Nola kartika, Ismed, Elza safitri. Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat

Transkripsi

1 KEPADATAN POPULASI KEPINDING TANAH (Scotinophara coarctataf.) PADA TANAMAN PADI( Oryza sativa L.) PADA TANAMAN PADI di JORONG KATIMAHAR KECAMATAN PANTI KABUPATEN PASAMAN Nola kartika, Ismed, Elza safitri Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat Nola_qartika@yahoo.com ABSTRACT Scotinophara coartata F. ( kepinding tanah) is one of pest on rice agriculture. Kepinding tanah eats nervatio cousing growhless even dead by its toxic saliva. Kepinding tanah invates plants since seeding period until adult period. When this insect attack vegetatif fhase of plant will couse growthless and produce less filial althought when it attactks generative fhase of plants will growhless of seed and empty ovary case (white vision). According to statement above research pruposes to account Scotinophara coartata F. population estimate of rice in Jorong Katimahar Kecamaatan Panti Kabupaten Pasaman. Scotinophara coartata F. population estimate has been done on november 2015, samples were colectid by descriptive survey using sticky trap in two different locations such as stotion one (seeding fhase) and stotion two (young fruit fhase). Refer to research result kepinding tanah population estimate on seeding is 5,74 individues/bunch, and population estimate on young fruit fhase is 5,14 individues/bunch. Based on t test there is no real different between stotion one (seeding fhase) and stotion two (young fruit fhase). Keyword : Rice, Scotinophara coartata F., population estimate PENDAHULUAN Serangga termasuk phylum Arthropoda, yang dapat dijumpai di seluruh permukaan bumi, baik di darat, laut, dan udara. Seranggatergolongkelompokhewan yang memilikitubuhdan kaki beruasruas.tubuhseranggaterdiridaritigabagianuta mayaitukepala,toraks (dada), dan abdomen (perut).pada bagian kepala terdapat sepasang antena, dan mulut. Sedangkan pada toraks terdapat dua pasang sayap dan tiga pasang kaki (Harahap dan Tjahjono, 1989). Dalam kehidupan manusia beberapa serangga ada yang bersifat menguntungkan dan ada yang merugikan. Peranan yang menguntungkan yaitu membantu penyerbukan, bersifat entomofagus (predator dan parasitoid), pemakan gulma dan sebagai bahan penelitian, sedangkan peranan serangga yang merugikan yaitu sebagai vektor penyakit, perusak produk simpanan (hama gudang), perusak tanaman. Salah satu tanaman yang di serang oleh serangga adalah padi (Oryza sativa) (Jumar, 2000). Padi (Oryza sativa) merupakan tanaman pangan terpenting bagi penduduk Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia menggunakan beras sebagai makanan pokok. Untuk meningkatkan produksi panen telah dilakukan berbagai upaya diantaranya pengolahan tanah, pemupukan yang berimbang dan pengaturan jarak tanam pada tanaman. Meskipun telah banyak upaya yang dilakukan untuk meningkatkan hasil panen tetap saja mendapatkan hambatan, terutama hama yang

2 mengganggu pertumbuhan padi (Purnomo, 2010). Hama merupakan masalah utama bagi tanaman padi. Adapun hama yang menyerang tanaman padi yaitu wereng coklat (Nilaparvata lugens), kepinding tanah (Scotinophara coartata F.), ulat grayak (Spodoptera manurita), walang sangit (Leptorisa acuta) dan hama putih (Nymphula depunctalis) (Baehaki 1992). Salah satu hama yang merugikan tananaman padi adalah kepinding tanah Kepinding tanah (Scotinophara coartata F.) menyukai keadaan yang lembab dan tidak aktif pada kondisi kering. Pada siang hari kepinding tanah bersembunyi di tengahtengah tanaman padi atau di dalam lumpur dekat akar tanaman untuk menghindari cahaya matahari, dan pada senja hari serangga ini naik kedaun-daun dan mulai beterbangan (Pracaya, 2005). Kepinding tanah menyerang tanaman inangnya dengan cara menghisap cairan batang sehingga mengakibatkan tanaman menjadi kerdil dan daun-daun yang berwarna coklat kemerahan atau kuning. Jika serangga ini menyerang malai padi akan menyebabkan malai tidak berkembang sempurna dan biji kosong (bewarna putih). Pada populasi yang tinggi, tanaman akan mati (Umboh, Pinaria, Manueke, Tarore, 2013). Serangan kepinding tanah dapat menimbulkan kerugian besar. Kepinding tanah menyerang batang dan pelepah daun padi sehingga pucuk tanaman layu, kering berwarna kemerahan, akarnya menjadi mudah untuk dicabut, daun menguning kemerahan dan seluruh batang kering. Hama ini dapat menyebabkan kehilangan hasil panen yang tinggi, sehingga menyebabkan penurunan produksi dan akan menimbulakan kerugian bagi petani (Syam, 2007). Bercocok tanam padi adalah pekerjaan mayoritas masyarakat di jorong Katimahar Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman. Beradasarkan hasil observasi dan wawancara dengan petani padi pada bulan April 2015, bahwa salah satu hama yang menyerang pada areal pertanian padi yaitu kepinding tanah. Serangga ini menyebabkan daun padi berubah warna menjadi menguning atau merah kecoklatan. Biasanya kepinding tanah mulai aktif menyerang padi mulai pada usia 40 hari siap tanam, atau mulai pada fase anakan hingga dewasa. Jika kepinding tanah menyerang pada fase anakan akan menyebabkan jumlah anakan berkurang dan pertumbuhan menjadi terhambat, jika menyerang pada fase bunting akan menyebabkan malai kerdil dan gabah kosong. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis telah melakukan penelitian tentang Kepadatan Populasi Kepinding Tanah ( Scotinophara coartata F.) Pada Tanaman Padi di Jorong Katimahar Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman. METODE PENELITIAN Metode survey deskriptif yaitu dengan cara koleksi langsung kepinding tanah di lokasi penelitian. Areal yang akan dijadikan lokasi penelitian dibagi atas dua stasiun. Stasiun I yaitu padi fase anakan pada umur hari dan stasiun II yaitu padi masak susu pada umur hari. Pada setiap stasiun dipasang perangkap rekat secara acak (random sampling) dengan menepuk masing-masing padi yang akan di jadikan sampel (dengan metode tepukan). Pemasangan perangkap dilakukan mulai pukul wib dan pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari pukul 06.00, setiap 2 jam sekali dilakukan tepukan pada rumpun padi agar kepinding tanah keluar dari rumpun padi dan tertangkap pada perangkap yang telah dipasang. Tahap awal penelitian adalah mempersiapkan alat dan bahan. Areal yang akan di jadikan lokasi penelitian di bagi menjadi dua stasiun. Stasiun I yaitu padi pada fase anakan dengan luas area 54 M x 32 M, dan stasiun II padi pada fase masak susu dengan luas 54 M x 32 M. Selanjutny buat plot pengamatan dengan ukuran 20 x 15 m. Kemudian di bagi menjadi lima sub plot pengamatan yang tersebar secara diagonal dengan ukuran 1 x 1 meter. Setiap sub plot dengan ukuran 1 x 1 meter terdapat 20 rumpun padi. Selanjutnya pasang nomor 1 20 pada rumpun padi, lalu buat lot sebanyak 20 nomor, selanjutnya acak lot ini, dan nomor yang keluar tersebut yang

