BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pengertian Dasar Distribusi Tenaga Listrik Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power) sampai ke beban / konsumen. Sedangkan instalasi adalah cara pemasangan penyalur tenaga listrik dimana pemasangan harus sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan didalam Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000). Tujuan dari persyaratan tersebut anatara lain : - Melindungi manusia dari bahaya kejutan arus listrik - Keamanan istalasi dan peralatan listrik. - Menjaga gedung dan isinya dari bahaya kebakaran akibat gangguan listrik. - Menjaga tenaga listrik yang aman dan efisien. Sistem tenaga listrik merupakan satu kesatuan antara kesatuan unit pembangkit energi listrik, unit transmisi, dan unit distribusi. Tiga komponen utama dari sistem mengusahakan agar tenaga listrik yang dibangkitkan dapat diterima sampai ke konsumen atau pelanggan dengan opimal. Pada Gambar 3.1 dijelaskan gambar sistem tenaga listrik secara keseluruhan. Gambar 3.1 Konfigurasi Sistem Distribusi Seacara Umum 13

2 Apabila saluran transmisi menyalurkan tenaga listrik bertegangan tinggi ke pusat-pusat beban dalam tegangan yang tinggi atau menengah, maka saluran distribusi berfungsi membagikan tenaga listrik tersebut ke beban melalui saluran tegangan rendah. Di Indonesia generator di pusat pembangkit biasanya menghasilkan tenaga listrik dengan tegangan antara 6 20 kv yang kemudian, dengan bantuan transformator step up tegangan tersebut dinaikkan menjadi kv. Saluran transmisi tegangan tinggi (STTT) menyalurkan tenaga listrik menuju pusat penerima untuk mengantisipasi kerugian daya hilang (power loss) yang kemudian di beberapa tempat akan diturunkan tahap demi tahap. Pada gardu induk (GI), tenaga listrik yang diterima kemudian dilepaskan menuju transformator distribusi (TD) dalam bentuk tegangan menengah 20 kv. Melalui transformator distribusi yang berupa transformator penurun tegangan (step down) di berbagai pusat beban, tegangan tersebut diturunkan menjadi tegangan rendah 220/380V yang akhirnya diterima konsumen. Fungsi dari saluran distribusi adalah untuk mendistribusikan energi listrik dari gardu distribusi ke beban dengan mengalirkan tegangan rendah sehingga siap untuk dipakai beban di sisi konsumen. 3.2 Pembagian Jaringan Distribusi Jaringan distribusi adalah kumpulan dari interkoneksi bagian-bagian rangkaian listrik dari sumber daya ( Trafo Daya pada GI distribusi ) yang besar sampai saklar-saklar pelayanan pelanggan. Secara garis besar jaringan distribusi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : Distribusi Primer Distribusi primer adalah jaringan distribusi daya listrik yang bertegangan menengah (20 kv). Jaringan distribusi primer tersebut merupakan jaringan penyulang. Jaringan ini berawal dari sisi skunder trafo 14

3 daya yang terpasang pada gardu induk hingga kesisi primer trafo distribusi yang terpasang pada tiang-tiang saluran Distribusi Sekunder Distribusi skunder adalah jaringan daya listrik yang termasuk dalam kategori tegangan rendah (sistem 380/220 Volt), yaitu rating yang sama dengan tegangan peralatan yang dilayani. Jaringan distribusi skunder bermula dari sisi skunder trafo distribusi dan berakhir hingga ke alat ukur (meteran) pelanggan. Sistem jaringan distribusi sekunder ini disalurkan kepada para pelanggan melalui kawat berisolasi. Gambar 3.2 Single Line Penyulang 20 kv Dari Gambar diatas memperlihatkan sistem pelayanan yang disalurkan melalui berbagai tujuan. Penyulang merupakan salah satu Feder Utama 20 KV yang mendistribusikan daya ke konsumen yang sebelumnya melalui sistem pendistribusisn tegangan yaitu melalui penurunan tegangan 20 KV 380/220 Volt melalui tranformator step down 15

4 3.3 Sistem Elektrikal Gedung Ruang lingkup pekerjaan elektrikal dalam suatu gedung adalah menyangkut persediaan sarana distribusi listrik tegangan rendah dari panel utama tegangan rendah (PUTR) ke panel sub distribusi hingga peralatan atau beban. Dalam gedung yang lebih besar lagi, ruang lingkup elektrikal dari suatu gedung juga menyangkut pengubahan tegangan menengah PLN (20 kv) menjadi tegangan rendah. Pada gedung ini tegangan listrik didistribusikan dari saluran tegangan menengah melalui trafo menjadi saluran tegangan rendah 3 fase R,S,T, dimana tegangan antar fase 380 volt, dan 220 pada jalur netral. 3.4 Sumber Daya Tegangan Sumber daya utama / sumber tegangan listrik dari gedung biasanya menggunakan sumber dari PLN. Disamping PLN, maka gedung juga menyediakan sumber tegangan cadangan (emergency) jika terjadi pemadaman atau PLN mati, yaitu dengan menyediakan Genset (Generator Set). Genset biasanya dioperasikan jika ada gangguan atau pemadaman dari PLN, dan umumnya telah diset sedemikian rupa sehingga ketika PLN mati maka dengan otomatis tegangan disuplay dari genset, yang telah di set secara otomatis, dengan interval waktu hitungan detik. Tegangan yang dibutuhkan oleh gedung adalah tegangan rendah. Sedang (untuk daya yang lebih besar) tegangan yang masuk dari PLN adalah tegangan menengah 20 kv ( Volt). Sehingga diperlukan peralatan pengubahan dari tegangan menengah ke tegangan rendah. Aliran tegangan menengah diubah menjadi tegangan rendah melalui Trasformator Step Down, yang kemudian didistribusikan melalui panel PDTM (panel distribusi tegangan rendah). Dari panel tegangan rendah ini kemudian disitribusikan ke panel sub distribusi atau disebut juga dengan panel MDP (main distrubution paanel) atau ada juga yang menyebut panel SDP (sub distribution panel) dan 16

5 seterusnya ke panel peralatan hingga outlet pemakai (stop kontak, lampu dan lain-lain). 3.5 Panel Distribusi Dalam sistem distribusi listrik di gedung biasanya panel terdiri dari 2 macam, yaitu panel distribusi tegangan menengah yang biasanya di sebut dengan penel MV (medium Voltage) atau yang sering disebut juga dengan nama panel cubicle dan panel distribusi tegangan rendah (low voltage) Panel Tegangan Menengah PTM (MV) Panel tegangan menengah panel MV (Medium Voltage) atau sering disebut juga panel cubicle / Panel hubung bagi dengan tegangannya Volt, berfungsi sebagai pembagi, pemutus, penghubung, pengontrol dan proteksi sistem penyaluran tenaga listrik ke pusat pusat beban. Panel MV / cubicle ada yang disediakan oleh PLN, dan biasanya menjadi tanggung jawab PLN yang dipasang dalam gardu induk PLN, Panel ini terdiri dari 3 macam, yaitu cubicle incoming, metering dan cubicle outgoing. Panel MV yang lainnya biasanya disebut dengan cubicle pelanggan, sering disebut PDTM (panel distribusi tegangan menengah) atau MVDP (Madium Voltage Distribution Panel) yang menghubungan dari panel MV (cubicle PLN) dengan Transformator Step Gambar 3.3 Panel Cubicle 17

6 Bagian bagian panel cubicle Compartemen Rell Berfungsi sebagai tempat kedudukan busbar/rell. Dilengkapi dengan isolator penyangga yang berfungsi untuk menyangga kedudukan rell agar kuat. Compartemen Lemari Control Berfungsi sebagai pusat terminal control, sumber dc dan peralatan pendukung seperti Ampermeter, Relay Proteksi, Kwhmeter tombol close/open dan juga pusat wirring control. Panel ini sering disebut dengan lemari LV (Low Voltage) karena tegangannya yang ada adalah tegangan rendah. Pemisah Rell Berfungsi untuk membuka dan menutup aliran listrik tanpa beban kontak penghubung Pemisah Rell tidak dilengkapi dengan media peredam busur api. Pemutus Tenaga PMT/CB Berfungsi untuk membuka dan menutup aliran listrik dalam keadaan berbeban atau tidak berbeban, termasuk memutus pada saat terjadi gangguan hubung singkat. Kontak penghubung PMT dilengkapi dengan media peredam busur api. Closing Coil berfungsi menggerakkan mekanik untuk menghubung/close kontak utama PMT, sedangkan tripyng coil berfungsi menggerakkan mekanik untuk membuka/open kontak utama PMT. Motor berfungsi untuk mengisi pegas/spring charge mekanik PMT yang siap dieksekusi closing coil/tripyng coil. Motor dalam PMT ada yang sumber powernya AC 220 V atau ada juga yang menggunakan DC 110 V. Pemisah Kabel Berfungsi untuk membuka dan menutup aliran listrik tanpa beban, kontak penghubung Pemisah cabel tidak dilengkapi dengan media peredam busur api. Compartemen Kabel 18

