BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Representasi Budaya Masyarakat Lokal dan Politik Identitas Desa Adat Kuta dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Representasi Budaya Masyarakat Lokal dan Politik Identitas Desa Adat Kuta dalam"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Beberapa penelitian sebelumnya telah mengulas mengenai peran desa adat dalam era global. Salah satunya adalah penelitian Darmadi (2011) yang berjudul Representasi Budaya Masyarakat Lokal dan Politik Identitas Desa Adat Kuta dalam Postkolonialitas Kawasan Industri Pariwisata. Penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana representasi budaya masyarakat lokal di Kuta (yang juga di dalamnya menyangkut tentang Desa Adat, sebab Desa Adat juga merupakan representasi dari budaya masyarakat lokal di Kuta) yang berjuang untuk menghadirkan kembali posisi dan peranan masyarakat lokal yang didominasi ruang turistik global. Diterangkan juga oleh Darmadi bahwa Kuta merupakan kawasan turistik dan bagian dari destinasi pariwisata global. Adanya fakta tersebut menjadikan realitas kehidupan masyarakat lokal dan penduduk asli dalam situasi terdominasi dan terjajah secara ekonomi dan budaya. Keberadaan desa adat menjadi suatu barikade dan wadah advokasi bagi permasalahan tadi. Penelitian ini memberi gambaran bahwa politik identitas desa adat dipandang wajar sebagai penggerak dinamis dalam representasi masyarakat lokal dan formasi identitas manusia global. Adanya penyesuaian antara nilai budaya tradisional dan budaya turistik global, merupakan wujud adaptasi masyarakat lokal terhadap pertumbuhan industri pariwisata di Kuta, yang disambut dengan politik identitas dan 11

2 12 ekonomi politik desa adat. Teori postkolonial digunakan sebagai pisau analisis dan juga sebagai bahan untuk mengkonstruksi konsep penelitian. Selain itu, hasil penelitian ini juga menyarankan agar masyarakat lokal khususnya krama desa adat agar dapat mengelola potensi desa di dalam kawasan wisata. Saran lainnya yaitu bahwa seluruh penentu kebijakan bersama masyarakat lokal khususnya desa adat setempat patut melakukan advokasi budaya dan emansipasi masyarakat lokal kawasan wisata Kuta sebagai wujud langkah nyata dalam membantu dan memberdayakan masyarakat lokal sebagai tuan rumah yang bermartabat. Permasalahan yang diangkat oleh Darmadi dalam thesisnya yang berjudul Representasi Budaya Masyarakat Lokal dan Politik Identitas Desa Adat Kuta dalam Postkolonialitas kawasan Industri Pariwisata sesungguhnya hampir serupa dengan penelitian skripsi yang diangkat oleh penulis yang membahas bagaimana suatu sistem kemasyarakatan di Bali yang bernama desa adat ketika dihadapkan dengan modernisasi dan globalisasi. Penelitian yang dilakukan oleh Darmadi juga sama-sama mengangkat Desa Adat Kuta sebagai lokasi penelitian. Penelitian yang dilakukan Darmadi juga sama-sama membahas mengenai peran Desa Adat Kuta dalam mengadvokasi kepentingan masyarakat lokal. Yang menjadi pembeda antara penelitian yang dilakukan oleh Darmadi dan penulis adalah penelitian Darmadi lebih menekankan kepada bagaimana sebuah kearifan lokal dapat berperan dalam memberdayakan masyarakat lokal, sehingga eksistensi masyarakat lokal tidak tergerus oleh arus globalisasi dan dominasi kawasan turistik komersial kapitalistik yang berwujud industri pariwisata. Desa adat kemudian

3 13 dilihat sebagai salah satu representasi dari budaya masyarakat lokal yang mewadahi dan mengadvokasi kepentingan dan potensi masyarakat lokal sehingga eksistensi dan martabat masyarakat lokal dalam kedigjayaan ekonomi, sosial, politik dan budaya dapat terjaga. Sedangkan penulis dalam skripsi ini membahas bagaimana Desa Adat Kuta melakukan perluasan peran untuk menjaga eksistensinya dimata masyarakat adat dengan menunjang kebutuhannya dalam hal sosial dan ekonomi. Penelitian berikutnya adalah penelitian dari Bao (2012), yang berjudul Kritik Jurnal: Kuatnya Kekuasaan Ondoafi di Tengah Masyarakat Urban. Penelitian ini menjelaskan tentang studi mengenai kekuasaan garis keturunan Ondoafi di kota Jayapura, Papua. Pada konteks lokal, di Papua pada umumnya dan di kota Jayapura pada khususnya terdapat stratifikasi sosial yang beragam. Strata tertinggi ditempati oleh kaum Ondoafi. Ondoafi merupakan pemegang garis keturunan yang ditarik dari melalui garis lurus dari pendiri kampong dan anak laki-laki sulung Ondoafi sebelumnya. Penelitian ini berbicara mengenai bagaimana Ondoafi ini mengaktualisasikan modal kekuasaannya dalam konteks perubahan masyarakat dan bagaimana Ondoafi merawat modal kekuasaannya agar tetap kuat ditengah masyarakat urban. Penelitian ini juga menjelaskan fenomena globalisasi membawa pengaruh terhadap modernisasi masyarakat perkotaan, sehingga dengan begitu, masyarakat Ondoafi tersebut harus dapat beradaptasi dengan arus modernisasi dan globalisasi tersebut. Namun, adaptasi terhadap modernisasi dalam penelitian tersebut dibatasi dalam konteks adaptasi terhadap masyarakat urban.

4 14 Perbedaan dari penelitian yang dilakukan oleh Bao dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis ini adalah terletak pada lokasi penelitian dan subjek dalam penelitiannya. Apabila dalam penelitian Bao menggunakan kaum Ondoafi dan masyarakat urban sebagai subjek, maka dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis ini menggunakan Desa Adat Kuta dan masyarakat di daerah perkotaan sebagai subjek penelitiannya. Selain dua penelitian diatas, terdapat juga sebuah studi kritik tentang kebudayaan politik di Bali yang ditulis oleh Suryawan (2012) dalam sebuah buku yang berjudul Sisi Dibalik Bali, Politik Identitas, Kekerasan dan Interkoneksi Global. Buku tersebut membahas mengenai kompleksitas persoalan yang terjadi akibat adanya kebersinggungan Bali dengan berbagai faktor regional, global, dan interkoneksi sejarah, politik, budaya, industri pariwisata dan aspek lainnya. Secara garis besar buku tersebut mengulas mengenai dilema kehidupan masyarakat Bali yang disatu sisi (dengan politik identitas lokalnya) didorong untuk mempertahankan kultur yang telah dikonstruksi bagi kemolekan citranya demi industri pariwisata. Namun disisi lain dengan adanya fenomena globalisasi, masyarakat Bali juga pada akhirnya bergerak menuju modernitas yang mana pariwisata menjadi salah satu faktor pendorong modernitas ini. Proses pembangunan industri pariwisata ini melahirkan kelas menengah urban (yang oleh Suryawan disebut juga sebagai Kelompok Elite) yang memiliki banyak identitas. Kelompok elite ini seolah-olah memanfaatkan kebudayaan Bali sebagai pilar dalam pembangunan industri pariwisata. Dalam konteks wacana politik

