Analisis Risiko Bongkar Muat Petikemas di TPKS Tanjung Emas Semarang Menggunakan Metode Pairwise Comparison dan Probability Impact Analysis
|
|
- Surya Hartono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Petunjuk Sitasi: Handayani, N. U., Sari, D. P., Ayuningtyas, D. A., & Fatmila. (2017). Analisis Risiko Bongkar Muat Petikemas di TPKS Tanjung Emas Semarang Menggunakan Metode Pairwise Comparison dan Probability Impact Analysis. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. B42-50). Malang: Jurusan Teknik Industri Universitas Brawijaya. Analisis Risiko Bongkar Muat Petikemas di TPKS Tanjung Emas Semarang Menggunakan Metode Pairwise Comparison dan Probability Impact Analysis Naniek Utami Handayani (1), Diana Puspita Sari (2), Devi Amalia Ayuningtias (3), Fatmila (4) ( 1), (2), (3), (4) Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia (1) naniekh@ft.undip.ac.id ABSTRAK Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) merupakan pengembangan dari unit terminal peti kemas dari Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Kegiatan bongkar muat merupakan inti dari kegiatan yang ada di TPKS yang memiliki banyak risiko yang mungkin terjadi dan dapat menimbulkan kerugian terutama bagi pemilik kapal maupun pemilik barang. Penelitian ini bertujuan untuk meminimasi risiko yang terjadi melalui identifikasi dan analisis terhadap variabel-variabel risiko serta menentukan mitigasi risiko. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pairwise Comparison dan Probability Impact Analysis (PIA). Berdasarkan studi pendahuluan didapatkan 22 risiko pada kegiatan bongkar muat yang berdampak terhadap variabel kecelakaan kerja, biaya, dan waktu. Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan 5 risiko dengan nilai indeks risiko total tertinggi yaitu kapal menabrak dermaga sebesar 9.750; pekerja/tkbm terpeleset, tersandung, kejatuhan benda di deck kapal sebesar 9.286; pekerja/tkbm tertabrak RTG (Rubber Tyred Gantry) sewaktu loading/unloading sebesar 8.741; petugas pandu terjatuh, terjepit pada saat naik atau turun kapal sebesar 8.250; dan pekerja/tkbm tertabrak Stacker, Forklift, Side Loader sewaktu loading/unloading sebesar Berdasarkan hasil tersebut diusulkan mitigasi risiko, seperti dijelaskan sebagai berikut. Untuk risiko kapal menabrak dermaga, mitigas risiko yang dapat dilakukan adalah mengalihkan risiko pada pihak ketiga dan mengoptimalkan penggunaan peralatan navigasi pada saat kapal berlabuh. Sedangkan risiko kecelakaan kerja pada pekerja, mitigasi risiko yang dapat dilakukan adalah pelatihan tentang K3 dalam kegiatan bongkar muat, pemasangan SOP dan rambu-rambu tanda bahaya, serta penggunaan alat pelindung diri bagi pekerja dalam kegiatan bongkar muat barang di TPKS. Kata kunci Risiko; AHP Pairwise Comparison; Probability Impact Analysis, Matriks Risiko; Mitigasi I. PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara maritim membutuhkan keberadaan sistem transportasi laut yang mampu menjadi penggerak pertumbuhan, perdagangan dan pembangunan ekonomi. Posisi geografis yang strategis dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, menjadikan wilayah laut Indonesia sebagai jalur perdagangan yang padat untuk rute internasional maupun domestik. Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) merupakan pengembangan dari unit terminal peti kemas di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Sejak tanggal 1 Juli 2001 TPKS ditetapkan menjadi unit bisnis tersendiri yang terpisah dari manajemen Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. TPKS berfungsi sebagai pintu gerbang utama perekonomian Jawa Tengah dan DIY untuk moda transportasi laut. Kegiatan pelayanan di TPKS sendiri berupa bongkar muat, receiving, delivering, ubah status (behandle) dan Less Than Container Load (LCL). Berdasarkan hasil studi penahuluan, arus bongkar muat peti kemas mengalami peningkatan tiap tahunnya, hal ini dapat dilihat dari throughput tahun TEU s (Twenty Foot Equivalent Unit) dan meningkat hingga mencapai 608,201 TEU s di tahun Namun, hal ini B-42
2 Analisis Risiko Bongkar Muat Petikemas di TPKS Tanjung Emas Semarang Menggunakan Metode Pairwise Comparison dan Probability Impact Analysis belum diimbangi dengan upaya peningkatan performansi pelayanan yang berujung pada peningkatan efisiensi kerja. Kegiatan bongkar muat pada TPKS bukanlah tanpa risiko dan dapat menimbulkan kerugian terutama bagi pemilik kapal maupun pemilik barang. Risiko yang timbul dapat mengakibatkan kerugian yang dikategorikan berdasarkan K3, biaya dan waktu. Kegiatan bongkar muat memiliki risiko yang tinggi seperti tenggelam, kebakaran, tabrakan, dan lain-lain (Liu dan Wirtz, 2006, Wang dan Foinikis, 2001). Risiko tersebut dapat menimbulkan kerugian material, sistem, bahkan nyawa (Wang, 2008). Untuk mengatasi risiko serta kerugian yang timbul diperlukan suatu sistem yang mampu mengendalikan risiko (Wang, 2008). Manajemen risiko adalah sebuah proses yang digunakan untuk mengidentifikasi hazard, mengevaluasi risiko, dan mengendalikan risiko untuk mengurangi kecelakaaan. Untuk menghindari risiko yang terjadi baik itu kecelakaan kerja, biaya yang ditimbulkan dan waktu kegiatan di TPKS, maka dilakukan analisis terhadap variabel-variabel risiko yang ada, kemudian ditentukan langkah tepat untuk memitigasi risiko tersebut, sehingga kegiatan bongkar muat di TPKS dapat berjalan lancar dan optimal. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi risiko yang terjadi dari seluruh kegiatan operasional bongkar muat petikemas. (2) menilai risiko-risiko yang terjadi pada kegiatan bongkar muat petikemas. (3) menentukan respon penanganan terhadap risiko yang tertinggi. II. METODOLOGI PENELITIAN A. AHP Pairwise Comparison AHP adalah suatu metode/teknik pengambilan keputusan secara sistematis atas persoalan yang kompleks berupa sebuah model yang dibuat menyerupai proses pengambilan keputusan manusia (human decision process) (Saaty, 1980, 2003). Tujuan analisis AHP adalah untuk mendapatkan prioritas unsur dalam elemen. Untuk itu, perlu dilakukan pengukuran tingkat kepentingan (prioritas) antar unsur dalam elemen. Teknik untuk mendapatkan ukuran tingkat kepentingan ini dilakukan dengan cara membandingkan tiap unsur satu sama lain atau disebut sebagai pairwise comparison. Basis dari ukuran ini adalah persepsi manusia (human perception), lebih khusus lagi adalah persepsi dari ahli pada bidangnya (Saaty, 1980, 2003). Tingkat Definisi Sama 1 Pentingnya Sedikit lebih 3 penting 5 Lebih Penting 7 Sangat Penting 9 Mutlak lebih penting 2,4,6,8 Nilai Tengah Tabel 1 Nilai Kepentingan AHP Keterangan Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama Pengalaman dan penilaian sangat memihak satu elemen dibandingkan dengan pasangannya Satu elemen sangat disukai dan secara praktis dominasinya sangat nyata, dibandingkan dengan elemen pasangannya. Satu elemen terbukti sangat disukai dan secara praktis dominasinya sangat nyata, dibandingkan dengan elemen pasangannya. Satu elemen terbukti mutlak lebih disukai dibandingkan dengan pasangannya, pada keyakinan tertinggi. Diberikan bila terdapat keraguan penilaian di antara dua tingkat kepentingan yang berdekatan. Langkah penyelesaian Pairwise Comparison : 1. Tetapkan permasalahan, kriteria dan sub kriteria (jika ada), dan alternative pilihan. 2. Membentuk matrik Pairwise Comparison,kriteria. Terlebih dahulu melakukan penilaian perbandingan dari kriteria. 3. Menentukan rangking kriteria dalam bentuk vector prioritas (disebut juga eigen vector ternormalisasi). a. Ubah matriks Pairwise Comparison ke bentuk desimal dan jumlahkan tiap kolom tersebut b. Bagi elemen-elemen tiap kolom dengan jumah kolom yang bersangkutan. c. Hitung Eigen Vektor normalisasi dengan cara menjumlahkan tiap baris kemudian dibagi dengan jumlah kriteria B-43
3 Handayani, Sari, Ayuningtias, Fatmila B. PIA (Probability Impact Analysis) Probability Impact Analysis adalah proses penilaian risiko dengan memperhatikan tingkat peluang terjadinya risiko dengan dampaknya. Risk assessment ini menggunakan tabel matriks yang terbagi menjadi beberapa warna dengan kriteria masing-masing (Bourne dan Walker, 2005; Chen, dkk, 2010). Risk Criteria adalah ukuran standar seberapa besar dampak atau konsekuensi yang mungkin akan terjadi dan seberapa besar kemungkinan atau frekuensi atau likelihood risiko akan terjadi. Gambar 1 merupakan contoh kriteria risiko. Risk Identification yaitu cara melakukan identifikasi risiko-risiko yang dapat terjadi di masa yang akan datang (yaitu: risiko apa, kapan, di mana, bagaimana, mengapa suatu risiko bisa terjadi). Identifikasi ini termasuk pengidentifikasian poses-proses/tugas-tugas/aktifitas-aktifitas kritikal atau kunci, pengenalan area-area risiko dan katagorinya. Risk Analysis yaitu proses menentukan berapa besar dampak (impact atau consequences) dan kemungkinan (frequency atau likelihood) risiko-risiko yang akan terjadi, serta menghitung berapa besar level risikonya dengan mengalikan antara besar dampak dan besar kemungkinan (Risk = Consequences x Likelihood). Risk Evaluation atau membandingkan risiko-risiko yang sudah dihitung diatas dengan Kriteria Risiko yang sudah distandarkan (menempatkan posisi risiko-risiko pada gambar kriteria risiko), apakah risiko-risiko itu acceptable/dapat diterima, menjadi issue/diwaspadai, atau unacceptable/tidak diterima, serta memprioritaskan mitigasi atau penangannya. Lihat gambar di bawah ini, risiko nomor 1 dan 5 terletak di daerah warna merah Unacceptable Risk dan menjadi prioritas untuk dilakukan penanganan atau mitigasinya. Gambar 1 Matriks Risk criteria Tabel 2 Matriks Risk evaluation C. Tahapan Penelitian Tahap pertama penelitian ini adalah mengidentifikasi risiko dengan cara brainstorming kepada pihak manajemen K3 serta observasi secara langsung, setelah itu didapatkan bahwa risiko yang terjadi pada saat kegiatan bongkar muat peti kemas berjumlah 22 risiko. Setiap risiko B-44
4 Analisis Risiko Bongkar Muat Petikemas di TPKS Tanjung Emas Semarang Menggunakan Metode Pairwise Comparison dan Probability Impact Analysis tersebut dicari peluang dan dampak yang terjadi terhadap ketiga variabel yaitu kecelakaan kerja, biaya, dan waktu. Selanjutnya diperoleh nilai Probability Impact Analysis dengan mengalikan nilai peluang dengan masing-masing dampak. Selanjutnya penilaian perbandingan berpasangan diolah dengan menggunakan metode Pairwise Comparison, sehingga didapatkan bobot dari masing-masing variabel kecelakaan kerja, biaya dan waktu. Kemudian masing-masing variabel tersebut dikalikan dengan bobot, dimana Indeks = Probabilitas (P) x Dampak (I) x Bobot untuk mendapatkan indeks risiko dari masing masing variabel risiko tersebut. Setelah didapatkan nilai indeks risiko kemudian dilakukan penjumlahan dari masing-masing variabel untuk mendapatkan nilai indeks risiko total. Hasil penjumlahan dari masing-masing variabel risiko keccelakaan kerja, biaya dan waktu maka didapatkan 5 nilai indeks risiko total tertinggi Dari 5 nilai indeks risiko tertinggi didapatkan penanganan/ respon risiko serta dilakukan pengendalian risiko yang tepat. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Risiko Tahap pertama penelitian ini adalah mengidentifikasi resiko dan mengklasifikasikannya berdasarkan kategori resiko yang mungkin terjadi. Identifikasi resiko disajikan pada Tabel 3, sedangkan klasifikasi resiko disajikan pada Tabel 4. Tabel 3 Identifikasi Risiko No Risiko 1 Kapal kemungkinan akan tabrakan / bersenggolan / bersinggungan dengan kapal lain 2 Petugas Pandu terjatuh, terjepit pada saat naik atau turun kapal 3 Kapal larat/hanyut terbawa arus 4 Tali kapal tunda/tali tross putus 5 Kapal menabrak dermaga 6 Pekerja/TKBM terpeleset, tersandung, kejatuhan benda di deck kapal 7 Pekerja/TKBM terjatuh dari ketinggian sewaktu berada diatas petikemas pada waktu loading/unloading 8 Komponen kapal ditabrak oleh petikemas 9 Pencemaran udara (gas buang dari knalpot HT (Head Truck), engine CC dan kapal 10 CC Roboh dan menimpa HT 11 Sakit punggung, mata pusing (Ergonomics) 12 Loading and Unloading Containers tidak tepat lokasi 13 Kebakaran 14 Limbah oli bekas dan barang/material yang terkontaminasi oli serta gemuk 15 Pekerja/TKBM tertabrak RTG (Rubber Tyred Gantry) sewaktu loading/unloading 16 Pekerja/TKBM tertabrak Stacker, Forklift, Side Loader sewaktu loading/unloading 17 RTG Roboh 18 RTG tertabrak HT (Head Truck) 19 Stacker, Side Loader & Forklift tertabrak HT 20 Truck Loading and Truck Lossing 21 Tabrakan antar HT 22 Gate In/Out tertabrak HT Tabel 4 Klasifikasi Risiko Kategori No Risiko 1 Kapal kemungkinan akan tabrakan / bersenggolan /bersinggungan dengan kapal lain 2 Menabrak atau tertabrak perahu nelayan yang berada di alur pelayaran 4 Kapal larat/hanyut terbawa arus 6 Kapal menabrak dermaga Machine 7 Haluan kapal menabrak Container Crane (CC) 10 Komponen kapal ditabrak oleh petikemas 12 CC Roboh dan menimpa HT 14 Loading and Unloading Containers tidak tepat lokasi B-45
5 Handayani, Sari, Ayuningtias, Fatmila Kategori No Risiko 19 RTG Roboh 20 RTG tertabrak HT (Head Truck) 21 Stacker, Side Loader & Forklift tertabrak HT 22 Truck Loading and Truck Lossing 23 Tabrakan antar HT 24 Gate In/Out tertabrak HT 3 Petugas Pandu terjatuh, terjepit pada saat naik atau turun kapal Man 8 Pekerja/TKBM terpeleset, tersandung, kejatuhan benda di deck kapal Pekerja/TKBM terjatuh dari ketinggian sewaktu berada diatas petikemas pada waktu 9 loading/unloading 13 Sakit punggung, mata pusing (Ergonomics) 17 Pekerja/TKBM tertabrak RTG (Rubber Tyred Gantry) sewaktu loading/unloading 18 Pekerja/TKBM tertabrak Stacker, Forklift, Side Loader sewaktu loading/unloading Material 5 Tali kapal tunda/tali tross putus Environment 15 Kebakaran 16 Limbah oli bekas dan barang/material yang terkontaminasi oli serta gemuk B. Risk Assessment Setelah dilakukan identifikasi dan klasifikasi resiko, selanjutkan dilakukan perhitungan untuk mendapatkan risk assessment seperti disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Nilai Indeks dengan Bobot No K3 Biaya Waktu Jumlah C. Matriks Penilaian Indeks Risiko Akibat Kecelakaan Kerja Tahap selanjutnya dilakukan penilaian risiko yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja, seperti disajikan pada Tabel 6. Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa risiko akibat kecelakaan kerja ditunjukkan oleh risk agent 6, 12, 16, 2, dan 15. B-46
6 Analisis Risiko Bongkar Muat Petikemas di TPKS Tanjung Emas Semarang Menggunakan Metode Pairwise Comparison dan Probability Impact Analysis Tabel 6 Matrik Risiko Akibat Kecelakaan Kerja D. Matriks Penilaian Indeks Risiko Akibat Biaya Penilaian risiko yang diakibatkan oleh biaya, seperti disajikan pada Tabel 7. Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa risiko akibat kecelakaan kerja ditunjukkan oleh risk agent 6, 8, 15, 16, dan 5. Tabel 7 Matrik Risiko Akibat Biaya E. Matriks Penilaian Indeks Risiko Akibat Waktu Penilaian risiko yang diakibatkan oleh waktu, seperti disajikan pada Tabel 8. Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa risiko akibat kecelakaan kerja ditunjukkan oleh risk agent 2, 6, 15, 16, dan 5. Tabel 8 Matrik Risiko Waktu F. Penentuan Risiko Tertinggi Tabel 9 merupakan lima risiko tertinggi pada kegiatan bongkar muat peti kemas Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Tabel 9 Identifikasi Risiko Tertinggi No Risiko Jumlah 1 Kapal menabrak dermaga Pekerja/TKBM terpeleset, tersandung, kejatuhan benda di deck kapal Pekerja/TKBM tertabrak RTG (Rubber Tyred Gantry) sewaktu loading/unloading Petugas Pandu terjatuh, terjepit pada saat naik atau turun kapal Pekerja/TKBM tertabrak Stacker, Forklift, Side Loader sewaktu loading/unloading B-47
7 Handayani, Sari, Ayuningtias, Fatmila Tabel 10 menyajikan perencanaan penanganan (respon) terhadap risiko yang terjadi pada TPKS Tanjung Mas Semarang. Tabel 10 Respon Risiko No Risiko Penanganan 1 Kapal menabrak dermaga Transferred 2 Pekerja/TKBM terpeleset, tersandung, kejatuhan benda di deck kapal Avoidance 3 Pekerja/TKBM tertabrak RTG (Rubber Tyred Gantry) sewaktu loading/unloading Avoidance 4 Petugas Pandu terjatuh, terjepit pada saat naik atau turun kapal Avoidance 5 Pekerja/TKBM tertabrak Stacker, Forklift, Side Loader sewaktu loading/unloading Avoidance G. Mitigasi Risiko Setelah diketahui risiko tertinggi, selanjutnya dilakukan mitigasi risiko, seperti disajikan pada Tabel 11. Mitigasi risiko hanya dilakukan pada lima risiko tertinggi agar dapat dilakukan tindakan perbaikan sesegera mungkin. Risiko Kapal menabrak dermaga Pekerja/TKBM terpeleset, tersandung, kejatuhan benda di deck kapal Pekerja/TKBM tertabrak RTG (Rubber Tyred Gantry) sewaktu loading/unloading Petugas Pandu terjatuh, terjepit pada saat naik atau turun kapal Pekerja/TKBM tertabrak Stacker, Forklift, Side Loader sewaktu loading/unloading H. Analisis Tabel 11 Mitigasi Risiko Pengendalian Menggunakan semua alat navigasi yang ada di kapal Menggunakan lampu sorot (malam hari) untuk menghindari tabrakan antar perahu ataupun dermaga Menggunakan lampu sorot (malam hari) jika kondisi lampu Bouy padam Nahkoda yang akan keluar/masuk kolam pelabuhan, dalam pengoperasian kapalnya harus mengikuti saran petugas pandu Memperhatikan kekuatan arus/angin karena banyaknya kapal yang berlabuh/tambat di Rede. Memperhatikan radio panggil di stasiun pandu Memperhatikan posisi tambat/labuh Memperhatikan jarak berlabuh diantara kapal Memperhatikan posisi jangkar kapal yang lain. Pekerja/TKBM menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang diwajibkan seperti Safety Shoes, Helm Pengaman, Rompi Skotlet Pekerja/TKBM mendapatkan pelatihan handling petikemas diatas deck kapal Safety briefing /Safety Talk dilakukan setiap hari sebelum mulai bekerja atau pergantian shift Pemberian rambu rambu peringatan di deck kapal. Pekerja/TKBM menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang diwajibkan seperti Safety Shoes, Helm Pengaman, Rompi Skotlet Safety briefing /Safety Talk dilakukan setiap hari sebelum mulai bekerja atau pergantian shift Pemberian rambu rambu peringatan di area loadng/unloading Petuags pandu menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang diwajibkan seperti Safety Shoes, Helm Pengaman, Rompi Skotlet Safety briefing /Safety Talk dilakukan setiap hari sebelum mulai bekerja atau pergantian shift Pekerja/TKBM menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang diwajibkan seperti Safety Shoes, Helm Pengaman, Rompi Skotlet Safety briefing /Safety Talk dilakukan setiap hari sebelum mulai bekerja atau pergantian shift Pemberian rambu rambu peringatan di area loadng/unloading Pembatasan area/jalur khusus forklift sehingga tidak untuk jalur pejalan kaki B-48
8 Analisis Risiko Bongkar Muat Petikemas di TPKS Tanjung Emas Semarang Menggunakan Metode Pairwise Comparison dan Probability Impact Analysis Berdasarkan tahap pengolahan data, dapat diidentifikasi bahwa risiko yang terjadi pada saat kegiatan bongkar muat peti kemas berjumlah 22 risiko. Setiap risiko tersebut dicari peluang dan dampak yang terjadi terhadap ketiga variabel yaitu kecelakaan kerja, biaya, dan waktu. Selanjutnya diperoleh nilai Probability Impact Analysis dengan mengalikan nilai peluang dengan masing-masing dampak. Selanjutnya penilaian perbandingan berpasangan dilakukan dengan menggunakan metode Pairwise Comparison, sehingga didapatkan bobot dari masing-masing variabel kecelakaan kerja, biaya dan waktu adalah secara berurutan yaitu 42,857%, 42,857%, 14,286%. Kemudian masing-masing variabel tersebut dikalikan dengan bobot, dimana Indeks = Probabilitas (P) x Dampak (I) x Bobot untuk mendapatkan indeks risiko dari masing masing variabel risiko tersebut. Setelah didapatkan nilai indeks risiko kemudian dilakukan penjumlahan dari masing-masing variabel untuk mendapatkan nilai indeks risiko total. Hasil penjumlahan dari masing-masing variabel risiko keccelakaan kerja, biaya dan waktu maka didapatkan 5 nilai indeks risiko total tertinggi yaitu kapal menabrak dermaga sebesar 9.750, pekerja/tkbm terpeleset, tersandung, kejatuhan benda di deck kapal sebesar 9.286, pekerja/tkbm tertabrak RTG (Rubber Tyred Gantry) sewaktu loading/unloading sebesar 8.741, petugas pandu terjatuh, terjepit pada saat naik atau turun kapal sebesar dan pekerja/tkbm tertabrak Stacker, Forklift, Side Loader sewaktu loading/unloading sebesar Mengacu pada 5 nilai indeks risiko tertinggi, respon risiko dapat dilakukan dengan mengalihkan/transfer risiko pada pihak ketiga (pihak asuransi) untuk kegiatan kapal menabrak dermaga. Sedangkan untuk pekerja/tkbm yang bekerja diatas kapal dengan risiko terpeleset, tersandung, kejatuhan benda, pekerja/tkbm tertabrak RTG (Rubber Tyred Gantry) sewaktu loading/unloading, petugas pandu terjatuh, terjepit pada saat naik atau turun kapal, pekerja/tkbm tertabrak Stacker, Forklift, Side Loader sewaktu loading/unloading respon risiko adalah menghindari risiko dengan cara pemberian pelatihan tentang K3 khususnya kegiatan operasional bongkar muat petikemas di pelabuhan dan penempatan gambar-gambar atau ramburambu peringatan tentang bahaya kerja. Untuk kegiatan kapal berada di sepanjang alur pelayaran menuju rede terdapat risiko kapal menabrak dermaga pengendalian risiko diantaranya menggunakan semua alat navigasi yang ada di kapal, menggunakan lampu sorot (malam hari) untuk menghindari tabrakan antar perahu ataupun dermaga, serta jika kondisi lampu Bouy padam, nahkoda yang akan keluar/masuk kolam pelabuhan, dalam pengoperasian kapalnya harus mengikuti saran petugas pandu, memperhatikan kekuatan arus/angin karena banyaknya kapal yang berlabuh/tambat di Rede, memperhatikan radio panggil di stasiun pandu, memperhatikan posisi tambat/labuh, memperhatikan jarak berlabuh diantara kapal, dan memperhatikan posisi jangkar kapal yang lain. Untuk risiko pekerja/tkbm terpeleset, tersandung, kejatuhan benda di deck kapal, pekerja/tkbm tertabrak RTG (Rubber Tyred Gantry) sewaktu loading/unloading, petugas pandu terjatuh, terjepit pada saat naik atau turun kapal, dan pekerja/tkbm tertabrak Stacker, Forklift, Side Loader sewaktu loading/unloading pengendalian risiko yang dilakukan adalah dengan penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) yang diwajibkan seperti Safety Shoes, Helm Pengaman, Rompi Skotlet, Safety briefing /Safety Talk dilakukan setiap hari sebelum mulai bekerja atau pergantian shift, dan pemberian rambu rambu peringatan di area loadng/unloading. IV. PENUTUP Berdasarkan penelitian didapatkan 5 risiko dengan nilai indeks risiko total tertinggi adalah Kapal menabrak dermaga sebesar 9.750, Pekerja/TKBM terpeleset, tersandung, kejatuhan benda di deck kapal sebesar 9.286, Pekerja/TKBM tertabrak RTG (Rubber Tyred Gantry) sewaktu loading/unloading sebesar 8.741, Petugas Pandu terjatuh, terjepit pada saat naik atau turun kapal sebesar dan Pekerja/TKBM tertabrak Stacker, Forklift, Side Loader sewaktu loading/unloading sebesar Penanganan untuk risiko tinggi dengan perlakuan/tindakan atas risiko adalah perlu rencana penurunan (Mitigasi) risiko (Action Plan) menghindari risiko (Risk Avoid) dan/atau melakukan transfer risiko dan untuk Moderate maka perlakuannya adalah perlu rencana penurunan risiko dan monitoring pelaksanaan oleh pemilik risiko. DAFTAR PUSTAKA B-49
9 Handayani, Sari, Ayuningtias, Fatmila Bourne, L., dan Walker, D.H.T., (2005). Visualising and mapping stakeholder influence. Management decision, 43(5), Chen, S., Fath, B.D., dan Chen, B., (2010). Ecological risk assessment of hydropower dam construction based on ecological network analysis. Procedia Environmental Sciences 2, Liu, X., dan Wirtz, K.W., (2006). Total oil spill costs and compensations. Maritime Policy and Management, 33(1), Saaty, T.L., (1980). The Analytic Hierarchy Process, Planning, Piority Setting, Resource Allocation. McGraw-Hill, New York. Saaty, T.L., (2003). Decision-making with the AHP: Why is the principal eigenvector necessary. European Journal of Operational Research, 145(1), Wang, H., (2008). Safety Factors and Leading Indicators in Shipping Organizations: Tanker and Container Operation. Doctor of Philosophy Dissertation. Rensselaer Polytechnic Institute, Troy, New York Wang, J. dan Foinikis P., (2001). Formal Safety Assessment of Containerships. Marine Policy, 25, doi: /s x(01) B-50
PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Batasan Penelitian
PENDAHULUAN Latar Belakang Pelabuhan Tanjung Perak merupakan salah satu pelabuhan pintu gerbang di Indonesia, yang menjadi pusat kolektor dan distributor barang ke Kawasan Timur Indonesia, khususnya Propinsi
Lebih terperinciANALISIS RISIKO KEGIATAN OPERASIONAL BONGKAR MUAT PETIKEMAS DI DERMAGA NILAM TIMUR MULTIPURPOSE PELABUHAN CABANG TANJUNG PERAK SURABAYA
ANALISIS RISIKO KEGIATAN OPERASIONAL BONGKAR MUAT PETIKEMAS DI DERMAGA NILAM TIMUR MULTIPURPOSE PELABUHAN CABANG TANJUNG PERAK SURABAYA Endy Prihandono, I Putu Artama Wiguna Program Studi Magister Manajemen
Lebih terperinciTESIS Endy Prihandono NRP
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN TEKNOLOGI Bidang Keahlian Manajemen Proyek Program Pascasarjana Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 00 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. I Putu Artama Wiguna, PhD TESIS
Lebih terperinciI-1 BAB I PENDAHULUAN
I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara kepulauan, peranan pelayaran sangat penting bagi kehidupan ekonomi, sosial, pemerintahan, pertahanan/keamanan. Bidang kegiatan pelayaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan transportasi laut menjadi sektor utama yang berpengaruh dalam laju distribusi perdagangan dunia. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan volume lalu lintas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik jumlahnya maupun macamnya. Usaha-usaha dalam pembangunan sarana angkutan laut yang dilakukan sampai
Lebih terperinciDAFTAR ISTILAH. Kapal peti kemas (containership) : kapal yang khusus digunakan untuk mengangkut peti kemas yang standar.
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR ISTILAH... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciPENILAIAN RESIKO OPERASIONAL PELAYANAN BONGKAR MUAT KAPAL DI PELABUHAN DILI, TIMOR-LESTE
PENILAIAN RESIKO OPERASIONAL PELAYANAN BONGKAR MUAT KAPAL DI PELABUHAN DILI, TIMOR-LESTE Minto Basuki 1, Putu Andhi Indira Kusuma 2, Zeca Soares 3 Jurusan Teknik Perkapalan, Institut Teknologi Adhi Tama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan dua pertiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi
Lebih terperinciFAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT DI TERMINAL PETI KEMAS SEMARANG
i FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT DI TERMINAL PETI KEMAS SEMARANG SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ILO menghasilkan kesimpulan, setiap hari rata-rata orang meninggal, setara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecelakaan dan sakit di tempat kerja membunuh dan memakan lebih banyak korban jika dibandingkan dengan perang dunia. Riset yang dilakukan badan dunia ILO menghasilkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Transportasi melalui laut memainkan peran penting dalam sistem perdagangan. Berbagai jenis barang di seluruh dunia bergerak dari tempat satu ke tempat lainnya melalui laut.
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011 ANALISIS KAPASITAS PELAYANAN TERMINAL PETI KEMAS SEMARANG Bambang Triatmodjo 1 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil dan
Lebih terperinciTUGAS AKHIR TINJAUAN TURN ROUND TIME STUDI KASUS : UNIT TERMINAL PETIKEMAS I PELABUHAN TANJUNG PRIOK
TUGAS AKHIR TINJAUAN TURN ROUND TIME STUDI KASUS : UNIT TERMINAL PETIKEMAS I PELABUHAN TANJUNG PRIOK Diajukan Kepada Fakultas Teknologi Kelautan Universitas Darma Persada Untuk Memenuhi Persyaratan dalam
Lebih terperinciDAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii LEMBAR PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciBAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 1.1 Latar Belakang Sistem transportasi merupakan salah satu bagian penting bagi suatu pembangunan negara. Transportasi menjadi salah satu sektor pendukung kemajuan sistem logistik
Lebih terperinciMemprediksi Kebutuhan Alat Bongkar Muat dan Truk Melalui Metode Simulasi (Studi Kasus : Terminal Peti Kemas Semarang)
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (212) ISSN: 231-9271 1 Memprediksi Kebutuhan Alat Bongkar Muat dan Truk Melalui Metode Simulasi (Studi Kasus : Terminal Peti Kemas Semarang) Alby Diantono dan Sudiyono
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan, yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar maupun kecil. Kondisi tersebut menyebabkan sektor transportasi memiliki peranan yang
Lebih terperinciANALISIS KINERJA OPERASIONAL BONGKAR MUAT PETI KEMAS PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG
ANALISIS KINERJA OPERASIONAL BONGKAR MUAT PETI KEMAS PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG Mudjiastuti Handajani Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Semarang Jalan Soekarno-Hatta, Tlogosari,
Lebih terperinciPesawat Polonia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara maritim sekaligus negara kepulauan terbesar di dunia, tidak bisa dibantah bahwa pelabuhan menjadi cukup penting dalam membantu peningkatan
Lebih terperinciANALISIS KINERJA PELAYANAN OPERASIONAL PETI KEMAS DI PELABUHAN PANGKALBALAM KOTA PANGKALPINANG
ANALISIS KINERJA PELAYANAN OPERASIONAL PETI KEMAS DI PELABUHAN PANGKALBALAM KOTA PANGKALPINANG Abu Khusyairi Email : abu_khusyairi@yahoo.co.id Endang Setyawati Hisyam Email : hisyam.endang@gmail.com Jurusan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja. Pengemudi Angkutan Mikrolet (Studi Kasus di JL. Urip Sumohardjo
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Nasrah Jusmin (2003), Analisa Tingkat Kepuasan Penumpang Terhadap Kinerja. Pengemudi Angkutan Mikrolet (Studi Kasus di JL. Urip Sumohardjo Makasar). Studi
Lebih terperinci7. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
89 7. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pada pembahasan pada laporan ini yang mengacu pada hasil-hasil analisa data dan informasiinformasi lain yang relevan, maka dapat ditarik kesimpulan
Lebih terperinciMEMPELAJARI PERAWATAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PROSES BONGKAR MUAT PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA TANJUNG PRIOK
MEMPELAJARI PERAWATAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PROSES BONGKAR MUAT PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA TANJUNG PRIOK Disusun Oleh: Nama : Farida Vichyntia NPM : 32411706 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing
Lebih terperinciRANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN
RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN LAMPIRAN 1 i DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Istilah dan Definisi 4. Persyaratan 4.1. Kriteria dan Variabel Penilaian Pelabuhan 4.2. Pengelompokan
Lebih terperinciANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA
ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA Noor Mahmudah 1, David Rusadi 1 1 Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta E-mail: noor.mahmudah@umy.ac.id Abstrak. Pelabuhan
Lebih terperinciAnalytic Hierarchy Process
Analytic Hierarchy Process Entin Martiana INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi
Lebih terperinciPENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK)
PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK) Rudi S. Suyono 1) Abstrak Sungai merupakan salah satu prasarana yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selat Madura merupakan jalur pelayaran paling padat di wilayah Indonesia timur. Tahun 2010 lalu alur selat Madura dilintasi 30.000 kapal per tahun, sementara pada tahun
Lebih terperinciANALISIS RANTAI PASOK SEMEN DI PAPUA BARAT
ANALISIS RANTAI PASOK SEMEN DI PAPUA BARAT Yandra Rahadian Perdana Jurusan Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Jl. Marsda Adisucipto No. 1 Yogyakarta yrperdana@gmail.com Abstrak
Lebih terperinciPROPOSAL TUGAS AKHIR (LK 1347)
PROPOSAL TUGAS AKHIR (LK 1347) Fm : 01 I. RINGKASAN 1. PENGUSUL a. Nama : Kusuma Satya Perdana b. NRP : 4103 100 031 c. Semester / Tahun Ajaran : Genap, 2008 / 2009 d. Semester yg ditempuh : 12 (Dua Belas)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1.1 Pengertian Pelabuhan Pelabuhan (port) adalah daerah perairan yang terlindungi terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat kaya. Hal ini berarti akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi kekayaan alam maupun
Lebih terperinciPenentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP)
Penentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP) Agung Baitul Hikmah 1, Herlan Sutisna 2 1 AMIK BSI Tasikmalaya e-mail: agung.abl@ac.id 2 Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar dengan biaya rendah merupakan keungggulannya. selayaknya memiliki keunggulan di sektor maritim. Salah satu bagian penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayaran memiliki peran penting dalam perdagangan antar negara saat ini. Kemampuan kapal-kapal besar yang mampu mengangkut barang dalam jumlah besar dengan biaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara kepulauan/maritim, sehingga peranan pelayaran sangat penting bagi kehidupaan sosial, ekonomi, pemerintahan, hankam dan sebagainya. Sarana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan jasa pelayanan bongkar dan muat peti kemas yang terletak di wilayah Pelabuhan Tanjung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN pulau. Dan Indonesia adalah Negara Maritim. Oleh sebab transportasi laut sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan 735.355 mill persegi yang terdiri dari 17.000 pulau. Dan Indonesia adalah Negara Maritim. Oleh sebab transportasi laut sangat
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5742 KEUANGAN. PPN. Jasa Kepelabuhanan. Perusahaan Angkutan Laut. Luar Negeri. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 220). PENJELASAN ATAS
Lebih terperinciMancalaAHP: Game Tradisional Mancala Berbasis Analytic Hierarchy Process
MancalaAHP: Game Tradisional Mancala Berbasis Analytic Hierarchy Process Chandra Kusuma Dewa Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia Jl. Kaliurang Km 14 Yogyakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Pemahaman Judul Tanjung Emas Container (Peti Kemas) Apartement
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pemahaman Judul Tanjung Emas Tanjung Emas adalah suatu kawasan pelabuhan yang berada di daerah pesisir utara jawa, dan berada disebelah utara kawasan kota Semarang. Pelabuhan yang
Lebih terperinciSesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)
Mata Kuliah :: Riset Operasi Kode MK : TKS 4019 Pengampu : Achfas Zacoeb Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process) e-mail : zacoeb@ub.ac.id www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Hp. 081233978339 Pendahuluan AHP
Lebih terperinciAnalisa Resiko Tubrukan Kapal Tanker Secara Dinamik Pada Alur. Menggunakan Traffic Based Model. Oleh: Andrew Pradana Putra
Analisa Resiko Tubrukan Kapal Tanker Secara Dinamik Pada Alur Pelayaran Selat Madura Dengan Menggunakan Traffic Based Model Oleh: Andrew Pradana Putra 4208 100 002 Latar Belakang Selat Madura merupakan
Lebih terperinciPeralihan Moda Transportasi Jasa Pengiriman Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP): Studi Kasus PT. XYZ
Performa (2016) Vol. 15, No.2: 154-159 Peralihan Moda Transportasi Jasa Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP): Studi Kasus PT. XYZ Yuliyani Nur Angraini 1), Meilani Rosita 2), dan Amalia
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Perusahaan PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) selanjutnya disingkat Pelindo IV merupakan bagian dari transformasi sebuah perusahaan yang dimiliki pemerintah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Asia dan Australia), jelas ini memberikan keuntungan bagi negara indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia dari sudut pandang geografis terletak di daerah katulistiwa, terletak diantara dua samudra (Hindia dan Pasifik) dan dua benua (Asia dan Australia),
Lebih terperinciArif Mulyasyah NRP Dosen Pembimbing Ir. Sudiyono Kromodihardjo Msc. PhD
MENINGKATKAN KINERJA PELAYANAN BONGKAR MUAT DENGAN PENAMBAHAN UNIT HARBOUR MOBILE CRANE (HMC) MELALUI METODE SIMULASI (STUDY KASUS PT. BERLIAN JASA TERMINAL INDONESIA) Arif Mulyasyah NRP. 2107.100.097
Lebih terperinciPENILAIAN KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN TELUK BAYUR CAPACITY ASSESMENT OF CONTAINER TERMINAL AT TELUK BAYUR PORT
ISSN 2355-4721 Penilaian Kapasitas Terminal Peti Kemas Pelabuhan Teluk Bayur PENILAIAN KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN TELUK BAYUR CAPACITY ASSESMENT OF CONTAINER TERMINAL AT TELUK BAYUR PORT Ratna
Lebih terperinciTATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN,
TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, dalam
Lebih terperinciUsulan Perbaikan Sistem Handling Cargodoring Di Pelabuhan Peti Kemas Untuk Meminimalkan Biaya Distribusi Logistik
Usulan Perbaikan Sistem Handling Cargodoring Di Pelabuhan Peti Kemas Untuk Meminimalkan Biaya Distribusi Logistik 1 Dwi Indah Maryanie, 2 Wahyudi Sutopo 1 Asisten Laboratorium Sistem Logistik dan Bisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. barang dari satu tempat ketempat lainnya yang diangkut melalui jalur transportasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pelabuhan merupakan tempat untuk melaksanakan kegiatan pemindahan barang dari satu tempat ketempat lainnya yang diangkut melalui jalur transportasi laut yang prosesnya
Lebih terperinciAnalisa dan Estimasi Penurunan Risiko dengan Job Safety Analysis pada Departemen Warehouse
Petunjuk Sitasi: Yuniarti, R., & Prameswari, A. D. (2017). Analisa dan Estimasi Penurunan Risiko dengan Job Safety Analysis pada Departemen Warehouse. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. B250-258). Malang:
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PENYERAHAN JASA KEPELABUHANAN TERTENTU KEPADA PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT YANG MELAKUKAN KEGIATAN
Lebih terperinciANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (STUDI KASUS PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT SEMARANG)
ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (STUDI KASUS PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT SEMARANG) Rani Rumita *, Susatyo Nugroho W.P., Sari Veronica Jantitya
Lebih terperinciSTUDI PENANGANAN PETIKEMAS IMPOR DAN DAMPAKNYA BAGI ANTREAN TRUK (STUDI KASUS : TERMINAL PETI KEMAS SURABAYA)
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271) 1 STUDI PENANGANAN PETIKEMAS IMPOR DAN DAMPAKNYA BAGI ANTREAN TRUK (STUDI KASUS : TERMINAL PETI KEMAS SURABAYA) Wenny Ananda Larasati,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PENYERAHAN JASA KEPELABUHANAN TERTENTU KEPADA PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT YANG MELAKUKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti AFTA (ASEAN Free Trade Area), APEC( Asia Pacific Economic
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi akan membawa dampak terhadap perubahan tatanan kehidupan global. Berbagai kesepakatan yang bersifat regional dan multilateral seperti AFTA (ASEAN Free
Lebih terperinciUSULAN PERBAIKAN KECELAKAAN KERJA DI TERMINAL PETIKEMAS KOJA BERDASARKAN METODE FMEA (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS)
USULAN PERBAIKAN KECELAKAAN KERJA DI TERMINAL PETIKEMAS KOJA BERDASARKAN METODE FMEA (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS) Disusun Oleh: Annisa Alfani Biyanni 30411950 Pembimbing: I. Dr. Ir. Budi Hermana,
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN UMUM Kegiatan kenavigasian mempunyai peranan penting dalam mengupayakan keselamatan berlayar guna mendukung
Lebih terperinciPenentuan Prioritas Pengembangan Sentra Industri Kecil Batik yang Ramah Lingkungan sebagai Produk Unggulan di Bangkalan
Penentuan Prioritas Pengembangan Sentra Industri Kecil Batik yang Ramah Lingkungan sebagai Produk Unggulan di Bangkalan Ernaning Widiaswanti Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Trunojoyo
Lebih terperinciMEMPELAJARI PERENCANAAN BANYAKNYA BONGKAR MUAT PETIKEMAS BERJENIS DRY (FULL DAN HIGH CUBE) DAN OVER DIMENTION PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA
MEMPELAJARI PERENCANAAN BANYAKNYA BONGKAR MUAT PETIKEMAS BERJENIS DRY (FULL DAN HIGH CUBE) DAN OVER DIMENTION PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA Disusun oleh: Femila Gita Ferninda 32411806 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
Lebih terperinciP E N J E L A S A N A T A S PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG KENAVIGASIAN
P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG KENAVIGASIAN I. UMUM Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai terpanjang
Lebih terperinciAnalisa Pemilihan Supplier Sebagai Komponen Pendukung. Produksi PT. XYZ menggunakan Metode Analytic Hierarchy. Process (AHP)
Analisa Pemilihan Supplier Sebagai Komponen Pendukung Produksi PT. XYZ menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) Disusun Oleh : Citra Asmarani Anom Putri 41613110098 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
Lebih terperinciSTUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat dan hidayah-nya kami dapat menyusun Studi Penyusunan Konsep Kriteria Di Bidang Pelayaran. ini berisi penjabaran Kerangka
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan yang sangat luas. Sebagai negara maritim luas wilayah laut yang mencakup wilayah pesisir dan lautannya memiliki luas 5,8
Lebih terperinciANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX
ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX Daniar Dwi Pratiwi 1, Erwin Budi Setiawan 2, Fhira Nhita 3 1,2,3 Prodi Ilmu Komputasi
Lebih terperinciSL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah
No. Responden : KUESIONER PENELITIAN KEPATUHAN PENGGUNAAN APD, PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PEKERJAAN KONSTRUKSI PEKERJA KONSTRUKSI DAN SIKAP TERHADAP PENGGUNAAN APD DI PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN U-RESIDENCE
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKSI (Persero) PELABUHAN INDONESIA II NOMOR HK.56/2/25/PI.II-02 TANGGAL 28 JUNI 2002
KEPUTUSAN DIREKSI (Persero) PELABUHAN INDONESIA II NOMOR HK.56/2/25/PI.II-02 TANGGAL 28 JUNI 2002 TENTANG TARIF PELAYANAN JASA PETIKEMAS PADA TERMINAL PETIKEMAS DI LINGKUNGAN PT (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA
Lebih terperinciPENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN JENIS KEGIATAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DI PT. SPIL
PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN JENIS KEGIATAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DI PT. SPIL Penelitian Thesis dilakukan di PT. SPIL. PT. SALAM PACIFIC INDONESIA LINES sebagai sebuah perusahaan dalam pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lebih dari satu dekade lalu, para pemimpin Asean sepakat membentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Lebih dari satu dekade lalu, para pemimpin Asean sepakat membentuk sebuah pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara pada akhir tahun 2015 atau Asean Economic Comunity
Lebih terperinciOPTIMASI KINERJA TERMINAL PETI KEMAS KOJA MELALUI PENGADAAN TRANSFER POINT DAN PENGATURAN ALUR HEADTRUCK CHASSIS
OPTIMASI KINERJA TERMINAL PETI KEMAS KOJA MELALUI PENGADAAN TRANSFER POINT DAN PENGATURAN ALUR HEADTRUCK CHASSIS Oleh: Adhitya Muakbar dan Sunaryo Abstrak Pelayanan jasa kontenerisasi semakin menjanjikan
Lebih terperinciOCKY NOOR HILLALI
OCKY NOOR HILLALI 2407100045 Dosen Pembimbing I: Dr. Ir. AULIA SITI AISJAH, MT Dosen Pembimbing II: Dr. Ir. AGOES A. MASROERI, M. Eng JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI
Lebih terperinciPenerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg
Prosiding INSAHP5 Semarang,14 Mei 2007 ISBN :... Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg Evi Yuliawati Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. pertumbuhan industry dan perdagangan serta merupakan segmen usaha yang dapat
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan dalam aktivitasnya mempunyai peran penting dan strategis untuk pertumbuhan industry dan perdagangan serta merupakan segmen usaha yang dapat memberikan kontribusi
Lebih terperinciANALISA KEGIATAN BONGKAR MUAT PADA PT. TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA UNTUK MEMPERCEPAT PROSES BONGKAR MUAT
ANALISA KEGIATAN BONGKAR MUAT PADA PT. TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA UNTUK MEMPERCEPAT PROSES BONGKAR MUAT Moses Laksono Singgih Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN [LN 2008/64, TLN 4846]
UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN [LN 2008/64, TLN 4846] BAB XIX KETENTUAN PIDANA Pasal 284 Setiap orang yang mengoperasikan kapal asing untuk mengangkut penumpang dan/atau barang antarpulau
Lebih terperinciRANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA LOKASI PELABUHAN UTAMA HUB INTERNASIONAL
PENETAPAN KRITERIA LOKASI PELABUHAN UTAMA HUB INTERNASIONAL LAMPIRAN 3 i DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Istilah dan Definisi 4. Persyaratan 4.1. Persyaratan Utama 4.2. Bobot setiap aspek Kriteria
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan peningkatan yang significan tiap tahunnya, hal ini nyata dilihat sejak digulirnya konsep otonomi
Lebih terperinciSTRATEGI PELABUHAN PANJANG SEBAGAI MAIN PORT DIKAWASAN SUMATERA BAGIAN SELATAN : STUDI BANDING DENGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK
STRATEGI PELABUHAN PANJANG SEBAGAI MAIN PORT DIKAWASAN SUMATERA BAGIAN SELATAN : STUDI BANDING DENGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK Devi Arnita 1), Suzi Heti Kurnia ) 1) Teknik Perkapalan, Sekolah Tinggi Ilmu
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493]
UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493] BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 100 (1) Barangsiapa dengan sengaja merusak atau melakukan tindakan apapun yang mengakibatkan tidak
Lebih terperinciPaparan Publik Tahunan PT ICTSI JASA PRIMA Tbk Tahun 2013
Paparan Publik Tahunan Tahun 2013 Selasa, 17 Desember 2013 Meeting Room 2 PT ICTSI Jasa Prima Tbk Graha Kirana Lt.7, Suite 701, Jl. Yos Sudarso 88, Jakarta Utara 17/12/2013 1 GAMBARAN UMUM PERSEROAN 17/12/2013
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinjauan Umum Pada bagian ini akan dilakukan analisis dan pembahasan mengenai proses dari manajemen risiko yaitu identifikasi risiko, kemudian dilanjutkan proses pemeringkatan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tempat kerja memiliki risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya risiko yang terjadi tergantung pada jenis industri, teknologi yang digunakan serta pengendalian
Lebih terperinciPENGUKURAN DAN MANAJEMEN RISIKO DI PELABUHAN
PENGUKURAN DAN MANAJEMEN RISIKO DI PELABUHAN Oleh: Muhammad Ulil Albab Assistant Researcher at Islamic University of Indonesia Kapal yang berada dipelabuhan memanglah aman namun bukan itu tujuan kapal
Lebih terperinciANALISIS KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN PONTIANAK
ANALISIS KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN PONTIANAK Aris Purnomo 1) Slamet Widodo 2)., Komala Erwan 2) Abstrak sebagai gerbang perekonomian di Propinsi Kalimantan Barat mempunyai dermaga dan terminal
Lebih terperinciAnalytic Hierarchy Process (AHP) dan Perhitungan Contoh Kasus AHP
Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Perhitungan Contoh Kasus AHP Analytic Hierarchy Process atau AHP dikembangkan oleh Prof. Thomas L. Saaty sebagai algoritma pengambilan keputusan untuk permasalahan
Lebih terperinciIdentifikasi Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) dan Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Berdasarkan OHSAS (Studi Kasus di PT. Vopak Terminal Merak)
Identifikasi Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) dan Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Berdasarkan OHSAS 18001 (Studi Kasus di PT. Vopak Terminal Merak) Siska Sastika Dewi 1, Yayan Harry Yadi 2, Wahyu Susihono
Lebih terperinciPENGARUH PENERAPAN SAFETY MANAGEMENT TERHADAP KINERJA PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SKRIPSI
PENGARUH PENERAPAN SAFETY MANAGEMENT TERHADAP KINERJA PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SKRIPSI Oleh NIA TRI WIJAYANTI 04 03 01 049 6 DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah perusahaan dalam melakukan aktivitas kontruksi harus memenuhi unsur keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam kegiatan konstruksi kecelakaan dapat terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. intermoda, dan berbagai jasa bongkar muat penunjang lainnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Berlian Jasa Terminal Indonesia (PT BJTI) merupakan anak perusahaan dari PT Pelabuhan Indonesia III (Persero). PT BJTI Sejak tahun 2002 dipercaya mengelola
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN. PT. Berlian Jasa Terminal Indonesia (PT. BJTI) adalah perusahaan
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Berlian Jasa Terminal Indonesia (PT. BJTI) adalah perusahaan dengan bisnis utama di bidang jasa bongkar muat di pelabuhan Tanjung Perak. PT. BJTI merupakan
Lebih terperinciKuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016
1 Kuliah 11 Metode Analytical Hierarchy Process Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi METODE AHP 2 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Analytical Network Process (ANP) dapat digunakan
Lebih terperinciANALISIS PENGOPERASIAN PADA OPERATOR RUBBER TYRED GANTRY (RTG) di TERMINAL PETI KEMAS SEMARANG
ANALISIS PENGOPERASIAN PADA OPERATOR RUBBER TYRED GANTRY (RTG) di TERMINAL PETI KEMAS SEMARANG Kevin Yudhistira Pribadi, Ekawati, Baju Widjasena Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan
Lebih terperinciANALISA RISIKO K3 DENGAN PENDEKATAN HAZARD AND OPERABILITY STUDY (HAZOP)
Teknika : Engineering and Sains Journal Volume 1, Nomor 1, Juni 2017, 41-46 ISSN 2579-5422 online ISSN 2580-4146 print ANALISA RISIKO K3 DENGAN PENDEKATAN HAZARD AND OPERABILITY STUDY (HAZOP) Dini Retnowati
Lebih terperinciMEMILIH METODE ASSESMENT DALAM MATAKULIAH PENERBITAN DAN PEMROGRAMAN WEB MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Abstract Migunani Program Studi Sistem Informasi STMIK PROVISI, Semarang miguns25@yahoo.com This paper discusses how to choose the method of assessment or evaluation of students in a course of study publication
Lebih terperinciLaporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Undang Undang 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, dalam ketentuan umum dinyatakan bahwa keselamatan dan keamanan pelayaran adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dan keamanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alur pelayaran merupakan salah satu fasilitas pokok dari peruntukan wilayah perairan sebuah pelabuhan dan memiliki peranan penting sebagai akses keluar dan/atau masuk
Lebih terperinci7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT. Pendahuluan
73 7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT Pendahuluan Selama ini jalur pengiriman kontainer dari Indonesia ke luar negeri diarahkan ke Pelabuhan Singapura atau Port
Lebih terperinciPENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE
PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE Nunu Kustian Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Matematika dan IPA Email: kustiannunu@gmail.com ABSTRAK Kebutuhan
Lebih terperinci