7 Sebagai ruang tempat kedudukan cabel in door Panel Tegangan Rendah (LV) Panel Distribusi tegangan rendah panel LV (low voltage) merupakan suatu peralatan listrik yang terdiri dari unit panel utama yang disebut Panel Distribusi Tegangan Rendah (PDTR,) Sub Panel Distribusi (SDP / MDP) dan kemudian ke panel PP dan panel AC dan panel lainnya. Fungsi panel tegangan rendah adalah sebagai berikut : Untuk mengumpulkan dan meneruskan daya kesetiap beban Menghubungkan dan memutuskan rangkaian penyaluran daya. Pengaman dan kontrol sistem penyaluran daya 1. PDTR (Panel Distribusi Tegangan Rendah) Panel distribusi tegangan rendah (PDTR) yang mengalirkan tegangan rendah (220V/380V) hasil dari keluaran (output) transformator step down 20 kv atau genset. dan mendistribusikan power tersebut lebih lanjut ke panel low voltage sub distribution panel (SDP) menggunakan Air Circuit Brekers (ACB) atau Moulded Case Circuit Breakers (MCCB). Panel sub distribusi akan mendistribusikan power tersebut ke sub sub panel ditiap lantai gedung. Beberapa keuntungan menggunakan panel ini : - Menghemat proses distribusi listrik. - Lebih aman terhadap bahaya listrik seperti Short Circuit. - Menawarkan fasilitas konversi power dan distribusi dari sumber sumber primer dan skunder untuk berbagai perangkat eksternal pralatan. - Panel LV menjaga sumber sumber daya primer dan sekunder secara terus-menerus, sehingga aman dan stabil memberikan kekuatan untuk perlatan atau perangkat eksternal. 19

8 - Membagi sumber pasokan listrik ke beberapa sirkuit, dengan fuse atau pemutus beban untuk setiap rangkaian. - Panel ini dirancang untuk menrima incaming 3 phase dan mendistribusikan berbagai kombinasi outgoing 3 phase dan 1 phase. 2. Sub Distribusi Panel (SDP) Panel ini menghubungkan tenaga listrik dari PDTR menuju area tertentu yang terdiri atas beberapa group. Sebelum menuju ke groupgroup juga diberi pengaman yang biasanya berupa Miniatur Circuit Breaker (MCB) atau MCCB tergantung berapa arus yang dilewatinya 3. Panel Capacitor Bank Panel Kapacitor Bank adalah untuk memperbaiki faktor daya (power factor) / cos phi pada suatu Jaringan listrik yang mempunyai beban dengan Cos Phi dibawah Perlunya dilakukan perbaikan Cos Phi tersebut adalah dimaksudkan untuk salah satunya menghindari biaya yang timbul akibat dari pemakaian kelebihan KVARH (berkaitan erat dengan baik-buruknya nilai Cos Phi), karenanya PLN akan membebankan biaya akibat dari kelebihan pemakaian KVARH pada pelanggan, jika rata-rata factor dayanya (Cos Phi) kurang dari Cos Phi tersebut dapat diukur dengan sebuah alat ukur, sehingga dapat diketahui nilainya yang nantinya dapat diabil sebuah keputusan untuk perlu tidaknya pemasangan sebuah Panel Kapasitor Bank pada area yang dimaksud. Pada umumnya untuk sebuah industri, pabrik atau gedung yang didalamnya tentunya banyak mengoperasikan mesin-mesin yang menggunakan motor listrik, Air Conditioner (AC),dan lain-lain dimana hal tersebut akan berakibat nilai Cos phi-nya sangat rendah (buruk), sehingga diperlukan pemasangan Panel Kapasitor Bank. 20

9 Gambar 3.4 Bentuk fisik Panel Distribusi Tegangan Rendah Panel Genset Dalam suatu gedung untuk mengkover sumber daya dari PLN jika mati, maka disediakan sumber daya lain dari Genset. Untuk memasuki distribusi tegangan rendah ke gedung, maka daya dari genset kemudian dialirkan melauli panel Genset. yang secara otomatis akan menghidupan genset jika PLN mati. Panel Genset dilengkapi dengan A.M.F - A.T.S, Automatic Main Failure - Automatic start and stop Genset. yang merupakan komponen utama pada genset. Fungsi dari A.M.F (Automatic Main Failure) adalah secara Automatic menghidupkan (Star) Genset ketika suplai listrik dari PLN gagal / padam. Sedangkan Fungsi dari A.T.S (Automatic Transfer Switch) Adalah secara Automatic Membuka Suplay listrik dari genset dan menutup suplay listrik dari PLN dan sebaliknya membuka suplay listrik dari PLN dan Menutup suplay listrik dari genset secara Automatic ketika Suplay listrik dari PLN kembali. Jika sumber daya emergency lebih dari 1 genset (misal 2 genset), maka perlu adanya panel sinkron untuk kedua genset supaya saling memperkuat, dan tidak saling memperlemah. Synchrounizing adalah suatu proses 21

10 penggabungan dua atau lebih sumber listrik untuk memperoleh suatu sumber listrik yang lebih besar. Synchroun dapat dilakukan antara Genset dengan Genset atau Genset dengan PLN ketika 2 atau lebih generator sets running bersama untuk mensupplay sebuah sistem kelistrikan, Genset tersebut harus disinchronkan secara manual atau automatic sehingga mempunyai phase, voltage dan frekwensi yang sama. Jadi panel sinkron berfungsi untuk mensinronkan 2 buah sumber listrik atau lebih (2 genset atau lebih) sehingga mempunyai phase, voltage dan frekwensi yang sama, sehingga memperoleh suatu sumber listrik yang besar. Karena tegangan yang dihasilan oleh genset merupakan tegangan rendah, maka outgoing dari panel sinkron kemudian dialirkan ke panel PDTR Transformator Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Trafo satu fasa sama seperti trafo pada umumnya hanya penggunaannya untuk kapasitas kecil Frekuensi pada kumparan primer dan kumparan sekunder adalah sama. (Kawihing, Dkk, 2013). Tegangan dan arus pada kumparan primer dan kumparan sekunder dapat diubah ubah sesuai dengan yang dikehendaki. Transformator merupakan suatu peralatan listrik elektromagnetik statis yang berfungsi untuk memindahkan dan mengubah daya listrik dari suatu rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainnya, dengan frekuensi yang sama dan perbandingan transformasi tertentu melalui suatu gandengan magnet dan bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetis, dimana perbandingan tegangan antara sisi primer dan sisi sekunder berbanding lurus dengan perbandingan jumlah lilitan dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya. Dalam bidang teknik listrik pemakaian transformator dikelompokkan menjadi beberapa yaitu : 22

11 1. Transformator daya Trafo ini berfungsi untuk menyalurkan daya listrik dengan mengubah nilai tegangan baik menaikkan atau menurunkan tegangan dengan frekuensi yang sama. Trafo daya pada gardu induk sistem distribusi tenaga listrik berfungsi untuk menurunkan tegangan tinggi menjadi tegangan menengah sehingga dapat disalurkan langsung menuju ke konsumen. Ciri-ciri trafo daya yaitu: - Jumlah lilitan primer lebih sedikit darpada jumlah lilitan sekunder - Tegangan primer lebih kecil daripada tegangan sekunder - Kuat arus primer lebih besar daripada kuat arus sekunder 2. Transformator distribusi (Step Down) / Trafo pemakaian sendiri Berbeda dengan trafo daya, trafo pemakaian sendiri digunakan untuk kebutuhan internal pada gedung. Trafo ini berfungsu untuk menurunkan tegangan menengah menjadi tegangan AC 220/380 Volt, digunakan untuk penerangan di switchyard, gedung kontrol, halaman, alat pendingin, peralatan seperti motor listrik, dan peralatan lainnya. Ciricirinya yaitu : - Jumlah lilitan primer lebih banyak daripada jumlah lilitan sekunder - Tegangan primer lebih besar daripada tegangan sekunder - Kuat arus primer lebih kecil daripada kuat arus sekunder. Perbandingan antara jumlah lilitan primer dengan sekunder, menentukan perbandingan tegangan primer dengan sekunder dari transformator. Dengan Perbandingan Lilitan = N p N s V p N p Np = Jumlah lilitan primer 23

