Kata kunci : pecalang, keamanan, ketertiban, desa pakraman.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata kunci : pecalang, keamanan, ketertiban, desa pakraman."

Transkripsi

1 Peranan Pecalang dalam Menjaga Keamanan dan Ketertiban Desa Pakraman Di Desa Pakraman Kalubukbuk Oleh : I Putu Sutaryadi Sanjaya *1 dan Putu Agustana *2 Abstraksi Pembangunan di bidang keamanan bertujuan menjaga keutuhan wilayah kesatuan Republik Indonesia dari gangguan pihak luar maupun dari dalam serta menjaga hasil-hasil pembangunan. Keberadaan Pecalang dalam kehidupan Desa Pakraman di Bali sangat penting untuk menjaga keamanan,ketertiban dan rasa aman serta kesucian Tri Mandala Desa Adat Peran Pecalang dalam menjaga keamanan dan ketertiban Desa Pakraman meliputi: memberikan perlindungan dan pengamanan dalam hubungan pelaksanaan tugas adat dan agama, menjamin kesucian Tri Mandala Desa Adat. Dalam pelaksanaan perannya tersebut, Pecalang Desa Pakraman Kalibukbuk menemui berbagai hambatan seperti hambatan internal berupa kualitas dan kuantitas SDM Pecalang, kurangnya dana dan prasarana yang dimiliki Desa Pakraman Kalibukbuk untukmembiayai dan memudahkan tugas pecalang, serta rendahnya kesadaran krama desa untuk mengabdi (ngayah) menjadi Pecalang. Hambatan eksternalnya adalah tidak adanya wewenang yang dimilikui oleh pecalang untuk menindak krama yang melakukan pelanggaran. Solusi yang dilakukan untuk mengatasi berbagai hambatan tersebut adalah dengan sering mengikuti berbagai jenis pelatihan yang bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta keterampilan anggota pecalang. Ikut menjadi pengelola parkir kalau ada hajatan-hajatan besar di daerah Lovina untuk mendapatkan dana. Juga dengan selalu menggugah kesadaran krama untuk mau menjadi anggota pecalang. Selalu berkoordinasi dengan Desa Pakraman dan aparat keamanan untuk menangani pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh krama. Kata kunci : pecalang, keamanan, ketertiban, desa pakraman. * 1 Alumni Fisip Unipas. * 2 Staf Pengajar Fisip Universitas Panji Sakti 1. Pendahuluan Keamanan merupakan aspek yang sangat penting dan juga salah satu kebutuhan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan lahir batin, seperti pendapat Abraham H Maslow di dalarn bukunya Motivation and Personality yang dijelaskan sebagai motivasi ( Irawan, 2008 : 44) menggolongkan kebutuhan manusia menjadi lima tingkat kebutuhan ( Five hierrarchi of needs) yang salah satunya adalah kebutuhan keamanan, keselamatan, jaminan atau perlindungan dari ancaman yang membahayakan kehidupan dan segala aspeknya Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 7 No. 1- Pebruari

2 (Safety needs) antara lain kebutuhan akan keamanan jiwa, termasuk kemanan jiwa pada saat jam kerja. Kebutuhan keamanan barang milik pekerjaan pada jam kerja. Keberhasilan pembangunan di bidang keamanan merupakan kewajiban dan partisipasi seluruh komponen masyarakat baik di desa maupun di kota yang bisa kita lihat perwujudannya dalam bentuk atau wadah seperti Hansip, Siskamling, Kamra, Wanra, dan lain lain. Keamanan secara nasional. dapat terwujud apabila juga didukung oleh keamanan desa secara menyeluruh karena pembangunan keamanan desa merupakan basis dari pembangunan keamanan nasional, dan di Indonesia sebagian besar masyarakatnya tinggal di desa. Begitu pula desa di Bali pada umumnya dan desa di Buleleng pada khususnya juga ikut menunjang atau menjaga keamanan dengan membentuk satgas ( satuan tugas ) keamanan tradisional masyarakat yang mernpunyai wewenang untuk menjaga keamanan dan ketertiban wilayah baik ditingkat banjar adat ( banjar pakraman ) dan atau di wilayah Desa Adat ( Desa Pakraman ) yang disebut dengan nama Pacalang ( Perda Prop Bali No.3 Tahun 2001 ) Pacalang bertugas untuk menjaga keamanan, dan ketertiban wilayahnya secara operasionalnya ( mobilisasi ) di bawah pengendalian Prajuru Desa Pakraman. Desa Pakraman dan Pacalang di samping menjaga keamanan dan ketertiban Desa Pakraman juga wajib menjaga melaksanakan hasil Paruman Desa Pakraman juga memelihara dan melaksanakan Awig-awig yang merupakan aturan yang dibuat oleh krama Desa Pakraman yang dipakai sebagai pedoman dalam peiaksanaan Tri Hita Karana sesuai dengan desa mawacara dan dharma agama di Desa Pakraman masing-masing yang disusun dan disahkan oleh Sangkep Krama sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Awig-awig Desa Adat/ Desa Pakraman berpedoman pada Catur Drsta ( Empat ketentuan ) yakni : 1. Sastra Drsta adalah nilai-nilai dan norma-norma yang bersumber dari ajaran agama Hindu. Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 7 No. 1- Pebruari

3 2. Purwa Drsta adalah nilai-nilai dan norma-norma yang bersumber dari tradisi atau kebiasaan yang berlaku. 3. Loka Drsta adalah nilai-nilai dan norma-norma yang bersumber dari pandangan dan saran-saran krama. 4. Desa. Drsta adalah nilai-nilai dan norma-norma yang bersumber dan berlaku di Desa Adat bersangkutan. Jadi Awig-awig dapatlah disimpulkan sebagai sumber hukum yang dipergunakan oleh Desa Pakraman sebagai peraturan dan ketentuan dasar yang menjadi pedoman prilaku bagi seluruh krama yang berorientasi pada sumber ajaran etika dan susila agama Hindu dalam rangka menciplakan atau mewujudkan Tri Hita Karana. Konsep Tri Hita Karana adalah tiga penyebab kebahagiaan sebagai unsur mutlak keberadaan Desa Pakraman di Bali. Untuk menjaga dan terciptanya kesejahteraan maka Desa Pakraman memfungsikan Pacalang di dalam menjaga keamanan secara menyeluruh di desanya. Adapun penjabaran Konsepsi Tri Hita 'Karana yang menjadi tugas Desa Pakraman yang pelaksanaannya dilakukan oleh Prajuru Desa Pakraman dan dibantu oleh Pacalang, bahwa tugas dan fungsi Desa Pakraman adalah sebagai berikut : 1. Menggali mengayakan dan memelihara hubungan harmonis antara manusia dengan Hyang Widhi (Parahyangan ) yang diwujudkan dalam bentuk atau tugas: a. Meningkatkan mutu atau kesradhaan dan rasa bakti warga Desa Pakraman b. Mengkonsepsikan dan mengefektifkan pelaksanaan Panca yadnya. c. membangun dan memelihara Kahyangan Desa dalam arti luas. d. Membangun, memelihara dan mengatur penggunaan kuburan milik Desa pakraman e. Mengatur dan memelihara hubungan yang harmonis antara krama Desa Pakraman dengan umat non Hindu di dalam pelaksanaan upacara keagamaan Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 7 No. 1- Pebruari

