BAB I PENDAHULUAN. Selama keberadaannya di Pulau Jawa, Bikkhu Narada Thera telah melakukan
|
|
- Sudomo Chandra
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad ke-20, agama Buddha mulai bangkit kembali di Pulau Jawa dengan datangnya Bikkhu Narada Thera dari Srilanka pada bulan Maret Selama keberadaannya di Pulau Jawa, Bikkhu Narada Thera telah melakukan kegiatan, seperti: Memberikan khotbah dan pelajaran Buddha Dharma di beberapa tempat di Jakarta, Bogor, Bandung dan Solo. Memberkahi penanaman pohon Bodhi di pekarangan Candi Borobudur pada tanggal 10 Maret Membantu pendirian Java Buddhist Association (Perhimpunan Agama Buddha) yang pertama di Bogor dan Jakarta. Bikkhu Narada Thera juga menjalin kerja sama yang erat dengan para biksu dari kelenteng Kim Tek Ie, Kwan Im Tong, dan Toeng San Tong di Jakarta; Kelenteng Boen Tek Bio di Bogor; Kelenteng Kwan Im Tong di Bandung; Kelenteng Tien Kok Sie di Solo; dan perhimpunan-perimpunan Theosofie di Jakarta, Bogor, Bandung dan Solo. Serta melantik para upasaka dan upasika di tempat-tempat yang dikunjunginya. Nama-nama para perintis bangkitnya kembali agama Buddha di Pulau Jawa, antara lain Pendeta Josias van Dienst, Deputy Director General Buddhist Mission, Java Section yang pusatnya berada di Taton, Birma. Kwee Tek Hoay, Direktur dan Pimpinan Redaksi Majalah Moestika Dharma, Jakarta (Yoest, 2008 : 24-25). Pada tanggal 3 Mei 1958, dibentuklah Perhimpunan Buddhis Indonesia (PERBUDI) yang berpusat di Semarang, tetapi sejak tahun 1965 pusat 1
2 perhimpunan itu dipindahkan ke Jakarta. Ketua Umum PERBUDI berturutturut dijabat oleh Sosro Utomo, Sadono, Soemantri MS dan Soeraji Ariakertawijaya. Pada tahun 1970, PERBUDI berubah nama menjadi PERBUDHI, sebagai gabungan dari PERBUDI, PUUI (Persaudaraan Upasaka- Upasika Indonesia), GPBI (Gerakan Pemuda Buddhis Indonesia), dan Wanita Buddhis Indonesia. Antara tahun , terdapat perbedaan pendapat dan pandangan di kalangan pimpinan umat Buddhis, sehingga banyak didirikan organisasi Buddhis yang baru (Yoest, 2008 : 25-26). Pada tahun 1969 Ven. Chau Kun Phre Dhepvoravethi datang dari Wat Paknam, Thonburi, Bangkok. Melalui Bikkhu Jinaratama, Ven. Chau Kun Phre Dhepvoravethi mengirimkan buku-buku suci Tripitaka dalam bahasa Pali dan Inggris, serta patung-patung Buddha dari kuningan untuk wihara-wihara di Banten, Bogor, Garut, Muntilan, Purworejo, Bali, Ujung Pandang, Samarinda, Palembang, Jambi dan tempat-tempat lainnya (Yoest, 2008 : 27). Pada tahun 1969 empat dhammaduta dari Thailand datang ke Indonesia untuk membantu mengembangkan agama Buddha. Keempat dhammaduta itu adalah : Ven. Phra Kru Pallad Attachariya, Ven. Phra Kru Pallad Viriyacarya, Ven. Phra Maha Prateen Khemadasi dan Ven. Phra Maha Sujib Khemacharo (Yoest, 2008 : 27). Bermula dari kedatangan empat dhammaduta tersebut, agama Buddha semakin berkembang di wilayah Jawa Tengah dan akhirnya sampai ke daerah Desa Bedono Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Awal mulanya agama Buddha diperkenalkan di Desa Bedono pada tahun 1969 oleh Kirtoharjo. Kirtoharjo merupakan seorang warga dusun Wawar 2
3 Kidul, Desa Bedono Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang yang lahir di Bedono pada tahun Pada tahun itulah sekaligus menandai awal masuknya agama Buddha di Desa Bedono. Sebelum memeluk agama Buddha, Kirtoharjo menganut agama Islam, tetapi hanya Islam Kartu Tanda Penduduk (KTP). Kirtoharjo terpanggil untuk mempelajari agama Buddha dengan ajaranajaran yang ada didalamnya. Ia adalah penganut agama Buddha yang pertama kali pada tahun Awalnya ia mendalami agama Buddha dibawah bimbingan Romo Prawirowirono, seorang pandita agama Buddha Mahayana versi Jawa yang bertempat tinggal di Salatiga. Bimbingan kerohanian berlangsung satu kali dalam seminggu, dengan cara ia mendatangi tempat Romo Prawirowirono. Namun kadang kala Romo berkenan datang bersama rombongan dari Salatiga untuk memberikan bimbingan agama Buddha di Desa Bedono dan sekitarnya (M. Bandiyono, 2004 : 4-5). Adanya aturan dari Komando Distrik Militer (KODIM) Salatiga, bahwa untuk mendapatkan pengakuan dan izin dalam melaksanakan kegiatan agama, minimal harus mempunyai pengikut sebanyak 15 orang. Maka Romo Kirtoharjo memperkenalkan dan menyebarkan agama Buddha kepada sanak saudaranya yang waktu itu beragama Islam, namun tidak aktif dalam menjalankan ibadah agama Islam. Respon positif dari sanak saudara tentang agama yang dianut Romo Kirtoharjo, menjadikan ia tidak segan-segan memulai berlatih bersama dan saling bertukar pikiran (M. Bandiyono, 2004 : 5). 3
4 Berawal dari sinilah pertumbuhan dan perkembangan agama Buddha dimulai. Pada tahun 1981 didirikanlah Wihara Vajra Bumi Honocoroko yang berlokasi di pelataran belakang rumah Romo Kirtoharjo di Dusun Wawar Kidul, Desa Bedono dengan aliran (sekte) umat Buddha Tantrayana Zhenfo Zong Kasogatan. Pelaksanaan ritual ibadah kebaktian setiap hari Selasa malam di Wihara Vajra Bumi Honocoroko ini memiliki perbedaan dengan ritual ibadah di Wihara Dhamma Surya yang beralamat di Dusun Janggleng Desa Tlogowungu Kecamatan Kaloran Kabupaten Semarang. Ritual ibadah di Wihara Dhamma Surya ini memakai parita-parita suci. Sedangkan ritual ibadah di Wihara Vajra Bumi Honocoroko ini memakai mantra-mantra suci. Serta keunikan yang paling menonjol yang hanya ada di Wihara Vajra Bumi Honocoroko yaitu sebelum pelaksanaan ibadah dimulai akan diadakan karawitan (memainkan gamelan) terlebih dahulu. Selama pelaksanaan ritual ibadah kebaktian juga diiringi dengan incing, tambur dan ketuk yang berguna untuk menyelaraskan suara. Kegiatan Sekolah Minggu diadakan untuk membina anak-anak dalam bidang seni budaya dengan berlatih karawitan sebagai pelestarian budaya Jawa. Hal inilah yang menarik untuk diteliti. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana ritual ibadah kebaktian umat Buddha Tantrayana Zhenfo Zong Kasogatan di Wihara Vajra Bumi Honocoroko Desa Bedono? 2. Bagaimana pengaruh budaya Jawa dalam ritual ibadah kebaktian umat Buddha Tantrayana Zhenfo Zong Kasogatan di Wihara Vajra Bumi Honocoroko Desa Bedono? 4
5 C. Tujuan Penelitian Sejalan dengan permasalahan yang telah disebutkan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan tentang ritual ibadah kebaktian umat Buddha Tantrayana Zhenfo Zong Kasogatan di Wihara Vajra Bumi Honocoroko Desa Bedono serta pengaruh budaya Jawa dalam ritual ibadah kebaktian umat Buddha Tantrayana Zhenfo Zong Kasogatan di Wihara Vajra Bumi Honocoroko Desa Bedono. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat akademis a. Dapat menambah pengalaman secara langsung dan menggali pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai hal agama Buddha. b. Memberikan gambaran tentang keberadaan umat beragama Buddha dengan segala aktivitasnya dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. c. Menambah wawasan dalam menambah ilmu yang diperoleh secara teoritis dalam praktik nyata di lapangan. d. Memberikan nilai-nilai edukatif, toleransi antar umat beragama. e. Memberikan sumbangan praktis kepada dunia pendidikan khususnya mengenai studi tentang perkembangan agama di Indonesia. 2. Manfaat praktis a. Memberikan wacana yang positif kepada masyarakat luas terhadap lokasi penelitian yaitu di Wihara Vajra Bumi Honocoroko Desa Bedono Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. 5
6 b. Memperkenalkan lokasi penelitian kepada masyarakat luas sehingga keberadaannya menjadi lebih terkenal. c. Menambah referensi kesejahteraan terutama tentang perkembangan agama. 6
BAB III METODOLOGI. Penelitian yang dilakukan bersifat kualitatif, artinya penelitian yang
BAB III METODOLOGI A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat kualitatif, artinya penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif yang berupa kata-kata tertulis terhadap apa yang diamati,
Lebih terperinciRITUAL IBADAH KEBAKTIAN UMAT BUDDHA TANTRAYANA ZHENFO ZONG KASOGATAN DI WIHARA VAJRA BUMI HONOCOROKO DESA BEDONO
RITUAL IBADAH KEBAKTIAN UMAT BUDDHA TANTRAYANA ZHENFO ZONG KASOGATAN DI WIHARA VAJRA BUMI HONOCOROKO DESA BEDONO Cintya Santi Sudarto, Tri Widiarto, Emy Wuryani Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Buddhism atau yang biasa dikenal sebagai ajaran Agama Buddha, merupakan salah satu filsafat tua dari timur yang ikut berkembang di Indonesia sejak abad ke 5. Pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Agama Buddha Secara etimologi kata agama berasal dari dua akar kata, yaitu a: tidak, dan gama : kacau. Berdasarkan etimologi tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terdiri dari berbagai kelompok etnik salah satunya adalah kelompok etnik Tionghoa. Kelompok etnik Tionghoa di Indonesia adalah salah satu kelompok etnik yang
Lebih terperinciKEPUTUSAN MAHA SANGHA SABHA (PASAMUAN AGUNG) TAHUN 2002 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 02/PA/VII/2002
KEPUTUSAN Nomor : 02/PA/VII/2002 Tentang: PROGRAM KERJA LIMA TAHUN ( TAHUN 2002 2007 ) NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMASAMBUDDHASSA Memperhatikan : Musyawarah dan mufakat dalam Mahã Sangha Sabhã (Pesamuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Agama Buddha tidak pernah bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian kehidupan masyarakat Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pemeluk tradisi Kadam biasanya disebut dengan Kadampa. Kata Kadampa
BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelayakan Pemeluk tradisi Kadam biasanya disebut dengan Kadampa. Kata Kadampa berasal dari bahasa Tibet, secara ringkas berarti mereka yang dapat
Lebih terperinciKEPUTUSAN SIDANG MAHASANGHASABHA (PERSAMUHAN AGUNG) TAHUN 2007 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 01/PA/VII/2007
Menimbang : Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya, Jl. Agung Permai XV/12 Jakarta 14350 Vihara Mendut, Kotak Pos 111, Kota Mungkid 56501 Magelang KEPUTUSAN SIDANG Nomor : 01/PA/VII/2007 TATA TERTIB SIDANG MAHASANGHASABHA
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. dengan masuknya etnik Tionghoa di Indonesia. Medio tahun 1930-an dimulai. dan hanya mengandalkan warisan leluhurnya.
