan dan pasar yang potensial), maka bentuk perikanan purse seine dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: (Potier dan Sadhotomo 1995) 1) Perikanan purse seine mini, tersebar sepanjang pantai Utara Jawa (terutama Propinsi Jawa Timur) dan Propinsi Kaimantan Selatan (sekitar Pulau laut). Dengan waktu penangkapan yang relatif pendek mereka mencari jenis-jenis ikan yang mempunyai nilai komersial tinggi dan dipasarkan secara lokal. 2) Perikanan purse seine sedang, terdapat hanya di pelabuhan Pekalongan, Propinsi Jawa Tengah. Waktu penangkapan berlangsung antara 6 sampai 15 hari. Hasil tangkapan dijual secara segar di pelelangan untuk dipasarkan di dalam propinsi Jawa Tengah atau propinsi lainnya di Jawa.

26 3) Perikanan purse seine besar, terpusat di propinsi Jawa Tengah, yaitu Tegal, Pekalongan, Batang, dan Juwana serta Rembang. Waktu penangkapan dapat mencapai 40 hari. Hasil tangkapan dijual segar atau asin dan dipasarkan sampai keluar Jawa Dinamika Perikanan Tangkap Perikanan tangkap merupakan suatu sistem yang terdiri dari tiga komponen utama (subsistem) yaitu sistem alam (ikan), sistem manusia dan sistem pengelolaan. Ketiga komponen sistem tersebut beserta subkomponennya dan faktor eksternal berinteraksi secara dinamis (Charles 2001). Subsistem-subsistem tersebut beserta komponen utama adalah (1) Sistem alam terdiri dari subsistem sumberdaya ikan, subsistem ekosistem dan subsistem lingkungan biofisik; (2) Sistem manusia terdiri dari subsistem nelayan, subsistem pasca panen dan konsumen serta subsistem rumah tangga dan komunitas perikanan; (3) Sistem manajemen perikanan terdiri dari subsistem kebijakan dan perencanaan, subsistem pengelolaan, subsistem pengembangan dan subsistem penelitian perikanan (Charles 2001). Sub sistem sumberdaya ikan tersusun oleh beberapa komponen yaitu komunitas ikan, habitat (ekosistem) dan lingkungan biofisik. Komponenkomponen tersebut sangat dipengaruhi oleh dinamika faktor eksternal seperti perubahan iklim dan lingkungan perairan atau faktor hidrooseanografi. Kondisi seperti ini menjadikan sumberdaya ikan sebagai satu subsistem yang dinamis dan kompleks. Satu sumberdaya ikan tidak berdiri sendiri namun terkait dan saling berinteraksi dengan sumberdaya ikan lainnya dan faktor-faktor lainnya (Widodo dan Suadi 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi kedinamikan tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berhubungan dengan operasi penangkapan meliputi kapasitas alat penangkap ikan, kapasitas kapal, dan biaya operasional. Sedangkan faktor eksternal meliputi musim ikan dan cuaca (lingkungan) (Charles 2001). Dinamika upaya penangkapan adalah perubahan tingkat eksploitasi sumberdaya ikan suatu wilayah dipengaruhi antara lain tingkat keuntungan dan

27 teknologi yang diterapkan. Dinamika armada perikanan (fleet dynamics) yaitu keluar masuknya suatu armada secara spasial pada suatu fishing ground atau secara temporal pada suatu musim tertentu dari suatu sumberdaya ikan. Perubahan ini dipengaruhi antara lain oleh faktor kelimpahan dan distribusi ikan, harga ikan, dan pengelolaan sumberdaya yang diterapkan (Charles 2001). Dalam beradaptasi terhadap perubahan faktor eksternal (lingkungan) nelayan akan menerapkan strategi penangkapan ikan tertentu dengan mengalokasikan alat tangkapnya (Hilborn and Waters 1882). Hasil penelitian Wiyono (2006), menyatakan bahwa nelayan perikanan skala kecil di Pelabuhan Ratu dalam mengalokasikan alat tangkap ikan dipengaruhi oleh kondisi iklim. 2.3 Sumber Daya Ikan Pelagis Laut Jawa memiliki komoditas sumber daya ikan pelagis yang potensial. Enam dari 16 jenis ikan yang tertangkap merupakan hasil tangkapan utama purse seine. Enam jenis utama tersebut adalah ikan layang biasa (Decapterus ruselli), layang deles (D. macrosoma), selar bentong (Selar crumenophthalmus), banyar/kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta), siro/lemuru (Amblygaster sirm, dan tembang/juwi (Sardinella spp.) (BRPL 2004) Ikan layang (Decapterus spp.) Ikan layang merupakan salah satu komoditi perikanan lepas pantai yang terdapat di Indonesia, yang bersifat pelagic schooling species. Ikan ini aktif berenang dan akan bergerombol membentuk kerumunan di suatu daerah yang sempit atau sekitar benda-benda yang terapung bila tidak aktif berenang (Widodo 1988). Klasifikasi ikan layang menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut : Phyllum: Chordata Sub Phyllum : Vertebrata Class: Pisces Sub Class : Teleostei Ordo : Percomorphi Sub Ordo : Percoidea Famili : Carangidae

28 Genus : Decapterus Spesies : Decapterus ruselli Decapterus macrosoma Decapterus lajang Decapterus curroides Decapterus maruadsi Nama Indonesia : Layang Berdasarkan hasil tangkapannya dan nilai ekonomisnya, sumberdaya perikanan pelagis kecil di Laut Jawa didominasi oleh dua spesies, yaitu ikan layang biasa (D. ruselli) dan ikan layang deles (D. macrosoma)(widodo 1988). Sebaran ikan layang menurut jenis berdasarkan daerah tangkapannya di Indonesia (Burhanuddin 1983) adalah sebagai berikut : 1) Decapterus curroides Perairan Indonesia : Pelabuhan Ratu, Labuhan, Muncar, Bali dan Aceh 2) Decapterus ruselli Perairan Indonesia : Laut Jawa, Sulawesi, Selayar, Ambon, Selat Makasar, Selat Bali, Selat Sunda dan Selat Madura 3) Decapterus lajang Perairan Indonesia : Laut Jawa (termasuk Selat Sunda, Selat Madura dan Selat Bali), Selat Makasar, Ambon, dan Ternate 4) Decapterus maruadsi Perairan Indonesia: Jenis ikan ini tertangkap di Pulau Banda 5) Decapterus macrosoma Perairan Indonesia : Selat Bali, Laut Banda, Ambon, Selat Makasar dan Sangihe Ikan layang yang dominan tertangkap di perairan Pekalongan yaitu Decapterus ruselli. Ikan ini mempunyai sirip punggung pertama berjari-jari keras 8, sirip punggung kedua berjari-jari keras 1 dan jari-jari lemah. Sirip anal terdiri dari 2 jari-jari keras, sedangkan 1 jari-jari keras bergandeng dengan jari-jari lemah. Lateral scute berjumlah 40 dan lebarnya 0,2 0,25 dari tinggi

29 tubuhnya. Bagian atas berwarna kehijau-hijauan dan bagian bawahnya keperakan, terdapat sebuah titik hitam pada operculum, sirip kekuningan atau kecoklatan (Asikin 1971) Ikan kembung (Rastrelliger spp.) Secara umum ikan kembung (Rastrelliger spp.) berbentuk cerutu, tubuh dan pipinya ditutupi oleh sisik-sisik kecil, bagian dada agak lebih besar dari bagian yang lain. Mata mempunyai kelopak yang berlemak. Gigi yang kecil terletak di tulang rahang. Tulang insang dan banyak sekali terlihat seperti bulu jika mulut terbuka. Mempunyai dua buah sirip punggung (dorsal), sirip punggung pertama terdiri atas jari-jari lemah dan sama dengan sirip dubur (anal) tidak mempunyai jari-jari keras. Lima sampai enam sirip tambahan (finlet) terdapat di belakang sirip dubur (anal) dan sirip punggung (dorsal) kedua. Bentuk sirip ekor (caudal) bercagak dalam. Sirip dada ( pectoral) dengan dasar agak melebar dan sirip perut terdiri atas satu jari-jari keras dan jari-jari lemah (Saanin 1984), dan selanjutnya mengklasifikasikan ikan kembung sebagai berikut : Phyllum : Chordata Sub Phyllum : Vertebrata Class: Pisces Sub Class : Teleostei Ordo : Percomorphi Sub Ordo : Scombridae Famili : Scombridae Genus : Rastrelliger Spesies : Rastrelliger brachysoma Rastrelliger kanagurta Nama Indonesia : kembung Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) biasanya ditemukan di perairan yang jernih dan agak jauh dari pantai dengan kadar garam lebih dari 32%o, sedangkan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) dijumpai di perairan dekat pantai dengan kadar garam lebih rendah (Nontji 1993). Penyebaran

30 utama ikan kembung (Rastrelliger spp.) adalah Kalimantan di perairan Barat, Timur dan Selatan serta Malaka, sedangkan daerah penyebarannya mulai dari Pulau Sumatera bagian Barat dan Timur, Pulau Jawa bagian Utara dan Selatan, Nusa Tenggara, Sulawesi bagian Utara dan Selatan, Maluku dan Irian Jaya (Direktorat Jenderal Perikanan 1997) Ikan selar (Selaroides spp.) Jenis-jenis ikan selar (Selaroides spp.) yang tertangkap di perairan Indonesia dan tercatat di dalam data statistik perikanan Indonesia, yatu selar bentong (Selar crumenophthalmus) dan selar kuning (Selaroides leptolepsis) (Nontji 1993). Klasifikasi selar menurut Saanin (1984) adalah berikut: Phyllum : Chordata Sub Phyllum : Vertebrata Class: Pisces Sub Class : Teleostei Ordo : Percomorphi Famili : Carangidae Sub Famili: Caranginae Genus : Caranx Sub Genus : Selar Spesies : Selar crumenopthalmus Nama Indonesia : selar Selar kuning (Selaroides leptolepsis) memiliki bentuk badan lonjong, pipih dengan sirip punggung (dorsal) pertama berjari-jari keras delapan buah, sedangkan sirip punggung (dorsal) kedua berjari-jari keras satu buah dengan jarijari lemah 15 buah. Sirip dubur (anal) terdiri atas dua jari-jari keras yang terpisah dan satu jari-jari keras yang bersambung dengan 20 jari-jari lemah. Tapis insang pada busur insang pertama bagian bawah berjumlah 26 buah. Garis rusuk membusur, memiliki sisik dun (scute). Selar bentong (Selar crumenophthalmus) memiliki bentuk yang hampir sama tetapi dapat dibedakan dari matanya yang berukuran lebih besar (Direktorat Jenderal Perikanan 1997).

31 Perbedaan mendasar lainnya terletak pada jumlah jari-jari pada sirip dubur (anal) dan sirip punggung (dorsal), jumlah tapis insang, jumlah sisik duri. Jari-jari keras sirip punggung (dorsal) pertama ada sembilan buah (satu yang terdepan mengarah ke bagian muka), sedangkan yang kedua berjari-jari keras satu dan jarijari lemah buah. Sirip dubur (anal) terdiri atas jari-jari keras yang terpisah dan satu jari-jari keras yang tersambung kemudian lurus pada bagian belakangnya dengan sisik dun (scute) berjumlah buah. Kedua jenis ikan ini memakan ikan-ikan kecil dan udang kecil. Hidup secara bergerombol di sekitar pantai dangkal, sedangkan Selar crumenophthalmus hidup sampai kedalaman 80 meter (Direktorat Jenderal Perikanan 1997) Ikan tembang / juwi (Sardinella spp.) Ikan tembang (Sardinella spp.) sudah lama dikenal sebagai ikan konsumsi yang penting di Indonesia. Ikan tembang termasuk ke dalam jenis ikan pelagis kecil yang ditangkap dengan berbagai macam alat tangkap seperti : payang, pukat cincin, bagan dan jaring insang hanyut. Daerah penyebarannya meliputi seluruh perairan pantai Indonesia, ke utara sampai ke Taiwan, ke selatan sampai ke ujung utara Australia dan ke barat sampai Laut Merah (Direktorat Jenderal Perikanan 1997). Weber dan Beaufort 1965, diacu dalam Wiyono 2001, menyatakan bahwa ikan tembang di Indonesia antara lain terdapat di perairan sekitar Ujung Kulon dan Laut Jawa. Ciri-ciri umum ikan tembang adalah bentuk badannya yang memanjang gepeng (fusiform) dan ada sisik-sisik duri yang terdapat di bagian bawah badan. Ikan tembang memiliki tapis insang halus serta warna kulitnya biru kehijauan di bagian ata dan putih keperakan di bagian bawah. Sirip pucat kehijauan dan tembus cahaya dan panjangnya dapat mencapai 16 cm. Ikan tembang memiliki perut bersisik tebal yang bersiku, sangat pipih dengan sirip perut yang sempurna. Rahangnya sama panjang, mulut besar dan gigi terdapat pada langit-langit. Ikan tembang adalah pemakan plankton. Ikan ini juga memiliki beberapa nama di Indonesia yaitu : tembang, tamban, tamban sisik dan tanjang. Ikan tembang terdapat di seluruh perairan Indonesia dan merupakan ikan yang suka berkelompok dan biasanya berada di permukaan perairan pantai (Saanin 1984).

32 Klasifikasi tembang menurut Fischer dan Whitehead (1974), adalah sebagai berikut : Phyllum : Chordata Sub Phyllum : Vertebrata Class: Pisces Sub Class : Teleostei Ordo : Malacopterygii Famili : Clupeidae Sub Famili: Clupeinae Genus : Sardinella Spesies : Sardinella spp. Nama Indonesia : tembang Menurut Nurhakim et al.(1987), jenis ikan tembang yang terpenting di Laut Jawa adalah Sardinella fimbriata dan S. gibbosa. Fischer dan Whitehead (1974) menyatakan bahwa Sardinella fimbriata merupakan ikan permukaan dan hidup di perairan pantai serta suka bergerombol pada area yang luas sehingga sering tertangkap bersama-sama ikan lemuru Ikan siro, lemuru (Amblygaster sirm, Sardinella sirm) Ikan siro (Amblygaster sirm) merupakan salah satu sumberdaya perikanan pelagis yang penting di Laut Jawa. Ikan siro menyebar secara luas mulai dari Afrika timur hingga kepulauan Fiji dan dari Australia Utara hingga Okinawa (Fishcer dan Whitehead 1974). Di Indonesia ikan ini terdapat hampir di seluruh perairan. Ikan ini juga memiliki beberapa nama di Indonesia yaitu : siro, sardin, lemuru, tanjan. Ciri-ciri umum ikan siro adalah bersisik, tidak bersungut, tidak berjari-jari keras pada sirip punggung, tidak bersirip punggung tambahan yang seperti kulit, tidak berbercak-bercak yang bercahaya, bertulang dahi belakang, sirip dada senantiasa sempurna, mulut lebar, rahang sama panjang, daun insang satu sama lain tidak melekat, permulaan sirip punggung dimuka permulaan sirip perut,

33 tulang mata bajak tidak bergigi, perut agak membundar, tidak tajam, pinggiran perut di muka sirip perut tidak bergigi, langit-langit dan lidah bergigi, tidak berbelang dan mempunyai 40 tulang saring insang. Klasifikasi tembang menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut : Phyllum : Chordata Sub Phyllum : Vertebrata Class: Pisces Sub Class : Teleostei Ordo : Malacopterygh Famili : Clupeidae Sub famili : Clupeinae Genus : Clupea Sub genus : Amblygaster Spesies : Amblygaster sirm Nama Indonesia : siro, lemuru 2.4 Pengaruh Parameter Fisik Lingkungan Terhadap Ikan Dinamika sumber daya ikan mempunyai banyak proses yang tergantung musim, seperti migrasi pemijahan, pembesaran, migrasi dari perairan dalam ke perairan dangkal dan hatching of larvae. Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi sebaran dan kelimpahan ikan tersebut antara lain arus permukaan, suhu, salinitas, kandungan oksigen Arus permukaan Salah satu pengaruh utama angin permukaan dan anomalinya terhadap laut adalah pembentukan arus permukaan. Arus permukaan mempengaruhi adveksi dari aneka jenis air, yang dapat merubah karakteristik lingkungan dalam lokasi tertentu. Jenis air permukaan kadang dicirikan oleh suhu dan salinitas. Kedua parameter tersebut merupakan ciri non konservatif di permukaan dan bisa berubah terhadap perubahan lokal. Warna air terutama kandungan plankton dapat juga

34 sebagai petunjuk teknis massa air permukaan dan mungkin dapat berguna dari sudut pandang ekosistem. Menurut Laevastu dan Hayes (1981), adveksi massa air laut oleh arus merupakan faktor penting yang menyebabkan perpindahan lokal dalam lingkungan laut. Ikan diduga merespon secara langsung terhadap perubahan lingkungan tersebut dengan mengikuti arus dan juga melakukan orientasi pribadi terhadap arus. Lebih lanjut dikatakan bahwa : 1) Arus membawa telur-telur ikan pelagis dan anak-anak ikan dari area spawning ke area nursery serta dari area nursery ke area feeding. 2) Arus juga digunakan sebagai orientasi dan mempengaruhi rute migrasi ikan-ikan dewasa. 3) Arus khususnya di perbatasan dapat mempengaruhi distribusi ikan dewasa baik secara langsung maupun tidak langsung. 4) Arus akan mempengaruhi kondisi alami lingkungan perairan dan secara tidak langsung menentukan kelimpahan ikan-ikan tertentu dan merupakan pembatas distribusi ikan. Arus dapat mempengaruhi migrasi ikan oleh angkutan pasif juvenil mulai dari daerah pembesaran sampai daerah pemijahan, dan mungkin berperan sebagai suatu penjajakan migrasi arus balik dari ikan dewasa mulai dari daerah pembesaran sampai daerah spawning. Sehingga anomali arus permukaan dapat mempengaruhi baik sebaran larva dan juvenil juga migrasi spawning dari ikan dewasa. Sebaran stok ikan utama bisanya mengikuti sistem arus tertentu. Anomali arus permukaan mempengaruhi letak daerah front suhu permukaan. Daerah front tersebut diketahui mempengaruhi penyebaran ikan, yang kadang diasumsikan berkaitan dengan suhu tetapi juga berhubungan dengan arus dan atau jenis air Suhu Suhu merupakan faktor penting untuk penentuan daerah penangkapan ikan (fishing ground). Ikan sangat peka terhadap perubahan suhu yaitu sebesar 0.03 o C. Setiap spesies ikan umumnya memiliki sebaran suhu tertentu dimana

35 ikan dapat beradaptasi. Suhu berpengaruh terhadap gas terlarut di air laut seperti oksigen dan karbondioksida yang berhubungan dengan proses biologi. Aktivitas metabolisme serta penyebaran ikan banyak dipengaruhi oleh suhu air. Suhu dapat mempengaruhi ikan dikarenakan: (Baskoro et al. 2004): 1) Sebagai pengatur proses metabolisme (dapat mempengaruhi permintaan kebutuhan makanan, tingkat penerimaan dan tingkat pertumbuhan). 2) Sebagai pengatur aktivitas gerakan tubuh (kecepatan renang). 3) Sebagai stimulus syaraf. Suhu permukaan laut dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk pengkajian daerah penangkapan ikan dan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. Suhu permukaan air bervariasi menurut garis lintang sehingga penyebaran organisme laut cenderung mengikuti perbedaan suhu lautan secara geografis (Nybakken 1988). Perubahan suhu permukaan laut selain disebabkan oleh panas yang diterima dari matahari juga dipengaruhi oleh keadaan alam sekitar di daerah perairan tersebut. Pengaruh arus, keadaan awan, penaikan massa air dan pencairan es di kutub juga mempengaruhi suhu permukaan laut (Hela dan Laevastu 1970). Suhu permukaan laut daerah tropik dipengaruhi oleh cuaca, seperti curah hujan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin, dan intensitas radiasi matahari Salinitas Salinitas erat hubungannya dengan adanya penyesuaian tekanan osmotik antara sitoplasma dari sel-sel dalam tubuh ikan dengan keadaan salinitas di sekelilingnya. Salinitas juga menentukan daya apung dari telur-telur ikan pelagis. Perubahan salinitas menunjukkan perubahan massa air dan keadaan stabilitasnya (Hela dan Laevestu 1961, diacu dalam Gunarso 1985). Air hujan yang menimbulkan perubahan salinitas dapat merangsang ikan untuk bermigrasi. Suhu dan salinitas mempengaruhi densitas air laut, yang selanjutnya mempengaruhi

36 pergerakan air secara vertikal. Ikan sangat sensitif terhadap perubahan suhu dan salinitas yang terjadi. 2.5 Musim Penangkapan Ikan di Laut Jawa Kondisi oseanografis perairan Laut Jawa, yang merupakan bagian dari paparan Sunda dan terletak di sekitar ekuator, secara umum dipengaruhi oleh dua musim yang dominan, yaitu musim timur (southeast monsoon) dan musim barat (northwest monsoon) beserta musim-musim peralihannya. Karakteristik perairan dan iklim Laut Jawa dipengaruhi langsung oleh perubahan angin muson dan aliran massa air dari Laut Flores, Selat Makasar dan Laut Cina Selatan. Selain itu, pengenceran oleh masssa air dari daratan Kalimantan (run off) ke perairan Laut Jawa bagian utara (selatan Kalimantan) terjadi, terutama pada musim hujan (musim barat). Saat angin muson timur bertiup (Maret Agustus), massa air bersalinitas tinggi (lebih dari 34%o) memasuki Laut Jawa dari sebelah timur melaui Selat Makasar dan Laut Flores, sedangkan pada saat muson barat (September Februari), selain terjadi pengenceran oleh air sungai Barito, massa air bersalinitas rendah (kurang dari 32%o) juga masuk ke Laut Cina Selatan dan mendorong massa air bersalinitas tinggi ke bagian Timur Laut Jawa (Wyrtki 1961, diacu dalam Atmaja 1995). Meskipun fluktuasi suhu permukaan relatif kecil (suhu rata-rata antara o C), tetapi secara horisontal sebaran suhu permukaan laut berubah menurut musim. Pada saat terjadinya muson timur, suhu permukaan menjadi lebih dingin akibat masuknya massa air laut dalam (salinitas lebih tinggi) ke Laut Jawa. Sementara pada muson barat suhu permukaan Laut Jawa relatif lebih panas. Pengaruh curah hujan pada suhu air laut terlihat sangat nyata di pantai (Potier 1988, diacu dalam BRPL 2004). Kelimpahan ikan pelagis sangat peka terhadap perubahan lingkungan, terutama penyebaran salinitas secara spasial yang dibangkitkan oleh angin muson (Potier 1998, diacu dalam BRPL 2004). Pada tahun basah, saat curah hujan di atas normal (musim barat), penetrasi jenis ikan oseanik ke Laut Jawa berkurang akibat pengurangan massa air oseanik di bagian timur Laut Jawa. Terdapat korelasi positif antara hasil tangkapan dengan salinitas permukaan, tetapi korelasi ini menunjukkan negatif dengan curah hujan. Secara spasial, ikan pelagis tersebar

37 ke arah timur dengan konsentrasi kelimpahan terdapat di Laut Jawa bagian timur, variabilitas beberapa jenis ikan berasosiasi dengan perubahan salinitas, sedangkan kelompok coastal (ikan yang menyebar di dekat pantai) dan juwana (anak-anak ikan) diketahui lebih berlimpah di pantai utara Jawa, yang merupakan zona penangkapan tradisional purse seine mini (BRPL 2004).

38 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama dua bulan dari bulan Agustus sampai September Tempat yang dijadikan obyek penelitian adalah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan, Jawa Tengah, merupakan lokasi pendaratan utama kapal-kapal purse seine yang beroperasi di Laut Jawa dan sekitarnya. 3.2 Pengumpulan Data Data primer meliputi pengamatan secara langsung di lapangan, wawancara dan diskusi dengan semua sumber data yang telah ditentukan (purposive) serta pencatatan data yang telah tersedia pada semua instansi terkait. Data sekunder diperoleh di PPN Pekalongan, Jawa Tengah berupa serial data periode tahun berupa informasi bulan penangkapan ikan, nama kapal, ukuran kapal (gross tonnage, GT), daerah penangkapan (fishing ground), dan jenis hasil tangkapan. 3.3 Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah terkumpul kemudian ditabulasikan, diolah dan dianalisis dengan serangkaian metode dan masing-masing disajikan dalam bentuk peta, tabel, gambar dan grafik Analisis catch per unit effort Untuk mengetahui hasil tangkapan per satuan upaya (catch per unit of effort) menggunakan rumus Sparre & Venema (1999), yaitu : Catch CPUE = Effort dimana CPUE : Catch per unit effort (tangkapan per satuan upaya) Catch : Jumlah hasil tangkapan (g, kg, dan ton) Effort : Jumlah upaya penangkapan (hari, trip, dan unit)

39 3.3.2 Analisis daerah penangkapan (fishing ground) Analisis daerah penangkapan kapal purse seine dilakukan secara diskriptif. Pertama-tama melakukan pengelompokkan data kapal purse seine yang beroperasi menurut daerah penangkapannya selama tahun Selanjutnya mempetakan data tersebut ke dalam peta dengan menggunakan software Surfer Analisis musim penangkapan Untuk mengkaji dinamika musiman digunakan indeks musim penangkapan, dan data yang digunakan adalah data CPUE. Dajan (1983) menyatakan bahwa data deret waktu terdiri dari komponen-komponen trend sekuler, variasi musim, variasi siklis dan random. Fluktuasi yang terjadi, bukan hanya disebabkan oleh variasi musim saja, tetapi trend sekuler, variasi siklis dan variasi random juga berpengaruh terhadap data deret waktu. Untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang variasi musim, maka trend sekuler, variasi siklis dan variasi random harus diisolasi dari data deret waktu yang bersangkutan. Metode yang digunakan untuk mengisolasi fluktuasi yang disebabkan oleh trend sekuler, variasi siklis dan variasi random tersebut adalah metode rata-rata bergerak (moving average). Dasar untuk menyusun indeks musim penangkapan (IMP) adalah dengan menggunakan metode rata-rata bergerak. Langkah-langkah perhitungan rasio rata-rata bergerak yang dikemukakan oleh Dajan (1983) yang dimodifikasi oleh Wiyono (2001) adalah sebagai berikut : a) Menyusun deret CPUE bulan Januari Desember 2007 n i = CPUE keterangan : i = 1, 2, 3,...72 ni = urutan ke i b) Menyusun deret jumlah CPUE selama 12 bulan untuk setiap bulan = k + 6 j= k 6 nk CPUEi keterangan : k = 7,8,9,...,67 n k = urutan ke-k j = urutan ke-j pada deret n i c) Menyusun deret jumlah CPUE selama 12 bulanan untuk setiap bulan

40 p n = p CPUEk m= p 1 keterangan : p = 7,8,9,...,67 n p = urutan ke-p pada deret n k : d) Menyusun deret rata-rata bulanan selama 12 bulanan untuk setiap bulan 1 12 p = nq CPUEm m= p 1 keterangan : q = 7,8,9,..., 67 nq = urutan ke q e) Menghitung rasio rata-rata untuk tiap bulan Rasio = CPUE Rata ratabulananselama12bulan f) Menyusun nilai rata-rata dalam suatu matriks berukuran i x j yang disusun untuk setiap bulan dimulai bulan Juli-Juni. Kemudian menghitung total rasio rata-rata setiap bulan, selanjutnya menghitung total rasio rata-rata dan indeks musim penangkapan. 4 1 Rasio rataan untuk bulan j = 4 i= 1 x ij Jumlah rasio rataan = 4 j= 1 i= Rasio rataan bulanan = 12 4 x ij j= 1 j= 1 x ij Indeks musim penangkapan = x i= ij x j= 1 j= 1 ij M t = Rata-rata bergerak 12 bulanan 1 12 ( Y + Y +... Y ) 1 2 M = t t t= t 6 Mt = Yt, dimana t = 7,8,...n 12

41 Yt Ratio rata-rata bergerak : Mt Karena Y t M Y t M t t FK = = Y I I t t t x = I xt x t t C x t E dan t M T x t t C T t T t E t x Ct Ct x x E = x, dimana Et = Error t =, sehingga : 1200, FK = Faktor Koreksi jumlahrata ratamedial t Indek musim = FK x Rata-rata medial Dimana rata-rata medial adalah rata-rata dari data setelah data maksimum dan minimum dihilangkan. CSI = Consecutive Seasonal Index yaitu jumlah indeks di atas 100% yang berurutan dimana nilai CSI ini menggambarkan panjang pendeknya musim penangkapan (Ulrich and Andersen 2004)

42 Survei Data primer dan data sekunder Ukuran kapal/gt Fishing ground Bulan penangkapan ikan Hasil tangkapan per kapal Jumlah kapal Analisis dinamika perikanan Analisis musim Pengelolaan perikanan Gambar 3 Diagram alir penelitian dinamika perikanan purse seine di PPN Pekalongan.

43 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perikanan purse seine Pekalongan Kapal purse seine Pekalongan Secara umum armada penangkapan ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan adalah jenis kapal motor (KM). Contoh spesifikasi kapal purse seine di Pekalongan seperti disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1 Contoh spesifikasi kapal purse seine Pekalongan No. Spesifikasi Dimensi 1. Nama kapal KM Buana I 2. Ukuran utama kapal -Panjang (LOA) -Lebar (B) -Depth (D) 3. Mesin induk -Merk -Daya -RPM 23,92 m 7,15 m 2,03 m 4. Bahan bakar Solar Nissan RD PK 2500 rpm 5. Gross Tonnage 102 GT 6. Jumlah palka ikan ABK orang Kapal purse seine terbuat dari bahan kayu dan kebanyakan menggunakan mesin dalam (inboard engine) dan memiliki ukuran diatas 30 GT. Berdasarkan data PPN Pekalongan, kapal purse seine dikelompokkan ke dalam kategori GT kapal yang berbeda, yaitu kelompok ukuran kapal GT, GT, GT, GT dan >130 GT. Perkembangan jumlah purse seine dari masingmasing kelompok ukuran GT kapal mengalami kecenderungan menurun. Kelompok ukuran GT kapal antara GT, pada tahun 2003 terjadi penurunan jumlah kapal sebesar 29,3 %, yaitu dari 140 unit menjadi 99 unit.

44 Selanjutnya pada tahun 2004, terjadi penurunan kembali hingga 5,1 % yaitu dari 99 unit menjadi 94 unit, demikian juga untuk tahun 2005 juga mengalami penurunan sebesar 23,4 %, yaitu dari 94 unit menjadi 72 unit. Demikian seterusnya hingga tahun 2007, jumlah kapal purse seine ukuran GT mengalami penurunan jumlah. Demikian juga untuk kapal ukuran >130 GT juga mengalami penurunan jumlah. Sedangkan kapal ukuran GT, pada tahun 2007 meningkat dari 95 unit menjadi 145 unit. Perkembangan kapal purse seine dari masing-masing kelompok ukuran GT kapal disajikan dalam Gambar Jumlah kapal (unit) GT 51-70GT GT GT >130GT Gambar 4 Perkembangan jumlah purse seine dari masing-masing kelompok ukuran GT kapal Alat tangkap purse seine Pekalongan Dilihat dari segi konstruksinya maka bagian/komponen purse seine yang terdapat di Pekalongan dapat dikelompokkan dalam 4 bagian besar, yaitu : (1) jaring (2) srampad (3) tali temali dan (4) pelampung, pemberat serta swivel. Komponen yang termasuk dalam bagian jaring adalah sayap (kiri dan kanan), badan ke-1 dan ke-2 (kiri dan kanan) dan kantong. Jenis bahan, ukuran dan satuan komponen/bagian tersebut disajikan dalam Tabel 2, sedangkan gambaran konstruksi purse seine seperti disajikan dalam Gambar 5. Bagian jaring purse seine terdiri dari : 1) Bagian jaring Bagian jaring terdiri dari tiga bagian, yatu ; (a) Jaring utama, bahan nilon 210 D/9, mesh size 1 inci; (b) Jaring sayap, bahan nilon 210 D/6, mesh

45 size 1 inci; (c) Jaring kantong mesh size ¾ inci. Srampad (selvedge), dipasang pada bagian pinggiran jaring yang fungsinya untuk memperkuat jaring pada waktu dioperasikan terutama pada waktu penarikan jaring. Bagian ini langsung dihubungkan dengan tali temali. Srampad (selvedge) dipasang bagian atas, bawah dan samping dengan bahan dan ukuran mata jaring yang sama, yaitu PA R310 tex, 1 inci. 2) Tali Temali Tali temali terdiri dari (a) Tali pelampung, bahan PE, Ø 10 mm, panjang 800 m; (b) Tali ris atas, bahan PE, Ø 2 cm, panjang 800 m; (c) Tali ris bawah, bahan PE, Ø 2 cm, panjang 850 m; (d) Tali pemberat, bahan PE Ø 10 mm, panjang 850 m; (e) Tali kolor, bahan kuralon, Ø4 cm, panjang 1200 m; (f) Tali selambar, bahan PE, panjang 50 m. 3) Pelampung Jumlah pelampung sebanyak 4000 buah yang dibuat dari synthetic rubber. Pelampung yang dipasang di bagian tengah lebih rapat dibandingkan dengan bagian pinggir. 4) Pemberat Pemberat terbuat dari timah sebanyak buah berdiameter 3 cm dan panjang 5 cm dipasang pada tali pemberat. 5) Cincin Cincin terbuat dari kuningan dengan diameter 11,5 cm sebanyak 150 buah, digantungkan pada tali pemberat dengan seutas tali yang panjangnya satu meter dengan jarak tiga meter setiap cincin. Kedalam cincin ini dimasukkan tali kolor (purse line).

46 Tabel 2 Contoh spesifikasi jaring purse seine di Pekalongan No. Bagian Material Ukuran Jumlah A Jaring 1. Sayap kiri dan kanan 2. Badan ke-1 kiri dan kanan 3. Kantong bagian atas 4. Kantong bagian bawah B Srampad Nylon multifilament 0,6 mm/d 1 inci Nylon multifilament 0,9 mm/d 1 inci Nylon multifilament 1,5 mm/d 0,75 inci Nylon multifilament 0,9 mm/d 1 inci 1. Srampad atas PE multifilament 0,9 mm/d-1,25 inci 2. Srampad bawah PE multifilament 0,9 mm/d-1,25 inci 3. Srampad kiri dan PE multifilament kanan 0,9 mm/d-1,25 inci C Tali Temali 1. Tali penarik PE multifilament 36 mm/d 2. Tali pelampung PE multifilament dan tali ris atas 12 mm/d 3. Tali pemberat PE multifilament dan tali ris bawah 10 mm/d 4. Tali cincin PE multifilament 10 mm/d 5. Tali kolor PE multifilament 36 mm/d D. Lain-lain 100 m x 400 MD 9 pcs (satu) 11 pcs (dua) 13 pcs (tiga) 100 m x 400 MD 15 pcs 100 m x 400 MD 3 pcs 100 m x 400 MD 14 pcs 14 MD - 17 MD - 10 MD - 20 m 800 m 850 m 1,5 m 940 m 1. Pelampung Plastik Panjang 17 cm Ø 11 cm Ø lubang 3cm 2. Pemberat Timah Panjang 4 cm Ø 2,5 cm Ø lubang 1,5 cm 350 g 3. Cincin Kuningan Ø dalam 10 cm Ø luar 14 cm 3600 buah 110 buah

47 Purse seiner Jaring Pelampung Tali pelampung Selvedge (srampad) Cincin Tali Kolor (purse line) Pemberat Tali Pemberat Gambar 5 Gambaran konstruksi purse seine.

48 Metode pengoperasian purse seine Operasi penangkapan purse seine yang ada di Indonesia berdasarkan waktu penangkapan, yaitu : 1) Operasi penangkapan ikan siang hari. Sifat operasi penangkapan adalah berburu di suatu daerah penangkapan tertentu, sehingga kapal membutuhkan tenaga mesin dan bahan bakar yang besar untuk mengejar kelompok ikan. Bila terlihat adanya tanda-tanda kemunculan ikan di permukaan, maka kegiatan operasi penangkapan mulai dilakukan, seperti mengejar kelompok ikan tersebut dan melakukan persiapan setting alat tangkap. Jumlah kapal yang digunakan ada yang berjumlah 1 kapal (one boat system) dan 2 kapal (two boat system). 2) Operasi penangkapan ikan malam hari. Sifat operasi penangkapan adalah pasif di suatu daerah penangkapan tertentu. Dikatakan pasif, karena dalam kegiatan operasi penangkapan ikan ada waktu yang digunakan untuk menunggu berkumpulnya ikan dekat dengan permukaan air. Dalam metode pengoperasiannya, digunakan digunakan cahaya lampu dan rumpon portable. Lampu utama ditempatkan pada kapal dan perahu lampu. Rumpon terpasang pada pinggir kapal dan perahu lampu. Kemampuan lampu dan rumpon yang digunakan dalam mengumpulkan ikan akan menjadi faktor keberhasilan penangkapan. Seperti halnya purse seine di daerah lain, kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan di perairan Utara Jawa dan sekitarnya, termasuk kapal-kapal purse seine Pekalongan juga menggunakan lampu dan rumpon sebagai alat bantu pennagkapan. Metode operasi penangkapan purse seine yaitu : 1) Persiapan kapal purse seine membawa perahu kecil dan konstruksi rumpon portable. Komponen rumpon portable terdiri dari pelepah kecil daun kelapa dan tali PE Ø12 cm. 2) Setelah sampai di daerah penangkapan, lampu pada kapal dinyalakan dan rumpon dipasang dan diletakkan pada bagian haluan kapal. Setelah terlihat

49 adanya tanda-tanda keberadaan ikan (kira-kira sekitar 8-0 jam drifting) dengan munculnya gelembung-gelembung udara yang bergerak ke arah permukaan,maka perahu kecil diturunkan ke permukaan air. Lampu pada perahu kecil dinyalakan dan rumpon dipindahkan dari kapal purse seine ke perahu kecil. Lampu pada kapal purse seine dimatikan, sehingga lampu hanya ada pada perahu kecil. Perahu kecil dibiarkan hanyut dengan melihat perkiraan jarak yang memungkinkan bahwa jaring purse seine dapat dilakukan pelingkaran dengan sempurna dimana perahu kecil berada di tengah-tengah lingkaran jaring yang di-setting. Harapan pada kondisi ini adalah bahwa ikan berkumpul di bawah sumber cahaya dan rumpon pada perahu kecil. 3) Setelah itu kegiatan setting jaring purse seine dapat dilakukan, yaitu dengan menurunkan ujung jaring pertama yang diberikan pelampung tanda (lampu suar), dilingkarkan hingga kapal bertemu lagi dengan pelampung tanda tadi. Penarikan purse line (tali kolor jaring) dilakukan dengan cepat dengan menggunakan roller capstan pada kapal. 4) Kemudian dilakukan penarikan jaring secara manual oleh ABK baik dari sisi haluan maupun buritan kapal secara bersamaan. Hingga tinggal bagian kantong termpat berkumpulnya ikan hasil tangkapan. 5) Pengambilan hasil tangkapan ikan dengan scoop net Perkembangan perikanan purse seine Pekalongan Perkembangan eksploitasi sumber daya ikan pelagis kecil di Laut Jawa sangat erat kaitannya dengan perkembangan alat tangkap purse seine. Sejak pelarangan pukat harimau tahun 1980 melalui Keppres No. 39 tahun 1980, perikanan purse seine berkembang menjadi semi industri yang diikuti dengan peningkatan ukuran kapal. Sampai tahun 1990, perikanan purse seine Pekalongan terus mengalami modernisasi teknologi penangkapan dalam bentuk peralatan alat bantu penangkapan seperti rumpon dan menggunakan lampu merkuri dengan daerah operasi sudah mencapai bagian timur Laut Jawa sampai ke Selat Makasar. Pada tahun 1990, perikanan purse seine mengalami perubahan taktik penangkapan dari rumpon dan lampu merkuri digantikan dengan lampu sorot

50 sebagai alat bantu penangkapan. Namun demikian, Potier dan Petit (1997) menyatakan bahwa perubahan strategi penangkapan (dari rumpon menjadi lampu sorot) sebagai alat bantu pengumpul ikan tidak merubah secara drastis komposisi hasil tangkapan, perbedaan komposisi hasil tangkapan sangat tergantung pada musim dan daerah penangkapan. Sejak tahun 1997, perikanan purse seine dilengkapi dengan alat bantu yang semakin modern seperti radio komunikasi, lampu sorot, global positioning system (GPS) dan fish finder (Atmaja 2006). Perkembangan perikanan purse seine berupa perubahan ukuran kapal, teknik penangkapan, daerah penangkapan dan jumlah armada penangkapan mempunyai peranan sangat penting yang memungkinkan menuju tingkat eksploitasi yang berlebihan dan membahayakan ketersediaan ikan pelagis yang ada (Sadhotomo et al. 1986) Perkembangan hasil tangkapan purse seine Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai hasil tangkapan purse seine berfluktuasi setiap bulannya. Rata-rata bulanan hasil tangkapan mencapai puncak pada bulan Oktober yaitu sebesar 3798,88 ton. Sedangkan hasil tangkapan terendah dicapai pada bulan Maret sebesar 1296,13 ton (Gambar 6 ). Rata-rata bulanan hasil tangkapan (ton) Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Gambar 6 Rata-rata bulanan hasil tangkapan purse seine yang didaratkan di PPN. Pekalongan tahun Sementara itu, hasil tangkapan purse seine antar tahun juga berfluktuasi. Hasil tangkapan purse seine tertinggi dicapai pada tahun 2004 (54.127,36 ton),

51 sedangkan hasil tangkapan terendah terjadi pada tahun 2002 (3219,65 ton) (Gambar 7) Hasil tangkapan (ton) Gambar 7 Perkembangan hasil tangkapan purse seine yang didaratkan di PPN. Pekalongan, tahun Perkembangan jumlah upaya Jumlah upaya penangkapan ikan (kapal purse seine) Pekalongan yang beroperasi di Laut Jawa dan sekitarnya berfluktuasi mengikuti pola kelimpahan ikan. Berdasarkan data jumlah kapal purse seine yang beroperasi selama 6 tahun ( ) ditunjukkan bahwa puncak pengoperasian purse seine terjadi pada bulan Oktober. Puncak pengoperasian purse seine dicapai pada bulan Oktober. Setelah mencapai titik tertinggi, jumlah purse seine yang dioperasikan mengalami penurunan sampai titik terendah, yang dicapai pada bulan April (Gambar 8). Jumlah upaya (unit kapal) Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Total Gambar 8 Perkembangan jumlah upaya penangkapan ikan (unit kapal purse seine) di PPN Pekalongan tahun

52 Hasil tangkapan per unit upaya penangkapan Gambaran mengenai kelimpahan sumber daya ikan dalam suatu perairan tidak cukup dijelaskan hanya dengan fluktuasi hasil tangkapan saja. Perubahan hasil tangkapan ikan sangat dipengaruhi perubahan jumlah armada penangkapan yang beroperasi, sehingga konsep pembandingan hasil tangkapan terhadap upaya penagkapannya perlu diterapkan. Konsep pembandingan itu disebut sebagai catch per unit effort (CPUE). Dengan diketahuinya nilai CPUE, maka dapat diketahui perubahan hasil tangkapan yang disebabkan oleh perubahan jumlah upaya penangkapannya. Berbeda dengan nilai hasil tangkapan bulanan, nilai CPUE bulanan mencapai titik tertinggi pada bulan Agustus (36,34 ton/unit) dan nilai terendah pada bulan Maret (18,07 ton/unit) (Gambar 9). Fluktuasi bulanan nilai CPUE tidak membentuk pola yang teratur seperti pada nilai hasil tangkapan rata-rata bulanan. 40 Rata-rata bulanan CPUE (ton/unit) Des Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Gambar 9 Rata-rata CPUE bulanan hasil tangkapan purse seine yang didaratkan di PPN Pekalongan, tahun Hasil tangkapan ikan layang (Decapterus spp.) tiap pola musim di Laut Jawa Gambaran mengenai hasil tangkapan ikan layang tiap musim yang berlaku di Laut Jawa diperoleh dengan cara mengelompokkan data tiap triwulan menurut pola musimnya. Laut Jawa, seperti halnya sebagian besar wilayah Indonesia mengenal adanya dua pola musim, yaitu musim barat dan musim timur serta