4 2. Menggali, mengayakan dan memelihara hubungan yang harmonis antar sesama manusia (Pawongan) yang diwujudkan dalam bentuk kegiatan atau tugas : a. Menginternalisasi, mentranformasi dan mengaktualisasikan Dharma dalam kehidupan masyarakat adat sehingga tumbuh rasa aman, tertib, damai dan ada kepastian hukum. b. Memelihara dan meningkatkan hubungan yang harmonis antar sesama warga Desa Pakraman derigan cara suka duka dalam suasana nyama beraya alih dan gilig saguluk paras paros sarpanaya salunglung sabayantaka dalam bidang sosial, budaya, ekonomi. politik dan keamanan. c. Memelihara dan mengatur hubungan yang harmonis antar warga Desa Pakraman dengan umat Hindu yang tinggal di wilayah Desa Pakraman yang tidak menjadi Krama Desa Pakraman d. Memelihara dan meningkatkan hubungan.yang harnionis antar warga Desa Pakraman dengan umat non Hindu yang tinggal di wilayah Desa Pakraman e. Memelihara dan meningkatkan partisipasi warga Desa Pakraman di dalam pelaksanaan program pemerintah dalam pembangunan. 3. Menggali, mengayakan, dalam memelihara hubungan yang hharmonis antar manusia dengan alam sekitarnya ( Palemahan ) yang diwujudkan dalam bentuk kegiatan atau tugas : a. Mengatur, memelihara, memanfaatkan dan menjaga kepastian hukurn tentang Pelaba Desa Pakraman, karang desa dan harta kekayaan Desa Pakraman. b. Mengatur, memelihara, memanfaatkan dan rnenjaga kepastian hukum tentang badan usaha milik-milik Desa Pakraman seperti LPD dan badan usaha lainnya. c. Menggali, menerima, mengeluarkan mencatat dan mempertanggung jawabkan keuangan Desa Pakraman. Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 7 No. 1- Pebruari

5 d. Mengatur dan memelihara hubungan yang harmonis hak milik atas tanah dari kalangan non warga Desa Pakraman baik yang beragama Hindu maupun Non Hindu. Dari gambaran di atas dapat disimpulkan bahwa tugas dan fungsi Desa Pakraman sangat berat dan kompleks di sisi lain juga dihadapkan pada arus global dan benturan-benturan kepentingan, hingga dibutuhkan partisipasi seluruh komponen masyarakat agar pembangunan desa secara menyeluruh dapat tercapai. Ada beberapa prinsip menurut Agustoha ( 2005 : 22 ) yang dapat memandu pembangunan di wilayah pedesaan agar tidak melenceng dari arah semula yakni : 1. Pembangunan fisik desa didasarkan atas swadaya masyarakat. 2. Pembangunan pedesaan harus dan selalu berpegang pada semangat dan jiwa kekeluargaan. Secara implementatif pengejawantahannya dalam wujud musyawarah. 3. Pembangunan yang dilakukan bersifat; masal, padat. tenaga kerja. Pembangunan Desa adalah pembangunan yang dinamis dilaksanakan dan tanggung jawabnya ada pada warga di desa itu sendiri. Begitu pula masalah ketertiban, keamanan di desa dipercayakan kepada Pacalang untuk mengantisipasi hal-hal yang dapat mengganggu keamanan Desa Pakraman. Keberadaan Pacalang dan partisipasi seluruh masyarakat membawa dampak terhadap peningkatan stabilitas di bidang keamanan. Dari dampak positif tersebut dan hasilnya yang bisa dinikmati masyarakat sehingga desa-desa lain di Bali membentuk organisasi Pacalang di bawah Desa Pakraman. Gibson. Dkk ( 2007 : 4 ) menyatakan bahwa orang mendirikan organisasi karena alasan, bahwa organisasi dapat mencapai sesuatu yang tidak dapat dicapai secara perorangan. Jadi organisasi Pacalang dibentuk untuk mencapai tujuan khususnya di bidang keamanan. Menjadi anggota Pacalang diresmikan dengan upacara pemasupatian yang dilaksanakaii pada Pura Desa yang disaksikan oleh Prajuru Desa Pakraman maupun oleh masyarakat yang memberikan kondisi religius karena Pacalang akan melaksanakan aturan-aturan maupun Awig-awig Desa Pakraman. Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 7 No. 1- Pebruari

6 Berkaitan dengan latar belakang masalah yang peneliti kemukakan di atas maka dapat dikemukakan rumusan permasalahannya sebagai berikut : 1. Bagaimanakah peran Pacalang dalam menjaga keamanan dan ketertiban Desa pakraman di Desa Pakraman Kalibukbuk Kecamatan Buleleng kabupaten Buleleng? 2. Hambatan-hambatan apakah yang dihadapi oleh Pacalang dalam menjaga keamanan dan ketertiban Desa Pakraman di Desa Pakraman Kalibukbuk Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng? 3. Apakah solusi yang dilakukan oleh Pacalang dalam menghadapi hambatanhambatan yang ditemui dalam upaya menjaga keamanan dan ketertiban Desa Pakraman Kalibukbuk? 2. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Bungin (2012 : 32 ), penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis dan tingkah laku yang dpat diamati dari orang-orang yang diteliti. Sedangkan menurut Trianto (2009 : 179) penelitian kualitatif adalah penelitian yang percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya dngan situasi sosial mereka. Yang menjadi informan dalam penelitian ini terutama adalah Perbekel Desa Kalibukbuk beserta perangkatnya,klian Desa Pakraman Kalibukbuk,Ketua dan anggota Pacalang Desa Pakraman Kalibukbuk, tokoh masyarakat dan anggota masyarakat/krama desa Pakraman Kalibukbuk Informan tersebut ditunjuk secara purposive dengan mempertimbangkan pengetahuan mereka tentang masalah yang ditelaah. Hal pertama yang dilakukan sebelum memulai seluruh tahapan penelitian kualitatif adalah menetapkan research question atau fokus penelitian ( Hendarso, 2007 : 170). Menurut Moleong (2007),. Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah : Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 7 No. 1- Pebruari

7 1. Peran Pacalang dalam menjaga keamanan dan ketertiban Desa pakraman di Desa Pakraman Kalibukbuk, yang meliputi: - memberikan perlindungan dan pengamanan dalam hubungan pelaksanaan tugas adat dan keagamaan. - menjamin kesucian Tri Mandala Desa Adat. 2.Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Pacalang dalam menjaga keamanan dan ketertiban Desa Pakraman di Desa Pakraman Kalibukbuk, yang meliputi : - Hambatan internal - Hambatan Eksternal 3. Solusi dalam menghilangkan hambatan-hambatan tersebut, meliputi solusi internal dan solusi eksternal Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Pakraman Kalibukbuk Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng, dengan tujuan untuk mengetahui peran Pacalang dalam menjaga keamanan dan ketertiban Desa Pakraman. Selanjutnya proses pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan pemanfaatan dokumen. Analisis datanya menggunakan teori yang disampaikan oleh Milles dan Huberman yang dikutip oleh Sugiyono (2013), yakni analisis data yang menggunakan empat tahapan analisis data yaitu : pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, serta simpulan dan verifikasi. 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan 3.1 Peran Pecalang dalam menjaga keamanan dan ketertiban Desa Pakraman Keberadaan Pecalang dalam setiap Desa Pakraman di Bali mutlak diperlukan dalam upaya untuk tetap menjaga kelestarian dan keajegan konsep Tri Hita Karana ( Parhyangan, Pawongan dan Palemahan ). Untuk Desa Pakraman Kalibukbuk Pecalang dibentuk dan diresmikan oleh Kelian Desa Pakraman, I Gede Sarjana, pada saat upacara ( piodalan ) di Pura Desa ( Pura Bale Agung ) Desa Pakraman Kalibukbuk, dan dihadiri oleh seluruh krama desa Pakraman Kalibukbuk, pada 17 September Pada saat diresmikan, Pecalang Desa Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 7 No. 1- Pebruari

