TUGAS 4 AE2230-ASTRODINAMIKA Kelompok Backspace136 Anggota kelompok: 1. Saraswaty Suryaningtyas Khodijah Kholish Rumayshah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TUGAS 4 AE2230-ASTRODINAMIKA Kelompok Backspace136 Anggota kelompok: 1. Saraswaty Suryaningtyas Khodijah Kholish Rumayshah"

Transkripsi

1 TUGAS 4 AE30-ASTRODINAMIKA Kelompok Backspace136 Anggota kelompok: 1. Saraswaty Suryaningtyas Khodijah Kholish Rumayshah Aditya Prayoga Fariz Ichsan Habibi

2 MISSION SUMMARY Mars Science Laboratory merupakan salah satu misi yang termasuk dalam bagian dari program NASA untuk mengeksplorasi Mars. Ketika sampai di Mars, misi ini menggunakan sebuah robot yang berbentuk mobile laboratory dan diberi nama Curiosity Rover. Misi utama Curiosity Rover ini adalah untuk mencari tahu kelayakhunian planet Mars bagi makhluk hidup dengan cara menyelidiki ada atau tidaknya tanda-tanda kehidupan mikroba di Mars. Mars Science Laboratory ini memiliki 4 tujuan ilmu untuk mencari tahu kelayakhunian planet Mars tersebut,antara lain: a. Menilai potensi biologis dengan cara menentukan sifat dan persediaan karbon organic dan mengidentifikasi hal-hal yang dapat mendukung kehidupan makhluk hidup b. Mengkarakterisasi sifat geologis di wilayah pendaratan dan mengidentifikasi komposisi mineral planet tersebut c. Menyelidiki atmosfer, iklim, ketersediaan air, dan daur ulang air serta karbondioksida d. Mengkarakterisasi spektrum dari radiasi permukaan, termasuk radiasi galaksi kosmik, peristiwa proton solar, dan neutron sekunder. Mars Science Laboratory ini menempuh jarak sekitar 570 juta km menuju Mars dari Bumi. Jarak ini ditempuhnya dalm waktu sekitar 8 bulan. Mars Science Laboratory diluncurkan menggunakan launcher Atlas V 541 dari pad 17-A Cape Canaveral Air Force Station pada tanggal 6 November 011 dan kemudian didaratkan di Gale Carter yang berada di permukaan Mars pada tanggal 6 Agusutus 01. Curiosity Rover yang dibawa oleh Mars Science Laboratory dapat didaratkan dengan baik di permukaan Mars setelah menembus atmosfer dan didaratkan dengan parasut sampai di permukaan. Curiosity Rover adalah rover terbesar pertama yang dikirimkan ke Mars dengan bobot seberat 000 pounds. Curiosity Rover juga dilengkapi dengan alat-alat serba canggih untuk mendukungnya menyelesaikan misi yang diberikan. Curiosity Rover dilengkapi dengan radioisotope thermoelectric generator (RTG) sebagai pembangkit daya, mikroskop, X-ray Spectometer, Navigation cameras, Rover Environmental Monitoring Station (REMS) sebagai pengukur tekanan, kelembapan, suhu, kecepatan angin dan radiasi ultraviolet, Robotic Arm, alat komunikasi yang

3 mengirim data hasil ke bumi, Drilling Machine dan Laser sebagai pemecah batubatuan. Saat ini Curiosity Rover masih berfungsi dan telah beroperasi sekitar 1315 sol (1351 hari). 3

4 LAUNCH VEHICLE Curiosity Rover diluncurkan dengan menggunakan roket Atlas V 541 milik United Launch Alliance. Atlas V 541 memiliki fitur 4 buah Solid Rocket Boosters (SRB) yang terpasang pada Common Core Booster serta memiliki single engine Centaur di bagian atas roket. Atlas V 541 juga memiliki payload fairing yang berfungsi sebagai cone pelindung payload dari tekanan dinamik dan pemanasan aerodinamis selama pelucuran melalui atmosfer. Payload yang dilindungi tersebut adalah spacecraft yang berada di ujung atas Atlas V 541 yaitu di mana Curiosity Rover berada. Ketika peluncuran, keseluruhan launch vehicle (include spacecraft dan fuel) memiliki massa awal (Mo) sebesar kg. Untuk lebih jelasnya, perhatikan Gambar.1. Gambar.1. Komponen-komponen launch vehicle. Berikut spesifikasi massa wahana dan Isp untuk setiap komponennya: Solid Rocket Booster (@buah) Inert mass (massa 5740 kg struktur) Propellant mass kg Isp 79 sec Gambar.. Keempat SRB. 4

5 Common Core Booster (CCB) Inert mass (massa struktur) Propellant mass Isp 1054 kg kg 338 s Gambar.3. Common core booster. Centaur Upper Stage Inert mass (massa struktur) Propellant mass 43 kg 0830 kg Isp 451 s Gambar.4. Centaur. Tabel.1. Spesifikasi wahana peluncur (Atlas V 541). 5

6 LAUNCH KONSEP Dengan menggunakan roket peluncur milik United Launch Alliance, Atlas V 541, Curiosity Rover berhasil diluncurkan pada 6 November 011 pukul 7:0 am PST atau sama dengan pukul 0:0 pm GMT. Lokasi peluncuran dilakukan dari Cape Canaveral Air Force Station Space Launch Complex 41 yang memiliki latitude N W. Fase launch terdiri dari proses lift off dari permukaan bumi menuju orbit parkir (low earth orbit) serta proses dari orbit parkir menuju lintas lepas hyperbolik. Secara rinci ada beberapa proses yang dilakukan selama launching sebagaimana ditunjukkan oleh gambar 3.1. Gambar 3.1. Launch sequence. Liftoff Liftoff dari permukaan bumi (g0=9,8 m/s ) mula-mula menggunakan dorongan dari 4 buah solid rocket busters (SRB). Asumsi kelompok kami, roket peluncur menuju 6

7 orbit parkir sirkuler menggunakan lintasan alih Hohmann. Pada saat peluncuran digunakan launch azimuth 97. SRB Jettison Setelah keempat SRB habis terbakar, maka akan dilakukan SRB Jettison yaitu proses pembuangan inert mass dari solid rocket buster yang sudah tidak terpakai. Selanjutnya yang bekerja menggantikan SRB adalah common core booster/engine booster. PLF Jettison PLF atau Payload Fairings adalah pelindung launch vehicle payload (spacecraft) dari tekanan dan suhu ekstrik akibat pengaruh atmosfir bumi. Setelah keluar dari atmosfir bumi, pada ketinggian 64 nmi atau sekitar 118 km, PLF dibuang karena tugasnya untuk melindungi payload sudah berakhir. Centaur Separation Propellant dari common core booster akan habis terbakar pada ketinggian 87 nmi (161,4 km). Sesaat itu juga common core booster akan memisahkan diri dari centaur. Selanjutnya Centaur akan memanfaatkan kelembaman yang masih dimiliki untuk ascent ke orbit parkir tanpa engine. Orbit parkir (sirkuler) berada pada ketinggian 100,6 nmi (186,311 km). Berbeda dengan SRB dan common core booster, centaur menggunakan liquid propellant dan cara kerjanya memiliki stage. Mulainya stage pertama disebut MES 1 (Main Engine Start 1) dan berakhirnya disebut MECO 1 (Main Engine Cut Off 1). Kemudian disambung dengan stage kedua (MES hingga MECO ). Penambahan kecepatan oleh centaur terus ini dilakukan dengan tujuan melepaskan spacecraft dari orbit bumi dan menuju lintas lepas hiperbolik menuju Mars. Inklinasi orbit parkir sebesar 36. Spacecraft Separation Setelah MECO, maka seluruh bahan bakar yang dimiliki centaur telah habis. Spacecraft berpisah dari roket peluncur pada ketinggian 100,6 nmi (186,311 km). Pada saat ini pula spacecraft keluar dari orbit sirkuler kedua dan masuk ke orbit hiperbolik dan memasuki tahap cruise. 7

8 ANALISIS PERHITUNGAN Note: Untuk semua perhitungan dalam makalah ini digunakan asumsi sebagai berikut. 1. Semua orbit berada pada inklinasi yang sama, sehingga pendekatan dapat dilakukan pada bidang D.. Setiap pembakaran propelan dilakukan secara impulsif. Launch Azimuth Diketahui latitude tempat peluncuran (Cape Canaveral) berada di N, maka besarnya sudut latitude: gc = = 8,583 Dengan rumusan hubungan antara inklinasi, latitude, dan launch azimuth. Dapat dihitung lanuch azimuth secara teoritis sebagai berikut. cos i = cos gc sin β β = sin 1 cos i ( ) cos gc β = sin 1 cos 36 ( cos 8,583 ) β = 67,11 atau 11,89 Dari kedua nilai di atas launch azimuth yang dipilih adalah 11,89. Hal ini karena sebagaimana dikutip dari beberapa referensi bahwa peluncuran dari Cape Canaveral selalu cenderung mengarahkan roket ke northeast. Hal ini dikarenakan jika peluncuran dilakukan ke arah southeast maka dikhawatirkan dampak jettison mengenai Cuba, Bahama, Haiti, serta pulau-pulau berpenduduk yang lain. Sedangkan peluncuran ke arah northeast lebih aman karena terbentang samudra Atlantis. 8

9 Launch azimuth sesungguhnya ketika peluncuran Atlas V 541 yaitu 97. Terdapat perbedaan sekitar 15,89 dengan launch azimuth teoritis. Hal ini dikarenakan perhitungan secara teoritis mengabaikan faktor-faktor luar yang sebenarnya juga memberi pengaruh pada roket. Orbit Parkir Pertambahan kecepatan dari lift off sampai orbit parkir adalah selisih antara kecepatan roket ketika berada di orbit parkir sirkuler dengan kecepatan awal roket ketika berada di permukaan bumi (diam). Kelompok kami mengabaikan pengaruh gravity loss. Secara matematis perhitungannya sebagai berikut. Jari-jari orbit sirkuler bumi didapat dari menjumlahkan jari-jari rata-rata bumi dengan ketinggian orbit parkir: r O = r E + altitude = ,311 km = 6557,311 km Kecepatan roket pada orbit sirkuler dapat dihitung dengan rumusan vis viva integral yang telah disederhanakan: v O = μ earth 3, = = 7,797 km/s r ,311 Sehingga pertambahan kecepatan yang dilakukan roket pertama kali sebesar: 9 V 1 = V O V 0 = 7,797 km/s

10 Perhitungan di atas adalah pendekatan secara matematis. Sedangkan untuk menghitung selisih kecepatan pada kondisi nyatanya, dilakukan langkah-langkah berikut di bawah. Ketika menuju orbit parkir, roket pertama-tama menggunakan solid rocket booster. Setelah fuelnya habis, digunakan common core booster. Oleh karena ituᅀv1 merupakan penjumlahan dari pertambahan kecepatan ketika menggunakan solid rocket booster (ᅀVS) pertambahan kecepatan ketika menggunakan common core booster (ᅀVB). Perhitungan masing-masingᅀvs danᅀvb dilakukan secara terpisah. Pertambahan kecepatan dapat dihitung menggunakan persamaan Tsiolkovsky sebagai berikut: V = g 0 Isp ln M 0 M Untuk pertambahan kecepatan ketika menggunakan solid rocket booster (ᅀVS), M0 yang digunakan adalah massa awal (keseluruhan). Sedangkan M yang digunakan adalah massa awal dikurangi massa propelan solid rocket booster V S = 9,81 79 ln = 1,011 km/s Untuk pertambahan kecepatan ketika menggunakan common core booster (ᅀVB), M0 yang digunakan adalah massa awal dikurangi massa propelan dan massa struktur solid rocket booster. Sedangkan M yang digunakan adalah massa awal dikurangi massa propelan dan struktur solid rocket booster dikurangi massa propelan common core booster ( ) V B = 9, ln ( ) V B = 5,7934 km/s Didapat besar ᅀV1 yang merupakan penjumlahan dariᅀvs danᅀvb sebagai berikut: V 1 = V S + V B = 1, ,7934 = 6,8044 km/s 10

11 Perbandingan antara nilai selisih kecepatan hasil dari perhitungan teoritis dengan kondisi nyata disajikan dalam Tabel 3.1. ᅀV1 Teoritis ᅀV1 Realita Selisih 7,79 km/s 6,8044 km/s 0,9856 km/s Tabel 3.1. PerbandinganᅀV1 secara teoritis, realita, dan selisihnya. Dari Tabel 3.1. dapat diketahui bahwa terdapat selisih sebesar 0,9856 km/s antara kedua ᅀV. Hal ini terjadi karena dalam melakukan perhitungan secara teoritis kelompok kami mengasumsikan bahwa pembakaran propelan dilakukan secara impulsif (sekali bakar langsung habis). Padahal pada realita, pembakaran propelan dilakukan secara bertahap. Trik untuk menambal kekurangan sebesar 0,9856 km/s tersebut antara lain dengan membakar setengah dari massa propelan keseluruhan yang dimiliki common core booster sehingga pericenter orbit akan bergeser lebih jauh. Kemudian biarkan efek kelembaman membawa roket ke titik pericenter yang baru. Sesampainya di titik pericenter tersebut, bakar lagi setengah massa propelan yang tersisa. dengan trik tersebut roket dapat mencapai jarak yang lebih jauh dengan besar propelan yang sama. Namun memang waktu yang diperlukan menjadi lebih lama. V1 teoritis lebih besar daripada bagaimana realita sesungguhnya terjadi. Karena perhitunganᅀv1 realita mengasumsikan semua massa propelan common core booster dan solid rocket boosters habis digunakan, maka massa propelan yang dibutuhkan untuk memenuhiᅀv1 teoritis ini juga pasti lebih besar daripada massa propelan yang dimiliki common core booster dan solid rocket booster. Namun kelompok kami mengasumsikan kekurangan massa propelan ini tidak mengambil massa propelan Centaur. Sehingga ketika memasuki orbit lepas hiperbolik massa Centaur masih utuh. 11

12 Heliosentrik Trajektori Berikut sketsa orbit heliosentrik Bumi (hijau) dan Mars (merah). Gambar 3.. Orbit heliosentrik Bumi dan Mars. Pada bulan November (departure), posisi bumi terhadap matahari dapat dihitung dengan pendekatan sebagai berikut. θ E = = 30 1 Data jari-jari perihelion dan apohelion bumi diketahui sebagai berikut. Jari-jari perihelion bumi (reph) Jari-jari apohelion bumi (reah) 147, km 15, km Tabel 3.. Data jari-jari perihelion dan apohelion bumi. 1

13 Nilai semi major axis (a) dirumuskan sebagai setengah jarak sumbu panjang orbit. a = r EPH + r EAH = 147, , = 149, km Dari rumusan jarak perihelion didapat nilai eksentrisitas orbit elips bumi. r EPH = a(1 e) e = 1 r P a = 1 147, , = 0,016 Sehingga jarak bumi pada posisi θe dapat dihitung dengan rumusan sebagai berikut. r = a(1 e ) 1 + e cos θ r θ=30 = 149,7 106 (1 0,016 ) 1 + 0,016 cos 30 = km Sedangkan untuk posisi Mars, pada bulan Agustus (arrival) diperkirakan Mars berada pada posisi θ M = 70 terhadap garis perihelion Mars. Data jari-jari perihelion dan apohelion Mars diketahui sebagai berikut. Jari-jari perihelion Mars (rp) Jari-jari apohelion Mars (ra) 06, km 49, km Tabel 3.3. Data jari-jari perihelion dan apohelion Mars. Nilai semi major axis (a) dirumuskan sebagai setengah jarak sumbu panjang orbit. a = r P + r A = 06, , = 7, km 13

14 Dari rumusan jarak perihelion didapat nilai eksentrisitas orbit elips Mars. r p = a(1 e) e = 1 r P a = 1 06, , = 0,09347 Sehingga jarak Mars pada posisi θm dapat dihitung dengan rumusan sebagai berikut. r = a(1 e ) 1 + e cos θ r θ=70 = 7, (1 0,09347 ) 1 + 0,09347 cos 70 = km Waktu transfer dari Bumi ke Mars dapat dihitung dengan terlebih dahulu mencari nilai semi major axis (a), mean motion gerak rata-rata (n), nilai eksentrisitas (e) dan nilai anomali eksentrik (E) dari orbit alih eliptik. Nilai semi major axis (a) dihitung dengan rumusan sebagai berikut. a = r P + r A = = km Nilai n dihitung dengan rumusan sebagai berikut. n = μ sun a 3 = 1, = 1, Nilai eksentrisitas orbit (e) dihitung dengan rumus jarak perihelion. r p = a(1 e) e = 1 r P a = = 0,097 14

15 Nilai anomali eksentrik (E) untuk posisi Mars θ 180 dihitung dengan rumusan sebagai berikut. tan E = 1 e 1 + e tan θ E = tan 1 ( 1 e 1 + e tan θ ) 180 = 3,14 rad Maka waktu transfer (ᅀt) dapat dihitung dengan rumusan sebagai berikut. n(t τ) = E e sin E t = E e sin E n = 3,14 0,097 sin 180 1, = ,57 detik t = 54,678 hari Waktu transfer sesungguhnya yang ditempuh sejak Atlavs V 541 liftoff hingga spacecraft mendarat di Mars adalah selama 54 hari. Dapat disimpulkan bahwa perhitungan teoritis sudah sangat mendekati waktu transfer realitanya dikarenakan kelompok kami benar-benar memperhitungkan posisi heliosentrik bumi ketika departure dan posisi mars ketika arrival. 15

16 Lintas Lepas Hiperbolik Setelah mengorbit di orbit parkir, centaur kemudian menambah kecepatan untuk berpindah orbit ke lintas lepas hiperbolik. Berikut sketsa orbit departure berupa lintas lepas hiperbolik. yo rp A xo Gambar 3.3. Sketsa lintas lepas hiperbolik. -a Kecepatan roket di titik A dalam orbit sirkuler, sebagaimana dihitung pada sub bab orbit parkir, sebesar 7,797 km/s. Jika meninjau pusat orbit adalah bumi (geosentris) maka: Titik A merupakan titik pericenter orbit hiperbolik, kecepatan roket ketika melewati titik A berarti merupakan kecepatan relatif terhadap bumi di mana bumi juga memiliki kecepatan terhadap matahari. Kecepatan relatif roket di titik A dalam orbit hiperbolik tersebut dihitung dengan menghitung terlebih dahulu nilai semi major axis orbit hiperbolik (ahyp). Nilai ahyp didapat dengan terlebih dahulu mengetahui nilai kecepatan tak hingga departure (v dept) relatif roket. Nilai v dept relatif roket didapat dari kecepatan bumi ketika berada di titik peluncuran pada orbit transfer heliosentriknya dikurangi dengan kecepatan bumi pada orbit heliosentriknya. Berikut perhitungan matematisnya. (Datadata jari-jari perihelion bumi didapatkan dari Tabel 3..). Kecepatan Bumi pada titik departure di orbit transfer heliosentrik: V EH = μ sun ( 1 r θ=30 a ) 16

17 V EH = 1, ( ) V EH = 3,97 km/s Kecepatan Bumi di orbit heliosentriknya: V E = μ sun ( 1 r θ=30 a ) V E = 1, ( ) V E = 30,181 km/s Kecepatan tak hingga relatif roket ketika departure: V dept = V EH V E = 3,97 30,181 =,789 km/s V dept = μ E a hyp Nilai semi major axis: a hyp = V dept =,789 = ,64 km μ E 3, Besarnya kecepatan relatif roket di pericenter hiperbolik dapat dihitung dengan rumusan sebagai berikut. V P hyp = μ E ( 1 ) = 5, r P a 5 ( hyp 6.557, ,64 ) V P hyp = 11,5 km/s 17

18 Sehingga pertambahan kecepatan untuk berpindah dari orbit parkir ke lintas lepas hiperbolik adalah sebesar V = V P hyp V O = 11,5 7,797 = 3,55 km/s Dalam hal ini, kelompok kami dapat membandingkan hal dengan data referensi yaitu penambahan kecepatannya dan massa propelan yang dibutuhkan. Perhitungan di atas adalah pendekatan secara matematis. Sedangkan untuk menghitung selisih kecepatan pada kondisi nyatanya, dilakukan langkah-langkah berikut di bawah. Untuk menambah kecepatan roket sebesar ᅀV digunakan propelan dari Centaur. Pertambahan kecepatan tersebut dapat dihitung menggunakan persamaan Tsiolkovsky sebagai berikut: V = g 0 Isp ln M 0 M Isp yang digunakan adalah impuls spesifik centaur. M0 yang digunakan adalah massa awal dikurangi seluruh massa struktur dan propelan common core booster dan solid rocket boosters. Sedangkan M yang digunakan adalah M0 dikurangi massa propelan centaur V = 9, ln = 3,396 km/s Perbandingan antara nilai selisih kecepatan hasil dari perhitungan teoritis dengan kondisi nyata disajikan dalam Tabel 3.4. ᅀV Teoritis ᅀV Realita Selisih 3,55 km/s 3,396 km/s 0,156 km/s Tabel 3.4. PerbandinganᅀV secara teoritis, realita, dan selisihnya. Analisis mengenai perbedaan nilai ᅀV ini kurang lebih sama dengan penjelasan pada lintas lepas hiperbolik di sub bab sebelumnya. Terjadi perbedaan nilaiᅀv karena 18

19 kelompok kami mengasumsikan pembakaran propelan dilakukan secara impulsif. Trik untuk menambah ᅀV sebesar 0,156 km/s adalah dengan membakar propelan secara bertahap. Hal ini sesuai dengan penjelasan di sub bab Konsep Centaur Separation, bahwa pembakaran Centaur terdiri dari stage, yaitu stage 1 dan stage. Waktu saat mulai pembakaran stage 1 disebut disebut MES 1 (Main Engine Start 1) dan berakhirnya disebut MECO 1 (Main Engine Cut Off 1). Kemudian disambung dengan stage kedua (MES hingga MECO ). Masing-masing stage memiliki proporsi massa propelan yang telah diperhitungkan oleh NASA sehingga wahana antariksa mampu mencapai posisi yang diinginkan dengan seefektif dan seefisien mungkin. Sedangkan untuk perbandingan kedua, kelompok kami mencoba membandingkan massa propelan yang dibutuhkan. Banyaknya propelan yang dibutuhkan secara teoritis dapat dihitung menggunakan persamaan Tsiolkovsky. MP adalah massa propelan centaur yang digunakan/dibutuhkan. V = g 0 Isp ln M 0 M ,55 = 9, ln m P m P = 1.468,96 kg Berikut perbandingan massa propelan centaur yang dibutuhkan ketika kondisi nyata dengan massa propelan centaur yang dibutuhkan secara teoritis. m P Teoritis m P Realita Selisih 1.468,96 kg kg 63,9657 kg Tabel 3.5. Perbandingan m P secara teoritis, realita, dan selisihnya. Dari tabel 3.5. terlihat bahwa kebutuhan bahan bakar secara teoritis lebih besar. Besarnya massa propelan yang dibutuhkan bergantung pada besarnya penambahan kecepatan yang diinginkan. Oleh karena itu analisis untuk menjawab persoalan ini 19

20 sudah sekaligus terjawab oleh analisis mengapa terdapat perbedaan antara ᅀV teoritis dan eksperimen sebagaimana dijelaskan di atas. 0

21 ARRIVAL KONSEP Setelah melalui fase launching dan berhasil masuk ke lintas lepas hiperbolik, spacecraft akan masuk fase cruise. Setelah spacecraft cruising selama kurang lebih 08 hari, spacecraft akan melakukan approaching dan memasuki lintas datang hiperbolik di Mars. Pada fase ini, spacecraft berada pada trajektori akhir dan bertujuan untuk mengoreksi manuver. Dari lintas datang hiperbolik hingga masuk ke atmosfer Martian Mars diperlukan pengurangan kecepatan spacecraft. Namun hal ini tidak memerlukan propelan karena diasumsikan ketika membentur atmosfer Mars otomatis akan terjadi pengereman akibat gaya gesek yang besar. Setelah memasuki atmosfir Mars, spacecraft memasuki fase yang disebut entry, descent, and landing. Pada akhirnya spacecraft berhasil mendaratkan rover pada 5 Agustus 01 pukul 10:3 pm PDT atau sama dengan 6 Agustus 01 pukul 5:3 am. Gambar 4.1. Entry, descent, dan landing spacecraft di Mars. 1

22 ANALISIS PERHITUNGAN Lintas Datang Hiperbolik Setelah Gambar mengorbit 4.. menggambarkan di orbit parkir, sketsa centaur lintas datang kemudian hiperbolik menambah spacecraft kecepatan di Mars. untuk berpindah orbit ke lintas lepas hiperbolik. Berikut sketsa orbit departure berupa lintas lepas hiperbolik. yo rp B xo Gambar 4.. Sketsa lintas datang hiperbolik. -a Sphere of influence VM V arr VAH Gambar 4.3. Gravity assist di sekitar Mars. Jika meninjau pusat orbit adalah Mars maka: Titik B merupakan titik pericenter orbit hiperbolik, kecepatan spacecraft ketika melewati titik B berarti merupakan kecepatan relatif terhadap mars di mana mars juga memiliki kecepatan terhadap matahari. Kecepatan relatif spacecraft di titik B dalam orbit hiperbolik tersebut dihitung dengan menghitung terlebih dahulu nilai semi major axis orbit hiperbolik (ahyp). Nilai ahyp didapat dengan terlebih dahulu mengetahui nilai kecepatan tak hingga arrival (v arr)

23 relatif spacecraft. Nilai (v arr) relatif spacecraft didapat dari kecepatan Mars ketika berada di titik kedatangan pada orbit transfer heliosentriknya dikurangi dengan kecepatan Mars pada orbit heliosentriknya. Berikut perhitungan matematisnya. (Data jari-jari perihelion Mars didapatkan dari Tabel 3.3.). Kecepatan Mars pada titik arrival di orbit transfer heliosentrik: V MH = μ sun ( 1 r θ=70 a ) V MH = 1, ( ) V MH = 1,545 km/s Kecepatan Mars di orbit heliosentriknya: V M = μ sun ( 1 r θ=70 a ) V M = 1, ( ) V M = 4,34 km/s Kecepatan tak hingga ketika arrival: V arr = V MH V M = 1,545 4,34 =,795 km/s Nilai semi major axis: V arr = μ M a hyp a hyp = V arr μ M = (,795) = 5.479,317 km 4,

24 Spacecraft diasumsikan menumbuk mulai masuk ke dalam pengaruh atmosfir Mars pada ketinggian 15 km. Sehingga besarnya jari-jari pericenter orbit datang hiperbolik adalah: r p = r M + alt = = 3515 km Besarnya kecepatan spacecraft di pericenter lintas datang hiperbolik dapat dihitung dengan rumusan sebagai berikut. V P hyp = μ M ( r P 1 a hyp ) = 4, ( ,317 ) V P hyp = 5,67 km/s Dapat disimpulkan bahwa kecepatan spacecraft ketika memasuki atmosfer adalah sebesar 5,67 km/s. Kecepatan spacecraft yang cukup tinggi ini akan diperlambat oleh efek gesekan dengan atmosfir. Selain itu untuk pendaratan, spacecraft memiliki fitur tambahan yang sedikit banyak juga berkontribusi dalam deselerasi gerak spacecraft dan menjaga kestabilannya, yaitu parasut dan reverse rocket. 4

25 Soal Bonus: Manuver Memutar Apsidal Diasumsikan Centaur masih memiliki sisa propelan ketika sampai di lintas datang hiperbolik mars. Besarnya massa propelan ditanyakan. Diketahui data-data spesifikasi wahana sebagai berikut. Inert mass/massa struktur centaur.43 kg Massa spacecraft kg Isp centaur 451 s Tabel 4.1. Data spesifikasi wahana. Dalam soal diketahui besar eksentrisitas e=0,1 dan kelompok kami mengasumsikan besar semi major axis a=4500 km. Penambahan ᅀV untuk memutar sudut apsidal dapat dihitung dengan rumusan berikut. e V = V CP ( 1 + e ) sin ω Diketahui V CP =, maka: a(1 e) μ μ V = a(1 e) ( e 1 + e ) sin ω 4, V = 4500(1 0,1) ( 0,1 45 ) sin 1 + 0,1 V = 0,373 km/s 5

26 Besarnya massa propelan yang dibutuhkan untuk menambah kecepatan sebesar ᅀV dihitung dengan persamaan Tsiolkovsky. Dengan M = M 0 M P, maka: V = g 0 Isp ln M 0 M 0,373 = 9, ln M P 6136 M P = 338,093 kg Sehingga massa propelan yang dibutuhkan adalah sebesar 338,093 kg. 6

27 CONCLUSION Kelompok kami telah melakukan rekonstruksi terhadap misi Mars Science Laboratory: Curiosity Rover milik NASA. Rekonstruksi berfokus pada proses peluncuran wahana antariksa. Proses peluncuran terdiri dari beberapa stage, yaitu: Launch Orbit parkir Dalam menuju orbit parkir dibutuhkan penambahan kecepatan untuk berpindah dari posisi awal di muka bumi menuju orbit parkir sirkuler. Besarnya perbandingan ᅀV secara teoritis dan realita disajikan pada Tabel 3.1. Lintas lepas hiperbolik Untuk berpindah dari orbit parkir sirkuler menuju lintas lepas hiperbolik diperlukan penambahan kecepatan. Besarnya perbandingan ᅀV secara teoritis dan realita disajikan pada Tabel 3.4. Besarnya perbandingan massa propelan yang dibutuhkan secara teoritis dan realita disajikan pada Tabel 3.5. Orbit transfer Dengan meninjau orbit transfer secara heliosentris, didapat waktu transfer wahana dari Bumi ke Mars selama 54,678 hari. Lama waktu transfer yang didapatkan secara perhitungan teoritis hampir sama dengan waktu transfer realitanya. Lintas datang hiperbolik Spacecraft sampai di Mars dalam orbit hiperbolik. Didapat kecepatan spacecraft ketika sampai di titik pericenter lintas datang hiperbolik sebesar 5,67 km/s. Arrival Setelah memasuki atmosfer Mars, spacecraft mengalami deselerasi tanpa membutuhkan pembakaran propelan. 7

28 REFERENCE Anonim. Diktat Kuliah Bab 3: Manuver-Manuver Orbit Operasional

VENERA 9. Venera 9 (Russian: Венера-9 artinya Venus 9 dengan manufacturer s designation: 4V-1 No.661) Pembuat

VENERA 9. Venera 9 (Russian: Венера-9 artinya Venus 9 dengan manufacturer s designation: 4V-1 No.661) Pembuat VENERA 9 1. Tentang Venera 9 Nama Wahana Venera 9 (Russian: Венера-9 artinya Venus 9 dengan manufacturer s designation: 4V-1 No.661) Pembuat Lavochkin (a Rusian Aerospace Company) Misi Venus orbiter/lander

Lebih terperinci

SIMULASI GERAK WAHANA PELUNCUR POLYOT

SIMULASI GERAK WAHANA PELUNCUR POLYOT BAB SIMULASI GERAK WAHANA PELUNCUR POLYOT. Pendahuluan Simulasi gerak wahana peluncur Polyot dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Simulink Matlab 7.. Dalam simulasi gerak ini dimodelkan gerak roket

Lebih terperinci

3.1 Pendahuluan. 3.2 Deskripsi Roket Polyot

3.1 Pendahuluan. 3.2 Deskripsi Roket Polyot BAB 3 ROKET POLYOT 3.1 Pendahuluan Roket Polyot dikembangkan oleh Air Launch Aerospace Corporation, Rusia yang merupakan pelaksana program kerjasama antara Polyot Aviation Company dan Khimautomatiki DB.

Lebih terperinci

3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17,

3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17, 3. ORBIT KEPLERIAN AS 2201 Mekanika Benda Langit 1 3.1 PENDAHULUAN Mekanika Newton pada mulanya dimanfaatkan untuk menentukan gerak orbit benda dalam Tatasurya. Misalkan Matahari bermassa M pada titik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan dunia akan satelit untuk keperluan komunikasi, navigasi, pengamatan dan sebagainya berkembang semakin pesat. Perkembangan tersebut mendorong pengembangan

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERSAMAAN GERAK ROKET KLASIK TSIOLKOVSKY UNTUK ROKET YANG BERGERAK MENDEKATI KECEPATAN CAHAYA

MODIFIKASI PERSAMAAN GERAK ROKET KLASIK TSIOLKOVSKY UNTUK ROKET YANG BERGERAK MENDEKATI KECEPATAN CAHAYA MODIFIKASI PERSAMAAN GERAK ROKET KLASIK TSIOLKOVSKY UNTUK ROKET YANG BERGERAK MENDEKATI KECEPATAN CAHAYA Oleh Ridho Muhammad A (10212067) dan Muhammad Baharuddin R(10212096) Jurusan Fisika Institut Teknologi

Lebih terperinci

GAYA GESEK. Gaya Gesek Gaya Gesek Statis Gaya Gesek Kinetik

GAYA GESEK. Gaya Gesek Gaya Gesek Statis Gaya Gesek Kinetik GAYA GESEK (Rumus) Gaya Gesek Gaya Gesek Statis Gaya Gesek Kinetik f = gaya gesek f s = gaya gesek statis f k = gaya gesek kinetik μ = koefisien gesekan μ s = koefisien gesekan statis μ k = koefisien gesekan

Lebih terperinci

JAWABAN DAN PEMBAHASAN

JAWABAN DAN PEMBAHASAN JAWABAN DAN PEMBAHASAN 1. Dalam perjalanan menuju Bulan seorang astronot mengamati diameter Bulan yang besarnya 3.500 kilometer dalam cakupan sudut 6 0. Berapakah jarak Bulan saat itu? A. 23.392 km B.

Lebih terperinci

SOAL PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 Pekan V Dosen Penguji : Dr. Rinto Anugraha

SOAL PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 Pekan V Dosen Penguji : Dr. Rinto Anugraha SOAL PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 Pekan V Dosen Penguji : Dr. Rinto Anugraha 1. Pulsar, Bintang Netron, Bintang dan Keruntuhan Gravitasi 1A. Pulsar Pulsar atau Pulsating Radio Sources pertama kali diamati

Lebih terperinci

PEKERJAAN RUMAH SAS PERTEMUAN-1 DAN PERTEMUAN-2 A.Pilihan Ganda

PEKERJAAN RUMAH SAS PERTEMUAN-1 DAN PERTEMUAN-2 A.Pilihan Ganda PEKERJAAN RUMAH SAS PERTEMUAN-1 DAN PERTEMUAN-2 A.Pilihan Ganda 1. Tinggi bintang dari bidang ekuator disebut a. altitude b. latitude c. longitude d. deklinasi e. azimut 2. Titik pertama Aries, didefinisikan

Lebih terperinci

ANALISIS ALTERNATIF PENEMPATAN SATELIT LAPAN A2 DI ORBIT

ANALISIS ALTERNATIF PENEMPATAN SATELIT LAPAN A2 DI ORBIT Jurnal Sains Dirgantara Vol. 7 No. 2 Juni 2010 :132-145 ANALISIS ALTERNATIF PENEMPATAN SATELIT LAPAN A2 DI ORBIT Nizam Ahmad Peneliti Bidang Matahari dan Antariksa, LAPAN E-mail:nizam@bdg.lapan.go.id ABSTRACT

Lebih terperinci

Oleh : Kunjaya TPOA, Kunjaya 2014

Oleh : Kunjaya TPOA, Kunjaya 2014 Oleh : Kunjaya Kompetensi Dasar X.3.5 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan penerapannya dalam teknologi X.4.5 Menyajikan ide / gagasan terkait gerak melingkar Pengertian

Lebih terperinci

TUGAS APLIKASI NUKLIR DI INDUSTRI KELEBIHAN DAN KEKURANGAN RTG VS SEL SURYA

TUGAS APLIKASI NUKLIR DI INDUSTRI KELEBIHAN DAN KEKURANGAN RTG VS SEL SURYA TUGAS APLIKASI NUKLIR DI INDUSTRI KELEBIHAN DAN KEKURANGAN RTG VS SEL SURYA Muhammad Ilham, Mohamad Yusup, Praba Fitra 10211078, 10211077, 10211108 Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia

Lebih terperinci

Benda B menumbuk benda A yang sedang diam seperti gambar. Jika setelah tumbukan A dan B menyatu, maka kecepatan benda A dan B

Benda B menumbuk benda A yang sedang diam seperti gambar. Jika setelah tumbukan A dan B menyatu, maka kecepatan benda A dan B 1. Gaya Gravitasi antara dua benda bermassa 4 kg dan 10 kg yang terpisah sejauh 4 meter A. 2,072 x N B. 1,668 x N C. 1,675 x N D. 1,679 x N E. 2,072 x N 2. Kuat medan gravitasi pada permukaan bumi setara

Lebih terperinci

3. MEKANIKA BENDA LANGIT

3. MEKANIKA BENDA LANGIT 3. MEKANIKA BENDA LANGIT 3.1. ELIPS Sebelum belajar Mekanika Benda Langit lebih lanjut, terlebih dahulu perlu diketahui salah satu bentuk irisan kerucut yaitu tentang elips. Gambar 3.1. Geometri Elips

Lebih terperinci

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu A. TEORI SINGKAT A.1. TEORI SINGKAT OSILASI Osilasi adalah gerakan bolak balik di sekitar suatu titik kesetimbangan. Ada osilasi yang memenuhi hubungan sederhana dan dinamakan gerak harmonik sederhana.

Lebih terperinci

indahbersamakimia.blogspot.com

indahbersamakimia.blogspot.com Tes Seleksi Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2007 Materi Uji : Astronomi Waktu : 150 menit Tidak diperkenankan menggunakan alat hitung (kalkultor). Di bagian akhir soal diberikan daftar konstanta yang

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL BIDANG ASTRONOMI

SOAL SELEKSI PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL BIDANG ASTRONOMI SOAL SELEKSI PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL BIDANG ASTRONOMI Waktu Jumlah Soal : 150 menit : 30 Soal 1. Bintang A memiliki tingkat kecemerlangan tiga kali lebih besar dibandingkan dengan Bintang B. Bintang

Lebih terperinci

Sinar-sinar kuning pada Gambar 1 merupakan sinar matahari, sedangkan panahpanah biru menunjukkan lintasan-lintasan orbit pesawat.

Sinar-sinar kuning pada Gambar 1 merupakan sinar matahari, sedangkan panahpanah biru menunjukkan lintasan-lintasan orbit pesawat. Berlayar di Angkasa Berlayar kok di luar angkasa? Bagaimana caranya? Apakah di luar angkasa yang sepi dan gelap itu ada cukup angin yang dapat mengembangkan layar seperti angin laut yang mengembangkan

Lebih terperinci

ORBIT SATELIT. 1. Mekanika orbit, 2. Parameter orbit 3. Jenis-jenis orbit untuk komunikasi 4. Proses penempatan satelit di orbit

ORBIT SATELIT. 1. Mekanika orbit, 2. Parameter orbit 3. Jenis-jenis orbit untuk komunikasi 4. Proses penempatan satelit di orbit ORBIT SATELIT 1. Mekanika orbit, 2. Parameter orbit 3. Jenis-jenis orbit untuk komunikasi 4. Proses penempatan satelit di orbit 1 Obyektif Perkuliahan Dapat memahami mekanika orbit dasar Dapat memahami

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Fisika K13 evisi Antiremed Kelas 10 Fisika Persiapan PTS Semester Genap Doc. Name: K13A10FIS0PTS Version: 017-03 Halaman 1 01. Pada benda bermassa m, bekerja gaya F yang menimbulkan percepatan a. Jika gaya dijadikan

Lebih terperinci

Bintang Ganda DND-2006

Bintang Ganda DND-2006 Bintang Ganda Bintang ganda (double stars) adalah dua buah bintang yang terikat satu sama lain oleh gaya tarik gravitasi antar kedua bintang tersebut. Apabila sistem bintang ini lebih dari dua, maka disebut

Lebih terperinci

CONTOH SOAL & PEMBAHASAN

CONTOH SOAL & PEMBAHASAN CONTOH SOAL & PEMBAHASAN 1. Sebuah balok ditarik gaya F = 120 N yang membentuk sudut 37 o terhadap arah horizontal. Jika balok bergeser sejauh 10 m, tentukan usaha yang dilakukan pada balok! Soal No. 2

Lebih terperinci

Jenis Gaya gaya gesek. Hukum I Newton. jenis gaya gesek. 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik.

Jenis Gaya gaya gesek. Hukum I Newton. jenis gaya gesek. 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik. gaya yang muncul ketika BENDA BERSENTUHAN dengan PERMUKAAN KASAR. ARAH GAYA GESEK selalu BERLAWANAN dengan ARAH GERAK BENDA. gaya gravitasi/gaya berat gaya normal GAYA GESEK Jenis Gaya gaya gesek gaya

Lebih terperinci

Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol

Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol HUKUM I NEWTON Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol ΣF = 0 maka benda tersebut : - Jika dalam keadaan diam akan tetap diam, atau - Jika dalam keadaan bergerak lurus

Lebih terperinci

ANALISIS PRESTASI DAN LINTAS TERBANG WAHANA PELUNCUR POLYOT

ANALISIS PRESTASI DAN LINTAS TERBANG WAHANA PELUNCUR POLYOT ANALISIS PRESTASI DAN LINTAS TERBANG WAHANA PELUNCUR POLYOT TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat kelulusan Program Strata I pada Program Studi Teknik Penerbangan Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM MUATAN VIDEO SURVEILLANCE & TELEMETRI RUM-70. Kata Kunci : rancang bangun, video surveillance, telemetri, roket.

