BAB III TINJAUAN KHUSUS

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III TINJAUAN KHUSUS"

Shinta Lesmana
6 tahun lalu
Tontonan:

1 BAB III TINJAUAN KHUSUS III.1 LATAR BELAKANG TEMA Pada terminal angkutan penumpang, terdapat fungsi dan kegiatan utama. Kegiatan dan fungsi tersebut adalah kedatangan dan keberangkatan luar kota maupun dalam kota. Kegiatan dan fungsi terminal dan stasiun tersebut merupakan pelayanan besar, dari berbagai desain terminal angkutan terpadu banyaknya pemasalahan yang harus diselesaikan didalam terminal angkutan. Namun penekanan pemecahan masalah yang paling diutamakan adalah prinsip penataan dan ukuran fasilitas. Pada prinsip penataan fasilitas terdapat dua masalah yang penting yang harus diselesaikan yaitu pendesainan sirkulasi lalulintas dan ruang aktifitas penumpang. Untuk mewadahi dan mendasari prinsip desain, dapat diketahui penggunaan fenomena peenentuan arah way finding sebagai pendekatan untuk terminal dan stasiun angkutan dapat digunakan, hal ini karena way finding dapat mewadahi beberapa masalah dalam terminal angkutan umum. III.2 GAMBARAN UMUM TEMA Telah disebutkan didalam bab sebelumnya, bahwa tema yang akan diambil adalah Sirkulasi sebagai Penentu Way Finding. Dasar pemikiran munculnya way finding adalah upaya untuk membuat suatu desain bangunan public dan pemasalahan yang harus diselesaikan didalam terminal angkutan. Namun penekanan pemecahan masalah yang paling diutamakan adalah prinsip sirkulasi stasiun dan terminal sebagai bangunan publik, masalah yang penting yang harus diselesaikan yaitu pendesainan sirkulasi 12

2 lalulintas dan ruang aktifitas penumpang. Melihat berbagai macam proyek tersebut diatas, bahwa bentuk pendekatan penyelesaian system sirkulasi sebagai penentu way finding adalah pengolahan bangunan karena merupakan sarana yang terbuka untuk kepentingan umum dan sarana publik Berdasarkan pembahasan lokasi, kawasan stasiun senen sangat erat kaitannya dengan terminal senen dan pusat perbelanjaan senen sehingga perlu adanya suatu penghubung yang saling keterkaitan antara fungsi bangunan satu dengan yang lainnya, hal tersebut dapat memenuhi prinsip sirkulasi lalu lintas dalam kemudahan pencapaian. III.3 TINJAUAN TEORITIS III.3.1 Pengertian Way Finding 1 Way finding atau kegiatan untuk menemukan suatu arah atau jalan menuju tujuan merupakan kegiatan pergerakan dari suatu tempat ke tempat lainnya, untuk memecahkan masalah spasial, yaitu kemana dan bagaimana sesorang mencapai tempat tertentu. Pasini 2, mengemukakan bahwa masalah spasial yang dipecahkan dalam way finding berupa tugas mencari tempat. Levine,Jankovic 3, Langkah untuk menemukan arah dengan menggunakan prinsip-prinsip dalam memecahkan masalah mengenai ruang, III.3.2 Aspek kemudahan menemukan arah ( way finding ) Downs dan Stea 4, Wayfinding atau kegiatan untuk menemukan suatu 1 Downs, R. M. and Stea, D. () Maps in Minds: Reflections on Cognitive Mapping, Adine Publishing Co., Chicago Passini, R. Wayfinding in Architecture, Van Nostrand Reinhold, New York Levine,Jankovic dan Palij Principles of Spatial Problem Solving 1 982, 4 Downs, R. M. and Stea, D. (1977) Maps in Minds: Reflections on Cognitive Mapping, Adine Publishing Co., Chicago. 13

3 arah atau jalan menuju tujuan merupakan kegiatan pergerakan dari suatu tempat ke tempat lainnya. Untuk memecahkan masalah spasial (Spatial Problem Solving), yaitu kemana dan bagaimana sesorang mencapai tempat tertentu. Sedangkan menurut Weisman 5 dalam bukunya Way finding in the Built Environment dikemukakan bahwa setiap orang dalam menentukan arahan berdasarkan kebiasaan dalam mencari jalan dari setiap melewati atau mengelilingi suatu tempat dan kebanyakan mengharapkan arahan jalan yang mudah diakses. III.3.3 Proses yang mendasari menemukan arah (way finding) Kegiatan way finding yang dilakukan berdasarkan adanya proses kognisi atau pemahaman lingkungan, melalui persoalan info yang didapat dari lingkungan sekitarnya 6. Menurut Hirtle dan Hudson 7 mempelajari proses kognisi dari mencari arah, membandingkan tentang perbedaan yang ada dengan berlandaskan pada pengetahuan sebelumnya tentang mencari arah, kemudian menganalisa penelitian pada proses keputusan yang akan diambil untuk menemukan tempat yang terdiri dari beberapa tipe pengetahuan pemakaian dengan jalan meneliti perbedaannya. III.3.4 Prosedur orang untuk menemukan arah ( way finding ) Sedangkan menurut Romedi Passini dalam jurnalnya Spatial 5 Weisman 1981 Wayfinding in the Built Environment 6 Passini, R. Wayfinding in Architecture, Van Nostrand Reinhold, 1992 New York. 7 Hirtle SC and Hudson J. "Acquisition of Spatial Knowledge for Routes". Journal of Environmental Psychology, 1991, 11,

4 Representation, A way finding Perspective 8 diungkapkan pemakai jalan, diantaranya perspektif mencari arah dari konsep keruangan, seperti menyangkut keakuratan, proses pembuatan keputusan, keterlibatan berbagai komponen dalam mencari arah, proses hubungan keruangan dan tingkah laku penelitian dengan membandingkan partisipan pada setiap kesempatan mengingat menemukan arah dan kemampuan menemukan arah. III.3.4 Aktivitas dilakukan pemakai jalan untuk menemukan arah Langkah-langkah yang dilakukan pengguna jalan menurut Butler, Acquino, Hissong dan Scot 9, adalah sebagai berikut: meneliti kompleks bangunan, membuat tanda pengarah, membuat peta, kompleks site, memberi pilihan route yang tidak banyak mengeluarkan energi dan investigasi juga memeriksa pandangan yang menghalangi pemakai kursi roda (accesibilitas). Sedangkan menurut O Neill 10, yang dibutuhkan untuk memudahkan menemukan arah: pembuatan tanda lewat dan menemukan tempat yang strategis untuk penempatannya agar mudah pencapaiannya, menghindari dan keruwetan route. III.3.5 Wayfinding beserta pendukungnya Agen otonom khususnya manusia yang memposisiskan diri mempunyai kemampuan way finding secara umum ( Papan, 1978). Dengan kemampuan ini, arah mencapai tujuan ditentukan secara khas dan berusaha 8 Romedi Passini Spatial Representation, A Wayfinding Perspective ( Butler DL, Acquino AL, Hissong AA and Scott PA. "Wayfinding by Newcomers in a Complex Building". Human Factors, 1993, 35(1), O'Neill MJ. "Effects of Signage and Floor Plan Configuration on Wayfinding Accuracy". Environment and Behavior, 1991, 23(5),

5 ditemukan secepatnya tanpa bantuan ucapan tambahan. Sehingga situasi wayfinding yang spesifik dapat menyederhanakan tugas wayfinding. Situasi yang berkenaan dengan wayfinding melibatkan: Menentukan pencarian didalam suatu lingkungan Memposisikan awal proses pencarian Adanya kejadian mencari arah Adanya rute tertentu untuk menemukan arah Adanya faktor pendukung eksternal Mempunyai kemampuan orientasi III.3.6 Hal-hal penting untuk mempertimbangkan penerapan way finding. a. Mengggunakan suatu sistem bimbingan visual untuk memastikan penggunaan ruang yang sesuai oleh pemakai b. Tanda harus ditempatkan pada pengambilan keputusan area diantaranya masuk,lobi, elevator, persimpangan koridor, dan lain lain c. Memilih tanda utama sesuai untuk yang tergantung kelompok para pemakai yang terdiri dari anak-anak, orang buta, orang tua dan lain-lain. d. Penanda harus dapat dilihat secara langsung dalam jarak tertentu. e. Penanda harus dirancang dan ditempatkan secara konsisten sepanjang seluruh ruang dengan standar tertentu yang dapat ditemukan ditempat lain dan tidak terlalu benyak menempatkan tanda karena akan membingungkan dan menjadi tidak kelihatan 16

dokumen-dokumen yang mirip

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan