BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
|
|
- Veronika Cahyadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Agama Buddha Secara etimologi kata agama berasal dari dua akar kata, yaitu a: tidak, dan gama : kacau. Berdasarkan etimologi tersebut dapat dapatlah diketahui apa fungsi agama, baik dalam aspek negatif maupun dalam aspek positif. Dalam aspek negatif, agama menjauhkan umat atau penganutnya dari kejahatan dan kekacauan. Aspek positifnya, agama membimbing umat atau penganutnya ke jalan kebaikan dan kebenaran (Eddy Sadeli, 1999 : 6). Menurut U.P. Suktadharmi dan U.P. Dharmanitya, dijelaskan bahwa Agama Buddha atau Buddha Dharma adalah ajaran-ajaran semua Buddha (Suktadharmi, 1986 : 1). Pengertian Buddha sendiri yaitu, Buddha berarti seseorang yang telah mencapai Kebijaksanaan Agung (Suktadharmi, 1986 : 6). Agama Buddha dalam pengertian luas adalah religi, mencakup juga kitab-kitab, tatacara dan ritual, kebiasaan / tradisi, dan organisasi komunitasnya. Agama Buddha dalam pengertian khusus adalah apa yang diajarkan oleh Buddha. Namun dalam istilah teknis Buddhisme, agama Buddha seharusnya disebut Buddha-dharma. Penjelasan mengenai Dharma yang diberikan oleh agama Buddha adalah: sesuai dengan sifat alaminya, membentuk dirinya sendiri dan membuat dirinya dapat dikenali. Ini berarti 7
2 segala sesuatu harus sesuai dengan karakteristik spesifik dan bentuknya sendiri, sehingga orang dapat mengenalinya setelah melihatnya. Contohnya air, yang tetap menunjukkan sifatnya sebagai cairan dan mempunyai tatanan serta rumusan tertentu. Hal itulah yang membuat orang yang melihatnya dapat mengenalinya sebagai air. Sebaliknya, konsep air tidak dapat muncul apabila suatu benda tidak mempunyai sifat cairan, dan tatanan serta rumusannya berbeda dari air. Agama Buddha menganggap segala sesuatu sebagai Dharma. Seluruh hal dan setiap hal yang sering ditemukan dalam kitab Buddhis menunjukkan keberadaan dan fenomena yang universal. Sesuai dengan penjelasan secara Buddhis, ajaran yang disampaikan oleh Buddha sendiri yang telah memahami segala sesuatu sebagaimana adanya juga berfungsi untuk mempertahankan sifat alaminya sendiri, membentuk dirinya sendiri, dan dapat mengerti, karena itulah disebut juga Dharma (Mr. Zhao, 2007 : 1-2). Berkaitan dengan umat beragama Buddha, keimanan yang dikenal dengan saddha (sradha) menekankan kepada pemeluknya seperti yang dikutip oleh Oka Diputhera, yaitu: Selaku umat beragama Buddha kita wajib mempunyai keyakinan atau iman, yang ada di dalam Agama Buddha disebut saddha (sradha) yang berarti keyakinan. Kepercayaan yang dimiliki oleh umat Buddha, berdasarkan atas pengertian yang benar, bukan kepercayaan yang membuta yang tidak berdasarkan atas pengertian yang benar (Oka Diputhera, 1997 : 3). 8
3 Seseorang yang bercita-cita atau berkeinginan menjadi Buddha (Bodhisatva) tentu saja tidak mudah. Seseorang yang betul-betul mengikuti ajaran agama Buddha harus mempunyai sifat-sifat luhur yang disebut paramita. Ada enam sifat luhur yang disebut sad-paramita, yang ada di dalam hati nurani seorang Bodhisatva yang memberikan kebahagiaan (Oka Diputhera, 1997 : 45). Sad-paramita atau enam sifat luhur itu meliputi: a. Danaparamita, yaitu sifat luhur yang mendorong orang senang beramal, beramal untuk orang lain terutama terhadap orang yang menderita. Danaparamita itu sendiri terdiri atas empat macam, yaitu : dharmadana, yang berarti amal kebajikan, pengorbanan untuk kepentingan dharma, untuk kepentingan kebenaran atau agama; attidana, yang berarti amal kebajikan, pengorbanan dalam bentuk pengorbanan diri sendiri; mahatidana, yaitu pengorbanan jiwa raga, demi kepentingan bangsa dan negara; dan amisadana, yaitu pengorbanan, amal kebajikan dalam bentuk harta benda. b. Silaparamita,yaitu sifat-sifat luhur yang ada di dalam hati nurani kita yang senantiasa untuk berbuat baik. Perbuatan ini dapat terlaksana karena kita mempunyai rasa malu dan rasa takut. c. Viryaparamita, yaitu sifat luhur yang memberikan dorongan kepada manusia untuk bersemangat, aktif, bekerja dan belajar. d. Kshantiparamita, yaitu sifat luhur yang mendorong manusia untuk tenang dan sabar menghadapi segala macam cobaan hidup. 9
4 e. Dhynaparamita, yaitu sifat luhur yang mendorong manusia untuk mengheningkan cipta, bermeditasi. f. Prajnaparamita, yaitu sifat luhur yang pencapaiannya setelah manusia mempunyai kelima paramita tersebut, yaitu dorongan berpikir, berkata dan berbuat yang bijaksana (Oka Diputhera, 1997 : 47). Buddha sebagai salah satu agama tentu memberikan tuntunan kepada pengikutnya tentang ajaran kebajikan, seperti halnya agama lainnya. Umat beragama Buddha dituntut untuk berusaha memahami dan menghayati serta mengamalkan Buddha Dharma dengan berpedoman kepada kitab sucinya. Sebagai umat beragama Buddha dalam berupaya untuk dapat menghayati dan mengamalkan Buddha Dharma secara bulat dan utuh, kita harus dapat memahami ajaran agama Buddha, yang merupakan dasar agama Buddha yakni ajaran tentang Sraddha (Saddha), Sila dan Bakti (Oka Diputhera, 1997 : 2). a. Sraddha (Saddha) Sraddha atau Saddha mempunyai arti keyakinan. Tanpa keyakinan, seorang pemeluk suatu agama pasti tidak akan sepenuh hati melaksanakan kewajiban-kewajibannya dengan sempurna. Begitu juga umat Buddha, karena hal ini kaitannya dengan akal budi manusia. Selaku umat Buddha wajib mempunyai keyakinan atau iman yang di dalam agama Buddha disebut Sraddha (Saddha) yang berarti keyakinan, kepercayaan yang dimiliki oleh umat Buddha, berdasarkan atas 10