12 Ns = Jumlah lilitan skunder Vp = Tegangan Primer Vs = Tegangan skunder Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam trafo distribusi yaitu : a. Jumlah Fasa Berdasarkan jumlah fasanya trafo dibedakan menjadi 2 macam, Transfomator 3 fasa dan transformator 2 fasa. b. Tegangan Nominal Tegangan nominal adalah tegangan kerja yang mendasari perencanaan dan pembuatan instalasi serta peralatan listrik. Berdasarkan tegangan nominalnya transformator distribusi dapat digolongkan ke dalam beberapa bagian yaitu tegangan primer dan tegangan skunder. Tegangan primer transformator distribusi harus sesuai dengan tegangan nominal pada sistem jaringan distribusi primer yang berlaku adapun tegangan jaringan distribusi yang berlaku 6KV, 12KV, dan 20KV. Tegangan sekunder yaitu tegangan nominal pada sisi sekunder transformator distribusi yang disesuaikan dengan tegangan distribusi sekunder yang berlaku di Indonesia, yaitu 220/380V. c. Daya Nominal Daya nominal adalah daya yang mendasari pembuatan dan peralatan listrik. Berdasarkan daya nominalnya transformator distribusi dapat diklompokan yaitu : 50 kva, 75 Kva, 100 Kva, 125 kva, 160 kva, 200 kva, 600 kva, 800 kva, 1000 kva, 1250 kva, 1600 kva, 2000 kva, 2500 kva. Kapasitas dari transformator distribusi untuk 3 fasa ditentukan oleh jumlah masimum beban yang dilayani (daya yang terpasang) ditambahkan dengan tambahan beban dikemudian hari (cadangan). Terlebih dahulu menghitung daya (P) 24

13 setiap fasanya yang dirumuskan sebagai berikut : PR = VN + IR PS = VN + IS PT= VN + IT Kemudian hasilnya dijumlahkan, rumusnya adalah PTot 3Ф = PS + PR + PT Dari hasil tersebut dijumlahkan dengan kapasitas trafo, Kapasitas trafo = Daya terpasang + 30% dari daya terpasang. Gambar 3.5 Transformator Step Down 3. Transformator pengukuran Untuk pemasangan alat-alat ukur dan proteksi pada jaringan tegangan tinggi diperlukan transfomator pengukuran Transfomator pengukuran tediri dari : 1. Trafo arus CT (Current Transformator) Merupakan trafo instrument yang berfungsi sebagai komponen alat ukur arus. Arus yang memiliki nilai lebih besar akan diturunkan 25

14 pada kumparan sekunder agar dapar dibaca pada alat ukur. Arus dari sisi sekunder yang akan dihubungkan pada alat ukur dan rele. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada trafo arus adalah ratio, kelas, arus nominal, burden (batas kemampuan CT), dan kejenuhan. 2. Trafo tegangan PT (Potensial Tranfomator) Merupakan trafo instrument yang berfungsi untuk menurunkan tegangan pada kumparan primer menjadi tegangan yang lebih rendah pada kumparan sekunder dengan skala tertentu. Berdasarkan konstruksinya trafo dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu trafo tegangan induktif dan trafo tegangan kapasitif. Trafo tegangan induktif terdiri dari kumparan primer dan kumparan sekunder dimana tegangan pada belitan primer akan menginduksikan tegangan pada belitan sekunder melalui inti. Trafo tegangan kapasitif terdiri dari rangkaian kondensator yang berfungsi sebagai pembangkit tegangan pada sisi tegangan tinggi dari trafo yang menginduksikan tegangan ke kumparan sekunder melalui media kapasitor. 3.6 Komponen Panel Distribusi Panel distribusi terdiri atas beberapa komponen secara umum antara lain : Busbar / rel tembaga, Circuit breker (MCCB, MCB, ACB), Meter - meter Busbar / Rel tembaga Busbar atau rel tembaga adalah tembaga batangan yang berfungsi untuk untuk mempermudah wiring di dalam panel dengan mengelompokkan masing-masing fasa kedalam batang busbar, warna busbar yang dipakai adalah sebagai berikut : Warna merah adalah fasa L1 Warna kuning adalah fasa L2 Warna hitam adalah fasa L3 26

15 Warna biru adalah netral (N) Warna kuning atau hijau adalah grounding (PE) Sistem rel yang dipakai pada panel sistem 3 fasa di gedung bertingkat bisa disebut dengan Sistem 5 rel. Tiga rel diperuntukkan untuk penghantar 3 fasa masing-masing LI/R, L2/S, dan L3/T, satu rel diperuntukkan untuk hantaran netral dan satu lagi untuk hantaran pentanahan (grounding), yang diletakkan bagian bawah di dalam panel. Sedangkan untuk rel fasanya dipasang pada bagian atas secara mendatar. Sehubungan dengan kapasitas pembebanan dari rel utama ini, ukuran rel harus ditentukan dengan cermat. Sebagai dasar untuk menentukan ukuran rel diantaranya adalah : kondisi operasi normal dan rating arusnya, kondisi hubung singkat (berupa panas yang dibangkitkan diakibat oleh arus hubung singkat tersebut) dan besarnya ketegangan dinamis. Dengan demikian data-data dari pabrik pembuat rel ini harus relevan dengan standar desain panel yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan. Hantaran rel untuk pentanahan secara listrik harus dihubungkan ke kerangka panel dan ukurannya diperhitungkan agar mampu dialiri oleh setiap arus hubung singkat yang mungkin timbul. Ukuran rel penghantar untuk hantaran pentanahan berdasarkan pengalaman adalah minimal 25% kali ukuran rel penghantar fasanya Circuit Breaker (MCB, MCCB, ACB) Circuit breker adalah suatu perelatan pemutus rangkaian listrik yang berfungsi sebagai pengaman terhadap terjadinya gangguan yang disebabkan oleh hubungan singkat (short circuit) dan pembebanan yang melebihi kapasitas arus yang terjadi secara cepat. Circuit breaker dapat dipasang untuk dua tujuan dasar, yaitu : 27

16 a) Berfungsi selama kondisi pengoperasian normal, yaitu untuk menghubungkan maupun memutus rangkaian dalam keadaan berbeban dengan tujuan untuk pengoperasian dan perawatan dari rangkain maupun bebannya. b) Bekerja selama kondisi operasional yang tidak normal, misalnya jika terjadi hubung singkat ataupun arus lebih. Arus lebih maupun arus hubung singkat dapat merusak peralatan dan isntalasi suplay daya jika dibiarkan mengalir di dalam rangkaian dalam kondisi yang cukup lama. Untuk menentukan kapasitas MCB, MCCB dan ACB digunakan rumus Kemampuan Hantar Arus (KHA) sebagai berikut : Jika yang diketahui adalah daya semu (satuanya VA), Rumus Arus Listrik : a) Instalasi 1 Phasa I = VA Vp, Untuk listrik satu fase (Vp = 220 V) b) Instalasi 3 Phasa I = 3 x VA VL, Untuk listrik Tiga fase (VL = 380 V) Dimana : I = Arus Listrik (Ampere) VA = Daya Terpasang (VA) Vp = Tegangan Satu Phase (220 V) VL = Tegangan Tiga Phase (380 V) Jika yang diketahui adalah daya Guna (satuanya Watt), Rumus Arus Listrik : a) Instalasi 1 Phasa I = P Vp x Cos ϴ, untuk listrik satu fase b) Instalasi 3 Phasa I = P 3 x VL x Cos ϴ, untuk listrik tiga fase 28

17 Dimana : I = Arus Listrik (Ampere) P = Daya Terpasang (Watt) Vp = Tegangan Satu Phase (220 V) VL = Tegangan Tiga Phase (380 V) Cos ϴ = Faktor Daya Untuk menentukan ukuran breaker adalah setelah jumlah arus listrik diketahui. Pembulatan perhitungan harus keatas. Untuk beban penerangan di kalikan minimum 1,2 dari arus total. Untuk beban motor di kalikan minimum 1,75 dari arus total AF = Amper Frame (Kekuatan frame terhadap arus listrik) AT = Amper trip (Setingan arus beban lebih, pada breaker) KA = Kilo Amper (Kekuatan breaker menahan arus hubung singkat) BC = Breaking capacity (pemilihan 1,2 1,5 x Isc) Safety Factor ukuran Breaker Panel Utama : 1,2 x In Motor : 1,75 x In (In = Arus beban normal) Jenis circuit breaker yang banyak digunakan untuk perlengkapan instalasi listrik yaitu : a) MCB (Miniatur Circuit Breaker) MCB adalah alat yang digunakan untuk pengaman rangkaian listrik yang dilengkapi dengan thermist (bimetal) untuk pengaman beban lebih dan juga dilengkapi relai elektromagnetik untuk pengaman hubungan singkat. MCB dapat digunakan sebagai fuse yang dapat juga untuk mendeteksi arus lebih. Rating arus tersedia 1A 125A dan memiliki 29

18 karakteristik arus trip yang tetap atau tidak bisa diatur sesuai kebutuhan. MCB mempunyai fungsi utama sebagai berikut : - Mengamankan kabel - Melewatkan arus tanpa pemanas lebih. - Membuka dan menutup sebuah sirkit dibawah arus pengenal. Gambar 3.6 Miniatur Circuit Breker (MCB) b) MCCB (Moulded Case Circuit Breaker) MCCB adalah pengaman yang digunakan sebagai pemutus arus rangkaian, baik arus nominal maupun arus gangguan. MCCB unit trip dimana dengan adanya unit trip tersebut kita dapat menggeser Ir (Merupakan pengaman terhadap arus lebih) dan Im (merupakan pengaman terhadap arus short circuit). Rating arus yang tersedia 16 A 1250 A dan memiliki karakteristik arus trip yang dapat diatur sesuai kebutuhan. Gambar 3.7 Moulded Case Circuit Breaker (MCCB) 30

19 c) ACB (Air Circuit Breaker) ACB adalah pengaman yang digunakan sebagai pemutus arus rangkaian, baik arus nominal maupun arus gangguan, hampir sama dengan MCCB tetapi menggunakan udara. MCCB memiliki rating arus yang relatif tinggi dan dapat disetting sesuai kebutuhan. Spesifikasi MCCB pada umumnya dibagi dalam 3 parameter operasi yang terdiri dari: 1. Ue (tegangan kerja), spesifikasi standar MCCB digambarkan sebagai berikut: Ue = 250 V dan 660 V 2. Ie (arus kerja), spesifikasi standar MCCB digambarkan sebagai berikut: Ie = 40 A-2500 A. Gambar 3.8 Air Circuit Breaker (ACB) Meter Meter Meter ini umumnya terdapat pada panel-panel untuk mengetahui beberapa tegangan kerja dari system yang ditangani oleh satu panel dan berapa arus yang dibutuhkan beban dari system tersebut. Meter yang sering terdapat pada panel-panel adalah Voltmeter dan Amperemeter. 31

20 3.7 Kabel / Penghantar Kabel adalah media untuk menyalurkan energi listrik yang terdiri dari isolator dan konduktor. Isolator adalah bahan pembungkus kabel yang biasanya terbuat dari karet atau plastik, sedangkan konduktor adalah penghantar arus terbuat dari serabut tembaga atau tembaga pejal, ataupun alumunium. Kemampuan hantar sebuah kabel penghantar arus listrik ditentukan oleh KHA (Kemampuan Hantar Arus), karena parameter hantar listrik ditentukan dalam satuan Ampere. Kemampuan arus ditentukan oleh luas penampang konduktor. Sesuai PUIL 2000 pasal ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan luas penampang penghantar : Suhu minimum yang di izinkan Susut tegangan yang di izinkan Stress elektromagnetis yang mungkin terjadi karena hubung pendek. Stress mekanis yang mungkin dialami penghantar. Impedansi maksimum berkenaan dengan berfungsinya proteksi hubung pendek. Setiap kabel dan penghantar arus mempunyai kemampuan hantar arus (KHA). Untuk menentukan kemampuan hantar arus pengaman dan luas penampang penghantar yang diperlukan, pertama-tama harus ditentukan arus yang dipakai berdasarkan daya beban yang di hubungkan. Rumus menentukan ukuran kabel sbb: Jika yang diketahui adalah daya semu (satuanya VA), Rumus Arus Listrik : a) Instalasi 1 Phasa I = VA Vp, Untuk listrik satu fase (Vp = 220 V) 32

21 b) Instalasi 3 Phasa I = VA 3 x VL, Untuk listrik Tiga fase (VL = 380 V) Dimana : I = Arus Listrik (Ampere) VA = Daya Terpasang (VA) Vp = Tegangan Satu Phase (220 V) VL = Tegangan Tiga Phase (380 V) Jika yang diketahui adalah daya Guna (satuanya Watt), Rumus Arus Listrik : a) Instalasi 1 Phasa I = P Vp x Cos ϴ, Untuk listrik satu fase b) Instalasi 3 Phasa I = P 3 x VL x Cos ϴ, Untuk listrik Tiga fase Dimana : I = Arus Listrik (Ampere) P = Daya Terpasang (Watt) Vp = Tegangan Satu Phase (220 V) VL = Tegangan Tiga Phase (380 V) Cos ϴ = Faktor Daya Dari persamaan diatas di dapat arus nominal yang tinggal dikalikan dengan safety factor dan hasilnya disesuaikan dengan tabel dari jenis kabel yang digunakan maka akan diketahui luas penampang dari kabel yang dipakai. Pemilihan kabel juga harus disesuaikan dengan pemilihan rating pengaman. Safety factor untuk kabel yaitu : 1,5 x In (Type beban umum) 33

22 elektronik) 2 x In (Type beban harmonik tinggi spt UPS, PC dan peralatan (In = Arus beban normal) Tabel. 1 Tabel Kabel Selain menggunakan tabel, dapat menggunakan rumus untuk menentukan luas penampang penghantar yang diperlukan berdasarkan rugi tegangan. Rumus-rumus tersebut antara lain : a) Instalasi satu phasa b) Instalasi Tiga phasa A y Dimana : : Luas penampang penghantar yang diperlukan (mm2) : Daya hantar jenis pengantar 34

23 l I Untuk tembaga = (56,2 x 10 6 ) dalam (Ohm.m) -1 Untuk alumunium = (33 x 10 6 ) dalam (Ohm.m) -1 : Panjang penghantar (meter) : Kuat arus yang mengalir (Ampere) Kabel Tegangan Menengah Kabel Tegangan Menengah merupakan suatu kabel jaringan yang letaknya sebelum gardu ditribusi berfungsi menyalurkan tenaga listrik bertegangan menengah (misalnya 6 kv atau 20 kv).hantaran dapat berupa kabel dalam tanah atau saluran/kawat udara yang menghubungkan gardu induk (sekunder trafo) dengan gardu distribusi atau gardu hubung (sisi primer trafo didtribusi). Gambar 3.9 Kabel N2XSEBY 3 X (35-300) mm² 12/20kV Terdampat konduktor tembaga atau aluminium melingkar yang dipadatkan. Semua interstisi internal konduktor trie diisi dengan senyawa penghambat air yang ditentukan untuk mencegah masuknya air melalui konduktor selama penyimpanan, penanganan, pemasangan dan pengoperasian kabel. 35

24 3.5.2 Kabel Tegangan Rendah 1. Kabel NYFGBY Kabel jenis ini dirancang khusus untuk instalasi tetap dalam tanah yang ditanam langsung tanpa memerlukan perlindungan tambahan (kecuali harus menyeberang jalan). Pada kondisi normal kedalaman pemasangan dibawah tanah adalah 0,8 meter. Gambar 3.10 Kabel NYFGBY 2. Kabel NYCY Kabel ini dirancang untuk jaringan listrik dengan penghantar konsentris dalam tanah, dalam ruangan, saluran kabel dan alam terbuka. Kabel protodur dengan dua lapis pelindung pita CU Kabel. Instalasi ini bisa ditempatkan diluar atau didalam bangunan, baik pada kondisi lembab maupun kering. Gambar 3.11 Kabel NYCY 36

25 3. Kabel NYY Kabel jenis ini juga sering disebut dengan kabel tanah. Kabel ini bisa digunakan di dalam ruangan, saluran kabel, lemari penghubung, instalasi industri jika bisa dipastikan tidak terjadi kerusakan mekanis dan di dalam tanah (jika berpotensi dengan gangguan mekanis harus memakai pelindung). Tegangan nominalnya berkisar antara (1.2) kv. Jenis bahan yang digunakan adalah kawat tembaga yang dianilkan dengan isolasi PVC terekstrusi. Gambar 3.12 Kabel NYY 4. Kabel NYA Kabel jenis ini di gunakan untuk instalasi rumah dan dalam instalasi rumah yang sering di gunakan adalah NYA dengan ukuran 1,5 mm2 dan 2,5 mm2. Yang berinti tunggal, berlapis bahan isolasi PVC Kode warna isolasi ada warna merah, kuning, biru dan hitam. Lapisan isolasinya hanya 1 lapis sehingga mudah cacat, tidak tahan air (NYA adalah tipe kabel udara) dan mudah digigit tikus. agar aman jika menggunakan kabel tipe ini lebih baik kabel di pasang di dalam pipah atau saluran penutup, karena selain tidak bisa di ganggu sama hewan pengerat dan tidak kenah air, juga apabila ada 37

26 isolasi yang terkelupas (terbuka) tidak bisa tersentuh langsung sama manusia. Gambar 3.13 Kabel NYA 5. Kabel NYM Kabel jenis ini hanya direkomendasikan khusus untuk instalasi tetap di dalam bangunan yang dimana penempatannya biasa diluar/ didalam tembok ataupun didalam pipa (conduit). Kabel NYM berinti lebih dari 1, memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya warna putih atau abu-abu), ada yang berinti 2, 3 atau 4. Kabel NYM memiliki lapisan isolasi dua lapis, sehingga tingkat keamanannya lebih baik dari kabel NYA (harganya lebih mahal dari NYA). Kabel ini dapat dipergunakan dilingkungan yang kering dan basah, namun tidak boleh ditanam. Gambar 3.14 Kabel NYM 38

27 6. Kabel NYYHY Kabel jenis ini bisa digunakan di dalam juga luar ruangan, sebagai penghubung yang dinamis karena sifatnya fleksibel, cocok untuk instalasi peralatan listrik yang bergerak seperti mesin bor, mesin las, dll. Tegangan nominalnya berkisar antara V. Jenis bahan yang digunakan adalah kawat tembaga serabut yang dianilkan dengan isolasi dan selubung PVC terekstrusi. Gambar 3.15 Kabel NYYHY 7. Kabel NYAF Kabel NYAF juga sering disebut dengan kabel rumah. Kabel jenis ini memiliki inti atau kawat tembaga serabut (fleksibel) dengan selubung PVC yang terkstrusi. Kabel ini bisa digunakan untuk instalasi permanen dalam pipa kabel yang diplester atau kawat yang memanjang di lokasi kering. Tegangan nominal berkisar antara V. 39

28 Gambar 3.16 Kabel NYAF 8. Kabel NFA2X Kabel jenis ini sering disebut dengan kabel udara, terbuat dari kawat aluminium yang dipilin dengan isolasi XLPE yang terkstrusi. Kabel ini sering digunakan dalam distribusi listrik tegangan rendah. Tegangan nominalnya berkisar (1.2) kv. Gambar 3.17 Kabel NFA2X 9. Kabel BC (Bare Coper) Kabel ini dipilin/stranded, disatukan. Ukuran / tegangan mak = mm2 / 500 V Pemakaian = saluran diatas tanah dan penghantar pentanahan. 40

29 Gambar 3.18 Kabel BC 3.8 Kontaktor Kontaktor adalah instrumen elektromekanik yang dapat berfungsi sebagai penyambung dan pemutus rangkaian, yang dapat dikendalikan dari jarak jauh. Dan pergerakan kontak-kontaknya terjadi karena adanya gaya elektromagnet. Kontak-kontak pada kontaktor ada dua macam yaitu kontak utama dan kontak bantu. Sedangkan menurut kerjanya, kontak-kontak dibedakan menjadi dua yaitu normally open (NO) dan normally close (NC). Kontak NO adalah pada saat kontaktor tidak mendapat masukan listrik kontak terbuka, sedangkan pada saat kontaktor mendapat masukan listrik maka kontak akan tertutup. Sedangkan kontak NC adalah pada saat kontaktor tidak mendapat masukan listrik, kontak tertutup sedangkan pada saat kontaktor mendapat masukan listrik, kontak terbuka. Gambar 3.19 Kontaktor 41

30 3.9 Stop Kontak Dan Saklar Stop Kontak Stop Kontak adalah suatu titik pada instalasi listrik dalam gedung yang menjadi tempat pengambilan arus, Secara prinsip pemasangan stop kontak sederhana, yakni dengan menyisipkan stop kontak antara peralatan listrik dengan sumber listrik. Kedua kawat baik plus maupun netral dilewatkan stop kontak sebelum mencapai titik yang dilindungi. Alat yang satu ini sangat berguna dan berfungsi untuk menyediakan power listrik untuk berbagai macam keperluan perkakas elektronik atau alat yang menggunakan listrik. Batas maksimal arus yang dapat dilewatkan yakni dalam kisaran 10A s/d 16 A (stop kontak standard). Untuk menghubungkannya kita membutuhkan plug atau tusuk kontak yang sesuai dengan jenis dan ukuran socket outlet tersebut. Gambar 3.20 Stop Kontak 1 Phasa 42

31 3.7.2 Saklar Saklar listrik adalah suatu komponen atau perangkat yang digunakan untuk memutuskan atau menghubungkan aliran listrik. Saklar yang dalam bahasa Inggris disebut dengan Switch ini merupakan salah satu komponen atau alat listrik yang paling sering digunakan. Hampir semua peralatan Elektronika dan Listrik memerlukan Saklar untuk menghidupkan atau mematikan alat listrik yang digunakan. Ada beberapa jenis saklar yang sering digunakan yaitu : 1.Saklar tunggal 2. Saklar Seri 3. Saklar Hotel pemakaian. Dan lainnya banyak lagi jenisnya tergantung kebutuhan Gambar 3.21 Saklar Tunggal 43

32 3.10 Armateur lampu Lampu adalah sebuah benda yang berfungsi sebagai penerang, lampu memiliki bentuk seperti botol dengan ronga yang beisi kawat kecil yang akan menyalah apabila disambungkan ke aliran listrik. Untuk menghitung jumlah titik lampu di tiap ruangan menggunaksn perhitungan mengacu SNI, IEC, PUIL atau Standar lain adalah sebagai berikut: Untuk Lampu jenis TL kuat penerangan yang akan di capai 400 LUX. Untuk Lampu jenis Down Light kuat penerangan yang akan di capai 300 LUX. Rumus Perhitungan titik lampu sbb: N E L W LLF CU n Dimana : N E = Jumlah titik lampu = Kuat penerangan/ target kuat penerangan yang akan dicapai (Lux) L W Ø = Panjang Ruang (Meter) = Lebar Ruang ( Meter) = Total Lumen Lampu / Lamp Luminous Flux LLF = Light Loss Factor/ Faktor Cahay Rugi (0,7-0,8) CU = Coeffesien Of Utilization/ Faktor Pemanfaatan (50-65%) n = Jumlah lampu dalam 1 titik lampu Menurut SNI , daya pencahayaan maksimum : - Untuk ruang kantor/ industri adalah 15 watt/ m2. - Untuk rumah tak melebihi 10 watt/m2. - Untuk toko watt/m2 - Hotel watt/m2, sekolah watt/m2, 44

33 - Rumah sakit watt/m2 ). Ada beberapa jenis lampu pada umumnya yang sering digunakan yaitu 1. Lampu Halogen Lampu ini menggunakan kawat dan bahan tungsten dan di dalam ruang vakumnya diberi gas. Gas mi mempunyai fungsi menciptakan sinar yang kuat. Lampu halogen mi digunakan sebagai lampu sorot. Lampu halogen biasanya memiliki reflektor (cermin dibelakangnya) untuk memperkuat cahaya yang keluar. Fittingnya biasanya khusus, namun saat ini ada pula yang dengan jenis fitting biasa. 2. Lampu Pijar Lampu jenis ini berpijar kawat filamennya saat aliran listrik mengalirinya. Pijaran kawat inilah yang berubah menjadi cahaya. Jenis lampu ini sangat mudah menyala tetapi sangat panas untuk pemakaian yang relatif lama. Oleh karena itu. Lampu jenis ini boros energi. 3. Lampu TL Lampu ini menyala sebab adanya bahan fosfor yang mengubah sinar ultraviolet menjadi cahaya. Jenis lampu ini lebih terang dan hemat dibandingkan lampu pijar. Jenis lampu ini juga dikenal dengan lampu neon. Dewasa ini lampu neon bentuknya macam-macam, ada yang bentuknya memanjang biasa, bentuk spiral atau tornado, dan ada juga yang bentuk memanjang vertikal dengan fitting (bentuk pemasangan ke kap lampu) yang mirip seperti lampu pijar biasa. Lampu TL lebih hemat energi dibandingkan lampu pijar, karena lebih terang. 4. Lampu LED Lampu LED ini merupakanjenis lampu yang paling hemat pemakaian energinya. Lampu ini konstruksinya kecil sehingga dapat diterapkan dalam berbagai aplikasi. 45

34 3.11 Penangkal Petir Instalasi penangkal petir ialah instalasi suatu system dengan komponenkomponen dan peralatan-peralatan yang secara keseluruhan berfungsi untuk menangkap petir dan menyalurkannya ke tanah, sehingga semua bagian dari bangunan beserta isinya atau benda-benda yang dilindunginya terhindar dari bahaya. (Sunarno, 2006) Sistem penangkal petir untuk bangunan ini direncanakan menggunakan sistem konvensional. Penangkal petir konvensional yaitu pengamanan sambaran petir sederhana berupa rangkaian jalur instalasi penangkal petir yang bersifat pasif atau menunggu terkena sambaran petir, baru kemudian akan disalurkan ke dalam bumi. Berdasarkan rekomendasi dari teknik sphere rolling dalam menentukan radius dari area yang akan dilindungi, maka untuk sistem perlindungan bangunan konvensional telah di tentukan radius dan dianggap sebagai Standard Protection. Dengan radius tersebut dapat digunakan untuk membuat area perlindungan yang diinginkan. Selain berdasarkan radius, terminal harus di pasang pada bagian yang paling memungkinkan untuk mendapatkan sambaran, seperti pada daerah tepi atap pada lantai atap bangunan, pada samping / dinding bangunan dan parapets pada keseluruhan daerah atap Grounding/pentanahan Sistem pentanahan berfungsi sebagai sarana mengalirkan arus petir yang menyebar ke segala arah dengan masuk kedalam tanah. dalam suatu distribusi dan instalasi listrik sangat diperlukan, sebab pentanahan pada peralatan yang kurang baik dapat menyebabkan kerusakan dan dapat berakibat juga pada siapa saja yang dekat dengan peralatan tersebut. (Sunarno, 2006) 46

35 Dalam sebuah system distribusi besar tahanan maksimum yang diperbolehkan sesuai peraturan PUIL adalah 5 Ohm. System pentanahan dalam suatu instalasi listrik maupun peralatan listrik, dengan tujuan agar tercapai kehandalan system dalam penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit sampai konsumen di samping keselamatan peralatan terpasang dan keselamatan jiwa manusianya adalah sebagai berikut : Mencegah terjadinya tegangan kejut listrik yang berbahaya untuk orang dalam daerah tersebut. Memungkinkan timbulnya arus tertentu baik besarnya maupun lamanya dalam keadaan gangguan tanah tanpa menimbulkan kebakaran atau ledakan. Untuk pemilihan luas penampang dari kawat pentanahan atau grounding dapat kita gunakan standar dari PUIL Dimana Luas penampang penghantar proteksi tidak boleh kurang dari nilai yang tercantum pada tabel 2. Jika penerapan pada tabel menghasilkan ukuran yang tidak standar, maka dipergunakan penghantar yang mempunyai luas penampang standar terdekat. Tabel. 2 Luas Penampang Minimum Penghantar Proteksi Luas Penampang Penghantar Fasa Instalasi S (mm2) S 16 Luas Penampang Minimum Penghantar Proteksi yang berkaitan SP (mm2) S 16<S S>32 S/2 Sumber : Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 hal. 77 tabel

36 Gambar 3.22 Sistem Grounding 48

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Panel Utama Tegangan Menengah Panel Utama Tegangan Menengah merupakan instalasi system penyaluran tenaga listrik dengan tegangan menengah (20.000 Volt) ke pusat - pusat beban.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum BAB II TEORI DASAR 2.1 Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Perencanaan instalasi listrik membutuhkan analisis yang terus-menerus dan komprehensip untuk menilai keberhasilan sistem dan untuk menentukan kefektifan dalam pengembangan

Lebih terperinci

BAB III. Teori Dasar

BAB III. Teori Dasar 12 BAB III Teori Dasar 3.1 Pengertian Listrik Listrik merupakan suatu muatan yang terdiri dari muatan positif dan muatan negatif,dimana sebuah benda akan dikatakan memiliki energi listrik apabila suatu

Lebih terperinci

BAB III KEBUTUHAN GENSET

BAB III KEBUTUHAN GENSET BAB III KEBUTUHAN GENSET 3.1 SUMBER DAYA LISTRIK Untuk mensuplai seluruh kebutuhan daya listrik pada bangunan ini maka direncanakan sumber daya listrik dari : A. Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) B.

Lebih terperinci

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive)

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive) 15 BAB III CAPACITOR BANK 3.1 Panel Capacitor Bank Dalam sistem listrik arus AC/Arus Bolak Balik ada tiga jenis daya yang dikenal, khususnya untuk beban yang memiliki impedansi (Z), yaitu: Daya Semu (S,

Lebih terperinci

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) MENGENAL ALAT UKUR AMPER METER Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) Arus = I satuannya Amper ( A ) Cara menggunakannya yaitu dengan disambung

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 3.1 TAHAP PERANCANGAN DISTRIBUSI KELISTRIKAN Tahapan dalam perancangan sistem distribusi kelistrikan di bangunan bertingkat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik adalah sistem penyediaan tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pembangkit atau pusat listrik terhubung satu dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB IV HASIL PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB IV HASIL PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 4.1 Hasil 4.1.1 Proses Perancangan Diagram Satu Garis Sistem Distribusi Tenaga Listrik Pada Hotel Bonero Living Quarter Jawa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik adalah kumpulan atau gabungan dari komponenkomponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 57 BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 4.1. Sistem Instalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Talavera Suite menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB V PERHTUNGAN DAN ANALSA 4.1 Sistem nstalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Dinas Teknis Kuningan menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai listrik berasal dari PLN.

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA RENCANA SISTEM DISTRIBUSI DAN SISTEM PEMBUMIAN

BAB IV ANALISA RENCANA SISTEM DISTRIBUSI DAN SISTEM PEMBUMIAN BAB IV ANALISA RENCANA SISTEM DISTRIBUSI DAN SISTEM PEMBUMIAN 4.1 ANALISA SISTEM DISTRIBUSI Dalam menghitung arus yang dibutuhkan untuk alat penghubung dan pembagi sumber utama dan sumber tambahan dalam

Lebih terperinci

BAB II DISTRIBUSI ENERGI LISTRIK

BAB II DISTRIBUSI ENERGI LISTRIK BAB II DISTRIBUSI ENERGI LISTRIK 2.1 GEDUNG PENCAKAR LANGIT (SKYSCRAPER BUILDING)) Perkembangan kepadatan penduduk di suatu tempat memang memerlukan banyak tempat untuk beraktifitas. Dan secara logika

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL). b. Letak titik sumber (pembangkit) dengan titik beban tidak selalu berdekatan.

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL). b. Letak titik sumber (pembangkit) dengan titik beban tidak selalu berdekatan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar Distribusi Dan Instalasi Secara sederhana Sistem Distribusi Tenaga Listrik dapat diartikan sebagai sistem sarana penyampaian tenaga listrik dari sumber ke pusat

Lebih terperinci

Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta

Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta - Circuit Breaker (CB) 1. MCB (Miniatur Circuit Breaker) 2. MCCB (Mold Case Circuit Breaker) 3. NFB (No Fuse Circuit Breaker) 4. ACB (Air Circuit Breaker) 5. OCB (Oil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN 4.1 Hasil 4.1.1 Proses Perancangan Instalasi Penerangan Perancangan instalasi penerangan di awali dengan pemilian tipe lampu, penetapan titik lampu, penentuan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Kerja Panel Kontrol Lift BAB III LANDASAN TEORI Gambar 3.1 Lift Barang Pada lift terdapat 2 panel dimana satu panel adalah main panel yang berisi kontrol main supaly dan control untuk pergerakan

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI RELAY

SISTEM PROTEKSI RELAY SISTEM PROTEKSI RELAY SISTEM PROTEKSI PADA GARDU INDUK DAN SPESIFIKASINYA OLEH : WILLYAM GANTA 03111004071 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2015 SISTEM PROTEKSI PADA GARDU INDUK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Mekanikal dan Elektrikal Dalam suatu bangunan atau gedung terdapat 1 unsur yang tidak kalah pentingnya selain arsitektur dan struktur, yaitu sistem mekanikal dan elektrikal.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Instalasi Listrik Instalasi listrik adalah saluran listrik beserta gawai maupun peralatan yang terpasang baik di dalam maupun diluar bangunan untuk menyalurkan arus

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI.

BAB III DASAR TEORI. 13 BAB III DASAR TEORI 3.1 Pengertian Cubicle Cubicle 20 KV adalah komponen peralatan-peralatan untuk memutuskan dan menghubungkan, pengukuran tegangan, arus, maupun daya, peralatan proteksi, dan control

Lebih terperinci

SKRIPSI PERENCANAAN SISTEM INSTALASI TENAGA LISTRIK PADA GEDUNG DINAS TEKNIS - KUNINGAN

SKRIPSI PERENCANAAN SISTEM INSTALASI TENAGA LISTRIK PADA GEDUNG DINAS TEKNIS - KUNINGAN SKRIPSI PERENCANAAN SISTEM INSTALASI TENAGA LISTRIK PADA GEDUNG DINAS TEKNIS - KUNINGAN Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam melengkapi gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Dadi

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1. Umum Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi.

Lebih terperinci

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK Gardu Induk merupakan suatu instalasi listrik yang terdiri atas beberapa perlengkapan dan peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB 252 Oleh Vigor Zius Muarayadi (41413110039) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Sistem proteksi jaringan tenaga

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV 2.1. UMUM Gardu Induk adalah suatu instalasi tempat peralatan peralatan listrik saling berhubungan antara peralatan yang satu dengan peralatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian 3.1.1. Metode Observasi Metode observasi dimasudkan untuk mengadakan pengamatan terhadap subyek yang akan diteliti, yaitu tentang perencanaan sistem

Lebih terperinci

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1. Umum Berdasarkan standard operasi PT. PLN (Persero), setiap pelanggan energi listrik dengan daya kontrak di atas 197 kva dilayani melalui jaringan tegangan menengah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dibagian ini akan dibahas tentang fungsi Automatic Transfer Switch dan Automatic Mains Failure merupakan suatu bentuk sistem control energy listrik yang berfungsi untuk memastikan

Lebih terperinci

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel A. Tujuan Mahasiswa mampu dan terampil melakukan pemasangan instalasi listrik secara seri, paralel, seri-paralel, star, dan delta. Mahasiswa mampu menganalisis rangkaian

Lebih terperinci

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE I. TUJUAN 1. Praktikan dapat mengetahui jenis-jenis saklar, pemakaian saklar cara kerja saklar. 2. Praktikan dapat memahami ketentuanketentuan instalasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Sistem Tenaga listrik di Indonesia tersebar dibeberapa tempat, maka dalam penyaluran tenaga listrik dari tempat yang dibangkitkan sampai ke tempat

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI. Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dari teknik perancangan yang

BAB IV IMPLEMENTASI. Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dari teknik perancangan yang BAB IV IMPLEMENTASI Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dari teknik perancangan yang telah dijabarkan pada bab III yaitu perancangan sistem ATS dan AMF di PT. JEFTA PRAKARSA PRATAMA dengan mengambil

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI

LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI Oleh: OFRIADI MAKANGIRAS 13-021-014 KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI MANADO 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1

Lebih terperinci

BAB IV JATUH TEGANGAN PADA PANEL DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB IV JATUH TEGANGAN PADA PANEL DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB IV JATUH TEGANGAN PADA PANEL DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 4.1. Sistem Distribusi Listrik Dalam sistem distribusi listrik gedung Emporium Pluit Mall bersumber dari PT.PLN (Persero) distribusi DKI Jakarta

Lebih terperinci

BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon

BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) 3 4.1 Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon Untuk menjalankan operasi produksi pada PT. Krakatau Steel

Lebih terperinci

STANDAR KONSTRUKSI GARDU DISTRIBUSI DAN KUBIKEL TM 20 KV

STANDAR KONSTRUKSI GARDU DISTRIBUSI DAN KUBIKEL TM 20 KV STANDAR KONSTRUKSI GARDU DISTRIBUSI DAN KUBIKEL TM 20 KV JENIS GARDU 1. Gardu Portal Gardu Distribusi Tenaga Listrik Tipe Terbuka ( Out-door ), dengan memakai DISTRIBUSI kontruksi dua tiang atau lebih

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka

Lebih terperinci

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR M. Hariansyah 1, Joni Setiawan 2 1 Dosen Tetap Program Studi Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-Dasar Sistem Proteksi 1 Sistem proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada : sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga, transmisi

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA 32 BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA 4.1 Deskripsi Perancangan Dalam perancangan ini, penulis akan merancang genset dengan penentuan daya genset berdasar beban maksimum yang terukur pada jam 14.00-16.00 WIB

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proses Penyaluran Tenaga Listrik Gambar 2.1. Proses Tenaga Listrik Energi listrik dihasilkan dari pusat pembangkitan yang menggunakan energi potensi mekanik (air, uap, gas, panas

Lebih terperinci

BAB II SISTEM TENAGA LISTRIK TEGANGAN RENDAH

BAB II SISTEM TENAGA LISTRIK TEGANGAN RENDAH BAB II SISTEM TENAGA LISTRIK TEGANGAN RENDAH 2.1 Umum Rancangan instalasi listrik membutuhkan analisis yang terus-menerus dan komprehensif untuk keberhasilan sistem dan untuk menentukan keefektifan dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING 2.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Tinjauan Hukum Pemakaian Arus Listrik Ilegal. Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik adalah singkatan dari (P2TL), yang

BAB II LANDASAN TEORI Tinjauan Hukum Pemakaian Arus Listrik Ilegal. Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik adalah singkatan dari (P2TL), yang BAB II LANDASAN TEORI 2. 1 Tinjauan Hukum Pemakaian Arus Listrik Ilegal Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik adalah singkatan dari (P2TL), yang merupakan salah satu program kerja PT PLN untuk mengurangi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Sistem distribusi tenaga listrik di gedung Fakultas Teknik UMY masuk pada sistem distribusi tegangan menengah, oleh karenanya sistim distribusinya menggunakan

Lebih terperinci

APLIKASI PENGGUNAAN KUBIKEL 20 kv PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) BINARY CYCLE DIENG

APLIKASI PENGGUNAAN KUBIKEL 20 kv PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) BINARY CYCLE DIENG APLIKASI PENGGUNAAN KUBIKEL 20 kv PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) BINARY CYCLE DIENG M. Hariansyah 1, Jaenal Awaluddin 2 1 Dosen Tetap Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN DESAIN SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK

BAB III METODOLOGI DAN DESAIN SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK BAB III METODOLOGI DAN DESAIN SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK 3.1 METODOLOGI DAN DESAIN SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK Perancangan distribusi energi listrik adalah dengan menetapkan dan menggambarkan diagram satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Relai Proteksi Relai proteksi atau relai pengaman adalah susunan peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi atau merasakan adanya gangguan atau mulai merasakan adanya ketidak

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 4 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 4 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK JOBSHEET PRAKTIKUM 4 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. Tujuan 1. Mahasiswa terampil membuat perencanaan instalasi penerangan rumah bertingkat. 2. Mahasiswa terampil melakukan pemasangan instalasi

Lebih terperinci

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP Posted on December 6, 2012 PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP I. TUJUAN 1. Mampu merancang instalasi penerangan satu fasa satu grup. 2. Mengetahui penerapan instalasi penerangan

Lebih terperinci

HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK

HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK OLEH: DRS. SUKIR, M.T JURUSAN PT ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA A. Dasar Sistem Pengendali Elektromagnetik. Materi dasar sistem pengendali elektromagnetik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Penyaluran Tenaga Listrik Ke Konsumen Didalam dunia kelistrikan sering timbul persoalan teknis, dimana tenaga listrik dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu, sedangkan

Lebih terperinci

BAB III KRITERIA PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK

BAB III KRITERIA PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 36 BAB III KRITERIA PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 3.1.Pendahuluan Sebagai gambaran untuk sistem listrik, proyek ini direncanakan dengan sistem yang mampu mengatasi segala kemungkinan terputusnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Dasar MCB MCB (Miniature Circuit Breaker) atau pemutus tenaga berfungsi untuk memutuskan suatu rangkaian apabila ada arus yamg mengalir dalam rangkaian atau beban listrik

Lebih terperinci

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA 41 BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA 3.1 Pengamanan Terhadap Transformator Tenaga Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan - peralatan yang terpasang pada sistem tenaga

Lebih terperinci

INSTALASI CAHAYA. HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI

INSTALASI CAHAYA. HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI INSTALASI CAHAYA HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI JENIS INSTALASI LISTRIK Menurut Arus listrik yang dialirkan 1. Instalasi Arus Searah (DC) 2. Instalasi Arus Bolak-Balik (AC) Menurut Pemakaian

Lebih terperinci

Laporan Kerja Praktek di PT.PLN (Persero) BAB III TINJAUAN PUSTAKA. 3.1 Pengertian PMCB (Pole Mounted Circuit Breaker)

Laporan Kerja Praktek di PT.PLN (Persero) BAB III TINJAUAN PUSTAKA. 3.1 Pengertian PMCB (Pole Mounted Circuit Breaker) BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pengertian PMCB (Pole Mounted Circuit Breaker) PMCB (Pole Mounted Circuit Breaker) adalah sistem pengaman pada Tiang Portal di Pelanggan Tegangan Menengah 20 kv yang dipasang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam bab ini akan diuraikan tentang teori dan kajian pustaka instalasi penerangan dan hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan instalasi penerangan gedung,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar (seperti gardu transmisi)

Lebih terperinci

DTG1I1. Bengkel Instalasi Catu Daya dan Perangkat Pendukung KWH METER DAN ACPDB. By Dwi Andi Nurmantris

DTG1I1. Bengkel Instalasi Catu Daya dan Perangkat Pendukung KWH METER DAN ACPDB. By Dwi Andi Nurmantris DTG1I1 Bengkel Instalasi Catu Daya dan Perangkat Pendukung KWH METER DAN ACPDB By Dwi Andi Nurmantris OUTLINE 1. KWH Meter 2. ACPDB TUGAS 1. Jelaskan tentang perangkat dan Instalasi Listrik di rumah-rumah!

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya

BAB IV ANALISA DATA. Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya BAB IV ANALISA DATA Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya Genset di setiap area pada Project Ciputra World 1 Jakarta, maka dapat digunakan untuk menentukan parameter setting

Lebih terperinci

BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP)

BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP) BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP) 3.1 Alat Ukur Listrik Besaran listrik seperti arus, tegangan, daya dan lain sebagainya tidak dapat secara langsung kita tanggapi dengan panca indra kita. Untuk

Lebih terperinci

MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA

MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA KEGIATAN BELAJAR 1 MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA Lembar Informasi Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik nomor 023/PRT/1978, pasal 1 butir 5 tentang instalasi listrik, menyatakan

Lebih terperinci

Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa mampu memasang dan menganalisis 2. Mahasiswa mampu membuat rangkaian

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. 3.2.Sistem Distribusi.

BAB III TEORI DASAR. 3.2.Sistem Distribusi. 15 BAB III TEORI DASAR 3.1. Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari system tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PENDISTRIBUSIAN TEGANGAN RENDAH DENGAN MENGGUNAKAN MAGNETIK KONTAKTOR (APLIKASI KAMPUS PROKLAMATOR II UNIVERSITAS BUNG HATTA)

PERENCANAAN SISTEM PENDISTRIBUSIAN TEGANGAN RENDAH DENGAN MENGGUNAKAN MAGNETIK KONTAKTOR (APLIKASI KAMPUS PROKLAMATOR II UNIVERSITAS BUNG HATTA) PERENCANAAN SISTEM PENDISTRIBUSIAN TEGANGAN RENDAH DENGAN MENGGUNAKAN MAGNETIK KONTAKTOR (APLIKASI KAMPUS PROKLAMATOR II UNIVERSITAS BUNG HATTA) Samaun Akbar. 1, Ir. Yani Ridal, MT. 2 dan Ir. Arzul, MT.

Lebih terperinci

4.3 Sistem Pengendalian Motor

4.3 Sistem Pengendalian Motor 4.3 Sistem Pengendalian Motor Tahapan mengoperasikan motor pada dasarnya dibagi menjadi 3 tahap, yaitu : - Mulai Jalan (starting) Untuk motor yang dayanya kurang dari 4 KW, pengoperasian motor dapat disambung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Instalasi Instalasi listrik adalah suatu bagian penting yang terdapat dalam sebuah bangunan gedung, yang berfungsi sebagai penunjang kenyamanan penghuninya. Sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar Distribusi Dan Instalasi Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Saluran Transmisi Sistem transmisi adalah suatu sistem penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lain, seperti dari stasiun pembangkit ke substation ( gardu

Lebih terperinci

KOMPONEN INSTALASI LISTRIK

KOMPONEN INSTALASI LISTRIK KOMPONEN INSTALASI LISTRIK HASBULLAH, S.PD, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI 2009 KOMPONEN INSTALASI LISTRIK Komponen instalasi listrik merupakan perlengkapan yang paling pokok dalam suatu rangkaian instalasi

Lebih terperinci

BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT)

BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT) BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT) 9.1. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH/ KURANG 9.1.1 Pendahuluan. Relai tegangan lebih [ Over Voltage Relay ] bekerjanya berdasarkan kenaikan

Lebih terperinci

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK Disusun Oleh : Syaifuddin Z SWITCHYARD PERALATAN GARDU INDUK LIGHTNING ARRESTER WAVE TRAP / LINE TRAP CURRENT TRANSFORMER POTENTIAL TRANSFORMER DISCONNECTING SWITCH

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I (Pendahuluan) BAB II (Landasan Teori) Rizky Maulana S, 2014 Perencanaan Instalasi Listrik Hotel Prima Cirebon

DAFTAR ISI BAB I (Pendahuluan) BAB II (Landasan Teori) Rizky Maulana S, 2014 Perencanaan Instalasi Listrik Hotel Prima Cirebon DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pernyataan... ii Halaman Pengesahan... iii Abstrak... iv Kata Pengantar... v Daftar Isi... vi Daftar Gambar... ix Daftar Tabel... x BAB I (Pendahuluan)... 1 Latar

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI 3.1 Penjelasan Umum sistem Kelistrikan

BAB III DASAR TEORI 3.1 Penjelasan Umum sistem Kelistrikan BAB III DASAR TEORI 3.1 Penjelasan Umum sistem Kelistrikan Dengan perkembangan zaman dan teknologi sekarang ini, maka kebutuhan tentang kelistrikan menjadi suatu keharusan, salah satunya unsur menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi 1 Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK 3.1. Umum Tenaga listrik merupakan suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

Lebih terperinci

Kelompok 7 : 1. Herianto A S Purba 2. Winner 3. Elman

Kelompok 7 : 1. Herianto A S Purba 2. Winner 3. Elman Kelompok 7 : 1. Herianto A S Purba 2. Winner 3. Elman Bagan dari letak komponen gardu induk KOMPONEN KOMPONEN GI Bagian dari gardu induk yang di jadikan sebagai peletakan komponen utama. Bagian yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN DAN PENGUJIAN ALAT Pada bab sebelumnya telah diuraikan konsep rancangan dan beberapa teori yang berhubungan dengan rancangan ACOS (Automatic Change Over Switch) pada AC (Air Conditioning)

Lebih terperinci

Genset Diesel kva. Sub Distribution Panel = Panel utama distribusi listrik suatu zona tertentu, kapasitasdalam ampere.

Genset Diesel kva. Sub Distribution Panel = Panel utama distribusi listrik suatu zona tertentu, kapasitasdalam ampere. LVMDP / PUTR Low Voltage Main Distribution Panel / Panel Utama Tegangan Rendah = Pemutus sirkit utama tegangan rendah, kapasitas dalam ampere. Trafo Transformator step down dari tegangan menengah ke tegangan

Lebih terperinci

CONTOH SOAL TEORI KEJURUAN KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK

CONTOH SOAL TEORI KEJURUAN KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK CONTOH SOAL TEORI KEJURUAN KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang ( X ) pada huruf A, B, C, D atau E pada lembar jawaban

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM INSTALASI LISTRIK DAN PEMBAGIAN DAYA 900 WATT PADA RUMAH 2 TINGKAT

ANALISA SISTEM INSTALASI LISTRIK DAN PEMBAGIAN DAYA 900 WATT PADA RUMAH 2 TINGKAT ANALISA SISTEM INSTALASI LISTRIK DAN PEMBAGIAN DAYA 900 WATT PADA RUMAH 2 TINGKAT Desy Kristyawati [1], Rudi Saputra [2] Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma Jl. Margonda

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Gedung Keuangan Negara Yogyakarta merupakan lembaga keuangan dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat serta penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENDAHULUAN Sebagai seorang enjinering yang handal ia akan selalu mempertimbangkan mengenai pertumbuhan beban yang akan terjadi dimasa datang didalam perencanaan tenaga listrik,

Lebih terperinci

BAB IV PERAKITAN DAN PENGUJIAN PANEL AUTOMATIC TRANSFER SWITCH (ATS) DAN AUTOMATIC MAIN FAILURE (AMF)

BAB IV PERAKITAN DAN PENGUJIAN PANEL AUTOMATIC TRANSFER SWITCH (ATS) DAN AUTOMATIC MAIN FAILURE (AMF) BAB IV PERAKITAN DAN PENGUJIAN PANEL AUTOMATIC TRANSFER SWITCH (ATS) DAN AUTOMATIC MAIN FAILURE (AMF) 4.1 Komponen-komponen Panel ATS dan AMF 4.1.1 Komponen Kontrol Relay Relay adalah alat yang dioperasikan

Lebih terperinci

GARDU INDUK TRANSFORMATOR

GARDU INDUK TRANSFORMATOR Bab 4 GARDU INDUK DAN TRANSFORMATOR GARDU INDUK TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MODUL POWER FACTOR CONTROL UNIT

RANCANG BANGUN MODUL POWER FACTOR CONTROL UNIT RANCANG BANGUN MODUL POWER FACTOR CONTROL UNIT BUILD DESIGN MODUL POWER FACTOR CONTROL UNIT Tri Agus Budiyanto (091321063) Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik Politeknik Negeri Bandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Pada dasarnya, definisi dari sebuah sistem tenaga listrik mencakup tiga bagian penting, yaitu pembangkitan, transmisi, dan distribusi, seperti dapat terlihat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Energi listrik disalurkan melalui penyulang-penyulang yang berupa saluran udara atau saluran kabel tanah. Pada penyulang distribusi ini terdapat

Lebih terperinci

Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali

Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali 7a 1. 8 Tambahan (Suplemen) Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali Pada industri modern saat ini control atau pengendali suatu system sangatlah diperlukan untuk lancarnya proses produksi

Lebih terperinci

THERMAL OVERLOAD RELAY (TOR/TOL)

THERMAL OVERLOAD RELAY (TOR/TOL) Thermal Over Load Relay (TOR/TOL) 1. Thermal Over Load Relay (TOR/TOL) Instalasi motor listrik membutuhkan pengaman beban lebih dengan tujuan menjaga dan melindungi motor listrik dari gangguan beban lebih

Lebih terperinci