53 musim peralihan yang terjadi saat pergantian musim diantara dua pola musim tersebut. Berdasarkan wawancara serta data-data, diperoleh bahwa musim barat berlangsung pada bulan Desember-Februari. Musim peralihan I terjadi pada bulan Maret-Mei. Pada bulan Maret-Mei ini terjadi perubahan arah gerak angin. Pergerakan angin yang sebelumnya menuju ke arah timur akan berbalik menuju ke arah barat, sehingga pergerakan arus tidak menentu. Setelah mengalami musim peralihan, bulan Juni-Agustus terjadi musim timur, dan bulan-bulan berikutnya antara bulan September-November terjadi musim peralihan II. Hasil tangkapan, jumlah upaya penangkapan maupun CPUE tertinngi dicapai pada musim peralihan II. Nilai hasil tangkapan, upaya penangkapan ikan dan CPUE pada musim ini berturut-turut adalah ,51 ton, 1804 unit kapal dan 18,21 ton/unit kapal (Tabel 3). Tabel 3 Nilai CPUE ikan layang tiap musim yang tertangkap di Laut Jawa dan sekitarnya yang didaratkan di PPN Pekalongan, tahun Hasil tangkapan Jumlah upaya CPUE Musim (ton) (unit kapal) (ton/unit kapal) Barat , ,97 Peralihan I , ,02 Timur , ,69 Peralihan II , ,21 Setelah musim peralihan II, hasil tangkapan terus mengalami penurunan, dan nilai terendah dicapai pada musim peralihan I. Menginjak musim timur, hasil tangkapan mengalami kenaikan lagi dan kembali mencapai puncaknya pada musim peralihan II Daerah penangkapan (fishing ground) kapal purse seine Pekalongan Wilayah operasi purse seine Pekalongan relatif jauh dibandingkan dengan purse seine yang ada di wilayah pantai utara Jawa lainnya. Saat ini kapal purse seine yang sebelumnya berbasis di Pekalongan dan melakukan penangkapan ikan

54 di perairan Laut Jawa dan sekitarnya telah melakukan ekspansi ke perairan Selat Makasar, Laut Cina Selatan dan Natuna. Berdasarkan hasil penelitian, kapal purse seine yang berbasis di Pekalongan umumnya melakukan penangkapan di perairan sekitar Utara Tegal dan Pekalongan, perairan Kepulauan Karimunjawa, perairan sekitar Pulau Bawean, perairan Kep. Masalembo, perairan P. Matasiri, perairan Pulau Kangean, perairan sekitar P. Pejantan, Natuna, Midai, Tarempa, Tambelan (Laut Cina Selatan) dan perairan Lumu-Lumu, Lari-Larian, Kota Baru (Selat Makasar). Pada musim barat walaupun keadaan cuaca dan gelombang sangat tidak menguntungkan, banyak nelayan yang mengarahkan haluannya menuju ke perairan Selat Makasar (54,47%) demikian juga pada musim peralihan I terkonsentrasi di Selat Makasar (23,53%). Sementara pada musim timur, para nelayan banyak menangkap ikan sampai perairan Laut Cina Selatan (25,34%). Selanjutnya pada musim peralihan II banyak nelayan menuju ke perairan sekitar Kepulauan Masalima (44,21%) (Gambar 10). Pada umumnya, nelayan pukat cincin (purse seine) di Tegal, Pekalongan dan Juwana telah melakukan penentuan daerah penangkapan berpedoman pada siklus pergerakan ikan pelagis berdasarkan musim dan ukuran ikan. Sesuai dengan sifat umum nahkoda kapal dimana serial pengalaman telah membentuk pengetahuan mengenai fenomena alam (perubahan kondisi lingkungan, ruaya, musim) terhadap daerah penangkapan yang dianggap potensial untuk memberikan peluang mendapatkan hasil tangkapan yang cukup besar pada masa-masa tertentu, demikian pula perubahan komposisi jenis ikan menurut daerah penangkapan (Atmaja dan Nugroho 2003).

55 Persentase (%) A B C D E F G H A B C D E F G H A B C D E F G H A B C D E Barat Peralihan I Timur Peralihan II F G H Gambar 10 Distribusi kapal purse seine Pekalongan pada musim dan daerah penangkapan, tahun Keterangan : A : perairan di sekitar utara Tegal dan Pekalongan B : perairan di sekitar Kep. Karimunjawa C : perairan di sekitar Pulau Bawean D : perairan di sekitar Kepulauan Masalembo E : perairan di sekitar Masalima F : perairan di sekitar Selat Makasar G : perairan di sekitar Pulau Kangean H : perairan di sekitar Laut Cina Selatan Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa daerah penangkapan purse seine yang berbasis Pekalongan belum banyak berubah seperti estimasi yang dikemukakan oleh Nugroho (2004) (Tabel 4 dan Lampiran 3).

56 Tabel 4 Estimasi posisi geografis daerah penangkapan armada purse seine Pekalongan Wilayah Penangkapan Estimasi Posisi Geografis Utara Tegal- Pekalongan 108 o 30' 00" o 00' 00" BT 5 o 30' 00"- 6 o 30' 00" Kep. Karimunjawa 110 o 00' 00" o 00' 00" BT 4 o 30' 00"- 6 o 00' 00" P. Bawean 112 o 00' 00" o 00' 00" BT 4 o 30' 00"- 6 o 30' 00" P. Masalembo 114 o 00' 00" o 30' 00" BT 4 o 00' 00"- 6 o 00' 00" P. Matasiri 115 o 30' 00" o 00' 00" BT 4 o 30' 00"- 5 o 30' 00" P. Lumu-Lumu 116 o 30' 00" o 30' 00" BT 3 o 00' 00"- 4 o 30' 00" P. Kangean 114 o 30' 00" o 30' 00" BT 7 o 00' 00"- 5 o 30' 00" Sumber : Nugroho (2004) Kegiatan operasi kapal purse seine yang berbasis di Pekalongan berlangsung sepanjang tahun. Berdasarkan data periode tahun , terlihat bahwa intensitas kegiatan operasi penangkapan pada musim barat (Desember- Februari) relatif tinggi. Pada tahun 2002 dan 2003 konsentrasi kapal purse seine terpusat di daerah perairan Masalima pada musim peralihan II. Selanjutnya tahun 2004, konsentrasi terpusat di perairan Selat Makasar pada musim barat dan Masalima pada musim peralihan II. Sedangkan pada tahun 2005, konsentrasi berpindah ke daerah perairan Masalembo dan Selat Makasar pada musim barat dan pada musim peralihan I dan musim timur terpusat di perairan Bawean, Masalembo dan Masalima, Selat Makasar dan Laut Cina Selatan, pada musim peralihan II di perairan Masalima, Selat Makasar dan Kangean. Pada tahun 2006, konsentrasi terpusat di perairan Selat Makasar pada musim barat, perairan Bawean pada musim timur dan perairan Kangean pada musim peralihan II. Sedangkan tahun 2007, konsentrasi kapal terpusat di perairan Selat Makasar pada musim barat dan peralihan II serta di perairan sekitar Kangean pada musim peralihan II. Peta lokasi daerah penangkapan ikan (fishing ground) kapal purse seine Pekalongan tiap musim dan tiap tahun dapat dilihat pada Gambar 11 Gambar 35. Sedangkan persentase konsentrasi kapal purse seine Pekalongan menurut daerah penangkapan tiap musim dapat dilihat pada Gambar 36.

57 LCS 0.0 P. KALIMANTAN Lintang S.Karimata S. Makassar 6.0 LAUT JAWA Utara Tegal Karimunjawa Bawean Masalembu Kangean Masalima P. JAWA Bujur Timur Gambar 11 Lokasi daerah penangkapan ikan (fishing ground) kapal purse seine Pekalongan tahun

58 MUSIM BARAT 0.0 P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to to to to to 300 Lintang LAUT JAWA 6.0 P. JAWA Bujur Timur Gambar 12 Sebaran daerah penangkapan pada musim barat tahun P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to to to to to 300 Lintang LAUT JAWA 6.0 P. JAWA Bujur Timur Gambar 13 Sebaran daerah penangkapan pada musim barat tahun P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to to to to to 300 Lintang LAUT JAWA 6.0 P. JAWA Bujur Timur Gambar 14 Sebaran daerah penangkapan pada musim barat tahun 2004.

59 0.0 P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to to to to to 300 Lintang LAUT JAWA 6.0 P. JAWA Bujur Timur Gambar 15 Sebaran daerah penangkapan pada musim barat tahun P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to to to to to 300 Lintang LAUT JAWA 6.0 P. JAWA Bujur Timur Gambar 16 Sebaran daerah penangkapan pada musim barat tahun P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to to to to to 300 Lintang LAUT JAWA 6.0 P. JAWA Bujur Timur Gambar 17 Sebaran daerah penangkapan pada musim barat tahun 2007.

60 MUSIM PERALIHAN I 0.0 P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to to to to to 300 Lintang LAUT JAWA 6.0 P. JAWA Bujur Timur Gambar 18 Sebaran daerah penangkapan pada musim peralihan I tahun P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to to to to to 300 Lintang LAUT JAWA 6.0 P. JAWA Bujur Timur Gambar 19 Sebaran daerah penangkapan pada musim peralihan I tahun P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to to to to to 300 Lintang LAUT JAWA 6.0 P. JAWA Bujur Timur Gambar 20 Sebaran daerah penangkapan pada musim peralihan I tahun 2004.

61 0.0 P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to to to to to 300 Lintang LAUT JAWA 6.0 P. JAWA Bujur Timur Gambar 21 Sebaran daerah penangkapan pada musim peralihan I tahun P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to to to to to 300 Lintang LAUT JAWA 6.0 P. JAWA Bujur Timur Gambar 22 Sebaran daerah penangkapan pada musim peralihan I tahun P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to to to to to 300 Lintang LAUT JAWA 6.0 P. JAWA Bujur Timur Gambar 23 Sebaran daerah penangkapan pada musim peralihan I tahun 2007.

62 MUSIM TIMUR 0.0 P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to to to to to 300 Lintang LAUT JAWA 6.0 P. JAWA Bujur Timur Gambar 24 Sebaran daerah penangkapan pada musim timur tahun P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to to to to to 300 Lintang LAUT JAWA 6.0 P. JAWA Bujur Timur Gambar 25 Sebaran daerah penangkapan pada musim timur tahun P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to to to to to 300 Lintang LAUT JAWA 6.0 P. JAWA Bujur Timur Gambar 26 Sebaran daerah penangkapan pada musim timur tahun 2004.

63 0.0 P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to to to to to 300 Lintang LAUT JAWA 6.0 P. JAWA Bujur Timur Gambar 27 Sebaran daerah penangkapan pada musim timur tahun P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to to to to to 300 Lintang LAUT JAWA 6.0 P. JAWA Bujur Timur Gambar 28 Sebaran daerah penangkapan pada musim timur tahun P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to to to to to 300 Lintang LAUT JAWA 6.0 P. JAWA Bujur Timur Gambar 29 Sebaran daerah penangkapan pada musim timur tahun 2007.

64 MUSIM PERALIHAN II 0.0 P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to to to to to 300 Lintang LAUT JAWA 6.0 P. JAWA Bujur Timur Gambar 30 Sebaran daerah penangkapan pada musim peralihan II tahun P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to to to to to 300 Lintang LAUT JAWA 6.0 P. JAWA Bujur Timur Gambar 31 Sebaran daerah penangkapan pada musim peralihan II tahun P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to to to to to 300 Lintang LAUT JAWA 6.0 P. JAWA Bujur Timur Gambar 32 Sebaran daerah penangkapan pada musim peralihan II tahun 2004.

65 0.0 P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to to to to to 300 Lintang LAUT JAWA 6.0 P. JAWA Bujur Timur Gambar 33 Sebaran daerah penangkapan pada musim peralihan II tahun P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to to to to to 300 Lintang LAUT JAWA 6.0 P. JAWA Bujur Timur Gambar 34 Sebaran daerah penangkapan pada musim peralihan II tahun P. KALIMANTAN Jumlah Kapal/Tahun 1 to to to to to 300 Lintang LAUT JAWA 6.0 P. JAWA Bujur Timur Gambar 35 Sebaran daerah penangkapan pada musim peralihan II tahun 2007.

66 Musim barat Persentase (%) Persentase (%) Musim peralihan I Musim timur Persentase (%) Musim peralihan II Persentase (%) Ut. Tegal Karimunjaw a Baw ean Masalembu Masalima Mks Kangean LCS Gambar 36 Persentase konsentrasi kapal purse seine Pekalongan menurut daerah penangkapan pada musim barat, peralihan I, timur dan peralihan II.

67 Komposisi hasil tangkapan kapal purse seine Pekalongan Laut Jawa memiliki komoditas sumber daya ikan pelagis kecil yang potensial. Enam dari 16 jenis ikan yang tertangkap merupakan hasil utama tangkapan purse seine (BRPL 2004). Jenis yang paling dominan adalah ikan layang (52%), yang terdiri atas 2 spesies yaitu ikan layang pipih (Decapterus ruselli) dan ikan layang bulat (D. macrosoma). Menyusul ikan siro (Amblygaster sirm), ikan bentong (Selar crumenophthalmus), ikan banyar (Rastrelliger kanagurta) dan tembang/jui (Sardinella spp.). Jenis ikan tongkol (Auxis thazard pelagis besar) 5 %; dan jenis-jenis ikan lain 6% (Gambar 37). Tongkol 5% Jui 4% Tenggiri 0% Teros 2% Ayam2 an 4% Lain-lain 6% Banyar 7% Bentong 8% Siro 12% Bawal 0% Layang 52% Gambar 37 Komposisi hasil tangkapan purse seine Pekalongan tahun Selanjutnya komposisi hasil tangkapan purse seine Pekalongan antar tahun dapat dilihat pada Gambar 38. Dari gambar tersebut nampak bahwa setiap tahun ikan layang selalu mendominasi hasil tangkapan purse seine Pekalongan. Sementara itu, hasil tangkapan purse seine terbesar terjadi pada tahun 2004 yang mana pada tahun tersebut konsentrasi kapal purse seine terpusat di perairan Selat Makasar pada musim barat dan Masalima pada musim peralihan II. Sedangkan hasil tangkapan terkecil terjadi pada tahun 2002, konsentrasi kapal purse seine terpusat di perairan Masalima.

68 60000 Hasil Tangkapan (Ton) Lain-lain Banyar Bentong Bawal Layang Siro Jui Tongkol Tenggiri Teros Ayam2 an Gambar 38 Komposisi hasil tangkapan purse seine Pekalongan antar tahun ( ) Komposisi hasil tangkapan purse seine menurut daerah penangkapan (fishing ground) berbeda-beda. Dari Gambar 39 nampak bahwa hasil tangkapan ikan layang selalu mendominasi di tiap daerah penangkapan. Di perairan Selat Makasar, selain ikan layang, hasil tangkapan lainnya yang dominan adalah ikan siro, bentong dan banyar. Adanya fluktuasi hasil tangkapan ini dimungkinkan sehubungan dengan adanya perubahan musim. Perubahan kondisi lingkungan mempengaruhi beberapa jenis ikan tertentu untuk melakukan ruaya, misalnya layang (Decapterus spp) dan banyar (Rastrelliger kanagurta) yang beruaya mengikuti perubahan salinitas sehingga ikan tersebut selalu beruaya musiman Hasil tangkapan (ton) Utara Tegal Karimunjawa Bawean Masalembo Masalima Makasar Kangean LCS Banyar Bentong Bawal Layang Siro Tongkol Tenggiri Campur Teros Ayam2 an Gambar 39 Komposisi hasil tangkapan berdasarkan daerah penangkapan (fishing ground).

69 Berdasarkan ukuran kapal (gross tonnage, GT), jumlah hasil tangkapan purse seine yang terbesar pada kelompok kapal berukuran GT (95.564,11 ton) dan hasil tangkapan terendah pada kelompok kapal ukuran >30 GT (1828,40 ton) (Gambar 40). Hal ini menunjukkan bahwa kapal purse seine berukuran GT lebih banyak melakukan operasi penangkapan dibandingkan dengan ukuran kapal lainnya, sehingga hasil tangkapan yang diperoleh pun juga lebih banyak. Hasil tangkapan (ton) >130 GT Banyar Bentong Bawal Layang Siro Jui Tongkol Tenggiri Campur Teros Ayam2 an Gambar 40 Komposisi hasil tangkapan berdasarkan gross tonnage (GT) kapal purse seine Pekalongan tahun Musim penangkapan ikan Daerah penangkapan ikan purse seine Pekalongan berubah baik secara spasial maupun temporal. Perubahan daerah penangkapan ikan secara spasial didasarkan atas perubahan lokasi penangkapan ikan yang potensial terhadap suatu jenis ikan target penangkapan. Sedangkan perubahan daerah penangkapan ikan secara temporal didasarkan pada bulan-bulan dimana banyak tertangkap ikan-ikan target penangkapan. Faktor utama yang mempengaruhi berubahnya daerah penangkapan ikan baik secara spasial maupun temporal adalah ruaya ikan (baik untuk kepentingan makan, pembesaran, proses reproduksi, berubahnya lingkungan perairan dan lain-lain) serta kondisi lingkungan perairan.

70 Ikan layang (Decapterus spp.) Musim penangkapan ikan yang didasarkan pada nilai Indek musim penangkapan ikan (IMP) menunjukkan bahwa musim ikan layang terjadi sekitar pada bulan Mei sampai dengan September dan November sampai Desember dimana nilai IMP-nya berkisar diatas 100 % (Gambar 41). Indek musim penangkapan tertinggi terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar 162,68 %. Sedangkan indek musim penangkapan ikan terendah terjadi pada bulan Maret yaitu sebesar 45,92%. Meskipun pada bulan November dan Desember nilai indeknya sudah diatas 100%, namun pada bulan Oktober nilai indeknya turun lagi dibawah 100%, selanjutnya nilai indek pada bulan Mei sudah diatas 100%. Indeks Musim Indek musim normal Des Feb Apr Jun Agt Okt Bulan Gambar 41 Nilai indek musim penangkapan (IMP) ikan layang (Decapterus spp.) hasil tangkapan kapal purse seine Pekalongan tahun Ikan siro (Amblygaster sirm) Hasil perhitungan IMP menunjukkan bahwa antara bulan Desember Maret dan November mempunyai nilai IMP diatas 100%. Sedangkan antara bulan April - Oktober nilai IMP-nya dibawah 100% (Gambar 42). Bulan Desember - Maret merupakan musim penangkapan ikan siro yang baik di Laut Jawa dan sekitarnya. Sedangkan bulan April Oktober adalah bulan yang kurang baik bagi penangkapan ikan siro. Puncak musim penangkapan ikan siro berdasarkan perhitungan nilai IMP terjadi pada bulan Desember (288,74%). Bulan September merupakan musim paceklik bagi penangkapan ikan siro.

71 Indeks Musim Indek musim normal Des Feb Apr Jun Ags Okt Bulan Gambar 42 Nilai indek musim penangkapan (IMP) ikan siro (Amblygaster sirm) hasil tangkapan kapal purse seine Pekalongan tahun Ikan selar bentong (Selar crumenophthalmus) Hasil perhitungan IMP menunjukkan bahwa antara bulan Maret - Juni dan bulan Desember mempunyai nilai IMP diatas 100. Sedangkan antara bulan Juli - Oktober nilai IMP-nya dibawah 100 (Gambar 43). Bulan Maret - Juni dan bulan Desember merupakan musim penangkapan ikan selar bentong (Selar crumenophthalmus) yang baik di Laut Jawa dan sekitarnya. Sedangkan bulan Juli Oktober adalah bulan yang kurang baik bagi penangkapan ikan selar bentong. Puncak musim penangkapan ikan selar bentong berdasarkan perhitungan nilai IMP terjadi pada bulan Desember (133,63%). Bulan Oktober merupakan musim paceklik bagi penangkapan ikan selar bentong. Indeks Musim Indek musim normal Des Feb Apr Jun Ags Okt Bulan Gambar 43 Nilai indek musim penangkapan (IMP) selar bentong (Selar crumenophthalmus) hasil tangkapan kapal purse seine Pekalongan tahun

72 Ikan kembung banyar (Rastrelliger kanagurta) Hasil perhitungan IMP menunjukkan bahwa antara bulan Juli - Oktober mempunyai nilai IMP diatas 100%. Sedangkan antara bulan Januari- Mei nilai IMP-nya dibawah 100% (Gambar 44). Bulan Juli-Oktober merupakan musim penangkapan ikan kembung banyar (Rastrelliger kanagurta) yang baik di Laut Jawa dan sekitarnya. Sedangkan bulan Januari Mei adalah bulan yang kurang baik bagi penangkapan ikan kembung banyar. Puncak musim penangkapan ikan kembung banyar berdasarkan perhitungan nilai IMP terjadi pada bulan September (146,97%). Bulan Mei merupakan musim paceklik bagi penangkapan ikan kembung banyar. Indek Musim Indek musim normal Des Feb Apr Jun Ags Okt Bulan Gambar 44 Nilai indek musim penangkapan (IMP) ikan kembung banyar (Rastrelliger kanagurta) hasil tangkapan kapal purse seine Pekalongan tahun Ikan tembang/juwi (Sardinella spp.) Hasil perhitungan IMP menunjukkan bahwa antara bulan Juni-Juli dan September-November mempunyai nilai IMP diatas 100%. Sedangkan antara bulan Desember-Mei, bulan Agustus nilai IMP-nya dibawah 100% (Gambar 45). Bulan Juni-Juli dan September-November merupakan musim penangkapan ikan tembang/juwi (Sardinella spp.) yang baik di Laut Jawa dan sekitarnya. Sedangkan bulan Desember Mei dan bulan Agustus adalah bulan yang kurang baik bagi penangkapan ikan tembang/juwi. Puncak musim penangkapan ikan tembang/juwi berdasarkan perhitungan nilai IMP terjadi pada bulan Juni (156,77%). Bulan Maret merupakan musim paceklik bagi penangkapan ikan tembang / juwi.

73 Indeks Musim Indek musim normal Des Feb Apr Jun Ags Okt Bulan Gambar 45 Nilai indek musim penangkapan (IMP) ikan tembang/juwi (Sardinella spp.) hasil tangkapan kapal purse seine Pekalongan tahun Pembahasan Hasil tangkapan purse seine Pekalongan selama periode berfluktuasi baik bulanan maupun tahunan. Perubahan hasil tangkapan bulanan, diduga disebabkan oleh peningkatan jumlah upaya penangkapan dan perubahan pola musim. Peningkatan dan penurunan hasil tangkapan berkorelasi dengan peningkatan dan penurunan jumlah upaya penangkapan (Gambar 46). Peningkatan hasil tangkapan selama bulan Juli-Oktober yang diikuti oleh peningkatan jumlah upaya (kapal purse seine) yang beroperasi dan penurunan hasil tangkapan dari bulan Oktober Maret disebabkan yang diikuti oleh adanya penurunan jumlah upaya (kapal purse seine) yang beroperasi membuktikan fenomena tersebut. Respon nelayan purse seine terhadap kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dengan cara menurunkan jumlah upaya penangkapan ikan dan memperbanyak hari operasi di laut, diduga telah menyebakan penurunan jumlah upaya penangkapan. Strategi ini dimaksudkan untuk menghemat biaya transportasi dari dan ke daerah penangkapan (fishing ground), karena biaya operasi penangkapan purse seine sebagian besar berupa bahan bakar (solar) mencapai sekitar 45%nya dari total biaya operasional. Perubahan pola penangkaan ini juga telah mengakibatkan perubahan hasil tangkapan yang didaratkan.

74 Hasil tangkapan (ton) Hasil tangkapan Upaya Jumlah upaya (unit kapal) Gambar 46 Perkembangan hasil tangkapan dan jumlah upaya (kapal purse seine Pekalongan) tahun Sedangkan perubahan hasil tangkapan tahunan diduga disebabkan oleh perubahan kelimpahan sumberdaya ikan yang ada di laut. Seperti terlihat di Gambar 46 hasil tangkapan tertinggi dicapai pada tahun 2004, hal ini disebabkan adanya peningkatan jumlah upaya (kapal purse seine) yang beroperasi. Apabila kita lihat daerah penangkapannya (fishing ground) pada tahun tersebut kapal purse seine Pekalongan banyak terkonsentrasi di sekitar perairan Selat Makasar dan pada musim peralihan II terkonsentrasi di sekitar perairan Masalima. Sebaliknya penurunan hasil tangkapan disebabkan adanya penurunan jumlah upaya (kapal purse seine) yang beroperasi. Disamping itu juga disebabkan oleh berubahnya komposisi hasil tangkapan. Sesuai dengan pendapat Atmaja et al.(1986) yang menyatakan bahwa ikan layang mendominasi hasil tangkapan purse seine di Laut Jawa, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun komposisi hasil tangkapan antar tahun berubah, ikan layang masih mendominasi hasil tangkapan antar tahun. Kelimpahan ikan menjadi kunci terhadap kegiatan penangkapan ikan. Bila dalam operasi penangkapan hasil tangkapan yang diperoleh kurang memadai, maka nelayan tidak akan melaut untuk beberapa waktu sampai datang musim ikan. Berdasarkan hasil penelitian ini, ditunjukkan bahwa kelimpahan ikan (CPUE) ikan tahunan tertinggi dicapai pada tahun 2003 (Gambar 47), sedangkan jumlah upaya dan hasil tangkapan tertinggi pada tahun 2004 (Gambar 46).

75 Apabila kita lihat nilai CPUE bulanan, nilai CPUE tertinggi dicapai pada bulan Agustus (36,34 ton/unit). Tingginya nilai kelimpahan (CPUE) tersebut akan mendorong nelayan untuk melaut, sehingga pada bulan tersebut merupakan puncak musim penangkapan ikan di Laut Jawa dan sekitarnya. Hasil tangkapan (ton) CPUE (ton/unit kapal) Hasil tangkapan CPUE Gambar 47 Perkembangan hasil tangkapan purse seine dengan CPUE ikan yang tertangkap di Laut Jawa tahun Berubahnya hasil tangkapan ikan, telah mendorong untuk berkembangnya daerah penangkapan ikan. Hal ini tidak hanya dari semakin bertambah luasnya daerah penangkapan yang diikuti pula dengan perjalanan mencari gerombolan ikan, tetapi juga menambah jumlah hari operasi penangkapan. Sesuai dengan pendapat Atmaja et al.(1986), lama operasi kapal purse seine di laut mengalami perubahan dari rata-rata 4,2 hari pada tahun 1976 menjadi rata-rata 11,2 hari pada tahun 1984, atau terjadi kenaikan sebesar 167%. Bahkan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, kapal purse seine Pekalongan mempunyai lama operasi di laut rata-rata 73 hari per trip. Selain dari sisi area dan strategi penangkapan, juga terjadi perluasan waktu operasi penangkapan ikan. Berdasarkan hasil penelitian ini, pada musim barat (walaupun keadaan cuaca dan gelombang sangat tidak menguntungkan) dan musim peralihan I banyak nelayan yang melakukan penangkapan ikan dan mengarahkan haluannya menuju ke perairan Selat Makasar. Hal ini menurut Sadhotomo (1998) diduga karena secara umum ikan besar cenderung berasosiasi

76 dengan sub area Matasiri dan Selat Makasar (Lumu-lumu) pada periode akhir musim timur (November Desember) dan awal musim barat (Januari- Maret). Sementara pada musim timur, para nelayan banyak menangkap ikan sampai perairan Laut Cina Selatan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sadhotomo (1995), yang menyatakan bahwa setiap tahun selama musim peralihan I sampai dengan musim timur (bulan Maret sampai dengan Juli) sejumlah kapal purse seine ukuran besar dari Pekalongan melakukan penangkapan ikan pelagis kecil di Laut Cina Selatan. Selanjutnya pada musim peralihan II banyak nelayan menuju ke perairan sekitar Kepulauan Masalima. Fakta lain dari hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengoperasian kapal purse seine di Laut Jawa tidak lagi ditentukan oleh musim penangkapan, hal ini didasarkan pada fakta masih beroperasinya kapal-kapal purse seine di tiap daerah penangkapan (fishing ground) pada setiap musim. Selanjutnya, berdasarkan nilai indek musim penangkapan (IMP), dapat diketahui bahwa puncak musim penangkapan ikan berbeda-beda. Puncak musim penangkaan layang (Decapterus spp.) terjadi pada bulan Agustus (musim timur). Musim penangkapan ikan siro (Amblygaster sirm) dan selar bentong (Selar crumenophthalmus) terjadi pada bulan Desember (musim barat), sedangkan musim penangkapan ikan kembung banyar (Rastrelliger kanagurta) pada bulan September (musim peralihan II) dan ikan tembang/juwi (Sardinella spp.) pada bulan Juni (musim timur). Perubahan musim penangkapan ikan tersebut telah mendorong terhadap berubahnya daerah penangkapan ikan. Saat musim barat dimana banyak kapal terkonsentrasi di perairan Selat Makasar (Gambar 10) terjadi puncak musim ikan siro dan bentong. Pada musim timur, dimana kapal purse seine Pekalongan banyak beroperasi di sekitar perairan Laut Cina Selatan, Masalima, Selat Makasar dan Bawean terjadi musim ikan layang dan tembang/juwi. Perubahan musim penangkapan ikan tersebut, diduga berkaitan dengan sistem musim di Laut Jawa. Wyrtki (1961) menyatakan bahwa pada musim timur di sekitar Laut Banda dan Selat Makasar terjadi up-welling sehingga daerah sekitarnya menjadi subur. Kesuburan perairan tersebut terbawa arus ke Laut Jawa mengakibatkan Laut Jawa selama dan sesudah musim timur menjadi subur.