5 15 kebudayaan dan pembangunan industri pariwisata, energi, pikiran dan semua kemampuan rakyat Bali dimobilisasi untuk berdebat dalam wacana pelestarian budaya. Didukung sponsor negara dengan apparatus dan modalnya, wacana tentang pelestarian budaya menjadi peluang bagi para akademisi, budayawan, politisi, hingga tokoh masyarakat untuk mewacanakan pencanggihan pelestarian budaya. Gulagulanya adalah siasat manusia untuk mencari akses ekonomi politik dibawah koor pelestarian budaya. Ada beberapa hal yang mirip dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam ulasan permasalahan pada buku tersebut, yakni perihal adanya transformasi dari masyarakat tradisional ke modern (dilihat dari adanya transformasi mata pencaharian), dari masyarakat pedesaan yang bertransformasi menuju masyarakat perkotaan. Selain itu, peran masyarakat urban juga dibahas sebagai suatu golongan masyarakat yang turut mengambil peran dalam pemeliharaan citra originalitas Bali melalui tindakan pelestarian budaya. Perbedaannya dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adah bahwa penelitian tersebut mengeksplorasi tentang segala aspek kebudayaan Bali yang dieksploitasi untuk kepentingan kapitalis. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh penulis lebih menitikberatkan pada bagaimana peran lembaga tradisional yaitu desa adat dalam mengelola sumber daya manusia dan bagaimana nantinya sumber daya manusia ini dapat bersaing pada masyarakat yang multi identitas itu.

6 Kerangka Konsep Peran Desa Adat Kuta Peranan merupakan sekumpulan harapan yang dimiliki oleh seseorang yang berstatus sebagai anggota atau menjadi bagian dari suatu sistem sosial berkenaan dengan hierarki dan hak-hak atau kekuasaan yang akan dinikmatinya dengan menjadi anggota dari suatu organiasi atau sistem tersebut, lalu apa yang dilakukan orang (anggota) tersebut untuk menanggapinya (Pareek, 1985: 1). Lebih lanjut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer disebutkan hal yang senada dengan pengertian dari Pareek bahwa peran adalah sesuatu yang diharapkan dimiliki oleh seseorang yang memiliki kedudukan dalam masyarakat (Salim, 1991: 1408). Seseorang yang memiliki jabatan atau status dalam suatu sistem tentunya mendambakan hak-hak dan keuntungan dari sistem tersebut. Untuk mendapatkan hak-haknya itu, maka seseorang harus melakukan aksi dan tindakan sebagai tanggapan terhadap harapan dan dambaan dari para anggota maupun dirinya sendiri sesuai dengan fungsi dan kedudukannya dalam sistem tersebut. Secara sederhana, peran dapat didefinisikan sebagai aksi-aksi atau tindakan untuk merealisasikan harapan-harapan dan cara mendapatkan hak-hak tertentu sesuai dengan tupoksi dari struktur yang menjadi bagian dari sebuah sistem sosial. Menurut Pareek (1985: 3), tiap peranan mempunyai sistem dan dalam sistem ini subjek peranan terdiri dari pemegang peranan dan mereka yang mempunyai hubungan langsung dengan pemegang peranan itu. Pihak yang dikategorikan mempunyai hubungan langsung dengan pemegang peranan selanjutnya mengirimkan

7 17 harapan-harapan pada peranan itu. Si pemegang peranan juga mempunyai berbagai harapan dari perananya, dan dalam pengertian itu si pemegang peranan juga seorang pengirim peranan. Dalam penelitian ini, terdapat beberapa peran yang nampak di dalam struktur masyarakat Desa Adat Kuta, antara lain Prajuru, Krama Adat, dan Krama Tamiu. Prajuru merupakan pengurus desa adat yang dipilih secara demokratis melalui paruman (sidang utama desa). Struktur prajuru di Desa Adat Kuta terdiri dari Bendesa sebagai kepala desa adat, kemudian yang bertindak sebagai wakil bendesa sekaligus mengepalai bidang-bidang di Desa Adat Kuta yang disebut sebagai Pangliman. Pangliman terdiri dari pangliman pawongan yang membidangi urusan kependudukan, pangliman palemahan yang membidangi urusan lingkungan serta pangliman parhyangan yang membidangi urusan keagamaan. Urutan berikutnya dalam struktur prajuru desa adat adalah petegen (bendahara) dan penyarikan (sekretaris). Sebagai staf yang melaksanakan tugas di lapangan dalam bidang-bidang terdapat pesayahan yang berada di bawah koordinasi dengan pangliman. Oleh karenanya, pesayahan terdiri dari pesayahan pawongan, pasayahan palemahan dan pasayahan parhyangan. Peran lainnya yang ada dalam struktur masyarakat Desa Adat Kuta adalah Krama Adat. Dalam awig-awig Desa Adat Kuta pada Sarga III, Palet I, Pawos 4, nomor (1) dan (2) (Awig-awig Desa Adat Kuta, 1992: 2) disebutkan sebagai berikut: (1). Sane kabawos Krama Desa inggih punika kulawarga Agama Hindu, sampun mabanjar suka-duka tur nyungsung Kahyangan Tiga Desa Adat Kuta;

8 18 Artinya: (2). Sejaba punika kabawos tamiu. (1). Yang disebut sebagai Krama Desa yaitu orang yang beragama Hindu, telah menjadi anggota banjar adat (suka duka), dan menyungsung (Pura) Kahyangan Tiga Desa Adat Kuta; (2). Diluar itu disebut pendatang. Jadi, sesuai dengan awig-awig Desa Adat Kuta yang dimaksud krama adat adalah warga yang beragama Hindu, menyungsung Pura Kahyangan Tiga di Desa Adat Kuta, dan menjadi anggota banjar adat (suka-duka). Sementara yang disebut krama tamiu adalah warga pendatang yang menetap di Desa Adat Kuta, yang tidak termasuk sebagai penyungsung Pura Kahyangan Tiga Desa Adat Kuta dan tidak tercatat sebagai anggota banjar adat di Desa Adat Kuta. Peran-peran tersebut merupakan bagian yang mendukung struktur sosial dari Desa Adat Kuta. Namun berkaitan dengan pelaksanaan aktivitas adat dan keagamaan serta kegiatan-kegiatan desa adat lainnya, peran prajuru desa dan krama adat menjadi faktor utama yang mendukung pelaksanaan program-program yang disusun oleh Desa Adat Kuta. Menurut Katz dan Kahn (dalam Pareek, 1985: 3), organisasi dalam hal ini adalah suatu sistem peran yang mewadahi dan memberi ruang bagi pemegang peran dan pengirim peranan untuk memenuhi segala harapan-harapan dan hak-haknya dalam organisasi atau sistem itu. Sehingga merujuk pada pernyataan Katz dan Kahn, peran tidak dapat dipisahkan dari kaitannya dengan organisasi. Oleh karena itu organisasi juga memiliki andil besar dalam merealisasikan harapan dan hak-hak anggotanya. Organisasi merupakan bentuk akumulatif dari individu-individu dalam

