PERILAKU KAWIN KUPU-KUPU Papilio peranthus (Lepidoptera : Papilionidae) DI KANDANG PENANGKARAN. (Skripsi) Oleh Luna Lukvitasari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERILAKU KAWIN KUPU-KUPU Papilio peranthus (Lepidoptera : Papilionidae) DI KANDANG PENANGKARAN. (Skripsi) Oleh Luna Lukvitasari"

Transkripsi

1 ii PERILAKU KAWIN KUPU-KUPU Papilio peranthus (Lepidoptera : Papilionidae) DI KANDANG PENANGKARAN (Skripsi) Oleh Luna Lukvitasari JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

2 ii ABSTRAK PERILAKU KAWIN KUPU-KUPU Papilio peranthus (Lepidoptera : Papilionidae) DI KANDANG PENANGKARAN Oleh Luna Lukvitasari Perilaku kawin merupakan bagian dari perkembangbiakan kupu-kupu dan merupakan hal penting untuk diketahui guna melestarikan kupu-kupu. Kupu-kupu Papilio peranthus merupakan kupu-kupu Papilionidae dengan sayap berwarna hitam dan biru metalik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku kawin kupu-kupu P. peranthus di kandang penangkaran. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2016 di Taman Kupu-kupu Gita Persada Lampung. Bahan penelitian yang digunakan berupa 16 ekor kupu kupu P. peranthus virgin hasil penangkaran dengan rincian delapan ekor kupu-kupu jantan dan delapan ekor kupu-kupu betina. Metode penelitian menggunakan metode observasi dengan mengamati secara terpisah perilaku kawin dengan empat seri perlakuan pelepasan hewan uji ke kandang penangkaran, yaitu (1, 1 ), (3, 3 ), ( 3, 1 ) dan (1, 3 ). Hasil dianalisis dengun menggunakan ethogram. Perilaku kawin kupu-kupu P. peranthus memiliki empat tahapan kawin, yaitu menemukan dan mengenali pasangan, percumbuan, kawin dan pasca kawin. Pada tahap menemukan dan mengenali pasangan, rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh kupu-kupu adalah ± 15ꞌ 03ꞌꞌ. Setelah kupu-kupu menemukan dan mengenali pasangan, kupu-kupu akan melakukan percumbuan dengan ratarata waktu ± 3ꞌ 64ꞌꞌ. Pada saat kawin kupu-kupu P. peranthus membutuhkan waktu rata-rata ± 56ꞌ 21 ꞌꞌ. Pasca kawin, kupu-kupu P. peranthus akan melakukan aktivitasnya masing-masing seperti makan dan bertelur sehingga membutuhkan waktu ± 374ꞌ 18ꞌꞌṖerilaku kawin kupu-kupu P. peranthus adalah monogami. Hasil penelitian menunjukkan semakin banyak jumlah kupukupu yang dikawinkan di dalam kandang penangkaran, maka semakin panjang durasi yang dibutuhkan dalam masing-masing tahapan perilaku kawin. Kata kunci : Kupu-kupu, Papilio peranthus, Kandang penangkaran

3 PERILAKU KAWIN KUPU-KUPU Papilio peranthus (Lepidoptera : Papilionidae) DI KANDANG PENANGKARAN Oleh Luna Lukvitasari Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SAINS Pada Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

4

5

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 12 Desember 1994, sebagai anak Pertama dari dua bersaudara, buah cinta dari pasangan Bapak Mayardi, ST dan Ibu Sri Hartati. Penulis mulai menempuh pendidikan pertamanya di Taman Kanak-Kanak (TK) Al- Azhar 4 Bandar Lampung pada tahun Pada tahun 2000, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Al-Azhar 1 Bandar Lampung. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun Setelah itu, pada tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SM) Al-Kautsar Bandar Lampung. Pada tahun 2012, penulis tercatat sebagai salah satu mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Lampung melalui Jalur Tertulis SNMPTN. Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Sains Dasar, Biologi Umum, Entomologi dan Struktur Perkembangan Hewan di Jurusan Biologi. Penulis juga aktif di beberapa organisasi dan komunitas Provinsi Lampung, diantaranya Organisasi Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) FMIPA Unila sebagai Anggota Bidang Kaderisasi dan Kepemimpinan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Matematika

7 dan Ilmu Pengetahuan Alam (BEM FMIPA) Unila Sebagai Kepala Deputi Pengembangan Sains dan Lingkungan Hidup (PSLH) Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEM U KBM) Unila sebagai Anggota Kementrian Hukum Advokasi dan Perundang-undangan (Kemenhan). Komunitas Earth Hour Lampung sebagai Bendahara Kota, Provinsi Lampung. Saat menjadi mahasiswa penulis pernah memperoleh beasiswa PPA/BBP. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata pada bulan Juli - September 2015 di Tunas Asri, Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat. Pada tahun 2016 bulan Januari - Maret, penulis melaksanakan Kerja Praktik di Taman Kupu-Kupu Gita Persada, Lampung dengan judul Pembibitan dan Pemeliharaan Tanaman Pakan Larva Kupu-kupu Papilio peranthus di Taman Kupu-kupu Gita Persada.

8 Bismillahirohmannirohim Alhamdulillahirobil alamin, dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang, kupersembahkan hasil karya kecilku ini kepada : Ibunda Sri Hartati tersayang, tercinta, yang selalu mengiringi langkahku dengan doa dan restumu, yang selalu menguatkan aku dikala aku berada pada titik terendah dalam hidup. Terimakasih atas segala cinta dan kasih sayangmu kepadaku ma, sehingga aku dapat berdiri tegar dan dewasa dalam menghadapi segala hal. Ayahanda Mayardi, ST., tersayang, tercinta, yang selalu mengajarkanku kerja keras dan mandiri dalam segala hal, yang selalu mengulurkan tangan dikala aku terjatuh. Terimakasih selalu mengiringi langkahku dengan doa dan kerja kerasmu pa, kesabaran dan cinta kasihmu membuatku mengerti akan adanya ketulusan yang murni. Adikku Fausta Herlambang tersayang, terimakasih selalu memberikan keceriaan dan semangat dikala aku merasa lelah. Semoga kelak kamu dapat menjadi orang yang sukses dan dapat membuat bahagia serta bangga kepadamu Seseorang yang kelak akan menjadi pendamping hidupku.

9 Happiness is a choice, not a result. Nothing will make you happy until you choose to be happy. No person will make you happy unless you decide to be happy. Your happiness will not come to you. It can only came from you (Ralph Marston) Jangan Mengeluh bila ujianmu berat, bersyukurlah karena kamu sedang diperkuat (Luna Lukvitasari) Aku Tidak Sebaik yang Engkau Ucapkan, tetapi Aku Tidak Seburuk Apa yang Terlintas di Hatimu (Ali Bin Abi Thalib)

10 SANWACANA Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT dengan segala karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan salah satu syarat dalam menempuh pendidikan strata satu dalam bidang sains yaitu skripsi yang berjudul PERILAKU KAWIN KUPU- KUPU Papilio peranthus (Lepidoptera : Papilionidae) DI KANDANG PENANGKARAN. Dengan terselesaikannya skripsi ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Kedua orangtuaku tercinta, Mayardi, ST dan S. Hartati Soedarto terima kasih yang teramat dalam atas doa, kasih sayang, kesabaran, semangat, dukungan, dan nasehatnya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. 2. Adikku tersayang, Fausta Herlambang yang selalu memberikan bantuan, dukungan, keceriaan dan motivasi hingga terselesaikannya skripsi ini 3. Ibu Dr. Herawati Soekardi, M.S., selaku pembimbing I yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan memberikan arahan, saran, motivasi, serta kepercayaan bagi penulis hingga terselesainya skripsi ini.

11 4. Ibu Nismah Nukmal, Ph.D., selaku pembimbing II yang telah membantu, membimbing dengan penuh kesabaran, dan memberikan nasihat, arahan, motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Drs. M. Kanedi, M.Si., selaku pembahas yang telah banyak memberikan saran dan bantuan dalam pelaksanaan dan perbaikan skripsi ini. 6. Ibu Nismah Nukmal, Ph.D., selaku Pembimbing Akademik atas kesabaran, cinta dan kasih sayangnya selayaknya seorang ibu bagi penulis dalam menempuh pendidikan di Jurusan Biologi. 7. Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. 8. Prof. Warsito, S.Si., DEA., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. 9. Bapak dan ibu Dosen Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unila terimakasih atas ilmu, bimbingan, dan bantuannya kepada penulis. 10. Karyawan dan staff Laboran Jurusan Biologi serta seluruh pihak, terima kasih yang sebesar-besarnya telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 11. Sahabat dan partner terbaik Williyanda Rio Frastowo, S.A.B., terimakasih atas segala bantuan, dukungan, keceriaan, kesabaran, perhatian, motivasi, kasih sayang dan doanya bagi penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. 12. Teman terbaik (Anes Yuwita, Andreina Tifany Yuz, Gita Oxtaria, Ninda Eka Andini OJ, Empratikta Zulpicha, Chandra Mustofa, Dimas Putra Suendra) terimakasih atas dukungan, motivasi, saran, kebersamaan baik suka dan duka, dan semangat dari dulu hingga sekarang untuk penulis.

12 13. Adik-adik kesayangan M. Roynaldi Prabowo dan Osline Cindelege O.P terimakasih atas kebersamaan dan keceriaannya bagi penulis. 14. Teman-teman KKN Arum Nilasari, Fransiska Meiliyana, Ivan Alfatih, M. Chalid Fansury, Netti Handayani, Rizky Aptriani terimakasih atas Kebersamaan, pengalaman, canda tawa, suka duka dan kebersamaan dari penulis melaksanakan KKN hingga terselesaikannya skripsi ini. 15. Teman-teman Earth Hour Lampung, Sivam, Winal, Rio, Dharma, Aji, Andri, Isol, Panji, Yogi, Meli, terimakasih atas bantuan dan kebersamaannya yang luar biasa bagi penulis. 16. Pimpinan dan keluarga besar BEM FMIPA Unila,terimakasih atas pengalaman, kerjasamana, canda tawa, suka duka dan kebersamaannya yang luar biasa bagi penulis. 17. Keluarga besar Kemenhan BEM U KBM Unila Kak Luthfi, Kak Aji, Mba Tata, Machfudz, Vita, Dina, Trinita, Jajang, Rudi, Priyan, Lutfi terimakasih atas pengalaman, kerjasamana, canda tawa, suka duka dan kebersamaannya yang luar biasa bagi penulis. 18. Seluruh sahabat seperjuangan dan keluarga Biologi angkatan 2012 yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Terimakasih atas dukungan, bantuan, saran, semangat, dan kebersamaan untuk penulis. 19. Kakak tingkat 2008, 2009, 2010, adik-adik tingkat 2013, 2014, 2015 dan seluruh Wadya Balad HIMBIO terimakasih atas kebersamaan dan pembelajaran yang sangat berarti bagi penulis.

13 20. Keluarga Besar Taman Kupu-Kupu Gita Persada, terimakasih atas pembelajaran dan pengalaman selama melaksanakan kerja praktik dan penelitian. 21. Almamater Tercinta. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap hasil tulisan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi banyak pihak. Wassalamualaikum Wr. Wb. Bandar Lampung, 2016 Penulis, Luna Lukvitasari

14 i DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Pemikiran... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA Kupu-kupu Morfologi Kupu-kupu Perilaku Harian Kup-kupu Perilaku Kawin Kupu-kupu Klasifikasi dan Gambaran Umum Papilio peranthus Morfologi Papilio peranthus III. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Pelaksanaan Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan V. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 46

15 ii DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Perilaku kawin kupu-kupu Papilio peranthus Tabel 2. Perilaku kawin sepasang kupu-kupu P. peranthus Tabel 3. Perilaku kawin tiga pasang kupu-kupu P. peranthus Tabel 4. Perilaku kawin tiga ekor kupu-kupu P. peranthus jantan, satu ekor kupu-kupu P. peranthus betina Tabel 5. Perilaku kawin satu ekor kupu-kupu P. peranthus jantan, tiga ekor kupu-kupu betina v

16 iii DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Clausena excavata Gambar 2. Kupu-kupu Papilio peranthus Gambar 3. Abdomen kupu-kupu P. peranthus jantan dan betina (a) Clasper (b) Ovipositor Gambar 4. Bagan alir penelitian perilaku kawin kupu-kupu P. peranthus Gambar 5. Menemukan dan mengenali pasangan (1, 1 ) Gambar 6. Proses percumbuan kupu-kupu P. peranthus (1, 1 ) Gambar 7. Posisi kawin kupu-kupu P. peranthus (1, 1 ) Gambar 8. Kupu-kupu P. peranthus betina menghisap nektar pasca kawin.. 26 Gambar 9. Ethogram perilaku kawin 1 ekor kupu-kupu dan 1 ekor kupukupu Gambar 10.Menemukan dan mengenali pasangan (3, 3 ) Gambar 11.Proses percumbuan kupu-kupu P. peranthus ( A dan B ) pada pengamatan (3, 3 ) Gambar 12.Posisi kawin kupu-kupu P. peranthus ( A dan B ) pada pengamatan (3, 3 ) Gambar 13.Kupu-kupu P. peranthus B menghisap nektar pasca kawin Gambar 14.Ethogram perilaku kawin 3 ekor kupu-kupu dan 3 ekor kupukupu Gambar 15.Menemukan dan mengenali pasangan ( A C dan ) pada pengamatan(3, 1 ) Gambar 16.Proses percumbuan kupu-kupu P. peranthus ( C dan ) pada pengamatan (3, 1 ) Gambar 17.Posisi kawin kupu-kupu P. peranthus ( C dan ) pada pengamatan (3, 1 )... 34

17 iv Gambar 18.Kupu-kupu P. peranthus menghisap nektar setelah kawin Gambar 19.Ethogram perilaku kawin 3 ekor kupu-kupu dan 1 ekor kupukupu Gambar 20.Menemukan dan mengenali pasangan pada pengamatan (1, 3 ) Gambar 21.Proses percumbuan kupu-kupu P. peranthus ( dan B) pada pengamatan (1, 3 ) Gambar 22.Posisi kawin kupu-kupu P. peranthus ( dan B) pada pengamatan (1, 3 ) Gambar 23.Kupu-kupu P. peranthus betina menghisap nektar setelah kawin.. 39 Gambar 24.Ethogram perilaku kawin 1 ekor kupu-kupu dan 3 ekor kupukupu... 40

18 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kupu-kupu merupakan salah satu serangga yang keberadaannya penting di alam sebagai penyerbukan tumbuhan berbiji (Busnia, 2006). Kupu-kupu berperan sebagai polinator pada proses penyerbukan bunga, sehingga membantu perbanyakan tumbuhan secara alami dalam suatu ekosistem. (Rizal, 2007). Jika jenis kupu-kupu dapat berperan sebagai penyerbuk tanaman buah atau tanaman potensial lainnya, maka keberadaan kupu-kupu sangat diperlukan dalam membantu produksi tanaman (Soekardi, 2000). Kupu-kupu digolongkan ke dalam Ordo Lepidoptera dengan Subordo Rhopalocera. Salah satu famili dari Lepidoptera adalah Papilionidae. Pallister (1999) mengatakan bahwa pada umumnya kupu-kupu Papilionidae menempati kawasan tropis tetapi ada juga yang terdapat di kawasan subtropis dan iklim sedang. Kupu-kupu famili Papilionidae sebagian besar merupakan jenis yang berukuran besar dengan pola warna dominan yang indah. Beberapa jenis memiliki sayap belakang yang memanjang membentuk bangunan mirip ekor (Noerdjito, 2003).

19 2 Salah satu ciri makhluk hidup adalah berkembang biak. Oleh sebab itu, makhluk hidup memiliki cara masing-masing untuk dapat memperbanyak diri dan untuk dapat bertahan di dunia (Organisasi, 2010). Proses kawin merupakan bagian dari perkembangbiakan kupu-kupu dan merupakan hal penting untuk melestarikan kupu-kupu, karena lama hidup kupu-kupu hanya satu sampai dua minggu (Scott, 1974). Pada kupu-kupu Troides helena betina biasanya hanya kawin sekali selama hidupnya karena di dalam tubuh kupu-kupu T. helena betina terdapat spermateka yang hanya dapat diinjeksi satu kali oleh kupu-kupu T. helena jantan (Oktarini, 2011). Menurut Soekardi (2015) kupu-kupu Papilio peranthus merupakan kupukupu dari Sumatera dan termasuk ke dalam famili Papilionidae yang bagian bawah sayapnya membentuk seperti ekor swallowtail. Secara morfologi, sayap kupu-kupu P. peranthus merupakan efek pencampuran warna hijau dan biru yang berasal dari lapisan struktur sisik yang menutupi sayap. Perbedaan campuran warna antara warna hijau dan biru yang dihasilkan dikaitkan dengan degradasi warna di sayap kupu-kupu (Liu et al, 2010). Smart (1975) mengatakan kupu-kupu P. peranthus hanya terdapat di pulau Jawa. Namun menurut Soekardi (2015) kupu-kupu P. peranthus dapat di jumpai di Pulau Tegal dan sudah dapat dikonservasi di Taman Kupu-kupu Gita Persada, Lampung.

20 3 Kupu-kupu P. peranthus merupakan kupu-kupu yang indah dan jarang ditemukan. Selain itu, di dalam ekosistem, kupu-kupu P. peranthus merupakan penyedia makanan karena perannya sebagai herbivora dan juga sumber makanan bagi hewan-hewan karnivora. Peranan dan keberadaannya inilah yang mendukung alasan dilakukannya pengamatan perilaku kawin sebagai salah satu usaha konservasi kupu-kupu P. Peranthus. Akan tetapi pengamatan perilaku kawin kupu-kupu P. peranthus belum pernah diteliti. Oleh karena itu diperlukan penelitian tentang perilaku kawin kupu-kupu P. peranthus di kandang penangkaran Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku kawin kupu-kupu Papilio peranthus di kandang penangkaran Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai perilaku kawin kupu-kupu P. peranthus dan membantu dalam upaya konservasi kupu-kupu P. peranthus Kerangka Pemikiran Keberadaan kupu kupu memiliki arti yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem, karena kupu kupu dapat berperan sebagai herbivora dan penyedia makanan bagi tingkat berikutnya

21 4 dalam jaring jaring makanan serta sebagai polinator dalam penyerbukan bunga dan tumbuhan berbiji. Apabila tidak terdapat kupu kupu, maka keanekaragaman dan kemelimpahan organisme lain akan ikut terpengaruh. Sehingga diperlukan adanya pelestarian bagi kelangsungan hidup kupu kupu dalam menjaga kelestariannya. Salah satu upaya dalam mempertahankan populasi kupu-kupu adalah dengan melakukan proses perkawinan. Terdapat beberapa tahapan kawin pada kupu-kupu, yaitu menemukan dan mengenali pasangan, percumbuan, kawin dan pasca kawin. Perilaku kawin dapat diamati di dalam kandang penangkaran. Kupu kupu P. peranthus merupakan hewan monomorfis, yang artinya sulit dibedakan antara kupu - kupu jantan dan kupu kupu betina. Sehingga untuk membedakan antara kupu-kupu jantan dan kupu-kupu betina diperlukan pemberian tanda saat mereka baru menetas dari pupa nya. Hal ini dilakukan agar mempermudah pengamatan perilaku kawin P. peranthus. Metode yang digunakan dalam mengamati perilaku kawin kupu-kupu P. peranthus adalah dengan menggunakan metode observasi. Tahap awal dari penelitian ini adalah dengan menyiapkan hewan uji P. peranthus dalam keadaan virgin. Hal ini ini diperoleh dengan cara menangkarkan larvanya. Larva diperoleh dari hasil mengumpulkan di area Taman Kupu kupu Gita Persada, lalu dilakukan pemeliharaan terhadap larva di dalam kandang penangkaran sampai tahap pupa. Setelah pupa

22 5 menetas menjadi kupu-kupu, maka harus segera di pisahkan ke dalam kotak penangkaran yang berbeda agar antara kupu-kupu jantan dan betina tidak terjadi perkawinan dan masih dalam keadaan virgin. Untuk pengamatan perilaku kawin kupu kupu P. peranthus menggunakan metode pengamatan langsung dengan beberapa seri perlakuan. Seri perlakuan yang dirancang adalah: Pertama, melepaskan sepasang kupu-kupu jantan dan betina. Kedua, melepaskan tiga pasang kupu-kupu jantan dan betina. Ketiga, melepaskan tiga ekor kupu-kupu jantan dan satu ekor kupu-kupu betina. Keempat, melepaskan satu ekor kupu-kupu jantan dan tiga ekor kupu-kupu betina. Dengan melakukan tahapan penelitian seperti diatas maka akan dapat diketahui perilaku kawin P. peranthus yang berguna dalam hal konservasi kupu-kupu P. peranthus.

23 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kupu kupu Morfologi Kupu-kupu Menurut Sihombing (2002), tubuh kupu kupu terbagi menjadi tiga bagian yaitu kepala (caput), dada (thorax) dan perut (abdomen). Pada bagian kepala terdapat sepasang antena, mata majemuk dan alat mulut. Bagian dada kupu kupu memiliki tiga pasang tungkai dan dua sayap. Sedangkan pada perut terdapat organ genetalia (Busnia, 2006). Pada umumnya antena kupu-kupu berbentuk filiform yaitu silindris dan membonggol pada bagian ujungnya. Antena berfungsi sebagai organ peraba dan pembau (Lilies, 2006). Menurut Salmah dkk (2002), Papilionidae merupakan kupu-kupu yang memiliki sayap yang kuat. Pada umumnya sayap berwarna hitam dengan variasi warna yang terang. Sebagian besar kupu-kupu Papilionidae memiliki warna sayap yang berbeda antara jantan dan betina. Sedangkan untuk spesies tertentu kupu-kupu Papilionidae memiliki bentuk, ukuran dan warna yang sama atau hampir sama antara kupu-kupu jantan dan betina (Soekardi, 2005).

24 Perilaku Harian Kupu-kupu Kupu-kupu memiliki perilaku harian yang kompleks, antara lain perilaku makan, berjemur, puddling, hinggap, bertelur dan migrasi (Uky, 2010) Pada tahap larva, kupu-kupu memakan daun tertentu sesuai dengan spesiesnya. Sedangkan pada tahap imago, kupu-kupu menghisap nektar. Kedua jenis makanan harus tersedia agar kupu-kupu dapat melengkapi siklus hidupnya (Uky, 2010) Menurut Soekardi (2007) Kupu-kupu merupakan serangga yang umumnya melakukan aktivitas pada siang hari, dan pada malam hari digunakan untuk beristirahat. Aktivitas kupu-kupu sangat dipengaruhi oleh cuaca, pada cuaca mendung atau hujan akan membuat kupu-kupu enggan untuk terbang Perilaku Kawin Kupu-kupu Kupu-kupu imago adalah fase (dewasa) yang merupakan tahap menghasilkan keturunan (In am, 2009). Fase imago dimulai setelah fase pupa berakhir (Soekardi, 2005). Dalam hal reproduksi, kupu-kupu dapat melakukan aktivitas kawin beberapa saat setelah iakeluar dari pupa. Kupu-kupu yang akan kawin dapat dilihat dari cara terbang untuk menemukan pasangan. Pada Troides helena kupu-kupu tebang secara berpasangan dengan posisi kupu-kupu T. helena jantan tebang mengikuti arah

25 8 terbang kupu-kupu T. helena betina (Oktarini, 2011). Ketika terjadi perkawinan maka kupu-kupu jantan dan betina akan terbang mencari tempat yang teduh atau hinggap di daun supaya dapat melakukan kopulasi. Hal ini sesuai dengan Animalcorner (2010) yang menyebutkan bahwa kupu-kupu jantan dan kupu-kupu betina siap untuk kawin, mereka hinggap di daun atau permukaan lainnya dan saling menempelkan abdomennya. Terdapat beberapa tahapan yang digunakan kupu-kupu jantan dalam menemukan dan mengenali pasangannya terlebih dahulu, lalu terbang memutar dengan pasangan, bertengger, bercumbu dan mengeluarkan feromon (Scott,1974 ; Rutowski, 1991). Tahapan kawin kupu-kupu dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut : 1. Menemukan dan Mengenali Pasangan Menurut Oktarini (2011) kupu-kupu memulai aktivitas kawinnya dengan menemukan dan mengenali pasangan terlebih dahulu. Penentuan lokasi kawin kupu-kupu berbeda-beda antar spesies (Dennis, 1988). Pada kupukupu T. helena membutuhkan waktu sekitar 14,54 menit untuk mengenali dan mencari pasangan kawinnya. Waktu tersebut diperkirakan digunakan kupu-kupu T. helena jantan untuk mendeteksi adanya feromon yang dilepaskan oleh kupu-kupu T. helena betina (Oktarini, 2011). Karena atraktan feromon dihasilkan oleh serangga betina dan dirasakan di udara oleh antena jantan (Smithsonian, 2010). Ketika kupu-kupu jantan telah menemukan kupu-kupu betina sebagai pasangan kawinnya, maka kupu-

26 9 kupu jantan akan terbang dibelakang atau diatas mendekati kupu-kupu betina (Uky, 2010). 2. Percumbuan Beberapa spesies kupu-kupu menunjukkan adanya perilaku karakteristik dalam perkembangan, walaupun tidak semua spesies melakukannya (Smithsonian, 2010). Kupu-kupu menunjukkan perilaku karakteristik pada saat akan kawin, salah satunya bercumbu dengan pasangannya. Pada T. helena tahap awal percumbuan dengan cara melakukan gerakan terbang dimana jantan mengikuti arah terbang betina dengan jarak yang berdekatan. Ketika kupu-kupu betina mulai hinggap, namun kupu-kupu jantan akan tetap terbang mendekati kupu-kupu betina (Oktarini, 2011). Pada kupu-kupu T. helena proses percumbuan memerlukan waktu 2,82 menit. Tahapan ini merupakan tahapan dengan durasi yang singkat. Hal ini diperkirakan kupu-kupu T. helena betina telah menerima keberadaan kupu-kupu jantan dan siap untuk kawin (Oktarini, 2011). 3. Kawin Dalam pemilihan pasangan kawin, kupu-kupu jantan akan dipengaruhi oleh isyarat penciuman visual. Kupu-kupu betina akan menghasilkan bau (feromon) dan melepaskannya saat akan melakukan proses kawin (Anderson et al,2007). Biasanya bau yang diproduksi akan dilepaskan dari punggung atau bagian ventral sayap kupu-kupu jantan yang bertindak sebagai penarik pasangan (Rauser, 2003). Bau yang dikeluarkan dapat

27 10 digunakan juga sebagai penentu kualitas kupu-kupu jantan dan sebagai alat memanipulasi kupu-kupu betina (Iyengar et al, 2001). Ketika kupu-kupu jantan dan betina siap untuk kawin, mereka akan menempelkan abdomennya saat hinggap di daun atau permukaan lainnya. Proses kopulasi ini akan berlangsung selama beberapa jam. Kemudian kupu-kupu jantan akan mengeluarkan spermatophore untuk membuahi sel telur betina yang fertil (Animalcorner, 2010). Pembuahan terjadi setelah selesai proses ovulasi, dimulai dari kupu-kupu jantan menginjeksi spermatozoa ke kupu-kupu betina di dalam sistem reproduksinya pada saat kopulasi. Pada saat spermatozoa di keluarkan dari spermateka, maka terjadi peleburan antara spermatozoa dan telur menjadi zigot. Setelah proses pembuahan selesai maka kupu-kupu betina akan mencari tanaman inang untuk meletakkan telurnya (Hidayat, 2010). Menurut Oktarini (2011) kupu-kupu T. helena memerlukan waktu yang cukup lama untuk melakukan tahapan kawinnya. Waktu yang dibutuhkan sekitar 267 menit, hal ini diperkirakan digunakan kupu-kupu T. helena jantan untuk menginjeksikan spermanya kedalam spermateka hingga penuh. Sehingga kecil kemungkinannya kupu-kupu T. helena betina untuk kawin kembali dengan pasangan lainnya. Proses kawin yang lama pada kupu-kupu terkait dengan proses penyampaian spermatozoa ke dalam spermateka di dalam tubuh kupukupu betina. Kupu-kupu jantan akan terus menginjeksikan spermatozoa

28 11 kedalam vagina sebanyak-banyaknya untuk memenuhi spermateka, yaitu tempat penyimpanan sperma sementara yang berada pada vagina. Spermatozoa yang ada didalam vagina kemudian di transfer ke dalam spermateka. Proses inilah yang menyebabkan kupu-kupu mebutuhkan waktu yang lama saat kawin atau kopulasi (Hidayat, 2010) Klasifikasi dan Gambaran Umum Papilio peranthus Klasifikasi kupu kupu Papilio peranthus adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum Class Order : Arthopoda : Insecta : Lepidoptera Suborder : Rhopalocera Family Genus : Papilionoidea : Papilio Spesies : Papilio peranthus (Butterflycorner, 2010) Papilio peranthus merupakan kupu-kupu indah yang pertama kali ditemukan oleh Fabricus pada tahun 1787 (Butterflycorner, 2010). Pakan larva dari kupu-kupu P. peranthus adalah tumbuhan Clausena excavata (Soekardi, 2015). Tumbuhan pakan larva P. peranthus dapat dilihat pada Gambar 1.

29 12 Gambar 1. Clausena excavata (Koleksi Pribadi, 2016) 2.4. Morfologi Papilio peranthus Kupu-kupu ini berwarna hitam dengan campuran warna hiijau. P. peranthus disebut juga sebagai kupu-kupu biru karena pada daerah basal sayap depan sampai daerah dorsal sayap belakang berwarna hijau kebiruan. Kupu-kupu P. peranthus merupakan kupu-kupu dari Famili Papilionidae yang memiliki lebar sayap milimeter. Sayap belakang memiliki ekor. Kupu-kupu P. peranthus besifat diurnal (aktif di siang hari (Butterflycorner, 2010). Morfologi P. peranthus dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Kupu-kupu Papilio peranthus (Butterflycorner, 2010)

30 13 Kupu-kupu P. peranthus merupakan kupu-kupu yang tidak dapat dibedakan antara jantan dan betina (monomorfis). Untuk membedakan antara kupu-kupu jantan dan kupu-kupu betina dapat dilihat pada bagian abdomennya (Butterflycorner, 2010). Abdomen merupakan bagian yang lebih lunak dibandingkan caput dan torax. Abdomen terdiri dari 10 segmen yang terdiri dari tergum pada bagian dorsal dan sternum pada bagian ventral. Pada segmen pertama sampai ketujuh abdomen terdapat bukaan (spiracle) yang berfungsi sebagai jalan masuknya udara. Dua atau tiga segmen terakhir abdomen mengalami modifikasi membentuk alat genitalia. Alat genitalia eksternal jantan dan betina serta saluran alat kelamin betina sering dipergunakan sebagai karakter identifikasi jenis kupu-kupu (Braby, 2000). Pada kupu-kupu jantan abdomen berupa valva atau clasper di ujung abdomen dan pada kupu-kupu betina berupa lubang di ruas kedua sebelum ruas terakhir (Ovipositor).Abdomen kupu-kupu P. peranthus jantan dan betina dapat dilihat pada Gambar 3. (a) (b) (Jantan) (Betina) Gambar 3. Abdomen kupu-kupu P. peranthus jantan dan betina (a) Clasper, (b) ovipositor (Koleksi Pribadi, 2016)

31 14 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Januari sampai bulan Maret 2016 yang berlokasi di Taman Kupu-kupu Gita Persada Lampung. Taman kupukupu Gita Persada terletak di Desa Tanjung Gedong, Kelurahan Kedaung, Kecamatan Kemiling, Kota Bandar Lampung Alat dan Bahan Dalam penelitian ini alat yang digunakan berupa dome atau kandang penangkaran berukuran 2,5 x 2 x 2,5 m, sebagai tempat untuk mengamati proses dan perilaku kawin kupu-kupu P. peranthus. Dua kotak penangkaran ukuran 90 x 60 x 60 cm untuk memisahkan kupu-kupu jantan dan betina. Kamera digital, untuk mengambil gambar dan merekam aktivitas yang dilakukan oleh kupu-kupu P. peranthus. Termometer, untuk mengukur suhu di lokasi penelitian. Stopwatch, untuk menghitung lamanya proses bercumbu dan kawin kupu-kupu P. peranthus. Kertas dan alat tulis, untuk mencatat dan menulis data yang diperoleh selama penelitian. Bahan yang digunakan pada penelitian ini berupa Enam belas kupu kupu P.peranthus virgin hasil penangkaran dengan rincian delapan ekor kupu-

32 15 kupu jantan dan delapan ekor kupu-kupu betina yang diperoleh dari Taman Kupu kupu Gita Persada Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Hewan Uji Hewan uji kupu-kupu P. peranthus di persiapkan melalui penangkaran di Taman Kupu-kupu Gita Persada. Penangkaran dimulai dengan mencari larva P. peranthus di tanaman inangnya, yaitu Daun Murraya (Clausena excavata). Setelah didapatkan larva lalu dipelihara di dalam laboratorium penangkaran sampai tahap imago dan siap sebagai hewan uji. Jumlah hewan uji yang dipersiapkan adalah sebanyak 8 ekor jantan dan 8 ekor betina dengan umur yang hampir sama. 2. Karantina Kupu-kupu Jantan dan Betina Sesaat setelah hewan uji menetas maka akan langsung di pindahkan ke dalam kotak penangkaran untuk dipisahkan antara kupu-kupu jantan dan kupu-kupu betina. Namun sebelum melakukan pemindahan, kupu-kupu diberi tanda terlebih dahulu untuk membedakan mana yang kupu-kupu jantan dan kupu-kupu betina. Pemberian tanda di lakukan pada kupu-kupu jantan.

33 16 3. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan perilaku kawin di lakukan secara bergantian dengan rancangan sebagai berikut : Metode pertama melepaskan sepasang kupukupu kedalam kandang penangkaran. Kedua, melepaskan tiga pasang kupu-kupu kedalam kandang penangkaran. Ketiga, melepaskan tiga ekor kupu-kupu jantan dan satu ekor kupu-kupu betina secara bersamaan. Keempat, melepaskan satuekor kupu-kupu jantan dan tiga ekor kupu-kupu betina secara bersamaan. Proses pengamatan dilakukan dengan menggunakan bantuan kamera video dan stopwatch. Parameter yang diamati antara lain posisi, durasi dan gerakan pada masing masing tahapan kawin. 4. Pengujian Perilaku Kawin Setelah kupu kupu di lepaskan ke dalam dome atau kandang uji, maka dimulai pengamatan perilaku kawin kupu kupu P. peranthus. Pengamatan dilakukan pada setiap masing-masing metode di dalam penangkaran menggunakan metode pengamatan langsung objek yang akan diamati. Di dalam penangkaran telah diberikan pakan imago berupa bunga Asoka jawa (Ixora javanica), Saliara atau Tembelekan (Lantana camara) dan Pecut kuda (Stachytarpheta indica) untuk menunjang kelangsungan hidupnya selama proses perkawinan. Penelitian perilaku kawin kupu kupu P. peranthus dilakukan setiap hari saat cuaca cerah antara pukul WIB sampai kupu kupu

34 17 selesai kopulasi. Proses pengamatan dilakukan dengan menggunakan bantuan kamera dan stopwatch untuk melihat tahapan kawin, antara lain menemukan dan mengenali pasangan, percumbuan dan kawin. Parameter yang digunakan yaitu posisi, gerakan dan durasi pada masing - masing tahapan kawin. 5. Analisis Data Data yang diperoleh merupakan data deskriptif yang berisi keterangan mengenai tahapan kawin dan parameter yang diamati dan disajikan dalam tabel ethogram. Tahapan penelitian ditunjukkan pada Gambar 4.

35 18 Persiapan hewan uji dengan penangkaran Hewan uji, n= 16 Kupu-kupu hasil penangkaran dipisahkan antara jantan dan betina di dalam dua kandang yang berbeda Pelepasan kupu kupu Papilio peranthus untuk pengamatan 1 Pasang kupu-kupu 3 Pasang kupu-kupu 1 Kupu-kupu Jantan dan 3 kupu-kupu Betina 3 Kupu-kupu Jantan dan 1 kupu-kupu Betina Pengamatan perilaku kawin Parameter yang diamati antara lain posisi, durasi dan gerakan pada masing-masing tahapan kawin. Perilaku kawin Kupu kupu Papilio peranthus Gambar 4. Bagan alir penelitian perilaku kawin kupu-kupu Papilio peranthus

36 42 V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : Pola perilaku kawin kupu-kupu Papilio peranthus adalah monogami. Perilaku kawin terjadi pada waktu antara pukul yang terdiri dari tiga tahap, yaitu menemukan pasangan rata-rata selama 15' 03", tahap percumbuan rata-rata selama 4' 14" dan kopulasi rata-rata selama 55' 31". Semakin banyak jumlah kupu-kupu yang dikawinkan di dalam kandang penangkaran, maka semakin panjang durasi yang dibutuhkan dalam masingmasing tahapan perilaku kawin Saran Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh kehadiran spesies lain didalam kandang penangkaran terhadap perilaku kawin kupukupu Papilio peranthus.

37 43 DAFTAR PUSTAKA Anderson, J., Borg-Karlson, A. K., Vongvanich, N., & Wiklund, C. (2007).Male sex pheromone release and femalemate choice in a butterfly.journal of Experimental Biologi, 210(6), Animal Corner Butterflies Lifecycleshttp:// Diakses pada tanggal 26 November pukul Braby, M.F. (2000).Buttetflies of Australia, their identification,biology and distribution. Volume 2. Melboume, Australia:cstRo Busnia, M Entomologi.Andalas University Press. Padang. Butterflycorner.2010.Papilio peranthus. Diakses pada tanggal 1 Januari 2016 pada pukul Campbell, N. A., J, B. Reece and L. G. Mitchell Biologi Jilid 3. Diterjemahkan oleh Wasmen Manalu. Edisi Kelima. Erlangga Jakarta. Dennis R. L. H. & Shreeve T. G. (1988).Hostplant-habitat structure and the evolution of butterfly mate-locating behaviour. Zoological Journal of the Linnean Society 94: Hadley, D Courtship Ritual in Insect Mating. Diakses pada tanggal 26 November 2015 pukul Hidayat Reproduksi dan Pertumbuhan. mbuhan%20edited%20fin.htm. Diakses pada tanggal 13 desember 2015 pukul In am Menangkarkan Kupu-kupu. Diakses pada tanggal 13 desember 2015 pada pukul Iyengar, V. K., Rossini, C. and Eisner, T. (2001). Precopulatory assessment of malequality in an arctid moth (Utetheisa ornatrix): hydroxydanaidal is the onlycriterion of choice. Behav. Ecol. Sociobiol. 49,

38 44 Lilies, C Kunci Determinasi Serangga. Kanisius. Yogyakarta Liu, F, Wang, G, Jiang, L and Dong B.2010.Structural colouration and optical effects in the wings of Papilio peranthus.journal of optics. Vol. 12:6 Noerdjito WA & P Aswari Metode Survei dan Pemantauan Populasi Satwa Seri Keempat Kupu-kupu Papilionidae. Cibinong: Bidang Zoologi Puslit Biologi-LIPI Oktarini, A Perilaku Kawin Kupu-kupu Troides helena Di Kandang Penangkaran. Universitas Lampung. Lampung Organisasi Ciri-ciri Makhluk Hidup. Diakses pada tanggal 23 November 2015, pukul Pallister, J. C Ilmu Pengetahuan Populer. PT Widyadara. Jakarta Rauser, C. L. and Rutowski, R. L. (2003). Male-specific structures on the wings of the Gulf Fritillary butterfly, Agraulis vanillae (Nymphalidae). J. Lepid. Soc. 57, Rizal S Populasi Kupu-kupu di Kawasan Cagar Alam Rimbo Panti dan Kawasan Wisata Lubuk Minturun Sumatera Barat. Mandiri (3): On line at akses pada tanggal 1 mei 2016 pukul Rutowski, R. L. (1984). Sexual selection and the evolution of butterfly mating behaviour. J. Res. Lepid, 23, Rutowski, R. L. (1991). The evolution of male mate-locating behavior in butterflies. American Naturalist, Salmah, S., I Abbas dan Dahelmi Kupu kupu Papilionidaei di Taman Nasional Kerinci Seblat. Kerjasama Taman Nasional Kerinci Seblat, Kehati dan Dinas Kehutanan. Padana. Scott, J. A. (1974). Mate-locating behavior of butterflies. American Midland Naturalist, 91, Sihombing, D. T. H Pengantar Ilmu dan Teknologi Budidaya. Seri Satwa I. Penerbit Pustaka Wira Usaha Muda. Bogor. Smart, P The Illustrated Encyclopedia of yhe Butterfly World. Salamander Books Limited. London.

39 45 Smithsonian Smithsonian Ensyclopedia, BugInfo. Diakses pada tanggal 23 November 2015, pukul Soekardi, H Keterkaitan Keanekaragaman Spesies Kupu-kupu dengan Tumbuhan Inang. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Biologi XVI yang diselenggarakn oleh Mahasiswa Biologi FMIPA ITB Tnggal Juli 2000 Soekardi, H Keanekaragaman Papilionidae di Hutan Gunung Betung, Lampung Sumatra: Penangkaran serta Rekayasa Habitat Sebagai Dasar Konservasi. Disertasi Doktor Entomologi Institut Teknologi Bandung. Bandung Soekardi, H Kupu-kupu di Kampus Unila. Universitas Lampung. Lampung Soekardi, H Upaya Konservasi Kupu-kupu Papilio peranthus Dengan Metode Pengayaan Habitat di Taman Kupu-kupu Gita Persada, Gunung Betung, Lampung. Malah disajikan dalam seminar nasional biologi XVI yang diselenggarakan oleh mahasiswa Biologi FMIPA ITB.2015 Uky Betterfly Info. m. Diakses pada tanggal 25 November 2015 pada pukul 08.01

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kupu-kupu merupakan serangga yang memiliki keindahan warna dan bentuk sayap sehingga mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran

I. PENDAHULUAN. Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran besar dan memiliki warna sayap yang menarik sehingga sering diambil dari alam untuk dijadikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lampung memiliki keanekaragaman kupu-kupu yang cukup tinggi. Keanekaragaman kupu-kupu ini merupakan potensi sumber daya alam hayati

I. PENDAHULUAN. Lampung memiliki keanekaragaman kupu-kupu yang cukup tinggi. Keanekaragaman kupu-kupu ini merupakan potensi sumber daya alam hayati I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lampung memiliki keanekaragaman kupu-kupu yang cukup tinggi. Keanekaragaman kupu-kupu ini merupakan potensi sumber daya alam hayati namun belum dimanfaatkan secara optimal.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kupu-kupu Troides helena (Linn.) Database CITES (Convention on International Trade of Endangered Spesies of Wild Flora and Fauna) 2008 menyebutkan bahwa jenis ini termasuk

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi baik flora maupun fauna. Flora dan fauna tersebut tersebar luas di Indonesia baik di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat lima famili kupu-kupu subordo Rhopalocera di Indonesia, yaitu

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat lima famili kupu-kupu subordo Rhopalocera di Indonesia, yaitu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Kupu-kupu Pieridae Terdapat lima famili kupu-kupu subordo Rhopalocera di Indonesia, yaitu Pieridae, Papilionidae, Nymphalidae, Lycanidae dan Hesperiidae. Kupu-kupu famili

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 15 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT Kupu-Kupu Taman Lestari dengan alamat Jalan Batu Karu, Sandan Lebah, Sesandan Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang

PENDAHULUAN Latar belakang PENDAHULUAN Latar belakang Lepidoptera adalah serangga bersayap yang tubuhnya tertutupi oleh sisik (lepidos = sisik, pteron = sayap) (Kristensen 2007). Sisik pada sayap kupu-kupu mengandung pigmen yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut : Kerajaan Filum Kelas Bangsa : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN PAKAN SINTETIS TERHADAP LAMANYA SIKLUS HIDUP

2015 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN PAKAN SINTETIS TERHADAP LAMANYA SIKLUS HIDUP BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kupu kupu adalah kelompok serangga yang termasuk ke dalam bangsa Lepidotera, yang berarti mempunyai sayap bersisik. Kupu-kupu merupakan bagian kecil dari 155.000 spesies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lepidoptera merupakan salah satu ordo dari ClassisInsecta(Hadi et al., 2009). Di alam, lepidoptera terbagi menjadi dua yaitu kupu-kupu (butterfly) dan ngengat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia tergolong dalam 10 negara megadiversitas dunia yang memiliki keanekaragaman paling tinggi di dunia (Mackinnon dkk dalam Primack dkk, 2007:454). Keanekaragaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Parasit Lalat S. inferens Towns. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda

Lebih terperinci

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kupu-kupu merupakan satwa liar yang menarik untuk diamati karena keindahan warna dan bentuk sayapnya. Sebagai serangga, kelangsungan hidup kupu-kupu sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan keanekaragaman jenis flora dan fauna yang tinggi. Salah satu kekayaan fauna di Indonesia yang memiliki daya tarik tinggi

Lebih terperinci

SANWACANA. Segala puji bagi Allah SWT, syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat

SANWACANA. Segala puji bagi Allah SWT, syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat SANWACANA Segala puji bagi Allah SWT, syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala kekuatan, taufik dan hidayahnya, sehingga penulis dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kristensen et al. (2007) superfamili Papilionoidea terdiri dari lima

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kristensen et al. (2007) superfamili Papilionoidea terdiri dari lima 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kupu-kupu Famili Nymphalidae Menurut Kristensen et al. (2007) superfamili Papilionoidea terdiri dari lima famili, yaitu Papilionidae, Pieridae, Riodinidae, Lycaenidae dan Nymphalidae.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu Kupu-kupu termasuk ordo Lepidoptera, kelas Insekta yang dicirikan dengan sayap tertutup oleh sisik. Ordo Lepidoptera mempunyai 47 superfamili, salah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kupu-kupu Langka T. helena dan Penyebarannya. T. helena sering disebut Common Birdwing dan di Indonesia dikenal dengan kupu

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kupu-kupu Langka T. helena dan Penyebarannya. T. helena sering disebut Common Birdwing dan di Indonesia dikenal dengan kupu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kupu-kupu Langka T. helena dan Penyebarannya T. helena sering disebut Common Birdwing dan di Indonesia dikenal dengan kupu raja helena. Klasifikasi kupu-kupu T. helena adalah sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biodiversitas Ekologi Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biodiversitas Ekologi Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea 20 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biodiversitas Biodiversitas atau keanekaragaman hayati merupakan suatu istilah yang mencakup pada kelimpahan spesies, komposisi genetik, komunitas, dan ekosistem. Biodiversitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Graphium agamemnon, Graphium doson, Mechelia champaca, Annona muricata, life cycle, food consumption.

ABSTRACT. Keywords: Graphium agamemnon, Graphium doson, Mechelia champaca, Annona muricata, life cycle, food consumption. ABSTRACT ESWA TRESNAWATI. The Life Cycle and Growth of Graphium agamemnon L. and Graphium doson C&R. Butterflies (Papilionidae: Lepidoptera) Fed by Cempaka (Michelia champaca) and Soursoup (Annona muricata).

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Kupu-kupu Menurut Borror dkk (1992) klasifikasi kupu-kupu adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Kelas : Insekta Subkelas : Pterygota

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kupu-Kupu Kupu-kupu merupakan salah satu jenis serangga yang masuk ke dalam ordo Lepidoptera, yang berasal dari kata lepis yang berarti sisik dan pteron yang berarti

Lebih terperinci

INVENTARISASI NGENGAT (Lepidoptera) Di JALUR BLOK RAFLESIA-TANDON TAMAN NASIONAL MERU BETIRI, RESORT SUKAMADE, KABUPATEN BANYUWANGI

INVENTARISASI NGENGAT (Lepidoptera) Di JALUR BLOK RAFLESIA-TANDON TAMAN NASIONAL MERU BETIRI, RESORT SUKAMADE, KABUPATEN BANYUWANGI INVENTARISASI NGENGAT (Lepidoptera) Di JALUR BLOK RAFLESIA-TANDON TAMAN NASIONAL MERU BETIRI, RESORT SUKAMADE, KABUPATEN BANYUWANGI ARTIKEL Oleh NUR SYAMSI AZIZAH NIM 041810401057 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Dalam rangka memecahkan masalah yang akan diteliti, maka penulis mengemukakan beberapa pendapat ahli yang berkaitan dengan penelitian ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Capung

TINJAUAN PUSTAKA. Capung TINJAUAN PUSTAKA Capung Klasifikasi Capung termasuk dalam kingdom Animalia, filum Arthropoda, klas Insecta, dan ordo Odonata. Ordo Odonata dibagi ke dalam dua subordo yaitu Zygoptera dan Anisoptera. Kedua

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA DI HUTAN MANGROVE SEGORO ANAK BLOK BEDUL TAMAN NASIONAL ALAS PURWO SKRIPSI. Oleh : Saniatur Rahmah NIM.

KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA DI HUTAN MANGROVE SEGORO ANAK BLOK BEDUL TAMAN NASIONAL ALAS PURWO SKRIPSI. Oleh : Saniatur Rahmah NIM. KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA DI HUTAN MANGROVE SEGORO ANAK BLOK BEDUL TAMAN NASIONAL ALAS PURWO SKRIPSI Oleh : Saniatur Rahmah NIM. 071810401011 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa Metamorfosis Kecoa 1. Stadium Telur Proses metamorfosis kecoa diawali dengan stadium telur. Telur kecoa diperoleh dari hasil pembuahan sel telur betina oleh sel spermatozoa kecoa jantan. Induk betina kecoa

Lebih terperinci

INVENTARISASI DIPTERA DI KAWASAN TAMAN NASIONAL ALAS PURWO (TNAP) BANYUWANGI, JAWA TIMUR SKRIPSI. Oleh: Vivin Irawati NIM

INVENTARISASI DIPTERA DI KAWASAN TAMAN NASIONAL ALAS PURWO (TNAP) BANYUWANGI, JAWA TIMUR SKRIPSI. Oleh: Vivin Irawati NIM INVENTARISASI DIPTERA DI KAWASAN TAMAN NASIONAL ALAS PURWO (TNAP) BANYUWANGI, JAWA TIMUR SKRIPSI Oleh: Vivin Irawati NIM 091810401023 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua) TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua) SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Sarjana Pendidikan (S-1)

Lebih terperinci

KUPU-KUPU (RHOPALOCERA) DI KAWASAN TAMAN SATWA KANDI KOTA SAWAHLUNTO, SUMATRA BARAT. Oleh : HUSNI MUBAROK PULUNGAN BP :

KUPU-KUPU (RHOPALOCERA) DI KAWASAN TAMAN SATWA KANDI KOTA SAWAHLUNTO, SUMATRA BARAT. Oleh : HUSNI MUBAROK PULUNGAN BP : KUPU-KUPU (RHOPALOCERA) DI KAWASAN TAMAN SATWA KANDI KOTA SAWAHLUNTO, SUMATRA BARAT Oleh : HUSNI MUBAROK PULUNGAN BP : 06 133 057 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

(Skripsi) Oleh. Boby Sanjaya

(Skripsi) Oleh. Boby Sanjaya POTENSI Ca, P, Mg, DAN Zn PADA BERBAGAI BAGIAN TANAMAN KIAMBANG (Salvinia molesta) DI BENDUNGAN BATU TEGI KABUPATEN TANGGAMUS (Skripsi) Oleh Boby Sanjaya FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keanekaragaman hayati di suatu negara memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Keanekaragaman hayati merupakan sumber penghidupan dan kelangsungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau di Yogyakarta Open space atau ruang terbuka menurut William, et al. (1969), merupakan suatu daerah hijau yang relatif tidak berkembang dan disediakan dalam suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman hutan raya merupakan kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan

Lebih terperinci

Oleh: Asih Zulnawati. (Di bawah bimbingan Prof. Dr. Dahelmi dan Dr. Resti Rahayu) RINGKASAN

Oleh: Asih Zulnawati. (Di bawah bimbingan Prof. Dr. Dahelmi dan Dr. Resti Rahayu) RINGKASAN PENGARUH TUMBUHAN INANG Citrus aurantifolia dan Citrus hystrix (RUTACEAE) TERHADAP PEMILIHAN PAKAN, PERTUMBUHAN DAN RESPIRASI Papilio memnon Linnaeus, 1758 Oleh: Asih Zulnawati (Di bawah bimbingan Prof.

Lebih terperinci

STUDI BIOLOGI ULAT BULU Lymantria marginata Wlk. (LEPIDOPTERA: LYMANTRIIDAE) PADA TANAMAN MANGGA. (Mangifera indica L.) SKRIPSI.

STUDI BIOLOGI ULAT BULU Lymantria marginata Wlk. (LEPIDOPTERA: LYMANTRIIDAE) PADA TANAMAN MANGGA. (Mangifera indica L.) SKRIPSI. STUDI BIOLOGI ULAT BULU Lymantria marginata Wlk. (LEPIDOPTERA: LYMANTRIIDAE) PADA TANAMAN MANGGA (Mangifera indica L.) SKRIPSI Oleh : NI KADEK NITA KARLINA ASTRIYANI NIM : 0805105020 KONSENTRASI PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

TUNGAU PADA TANAMAN STROBERI. Oleh: NURFITRI YULIANAH A

TUNGAU PADA TANAMAN STROBERI. Oleh: NURFITRI YULIANAH A TUNGAU PADA TANAMAN STROBERI Oleh: NURFITRI YULIANAH A44103045 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ABSTRAK NURFITRI YULIANAH. Tungau pada Tanaman

Lebih terperinci

HASIL A. Teknik Penangkaran T. h. helena dan T. h. hephaestus

HASIL A. Teknik Penangkaran T. h. helena dan T. h. hephaestus HASIL A. Teknik Penangkaran T. h. helena dan T. h. hephaestus Langkah awal yang harus dilakukan pada penangkaran kupu-kupu adalah penyiapan sarana pemeliharaan dari stadia telur sampai imago. Bahan, alat

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP PERSENTASE PINDAH SILANG ANTARA LOKUS b DAN cl PADA KROMOSOM II Drosophila melanogester Meigen Strain black-clot

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP PERSENTASE PINDAH SILANG ANTARA LOKUS b DAN cl PADA KROMOSOM II Drosophila melanogester Meigen Strain black-clot PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP PERSENTASE PINDAH SILANG ANTARA LOKUS b DAN cl PADA KROMOSOM II Drosophila melanogester Meigen Strain black-clot SKRIPSI Oleh : Raden Fajar Suharsono Hadi NIM 041810401080

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xii BABI PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Penelitian...

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Kawin

HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Kawin HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Kawin Pengamatan perilaku kawin nyamuk diamati dari tiga kandang, kandang pertama berisi seekor nyamuk betina Aedes aegypti dengan seekor nyamuk jantan Aedes aegypti, kandang

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun II.TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun demikian burung adalah satwa yang dapat ditemui dimana saja sehingga keberadaanya sangat sulit dipisahkan

Lebih terperinci

KOMPOSISI KUPU-KUPU PAPILIONIDAE DI KAWASAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA SUMATERA BARAT ARTIKEL ILMIAH

KOMPOSISI KUPU-KUPU PAPILIONIDAE DI KAWASAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA SUMATERA BARAT ARTIKEL ILMIAH KOMPOSISI KUPU-KUPU PAPILIONIDAE DI KAWASAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA SUMATERA BARAT ARTIKEL ILMIAH ELSA MAYASARI NIM. 11010276 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil

Lebih terperinci

PENGARUH PERSILANGAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) STRAIN GIFT DENGAN STRAIN NIFI TERHADAP NILAI HETEROSIS PANJANG, LEBAR, DAN BERAT BADAN SKRIPSI

PENGARUH PERSILANGAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) STRAIN GIFT DENGAN STRAIN NIFI TERHADAP NILAI HETEROSIS PANJANG, LEBAR, DAN BERAT BADAN SKRIPSI PENGARUH PERSILANGAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) STRAIN GIFT DENGAN STRAIN NIFI TERHADAP NILAI HETEROSIS PANJANG, LEBAR, DAN BERAT BADAN SKRIPSI Oleh Ikalia Nurfitasari NIM 061810401008 JURUSAN BIOLOGI

Lebih terperinci

Perhitungan Tingkat Kekerabatan Ordo Lepidoptera (Kupu Kupu) di Tahura Bromo Karanganyar Menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen dan Dendogram

Perhitungan Tingkat Kekerabatan Ordo Lepidoptera (Kupu Kupu) di Tahura Bromo Karanganyar Menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen dan Dendogram SP-011-00 Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 5-57), Vol 1(1) 016: 5-60 Perhitungan Tingkat Kekerabatan Ordo Lepidoptera (Kupu Kupu) di Tahura Bromo Karanganyar Menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan 3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) TINJAUAN PUSTAKA Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Gambar 1. Telur C. sacchariphagus Bentuk telur oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Burung jalak bali oleh masyarakat Bali disebut dinamakan dengan curik putih atau curik bali, sedangkan dalam istilah asing disebut dengan white starling, white mynah,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Jenis jenis Hama Pada Caisim Hasil pengamatan jenis hama pada semua perlakuan yang diamati diperoleh jenis - jenis hama yang sebagai berikut : 1. Belalang hijau Phylum :

Lebih terperinci

RIWAYAT HIDUP. ke jenjang lanjutan tingkat pertama di SMP Negeri 1 Bukit kemuning diselesaikan

RIWAYAT HIDUP. ke jenjang lanjutan tingkat pertama di SMP Negeri 1 Bukit kemuning diselesaikan RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kecamatan Bukit kemuning, Kabupaten Lampung utara, Provinsi Lampung pada tanggal 09 November 1988. Penulis merupakan putera sulung dari 2 bersaudara pasangan Bapak Satiri

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus Telur Telur parasitoid B. lasus berbentuk agak lonjong dan melengkung seperti bulan sabit dengan ujung-ujung yang tumpul, transparan dan berwarna

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013) II. TELH PUSTK Nyamuk edes spp. dewasa morfologi ukuran tubuh yang lebih kecil, memiliki kaki panjang dan merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo Diptera dan family

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS 3 PPT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp.

PENGARUH PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS 3 PPT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp. PENGARUH PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS 3 PPT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp. YENI GUSTI HANDAYANI SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 25 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Manajemen pemeliharaan 5.1.1 Pemeliharaan Sistem pemeliharaan kupu-kupu di PT Kupu-Kupu Taman Lestari menggunakan sistem pemeliharaan semi intensif. Manajemen pemeliharaan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang penangkaran lovebird Jl. Pulau Senopati Desa

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang penangkaran lovebird Jl. Pulau Senopati Desa 22 III. MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di ruang penangkaran lovebird Jl. Pulau Senopati Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3 1. Tempat perlindungan Orang utan yang dilindungi oleh pemerintah banyak terdapat didaerah Tanjung

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI BIAYA PENDIDIKAN DAN LAMA PENDIDIKAN TERHADAP MINAT MAHASISWA AKUNTANSI UNTUK MENGIKUTI PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

PENGARUH MOTIVASI BIAYA PENDIDIKAN DAN LAMA PENDIDIKAN TERHADAP MINAT MAHASISWA AKUNTANSI UNTUK MENGIKUTI PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI PENGARUH MOTIVASI BIAYA PENDIDIKAN DAN LAMA PENDIDIKAN TERHADAP MINAT MAHASISWA AKUNTANSI UNTUK MENGIKUTI PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI (Studi Empiris pada Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi swasta

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN TAMBAHAN KEONG MAS (Pomacea canaliculata)terhadap PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN TAMBAHAN KEONG MAS (Pomacea canaliculata)terhadap PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) PENGARUH PEMBERIAN PAKAN TAMBAHAN KEONG MAS (Pomacea canaliculata)terhadap PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SKRIPSI Oleh Ahmad Afandi NIM 071810401095 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suksesi dan Restorasi Hutan Hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang di dominasi oleh pepohonan. Masyarakat hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang hidup dan tumbuh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis-Jenis Predator Pada Tanaman Jagung Jenis-jenis predator yang tertangkap pada tanaman jagung dengan sistem pola tanam monokultur dan tumpangsari adalah sama yakni sebagai

Lebih terperinci

TINGKAT KESAMAAN KOMUNITAS HERBA DI SAVANA ALAS MALANG DAN SAVANA WATUNUMPUK TAMAN NASIONAL BALURAN SITUBONDO JAWA TIMUR

TINGKAT KESAMAAN KOMUNITAS HERBA DI SAVANA ALAS MALANG DAN SAVANA WATUNUMPUK TAMAN NASIONAL BALURAN SITUBONDO JAWA TIMUR TINGKAT KESAMAAN KOMUNITAS HERBA DI SAVANA ALAS MALANG DAN SAVANA WATUNUMPUK TAMAN NASIONAL BALURAN SITUBONDO JAWA TIMUR SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Persiapan tanaman uji, tanaman G. pictum (kiri) dan tanaman A. gangetica (kanan)

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Persiapan tanaman uji, tanaman G. pictum (kiri) dan tanaman A. gangetica (kanan) BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Kelompok Peneliti Hama dan Penyakit, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor. Penelitian dimulai dari bulan

Lebih terperinci

SURVEI HEMIPTERA DI SAVANA BEKOL TAMAN NASIONAL BALURAN KABUPATEN SITUBONDO JAWA TIMUR. Oleh. Dwi Cahyono Aji NIM

SURVEI HEMIPTERA DI SAVANA BEKOL TAMAN NASIONAL BALURAN KABUPATEN SITUBONDO JAWA TIMUR. Oleh. Dwi Cahyono Aji NIM SURVEI HEMIPTERA DI SAVANA BEKOL TAMAN NASIONAL BALURAN KABUPATEN SITUBONDO JAWA TIMUR SKRIPSI Oleh Dwi Cahyono Aji NIM 081810401024 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN Oleh : Taufik Rizky Afrizal 11.12.6036 S1.SI.10 STMIK AMIKOM Yogyakarta ABSTRAK Di era sekarang, dimana ekonomi negara dalam kondisi tidak terlalu baik dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ulat Kantong (Metisa plana) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Ulat Kantong (M. plana) merupakan salah satu hama pada perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia. Hama ini biasanya memakan bagian atas daun, sehingga

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PERFORMAN DUA STRAIN AYAM JANTAN TIPE MEDIUM YANG DIBERI RANSUM KOMERSIAL BROILER. (Skripsi) Oleh FAZAR ARDIANSYAH

PERBANDINGAN PERFORMAN DUA STRAIN AYAM JANTAN TIPE MEDIUM YANG DIBERI RANSUM KOMERSIAL BROILER. (Skripsi) Oleh FAZAR ARDIANSYAH PERBANDINGAN PERFORMAN DUA STRAIN AYAM JANTAN TIPE MEDIUM YANG DIBERI RANSUM KOMERSIAL BROILER (Skripsi) Oleh FAZAR ARDIANSYAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2013 PERBANDINGAN PERFORMAN

Lebih terperinci

BAB II KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN KUPU-KUPU

BAB II KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN KUPU-KUPU BAB II KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN KUPU-KUPU A. Keanekaragaman Keanekaragaman diartikan sebagai jumlah total spesies dalam suatu area tertentu atau dapat dijelaskan juga sebagai jumlah spesies yang terdapat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 28 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, dimulai dari bulan November- Desember 2011. Lokasi pengamatan disesuaikan dengan tipe habitat yang terdapat di

Lebih terperinci

SATU. Taman Nasional Bantimurung- Bulusaraung

SATU. Taman Nasional Bantimurung- Bulusaraung SATU Taman Nasional Bantimurung- Bulusaraung Indonesia dengan julukan zamrud khatulistiwa adalan negara tropis yang mempunyai keanekaragaman fauna dan flora terbesar setelah Brasil. Keindahan hutan hujan

Lebih terperinci

Konstruksi Rubik s Cube Ke Dalam Bentuk Grup. Ricky Cahyahadi Kuntel

Konstruksi Rubik s Cube Ke Dalam Bentuk Grup. Ricky Cahyahadi Kuntel Konstruksi Rubik s Cube Ke Dalam Bentuk Grup (Skripsi) Oleh Ricky Cahyahadi Kuntel 0517031011 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2010 ABSTRAK KONSTRUKSI RUBIK

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MAJAPAHIT (Crescentia cujete) SEBAGAI PESTISIDA NABATI HAMA Spodoptera litura PADA TANAMAN SAWI (Brassica juncea L) SKRIPSI

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MAJAPAHIT (Crescentia cujete) SEBAGAI PESTISIDA NABATI HAMA Spodoptera litura PADA TANAMAN SAWI (Brassica juncea L) SKRIPSI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MAJAPAHIT (Crescentia cujete) SEBAGAI PESTISIDA NABATI HAMA Spodoptera litura PADA TANAMAN SAWI (Brassica juncea L) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

SURVEI PELAKSANAAN 3M DALAM UPAYA PEMBERANTASAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti L. DI KELURAHAN SUMBERSARI, KECAMATAN SUMBERSARI, KABUPATEN JEMBER

SURVEI PELAKSANAAN 3M DALAM UPAYA PEMBERANTASAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti L. DI KELURAHAN SUMBERSARI, KECAMATAN SUMBERSARI, KABUPATEN JEMBER SURVEI PELAKSANAAN 3M DALAM UPAYA PEMBERANTASAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti L. DI KELURAHAN SUMBERSARI, KECAMATAN SUMBERSARI, KABUPATEN JEMBER SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.5. Metagenesis. Metamorfosis. Regenerasi

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.5. Metagenesis. Metamorfosis. Regenerasi SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.5 1. Pada siklus hidup hewan tertentu, terjadi perubahan bentuk tubuh dari embrio sampai dewasa. Perubahan bentuk tubuh ini disebut...

Lebih terperinci

(Skripsi) Oleh Dita F Karlinda

(Skripsi) Oleh Dita F Karlinda PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) DAN HASIL BELAJAR ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN LABORATORIUM NYATA DAN MAYA TERHADAP KEMAMPUAN AWAL SISWA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS (Skripsi)

Lebih terperinci

Endang Sulismini A

Endang Sulismini A Fluktuasi Asimetri Sayap Parasitoid Eriborus argenteopilosus Cameron (Hymenoptera: Ichneumonidae) Asal Pertanaman Kubis di Kecamatan Cibodas, Kabupaten Cianjur dan Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kupu-kupu 2.1.1 Taksonomi Kupu-kupu termasuk kedalam kelas serangga (insekta) yang memiliki ciri tubuh beruas-ruas dan memiliki tiga pasang kaki. Sebagai anggota

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relung Ekologi Relung (niche) menunjukkan peranan fungsional dan posisi suatu organisme dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi juga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Tekukur Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang terbentang dari India dan Sri Lanka di Asia Selatan Tropika hingga ke China Selatan dan Asia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and Development, PT Gunung Madu Plantations (PT GMP), Kabupaten Lampung Tengah.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHASA DALAM POSTER DI KOTA BANDAR LAMPUNG SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP.

PENGGUNAAN BAHASA DALAM POSTER DI KOTA BANDAR LAMPUNG SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP. PENGGUNAAN BAHASA DALAM POSTER DI KOTA BANDAR LAMPUNG SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP (Skripsi) Oleh EVIA NURUL FAHMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut portugal ke India

Lebih terperinci

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Brontispa sp di laboratorium. Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan. Tujuan Penelitian Untuk

Lebih terperinci

TINGKAH LAKU REPRODUKSI MERAK HIJAU (Pavo muticus) PADA UMUR YANG BERBEDA DI UD. TAWANG ARUM KECAMATAN GEMARANG, KABUPATEN MADIUN SKRIPSI.

TINGKAH LAKU REPRODUKSI MERAK HIJAU (Pavo muticus) PADA UMUR YANG BERBEDA DI UD. TAWANG ARUM KECAMATAN GEMARANG, KABUPATEN MADIUN SKRIPSI. TINGKAH LAKU REPRODUKSI MERAK HIJAU (Pavo muticus) PADA UMUR YANG BERBEDA DI UD. TAWANG ARUM KECAMATAN GEMARANG, KABUPATEN MADIUN SKRIPSI Oleh : NILA DUHITA NARESWARI PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

ABSTRAK PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM PENGEMBANGAN DAN PENGAWASAN OBYEK WISATA DI KOTA BANDAR LAMPUNG. Oleh RATIH SRI HARTINI

ABSTRAK PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM PENGEMBANGAN DAN PENGAWASAN OBYEK WISATA DI KOTA BANDAR LAMPUNG. Oleh RATIH SRI HARTINI ABSTRAK PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM PENGEMBANGAN DAN PENGAWASAN OBYEK WISATA DI KOTA BANDAR LAMPUNG Oleh RATIH SRI HARTINI Usaha pengembangan kepariwisataan dilakukan dengan pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN DALAM PENYELESAIAN SOAL OPERASI BILANGAN PECAHAN

ANALISIS KESALAHAN DALAM PENYELESAIAN SOAL OPERASI BILANGAN PECAHAN ANALISIS KESALAHAN DALAM PENYELESAIAN SOAL OPERASI BILANGAN PECAHAN ( Penelitian pada Siswa Kelas VII SMP N 2 Karanggede) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana-S1 Pendidikan

Lebih terperinci

POPULASI Actinomycetes DARI PASIR PANTAI KRAKAL YOGYAKARTA DENGAN PRETREATMENT YANG BERBEDA

POPULASI Actinomycetes DARI PASIR PANTAI KRAKAL YOGYAKARTA DENGAN PRETREATMENT YANG BERBEDA POPULASI Actinomycetes DARI PASIR PANTAI KRAKAL YOGYAKARTA DENGAN PRETREATMENT YANG BERBEDA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

Lebih terperinci

SANWACANA. Alhamdulillahirobbil alamien. Segala puji syukur hanyalah milik Allah SWT,

SANWACANA. Alhamdulillahirobbil alamien. Segala puji syukur hanyalah milik Allah SWT, SANWACANA Alhamdulillahirobbil alamien. Segala puji syukur hanyalah milik Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyeleasaikan skripsi ini sebagai salah

Lebih terperinci

INVENTARISASI JENIS IKAN AIR TAWAR DI BENDUNGAN SAMPEAN BARU KECAMATAN TAPEN BONDOWOSO SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA

INVENTARISASI JENIS IKAN AIR TAWAR DI BENDUNGAN SAMPEAN BARU KECAMATAN TAPEN BONDOWOSO SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA INVENTARISASI JENIS IKAN AIR TAWAR DI BENDUNGAN SAMPEAN BARU KECAMATAN TAPEN BONDOWOSO SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Burung merupakan salah satu jenis hewan yang banyak disukai oleh manusia, hal ini di karenakan burung memiliki beberapa nilai penting, seperti nilai estetika, ekologi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian dilakukan di penangkaran PT. Mega Citrindo di Desa Curug RT01/RW03, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor dan Laboratorium Entomologi Fakultas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan rayap yang paling luas serangannya di Indonesia. Klasifikasi

Lebih terperinci