BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 25 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Manajemen pemeliharaan Pemeliharaan Sistem pemeliharaan kupu-kupu di PT Kupu-Kupu Taman Lestari menggunakan sistem pemeliharaan semi intensif. Manajemen pemeliharaan kupukupu persilangan terdiri dari empat aspek yaitu aspek pemeliharaan telur, pemeliharaan larva, pemeliharaan kepompong, dan pemeliharaan kesehatan Pemeliharaan telur Berdasarkan penelitian yang dilakukan, perkawinan silang antara O.priamus dengan O.croesus menghasilkan telur sebanyak butir. Kupukupu biasanya bertelur di pagi hari pada pukul Telur-telur yang yang dihasilkan diletakkan di daun yang merupakan pakan bagi larva hasil persilangan tersebut. Setelah kupu-kupu bertelur, telur tersebut didiamkan terlebih dahulu selama beberapa menit di daun pakannya sampai telur menjadi kering. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam pemindahan telur dan mengurangi kelembaban pada telur yang baru dihasilkan supaya telur yang akan disimpan tidak mudah terserang oleh jamur. Telur-telur yang dihasilkan oleh induk betina kemudian dipindahkan ke dalam toples dengan bantuan kuas kecil, hal ini bertujuan agar telur-telur tidak rusak. Toples diberi penutup berbahan jaring halus agar telur-telur terhindar dari serangan predator, kemudian diletakkan di dalam kandang telur. Toples telur yang ditutup dengan jaring halus dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9 Toples telur yang ditutup jaring halus.

2 Pemeliharaan larva Telur yang berada di dalam toples selama 7-11 hari kemudian menetas menjadi larva. Setelah semua telur menetas, maka larva dipindahkan ke tanaman inangnya. Tanaman yang digunakan sebagai tanaman inang yaitu sirih hutan (Aristolochia talaga). Tanaman ini merupakan tanaman merambat dengan akar tunggang. Daun berbentuk segitiga dan bagian ujung daun meruncing. Sebelum larva dipindahkan, terlebih dahulu dilakukan persiapan terhadap kandang larva. Dahan pohon yang dijadikan tempat larva dibersihkan dengan cara merapikan ranting-ranting, membuang predator seperti semut, belalang, dan labalaba. Adapun kriteria dalam memilih dahan pohon untuk dijadikan kandang larva, yaitu memiliki daun yang lebat, terhindar dari penyakit, dan terbebas dari sarang predator. Setelah dahan siap, kemudian dahan ditutupi oleh kantong jaring. Dahan yang ditutupi kantong jaring dapat dilihat pada Gambar 10 (a). Pangkal dahan diberi lem tikus supaya terhindar dari serangan predator seperti semut, belalang, dan laba-laba. Pemindahan larva-larva yang baru menetas dilakukan dengan cara menggantung toples berisi larva di dahan, penutup kasa dilepas, dan dibantu dengan penjepit kain untuk menggantung toples. Larva mengalami pergantian kulit sebanyak 5 kali selama hidupnya. Pergantian kulit pertama dinamakan instar pertama, pergantian kulit kedua dinamakan instar kedua, pergantian kulit ketiga dinamakan instar ketiga, dan seterusnya. Pergantian kulit pertama sampai pergantian kulit keempat berlangsung masing-masing selama 4 hari, sedangkan pergantian kulit kelima berlangsung selama 5-7 hari. Larva berada di kantong jaring selama hari. Apabila pakan larva habis, maka larva dipindahkan ke dahan lainnya. Pemindahan larva ke dahan lain diusahakan tidak menyentuh larva secara langsung. Pemindahan larva yang baik yaitu dengan memindahkan larva beserta daun atau ranting larva tersebut berada. Larva yang siap dipindahkan ke dahan lain dapat dilihat pada Gambar 10 (b).

3 27 (a) (b) Gambar 10 (a) Pemasangan kantong jaring, (b) Larva yang siap dipindahkan Pemeliharaan kepompong Setelah hari larva akan berubah menjadi kepompong. Larva yang telah berubah kemudian dipindahkan dari tanaman inang ke kandang kepompong, hal ini dilakukan untuk memperkecil kemungkinan predator bisa memangsa. Pemindahan kepompong dilakukan dengan cara memotong ranting untuk memudahkan dalam penggantungan kepompong. Cara menggantung kepompong yaitu kepala kepompong harus tetap menghadap ke atas dan kepompong dijepit dengan menggunakan jepitan kain. Cara menggantungkan kepompong dapat dilihat pada Gambar 11. Apabila ada kepompong yang terserang parasit harus dibuang supaya tidak menular pada kepompong lainnya. Ciri-ciri kepompong yang terserang parasit yaitu terdapat bintik hitam pada kepompong dan kepompong cenderung berubah warna dari warna kepompong aslinya. Kepompong hidup selama hari sebelum akhirnya menetas menjadi kupu-kupu. Gambar 11 Cara menggantung kepompong.

4 Perawatan kesehatan Berdasarkan pengamatan selama penelitian, terganggunya kelangsungan hidup kupu-kupu dipengaruhi oleh keberadaan parasit, penyakit, dan predator. Gangguan yang dialami pada fase telur disebabkan adanya serangan semut. Telur yang terserang semut ditandai dengan adanya bintik hitam pada bagian tengah telur dan perubahan warna telur menjadi pucat dari warna aslinya. Menurut Parsons (1999) diacu dalam Matsuka (2001) % telur akan mati bila terserang parasit. Hal yang perlu dilakukan untuk mencegah masuknya parasit ke dalam kandang yaitu memberikan lem tikus pada setiap kaki kandang dan toples telur ditutup dengan kasa halus. Pada fase larva, penyakit yang dialami disebabkan adanya serangan jamur. Larva yang terserang jamur ditandai dengan tubuh yang menghitam dan membusuk. Sedangkan pada fase kepompong gangguan yang dialami disebabkan karena adanya penyakit dan parasit yang ditandai dengan adanya bintik hitam pada kepompong dan terjadi perubahan warna yang menjadi pucat. Menurut Suzuki (2000) diacu dalam Matsuka (2001) 100% pupa akan mati bila terserang penyakit. Hal yang perlu dilakukan untuk antisipasi terhadap serangan penyakit yaitu dengan memperhatikan kondisi lingkungan di sekitar kandang, membersihkan peralatan yang digunakan dalam pemeliharaan kupu-kupu seperti toples, kuas, penutup kasa, dan jaring, serta menjaga kebersihan kandang. Selain parasit dan penyakit, keberadaan predator juga harus dihindari. Pada setiap fase kehidupan kupu-kupu memiliki predator yang berbeda. Pada fase telur pemangsa yang sering ditemui adalah semut. Predator merupakan hewan pemangsa bagi kupu-kupu yang mengganggu pertumbuhan dan dapat mengakibatkan kematian bagi kupu-kupu. Pada fase larva pemangsa yang sering ditemui seperti kumbang dan belalang, sedangkan pada fase kepompong adalah kadal. Hal yang perlu dilakukan untuk antisipasi terhadap serangan predator yaitu mencegah masuknya hewan pemangsa ke dalam kandang.

5 29 Gambar 12 Larva terserang penyakit Perkandangan PT Kupu-Kupu Taman Lestari sebagai perusahaan yang melakukan persilangan kupu-kupu memiliki beberapa jenis kandang untuk persilangan yang dapat dibedakan berdasarkan fungsinya, yaitu kandang isolasi, kandang reproduksi, kandang telur, kandang larva, dan kandang kepompong Kandang isolasi Kandang isolasi merupakan kandang yang digunakan sebagai tempat isolasi dari pakan utama bagi kupu-kupu sebelum disilangkan supaya kupu-kupu betina tidak mengkonsumsi makanan sebelum dikawinsilangkan. Apabila kupukupu betina makan sebelum dikawinsilangkan maka abdomennya akan mengeras dan kupu-kupu betina tidak mau untuk disilangkan. Kandang ini berada di dalam kandang reproduksi, berbentuk sederhana dengan ukuran 1m x 1m x 1.5m. Rangka kandang terbuat dari besi dan ditutupi oleh jaring besi dengan atap kandang yang terbuat dari kayu. Suhu kandang berkisar antara ºC dengan kelembaban % Kandang ini bersifat tidak permanen dan dapat dipindah-pindahkan. Kandang isolasi dapat dilihat pada Gambar 13.

6 30 (a) (b) Gambar 13 (a) Kandang isolasi, (b) Sketsa kandang isolasi Kandang reproduksi Kandang reproduksi merupakan kandang yang digunakan sebagai tempat mengawinkan induk kupu-kupu yang akan disilangkan. Kandang ini memiliki ukaran 20m x 12m x 3m dan berjumlah satu unit. Rangka kandang terbuat dari tiang beton berukuran 0.1m x 0.1m x 3m dan besi pipa berukuran 6 inci. Suhu kandang berkisar antara ºC dengan kelembaban %. Kandang ini ditutupi oleh jaring/net dan bersifat permanen. Kandang reproduksi juga digunakan sebagai tempat mengawinkan induk kupu-kupu yang akan ditangkarkan. Agar tidak terjadi kontaminasi antara kupukupu yang ditangkarkan dengan kupu-kupu yang disilangkan maka dalam penggunaan kandang dilakukan secara bergantian. Apabila akan dilakukan perkawinan silang kupu-kupu, tidak dilakukan perkembangbiakan kupu-kupu untuk ditangkarkan. Kandang reproduksi dapat dilihat pada Gambar 14. (a) (b) Gambar 14 (a) Kandang reproduksi, (b) Sketsa kandang reproduksi.

7 Kandang telur dan kepompong Kandang telur dan kepompong merupakan kesatuan kandang yang penggunaannya dilakukan secara bergantian. Kandang ini berfungsi sebagai tempat meletakan telur-telur yang telah dipanen dari kandang reproduksi dan sebagai tempat pemeliharaan kepompong yang telah dipanen dari kandang larva. Kandang ini memiliki bentuk sederhana, tersusun dari balok kayu berukuran 0.05m x 0.05m x 1.5 m dan atap kandang terbuat dari seng. Kandang terdiri dari dua tingkat dengan ukuran kandang 1m x 0.8m x 1.5m dan disekat menggunakan jaring kawat. Tingkat pertama digunakan sebagai tempat peletakan telur-telur dengan kapasitas 50 toples, disertai dengan alas yang terbuat dari papan kayu. Tingkat kedua digunakan sebagai tempat peletakan kepompong dengan kapasitas ±80 ekor. Jaring kawat selain sebagai penyekat juga digunakan sebagai tempat menggantungkan kepompong. Kepompong digantung dengan bantuan alat penjepit. Agar kandang terhindar dari hama dan serangan predator maka pada ujung kaki-kaki kandang diberi lem tikus. Kandang telur dan kepompong dapat dilihat pada Gambar 15. (a) (b) Gambar 15 (a) Kandang telur dan kepompong, (b) Sketsa kandang telur dan kepompong Kandang larva Kandang larva merupakan kandang yang digunakan sebagai tempat pemeliharaan larva. Kandang pemeliharaan larva berbentuk kantong jaring dengan ukuran 1.5m x 1m untuk menutupi dahan daun dari serangan predator, suhu

8 32 berkisar antara ºC dengan kelembaban %. Jaring yang digunakan merupakan jaring kasar dan kaku akan tetapi masih dapat ditembus cahaya matahari, sehingga fotosintesis tanaman tidak terganggu. Pangkal pada dahan diberi lem tikus agar larva terhindar dari serangan predator. Sama halnya dengan kandang larva untuk penangkaran, jaring yang digunakan juga terbuat dari jaring kasar dan kaku tetapi tidak menghambat tanaman untuk melakukan fotosintesis. Jaring untuk keperluan penangkaran memiliki ukuran yang lebih besar yaitu 2m x 1.5m. Terdapat beberapa kriteria dalam memilih dahan pohon untuk dijadikan kandang larva, yaitu memiliki daun yang lebat, terhindar dari penyakit, dan terbebas dari sarang predator. Kandang larva dapat dilihat pada Gambar 16 (a). (a) (b) Gambar 16 (a) Kandang larva, (b) Sketsa kandang larva Pakan kupu-kupu Pakan merupakan aspek penting dalam pemeliharaan kupu-kupu. Pakan yang baik akan berpengaruh terhadap kesehatan dan reproduksi kupu-kupu. Berdasarkan jenisnya, pakan dibedakan menjadi dua kategori yaitu pakan alami dan pakan buatan. Deskripsi dari masing-masing kategori pakan kupu-kupu dipaparkan sebagai berikut: Pakan alami Pakan alami merupakan pakan yang berasal dari tanaman dan berada di dalam kandang kupu-kupu. Tanaman yang ditanam sebagai pakan diutamakan jenis-jenis yang berfungsi sebagai pakan kupu-kupu dan pakan larva. Berdasarkan

9 33 jenis tanamannya, pakan alami terbagi menjadi dua jenis yaitu tanaman pakan larva dan tanaman pakan kupu-kupu. Tanaman pakan larva atau tanaman pakan inang merupakan tanaman yang berfungsi sebagai pakan larva (ulat) dan sebagai tempat kupu-kupu bertelur. Tanaman yang digunakan sebagai pakan larva hasil persilangan antara O.priamus dan O.croesus yaitu Aristolochia tagala (sirih hutan). Menurut Matsuka (2001), kebanyakan larva kupu-kupu hanya memakan satu jenis tanaman inang atau beberapa tanaman inang yang masih dalam satu famili. Tanaman pakan larva dapat dilihat pada Gambar 17. Gambar 17 Aristolochia tagala. Aristolochia tagala (sirih hutan) merupakan tanaman dari famili Aristolochiaceae. Tanaman ini merupakan tanaman merambat dengan akar tunggang. Daun berbentuk segitiga dan bagian ujung daun meruncing. Menurut Matsuka (2001), tanaman pakan kupu-kupu sayap burung (birdwings) dari famili Aristolochiaceae sebagian besar mengandung sejenis racun yang dikenal dengan nama asam aristolochic (aristolochic acid). Racun ini terdapat dalam tubuh larva, pupa, maupun imago yang berfungsi sebagai pelindung dari serangan predator. Tanaman pakan kupu-kupu merupakan tanaman penghasil nektar yang berfungsi sebagai pakan kupu-kupu dewasa. Umumnya pakan kupu-kupu dewasa memiliki bunga yang banyak dengan warna yang cerah. Jenis tanaman penghasil nektar yang ditanam di kandang reproduksi yaitu soka merah (Ixora javanica), kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis), pagoda (Clerodenrum japonicum), dan tembelekan (Lantana camara). Pakan kupu-kupu ini ditanam di dalam kandang

10 34 reproduksi sebagai pakan bagi kupu-kupu yang disilangkan yaitu O.priamus dan O.croesus. Kedua jenis kupu-kupu ini menyukai tanaman penghasil nektar dengan bunga yang banyak dan warna-warna yang cerah. Nektar merupakan pakan utama bagi kupu-kupu dewasa. Pakan utama penghasil nektar di tanam di dalam kandang reproduksi untuk memenuhi kebutuhan pakan kupu-kupu dewasa. Tanaman pakan kupu-kupu dapat dilihat pada Gambar Pakan buatan (a) (b) Gambar 18 Tanaman pakan kupu-kupu: (a) Ixora javanica, (b) Clerodenrum japonicum. Ketersediaan bunga-bunga yang bermekaraan saat musim kemarau biasanya hanya sedikit sehingga dibutuhkan pakan buatan untuk memenuhi kebutuhan pakan kupu-kupu. Pakan buatan yang digunakan sebagai pakan tambahan yaitu berupa cairan madu. Madu diencerkan dengan menggunakan air hingga larut. Perbandingan antara madu dan air dalam pengenceran yaitu 1:2. Pengenceran ini dilakukan agar mendapatkan tektsur cairan madu yang menyerupai dengan nektar aslinya. Madu yang telah diencerkan ditempatkan dalam sebuah wadah berupa piring dengan disertai bunga dan diletakkan di sekitar tanaman. Menurut Syaputra (2011), nektar mengandung air, glukosa, fruktosa, sukrosa, protein, asam amino, karoten, vitamin, minyak, dan mineral esensial. Sedangkan madu mengandung glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, protein, asam amino, mineral, dan sisanya berupa dekstrin (Codex Standard for Honey diacu dalam Saputro 2008). Madu memiliki komposisi kandungan nutrisi yang mirip

11 35 dengan nektar sehingga baik digunakan sebahai pakan tambahan bagi kupu-kupu. Pemberian dan penyajian pakan buatan dapat dilihat pada Gambar 19. Gambar 19 Pakan buatan. 5.2 Persilangan Teknik persilangan PT Kupu-Kupu Taman Lestari melakukan persilangan kupu-kupu dengan menggunakan teknik persilangan secara langsung yaitu menyatukan alat kelamin jantan dan alat kelamin betina tanpa bantuan alat khusus dengan posisi saling membelakangi. Berdasarkan tahapannya, teknik persilangan terbagi terbagi ke dalam tiga tahap yaitu persiapan persilangan, pelaksanaan persilangan, dan pemantauan persilangan Persiapan persilangan Tahap persiapan merupakan tahap awal yang dilakukan sebelum melakukan perkawinan silang. Ada tiga hal yang dipersiapkan dalam melakukan perkawinan silang yaitu, petugas, persiapan kandang, persiapan pakan, dan persiapan kupu-kupu yang akan disilangkan. Orang yang ditunjuk sebagai petugas dalam melakukan persilangan harus memiliki pengetahuan yang baik terhadap kupu-kupu dan memiliki kemampuan dalam menyilangkan. Tugas yang dijalankan oleh petugas persilangan yaitu mempersiapkan kebutuhan yang digunakan dalam melakukan perkawinan silang, menyilangkan kupu-kupu, dan memonitoring hasil persilangan pada tiap fase. Persiapan kandang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan perkandangan dalam melakukan perkawinan silang. Kandang yang disiapkan meliputi kandang reproduksi, kandang telur dan kepompong, kandang

12 36 larva, dan kandang isolasi. Kandang yang akan digunakan diperiksa dan dibersihkan agar terhindar dari adanya predator. Persiapan pakan dilakukan untuk memastikan ketersediaan pakan bagi tiap fase kehidupan kupu-kupu. Pakan yang disediakan yaitu, tanaman sirih hutan (Aristolochia tagala) yang merupakan tanaman pakan larva, serta tanaman dengan warna yang menarik seperti pagoda, soka merah, dan kembang sepatu yang merupakan tanaman pakan kupu-kupu dewasa. Sebelum dilakukan perkawinan silang, kupu-kupu yang telah menetas dari kepompong dipisahkan dalam kandang yang berbeda yang disebut sebagai kandang isolasi. Kupu-kupu jantan dibiarkan terbang di dalam kandang reproduksi sedangkan kupu-kupu betina dimasukkan ke dalam kandang isolasi yang berukuran 1m x 1m x 1.5m. Pengisolasian ini dimaksudkan supaya kupukupu betina tidak mengkonsumsi makanan sebelum dikawinsilangkan. Jika perut kupu-kupu betina sudah terisi makanan maka abdomennya akan mengeras hal ini membuat kupu-kupu betina tidak mau untuk disilangkan dalam jangka dekat. PT Kupu-Kupu Taman Lestari tidak sembarang dalam melakukan kawin silang. Pihak pengelola harus menentukan pasangan kupu-kupu yang akan dikawinsilangkan. Dalam menentukan pasangan terdapat beberapa kriteria dalam memilih induk yang akan disilangkan. Kriteria-kriteria bagi induk yang akan disilangkan sebagai berikut: 1. Memiliki penampilan fisik yang baik, ukuran tubuh ideal, tidak cacat. 2. Memiliki warna yang baik (tidak pucat). 3. Telah memasuki masa kawin, yaitu 1-3 hari bagi jantan setelah menetas dari kepompong dan 3 jam bagi betina setelah menetas dari kepompong 4. Memiliki ukuran valva yang proporsional (ukuran diameter valva ± mm) bagi jantan untuk menjepit alat kelamin betina Pelaksanaan persilangan Setelah tahap persiapan terpenuhi dan kriteria induk kupu-kupu memenuhi persyaratan, maka kupu-kupu siap untuk dikawinsilangkan. Berikut merupakan langkah-langkah dalam melakukan perkawinan silang kupu-kupu : 1. Kedua kupu-kupu dipegang dengan posisi tubuh yang saling membelakangi. Bagian thorax dipegang dengan jari tengah dan ibu jari, pastikan bahwa

13 37 bagian thorax tidak dipegang terlalu erat karena akan menyakiti kupu-kupu yang akan disilangkan. 2. Setelah kedua kupu-kupu dalam keadaan saling membelakangi dan terpegang dengan baik, kemudian alat kelamin jantan dan betina dihubungkan supaya alat kelamin terbuka dan kupu-kupu mau untuk dikawinkan. 3. Jika alat kelamin belum terbuka, maka kupu-kupu dirangsang dengan cara meniup bagian kelaminnya secara perlahan atau dengan saling digosokgosokkan alat kelaminnya. 4. Setelah alat kelamin terbuka, maka kedua alat kelamin didekatkan dan disatukan sampai kupu-kupu dalam keadaan kawin dengan posisi valva menjepit alat kelamin betina. Diamkan selama menit sampai kedua alat kelamin kupu-kupu benar-benar menyatu, kemudian kupu-kupu dilepaskan di dekat tanaman inangnya. Induk betina Induk jantan Gambar 20 Cara memegang kupu-kupu. (a) (b) Gambar 21 (a) Penyatuan alat kelamin, (b) Bagian alat kelamin yang disatukan. Kupu-kupu yang telah dikawinkan kemudian dilepas, proses perkawinan berlangsung selama 7-8 jam. Ciri kupu-kupu dalam keadaan kawin yaitu jika

14 38 kupu-kupu betina dipegang maka kupu-kupu jantan tetap menempel dengan posisi valva yang menjepit alat kelamin betina dan jika kedua kupu-kupu dilepaskan maka kupu-kupu betina berada pada posisi sayap terbuka sedangkan kupu-kupu jantan dengan posisi sayap tertutup. Gambar 22 Kupu-kupu kawin. Kupu-kupu yang sedang kawin, terbang secara bersamaan dan mencari tempat yang dianggap aman. Menurut Fitzgerald (1999) dalam Dewi (2003), kupu-kupu betina kawin hanya sekali semasa hidupnya, sedangkan kupu-kupu jantan dapat kawin lebih dari satu kali. Dalam perkawinan silang yang dilakukan di PT Kupu-Kupu Taman Lestari, kupu-kupu jantan yang sudah dikawinsilangkan tidak diperbolehkan untuk kawin dengan sesama spesiesnya. Pencegahan ini dilakukan untuk tetap menjaga kemurnian genetik dan supaya tidak menimbulkan kerancuan akibat adanya kontak fisik antara spesies yang telah dikawinsilangkan dengan spesies yang tidak disilangkan Pemantauan persilangan Pemantauan persilangan merupakan kegiatan observasi yang berlangsung terus menerus terhadap hasil persilangan pada tiap fasenya, hal ini bertujuan untuk memastikan dan mengendalikan agar hasil persilangan tidak lepas ke alam yang dapat menimbulkan kerusakan genetik. Kegiatan ini dilakukan oleh petugas yang disebut sebagai animal keeper. Tugas animal keeper yaitu mengawasi dan menjaga hasil persilangan untuk memastikan bahwa hasil persilangan terkontrol dengan baik.

15 Tingkat keberhasilan persilangan Tingkat keberhasilan persilangan di PT Taman Kupu-kupu Lestari diukur berdasarkan aspek persentase keberhasilan hidup total dan persentase keberhasilan setiap fase kehidupan yang meliputi fase telur, fase larva, fase kepompong, dan fase kupu-kupu. Jenis kupu-kupu yang dikawinsilangkan yaitu O.priamus dan O.croesus. Perkawinan silang yang dilakukan terdiri dari dua pasang induk kupukupu yaitu jantan O.priamus dan betina O. croesus. Pasangan kupu-kupu pertama dinamakan P1 dan pasangan kupu-kupu kedua dinamakan P2. Berikut merupakan tingkat keberhasilan pada setiap fase kehidupan kupu-kupu persilangan (Tabel 5). Tabel 5 Tingkat keberhasilan tiap fase kehidupan kupu-kupu persilangan Telur Larva Kepompong Kupu-kupu Pasangan n P n P n P n P P P Keterangan : N = Jumlah P = Persentase keberhasilan (%) Dari Tabel 5 dapat dilihat perbedaan jumlah telur yang dihasilkan dari tiap pasang kupu-kupu yang dikawinsilangkan yaitu 44 butir (P1) dan 49 butir (P2). Faktor yang diperkirakan mempengaruhi jumlah telur yang dihasilkan karena adanya proses perkawinan yang kurang sempurna akibat adanya gangguan baik dari manusia maupun satwa yang mengganggu berlangsungnya proses perkawinan sehingga menyebabkan pembuahan yang tidak optimal. Tingkat keberhasilan pada fase telur menjadi larva yaitu sebesar 79.54% (P1) dan 75.51% (P2). Kegagalan telur yang menetas menjadi larva disebabkan adanya serangan semut. Telur yang terserang semut ditandai dengan adanya bintik hitam pada bagian tengah telur dan perubahan warna telur yang menjadi pucat dari warna aslinya. Pemindahan telur ke dalam toples akan melindungi telur dari serangan parasit dapat meningkatkan keberhasilan telur yang menetas, karena menurut Parsons (1999) dalam Matsuka (2001) % telur akan mati bila terserang parasit. Faktor lain yang diperkirakan mempengaruhi gagalnya telur menetas yaitu proses pembuahan yang tidak sempurna saat perkawinan sehingga menghasilkan telur yang tidak bagus.

16 40 Tingkat keberhasilan pada fase larva menjadi kepompong yaitu sebesar 65.71% (P1) dan 67.57% (P2). Kematian pada fase larva terjadi karena adanya serangan jamur. Larva yang terserang jamur ditandai dengan warna tubuh yang menghitam dan membusuk. Selain itu, kematian pada fase larva juga disebabkan pada saat pergantian kulit yang tidak sempurna, tidak semua kulit lama terlepas dari kulit barunya sehingga menyebabkan terganggunya pertumbuhan larva yang dapat menyebabkan kematian pada larva. Pada fase terakhir yaitu fase kepompong menjadi kupu-kupu, tingkat keberhasilannya sebesar 78.26% (P1) dan 80% (P2). Kematian pada fase ini disebabkan adanya serangan parasit yang ditandai dengan adanya bintik hitam pada kepompong dan terjadi perubahan warna dari warna aslinya. Pada fase ini, ketika kepompong telah menetas menjadi kupu-kupu kemudian kupu-kupu didiamkan dahulu selama ±2.5 jam supaya sayap kupu-kupu mengembang secara optimal, setelah itu kupu-kupu ditangkap dan dimatikan, hal ini bertujuan supaya kupu-kupu hasil persilangan tidak terbang ke alam bebas sehingga tidak merusak kemurnian genetik yang ada di alam. Berikut merupakan tingkat keberhasilan hidup total hasil persilangan (Tabel 6). Tabel 6 Tingkat keberhasilan hidup total hasil persilangan Pasangan Tingkat keberhasilan hidup total P % P % Persentase antara jumlah telur dengan kupu-kupu yang dihasilkan, maka persentase tersebut yaitu 40.91% pada kupu-kupu pasangan pertama dan 44.89% pada kupu-kupu pasangan kedua. Rata-rata persentase pada kedua persilangan yaitu sebesar 43.01%, dapat disimpulkan bahwa persentase keberhasilan persilangan dapat digolongkan dalam kategori sedang yaitu antara 30-49%. Bila dibandingkan dengan kupu-kupu perkawinan biasa, jumlah telur yang dihasilkan pada perkawinan biasa lebih banyak dibandingkan dengan perkawinan silang. Faktor yang diperkirakan mempengaruhi jumlah telur karena terdapat struktur fisiologis organ reproduksi yang tidak sesuai sehingga pembuahan tidak bisa terjadi sebagaimana mestinya. Persentase keberhasilan hidup pada fase larva (80%), kepompong (75%), dan kupu-kupu (86.1%) lebih tinggi dibandingkan

17 41 dengan persentase keberhasilan hidup pada perkawinan silang, karena keberhasilan hidup pada setiap fase dipengaruhi oleh cara pemeliharaan, prinsipnya yaitu menjauhi hasil perkawinan dari serangan predator, parasit, maupun penyakit. Tingkat keberhasilan hidup kupu-kupu perkawinan biasa dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Tingkat keberhasilan hidup kupu-kupu O. priamus Fase hidup Jumlah (ekor) Persentase (%) Telur 60 - Larva Kepompong Kupu-kupu Rata-rata hidup total 51.6 Sumber : Syahputra (2011) 5.3 Perbandingan Morfologi Tetua dengan Hasil Persilangan Jenis kupu-kupu yang disilangkan di PT Kupu-Kupu Taman Lestari pada saat penelitian yaitu antara kupu-kupu jantan O. priamus dan kupu-kupu betina O.croesus. Kedua kupu-kupu ini berasal dari famili yang sama yaitu famili Papilionidae. Kupu-kupu yang berasal dari famili Papilionidae umumnya memiliki ukuran sayap yang besar dan corak warna yang menarik. Berikut ini merupakan deskripsi dari jenis kupu-kupu yang disilangkan dan hasil persilangannya pada saat penelitian di PT Kupu-Kupu Taman Lestari berdasarkan pengukuran panjang sayap dan pengenalan venasi sel sayap (Otsuka 1988) Pola warna sayap atas Kupu-kupu tetua jantan O. priamus memiliki warna hijau dengan panjang sayap mm. Terdapat warna hitam dengan bentuk hampir lonjong pada bagian discal sayap depan yang dikelilingi oleh warna hijau pada bagian atas dan bawah. Terdapat pola warna hitam di sepanjang tepi sayap. Sayap belakang berwarna hijau dengan tepi sayap berwarna hitam. Pada bagian submarginal terdapat titik-titik berwarna hitam. Kupu-kupu tetua betina O.croesus didominasi oleh warna coklat kehitaman dengan panjang sayap sebesar mm. Terdapat warna putih kecoklatan di bagian discal dan marginal sayap depan. Terdapat pola warna coklat kehitaman di sepanjang tepi sayap dan di sepanjang bagian submarginal. Pada

18 42 discal sayap belakang berwarna putih kecoklatan, terdapat titik hitam yang berbaris di sepanjang tepi discal dan warna kuning di sepanjang bagian submarginal. Kupu-kupu hasil persilangan antara O.priamus jantan dengan O.croesus betina menghasilkan anakan jantan yang berwarna kuning keemasan dengan panjang sayap mm. Pada bagian sayap depan terdapat warna hitam dengan bentuk hampir lonjong pada bagian discal yang dikelilingi oleh warna kuning emas pada bagian atas dan bawah. Terdapat pola warna hitam di sepanjang tepi sayap. Sayap belakang berwarna kuning emas dengan tepi sayap berwarna hitam. Pada bagian submarginal terdapat titik berwarna hitam. Anakan betina berwarna coklat kehitaman dengan ukuran sayap mm. Pada sayap depan terdapat garis dan pola berwarna putih di bagian discal dan submarginal. Sayap belakang berwarna putih kecoklatan, tepi sayap berwarna coklat kehitaman. Terdapat empat titik hitam dan warna kuning kecoklatan pada bagian submarginal. Sayap atas anakan jantan memiliki corak yang mirip dengan O.priamus jantan dan memiliki warna yang mirip dengan O.croesus jantan. Sedangkan anakan betina memiliki corak yang mirip dengan O.priamus betina dan warna yang mirip dengan O.croesus betina. Perbedaan sayap atas antara tetua dengan hasil persilangan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Perbedaan sayap atas tetua dengan hasil persilangan Tetua Hasil persilangan Pasangan tetua di alam a. Jantan O. priamus b. Jantan c. Betina O. priamus d. Betina O. croesus e. Betina f. Jantan O.croesus

19 Pola warna sayap bawah Pada bagian sayap bawah O.priamus jantan didominasi warna hijau yang dikelilingi oleh warna hitam yang mengikuti alur vena sayap depan. Terdapat pola warna hitam di sepanjang tepi sayap dan di sepanjang submarginal sayap depan. Sayap belakang berwarna hijau kekuningan dengan tepi sayap berwarna hitam. Terdapat enam bulatan berwarna hitam disepanjang bagian submarginal sayap bawah. Pada bagian discal terdapat garis hitam yang melingkar mengukuti alur vena pada sayap belakang. Pada bagian sayap bawah O.croesus betina didominasi warna coklat kehitaman, terdapat warna putih kecoklatan di bagian discal dan marginal sayap depan. Terdapat pola warna coklat kehitaman di sepanjang tepi sayap dan di sepanjang bagian submarginal. Pada discal sayap belakang berwarna putih kecoklatan, terdapat titik hitam yang berbaris di sepanjang tepi discal dan warna kuning di sepanjang bagian submarginal. Sayap bawah memiliki pola yang sama dengan sayap atas, memiliki warna yang lebih terang dibandingkan dengan sayap atas dan warna kuning terlihat jelas pada bagian sayap bawah. Vena sayap terlihat jelas dari kedua sisi sayap dengan warna coklat kehitaman yang mengikuti alur vena. Sayap bawah anakan jantan didominasi warna hijau. Pada bagian sayap depan terdapat pola warna hitam di sepanjang tepi sayap dan di sepanjang submarginal. Sayap belakang berwarna hijau kekuningan dengan tepi sayap berwarna hitam. Terdapat enam bulatan berwarna hitam di sepanjang bagian submarginal. Pada bagian discal terdapat garis hitam yang melingkar mengukuti alur vena pada sayap belakang, terdapat warna kuning pada bagian costal. Sayap bawah anakan betina didominasi warna coklat kehitaman, pada sayap depan terdapat garis dan pola berwarna putih di bagian discal dan submarginal. Bagian discal sayap belakang berwarna putih kecoklatan, tepi sayap berwarna coklat kehitaman. Terdapat empat titik berwarna coklat kehitaman dan warna kuning pada bagian submarginal. Sayap bawah memiliki corak yang sama dengan sayap atas, memiliki warna yang lebih terang dan warna kuning terlihat jelas pada bagian sayap bawah.

20 44 Tabel 9 Perbedaan sayap atas tetua dengan hasil persilangan Tetua Hasil persilangan Pasangan tetua di alam a. Jantan O.priamus b. Jantan c. Betina O.priamus d. Betina O.croesus e. Betina f. Jantan O.croesus Kupu-kupu ini memiliki keunikan yang terdapat pada warna di bagian sayap atas yaitu dengan menampakkan perubahan warna yang berbeda. Jika dilihat dari atas warna kupu-kupu yaitu kuning keemasan, tetapi jika dilihat dari arah samping kiri dan kanan, warna sayap kupu-kupu akan berubah menjadi hijau dan tampak sangat mirip dengan induk jantan yaitu O.priamus. Keunikan warna dari tampak samping dapat dilihat pada Gambar 23. (a) (b) Gambar 23 Keunikan warna kupu-kupu hasil persilangan: (a) Tampak sisi kiri, (b) Tampak sisi kanan. Secara keseluruhan perbedaan venasi sel sayap kupu-kupu antara tetua dengan hasil persilangan tersaji dalam Tabel 10.

21 45 Tabel 10 Perbedaan venasi sel sayap kupu-kupu No. Ciri morfologi 1 Warna dominan 2 Discal Pola lonjong warna hitam Tetua Anakan Jantan Betina Jantan Betina Hijau Coklat Kuning keemasan Coklat kehitaman kehitaman Pola garis warna Pola lonjong warna putih kecoklatan hitam 3 Submarginal Titik hitam Pola garis warna putih, titik hitam 4 Marginal Hijau Titik warna putih, titik warna kekuningan Titik hitam Kuning keemasan Pola garis warna putih kecoklatan, terdapat warna coklat kehitaman Pola garis warna putih, titik coklat kehitaman Titik warna putih, titik warna kekuningan 5 Costal Hijau Hitam Kuning keemasan Coklat kehitaman 6 Apical Hijau Hitam Kuning keemasan Coklat kehitaman 7 Subapical Hijau, hitam Hitam Kuning keemasan, hitam Coklat kehitaman 8 Dorsal Kecoklatan Kecoklatan Kecoklatan Kecoklatan 9 Warna tepi sayap Hitam Coklat kehitaman Hitam Coklat kehitaman Ukuran tubuh Tetua Pada penelitian ini diamati perkawinan silang terhadap dua pasang kupukupu yang terdiri dari pasangan pertama dan pasangan kedua. Kedua pasang berasal dari jenis yang sama yaitu jantan O.priamus dan betina O.croesus. Pemilihan kedua jenis kupu-kupu ini untuk disilangkan didasarkan pada ketersediaan kupu-kupu di lokasi pengamatan serta ukuran tubuh yang relatif besar karena menurut pengelola tidak semua kupu-kupu dapat disilangkan. Ukuran tubuh pasangan tetua pertama dapat dilihat pada Tabel 11. Pengukuran mengacu pada Gambar 9. Pengamatan pada pasangan tetua pertama, induk jantan memiliki ukuran yang lebih kecil dari induk betina dengan ukuran tubuh 49 mm dan sayap 70 mm, sedangkan induk betina dengan ukuran tubuh 62 mm dan sayap 97 mm. Ukuran tubuh merupakan penjumlahan dari panjang caput, thorax, dan abdomen. Pengukuran terhadap morfologi tubuh dan sayap dilakukan ketika kupu-kupu sudah mati, hal ini dilakukan agar mencegah kupu-kupu mengalami stres. Pasangan tetua kedua, induk jantan juga memiliki ukuran yang lebih kecil dari induk betina dengan ukuran tubuh 50 mm dan sayap 72 mm, sedangkan

22 46 induk betina dengan ukuran tubuh 63 mm dan sayap 98 mm. Dari kedua pengamatan yang dilakukan, pasangan tetua kedua memiliki ukuran yang lebih besar. Tabel 11 Ukuran bagian tubuh pasangan tetua pertama dan kedua No. Morfometrik Pasangan tetua I Pasangan tetua II Jantan (mm) Betina (mm) Jantan (mm) Betina (mm) 1 Caput Thorax Abdomen Sayap Hasil persilangan Persilangan terhadap pasangan kupu-kupu pertama menghasilkan total 18 anakan, yang terdiri dari 10 jantan dan 8 betina. Secara umum, ukuran tubuh dan sayap antar setiap anakan tidak berbeda jauh, perbedaan sesama jantan berkisar antara mm, pada betina juga memiliki kisaran yang sama. Ukuran bagian tubuh anakan dari persilangan pasangan pertama dapat dilihat pada Lampiran 1. Pada persilangan kupu-kupu kedua anakan yang dihasilkan berjumlah 22 ekor, yang terdiri dari 13 jantan dan 9 betina. Bila dibandingkan dengan hasil anakan kedua, jumlah anakan pertama lebih sedikit. Perbedaan jumlah anakan diperkirakan terjadi karena adanya pengaruh dari beberapa faktor, yaitu faktor internal seperti kualitas sel kelamin dan lama kopulasi, dapat pula disebabkan oleh faktor eksternal seperti gangguan dari satwa lain ataupun kondisi lingkungan (cuaca) yang kurang baik. Rata-rata anakan yang dihasilkan sebanyak 20 ekor kupu-kupu dengan persentase sex ratio sebesar 57.5% (jantan) dan 42.5% (betina). Ukuran bagian tubuh anakan dari persilangan pasangan kedua dapat dilihat pada Lampiran 2. Berikut merupakan ukuran tubuh rata-rata antara tetua dengan hasil persilangan. Tabel 12 Ukuran tubuh rata-rata tetua dengan hasil persilangan No. Morfometrik Tetua Hasil persilangan Jantan (mm) Betina (mm) Jantan (mm) Betina (mm) 1 Caput 5,00 5,00 5,06 ± 1,18 5,06 ± 0,60 2 Thorax 17,00 23,50 18,34 ± 1,26 24,44 ± 1,89 3 Abdomen 27,50 34,00 31,30 ± 2,14 35,10 ± 1,71 4 Sayap 71,00 97,50 81,43 ± 2,16 98,62 ± 1,86

23 47 Perkawinan silang (crossbreeding) dilakukan untuk menghasilkan turunan (hibrida) dengan penampilan atau karakter yang lebih baik dari pada tetuanya. Menurut Gunawan (2008), tujuan dari crossbreeding untuk memanfaatkan keragaman genetik yaitu menggabungkan sifat-sifat unggul dari masing-masing breed/populasi. Dalam hal kupu-kupu, maka karakter yang diharapkan adalah tampilan morfologi hibrida yang lebih baik dari tetuanya, baik dilihat secara kuantitatif maupun kualitatif. Sifat kuantitatif dipengaruhi oleh banyak pasang gen (ratusan atau bahkan ribuan) dan pengaruh lingkungan, misalnya ukuran tubuh, berat badan, dan produksi telur. Sedangkan sifat kualitatif umumnya dikontrol oleh beberapa pasang gen dan sedikit sekali dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan (Gunawan 2008). Dalam hal kupu-kupu, sifat kualitatif dapat dilihat dari corak dan pola warna pada sayap kupu-kupu. Keuntungan hasil crossbreeding dibandingkan dengan rata-rata performa orang tua disebut heterosis. Sifat heterosis ini muncul sebagai akibat dari interaksi antar gen pada lokus yang sama (dominant) atau lokus berbeda (overdominant). Semakin jauh jarak genetik (genetic distance) antara breed/populasi maka akan makin besar heterosis yang diharapkan (Gunawan 2008). Menurut Detani dan Anton (1999) dalam Matsuka (2001), sebagian besar hasil persilangan bersifat steril. Hasil persilangan (anakan) betina memiliki ukuran yang lebih besar dari anakan jantan dan sebagian kecil dari anakan betina bersifat fertil (Detani dan Anton 1999 dalam Matsuka 2001) Uji kemiripan Data yang diperoleh dari hasil pengamatan di uji dengan menggunakan uji T-Student yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan morfologi secara kuantitatif antara tetua dengan anakan. Dalam pengujian ini, yang menjadi hipotesis nol adalah morfologi tetua dan anak tidak berbeda nyata dan yang menjadi hipotesis satu adalah morfologi tetua dan anakan berbeda nyata. Hasil analisis uji T-Student terhadap anakan dari hasil persilangan pasangan pertama dapat dilihat pada Tabel 13.

24 48 Tabel 13 Hasil analisis uji T-Student anakan pertama No. Jenis kelamin Bagian tubuh Variabel x s n t hitung t tabel 1 Jantan Caput ᵀᴮᴺ Thorax ᴮᴺ Abdomen ᴮᴺ Sayap ᴮᴺ Betina Caput ᵀᴮᴺ Thorax ᴮᴺ Abdomen ᴮᴺ Sayap ᴮᴺ Keterangan : x : Nilai rata-rata s : Simpangan baku n : Jumlah anakan ᵀᴮᴺ : Tidak berbeda nyata ᴮᴺ : Berbeda nyata Hasil perhitungan terhadap anakan jantan bila dibandingkan dengan tetuanya menunjukkan bahwa dari empat poin pengamatan, tiga di antaranya yaitu thorax, abdomen, dan sayap menunjukkan hasil yang berbeda nyata, yakni memiliki ukuran yang lebih besar. Sedangkan caput memiliki nilai t hitung<t tabel yaitu 0.563, hal ini menunjukkan bahwa ukuran caput anakan jantan tidak berbeda nyata dengan ukuran caput tetua. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa anakan betina memiliki nilai t- hitung thorax, abdomen, dan sayap yang lebih besar dari t-tabel. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran thorax, abdomen, dan sayap berbeda nyata dengan induk. Nilai pada caput menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata, yakni memiliki ukuran yang hampir sama dengan tetua. Nilai t-hitung anakan jantan lebih besar dari nilai t-hitung anakan betina, hal ini menunjukkan bahwa tubuh anakan jantan memiliki ukuran yang jauh berbeda dari ukuran tetuanya dibanding dengan anakan betina. Analisis uji T-Student juga dilakukan terhadap hasil anakan kedua. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa ukuran thorax, abdomen, dan sayap pada anakan jantan dan betina memiliki nilai t-hitung>t-tabel. Berdasarkan nilai ini menunjukkan bahwa ukuran tubuh dari ketiga komponen tersebut berbeda nyata dari ukuran tubuh tetua, sedangkan pada caput memiliki nilai t-hitung<t-tabel

25 49 yang menunjukkan bahwa ukuran caput pada anakan jantan dan betina tidak berbeda nyata dengan ukuran caput tetuanya. Tabel 14 Hasil analisis uji T-Student anakan kedua No. Jenis Bagian Variabel kelamin tubuh x s n t hitung t tabel 1 Jantan Caput ᵀᴮᴺ Thorax ᴮᴺ Abdomen ᴮᴺ Sayap ᴮᴺ Betina Caput ᵀᴮᴺ Thorax ᴮᴺ Abdomen ᴮᴺ Sayap ᴮᴺ Keterangan : x : Nilai rata-rata s : Simpangan baku n : Jumlah anakan ᵀᴮᴺ : Tidak berbeda nyata ᴮᴺ : Berbeda nyata Berdasarkan hasil perhitungan uji T-Student terhadap anakan pasangan pertama dan anakan pasangan kedua secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pada bagian caput nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel maka terima hipotesis nol (Ho) yang menyatakan bahwa morfologi kupu-kupu pada bagian caput antara tetua dengan hasil persilangan tidak berbeda nyata. Pada bagian thorax, abdomen, dan sayap nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel maka menolak hipotesis nol (Ho) yang menyatakan bahwa morfologi kupu-kupu antara tetua dengan hasil persilangan (anakan) berbeda nyata. 5.4 Etika persilangan Pada dasarnya persilangan terhadap satwa yang dilindungi boleh dilakukan, tetapi tetap memperhatikan aturan yang berlaku. Persilangan di penangkaran dapat dilakukan setelah generasi kedua. Hal ini sesuai dengan Pasal 13 Ayat 1 PP No. 8 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa hasil penangkaran untuk persilangan hanya dapat dilakukan setelah generasi kedua bagi satwa liar yang dilindungi, dan setelah generasi pertama bagi satwa liar yang tidak dilindungi, serta setelah mengalami perbanyakan bagi tumbuhan yang dilindungi. Perlu diperhatikan bahwa hasil persilangan tidak dilepas ke alam, sesuai dengan Pasal

26 50 13 Ayat 2 PP No. 8 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa hasil persilangan satwa liar dilarang untuk dilepas ke alam. Menurut Departemen Kehutanan (2003), satwa dan tumbuhan dilindungi yang merupakan hasil penangkaran dapat dimanfaatkan termasuk disilangkan. Kupu-kupu O. priamus dan O. croesus sebagai satwa yang disilangkan termasuk dalam kategori kupu-kupu sayap burung. Menurut PP No. 7 Tahun 1999, kupukupu O. priamus termasuk jenis kupu-kupu yang dilindungi, sedangkan O.croesus tidak termasuk jenis kupu-kupu dilindungi. Jenis O.priamus dilindungi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.716/Kpts/Um/10/1980. Kupu-kupu O. priamus dan O. croesus merupakan satwa yang masuk dalam kategori Appendix II CITES yaitu kelompok satwa yang saat ini tidak terancam punah, namun dapat menjadi punah apabila perdagangannya tidak diatur secara ketat. Sedangkan kupu-kupu O. croesus yang digunakan untuk penelitian diperoleh dari hasil pembelian di PT Ikas Amboina Tuban, Bali. Menurut Soehartono dan Mardiastuti (2003), peraturan terhadap spesies satwa dan tumbuhan yang termasuk dalam daftar CITES memiliki beberapa pengecualian. Peraturan CITES tidak berlaku untuk : a) Pertunjukan keliling (sirkus) b) Perdagangan non-komersial, misalnya untuk keperluan kegiatan ilmiah dan pertukaran antar kebun binatang c) Barang-barang pribadi d) Spesimen yang transit di negara lain (transit specimens) e) Spesimen satwa dan tumbuhan yang diperdagangkan sebelum konvensi berlaku f) Spesimen yang dihasilkan dari penangkaran g) Spesimen dari hasil ranching (pembesaran di alam).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 15 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT Kupu-Kupu Taman Lestari dengan alamat Jalan Batu Karu, Sandan Lebah, Sesandan Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran

I. PENDAHULUAN. Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran besar dan memiliki warna sayap yang menarik sehingga sering diambil dari alam untuk dijadikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun TINJAUAN PUSTAKA 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) 1.1 Biologi Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun seperti atap genting (Gambar 1). Jumlah telur

Lebih terperinci

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa Metamorfosis Kecoa 1. Stadium Telur Proses metamorfosis kecoa diawali dengan stadium telur. Telur kecoa diperoleh dari hasil pembuahan sel telur betina oleh sel spermatozoa kecoa jantan. Induk betina kecoa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kupu-Kupu Kupu-kupu merupakan salah satu jenis serangga yang masuk ke dalam ordo Lepidoptera, yang berasal dari kata lepis yang berarti sisik dan pteron yang berarti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lampung memiliki keanekaragaman kupu-kupu yang cukup tinggi. Keanekaragaman kupu-kupu ini merupakan potensi sumber daya alam hayati

I. PENDAHULUAN. Lampung memiliki keanekaragaman kupu-kupu yang cukup tinggi. Keanekaragaman kupu-kupu ini merupakan potensi sumber daya alam hayati I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lampung memiliki keanekaragaman kupu-kupu yang cukup tinggi. Keanekaragaman kupu-kupu ini merupakan potensi sumber daya alam hayati namun belum dimanfaatkan secara optimal.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kupu-kupu Troides helena (Linn.) Database CITES (Convention on International Trade of Endangered Spesies of Wild Flora and Fauna) 2008 menyebutkan bahwa jenis ini termasuk

Lebih terperinci

HASIL A. Teknik Penangkaran T. h. helena dan T. h. hephaestus

HASIL A. Teknik Penangkaran T. h. helena dan T. h. hephaestus HASIL A. Teknik Penangkaran T. h. helena dan T. h. hephaestus Langkah awal yang harus dilakukan pada penangkaran kupu-kupu adalah penyiapan sarana pemeliharaan dari stadia telur sampai imago. Bahan, alat

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN Oleh : Taufik Rizky Afrizal 11.12.6036 S1.SI.10 STMIK AMIKOM Yogyakarta ABSTRAK Di era sekarang, dimana ekonomi negara dalam kondisi tidak terlalu baik dan

Lebih terperinci

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka Burung Jalak Bali Burung Jalak Bali Curik Bali atau yang lebih dikenal dengan nama Jalak Bali, merupakan salah satu spesies burung cantik endemis Indonesia. Burung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kupu-kupu Langka T. helena dan Penyebarannya. T. helena sering disebut Common Birdwing dan di Indonesia dikenal dengan kupu

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kupu-kupu Langka T. helena dan Penyebarannya. T. helena sering disebut Common Birdwing dan di Indonesia dikenal dengan kupu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kupu-kupu Langka T. helena dan Penyebarannya T. helena sering disebut Common Birdwing dan di Indonesia dikenal dengan kupu raja helena. Klasifikasi kupu-kupu T. helena adalah sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Burung jalak bali oleh masyarakat Bali disebut dinamakan dengan curik putih atau curik bali, sedangkan dalam istilah asing disebut dengan white starling, white mynah,

Lebih terperinci

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua) TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua) SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Sarjana Pendidikan (S-1)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lapang dan di Laboratorium Bioekologi Parasitoid dan Predator Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor, pada bulan Mei

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kupu-kupu merupakan serangga yang memiliki keindahan warna dan bentuk sayap sehingga mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

Lebih terperinci

ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA

ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA LANDASAN TEORI Organisme yang akan digunakan sebagai materi percobaan genetika perlu memiliki beberapa sifat yang menguntungkan,

Lebih terperinci

BAB IV. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas (F1-F2) dengan pemberian dua

BAB IV. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas (F1-F2) dengan pemberian dua BAB IV Hasil Dari Aspek Biologi Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera : Saturniidae) Selama Proses Habituasi dan Domestikasi Pada Pakan Daun Sirsak dan Teh 4.1. Perubahan tingkah laku Selama proses

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang

PENDAHULUAN Latar belakang PENDAHULUAN Latar belakang Lepidoptera adalah serangga bersayap yang tubuhnya tertutupi oleh sisik (lepidos = sisik, pteron = sayap) (Kristensen 2007). Sisik pada sayap kupu-kupu mengandung pigmen yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Persiapan tanaman uji, tanaman G. pictum (kiri) dan tanaman A. gangetica (kanan)

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Persiapan tanaman uji, tanaman G. pictum (kiri) dan tanaman A. gangetica (kanan) BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Kelompok Peneliti Hama dan Penyakit, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor. Penelitian dimulai dari bulan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan 3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek. Burung ini merupakan burung liar

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN PAKAN SINTETIS TERHADAP LAMANYA SIKLUS HIDUP

2015 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN PAKAN SINTETIS TERHADAP LAMANYA SIKLUS HIDUP BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kupu kupu adalah kelompok serangga yang termasuk ke dalam bangsa Lepidotera, yang berarti mempunyai sayap bersisik. Kupu-kupu merupakan bagian kecil dari 155.000 spesies

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Distribusi Spasial A. tegalensis pada Tiga Varietas Tebu Secara umum pola penyebaran spesies di dalam ruang terbagi menjadi tiga pola yaitu acak, mengelompok, dan teratur. Sebagian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Serangan O. furnacalis pada Tanaman Jagung Larva O. furnacalis merusak daun, bunga jantan dan menggerek batang jagung. Gejala serangan larva pada batang adalah ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) TINJAUAN PUSTAKA Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Gambar 1. Telur C. sacchariphagus Bentuk telur oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus Telur Telur parasitoid B. lasus berbentuk agak lonjong dan melengkung seperti bulan sabit dengan ujung-ujung yang tumpul, transparan dan berwarna

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Sycanus sp. (Hemiptera: Reduviidae) Telur Kelompok telur berwarna coklat dan biasanya tersusun dalam pola baris miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Merak hijau 2.1.1 Taksonomi Grzimek (1972) menyatakan bahwa klasifikasi merak hijau jawa (Pavo muticus muticus) sebagai berikut : Kingdom Phyllum : Animalia : Chordata

Lebih terperinci

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut portugal ke India

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam

Lebih terperinci

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kupu-kupu merupakan satwa liar yang menarik untuk diamati karena keindahan warna dan bentuk sayapnya. Sebagai serangga, kelangsungan hidup kupu-kupu sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tikus

TINJAUAN PUSTAKA Tikus 5 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Tikus merupakan salah satu satwa liar yang menjadi hama penting bagi kehidupan manusia baik dalam bidang pertanian, perkebunan, maupun permukiman. Lebih dari 150 spesies tikus

Lebih terperinci

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut:

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut: Berikut merupakan beberapa contoh hama. a. Tikus Tikus merupakan hama yang sering kali membuat pusing para petani. Hal ini diesbabkan tikus sulit dikendalikan karena memiliki daya adaptasi, mobilitas,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODA. Ketinggian kebun Bah Birung Ulu berkisar m dpl pada bulan

BAHAN DAN METODA. Ketinggian kebun Bah Birung Ulu berkisar m dpl pada bulan 12 BAHAN DAN METODA Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Bah Birung Ulu dan Laboratorium Entomologis Hama dan Penyakit Tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Attacus atlas (L.) Klasifikasi Attacus atlas (L.) menurut Peigler (1980) adalah Filum Klasis Ordo Subordo Superfamili Famili Subfamily Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Hewan Percobaan Bahan dan Peralatan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Hewan Percobaan Bahan dan Peralatan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kandang Blok C Laboratorium Lapang Bagian Produksi Satwa Harapan, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENANGKARAN KUPU-KUPU DAN TINGKAT KEBERHASILANNYA DI TAMAN KUPU-KUPU CIHANJUANG BANDUNG CLARA TRESNA DANGIANG SARI DENLI

MANAJEMEN PENANGKARAN KUPU-KUPU DAN TINGKAT KEBERHASILANNYA DI TAMAN KUPU-KUPU CIHANJUANG BANDUNG CLARA TRESNA DANGIANG SARI DENLI MANAJEMEN PENANGKARAN KUPU-KUPU DAN TINGKAT KEBERHASILANNYA DI TAMAN KUPU-KUPU CIHANJUANG BANDUNG CLARA TRESNA DANGIANG SARI DENLI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial

TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial Apis cerana merupakan serangga sosial yang termasuk dalam Ordo Hymenoptera, Famili Apidae hidup berkelompok membentuk koloni. Setiap koloni terdiri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian mengenai teknik penangkaran dan analisis koefisien inbreeding jalak bali dilakukan di penangkaran Mega Bird and Orchid Farm (MBOF),

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and Development, PT Gunung Madu Plantations (PT GMP), Kabupaten Lampung Tengah.

Lebih terperinci

BUDIDAYA BELUT (Monopterus albus)

BUDIDAYA BELUT (Monopterus albus) BUDIDAYA BELUT (Monopterus albus) 1. PENDAHULUAN Kata Belut merupakan kata yang sudah akrab bagi masyarakat. Jenis ikan ini dengan mudah dapat ditemukan dikawasan pesawahan. Ikan ini ada kesamaan dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus Hidup dan Morfologi

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus Hidup dan Morfologi TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Attacus atlas Attacus atlas merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna (Chapman, 1969). Klasifikasi A. atlas menurut Peigler (1989) adalah sebagai berikut: Kelas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemeliharaan Induk Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk terlebih dahulu di kolam pemeliharaan induk yang ada di BBII. Induk dipelihara

Lebih terperinci

HASIL. Tabel 2 Jumlah imago lebah pekerja A. cerana yang keluar dari sel pupa. No. Hari ke- Koloni I Koloni II. (= kohort) Warna Σ mati Warna Σ Mati

HASIL. Tabel 2 Jumlah imago lebah pekerja A. cerana yang keluar dari sel pupa. No. Hari ke- Koloni I Koloni II. (= kohort) Warna Σ mati Warna Σ Mati HASIL Jumlah Imago Lebah Pekerja A. cerana Berdasarkan hasil pembuatan peta lokasi sel pupa, dapat dihitung jumlah imago lebah pekerja yang keluar dari sel pupa. Jumlah imago lebah pekerja A. cerana (yang

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Graphium agamemnon, Graphium doson, Mechelia champaca, Annona muricata, life cycle, food consumption.

ABSTRACT. Keywords: Graphium agamemnon, Graphium doson, Mechelia champaca, Annona muricata, life cycle, food consumption. ABSTRACT ESWA TRESNAWATI. The Life Cycle and Growth of Graphium agamemnon L. and Graphium doson C&R. Butterflies (Papilionidae: Lepidoptera) Fed by Cempaka (Michelia champaca) and Soursoup (Annona muricata).

Lebih terperinci

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep) HAMA PENGGEREK BATANG PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Status Penggerek batang padi merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia. Berdasarkan luas serangan pada tahun 2006, hama penggerek

Lebih terperinci

Gambar 1. Koloni Trigona sp

Gambar 1. Koloni Trigona sp BUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA SP Oleh : Victor Winarto *) Rusmalia *) I. PENDAHULUAN Madu adalah salah satu produk primadona HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu) di Indonesia. Banyaknya manfaat madu bagi kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lepidoptera merupakan salah satu ordo dari ClassisInsecta(Hadi et al., 2009). Di alam, lepidoptera terbagi menjadi dua yaitu kupu-kupu (butterfly) dan ngengat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah (S. coarctata) Secara umum tampak bahwa perkembangan populasi kepinding tanah terutama nimfa dan imago mengalami peningkatan dengan bertambahnya

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan Pendahuluan Pembenihan merupakan suatu tahap kegiatan dalam budidaya yang sangat menentukan kegiatan pemeliharaan selanjutnya dan bertujuan untuk menghasilkan benih. Benih yang dihasilkan dari proses pembenihan

Lebih terperinci

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda 116 PEMBAHASAN UMUM Domestikasi adalah merupakan suatu upaya menjinakan hewan (ikan) yang biasa hidup liar menjadi jinak sehingga dapat bermanfaat bagi manusia. Domestikasi ikan perairan umum merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut : Kerajaan Filum Kelas Bangsa : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp.

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp. 4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.) Menurut Deptan (2007), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: kingdom: Animalia, filum : Arthropoda, kelas : Insect, ordo : Diptera,

Lebih terperinci

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Brontispa sp di laboratorium. Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan. Tujuan Penelitian Untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan daun,

TINJAUAN PUSTAKA. berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan daun, TINJAUAN PUSTAKA Chilo sacchariphagus (Lepidoptera: Pyralidae) Biologi Telur penggerek batang tebu berbentuk oval, pipih dan diletakkan berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xii BABI PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Penelitian...

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Kawin

HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Kawin HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Kawin Pengamatan perilaku kawin nyamuk diamati dari tiga kandang, kandang pertama berisi seekor nyamuk betina Aedes aegypti dengan seekor nyamuk jantan Aedes aegypti, kandang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) TINJAUAN PUSTAKA Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) Seekor imago betina dapat meletakkan telur sebanyak 282-376 butir dan diletakkan secara kelompok. Banyaknya telur dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Tekukur Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang terbentang dari India dan Sri Lanka di Asia Selatan Tropika hingga ke China Selatan dan Asia

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Divisi Persuteraan Alam, Ciomas, Bogor. Waktu penelitian dimulai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kopi (Coffea spp.) Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah Brazil, Vietnam dan Colombia. Dari total produksi, sekitar 67% diekspor sedangkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra ( Bombyx mori L. Ras Ulat Sutera

TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra ( Bombyx mori L. Ras Ulat Sutera TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra (Bombyx mori L.) Ulat sutera adalah serangga holometabola yang mengalami metamorfosa sempurna, yang berarti bahwa setiap generasi keempat stadia, yaitu telur, larva atau lazim

Lebih terperinci

Daur Hidup Hewan Di Lingkungan Sekitar. 4. Memahami daur hidup berbagai jenis mahluk hidup

Daur Hidup Hewan Di Lingkungan Sekitar. 4. Memahami daur hidup berbagai jenis mahluk hidup Ayam betina dewasa dapat bertelur. Jika di erami, telur akan menetas dan menghasilkan anak ayam. Anak ayam akan tumbuh menjadi ayam dewasa. Kemuadian, ayam betina dewasa akan bertelur dan menghasilkan

Lebih terperinci

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh I. Latar Belakang Tanaman pala merupakan tanaman keras yang dapat berumur panjang hingga lebih dari 100 tahun. Tanaman pala tumbuh dengan baik di daerah tropis.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT PENDAHULUAN Eli Korlina Salah satu masalah dalam usahatani bawang putih adalah gangguan hama dan penyakit. Keberadaan hama dan penyakit dalam usahatani mendorong petani untuk menggu-nakan pestisida pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Namun, untuk menghasilkan pertumbuhan yang sehat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Populasi Rhopalosiphum maidis Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kutu daun R. maidis mulai menyerang tanaman jagung dan membentuk koloni sejak tanaman berumur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Parasit Lalat S. inferens Towns. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda

Lebih terperinci

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian TINJAUAN PUSTAKA Biologi Kumbang Tanduk (O. rhinoceros). berikut: Sistematika kumbang tanduk menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insekta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 9 Kubah penangkaran IPB.

BAHAN DAN METODE. Gambar 9 Kubah penangkaran IPB. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari 2008 sampai bulan Oktober 2009 bertempat di laboratorium Biomolekuler PPSHB PAU dan kubah penangkaran IPB (Gambar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk, kebutuhan pangan semakin meningkat pula. Pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat jenisnya beragam, salah satunya pemenuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga

I. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki kekayaan alam melimpah berupa flora dan fauna. Indonesia juga memiliki potensi besar dalam pengembangan usaha peternakan lebah

Lebih terperinci

Terbuka lebar peluang ekspor dari budidaya belut

Terbuka lebar peluang ekspor dari budidaya belut Terbuka lebar peluang ekspor dari budidaya belut Karya Ilmiah Di susun oleh : Nama : Didi Sapbandi NIM :10.11.3835 Kelas : S1-TI-2D STMIK AMIKOM YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011 Abstrak Belut merupakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Metabolisme Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor mulai bulan Oktober sampai dengan Nopember 2011. Tahapan meliputi

Lebih terperinci

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were. II. METODOLOGI 2.1 Materi Uji Sumber genetik yang digunakan adalah ikan nilem hijau dan ikan nilem were. Induk ikan nilem hijau diperoleh dari wilayah Bogor (Jawa Barat) berjumlah 11 ekor dengan bobot

Lebih terperinci

IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp)

IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp) IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp) MENGENAL IKAN LOUHAN -Nama lain : flower horn, flower louhan dan sungokong. -Tidak mengenal musim kawin. -Memiliki sifat gembira, cerdas dan cepat akrab dengan pemiliknya.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (coffea sp.) adalah tanaman yang berbentuk pohon termasuk dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (coffea sp.) adalah tanaman yang berbentuk pohon termasuk dalam famili 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kopi Kopi (coffea sp.) adalah tanaman yang berbentuk pohon termasuk dalam famili Rubiceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang, dan bila dibiarkan

Lebih terperinci

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila I. Praktikum ke : 1 (satu) II. Hari / tanggal : Selasa/ 1 Maret 2016 III. Judul Praktikum : Siklus Hidup Drosophila melanogaster IV. Tujuan Praktikum : Mengamati siklus hidup drosophila melanogaster Mengamati

Lebih terperinci

Penyiapan Mesin Tetas

Penyiapan Mesin Tetas Dian Maharso Yuwono Pemeliharaan unggas secara intensif memerlukan bibit dalam jumlah yang relatif banyak, sehingga penetasan dengan mesin semakin diperlukan. Penetasan telur unggas (ayam, itik, puyuh,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) diletakkan secara berkelompok dalam 2-3 baris (Gambar 1). Bentuk telur jorong

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) diletakkan secara berkelompok dalam 2-3 baris (Gambar 1). Bentuk telur jorong TINJAUAN PUSTAKA Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Ngengat meletakkan telur di atas permukaan daun dan jarang meletakkan di bawah permukaan daun. Jumlah telur yang diletakkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Individu betina dan jantan P. marginatus mengalami tahapan perkembangan hidup yang berbeda (Gambar 9). Individu betina mengalami metamorfosis paurometabola (metamorfosis

Lebih terperinci

Jawaban. 1 Metamorfosis Sempurna (Holometabola)

Jawaban. 1 Metamorfosis Sempurna (Holometabola) Soal metamorfosis 1. Apa yang dimaksud metamorfosis sempurna? 2. Gambarkan kejadian metamomorfosis sempurna! 3. Apa yang dimaksud dengan metamorfosis tidak sempurna? 4. Gambarkan kejadian metamorfosis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman mentimun berasal dari kaki pegunungan Himalaya. Domestikasi dari tanaman liar ini berasal dari India utara dan mencapai Mediterania pada 600 SM. Tanaman ini dapat tumbuh

Lebih terperinci

1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat

1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat 1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat Wereng coklat, (Nilaparvata lugens Stal) ordo Homoptera famili Delphacidae. Tubuh berwarna coklat kekuningan - coklat tua, berbintik coklat gelap pd

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ulat Api (Setothosea asigna van Eecke) berikut: Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai Kingdom Pilum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia :

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Ulat Sutera Bahan-Bahan Alat

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Ulat Sutera Bahan-Bahan Alat MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Devisi Persuteraan Alam Ciomas. Waktu penelitian dimulai dari Juni

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan 15 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Bactrocera sp. (Diptera : Tephtritidae) Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Lalat buah betina memasukkan telur ke dalam kulit buah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi karena berbagai manfaat yang terdapat di dalam kubis. Kubis dikenal sebagai sumber vitamin A, B, dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan rayap yang paling luas serangannya di Indonesia. Klasifikasi

Lebih terperinci