BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD Pengertian IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dilihat dari segi istilah dapat diartikan sebagai sebuah ilmu yang berisi tentang pengetahuan yang ada alam. Benyamin (dalam Haris, 2006: 18) menyatakan IPA atau sains adalah sebuah pernyataan mengenai sebuah pengetahuan tentang alam melalui suatu metode seperti metode observasi dan metode mencocokkan hipotesis dengan yang diperoleh dari hasil observasi. Benyamin menitikberatkan kepada metode dan pengetahuan yang diakumulasikan sehingga IPA dapat berkembang secara revolusi. Menurut Wandy Praginda Ilmu Pengetahuan Alam adalaha sebuah makna alam dan berbagai peristiwa, fenomena, perilaku dan karaketristik yang dikemas menjadi sekumpulan teori atau konsep melalui serangkaian proses ilmiah dari hasil kegiatan manusia. Teori ataupun konsep yang terstruktur ini menjadi sebuah inspirasi atas dasa terciptanya teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia. Menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut maka dalam pembelajaran IPA merupakan suatu proses kegiatan aktif peserta didik yang mendorong peserta didik untuk menemukan pengetahuannya sendiri dalam mempelajari alam melalui kegiatan ilmiah yang diharapkan untuk menghasilkan pemahaman konsep-konsep, prinsip-prinsip, serta sikap ilmiah sehingga bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. IPA (sains) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematik untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan Sains di SD bermanfaat bagi 11

2 12 peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah Kompetensi Dasar Pembelajaran IPA SD Kompetensi dasar merupakan sejumlah kecakapan yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai penunjuk penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran ( Permendiknas No 41 tahun 2007 tentang Standar Proses). Kompetensi Dasar adalah suatu komponen dari silabus yang mana berisikan keterampilan, pengetahuan dan sikap yang harus dicapai oleh peserta didik untuk menunjukkan bahwa peserta didik telah menguasai standar kompetensi yang telah ditetapkan, oleh karena itu kompetensi dasar adalah suatu penjabaran dari standar kompetensi. Dibawah ini merupakan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk Ilmu Pengetahuan Alam kelas 5 semester 2. Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi Energi dan Perubahannya 5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/ model Bumi dan Alam Semesta 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam Kompetensi Dasar 5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet) 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya 6.2 Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifatsifat cahaya 7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan 7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah 7.3 Mendeskripsikan struktur bumi

3 Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya 7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan air 7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan 7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi (pertanian, perkotaan, dsb) Berdasarkan Kompetensi Dasar IPA yang telah dipaparkan dalam tabel guru dapat memiliki gambaran tentang materi yang akan diajarkan di Sekolah Dasar Pembelajaran IPA SD Tujuan pendidikan IPA di Sekolah Dasar berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006 adalah agar peserta didik mampu memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

4 14 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Dengan demikian pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dapat melatih untuk mengembangkan kecakapan proses dan dapat melatih peserta didik untuk dapat berpikir serta bertindak secara rasional dan kritis terhadap persoalan yang bersifat ilmiah yang ada di lingkungannya. Keterampilan-keterampilan yang diberikan kepada peserta didik sebisa mungkin disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia dan karakteristik peserta didik Sekolah Dasar, sehingga peserta didik dapat menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari Penilaian IPA SD Penilaian merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar. Penilaian meliputi pengumpulan informasi melalui berbagai teknik penilaian dan membuat keputusan berdasar hasil penilaian tersebut. Penilaian memberi informasi kepada guru tentang prestasi peserta didik terkait dengan tujuan pembelajaran. Dengan informasi ini, guru dapat membuat keputusan berdasar hasil penilaian mengenai apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan metode pembelajaran dan memperkuat proses belajar peserta didik. Menurut Arikunto (2002: 162) Bentuk-bentuk penilaian untuk mata pelajaran IPA meliputi: 1. Penilaian Tertulis Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis (paper and pencil test). Tes tertulis merupakan sekumpulan soal-soal yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Aturan main dalam menjawab soal, peserta didik tidak selalu harus merespon dalam bentuk jawaban, tetapi juga dapat dilakukan dalam bentuk lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar atau sejenisnya. Tes tertulis meliputi soal bentuk pilihan ganda, menjodohkan, benar-salah, isian, jawaban singkat dan uraian. 2. Penilaian Kinerja Penilaian kinerja dilakukan untuk menilai atas ketercapaiannya suatu kompetensi yang menuntut peserta didik menunjukkan kinerjanya. Penilaian ini dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu.

5 15 Cara penilaian ini dianggap lebih autentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya. Untuk mata pelajaran IPA, penilaian semacam ini dapat dilakukan melalui kegiatan seperti pengujian/penelitian, melakukan percobaan-percobaan, dan lain-lain. 3. Penilaian Proyek Penilaian projek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu kegiatan pengamatan sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Kegiatan ini umumnya dilakukan dalam bentuk kelompok kecil, tetapi tidak menutup kemungkinan menjadi tugas perorangan. 4. Penilaian Produk Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat suatu produk dan kualitas produk tersebut. Penilaian produk tidak hanya diperoleh dari hasil akhir, namun juga proses pembuatannya. 5. Penilaian Sikap/Karakter Penilaian sikap dalam mata pelajaran IPA dapat dilakukan berkaitan dengan berbagai objek sikap antara lain: sikap terhadap mata pelajaran, guru mata pelajaran, proses pembelajaran, materi pembelajaran, dan sikap-sikap yang berhubungan nilai-nilai yang ingin ditanamkan dalam diri peserta didik melalui materi tertentu. 6. Penilaian Portofolio Portofolio adalah alat penilaian yang berupa kumpulan dokumen dan hasil karya beserta catatan perkembangan belajar peserta didik yang disusun secara sistematis, yang bertujuan untuk mendukung belajar tuntas. Adapun komponen penilaian portofolio meliputi: Catatan guru, hasil pekerjaan peserta didik, dan profil perkembangan peserta didik Model Pembelajaran Menurut Trianto (2010: 51) menyatakan bahwa, model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam menyusun pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan, dan berfungsi

6 16 sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar untuk merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar. Joyce dan Weill mendeskripsikan model pembelajaran sebagai suatu pola atau rancangan yang dapat digunakan untuk membuat suatu kurikulum, menciptakan materi-materi instruksional, dan sebagai suatu panduan dalam proses pengajaran di ruang kelas atau di buat suasana yang berbeda. Model pembelajaran ini umumnya disusun berdasarkan berbagai macam prinsip atau teori pengetahuan. Para pakar menyusun model pembelajaran berdasarkan teori-teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, prinsip-prinsip pembelajaran atau teoriteori yang mendukung. Berdasarkan pengertian yang sudah dipaparkan oleh beberapa ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu cara yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran atau informasi kepada peserta didik dalam proses pembelajaran guna untuk mencapai tujuan pembelajaran secara sistematis Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok-kelompok tertentu untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) menurut Slavin (2005: 4-8) yang merujuk pada berbagai macam model pembelajaran kelompok yang berfungsi untuk saling bekerja sama. Adapun dalam kelompok tersebut, peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang didalamnya terdiri dari berbagai tingkat prestasi, etnik budaya dan jenis kelamin yang berbeda untuk saling kerja sama dalam mempelajari materi pelajaran. Agus Suprijono (2013: 54) mengemukakan jika model pembelajaran kooperatif merupakan konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok, baik kelompok yang dipimpin oleh peserta didik ataupun bentuk-bentuk kelompok yang dipimpin oleh guru secara langsung dan hanya diarahkan oleh guru.. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaanpertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu

7 17 peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksudkan. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. Sanjaya (2004) mengungkapkan bahwa model pembelajaran berkelompok adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik dalam kelompokkelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif dikenal dengan model pembelajran kelompok. Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menempatkan peserta didik dalam kelompok kecil yang anggotanya bersifat heterogen atau berbeda, terdiri dari peserta didik dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah, perempuan dan laki-laki dengan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran agar hasil belajar semua anggota maksimal Model Pembelajaran Snowball Throwing Pengertian Model Pembelajaran Snowball Throwing Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Dalam pembelajaran Snowball Throwing, bola salju merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh peserta didik kemudian dilempar kepada temannya sendiri untuk dijawab. Menurut Suprijono (2013: 105) Metode Pembelajaran Snowball Throwing disebut juga metode pembelajaran gelundungan bola salju. Metode pembelajaran ini melatih peserta didik untuk lebih tanggap menerima pesan dari peserta didik lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Snowball Throwing adalah paradigma pembelajaran efektif yang merupakan rekomendasi UNESCO, yakni: belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be) (Depdiknas, 2001: 5).

8 Karakteristik Model Pembelajaran Snowball Throwing Model Snowball Throwing memiliki beberapa karakteristik, diantaranya: 1. Peserta didik bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis. 2. Peserta didik diberikan pertanyaan-pertanyaan untuk melatih pemahaman peserta didik seputar materi. 3. Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu peserta didik. 4. Peserta didik belajar bekerjasama, peserta didik juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. 5. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok dari pada individu a. Kelebihan model pembelajaran Snowball Throwing Metode Snowball Throwing mempunyai beberapa kelebihan yang semuanya melibatkan dan keikutsertaan peserta didik dalam pembelajaran. Kelebihan dari metode Snowball Throwing adalah : a) Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena peserta didik seperti bermain dengan melempar bola kertas kepada peserta didik lain. b) Peserta didik mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena diberi kesempatan untuk membuat soal dan diberikan pada peserta didik lain. c) Membuat peserta didik siap dengan berbagai kemungkinan karena peserta didik tidak tahu soal yang dibuat temannya seperti apa. d) Peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran. e) Pendidik tidak terlalu repot membuat media karena peserta didik terjun langsung dalam praktek. f) Pembelajaran menjadi lebih efektif. g) Ketiga aspek yaitu aspek koknitif, afektif dan psikomotor dapat tercapai.

9 19 a. Kelemahan model pembelajaran Snowball Throwing Disamping terdapat kelebihan tentu saja metode Snowball Throwing juga mempunyai kekurangan. Kelemahan dari metode ini adalah: a) Sangat bergantung pada kemampuan peserta didik dalam memahami materi sehingga apa yang dikuasai peserta didik hanya sedikit. b) Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk peserta didik mendiskusikan materi pelajaran. c) Memerlukan waktu yang panjang. d) Murid yang nakal cenderung untuk berbuat onar. e) Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid Langkah-langkah Model Pembelajaran Snowball Throwing Menurut Suprijono (20013: 128), langkah-langkah pembelajaran metode Snowball Throwing adalah: 1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin dicapai. 2. Guru membentuk peserta didik berkelompok, lalu memanggil masingmasing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. 3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. 4. Masing-masing peserta didik diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok. 5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu peserta didik ke peserta didik yang lain selama ± 15 menit. 6. Setelah peserta didik dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. 7. Guru mengevaluasi dan menutup pembelajaran.

10 Analisis komponen-komponen Model Pembelajaran Snowball Throwing Joyce, Weil dan Calhoun (2009: ) menyebutkan bahwa sebuah model pembelajaran terdiri dari komponen sintaks atau struktur suatu model, komponen prinsip reaksi atau peran guru, komponen sistem sosial atau situasi kelas pada saat model berlangsung, daya dukung yang terdiri dari bahan dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan model, serta dampak instruksional yaitu hasil belajar peserta didik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan dampak pengiring sebagai akibat dari terciptanya suasana belajar dalam model tertentu. Komponen-komponen dari model pembelajaran Snowball Throwing yaitu sebagai berikut. 1. Sintagmatik Sintagmatik atau struktur model pembelajaran Snowball Throwing menurut Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 318) tahap pertama menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik, Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari. Tahap kedua, menyajikan informasi Guru menyajikan sebuah masalah yang memancing perhatian dan kehebohan peserta didik. Penyajian masalah tersebut dapat dilakukan secara verbal dalam bentuk cerita pengalaman atau dapat juga melalui penayangan video/gambar. Dalam kaitan dengan materi pembelajaran yaitu gaya dan energi serta fungsinya, masalah disajikan dalam bentuk percobaan. Tahap ketiga, mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar. Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien. Model pembelajaran Snowball Throwing ini peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok yang masingmasing kelompok diwakili seorang ketua kelompok untuk mendapatkan tugas dari guru. Tahap keempat, membimbing kelompok bekerja dan belajar. Memanggil ketua kelompok dan menjelaskan materi serta pembagian tugas. Meminta ketua kelompok untuk mendiskusikan tugas yang diberikan guru dengan anggotanya.

11 21 Memberikan selembar kertas kepada setiap kelompok dan meminta kelompok tersebut menulis pertanyaan sesuai dengan materi yang dijelaskan guru. Meminta setiap kelompok untuk menggulung dan melemparkan kepada kelompok yang lain. Meminta setiap kelompok untuk menuliskan jawaban atas pertanyaan yang didapat dari kelompok lainnya. Tahap kelima, evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing mempresentasikan hasil kerjanya. Tahap ke enam, memberikan penghargaan. Guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja kelompok. 2. Prinsip reaksi Peran guru dalam model Snowball Throwing ini adalah sebagai seorang fasilitator yang secara langsung terlibat dalam proses kelompok (membantu pese dalarta didik dalam merumuskan rencana, bertindak, dan mengatur kelompok) serta beberapa kebutuhan dalam sebuah penelitian. Selain itu guru juga berfungsi sebagai seorang konselor akademik. 3. Sistem sosial Sistem sosial dalam model pembelajaran ini menjunjung tinggi kerja sama dan tanggung jawab dalam kelompok. Dimana dapat tercermin dari sikap saling menghargai apabila terjadi perbedaan pendapat. Sehingga melalui kegiatan kelompok ini diharapkan akan muncul sikap demokratis, kooperatif dan tanggung jawab. 4. Daya dukung Sistem pendukung dalam model Snowball Throwing ini harus sesuai dengan semua kebutuhan peserta didik. Lingkungan harus mampu merespon berbagai tuntutan peserta didik yang bermacam-macam. Guru dan peserta didik harus bisa menghimpun apa saja yang dibutuhkan saat mereka membutuhkannya. 5. Dampak instruksional dan dampak pendukung Dampak instruksional adalah dampak atau hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan para peserta didik pada tujuan yang diharapkan. Adapun dampak instruksional dalam model Snowball Throwing pada pembelajaran IPA dengan materi bumi dan alam semesta melalui model pembelajaran Snowball Throwing adalah kemampuan menjelaskan pentingnya air,

12 22 kemampuan menjelaskan lapisan bumi dan funproses daur air, kemampuan mengidentifikasi kegiatan manusia yang mempengaruhi air dan kemampuan menyebutkan cara penghematan air. Dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh para peserta didik tanpa pengarahan langsung dari pengajar. Dampak pengiring yang didapatkan peserta didik dalam pembelajaran IPA dengan materi bumi dan alam semesta melalui model Snowball Throwing adalah demokratis, kerja sama, tanggung jawab, komunikatif dan disiplin. Dampak pengiring hanya mungkin terbentuk jika kesempatan untuk mencapai/menghayati berbagai kemampuan tersebut memang benar-benar disediakan secara memadai. Dampak instruksional dan dampak pengiring dalam model Snowball Throwing digambarkan dalam bagan berikut. Bertanggung jawab Demokratis Kerja sama Komunikatif Disiplin Snowball Throwing kemampuan menjelaskan pentingnya air kemampuan menjelaskan proses daur air Kemampuan mengidentifikasi kegiatan manusia dan daur air Kemampuan menyebutkan cara menghematan air Gambar 2.1 Dampak Pengiring dan Instruksional Model Pembelajaran Snowball Throwing Keterangan Dampak Instruksional Dampak Pengiring

13 Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing dalam Pembelajaran. Tabel 2.2 Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Model Syntax Snowball Throwing Snowball Throwing Kegiatan guru Penyajian kelas - Guru menjelaskan Kompetensi Dasar dan materi. Belajar kelompok - Menjelaskan pentingnya air - Menjelaskan proses daur ulang air - Menjelaskan kegiatan manusia yang mempengaruhi daur air - Menjelaskan cara menghemat penggunaan air Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen. - Guru membagi siswa berdasarkan kelompok belajar yang sudah ada - Guru menunjuk salah satu siswa sebagai ketua kelompok - Guru memberi instruksi pada ketua kelompok untuk memberi penjelasan materi yang didapatkannya. Pembagian tugas - Guru memberi arahan kelompok membuat pertanyaan tentang materi yang sudah dijelaskan oleh ketua. Kegiatan siswa - Mendengarkan guru saat menyampaikan tujuan dan materi. - Siswa dapat mendeskripsikan pentingnya air dengan benar. - Siswa mampu mendeskripsikan proses daur air. - Siswa dapat mendeskripsikan kegiatan manusia yang mempengaruhi air - Siswa dapat menyebutkan cara menghemat penggunaan air. Siswa bekerja secara kelompok sesuai aba-aba guru. - Siswa berkelompok sesuai dengan kelompok belajar. - Salah satu siswa dipilih untuk menjadi ketua kelompok. - Ketua kelompok mendapat aba-aba dari guru mengenai materi dan menjelaskan kembali kepada anggotanya. - Siswa mendengarkan arahan dari guru untuk membuat pertanyaan dari materi yang sudah dijelaskan ketua

14 24 - Guru memberikan lembar kertas kerja untuk menuliskan pertanyaan menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok. Tanya jawab - Guru memberi arahan kepada siswa untuk membuat bola dari kertas berisi pertanyaan. - Setelah membuat bola, guru menyuruh siswa melemparkan bola pada siswa yang lain diluar kelompoknya untuk menjawab pertanyaan Kesimpulan dan evaluasi - Guru memberikan kesimpulan tentang kegiatan pembelajaran. - Guru memberi kesempatan kepada peserta didik jika ada materi yang kurang jelas. - Guru menjawab pertanyaan - Guru memberikan penguatan kepada siswa dengan memberikan soal kelompoknya. - Siwa mendapatkan lembar kertas untuk menuliskan pertanyaan sesuai dengan materi. - Siswa membuat bola dari kertas yang berisi pertanyaan yang telah dibuatnya. - Siswa setelah membuat bola, bola dilemparkan pada siswa yang lain agar dapat menjawab pertanyaan. - Siswa membuat rangkuman dari hasil kegiatan pembelajaran. - Siswa melakukan tanya jawab pada guru jika ada materi yang kurang jelas. - Siswa mencatat penjelasan guru. - Siswa mengerjakan soal sebagai penguatan. Rancangan komponen kegiatan Snowball Throwing akan terlaksana dengan baik jika ada jaminan kualitas pembelajaran melalui pengamatan. Pada tahap pertama atau langkah pertama adalah penyajian kelas yang dilakukan antara lain (1) Guru menjelaskan Kompetensi Dasar dan materi, adapun siswa mendengarkan guru menyampaikan tujuan pembelajaran. (2) Guru mendeskripsikan menjelaskan pentingnya air, menjelaskan proses daur ulang air, menjelaskan kegiatan manusia yang mempengaruhi daur air dan menjelaskan cara menghemat penggunaan air. Adapun siswa mendengarkan guru saat menjelaskan pentingnya air, proses daur

15 25 ulang air, kegiatan manusia yang mempengaruhi daur air dan cara menghemat penggunaan air. Tahap kedua adalah belajar kelompok dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan antara lain, (1) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen sedangkan siswa berkelompok sesuai dengan kelompok belajar. (2) Guru menunjuk salah satu siswa sebagai ketua kelompok, siswa menunjuk salah satu anggota sebagai ketua kelompok, (3) Guru memberi instruksi kepada ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi yang didapatkannya, sedangkan siswa yang dipilih menjadi ketua kelompok setelah mendapat instruksi dari guru mengenai materi menjelaskan kembali kepada anggota kelompoknya. Tahap ketiga adalah pembagian tugas, dalam tahap ini (1) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang akan dipelajari daur air. (2) Guru memberi kesempatan kepada kelompok untuk membaca dan mempelajari materi daur air, sedangkan siswa mendapat kesempatan dari guru untuk membaca dan mempelajari materi dan siswa dapat berdiskusi menyelesaikan masalah. Tahap keempat adalah tanya jawab, dalam tahap ini (1) Guru memberikan arahan kepada siswa untuk membuat bola dari kertas berisi pertanyaan, sedangkan siswa membuat bola dari kertas yang berisi pertanyaan yang telah dibuatnya. (2) Setelah membuat bola dari kertas. Guru mengintruksi siswa melempar bola pada siswa lain diluar kelompoknya untuk menjawab pertanyaan, sedangkan siswa setelah membuat bola, bola dilemparkan pada siswa yang lain agar dapat menjawab pertanyaan. Tahap kelima adalah kesimpulan dan evaluasi. (1) Tahap ini guru memberikan kesimpulan tentang kegiatan pembelajaran, siswa membuat rangkuman dari hasil kegiatan pembelajaran. (2) Guru bertanya atau memberi kesempatan siswa jika ada materi yang kurang jelas, siswa melakukan tanya jawab pada guru mengenai materi yang belum jelas. (3) guru menjawab pertanyaan siswa, sedangkan siswa mencatat penjelasan guru. (4) Guru memberi

16 26 penguatan dengan memberikan soal-soal, adapun siswa mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru sebagai penguatan Model Pembelajaran Talking Stick Pengertian Model Pembelajaran Talking Stick Slavin (1995) mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick merupakan suatu cara yang efektif untuk melaksanakan pembelajaran yang mampu mengaktifkan peserta didik. Dalam model pembelajaran ini peserta didik dituntut mandiri sehingga tidak bergantung pada peserta didik yang lainnya. Sehingga peserta didik harus mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan peserta didik juga harus percaya diri dan yakin dalam menyelesaikan masalah Karakteristik Model Pembelajaran Talking Stick Metode Talking Stick termasuk dalam pembelajaran kooperatif karena memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif yaitu: 1. Peserta didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskanmateri belajarnya. 2. Kelompok dibentuk dari peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi,sedang dan rendah. 3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,jenis kelamin yang berbeda. 4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick, guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok dengan anggota yang heterogen. Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, persahabatan atau minat. Setiap kelompok selanjutnya berdiskusi dan mempelajari materi pelajaran. Model pembelajaran Talking Stick adalah suatu model pembelajaran yang ada dalam kelompok sama seperti Snowball Throwing. Tetapi dalam penerapan model pembelajaran ini dengan memanfaatkan sebuah tongkat, oleh sebab itulah disebut Talking Stick (tongkat berbicara). Pada model pembelajaran Snowball Throwing setiap peserta didik membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola lalu

17 27 dilempar ke peserta didik lain. Bagi kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru. Sebelumnya peserta didik sudah mempelajari materi pokoknya. Kegiatan tersebut diulang terus-menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru. a. Kelebihan model pembelajaran Talking Stick a) menguji kesiapan peserta didik dalam pembelajaran b) melatih peserta didik memahami materi dengan cepat c) memacu agar peserta didik lebih giat belajar (belajar dahulu sebelum pelajaran dimulai) d) Peserta didik berani mengemukakan pendapat e) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik b. Kelemahan model pembelajaran Talking Stick a) Guru kesulitan melakukan pengawasan. b) Ketenangan kelas kurang terjaga Langkah-langkah Model Pembelajaran Talking Stick Menurut Slavin (2005), menjelaskan bahwa sintaks atau langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick, yaitu sebagai berikut: 1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/kd. 2. Guru menyiapkan sebuah tongkat. 3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca dan mempelajari materi lebih lanjut. 4. Setelah peserta didik selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, peserta didik menutup bukunya dan mepersiapkan diri menjawab pertanyaan guru. 5. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada peserta didik, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan peserta didik yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, jika peserta didik sudah dapat menjawabnya maka tongkat diserahkan kepada peserta didik lain. Demikian seterusnya

18 28 sampai sebagian besar peserta didik mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru. 6. Guru memberikan kesimpulan. 7. Evaluasi. Sintak pembelajana ini adalah: guru menyiapkan tongkat, sajian materi pokok, peserta didik mebaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada peserta didik dan peserta didik yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan kepad peserta didik lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya, guru membimbing kesimpulan-refleksi-evaluasi. Sintaknya adalah: Informasi materi secara umum, membentuk kelompok, pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok, bekerja kelompok, tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain menjawab secara bergantian, penyuimpulan, refleksi dan evaluasi Analisis komponen-komponen Model Pembelajaran Talking Stick Joyce, Weil dan Calhoun (2009: ) menyebutkan bahwa sebuah model pembelajaran terdiri dari komponen sintaks, komponen prinsip reaksi atau peran guru, komponen sistem sosial, komponen daya dukung berupa sarana prasarana pelaksanaan model, serta dampak instruksional yaitu hasil belajar peserta didik sesuai tujuan yang hendak dicapai dan dampak pengiring sebagai akibat dari terciptanya suasana belajar dalam model tertentu. Komponenkomponen dari model pembelajaran Talking Stick yaitu sebagai berikut. 1. Sintakmatik Sintagmatik atau struktur model pembelajaran Talking Stick menurut Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 318) tahap pertama menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik. Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan memotivasi peserta didik belajar. Tahap kedua, menyajikan informasi. Guru menyajikan sebuah masalah yang memancing perhatian dan kehebohan peserta didik. Penyajian masalah tersebut dapat dilakukan secara verbal dalam bentuk cerita pengalaman atau dapat juga melalui

19 29 penayangan video/gambar. Dalam kaitan dengan materi pembelajaran yaitu gaya dan energi serta fungsinya, masalah disajikan dalam bentuk percobaan. Tahap ke tiga, mengorganisir peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar. Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien. Tahap ke empat, membimbing kelompok bekerja dan belajar. Guru menjelaskan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca dan mempelajari materi. Setelah selesai mempelajari materi, peserta didik menutup bukunya. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada peserta didik, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan peserta didik yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar peserta didik mendapat bagian untuk menjawab pertanyaan dari guru. Tahap ke lima, evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masingmasing mempresentasikan hasil kerjanya. Tahap ke enam, memberikan penghargaan. Guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja kelompok. 2. Prinsip Reaksi Peran guru dalam model Talking Stick ini adalah sebagai seorang fasilitator yang langsung terlibat dalam proses kelompok (membantu pembelajar dalam merumuskan rencana, bertindak, dan mengatur kelompok), penyaji materi serta beberapa kebutuhan dalam sebuah penelitian. 3. Sistem sosial Sistem sosial dalam model pembelajaran ini menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan diatur oleh suatu kesepakatan dalam kelompok. Sistem sosial dalam kegiatan diskusi berupa sikap saling menghargai pendapat yang dikemukakan oleh setiap anggota kelompok, dan kerja sama dalam melakukan diskusi bumi dan alam semesta. Sehingga melalui kegiatan kelompok tersebut, diharapkan akan muncul sikap demokratis, kooperatif dan bertanggung jawab.

20 30 4. Daya dukung Sistem pendukung dalam model Talking Stick ini harus ekstensif dan responsif terhadap semua kebutuhan peserta didik. Lingkungan harus mampu merespon berbagai tuntutan pembelajar yang bermacam-macam. Guru dan peserta didik harus bisa menghimpun apa saja yang dibutuhkan saat mereka membutuhkannya. 5. Dampak instruksional dan dampak pendukung Dampak instruksional adalah dampak atau hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan para peserta didik pada tujuan yang diharapkan. Dampak instruksional adalah kemampuan menjelaskan pentingnya air, kemampuan menjelaskan lapisan bumi dan funproses daur air, kemampuan mengidentifikasi kegiatan manusia yang mempengaruhi air dan kemampuan menyebutkan cara penghematan air. Dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh para peserta didik tanpa pengarahan langsung dari pengajar. Dari segi dampak pengiring melalui model Talking Stick diharapkan dapat terbentuk kemampuan kemandirian sebagai pembelajar seperti mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi sehingga berusaha untuk mencari tahu sendiri pengetahuannya, bekerja secara ilmiah dan bertanggung jawab. Dampak pengiring melalui model Talking Stick adalah kerja sama, mandiri, tanggung jawab, komunikatif, kesiapan dan disiplin. Dampak pengiring hanya mungkin terbentuk jika kesempatan untuk mencapai/menghayati berbagai kemampuan tersebut memang benar-benar disediakan secara memadai. Dampak instruksional dan dampak pengiring dalam model Talking Stick digambarkan dalam bagan berikut.

21 31 Mandiri Kerja sama Komunikati f Disiplin Menghargai Kesiapan Talking Stick kemampuan menjelaskan pentingnya air kemapuan menjelaskan proses daur air kemampuan menjelaskan kegiatan manusia dan daur air Kemampuan menyebutkan cara menghematan air Gambar 2.2 Dampak Pengiring dan Instruksional Model Pembelajaran Talking Stick Keterangan Dampak Instruksional Dampak Pengiring Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick dalam Pembelajaran Tabel 2.3 Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Model Talking Stick Syntax Talking Stick Kegiatan guru Kegiatan siswa Penyempaian kompetensi - Guru menjelaskan Kompetensi Dasar dan materi. - Menjelaskan pentingnya air - Menjelaskan proses daur ulang air - Menjelaskan kegiatan manusia yang mempengaruhi daur - Mendengarkan guru saat menyampaikan tujuan dan materi. - Siswa dapat mendeskripsikan pentingnya air dengan benar. - Siswa mampu mendeskripsikan proses daur air. - Siswa dapat mendeskripsikan

22 32 air - Menjelaskan cara menghemat penggunaan air Pembentukan kelompok Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen. - Guru membagi siswa berdasarkan kelompok belajar yang sudah ada - Guru menunjuk ketua kelompok - Guru memberi instruksi pada ketua kelompok untuk memberi penjelasan materi yang didaptkannya. Penyajian materi - Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari - Guru memberi kesempatan kepada kelompok untuk membaca dan mempelajari materi. - Guru memberi instruksi pada siswa untuk melakukan diskusi membahas masalah yang ada dalam wacana. Penaman konsep - Guru mengambil tongkat dan menjelaskan fungsi dan aturan main menggunakan kegiatan manusia yang mempengaruhi air - Siswa dapat menyebutkan cara menghemat penggunaan air. Siswa bekerja secara kelompok sesuai aba-aba guru. - Siswa berkelompok sesuai dengan kelompok belajar. - Salah 1 siswa dipilih untuk menjadi ketua kelompok. - Ketua kelompok mendapat aba-aba dari guru mengenai materi dan menjelaskan kembali kepada anggotanya. - Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang akan dipelajari - Siswa mendapat kesempatann dari guru untuk membaca dan mempelajari materi. - Siswa berdiskusi menyelesaikan masalah yang terdapat dalam wacana. - Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai aturan main dan fungsi tongkat yang

23 33 tongkat. - Guru memberikan tongkat pada salah satu siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat harus mejawabnya. Kesimpulan dan evaluasi - Guru memberikan kesimpulan tentang kegiatan pembelajaran. - Guru memberi kesempatan kepada peserta didik jika ada materi yang kurang jelas. - Guru menjawab pertanyaan - Guru memberikan penguatan kepada siswa dengan memberikan soal ditunjukkan guru. - Siswa yang pertama kali mendapat tongkat akan mendapatkan sebuah pertanyaan, dan siswa tersebut harus menjawab pertanyaan dari guru begitu seterusnya. - Siswa membuat rangkuman dari hasil kegiatan pembelajaran. - Siswa melakukan tanya jawab pada guru jika ada materi yang kurang jelas. - Siswa mencatat penjelasan guru. - Siswa mengerjakan soal-soal dari guru sebagai penguatan. Rancangan komponen kegiatan Talking Stick akan terlaksana dengan baik jika ada jaminan kualitas pembelajaran melalui pengamatan. Pada tahap pertama atau langkah pertama adalah penyampaian kompetensi yang dilakukan antara lain (1) Guru menjelaskan Kompetensi Dasar dan materi, adapun siswa mendengarkan guru menyampaikan tujuan pembelajaran. (2) Guru mendeskripsikan menjelaskan pentingnya air, menjelaskan proses daur ulang air, menjelaskan kegiatan manusia yang mempengaruhi daur air dan menjelaskan cara menghemat penggunaan air. Adapun siswa mendengarkan guru saat menjelaskan pentingnya air, proses daur ulang air, kegiatan manusia yang mempengaruhi daur air dan cara menghemat penggunaan air.

24 34 Tahap kedua adalah pembentukan kelompok dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan antara lain, (1) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen sedangkan siswa berkelompok sesuai dengan kelompok belajar. (2) Guru menunjuk salah satu siswa sebagai ketua kelompok, siswa menunjuk salah satu anggota sebagai ketua kelompok, (3) Guru memberi instruksi kepada ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi, sedangkan siswa yang dipilih menjadi ketua kelompok setelah mendapat instruksi dari guru menjelaskan kembali kepada anggota kelompoknya. Tahap ketiga adalah penyajian materi, dalam tahap ini (1) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang akan dipelajari daur air. (2) Guru memberi kesempatan kepada kelompok untuk membaca dan mempelajari materi daur air, sedangkan siswa mendapat kesempatan dari guru untuk membaca dan mempelajari materi dan siswa dapat berdiskusi menyelesaikan masalah. Tahap keempat adalah penanaman konsep. (1) Tahap ini guru menjelaskan fungsi dan aturan main menggunakan tongkat, sedangkan siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai aturan main dan fungsi tongkat yang diperlihatkan guru. (2) Guru memberikan tongkat pada salah satu siswa setelah itu guru memberikan pertanyaan pada siswa yang memegang tongkat. Adapun kegiatan yang dilakukan siswa yang mendapat tongkat harus akan mendapat pertanyaan dari guru dan harus menjawab pertanyaan tersebut, begitu seterusnya. Tahap kelima adalah kesimpulan dan evaluasi. (1) Tahap ini guru memberikan kesimpulan tentang kegiatan pembelajaran, siswa membuat rangkuman dari hasil kegiatan pembelajaran. (2) Guru bertanya atau memberi kesempatan siswa jika ada materi yang kurang jelas, siswa melakukan tanya jawab pada guru mengenai materi yang belum jelas. (3) guru menjawab pertanyaan siswa, sedangkan siswa mencatat penjelasan guru. (4) Guru memberi penguatan dengan memberikan soal-soal, adapun siswa mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru sebagai penguatan.

25 Hasil Belajar IPA Indikator untuk mengetahui tercapainya suatu tujuan pembelajaran salah satunya ialah dengan melakukan pengukuran terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh peserta didik yang disebut dengan hasil belajar. Hasil belajar menjadi puncak dari suatu proses pembelajaran. Hasil belajar tidak haya terbatas pada aspek kognitif saja tetapi dapat juga dalam aspek afektif dan aspek psikomotorik. Dimyati menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu perbuatan berdasarkan tindakan belajar dan tindakan mengajar. Winkel (dalam Dimyati, 20106: 4) juga berpendapat, hasil belajar adalaha sebuah bukti yang menjadi petunjuk dalam keberhasilan sesorang dalam melakukan kegiatan belajar pembelajaran berdasarkan skor atau nilai yang berhasil didapatkannya. Hasil belajar menurut Nana Sudjana (2010: 22) ialah kecakapan yang dimiliki oleh peserta didik seusai peserta didik tersebut menerima pengalaman belajar. Horward Kingsley (dalam Sudjana, 2010: 22) mengelompokkan hasil belajar menjadi 3 macam, yaitu Pengetahuan dan pengertian, ketrampilan dan kebiasaan, sikap dan cita-cita. Hal tersebut sefrekuensi dengan Benyamin Bloom yang membagi kriteria hasil belajar menjadi 3 ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan psikomotoris. Sehingga dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sebuah bukti dari keberhasilan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran yang berupa kecakapan yang dimiliki dari segi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sebagian besar guru melakukan penilaian hasil belajar dari segi kognitif, yaitu melalui tes tertulis maupun lisan, baik tes formatif maupun tes sumatif. Keefektifan model pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini dapat dilihat dari ketuntasan perolehan hasil belajar IPA pada materi energi dan perubahannya menggunakan model Snowball Throwing dan Talking Stick. Pengukuran hasil belajar tersebut diperoleh dengan menggunakan teknik tes berupa tes sumatif dalam bentuk uraian singkat.

26 Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian ini tidak terlepas dari penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dilaksanakan saat ini. Penelitian yang dilakukan oleh Pramukantaro (2013) menunjukkan bahwa terdapat hasil yang cukup signifikan dari perpaduan model pembelajaraan kooperatif tipe Talking Stick dengan Snowball Throwing. Hal tersebut dibuktikan dengan rata-rata hasil pretest sebesar 52,7406 dan rata-rata hasil posttes sebesar 77,984. Berdasarkan hal tersebut hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan yang signifikas sebesar 25, Jadi dapat disimpulkan bawa hasil belajar setelah menggunakan perpaduan model Snowball Throwing dan Talking Stick lebih baik dari hasil belajar sebelum menggunakan perbaduan dua model tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Riris Arianti (2013) menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran Talking Stick dan Snowball Throwing dapat meningkatkan pemahaman pembelajaran peserta didik. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan daya serap terhadap bahan pengajaran, pemahaman peserta didik dalam diskusi kelas dan diskusi kelompok, serta peserta didik benar dalam membuat pertanyaan dan menyelesaikan soal tes dari guru. Pada pra tindakan persentase peserta didik yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 28% (11 peserta didik) dan peserta didik yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 32,14% (9 peserta didik) dan peserta didik yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 67,86% (19 peserta didik). Penelitian yang dilakukan oleh Herawati dan Zulkarnain (2013) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata- rata prestasi belajar yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick lebih tinggi dari rata-rata prestasi belajar peserta didik yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Danar Sari, Satrijo Budi Wibowo, Juli Murwani menyatakan bahwa ada perbedaan prestasi belajar peserta didik kelas dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dengan tipe Talking Stick. Penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe

27 37 Snowball Throwing lebih sesuai dari pada metode pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dalam peningkatan prestasi belajar peserta didik, karena ada peningkatan keaktifan belajar peserta didik dari segi kerjasama, bertanya dan menjawab pertanyaan dengan model pembelajaran baik dengan teknik tanya jawab berpasangan maupun dengan diskusi kelompok. Penelitian yang dilakukan Ira Ratnasari (2014) menunjukkan terjadi perbedaan posttest hasil belajar matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing diperoleh rata-rata 84,93 sedangkan hasil belajar matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick diperoleh rata-rata 70,00. Penelitian yang dilakukan Danik Risnawati Wijiastuti (2014) menyatakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick lebih baik dibandingkan hasil belajar dengan menggunkan Snowball Throwing. Hal ini terlihat berdasarkan nilai rata-rata posttes kelas eksperimen yaitu 81,454 dan nilai rata-rata kelas kontrol yaitu 70,818 maka menunjukkan bahwa hasil belajar yang menggunakan metode Talking Stick lebih baik dibandingkan hasil belajar dengan menggunakan metode Snowball Throwing. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Yuni Akhiriyah (2011) menyatakan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing kualitas pembelajarannya semakin meningkat. Hal tersebut dapat diketahui dengan melihat hasil aktivitas belajar siswa. Untuk siklus 1 rata-rata aktivitas siswa adalah 3,0 dengan kriteria baik, siklus 2 diperoleh aktivitas siswa 3,53 dengan kriteria sangat baik dan pada siklus 3 adalah 3,56 dengan kriteria sangat baik. Jadi ada peningkatan aktivitas belajar dari siklus 1 sampai siklus 3. Penelitian yang dilakukan oleh Monna Sisca Eka Wati, Erman Har, Wince Hendri (2013) menyatakan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Talking Stick hasil pembelajaran lebih tinggi dari pada yang tidak menerapkan model pembelajaran Talking Stick. Nilai rata-rata pada kelas eksperimen lebih tinggi yaitu rata-rata 69,06 dari pada kelas kontrol yaitu 59,64. Penelitan yang dilakukan oleh Haji Wirahana menyatakan bahwa model kooperatif learning tipe Talking Stick dapat meningkatkan aktivitas dan hasil

28 38 belajar siswa. Terbukti dengan adanya peningkatan pada siklus 1 dan siklus nilai rata-rata aktivitas belajar yaitu dengan peningkatan 20,13. Adapun hasil belajar siswa pada siklus 1 hingga siklus 2 mengalami peningkatan sebesar 55, Kerangka Berpikir Pembelajaran IPA merupakan suatu mata pelajaran yang menuntut peserta didik untuk dapat menemukan sendiri pengetahuannya sehingga dapat langsung diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Penemuan pengetahuan sendiri oleh peserta didik diperoleh melalui pengalaman belajar langsung yang dialami peserta didik disekolah atau lingkungan sekitarnya. Selain pengalaman belajar langsung peserta didik juga membutuhkan suatu teknik belajar yang dapat membantu peserta didik memahami konsep penting dalam pembelajaran IPA. Konsep penting tersebut nantinya akan membantu peserta didik dalam menerapkan apa yang diperolehnya dari pengalaman belajar langsung ke dalam kehidupan seharihari. Penerapan pembelajaran menggunakan model Talking Stick dan Snowball Throwing diharapkan dapat membantu peserta didik lebih mudah memperoleh informasi dan memahaminya, karena disini peserta didik berperan aktif menemukan sendiri pengetahuan melalui kerja sama dalam kelompok. Model pembelajaran Snowball Throwing yaitu suatu model pembelajaran yang menggunakan alat bantu berupa bola salju yang di dalamnya terdapat beberapa pertanyaan. Namun sebelum melempar, guru menyiapkan undian yang berisi nomor absen peserta didik untuk menentukan siapa yang akan mendapat lemparan bola pertama. Jika ada peserta didik yang tidak dapat menjawab soal pertanyaan maka dia harus menjawab soal selanjutnya sampai dia benar-benar bisa menjawabnya. Bila peserta didik berhasil menjawab pertanyaan maka dia berhak menggelindingkan bola tersebut pada temannya. Pembelajaran dengan model Snowball Throwing mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat karena harus menjawab pertanyaan dari bola salju, selain itu dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik yang berhasil menjawab pertanyaan. Adapun model pembelajaran Talking Stick merupakan suatu pembelajaran dengan menggunakan stick yang digunakan oleh guru apabila akan mengajukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benyamin (dalam Haris, 2006: 18) menyatakan bahwa IPA atau sains adalah sebuah pertanyaan mengenai pengetahuan tentang alam melalui suatu metode seperti metode observasi

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING A. Pengertian dari model pembelajaran Snowball Throwing Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab II kajian pustaka berisi tentang kajian teoriyang menjelaskan tentang pembelajaran,pengertian dari IPA sebagai ilmu pengetahuan yang berisi tentang alam semesta. Hasil belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD 2.1.1.1 Pengertian Mata Pelajaran IPA SD IPA atau yang disebut Ilmu Pengetahuan Alam dalam arti sempit merupakan ilmu yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan pengamatan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Hasil Belajar Menurut Slameto (2010:2) belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Snowball throwing menurut asal katanya berarti bola salju bergulir dapat diartikan sebagai metode pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Kelas V Nana Sudjana (2002: 22) mengatakan hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hakekat Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode STAD Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Sosial Bidang studi IPS yang masuk ke Indonesia adalah berasal dari Amerika Serikat, yang di negara asalnya disebut Social Studies. Pertama

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Pendidikan atau pengajaran di sekolah dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus merupakan akibat dari proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran IPA a. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan haanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing. a. Model Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing. a. Model Pembelajaran Kooperatif 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing a. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran memerlukan inovasi agar pembelajaran berjalan lebih bervariasi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan salah satu tindakan dan perilaku individu secara menyeluruh dalam pembentukan pribadi dan perilaku. Belajar merupakan proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Model Pembelajaran Snowball Throwing 1. Pengertian Model Pembelajaran Snowball Throwing Menurut Arahman (2010:3) mengemukakan bahwa model pembelajaran Snowball

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup

Lebih terperinci

Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu

Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu 153 PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI KEGIATAN EKONOMI DAN PEMANFAATAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DI SMP NEGERI 1 WONOAYU Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1. Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Kelas 4 SD Hasil belajar adalah kemampuan - kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2011:22).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat membantu pencapaian keberhasialn pembelajaran. Ditegaskan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture Salah satu model pembelajaran kooperatif yang menjadi bahan Penelitian Tindakan Kelas adalah model Picture and Picture.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang mengisyaratkan adanya orang yang mengajar dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibuat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibuat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Tinjauan Pustaka (a) Konsep Model pembelajaran Model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu pola atau acuan yang dibuat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model

Lebih terperinci

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu, pendidikan sangat perlu untuk dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ialah sebuah proses yang terus menerus berkembang sesuai dengan perubahan zaman yang terjadi sebagai perkembangan IPTEK, perubahan nilai budaya, dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan Sekolah Dasar Negeri Dukuh 02 Salatiga. Penelitian ini rancang dengan menggunakan tahap-tahap penelitian seperti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama dan mempunyai pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Hakikat Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi, yang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerjasama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V DI SD NEGERI CIBOGO

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V DI SD NEGERI CIBOGO PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V DI SD NEGERI CIBOGO Aan Setiawati, S.Pd. SD NIP. 196705041991032006 ABSTRAK Penelitian ini merupakan Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode eksperimen Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari atau melakukan sendiri, mengikuti

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MASRI MANSYUR Guru SMP Negeri YASFII Dumai masrimansyur449@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar menurut Anni ( 2004:4 ) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar Hasil belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi kurikulum, tetapi banyak juga yang mengemukakan bahwa pembelajaran itu sendiri merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE SNOWBALL THROWING DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SD 101771 TEMBUNG KABUPATEN DELI SERDANG Nurlaili Pulungan Surel: sdnmedanestate@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SEKOLAH DASAR

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SEKOLAH DASAR PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SEKOLAH DASAR Vicky Budi Utomo 1, Dedi Kuswandi 2, Saidah Ulfa 3 Jurusan Teknologi Pendidikan FIP Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. (Dalam bukunya Purwanto,

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. (Dalam bukunya Purwanto, 8 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar (Winkel,1965 : 51) Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. (Dalam bukunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan susana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka

BAB II Kajian Pustaka BAB II Kajian Pustaka 2.1 Kajian Teori Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, pembahasan landasan teori dalam penelitian ini berisi tinjauan pustaka yang merupakan variabel dari penelitian ini. Kajian

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP MUHAMMAD IDRIS Guru SMP Negeri 3 Tapung iidris.mhd@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana. oleh Melynda Putri Ratnasari

ARTIKEL SKRIPSI. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana. oleh Melynda Putri Ratnasari UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN INKUIRI DAN MODEL TALKING STICK KELAS 4 SDN BERGASLOR 01 KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ARTIKEL SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka

BAB II Kajian Pustaka 4 BAB II Kajian Pustaka 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar 2.1.2.1 Pengertian Hasil Belajar Belajar adalah proses kegiatan dan bukan hasil suatu tujuan (Oemar Hamalik, 2008). Hasil belajar menunjukkan

Lebih terperinci

Riwa Giyantra *) Armis, Putri Yuanita **) Kampus UR Jl. Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru

Riwa Giyantra *) Armis, Putri Yuanita **) Kampus UR Jl. Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN STRUKTURAL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA 6 SMA NEGERI 5 PEKANBARU Riwa Giyantra *) Armis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif. 6 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian IPA Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program Pendidikan (GBPP) kelas V Sekolah Dasar dinyatakan: Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu dari 5 mata pelajaran utama yang diajarkan dari di sekolah dasar.

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 20 Tolitoli Dinayanti Mahasiswa Program Guru Dalam

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORITIS. 2.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk

II. KERANGKA TEORITIS. 2.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 2.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN INQUIRY DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS V SD

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN INQUIRY DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS V SD KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN INQUIRY DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS V SD Supriyati & Mawardi mawardiu@gmail.com Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP UKSW Salatiga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau lebih

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau lebih 35 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau lebih familiar disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto, dkk (2006: 16) dalam

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi manusia untuk bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna. Seperti yang diuraikan pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengajaran kosa kata atau vocabulary memegang peranan sangat penting dalam pembelajaran bahasa Inggris. Pengajaran kosa kata diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. Proses berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. Proses berkaitan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan upaya memahami berbagai penomena alam secara sistematis. Pada hakikatnya, pembelajaran IPA memiliki empat dimensi yaitu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian mengenai teori-teori menurut pendapat dari beberapa ahli yang digunakan untuk mengembangkan dan mendukung penelitian ini. Pembahasan

Lebih terperinci

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SDN MARGAHAYU PADA MATERI KEANEKARAGAMAN BUDAYA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu (1) informasi verbal; (2) keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 menyebutkan bahwa, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Keaktifan Belajar Siswa Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.2.1 Pembelajaran IPA di SD a. Latar belakang Pembelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari pembentukan Negara RI adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tentunya menuntut adanya penyelenggaraan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GQGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GQGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn PADA SISWA SEKOLAH DASAR PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GQGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn PADA SISWA SEKOLAH DASAR Erdina Guru SD Negeri 010 Ratu Sima Dumai Selatan eradina583@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD 2.1.1.1. Pengertian Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu bagian dari ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA Menurut (Depdiknas RI No. 22, 2006) bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 TUNTANG PADA MATERI SEGITIGA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 TUNTANG PADA MATERI SEGITIGA Penerapan Model Pembelajaran Number Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Era Destiyandani, dkk) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai, yaitu perubahan yang menjadi semakin baik setelah melaksanakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING KELAS VII.1 SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING KELAS VII.1 SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING KELAS VII.1 SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI FAUZIAH NASUTION Guru SMP Negeri 5 kota Tebing Tinggi Email

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif BAB II KAJIAN TEORI Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Berikut ini akan dijelaskan mengenai kajian teori yang digunakan pada penelitian ini, antara lain Tinjauan Tentang Belajar IPA di SD, Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1. Hakikat IPA SD a. Pengertian IPA menurut Triyanto (2010: 141) adalah ilmu kealaman yang mencakup dunia zat, makhluk hidup, maupun tidak hidup atau benda mati

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam dikenal juga dengan istilah sains. Sains berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti saya tahu. Dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara, sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pada bab 2 pasal 3 menyatakan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber daya manusia merupakan aspek yang dominan terhadap kemajuan suatu bangsa. Manusia dituntut

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM Tri Sari Wijayanti Guru IPA SMAN 7 Mataram E-mail:- ABSTRAK:

Lebih terperinci