8 Pakraman Kalibukbuk beranggotakan 20 orang yang diketuai oleh Ketut Sutarwan. Kehadiran Pecalang dilandasi oleh adanya kenyataan bahwa manusia pada umumnya dibekali oleh dua sifat yang kontradiktif yakni sifat perilaku baik (subha karma ) dan sifat perilaku buruk ( asubha karma ). Karena itu di dalam menanggapi atau merespon lingkungan hidupnya, baik yang menyangkut Parhyangan, Pawongan maupun Palemahan, merupakan hasil pergumulan kedua sifat tersebut ( Rimbawa, 2001 : 2 ). Kondisi yang demikian itu menyebabkan dalam perjalanan hidup manusia baik scara individual maupun kelompok terjadi perilaku-perilaku menyimpang dari etika, yang tidak dibenarkan oleh agama, di samping perilaku benar yang sesuai dengan agama. Disinilah kehadiran seseorang atau sekelompok orang yang memainkan peran untuk mengontrol perilaku manusia ( krama ) yang menyimpang tersebut sangat penting dan strategis. Orang yang memiliki tugas dan fungsi demikian itu oleh masyarakat Bali dalam kehidupan Desa Pakraman dikenal dengan Pecalang. Dari hasil wawancara dengan para informan dapat dipahami bahwa pecalang memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keamanan dan ketetiban Desa Pakraman dalam kaitan dengan pelaksanaan upacara adat dan upacara keagamaan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Rimbawa (2001 ) dan Oka Supartha ( 2001 ) bahwa pecalang adalah seseorang ( krama desa Pakraman ) yang terpilih dn diberi tugas oleh Desa pakraman untuk menjaga ketertiban, keamanan, dan rasa aman, dan kesucian di Tri Mandala Desa Adat (Desa Pakraman ). Juga disampaikan oleh Gorda ( 2002 : 4 ), bahwa fungsi utama pecalang adalah menjamin ketertiban, keamanan, dan rasa aman serta kesucian di Tri Mandala Desa Adat merupakan Yajna paling utama. Berdasarkan keterangan dan informasi dari beberapa orang penglingsir ( orang tua ) dan sesepuh Desa Pakraman, dikatakan bahwa Pecalang itu berasal dari kata celang yang artinya amat tajam indriyanya, baik penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan maupun ketajaman analisis berpikirnya di dalam proses pengambilan keputusan. Dari sumber lain seperti yang dikemukakan Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 7 No. 1- Pebruari

9 dalam kamus Jawa Kuno Indonesia yang disusun oleh P.J.Zoetmulder, dapat ditemukan kata cala-cala yang artinya bergerak ( Rimbawa, 2001 ) Dari dua sumber tentang asal usul kata pecalang tersebut, maka dapat dikatakan bahwa seseorang yang terpilih sebagai pecalang harus memiliki mutu ketajaman panca indera seperti telah diuraikan di atas, dengan demikian diharapkan pecalang akan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya berdasarkan informasi, data dan fakta yang akurat yang berhasil dihimpun dan selanjutnya dianlisis secara tajam, kritis, dan jernih serta penuh kearifan, dan di dalam melaksanakan tugas dan fungsinya tersebut pecalang secara dinamis bergerak kesegala penjuru wilayah Desa Pakraman ( melanglang di nyatur palemahan Desa Pakraman ). Peran dan fungsi utama pecalang adalah menjamin ketertiban, keamanan dan rasa aman serta kesucian di Tri Mandala Desa Adat merupakan Yadnya paling utama. Dari peran tersebut dan dihubungkan dengan filsafat yang mebdasari keberadaan Desa Pakraman, yakni Tri Hita Karana, maka dapat diidentifikasi tiga sub peran dan fungsi dari pecalang adalah : 1. Menjamin ketertiban, keamanan dan rasa aman krama desa pakraman di dalam mewujudkan hubungan harmonis dengan Ida Sang Hyang Widhi ( fungsi Parhyangan ). Dalam hal ini pecalang bertugas untuk menjaga ketertiban dan keamanan krama desa pada saat melaksanakan upacara ( piodalan ) di Pura. Termasuk juga apabila piodalan tersebut banyak disaksikan oleh wisatawan. 2. Menjamin ketertiban, keamanan dan rasa aman krama desa pakraman di dalam mewujudkan hubungan harmonis dengan sesama manusia ( fungsi Pawongan ). 3. Menjamin ketertiban, keamanan dan rasa aman krama desa pakraman di dalam mewujudkan hubungan harmonis dengan alam sekitarnya ( fungsi palemahan ). Dalam hal ini pecalang bertugas untuk menjaga kelestarian alam yang ada di wilayahnya. Dari ketiga sub fungsi dan peran tersebut diharapkan masing-masing prajuru pecalang bersama-sama prajuru Desa Pakraman mengaktualisasikan fungsi dan peran pecalang tersebut, yang bermuara dari susila ( etika ) yang bersumber dari ajaran Agama Hindu, Awig-awig desa pakraman beserta Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 7 No. 1- Pebruari

10 pasuarannya, desa mawacara, dan untuk menjamin koordinasi kerja dengan aparat keamanan negara, dipandang perlu memperhatikan peraturan perundangundangan pemerintah yang berlaku ( Negara Mawatala ). Pecalang Desa Pakraman Kalibukbuk selain memang bertugas untuk menjaga keamanan dan ketertiban krama desa pakraman dalam melaksanakan berbagai aktivitas seperti ketika ada upacara keagamaan ( piodalan ) di Pura, upacara Ngaben di mana pecalang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban ketika para pelayat ( pengantar jenasah yang akan diaben ) harus melewati jalan raya menuju setra ( kuburan ) desa setempat. Sebagai desa pakraman yang wilayahnya ada di kawasan wisata atau objek wisata, pecalang Desa Pakraman Kalibukbuk juga memiliki tugas untuk menjaga keamanan para wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Pantai Lovina ( Pantai Binaria ), menjaga keamanan dan ketertiban ketika berlangsungnya atraksi wisata, seperti Lomba Joged Bumbung yang dulu pernah diadakan sebulan sekali, adanya pawai Ogoh-ogoh yang diselenggarakan pada malam pengerupukan yaitu sehari menjelang Hari Raya Nyepi ( di samping berkaitan dengan upacara agama, acara ini juga menjadi slah satu atraksi wisata yang banyak diminati dan disaksikan oleh wisatawan ). Di samping melaksanakan tugas menjaga memberi perlindungan dan pengamanan dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan adat dan keagamaan, sebagai bentuk kerjasama antara Desa Pakraman dan Desa Dinas, pecalang desa pakraman Kalibukbuk juga sering dimintai tolong untuk menjaga keamanan dan ketertiban suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh desa dinas. Misalnya ketika ada kegiatan Lovina Festival yang berlangsung di Pantai Binaria, antara bulan September sampai Oktober setiap tahunnya, pecalang Desa Pakraman Kalibukbuk juga dilibatkan untuk menjaga dan mengamankan pelaksanaan Lovina Festival tersebut. Selain itu, pecalang Desa Pakraman Kalibukbuk, baru-baru ini mendapat tugas dan peran yang cukup menyita perhatian, yakni ikut menjaga keamanan dan ketertiban penyelenggaraan Kejuaraan Bola Volley bertajuk LPD Kalibukbuk Cup VI 2016, yang berlangsung pada 26 Oktober 2016 sampai dengan 30 Nopember Kejuaraan yang memperebutkan hadial total Rp ,- tersebut Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 7 No. 1- Pebruari