9 19 masyarakat yang menghimpun diri dan menjadi sebuah kesatuan masyarakat yang legal dan diakui (paling tidak oleh anggota organiasi yang bersangkutan). Oleh karena organisasi merupakan bentuk akumulatif dari individu dalam masyarakat yang bersifat legal, maka organiasasi dalam pendiriannya juga memiliki hak-hak dan harapan-harapan yang ingin dipenuhi dan melakukan rangkaian aksi dan tindakan untuk mewujudkan harapan itu. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa organisasi juga berperan, dalam arti juga menjadi subjek peran itu sendiri ketika organisasi tersebut ingin memenuhi harapan dan tujuannya. Desa Adat merupakan suatu daerah dimana masyarakat yang bersangkutan lahir serta beraktivitas dan melakukan kegiatan ataupun kebiasaan-kebiasaan yang dilangsungkan secara turun temurun oleh masyarakat yang bersangkutan sesuai dengan desa kala patra-nya masing-masing. Fungsi utama dari desa adat ini adalah untuk memelihara, menegakkan dan memupuk adat istiadat yang berlaku di desa adatnya dan segala tradisi yang diwarisi secara turun-temurun dari leluhur mereka. Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi pengingkaran terhadap fungsi utama dari desa adat ini, maka secara lebih rinci fungsi desa adat dikodifikasikan menjadi lebih spesifik yaitu untuk mengatur kehidupan peguyuban dari warga desanya dalam hubungan dengan unsur-unsur yang menjadikan desa tersebut dikategorikan sebagai desa adat, yaitu unsur warganya yang disebut sebagai pawongan, unsur wilayah desa yang disebut sebagai palemahan dan unsur tempat-tempat pemujaan bagi warganya yang dinamakan dengan istilah parhyangan. Ketiga unsur tersebutlah yang kemudian dikenal dengan sebutan Tri

10 20 Hita Karana. Berdasarkan fungsinya itu, diprogramkanlah tugas-tugas desa adat yang dituangkan ke dalam awig-awig desa adat, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis (Surpha, 1993: 13). Sesuai dengan Peraturan Daerah tentang Desa Adat (Perda No. 06/1986) ditegaskan bahwa desa adat Bali merupakan kesatuan hukum masyarakat hukum adat yang bersifat sosial keagamaan dan sosial kemasyarakatan. Dari kedudukan gandanya tersebut,,kemudian desa adat ditentukan fungsi dan perannya dalam perda tersebut sebagai berikut: 1. Membantu pemerintah, Pemerintah daerah dan Pemerintah desa/ Pemerintahan kelurahan dalam kelancaran dan pelaksanaan pembangunan disegala bidang terutama dibidang keagamaan, kebudayaan dan kemasyarakatan; 2. Melaksanakan hukum adat dan istiadat dalam desa adat; 3. Memberikan kedudukan hukum adat terhadap hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan hubungan sosial keperdataan dan keagamaan; 4. Membina dan mengembangkan nilai-nilai adat Bali dalam rangka memperkaya, melestarikan dan mengembangkan Kebudayaan Nasional pada umumnya dan Kebudayaan Bali pada khususnya, berdasarkan paras paros salunglung sabayantaka/ musyawarah untuk mufakat; 5. Menjaga, memelihara dan memanfaatkan kekayaan desa adat untuk kesejahteraan masyarakat desa adat. Berdasarkan informasi yang didapat penulis dari Bapak I Wayan Swarsa (Bendesa Adat Kuta), bahwa Penyebutan desa adat di provinsi Bali memiliki perbedaan istilah pada masing-masing daerahnya. Hal tersebut mengacu pada kebijakan dari masing-masing desa adat untuk menentukan istilah penyebutan desa adatnya. Beberapa desa adat (secara terintegrasi melalui Majelis Madya Desa Pakraman) memilih menggunakan istilah Desa Pakraman untuk menyebut istilah desa adatnya. Sedangkan Desa Adat Kuta sama halnya dengan sebagian besar desa adat se-

11 21 Kabupaten Badung, tetap menggunakan istilah desa adat (Wawancara tanggal 20 November 2014). Dalam penjabaran konsep pada penelitian ini penulis menjabarkan tentang bagaimana Desa Adat Kuta berperan sebagai suatu organisasi masyarakat, sebagai wadah bagi pemangku kepentingan untuk mewujudkan harapan-harapan kolektif dari masyarakat adat Kuta dan sebagai suatu sistem peran. Desa Adat Kuta merupakan salah satu desa adat yang ada di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali. Desa Adat Kuta ini memiliki keunikan karena selain menjalankan peranan dan fungsi sebagai mana desa adat pada umumnya yang berperan dalam mengorganisir pelaksanaan upacara adat dan keagamaan secara tradisi, Desa Adat Kuta juga melakukan beberapa peran lain diantaranya peningkatan terhadap kualitas sumber daya manusia, memberdayakan aset-aset desa sebagai sumber pendapatan utama desa sehingga desa adat menjadi berdikari secara ekonomi. Jadi berdasarkan konsep-konsep tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa konsep peran Desa Adat Kuta adalah aksi-aksi ataupun tindakan untuk merealisasikan harapan-harapan dan cara mendapatkan hak-hak tertentu sesuai dengan tupoksi atau fungsi dari sebuah kesatuan masyarakat adat di Kuta yang disebut Desa Adat Kuta Peningkatan Kualitas Menurut Hornby (1995: 598), peningkatan adalah suatu tindakan atau proses dalam memperbaiki atau dierbaiki, dimana terjadi suatu proses penambahan atau perubahan nilai kearah yang lebih baik dari suatu objek yang dimaksud.

12 22 Kualitas adalah standar yang dimiliki oleh suatu objek, yang mana ketika dibandingkan dengan objek yang memiliki sifat yang sama maka objek tersebut akan menunjukkan nilai lebih baik atau lebih buruk (Hornby, 1995: 950). Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan kualitas merupakan suatu proses dalam menaikkan derajat, nilai atau standar dari suatu objek kearah yang lebih baik. Penambahan nilai tersebut dapat diindentifikasi dengan cara membandingkan objek tersebut dengan objek lain yang memiliki kesamaan sifat Sumber Daya Manusia Menurut Istijanto (2005: 1), sumber daya Manusia (SDM) adalah aset organisasi yang hidup dan bernafas disamping aset-aset lain yang tidak bernafas seperti gedung, mesin, barang-barang, dan sebagainya. Keunikan dari aset SDM ini adalah mensyaratkan pengelolaan yang berbeda dengan aset lainnya, sebab aset ini memiliki pikiran, perasaan dan perilaku. Oleh karenanya perlu dirancang suatu mekanisme pengelolaan sumber daya manusia yang biasa disebut sebagai manajemen sumber daya manusia. Menurut Bhartos (2001: 1), manenjemen sumber daya manusia mencakup masalah-masalah yang berkaitan dengan pembinaan, penggunaan dan perlindungan sumber-sumber daya manusia. Selain itu, Sunarto (2004: 1) juga menyatakan manajemen sumber daya manusia dapat didefinisikan sebagai pendekatan strategik dan koheren untuk mengelola aset paling berharga milik organisasi (masyarakat),

