BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
|
|
- Widya Pranata
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Patahan Lembang merupakan salah satu patahan di Jawa Barat. Status keaktifan patahan yang terletak di utara Bandung ini sesungguhnya belum diketahui secara pasti. Beberapa hasil penelitian umumnya tidak menjelaskan secara rinci tentang bagaimana status keaktifannya (Bemmelen, 949; Tjia, 968; Silitonga, 003; Koesoemadinata & Hartono, 98; Sampurno, 98; Koesoemadinata, 987; Dam, 990; Dam & Suparan (99); Dam, 997; Sunardi & Koesoemadinata; 997). Nossin et al. (996) menyatakan bahwa Patahan Lembang bagian timur bergerak sekitar tahun yang lalu dan bagian barat bergerak pertama kali tidak lebih muda dari tahun yang lalu. Pernyataan ini, jika berdasarkan definisi Keller & Pinter (996), maka Patahan Lembang bukan termasuk dalam patahan aktif. Pernyatan ini juga bertentangan dengan hasil penelitian Marjiyono et al., (008) yang memasukan Patahan Lembang ke dalam patahan aktif dan merupakan kategori wilayah berpotensi gempa. Tumbuhan mempunyai kepekaan yang cukup tinggi terhadap perubahan kondisi ekologi. Dengan demikian, polen dapat berperan sebagai indikator lingkungan pengendapan (Barbour et al., 999). Dalam proses sedimentasi, keberadaan polen (serbuk sari bunga) yang terawetkan dengan baik dalam sedimen, dapat memberikan informasi tentang jenis vegetasi yang tumbuh dan berkembang pada waktu sedimen tersebut diendapkan (Hillen, 986). Sagpond merupakan salah satu karakter landform yang pembentukannya berkaitan dengan patahan (Keller & Pinter, 996). Sagpond adalah suatu cebakan air yang mengisi depresi tertutup atau daerah yang turun karena adanya pergerakan
2 patahan aktif atau patahan yang belum lama terjadi, yang memiliki pola aliran tertutup (Bates & Jackson, 987). Keberadaan endapan sagpond dapat membuktikan rata-rata pergerakan (slip-rate) suatu patahan aktif yang terjadi di masa lalu (McCalpin, 996). Untuk merekam data aktivitas patahan diperlukan data kondisi lingkungan pengendapan di masa lalu. Data tersebut merupakan data lingkungan berenergi rendah sehingga endapannya akan terakumulasi dalam bentuk lapisan-lapisan tipis yang dipisahkan oleh pelapukan, tanah organik atau batubara muda (Sieh, 978 op.cit. McCalpin, 996). Polen dan spora banyak terkandung dalam sedimen organik, gambut maupun batubara (Bignot G., 985). Sejarah lingkungan flora dan vegetasi di suatu daerah dapat diungkap melalui pendekatan palinologi. Analisis polen dan spora yang terendapkan dalam suatu sedimen dapat mengungkapkan latar belakang perubahan flora dan vegetasi pada periode tertentu (Moore & Webb, 978). Dengan demikian, analisis palinologi diharapkan dapat menjadi aspek pendukung penelusuran data sagpond pada suatu areal patahan. Berdasarkan latar belakang ini penulis mencoba memahami Patahan Lembang melalui pendekatan analisis palinologi secara rinci pada endapan-endapan sagpond di daerah penelitian. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pemahaman masalah status keaktifan Patahan Lembang yang bermanfaat dalam upaya pengurangan resiko bencana di masa mendatang.. Permasalahan Dalam proses sedimentasi, keberadaan polen (serbuk sari bunga) yang terawetkan dengan baik dalam sedimen, dapat memberikan informasi tentang jenis vegetasi yang tumbuh dan berkembang pada waktu sedimen tersebut diendapkan (Hillen, 986). Namun, apabila proses sedimentasi berlangsung dalam suatu lingkungan
3 yang dipengaruhi gerak (slip) yang diakibatkan oleh aktifitas patahan, seperti halnya daerah Patahan Lembang, adakah gejalanya terefleksikan oleh perubahan akumulasi polen yang terkandung di dalam endapan-endapan yang turut tersedimentasikan tersebut? Jika terefleksikan, sejauh mana keadaan ini dapat mencerminkan aktifitas penurunannya, sehingga status keaktifan dan ketidakaktifan Patahan Lembang dapat diketahui dengan lebih baik..3 Maksud dan Tujuan Penelitian dan penulisan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan akademis dalam menyelesaikan pendidikan tingkat Magister Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah memahami refleksi perubahan asosiasi polen pada endapan-endapan sagpond akibat pergerakan Patahan Lembang..4 Objek Data dan Objek Penelitian Objek penelitian berupa analisis palinologi dan stratigrafi pada endapan rawa sagpond untuk memahami pergerakan patahan. Objek data yang dipergunakan adalah kandungan polen dan spora serta data stratigrafi dari hasil pemboran di daerah Graha Puspa, Cihideung, Lembang, Bandung, Jawa Barat..5 Ruang Lingkup dan Sasaran Penelitian Ruang lingkup penelitian dibatasi pada studi palinologi yang ditunjang data stratigrafi rawa sagpond untuk memahami keaktifan penurunan Patahan Lembang, 3
4 tanpa membahas tentang mekanisme tipe pergerakan patahannya. Areal pemboran dilakukan di daerah Cihideung, Lembang, Bandung, Jawa Barat (Gambar.). Sasaran dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran aktifitas Patahan Lembang berdasarkan karakteristik kumpulan polen dan data stratigrafi di daerah penelitian. Gambar. Lokasi penelitian (tanda panah berwarna merah) yang berada di daerah Graha Puspa, Cihideung, Lembang, Bandung, Jawa Barat (Tim Foto Udara Pusat Survei Geologi Bandung, 007). 4
5 .6 Hipotesis dan Asumsi Hipotesis dari penelitian ini adalah: Oleh karena proses pengendapan rawa sagpond berkaitan erat dengan aktifitas penurunan hanging wall, maka stratigrafi rawa sagpond di daerah penelitian terbentuk oleh perulangan gerak Patahan Lembang (Gambar..5). Polenpolen yang terjebak dalam endapan rawa sagpond akan merekam evolusi bentang vegetasi selama masa pembentukan rawa sagpond tersebut (Gambar.6 &.7). Dengan demikian, analisis palinologi pada endapan rawa sagpond di daerah penelitian diduga dapat merefleksiksan aktifitas pergerakan Patahan Lembang. Pada batas-batas runtunan stratigrafi akan tercerminkan pola-pola perkembangan kumpulan komunitas tumbuhan sesuai dengan suksesi vegetasi di areal perairan yang mengalami pendangkalan. Dalam Polunin (990) dinyatakan bahwa tahaptahap suksesi vegetasi pada suatu areal terestrial perairan yang mengalami pendangkalan diawali oleh perkembangan tumbuhan air yang tenggelam di bawah air, disusul oleh vegetasi berakar dengan daun-daun yang mengapung, kemudian habitat tumbuhan air yang mencuat di atas permukaan, selanjutnya menjadi habitat tumbuhan semak hingga menjadi hutan rendah. Akumulasi kandungan polen dan spora sebagai hasil proses sedimentasi materialmaterial organik yang tertampung dalam lingkungan perairan sagpond akan dicerminkan oleh pola perubahan kumpulan komunitas tumbuhan, yang terutama dicirikan oleh 3 (tiga) karakter kumpulan komunitas tumbuhan, yaitu tumbuhan dataran tinggi, tumbuhan rawa dan rerumputan. Pada saat terjadi slip/pergerakan, sagpond menampung polen-polen tumbuhan tinggi dari lingkungan sekitarnya. Apabila setelah ini kondisi tenang terjadi, maka rawa akan mengalami sedimentasi dan pendangkalan volume perairan, sehingga sagpond menampung polen-polen tumbuhan tinggi dari lingkungan sekitarnya dan polen tumbuhan rawa yang mulai tumbuh di pinggiran sagpond sesuai dengan tahap-tahap suksesi vegetasi di areal 5
6 terestrial perairan yang mengalami pendangkalan. Jika pengendapan ini hingga mencapai permukaan, bahkan hingga membentuk lapisan tanah (soil) maka sagpond menampung lebih banyak polen-polen tumbuhan rawa yang telah menutupi sebagian besar sagpond. Kumpulan komunitas polen dari mulai pengenangan rawa akibat adanya slip yang biasanya hanya berperan sebagai wadah penampungan pengendapan polen-polen dari komunitas tumbuhan tinggi, sampai dengan berkembangnya komunitas tumbuhan rerumputan sebagai penciri bahwa areal sagpond telah penuh terisi sedimen hingga mencapai permukaan, dinyatakan sebagai (satu) runtunan palinologi. Pada saat terjadi pergerakan patahan berikutnya, maka pergerakannya akan berpengaruh pada areal lingkungan sagpond yang akan turut bergerak turun, sehingga daerah ini pun akan kembali tergenang dan membentuk lingkungan rawa sagpond baru dengan terulangnya kembali pola akumulasi polen pada runtunan palinologi berikutnya, seperti yang terjadi pada saat awal pergerakan (awal slip). Asumsi-asumsi yang mendasari hipotesis tersebut adalah:. Identifikasi tumbuhan dapat dilakukan dengan berbagai bukti taksonomi, di antaranya dengan bukti palinologi (Moore & Webb, 978; Faegri & Iversen, 96). Kandungan polen (serbuk sari) dapat dijadikan petunjuk dalam sejarah evolusi tumbuhan. Keberadaan polen yang terawetkan dengan baik dalam suatu sedimen dapat memberikan informasi tentang jenis vegetasi yang tumbuh dan berkembang pada waktu sedimen tersebut diendapkan (Hillen, 986). Vegetasi dapat berfungsi sebagai indikator bentang lahan setempat. Di areal terestrial, tahap-tahap suksesi vegetasi dapat terjadi pada lingkungan perairan yang mengalami pendangkalan (Polunin, 990).. Sagpond merupakan salah satu landform yang dapat mencerminkan aktifitas tektonik (Keller & Pinter, 996). Sagpond terbentuk karena 6
7 adanya proses depresi topografi lokal yang disebabkan oleh aktifitas patahan (Stewart & Hancock, 994). Sagpond merupakan bentuk perairan yang terjadi akibat patahan aktif (Bates & Jacson, 987) yang terakumulasi dalam bentuk lapisan-lapisan tipis yang dipisahkan oleh pelapukan, tanah organik atau batubara muda (Sieh, 978 op.cit. McCalpin, 996). 3. Dalam sistem sedimentasi, keberadaan paleosol menunjukkan telah tersingkapnya suatu lingkungan perairan ke permukaan (Boggs, 00). 4. Patahan Lembang merupakan hasil mekanisme patahan normal (Bemmelen, 949; Nossin et al., 996). Erosi Sedimentasi Sagpond paleosol S Foot wall Hanging wall U Gambar. Model tatanan lingkungan Patahan Lembang. Pembentukan rawa sagpond akibat terbendungnya drainase oleh patahan yang kemudian berkembang menjadi lingkungan perairan yang meng-akomodasi pengendapan sagpond (Modifikasi dari McCalpin, 996) 7
8 T patahan Sagpond menampung polen-polen tumbuhan tinggi dari lingkungan sekitarnya T patahan Sagpond menampung polen-polen tumbuhan tinggi dari lingkungan sekitarnya dan polen tumbuhan rawa yang mulai tumbuh di pinggiran sagpond T 3 patahan Sagpond menampung lebih banyak polenpolen tumbuhan rawa yang telah menutupi sebagian besar sagpond Gambar.3 Model hipotetik perubahan asosiasi polen seiring dengan perkembangan proses sedimentasi rawa sagpond 8
9 P P Patahan memotong soil (P ) S (slip) membentuk rawa sagpond P P P 3 Sedimentasi dalam rawa sagpond di atas paleosol (P ) 4 Sedimentasi rawa sagpond berlanjut hingga terbentuk soil (P ) P P 3 P P P 5 6 Sedimentasi rawa sagpond terus berlanjut hingga terbentuk soil 3 (P 3) Gambar.4 Hipotesis stratigrafi sagpond (Alternatif ): Satu lapisan paleosol mewakili satu kali slip 9
10 P P Patahan memotong soil (P ) S ( slip) membentuk rawa sagpond P P 3 Sedimentasi dalam rawa sagpond di atas paleosol (P ) 4 Sedimentasi rawa sagpond terus berlanjut P Batas antarsedimentasi P P 5 S (slip) terjadi sebelum sempat 6 Sedimentasi rawa sagpond membentuk lapisan paleosol berikutnya rawa sagpond sebelumnya berikutnya, di atas sedimentasi (garis merah putus-putus) hingga terbentuk soil (P ) Gambar.5 Hipotesis stratigrafi sagpond (Alternatif ): Di antara dua lapisan paleosol terdapat satu kali slip 0
11 No. Sampel No. Sampel No. Sampel % % Tumbuhan Dat. Tinggi Tumbuhan Rawa Rerumputan % Gambar.6 Hipotesis rekaman palinologi tumbuhan dataran tinggi, tumbuhan rawa, dan rerumputan, pada Slip Alternatif No. Sampel No. Sampel No. Sampel % % Tumbuhan Dat. Tinggi Tumbuhan Rawa Rerumputan % Gambar.7 Hipotesis rekaman palinologi tumbuhan dataran tinggi, tumbuhan rawa, dan rerumputan, pada Slip Alternatif
12 .7. Metode Penelitian.7. Perolehan Data.7.. Data Utama Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data palinologi dari sampel-sampel endapan sagpond hasil pemboran dangkal di daerah penelitian. Peralatan yang digunakan antara lain: geoslicer, pisau, meteran, paralon, isolasi/lakban dan GPS. Dari alat bor, endapan sagpond kemudian diletakkan dalam paralon berukuran 5cm x,5cm x 00cm. Setiap sampel polen diambil dengan interval 4 cm sebanyak cm 3 dan langsung dimasukkan ke dalam kantong plastik tertutup agar terhindar dari kontaminasi polen modern di sekitarnya..7.. Data Pendukung Data pendukung yang digunakan dalam penelitian ini adalah data stratigrafi yang diperoleh dari hasil pemboran tangan di areal penelitian..7. Hasil.7.. Data Stratigrafi Prosesnya adalah deskripsi stratigrafi data bor, antara lain: komposisi endapan, warna endapan, bentuk dan ukuran butir, batas kontak antar lapisan dan ketebalan lapisan. Seluruh hasil deskripsi kemudian dituangkan dalam bentuk penampang stratigrafi untuk analisis lebih lanjut.
13 .7.. Data Palinologi Prosesnya meliputi: - seluruh sampel dipreparasi dengan metoda standar preparasi palinologi yang dimaksudkan untuk membersihkan butiran polen dari material-material lain yang melingkupinya. Preparasi sampel bor dilakukan di Laboratorium Palinologi, Geollab, Pusat Survei Geologi, Bandung, sedangkan preparasi sampel permukaan dilakukan di Laboratorium Palinologi, FITB, Bandung (Lampiran A). - setelah dipreparasi, hasil residu yang telah berbentuk preparat dideterminasi dan diidentifikasi dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 400 kali dan 000 kali. Acuan yang digunakan dalam identifikasi polen dan spora antara lain: Andrews et al. (973), Erdtman (943, 95), Huang (97, 98) dan Moore & Webb (978). Determinasi untuk pencapaian jumlah butiran polen menggunakan Metode Alikuot yakni perhitungan jumlah absolut palinomorf dalam (satu) sampel batuan dengan hanya menghitung jumlah palinomorf yang muncul di preparat (Lelono, 00). Formulanya adalah: Jumlah butiran polen Jumlah butiran seluruh polen Jumlah butiran spora Jumlah butiran seluruh polen X 00% = Persentase spesies polen X 00% = Persentase spesies spora Spora dikeluarkan dari perhitungan proporsi polen karena bersifat high producer sehingga keberadaannya dapat mengaburkan interpretasi proporsi polen. Angka pencapaian persentase spora kemungkinan mencapai di atas 00%, karena jumlah butirannya seringkali lebih besar daripada jumlah pembandingnya, yaitu polen. 3
14 - hasil determinasi akan ditampilkan dalam bentuk persentasi, kemudian disajikan dalam bentuk diagram palinologi, diagram kumulatif polen, diagram rasio polen dan spora dan diagram total polen dan spora. Untuk pencapaian signifikansi persentase setiap polen dan spora, perhitungan dilakukan berdasarkan persentase antara pembagian jumlah polen atau spora terhadap jumlah total polen saja tanpa disertai jumlah total spora. Acuan yang digunakan untuk pengelompokan ekologi dalam diagram palinologi antara lain: Steenis (965), Hasseldonckx (974), Hillen (986), Kaars & Dam (995), Morley (990, 99), Polhaupessy (980, 99) dan Stuijts (993) Kumpulan Polen Modern Prosesnya adalah determinasi, identifikasi dan pengolahan data kumpulan polen modern dalam endapan sagpond untuk dijadikan kalibrasi terhadap data palinologi yang terkandung dalam data bor. Untuk lebih memperkuat interpretasi dilakukan pula pengamatan jenis-jenis tumbuhan modern yang berkembang di daerah penelitian baik yang tumbuh dengan sendirinya maupun yang ditanami secara sengaja oleh masyarakat sekitar..7.3 Analisis.7.3. Analisis Stratigrafi Analisis ini merupakan pembagian satuan runtunan secara vertikal untuk mengenali perulangan pengendapan di setiap runtunan dengan fokus pengamatan pada karakter-karakter litologi yang mencirikan batas antar runtunan. Perulangan data runtunan tersebut digunakan untuk pemahaman aktifitas pergerakan yang berakibat pada perkembangan runtunan sagpond di daerah penelitian. 4
15 .7.3. Analisis palinologi Analisis ini merupakan pengelompokan komunitas vegetasi berdasarkan data persentase polen untuk pemahaman karakter perkembangan rawa sagpond di daerah penelitian. Gambar.8 Diagram Alir Penelitian 5
BAB V DISKUSI. 5.1 Keaktifan Patahan Lembang
BAB V DISKUSI Pengumpulan data untuk menelusuri perkembangan rawa sagpond berdasarkan analisis stratigrafi dan palinologi di daerah penelitian telah dilakukan dan hasilnya telah diuraikan dalam Bab IV.
Lebih terperinciTumbuhan permukaan rawa yang tumbuh dengan sendirinya di areal rawa ini antara lain: Alternanthera pyloxiroides, Centela umbelata, Cynodon dactylon, Cyperaceae, Emilia sonchifolia, Erigeron sumatraensis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesar aktif merupakan salah satu sumber penyebab terjadinya gempabumi. Menurut Keller dan Pinter (1996) sesar aktif adalah sesar yang pernah bergerak pada kurun waktu
Lebih terperinciINSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
REKAMAN POLEN TERHADAP PERUBAHAN LINGKUNGAN DALAM ENDAPAN SAGPOND PATAHAN LEMBANG TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister Dari Institut Teknologi Bandung Oleh DESSY
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keterdapatan mikrofosil pada batuan sangat bergantung kepada lingkungan hidup organisme
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mikropaleontologi merupakan cabang ilmu paleontologi yang mempelajari fosil yang berukuran mikro sehingga memerlukan alat bantu mikroskrop dalam mempelajarinya.
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN DISKUSI
BAB V ANALISIS DAN DISKUSI Pada bab ini akan dibahas beberapa aspek mengenai Sesar Lembang yang meliputi tingkat keaktifan, mekanisme pergerakan dan segmentasi. Semua aspek tadi akan dibahas dengan menggabungkan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN UMUM
BAB III TINJAUAN UMUM 3.1 Palinologi Definisi palinologi menurut Moore & Webb (1978) adalah ilmu yang mempelajari serbuk sari tumbuhan tingkat tinggi (polen) dan spora tumbuhan rendah. Penerapan data palinologi
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN HASIL PENELITIAN
BAB IV DATA DAN HASIL PENELITIAN 4. Morfometri Sesar Lembang Dalam melakukan pengolahan data penulis membagi daerah penelitian menjadi 2 (dua), yaitu blok utara (hangingwall) dan blok selatan (footwall)
Lebih terperinciBAB II TATANAN GEOLOGI
BAB II TATANAN GEOLOGI Secara morfologi, Patahan Lembang merupakan patahan dengan dinding gawir (fault scarp) menghadap ke arah utara. Hasil interpretasi kelurusan citra SPOT menunjukkan adanya kelurusan
Lebih terperinciFoto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono
Batulempung, hadir sebagai sisipan dalam batupasir, berwarna abu-abu, bersifat non karbonatan dan secara gradasi batulempung ini berubah menjadi batuserpih karbonan-coally shale. Batubara, berwarna hitam,
Lebih terperincibio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan
III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel sedimen, larutan HCL 37%, HF 40%, KOH 10%, HNO3 30%,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir merupakan mata kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tugas Akhir merupakan mata kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan tingkat sarjana (S1) pada Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu Teknologi dan Kebumian, Institut
Lebih terperinci3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9
3.2.2.4 Mekanisme pengendapan Berdasarkan pemilahan buruk, setempat dijumpai struktur reversed graded bedding (Gambar 3-23 D), kemas terbuka, tidak ada orientasi, jenis fragmen yang bervariasi, massadasar
Lebih terperincibio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi penelitian a. Bahan
III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi penelitian a. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel sedimen, larutan HCL 37%, HF 40%, KOH 10%, HNO 3 30%,
Lebih terperinciGeologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas Akhir adalah matakuliah wajib dalam kurikulum pendidikan sarjana strata satu di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Daerah Rembang secara fisiografi termasuk ke dalam Zona Rembang (van Bemmelen, 1949) yang terdiri dari endapan Neogen silisiklastik dan karbonat. Stratigrafi daerah
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Bates, R.L. & Jackson, J.A., 1987, Glossary of Geology, 1997, 3 rd American Geological Institute, 788 halaman.
DAFTAR PUSTAKA Allen, P.A. & Collinson, J.D., 1986, Lakes. In: H.G. Reading (ed.): Sedimentaty Environments and Facies, Second Edition, Blackwell Scientific Publications, Oxford, London, hal. 63-94, 615
Lebih terperinciGambar 2.1 Pembentukan gametofit jantan (Sumber Fahn, 1991)
II. TELAAH PUSTAKA Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut, terutama di pantai yang terlindung, laguna dan muara sungai yang tergenang pada saat pasang dan bebas dari
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
18 Geologi Daerah Penelitian BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1. Geomorfologi Daerah Penelitian merupakan daerah perbukitan bergelombang dengan ketinggian yang berkisar antara 40-90 meter di atas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. palinomorf lainnya, baik yang masih hidup (actuopalinology) ataupun yang sudah
1 I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Palinologi adalah ilmu yang mempelajari tentang polen, spora dan palinomorf lainnya, baik yang masih hidup (actuopalinology) ataupun yang sudah memfosil (paleopalinology).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai gelar kesarjanaan Strata Satu ( S-1) pada Program Studi Teknik Geologi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung, maka setiap mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas akhir sebagai mata kuliah wajib, merupakan pengintegrasian ilmu dan keterampilan dalam bidang geologi yang didapatkan selama menjadi mahasiswa dan sebagai syarat
Lebih terperinciBAB III TEORI DASAR. 3.1 Neotektonik
BAB III TEORI DASAR 3.1 Neotektonik Neotektonik dapat diterjemahkan sebagai tektonik pada masa sekarang. Istilah neotektonik menurut Stewart dan Hancock (1994) adalah cabang dari tektonik yang berkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Beruak dan Sekitarnya, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Batubara merupakan salah satu sumber energi yang telah lama digunakan dan memegang peranan penting saat ini. Peranannya semakin meningkat seiring dengan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tugas akhir merupakan mata kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan tingkat sarjana (S1) di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut
Lebih terperinciIII.1 Morfologi Daerah Penelitian
TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 Morfologi Daerah Penelitian Morfologi suatu daerah merupakan bentukan bentang alam daerah tersebut. Morfologi daerah penelitian berdasakan pengamatan awal tekstur
Lebih terperinciGeologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /
BAB III GEOLOGI DAERAH PERBUKITAN RUMU 3.1 Geomorfologi Perbukitan Rumu Bentang alam yang terbentuk pada saat ini merupakan hasil dari pengaruh struktur, proses dan tahapan yang terjadi pada suatu daerah
Lebih terperinciBAB II GEOLOGI REGIONAL
BAB II GEOLOGI REGIONAL II.1 Fisiografi dan Morfologi Van Bemmelen (1949), membagi fisiografi Jawa Barat menjadi empat zona, yaitu Pegunungan selatan Jawa Barat (Southern Mountain), Zona Bandung (Central
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kawasan Bandung Utara terbentuk oleh proses vulkanik Gunung Sunda dan Gunung Tangkuban Perahu pada kala Plistosen-Holosen. Hal tersebut menyebabkan kawasan ini tersusun
Lebih terperinciGeologi Daerah Penelitian. III Hubungan Stratigrafi
30 Geologi Daerah Penelitian III.2.2.3. Hubungan Stratigrafi Dilihat dari arah kemiringan lapisan yang sama yaitu berarah ke timur dan pengendapan yang menerus, maka diperkirakan hubungan stratigrafi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui dan memahami kondisi geologi daerah penelitian.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara mempunyai karakteristik dan kualitas yang berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya. Faktor tumbuhan pembentuk dan lingkungan pengendapan akan menyebabkan
Lebih terperinciDaftar Isi Bab I Pendahuluan Bab II Geologi Regional Bab III Dasar Teori
Daftar Isi Halaman Judul... i Halaman Pengesahan... ii Halaman Pernyataan... iii Kata Pengantar... iv Sari... v Abstract... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar... ix Daftar Tabel... xi Daftar Lampiran...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Lingkup Kajian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian geologi dilakukan untuk mengenal dan memahami kondisi geologi suatu daerah. Penelitian tersebut dapat meliputi penelitian pada permukaan dan bawah permukaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar belakang penelitian ini secara umum adalah pengintegrasian ilmu dan keterampilan dalam bidang geologi yang didapatkan selama menjadi mahasiswa dan sebagai syarat
Lebih terperinciBAB IV SIKLUS SEDIMENTASI PADA SATUAN BATUPASIR
BAB IV SIKLUS SEDIMENTASI PADA SATUAN BATUPASIR 4.1 Pendahuluan Kajian terhadap siklus sedimentasi pada Satuan Batupasir dilakukan dengan analisis urutan secara vertikal terhadap singkapan yang mewakili
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH NGAMPEL DAN SEKITARNYA
BAB III GEOLOGI DAERAH NGAMPEL DAN SEKITARNYA Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yaitu geologi daerah Ngampel dan sekitarnya. Pembahasan meliputi kondisi geomorfologi, urutan stratigrafi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian geologi dilakukan untuk mengenal dan memahami kondisi geologi suatu daerah. Penelitian tersebut dapat meliputi penelitian pada permukaan dan bawah permukaan.
Lebih terperinci1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tugas akhir merupakan mata kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan tingkat Sarjana-1 (S1) di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas akhir merupakan persyaratan utama untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S-1) di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara merupakan salah satu sumber energi yang telah lama digunakan dan memegang peranan penting saat ini. Peranannya semakin meningkat seiring dengan perkembangan
Lebih terperinciFoto 4.9 Singkapan batupasir sisipan batulempung
sebagai endapan delta mouth bar pada sistem delta. 4.3.3 Lintasan C Delta Front Pada bagian bawah dari kolom stratigrafi lintasan ini, didapatkan litologi batupasir dan batulempung dengan suksesi vertikal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seorang ahli geologi merupakan salah satu sumber daya manusia yang berperan sebagai pemikir untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan sumber daya alam.
Lebih terperinciANALISIS MORFOTEKTONIK SESAR LEMBANG, JAWA BARAT
ANALISIS MORFOTEKTONIK SESAR LEMBANG, JAWA BARAT Edi Hidayat Balai Informasi dan Konservasi Kebumian LIPI, Karangsambung Jln. Karangsambung Km. 19, Kebumen, Jawa Tengah e-mail: edih002@lipi.go.id ABSTRACT
Lebih terperinciBAB IV Kajian Sedimentasi dan Lingkungan Pengendapan
BAB IV KAJIAN SEDIMENTASI DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN 4.1 Pendahuluan Kajian sedimentasi dilakukan melalui analisis urutan vertikal terhadap singkapan batuan pada lokasi yang dianggap mewakili. Analisis
Lebih terperinciTanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala
Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang
Lebih terperinciBAB II KERANGKA GEOLOGI
BAB II KERANGKA GEOLOGI 2.1 Tatanan Geologi Daerah penelitian merupakan batas utara dari cekungan Bandung. Perkembangan geologi Cekungan Bandung tidak lepas dari proses tektonik penunjaman kerak samudra
Lebih terperinciGeologi Daerah Tumpuktengah dan Sekitarnya, Kecamatan Talawi, Kotamadya Sawahlunto, Sumatera Barat BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tugas Akhir merupakan mata kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan tingkat sarjana (S1) di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Lokasi penelitian berada di daerah Kancah, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung yang terletak di bagian utara Kota Bandung. Secara
Lebih terperinciBAB II GEOLOGI REGIONAL
BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Regional Daerah penelitian berada di Pulau Jawa bagian barat yang secara fisiografi menurut hasil penelitian van Bemmelen (1949), dibagi menjadi enam zona fisiografi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan tugas akhir merupakan hal pokok bagi setiap mahasiswa dalam rangka merampungkan studi sarjana Strata Satu (S1) di Institut Teknologi Bandung. Penelitian
Lebih terperinciUmur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi
3.2.2.3 Umur dan Lingkungan Pengendapan Penentuan umur pada satuan ini mengacu pada referensi. Satuan ini diendapkan pada lingkungan kipas aluvial. Analisa lingkungan pengendapan ini diinterpretasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tugas Akhir merupakan mata kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan tingkat sarjana strata satu (S1). Tugas Akhir dilakukan dalam bentuk penelitian yang mengintegrasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat. Selain keunikannya, terdapat beragam fungsi yang dapat dihasilkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik karena terdapat pada daerah peralihan (ekoton) antara ekosistem darat dan laut yang keduanya saling berkaitan erat. Selain
Lebih terperinci4.2 Pembuatan Kolom Stratigrafi Pembuatan kolom stratigrafi (Lampiran F) dilakukan berdasarkan atas
BAB IV ANALISIS SEDIMENTASI 4.1 Pendahuluan Kajian sedimentasi dilakukan melalui analisis perkembangan urutan vertikal lapisan batuan berdasarkan data singkapan batuan pada lokasi yang dianggap mewakili.
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN 5.1 ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUBARA Analisis Pengawetan Struktur Jaringan dan Derajat Gelifikasi
BAB V PEMBAHASAN 5.1 ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUBARA Dalam menentukan lingkungan pengendapan batubara di Pit J daerah Pinang dilakukan dengan menganalisis komposisi maseral batubara. Sampel batubara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang ahli geologi merupakan salah satu sumber daya manusia yang berperan sebagai pemikir untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan sumber daya alam.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bahan bakar fosil dewasa ini masih menjadi primadona sebagai energi terbesar di dunia, namun minyak dan gas bumi (migas) masih menjadi incaran utama bagi para investor
Lebih terperinciBAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian adalah interaksi dari proses eksogen dan proses endogen (Thornburry, 1989). Proses eksogen adalah proses-proses
Lebih terperinciANALISIS TAFONOMI MOLUSKA PADA FORMASI DAMAR DI KALI SIWUNGU TEMBALANG SEMARANG
ANALISIS TAFONOMI MOLUSKA PADA FORMASI DAMAR DI KALI SIWUNGU TEMBALANG SEMARANG ABSTRAK Anis Kurniasih, ST., MT. 1, Ikhwannur Adha, ST. 2 1 Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang,
Lebih terperinciIII.3 Interpretasi Perkembangan Cekungan Berdasarkan Peta Isokron Seperti telah disebutkan pada sub bab sebelumnya bahwa peta isokron digunakan untuk
III.3 Interpretasi Perkembangan Cekungan Berdasarkan Peta Isokron Seperti telah disebutkan pada sub bab sebelumnya bahwa peta isokron digunakan untuk menafsirkan perkembangan cekungan. Perlu diingat bahwa
Lebih terperinciPENTINGNYA PENELITIAN DETIL DI CEKUNGAN BATURETNO
PENTINGNYA PENELITIAN DETIL DI CEKUNGAN BATURETNO Purna Sulastya Putra Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Bandung Sari Hasil penelitian terbaru yang dilakukan oleh penulis di bagian barat Cekungan Baturetno
Lebih terperinciAsas Stratigrafl, Satuan Pengendapan, dan Karakter Perlapisan
Asas Stratigrafl, Satuan Pengendapan, dan Karakter Perlapisan Stratigrafi mempelajari susunan pengendapan lapisan sepanjang waktu geologi. Stratigrafi ialah cara memerikan (description) urutan lapisan-lapisan
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan pengamatan awal, daerah penelitian secara umum dicirikan oleh perbedaan tinggi dan ralief yang tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur pada
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Lintasan Dan Hasil Penelitian Penelitian yang dilakukan dalam cakupan peta 1212 terdiri dari 44 lintasan yang terbentang sepanjang 2290 km, seperti yang terlihat pada peta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batuan karbonat menyusun 20-25% batuan sedimen dalam sejarah geologi. Batuan karbonat hadir pada Prakambrium sampai Kuarter. Suksesi batuan karbonat pada Prakambrium
Lebih terperinciTPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN
TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 10 SUMBERDAYA LAHAN Sumberdaya Lahan Lahan dapat didefinisikan sebagai suatu ruang di permukaan bumi yang secara alamiah dibatasi oleh sifat-sifat fisik serta bentuk
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. 5.1 Peta Kontur Isopach
BAB V PEMBAHASAN Pada praktikum Sedimentologi dan Stratigrafi kali ini, acaranya mengenai peta litofasies. Peta litofasies disini berfungsi untuk mengetahui kondisi geologi suatu daerah berdasarkan data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Geologi dan Analisis Struktur Daerah Pasirsuren dan Sekitarnya, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas Akhir adalah matakuliah wajib dalam kurikulum pendidikan sarjana strata satu di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Raden Ario Wicaksono/
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar belakang disusunnya tugas akhir karena ketertarikan terhadap endapan turbidit kipas laut dalam (submarine fan turbidite deposit) baik itu pencirinya, fasies dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terletak di pertemuan tiga lempeng aktif (triple junction) yang saling
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia memiliki tatanan tektonik yang kompleks, hal ini karena wilayah Indonesia yang terletak di pertemuan tiga lempeng aktif (triple junction) yang saling bertumbukan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tugas akhir merupakan mata kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan tingkat sarjana (S1) di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut
Lebih terperinciIII. ANALISA DATA DAN INTERPRETASI
III. ANALISA DATA DAN INTERPRETASI III.1 Penentuan Siklus Sedimentasi Regional Dari peta geologi permukaan, diketahui bahwa umur batuan yang tersingkap di permukaan dari daratan Kamboja adalah Paleozoikum,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada aspek geologi serta proses sedimentasi yang terjadi pada daerah penelitian.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas Akhir mahasiswa merupakan suatu tahap akhir yang wajib ditempuh untuk mendapatkan gelar kesarjanaan strata satu di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. geologi secara detail di lapangan dan pengolahan data di studio dan laboratorium.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian pada tugas akhir ini berjudul Geologi dan Analisis Struktur Untuk Karakterisasi Sesar Anjak Daerah Cijorong dan Sekitarnya, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian geologi dilakukan untuk mengenal dan memahami kondisi geologi suatu daerah. Penelitian tersebut dapat meliputi penelitian pada permukaan dan bawah permukaan.
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Bandung, Maret Penulis
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Alloh SWT, karena atas rahmat dan hidayahnya penyusunan tesis ini dapat penulis selesaikan. Tesis mengenai Kandungan emas pada sedimen laut sebagai indikasi adanya batuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan tugas akhir yang berjudul Geologi dan Analisis Struktur Geologi Daerah Cileungsi dan Sekitarnya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013.
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013. Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman ubi kayu (Manihot esculenta
Lebih terperinciKONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun
KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN Oleh : Tim Penyusun 1. PENDAHULUAN Kegiatan usaha pertambangan harus dilakukan secara optimal, diantaranya termasuk melakukan
Lebih terperinciGeologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Batuan karbonat menarik untuk dipelajari karena memiliki karakteristik yang berbeda dengan batuan sedimen lainnya. Pembentukan batuan karbonat ini memerlukan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semenanjung Mangkalihat dikenal sebagai wilayah tektonik kompleks karbonat tersier di Pulau Kalimantan (Harman dan Sidi, 2000). Tinggian ini juga bertindak sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah OCO terdapat pada Sub-Cekungan Jatibarang yang merupakan bagian dari Cekungan Jawa Barat Utara yang sudah terbukti menghasilkan hidrokarbon di Indonesia. Formasi
Lebih terperinciKLASIFIKASI BENTUKLAHAN
Analisis Lansekap Terpadu 21/03/2011 Klasifikasi Bentuklahan KLASIFIKASI BENTUKLAHAN PENDAHULUAN Dalam membahas klasifikasi bentuklahan ada beberapa istilah yang kadang-kadang membingungkan: - Fisiografi
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6
SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6 1. Komponen tanah yang baik yang dibutuhkan tanaman adalah.... bahan mineral, air, dan udara bahan mineral dan bahan organik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Cekungan Sumatra Tengah merupakan cekungan sedimentasi tersier. Dari posisi tektoniknya, Cekungan Sumatra Tengah merupakan cekungan busur belakang yang berkembang sepanjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumit yang bekerja sejak dahulu hingga sekarang. Proses-proses tersebut,
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bentuk muka bumi yang kita lihat pada saat ini merupakan hasil dari prosesproses rumit yang bekerja sejak dahulu hingga sekarang. Proses-proses tersebut, secara garis
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Kondisi Geomorfologi Bentuk topografi dan morfologi daerah penelitian dipengaruhi oleh proses eksogen dan proses endogen. Proses endogen adalah
Lebih terperinciBAB 2 METODOLOGI DAN KAJIAN PUSTAKA...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv KATA PENGANTAR... v SARI... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xviii DAFTAR
Lebih terperinciBab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang. Tugas akhir merupakan mata kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan tingkat sarjana (S1) di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Menerapkan ilmu geologi yang telah diberikan di perkuliahan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geomorfologi adalah salah satu hal yang menjadi dasar dalam ilmu geologi, karena geomorfologi dapat dijadikan panduan dalam pemetaan geologi, selain itu pengamatan
Lebih terperinciTabel hasil pengukuran geometri bidang sesar, ketebalan cekungan dan strain pada Sub-cekungan Kiri.
Dari hasil perhitungan strain terdapat sedikit perbedaan antara penampang yang dipengaruhi oleh sesar ramp-flat-ramp dan penampang yang hanya dipengaruhi oleh sesar normal listrik. Tabel IV.2 memperlihatkan
Lebih terperinciPENYELIDIKAN EKSPLORASI BAHAN GALIAN
PENYELIDIKAN EKSPLORASI BAHAN GALIAN ISTILAH DAN DEFINISI Beberapa istilah dan definisi yang digunakan diambil dari acuan-acuan, yang dimodifikasi sesuai kebutuhan, yaitu : Bahan galian, segala jenis bahan
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah. BAB III TEORI DASAR
BAB III TEORI DASAR 3.1 INTERPRETASI PENAMPANG SEISMIK 3.1.1 Metoda seismik Prinsip dasar metoda seismik adalah perambatan energi gelombang seismik yang ditimbulkan oleh sumber getaran di permukaan bumi
Lebih terperinciPENYUSUNAN PEDOMAN TEKNIS EKSPLORASI BIJIH BESI PRIMER. Badan Geologi Pusat Sumber Daya Geologi
PENYUSUNAN PEDOMAN TEKNIS EKSPLORASI BIJIH BESI PRIMER Badan Geologi Pusat Sumber Daya Geologi Latar Belakang Besi. merupakan bahan logam penting yang banyak memberikan sumbangan pada perkembangan peradaban
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Bentang alam dan morfologi suatu daerah terbentuk melalui proses pembentukan secara geologi. Proses geologi itu disebut dengan proses geomorfologi. Bentang
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. I.1 Maksud dan Tujuan
Bab I Pendahuluan I.1 Maksud dan Tujuan Pemboran pertama kali di lapangan RantauBais di lakukan pada tahun 1940, akan tetapi tidak ditemukan potensi hidrokarbon pada sumur RantauBais#1 ini. Pada perkembangan
Lebih terperinci5.1 PENGERTIAN SUKSESI
5. SUKSESI 5.1 PENGERTIAN SUKSESI Dalam alam semesta dinamika yang terjadi adalah suatu kenyataan yang tidak dapat diingkari, maka segala sesuatu yang sekarang ada sesungguhnya hanyalah merupakan stadium
Lebih terperinci