11 diikuti oleh 32 tim Bola Volley yang ada di Kabupaten Buleleng. Karena pelaksanaan kejuaraan tersebut berlangsung pada malam hari dan ada pengerahan massa, maka tugas menjaga keamanan dan ketertiban kejuaraan tersebut melibatkan pecalang dan unsur dari aparat keamanan dalam hal ini Kepolisian. Dari hasil wawancara dengan beberapa informan yang berkaitan dengan tugas dan peran pecalang Desa Pakraman Kalibukbuk dalam menjaga keamanan dan ketertiban berbagai acara yang tidak berkaitan dengan upacara adat dan keagamaan, menunjukkan bahwa tugas dan peran pecalang sebenarnya cukup fleksibel. Dalam artian selama ada koordinasi yang baik, pecalang Desa Pakraman Kalibukbuk bisa saja dimintai bantuannya untuk menjaga keamanan dan ketertiban pelaksanaan kegiatan-kegiatan seperti contoh di atas. Ini menunjukkan bahwa selalu ada sinergi antara Desa Pakraman dengan Desa Dinas. Ini menunjukkan adanya sedikit pergeseran dari peran pecalang itu sendiri, dari yang semula hanya berperan dalam menjaga kemananan dan ketertiban desa Pakrmanan terutama yang ada kaitannya dengan kegiatan adat dan agama. Saat ini peran pecalang sudah lebih banyak dan lebih fleksibel, dimana atas koordinasi dengan desa dinas maupun dengan instansi lainnya, pecalang bisa berperan sebagai penjaga keamanan dan ketertiban dalam setiap kegiatan-kegiatan yang ada di desa, meskipun kegiatan tersebut tidak ada hubungannya dengan adat dan agama. Karena keterbatasan dana dan anggaran serta keterbatasan sumber daya manusia, Desa Pakraman Kalibukbuk, pada awalnya hanya memiliki pecalang yang berjumlah 20 orang. Bahkan seiring berjalannya waktu, karena berbagai hal, saat ini jumlah pecalang Desa Pakraman Kalibukbuk hanya tingal 13 orang. Peran pecalang selanjutnya adalah menjaga dan menjamin kesucian Tri Mandala Desa Adat. Yang termasuk ke dalam Tri Mandala Desa Adat adalah Utama Mandala, Madya Mandala dan Nista Mandala. Dalam konsep kesucian Pura, Nista Mandala disebut pula jaba sisi yakni areal parker, taman-taman bunga, dan kamar kecil. Madya Mandala disebut juga jaba tengah terdiri dari wantilan, bale kulkul, bale gong, dan dapur. Sedangkan Utama Mandala atau jeroan merupakan areal tersuci yang di dalamnya berisi bangunan-bangunan pelinggih Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 7 No. 1- Pebruari

12 tempat pemujaan, padmasana, meru, gedong bale piyasan, bale pawedan dan parum pelik. Dalam konsep Desa Adat atau Desa Pakraman, maka yang termasuk dalam Tri Mandala Desa Adat terdiri dari Utama Mandala merupakan areal suci dalam wilayah Desa Pakraman yakni wilayah atau areal Pura Kahyangan Tiga, yakni Pura Desa, Pura Puseh/Pura Segara, dan Pura Dalem. Madya Mandala merupakan areal pemukiman penduduk atau krama desa. Sedangkan Nista Mandala adalah areal paling teben yakni merupakan areal kuburan atau setra. Sehubungan dengan peran pecalang Desa Pakraman kalibukbuk dalam menjaga keamanan dan kesucian Tri Mandala Desa Adat, maka pecalang memiliki tugas untuk selalu menjaga keamanan pemukiman krama desa dan senantiasa menjaga keamanan dan kesucian areal tempat suci atau Pura. 3.2 Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Pecalang Desa Pakraman Kalibukbuk dalam menjaga keamanan dan ketertiban Desa Pakraman Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa seseorang yang terpilih sebagai pecalang harus memiliki mutu ketajaman panca indera yang tajam, dengan demikian diharapkan pecalang akan melaksanakan tugas dan tangungjawabnya berdasarkan informasi, data dan fakta yang akurat yang berhasil dihimpun dan selanjutnya dianlisis secara tajam, kritis, dan jernih serta penuh kearifan, dan didalam melaksanakan tugas dan perannya tersebut pecalang secara dinamis bergerak kesegala penjuru wilayah Desa Pakraman. Akan tetapi dalam kenyataannya, pecalang sangat sulit memenuhi kriteria dan melaksanakan tugas seperti yang telah disebutkan di atas. Adapun kendala atau hambatan internal yang dihadapi oleh pecalang Desa Adat Kalibukbuk untuk memenuhi harapan seperti di atas adalah sulitnya mendapatkan orang-orang yeng memiliki kualitas Sumberdaya Manusia ( SDM ) pada masyarakat pedesaan, yang sesuai dengan criteria pecalang tersebut, terutama sekali karena rendahnya pendidikan sebagian besar masyarakat pedesaan. Sesuai data yang ada, dari 13 orang pecalang Desa Pakraman Kalibukbuk, 7 orang berpendidikan SMA, 5 orang berpendidikan SMP Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 7 No. 1- Pebruari

13 dan seorang berpendidikan SD. Hal ini tentu berpengaruh tehadap kemampuan yang dimiliki oleh pecalang dalam melaksanakan peran dan fungsinya. Kurangnya dana dan prasarana yang dimiliki oleh Desa Pakraman untuk membiayai dan memudahkan tugas yang harus diemban oleh para pecalang juga menjadi hambatan internal bagi pecalang Desa Pakraman Kalibukbuk. Selama ini, Desa Pakraman Kalibukbuk hanya sanggup membiayai pecalang dalam hal kelengkapan pakaiannya saja, karena memang anggaran yang dimiliki oleh Desa Pakraman dalam membiayai pecalang tidak begitu besar. Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat ( krama ) desa pakraman untuk mengabdi ( ngayah ) kepada desanya dengan menjadi pecalang juga menjadi hambatan internal bagi pecalang Desa Pakraman Kalibukbuk dalam menjalankan peran dan fungsinya menjaga keamanan dan ketertiban wilayah Desa pakraman. Karena pekerjaan menjadi pecalang tidak mendapat gaji ( hanya luputan ). Akhirnya dalam pemilihan serta penunjukkan anggota pecalang terkesan asal mau dan bersedia. Selanjutnya faktor eksternal yang menjadi hambatan pecalang Desa Pakraman Kalibukbuk dalam menjaga keamanan dan ketertiban Desa Pakraman adalah tidak adanya kewenangan yang dimiliki oleh pecalang untuk menindak setiap pelanggaran yang dilakukan oleh krama desa atau orang dari luar desa yang membikin masalah di wilayah Desa Pakraman Kalibukbuk. Ketiadaan wewenang ini menjadi hambatan bagi pecalang dalam menjalankan perannya penjaga keamanan dan ketertiban Desa Pakraman. 3.3 Solusi dalam menghilangkan hambatan-hambatan yang dihadapi Pecalang dalam menjaga keamanan dan ketertiban Desa Pakraman Dari beberapa hambatan yang dihadapi oleh pecalang Desa Pakraman Kaibukbuk dalam menjalankan perannya menjaga keamanan dan ketertiban Desa Pakraman, maka beberapa solusi yang bisa dilakukan diantaranya adalah dengan menambah kemampuan keterampilan dalam mengendalikan serta menjaga keamanan dan ketertiban desa pakraman yang dimiliki oleh anggota pecalang. Dengan jumlah yang sangat terbatas serta kemampuan SDM terutama dari segi Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 7 No. 1- Pebruari

