Srie Juli Rachmawatie, Tri Rahayu Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Islam Batik Surakarta
|
|
- Ratna Sumadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KAJIAN PERBEDAAN UMUR TANAM PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS MEKONGGA TERHADAP POPULASI WERENG COKLAT DI DESA DALANGAN KECAMATAN TAWANGSARI KABUPATEN SUKOHARJO Srie Juli Rachmawatie, Tri Rahayu Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Islam Batik Surakarta ABSTRAK Keterbatasan lahan pertanian, terutama lahan sawah yang ditanami padi, menurunnya kesuburan tanah, dan sulitnya tenaga kerja di bidang pertanian merupakan isu yang sampai saat ini terus-menerus dicari solusinya. IRRI menyebutkan bahwa kecenderungan pemakaian alat atau mekanisasi pertanian dapat meningkatkan produktivitas tanaman padi. Penggunaan mekanisasi pertanian merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah tenaga kerja sehingga teknologi yang ramah lingkungan dapat dikembangkan untuk menuju good farming practice. Salah satu upaya untuk swasembada pangan adalah dengan ditetapkannya Desa Dalangan Kecamatan Tawang sari menjadi pilot proyek modernisasi pertanian dan konsolidasi lahan. Dalam hal modernisasi lahan maka dapat diterapkan mekanisasi maka tidak mungkin dengan lahan sempit (berpetak-petak). Oleh karena itu diadakan sekaligus penataan kembali (konsolidasi) lahan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan faktorial bersarang (nested), dimana dalam luasan lahan tertentu dibagi ke dalam sarang dan anak sarang. Sebagai sarang adalah tipe pengelolaan (tanpa mekanisasi M0 dan dengan Mekanisasi M1). Sedangkan, sebagai anak sarang adalah saat transplanting, yaitu saat umur bibit 17 hari (S1), saat umur bibit 21 hari (S2), dan saat umur bibit 23 hari (S3). Pengambilan sampel dilakukan dengan cara ubinan, yaitu setiap anak sarang dibuat petak seluas 2 meter persegi dengan jumlah tanaman sekitar 49 tanaman. Kemudian dari satu petak sampel tersebut diambil lima tanaman secara acak yang digunakan sebagai data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan unur bibit yang ditanam dengan mesin transplanter (mekanisasi) tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap populasi wereng coklat. Populasi wereng coklat lebih tinggi pada penanaman secara konvensional dibanding penanaman mesin transplanter. Perlakuan dengan mekanisasi pertanian (mesin transplanter) dapat menekan pertumbuhan populasi wereng coklat. Kata Kunci: wereng coklat, mekanisasi pertanian, konsolidasi lahan, transplanter PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal) merupakan salah satu hama padi yang paling berbahaya dan banyak merugikan, terutama di Asia Tenggara dan Asia Timur. Seperti jenis wereng lainnya, wereng batang coklat, menjadi parasit dengan menghisap cairan tumbuhan yang mengakibatkan perkembangan tumbuhan menjadi terganggu bahkan mati. Wereng batang coklat (Nilaparvata lugens Stal) juga menjadi vektor (organisme penyebar penyakit) bagi penularan Agronomika Vol 10, No.2, Agustus 2015 Januari
2 sejumlah penyakit tumbuhan yang diakibatkan oleh virus bahkan menyebabkan tungro (Kasumbogo Untung, 1996). Wereng coklat menjadi hama padi yang paling berbahaya dan paling sulit dikendalikan apalagi dibasmi. Sulitnya memberantas hama padi ini karena wereng batang coklat mempunyai daya perkembangbiakan yang cepat dan cepat menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan. Hama wereng batang coklat hidup pada pangkal batang padi. Serangga ini mempunyai siklus hidup antara 3-4 minggu yang dimulai dari telur (selama 7-10 hari), Nimfa (8-17 hari) dan Imago (18-28 hari). Saat menjadi nimfa dan imago inilah wereng batang coklat menghisap cairan dari batang padi (Baehaki, 1992). Di sisi lain, ketersediaan pangan yang selalu harus terpenuhi mendorong adanya berbagai teknologi baru untuk meningkatkan produksi tanaman pangan terutama padi. Teknologi yang saat ini dikembangkan adalah modernisasi pertanian, dimana untuk menanam padi tidak lagi menggunakan tenaga manusia tetapi menggunakan mesin transplanter. Ada kelemahan dan kelebihan dengan penggunaan alat ini. Penggunaan alat ini pun disertai dengan penataan lahan kembali (konsolidasi lahan) sehingga areal tanam tidak lagi dalam petakanpetakan tetapi dalam area yang sangat luas. Desa Dalangan Kecamatan Tawangsari merupakan salah satu desa di Indonesia yang dijadikan sebagai pilot project dalam teknologi ini. Perubahan lingkungan, seperti perubahan pola tanam dan penggunaan mesin transplanter dalam penanaman, yang terjadi di Desa Dalangan tersebut tentu sangat mempengaruhi perkembangan populasi hama pengganggu tanaman, terutama wereng coklat yang memiliki daya adaptasi luas. Oleh karena itu, perlu dikaji seberapa besar dampak penggunaan mesin dan perubahan pola tanam (dengan umur bibit yang berbeda) terhadap perkembangan populasi organisme pengganggu tanaman khususnya wereng coklat ini. B. Rumusan Masalah 1. Pola tanam yang manakah yang lebih mempengaruhi perkembangan populasi wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal)? 2. Penanaman pada umur bibit yang manakah yang lebih mempengaruhi perkembangan populasi wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal)? Agronomika Vol 10, No.2, Agustus 2015 Januari
3 C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh pola tanam yang terhadap perkembangan populasi wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal). 2. Untuk mengetahui pengaruh penanaman pada umur bibit yang berbeda terhadap perkembangan populasi wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal) D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Manfaat teoretis: Menjadi bahan acuan untuk pembaharuan konsep atau metode pengendalian wereng coklat 2. Manfaat praktis: Sebagai bahan acuan bagi pemangku kebijakan untuk membuat rekomendasi yang paling sesuai terhadap metode pengendalian wereng coklat akibat adanya modernisasi pertanian. E. Target Luaran Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipublikasikan dalam jurnal lokal ber ISSN atau jurnal nasional yang terakreditasi. Selain itu hasil penelitian ini juga diharapkan dapat mengikuti proseding pada seminar ilmiah yang berskala nasional. TINJAUAN PUSTAKA A. Wereng Coklat (Nilaparvata lugens S.) Klasifikasi wereng coklat adalah sebagai berikut. Kerajaan : Animalia Filum : Arthropoda Upafilum : Hexapoda Kelas : Insecta Ordo : Homoptera Famili : Delphacidae Genus : Nilaparvata Spesies : Nilaparvata lugens Stall Wereng coklat adalah hama yang mampu beradaptasi dengan berbagai lingkungan pada waktu yang cepat bahkan bisa menghasilkan populasi baru Agronomika Vol 10, No.2, Agustus 2015 Januari
4 (biotipe) dalam waktu singkat. Wereng coklat juga mampu melemahkan kerja insektisida yang dianggap ampuh mengatasi hama ini sebelumnya. Dengan sifatsifat yang dimilikinya, hingga kini tidak mudah untuk mengatasinya. Pola perkembangan hama ini bersifat Biological Clock, artinya, wereng coklat dapat berkembang biak dan merusak tanaman padi disebabkan lingkungan yang cocok, baik dimusim hujan maupun musim kemarau. Metode pengendalian hama wereng coklat menggunakan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) atau Management Pest Control, yaitu suatu metode pengendalian hama yang menggabungkan atau mengintegrasikan berbagai teknik pengendalian yang kompatibel dan berkesinambungan. Teknik-teknik pengendalian yang digunakan dalam PHT yaitu teknik pengendalian dengan: a. budidaya tanaman (cultural practices), antara lain penggunaan varietas tahan, penentuan waktu tanam, rotasi tanaman b. teknik pengendalian secara fisik/mekanik (physical control), antara lain pemungutan kelomppok telur, penggunaan perangkap c. secara biologis (biological control), antara lain menggunakan predator atau musuh alami hama d. teknik pengendalian dengan kimia (pesticide control), antara lain menggunakan pestisida Dalam penerapannya, teknik-teknik tersebut bisa dilakukan sendiri-sendiri maupun bersamaan tergantung situasi pertanaman, tingkat serangan dan populasi musuh alami. B. Botani Tanaman Padi Padi merupakan tanaman pangan yang sudah lama dibudidayakan di Indonesia.Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut. Kingdom : Plantae Divisi/Filum : Spermatophyta Subdivisi/Subfilum : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Graminales/Poales Famili : Graminiae/Poaceae Agronomika Vol 10, No.2, Agustus 2015 Januari
5 Genus : Oryza Spesies : Oryza sativa Berbagai jenis padi yang dibudidayakan meliputi padi sawah (memerlukan banyak air dan dibudidayakan di sawah), padi kering atau padi ladang yang dibudidayakan di tanah hutan yang baru dibuka, padi tegalan yang dibudidayakan di tegalan, dan padi gogo rancah yang dibudidayakan di tegalan, tetapi setelah ada hujan tanaman padi itu digenangi air seperti padi sawah. Berbagai macam jenis padi sudah dihasilkan dari perkawinan silang antara jenis padi yang memiliki sifat-sifat baik sehingga diperoleh padi varietas unggul. Kriteria padi varietas unggul antara lain memiliki produksi tinggi, umur tanam pendek, tahan terhadap hama dan penyakit, tahan rebah dan tidak mudah rontok, mutu beras baik, serta rasanya enak (Sugeng, 2001). C. Budidaya Tanaman Padi 1. Penanaman Padi secara Manual Secara garis besar budidaya padi secara konvensional meliputi: a. Pesemaian. Penyiapan tanah untuk pesemaian dikerjakan 50 hari sebelum penanaman. Oleh karena itu, pesemaian pada system konvensional ini memerlukan waktu yang lama dan membutuhkan air yang banyak untuk penggenangan. b. Pengolahan tanah. Pengolahan tanah sudah harus disiapkan dua bulan sebelum penanaman, dan dapat dilakukan dengan cara tradisional yaitu dengan alat sederhana seperti bajak maupun dengan cara modern, yaitu dengan mesin. c. Penanaman. Penanaman diawali dengan pencabutan bibit dari pesemaian setelah berumur hari, berdaun 5 7 helai, tinggi kurang lebih 25 cm, batangnya besar dan kuat, serta bebas dari hama dan penyakit. d. Pengairan. Pengairan merupakan kebutuhan pokok dalam budidaya padi karena air sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman padi. Oleh karena itu, system irigasi perlu diperhatikan, terutama pada saat mulai penanaman (padi berumur 0 hari) hingga umur 45 hari. Air ini diperlukan untuk pembentukan anakan dan pembentukan bulir padi. Agronomika Vol 10, No.2, Agustus 2015 Januari
6 e. Penyulaman dan penyiangan. Penyulaman dilakukan pada tanaman yang berumur tidak lebih dari 10 hari agar bibit yang baru ini pertumbuhannya sama dengan bibit yang ditanam dulu. Sedangkan, penyiangan dilakukan agar tidak ada tanaman liar yang mengganggu pertumbuhan tanaman padi. f. Pemupukan. Pada umumnya pupuk yang diberikan adalah pupuk dasar berupa pupuk kandang, yang diberikan pada saat pengolahan tanah dan pupuk buatan (NPK) yang diberikan sesudah tanam. g. Penyemprotan hama dan penyakit. Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan untuk mengurangi kerugian yang besar pada saat panen padi akibat serangan hama, seperti walang sangit, tikus dan ulat. h. Pemanenan. Pemanenan dilakukan pada saat padi masak mati atau isi gabah sudah keras dan kering. (Sugeng, 2001). 2. Penanaman Padi secara Mekanisasi Budidaya padi dengan mekanisasi pertanian pada prinsipnya sama dengan budidaya padi secara konvensional. Yang membedakan adalah petak pesemaian. Secara umum, budidaya padi dengan transplanter dilakukan sebagai berikut. a. Pesemaian. Benih padi disemaikan pada nampan-nampan. Media tanam yang digunakan adalah campuran tanah dan pupuk kandang. Proses penanaman benih sebagai berikut: campuran media tanam ditabur pada nampan kemudian benih ditaburkan di atasnya dan ditutup dengan campuran media kembali. b. Penanaman. Penanaman menggunakan transplanter pada umur bibit 15, 17, 21 hari. Penanaman di awai dengan mengambil bibit pada nampan pesemaian kemudian diletakkan pada mesin transplanter. Mesin transplanter diatur lebih dahulu jarak tanamnya sehingga ketika dioperasikan, mesin ini sudah otomatis menanam bibit dengan jarak tanam yang sudah diatur. c. Pengairan. Pengairan dilakukan pada saat mulai penanaman (padi berumur 0 hari) hingga umur 45 hari. Air ini diperlukan untuk pembentukan anakan dan pembentukan bulir padi. Agronomika Vol 10, No.2, Agustus 2015 Januari
7 d. Penyulaman dan penyiangan. Penyulaman dilakukan pada tanaman yang berumur tidak lebih dari 10 hari agar bibit yang baru ini pertumbuhannya sama dengan bibit yang ditanam dulu. Sedangkan, penyiangan dilakukan agar tidak ada tanaman liar yang mengganggu pertumbuhan tanaman padi. e. Pemupukan. Pemupukan bertujuan untuk menambah zat-zat makanan bagi tanaman. Pada umumnya pupuk yang diberikan adalah pupuk dasar berupa pupuk kandang, yang diberikan pada saat pengolahan tanah dan pupuk buatan (NPK) yang diberikan sesudah tanam. f. Pengobatan/penyemprotan hama dan penyakit. Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan untuk mengurangi kerugian yang besar pada saat panen padi akibat serangan hama, seperti walang sangit, tikus dan ulat. g. Pemanenan. Pemanenan dilakukan pada saat padi masak mati atau isi gabah sudah keras dan kering (Sugeng, 2001). D. Hipotesis Penggunaan mesin transplanter dalam penanaman bibit padi dan saat umur tanam 23 hari setelah tanam menekan perkembangan populasi wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal). METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di Desa Dalangan, Kecamatan Tawang Sari Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. B. Rancangan Percobaan Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan faktorial bersarang (nested), dimana dalam luasan lahan tertentu dibagi ke dalam sarang dan anak sarang. Sebagai sarang adalah tipe pengelolaan (tanpa mekanisasi M0 dan dengan Mekanisasi M1). Sedangkan, sebagai abak sarang adalah saat transplanting, yaitu saat umur bibit 17 hari (S1), saat umur bibit 21 hari (S2), dan saat umur bibit 23 hari (S3). Agronomika Vol 10, No.2, Agustus 2015 Januari
8 Pengambilan sampel dilakukan dengan cara ubinan, yaitu setiap anak sarang dibuat petak seluas 2 meter persegi dengan jumlah tanaman sekitar 49 tanaman. Kemudian dari satu petak sampel tersebut diambil lima tanaman secara acak yang digunakan sebagai data. C. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan : a. Bibit tanaman padi var. Mekongga dengan umur bibit 17, 21, dan 23 hari b. Pupuk dasar: pupuk organik dan kimia (NPK) c. Pestisida 2. Alat : a. Mesin transplanter b. Nampan semai c. Karung goni d. Sprayer e. Alat pertanian: sabit, bambu, rafia f. Alat tulis: penggaris; pensil, spidol g. Timbangan D. Pelaksanaan Penelitian 1. Pembibitan Bibit berasal dari benih padi varietas Mekongga. Tahap-tahap pembibitan secara manual: 1) Benih padi disebar dalam luasan petak tertentu di dalam areal persawahan yang akan ditanami padi 2) Bibit yang sudah sesuai umur tanam untuk penelitian diambil untuk kemudian ditanam di areal persawahan Tahap-tahap pembibitan secara mekanisasi: 1) Benih padi disebar di dalam nampan pesemaian yang sudah diisi dengan media semai (pupuk organik) 2) Nampan pesemaian diletakkan di areal sawah yang akan ditanami. 3) Pengambilan bibit dilakukan dengan mengambil bibit dari nampan semai kemudian digulung ke dalam dan diletakkan di pinggir sawah Agronomika Vol 10, No.2, Agustus 2015 Januari
9 2. Penanaman a) Penanaman secara konvensional dilakukan dengan pola tanam biasa, yaitu memasukkan 1-2 bibit ke dalam setiap lubang tanam. Jarak tanam 25 x 30 cm. b) Penanaman secara mekanisasi dilakukan dengan meletakkan nampan bibit pada mesin transplanter. Mesin transplanter diatur jarak tanamnya (25 x 30 cm) sehingga ketika bibit dimasukkan pada setiap lubang tanam akan terdapat 2-3 batang bibit. 3. Pemeliharaan tanaman a) Pengairan. Pengairan dilakukan dengan mengalirkan air dari selokan (irigasi semiteknis) yang ada di areal persawahan. Pengairan dilakukan secara periodik sesuai dengan umur (masa pertumbuhan) tanaman padi. Pada fase pertumbuhan vegetatif, yaitu pertumbuhan danperkembangan akar, batang, dan daun) diperlukan pengairan yang cukup. Sedangkan pada fase generatif, yaitu pada saat pembentukan malai bunga dan padi mulai berbulir pengairan ditingkatkan sesaat hingga kedalaman cm, kemudian air dikurangi secara bertahap. Pada saat pemupukan, diusahakan air tidak mengalir agar pupuk tidak ikut hanyut. Pada saat penyiangan, air diusahakan dalam kondisi macak-macak. b) Pemupukan. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk organik (pupuk kandang) dan pupuk anorganik (pupuk buatan atau pupuk kimia). Pupuk kandang diaplikasikan pada saat pengolahan tanah. Sedangkan, pupuk anorganik (biasanya digunakan pupuk dasar NPK) diaplikasikan 2 sampai 3 kali dalam satu periode tanam. Pupuk urea diberikan saat tanaman berumur lebih kurang 3-4 minggu saat tanaman sedang mengalami pertumbuhan vegetatif dengan cara disebar. c) Penyiangan. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut rumput-rumput yang tumbuh di antara tanaman padi. Penyiangan dilakukan dua kali, yaitu penyiangan pertama pada saat tanaman padi berumur 3 minggu dan penyiangan kedua saat padi berumur 6 minggu. Agronomika Vol 10, No.2, Agustus 2015 Januari
10 4. Pemanenan Pemanenan dilakukan jika padi telah masak, yang ditandai antara lain dengan padi sudah menguning, tangkai kelihatan menunduk, gabah sudah berisi dan keras. Pemanenan dilakukan dengan dengan cara ani-ani. E. Pengambilan Data Pengamatan dilakukan pada lima tanaman sampel yang diambil dari petak ubinan. Peubah yang diamati meliputi: a. Tinggi tanaman tiap rumpun (cm) Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun. Untuk tinggi tanaman tiap rumpun dihitung dari permukaan tanah sampai ujung daun tanaman tertinggi di dalam satu rumpun b. Jumlah tunas per rumpun Jumlah malai per rumpun dihitung dari banyaknya malai yang ada (tumbuh) dalam satu rumpun c. Populasi wereng coklat per rumpun Populasi wereng coklat per rumpun dihitung dari banyaknya jumlah wereng coklat yang ada pada setiap rumpun F. Analisis Data Semua data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis varian. Apabila ada beda nyata antar perlakuan maka hasil analisis diuji lanjut dengan uji jarak berganda Duncan 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Tanaman padi selama penelitian menunjukkan pertumbuhan yang baik, baik yang ditanam secara konvensional maupun secara mekanik dengan mesin transplanter. Pembibitan pada nampan semai juga menunjukkan pertumbuhan yang serempak (secara visual). Selama penelitian terdapat tumbuhan pengganggu tetapi tidak terlalu banyak. Gejala penyakit dan hama juga tidak terlalu tampak, baik pada petakan konvensional maupun mekanisasi. Pemeliharaan tanaman yang dilakukan selama penelitian sebagaimana budidaya tanaman padi, yaitu dengan penggenangan sesuai fase tumbuh tanaman padi, Agronomika Vol 10, No.2, Agustus 2015 Januari
11 penyiangan gulma (terutama rumput pengganggu), dan penyemprotan tanaman dengan pestisida. Tabel 1. Tinggi tanaman per rumpun (cm/tanaman) Sistem Tanam Umur Bibit (hari setelah tanam) Rerata 17 (S1) 21 (S2) 23 (S3) Manual (M0) 111,267 a 110,333 a 113,800 a 111,80 Mekanisasi (M1) 107,133 a 108,267 a 117,333 b 110,91 Keterangan : Angka diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji, Duncan 5%. Tabel 1 menunjukkan bahwa tinggi tanaman padi yang ditanam secara manual tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, baik pada umur bibit 17 hari, 21 hari, maupun 23 hari. Sedangkan, penanaman padi secara mekanisasi pada umur bibit 17 hari (S1) tidak menunjukkan beda nyata dengan penanaman pada umur bibit 21 hari (S2). Penanaman padai secara mekanisasi menunjukkan beda nyata pada umur bibit 21 hari (S2) dan umur bibit 23 hari (S3). Tinggi tanaman yang tertinggi terdapat pada penanaman padi umur bibit 23 hari dengan mekanisasi (mesin transplanter). Padi yang ditanam pada umur bibit 23 hari secara manual dan mekanisasi menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal ini bisa terjadi karena pada penanaman dengan mekanisasi, akar bibit yang tertanam tidak terlalu dalam dibandingkan jika ditanamn secara manual sehingga pertumbuhan batang tanaman lebih tinggi. Mesin transplanter memiliki keunggulan dalam kedalaman tanam, jarak, keseragaman tanam. Tinggi tanaman merupakan hasil dari pertumbuhan daun pada batang padi. Pertumbuhan daun pada batang padi memerlukan selang waktu 7 hari. Artinya, antara pembentukan daun yang satu ke daun berikutnya mempunyai selang waktu 7 hari (AAK, 1990). Pada bibit umur 23 hari, pertumbuhan daun pada tanaman padi sudah mencapai daun yang ketiga, yaitu daun yang terpanjang, sehingga hal ini menjadikan tinggi tanaman yang lebih tinggi daripada umur bibit yang lain. Burbey (2014) melaporkan bahwa tinggi tanaman padi yang ditanam pada umur bibit 20 hari setelah tanam (hss) lebih tinggi dibanding bibit yang ditanam pada umur 10 hss. Penanaman dengan bibit yang tua tentunya tanaman lebih tinggi dibanding umur yang muda. Di samping itu, penanaman dengan jumlah bibit yang lebih banyak akan mendorong kompetisi inter tanaman sehingga pertumbuhan batang lebih ke atas. Agronomika Vol 10, No.2, Agustus 2015 Januari