BAB IV PENUTUP 1.1. Simpulan Agama Tao masuk dan berkembang di Indonesia sejak abad 6 SM seiring dengan masuknya etnik Cina di wilayah Nusantara. Agama Tao diyakini berasal dari Kaisar Kuning (Huang Di)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki culture yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki culture yang beraneka ragam, mulai dari tanah Sumatra hingga Papua sehingga tercipta kebudayaan yang berbeda
Lebih terperinciKEPUTUSAN RAPAT KARAKA SANGHA SABHA (DEWAN PIMPINAN SANGHA) I/2001 SANGHA THERAVADA INDONESIA
Nomor : 01/RAPIM-I/II/01 MEMUTUSKAN Menetapkan : KEPUTUSAN RAPAT KARAKA SANGHA SABHA (DEWAN PIMPINAN SANGHA) I/2001 BAB I : PROGRAM PELAKSANAAN KEGIATAN 2001 2002 SANGHA THERAVADA INDONESIA Pasal 1 : Program
Lebih terperinciDATA LEMBAGA BUDDHA PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2013
NO NAMA LEMBAGA/YAYASAN ALAMAT 1 DATA LEMBAGA BUDDHA PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2013 KOTA MEDAN Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI) Prov. Sum. Utara Jl. Mahoni, Prov. Sumatera Utara TAHUN BERDIRI
Lebih terperinciSTRATEGI PEMBINAAN UMAT OLEH DHARMADUTA. Oleh: Warsito. Abstrak:
STRATEGI PEMBINAAN UMAT OLEH DHARMADUTA Oleh: Warsito Abstrak: Perkembangan Dharmaduta di Indonesia telah berkembang pesat sejak masa kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur.
Lebih terperinciPERAN PENYULUH AGAMA BUDDHA DALAM PELAYANAN KEAGAMAAN DI VIHARA RANCAKA DHARMA KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL SKRIPSI
PERAN PENYULUH AGAMA BUDDHA DALAM PELAYANAN KEAGAMAAN DI VIHARA RANCAKA DHARMA KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL SKRIPSI Oleh DWI SRI MUKTI NIM 0250112020505 SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perjalanan hidup manusia tidak terlepas tanpa bimbingan agama. Agama merupakan sumber moral, petunjuk kebenaran dan sebagai pembimbing rohani manusia. Agama
Lebih terperinci地母真經手抄文件 Penyalinan Sutra Bodhisattva Di Mu
地母真經手抄文件 Penyalinan Sutra Bodhisattva Di Mu 满足成就佛陀智慧 一切衆生無上福田 Page 1 Maha Mula Acarya Lian Sheng Maha Guru Lian Sheng (Lu Sheng-Yen) adalah perintis Zhen Fo Zong (True Buddha School) yang dilahirkan pada
Lebih terperinci佛說出家功德經手抄文件 Penyalinan Sutra Pahala Menjadi Bhikkhu
佛說出家功德經手抄文件 Penyalinan Sutra Pahala Menjadi Bhikkhu 满足成就佛陀智慧 一切衆生無上福田 Page 1 Maha Mula Acarya Lian Sheng Maha Guru Lian Sheng (Lu Sheng-Yen) adalah perintis Zhen Fo Zong (True Buddha School) yang dilahirkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai upacara ritual yang bersifat magis, adat istiadat maupun hiburan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan salah satu sarana bagi manusia untuk berkreasi dan berkarya. Manusia berkarya melalui cara dan media yang berbeda-beda sesuai dengan bakat dan
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN. Kamajaya,Karkono,Kebudayaan jawa:perpaduannya dengan islam,ikapi,yogja,1995 2
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pendidikan adalah upaya menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap insan. Potensi itu berupa kemampuan berbahasa, berfikir, mengingat menciptakan
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. wilayah lokasi KKN bagi Kelompok III. Masyarakat yang heterogen terdiri dari
BAB III PENUTUP 3. 1. Simpulan Desa Cijantra, Kecamatan Pagedagangan, Kabupaten Tangerang merupakan wilayah lokasi KKN bagi Kelompok III. Masyarakat yang heterogen terdiri dari berbagai kelompok masyarakat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan agama yang tersebar dari Sabang hingga Marauke. Keanekaragaman tersebut menghasilkan berbagai macam
Lebih terperinciKEMENAG. Pendidikan. Keagamaan. Budha. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN KEAGAMAAN BUDDHA
No.1384, 2014 KEMENAG. Pendidikan. Keagamaan. Budha. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN KEAGAMAAN BUDDHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK
Lebih terperinciDharmayatra tempat suci Buddha
Dharmayatra tempat suci Buddha 1. Pengertian Dharmayatra Dharmayatra terdiri dari dua kata, yaitu : dhamma dan yatra. Dharmma (Pali) atau Dharma (Sanskerta) artinya kesunyataan, benar, kebenaran, hukum,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Salah satu kebebasan yang paling utama dimiliki tiap manusia adalah kebebasan beragama. Melalui agama, manusia mengerti arti dan tujuan hidup yang sebenarnya. Agama
Lebih terperinciKEBERADAAN DAN KEGIATAN TAO SEBAGAI AGAMA TESIS. Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Magister Sosiologi Agama Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
KEBERADAAN DAN KEGIATAN TAO SEBAGAI AGAMA TESIS Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Magister Sosiologi Agama Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Oleh: ARNIS RACHMADHANI NIM: 752011001 MAGISTER SOSIOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad lalu, dan Cina mengalami migrasi besar-besaran sekitar abad 16 (Purcell, 1997: 33 dalam Supardi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mereka miliki dengan cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang didalamnya terkandung kepercayaan, moral, hukum, adat serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang
Lebih terperinci35. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMP
35. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMP KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pertama ini akan diuraikan secara berturut-turut : (1) latar
1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pertama ini akan diuraikan secara berturut-turut : (1) latar belakang penelitian, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) ruang lingkup penelitian,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Menurut sejarah Cina kuno dikatakan bahwa orang-orang Cina mulai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut sejarah Cina kuno dikatakan bahwa orang-orang Cina mulai merantau ke Indonesia pada masa akhir pemerintahan dinasti Tang. Dalam masyarakat Cina dikenal tiga
Lebih terperinciAwal Penyebaran Pembentukan Lembaga (28 Oktober 1964) Awal Kepemimpinan (1965)
Sumber: https://nsi.or.id/id/tentang-nsi/organisasi/sejarah-perkembangan Awal Penyebaran 1950 Agama Buddha Niciren Syosyu muncul dan berkembang di Indonesia sejak tahun 1950 dimana saat itu ada beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Awal kesenian musik tradisi Melayu berakar dari Qasidah yang berasal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Awal kesenian musik tradisi Melayu berakar dari Qasidah yang berasal sebagai kedatangan dan penyebaran Agama Islam di Nusantara pada tahun 635-1600 dari Arab,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu budaya penting bagi masyarakat Islam Jawa, baik yang masih berdomisili di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi menyambut bulan Suro merupakan hal yang sudah menjadi salah satu budaya penting bagi masyarakat Islam Jawa, baik yang masih berdomisili di Jawa maupun yang
Lebih terperinci佛說長壽命滅罪護諸童子陀羅 尼咒經手抄文件
佛說長壽命滅罪護諸童子陀羅 尼咒經手抄文件 Penyalinan Sutra Memperpanjang Usia, Mengikis Karma dan Melindungi Anak Kecil 满足成就佛陀智慧 一切衆生無上福田 Page 1 Maha Mula Acarya Lian Sheng Maha Guru Lian Sheng (Lu Sheng-Yen) adalah perintis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia sejak zaman kerajaan-kerajaan, teristimewa pada masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan beragama pada dasarnya merupakan kepercayaan terhadap keyakinan yang berasal dari nenek moyang, keyakinan yang kuat dan luar biasa itu sagat berpengaruh terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panjalu merupakan sebuah kecamatan yang terletak di Ciamis Utara. Secara geografis Panjalu mempunyai luas wilayah sebesar 50,60 Km² dengan jumlah penduduk 46.991
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Namun, disisi lain nilai kesetiakawanan sosial semakin berkurang, sehubungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi meningkatnya perkembangan hubungan sosial juga semakin meningkat. Hal tersebut dapat dilihat
Lebih terperinciGereja dan Toleransi Beragama (Usaha GBKP Semarang dalam mewujudkan Toleransi antar umat beragama) FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA _ Gereja dan Toleransi Beragama (Usaha GBKP Semarang dalam mewujudkan Toleransi antar umat beragama) Oleh : Ruth Dwi Rimina br Ginting 712007058
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Multikulturalisme dan pluralisme adalah esensi Bhineka Tunggal Ika yaitu keragaman dalam kesatuan yang mana memiliki peran besar dalam pembangunan bangsa. Selain itu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi dan budaya yang berbeda. Ini menjadi variasi budaya yang memperkaya kekayaan budaya bangsa Indonesia. Budaya merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata Tahlil secara etimologi dalam tata bahasa Arab membahasnya sebagai sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti mengucapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua kalangan wisatawan, mulai dari kota besar sampai kota kecil. Bukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak tempat wisata yang banyak dikunjungi oleh semua kalangan wisatawan, mulai dari kota besar sampai kota kecil. Bukan hanya masyarakat Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan tradisi Tionghoa pada awalnya sempat ditentang selama 32 tahun dan kurang diakui baik secara langsung maupun tidak langsung akibat terjadinya gonjang-ganjing