14 pendidikannya yang tergolong masih dirasa kurang, maka hanya dengan menambah kualitas dan kemampuan para anggota pecalang, hambatan tersebut bisa di atasi. Seperti diketahui, jumlah anggota pecalang Desa Pakraman Kalibukbuk yang hanya berjumlah 13 orang harus melayani masyarakat atau krama desa yang berjumlah 341 KK, adalah pekerjaan yang lumayan berat. Terkait dengan rendahnya kesadaran masyarakat untuk mau bergabung menjadi anggota pecalang serta mencegah jangan sampai ada lagi anggota pecalang yang berhenti atau mengundurkan diri, maka pecalang desa pakraman Kalibukbuk bersama dengan seluruh prajuru desa pakraman Kalibukbuk, dalam setiap kesempatan selalu berusaha memberikan sosialisasi kepada krama desa tentang bagaimana mulianya menjadi anggota pecalang. Karena dengan menjadi anggota pecalang, krama desa dapat mengabdikan dirinya atau ngayah untuk keamanan dan ketertiban desanya. Diharapkan dengan adanya pemahaman yang dimiliki oleh krama desa, nantinya akan timbul kesadaran dari krama desa itu sendiri terutama anak-anak mudanya untuk mau ngayah menjadi anggota pecalang. Sehingga kedepannya jumlah pecalang desa pakraman Kalibukbuk bisa bertambah jumlahnya. Terlebih jumlah krama desa yang dilayani oleh pecalang juga akan semakin bertambah. 4. Simpulan dan Saran Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Peran pecalang dalam menjaga keamanan dan ketertiban desa pakraman di desa pakraman Kalibukbuk adalah dengan memberikan perlindungan dan pengamanan dalam pelaksanaan upacara adat dan keagamaan. Seperti pengamanan saat ada piodalan di Pura, Pawai Ogoh-Ogoh saat malam pengerupukan, prosesi mengantar jenasah ke setra desa. Juga ikut menjaga keamanan dan ketertiban saat ada krama desa yang menyelenggarakan upacara adat. Selanjutnya pecalang desa pakraman Kalibukbuk, bekerja sama dengan aparat Kepolisian ikut dalam menjaga keamanan dan ketertiban acara-acara Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 7 No. 1- Pebruari

15 yang mendatngkan massa banyak seperti Lovina Festifal dan Kejuaraan Bola Volley LPD Cup. Pecalang desa Pakraman Kalibukbuk juga perperan dalam menjaga dan menjamin kesucian Tri Mandala Pura dan Tri Mandala Desa Adat. 2. Dalam menjalankan tugas dan perannya, pecalng desa pakraman Kalibukbuk menemui berbagai hambatan internal seperti kurangnya jumlah pecalang karena kurangnya kesadaran krama desa untuk mau ngayah dengan menjadi pecalang. Dana yang terbatas juga menjadi hambatan bagi pecalng desa pakraman Kalibukbuk dalam menjalankan tugas dan perannya menjaga keamanan dan ketertiban desa pakraman. Selanjutnya hambatan eksternal adalah tidak adanya kewenangan untuk menindak krama yang melakukan pelanggaran juga menjadi hambatan bagi pecalang dalm menjalankan perannya. 3. Solusi dalam menghadapi hambatan-hambatan tersebut diantaranya adalah dengan selalu berusaha meningkatkan pengetahuan dan kemampuan anggota pecalang dengan mengikuti pelatihan-pelatihan. Juga dengan selalu memberikan pemahaman kepada krama desa agar timbul kesadaran untuk ngayah kepada desanya dengan menjadi anggota pecalang. Minimnya dana yang dimiliki bisa diusahakan dengan selalu terlibat dalam pengelolaan parkir ketika ada acara-acara besar yang mendatangkan massa dalam jumlah banyak. Selanjutnya ada beberapa hal yang dapat disarankan melalui tulisan ini, yakni: 1. Pecalang harus senantiasa meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dirinya agar dapat berperan secara maksimal dalam menjaga keamanan dan ketertiban desa pakraman. Menjadi pecalang adalah pengabdian yang mulia kepada desa. 2. Hambatan apapun yang dihadapi, pecalang desa pakraman Kalibukbuk harus senantiasa mampu menunjukkan dirinya bahwa desa pakraman tidak salah memberikan tanggung jawab kepadanya untuk menjaga keamanan dan ketertiban desa pakraman. 3. Pemerintah daerah hendaknya lebih memperhatikan keberadaan pecalang karena memang sangat dibutuhkan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 7 No. 1- Pebruari

16 khususnya untuk menjaga keamanan dan ketertiban wilayah desa pakraman. Soaialisasi harus terus diberikan kepada masyarakat / krama agar bersedia secara sukarela mengadbikan diri dengan menjadi anggota pecalang. Daftar Pustaka Agustoha, Kuswata, 2005, Manajemen Pembangunan Desa, Pedoman Program Terpadu, Gafinder Utama : Jakarta Awig-Awig Desa Pakraman Kalibukbuk, 2003 Bungin,Burhan, 2012, Analisis Data Kualitatif : Pemahaman Filosofis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, Raja Grafindo Perkasa : Jakarta Gibson, James L., dkk, 2007, Manajemen, Erlangga : Jakarta. Gorda,I Gusti Ngurah, 2002, Kontribusi Pacalang dalam Keberdayaan Desa Adat di Propinsi Bali, Undiknas, Denpasar Hendarso, Emy Susanti Metode Penelitian Sosial, Berbagai Alternatif Pendekatan dalam Bagong Suyanto dan Sutinah (ed), Penelitian Kualitatif : Sebuah Pengantar, Kencana Prenada Media Group : Jakarta. Irawan, Prasetya dkk, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, STIA-LAN: Jakarta. Moleong,Lexy J Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Karya : Bandung Peraturan Daerah Propinsi Bali No. 3 Tahun 2001 Tentang Desa Pakraman. Rimbawa, Made, Peranan Pacalang Dalam Pengamanan dan Ketertiban Masyarakat Makalah, Singaraja. Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R&D, Alfabet : Bandung Trianto, 2009,Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Kencana : Jakarta Locus Majalah Ilmiah Fisip Vol 7 No. 1- Pebruari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I BALI, Menimbang : a. bahwa kepariwisataan

Lebih terperinci

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja Abstrak Program IPTEKSS bagi Masyrakat (IbM) di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG Ni Made Sri Windati Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar sriwindati95@gmail.com

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Lembaga Subak sebagai bagian dari budaya Bali merupakan organisasi

Lebih terperinci

Kata Kunci : pelayanan publik, kinerja pegawai, KTP elektronik

Kata Kunci : pelayanan publik, kinerja pegawai, KTP elektronik Kinerja Pegawai Dalam Pelayanan Pengurusan Ktp Elektronik Di Kantor Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng Oleh : Kadek Artini* 1 dan I Nyoman Mudarya* 2 Abstraksi Pegawai pemerintahan adalah aparat birokrasi

Lebih terperinci

PERAN LEMBAGA ADAT DALAM PENGELOLAAN WISATA BAHARI (Studi Kasus Di Pantai Pandawa Desa Adat Kutuh Badung-Bali)

PERAN LEMBAGA ADAT DALAM PENGELOLAAN WISATA BAHARI (Studi Kasus Di Pantai Pandawa Desa Adat Kutuh Badung-Bali) C 01 PERAN LEMBAGA ADAT DALAM PENGELOLAAN WISATA BAHARI (Studi Kasus Di Pantai Pandawa Desa Adat Kutuh Badung-Bali) Teuku Muhammad Shaleh Program Magister Manajemen Sumberdaya Pantai Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Kawasan Pura Agung Besakih