RANCANG BANGUN SISTEM MUATAN VIDEO SURVEILLANCE & TELEMETRI RUM-70. Kata Kunci : rancang bangun, video surveillance, telemetri, roket. RANCANG BANGUN SISTEM MUATAN VIDEO SURVEILLANCE & TELEMETRI RUM-70 Nugroho Widi Jatmiko, Dony Kushardono, Ahmad Maryanto Abstrak Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang menuju kemandirian

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Hak Cipta Dilindungi Undang-undang SOLUSI SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 014 TINGKAT PROVINSI ASTRONOMI Waktu : 180 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 11 FISIKA

Antiremed Kelas 11 FISIKA Antiremed Kelas FISIKA Persiapan UAS - Latihan Soal Doc. Name: K3ARFIS0UAS Version : 205-02 halaman 0. Jika sebuah partikel bergerak dengan persamaan posisi r= 5t 2 +, maka kecepatan rata -rata antara

Lebih terperinci

Satuan Besaran dalam Astronomi. Dr. Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB

Satuan Besaran dalam Astronomi. Dr. Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB Satuan Besaran dalam Astronomi Dr. Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB Kompetensi Dasar X.3.1 Memahami hakikat fisika dan prinsipprinsip pengukuran (ketepatan, ketelitian dan aturan angka penting) X.4.1 Menyajikan

Lebih terperinci

r 21 F 2 F 1 m 2 Secara matematis hukum gravitasi umum Newton adalah: F 12 = G

r 21 F 2 F 1 m 2 Secara matematis hukum gravitasi umum Newton adalah: F 12 = G Gaya gravitasi antara dua benda merupakan gaya tarik menarik yang besarnya berbanding lurus dengan massa masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara keduanya Secara matematis

Lebih terperinci

6. Berapakah energi kinetik seekor nyamuk bermassa 0,75 mg yang sedang terbang dengan kelajuan 40 cm/s? Jawab:

6. Berapakah energi kinetik seekor nyamuk bermassa 0,75 mg yang sedang terbang dengan kelajuan 40 cm/s? Jawab: 1. Sebuah benda dengan massa 5kg meluncur pada bidang miring licin yang membentuk sudut 60 0 terhadap horizontal. Jika benda bergeser sejauh 5 m, berapakh usaha yang dilakukan oleh gaya berat jawab: 2.

Lebih terperinci

SOAL DINAMIKA ROTASI

SOAL DINAMIKA ROTASI SOAL DINAMIKA ROTASI A. Pilihan Ganda Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Sistem yang terdiri atas bola A, B, dan C yang posisinya seperti tampak pada gambar, mengalami gerak rotasi. Massa bola A, B,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Roket merupakan sebuah wahana antariksa yang dapat digunakan untuk menunjang kemandirian dan kemajuan bangsa pada sektor lain. Selain dapat digunakan untuk misi perdamaian

Lebih terperinci

Pilihlah jawaban yang paling benar!

Pilihlah jawaban yang paling benar! Pilihlah jawaban yang paling benar! 1. Besarnya momentum yang dimiliki oleh suatu benda dipengaruhi oleh... A. Bentuk benda B. Massa benda C. Luas penampang benda D. Tinggi benda E. Volume benda. Sebuah

Lebih terperinci

TES STANDARISASI MUTU KELAS XI

TES STANDARISASI MUTU KELAS XI TES STANDARISASI MUTU KELAS XI. Sebuah partikel bergerak lurus dari keadaan diam dengan persamaan x = t t + ; x dalam meter dan t dalam sekon. Kecepatan partikel pada t = 5 sekon adalah ms -. A. 6 B. 55

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH UMUM Tes Seleksi Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2004 Materi Uji : ASTRONOMI Waktu :

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2016 CALON TIM OLIMPIADE ASTRONOMI INDONESIA 2017

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2016 CALON TIM OLIMPIADE ASTRONOMI INDONESIA 2017 HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2016 CALON TIM OLIMPIADE ASTRONOMI INDONESIA 2017 Bidang Astronomi Waktu : 150 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika 25 BAB 3 DINAMIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya pada benda diam 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gaya dan percepatan benda 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

MENERAPKAN HUKUM GERAK DAN GAYA

MENERAPKAN HUKUM GERAK DAN GAYA MENERAPKAN HUKUM GERAK DAN GAYA Menguasai Hukum Neton MUH. ARAFAH, S.Pd. e-mail: muh.arafahsidrap@gmail.com ebsite://arafahtgb.ordpress.com HUKUM-HUKUM GERAK GERAK + GAYA DINAMIKA GAYA ADALAH SESUATU YANG

Lebih terperinci

Studi Kasus 1. Komet dalam orbit parabola

Studi Kasus 1. Komet dalam orbit parabola Daftar Isi Bab 1 Masalah Dua Benda 1.1 Vektor I-1 1.2 Momentum linier, momentum sudut, momen dan gaya I-2 1.3 Potensial bola padat I-5 1.4 Persamaan gerak dua titik massa I-7 1.6 Orbit dalam bentuk polar

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m. Contoh Soal dan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. a) percepatan gerak turunnya benda m Tinjau katrol : Penekanan pada kasus dengan penggunaan persamaan Σ τ = Iα dan Σ F = ma, momen inersia (silinder

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : FISIKA

Mata Pelajaran : FISIKA Mata Pelajaran : FISIKA Kelas/ Program : XII IPA Waktu : 90 menit Petunjuk Pilihlah jawaban yang dianggap paling benar pada lembar jawaban yang tersedia (LJK)! 1. Hasil pengukuran tebal meja menggunakan

Lebih terperinci

MODUL MATA PELAJARAN IPA

MODUL MATA PELAJARAN IPA KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Hukum Newton untuk kegiatan PELATIHAN PENINGKATAN MUTU GURU DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

Uji Kompetensi Semester 1

Uji Kompetensi Semester 1 A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! Uji Kompetensi Semester 1 1. Sebuah benda bergerak lurus sepanjang sumbu x dengan persamaan posisi r = (2t 2 + 6t + 8)i m. Kecepatan benda tersebut adalah. a. (-4t

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Roket Roket adalah suatu wahana antariksa yang dapat menjelajah dengan kecepatan yang sangat tinggi. Sir Isaac Newton, seorang ahli matematika, scientist, dan seorang

Lebih terperinci

MOMENTUM DAN IMPULS FISIKA 2 SKS PERTEMUAN KE-3

MOMENTUM DAN IMPULS FISIKA 2 SKS PERTEMUAN KE-3 MOMENTUM DAN IMPULS FISIKA 2 SKS PERTEMUAN KE-3 By: Ira Puspasari BESARAN-BESARAN PADA BENDA BERGERAK: Posisi Jarak Kecepatan Percepatan Waktu tempuh Energi kinetik Perpindahan Laju Gaya total besaran

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL ASTRONOMI Ronde : Analisis Data Waktu : 240 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

Lebih terperinci

USAHA, ENERGI & DAYA

USAHA, ENERGI & DAYA USAHA, ENERGI & DAYA (Rumus) Gaya dan Usaha F = gaya s = perpindahan W = usaha Θ = sudut Total Gaya yang Berlawanan Arah Total Gaya yang Searah Energi Kinetik Energi Potensial Energi Mekanik Daya Effisiensi

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Pengukuran Satelit Altimetri =( )/2 (2.1)

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Pengukuran Satelit Altimetri =( )/2 (2.1) BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Prinsip Dasar Pengukuran Satelit Altimetri Pengukuran pada satelit altimetri adalah pengukuran jarak dari altimeter satelit ke permukaan laut. Pengukuran jarak dilakukan dengan memanfaatkan

Lebih terperinci

Soal Pembahasan Dinamika Gerak Fisika Kelas XI SMA Rumus Rumus Minimal

Soal Pembahasan Dinamika Gerak Fisika Kelas XI SMA Rumus Rumus Minimal Soal Dinamika Gerak Fisika Kelas XI SMA Rumus Rumus Minimal Hukum Newton I Σ F = 0 benda diam atau benda bergerak dengan kecepatan konstan / tetap atau percepatan gerak benda nol atau benda bergerak lurus

Lebih terperinci

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2 1. (25 poin) Dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H ditembakkan sebuah bola kecil bermassa m (Jari-jari R dapat dianggap jauh lebih kecil daripada H) dengan kecepatan awal horizontal v 0. Dua buah

Lebih terperinci

TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika.

TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika. MATA KULIAH : FISIKA DASAR TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika. POKOK BAHASAN: Pendahuluan Fisika, Pengukuran Dan Pengenalan Vektor

Lebih terperinci

KERJA DAN ENERGI. 4.1 Pendahuluan

KERJA DAN ENERGI. 4.1 Pendahuluan IV KERJA DAN ENERGI Kompetensi yang ingin dicapai setelah mempelajari bab ini adalah kemampuan memahami, menganalisis dan mengaplikasikan konsep-konsep kerja dan energi pada kehidupan sehari-hari ataupun

Lebih terperinci

TKS-4101: Fisika MENERAPKAN KONSEP USAHA DAN ENERGI J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA

TKS-4101: Fisika MENERAPKAN KONSEP USAHA DAN ENERGI J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA TKS-4101: Fisika MENERAPKAN KONSEP USAHA DAN ENERGI Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB 1 Indikator : 1. Konsep usaha sebagai hasil

Lebih terperinci

Masalah Dua Benda. SMA-BPK,Jakarta Barat, 16 Maret oleh Dr. Suryadi Siregar KK-Astronomi,ITB

Masalah Dua Benda. SMA-BPK,Jakarta Barat, 16 Maret oleh Dr. Suryadi Siregar KK-Astronomi,ITB Masalah Dua Benda oleh Dr. Suryadi Siregar KK-Astronomi,ITB SMA-BPK,Jakarta Barat, 6 Maret 007 6 Maret 007 S.Siregar, Pelatihan Astronomi Hukum Gravitasi G konstanta gravitasi mi massa ke i r jarak m ke

Lebih terperinci

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA Olimpiade Sains Nasional Bidang Astronomi 2012 ESSAY Solusi Teori 1) [IR] Tekanan (P) untuk atmosfer planet

Lebih terperinci

Ronde Analisis Data. P (φ) = P 0 + P t cos φ dengan P t = 2πP 0r cp B

Ronde Analisis Data. P (φ) = P 0 + P t cos φ dengan P t = 2πP 0r cp B Halaman 1 dari 6 (D1) Binary Pulsar Dalam pencarian sistematis selama beberapa dekade, astronom telah menemukan sejumlah besar milisecond pulsar (periode rotasi < 10 ms). Sebagian besar pulsar ini ditemukan

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 11 FISIKA

Antiremed Kelas 11 FISIKA ntiremed Kelas 11 FISIK Usaha dan Energi - Latihan Soal Doc Name: R11FIS0501 Version : 2012-07 halaman 1 01. Grafik berikut adalah gaya yang diberikan pada suatu benda terhadap jarak yang ditempuh benda

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2017 Fisika

UN SMA IPA 2017 Fisika UN SMA IPA 2017 Fisika Soal UN SMA 2017 - Fisika Halaman 1 01. Dua buah pelat besi diukur dengan menggunakan jangka sorong, hasilnya digambarkan sebagai berikut: Selisih tebal kedua pelat besi tersebut

Lebih terperinci

KINEMATIKA. A. Teori Dasar. Besaran besaran dalam kinematika

KINEMATIKA. A. Teori Dasar. Besaran besaran dalam kinematika KINEMATIKA A. Teori Dasar Besaran besaran dalam kinematika Vektor Posisi : adalah vektor yang menyatakan posisi suatu titik dalam koordinat. Pangkalnya di titik pusat koordinat, sedangkan ujungnya pada

Lebih terperinci

SMA/MA PROGRAM STUDI IPA/MIPA FISIKA

SMA/MA PROGRAM STUDI IPA/MIPA FISIKA UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2016/2017 UTAMA SMA/MA PROGRAM STUDI IPA/MIPA FISIKA Kamis, 13 April 2017 (10.30 12.30) de publishing 082331014657 1. Dua buah pelat besi diukur dengan menggunakan jangka

Lebih terperinci

MEKANIKA. Oleh WORO SRI HASTUTI DIBERIKAN PADA PERKULIAHAN KONSEP DASAR IPA. Pertemuan 5

MEKANIKA. Oleh WORO SRI HASTUTI DIBERIKAN PADA PERKULIAHAN KONSEP DASAR IPA. Pertemuan 5 MEKANIKA Oleh WORO SRI HASTUTI DIBERIKAN PADA PERKULIAHAN KONSEP DASAR IPA Pertemuan 5 KINEMATIKA DAN DINAMIKA Sub topik: PARTIKEL Kinematika Dinamika KINEMATIKA mempelajari gerakan benda dengan mengabaikan

Lebih terperinci

BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA

BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA CAKUPAN MATERI A. Hukum Pertama Newton B. Hukum Kedua Newton C. Hukum Ketiga Newton D. Gaya Berat, Gaya Normal & Gaya Gesek Satuan Pendidikan E. Penerapan

Lebih terperinci

BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA

BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA CAKUPAN MATERI A. Hukum Pertama Newton B. Hukum Kedua Newton C. Hukum Ketiga Newton D. Gaya Berat, Gaya Normal & Gaya Gesek E. Penerapan Hukum Newton Hukum

Lebih terperinci

BAB USAHA DAN ENERGI I. SOAL PILIHAN GANDA

BAB USAHA DAN ENERGI I. SOAL PILIHAN GANDA 1 BAB USAHA DAN ENERGI I. SOAL PILIHAN GANDA 01. Usaha yang dilakukan oleh suatu gaya terhadap benda sama dengan nol apabila arah gaya dengan perpindahan benda membentuk sudut sebesar. A. 0 B. 5 C. 60

Lebih terperinci

Pembahasan UAS I = 2/3 m.r 2 + m.r 2 = 5/3 m.r 2 = 5/3 x 0,1 x (0,05) 2

Pembahasan UAS I = 2/3 m.r 2 + m.r 2 = 5/3 m.r 2 = 5/3 x 0,1 x (0,05) 2 Pembahasan UAS 2013 1. Sebuah cakram homogen berjari-jari 0,3 m pada titik tengahnya terdapat sebuah poros mendatar dan tegak lurus dengan cakram. Seutas tali dililitkan melingkar pada sekeliling cakram

Lebih terperinci

HUKUM NEWTON B A B B A B

HUKUM NEWTON B A B B A B Hukum ewton 75 A A 4 HUKUM EWTO Sumber : penerbit cv adi perkasa Pernahkah kalian melihat orang mendorong mobil yang mogok? Perhatikan pada gambar di atas. Ada orang ramai-ramai mendorong mobil yang mogok.

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 1-7 ISSN : Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 1-7 ISSN : Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (13), Hal. 1-7 ISSN : 337-8 Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet Nurul Asri 1, Hasanuddin 1, Joko Sampurno 1, Azrul Azwar 1 1 Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas

Lebih terperinci

Copyright all right reserved

Copyright  all right reserved Latihan Soal UN Paket C 2011 Program IP Mata Ujian : Fisika Jumlah Soal : 20 1. Pembacaan jangka sorong berikut ini (bukan dalam skala sesungguhnya) serta banyaknya angka penting adalah. 10 cm 11 () 10,22

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Fisika Persiapan Penilaian Akhir Semester (PAS) Genap Halaman 1 01. Dalam getaran harmonik, percepatan getaran... (A) selalu sebanding dengan simpangannya (B) tidak bergantung

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB 2 GRAVITASI A. Medan Gravitasi B. Gerak Planet dan Satelit Rangkuman Bab Evaluasi Bab 2...

DAFTAR ISI. BAB 2 GRAVITASI A. Medan Gravitasi B. Gerak Planet dan Satelit Rangkuman Bab Evaluasi Bab 2... DAFTAR ISI KATA SAMBUTAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v BAB 1 KINEMATIKA GERAK... 1 A. Gerak Translasi... 2 B. Gerak Melingkar... 10 C. Gerak Parabola... 14 Rangkuman Bab 1... 18 Evaluasi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GERAK HARMONIK SEDERHANA

KARAKTERISTIK GERAK HARMONIK SEDERHANA KARAKTERISTIK GERAK HARMONIK SEDERHANA Pertemuan 2 GETARAN HARMONIK Kelas XI IPA Karakteristik Gerak Harmonik Sederhana Rasdiana Riang, (15B08019), Pendidikan Fisika PPS UNM Makassar 2016 Beberapa parameter

Lebih terperinci

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dalam gerak translasi gaya dikaitkan dengan percepatan linier benda, dalam gerak rotasi besaran yang dikaitkan dengan percepatan

Lebih terperinci

Usaha Energi Gerak Kinetik Potensial Mekanik

Usaha Energi Gerak Kinetik Potensial Mekanik BAB 5 USAHA DAN ENERGI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi pada bab ini, diharapkan Anda mampu menganalisis, menginterpretasikan dan menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan konsep usaha,

Lebih terperinci

Bab III INTERAKSI GALAKSI

Bab III INTERAKSI GALAKSI Bab III INTERAKSI GALAKSI III.1 Proses Dinamik Selama Interaksi Interaksi merupakan sebuah proses saling mempengaruhi yang terjadi antara dua atau lebih obyek. Obyek-obyek yang saling berinteraksi dapat

Lebih terperinci

PENGARUH AKTIVITAS MATAHARI DAN GEOMAGNET TERHADAP KETINGGIAN ORBIT SATELIT

PENGARUH AKTIVITAS MATAHARI DAN GEOMAGNET TERHADAP KETINGGIAN ORBIT SATELIT PENGARUH AKTIVITAS MATAHARI DAN GEOMAGNET TERHADAP KETINGGIAN ORBIT SATELIT Nizam Ahmad Peneliti Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa, LAPAN Email: nizam@bdg.lapan.go.id ABSTRACT The sun is the main source

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

PHYSICS SUMMIT 2 nd 2014

PHYSICS SUMMIT 2 nd 2014 KETENTUAN UMUM 1. Periksa terlebih dahulu bahwa jumlah soal Saudara terdiri dari 8 (tujuh) buah soal 2. Waktu total untuk mengerjakan tes ini adalah 3 jam atau 180 menit 3. Peserta diperbolehkan menggunakan

Lebih terperinci

Home» fisika» Momentum dan Impuls - Materi Fisika Dasar MOMENTUM DAN IMPULS - MATERI FISIKA DASAR

Home» fisika» Momentum dan Impuls - Materi Fisika Dasar MOMENTUM DAN IMPULS - MATERI FISIKA DASAR Home Biologi Fisika Kimia Geografi Matematika Makalah Berita Ilmuan Home» fisika» Momentum dan Impuls - Materi Fisika Dasar MOMENTUM DAN IMPULS - MATERI FISIKA DASAR faisal 2 Comments fisika Rabu, 26 Agustus

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013 Soal-Jawab Fisika Teori OSN 0 andung, 4 September 0. (7 poin) Dua manik-manik masing-masing bermassa m dan dianggap benda titik terletak di atas lingkaran kawat licin bermassa M dan berjari-jari. Kawat

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE ASTRONOMI INDONESIA 2015

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE ASTRONOMI INDONESIA 2015 HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE ASTRONOMI INDONESIA 2015 Bidang Astronomi Waktu : 150 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Angin Angin adalah gerakan udara yang terjadi di atas permukaan bumi. Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara, ketinggian dan temperatur. Semakin besar

Lebih terperinci

BAB V HUKUM NEWTON TENTANG GERAK

BAB V HUKUM NEWTON TENTANG GERAK BAB V HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Ilmuwan yang sangat berjasa dalam mempelajari hubungan antara gaya dan gerak adalah Isaac Newton, seorang ilmuwan Inggris. Newton mengemukakan tiga buah hukumnya yang dikenal

Lebih terperinci

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan . (5 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan dengan H). Kecepatan awal horizontal bola adalah v 0 dan

Lebih terperinci

Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. Pluto, Planet?

Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. Pluto, Planet? Pluto, Planet? Mengapa dinamakan Pluto? Pluto dalam bahasa Yunani berarti Hades, yaitu nama dewa dunia penjahat Yunani. Setelah mendapat banyak usulan pemberian nama planet kesembilan dari sistem tata

Lebih terperinci

BAB 1 BAB II PEMBAHASAN

BAB 1 BAB II PEMBAHASAN BAB 1 I. PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Pesawat sederhana adalah segala jenis perangkat yang hanya membutuhkan satu gaya untuk bekerja. Kerja terjadi sewaktu gaya diberikan dan menyebabkan gerakan sepanjang

Lebih terperinci

MODUL FISIKA SMA Kelas 10

MODUL FISIKA SMA Kelas 10 SMA Kelas 0 A. Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda Dinamika adalah ilmu yang mempelajari gerak suatu benda dengan meninjau penyebabnya. Buah kelapa jatuh dan pohon kelapa dan bola menggelinding di atas

Lebih terperinci

PENELITIAN PRESTASI TERBANG ROKET SONDA SATU TINGKAT RX-320

PENELITIAN PRESTASI TERBANG ROKET SONDA SATU TINGKAT RX-320 PENELITIAN PRESTASI TERBANG ROKET SONDA SATU TINGKAT RX-320 Turah Semblring Penellti Pusterapan. LAPAN ABSTRACT Research to find the optimum performance of the rocket is done by using one stage of RX-320

Lebih terperinci

KAJIAN TENTANG RANCANGAN MOTOR ROKET RX100 MENGGUNAKAN PENDEKATAN GAYA DORONG OPTIMAL

KAJIAN TENTANG RANCANGAN MOTOR ROKET RX100 MENGGUNAKAN PENDEKATAN GAYA DORONG OPTIMAL KAJIAN TENTANG RANCANGAN MOTOR ROKET RX100 MENGGUNAKAN PENDEKATAN GAYA DORONG OPTIMAL Errya Satrya 1 ; Holder Simorangkir 2 1 Staf peneliti Pusat Roket LAPAN, Rumpin Serpong 2 Universitas IndoNusa Esa

Lebih terperinci

Medan Magnet Benda Angkasa. Oleh: Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB

Medan Magnet Benda Angkasa. Oleh: Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB Medan Magnet Benda Angkasa Oleh: Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB Kompetensi Dasar XII.3.4 Menganalisis induksi magnet dan gaya magnetik pada berbagai produk teknologi XII.4.4 Melaksanakan pengamatan induksi

Lebih terperinci

Pembahasan UAS I = 2/3 m.r 2 + m.r 2 = 5/3 m.r 2 = 5/3 x 0,1 x (0,05) 2

Pembahasan UAS I = 2/3 m.r 2 + m.r 2 = 5/3 m.r 2 = 5/3 x 0,1 x (0,05) 2 Pembahasan UAS 2014 1. Sebuah cakram homogen berjari-jari 0,3 m pada titik tengahnya terdapat sebuah poros mendatar dan tegak lurus dengan cakram. Seutas tali dililitkan melingkar pada sekeliling cakram

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah.

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah. 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah. 1 A. 5, 22 mm B. 5, 72 mm C. 6, 22 mm D. 6, 70 mm E. 6,72 mm 5 25 20 2. Dua buah vektor masing-masing 5 N dan 12 N. Resultan kedua

Lebih terperinci

Dari gamabar diatas dapat dinyatakan hubungan sebagai berikut.

Dari gamabar diatas dapat dinyatakan hubungan sebagai berikut. Pengertian Gerak Translasi dan Rotasi Gerak translasi dapat didefinisikan sebagai gerak pergeseran suatu benda dengan bentuk dan lintasan yang sama di setiap titiknya. gerak rotasi dapat didefinisikan

Lebih terperinci

Hukum I Newton. Hukum II Newton. Hukum III Newton. jenis gaya. 2. Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika.

Hukum I Newton. Hukum II Newton. Hukum III Newton. jenis gaya. 2. Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika. Dinamika mempelajari penyebab dari gerak yaitu gaya Hukum I Newton Hukum Newton Hukum II Newton Hukum III Newton DINAMIKA PARTIKEL gaya berat jenis gaya gaya normal gaya gesek gaya tegangan tali analisis

Lebih terperinci

Soal Ujian Olimpiade Astronomi Kabupaten-Kota Tingkat SMA, 2008

Soal Ujian Olimpiade Astronomi Kabupaten-Kota Tingkat SMA, 2008 Soal Ujian Olimpiade Astronomi Kabupaten-Kota Tingkat SMA, 008 Waktu : 150 menit Nama : Sekolah: kabupaten/kota : Provinsi: Tanggal Lahir: Kelas (tahun ajaran 007/008): DAFTAR KONSTANTA Konstanta gravitasi,

Lebih terperinci

IPA TERPADU KLAS VIII BAB 14 BUMI, BULAN, DAN MATAHARI

IPA TERPADU KLAS VIII BAB 14 BUMI, BULAN, DAN MATAHARI IPA TERPADU KLAS VIII BAB 14 BUMI, BULAN, DAN MATAHARI KOMPETENSI INTI 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

ANTIREMED KELAS 11 FISIKA

ANTIREMED KELAS 11 FISIKA ANTIRMD KLAS 11 FISIKA Persiapan UAS 1 Fisika Doc. Name: AR11FIS01UAS Version : 016-08 halaman 1 01. Jika sebuah partikel bergerak dengan persamaan posisi r = 5t + 1, maka kecepatan rata-rata antara t

Lebih terperinci