3 akan di jadikan sampel, selanjutnya pasang perangkap rekat pada padi sebanayak 10 rumpun yang telah di tentukan untuk di jadikan sampel. Perangkap rekat yang digunakan adalah kertas perekat berukuran panjang 20 cm, dan lebar 15 cm, lalu potong bagian tengah kertas ini sehingga membentuk lingkaran untuk dan diletakkan pada rumpun padi. Pemasangan perangkap ini dibantu oleh 4 orang yang telah diberitahu prosedur pemasangan perangkap. Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Lingkungan yang dilakukan yaitu Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan thermo higrometer, pengukuran dilakukan pada pukul wib. Cara penggunaan alat ini yaitu dengan cara meletakkan thermohigrometer dekat 5,8 rumpun padi, biarkan selama ± 15 menit, kemudian angkat alat ini dan catat suhu udara dan kelebembaban udara, kelembaban tanah dan ph tanah dilakukan dengan soil tester. Cara kerja alat ini adalah dengan cara menekan alat ini keareal yang ditentukan, setalah itu tunggu ± 15 menit lalu catat hasil yang tertera pada alat ini. Pengukuran ini dilakukan dua kali yaitu pada pukul wib. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Jorong Katimahar Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman didapatkan kepinding tanah dengan ciri-ciri imago berukuran ±1,0 cm sampai dengan 1,3 cm, bewarna coklat kehitaman. 5,6 5,4 5,2 imago 5 4,8 stasiun I stasiun II Gambar Diagram KepadatanPopulasiKepinding Tanah(S.coartata F.)pada stasiun I (masak susu)fase anakan) dan stasiun II (fase Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa kepadatan populasi kepinding tanah (S. coartata F.) pada stasiun I (fase anakan) kepadatan populasi imago 5,74 individu/rumpun, sedangkan pada stasiun II (fase masak susu) didapatkan kepadatan populasi 5,14 individu/rumpun. Untuk melihat perbedaan kepadatan populasi kepinding tanah pada stasiun I (fase anakan) dan stasiun II (fase masak susu) maka dilakukan uji t sebagai berikut. Tabel. 2 Uji tkepadatanpopulasikepinding Tanah (S. coartata F.) Titik pengamatan Stasiun I (fase n x s 2 s t hitung t tabel 50 5,74 3,92 0,16 anakan) 1,53 1,66 Stasiun II 50 5,14 3,81 0,06 (fase masak susu) Berdarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa kepadatan populasi kepinding tanah pada tanaman padi di Jorong Katimahar Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman didapatkan rata-rata individu pada stasiun I (fase anakan) 5,74 individu/rumpun dan stasiun II (fase masak susu) 5,14 individu/rumpun. Diperoleh t hitung 1,53 pada taraf nyata 0,05 didapatkan t tabel 1,66. Dengan demikian, maka t hitung 1,53< t tabel. 1,66, hal menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara stasiun I (fase anakan) dan stasiun II (masak susu).

4 Untuk melihat hasil pengukuran faktor fisika kimia lingkungan seperti suhu udara, kelembaban udara, ph tanah dan kelembaban tanah terhadap kepadatan populasi kepinding tanah dilakukan pengukuran faktor fisika kimia lingkungan pada saat pengambilan sampel seperti Tabel 3. Tabel 3. Pengukuran faktor fisika kimia lingkungan di Jorong Katimahar kecamatan Panti kabupaten Pasaman. Parameter Stasiun I Stasiun II Suhu (C o ) Kelembaban udara(%) ph tanah 7,0 7,0 Kelembaban tanah (%) ,0 7, Berdasarkan Tabel 3 pengamatan faktor fisika kimia lingkungan dapat dilihat bahwa pada stasiun I di peroleh suhu udara berkisar antara 28 o 32 o C, kelembaban udara berkisar 70 76, ph tanah 7,0, dan kelembaban tanah berkisar antara 5 10, sedangkan pada stasiun II di dapatkan suhu udara 29 o 33 o C, kelembaban udara 70 77, ph tanah 7,0, dan kelembaban tanah 6 9. Tingginya kepadatan populasi kepinding tanah ini di sebabkan beberapa faktor yang mendukung untuk kelangsungan hidup kepinding, diantaranya faktor makanan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi tingginya populasi hama kepinding tanah karena menurut Jumar (2000), makanan merupakan sumber gizi yang dipergunakan serangga untuk hidup dan berkembang. Jika makanan tersedia dengan kualitas yang cocok dan kuantitas yang cukup maka populasi serangga akan naik dengan cepat. Faktor makanan yang tersedia di sekitar lokasi penelitian, seperti gulma dan jenis rumput rumputan yang merupakan pakan alternatif kepinding tanah seperti Pasealum dilotum Scop, Rumput teki Echinocloa crusgalli dan Digitaria sanguinalis yang yang merupakan inang dan pakan alternatif bagi kepinding tanah (Baehaki, 1992). Kepinding tanah menghisap cairan pada pangkal batang padi, sehingga tanaman yang diserang oleh kepinding tanah menjadi berwarna kuning kecoklatan. Kepinding ini menghisap cairan tanaman yang mengakibatkan terjadinya pengurangan cairan sari makanan dari tanaman. Hal ini dapat mengurangi energi dan unsur hara yang seharusnya berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Suharto, 2007). Faktor lain yang mempengaruhi kehidupan kepinding tanah adalah faktor fisika kimia lingkungan diantaranya suhu udara, kelembaban udara, ph tanah dan kelembaban tanah. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan didapatkan bahwa suhu udara pada stasiun I (fase anakan) 28 o 32 o C, kelembaban udara berkisar 70-76, ph tanah 7,0 dan kelembaban tanah berkisar antara 5 10, sedangkan pada stasiun II (fase masak susu) didapatkan suhu udara 29 o C- 33 o C, kelembaban udara 70-77, ph tanah 7,0, dan kelembaban tanah 6-9. Hal ini cocok untuk faktor pendukung hidup kepinding tanah, menurut Khalsoven (1981) menyatakan bahwa suhu optimum kepinding tanah adalah 27 o C- 29 o C. Menurut Jumar (2000) pada suhu minimum aktivitas serangga akan menurun. Pada stasiun II (fase masak susu) terjadi sedikit penurunan jumlah kepinding tanah, hal ini di sebabkan karena umur padi yang telah bertambah, sehingga batang padi mulai mengeras, dan persediaan makanannya berkurang dan tidak sesuai lagi dengan kehidupan kepinding tanah. Jika jumlah makanan tidak sesuai akan menyebabkan penurunan jumlah serangga. Kenyataan di lapangan menunjukkan kepadatan populasi kepinding tanah pada tanaman padi di Jorong Katimahar Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman didapatkan jumlah kepinding tanah dengan rata-rata 5,74 pada stasiun I dan stasiun II dengan rata-rata 5,14. Dalam hal ini kepinding tanah sudah diambang batas, dan dapat dikatan sebagai hama. Jika kepinding tanah melewati ambang batas