Lebih terperinci

Abstract. Balinese society are bound by two village system, they are village

Abstract. Balinese society are bound by two village system, they are village MENINGKATNYA INTENSITAS KONFLIK DESA PAKRAMAN DI BALI Anak Agung Istri Ngurah Dyah Prami Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana 1021005005 E-mail: dyahprami@yahoo.co.id

Lebih terperinci

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER Oleh : Drs. I Ketut Rindawan, SH.,MH. ketut.rindawan@gmail.com Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra Abstrak

Lebih terperinci

EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI

EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI Oleh : Agus Purbathin Hadi Yayasan Agribisnis/Pusat Pengembangan Masyarakat Agrikarya (PPMA) Kelembagaan Desa di Bali Bentuk Desa di Bali terutama

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP Simpulan

BAB VI PENUTUP Simpulan BAB VI PENUTUP 6.1. Simpulan Kajian tentang implementasi prinsip-prinsip university governance berlandaskan Tri Hita Karana di Universitas Mahasaraswati Denpasar menemukan: 6.1.1. Pelaksanaan Prinsip-Prinsip

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian sosial yang bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis penerapan prinsip-prinsip University Governance di Universitas

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG STANDARISASI PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG STANDARISASI PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG STANDARISASI PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK

KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK 1 KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK oleh Ni Putu Ika Nopitasari Suatra Putrawan Bagian Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Tri Hita Karana is a basic concept that have been

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, seluruh umat beragama memiliki hari suci. Makna hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu memperingati suatu kejadian yang sangat

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA Dalam mengemban amanat masyarakat desa, pemerintah desa melakukan upaya terencana dan terprogram yang tersusun dalam dokumen perencanaan desa baik RPJMD maupun

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Lembaga Perkreditan Desa diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Dalam pasal 3 Undang - undang Nomor 28 tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Dalam pasal 3 Undang - undang Nomor 28 tahun 1999 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Dalam pasal 3 Undang - undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari KKN, terdapat 7 (Tujuh) azas umum penyelenggaraan negara,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 PEMERINTAH KOTA DENPASAR KECAMATAN DENPASAR TIMUR JANUARI, 2015 KATA PENGANTAR Om Swastiastu, Tiada kata yang lebih nikmat dan bahagia selain

Lebih terperinci

PERANAN AWIG-AWIG DALAM MELESTARIKAN ADAT DAN BUDAYA DI BALI

PERANAN AWIG-AWIG DALAM MELESTARIKAN ADAT DAN BUDAYA DI BALI PERANAN AWIG-AWIG DALAM MELESTARIKAN ADAT DAN BUDAYA DI BALI Oleh : I Ketut Rindawan ketut.rindawan@gmail.com Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Dwijendra Abstrak Bali sebagai daerah pariwisata

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN HIBAH KEPADA DESA PAKRAMAN, SUBAK DAN SUBAK ABIAN PROVINSI

Lebih terperinci

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar KAJIAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM TRADISI NGAYAH DI TENGAH AKSI DAN INTERAKSI UMAT HINDU DI DESA ADAT ANGGUNGAN KELURAHAN LUKLUK KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut

Lebih terperinci

OLEH Dr. NI NYOMAN SUKERTI, SH.,MH. BAGIAN HUKUM & MASYARAKAT FAKULTAS HUKUM

OLEH Dr. NI NYOMAN SUKERTI, SH.,MH. BAGIAN HUKUM & MASYARAKAT FAKULTAS HUKUM OM SWASTI ASTU OLEH Dr. NI NYOMAN SUKERTI, SH.,MH. BAGIAN HUKUM & MASYARAKAT FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA BH Primer 1. Norma atau kaedah dasar yakni Pembukaan UUD 1945. 2. Peraturan dasar (BT UUD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia, Bali kaya akan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia, Bali kaya akan berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia, Bali kaya akan berbagai potensi daya tarik wisata, baik berupa daya tarik wisata alam, budaya maupun buatan.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK DALAM KERANGKA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEPENDUDUKAN (SIMDUK) DI KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN MENGGALI NILAI-NILAI DEMOKRASI LOKAL DAN PELEMBAGAAN PARTISIPASI PUBLIK DI BALI

LAPORAN PENELITIAN MENGGALI NILAI-NILAI DEMOKRASI LOKAL DAN PELEMBAGAAN PARTISIPASI PUBLIK DI BALI LAPORAN PENELITIAN MENGGALI NILAI-NILAI DEMOKRASI LOKAL DAN PELEMBAGAAN PARTISIPASI PUBLIK DI BALI TIM PENELITI: 1. Dewi Yuri Cahyani, S.Sos, M.Si. (Ketua) 2. Ni Made Ras Amanda, S.Sos, M.Si. 3. Kadek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Subak merupakan lembaga irigasi dan pertanian yang bercorak sosioreligius terutama bergerak dalam pengolahan air untuk produksi tanaman setahun khususnya padi berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

Lebih terperinci

KOORDINASI ANTARA DESA DINAS DAN DESA PAKRAMAN DALAM DINAMIKA PENANGANAN TERHADAP PENDUDUK PENDATANG DI BALI

KOORDINASI ANTARA DESA DINAS DAN DESA PAKRAMAN DALAM DINAMIKA PENANGANAN TERHADAP PENDUDUK PENDATANG DI BALI KOORDINASI ANTARA DESA DINAS DAN DESA PAKRAMAN DALAM DINAMIKA PENANGANAN TERHADAP PENDUDUK PENDATANG DI BALI Oleh: A.A Gede Raka Putra Adnyana I Nyoman Bagiastra Bagian Hukum Dan Masyarakat ABSTRACT The

Lebih terperinci

Bali. Pola Tata Ruang Tradisional

Bali. Pola Tata Ruang Tradisional Bali Pola Tata Ruang Tradisional Konsep Sanga Mandala Konsep Tri Angga pada lingkungan Konsep Tri Angga pada Rumah Tata Ruang Rumah Tinggal Konsep tata ruang tradisional Pola tata ruang tradisional Bali

Lebih terperinci

PENEGAKAN AWIG-AWIG LARANGAN BERBURU BURUNG DI DESA PAKRAMAN KAYUBIHI, KECAMATAN BANGLI, KABUPATEN BANGLI

PENEGAKAN AWIG-AWIG LARANGAN BERBURU BURUNG DI DESA PAKRAMAN KAYUBIHI, KECAMATAN BANGLI, KABUPATEN BANGLI PENEGAKAN AWIG-AWIG LARANGAN BERBURU BURUNG DI DESA PAKRAMAN KAYUBIHI, KECAMATAN BANGLI, KABUPATEN BANGLI Oleh : Pande Putu Indra Wirajaya I Gusti Agung Mas Rwa Jayantiari I Gusti Ngurah Dharma Laksana

Lebih terperinci

MAJELIS ADAT PEKRAMAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

MAJELIS ADAT PEKRAMAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016 MAJELIS ADAT PEKRAMAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016 Latar Belakang dan Asal-Usul Om Swastyastu, Keinginan kami sebagai penggagas berdirinya Majelis Adat Pekraman di wilayah Lampung, agar cita-cita luhur

Lebih terperinci

KEPUTUSAN RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG NOMOR : 2/KEP/R.ANGG/2013 TENTANG ANGGARAN RUMAH TANGGA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG

KEPUTUSAN RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG NOMOR : 2/KEP/R.ANGG/2013 TENTANG ANGGARAN RUMAH TANGGA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG KEPUTUSAN RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG NOMOR : 2/KEP/R.ANGG/2013 TENTANG ANGGARAN RUMAH TANGGA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG, Menimbang : a. Bahwa sadar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata dunia, salah satu tradisi yang menarik untuk dikupas lebih lanjut adalah