13 23 orang-orang yang bekerja dalam organisasi (baik secara individu maupun kolektif), memberikan sumbangan untuk mencapai sasaran organisasi. Untuk memahami pengertian Sumber Daya Manusia, Nawawi (dalam Makmur, 2007: 58) menyatakan sebagai berikut. Pengertian SDM perlu dibedakan antara pengertiannya secara makro dan mikro. Pengertian SDM secara makro adalah semua manusia sebagai penduduk atau warga negara suatu negara atau dalam batas wilayah tertentu yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik yang sudah maupun yang belum memperoleh pekerjaan (lapangan kerja). SDM dalam arti mikro secara sederhana adalah manusia atau orang yang bekerja atau menjadi anggota suatu organisasi yang disebut personil, pegawai, karyawan, pekerja, tenaga kerja dan lain-lain. Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat dikatakan bahwa sumber daya manusia (SDM) sebagaimana diuraikan diatas perlu dibedakan menurut konteks kedudukan dan wilayah keberadaan manusianya. Dengan pembedaan tersebut maka kita dapat lebih mudah mempelajari hal-hal yang terkait dengan sumber daya manusia ini. Apabila mengacu pada pembedaan yang dinyatakan Nawawi tersebut, maka yang dibahas pada penelitian ini adalah SDM Mikro yaitu manusia atau orang yang bekerja atau menjadi anggota suatu organisasi yang disebut personil, pegawai, karyawan, pekerja, tenaga kerja, dan lain-lain. Dalam perspektif penulis, sumber daya manusia yang dikelola oleh desa adat dalam hal ini tidak hanya orang-orang yang memasuki usia angkatan kerja, namun dalam realitasnya, penulis banyak menemukan bahwa anak-anak usia 15 tahun kebawahpun banyak terlibat dalam kegiatan-kegiatan adat meskipun porsi tugas dan tanggung jawabnya kecil.

14 24 Pada perspektif SDM mikro, semua elemen masyarakat dipandang memiliki peluang untuk diberdayakan kemampuannya. Namun karena terdapat penggolonganpenggolongan dalam masyarakat menyangkut usia, pekerjaan, keterampilan, agama, wilayah dan lain-lain, maka untuk dapat mengelola sumber daya manusia dalam masyarakat yang demikian diperlukan manajemen SDM yang baik. Menurut Rachmawati (2008: 4), keberadaan sumber daya manusia juga mempunyai efek yang lebih besar dibandingkan dengan sumber daya yang lain bagi perkembangan dan kesuksesan organisasi dimasa mendatang. Sumber daya manusia menjadi faktor penting dan sentral dalam sebuah organisasi. Apapun bentuk dan tujuannya, organisasi dibuat dengan visi untuk kepentingan bersama dan dalam pelaksanaan misinya akan dikelola oleh manusia. Jadi manusia merupakan faktor strategis dalam semua kegiatan organisasi. Keunggulan kompetitif suatu organiasi sangat bergantung pada inovasi. Inovasi sendiri sangat dipengaruhi oleh faktor motivasi dan moral kerja setiap personil organisasinya. Sikap dan moral atau mental personil organisasi merupakan hasil dari pembentukan kebijakan dan praktik lingkungan manajemen. 2.3 Landasan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Sistem Tindakan (action system) dari Talcott Parsons. Teori sistem tindakan ini digunakan dalam menganalisis peran Desa Adat Kuta dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia di Desa Adat Kuta. Teori sistem tindakan merupakan teori yang melihat tindakan

15 25 individu sebagai dasar dalam melakukan analisa sosiologis. Inti pemikiran dari Parsons dalam teori ini adalah bahwa: (1). Setiap tindakan mengarah pada suatu tujuan (setiap tindakan memiliki tujuan); (2). Tindakan terjadi dalam suatu situasi, dimana beberapa elemennya sudah pasti, sedangkan elemen-elemen lainnya digunakan oleh yang bertindak (aktor) sebagai alat untuk mencapai tujuan yang dimaksud; dan (3). Secara normatif, tindakan tersebut diatur sehubungan dengan penentuan alat dan tujuan (Johnson, 1986: 106). Berdasarkan uraian tersebut, secara singkat dapat dikatakan bahwa tindakan dilihat sebagai satuan realitas sosial yang paling kecil dan fundamental. Komponenkomponen dasar dari satuan tindakan adalah tujuan, alat, kondisi dan norma. Apabila mengacu pada konteks peran Desa Adat Kuta dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, dapat dilihat bahwa peran berkorelasi dengan tindakan. Sebagaimana diungkapkan oleh Pareek (1985: 1), bahwa peran merupakan aksi-aksi atau tindakan untuk merealisasikan harapan-harapan dari seseorang yang menjadi bagian dari suatu sistem sosial. Peran-peran yang dilakukan oleh Desa Adat Kuta memiliki tujuan yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan menunjukkan eksistensi desa adat di mata krama Desa Adat Kuta. Peran-peran Desa Adat Kuta dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia memiliki elemen-elemen sebagai sarana untuk mewujudkan tujuan dari peran tersebut. Elemen-elemen tersebut ditunjukan dengan adanya standar norma yang berlaku di Desa Adat Kuta serta digelarnya acara-acara pameran, komepetisi ataupun perlombaan serta didirikannya lembaga-lembaga yang

16 26 dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat Desa Adat Kuta. Desa Adat Kuta membentuk sebuah sistem dimana setiap lembaga dan pengelolaan acara seremonial (event) dilaksanakan secara terkoordinasi dengan Desa Adat Kuta. Segala peran yang dilakukan dikorelasikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Teori sistem tindakan yang dikemukakan oleh Parsons diterjemahkan ke dalam empat konsep, dimana dalam menganalisis peran Desa Adat Kuta dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, konsep-konsep tersebut akan dijadikan sebagai perangkat analisis. Keempat konsep tersebut antara lain organisme perilaku, sistem kultural, sistem sosial dan sistem kepribadian. Konsep-konsep dari teori sistem tidakan tersebut diaplikasikan dalam menganalisis fungsi dan peran dari berbagai bagian dalam struktur masyarakat, bagaimana bagian-bagian dalam struktur ini berhubungan, kemudian bagaimana proses yang terjadi ketika interaksi antar aktor dalam struktur ini terjadi. Teori sistem tindakan ini merupakan turunan dari teori struktural fungsional yang dikemukakan oleh Parsons. Dalam teori sistem tindakan ini, Parsons (dalam Ritzer & Goodman, 2012: 123), juga menjawab permasalahan dalam fungsionalisme struktural (yang kemudian menjadi sintesa yang menyebabkan lahirnya teori sistem tindakan), dengan asumsi sebagai berikut: 1. Sistem memiliki properti keteraturan dan bagian-bagian yang saling tergantung, 2. Sistem cenderung bergerak kearah mempertahankan keteraturan diri atau keseimbangan, 3. Sistem mungkin statis atau bergerak dalam proses perubahan yang teratur, 4. Sifat dasar bagian suatu sistem berpengaruh terhadap bentuk bagianbagian lain,