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang beraneka ragam, salah satu hasil budaya tersebut adalah batik. Batik merupakan warisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Lebih terperinciSTUDI TENTANG KOMUNITAS AGAMA BUDHA DI DESA SELOREJO KECAMATAN NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG
STUDI TENTANG KOMUNITAS AGAMA BUDHA DI DESA SELOREJO KECAMATAN NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi
Lebih terperinciKEWARGANEGARAAN. Konsep Dasar Kewarganegaraan. Dr. Achmad Jamil M.Si. Modul ke: 01Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1 Manajemen
KEWARGANEGARAAN Modul ke: 01Fakultas Ekonomi dan Bisnis Konsep Dasar Kewarganegaraan Dr. Achmad Jamil M.Si Program Studi S1 Manajemen Konsep Dasar Kewarganegaraan Tri Kerukunan Umat Beragama di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memiliki pasangan akan selalu saling melengkapi satu sama lain.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan selalu berpasangan, pria dengan wanita. Dengan tujuan bahwa dengan berpasangan, mereka dapat belajar berbagi mengenai kehidupan secara bersama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung, dengan julukan Paris Van Java mempunyai pesona yang begitu luar biasa mulai dari kuliner, budaya sundanya, peninggalan bersejarah dan tujuan wisata. Salah
Lebih terperinciAgama Buddha Masa Kini : Antara Harmoni dan Konflik oleh : Putu Finsen Darmayana STABN Sriwijaya
Agama Buddha Masa Kini : Antara Harmoni dan Konflik oleh : Putu Finsen Darmayana STABN Sriwijaya ABSTRAK Tujuan artikel ini adalah untuk melihat uniknya perkembangan agama Buddha yang sangat harmonis dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan luas 5.193.250 kilometer persegi 1 sudah pasti menyebabkan munculnya keanekaragaman dan kemajemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata seni adalah sebuah kata yang semua orang dipastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara Etimologi istilah seni berasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman etnis, budaya, adat-istiadat serta agama. Diantara banyaknya agama
Lebih terperinciE. Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
E. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Satuan Pendidikan : SMP Kelas : VII (tujuh) Kompetensi Inti : KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan zaman, banyak perusahaan, organisasi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, banyak perusahaan, organisasi maupun lembaga baru yang dibangun. Dengan banyaknya perusahaan, organisasi maupun lembaga tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki keterbatasan sehingga manusia dapat melakukan ritual - ritual atau kegiatan keagamaan lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian yang membahas mengenai proses pengambilan keputusan yang individu hadapi mengenai pengambilan keputusan untuk hidup membiara, disertai dengan
Lebih terperinciOleh: Hafidz Abdurrahman
Oleh: Hafidz Abdurrahman Negara Khilafah, meski dibangun berdasarkan akidah Islam, dan menerapkan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan, tetapi Negara Khilafah tetap memberikan toleransi dan kebebasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas perkembangan yang berbeda. Tahap perkembangan remaja akhir memiliki tugas
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki berbagai tahap perkembangan dan setiap tahap perkembangan memiliki tugas perkembangan yang berbeda. Tahap perkembangan remaja akhir memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, musik merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan peribadatan. Pada masa sekarang ini sangat jarang dijumpai ada suatu
Lebih terperinciSILABUS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA
1 SILABUS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas Kompetensi Inti (KI) KI 1 KI 2: KI 3: KI 4: : Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK) : Pendidikan Agama Buddha dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada satu objek tertentu agar pikiran dapat lebih fokus. Dalam bahasa Pāli
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meditasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memusatkan pikiran pada satu objek tertentu agar pikiran dapat lebih fokus. Dalam bahasa Pāli meditasi disebut juga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Atas prakarsa dan swadaya masyarakat yang makin meningkat, jumlah tempat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sarana dan prasarana ibadat tersebut terutama dilakukan atas peran serta masyarakat yang mencerminkan besarnya kesadaran beragama masyarakat. Atas prakarsa
Lebih terperinciTENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,
SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 68 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN ORGANISASI LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT KELURAHAN,
Lebih terperinciBAB III MAHA VIHARA MOJOPAHIT DAN PARA BIKSU
BAB III MAHA VIHARA MOJOPAHIT DAN PARA BIKSU A. Sejarah Maha Vihara Mojopahit Pada tahun 1982 dengan ide dan gagasan luhur, Biksu Viriyanadi Mahathera mencoba untuk merintis mendirikan Buddhist Centre
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki beragam kebudayaan. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya peninggalan peninggalan sejarah yang tersebar luas hampir
Lebih terperinci2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia kaya akan ragam suku sehingga dari keberagaman tersebut lahirlah banyak kesenian tradisi yang bersifat unik dan khas. Poerwadarminta (2001,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah Penelitian. Persaingan dalam dunia bisnis saat ini sangatlah ketat. Hal ini disebabkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Penelitian Persaingan dalam dunia bisnis saat ini sangatlah ketat. Hal ini disebabkan karena banyak orang yang memiliki berbagai macam strategi untuk memenangkan
Lebih terperinciASSIGNMENT AGAMA BUDDHA IBADAT & AMALAN
ASSIGNMENT AGAMA BUDDHA IBADAT & AMALAN Name : Vickneshvaran A/L Rajasegaran Matric No :3142000611 Code : MPU2323 Subject : Agama-Agama Di Malaysia Group : 1 Lecture : Sir Ahmad Tarmizi Bin Zakari AGAMA
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi
BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyebaran agama Islam di Yogyakarta khususnya untuk kalangan etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim di Jawa adalah orang-orang
Lebih terperinciE. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNARUNGU
- 567 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNARUNGU KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning bangsa (kebudayaan itu menjadi cermin besar yang menggambarkan peradaban suatu bangsa). Hal ini
Lebih terperinciNOMOR 10 TAHUN 1980 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG BUDAYA PARAMA DHARMA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1980 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG BUDAYA PARAMA DHARMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perlu mengadakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama Hindu merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan
Lebih terperinciVIHARA DHAMMA MANGGALA
PERMOHONAN BANTUAN DANA PEMBANGUNAN KUTI DAN PAGAR VIHARA VIHARA DHAMMA MANGGALA KABUPATEN BANYUWANGI Nomor : 02/ VDM-SBG/X/2016 Kepada Sifat : Penting Yth. Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Permohonan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan sistem nilai suatu masyarakat, meliputi cara-cara berlaku,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan sistem nilai suatu masyarakat, meliputi cara-cara berlaku, kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia yang
Lebih terperinciSILABUS PEMBELAJARAN. Indikator Pencapaian Kompetensi Instrumen
SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMP Kelas : VIII (Delapan) Mata Pelajaran : PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA Semester : 1 (Satu) Aspek : Sejarah Standar : 1. Mengungkapkan sejarah Pangeran Siddharta pada masa bertapa
Lebih terperinciWritten by Administrator Wednesday, 25 January :43 - Last Updated Saturday, 28 January :28
Ven. Ajahn Karuniko (Christopher John Woodfine) dilahirkan pada tahun 1953 dekat wilayah Manchester di Inggris. Beliau adalah lulusan Universitas Sheffield dengan gelar kehormatan di bidang Teknik Elektronika
Lebih terperinciNILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI SAPARAN DI KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL
Laporan Penelitian Individual NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI SAPARAN DI KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL Penelitian Kompetitif Individual Dari Dana LP2M STIT Muh. Kendal Tahun Anggaran 2014 Oleh:
Lebih terperinciPenjelasan 7 Jenis Kertas Sembayang (Kertas Mulia)
Penjelasan 7 Jenis Kertas Sembayang (Kertas Mulia) Dalam aliran Zhen Fo Zong, Mahaguru tidak menentang pemakaian kertas mulia atau lazim disebut kertas sembahyang, baik itu kertas sembahyang yang sudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memeluk suatu ajaran atau agama tersebut. Manusia terikat dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agama memiliki pengaruh besar terhadap tindakan dan prilaku manusia yang memeluk suatu ajaran atau agama tersebut. Manusia terikat dengan aturan-aturan dan ideologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik sudah dikenal sekitar abad ke-13, yang pada saat itu masih ditulis dan dilukis pada
Lebih terperinciKEPUTUSAN KARAKASANGHASABHA (DEWAN PIMPINAN) SANGHA THERAVADA INDONESIA
Nomor : 01/RAPIM-III/XI/2009 KEPUTUSAN KARAKASANGHASABHA (DEWAN PIMPINAN) NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMASAMBUDDHASSA Menimbang : Perlunya penanganan menejerial dan operasional dalam kelembagaan Sangha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan budi-pekerti dan akhlak-iman manusia secara sistematis, baik aspek ekspresifnya yaitu
Lebih terperinciBab I Pendahuluan UKDW
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa (GKJ) Immanuel Ungaran merupakan salah satu gereja yang terletak di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dengan jemaat berjumlah 417 jiwa.
Lebih terperinciE. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNADAKSA
- 1389 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNADAKSA KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1-1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat dikenal sebagai Kota Parahyangan/Tatar Sunda, yang berarti tempat para Rahyang/Hyang bersemayam. Menurut cerita cerita masyarakat kuno, Tatar Parahyangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Etnis Simalungun memiliki kebudayaan yang banyak menghasilkan kesenian daerah dan upacara adat, dan hal tersebut masih dilakukan oleh masyarakat Simalungun sebagai
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM VIHARA BUDDHAYANA DHARMAWIRA CENTRE. Berdiri atas prakarsa para tokoh buddhayana sebagai Pusdiklat (pusat pelatihan
BAB III GAMBARAN UMUM VIHARA BUDDHAYANA DHARMAWIRA CENTRE A. Profil Vihara Buddhayana Dharmawira Center Vihara Buddhayana Dharmawira Centre disingkat BDC adalah nama sebuah Vihara yang didirikan pada tanggal
Lebih terperinciBAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN
BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1. Riwayat Perusahaan Yayasan Saddhapala merupakan sebuah Yayasan yang bergerak dalam bidang sosial keagamaan. Nama Yayasan Saddhapala ditetapkan berdasarkan pemungutan
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA KMB DHAMMAÑANO ITB
ANGGARAN RUMAH TANGGA KMB DHAMMAÑANO ITB BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 1. Mahasiswa Buddhis Institut Teknologi Bandung mengisi formulir keanggotaan untuk menjadi anggota biasa KMB Dhammañano ITB. 2. Mantan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Padepokan/vihara Dhammadipa Arama 1
19 BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Letak Geografis Padepokan Dhammadipa Arama Padepokan/vihara Dhammadipa Arama 1 merupakan bangunan tempat peribadatan umat Budha yang terletak di jalan raya Mojorejo
Lebih terperinciC. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA
- 165 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA KELAS VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan
Lebih terperinciDESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008
DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karimunjawa merupakan salah satu ikon penting bagi Provinsi Jawa Tengah khususnya Kabupaten Jepara. Selain sebagai salah satu kecamatan di kabupaten ini, Karimunjawa
Lebih terperinciBAB l PENDAHULUAN. pencapaian inovasi tersebut manusia kerap menggunakan kreativitas untuk menciptakan
BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk yang memiliki akal pikiran untuk melakukan inovasiinovasi dalam mencapai tujuan tertentu sesuai yang diinginkannya. Di dalam proses pencapaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi
Lebih terperinci