5 pengertian yang benar, bukan kepercayaan yang membuta yang tidak berdasarkan atas pengertian yang benar. Kebenaran ajaran agama dapat terbukti melalui pengalaman yang terus menerus yang selanjutnya tercermin dalam sikap dan tingkah laku. Ajaran Buddha mengenal enam keyakinan, dan merupakan kewajiban bagi semua pemeluk agama Buddha. Enam keyakinan tersebut dikenal dengan sebutan Sad-Saddha, yang terdiri dari: (1) Keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa; (2) keyakinan terhadap Tri Ratna; (3) keyakinan terhadap Bodhisattva, Arahat dan Buddha; (4) Keyakinan terhadap adanya Hukum Kasunyatan; (5) Keyakinan terhadap Kitab Suci; dan (6) Keyakinan terhadap Nirvana (Nibbana) (Oka Diputhera, 1997 : 4). b. Sila Sila adalah perbuatan baik, yang dilakukan melalui pikiran, ucapan dan badan jasmani, yang tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Sebagai seorang penganut agama Buddha wajib memahami dan melaksanakan perilaku dengan hati nurani yang luhur sehingga perbuatannya tidak akan berakibat kepada sesuatu yang merugikan pihak mana pun. Hal ini sesuai dengan ajaran Buddha bahwa manusia susila menurut Buddha adalah manusia yang dapat berkata dan berbuat serta berpenghidupan yang benar (Oka Diputhera, 1997 : 4). c. Bhakti Kerangka dasar yang ketiga dalam agama Buddha adalah bhakti. Bhakti artinya ritual, puja bhakti, sembahyang (Oka Diputhera, 1997 : 5). 11
6 Seperti halnya agama yang lainnya yang mengenal atau melakukan sembahyang, hal ini tidak lain adalah suatu bentuk kegiatan ritual keagamaan yang tujuan utamanya adalah suatu bentuk nyata pendekatan diri dengan Tuhan dengan segala pengharapan. Arti dari sembahyang itu sendiri adalah pernyataan bakti dan memuliakan Allah dengan gerakangerakan badan dan perkataan-perkataan tertentu dimulai dengan takbir dengan diakhiri dengan taslim atau permohonan (doa) kepada Tuhan (Moeliono, 1988 : 806). Hanya saja istilah yang dipakai antara agama yang satu dengan agama yang lain berbeda, tetapi asas dan tujuannya sama yaitu pendekatan diri kepada Sang Pencipta. 2. Agama Buddha Tantrayana Agama Buddha Tantrayana merupakan perkembangan lanjutan dari agama Buddha Mahayana yang dianggap cukup memegang peranan penting dalam penyebarannya di wilayah India hingga ke Asia sejak awal tahun 400 Masehi. Aliran agama Buddha Tantrayana ini menekankan pada hal akhir tentang "keselamatan tertinggi / Nibbana" yang dapat dicapai melalui berbagai macam metode meditasi dan visualisasi (segi pikiran), mantera (segi ucapan) serta pembentukan mudra (segi jasmani) hasil observasi dan analisa yang mendalam dari para Guru Akar, dimana hal-hal tersebut harus dilakukan secara harmonis oleh seorang sadhaka dengan cara berusaha memahami sifat jati diri ke-tuhan-an yang absolut dan pemanfaatan kekuatan alam semesta lewat bimbingan seorang guru spiritual Tantrayana 12
7 yang ahli ( html, diunduh tanggal 18 Juni 2014 pukul 20:18). Aliran Tantrayana bertujuan untuk membersihkan dan mensucikan dari hati nurani, pikiran dan perbuatan badan jasmani. Dari semua bentuk proses latihan-latihan yang dikembangkan dalam Tantrayana adalah untuk mengikis karma buruk dan untuk meningkatkan kebijaksanaan, selanjutnya akan terlahir sebagai seorang suci. Aliran Buddha Tantrayana Zhenfo Zong Kasogatan mempercayai adanya bodhisattva (malaikat), darmapala (pelindung dharma / ajaran) dan dewa-dewa (makhluk suci). pelaksanaan ritual ibadah ajaran Buddha Kasogatan Tantrayana Zhenfo Zong Kasogatan dilakukan secara rutin untuk menjalankan sadana (kebaktian), berdana, membaca mantra-mantra suci. Mantra-mantra ini merupakan parita yang dipadatkan. Untuk pemuka agama (guru besar) harus memiliki kekuatan batin dan harus terkondisi dalam keberagaman kebaktian (aktif beribadah). 3. Sinkretisme Secara etimologis, sinkretisme berasal dari kata syin (dalam bahasa Arab) dan kretiozein, yang berarti mencampuradukkan unsur-unsur yang saling bertentangan. Sinkretisme juga ditafsirkan berasal dari bahasa Inggris, yaitu syncretism yang diterjemahkan campuran, gabungan, paduan dan kesatuan. Sinkretisme merupakan percampuran antara dua tradisi atau lebih, dan terjadi lantaran masyarakat mengadopsi suatu kepercayaan baru dan berusaha untuk tidak terjadi benturan dengan gagasan dan praktik budaya lama. Terjadinya percampuran tersebut biasanya melibatkan 13
8 sejumlah perubahan pada tradisi-tradisi yang diikutsertakan. Pandangan Koentjaraningrat (1984 : ), sinkretisme merupakan watak asli agama Jawi. Hal ini dapat dilihat dalam sejarah perjalanan hidup orang Jawa sampai sekarang dan bahkan yang akan datang, orang Jawa akan selalu menerima masukan pengaruh dari luar. Sujito (pendiri Universitas Gadjah Mada), orang Jawa digambarkan seperti kerbau. Setiap hari, kerbau itu makan rumput dan daun-daunan. Pada malam harinya, semua jenis makanan yang telah ditelan dikunyah kembali sambil bertiduran. Gambaran kerbau mengunyah itu diartikan sebagai unsur-unsur budaya asing yang masuk ke Jawa, semuanya dapat diterima meskipun harus mengalami penyaringan dahulu. Diterimanya unsur-unsur asing ke dalam budaya Jawa secara integrasi inilah menimbulkan suburnya sinkretisme dalam budaya masyarakat Jawa. Kebudayaan memang merupakan suatu integrasi, yaitu terpadunya unsur-unsur atau sifat-sifat budaya yang berbeda-beda dalam suatu kebudayaan. Tentu saja perpaduan ini bukan sekumpulan kebiasaankebiasaan yang terkumpul secara acak-acakan. Hal ini dikarenakan sifatsifat atau unsur-unsur yang berbeda tersebut dianggap bersumber pada sifat adaptif dari kebudayaan (Sutiyono, 2010 : 41-43). Menurut Suwardi Endraswara, sinkretisme adalah memadukan, mencampur dan menyelaraskan dua keyakinan atau lebih. Hasil sinkretisme adalah terbentuknya keyakinan baru yang lebih kental, dalam penggabungan dapat saja menomorsatukan keyakinannya paling benar, tidak lepas dari kenisbian, bersifat divergen, bersikap longgar, adaptif dan akomodatif. 14
9 Penyatuan dua keyakinan atau lebih. Penyatuan tidak harus manunggal, melainkan hanya pemaduan beberapa unsur saja (Suwardi, 2006 : 78). Dengan demikian, sinkretisme merupakan campuran, perpaduan, dan penggabungan dua keyakinan atau lebih. Hasil sinkretisme dapat dilihat dalam ritual ibadah kebaktian umat Buddha di Wihara Vajra Bumi Honocoroko, yaitu adanya perpaduan antara keyakinan agama Buddha dengan keyakinan masyarakat Jawa di Desa Bedono. Mantra-mantra yang digunakan dalam ritual kebaktian untuk malam tertentu menggunakan bahasa Jawa dan penentuan waktu pelaksanaan ibadah berdasarkan perhitungan Jawa. 4. Ritual Ritual merupakan agama dalam tindakan. Iman adalah bagian dari ritual atau bahkan ritual itu sendiri, iman keagamaan berusaha menjelaskan makna dari ritual serta memberikan tafsiran dan mengarahkan vitalitas dari pelaksanaan ritual tersebut (Adeng Muchtar Ghazali, 2011 : 50). Menurut Oka Diputhera ritual artinya bhakti, puja bhakti, sembahyang (Oka Diputhera, 1997 : 5). Ritual merupakan agama dalam tindakan dapat dilihat dalam ritual di Kelenteng Ban Eng Bio Adiwerna. Masyarakat yang terlibat dalam ritual di Kelenteng Ban Eng Bio mempunyai sikap dan jiwa religi yang tinggi, yaitu dengan melaksanakan ritual perayaan Imlek dan kebaktian pada nabi Konghucu sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Komponen-komponen tersebut tercermin dalam ritual perayaan Imlek dan 15
10 kebaktian pada nabi Konghucu seperti berdoa kepada Tuhan, para dewa dan nabi Konghucu, bersaji dengan menyiapkan beberapa sesaji yang diperlukan dalam ritual, makan bersama seperti menjelang detik-detik Imlek dan bersujud yaitu melakukan sembahyang di depan meja abu dan altar ( diunduh tanggal 2 Oktober 2013 pukul 13:12). 5. Ibadah Ibadah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-nya dan menjauhi larangan-nya (Hasan Alwi, 2007 : 415). Ibadah umat Buddha meliputi penghormatan di depan patung Buddha dan mendaraskan doa-doa suci. Tubuh, bahasa, dan pikiran merupakan unsur integral dalam ibadah umat Buddha maka meditasi yang hening, ajaran, pemberian persembahan, dan puji-pujian dilakukan. Sebelum memasuki ruangan pemujaan, yang dilengkapi dengan patung Buddha, para peserta ibadah menanggalkan sepatu mereka. Mereka mengatur tangannya sebelum bersujud dengan posisi berlutut bagi umat Buddha Theravada atau dalam posisi berdiri bagi umat Buddha Tibet. Ada tiga persembahan pokok yang dapat dipersembahkan, yaitu: persembahan bunga sebagai peringatan akan kehidupan yang tidak kekal, persembahan lilin untuk mengusir kegelapan, dan persembahan dupa sebagai peringatan akan keabadian harumnya ajaran Buddha. Setelah persembahan dilakukan, Tiga Tempat Perlindungan Buddha, Dharma, dan Sangha dan Lima Aturan 16
11 didaraskan, kemudian beberapa mantra diucapkan lalu dilanjutkan dengan meditasi. Biasanya juga ada pengajaran sebelum ibadat selesai (Michael Keene, 2006 : 79). 6. Kebaktian Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan kebaktian adalah rasa tunduk dan khidmat, perbuatan (pekerjaan) bakti, kesetiaan dan perbuatan baik seperti berdoa dan menyanyikan puji-pujian (Hasan Alwi, 2007 : 94). Kebaktian umat Buddha merupakan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menciptakan langit dan bumi. Menghormati, mengabdikan diri dan berbakti kepada Sang Buddha, Bodhisattva, Dharmapala dan para Arya dengan membaca mantra-mantra suci dan bermeditasi. B. Penelitian Yang Relevan Jurnal yang ditulis oleh Titin Listiyani pada tahun 2011 dengan judul Partisipasi Masyarakat Sekitar dalam Ritual di Kelenteng Ban Eng Bio Adiwerna ini membahas tentang pelaksanaan ritual yang dilakukan di Kelenteng Ban Eng Bio oleh masyarakat Desa Adiwerna. Pelaksanaan ritual di Kelenteng Ban Eng Bio ini berbeda dengan pelaksanaan ritual di Wihara Vajra Bumi Honocoro Desa Bedono. Masyarakat yang terlibat dalam ritual di Kelenteng Ban Eng Bio terbagi dalam dua kelompok, yaitu masyarakat Tionghoa yang beragama Konghucu maupun yang beragama Kristen. Masyarakat yang beragama Kristen yaitu masyarakat Tionghoa yang sudah masuk agama Kristen, namun untuk memuja leluhur mereka melakukan pemujaan di Kelenteng Ban Eng Bio. Masyarakat 17
12 yang terlibat dalam ritual di Kelenteng Ban Eng Bio mempunyai sikap dan jiwa religi yang tinggi, yaitu dengan melaksanakan ritual perayaan Imlek dan kebaktian pada nabi Konghucu sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Komponen-komponen tersebut tercermin dalam ritual perayaan Imlek dan kebaktian pada nabi Konghucu seperti berdoa kepada Tuhan, para dewa dan nabi Konghucu, bersaji dengan menyiapkan beberapa sesaji yang diperlukan dalam ritual, makan bersama seperti menjelang detikdetik Imlek dan bersujud yaitu melakukan sembahyang di depan meja abu dan altar. ( diunduh tanggal 2 Oktober 2013 pukul 13:12). Masyarakat yang terlibat dalam ritual ibadah kebaktian di Wihara Vajra Bumi Honocoroko Desa Bedono, yaitu masyarakat yang seluruhnya beragama Buddha dan tinggal di Desa Bedono. Ritual ibadah kebaktian di Wihara Vajra Bumi Honocoroko dilaksanakan setiap hari Selasa malam dengan komponen ritual ibadah kebaktian seperti berdoa dengan membaca mantra-mantra suci, berdana dengan memberikan persembahan kepada wihara dalam bentuk barang seperti minyak, lilin, buah yang bisa dimanfaatkan dan memainkan gamelan (karawitan). Pelaksanaan ritual ibadah kebaktian dilakukan di depan altar yang terdapat sebuah rupaan Buddha (patung Buddha) yaitu merupakan obyek meditasi yang paling utama. Perbedaan ritual di Kelenteng Ban Eng Bio Adiwerna dengan ritual di Wihara Vajra Bumi Honocoroko Desa Bedono dapat dilihat dari segi keyakinan. Kelenteng Ban Eng Bio Adiwerna ada perpaduan antara masyarakat 18
13 Tionghoa yang beragama Konghucu dengan beragama Kristen. Masyarakat beragama Kristen yaitu mereka masyarakat Tionghoa yang sudah masuk agama Kristen, namun untuk memuja leluhur mereka melakukan pemujaan di kelenteng Ban Eng Bio. Sedangkan di Wihara Vajra Bumi Honocoroko adanya perpaduan antara keyakinan agama Buddha dengan keyakinan masyarakat Jawa di Desa Bedono. Mantra-mantra yang digunakan dalam ritual kebaktian untuk malam tertentu menggunakan bahasa Jawa, memainkan gamelan (karawitan) sebelum ritual ibadah dimulai dan penentuan waktu pelaksanaan ibadah berdasarkan perhitungan Jawa. 19
14 C. Kerangka Berpikir Perkembangan Agama Buddha di Indonesia Perkembangan Agama Buddha di Wihara Vajra Bumi Honocoroko Komunitas Ritual Sekte/Aliran Ibadah Kebaktian Selasa Malam malam Sinkretisme Buddha-Jawa Umat Ibadah Waktu Ibadah Peralatan Ibadah Sarana Ibadah Tata Urutan Ibadah 20
RITUAL IBADAH KEBAKTIAN UMAT BUDDHA TANTRAYANA ZHENFO ZONG KASOGATAN DI WIHARA VAJRA BUMI HONOCOROKO DESA BEDONO
RITUAL IBADAH KEBAKTIAN UMAT BUDDHA TANTRAYANA ZHENFO ZONG KASOGATAN DI WIHARA VAJRA BUMI HONOCOROKO DESA BEDONO Cintya Santi Sudarto, Tri Widiarto, Emy Wuryani Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Penelitian yang dilakukan bersifat kualitatif, artinya penelitian yang
BAB III METODOLOGI A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat kualitatif, artinya penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif yang berupa kata-kata tertulis terhadap apa yang diamati,
Lebih terperinci21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD)
21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selama keberadaannya di Pulau Jawa, Bikkhu Narada Thera telah melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad ke-20, agama Buddha mulai bangkit kembali di Pulau Jawa dengan datangnya Bikkhu Narada Thera dari Srilanka pada bulan Maret 1934. Selama keberadaannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perasaan untuk menanggapi bahwa terdapat kekuatan lain yang maha besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama merupakan ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Salah satu kebebasan yang paling utama dimiliki tiap manusia adalah kebebasan beragama. Melalui agama, manusia mengerti arti dan tujuan hidup yang sebenarnya. Agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan luas 5.193.250 kilometer persegi 1 sudah pasti menyebabkan munculnya keanekaragaman dan kemajemukan
Lebih terperinciMahapuja Satyabuddha
Mahapuja Satyabuddha Seorang sadhaka Tantrayana, setiap kali bersadhana, harus memberikan persembahan. Dalam Catur Prayoga, merupakan Persembahan Mandala. Saya pernah berkata, Manusia di dunia ini, kalau
Lebih terperinciAgama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama
Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Kata agama berasal dari kata dalam bahasa Pali atau bisa juga dari kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu dari akar kata gacc, yang artinya adalah pergi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mereka sebut sebagai kepercayaan Tri Dharma. Perpindahan masyarakat Tiongkok
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mayoritas masyarakat Tiongkok memiliki tiga kepercayaan, yaitu ajaran Taoisme, Konghucu dan Buddhisme. Gabungan dari ketiga kepercayaan tersebut mereka sebut sebagai
Lebih terperinci22. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
22. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama
Lebih terperinci21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)
21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya
Lebih terperinci27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD
27. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan dirumuskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan yang tercantum dalam undang-undang no 20 tahun 2003 pasal 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan yang tercantum dalam undang-undang no 20 tahun 2003 pasal 1 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada satu objek tertentu agar pikiran dapat lebih fokus. Dalam bahasa Pāli
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meditasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memusatkan pikiran pada satu objek tertentu agar pikiran dapat lebih fokus. Dalam bahasa Pāli meditasi disebut juga
Lebih terperinciD. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA
- 1254 - D. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan
Lebih terperinciE. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA
- 446 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tradisional yang tersimpan dalam naskah lontar banyak dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan yang berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Agama Buddha tidak pernah bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian kehidupan masyarakat Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap kebudayaan memiliki sistem religi atau sistem kepercayaan, termasuk dalam kebudayaan etnis Tionghoa. Etnis Tionghoa selalu melestarikan kebudayaan
Lebih terperinciJadwal Kagyu Monlam ke 30 21 December 2012 01 January, 2013
Jadwal Kagyu Monlam ke 30 21 December 2012 01 January, 2013 Sebagai program utama harian Monlam, His Holiness Gyalwang Karmapa dan para tulku senior lainnya dan para lama akan memimpin persamuan dari ribuan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS AKTIVITAS KOMUNITAS KHONGHUCU DI KELENTENG HWIE ING KIONG KOTA MADIUN
BAB IV ANALISIS AKTIVITAS KOMUNITAS KHONGHUCU DI KELENTENG HWIE ING KIONG KOTA MADIUN A. Aktivitas Keagamaan di Kelenteng Hwie Ing Kiong Telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa penelitian ini menggunakan
Lebih terperinciCalyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.5 No.1 (2016) Theravada. Wisjaya Mastiono. Teknik Multimedia / Fakultas Teknik
Pembuatan Aplikasi Video Panduan Puja Bakti Agama Buddha Theravada Wisjaya Mastiono Teknik Multimedia / Fakultas Teknik mastionowisjaya@gmail.com Abstraksi - Agama adalah ajaran yang mengatur kepercayaan
Lebih terperinciDALAM AGAMA BUDDHA AGAMA DIKENAL DENGAN:
A. DEFINISI AGAMA 1. Mennurut KBBI : suatu sistem, prinsip kepercayaan kepada tuhan (dewa & sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiba-kewajiban yang bertalian dengan ajaran itu 2. Atau seperangkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terdiri dari berbagai kelompok etnik salah satunya adalah kelompok etnik Tionghoa. Kelompok etnik Tionghoa di Indonesia adalah salah satu kelompok etnik yang
Lebih terperinciE. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA
- 1266 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan
Lebih terperincioleh Tog-me Zong-po (Thogs.med bzang.po, )
Namo Lokesvaraya Tiga Puluh Tujuh Cara Hidup Seorang Bodhisattva: Ringkasan tentang Sepak terjang Bodhisattva (The 37 Practices of a Bodhisattva: A Summary of How an Awakening Being Behaves) oleh Tog-me
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama Hindu merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. dengan masuknya etnik Tionghoa di Indonesia. Medio tahun 1930-an dimulai. dan hanya mengandalkan warisan leluhurnya.
BAB IV PENUTUP 1.1. Simpulan Agama Tao masuk dan berkembang di Indonesia sejak abad 6 SM seiring dengan masuknya etnik Cina di wilayah Nusantara. Agama Tao diyakini berasal dari Kaisar Kuning (Huang Di)
Lebih terperinciKedudukan Tauhid Bagi Seorang Muslim
Kedudukan Tauhid Bagi Seorang Muslim Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.???????????????????????????????????????????????
Lebih terperinciMempunyai Pendirian Dalam Masyarakat
Mempunyai Pendirian Dalam Masyarakat "Terima kasih, ini uang kembalinya." "Tetapi Pak, uang kembalinya terlalu banyak. Ini kelebihannya." "Betul. Anda seorang yang jujur. Tidak banyak yang akan berbuat
Lebih terperinciBUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERINGATAN DHAMMASANTI WAISAK 2559 BUDDHIS ERA
1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERINGATAN DHAMMASANTI WAISAK 2559 BUDDHIS ERA TANGGAL 14 JUNI 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG 2 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera
Lebih terperinci28. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SD
28. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan
Lebih terperinciBHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar henysari74@gmail.com ABSTRAK Dalam pengenalan ajaran agama tidak luput dari
Lebih terperinciD. ucapan benar E. usaha benar
1. Keyakinan yang dituntut dalam agama Buddha adalah A. keyakinan tanpa dasar terhadap seluruh ajaran Buddha B. keyakinan yang muncul dari proses pembelajaran, pengalaman, dan perenungan C. keyakinan yang
Lebih terperinciUNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya
1 UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya Kelahiran Bodhisattva berikut menunjukkan bagaimana sebagai seorang pertapa, beliau mempraktikkan kemurahan hati dan pemberian secara terusmenerus,
Lebih terperinci2.4 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia,
2.4 Uraian Materi 2.4.1 Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila berarti konsepsi dasar tentang kehidupan yang
Lebih terperinciSoal Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila. 2) Bacalah dengan seksama setiap butir pertanyaan
88 Lampiran 1. Instrumen Penelitian Soal Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila Nama : No Absen : Kelas : Petunjuk Soal 1) Isilah identitas nama anda dengan benar 2) Bacalah dengan seksama setiap butir pertanyaan
Lebih terperinciAji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK
Modul ke: 11 Fakultas DESAIN SENI KREATIF Pancasila dan Implementasinya Bagian I Pada Modul ini kita akan mempelajari mengenai keterkaitan sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) dengan Prinsip pembangunan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki begitu banyak kekayaan yang dapat dilihat oleh dunia. Berbagai macam kekayaan seperti suku,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebelum masuknya agama-agama besar dunia ke Indonesia, masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebelum masuknya agama-agama besar dunia ke Indonesia, masyarakat Indonesia telah bertuhan dan menjunjung tinggi prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa. Prof. Dr. Purbatjaraka
Lebih terperinciMahanamaskara Satyabuddha
Mahanamaskara Satyabuddha Catur prayoga (Empat Latihan Dasar) dalam Tantrayana adalah Mahanamaskara, Catur Sarana, Persembahan Mandala (Mandala-Puja) dan sadhana Bodhisattva Vajrasattva. Keempatnya merupakan
Lebih terperinciKedudukan Tauhid Dalam Kehidupan Seorang Muslim
Kedudukan Tauhid Dalam Kehidupan Seorang Muslim Khutbah Pertama:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.???????????????????????????????????????????????:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.
Lebih terperinciGatha Dasar Jalan Tengah (Mulamadhyamakakarika) The Fundamental Wisdom of the Middle Way oleh Arya Nagarjuna. Pengantar
1 Gatha Dasar Jalan Tengah (Mulamadhyamakakarika) The Fundamental Wisdom of the Middle Way oleh Arya Nagarjuna Pengantar Arya Nagarjuna yang hidup di India Selatan sekitar abad kedua Masehi, tak diragukan
Lebih terperincilambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm
BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk berbudaya, karena itu manusia tidak dapat lepas dari budaya yang dianutnya. Suatu budaya memiliki nilai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk. Hal ini dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk. Hal ini dapat dilihat dari beragamnya suku yang ada di Indonesia dengan kebudayaan yang berbeda satu
Lebih terperinciSila-sila Zhen Fo Zong
Sila-sila Zhen Fo Zong Jumlah siswa Zhen Fo Zong sampai saat ini telah mencapai 4 juta siswa berdasarkan jumlah sertifikat sarana yang telah diterbitkan. Setiap hari banyak orang yang bercatur sarana dalam
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Wonosobo sebagai kota di dirikannya kelenteng Hok Hoo Bio ( 福和庙 )
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Wonosobo sebagai kota di dirikannya kelenteng Hok Hoo Bio ( 福和庙 ) merupakan daerah dataran tinggi yang cukup dingin. Gunung Sindoro dan gunung Sumbing sebagai ciri khususnya
Lebih terperinci21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E)
21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi
Lebih terperinciSadhana Vajrayoga Padmakumara III
Sadhana Vajrayoga Padmakumara III Sadhana Vajrayoga Padmakumara merupakan sadhana Guruyoga. Di bagian visualisasi, juga dapat membayangkan demikian: Acarya berada di angkasa di depan sadhaka, mengeluarkan
Lebih terperinciBUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERINGATAN DHAMMASANTI WAISAK 2560 BUDDHIS ERA
1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERINGATAN DHAMMASANTI WAISAK 2560 BUDDHIS ERA TANGGAL 19 JUNI 2016 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG 2 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera
Lebih terperinciAktifitas Kagyu Monlam ke 31 Tahun 2014
Aktifitas Kagyu Monlam ke 31 Tahun 2014 Pengajaran Pra-Monlam ke 31: Suluh Kepastian Tanggal : Jumat, 3 Januari Minggu, 5 Januari 2014 Jumat & Sabtu, 3 4 Januari : Topik : Bab Perlindungan dan Vajrasattva
Lebih terperinciF. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA
- 184 - F. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA KELAS VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan
Lebih terperinciPenjelasan 7 Jenis Kertas Sembayang (Kertas Mulia)
Penjelasan 7 Jenis Kertas Sembayang (Kertas Mulia) Dalam aliran Zhen Fo Zong, Mahaguru tidak menentang pemakaian kertas mulia atau lazim disebut kertas sembahyang, baik itu kertas sembahyang yang sudah
Lebih terperinciModul 1 PENGERTIAN DAN MANFAAT PSIKOLOGI AGAMA
Pengertian dan manfaat Psikologi Agama Modul 1 PENGERTIAN DAN MANFAAT PSIKOLOGI AGAMA PENDAHULUAN Psikologi Agama pada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) disajikan untuk membantu mahasiswa memahami perkembangan
Lebih terperinciBeberapa Kunci Penting Dalam Latihan
Beberapa Kunci Penting Dalam Latihan Ada tiga cara : pertama adalah pernapasan, kedua adalah ulah batin dan ketiga adalah frekuensi. Jika ketiganya digabungkan, berarti hanya ada satu. Kalau kita terlalu
Lebih terperinciTERMINOLOGIS KONSEP AGAMA SECARA ETIMOLOGIS DAN
KONSEP AGAMA KONSEP AGAMA SECARA ETIMOLOGIS DAN TERMINOLOGIS UNSUR AGAMA SECARA UMUM PENGERTIAN ISLAM SECARA ETIMOLOGIS DAN TERMINOLOGIS PENGERTIAN AGAMA ISLAM KONSEP AGAMA SECARA ETIMOLOGIS DAN TERMINOLOGIS
Lebih terperinci16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)
16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk
Lebih terperinciBAB 2 PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN DEFINISI AGAMA DEFINISI AGAMA. Manusia dan Agama (IDA 102) 1/10/2013. Maruwiah Ahmat 1
1 2 BAB 2 MANUSIA DAN AGAMA Pendahuluan Definisi agama Keperluan manusia kepada agama Agama samawi dan agama budaya Agama samawi dan kitab-kitab suci Kesimpulan Maruwiah Ahmat IDA 102 MANUSIA DAN AGAMA
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Sebagai salah satu pulau di Indonesia, Bali memiliki daya tarik yang luar biasa. Keindahan alam dan budayanya menjadikan pulau ini terkenal dan banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa, didalamnya memiliki keragaman budaya yang mencerminkan kekayaan bangsa yang luar biasa. Kebudayaan
Lebih terperinciF. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMPLB AUTIS
- 1841 - F. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMPLB AUTIS KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan
Lebih terperinciModul 2. Materi dan Pembelajaran Individu sebagai Insan Tuhan Yang Maha Esa, Makhluk Sosial dan Warga Negara Indonesia. M. KHANIF YUSMAN, M,Pd
Modul 2 Materi dan Pembelajaran Individu sebagai Insan Tuhan Yang Maha Esa, Makhluk Sosial dan Warga Negara Indonesia M. KHANIF YUSMAN, M,Pd Individu sebagai Insan Tuhan Yang Maha Esa INDIVIDU ( in-dividere
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk. Penduduk yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya, adat istiadat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu kelebihan bangsa Indonesia adalah adanya keanekaragaman penduduk. Penduduk yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya, adat istiadat dan tentu masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk pribadi manusia menuju yang
Lebih terperinciBUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERESMIAN VIHARA MAHANAMA DUSUN SEMANDING DESA CANDIGARON
1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERESMIAN VIHARA MAHANAMA DUSUN SEMANDING DESA CANDIGARON TANGGAL 12 SEPTEMBER 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG 2 Ysh : 1. Ketua Sangha
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG
BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG A. Analisis tentang Upaya Guru PAI dalam Membina Moral Siswa SMP Negeri 1 Kandeman Batang Sekolah adalah lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu yang tidak bisa terungkap secara kasat mata. Untuk mengungkapkan sesuatu kadang tabu untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW membawa agama yang suci. kehidupan, menjamin bagi manusia berkehidupan bersih lagi mulia, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW membawa agama yang suci lagi penuh kelapangan, serta syariat yang lengkap dan meliputi segala aspek
Lebih terperinci36. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SMP
36. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SMP KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Saparan di Kaliwungu Kendal BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Pelaksanaan Tradisi Saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal Pelaksanaan tradisi Saparan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam jiwanya, yaitu thabiat ingin beragama, keinginan kepada hidup beragama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiap-tiap manusia yang lahir ke muka bumi, membawa suatu thabiat dalam jiwanya, yaitu thabiat ingin beragama, keinginan kepada hidup beragama adalah salah satu
Lebih terperinciSuluh Pada Jalan Penggugahan (The Lamp for the Path to Enlightenment) Skt: Bodhipathapradipam Tibet: Byang-chub lam-gyi sgron-ma
Bodhipathapradipam 1 Suluh Pada Jalan Penggugahan (The Lamp for the Path to Enlightenment) Skt: Bodhipathapradipam Tibet: Byang-chub lam-gyi sgron-ma oleh Atisha Dipamkarashrijnana Penghormatan kepada
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL NAK, MAAFKAN IBU TAK MAMPU MENYEKOLAHKANMU KARYA WIWID PRASETYO
75 BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL NAK, MAAFKAN IBU TAK MAMPU MENYEKOLAHKANMU KARYA WIWID PRASETYO Setelah dilakukan penelitian dan pengkajian adapun kandungan dalam novel Nak,
Lebih terperinciMISTERI TUHAN ANTARA ADA DAN TIADA
ADAADNAN ABDULLA ADNAN ABDULLAH MISTERI TUHAN ANTARA ADA DAN TIADA Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com DAFTAR ISI Daftar Isi 3 Pendahuluan.. 5 1. Terminologi Tuhan. 10 2. Agama-agama di Dunia..
Lebih terperinci@UKDW BAB I. Latar Belakang Masalah. Tradisi sebagai Pembimbing Manusia
BAB I Latar Belakang Masalah Tradisi sebagai Pembimbing Manusia Tradisi merupakan kebiasaan turun-temurun dalam suatu masyarakat 1, hal ini berarti dalam tradisi terdapat informasi yang diwariskan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta, agama yang berarti "tradisi".
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III mengatakan Agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan ( kepercayaan ) dan peribadatan kepada Tuhan yang
Lebih terperinci16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)
16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara sekuler, melainkan Negara yang berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa, karena ada bermacam-macam agama yang hidup di dalamnya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia bukan Negara yang berdasarkan kepada agama dan juga bukan Negara sekuler, melainkan Negara yang berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa, karena ada bermacam-macam
Lebih terperinciKEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI
KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIA.T KEMENTERIAN Jalan Veteran No. 17-18, Jakarta 10110, Telepon (021) 3455322, Faksimile (021) 3455322, Situs: www.setneg.go.id Nomor Sifat Lampiran Hal 8_18&0
Lebih terperinciJURNAL KOMUNITAS PARTISIPASI MASYARAKAT SEKITAR DALAM RITUAL DI KELENTENG BAN ENG BIO ADIWERNA. Titin Listiyani. Abstrak. Info Artikel.
Komunitas 3 (2) (2011) : 124-130 JURNAL KOMUNITAS http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas PARTISIPASI MASYARAKAT SEKITAR DALAM RITUAL DI KELENTENG BAN ENG BIO ADIWERNA Titin Listiyani SMA Kristen
Lebih terperinciF. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNAGRAHITA
- 999 - F. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNAGRAHITA KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa pada umumnya masih melestarikan kepercayaan terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Jawa pada umumnya masih melestarikan kepercayaan terhadap ajaran-ajaran terdahulu dari nenek-moyang mereka. Ajaran-ajaran ini akan terus diamalkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA
BAB IV ANALISIS DATA A. Relasi antarumat Islam dan Kristen di Kelurahan Pakis Kecamatan Sawahan Kota Surabaya. Kondisi relasi Islam-Kristen berbasis kerukunan di Kelurahan Pakis Kecamatan Sawahan Kota
Lebih terperincimendapatkan syafaat dari Rasulullah pada hari kiamat. 5. Apabila diucapkan setelah dan sebelum doa, akan menyebabkan doa segera naik ke langit, dan
mendapatkan syafaat dari Rasulullah pada hari kiamat. 5. Apabila diucapkan setelah dan sebelum doa, akan menyebabkan doa segera naik ke langit, dan menjadi sebab dari terkabulnya doa. 6. Mendapatkan keberkahan
Lebih terperinciPancasila; sistem filsafat dan ideologi Negara
Pancasila; sistem filsafat dan ideologi Negara FILSAFAT PANCASILA Filsafat Harafiah; mencintai kebijaksanaan, mencintai hikmat atau mencintai pengetahuan. Filsafat Pancasila; refleksi kritis dan rasional
Lebih terperinciPendidikan Pancasila. Implementasi Sila Ke 2 dan 3 Pancasila. Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen
Modul ke: Pendidikan Pancasila Implementasi Sila Ke 2 dan 3 Pancasila Fakultas EKONOMI Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Makna Sila Kemanusian Yang Adil dan Beradab
Lebih terperinciINVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan
L A M P I R A N 57 INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan Anda diminta untuk memilih 1 (satu) pernyataan dari setiap rumpun yang
Lebih terperinci17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama merupakan suatu keyakinan yang dianggap benar dan dianut oleh tiap individu ataupun suatu kelompok tertentu yang percaya terhadap Tuhan, sehingga dengan
Lebih terperinciPemunculan Cahaya Suci
Pemunculan Cahaya Suci Saya amat mengapresiasi sepenggal komentar dalam Sin Teng Lu (Catatan Pelita Batin): Apa itu cahaya suci Sang Jalan? Tindak- tanduk manusia, dalam menghadapi berbagai urusan, melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa
Lebih terperinciTiga Sumpah Agung. Hal 1.
Tiga Sumpah Agung Banyak diantara kalian sudah mengetahui bahwa ketika saya berusia 25 tahun, saya pergi mengunjungi sebuah kuil Taoisme di Taiwan dari sanalah Maha Dewi Yao Chi Jin Mu membuka mata dewa
Lebih terperinciPendidikan Agama Islam
Modul ke: Pendidikan Agama Islam Manusia dan Ketuhanan Fakultas EKONOMI Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Perkataan yang selalu diterjemahkan Tuhan, dalam al-qur`an
Lebih terperinciSecara bahasa, kata AGAMA berasal dari bahasa sangsekerta yang berarti TIDAK PERGI, tetap di tempat.
Secara bahasa, kata AGAMA berasal dari bahasa sangsekerta yang berarti TIDAK PERGI, tetap di tempat. 1.Kedamain 2.kesejahteraan 3.keselamatan 4.ketaatan dan 5.kepatuhan Kedamaian itu adalah ketenangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama merupakan sebuah ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan sosial dan religi masyarakat Tionghoa dipengaruhi oleh prinsip hidup kekeluargaan. Hidup kekeluargaan menempatkan pentingnya hubungan
Lebih terperinciPEMBUKAAN MUSABAQAH TILAWATIL QURAN TINGKAT NASIONAL XXII, 17 JUNI 2008, DI SERANG, PROPINSI BANTEN Selasa, 17 Juni 2008
PEMBUKAAN MUSABAQAH TILAWATIL QURAN TINGKAT NASIONAL XXII, 17 JUNI 2008, DI SERANG, PROPINSI BANTEN Selasa, 17 Juni 2008 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PEMBUKAAN MUSABAQAH TILAWATIL QURAN
Lebih terperinciE. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA
- 1090 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang musik tidak akan pernah ada habisnya, karena musik begitu melekat, begitu dekat dengan kehidupan manusia. Musik telah ada sejak sebelum Masehi,
Lebih terperinci