12 Tabel 2. Jumlah tunas per rumpun Sistem Tanam Umur Bibit (hari setelah tanam) Rerata 17 (S1) 21 (S2) 23 (S3) Manual (M0) 22,00 a 18,53 a 20,20 a 20,24 Mekanisasi (M1) 15,26 a 16,66 a 20,66 b 17,33 Keterangan : Angka diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji, Duncan 5%. Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah tunas tanaman padi yang ditanam secara manual pada umur bibit yang berbeda tidak berbeda nyata. Sedangkan, jumlah tunas tanaman padi yang ditanam secara mekanisasi menunjukkan beda nyata pada umur bibit 21 hss (S2) dan 23 hss (S3). Penggunaan bibit tanaman padi umur muda menyebabkan bibit tersebut lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan tumbuh, mempunyai perakaran yang lebih baik dan dalam, sehingga lebih efektif memanfaatkan hara dan dapat tumbuh lebih baik. Lebih lanjut Balitpa Sukamandi (2003) juga melaporkan bahwa penggunaan bibit padi sawah umur muda (10-12 hari) akan mendorong pertumbuhan akar lebih dalam sehingga tanaman tahan rebah dan tahan kekeringan. Penanaman pada umur bibit 23 hss secara mekanisasi menunjukkan beda nyata dengan penanaman secara manual. Hal ini dapat terjadi karena pada penanaman dengan transplanter memungkinkan 2-3 bibit tertanam, sehingga pembentukan tunas juga akan lebih banyak daripada jika ditanam dengan satu lubang 1-2 bibit. Tabel 3. Populasi wereng coklat per rumpun Sistem Tanam Umur Bibit (hari setelah tanam) Rerata 17 (S1) 21 (S2) 23 (S3) Manual (M0) 2,555 c 2,017 b 1,377 a 1,98 Mekanisasi (M1) 0,801 a 0,707 a 0,707 a 0,738 Keterangan : Angka diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji, Duncan 5%. Tabel 3 menunjukkan bahwa populasi wereng coklat pada penanaman yang dilakukan secara manual berbeda nyata pada setiap umur bibit padi yang ditanam. Populasi tertinggi terdapat pada tanaman padi yang ditanam pada umur muda yaitu 17 hari setelah tanam. Hal ini sangat mungkin terjadi karena hama wereng coklat ini akan Agronomika Vol 10, No.2, Agustus 2015 Januari
13 hidup pada setiap fase pertumbuhan tanaman. Artinya, semakin muda bibit tanaman padi yang ditanam kemungkinan populasi yang ada makin besar. Pada tanaman padi yang ditanam dengan sistem mekanisasi tidak menunjukkan beda nyata. Hal ini berarti pada umur bibit yang muda atau tua, tidak memberikan pengaruh pada keberadaan wereng coklat. Alat transplanter memungkinkan kedalaman tanam tidak terlalu dalam sehingga wereng yang bisa hidup mulai dari permukaan tanah lebih terkendali atau dapat diminimalisasi. Agronomika Vol 10, No.2, Agustus 2015 Januari
14 KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Penanaman padi dengan alat transplanter dapat menekan pertumbuhan populasi wereng coklat 2. Penanaman padi secara manual pada umur bibit 23 hari setelah tanam dapat menekan pertumbuhan populasi wereng coklat B. SARAN 1. Perlu penelitian lebih lanjut terkait dengan organisme musuh alami yang digunakan sebagai indikator apakah keberadaan wereng coklat juga dipengaruhi oleh organisme musuh alami 2. Perlu dilakukan penelitian analisis usaha tani terkait dengan penggunaan mesin-mesin pertanian untuk penghematan tenaga kerja dan penggunaan saprodi Agronomika Vol 10, No.2, Agustus 2015 Januari
15 DAFTAR PUSTAKA Baehaki Berbagai Hama Seranga Tanaman Padi. Bandung: Angkasa Djafaruddin Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman (Umum). Jakarta: Bumi Aksara Kevin Gallagher. T.th. Pengendalian Hama Terpadu untuk Padi. Suatu Pendekatan Ekologi. Program Nasional Pengendalian Hama Terpadu. Jakarta Nyoman Oka, Ida. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Soesanto, Lukas Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman. Jakarta: Rajawali Press Untung, Kasumbogo Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Baehaki Strategi Fundamental Pengendalian Hama Wereng Batang Coklat dalam Pengamanan Produksi Padi Nasional. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian 1(1) 2011: Agronomika Vol 10, No.2, Agustus 2015 Januari
III. METODE PENELITIAN
12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan persawahan Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dari bulan Mei hingga November 2012. B. Bahan
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian
III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman
Lebih terperinciSISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH
SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family
4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.
Lebih terperinciPetunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida
Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida Oleh : Dandan Hendayana, SP (PPL Kec. Cijati Cianjur) Saat ini tanaman padi hibrida merupakan salah satu alternatif pilihan dalam upaya peningkatan produksi
Lebih terperinci1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu)
Hama dan penyakit merupakan cekaman biotis yang dapat mengurangi hasil dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil panen yang optimum dalam budidaya padi, perlu dilakukan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat
10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian
10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Padi. L.) merupakan tanaman pangan golongan Cerealia
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Budidaya Padi Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan golongan Cerealia (Marlina,2012), Batang pada tanaman padi beruas-ruas yang di dalamnya berongga (kosong), biasanya
Lebih terperinciPENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT
PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciTATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas
III. TATA CARA PENELTIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian telah dilaksanakan pada Bulan Juli 2016 November
Lebih terperinciOleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)
Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini bagian dari kegiatan SLPHT kelompok tani Sumber Rejeki yang
12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini bagian dari kegiatan SLPHT kelompok tani Sumber Rejeki yang dilakasanakan pada musim gadu bulan Juli-Oktober 2012. Pengamatan dilakukan
Lebih terperinciCiparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Unit
Lebih terperinciVI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN
VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat
Lebih terperinciMENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR
MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR Oleh : Ir. Indra Gunawan Sabaruddin Tanaman Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman penting karena merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk
Lebih terperinciPersyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang
PRODUKSI BENIH PADI Persyaratan Lahan Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang ditanam sama, jika lahan bekas varietas
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial, yang terdiri dari 2 faktor dan 3 kali ulangan. Faktor I : Lokasi biji
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa
31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah respon petani terhadap kegiatan penyuluhan PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II,
Lebih terperincibahasa Perancis dinamakan Le Syst me de Riziculture Intensive disingkat RSI. Dalam bahasa Inggris populer dengan nama System of Rice Intensification
Pendahuluan System of Rice Intensification (SRI) merupakan sistem budidaya tanaman padi yang intensif dan efisien berbasis pada pengelolaan tanaman, biologi tanah, tata air dan pemupukan secara terpadu
Lebih terperinciPENGELOLAAN TERPADU PADI SAWAH (PTPS): INOVASI PENDUKUNG PRODUKTIVITAS PANGAN
PENGELOLAAN TERPADU PADI SAWAH (PTPS): INOVASI PENDUKUNG PRODUKTIVITAS PANGAN Ameilia Zuliyanti Siregar Departemen Agroekoteknologi Fakultas Pertanian zuliyanti@yahoo.com,azs_yanti@gmail.com Pendahuluan
Lebih terperinciIII. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni 2016-15 Juli 2016 di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Bahan dan Alat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teoritis 2.1.1. Sawah Tadah Hujan Lahan sawah tadah hujan merupakan lahan sawah yang dalam setahunnya minimal ditanami satu kali tanaman padi dengan pengairannya sangat
Lebih terperinciBUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso
BUDIDAYA PADI RATUN Marhaenis Budi Santoso Peningkatan produksi padi dapat dicapai melalui peningkatan indeks panen dan peningkatan produksi tanaman setiap musim tanam. Padi Ratun merupakan salah satu
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Lebih terperinciVI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL
VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan
9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai
Lebih terperinciLampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan
Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3 Nomor persilangan : BP3448E-4-2 Asal persilangan : Digul/BPT164-C-68-7-2 Golongan : Cere Umur tanaman : 110 hari Bentuk tanaman : Sedang Tinggi tanaman : 95
Lebih terperinciBAB VI ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI
BAB VI ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI Keragaan usahatani pada penelitian ini dijelaskan secara deskriptif. Penjelasan keragaan usahatani meliputi penggunaan input dan cara budidaya padi dengan metode
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,
18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilaksanakan di lahan sawah irigasi Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Pagung, Kabupaten Tanggamus dari bulan November 2014 sampai April
Lebih terperinciPENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK
AgroinovasI PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK Lahan rawa lebak merupakan salahsatu sumberdaya yang potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian tanaman pangan di Provinsi
Lebih terperinciMENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3KK Nglegok
MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI Oleh : M Mundir BPKK Nglegok I LATAR BELAKANG Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah semua organisme yang menggangu pertumbuhan tanaman pokok
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan pangan utama yang dikonsumsi oleh hampir setengah penduduk dunia. Kebutuhan pangan akan semakin meningkat dengan bertambahnya jumlah penduduk, namun
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU
PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Faktor kedua adalah jumlah bibit per lubang yang terdiri atas 3 taraf yaitu : 1. 1 bibit (B 1 ) 2. 2 bibit (B 2 ) 3.
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan pembenihan padi Balai Benih Induk Hortikultura Pekanbaru. Waktu penelitian dilakukan selama ± 4 bulan dimulai dari bulan
Lebih terperinciBUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification)
BUDIDAYA TANAMAN PADI menggunakan S R I (System of Rice Intensification) PRINSIP S R I Oleh : Isnawan BP3K Nglegok Tanaman padi diperlakukan sebagai organisme hidup sebagaimana mestinya Semua unsur potensi
Lebih terperinci1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan
1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani
Lebih terperinciSumber : Nurman S.P. (http://marisejahterakanpetani.wordpress.com/
Lampiran 1. Deskripsi benih sertani - Potensi hasil sampai dengan 16 ton/ha - Rata-rata bulir per-malainya 300-400 buah, bahkan ada yang mencapai 700 buah - Umur panen padi adalah 105 hari sejak semai
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies
30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Serangga Hama Berdasarkan hasil identifikasi serangga hama dilokasi Agroekosistem berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies Scripophaga
Lebih terperinciCara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi
Cara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi 4 tahap penggunaan Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super Tugama) 1. Persiapan Benih 2. Pengolahan tanah atau lahan tanaman 3. Pemupukan 4.
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis
KATA PENGANTAR Buah terung ini cukup populer di masyarakat, bisa di dapatkan di warung, pasar tradisional, penjual pinggir jalan hingga swalayan. Cara pembudidayaan buah terung dari menanam bibit terung
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Dekomposisi Jerami Padi pada Plot dengan Jarak Pematang 4 meter dan 8 meter Laju dekomposisi jerami padi pada plot dengan jarak pematang 4 m dan 8 m disajikan pada Tabel
Lebih terperinci1 SET A. INDIVIDU PETANI
1 SET A. INDIVIDU PETANI Pengelolaan Tanaman Padi Versi beta Indonesia Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani O lahan sawah kelompok tani sehamparan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,
20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan Balai Benih Induk Hortikultura Pekanbaru yang dibawahi oleh Dinas Tanaman Pangan Provinsi Riau. Penelitian ini dimulai pada
Lebih terperinci1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan
1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman padi (Oriza sativa) adalah salah satu jenis serealia yang umumnya dibudidayakan melalui sistem persemaian terlebih dahulu. Baru setelah bibit tumbuh sampai
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu
14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Oktober 2014 hingga Maret
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM WILAYAH, RESPONDEN, DAN BUDIDAYA PADI Keadaan Umum Permasalahan Kabupaten Cianjur
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH, RESPONDEN, DAN BUDIDAYA PADI 5.1. Keadaan Umum Permasalahan Kabupaten Cianjur Penduduk Kabupaten Cianjur pada tahun 2010 berjumlah 2.168.514 jiwa yang terdiri atas 1.120.550 laki-laki
Lebih terperinciCara Menanam Cabe di Polybag
Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat
Lebih terperinciII. Materi dan Metode. Pekanbaru. waktu penelitian ini dilaksanakan empat bulan yaitu dari bulan
II. Materi dan Metode 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan Balai Benih Induk Hortikultura Pekanbaru. waktu penelitian ini dilaksanakan empat bulan yaitu dari bulan Januari-Mei 2013.
Lebih terperinciVIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA
VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan
Lebih terperinciJ u r n a l A g r o h i t a V o l u m e 1 N o m o r 2 T a h u n
J u r n a l A g r o h i t a V o l u m e 1 N o m o r 2 T a h u n 2 0 1 7 64 METODE PENGENDALIAN HAMA KEONG MAS(Pomaceae canaliculata L.) DENGAN POLA PENGAIRAN DAN BEBERAPA UMPAN PERANGKAP TERHADAP PRODUKSI
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan
Lebih terperinciTEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135
TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 PUPUK ORGANIK POWDER 135 adalah Pupuk untuk segala jenis tanaman yang dibuat dari bahan
Lebih terperinciARTUKEL ILMIAH TEKNOLOGI INFORMATIKA PENGENDALIAN HAMA TERPADU. Dosen pebimbing : Bpk. Anton Muhibuddin
ARTUKEL ILMIAH TEKNOLOGI INFORMATIKA PENGENDALIAN HAMA TERPADU Dosen pebimbing : Bpk. Anton Muhibuddin OLEH : MOHAMAD ARI KHAKIMUDDIN 115040213111044 L2 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Padi Padi merupakan tanaman pertanian kuno yang sampai saat ini terus dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan merupakan tanaman pangan yang dapat
Lebih terperinciI. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten
I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari 3 golongan ecogeographic yaitu Indica, Japonica, dan Javanica.
6 TINJAUAN PUSTAKA Padi Sawah Padi (Oryza sativa L.) berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumput-rumputan (Gramineae) yang ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Tumbuhan padi bersifat
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas
16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Efektivitas Aplikasi Beauveria bassiana sebagai Upaya
16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Efektivitas Aplikasi Beauveria bassiana sebagai Upaya Pengendalian Wereng Batang Cokelat dan Walang Sangit pada Tanaman Padi dilaksanakan pada bulan Juli
Lebih terperincicommit to users I. PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya jumlah dan tingkat kesejahteraan penduduk, maka kebutuhan akan hasil tanaman padi ( Oryza sativa L.) yang berkualitas juga semakin banyak. Masyarakat
Lebih terperinciDENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT
DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT Penerapan Padi Hibrida Pada Pelaksanaan SL - PTT Tahun 2009 Di Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Jawa Barat Sekolah Lapang (SL) merupakan salah satu metode
Lebih terperinci1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN
1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN Pengelolaan Tanaman Padi Versi beta Indonesia Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani O lahan sawah kelompok tani
Lebih terperinciIII. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR
16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu
Lebih terperinciImplementasi Budidaya Tanaman Padi. Melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu. Oleh : ASEP FIRMANSYAH
Implementasi Budidaya Tanaman Padi Melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu Oleh : ASEP FIRMANSYAH Produksi padi nasional belum mencapai target sementara kebutuhan beras nasional terus meningkat Telah terjadi
Lebih terperinciAgroteknologi Tanaman Rempah dan Obat
Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg
Lebih terperinciBAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR
13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan
Lebih terperinciKAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU
KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU BPTP RIAU 2012 PENDAHULUAN Kebutuhan beras sebagai sumber kebutuhan
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui
5 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Identitas Petani Dalam penelitian ini yang menjadi petani diambil sebanyak 6 KK yang mengusahakan padi sawah sebagai sumber mata pencaharian
Lebih terperinciPRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013
PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana
Lebih terperinci1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat
1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat Wereng coklat, (Nilaparvata lugens Stal) ordo Homoptera famili Delphacidae. Tubuh berwarna coklat kekuningan - coklat tua, berbintik coklat gelap pd
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian
10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penanaman caisim dilaksanakan di lahan kebun percobaan IPB Pasir Sarongge, Cipanas dengan ketinggian tempat 1 124 m dpl, jenis tanah Andosol. Penelitian telah dilaksanakan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dimulai dari bulan Juni sampai
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jl. H. R. Soebrantas KM.
Lebih terperinciSMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 10. HAMA DAN PENYAKIT TANAMANlatihan soal 10.1
SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 10. HAMA DAN PENYAKIT TANAMANlatihan soal 10.1 1. Berikut ini yang merupakan tanda bahwa tanaman dirusak oleh cacing, kecuali.. Bintil akar B. Bercak akar Busuk akar Lubang pada
Lebih terperinciPROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
PERBANDINGAN HASIL BUDIDAYA TANAMAN KANGKUNG SECARA HIDROPONIK DAN KONVENSIONAL (Kevin Marta Wijaya 10712020) PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR
Lebih terperinciPENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A
PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT
Lebih terperinciUntuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut:
Berikut merupakan beberapa contoh hama. a. Tikus Tikus merupakan hama yang sering kali membuat pusing para petani. Hal ini diesbabkan tikus sulit dikendalikan karena memiliki daya adaptasi, mobilitas,
Lebih terperinciPupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)
Penggunaan pupuk kimia atau bahan kimia pada tanaman, tanpa kita sadari dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti terlihat pada gambar di atas. Oleh karena itu beralihlah ke penggunaan pupuk organik
Lebih terperinciPENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI
PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI PTT menerapkan komponen teknologi dasar dan pilihan. Bergantung kondisi daerah setempat, komponen teknologi pilihan dapat digunakan sebagai komponen teknologi : Varietas
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA A. Padi
I. TINJAUAN PUSTAKA A. Padi Padi merupakan kebutuhan primer bagi masyarakat Indonesia, karena sebagai sumber energi dan karbohidrat bagi mereka. Selain itu, padi juga merupakan tanaman yang paling penting
Lebih terperinciTEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture. Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau
TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau Green Economy and Locally Appropriate Mitigation Actions in Indonesia Latar Belakang Perubahan
Lebih terperinciDASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1)
DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1) OLEH : PIENYANI ROSAWANTI PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA 2016 PENGERTIAN-PENGERTIAN DALAM AGRONOMI
Lebih terperinciVI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI
VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten
Lebih terperincib) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata)
Wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens) merupakan salah satu hama penting pada pertanaman padi karena mampu menimbulkan kerusakan baik secara langsung maupun tidak langsung. WBC memang hama laten yang
Lebih terperinciKAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PADI SAWAH. Ir. Yunizar, MS HP Balai Pengkajian Teknologi Riau
KAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PADI SAWAH Ir. Yunizar, MS HP. 08527882006 Balai Pengkajian Teknologi Riau I. PENDAHULUAN Benih merupakan sarana penting dalam produksi pertanian, juga menjadi pembawa perubahan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,
Lebih terperinciPercobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda
Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar
21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar Lampung dengan kondisi iklim tropis, memiliki curah hujan 2000 mm/th dan
Lebih terperinci1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani
1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu
Lebih terperinci