17 27 5. Sistem memelihara batas-batas dengan lingkungannya, 6. Alokasi dan integrasi merupakan dua proses fundamental yang diperlukan untuk memelihara keseimbangan sistem, 7. Sistem cenderung menuju kearah pemeliharaan keseimbangan diri yang meliputi pemeliharaan batas dan pemeliharaan hubungan antara bagianbagian dengan keseluruhan sistem, mengendalikan lingkungan yang berbeda-beda dan mengendalikan kecenderungan untuk merubah sistem dari dalam. Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis teori sistem tindakan ini mengarah pada keteraturan pola, perubahan sosial serta peranperan aktor dalam sistem. Selain itu, menurut Parsons (dalam Poloma, 2007: 169), fokus teori sistem tindakan lebih mengarah pada konsep tindakan rasional yaitu untuk mencapai tujuan atau sasaran (organisasi atau kepemimpinan) dengan sarana-sarana yang paling tepat (kepemimpinan yang berbobot atau kualitas sumber daya personil organisasi). Berdasarkan hal tersebut, Parson mengemukakan beberapa konsep yang terjadi dalam sebuah lingkungan masyarakat dalam teori sistem tindakan ini. Konsep tersebut terdiri dari organisme perilaku (organisme behavioral), sistem kultural, sistem sosial dan sistem tindakan. Organisme perilaku merupakan salah satu bentuk sistem tindakan yang melaksanakan fungsi adaptasi yang dilakukan dengan menyesuaikan diri dengan lingkungan eksternal individu ataupun mengubah lingkungan eksternal untuk disesuaikan dengan kebutuhan serta kepribadian individu. Analisis konsep organisme perilaku ini dalam peran Desa Adat Kuta pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia ditunjukkan pada beberapa peran Desa Adat Kuta yaitu dalam pelaksanaan kompetisi Jegeg Bungan Desa dan penerbitan Majalah Kuta Kita.

18 28 Kedua peran Desa Adat Kuta tersebut berupaya untuk mempengaruhi masyarakat Desa Adat Kuta (lingkungan eksternal) dari Desa Adat Kuta (aktor) sehingga masyarakat termotivasi untuk menyelaraskan diri dengan sistem yang terbangun yaitu dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Konsep berikutnya adalah sistem kultural yaitu sistem tindakan yang dikonstruksi dengan seperangkat norma-norma dan nilai yang diaplikasikan pada aktor sehingga para aktor termotivasi untuk bertindak sesuai dengan nilai dan norma yang telah diciptakan. Konsep ini diaplikasikan dalam peran Desa Adat Kuta dalam Festival Seni dan Budaya Desa, lomba ogoh-ogoh, parade gong kebyar anak-anak, penyelenggaraan Pasar Majelangu serta memfasilitasi kegiatan berkesenian di Desa Adat Kuta. Sistem sosial merupakan suatu sistem tindakan yang dibentuk dari sejumlah aktor-aktor individual yang saling berinteraksi dalam suatu lingkungan fisik untuk mengoptimalkan kepuasan dari aktor-aktor yang terlibat. Pengoptimalan tersebut tidak terlepas dari status dan peran aktor dalam suatu kultur. Di desa Adat Kuta, dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai salah satu bentuk tujuan yang ingin dicapai, tidak terlepas dari status dan peran aktor dalam sistem lembaga Desa Adat Kuta. Salah satu status dan peran aktor-aktor tersebut terwujud dalam LPD sebagai lembaga yang membantu masyarakat dalam memberikan pinjaman pada masyarakat untuk membantu perekonomian masyarakat. Selain pengelolaan LPD, operasionalisasi konsep sistem sosial juga dilakukan pada peran Desa Adat Kuta

19 29 dalam penyelenggaraan Pasar Majelangu, pengelolaan aset-aset dan kekayaan milik Desa Adat Kuta. Sistem kepribadian merupkan suatu bentuk sistem tindakan yang muncul dengan membentuk konstruksi tujuan dari sebuah sistem sehingga aktor dengan segala sumber daya yang ada termobilisasi untuk mencapai tujuan dari sistem tersebut. Dalam peran Desa Adat Kuta yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, konsep ini ditunjukkan dalam kompetisi jegeg bungan desa serta memfasilitasi kegiatan berolah raga di Desa Adat Kuta.

20 Model Penelitian Bagan 3.1. Model Penelitian Kewajiban untuk menjalankan tradisi, mempertahankan kearifan lokal dan warisan budaya leluhur Desa Adat Kuta Modernisasi, urbanisasi dan transformasi mata pencaharian dari sektor agraris ke industri dan jasa Pengorganisasian kegiatan adat dan keagamaan Peningkatan kualitas SDM, Pengembangan aset-aset desa adat sehingga bisa memberikan keuntungan materiil untuk desa adat Faktor faktor pendorong Desa Adat Kuta untuk melakukan peningkatan kualitas SDM Peran Desa Adat Kuta dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia Pengaruh peran Desa Adat Kuta dalam peningkatan kualitas SDM bagi kehidupan masyarakat Eksistensi Desa Adat Kuta Keterangan : = Mempengaruhi / membentuk secara langsung atau nyata = Hubungan atau relasi saling mempengaruhi secara langsung = Mempengaruhi / membentuk secara tidak langsung

21 31 Penjelasan Model: Berdasarkan model penelitian tersebut, dapat dijelaskan bahwa peran Desa Adat Kuta muncul karena dorongan beberapa faktor. Disatu sisi peran Desa Adat Kuta muncul karena adanya kewajiban untuk menjalankan tradisi, tuntutan untuk menjalankan dan mempertahankan kearifan lokal serta warisan budaya leluhur. Disisi lain, adanya perkembangan zaman yang ditunjukkan dengan adanya urbanisasi, modernisasi dan adanya transformasi mata pencaharian dari warga Desa Adat Kuta. Kedua faktor tersebut mendorong Desa Adat Kuta untuk menjalankan peran sesuai dengan fungsi idealnya dan juga melakukan perluasan peran karena adanya perkembangan-perkembangan yang terjadi di Desa Adat Kuta. Fungsi ideal dari desa adat adalah mengorganisasi kegiatan adat dan keagamaan sebagaimana tradisi dan corak dari peran desa adat pada umumnya. Disisi lain, perluasan peran yang dilakukan oleh Desa Adat Kuta ditunjukkan dengan adanya upaya untuk meningkatkan kualitas SDM dan mengembangkan aset-aset Desa Adat Kuta sehingga memberi keuntungan materiil bagi Desa Adat Kuta. Peran-peran yang muncul dari dorongan faktor-faktor tersebut (baik dari perspektif tradisi maupun perkembangan zaman) secara langsung mempengaruhi dan mengkonstruksi citra serta identitas Desa Adat Kuta sebagaimana keberadaannya yang dikenal saat ini. Peran-peran Desa Adat Kuta (baik yang ideal maupun mengenai perluasan peran) dapat diamati dan diteliti melalui pembahasan tiga rumusan permasalahan, antara lain: (1). Faktor-faktor yang mendorong Desa Adat Kuta untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia; (2). Peran Desa Adat Kuta dalam meningkatkan

22 32 kualitas sumber daya manusia; (3). Dampak Peran Desa Adat Kuta dalam Peningkatan Kualitas sumber daya manusia bagi kehidupan masyarakat. Berdasarkan penjabaran dari ketiga rumusan masalah tersebut, maka dapat diamati seperti apa peran-peran dari citra dan identitas Desa Adat Kuta saat ini mempengaruhi eksistensi Desa Adat Kuta.

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Adat Kuta sebagaimana desa adat lainnya di Bali, merupakan suatu lembaga adat yang secara tradisi memiliki peran dalam mengorganisasi masyarakat dan menyelenggarakan

Lebih terperinci

Peran Desa Adat Kuta dalam Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (Studi Tentang Eksistensi Desa Adat pada Masyarakat Perkotaan)

Peran Desa Adat Kuta dalam Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (Studi Tentang Eksistensi Desa Adat pada Masyarakat Perkotaan) Peran Desa Adat Kuta dalam Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (Studi Tentang Eksistensi Desa Adat pada Masyarakat Perkotaan) Gusti Bagus Agung Swandhita, Ni Luh Nym. Kebayantini, Gede Kama Jaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana

Lebih terperinci

BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional

BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional oleh Talcott Parsons. 45 Prinsip-prinsip pemikiran Talcott Parsons, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan untuk memperkenalkan dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DALAM WILAYAH

Lebih terperinci

DESA PAKRAMAN UBUNG KECAMATAN DENPASAR UTARA KOTA DENPASAR Alamat : Jl. Cokroaminoto, No. 125 Denpasar, Telp. (0361)

DESA PAKRAMAN UBUNG KECAMATAN DENPASAR UTARA KOTA DENPASAR Alamat : Jl. Cokroaminoto, No. 125 Denpasar, Telp. (0361) DESA PAKRAMAN UBUNG KECAMATAN DENPASAR UTARA KOTA DENPASAR Alamat : Jl. Cokroaminoto, No. 125 Denpasar, Telp. (0361) 423988 KAJIAN PEMINDAHAN DAN PEMBANGUNAN KANTOR LEMBAGA PERKREDITAN (LPD) DESA PAKRAMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia adalah suatu Negara yang berbentuk Republik, dengan banyak Pulau di dalamnya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan di dalamnya tumbuh berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi petani tersebut berwatak sosio agraris religius. Subak sebagai lembaga sosial dapat dipandang

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural AGIL Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

Lebih terperinci

Abstract. Balinese society are bound by two village system, they are village

Abstract. Balinese society are bound by two village system, they are village MENINGKATNYA INTENSITAS KONFLIK DESA PAKRAMAN DI BALI Anak Agung Istri Ngurah Dyah Prami Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana 1021005005 E-mail: dyahprami@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah permasalahan penataan ruang yang hampir dihadapi oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. sebuah permasalahan penataan ruang yang hampir dihadapi oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya alih fungsi ruang hijau menjadi ruang terbangun, merupakan sebuah permasalahan penataan ruang yang hampir dihadapi oleh semua Kabupaten Kota di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informal ini menunjukan bukti adanya keterpisahan secara sistemis-empiris antara

BAB I PENDAHULUAN. informal ini menunjukan bukti adanya keterpisahan secara sistemis-empiris antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Integritas Bangsa Indonesia sedang menghadapi tantangan era globalisasi. Berbagai macam budaya global yang masuk melalui beragam media komunikasi dan informasi. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ini gerak perubahan zaman terasa semakin cepat sekaligus semakin padat. Perubahan demi perubahan terus-menerus terjadi seiring gejolak globalisasi yang kian

Lebih terperinci

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D a.wardana@uny.ac.id Teori Sosiologi Kontemporer Fungsionalisme Versus Konflik Teori Konflik Analitis (Non-Marxist) Perbedaan Teori Konflik Marxist dan Non- Marxist Warisan

Lebih terperinci

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi tabut di Bengkulu semula merupakan ritual yang sakral penuh dengan religius-magis yaitu merupakan suatu perayaan tradisional yang diperingati pada tanggal 1

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Sajian pemberitaan media oleh para wartawan narasumber penelitian ini merepresentasikan pemahaman mereka terhadap reputasi lingkungan sosial dan budaya Kota Yogyakarta.

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

Bali. Pola Tata Ruang Tradisional

Bali. Pola Tata Ruang Tradisional Bali Pola Tata Ruang Tradisional Konsep Sanga Mandala Konsep Tri Angga pada lingkungan Konsep Tri Angga pada Rumah Tata Ruang Rumah Tinggal Konsep tata ruang tradisional Pola tata ruang tradisional Bali

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Lembaga Subak sebagai bagian dari budaya Bali merupakan organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya transformasi budaya dan nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh generasi terdahulu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Locus of control, Budaya Organisasi, Tri Hita Karana, Kinerja.

ABSTRAK. Kata kunci: Locus of control, Budaya Organisasi, Tri Hita Karana, Kinerja. Judul : Pengaruh Locus of Control dan Budaya Organisasi berbasis Tri Hita Karana pada Kinerja Badan Pengawas Lembaga Perkreditan Desa sebagai Auditor Internal di Kabupaten Karangasem. Nama : Ni Luh Yuli

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Bappeda Kota Bogor Berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. memelihara nilai-nilai budaya yang diperolehnya dari para karuhun mereka.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. memelihara nilai-nilai budaya yang diperolehnya dari para karuhun mereka. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi kesimpulan dan rekomendasi yang dirumuskan dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian. A. Kesimpulan Umum Masyarakat Desa Cisaat Kecamatan Ciater Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM *

MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM * MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM * DPR-RI dan Pemerintah telah menyetujui RUU Desa menjadi Undang- Undang dalam rapat paripurna DPR pada tanggal 18 Desember

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PELESTARIAN ADAT ISTIADAT DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA ADAT MELAYU KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

TEMBARAN DAERAH NOMOR:3 TAHUN:1988 SERI:DNO'3 PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI TENTANG

TEMBARAN DAERAH NOMOR:3 TAHUN:1988 SERI:DNO'3 PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI TENTANG TEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR:3 TAHUN:1988 SERI:DNO'3 PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 06 TAHUN 1986 TENTANG KEDUDUKAN, FUNGSI DAN PERANAN DESA ADAT SEBAGAI

Lebih terperinci

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin dalam berbagai kebudayaan lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak muncul begitu saja, melainkan

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN ADAT ISTIADAT DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA ADAT MELAYU BELITONG KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia pendidikan dewasa ini lebih menekankan pada penanaman nilai dan karakter bangsa. Nilai dan karakter bangsa merupakan akumulasi dari nilai dan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci : Struktur Pengendalian Intern, Independensi, Pengalaman Kerja, Tingkat Pendidikan dan Pelatihan Kerja