77 Sedangkan pada musim peralihan II banyak kapal purse seine terkonsentrasi di sekitar perairan Masalima dan terjadi puncak musim ikan kembung banyar. Pada musim timur (Juni-Agustus) arus permukaan di Laut Jawa menuju ke arah barat dan massa air tersebut membawa salinitas yang berkadar tinggi (32%o- 33,75%o). Massa air bersalinitas tinggi yang berasal dari Laut Flores tersebut memasuki Laut Jawa, dengan membawa ikan layang yang bersifat stenohaline. Pada tahap awal, ikan layang dari Laut Flores yang masih kecil mengikuti arus sampai Pulau Bawean, sehingga pada bulan Juni-September ikan layang dewasa banyak tertangkap di Laut Jawa (Hardenberg 1937, diacu dalam Wiyono 2001). Apabila kita lihat dari nilai indek musim penangkapan ikan layang bulan Juni (103,57%) dan nilai CPUE triwulannya (17,69 ton/unit) maka pada bulan Juni khususnya dan musim timur umumnya secara relatif cukup baik untuk penangkapan ikan layang. Kelayakan penangkapan itu juga didukung dengan adanya pola musim yang memungkinkan ikan layang hidup dan berkembang di Laut Jawa dan sekitarnya, sehingga hasil tangkapan ikan layang menguntungkan. Setelah berakhirnya musim timur, datang musim peralihan II (dari musim timur ke musim barat) pada bulan September-November. Arus permukaan di Laut Jawa pada musim ini tidak menentu, sedangkan salinitas rata-ratanya masih tinggi (34%o). Diduga pengaruh musim timur masih nyata pada awal musim peralihan ini sehingga hasil tangkapan ikan masih sangat tinggi. Keberhasilan hasil tangkapan ikan layang sampai akhir musim peralihan ini karena nutrien yang disuplai dari Laut Banda dan Selat Makasar telah menyuburkan Laut Jawa dan menjadikan plankton yang merupakan makanan pokok ikan layang hidup dengan subur. Apabila dilihat dari perubahan salinitas yang tidak begitu jauh, diduga ikan layang masih mampu mempertahankan aktivitas dan metabolismenya sehingga tidak perlu mengadakan ruaya ke tempat lain. Diduga hal inilah yang menyebabkan banyak kapal purse seine Pekalongan beroperasi di sekitar perairan Masalima pada musim peralihan II (Gambar 10). Nilai CPUE bulanan terendah dicapai pada bulan Februari-Maret (Gambar 9) atau tepatnya pada akhir musim barat dan awal musim peralihan I. Fenomena ini membawa dampak pada sedikitnya armada purse seine yang beroperasi di Laut Jawa, yang ditunjukkan dengan rendahnya nilai IMP pada bulan-bulan tersebut.

78 Waktu luang tersebut dimanfaatkan oleh nelayan untuk memperbaiki kapal maupun jaringnya. Bulan Februari merupakan akhir dari musim barat, dan bulan Maret-April adalah musim peralihan dari musim barat menuju musim timur. Asikin (1971) menyatakan bahwa sebelum musim barat tiba terjadi perubahan pola arus di Laut Jawa, yang membawa dampak menurunnya kadar salinitas Laut Jawa dan pada akhirnya mempersempit daerah penyebaran ikan layang, sehingga kelimpahan ikan layang menjadi turun. Lebih lanjut dikatakan bahwa pada bulan Februari- Maret di Laut Jawa kosong akan ikan layang, karena salinitas permukaan turun oleh desakan air yang berasal dari arah barat yang membawa kadar salinitas rendah. Pada musim barat di Laut Jawa bagian barat berlangsung musim hujan sehingga desakan massa air dari sungai di Sumatera dan air hujan mengakibatkan rendahnya salinitas di perairan tersebut. Diduga hal inilah yang menyebabkan banyak kapal purse seine Pekalongan yang beroperasi di Selat Makasar pada musim barat (Gambar 10). Pada akhir musim barat sampai musim peralihan I, arah arus tidak menentu dan salinitas permukaan semakin rendah yaitu sekitar 31,25-32 %o. Ikan layang mulai meninggalkan Laut Jawa dan mencari tempat lain yang kondisi lingkungannya sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Sebagai konsekuensinya, hasil tangkapan ikan layang pada akhir musim barat sampai musim peralihan I rendah.

79 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1) Perikanan purse seine Pekalongan sangat dinamis, dimana hasil tangkapan, jumlah upaya penangkapan ikan dan CPUE selama 6 tahun ( ) mengalami perubahan. 2) Daerah penangkapan ikan kapal purse seine Pekalongan berubah baik secara musiman maupun tahunan. 3) Berdasarkan nilai indek musim penangkapan (IMP), puncak musim penangkapan ikan layang (Decapterus spp.) terjadi pada bulan Agustus, ikan siro (Amblygaster sirm) dan selar bentong (Selar crumenophthalmus) pada bulan Desember, ikan kembung banyar (Rastrelliger kanagurta) pada bulan September dan ikan tembang/juwi (Sardinella spp.) pada bulan Juni. 5.2 Saran Dengan adanya pergeseran dan dinamika daerah penangkapan (fishing ground) maka pengaturan atau manajemen penambahan alat tangkap sebaiknya didasarkan pada daerah penangkapan dan musim penangkapan ikan. Manajemen perikanan tidak didasarkan pada periode waktu tahunan, tetapi berbasis pada periode musiman.

80 DAFTAR PUSTAKA Asikin D Sinopsis Biologi Ikan Layang (Decapterus spp.). Lembaga Penelitian Perikanan Laut. Jakarta : Atmadja SB dan Sadhotomo B Aspek Operasional Pukat Cincin Di Laut Jawa. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta. (32) : Atmadja SB, Suwarso dan Nurhakim S Hasil tangkapan Pukat Cincin Menurut Musim dan Daerah Penangkapan Di Laut Jawa. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta. (36) : Atmadja SB dan Nugroho D Pendugaan Hasil Tangkapan Lestari ikan Pelagis Di Laut Jawa dan Sekitarnya : Setelah Penggunaan Lampu Sorot Sebagai Taktik Penangkapan Pukat Cincin. Di dalam: Indrajaya, Deddy Setiapermana, Lukman, editor. Prosiding Hasil-hasil Riset. Jakarta, 4-5 Feb Jakarta: Pusat Riset Perikanan Tangkap, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan. halaman Atmadja SB Dinamika perikanan purse seine di Laut Jawa dan sekitarnya. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Baskoro MS Metode Penangkapan Ikan. Diktat Pengajaran Kuliah Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 54 halaman. Baskoro M, Ronny I. Wahyu, Arief Effendi Migrasi dan Distribusi Ikan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 22 halaman. Burhanuddin Evaluasi tentang Potensi dan Usaha Pengelolaan Sumberdaya Ikan Layang. Jakarta: Lembaga Oseanologi Nasional Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 56 halaman. Brandt A Von Fish Catching Methods of The World. 3 rd Warwickshire:Avon Litho Ltd.,Stratford-Upon-avon. 418 pp. Edition. [BRPL] Balai Riset Perikanan Laut Musim Penangkapan Ikan di Indonesia. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 116 halaman. Charles AT Sustainable Fishery System. London:Blakcwell Science Ltd., 370 pp Dajan A Pengantar Metode Statistika Jilid I. LP3ES. Jakarta. 424 halaman.

81 [Ditjen] Direktorat Jenderal Perikanan Petunjuk Dasar Purse Seine dan Lampara Dasar. Departemen Pertanian. Jakarta. 24 halaman. [Ditjen] Direktorat Jenderal Perikanan Buku Pedoman Pengenalan Sumberdaya Perikanan Laut. Bagian I: Jenis-jenis Ikan Ekonomis Penting. Departemen Pertanian. Jakarta. 170 halaman. Fauzi A, Anna S Pemodelan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan untuk Analisis Kebijakan. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. halaman 43. Fischer W., P.J. Whitehead (eds) FAO Species Identification Sheets for Fishery Purposes. Eastern Indian Ocean and Western Central Pasific. FAO-UN. Rome. Gunarso W Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Alat, Metode dan Taktik Penangkapan. Diktat Kuliah (tidak dipublikasikan). Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.149 halaman. Hela I, T Laevastu Fisheries Hydrography. Fishing News (Books) Ltd. London. 137p. Hela I, T Laevastu Fisheries Oceanography. Fishing News (Books) Ltd. London. 223p. Hilborn R, Walters C.J Quantitative Fisheries Stock Assessment: Choice, Dynamics and Uncertainty. New York: Chapman and Hall, 570 pp.. Laevastu, Hayes Fisheries Oceanology and Ecology Fishery News Books. Ltd Farham Surrey England. 197p. Nontji A Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.368 halaman. Nugroho D Kajian stok ikan pelagis Laut Jawa berdasarkan deteksi akustik kelautan. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Nybakken Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. Alih Bahasa H.M. Eidman, Koesbiono, D.G.Bengen, M. Hutomo dan S. Sukardjo. PT. Gramedia. Jakarta. 459 halaman. Nurhakim S, Boely T and Potier M Study on Big Purse Seiners Fishery in The Java Sea (I. The main pelagic species caught). Jurnal Penelitian Perikanan Laut. BPPL. Jakarta. (39):1-9 [PPN Pekalongan] Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan Statistik Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan Tahun Satuan Pengawas Perikanan PPN Pekalongan - Direktorat Jenderal Perikanan. Pekalongan.

82 Potier, M, B. Sadhotomo Exploitation of the Large and Medium Seiners Fisheries. In : Potier and Nurhakim (Eds).: Biology, Dinamic and Exploitation (BIODYNEX). AARD/ORSTOM. P Potier M, Petitgas P, Petit D Interaction between fish and fishing vessels in the Javanese purse seine Fishery. Aquat. Living Resour. 10, Saanin Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid I dan II. Bandung: Bina Cipta. 508 halaman. Sadhotomo B, Nurhakim S, Atmaja SB Perkembangan komposisi hasil tangkapan dan laju tangkap pukat cincin di Laut Jawa. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. BPPL. Jakarta (35) : Sadhotomo B Bioècologie des principales espèces pèlagiques exploitèes en mer de Java. Phd Thesis. Universitè de Monpellier II. Salas, S, D.Gaertner The behavioral dynamics of fishes:management implications. Fish Fish., 5, Sparre, Venema Introduction to tropical fish stock assessment. Part 1. Manual. FAO Fisheries Technical Paper No. 306/1.Rev.2.438p Subani W, HR. Barus Alat Penangkap Ikan dan Udang Laut di Indonesia (Fishing Gears for Marine Fish and Shrimp in Indonesia) No. 50. Tahun 1988/1989. Edisi Khusus. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan Laut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. 248 halaman. Ulrich C, Andersen B.Solgaard Dynamics of fisheries, and the flexibility of vessel activity in Denmark between 1989 and ICES Journal of Marine Science, 61 : Widodo Population Dynamics and Management of Ikan Layang, Scad mackerel, Decapterus spp. (Pisces Carangidae) in the Java Sea. [dissertation]. University of Washington, Seattle. Widodo J, Suadi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 252 halaman. Wiyono ES Studi tentang pengaruh pola musim dan perubahan teknologi penangkapan ikan terhadap hasil tangkapan ikan layang (Decapterus spp.) di perairan Laut Jawa. [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Wiyono ES Optimasi manajemen perikanan skala kecil di Teluk Pelabuhan Ratu. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

83 Wiyono ES Dynamics of fishing gear allocation by fishermen in small scale coastal fisheries of Pelabuhanratu Bay, Indonesia. Fisheries Management and Ecology. Volume 13. Issue 3 : Wiyono ES Dinamika harian hasil tangkapan rajungan (Portunus pelagicus) kaitannya dengan fase bulan di perairan Bondet, Cirebon. Buletin Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Volume XVI. No. 1, halaman Wyrtki K Physical Oceanography of the South east Asian Waters. Naga Report 2,

84 LAMPIRAN

85 LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil tangkapan utama perikanan purse seine Pekalongan (Sumber : Fishbase, 2009) Layang pipih (Decapterus ruselli) (Sumber : Fishbase, 2009) Layang bulat (Decapterus macrosoma) (Sumber : Fishbase, 2009) Banyar (Rastrelliger kanagurta)

86 (Sumber : Fishbase, 2009) Bentong (Selar crumenophthalmus ) (Sumber : Fishbase, 2009) Siro (Amblygaster sirm) (Sumber : Fishbase, 2009) Tembang (Sardinella spp.)

87 Lampiran 2 Lokasi penelitian 0-1 P. KALIMANTAN m -4 LINTANG -5 LAUT JAWA -6-7 PEKALONGAN BUJUR Keterangan : Pekalongan : Lokasi Penelitian

88 Lampiran 3 Estimasi posisi geografis daerah penangkapan armada purse seine Pekalongan 0.0 P. KALIMANTAN Lintang 6.0 LAUT JAWA 1 P. JAWA Keterangan : 4 Bujur Timur 1 Perairan Utara Tegal - Pekalongan 2 Perairan Kep. Karimunjawa 3 Perairan P. Bawean 4 Perairan P. Masalembo 5 Perairan P. Matasiri 6 Perairan P. Lumu-Lumu 7 Perairan P. Kangean 7 5 6

89 Lampiran 4 Foto contoh kapal purse seine Pekalongan dan anak buah kapal (ABK) sedang memperbaiki jaring

DINAMIKA PERIKANAN PURSE SEINE YANG BERBASIS DI PPN PEKALONGAN, JAWA TENGAH UMI CHODRIYAH

DINAMIKA PERIKANAN PURSE SEINE YANG BERBASIS DI PPN PEKALONGAN, JAWA TENGAH UMI CHODRIYAH DINAMIKA PERIKANAN PURSE SEINE YANG BERBASIS DI PPN PEKALONGAN, JAWA TENGAH UMI CHODRIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

Tabel 1 Contoh spesifikasi kapal purse seine Pekalongan No. Spesifikasi Dimensi

Tabel 1 Contoh spesifikasi kapal purse seine Pekalongan No. Spesifikasi Dimensi 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Perikanan purse seine Pekalongan 4.1.1.1 Kapal purse seine Pekalongan Secara umum armada penangkapan ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis 2.1.1. Klasifikasi Ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) (Gambar 1) merupakan salah satu ikan pelagis kecil yang sangat potensial

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Distribusi SPL secara Spasial dan Temporal Pola distribusi SPL sangat erat kaitannya dengan pola angin yang bertiup pada suatu daerah. Wilayah Indonesia sendiri dipengaruhi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kabupaten Pati 4.1.1 Kondisi geografi Kabupaten Pati dengan pusat pemerintahannya Kota Pati secara administratif berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Asikin D Sinopsis Biologi Ikan Layang (Decapterus spp.). Lembaga Penelitian Perikanan Laut. Jakarta : 3-27.

DAFTAR PUSTAKA. Asikin D Sinopsis Biologi Ikan Layang (Decapterus spp.). Lembaga Penelitian Perikanan Laut. Jakarta : 3-27. DAFTAR PUSTAKA Asikin D. 1971. Sinopsis Biologi Ikan Layang (Decapterus spp.). Lembaga Penelitian Perikanan Laut. Jakarta : 3-27. Atmadja SB dan Sadhotomo B. 1985. Aspek Operasional Pukat Cincin Di Laut

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PUNGUTAN HASIL PERIKANAN (PHP) : STUDI KASUS PERIKANAN PURSE SEINE PELAGIS KECIL DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PEKALONGAN

KEBIJAKAN PUNGUTAN HASIL PERIKANAN (PHP) : STUDI KASUS PERIKANAN PURSE SEINE PELAGIS KECIL DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PEKALONGAN KEBIJAKAN PUNGUTAN HASIL PERIKANAN (PHP) : STUDI KASUS PERIKANAN PURSE SEINE PELAGIS KECIL DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PEKALONGAN EDDY SOESANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA Pengamatan Aspek Operasional Penangkapan...di Selat Malaka (Yahya, Mohammad Fadli) PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA Mohammad Fadli Yahya Teknisi pada Balai

Lebih terperinci

Suwarso. Kata kunci: unit stok, Selat Makasar, layang, malalugis, pengelolaan, pelagis kecil

Suwarso. Kata kunci: unit stok, Selat Makasar, layang, malalugis, pengelolaan, pelagis kecil Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8 Keragaman jenis dan distribusi stok ikan layang (Decapterus spp.) di perairan Selat Makasar: Kajian terkait pengelolaan perikanan pelagis kecil berbasis stok dan habitat

Lebih terperinci

PERUBAHAN UPAYA DAN HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL DI SEKITAR LAUT JAWA: KAJIAN PASKA KOLAPS PERIKANAN PUKAT CINCIN BESAR

PERUBAHAN UPAYA DAN HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL DI SEKITAR LAUT JAWA: KAJIAN PASKA KOLAPS PERIKANAN PUKAT CINCIN BESAR Perubahan Upaya dan Hasil Tangkapan.. Perikanan Pukat Cincin Besar (Suwarso et al.) PERUBAHAN UPAYA DAN HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL DI SEKITAR LAUT JAWA: KAJIAN PASKA KOLAPS PERIKANAN PUKAT CINCIN

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Tembang Klasifikasi dan tata nama

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Tembang Klasifikasi dan tata nama 5 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Tembang 2.1.1. Klasifikasi dan tata nama Menurut www.fishbase.org (2009) taksonomi ikan tembang (Gambar 3) diklasifikasikan sebagai berikut : Filum : Chordata Subfilum :

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Lemuru Aspek biologi ikan lemuru

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Lemuru Aspek biologi ikan lemuru 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Lemuru 2.1.1 Aspek biologi ikan lemuru Ikan lemuru adalah ikan yang banyak ditemui di Perairan selat Bali. Ikan ini termasuk ikan pelagis kecil. Menurut Saanin, 1984, sistematika

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA Pengaruh Lampu terhadap Hasil Tangkapan... Pemalang dan Sekitarnya (Nurdin, E.) PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA Erfind Nurdin Peneliti

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. besar maupun sedikit. Di perairan Indo-Pasifik terdapat 3 spesies ikan Kembung

TINJAUAN PUSTAKA. besar maupun sedikit. Di perairan Indo-Pasifik terdapat 3 spesies ikan Kembung TINJAUAN PUSTAKA Ikan Kembung (Rastrelliger spp.) Ikan Kembung merupakan salah satu ikan pelagis yang sangat potensial di Indonesia dan hampir seluruh perairan Indonesia ikan ini tertangkap dalam jumlah

Lebih terperinci

Jaring Angkat

Jaring Angkat a. Jermal Jermal ialah perangkap yang terbuat dari jaring berbentuk kantong dan dipasang semi permanen, menantang atau berlawanlan dengan arus pasang surut. Beberapa jenis ikan, seperti beronang biasanya

Lebih terperinci

4 PERIKANAN PELAGIS KECIL YANG BERBASIS DI PANTAI UTARA JAWA

4 PERIKANAN PELAGIS KECIL YANG BERBASIS DI PANTAI UTARA JAWA 4 PERIKANAN PELAGIS KECIL YANG BERBASIS DI PANTAI UTARA JAWA 4.1 Pendahuluan 4.1.1 Latar belakang Potensi ikan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun, dimana sekitar 73,43 persen atau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Wilayah laut Indonesia kaya akan ikan, lagi pula sebagian besar merupakan dangkalan. Daerah dangkalan merupakan daerah yang kaya akan ikan sebab di daerah dangkalan sinar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Malaysia, ZEE Indonesia India, di sebalah barat berbatasan dengan Kab. Pidie-

PENDAHULUAN. Malaysia, ZEE Indonesia India, di sebalah barat berbatasan dengan Kab. Pidie- PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah Pengelolaan Perikanan 571 meliputi wilayah perairan Selat Malaka dan Laut Andaman. Secara administrasi WPP 571 di sebelah utara berbatasan dengan batas terluar ZEE Indonesia

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi SPL Dari pengamatan pola sebaran suhu permukaan laut di sepanjang perairan Selat Sunda yang di analisis dari data penginderaan jauh satelit modis terlihat ada pembagian

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYANG (Decapterus russelli) DAN IKAN BANYAR (Rastrelliger kanagurta) YANG DIDARATKAN DI REMBANG, JAWA TENGAH

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYANG (Decapterus russelli) DAN IKAN BANYAR (Rastrelliger kanagurta) YANG DIDARATKAN DI REMBANG, JAWA TENGAH ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYANG (Decapterus russelli) DAN IKAN BANYAR (Rastrelliger kanagurta) YANG DIDARATKAN DI REMBANG, JAWA TENGAH ABSTRAK Wiwiet An Pralampita dan Umi Chodriyah Peneliti pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI SUMBERDAYA PERIKANAN DI PERAIRAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS EKA SUPRIANI

KAJIAN EKONOMI SUMBERDAYA PERIKANAN DI PERAIRAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS EKA SUPRIANI KAJIAN EKONOMI SUMBERDAYA PERIKANAN DI PERAIRAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS EKA SUPRIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

Sp.) DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA

Sp.) DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA PENENTUAN MUSIM PENANGKAPAN IKAN LAYANG (Decapterus Sp.) DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA DETERMINATION OF FISHING CATCHING SEASON (Decapterus Sp.) IN EAST WATERS OF SOUTHEAST SULAWESI Eddy Hamka 1),

Lebih terperinci

ANTARA PERAIRAN SELAT MAKASAR DAN LAUT JAWA (110O-120O BT

ANTARA PERAIRAN SELAT MAKASAR DAN LAUT JAWA (110O-120O BT MODEL SPASIAL INFORMASI DAERAH PENANGKAPAN IKAN LAYANG (Decapterus spp) DI ANTARA PERAIRAN SELAT MAKASAR DAN LAUT JAWA (110 O -120 O BT 2 O 50-7 O 50 LS) ANDRIUS Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Deskripsi Umum Perikanan Layang (Decapterus spp)

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Deskripsi Umum Perikanan Layang (Decapterus spp) 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Umum Perikanan Layang (Decapterus spp) 2.1.1 Morfologi Ikan layang atau bahasa latinnya Decapterus spp atau bahasa Inggrisnya scads tergolong ke dalam kelompok ikan-ikan

Lebih terperinci

spesies yaitu ikan kembung lelaki atau banyar (Rastrelliger kanagurta) dan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)(sujastani 1974).

spesies yaitu ikan kembung lelaki atau banyar (Rastrelliger kanagurta) dan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)(sujastani 1974). 7 spesies yaitu ikan kembung lelaki atau banyar (Rastrelliger kanagurta) dan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)(sujastani 1974). Ikan kembung lelaki terdiri atas ikan-ikan jantan dan betina, dengan

Lebih terperinci

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Wilayah Sebaran Penangkapan Nelayan Labuan termasuk nelayan kecil yang masih melakukan penangkapan ikan khususnya ikan kuniran dengan cara tradisional dan sangat tergantung pada

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Unit Penangkapan Ikan

5 PEMBAHASAN 5.1 Unit Penangkapan Ikan 5 PEMBAHASAN 5.1 Unit Penangkapan Ikan Spesifikasi ketiga buah kapal purse seine mini yang digunakan dalam penelitian ini hampir sama antara satu dengan yang lainnya. Ukuran kapal tersebut dapat dikatakan

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA) Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 3, No. 2, November 2012 Hal: 135-140 PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA) Tuna Lingline Fisheries Productivity in Benoa

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

Menwut Direktorat Jenderal (Dirjen) Perikanan (1991), purse seine adalah

Menwut Direktorat Jenderal (Dirjen) Perikanan (1991), purse seine adalah TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Usaha Perikanan Purse seine Menwut Direktorat Jenderal (Dirjen) Perikanan (1991), purse seine adalah sejenis alat tangkap yang terdiri dari jaring yang membentang antara tali ris

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun memiliki hak yang sama untuk mengambil atau mengeksploitasi sumberdaya didalamnya. Nelayan menangkap

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perikanan purse seine di pantai utara Jawa merupakan salah satu usaha perikanan tangkap yang menjadi tulang punggung bagi masyarakat perikanan di Jawa Tengah, terutama

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penangkapan ikan merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan sejumlah hasil tangkapan, yaitu berbagai jenis ikan untuk memenuhi permintaan sebagai sumber

Lebih terperinci

BULETIN PSP ISSN: X Volume XIX No. 1 Edisi April 2011 Hal

BULETIN PSP ISSN: X Volume XIX No. 1 Edisi April 2011 Hal BULETIN PSP ISSN: 0251-286X Volume XIX No. 1 Edisi April 2011 Hal 105-113 ESTIMASI MUSIM PENANGKAPAN LAYANG (DECAPTERUS SPP) YANG DIDARATKAN DI PPN PEKALONGAN, JAWA TENGAH (Estimation Fishing Season of

Lebih terperinci

STRATEGI PENGELOLAAN PERIKANAN JARING ARAD YANG BERBASIS DI KOTA TEGAL BENI PRAMONO

STRATEGI PENGELOLAAN PERIKANAN JARING ARAD YANG BERBASIS DI KOTA TEGAL BENI PRAMONO STRATEGI PENGELOLAAN PERIKANAN JARING ARAD YANG BERBASIS DI KOTA TEGAL BENI PRAMONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRAK BENI PRAMONO. Strategi Pengelolaan Perikanan Jaring

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah laut Indonesia terdiri dari perairan teritorial seluas 0,3 juta km 2, perairan laut Nusantara seluas 2,8 juta km 2 dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas

Lebih terperinci

KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI

KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

Gambar 1. Diagram TS

Gambar 1. Diagram TS BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Massa Air 4.1.1 Diagram TS Massa Air di Selat Lombok diketahui berasal dari Samudra Pasifik. Hal ini dibuktikan dengan diagram TS di 5 titik stasiun

Lebih terperinci

PENDUGAAN MUSIM IKAN MALALUGIS BIRU (Decapterus macarellus) DI PERAIRAN SEKITAR LIKUPANG, SULAWESI UTARA.

PENDUGAAN MUSIM IKAN MALALUGIS BIRU (Decapterus macarellus) DI PERAIRAN SEKITAR LIKUPANG, SULAWESI UTARA. @2003 Alfret Luasunaung Posted 10 December 2003 Makalah falsafah Sains (PPs 702) Program Pasca Sarjana/S3 Institut Pertanian Bogor Desember 2003 Dosen: Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng (Penanggung Jawab)

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi dalam bidang menangkap meliputi pengumpulan hewan atau tanaman air yang hidup di laut atau perairan umum secara

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai September 2010. Pengambilan data lapangan dilakukan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara, sejak 21 Juli

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH Hidup ikan Dipengaruhi lingkungan suhu, salinitas, oksigen terlarut, klorofil, zat hara (nutrien)

Lebih terperinci

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang 4.1.1 Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang Produksi ikan terbang (IT) di daerah ini dihasilkan dari beberapa kabupaten yang

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemetaan Partisipatif Daerah Penangkapan Ikan kurisi dapat ditangkap dengan menggunakan alat tangkap cantrang dan jaring rampus. Kapal dengan alat tangkap cantrang memiliki

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Keadaan Umum Perairan Pantai Timur Sumatera Utara. Utara terdiri dari 7 Kabupaten/Kota, yaitu : Kabupaten Langkat, Kota Medan,

TINJAUAN PUSTAKA. Keadaan Umum Perairan Pantai Timur Sumatera Utara. Utara terdiri dari 7 Kabupaten/Kota, yaitu : Kabupaten Langkat, Kota Medan, 6 TINJAUAN PUSTAKA Keadaan Umum Perairan Pantai Timur Sumatera Utara Pantai Timur Sumatera Utara memiliki garis pantai sepanjang 545 km. Potensi lestari beberapa jenis ikan di Perairan Pantai Timur terdiri

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 44 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Selat Malaka Perairan Selat Malaka merupakan bagian dari Paparan Sunda yang relatif dangkal dan merupakan satu bagian dengan dataran utama Asia serta

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial

5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial 5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial Hasil pengamatan terhadap citra SPL diperoleh bahwa secara umum SPL yang terendah terjadi pada bulan September 2007 dan tertinggi pada bulan Mei

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMANFAATAN RUMPON DALAM OPERASI PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN MALUKU TENGGARA BENEDIKTUS JEUJANAN

EFEKTIVITAS PEMANFAATAN RUMPON DALAM OPERASI PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN MALUKU TENGGARA BENEDIKTUS JEUJANAN EFEKTIVITAS PEMANFAATAN RUMPON DALAM OPERASI PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN MALUKU TENGGARA BENEDIKTUS JEUJANAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis Klasifikasi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis Klasifikasi 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis 2.1.1. Klasifikasi Klasifikasi ikan tembang (Sardinella maderensis Lowe, 1838 in www.fishbase.com) adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Subfilum

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

2.2. Reaksi ikan terhadap cahaya

2.2. Reaksi ikan terhadap cahaya H. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bagan apung Bagan adalah alat tangkap yang menggunakan cahaya sebagai alat untuk menarik dan mengumpulkan ikan di daerah cakupan alat tangkap, sehingga memudahkan dalam proses

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan 5 TINJAUAN PUSTAKA Estuari Estuari merupakan suatu komponen ekosistem pesisir yang dikenal sangat produktif dan paling mudah terganggu oleh tekanan lingkungan yang diakibatkan kegiatan manusia maupun oleh

Lebih terperinci

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI 131 8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI 8.1 Pendahuluan Mewujudkan sosok perikanan tangkap yang mampu mempertahankan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Mentawai adalah kabupaten termuda di Propinsi Sumatera Barat yang dibentuk berdasarkan Undang-undang No.49 Tahun 1999. Kepulauan ini terdiri dari empat pulau

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 27 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengumpulan data dilaksanakan bulan Juli-September 2007 yaitu di Polewali, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN DAN KEUNTUNGAN USAHA PENANGKAPAN PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PEKALONGAN, JAWA TENGAH

ANALISIS KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN DAN KEUNTUNGAN USAHA PENANGKAPAN PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PEKALONGAN, JAWA TENGAH ANALISIS KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN DAN KEUNTUNGAN USAHA PENANGKAPAN PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PEKALONGAN, JAWA TENGAH Catch Composition and Profit Analysis of Purse Seiners in

Lebih terperinci

5 HASIL 5.1 Kandungan Klorofil-a di Perairan Sibolga

5 HASIL 5.1 Kandungan Klorofil-a di Perairan Sibolga 29 5 HASIL 5.1 Kandungan Klorofil-a di Perairan Sibolga Kandungan klorofil-a setiap bulannya pada tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Lampiran 3, konsentrasi klorofil-a di perairan berkisar 0,26 sampai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis Ikan pelagis adalah ikan yang hidupnya di dekat permukaan laut. Salah satu sifat ikan pelagis yang paling penting bagi pemanfaatan usaha perikanan yang komersil

Lebih terperinci

Keberadaan sumber daya ikan sangat tergantung pada faktor-faktor. yang sangat berfluktuasi dari tahun ke tahun. Kemungkinan ini disebabkan karena

Keberadaan sumber daya ikan sangat tergantung pada faktor-faktor. yang sangat berfluktuasi dari tahun ke tahun. Kemungkinan ini disebabkan karena 1.1. Latar Belakang Keberadaan sumber daya ikan sangat tergantung pada faktor-faktor lingkungan, sehingga kelimpahannya sangat berfluktuasi di suatu perairan. MacLennan dan Simmonds (1992), menyatakan

Lebih terperinci

Effectiveness of fishing gear of lemuru fish in Kotabaru District, South Kalimantan

Effectiveness of fishing gear of lemuru fish in Kotabaru District, South Kalimantan Efektivitas alat tangkap ikan lemuru di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan Effectiveness of fishing gear of lemuru fish in Kotabaru District, South Kalimantan Depik, 1(3): 131-135 Dulmi ad Iriana,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum aktivitas perikanan tangkap di Indonesia dilakukan secara open access. Kondisi ini memungkinkan nelayan dapat bebas melakukan aktivitas penangkapan tanpa batas

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis 1) Ikan cakalang ( Katsuwonus pelamis

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis 1) Ikan cakalang ( Katsuwonus pelamis 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis 1) Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) Deskripsi morfologi dan meristik cakalang dari berbagai samudera menunjukkan bahwa hanya ada satu spesies cakalang yang

Lebih terperinci

ABSTRACT. KAHARUDDIN SHOLEH. The Analysis of Ship Visits, Production and Fish Prices Relationship at Brondong Fishing Port. Under Supervision of EKO

ABSTRACT. KAHARUDDIN SHOLEH. The Analysis of Ship Visits, Production and Fish Prices Relationship at Brondong Fishing Port. Under Supervision of EKO ABSTRACT KAHARUDDIN SHOLEH. The Analysis of Ship Visits, Production and Fish Prices Relationship at Brondong Fishing Port. Under Supervision of EKO SRIWIYONO and SUGENG HARI WISUDO. As one of the factors

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELAUTAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KASTANA SAPANLI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KECIL HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN DAN BAGAN DI PERAIRAN BARAT SUMATERA

PERKEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KECIL HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN DAN BAGAN DI PERAIRAN BARAT SUMATERA Perkembangan Perikanan Pelagis Kecil.di Perairan Barat Sumatera (Hartati. T. et al.) PERKEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KECIL HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN DAN BAGAN DI PERAIRAN BARAT SUMATERA Tuti Hariati

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau

Lebih terperinci

Distribusi tertangkapnya ikan selar pada lembaran jaring soma darape di rumpon

Distribusi tertangkapnya ikan selar pada lembaran jaring soma darape di rumpon Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 2(Edisi Khusus): 1-5, Januari 2015 ISSN 2337-4306 Distribusi tertangkapnya ikan selar pada lembaran jaring soma darape di rumpon Distribution of caught trevally

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis 2.1.1. Klasifikasi Menurut klasifikasi Bleeker, sistematika ikan selanget (Gambar 1) adalah sebagai berikut (www.aseanbiodiversity.org) :

Lebih terperinci

KAJIAN PENGEMBANGAN PERIKANAN BAGAN PERAHU DI POLEWALI, KABUPATEN POLEWALI MANDAR, SULAWESI BARAT TAKRIL

KAJIAN PENGEMBANGAN PERIKANAN BAGAN PERAHU DI POLEWALI, KABUPATEN POLEWALI MANDAR, SULAWESI BARAT TAKRIL KAJIAN PENGEMBANGAN PERIKANAN BAGAN PERAHU DI POLEWALI, KABUPATEN POLEWALI MANDAR, SULAWESI BARAT TAKRIL SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 KAJIAN PENGEMBANGAN PERIKANAN BAGAN PERAHU

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan 6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan Daerah penangkapan ikan kakap (Lutjanus sp.) oleh nelayan di Kabupaten Kupang tersebar diberbagai lokasi jalur penangkapan.

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumberdaya Ikan Tembang Klasifikasi dan deskripsi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumberdaya Ikan Tembang Klasifikasi dan deskripsi 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumberdaya Ikan Tembang 2.1.1 Klasifikasi dan deskripsi Klasifikasi ikan Tembang (Gambar 1) menurut www.fishbase.org (2012) adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN. 6.1 Kondisi Selat Madura dan Perairan Sekitarnya

6 PEMBAHASAN. 6.1 Kondisi Selat Madura dan Perairan Sekitarnya 99 6 PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Selat Madura dan Perairan Sekitarnya Faktor kondisi perairan yang menjadi perhatian utama dalam penelitian tentang penentuan ZPPI dan kegiatan penangkapan ikan ini adalah SPL,

Lebih terperinci

Study Catches of Decpterus Fish (Decapterus Sp) With The Arrested Purse Seine in Samudera Fishing Port (Pps) Lampulo

Study Catches of Decpterus Fish (Decapterus Sp) With The Arrested Purse Seine in Samudera Fishing Port (Pps) Lampulo Studi Hasil Tangkapan Ikan Layang (Decapterus Sp) Dengan Alat Tangkap Pukat Cincin (Purse Seine) Yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera (Pps) Lampulo Study Catches of Decpterus Fish (Decapterus

Lebih terperinci

STUDI PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN SELAR KUNING

STUDI PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN SELAR KUNING STUDI PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN SELAR KUNING (Selaroides leptolepis Cuvier, 1833) DI PERAIRAN SELAT MALAKA KECAMATAN MEDAN BELAWAN PROVINSI SUMATERA UTARA JESSICA TAMBUN 130302053 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

7. PEMBAHASAN UMUM 7.1 Dinamika Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Kecil

7. PEMBAHASAN UMUM 7.1 Dinamika Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Kecil 7. PEMBAHASAN UMUM 7.1 Dinamika Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Kecil Terdapat 3 komponen utama dalam kegiatan penangkapan ikan, yaitu 1) teknologi (sumberdaya manusia dan armada), 2) sumberdaya ikan, 3)

Lebih terperinci

SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO

SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG

Lebih terperinci

KAJIAN PENGELOLAAN HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN PUKAT UDANG: STUDI KASUS DI LAUT ARAFURA PROVINSI PAPUA AZMAR MARPAUNG

KAJIAN PENGELOLAAN HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN PUKAT UDANG: STUDI KASUS DI LAUT ARAFURA PROVINSI PAPUA AZMAR MARPAUNG KAJIAN PENGELOLAAN HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN PUKAT UDANG: STUDI KASUS DI LAUT ARAFURA PROVINSI PAPUA AZMAR MARPAUNG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 KAJIAN PENGELOLAAN HASIL TANGKAPAN

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) merupakan pelabuhan perikanan tipe B atau kelas II. Pelabuhan ini dirancang untuk melayani kapal perikanan yang

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS UNIT PENANGKAPAN IKAN SKALA KECIL (KASUS PERIKANAN PELAGIS DI KABUPATEN BANGKA) AGUS SUPRIADI HIDAYAT

ANALISIS KAPASITAS UNIT PENANGKAPAN IKAN SKALA KECIL (KASUS PERIKANAN PELAGIS DI KABUPATEN BANGKA) AGUS SUPRIADI HIDAYAT ANALISIS KAPASITAS UNIT PENANGKAPAN IKAN SKALA KECIL (KASUS PERIKANAN PELAGIS DI KABUPATEN BANGKA) AGUS SUPRIADI HIDAYAT SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS Dengan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis 29 4 KEADAAN UMUM 4.1 Letak dan Kondisi Geografis Keadaan geografi Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten yang memiliki luas laut yang cukup besar. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar berada

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. sebaran dan kelimpahan sumberdaya perikanan di Selat Sunda ( Hendiarti et

2. TINJAUAN PUSTAKA. sebaran dan kelimpahan sumberdaya perikanan di Selat Sunda ( Hendiarti et 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi geografis lokasi penelitian Keadaan topografi perairan Selat Sunda secara umum merupakan perairan dangkal di bagian timur laut pada mulut selat, dan sangat dalam di mulut

Lebih terperinci

Pengumunan terkait revisi Dosen Pengampu dan Materi DPI

Pengumunan terkait revisi Dosen Pengampu dan Materi DPI Pengumunan terkait revisi Dosen Pengampu dan Materi DPI Dosen Pengampu: RIN, ASEP, DIAN, MUTA Revisi pada pertemuan ke 13-15 Sehubungan dgn MK Indraja yg dihapus. Terkait hal tersebut, silakan disesuaikan

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO Teknik Penangkapan Ikan Pelagis Besar... di Kwandang, Kabupaten Gorontalo (Rahmat, E.) TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem perikanan pantai di Indonesia merupakan salah satu bagian dari sistem perikanan secara umum yang berkontribusi cukup besar dalam produksi perikanan selain dari perikanan

Lebih terperinci

SELEKSI JENIS ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU DI SELAT BALI

SELEKSI JENIS ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU DI SELAT BALI BULETIN PSP ISSN: 0251-286X Volume 20. 1 Edisi Maret 2012 Hal. 89-102 SELEKSI JENIS ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU DI SELAT BALI Oleh: Himelda 1*, Eko Sri Wiyono

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

FENOMENA UPWELLING DAN KAITANNYA TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus Macrosoma) DI PERAIRAN TRENGGALEK

FENOMENA UPWELLING DAN KAITANNYA TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus Macrosoma) DI PERAIRAN TRENGGALEK FENOMENA UPWELLING DAN KAITANNYA TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus Macrosoma) DI PERAIRAN TRENGGALEK Indri Ika Widyastuti 1, Supriyatno Widagdo 2, Viv Djanat Prasita 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Alat ini umumnya digunakan untuk menangkap ikan menhaden (Brevoortia

TINJAUAN PUSTAKA. Alat ini umumnya digunakan untuk menangkap ikan menhaden (Brevoortia TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Perkembangan Purse Seine Purse seine pertama kali dipatenkan atas nama Barent Velder dari Bergent, Norwegia pada tanggal 12 Maret 1858. Tahun 1860 alat tangkap ini diperkenalkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan PENDAHULUAN Latar Belakang Kotamadya Medan merupakan salah satu daerah penghasil ikan di Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan penghasil ikan yang produktif di daerah ini ialah Kecamatan Medan Belawan. Kecamatan

Lebih terperinci

2.1. Ikan Kurau. Klasiflkasi ikan kurau (Eleutheronema tetradactylum) menurut. Saanin (1984) termasuk Phylum chordata, Class Actinopterygii, Genus

2.1. Ikan Kurau. Klasiflkasi ikan kurau (Eleutheronema tetradactylum) menurut. Saanin (1984) termasuk Phylum chordata, Class Actinopterygii, Genus 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Kurau Klasiflkasi ikan kurau (Eleutheronema tetradactylum) menurut Saanin (1984) termasuk Phylum chordata, Class Actinopterygii, Genus eleutheronema dan Species Eleutheronema

Lebih terperinci

MUHAMMAD SULAIMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

MUHAMMAD SULAIMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENDEKATAN AKUSTIK DALAM STUDI TINGKAH LAKU IKAN PADA PROSES PENANGKAPAN DENGAN ALAT BANTU CAHAYA (THE ACOUSTIC APPROACH TO FISH BEHAVIOUR STUDY IN CAPTURE PROCESS WITH LIGHT ATTRACTION) MUHAMMAD SULAIMAN

Lebih terperinci

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi 7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Teknologi penangkapan ikan pelagis yang digunakan oleh nelayan Sungsang saat ini adalah jaring insang hanyut, rawai hanyut

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK

PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK SINGGIH PRIHADI AJI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS Dengan

Lebih terperinci