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata dunia, salah satu tradisi yang menarik untuk dikupas lebih lanjut adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali merupakan salah satu pulau yang dikenal dengan beragam tradisi yang dimilikinya. Hal tersebut menjadikan Bali memiliki daya tarik tersendiri di mata pariwisata

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Perumusan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran pembangunan daerah lima tahun kedepan yang dituangkan dalam RPJMD Semesta Berencana Kabupaten Badung Tahun 2016-2021

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai bagian dari Kebudayaan Indonesia yang bersifat Binneka Tunggal Ika (Berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai bagian dari Kebudayaan Indonesia yang bersifat Binneka Tunggal Ika (Berbedabeda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi yang cukup terkenal di Indonesia karena merupakan salah satu asset devisa Negara Indonesia yang cukup tinggi di bidang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 97 ayat (1) Peraturan

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN ADAT ISTIADAT DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA ADAT MELAYU BELITONG KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR (Analisis Pendidikan Agama Hindu) Oleh I Made Agus Sutrisna Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: pendidikan, Pasraman, pengetahuan, agama Hindu

ABSTRAK. Kata Kunci: pendidikan, Pasraman, pengetahuan, agama Hindu ABSTRAK Perancangan Pasraman Hindu di Buleleng merupakan suatu upaya dalam memberikan pembinaan serta pendidikan secara mental dan fisik baik jasmani maupun rohani kepada seluruh masyarakat Hindu, khususnya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN,PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN,PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN,PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR : 15 TAHUN 2006 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR Menimbang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM BIRO HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI BALI

GAMBARAN UMUM BIRO HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI BALI GAMBARAN UMUM BIRO HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI BALI A. Kondisi Pelayanan Biro Hukum dan HAM Setda Provinsi Bali saat ini Biro Hukum dan HAM Setda Provinsi Bali di dalam memberikan

Lebih terperinci

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR, Menimbang : a. bahwa Kota

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM PELESTARIAN BUDAYA DAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP (HERITAGE AND PROTECTION) BAGI KEPARIWISATAAN BUDAYA BALI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN PERORANGAN MODAL SOSIAL DAN PERUBAHAN SOSIAL: STUDI SOSIOLOGI TERHADAP KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT YOGYAKARTA DAN BALI

LAPORAN PENELITIAN PERORANGAN MODAL SOSIAL DAN PERUBAHAN SOSIAL: STUDI SOSIOLOGI TERHADAP KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT YOGYAKARTA DAN BALI LAPORAN PENELITIAN PERORANGAN MODAL SOSIAL DAN PERUBAHAN SOSIAL: STUDI SOSIOLOGI TERHADAP KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT YOGYAKARTA DAN BALI Ujianto Singgih Prayitno BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL PUSAT PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi petani tersebut berwatak sosio agraris religius. Subak sebagai lembaga sosial dapat dipandang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi tidak akan pernah bisa lepas dari adanya visual dan verbal. Visual ditandai dengan gambar, verbal ditandai dengan lisan maupun tulisan. Antara visual dengan

Lebih terperinci

DESA PAKRAMAN UBUNG KECAMATAN DENPASAR UTARA KOTA DENPASAR Alamat : Jl. Cokroaminoto, No. 125 Denpasar, Telp. (0361)

DESA PAKRAMAN UBUNG KECAMATAN DENPASAR UTARA KOTA DENPASAR Alamat : Jl. Cokroaminoto, No. 125 Denpasar, Telp. (0361) DESA PAKRAMAN UBUNG KECAMATAN DENPASAR UTARA KOTA DENPASAR Alamat : Jl. Cokroaminoto, No. 125 Denpasar, Telp. (0361) 423988 KAJIAN PEMINDAHAN DAN PEMBANGUNAN KANTOR LEMBAGA PERKREDITAN (LPD) DESA PAKRAMAN

Lebih terperinci

3. Proses Sosial dalam Hubungan Antaretnik di Desa Pakraman Ubud a. Proses Sosial Disosiatif b. Proses Sosial Asosiatif...

3. Proses Sosial dalam Hubungan Antaretnik di Desa Pakraman Ubud a. Proses Sosial Disosiatif b. Proses Sosial Asosiatif... DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERSETUJUAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH... vi ABSTRAK... xi ABSTRACT... xii DAFTAR ISI... xiii DAFTAR TABEL... xvii DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun oleh: I Dewa Gede Aditya Dharma Putra NIM PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

SKRIPSI. Disusun oleh: I Dewa Gede Aditya Dharma Putra NIM PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK KULKUL SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM DESA PAKRAMAN DI BALI (STUDI KASUS DI BANJAR SARI DESA PAKRAMAN SUKAHET DAN BANJAR PANDE MAS DESA ADAT KUTA) SKRIPSI Disusun oleh: I Dewa Gede Aditya Dharma

Lebih terperinci

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING MODEL PENGEMBANGAN PERAN LEMBAGA SOSIAL DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS MASYARAKAT SUKU USING BERBASIS KEARIFAN LOKAL Ketua/Anggota Peneliti: Dra.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS. oleh

IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS. oleh IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS oleh I Wayan Sudiana, (NIM 0814021029), (Email : Sudiana_ IWayan@yahoo.com) Desak Made Oka

Lebih terperinci

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) :

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) : SENI BUDAYA BALI Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali Oleh (Kelompok 3) : Dewa Made Tri Juniartha 201306011 Ni Wayan Eka Putri Suantari 201306012 I Gusti Nyoman Arya Sanjaya 201306013 Dicky Aditya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan perpindahan lokasi kerja dari satu tempat ke tempat lain (Sears dalam

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan perpindahan lokasi kerja dari satu tempat ke tempat lain (Sears dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu pekerjaan dengan tingkat tekanan yang tinggi adalah auditor internal. Pekerjaan ini memiliki beban kerja yang berat, batas waktu pekerjaan yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 20 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN DAN RETRIBUSI OBYEK WISATA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 20 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN DAN RETRIBUSI OBYEK WISATA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 20 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN DAN RETRIBUSI OBYEK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II BADUNG Menimbang

Lebih terperinci

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN AKTIVITAS ASPEK TRADISIONAL RELIGIUS PADA IRIGASI SUBAK: STUDI KASUS PADA SUBAK PILING, DESA BIAUNG, KECAMATAN PENEBEL, KABUPATEN TABANAN I Nyoman Norken I Ketut

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA

PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA oleh : Ida Bagus Miswadanta Pradaksa Sagung Putri M.E Purwani Bagian Hukum dan

Lebih terperinci

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan) Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar Kelas 1 Kompetensi Inti KD Lama KD Baru 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya Menunjukkan contoh-contoh ciptaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 97 Peraturan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG NOMOR : 1/KEP/R.ANGG/2013 TENTANG ANGGARAN DASAR BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG

KEPUTUSAN RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG NOMOR : 1/KEP/R.ANGG/2013 TENTANG ANGGARAN DASAR BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG KEPUTUSAN RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG NOMOR : 1/KEP/R.ANGG/2013 TENTANG ANGGARAN DASAR BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG, Menimbang : a. Bahwa sadar akan

Lebih terperinci

TEMBARAN DAERAH NOMOR:3 TAHUN:1988 SERI:DNO'3 PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI TENTANG

TEMBARAN DAERAH NOMOR:3 TAHUN:1988 SERI:DNO'3 PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI TENTANG TEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR:3 TAHUN:1988 SERI:DNO'3 PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 06 TAHUN 1986 TENTANG KEDUDUKAN, FUNGSI DAN PERANAN DESA ADAT SEBAGAI