Abstrak. Kata kunci : Struktur Pengendalian Intern, Independensi, Pengalaman Kerja, Tingkat Pendidikan dan Pelatihan Kerja Judul : Pengaruh Independensi, Pengalaman Kerja, Tingkat Pendidikan Dan Pelatihan Kerja Pegawai Terhadap Efektivitas Struktur Pengendalian Intern Pemberian Kredit Pada Lembaga Perkreditan Desa Nama : Luh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. potensi wisata, yaitu potensi fisik dan potensi budayayang bisa dikembangkan dengan

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. potensi wisata, yaitu potensi fisik dan potensi budayayang bisa dikembangkan dengan BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1 Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya berkaitan dengan pengembangan potensi ekowisata, dilakukan oleh Suryawan (2014), di Desa Cau Belayu,

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan

BAB I PENDAHULUAN. alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Bobonaro merupakan sebuah kabupaten yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan banyaknya potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniati, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniati, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan tidak akan tercipta jika tidak ada manusia yang melestarikanya, karena manusia

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan 116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga

Lebih terperinci

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH 3.1. Visi Berdasarkan kondisi masyarakat dan modal dasar Kabupaten Solok saat ini, serta tantangan yang dihadapi dalam 20 (dua puluh) tahun mendatang, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai bagian dari Kebudayaan Indonesia yang bersifat Binneka Tunggal Ika (Berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai bagian dari Kebudayaan Indonesia yang bersifat Binneka Tunggal Ika (Berbedabeda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi yang cukup terkenal di Indonesia karena merupakan salah satu asset devisa Negara Indonesia yang cukup tinggi di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ranah pemerintah daerah seperti Desa Pakraman kebijakan tentang hak-hak

BAB I PENDAHULUAN. ranah pemerintah daerah seperti Desa Pakraman kebijakan tentang hak-hak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, hak-hak perempuan mulai dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan publik. Kebijakan tentang perempuan sekarang ini sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21 perkembangan pesat terjadi dalam bidang 4T

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21 perkembangan pesat terjadi dalam bidang 4T BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21 perkembangan pesat terjadi dalam bidang 4T (Transportation, Technology, Telecommunication, Tourism) yang disebut sebagai The Millenium 4.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. Hasil penelitian itu dituangkan dalam buku yang berjudul Nusa Dua Model

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. Hasil penelitian itu dituangkan dalam buku yang berjudul Nusa Dua Model BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai Nusa Dua pernah dilakukan oleh I Nyoman Madiun. Hasil penelitian itu dituangkan dalam buku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik sudah diakui masyarakat internasional sebagai warisan budaya Indonesia. Selain sebagai karya kreatif yang sudah berkembang sejak jaman dahulu serta sebagai hasil

Lebih terperinci

Kesetaraan vs. Stratifikasi Sosial

Kesetaraan vs. Stratifikasi Sosial Kesetaraan vs. Stratifikasi Sosial Suatu Masalah Legal Gap dalam Studi Sosiologi Hukum Herlambang P. Wiratraman 2016 Bahan Perkuliahan Wignjosoebroto, Soetandyo (2013) Kesetaraan versus Stratifikasi Sosial,

Lebih terperinci

BUPATI KAUR PROPINSI BENGKULU

BUPATI KAUR PROPINSI BENGKULU BUPATI KAUR PROPINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA ADAT KAUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengakui, menghormati,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Judul : Pengaruh Pengendalian Intern Kredit, Likuiditas, dan Ukuran Perusahaan pada Kemampulabaan Lembaga Perkreditan Desa di Kota Denpasar Nama : Ni Wayan Jessy Janawati NIM : 1306305045 Abstrak Lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan pariwisata merupakan suatu industri yang berkembang di seluruh dunia. Tiap-tiap negara mulai mengembangkan kepariwisataan yang bertujuan untuk menarik minat

Lebih terperinci

D. Dinamika Kependudukan Indonesia

D. Dinamika Kependudukan Indonesia D. Dinamika Kependudukan Indonesia Indonesia adalah negara kepulauan dengan potensi sumber daya manusia yang sangat besar. Jumlah penduduk yang tinggal di Indonesia mencapai 256 juta jiwa (Worl Population

Lebih terperinci

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016 P BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN TERHADAP MASYARAKAT HUKUM ADAT DI KABUPATEN ENREKANG DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan banyaknya pulau tersebut Indonesia memiliki beragam budaya yang sangat banyak sekali. Perkembangan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. muncul adalah orang yang beragama Hindu. Dan identitasnya seringkali terhubung

Bab I. Pendahuluan. muncul adalah orang yang beragama Hindu. Dan identitasnya seringkali terhubung Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Jika seseorang mendengar kata pura maka asosiasinya adalah pulau Bali dan agama Hindu. Jika seseorang mengaku berasal dari Bali maka asosiasi yang muncul adalah orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku individu berkaitan erat dengan yang namanya peran dalam kehidupan bermasyarakat. Peran mengandung hal dan kewajiban yang harus dijalani oleh seorang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 32 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 32 TAHUN 2010 TENTANG KAMPUNG BUDAYA GERBANG KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA. 2.1 Sejarah Singkat Terbentuknya Lembaga Perkreditan Desa (LPD)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA. 2.1 Sejarah Singkat Terbentuknya Lembaga Perkreditan Desa (LPD) BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA 2.1 Sejarah Singkat Terbentuknya Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Di Bali sebelum adanya LPD telah banyak terbentuk kelompok sekeha-sekeha yang intinya

Lebih terperinci

3. Proses Sosial dalam Hubungan Antaretnik di Desa Pakraman Ubud a. Proses Sosial Disosiatif b. Proses Sosial Asosiatif...

3. Proses Sosial dalam Hubungan Antaretnik di Desa Pakraman Ubud a. Proses Sosial Disosiatif b. Proses Sosial Asosiatif... DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERSETUJUAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH... vi ABSTRAK... xi ABSTRACT... xii DAFTAR ISI... xiii DAFTAR TABEL... xvii DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara di dunia termasuk Indonesia, di mana modernisasi sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara di dunia termasuk Indonesia, di mana modernisasi sangat erat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modernisasi dewasa ini telah membawa pengaruh besar terhadap negara-negara di dunia termasuk Indonesia, di mana modernisasi sangat erat hubungannya dengan sebuah perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata di Indonesia saat ini telah memberikan sumbangan dalam meningkatkan devisa maupun lapangan kerja. Sektor pariwisata juga membawa dampak sosial,

Lebih terperinci

2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN

2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Budaya Sunda (dalam Ekadjati, 1993, hlm. 8) merupakan budaya yang hidup, tumbuh, dan berkembang di kalangan orang Sunda yang pada umumnya berdomisili di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan seperti BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan seperti adanya tuntutan dan kebutuhan masyarakat, serta ditantang untuk dapat menjawab berbagai permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan memiliki lembaga keuangan yang kuat dan modern. Dimana

BAB I PENDAHULUAN. dengan memiliki lembaga keuangan yang kuat dan modern. Dimana BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara, lembaga keuangan berperan aktif dalam membantu pertumbuhan ekonomi. Salah satu hal yang menunjukkan bahwa sebuah Negara telah memiliki kemajuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI

BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI Mengacu kepada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS A. Teori Fungsionalisme Struktural Untuk menjelaskan fenomena yang diangkat oleh peneliti yaitu Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1. Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya dilakukan oleh (Adikampana dkk, 2014) yang berjudul Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan

Lebih terperinci

Kata Kunci: LPD, pertumbuhan laba, pertumbuhan aset.

Kata Kunci: LPD, pertumbuhan laba, pertumbuhan aset. Judul : Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba dan Dampaknya Terhadap Pertumbuhan Aset LPD di Kabupaten Gianyar Nama : Ni Made Jeny Lestari Dewi NIM : 1315351091 Abstrak Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Perumusan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran pembangunan daerah lima tahun kedepan yang dituangkan dalam RPJMD Semesta Berencana Kabupaten Badung Tahun 2016-2021

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. instruksi, mengolah data sesuai dengan instruksi dan mengeluarkan hasilnya

I. PENDAHULUAN. instruksi, mengolah data sesuai dengan instruksi dan mengeluarkan hasilnya I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sistem informasi adalah suatu sistem yang menerima input data dan instruksi, mengolah data sesuai dengan instruksi dan mengeluarkan hasilnya (Davis, 1991). Dalam era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Fenomena

BAB I PENDAHULUAN Fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seni pertunjukan dalam kehidupan masyarakat Jawa memiliki dimensi dan fungsi ganda. Seni pertunjukan Jawa selain sebagai ekspresi estetik manusia, tidak jarang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Pengembangan potensi pariwisata telah terbukti

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. maupun negatif kepada umat manusia. Dampak tersebut berakibat kepada perubahanperubahan

BAB V PENUTUP. maupun negatif kepada umat manusia. Dampak tersebut berakibat kepada perubahanperubahan BAB V PENUTUP I. Pengantar Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi memberikan dampak baik positif maupun negatif kepada umat manusia. Dampak tersebut berakibat kepada perubahanperubahan yang terjadi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai orang, yang terdiri atas orang lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai orang, yang terdiri atas orang lakilaki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peluang kerja di Indonesia sangat dipengaruhi oleh laju pertumbuhan penduduk. Menurut hasil sensus penduduk pada tahun 2010 jumlah penduduk di Indonesia mencapai 237.556.363

Lebih terperinci

8.1 Temuan Penelitian

8.1 Temuan Penelitian BAB VIII PENUTUP Bab Penutup ini berisi tiga hal yaitu Temuan Penelitian, Simpulan, dan Saran. Tiap-tiap bagian diuraikan sebagai berikut. 8.1 Temuan Penelitian Penelitian tentang relasi kuasa dalam pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lingkungan bisnis pada saat ini tumbuh dan berkembang secara drastis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lingkungan bisnis pada saat ini tumbuh dan berkembang secara drastis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan bisnis pada saat ini tumbuh dan berkembang secara drastis dan sangat dinamis dan karena perkembangan tersebut diperlukan sistem manajemen yang efektif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari / BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA KOTA BATU DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wadah yang disebut masyarakat. Seperti yang kita ketahui pada zaman yang

BAB I PENDAHULUAN. wadah yang disebut masyarakat. Seperti yang kita ketahui pada zaman yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau secara sosiologis, kehidupan sosial berlangsung dalam suatu wadah yang disebut masyarakat. Seperti yang kita ketahui pada zaman yang modern ini masyarakat

Lebih terperinci

PELESTARIAN KAWASAN PUSAKA BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Kawasan Taman Ayun, Kabupaten Badung, Provinsi Bali)

PELESTARIAN KAWASAN PUSAKA BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Kawasan Taman Ayun, Kabupaten Badung, Provinsi Bali) PELESTARIAN KAWASAN PUSAKA BERKELANJUTAN (Studi Kasus: Kawasan Taman Ayun, Kabupaten Badung, Provinsi Bali) Dr. Taufan Madiasworo, ST., MT. Kepala Sub Direktorat Kawasan Permukiman Perdesaan Disampaikan

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN HIBAH KEPADA DESA PAKRAMAN, SUBAK DAN SUBAK ABIAN PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa perencanaan pembangunan daerah adalah satu kesatuan dalam sistem

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan yang menjabarkan pernyataan singkat hasil temuan penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kesimpulan penelitian akan dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola perilaku masyarakat. Perilaku ini tercermin dari perilaku individu selaku anggota masyarakat. Indonesia

Lebih terperinci

LAPORAN EXECUTIVE KAJIAN MODEL PENGEMBANGAN SENI DAN BUDAYA DAERAH KOTA BANDUNG (Kerjasama Kantor Litbang dengan PT. BELAPUTERA INTERPLAN) Tahun 2005

LAPORAN EXECUTIVE KAJIAN MODEL PENGEMBANGAN SENI DAN BUDAYA DAERAH KOTA BANDUNG (Kerjasama Kantor Litbang dengan PT. BELAPUTERA INTERPLAN) Tahun 2005 LAPORAN EXECUTIVE KAJIAN MODEL PENGEMBANGAN SENI DAN BUDAYA DAERAH KOTA BANDUNG (Kerjasama Kantor Litbang dengan PT. BELAPUTERA INTERPLAN) Tahun 2005 1.1 Latar Belakang Seni dan budaya daerah mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, dan penuh dengan keberagaman, salah satu istilah tersebut adalah

Lebih terperinci

PERUBAHAN SOSIAL DI PERDESAAN BALI

PERUBAHAN SOSIAL DI PERDESAAN BALI BAB 9 KESIMPULAN Dari apa yang telah diuraikan dan dibahas pada bab-bab sebelumnya, tergambarkan bahwa perdesaan di Tabola pada khususnya dan di Bali pada umumnya, adalah perdesaan yang berkembang dinamis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang begitu pesat hal ini ditandai dengan munculnya industri baru

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang begitu pesat hal ini ditandai dengan munculnya industri baru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti saat ini perekonomian dunia mengalami perkembangan yang begitu pesat hal ini ditandai dengan munculnya industri baru yang berbasis

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. Pembukaan UUD 1945, perwujudannya berupa pembangunan nasional dalam

BAB I P E N D A H U L U A N. Pembukaan UUD 1945, perwujudannya berupa pembangunan nasional dalam 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Masalah Kebijakan merupakan suatu upaya yang digunakan pemerintah untuk mencapai tujuan negara Indonesia yang termaktub dalam alinea keempat Pembukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis sangat tajam. Untuk memenangkan persaingan tersebut, koperasi perlu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. bisnis sangat tajam. Untuk memenangkan persaingan tersebut, koperasi perlu memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada abad ke 21, era globalisasi ini terjadi persaingan di berbagai sektor terutama bisnis sangat tajam. Untuk memenangkan persaingan tersebut, koperasi perlu

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU Salinan NO : 15/LD/2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 15 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 15 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 15 TAHUN 2013 PERATURAN

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Objek Wisata Candi Muaro Jambi Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Provinsi Jambi. Lokasi candi

Lebih terperinci

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons Teori ini digunakan oleh peneliti untuk menganalisis pesantren dan pangajian taaruf (studi kasus eksistensi

Lebih terperinci