5 yaitu tiap rumpun padi ditemukan 4 ekor atau lebih, bila terdapat 10 ekor kepinding dewasa per rumpun dapat mengakibatkan kehilangan hasil sampai 35% (Suharto, 2007). Kepinding tanah menghisap cairan pada pelepah daun, hal ini menyebabkan daun menjadi bewarna coklat kemerahan atau kuning. Penghisapan oleh kepinding tanah pada fase anakan menyebabkan jumlah anakan menjadi berkurang dan pertumbuhan menjadi terhambat (kerdil). Apabila serangan terjadi pada fase bunting, tanaman akan menghasilkan malai yang kerdil dan bulir hampa. Jika populasi tinggi maka serangan kepinding tanah dapat mematikan seluruh tanaman padi (Harahap, dan Tjahjono1989). KESIMPULAN Berdasarkan penelitan yang telah dilakukan tentang kepadatan populasi kepinding tanah (S. coartata F.) pada tanaman padi di Jorong Katimahar Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman dapat disimpulkan kepadatan populasi kepinding tanah pada stasiun I (fase anakan) didapatkan 5,74 sedangkan pada stasiun II (fase masak susu) didapatkan 5,14 individu/ rumpun. Kondisi ini dapat dikatan sebagai hama karena telah melewati ambang batas yaitu tiap rumpun padi ditemukan lebih 4 individu kepinding tanah. Sedangkan fakor fisika kimia lingkungan sesuai untuk kehidupan kepinding tanah. Disarankan agar dilakukan penelitian lanjutan mengenai kepadatan populasi kepinding tanah dan bagaimana upaya pengendalian serangan kepinding tanah. Jumar Entomologi Pertanian. Rineka Cipta : Jakarta. Kalshoven, L.G.E The Pests of Crops In Indonesia. Ichtiar Baru Van Hoeve. Jakarta. Pracaya, Hama dan Penyakit tanaman. Penebar Swadaya : Jakarta Purnomo, H Pengantar Pengendalian Hayati. Andi Offset : Yogyakarta. Sudjana Metode Statistika. Tarsito : Bandung. Suharto Pengenalan dan Pengendalian Hama Tanaman Pangan. Andi Offset : Yoygakarta. Suin, M Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara : Jakarta. Syam, M Masalah Lapang Hama Penyakit Hara Pada Padi. Balai Pengkajian Teknologi pertanian : Bogor. Umboh, T.N, Pinaria A.N, Manuke.J, dan Tarore. D Jenis dan Kepadatan Populasi Serangga Pada Pertanaman Padi Sawah Fase Vegetatif di Desa Talawaan Kecamatan Talawaan Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Holtikultra Provinsi Sulaesi Utara. (online) diakses 6 Juni DAFTAR PUSTAKA Anonimus, Serangga Hama Tanaman. Dalam pot.com/2010/02/serangga-hama- Tanaman/ Diakses pada 25 juli.2015 Beahaki Berbagai Hama Serangga Tanaman Padi. Angkasa: Bandung HarahapI.S, dan B.Tjahjono Pengendalian Hama Penyakit Padi.Penebar Swadaya : Jakarta

6