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang

Lebih terperinci

PERAN PECALANG DALAM MENDUKUNG KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH TERKAIT MENJAGA KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT

PERAN PECALANG DALAM MENDUKUNG KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH TERKAIT MENJAGA KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT PERAN PECALANG DALAM MENDUKUNG KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH TERKAIT MENJAGA KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT (Studi di Kabupaten Buleleng Propinsi Bali) SKRIPSI Disusun oleh: Muhammad Herman (08230036)

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA / KELURAHAN DALAM KABUPATEN TANJUNG JABUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah permasalahan penataan ruang yang hampir dihadapi oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. sebuah permasalahan penataan ruang yang hampir dihadapi oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya alih fungsi ruang hijau menjadi ruang terbangun, merupakan sebuah permasalahan penataan ruang yang hampir dihadapi oleh semua Kabupaten Kota di Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. instruksi, mengolah data sesuai dengan instruksi dan mengeluarkan hasilnya

I. PENDAHULUAN. instruksi, mengolah data sesuai dengan instruksi dan mengeluarkan hasilnya I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sistem informasi adalah suatu sistem yang menerima input data dan instruksi, mengolah data sesuai dengan instruksi dan mengeluarkan hasilnya (Davis, 1991). Dalam era globalisasi

Lebih terperinci

BAGAIMANA MENERAPKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI TATANAN TEMPAT IBADAH (PURA)

BAGAIMANA MENERAPKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI TATANAN TEMPAT IBADAH (PURA) BAGAIMANA MENERAPKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI TATANAN TEMPAT IBADAH (PURA) Pura, di samping sebagai tempat untuk beribadah juga merupakan tempat berkumpul banyak orang sehingga pura juga

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan arah/kebijakan pembangunan. 2

BAB I PENDAHULUAN. menentukan arah/kebijakan pembangunan. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Bali sebagai daerah yang terkenal akan kebudayaannya bisa dikatakan sudah menjadi ikon pariwisata dunia. Setiap orang yang mengunjungi Bali sepakat bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun

Lebih terperinci

PERANAN DESA PAKRAMAN DALAM MEMPERKUAT KETAHANAN SOSIAL BUDAYA MELALUI KONSEP AJARAN TRI HITA KARANA. Ni Wayan Suarmini * Abstrak

PERANAN DESA PAKRAMAN DALAM MEMPERKUAT KETAHANAN SOSIAL BUDAYA MELALUI KONSEP AJARAN TRI HITA KARANA. Ni Wayan Suarmini * Abstrak PERANAN DESA PAKRAMAN DALAM MEMPERKUAT KETAHANAN SOSIAL BUDAYA MELALUI KONSEP AJARAN TRI HITA KARANA Ni Wayan Suarmini * Abstrak Arus globalisasi telah melanda dunia saat ini, batas-batas suatu wilayah

Lebih terperinci

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Ni Putu Sri Ratna Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU

KODE ETIK DOSEN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU KODE ETIK DOSEN VISI : Terdepan dalam dharma, widya dan budaya MISI : 1. Meningkatkan Kualitas dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hindu melalui Pendidikan Tinggi Hindu; 2. Mengembangkan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 38 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG BALE MEDIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kualitatif penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. kualitatif penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 82 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan dipadukan dengan data yang diperoleh dari kepustakaan, kemudian dianalisis dengan cara kualitatif penulis dapat mengambil

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 5 TAHUN 2008 T E N T A N G PRAMUWISATA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 5 TAHUN 2008 T E N T A N G PRAMUWISATA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 5 TAHUN 2008 T E N T A N G PRAMUWISATA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa pramuwisata merupakan salah satu komponen penting sistem

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 42 ayat

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. dalam penulisan skripsi ini, mencoba mengambil beberapa kesimpulan yakni :

BAB III PENUTUP. dalam penulisan skripsi ini, mencoba mengambil beberapa kesimpulan yakni : BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dalam penjelasan yang tertuang dalam bab-bab terdahulu permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini, mencoba mengambil beberapa kesimpulan yakni : Berdasarkan uraian

Lebih terperinci

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD)

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD) 16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULELENG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULELENG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULELENG TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN

Lebih terperinci

Kata kunci : pemberdayaan, pembangunan, masyarakat,kemiskinan

Kata kunci : pemberdayaan, pembangunan, masyarakat,kemiskinan Upaya Pengentasan Kemiskinan Melalui Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Di Desa Celukanbawang Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng Oleh : Qamarudin *1 dan I Gde Made Metera *2 Abstraksi Partisipasi aktif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Representasi Budaya Masyarakat Lokal dan Politik Identitas Desa Adat Kuta dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Representasi Budaya Masyarakat Lokal dan Politik Identitas Desa Adat Kuta dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Beberapa penelitian sebelumnya telah mengulas mengenai peran desa adat dalam era global. Salah satunya adalah penelitian Darmadi (2011) yang berjudul Representasi

Lebih terperinci

PERANAN HUKUM DALAM MENJAGA KEAJEGAN KONSEP TRI HITA KARANA DI BALI Oleh I Nyoman Gede Remaja, S.H., M.H. 4

PERANAN HUKUM DALAM MENJAGA KEAJEGAN KONSEP TRI HITA KARANA DI BALI Oleh I Nyoman Gede Remaja, S.H., M.H. 4 PERANAN HUKUM DALAM MENJAGA KEAJEGAN KONSEP TRI HITA KARANA DI BALI Oleh I Nyoman Gede Remaja, S.H., M.H. 4 Abstrak: Tri Hita Karana menekankan pada tiga hubungan kehidupan manusia dalam dunia ini, yaitu

Lebih terperinci

PERANAN CAMAT DALAM PELAKSANAAN PEMBINAAN TERHADAP PEMERINTAHAN DESA DI KECAMATAN SAWAN

PERANAN CAMAT DALAM PELAKSANAAN PEMBINAAN TERHADAP PEMERINTAHAN DESA DI KECAMATAN SAWAN PERANAN CAMAT DALAM PELAKSANAAN PEMBINAAN TERHADAP PEMERINTAHAN DESA DI KECAMATAN SAWAN KABUPATEN BULELENG Oleh Nyoman Radiasa [1] Abstrak: Sebagai pimpinan di wilayah kecamatan, peran camat dalam menciptakan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU. Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra

PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU. Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra Abstrak Tri Hita Karana pada hakikatnya adalah sikap hidup

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DALAM WILAYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat manusia secara keseluruhan. Ajaran Islam dapat berpengaruh bagi umat manusia dalam segala

Lebih terperinci

Putu Sukma Kurniawan Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha ABSTRACT

Putu Sukma Kurniawan Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha   ABSTRACT PERAN ADAT DAN TRADISI DALAM PROSES TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA PAKRAMAN (STUDI KASUS DESA PAKRAMAN BULELENG, KECAMATAN BULELENG, KABUPATEN BULELENG, PROVINSI BALI) Putu Sukma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malioboro adalah jantung Kota Yogyakarta yang tak pernah sepi dari pengunjung. Membentang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yakni melindungi

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yakni melindungi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara berkembang seperti Indonesia, secara berkelanjutan melakukan pembangunan baik fisik maupun mental untuk mencapai tujuan negara yang tertuang dalam pembukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai orang, yang terdiri atas orang lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai orang, yang terdiri atas orang lakilaki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peluang kerja di Indonesia sangat dipengaruhi oleh laju pertumbuhan penduduk. Menurut hasil sensus penduduk pada tahun 2010 jumlah penduduk di Indonesia mencapai 237.556.363

Lebih terperinci

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci